Infeksi Dan Imunitas
-
Upload
raymond-arianto -
Category
Documents
-
view
11 -
download
0
description
Transcript of Infeksi Dan Imunitas
Malaria
Tjo Kevin Jaya Soeharto/102009216
Kelompok B-5
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6, Kebon Jeruk, Jakarta Barat
Pendahuluan
Malaria adalah penyakit infeksi yang di sebabkan oleh plasmodium yang menyerang
eritrosit dan di tandai dengan di temukannya bentuk aseksual di dalam darah.Infeksi malaria
memberikan gejala berupa demam,mengigil,anemia dan splenomegali.Dapat berlangsung
akut ataupun kronik.infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami
komplikasi sistemik yang di kenal sebagai malaria berat.
Anamnesa
Pasien berasal dari daerah endemis malaria, atau riwayat bepergian ke daerah
endemimalaria.
Demam menggigil, dan nyeri kepala.sejak 2 hari yang lalu,di dapatkan kesadaran somnolen.
Tingkat kesadaran: adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan
dari lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan menjadi :
1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya,
sikapnya acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
1
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang
lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah
dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga
tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
Pemeriksaan Lab
Tetes darah tebal
Pemeriksaan sediaan darah tebal dan tipis penting untuk diagnosis, untuk menentukan jenis
parasit dan nilai ambang parasit / kepadatan parasit. Pada preparat hapusan tipis lebih
diutamakan untuk melihat jenis spesiesnya dan untuk melakukan hitung parasit berdasarkan
jumlah eritrosit. Bila hasil ( - ) maka di ulangi setiap 6-12 jam.
(-) : SD negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 lapangan pandang/LP)
(+) : SD positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LP)
(+ +) : SD positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LP)
(+ + +) : SD positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LP)
(+ + + +) : SD positif 4 (ditemukan >10 parasit dalam 1 LP)
Kepadatan parasit bila dihitung pada tetes tebal yaitu menghitung jumlah parasit per 200
leukosit.1,2
Tetes Darah Tipis
Di gunakan untuk identifikasi jenis plasmodium,bila dengan sediaan darah tebal sulit di
tentukan.Kepadatan parasit di nyatakan sebagai hitung parasit (parasite count), dapat di
lakukan berdasarkan jumlah eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel darah
2
merah.Bila jumlah parasit > 100.000/ul darah menandakan infeksi berat.Hitung parasit
penting untuk menetukan prognosa penderita malaria,walaupun komplikasi juga dapat
timbul dengan jumlah parasit yang minimal.Pengecatan di lakukan dengan cat Giemsa,atau
Leishman’s atau field’s dan juga Romanowsky.Pengecatan Giemsa yang umumnya di pakai
pada beberapa laboratorium dan merupakan pengecatan yang mudah dengan hasil cukup
baik.
Test P-F Test
Yaitu mendeteksi antigen dari p.falciparum (histidine rich protein).Deteksi sangat cepat
hanya 3-5 menit,tidak memerlukan latihan khusus,sensitivitasnya baik,tidak
memerlukan alat khusus.Deteksi untuk antigen vivaks sudah beredar di pasaran yaitu
dengan metode ICT.Tes sejenis dengan mendeteksi laktat dehidrogenase dari
plasmodium (pLDH) dengan cara immunochromatographic telah di pasarkan dengan
nama tes OPTIMAL.optimal dapat mendeteksi dari 0-200 parasit/ul darah dan dapat
membedakan apakah infeksi p.falciparum atau p. vivax.Sensitivitas sampai 95% dan
hasil positif salah lebih rendah dari tes deteksi HRP-2.Tes ini sekarang di kenal sebagai
tes cepat (Rapid Test).Tes ini tersedia dalam berbagai nama tergantung pabrik
pembuatannya.
Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)
Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan teknologi amplifikasi DNA,waktu di
pakai cukup cepat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi.Keunggulan test ini
walaupun jumlah parsitnya sangat sedikit dapat memberikan hasil positif.Test ini baru
di pakai sebagai sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin.1
Tes serologi
Tes ini berguna mendeteksi adanya antibody spesifik terhadap malaria atau pada
keadaan dimana parasit sangat minimal.Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat
diagnosik sebab antibody baru terjadi setelah beberapa hari parasitemia.Manfaat ter
serologi terutama untuk penilaian epidemologi atau alat uji saring donor darah.Titer
>1:200 di anggap sebagai infeksi baru;test >1:20 di nyatakan positif.Metode-metode tes
3
serologi antara lain indirect haeemagglutination test,immune-percipitation
techniques,ELISA test radio-immunoassay.
