Format Ecase Bedah Lama

5
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sedang, stupor, dengan vital sign tekanan darah 110/ 70 mmHg, suhu 36.7 o C, nadi 82 x/ menit, pernafasan 17x/ menit. pemeriksaan kepala tidak terdapat hematom dan terdapat luka robek di sekitar wajah GCS 15. Bagian leher tidak didapatkan kelainan. Pada pemeriksaan paru- paru dan jantung dalam keadaan normal. Pemeriksaan abdomen (Inspeksi: distensi (-), luka(-), perdarahan (-), sikatrik (-), inflamasi (-), Auskultasi peristaltik (+), metallic sound (-), burburitmik (-), bising aorta abdominal (-). Perkusi timpani (+), Palpasi nyeri tekan (-), tidak ada defense musculair, Pemeriksaan ekstremitas dalam batas normal, tidak ada lemah gerak,tangan kiri terasa nyeri saat dipalpasi, Pergerakan normal, ROM (Range Of Motion) dalam batas normal. Pada pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu CT Scan serta Rontgen Antebrachii dengan hasil CT scan tidak ada perdarahan serta hasil rontgen berupa fraktur inkomplit pada os radius.. Hasil laboratorium darah Hb 13,3gr%, AL 11 rb/ul, AE 4,37 rb/ul, AT 348 rb/ul, Hmt 35,7%. Ureum 35mg/dl dan kreatinin 0,7 mg/dl. Dalam kasus ini, pasien wanita berusia 23 tahun mengalami kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan pasien pingsan dan akhirnya dibawa ke RS. Setelah dilakukan anamnesis teradap keluarga dan orang yang mengantarkan, pasien mengalami kecelakaan tertabrak pengendara lainnya. Saat dilakukan penanganan, pasien yang semula tidak sadar akhirnya sadar dan tidak ingat kejadian sebelumnya serta tidak mengenali orang tuanya sehingga bisa diambil kesimpulan pasien mengalami amnesia retrograde .Setelah sadar pasien diobservasi beberapa saat untuk meliat apakah ada gejala penurunan kesadaran kembali atau ada tanda mual, muntah ataupun sakit kepala yang terus menerus. Setelah diobservasi, didapatkan tidak terdapat gejala perdarahan epidural maupun intracranial namun masih belum bisa menyingkirkan akan kemungkinan subdural hemorrhage yang bisa saja terjadi beberapa saat, beberapa hari, beberapa minggu bahkan sampai hitungan bulan yang pada akhirnya menjadi alasan dokter untuk melakukan CT-scan. Setelah dilakukan CT-scan tidak didapatkan

description

format ecase UMY bedah lama

Transcript of Format Ecase Bedah Lama

Page 1: Format Ecase Bedah Lama

Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sedang, stupor, dengan vital sign tekanan darah 110/ 70 mmHg, suhu 36.7o C, nadi 82 x/ menit, pernafasan 17x/ menit. pemeriksaan kepala tidak terdapat hematom dan terdapat luka robek di sekitar wajah GCS 15. Bagian leher tidak didapatkan kelainan. Pada pemeriksaan paru-paru dan jantung dalam keadaan normal. Pemeriksaan abdomen (Inspeksi: distensi (-), luka(-), perdarahan (-), sikatrik (-), inflamasi (-), Auskultasi peristaltik (+), metallic sound (-), burburitmik (-), bising aorta abdominal (-). Perkusi timpani (+), Palpasi nyeri tekan (-), tidak ada defense musculair, Pemeriksaan ekstremitas dalam batas normal, tidak ada lemah gerak,tangan kiri terasa nyeri saat dipalpasi, Pergerakan normal, ROM (Range Of Motion) dalam batas normal.

Pada pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu CT Scan serta Rontgen Antebrachii dengan hasil CT scan tidak ada perdarahan serta hasil rontgen berupa fraktur inkomplit pada os radius.. Hasil laboratorium darah Hb 13,3gr%, AL 11 rb/ul, AE 4,37 rb/ul, AT 348 rb/ul, Hmt 35,7%. Ureum 35mg/dl dan kreatinin 0,7 mg/dl.

Dalam kasus ini, pasien wanita berusia 23 tahun mengalami kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan pasien pingsan dan akhirnya dibawa ke RS. Setelah dilakukan anamnesis teradap keluarga dan orang yang mengantarkan, pasien mengalami kecelakaan tertabrak pengendara lainnya. Saat dilakukan penanganan, pasien yang semula tidak sadar akhirnya sadar dan tidak ingat kejadian sebelumnya serta tidak mengenali orang tuanya sehingga bisa diambil kesimpulan pasien mengalami amnesia retrograde .Setelah sadar pasien diobservasi beberapa saat untuk meliat apakah ada gejala penurunan kesadaran kembali atau ada tanda mual, muntah ataupun sakit kepala yang terus menerus. Setelah diobservasi, didapatkan tidak terdapat gejala perdarahan epidural maupun intracranial namun masih belum bisa menyingkirkan akan kemungkinan subdural hemorrhage yang bisa saja terjadi beberapa saat, beberapa hari, beberapa minggu bahkan sampai hitungan bulan yang pada akhirnya menjadi alasan dokter untuk melakukan CT-scan. Setelah dilakukan CT-scan tidak didapatkan kelainan. Pasienpun akhirnya dirawat di bangsal dan tidak memerlukan perawatan intensif.

