FARHAT KAMAL-FDK.pdf
Transcript of FARHAT KAMAL-FDK.pdf
Wacana Pemilihan Kepala Daerah Pada Pemberitaan RUU Pilkada
Di Merdeka.Com
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Mmeperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Farhan Kamal
1110051100047
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015/1436 H
Wacana Pemilihan Kepala Daerah pada pemberitaan
RUU Pilkada di Merdeka.com
SKRIPSI
Diajukan kepadaFakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Farhan Kapal
NIM: 1110051100047
Di Bawah Bimbingan
W"*lsrTr NIJRBAYA. M.Si
I[IP: 197908?32A09Il.2002
KONSENTRASI JT]RNALISTIK
JI.]RUSAN KOMI'MKASI DA}[ PENITIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAII DAN ILMU KOMT,INIKASI
TIAIIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAIT JAKARTA
20tsn436rI
ii
ABSTRAK
FARHAN KAMAL
NIM:1110051100047
Wacana Pemilihan Kepala Daerah Pada Pemberitaan RUU Pilkada Di Merdeka.com
Politik dan media merupakan dua hal yang selalu menarik untuk diperbincangkan. Di
Indonesia sendiri keberadaan media sangat erat kaitannya dengan aroma kepentingan untuk
golongan tertentu ataupun kelompok politik tertentu yang mengatasnamakan akan rakyat dan
independen. . Dalam kaitannya dengan RUU Pilkada, merupakan upaya dari Koalisi Merah
Putih untuk pengesahan RUU Pilkada. Banyak terjadi perdebatan akan pengesahan RUU
Pilkada, dikarenakan pemilihan kepala daerah kembali dipilih oleh DPRD, bukan secara
langsung oleh rakyat.
Berdasarkan apa yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti ingin mengetahui
bagaimana level teks pemberitaan RUU Pilkada terkait Pemilihan Kepala Daerah Langsung
di Merdeka.com pada? Bagaimana level kognisi sosial dalam penyajian berita RUU Pilkada
terkait Pemilihan Kepala Daerah Langsung di Merdeka.com? Bagaimana level konteks sosial
dalam penyajian berita RUU Pilkada terkait Pemilihan Kepala Daerah Langsung di
Merdeka.com?
Dalam menjawab rumusan masalah ini, peneliti menggunakan teknik analisis wacana
Teun A. Van Dijk yang mengutamakan pada segi teks, kognisi sosial penulis dan konteks
sosial yang berkembang di masyarakat. Dalam hal ini Merdeka.com melihat bagaimana suatu
teks diproduksi dan bagaimana cara ia memandang suatu realitas sosial sehingga dituangkan
kedalam sebuah berita tertentu dalam dimensi kognisi sosial yang memiliki hubungan erat
dengan proses pembuatan teks dimana peristiwa atau informasi yang hendak ditonjolkan,
ditutup-tutupi, waktu, kejadian, dan lokasi, keadaan yang relevan atau perangkat dibentuk
dalam struktur teks.
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah kualitatif dengan desain
penelitian deskriptif. Informan dalam penelitian ini terdiri dari satu orang reporter, dan juga
redaktur bidang politik yang merangkap editor. Informan merupakan penulis dari berita
tersebut dan editor dari berita tersebut.
Hasil perolehan data dilapangan menunjukkaan bahwa kecenderungan yang berada di
lingkup Merdeka.com terjadi pada proses produksi serta pengolahan data dan juga peran
redaksi dan wartawannya yang secara jelas menolak akan disahkannya RUU Pilkada terkait
Pemilihan Kepala Daerah. Wacana dalam pemberitaan tersebut dibangun untuk meyakinkan
masyarakat bahwa RUU Pilkada tidak layak untuk disahkan. Kepentingan memang tidak
dapat dipungkiri terjadi dikarenakan banyak faktor, dalam Hierarki Pengaruh level individu
dan level ideologi yang menjadi faktor paling berpengaruh dapat terlihat dari berita yang
peneliti kaji dalam penelitian ini.
Kata Kunci: Wacana Pilkada, RUU Pilkada, Media Online.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan
nikmat iman, nikmat islam, serta nikmat sehat sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini.
Shalawat serta salam marilah kita panjatkan kepada nabi besar junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW, juga bagi keluarga, sahabat, serta para umatnya hingga akhir zaman.
Syukur Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Wacana Pemilihan Kepala Daerah Pada Pemberitaan RUU Pilkada Di
Merdeka.com”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar S1 di
lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Setelah melalui proses penelitian yang cukup lama selama sembilan bulan terakhir,
akhirnya rampung juga. Meskipun merasakan betapa sulitnya dalam mengumpulkan data.
Bersyukur hal tersebut bisa diatasi dengan cara bertukarpikiran bersama keluarga, teman
seangkatan, dosen, pembimbing, orang-orang yang berkontribusi dalam skripsi ini yang
mungkin jika tanpa mereka tidak akan menjadi seperti ini.
Penulis secara khusus ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua
penulis, yaitu ibunda Dedeh Zahidah dan ayahanda Ayub Syukur yang telah memberikan
support dan kasih sayang yang tak kunjung henti. Semoga mereka selalu dilindungi dan
diberkahi Allah SWT.
Selama masa penelitian, penyusunan, dan penulisan skripsi ini penulis mendapat
banyak bantuan dan dukungan dari segala pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
iv
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Bapak Dr. H. Arief Subhan,
M.A. Wakil Dekan I Bidang Akademik, Bapak Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D. Wakil
Dekan II Bidang Administrasi Umum, Bapak Drs. Jumroni, M.Si, serta Wakil Dekan
III Bidang Kemahasiswaan, Bapak H. Sunandar, M.A.
2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Bapak Kholis Ridho, M.Si. serta Sekretaris
Konsentrasi Jurnalistik Ibu Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A. yang telah banyak
meluangkan waktunya untuk sekedar berkonsultasi dan meminta bantuan dalam hal
perkuliahan.
3. Siti Nurbaya, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan,
dan menyemangati penulis dengan sabar untuk dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Terima kasih banyak atas semuanya.
4. Seluruh dosen pengajar dan staf akademik Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Terima kasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikan.
5. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah menyediakan
buku dan fasilitas lainnya untuk mendapatkan referensi dan memperkaya isi skripsi
ini.
6. Pihak Media Online Merdeka.com, Bapak Muhammad Hasits, Bapak Laurel Benny
Siron Silalahi. Terima kasih atas bantuannya sehingga penulis dapat melakukan
penelitian ini dengan baik.
7. Adik tercinta saya Zufar Fawwaz dan Nasywa Khalida.
8. Keluarga besar KH. Rochimuddin Nawawi. Yang telah memberikan semangat, doa,
serta kasih sayang yang luar biasa.
9. Teman terdekat saya Siti Rahmadianti S.H. Terima kasih selalu ada dikondisi apapun.
v
10. Sahabat terbaik penulis, Yugaswara, Hartadian, Ramadhan, Pramesti, Isnaini,
Choiriyah, Rahmaidah, Naisila, Permatasari, Hidayati,dan Bayani. Terima kasih
sudah menjadi sahabat yang selalu ada di kala susah dan senang. Semoga kebahagiaan
dan kesuksesan selalu bersama kalian.
11. Teman-teman yang selalu memberi semangat saat kuliah dan berbagi cerita Fauzi,
Aditya, Kenwal, Damar, Tyo, Dwiyan, Rizki, Fauziah, Stiffani, Diyah. Terima kasih
sudah menemani penulis selama 4 tahun menjalani kuliah.
12. Teman-teman Jurnalistik 2010, Algiffari, Imam,Anisa, Lala, Fika serta seluruh teman
Jurnalistik B yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk setiap
keceriaan yang pernah terjadi. Semoga tali silahturahmi akan selalu terjalin antara
kita.
13. Serta semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis baik secara langsung
maupun tidak langsung. Mereka yang telah menjadi sumber inspirasi dan semangat
bagi Peneliti yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, tanpa mengurangi rasa
hormat saya pada mereka semua.
Akhirnya hanya rasa syukur, ucapan terima kasih, dan permohonan maaf yang dapat
penulis sampaikan jika selama ini banyak kesalahan serta kekhilafan yang pernah penulis
perbuat. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pihak tanpa terkecuali. Amin Ya
Rabbal’alamin.