Pemeriksaan Fisik
Pada malaria ringan dijumpai anemia, muntah atau diare, ikterus, dan hepato-splenomegali.
Malaria berat adalah malaria yang disebabkan oleh P.falciparum, disertai satu atau lebih
kelainan sebagai berikut :
a. Demam dengan suhu lebih 37,5 - 40º C
b. Konjungtiva palpebra bisa ditemukan anemis
c. Splenomegali. Pada daerah endemis splenomegali lebih sering dan berderajat besar
khususnya anak-anak
d. Hepatomegali
e. Gejala-gejala komplikasi seperti gangguan kesadaran, ikterik, dll.
f. Adanya riwayat demam, anemia dan splenomegali dapat mengarahkan pada
diagnosis malaria.
Patogenesis
Daur hidup parasit malaria terdiri dari 3 fase yaitu:
Fase jaringan pada manusia
Infeksi parasit malaria pada manusia adalah saat nyamuk anopheles betina
mengigit manusia,dan nyamuk akan melepaskan sprozoit ke dalam pembuluh
darah,yang mana dalam waktu 45 menit akan menuju ke sel hati dan sisanya akan
mati di darah.Kemudian yang di sel hati berkembang menjadi skizon (merozoid)
di sebut skizogoni pra-eritrosit.1
4
Fase aseksual pada manusia
Di dalam sel hati mulailah perkembangan aseksual) perkembangan ini
memerlukan waktu 5,5 hari untuk plasmodium falcifarum dan 15 hari untuk
plasmodium malariae.
Setelah sel hati terinfeksi terbentuk skizont hati yang apabila pecah akan
mengeluarkan banyak merozoit ke sirkulasi darah.
Pada plasmodium vivax dan ovale sebagian parasit di dalam sel hati membentuk
hipnozoit yang dapat bertahan sampai bertahun-tahun dan bentukan ini yang
mengakibatkan terjadinya relaps pada malaria.
Setelah berada dalam sirkulasi darah merozoid akan menyerang eritrosit dan
masuk melaui reseftor permukaan eritrosit.pada plasmodium vivax reseftor ini
berhubungan dengan Duffy Fya atau Fyb.Hal ini menyebabkan individu dengan
golongan darah Duffy negative tidak terinfeksi malaria vivax.Reseftor untuk
plasmodium palcifarum di duga suatu glycophorins,sedangkan pada plasmodium
malariae dan ovale belum di ketahui.
Dalam waktu kurang dari 12 jam parasit berubah menjadi bentuk ring,pada
plasmodium palcifarum menjadi bentuk stereo-headphones,yang mengandung
kromatin dan dalam intinya di kelilingi sitoplasma.Setelah 36 jam invasi ke dalam
eritrosit,parasit berubah menjadi sizont dan bila sizont pecah akan mengeluarkan
6-36 merozoit dan siap menginfeksi eritrosit lain.Siklus aseksual ini pada
plasmodium falciparum,vivax,dan ovale ialah 48 jam dan pada plasmodium
malariae 72 jam.
Fase seksual pada nyamuk
Di dalam darah sebagian parasit akan membentuk gamet jantan dan betina dan
bila nyamuk menghisap darah manusia yang sakit akan terjadi siklus seksual
dalam tubuh nyamuk.
Setelah terjadi perkawinan akan terbennntuk zygote dan menjadi lebih bergerak
menjadi ookinet yang menembus dinding perut nyamuk dan akhirnya menjadi
bentuk oocyst yang akan menjadi masakdan mengeluarkan sporozoit yang akan
bermigrasi ke kelenjar ludah nyamuk dan siap menginfeksi manusia.1
5
Gambar daur hidup plasmodium dalam tubuh manusia dan nyamuk.\
Epidemologi
Endemisitas suatu daerah dan pola klinis penyakit malaria akan berbeda. Hal ini ditentukan
oleh tingginya side positive rate(SPR). Secara tradisi endemisitas suatu daerah dibagi
menjadi 4 :
1. Hipoendemik : bila parasit rate atau spleen rate 0 - 10 %
2. Mesoendemik : bila parasit rate atau spleen rate 10 – 50 %
3. Hiperendemik : bila parasit rate atau spleen rate 50 – 75 %
4. Holoendemik : bila parasit rate atau spleen rate > 75 %
Parasite rate dan spleen rate ditentukan pada pemeriksaan anak-anak usia 2 – 9 tahun. Pada
daerah holoendemik banyak penderita anak-anak dengan anemia berat, pada daerah
hiperendemik dan mesoendemik banyak malaria serebral pada usia anak-anak (2-10 tahun),
6
sedangkan pada daerah hipoendemik/daerah yang tidak stabil banyak dijumpai malaria
serebral, malaria dengan gangguan fungsi hati atau gangguan fungsi ginjal pada usia dewasa.