Pada dasarnya,pada kecelakaan lalu lintas hal yang perlu diperhatikan adalah cedera kepala yan dinilai melalui Glassgow Coma Scale(GCS) serta adanya perdarahan organ dalam yang dinilai melalui pemeriksaan fisik karena perdarahan organ dalam dapat berakibat fatal dan menyebabkan kematian. GCS merupakan standar yang berlaku untuk menilai cedera kepala berdasarkan 3 aspek, yaitu Eye, Verbal, Movement . Parameter GCS berupa

A. Eye

1. Tidak membuka mata walau sudah dirangsang

2. Membuka dengan rangsang sakit

3. Membuka dengan rangsang suara

4. Membuka spontan

B. Verbal

Page 2: Format Ecase Bedah Lama

1. Tidak Bersuara

2. Mengerang

3. Mengeluarkan kata

4. Disorientasi dalam menjawab

5. Orientasi bagus dalam berbicara

C. Movement

1. Tidak ada pergerakan

2. Ekstensi terhadap rangsangan

3. Fleksi terhadap rangsangan

4. Menhindar dari rangsang nyeri

5. Melokalisir nyeri

6. Menuruti perintah suara

Berdasarkan GCS, cedera kepala dibagi menjadi

1. Cedera kepala ringan dengan skor GCS 15.

2. Cedera kepala sedang dengan skor GCS 8-14

3. Cedera kepala berat dengan skor GCS 3-7

Pada kasus diatas diperlukan pengawasan penting terhadap kesadaran pasien, tanda vital serta keadaan kepala akibat trauma. Ada ciri kas kesadaran pada cedera kepala, yaitu:

1. Pingsan – Sadar- Pingsan

Fase ini disebut lucid interval yang terjadi pada epidural hemorrhagi, merupakan kegawatdaruratan dan dibutuhkan tindakan segera karena epidural hemorhhagi paling cepat dalam menekan struktur otak dan menyebabkan kematian

2. Sakit kepala hebat, terus menerus kemudian pingsan

Page 3: Format Ecase Bedah Lama

Pada tipe kesadaran ini, bisaanya terjadi perdarahan subdural. Rasa sakit yang ditimbulkan tidak muncul secepat perdarahan epidural, bisa terjadi berminggu-minggu hingga hitungan bulan

Penanganan pada cedera kepala setelah dilakukan penilaian derajat adalah pemberian zat osmotik jika diketahui pada pasien didapatkan cedera kepala yang perjalanannya memburuk secara cepat. Perubahan derajat cedera kepala yang cepat dikarenakan adanya edema serebri. Selain itu diperlukan foto ronten apakah ada fraktur dari tulang kepala atau tulang leher. Selanjutnya pengobatan yang bersifat simtomatis.

Cedera kepala walaupun tidak gawat darurat ada hal lain yang menimbulkan kekhawatiran terutama dirasakan oleh keluarganya yaitu hilangnya ingatan atau amnesia. Amnesia adalah hilangnya memori sebagian atau seluruhnya disebabkan cedera atau penyakit yang mengenai otak yang bertugas membentuk dan menjaga memori otak. Amnesia terbagi menjadi

1. Amnesia retrograde hilangnya ingatan sebagian atau seluruhnya sebelum waktu tertentu

2. Amnesia Antegrade yaitu hilangnya ingatan atau lebih tepatnya tidak mampu untuk membentuk ingatan baru

3. Amnesia disosiasi dimana seseorang mampu membentuk ingatan namun tidak bisa mengingatnya kembali

Penanganan amnesia masih merupakan terapi kognitif meski keberhasilan masih sangat tergantung dari penyebab dan beratnya amnesia. Jika penyebabnya adalah cedera permanen atau degeneratif susah disembuhkan namun jika tidak permanen hasil dapat memuaskan

Cedera kepala merupakan hal yang harus diperhatikan Pada pasien kecelakaan lalu lintas karena otak adalah pusat dari segala perintah sehingga jika otak mati maka tubuh pun tidak akan bisa melakukan sesuatu hal bahkan sampai tidak bisa bernafas. Selain cedera kepala kita perlu untuk memperhatikan perdarahan organ dalam. Pada pasien ini didapatkan cedera kepala ringan sehingga tidak diperlukan tindakan pembedahan namun didapatkan adanya amnesia. Tujuan utama dari perawatan adalah mengobati cedera kepala yang terjadi dan setelah itu saat pasien sudah sembuh bisa dikonsulkan untuk terapi kognitif

Ganong. W.F., editor Widjajakusumah D.H.M., 2001., Buku Ajar Fisiologi Kedokteran., edisi Bahasa Indonesia., Jakarta., EGC

2. Price, Sylvia A, 1995 Patofisiologi :konsep klinis proses-proses penyakit, ed 4, EGC, Jakarta

3. Guyton.A.C, 1996.Teksbook of Medical Physiology, philadelpia. Elsevier saunders

4. De Jong, Wim (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah EGC, Jakarta

5. Pierce A, Grace &Neil R.Borley 2006,Ilmu Bedah , Erlangga, Jakarta