Jakarta, 6 Januari 2015
FARHAN KAMAL
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 5
D. Kerangka Teori ........................................................................................ 6
E. Metodologi Penilitian ............................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan .............................................................................. 11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk ........................................................ 13
1. Level Teks ........................................................................................... 16
2. Level Kognisi Sosial ........................................................................... 29
3. Level Konteks Sosial .......................................................................... 30
BAB III MERDEKA.COM SEBAGAI MEDIA ONLINE
1. Merdeka.com Dalam Tinjauan Sejarah Media Online ............................. 33
2. Pemberitaan RUU Pilkada di Merdeka.com ............................................. 38
BAB IV TEMUAN TEKS DAN ANALISIS WACANA PEMBERITAAN
A. Analisis Wacana Level Teks ................................................................... 41
B. Analisis Wacana Level Kognisi Sosial ................................................... 55
C. Analisis Wacana Level Konteks Sosial ................................................... 59
BAB V PENUTUP
A.. Kesimpulan ............................................................................................ 67
B. Saran ....................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 71
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Hasil Wawancara
2. Surat Izin Penulisan
3. Surat Merdeka.com
4. Berita Terkait
5. Draf RUU Pilkada
6. Dokumentasi E-mail & Berita Terkait
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Struktur Teks........................................................................................ 31
Tabel 2 Elemen Wacana Van Dijk .................................................................... 32
Tabel 3 Tim Redaksi Merdeka.com ................................................................... 50
Tabel 4 Analisis Teks Berita .............................................................................. 66
Tabel 5 Skema/Model Kognisi Sosial Van Dijk ................................................ 75
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hadirnya media massa menjadi salah satu cara memenuhi rasa
keingintahuan kita terhadap suatu informasi. Saat ini kehadiran Cyber Media
menjadi tren tersendiri dalam proses penyebaran informasi. Namun sejarah media
massa memperlihatkan bahwa sebuah teknologi baru tidak pernah menghilangkan
teknologi lama. Jurnalisme online mungkin tidak akan sepenuhnya menggantikan
bentuk-bentuk media lama. Melainkan, tampaknya menciptakan suatu cara yang
unik untuk memproduksi berita dan mendapatkan konsumen berita.1
Analisis wacana di dalam sebuah media sekarang yang notabene
berlimpah informasi, tentu terkait dengan semakin banyak, beragam dan
canggihnya industri media informasi dan komunikasi. Mulai dari cetak hingga
elektronik. Dengan hanya terpancang pada materi berita-berita yang ditawarkan,
kita jelas bisa pusing tujuh keliling. Tetapi dengan mencoba menelisik lebih jauh
„bagaimana‟ dan „mengapa‟ berita itu dihadirkan, kita akan segera tahu bahwa
terdapat motif-motif politik-ideologis tertentu yang ber(ter)sembunyi di balik
1 Septiawan Santana K., Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta :Yayasan Obor Indonesia, 2005) h.133
2
teks-teks berita tersebut. Secara sederhana, cara membaca yang lebih mendalam
dan jauh ini disebut sebagai analisis wacana. 2
RUU Pilkada atau Rancangan Undang Undang Pemilihan Kepala Daerah
menjadi isu hangat yang menarik untuk dikaji, apalagi tahun 2014 merupakan
tahun diselenggarakannya pesta demokrasi yang rutin dilaksanakan tiap lima
tahun sekali. Rancangan Undang-undang tentang Pemilihan Kepala Daerah (RUU
Pilkada) sudah sejak 2010 disiapkan oleh Kementerian Dalam Negeri
(Kemendagri). Sesuai kesepakatan antara Komisi II DPR dengan Kemendagari,
RUU Pilkada akan diselesaikan sebelum penyelenggaraan Pemilu 2014.
Dengan demikian pilkada pasca-Pemilu 2014 sudah menggunakan
undang-undang baru. Naskah akademik RUU Pilkada menyebutkan tiga tujuan:
pertama, memberikan arahan dalam penyusunan norma-norma pengaturan dalam
undang-undang tentang pemerintahan daerah; kedua, menyelaraskan pengaturan
norma dalam undang-undang sesuai dengan norma akademis, teoritis dan yuridis;
ketiga, memberikan penjelasan mengenai kerangka pikir dan tujuan norma-norma
pengaturan dalam undang-undang tentang pemilihan gubernur dan
bupati/walikota.
RUU Pilkada terdiri atas 7 bab dan 181. Dalam RUU ini terdapat dua
ketentuan baru yang berbeda secara signfikan dari ketentuan UU No. 32/2004:
pertama, pilkada hanya memiilih gubernur dan bupati/walikota, sementara wakil
gubernur dan wakil bupati/wakil walikota ditunjuk dari lingkungan PNS; kedua,
2 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKIS, 2012), hal. iii
3
gubernur dipilih tidak lagi dipilih langsung oleh rakyat, meliankan oleh DPRD
provinsi.3
Dalam analisis wacana bahasa dipandang memiliki fungsi tertentu. Dalam
hal ini, bahasa didayagunakan untuk kepentingan tertentu, baik itu motif ideologis
dan politis. Sejalan dengan itu, Tebba menyatakan bahwa berita yang dilaporkan
oleh media ada yang bersifat ideologis, politis dan bisnis. Ideologi suatu media
massa biasanya ditentukan oleh latar belakang agama maupun nilai-nilai yang
dihayatinya.4
Politik berkaitan dengan disiarkan atau tidak disiarkan suatu berita. Pers
tidak pernah lepas dari masalah politik, sebab kehidupan pers merupakan
indikator demokrasi. Demokratis tidaknya suatu negara antara lain ditentukan oleh
kehidupan persnya, yaitu bebas atau tidak. Selanjutnya berita yang didasarkan
oleh pertimbangan bisnis, misalnya ada surat kabar didirikan oleh umat Islam
menyampaikan peristiwa-peristiwa yang menjadi kepentingan umat agama lain
karena sebagian besar belanja iklan dikuasai oleh kalangan nonmuslim.
Pertimbangannya surat kabar tidak ada yang dapat hidup dan berkembang
tanpa memuat iklan. Sebaliknya ada surat kabar yang didirikan golongan Kristen
menyampaikan peristiwa yang menjadi kepentingan Islam dan kaum muslimin
karena menyadari bahwa sebagian besar khalayak adalah muslim.
3 http://www.rumahpemilu.org/in/read/148/Rancangan-Undang-Undang-tentang-Pemilihan-
Kepala-Daerah , diakses pada Tanggal 23/09/2014 Pukul 10.01 4 Aris Badara, Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya Pada Wacana Media, (Jakarta:
Kharisma Putra Utama, 2012), h. 11
4
Pertimbangannya, tidak ada surat kabar yang berkembang tanpa dibaca oleh
khalayak yang besar pula.5
Dalam pemberitaan Merdeka.com yang berjudul,” LSI: RUU Pilkada
Penuh Aroma Balas Dendam Koalisi Merah Putih”, dapat dilihat seperti apa
kecenderungan media tersebut. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa tiap-tiap
media memiliki kepentingan, dan tidak menutup kemungkinan dapat terlihat dari
berita-berita mereka seperti yang akan penulis angkat.
Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas, maka penelitian ini diberi
judul, “Wacana Pemilihan Kepala Daerah Pada Pemberitaan RUU Pilkada di
Merdeka.com”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penulis
membatasi masalah penelitian ini pada berita mengenai RUU Pilkada di
Merdeka.com edisi 9 september yang berjudul, ” LSI: RUU Pilkada Penuh Aroma
Balas Dendam Koalisi Merah Putih”. Karena pada edisi tersebut terdapat indikasi
bahwa Merdeka.com cenderung menolak disahkannya RUU Pilkada yang tengah
gencar diusahakan oleh pihak-pihak tertentu dengan menggunakan data survey
dari organisasi survey yang terkemuka sehingga masyarakat diharapkan satu
pemikiran dengan berita tersebut.
5 Aris Badara, Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya Pada Wacana Media, (Jakarta:
Kharisma Putra Utama, 2012), h. 11
5
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana wacana terkait isu Pemilihan Kepala Daerah Langsung
pada pemberitaan “LSI: RUU Pilkada Penuh Aroma Balas Dendam
Koalisi Merah Putih” di Merdeka.com pada level teks?