Di Indonesia yang merupakan daerah endemic malaria adalah daerah kawasan
timur(irian,Maluku,NTT,Kalimantan dan sebagian besar Sulawesi) beberapa daerah
Sumatra(lampung,riau,Bengkulu,sumatera barat dan utara) dan sebgian kecil jawa
( jepara,Yogyakarta,dan jawa barat).4
Etiologi
Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium,yang selain menginfeksi manusia juga
menginfeksi biantang seperti golongan burung,reftil, dan mamalia.Termasuk genus
plasmodium dari family plasmodidae.
Plasmodium pada manusia menginfeksi eritrosit(sel darah merah) dan mengalami
pembiakan aseksual di jaringan hati dan di eritosit.Pembiakan seksual terjadi pada tubuuh
nyamuk yaitu anopheles betina.Secara keseluruhan lebih dari 100 plasmodium yang
menginfeksi binatang(82 pada jenis burung dan reftil dan 22 pada binatang primata)
1. Parasit pada malaria
Plasmodium merupakan protozoa obligat intraseluler. Pada manusia terdapat empat
spesies yaitu:
Plasmodium vivax, menyebabkan malaria tertiana.
Morfologi
Trofozoit muda: sel darah merah mulai membesar, parasit berbentuk cincin, inti
merah, sitoplasma biru, mulai terdapat titik Schuffner pada eritrosit.
Trofozoit tua: sitoplasma hamper memenuhi seluruh sel darah merah, pigmen
menjadi semakin nyata (kuning tengguli) masih terdapat vakuol.
Mikrogametosit: sitoplasma hampir memenuhi seluruh sel darah merah, inti difus di
tengah, pigmen tersebar.
Makrogametosit: sitoplasma bulat hampir memenuhi seluruh sel darah merah, tidak
terdapat vakuol, inti padat merah biasanya di tepi.
Skizon muda: inti sudah membelah lebih dari satu, tetapi kurang dari dua belas,
pigmen tersear.
Skizon tua: inti 12-24, pigmen berkumpul di tengah
7
Plasmodium malariae, merupakan penyebab malaria kuartana,karena serangan
demam berulang pada tiap hari keempat.
Morfologi
Trofozoit muda: sel darah merah tidak membesar, berbentuk cincin, jarang terlihat
titik Ziemann.
Bentuk pita: sitoplasma seperti pita, pita melebar, inti membesar, pigmen kasar
tersebar.
Makrogametosit: sel darah merah tidak membesar, sitoplasma bulat, inti padat, batas
jelas, letak di tepi.
Mikrogametosit: sel datah merah tidak membesar, sitoplasma bulat, inti difus di
tengah, pigmen kasar tersebar.
Skizon muda: inti kurang dari delapan, pigmen kasar dan tersebar.
Skizon tua: inti 8-12 tersusun seperti bunga, pigmen berkumpul di tengah.
Plasmodium ovale. menyebabkan malaria ovale. dengan gejala mirip malari vivax. Malaria
ini merupakan jenis ringan dan dapat sembuh sendiri.
Morfologi
Stadium trofozoit: sel darah merah membesar, berbentuk lonjong, satu atau kedua
ujung sel darah merah berbatas tidak teratur, terdapat titik James, kompak dengan
granula pigmen yang lebih kasar.
Stadium praeritrosit: periode prapaten 9 hari
Stadium skizon: benbentuk bulat dan bila matang, mengandung 8-10 merozoit yang
letaknya teratur di tepi mengelilingi granula pigmen yang berkelompok di tengah.
Makrogametosit: bentuknya bulat, inti kecil, kompak dan sitoplasma berwarna biru
Mikrogametosit: inti difus, sitoplasma berwarna pucat kemerah-merahan, berbentuk
bulat, pigmen dalam ookista berwarna coklat/tengguli tua.
Plasmodium falciparum, menyebabkan malaria tropika.
Morfologi
Trofozoit muda: berbentuk cincin, terdapat dua butir kromatin, bentuk marginal, sel
darah merah tidak membesar.
8
Skizon: pigmen menggumpal di tengah. Skizon muda berinti < 8 dan skizon tua
berinti 8-24.
Makrogametosit: berbentuk pisang agak langsing, inti padat di tengah, pigmen
mengelilingi inti, sitoplasma biru kelabu.
Mikrogametosit: berbentuk pisang gemuk, inti tidak padat, pigmen mengelilingi inti,
sitoplasma biru pucat kemerah-merahan.Penularan manusia dapat dilakukan oleh
nyamuk betina dari tribus anopheles
Spesies terkhir ini paling berbahaya karena malaria yang ditimbulkan dapat menjadi
berat. Hal ini disebabkan dalam waktu singkat dapat menyerang eritrosit dalam
jumlah besar, sehingga menimbulkan berbagai komplikasi di dalam organ-organ
tubuh.
Cara infeksi
Waktu antara nyamuk mengisap darah yang mengandungi gametosit sampai
mengandung sporozoit dalam kelenjar liurnya, disebut masa tunas ekstrinsik.
Sporozoit adalah bentuk infektif. Infeksi dapat terjadi dengan dua cara, yaitu :
1. Secara alami melalui vector, bila sporozoit dimasukkan ke dalam badan manusia
melalui tusukan nyamuk.
2. Secara induksi, bila stadium aseksual dalam eritrosit sacara tidak sengaja masuk
dlaam badan manusia melalui darah, misalnya transfuse, suntikan atau secara
congenital (bayi baru lahir mendapat infeksi dari ibu yang menderita malaria melalui
darah plasenta).
Hospes
Manusia merupakan hospes perantara parasit ini dan nyamuk Anopheles betina
menjadi hopses definitifnya atau merupakan vektornya.
Vektor
Vektor malaria merupakan sejenis nyamuk Anopheles sp. Betina. Terdapat 430
spesies nyamuk ini dan 30-40 dr padanya merupakan vector unutk malaria antaranya
ialah Anopheles Sundaicus, Anopheles Vagus, Anopheles Mucaltus, Anopheles
9
Barbumrosis, Anopheles Acunitus, Anopheles Barbirotus, Anopheles Anullaris,
Anopheles Indefinitus, dan Anopheles Leucosphirus.
Gambar 2.1 nyamuk anopeles
Anopeheles bermacam breeding place, sesuai dengan jenis anophelesnya sebagai
berikut :
1. Anopheles Sundaicus, Anopheles subpictus dan Anopheles Vagus senang
berkembang biak di air payau.
2. Tempat yang langsung mendapat sinar matahari disenangi Nyamuk Anopheles
Sundaicus, Anopheles Mucaltus dalam berkembang biak.
3. Breeding palces yang terlindung dari sinar matahari Disenangi Anopheles Vagus,
Anopheles Barbumrosis untuk berkembang biak.
4. Air yang tidak mengalir sangat disenangi oleh Nyamuk Anopheles Vagus,
Anopheles Indefinitus, Anopheles Leucosphirus untuk tempat berkembang biak.
5. Air yang tenang atau sedikit mengalir seperti sawah sangat disenangi Anopheles
Acunitus, Anopheles Vagus, Anopheles Barbirotus, Anopheles Anullaris untuk
berkembang biak.
Waktu keaktifan mencari darah dari masing -masing nyamuk berbeda - beda,
nyamuk yang aktif pada malam hari menggigit, adalah anopheles. dan culex
sedangkan nyamuk yang aktif pada siang hari menggigit yaitu Aedes. Khusus untuk
anopheles, nyamuk ini bila menggigit mempunyai perilaku bila siap menggigit
langsung keluar rumah. Pada umumnya nyamuk yang menghisap darah adalah
nyamuk betina.5
10
Gejala Klinis
Perjalanan penyakit malaria berbeda antara orang yang tidak kebal(tinggal di daerah
non-endemis)dan orang yang kebal atau semi-imun(tinggal di daerah endemis
malaria.Kesalahan atau keterlambatan diagnosis malaria pada orang non-imunakan
menyebabkan resiko tinggi terjadinya malaria berat atau malaria komplikasi.