2. Bagaimana wacana terkait isu Pemilihan Kepala Daerah Langsung
pada pemberitaan “LSI: RUU Pilkada Penuh Aroma Balas Dendam
Koalisi Merah Putih” di Merdeka.com pada level kognisi sosial?
3. Bagaimana wacana terkait isu Pemilihan Kepala Daerah Langsung
pada pemberitaan “LSI: RUU Pilkada Penuh Aroma Balas Dendam
Koalisi Merah Putih” di Merdeka.com Pada level konteks sosial?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana
wacana terkait isu Pemilihan Kepala Daerah Langsung dibalik isi pemberitaan
RUU Pilkada pada Media Online Merdeka.com edisi 9 September pukul 15.24
2014.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
1. Menambah khasanah akademik terutama mengenai kajian
media terkait dengan berita yang bermuatan politik.
6
2. Memperdalam kajian dalam konteks analisis wacana terkait
berita yang bermuatan politik.
b. Manfaat Praktis
Mampu menjelaskan pengetahuan dasar mengenai berita di media
cetak dan menjadi bahan evaluasi akan permasalahan-permasalahan
yang terkait dengan berita RUU Pilkada pada Media Online
Merdeka.com bagi masyarakat dan para pekerja industri media.
B. Kerangka Teori
A. Analisis Wacana
Dalam penelitian ini anilisis yang digunakan adalah analisis wacana
Teun A. Van Dijk, yang sering disebut ”kognisi sosial” nama pendekatan
semacam ini tidak dapat dilepaskan dari karakteristik analisis wacana
model van Dijk. Menurut van Dijk penelitian wacana tidak cukup hanya
didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari praktik
produksi yang harus diamati.
Dikutip dari buku Teknik Praktis Riset Komunikasi ditulis oleh
Rachmat Kriyantono, Foucault mengatakan bahwa “ Wacana sebagai
bidang dari semua pernyataan (statement)”, kadang sebagai sebuah
7
individualisasi kelompok pernyataan, dan kadang sebagai praktik regulatif
yang dilihat dari sejumlah pernyataan. 6
C. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Dalam penelitian tentang wacana pemberitaan ini, peneliti
menggunakan paradigma konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme
memperhatikan interaksi kedua belah pihak, komunikator dan komunikan
untuk menciptakan pemaknaan atau tafsiran dari suatu pesan. Paradigma
konstruktivis menekankan pada politik pemaknaan dan proses bagaimana
seseorang membuat gambaran tentang realitas. Paradigma ini memandang
kegiatan komunikasi proses yang dinamis.
Titik perhatian tidak terletak pada bagaimana seseorang mengirimkan
pesan, melainkan bagaimana masing-masing pihak yang terlibat dalam
lalu lintas komunikasi produksi pesan tersebut dan mempertukarkan
maknanya. Dalam paradigma konstruktivisme ini adalah cara berfikir bagi
peneliti dalam penelitiannya, bahwa segala peristiwa maupun berita yang
ada tidak lahir sebagai realitas murni saja namun di balik realitas peristiwa
yang dibangun terdapat orang-orang tertentu yang turut mengkonstruksi
berita.
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dimana penelitian tidak menggunakan data statistik, umumnya
6 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi : Disertai Contoh Praktis Riset Media,
Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2007), h. 258
8
berbentuk narasi atau gambar-gambar.7 Penelitian dengan menggunakan
pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk menjelaskan sebuah fenomena
melalui pengumpulan data yang mendalam.
2. Subjek, Objek dan Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi subjeknya adalah media online
Merdeka.com, sedangkan objeknya adalah pemberitaan tentang Pemilihan Kepala
Daerah Langsung Pada RUU Pilkada edisi 9 september 2014. Tempat penelitian
dilakukan di kantor redaksi Merdeka.com Jalan Tebet Barat IV No.3 Jakarta
Selatan pada tanggal 13 November 2014.
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Data-data berbentuk
kata-kata, kalimat-kalimat, narasi-narasi. Data ini berhubungan dengan
kategorisasi, karakteristik berwujud pernyataan atau kata. Dari data lapangan
mengenai pokok-pokok permasalahan yang akan dikaji.
Data-data dikumpulkan dengan cara melakukan wawancara pada penulis
berita dan redaktur dari media yang akan diteliti. Analisis data kualitatif
digunakan jika data yang terkumpul dalam riset adalah kualitatif.
7 Ronny Kontur, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, (Jakarta: CV. Teruna
Grafica, 2005), h. 16
9
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara Mendalam ( Depth Interview )
Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau
informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar
mendapatkan data yang lengkap dan mendalam. Peneliti melakukan tanya jawab
kepada Redaktur Politik merangkap Editor Merdeka.com Muhammad Hasits, juga
dengan Reporter yaitu Laurel Benny Siron Silalahi secara detail terkait atas
terbitnya berita tersebut, sebagai cara untuk mengumpulkan data dan fakta untuk
memecahkan masalah yang diteliti.
b. Dokumentasi
Pengumpulan dokumentasi diperuntukkan studi terhadap media online,
dan sebagai suatu cara pengumpulan data yang bertujuan untuk dijadikan bukti
dari data yang telah diambil dan berguna untuk mengumpulkan data secara
tersistem dan objektif. Dokumentasi berupa print screen berita, e-mail dari
Redaktur Politik Merdeka.com Muhammad Hasits, dan Reporter Laurel Benny
Siron Silalahi.
5. Teknik Analisis Data
Analisis wacana lebih melihat kepada isi pesan yang akan diteliti, data-
data akan disesuaikan dengan metode yang digunakan Teun A. Van Dijk, yaitu
meneliti dari analisis teks bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang
dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Kognisi sosial, dipelajari proses
produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan.
10
Tapi ia juga melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, kelompok
kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan berpengaruh pada teks. Wacana oleh
van Dijk digambarkan mempuyai tiga dimensi, diantaranya : teks, kognisi sosial,
dan konteks sosial (analisis sosial). Dalam dimensi teks yang dianalisis bagaimana
struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema
tertentu.
Pada level kognisi sosial dipelajari bagaimana proses produksi teks berita
yang melibatkan kognisi individu dari komunikator. Sedangkan, aspek analisis
sosial mempelajari bagunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan
suatu masalah. Namun dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada dimensi
teks dan analisis sosial.8
Dan konteks sosial, mempelajari bangunan wacana yang berkembang
dalam masyarakat akan suatu masalah.Data-data tersebut merupakan data yang
terdapat dalam berita di Merdeka.com, kemudian akan ditafsirkan oleh peneliti
dengan disesuaikan pada kerangka dalam analisis wacana.9 Sedangkan teknik
penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Desertasi) terbitan Ceqda.
D. Sistematika Penulisan
8 Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKIS, 2012), h. 221
9 Eriyanto, Analisis Wacana , h.224
11
BAB I : Menguraikan tentang latar belakang masalah penelitian, pembatasan, dan
perumusan maslah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi
penelitian dan sistematika penulisan
BAB II : Bab ini akan menguraikan kajian teoritis mengenai Analisis Wacana
Model Teun A. Van Dijk dalam Paradigma Konstruktivis, dengan Level Teks,
Level Kognisi Sosial, dan Level Konteks Sosial.
BAB III : Bab ini memaparkan mengenai Sejarah Singkat, Visi, dan Misi dari
Media Online Merdeka.com. Selain itu pemberitaan Merdeka.com tentang RUU
Pilkada pun jadi pembahasan pada bab ini.
BAB IV : Membahas mengenai temuan teks dan wacana Pemilihan Kepala
Daerah Langsung Pada Pemberitaan RUU Pilkada, meliputi analisis wacana
model Teun A. Van Dijk.
BAB V : Berisi kesimpulan dan saran. Bab ini merupakan bab penutup dari
berbagai sub bab yang memuat kesimpulan penulisan, sekaligus jawaban
pertanyaan yang diajukan dalam perumusan permasalahan.