Pada orang non-imun:
Biasanya demam terjadi lebih kurang 2 minggu setelah kembali dari daerah
endemis malaria.
Demam atau riwayat demam dengan suhu lebih dari 38OC biasanya di
temukan pada penderita malaria.
Pada permulaan penyakit,biasanya demam tidak bersifat periodic,sehingga
khas dan dapat terjadi setiap hari,demam dapat bersifat remiten (febris
remitens) atau terus menerus (ferbris kontinua).
Demam dapat di sertai gejala lain yang tidak spesifik seperti
mengigil,lemas,sakit kepala,sakit otot,batuk dan gejala gastrointestinal seperti
mual,muntah dan diare.
Pada orang semi-imun,gejala klinisnya bias lebih ringan:
Sakit kepala
Perasaan dingin dan nyeri sendi merupaka gejala klinis yang sering di
temukan pada kelompok anak.
Serangan demam yang khas terdiri atas beberapa stadium:
1. Serangan mengigil di mulai dengan perasaan dingin sekali sehingga
mengigil,penderita menutupi badanya dengan baju tebal ddan selimut,nadinya cepat
tapi lemah,bibir dan jari tangan menjadi biru kulinya kering dan pucat,kadang-
kadang di sertai muntah.Pada anak sering di sertai kejang,stadium ini berlangsung 15
menit sampai 1 jam.
2. Stadium puncak demam di mulai pada saat dingin sekali berubah menjadi panas
sekali,mukanya menjadi merah,kulit kering dan terasa panas seperti terbakar,sakit
kepala makin hebat,biasanya ada mual dan muntah,nadi penuh dan berdenyut
11
keras,perasaan haus sekali pada saat suhu naik 41oC (106oF) atau
lebih,berlangsungnya 2-6 jam.
3. Stadium berkeringat di mulai dengan penderita berkeringat banyak sehingga tempat
tidurnya basah,suhu turun dengan cepat kadang-kadang sampai di bawah ambang
normal.Penderita biasanya dapat tidur nyenyak dan waktu bangun merasa lemah
tetapi lebih sehat,stadium ini berlangsung 2-4 jam.
Serangan demam yang khas di mulai pada siang hari dan berlangsung 8-12 jam.setelah itu
terjadi stadium apireksia.Seangan demam makin lama makin berkurang beratnya karena
tubuh menyesuaikan diri dengan adanya parasit dalam badan dank arena respon imun
hospes.5,6
Pengobatan
Secara global WHO telah menetapkan di pakainya pengobatan malaria dengan memakai
obat ACT (artemisinin base-commbination therapy).Golongan atremisinin atau ART telah di
pilih sebagai obat utama karena efektif dalam mengatasi plasmodium yang resisten dengan
pengobatan.Selain itu artemisinin juga berkerja membunuh plasmodium dalam semua
stadium termasuk gametosit.Juga efektif terhadap semua spesies,plasmodium
falciparum,plasmodium vivax maupun lainnya.
Golongan Artemisinin
Berasal dari tanaman Artemisia annua.L yang di sebut dalam bahasa china
qinghaosu.
Obat ini termasuk kelompok seskuiterpen lakton mempunyai beberapa formula
seperti: artemisinin,artemeter,arte-eter,artesunat,asam artelinik dan
dihidroartemisinin.Obat ini berkerja sangat cepat dengan paruh waktu kira-kira 2
jam,larut dalam air,berkerja sebagai obat sizontocidal darah.Karena beberapa
penelitian bahwa pemakaian obat tunggal manimbulkan terjadinya
rekrudensi,maka di rekomendasikan untuk di pakai dengan kombinasi obat
lain.Dengan demikian juga akan memperpendek pemakaian obat.Obat ini dapat
di ubah dalam bentuk aktifnya dan penyediaan ada yang oral,parenteral/injeksi
dan suppositoria.
Pengobatan ACT (artemisinin base-commbination therapy)
12
Penggunaan golongan artemisin secara monoterapi akan mengakibatkan
ternjadinya rekrudensi.Karenanya WHO memberikan petunjuk menggunakan
artemisisnin dengan mengkombinasikan dengan obat anti malaria yang lain hal
ini di sebut ACT.