12
BAB II
13
KAJIAN TEORITIS
A. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk
Dalam buku “Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media” karangan
Eriyanto, di dalamnya terdapat tokoh-tokoh yang mengembangkan analisis
wacana. Tokoh-tokoh yang terkenal dan dikemukakan oleh Eriyanto diantaranya
Roger Fowler (1979), Norman Fairclough (1998) yaitu mengenai wacana tentang
ideologi, Sara Mills (1992) yang menitikberatkan perhatian kepada wacana
mengenai feminisme, Theo van Leeuwen (1986) adalah analisis yang
diperuntukkan untuk mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau
seseorang dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana.
Dari banyaknya tokoh yang mengembangkan analisis wacana, model van
Dijk-lah yang paling sering dipakai dalam berbagai penelitian teks media. Meski
penelitian-penelitian wacana yang sering diteliti oleh van Dijk adalah mengenai
rasialisme namun tidak menutup kemungkinan terhadap objek penelitian atau teks
berita lainnya untuk diteliti. Sama halnya, seperti objek penelitian terhadap teks
berita “LSI: RUU Pilkada Penuh Aroma Balas Dendam Koalisi Merah Putih” ini.
Jika penelitian dalam skripsi ini menggunakan analisis Teun A. Van Dijk,
maka harus diketahui terminologi analisis wacana dari van Dijk itu sendiri, yang
dikutip dari buku “Aims of Critical Discourse Analysis.”
Critical Discourse Analysis (CDA) has become the general laber for a
study of text and talk, emerging from critical linguistics, critical
14
semiotics and in general from socio-politically conscious and
oppositional way of investigating language, discourse and
communication. As is the case many fields, approaches, and
subdisciplines in language and discourse studies, however, it is not easy
precisely delimit the special principles, practices, aims, theories or
methods of CDA. 10
Analisis wacana ini berasal dari analisis linguistik kritis. Merambah
kepada ilmu sosial lainnya. Meski awalnya berasal dari bahsan wacana linguistik,
tapi tidak menutup kesempatan kepada ilmu sosial lainnya untuk diteliti. Van dijk
lebih menyukai untuk berbicara mengenai Critical Discorse Studies (CDS) karena
batasannya lebih umum, tidak hanya meliputi analisis kritis tapi juga teori kritis
seperti penerapan kritis. Namun dalam penelitian ini lebih tertuju kepada
paradigma konstruktivis, bukan paradigma kritis.
Van dijk juga memfokuskan kajiannya pada peranan strategis wacana
dalam proses distribusi dan reproduksi pengaruh hegemoni atau kekuasaan
tertentu. Salah satu elemen penting dalam proses analisa terhadap wacana publik
yang tertuju pada kelompok-kelompok masyarakat. Secara teoritis bisa dikatakan,
supaya relasi antara suatu hegemoni dengan wacana bisa terlihat dengan jelas,
maka kita membutuhkan hubungan kognitif dari bentuk-bentuk massyarakat, ilmu
pengetahuan, ideologi dan beragam representasi sosial lain yang terkait dengan
pola pikir sosial, hal ini juga mengaitkan individu dengan masyarakat, serta
struktur sosial mikro dan makro.11
10
Teun van Dijk, Aims of Critical Discourse Analysis, (Japan Discourse,1995) Vol.1 h,17 11
Teun van Dijk, Discourse and Society: Vol 4 (2). (London: Newbury Park and New Delhi:
Sage,1993), h.249
15
Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis wacana Teun
A. Van Dijk, yang sering disebut ”kognisi sosial” nama pendekatan semacam ini
tidak dapat dilepaskan dari karakteristik analisis wacana model van Dijk. Menurut
van Dijk penelitian wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks
semata, karena teks hanya hasil dari praktik produksi yang harus diamati.
Dalam hal ini Merdeka.com melihat bagaimana suatu teks diproduksi dan
bagaimana cara ia memandang suatu realitas sosial sehingga dituangkan kedalam
sebuah berita tertentu dalam dimensi kognisi sosial yang memiliki hubungan erat
dengan proses pembuatan teks dimana peristiwa atau informasi yang hendak
ditonjolkan, ditutup-tutupi, waktu, kejadian, dan lokasi, keadaan yang relevan atau
perangkat dibentuk dalam struktur teks.
Dikutip dari buku Teknik Praktis Riset Komunikasi ditulis oleh Rachmat
Kriyantono, Foucault mengatakan bahwa “ Wacana sebagai bidang dari semua
pernyataan (statement)”, kadang sebagai sebuah individualisasi kelompok
pernyataan, dan kadang sebagai praktik regulatif yang dilihat dari sejumlah
pernyataan. 12
Pada level kognisi sosial dipelajari bagaimana proses produksi teks berita
yang melibatkan kognisi individu dari komunikator. Sedangkan, aspek analisis
sosial mempelajari bagunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan
12
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi : Disertai Contoh Praktis Riset Media,
Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2007), h. 258
16
suatu masalah. Namun dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada dimensi
teks dan analisis sosial.13
Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah struktur dari teks. Van Dijk
memanfaatkan dan mengambil analisis linguistik tentang kosakata, kalimat,
proposisi, dan paragraf untuk menjelaskan dan memaknai suatu teks. Kognisi
sosial merupakan dimensi untuk menjelaskan dan memaknai suatu teks. Cara
memandang atau melihat suatu realitas sosial itu yang melahirkan teks tertentu.
Misalnya timbul akibat struktur pikiran tertentu yang membentuk suatu cara
melihat persoalan sehingga mempengaruhi bagaimana suatu teks diproduksi.
Sedangkan analisis sosial melihat bagaimana teks itu dihubungkan lebih jauh
dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat atas
suatu wacana. Ketiga dimensi ini merupakan bagian yang integral dan dilakukan
secara bersama-sama dalam analisis Van Dijk.
1. Teks
Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur / tingkatan yang
masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga
tingkatan. „Pertama‟, struktur makro. Ini merupakan makna global / umum dari
suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan
dalam suatu berita. Kedua, superstruktur. Ini merupakan struktur wacana yang
berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun
13
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKIS, 2012), h. 221
17
kedalam berita secara utuh. Ketiga bagian kecil dari suatu teks yakni kata,
kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar.
Makna global dari suatu teks didukung oleh kata, kalimat, dan proposisi
yang dipakai. Pernyataan tema pada level umum didukung oleh pilihan kata,
kalimat, atau retorika tertentu. Prinsip ini membantu peneliti untuk mengamati
bagaimana suatu teks terbangun lewat elemen-elemen yang lebih kecil. Skema ini
juga memberikan peta untuk mempelajari suatu teks.
Kita tidak hanya mengerti dari suatu teks berita, tetapi juga elemen yang
membentuk teks berita, kata, kalimat, paragraf dan proposisi. Kita tidak hanya
mengetahui apa yang diliput oleh media, tetapi juga bagaimana media
mengungkapkan peristiwa ke dalam pilihan bahasa tertentu dan bagaimana itu
diungkapkan lewat retorika tertentu.
Hubungan antara teks dan praktik sosial diperantarai oleh praktik
kewacanaan. Oleh sebab itu hanya melalui praktik kewacaan sajalah tempat orang
menggunakan bahasa untuk menghasilkan dan mengkonsumsi teks-teks bisa
membentuk dan dibentuk oleh praktik sosial. Pada saat yang sama, teks (ciri-ciri
linguistik formal) memengaruhi proses pemroduksian dan pengkonstruksian
(Fairclough 1992b: 71ff; 1995b:60).14
Kalau digambarkan maka struktur teks
adalah sebagai berikut:
14
Marianne W. Jorgensen & Louise J. Phillips, Analisis Wacana Teori & Metode,
(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2010), h. 129
18
Tabel 1
Struktur Makro
Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/tema yang diangkat
oleh suatu teks.
Superstruktur
Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan.