Kombinasi obat ini dapat berupa kombinasi dosis tetap atau fix dose atau
kombinasi tidak tetap non-fix dose.Kombinasi dosis tetap lebih memudahkan
pemberian pengobatan.contoh ialah:Co-Artem:yaaitu kombinasi artemeter (20
mg)+lumefantrine (100 mg).Dosis coartem 4 tablet 2x1 sehari selama 3
hari.Kombinasi tetap yang lain ialah dihidroartemisinin (40mg)+Piperakuin
(320mg) yaitu: “artekin”.Dosis artekin untuk dewasa:Dosis awal 2 tablet 8 jam
kemudian 2 tablet 24 jam dan 32 jam masing-masing 2 tablet.Kombinasi act yang
tidak tetap misalnya:
-artesunat+meflokuin
-artesunat+ amodiakin
- artesunat+ klorokuin
- artesunat + sulfadoksin-pirimetamin
- Artesunat + pironaridin
- Artesunat + clorproguanil-dapson (CDA/ lapdap plus)
- dihidro artemisinin + piperakuin +trimethoprim ( artekom)
- artekom + primakuin (CV8)
- Dihidroartemisinin + naptokuin
Dari kombinasi di atas yan tersedia di Indonesia saat ini adalalah artesunat+ amodiakin
dengan nama dagang “ artesdiaquine” atau atesumoon.Dosis untuk orang dewasa yaitu
artesunate (50mg per tablet) 200mg pada hari 1 samapai 3 (4 tablet).Untuk amodiakuin
(200mg per tablet) Yaitu hari 1 dan 2 dan 1 ½ tablet hari ke 3.Artesumoon ialah
kombinasi yang di kemas sebagai blister dengan aturan pakai tiap blister per hari
(artesunate+ amodiakuin) di minum selama 3 hari.Dosis amodiakuin adalah 25-30
mg/BB selama 3 hari.
Pengobatan malaria dengan obat-obat non ACT:
Wlaupun resistensi terhadap obat-obat standar non ACT telah di laporkan dari seluruh
provinsi di Indonesia,beberapa daerah masih cukup efektif baik terhadap klorokuin
maupun sulfadoksin primetamin (kegagalan masih kurang 25%).
13
Obat non-ACT ialah:
1. Klorokuin difosfat/sulfat,250ml garam (150ml basa),dosis 25ml basa/kg BB
untuk 3 hari,terbagi 10mg/BB hari 1 dan 2,5mg/kgBB pada orang dewasa biasa
dip aka dosis 4 tablet hari 1 dan 2 dan 2 tablet hari 3.di pakai untu plasmodium
falciparum dan vivax.
2. Sulfadoksin-pirimetamin(sp),(500mg sulfadoksin + 25 mg pirimetamin),dosis
orang dewasa 3 tablet dosis tunggal (1 kali).Atau dosis anak memakai takaran
pirimetamin 1,25mg/kgBB.obat ini hanya di pakai untuk plasmodium falciparum
dan tidak efektif untuk plasmodium vivax.Bila terjadi kegagalan dengan obat
klorokuin dapat menggunakan SP.
3. Kina Sulfat: (1 tablet 220 mg),dosis yang di anjurkan ialah 3x10mg/kgBB
selama 7 hari,dapat di pakai untuk plasmodium falciparum maupun plasmodium
vivax.Kina di pakai sebagai obat cadangan untuk mengatasi resistensi terhadap
klorokuin dan sp.Pemakaian obat ini untuk waktu yang lama(7 hari)
menyebabkan kegagalan untuk memakai sampai selesai.
4. Primakuin : (1 tablet 15 mg),di pakai sebagai obat pelengkap atau pengobatan
radikal terhadap plasmodium falciparum maupun plasmodium vivax.Pada
plasmodium falciparum dosisnya 45mg (3 tablet) dosis tunggal untuk membunuh
gamet : sedangkan untuk plasmodium vivax 15 mg/hari selama 14 hari yaitu
untuk membunuh gamet dan hipnozoit (anti-relaps).
Penggunaan obat kombinasi non ACT
Apabila pola resistensi masih rendah dan belum terjadi multiresistensi,dan belum
tersedianya obat golongan artemisisnin,dapat menggunakan obat standar yang di
kombinasikan.Contoh kombinasi ini adalah:
a. Kombinasi klorokuin+ sulfadoksin-pirimetamin
b. Kombinasi sp + kina
c. Kombinasi klorokuin + doksisiklin/tetrasiklin
d. Kombinasi sp + doksisiklin/tetrasiklin
e. Kina +doksisiklin/tetrasiklin
f. Kina + klindamisin
Pemakaian obat-obat kombinasi ini juga harus di lakukan monitoring respon pengobatan
sebab resistensi terhadap obat malaria berlangsung cepat dan meluas.1,6
14
Pencegahan
PEMBERANTASAN MALARIA
Pemberantasan malaria bertujuan untuk mencegah penularan malaria, terutama jika terjadi
KLB, menurunkan angka kematian, menurunkan angka kesakitan (insidensi dan prevalensi),
meminimalkan kerugian sosial dan ekonomi akibat malaria.
Pemberantasan malaria haruslah rasional, harus berbasis pada epidemiologinya; sarannya:
manusia / penduduk, parasit malaria, vektor dan lingkungannya.
Program pemberantasan malaria dilaksanakan dengan sasaran:
1. Kasus atau penderita yang diagnostik terbukti positif gejala klinis dan parasitnya
dalam darah à diberi pengobatan dan perawatan menurut SOP atau protokol bakunya
di puskesmas atau rumah sakit;
2. Penduduk daerah endemik à diberikan penyuluhan kesehatan dan dibagikan
kelambu berinsektisida.
3. Nyamuk vektornya dengan pengendalian vektor cara kimia, hayati atau manajemen
lingkungan, atau secara terpadu.
4. Lingkungan à dengan memodifiksi atau memanipulasi lingkungan supaya tidak
cocok lagi jadi habitat vektor à vektor pindah tempat atau berkurang kepadatannya
secara nyata.
Prognosis
Prognosis malaria vivax biasanya baik,tidak menyebabkan kematian.Bila tidak di beri
pengobatan,serangan pertama dapat berlangsung 2 bulan atau lebih.Rata-rata infeksi malaria
vivax tanpa pengobatan berlangsung 3 tahun,tetapi pada beberapa kasus dapat berlangsung
lebih lama,terutama karena relapsnya.
Prognosis malaria tanpa pengobatan,malariae dapat berlangsung sangat lama dan rekurens
pernah tercatat 30-50 tahun sesudah infeksi.
15
Sedangkan malaria ovale penyakitnya ringan dan dapat sembuh sendiri tanpa
pengobatan.Dan pada malaria falciparum berat prognosisnya buruk,sedangkan penderita
malaria falciparum tanpa komplikasi prognosisnya cukup baik bila di lakukan pengobatan
dengan segara dan di lakukan observasi hasil pengobatan.2,6
Diagnosis Banding
Demam Tifoid
Mempunyai banyak persamaan dengan gejala-gejalanya. Masih bisa dibedakan dengan
adanya gejala stomatitis dengan lidah tifoid yang khas, batuk-batuk, meterorismus, dan
bradikardi relatif yang kadang-kadang ditemukan pada demam tifoid. Kultur darah untuk
salmonella pada minggu pertama kadang-kadang bisa membantu diagnosis. Widal bisa
positif mulai minggu kedua, dianjurkan pemeriksaan berulang pada titer yang masih rendah
untuk membantu diagnosis. Kemungkinan adanya infeksi ganda antara malaria dan demam
tifoid kadang-kadang kita temukan juga.
Demam Berdarah Dengue
Disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes,diIndonesia dikenal 2
jenis nyamuk Aedes yaitu: Aedes Agypti dan Aedes albopictus.
Bacteria Meningitis
Meningitis adalah infeksi cairan di sumsum tulang belakang dan cairan yang mengelilingi
otak. Meningitis biasanya disebabkan oleh infeksi dengan virus atau bakteri. Mengetahui
apakah meningitis disebabkan oleh virus atau bakteri adalah penting karena perbedaan
dalam keseriusan penyakit dan pengobatan yang dibutuhkan.
Komplikasi
Malaria serebral
Malaria otak sering timbul sebagai malaria berat yang menyebabkan kematian.