Struktur Mikro
Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya
yang dipakai oleh suatu teks
Dengan kata lain analisis wacana lebih bisa melihat makna yang
tersembunyi dalam suatu teks.15
Menurut Van Dijk, penelitian atas wacana tidak
cukip hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil
dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Wacana Van Dijk
digambarkan mempunyai tiga dimensi/bangunan: teks, kognisi sosial, dan konteks
sosial. Inti analisis Van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana
tersebut kedalam satu kesatuan analisis.16
Berikut berbagai elemen yang
merupakan satu kesatuan untuk memperoleh gambaran dari elemen-elemen yang
akan diamati:
15
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001),h. 270 16
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 224
19
Tabel 2
Tabel Elemen Wacana Van Dijk 17
Struktur Wacana Hal yang diamati Elemen
Struktur makro Makna
global dari suatu teks
yang dapat diamati dari
topik/tema yang
diangkat oleh suatu
teks
TEMATIK Tema/topik
yang dikedepankan
dalam suatu berita
Topik
Superstruktur
Kerangka suatu teks, seperti bagian
pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan
SKEMATIK
Bagaimana bagian dan urutan berita
diskemakan dalam teks berita utuh
Skema
Struktur mikro
Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati
dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang
dipakai suatu teks
SEMANTIK
Makna yang ingin ditekankan dalam teks
berita. Misal dengan memberi detail pada
satu sisi atau membuat eksplisit satu sisi dan mengurangi detail sisi
lain
Latar, detail, maksud,
praanggapan, nominalisasi
Struktur mikro Makna lokal dari suatu
teks yang dapat diamati
dari pilihan kata,
kalimat, dan gaya yang
dipakai suatu teks
SINTAKSIS
Bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang
dipilih.
Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti
17
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001),h. 228
20
Struktur mikro Makna lokal dari suatu
teks yang dapat diamati
dari pilihan kata,
kalimat, dan gaya yang
dipakai suatu teks
STILISTIK Bagaimana pilihan kata yang
dipakai dalam teks berita
Leksikon
Struktur mikro Makna lokal dari suatu
teks yang dapat diamati
dari pilihan kata,
kalimat, dan gaya yang
dipakai suatu teks
RETORIS Bagaimana dan dengan cara
penekanan dilakukan
Grafis, metefora,
ekspresi
a. Tematik
Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga
disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Topik
menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam
pemberitaannya. Topik menunjukkan konsep dominan, sentral, dan paling
penting dari isi suatu berita. Oleh karena itu, ia sering disebut sebagai tema
atau topik. Dalam analisis, topik suatu berita ini memang baru bisa
disimpulkan, seperti halnya kalau kita menggambarkan gagasan apa yang
dikedepankan atau gagasan inti dari wartawan ketika melihat atau memandang
suatu peristiwa.
Gagasan penting Van Dijk, wacana umumnya dibentuk dalama tata aturan
umum (macrorule). Teks tidak hanya didefinisikan mencerminkan suatu
pandangan tertentu atau topik tertentu, tetapi suatu pandangan umum yang
koheren. Van Dijk menyebut hal ini sebagai koherensi global (global
21
coherence), yakni bagian-bagian dalam teks kalau dirunut menunjuk pada
suatu titik gagasan umum, dan bagian-bagian itu saling mendukung satu sama
lain untuk menggambarkan topik umum tersebut.
Topik menggambarkan tema umum dari suatu teks berita, topik ini akan
didukung oleh subtopik satu dan subtopik lain yang saling mendukung
terbentuknya topik umum. Subtopik ini juga didukung oleh serangkaian fakta
yang ditampilkan yang menunjuk dan menggambarkan subtopik, sehingga
dengan subbagian yang saling mendukung antara satu bagian dengan bagian
yang lain, teks secara keseluruhan membentuk teks koheren yang utuh.
Gagasan Van Dijk berdasarkan pada pandangan ketika wartawan meliput
suatu peristiwa dan memandang suatu masalah didasarkan pada suatu
mental/pikiran tertentu. Kognisi atau mental ini secara jelas dapat dilihat dari
topik yang dimunculkan dalam berita. Karena topik disini dipahami sebagai
mental atau kognisi wartawan, tidak mengherankan jika semua elemen dalam
berita mengacu dan mendukung topik dalam berita.
Elemen lain dipandang sebagai bagian dari strategi yang dipakai oleh
wartawan untuk mendukung topik yang ingin dia tekankan dalam
pemberitaan. Peristiwa yang sama dapat dipahami berbeda oleh wartawan
yang berbeda, dan ini dapat diamati dari topik pemberitaan. 18
18
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001),h. 229
22
b. Skematik
Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari
pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-
bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan
arti. Wacana percakapan sehari-hari misalnya, mempumyai skema salam
perkenalan, isi pembicaraan, dan salam penutup/perpisahan.
Meskipun mempunyai bentuk dan skema yang beragam, berita
umumnya secara hipotetik mempunyai dua kategori skema besar. Pertama,
summary yang umumnya ditandai dengan dua elemen yakni judul dan
lead. Elemen skema ini merupakan elemen yang dipandang paling
penting. Kedua, story yakni isi berita secara keseluruhan. Isi berita ini
secara hipotetik juga mempunya dua subkategori. Yang pertama berupa
situasi yakni proses atau jalannya peristiwa, sedang yang kedua komentar
yang ditampilkan dalam teks.
Arti penting dari skematik adalah strategi wartawan untuk
mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun
bagian-bagian dengan urutan tertentu. Skematik memberikan tekanan
mana yang didahulukan, dan bagian mana yang bisa kemudian sebagai
strategi untuk menyembunyikan informasi penting. Upaya penyembunyian
itu dilakukan dengan menempatkan di bagian akhir agar terkesan kurang
menonjol. Proses penyusunan ini bukan semata melibatkan unsur teknis
23
jurnalistik (mana yang dianggap penting dan layak diberitakan) tetapi
menimbulkan efek tertentu. 19
c. Latar
Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti) yang
ingin ditampilkan. Seorang wartawan ketika menulis berita biasanya
mengemukakan latar belakang atas peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih
menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa. Latar dapat
menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam suatu teks. Oleh karena
itu, latar teks merupakan elemen yang berguna karena dapat membongkar apa
maksud yang ingin disampaikan oleh wartawan.20
d. Detil
Elemen wacana detil berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan
seseorang. Komunikator akan menampilkan secara berlebihan informasi yang
menguntungkan dirinya atau citra yang baik. Elemen detil merupakan strategi
bagaimana wartawan mengekpresikan sikapnya dengan cara yang implisit. Sikap
atau wacana yang dikembangkan oleh wartawan kadangkala tidak perlu
disampaikan secara terbuka, tetapi dari detil bagian mana yang dikembangkan dan
mana yang diberitakan dengan detil yang besar, akan menggambarkan bagaimana
wacana yang dikembangkan oleh media.21
e. Maksud
19
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001),h. 231 20
Eriyanto, Analisis Wacana,h.235 21
Eriyanto, Analisis Wacana, h.238
24
Elemen wacana maksud, melihat informasi yang menguntungkan komunikator
akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Tujuan akhirnya adalah publik hanya
disajikan informasi yang menguntungkan komunikator. Menunjukkan bagaimana
secara implisit dan tersembunyi wartawan menggunakan praktik bahasa tertentu
dan menonjolkan basis kebenarannya dan secara implisit pula menyingkirkan
versi kebenaran lain.22
f . Koherensi
Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks.
Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan
sehingga tampak koheren. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun
dapat menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya. Koherensi ini
secara mudah dapat diamati di antaranya dari kata hubung (konjungsi) yang
diapakai untuk menghubungkan fakta. Apakah dua kalimat dipandang sebagai
hubungan kausal (sebab akibat), hubungan keadaan, waktu, kondisi dan
sebagainya. 23
g. Koherensi kondisional
Koherensi komdisinal di antaranya ditandai dengan pemakaian anak kalimat
penjelas. Di sini ada dua kalimat, di mana kalimat kedua adalah penjelas atau
keterangan dari proposisi pertama yang dihubungkan dengan kata hubung
(konjungsi) seperti “yang”, atau “dimana”. Kalimat kedua fungsinya dalam
22
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001), h. 240 23
Eriyanto, Analisis Wacana , h. 242
25
kalimat hanya penjelas (anak kalimat), sehingga ada atau tidak ada anak kalimat
itu tidak akan mengurangi arti kalimat. 24
h. Koherensi pembeda
Koherensi pembeda berhubungan dengan pertanyaan bagaimana peristiwa
atau fakta itu hendak dibedakan. Dua buah peristiwa dapat dibuat seolah-olah
saling bertentangan dan berseberangan (contrast) dengan menggunakan koherensi
ini. Efek pemakain koherensi pembeda yang paling nyata adalah bagaimana
pemaknaan yang diterima oleh khalayak berbeda. Karean satu fakta atau realitas
dibandingkan dengan realitas yang lain. Disini yang harus dikritisi adalah bagian
mana yang diperbandingkan dan dengan cara apa perbandingan itu dilakukan. Apa
efek dari perbandingan tersebut, apakah membuat satu fakta menjadi lebih baik
atau bertambah buruk.25
i. Pengingkaran
Adalah bentuk praktik wacana yang menggambarkan bagaiaman wartawan
menyembunyikan apa yang ingin diekspresikan secara implisit. Dalam arti yang
umum, pengingkaran menunjukkan seolah wartawan menyetujui sesuatu, padahal
ia tidak setuju dengan memberikan argumentasi atau fakta yang menyangkal
persetujuannya tersebut.
Dengan kata lain, pengingkaran merupakan bentuk strategi wacana di mana
wartawan tidak secara tegas dan eksplisit menyampaikan pendapat dan
24
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS , 2001), h. 244 25
Eriyanto, Analisis Wacana, hal.. 247
26
gagasannya kepada khalayak. Pengingkaran adalah sebuah elemen di mana kita
bisa membongkar sikap atau ekspresi wartwan yang disampaikan secara
tersembunyi. Hal yang tersembunyi itu dilakukan oleh wartawan seolah ia
menyetujui suatu pendapat, padahal yang dia inginkan adalah sebaliknya. 26
j. Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir
logis,yaitu prinsip kausalitas. Dimana ia menanyakan apakah A yang menjelaskan
B, ataukah B yang menjelaskan A. Logika kausalitas ini kalau diterjemahkan ke
dalam bahasa menjadi susunan subjek (yang menerangkan) dan predikat (yang
diterangkan). Dalam kalimat berstruktur aktif, seseorang menjadi subjek dari
pernyataannya, sedangkan dalam kalimat pasif seseorang menjadi objek dari
pernyataannya.
Bentuk lain adalah dengan pemakain urutan kata-kata yang mempunyai dua
fungsi sekaligus. Yang pertama, menekan atau menghilangkan dengan
penempatan dan pemakaian kata atau frase yang mencolok dengan menggunakan
permainan semantik. Bentuk kalimat dapat dilihat dari posisi proposisi dalam
kalimat.
Penempatan dapat mempengaruhi makna yang timbul karena akan
menunjukkan bagian mana yang lebih ditonjolkan kepada khalayak.27
Menurut
Van Dijk kesatuan dari beberapa kalimat yang satu dengan yang lain terikat
26
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001), h. 249 27
Eriyanto, Analisis Wacana,h. 251
27
dengan erat. Pengertian satu kalimat harus dihubungkan dengan kalimat yang lain
dan tidak dapat ditafsirkan satu-satu kalimat melulu. 28
k. Kata Ganti
Untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif.
Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan di
mana posisi seseorang dalam wacana. Dalam mengungkapkan sikapnya,
seseorang dapat menggunakan kata ganti “saya” atau “kami” yang
menggambaarkan bahwa sikap tersebut merupakan sikap resmi komunikator
semata-mata.
Akan tetapi ketika memakai kata ganti “kita” menjadikan sikap tersebut
sebagai representasi dari sikap bersama dalam suatu komunitas tertentu. Batas
antara komunikator dengan khalayak dengan sengaja dihilangkan untuk
menunjukkan apa yang menjadi sikap komunikator juga menjadi sikap komunitas
secara keseluruhan.29
l. Leksikon
Menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai
kemungkinan kata yang tersedia. Suatu fakta umumnya terdiri atas beberapa kata
yang merujuk pada fakta. Pilihan kata-kata yang dipakai menunjukkan sikap dan
28
Lubis, Analisis Wacana Pragmatik ( Bandung: Angkasa, 2011), h. 23 29
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001),h. 253
28
ideologi tertentu. Peristiwa sama dapat digambarkan dengan pilihan kata berbeda-
beda.30
m. Praanggapan
Elemen wacana praanggapan (presupposition) merupakan pernyataan yang
digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Praanggapan adalah upaya untuk
mendukung pendapat dengan jalan memberi latar belakang, maka praanggapan
adalah supaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya
kebenarannya. Praanggapan hadir dengan pernyataan yang dipandang terpercaya
sehingga tidak perlu dipertanyaka.31
n. Grafis
Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau
ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati
dari teks. Dalam wacana berita, grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan
yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring,
pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran lebih besar.
Termasuk didalamnya adalah pemakaian caption, raste, grafik, gambar, atau
tabel untuk mendukung arti penting suatu pesan. Bagian-nagian yang ditonjolkan
ini menekankan kepada khalayak pentingnya bagian tersebut. Pemakaian angka-
angka dalam berita di antaranya digunakan untuk mensugestikan kebenaran,
30
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 255 31
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001), h.256
29
ketelitian, dan posisi dari suatu laporan. Angka dapat mensugestikan presisi dari
apa yang hendak dikatakan dalam teks. 32
o. Metafora
Dalam suatu wacana, seorang wartawan tidak hanya menyampaikan pesan
pokok lewat teks, melainkan juga kiasan, ungkapan, metafora yang dimaksudkan
sebagai ornamen atau bumbu dari suatu berita. Akan tetapi, pemakaian metafora
tertentu bisa menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks. Wartawan
menggunakan kepercayaan masyarakat, ungkapan sehari-hari, peribahasa,
pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno, bahkan mungkin ungkapan yang diambil
dari ayat-ayat suci yang semuanya dipakai untuk memperkuat pesan utama. 33
2. Kognisi Sosial
Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai
makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya
proses kesadaran mental dari pemakai bahasa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu
penelitian atas representasi kognisi dan strategi wartawan dalam memproduksi
suatu berita.
Bagaimana peristiwa dipahami dan dimengerti didasarkan pada skema. Van
Dijk menyebut skema ini sebagai model. Skema di dalamnya bagaimana kita
memandang manusia,peranan sosial dan peristiwa. Skema menunjukkan bahwa
kita menggunakan struktur mental untuk menyeleksi dan memperoses informasi
32
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 257 33
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001), h. 258
30
yang datang dari lingkungan. Skema sangat ditentukan oleh pengalaman dan
sosialisasi.
Skema bekerja secara aktif untuk mengkonstruksi realitas membantu kita
memandu apakah yang harus kita pahami, maknai, dan ingat tentang sesuatu.
Skema menggambarkan bagaimana seseorang menggunakan informasi yang
tersimpan dalam memorinya dan bagaimana itu diintegrasikan dengan informasi
baru yang menggambarkan bagaimana peristiwa dipahami, ditafsirkan dan
dimasukkan sebagai bagian dari pengetahuan kita tentang suatu realitas.
Teks diproduksi dalam suatu proses mental yang melibatkan strategi tertentu.
Banyak proses dan strategi yang terjadi seperti seleksi, reproduksi, penyimpulan,
dan transformasi. Di sini keputusan dan strategi tersebut terjadi dan berlangsung
dalam mental dan kognisi seseorang. Keputusan untuk menghilangkan informasi
didasarkan pada evaluasi wartawan bahwa informasi itu tidak relevan dalam
membentuk pengertian pada suatu teks, dan konstruksi dari suatu peristiwa.
3. Analisis Sosial (Societal Analysis)
Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat,
sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan
meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam
masyarakat. Titik penting dari analisis ini adalah untuk menunjukkan bagaimana
makna yang dihayati bersama, kekuasaan sosial diproduksi lewat praktik
diskursus dan legitimasi. Menurut Van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat
ini, ada dua poin yang penting yaitu kekuasaan (power), dan akses (access).
31
a. Praktik kekuasaan (power)
Van Dijk mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai kepemilikan
yang dimiliki oleh suatu kelompok (atau anggotanya), satu kelompok
untuk mengontrol kelompok (atau anggota) dari kelompok lain.