Gejala yang timbul dapat tampak sebagai penurunan kesadaran dari somnolen
sampai koma, kejang-kejang atau psikosis organik Penyebab malaria otak masih
merupakan hipotesa yaitu akibat eritrosit yang mengandung parasit menjadi lebih
16
mudah melekat pada dinding pembuluh kapiler. Hal ini disebabkan karena
menurunnya muatan listrik permukaan eritrosit (Conrad,1969) dan pembentukan
tonjolan-tonjolan kecil dipermukaan eritrosit sehingga terjadi bendungan di
pembuluh darah otakkecil. Semakin matang parasit dalam eritrosit semakin besar
daya lekat eritrosit tersebut, terutama di organ dalam tetapi tidak di peredaran
darah, yang memungkinkan penyakit menjadi berat walaupun konsentrasi
eritrosit yang terinfeksidi peredarandarah rendah. Melekatnya eritrosit yang
terinfeksi pada pembuluh darah kapiler dapat mengakibatkan terhambatnya aliran
darah otak dan oedema. Oedema otak ini sering ditemukan pada waktu otopsi,
tetapi gejala klinik dari peningkatan tekanan intrakranial jarang sekali ditemukan
dan CT scan tidak menyokong oedem sebagai gambaran primer dari malaria
otak.
Gagal ginjal
Kelainan fungsi ginjal sering ditemui pada malaria falsiparum berat seperti
proteinuria, oliguria, anuria dan uremia. Kegagalan ginjal hampir selalu
disebabkan oleh nekrosis tubulus akut yang diperkirakan akibat kelainan perfusi
ginjal karena ipovolemi atau berkurangnya peredaran darah pada pembuluh
darah kapiler ginjal.Glomerulonefritis akut terjadi sebagai komplikasi malaria
falsiparum karena'terjadi nefritis imun kompleks.
Hipoglikemi
Sering ditemukan pada penderita malaria falsiparum sedang,berat dan tersering pada
wanita hamil. Kemungkinan penyebab hipoglikemi adalah karena konsumsi glukosa
oleh parasit dan rangsangan pengeluaran insulin oleh obat anti malaria (White dkk,
1983). Kelaparan yang timbul akibat tak mau makan dan muntah-muntah serta
penggunaan glikogen hati memungkinkan ternjadinya hipokalemia tersebut.
Edema paru
Edema paru merupakan komplikasi yang sering dan hampir selalu menyebabkan
kematian. Patogenesisnya belum jelas,mungkin berhubungan dengan menurunnya
volume aliran darah yang efektif, tidak berfungsinya aliran pembuluh, darah kecil
paru-paru, meningkatnya permeabilitas kapiler, volume cairan intravena yang
berlebihan DIC atau uremia.
17
Diare
Kurang berfungsinya penyerapan usus pada malaria disebabkan karena adanya
kelainan mukosa berupa edema, kongesti,perdarahan petechiae dan terdapat banyak
eritrosit yang terinfeksi sehingga terjadi nekrosis dan ulserasi usus.Malabsorpsi
diketemukan selama fase akut malaria falsiparum.4
Kesimpulan
Malaria merupakan suatu penyakit yang bersifat akut maupun kronik, yang disebabkan oleh
protozoa genus Plasmodium, yang ditandai dengan demam,anemia dan pembesaran
limpa.Plasmodium sebagai penyebab malaria terdiri dari4 spesies, yaitu P. falciparum, P.
ovale, P. vivax, danP. malariae. Malaria juga melibatkan hospes perantara yaitu nyamuk
nopheles betina. Daur hidup spesies malaria terdiri dari fase seksual dalam tubuh nyamuk
anopheles betina dan faseaseksual dalam tubuh manusia. Patogenesis malaria akibat dari
interaksi kompleksantara parasit, hospes dan lingkungan.
Daftar Pustaka
1. Sudoyo AW,Setiyohadi B,Alwi I,Simardibata M,Setiati S.Buku ajar ilmu prenyakit
dalam.Jakarta: InternalPublishing; 2009.
18
2. Staf Pengajar Departemen parasitologi,FKUI.Parasitologi kedokteran.Jakarta:Balai
penerbit FKUI;2009.
3. Brucellosis.Edisi 2010 .Di unduh dari:
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1974883-brucellosis/. 29 november
2010.
4. Alwi Idrus. Malaria. Dalam Noer HMS-Waspadji S-Rachman AM. Lesmana LA-
Widodo D-ISbagio H-Alwi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta2009. Hal: 2813
5. Davey P.At a glance medicine.Jakarta:Erlangga;2009.
6. Agustini SM dan Widayanti A., Nilai diagnostik Uji Imunokromatografi pada infeksi
Malaria, Medika 2005, vol. XXX:10, 626–30.
19