Kekuasaan ini umumnya didasarkan pada kepemilikan atas sumber-
sumber yang bernilai, seperti uang, status, dan pengetahuan. Selain berupa
kontrol yang bersifat langsung dan fisik, kekuasaan itu dipahami juga
berbentuk persuasif : tindakan seorang untuk secara tidak langsung
mengontrol dengan jalan mempengaruhi kondisi mental, seperti
kepercayaan, sikap, dan pengetahuan. Analisis wacana memberikan
perhatian yang besar pada apa yang disebut sebagai dominasi.
b. Akses memengaruhi wacana (access)
Bagaiman akses di antara masing-masing kelompok dalam
masyarakat seperti kelompok elit yang mempunyai akses lebih
dibandingkan dengan kelompok yang tidak berkuasa. Oleh karena itu,
mereka yang lebih berkuasa mempunyai kesempatan lebih besar untuk
mempengaruhi akses pada media, dan kesempatan lebih besar untuk
mempengaruhi kesadaran khalayak. 34
34
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001),h. 259
32
33
BAB III
MERDEKA.COM SEBAGAI MEDIA ONLINE
1. Merdeka.com Dalam Tinjauan Sejarah Media Online
Perekrutan tenaga-tenaga muda dan memberi pelatihan mengenai liputan,
proses laporan dan penulisan, etika jurnalistik, investigative reporting, hingga
relasi antara media online dengan teknologi dan media sosial merupakan
langkah awal Merdeka.com untuk membangun sebuah industri media online.
Dengan melibatkan praktisi dan wartawan berpengalaman dari berbagai
media, mereka menyepi di kawasan Sentul, Bogor, Jabar, untuk membangun
tim. Mereka sebagian besar tenaga muda di bawah 30 tahun. Tujuan pelatihan
membentuk wartawan berkarakter dan berkualitas.
Merdeka.com siap hadir menemui pembaca. Memberikan racikan yang
berwarna dan khas. Karakter khas itu kami ungkapkan dalam falsafah logo
merdeka.com yang memakai huruf kecil, sebagai refleksi kerendahan hati
(humble) dan progresif, jauh dari monoton. Warna-warni pelangi memberikan
makna mengungkapkan kata merdeka tanpa terbelenggu oleh satu warna
tertentu. Dalam tim merdeka.com juga bhinneka tanpa sekat SARA yang bisa
34
membelenggu. Siapapun mereka, dari kelompok manapun, bersatu, bahu
membahu untuk memberikan informasi yang khas.
Dengan latar belakang yang berwarna itu justru modal i mewujudkan
media yang berintegritas dan independen. Dengan dua hal itu, mereka yakini,
fungsi kontrol media bisa berjalan baik. Menjadi bacaan terbaik yang
dikunjungi mayoritas masyarakat Indonesia di mana pun berada. Kita
mungkin sepakat bahwa kemerdekaan adalah keniscayaan bagi setiap insan.
Maka, mari kita lepaskan segala belenggu yang ada untuk mulai jujur pada
diri sendiri dengan berpikir, bertindak, dan memilih merdeka.35
Merdeka.com adalah hasil dari kolaborasi antara media dan teknologi.
Kebanyakan media online dibangun sebagai bagian dari pengembangan
perusahaan media, atau dibangun oleh orang-orang media. Tetapi
merdeka.com justru dibangun oleh perusahaan teknologi yang terdiri dari
orang-orang yang mengerti PHP dan Apache/FreeBSD lebih dulu daripada
ilmu jurnalistik (dulunya).
Berangkat dari pengalaman KapanLagi.com yang berusaha menjadi a pure
internet player , yaitu organisasi yang fokus pada penyediaan layanan di
internet yang bisa dinikmati oleh jutaan orang dan kemudian bermetafor
menjadi perusahaan teknologi dan media dengan fokus di entertainment, kini
kami bergabung dengan orang-orang jurnalistik. Sinergi orang teknologi dan
jurnalis itulah maka lahirlah merdeka.com.
35
http://www.merdeka.com/company/workstation-merdeka.html diakses pada tanggal 25/9/14
pukul 09.50
35
Merdeka.com memang bukan yang pertama tapi punya mimpi baru yakni
merdeka berkreasi: Bagaimana menyajikan informasi yang sebenarnya dan
enak dinikmati. Di world wide web (www) yang sangat luas, perlu ada
informasi yang harus benar, cepat disajikan, cepat dapat diakses, akurat, dan
bisa dipertanggungjawabkan.36
Situs merdeka.com adalah www organization, yaitu organisasi yang hidup
di internet orang-orangnya hidup, berkarya, bisa di googling, dan diajak
ngobrol di internet bahkan menghidupi keluarganya dari internet. Internet
hidup, berkembang, dan memberi inspirasi, di mana merdeka.com menjadi
bagiannya dan memberi kontribusi, terutama untuk internet Indonesia.
Warna warni di logo merdeka.com adalah warna kebebasan dalam
menyampaikan informasi, tidak terikat oleh paham tertentu atau kepentingan
tertentu. Tetapi dasar yang putih (atau hitam, di saat tertentu) mendasari itikad
untuk selalu ada di jalur yang benar, bukan seenaknya sendiri. Tujuannya
adalah menjadi sebuah media yang bisa diakses jutaan orang melalui
teknologi, tanpa batasan atau dibatasi, karena: tidak ada yang lebih berharga
dari pada menjadi merdeka (tanpa dot com).
36
http://www.merdeka.com/company/tentang-kami.html ,diakses pada tanggal 25/9/14 pukul
09.52
36
TABEL 3
a. Tim Redaksi Merdeka.com 37
Pemimpin Redaksi: Didik Supriyanto
Redaktur Eksekutif:
Titis Widyatmoko
Koordinator Liputan:
Anwar Khumaini
Tim Redaksi: Ahmad Baiquni, Al Amin, Ardyan
M.Erlangga, Arbi Sumandoyo, Aryo
Putranto Saptohutomo, Alwan Ridha
Ramdhani, Achmad, Dedi Rahmadi,
Ahmad Ragridio Saptama Tanjung,
Didi Syafirdi, Eko Prasetya, Faisal
Assegaf, Harwanto Bimo Pratomo,
Hery Winarno, Henny Rachma Sari,
Idris Rusadi Putra, Lia Harahap, Iqbal
37 http://www.merdeka.com/company/redaksi-merdeka.html, diakses pada tanggal 25/9/14 pukul
09.45
37
Fadil, Islahudin, Laurencius
Simanjuntak, Laurel Benny Saron
Silalahi, Muhammad Taufik, M. Mirza
Harera, M. Hasits, Mustiana Lestari,
Muhammad Sholeh, NurulJulaikah,
Novita Intan Sari, Pramirvan Datu
Aprillatu, Putri Artika R, Pandasurya
Wijaya, Ramadhian Fadhilah, Randy
Ferdy Firdaus, Siwi Sri Wiyanti, Saugi
Riyandi, Vincent Asido Panggabean,
Yulistyo Pratomo, Ya'cob Billiocta,
Dewi Pratiwi (Sekred)
Daerah:
M. Andriansyah Syafi'ie (Surabaya),
Parwito (Yogyakarta), Andrian Salam
Wiyono (Bandung), Yan
Muhardiansyah (Medan), Rita
Sugihardiyah, Ivan Valentino, Jeffrie,
Fatchur Rochim H.P., Destriyana, Dwi
Andi Susanto, Dwi Zain Musofa, Kun
Sila Andanda, Hikmah Wilda Amalia,
Nova Andriani ,Rizqi Adnamazida,
38
Agus Salim, Alvin Nouval, Mohammad
Shoifudin, Muhammad Faizin,
Vizcardine Audinovic, Wanda Praditya
Ramadhan, Yoga Tri Priyanto (Malang)
Foto:
Arie Basuki, Dwi Narwoko, Debby
Restu Utomo, Imam Buchori, Iqbal
Septian Nugroho, Mudasir, Muhammad
Luthfi Rahman.
2. Pemberitaan RUU Pilkada di Merdeka.com
Berikut biografi singkat dari penulis dan redaktur serta editor dalam
pemberitaan ini, yaitu Muhammad Hasits yang merupakan lulusan fakultas
syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2005 dan sudah selama 7
tahun bekerja di merdeka.com. Memulai karier didunia jurnalistik sebagai
reporter, hingga saat ini menjadi redaktur bidang politik serta merangkap sebagai
editor.
Laurel Benny Siron Silalahi sudah bergabung di Merdeka.com selama tiga
tahun dan sering meliput mengenai rubrik politik dan juga kriminal. Benny
39
merupakan sarjana komunikasi dan program studi yang diambil ketika berkuliah
adalah broadcasting. Tentunya mereka menjadi jalan peneliti untuk mencari data
mengenai pemberitaan Merdeka.com edisi 9 september 2014 pukul 15:26 yang
berjudul “ LSI : RUU Pilkada penuh aroma balas dendam Koalisi Merah Putih”,
Peneliti melihat adanya indikasi kecenderungan dari media ini dalam melihat
permasalahan RUU Pilkada. Kecenderungan ini yang menjadi alasan penulis
mengangkat judul ini. RUU Pilkada yang digadang-gadang dapat memberangus
hak-hak demokrasi rakyat ini dilihat sebagai senjata
Koalisi Merah Putih untuk menggoyang pemerintahan baru Jokowi, Jusuf
Kalla. Melalui kata-kata yang dikutip dari Lingkaran Survey Indomesia (LSI),
pihak Merdeka.com cenderung menilai bahwa RUU Pilkada hanya sebagai alat
balas dendam Koalisi Merah Putih dikarenakan kalah dalam pemilu presiden lalu.
Dalam berita tersebut salah satu kata-katanya yang patut digaris bawahi
adalah,” Meski menimbulkan pro dan kontra, partai politik yang tergabung dalam
Koalisi Merah Putih tetap bersikeras agar kepala daerah dipilih oleh DPRD.
Padahal pasca Reformasi bergulir, kepala daerah disepakati dipilih langsung
oleh rakyat. Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Adjie Alfaraby menilai
ada aroma balas dendam dari Koalisi Merah Putih dalam pembahasan RUU
Pilkada tersebut. "Ini interpretasi yang tidak bisa ditolak. Wajar saja ini politik
balas dendam. Sebelumnya semua (parpol di Koalisi Merah Putih) menolak RUU
Pilkada ini. Namun dalam satu minggu terakhir terjadi perubahan opini yang
40
mendukung," kata Adjie di kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa
(9/9)”.
41
BAB IV
TEMUAN TEKS DAN ANALISA WACANA PEMBERITAAN
A. Analisis Wacana Level Teks
Keberimbangan yang dipandang sebagai suatu syarat untuk kemunculan
berita menjadi sangat krusial ketika hal tersebut diabaikan. Dengan berita
yang tidak berimbang maka besar kemungkinan akan terjadi manipulasi
realitas dan dapat terlihat seperti apa suatu media memiliki kecenderungan
terhadap permasalahan yang muncul. Hal ini rentan terjadi didalam berita
politik, karena tidak dapat dipungkiri hadirnya media erat kaitannya dengan
kepentingan. Entah itu kepentingan golongan untuk menguntungkan golongan
lain atau kepentingan politik yang dijadikan tunggangan dari para tokoh
politik. Kehadiran berita “LSI: RUU Pilkada Penuh Aroma Balas Dendam
Koalisi Merah Putih” yang diangkat oleh Merdeka.com menjadi salah satu
berita bergenre politik yang memiliki indikasi kecenderungan terhadap
beberapa pihak.
Dengan menggunakan kerangka konsep Analisis Wacana Teun A. Van
Dijk, penulis tidak hanya meneliti teks saja tetapi juga meneliti kognisi sosial
42
serta konteks sosial. Namun sebelum menganalisis data, penulis menjelaskan
temuan data yang diperoleh dengan cara mengambil data-data terkait dengan
kasus yang akan di teliti pada berita “LSI: RUU Pilkada Penuh Aroma Balas
Dendam Koalisi Merah Putih” edisi 9 september pukul 15.24 2014 di Media
Online Merdeka.com.
1. Kerangka Data Analisis Teks dalam Struktur Makro
Dalam analisis teks lebih terfokus kepada strategi wacana serta teknik
penulisan yang digunakan, dengan cara menguraikan struktur makro,
superstruktur, dan struktur mikro yang terdiri dari elemen tematik, skematik,
semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris.
a. Tematik
Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga
disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Topik
menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam
pemberitaannya38
. Hal yang diamati dalam elemen ini adalah seperti apa
gambaran yang ingin diungkapkan oleh wartawan Merdeka.com dalam berita
” LSI: RUU Pilkada Penuh Aroma Balas Dendam Koalisi Merah Putih”. Pada
paragraf ke 2, “Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Adjie Alfaraby
menilai ada aroma balas dendam dari Koalisi Merah Putih dalam
pembahasan RUU Pilkada tersebut. "Ini interpretasi yang tidak bisa ditolak.
Wajar saja ini politik balas dendam. Sebelumnya semua (parpol di Koalisi
Merah Putih) menolak RUU Pilkada ini. Namun dalam satu minggu terakhir
38
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001),h. 229
43
terjadi perubahan opini yang mendukung," kata Adjie di kantor LSI,
Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (9/9).”
b. Skematik
Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan
sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam
teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Meskipun
mempunyai bentuk dan skema yang beragam, berita umumnya secara
hipotetik mempunyai dua kategori skema besar. Pertama, summary yang
umumnya ditandai dengan dua elemen yakni judul dan lead. Elemen skema ini
merupakan elemen yang dipandang paling penting. Kedua, story yakni isi
berita secara keseluruhan. Isi berita ini secara hipotetik juga mempunya dua
subkategori. Yang pertama berupa situasi yakni proses atau jalannya
peristiwa, sedang yang kedua komentar yang ditampilkan dalam teks. 39
Judul berita yang akan diteliti adalah ” LSI: RUU Pilkada Penuh Aroma
Balas Dendam Koalisi Merah Putih”. Berita ini diawali dengan penjelasan
akan keinginan dari Koalisi Merah Putih untuk mengesahkan RUU Pilkada.
Kemudian pada bagian tengah berisi soal tanggapan dari Adjie Al-Faraby
yang merupakan seorang peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI). Dalam
pernyataannya dikatakan bahwa Koalisi Merah Putih kental dengan aroma
politik balas dendam, dan merupakan ancaman bagi pemerintahan Jokowi-JK.
39
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001),h. 231
44
Pada bagian akhir berisi tentang pernyataan Adjie Al-Faraby bahwa
dengan disahkannya RUU Pilkada akan terjadi money politics dan kekuatan
uang yang akan menjadi pemenang. Diperkuat dengan hasil survei yang
dilakukan LSI terhadap 81,25 persen masyarakat Indonesia yang setuju untuk
menolak jika kepala daerah kembali dipilih oleh DPRD.
c. Semantik
Dalam elemen ini hal yang dianalisis adalah struktur mikro, yaitu bagian
dimana pada suatu wacana atau teks tertera makna, maksud, atau arti yang
ingin ditekankan serta dapat dikategorikan menjadi latar, detil dan maksud.
Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak
dibawa. Di samping itu, latar dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang
diajukan dalam suatu teks.40
Kemudian detil adalah elemen wacana yang berhubungan dengan kontrol
informasi yang ditampilkan seseorang. Elemen detil merupakan strategi
bagaimana wartawan mengekspresikan sikapnya dengan cara yang implisit.41
Pada elemen ini biasanya terdapat pro dan kontra serta bagian fakta dan
informasi yang ditampilkan atau tidak ditampilkan oleh wartawan.
Sedangkan maksud adalah melihat informasi yang menguntungkan
komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Elemen wacana
maksud, hampir sama dengan elemen detil. Dalam detil, informasi yang
menguntungkan komunikator akan diuraikan dengan detil yang panjang.
40
Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.235. 41
Eriyanto, Analisis Wacana, h.238.
45
Elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan komunikator dan
akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi yang
merugikan akan diuraikan secara tersamar, implisit, dan tersembunyi.42
1). Latar
Latar dalam pemberitaan ini terdapat pada paragraf pertama baris terakhir
,”Padahal pasca Reformasi bergulir, kepala daerah disepakati dipilih langsung
oleh rakyat”. Pada kalimat ini latar yang ingin dimunculkan oleh wartawan adalah
seperti apa pasca reformasi demokrasi berlangsung dengan melibatkan partisipasi
masyarakat. Hal ini dilakukan untuk mengajak pembaca melihat seperti apa
berjalannya demokrasi pada masa ketika hak konstitusional tidak sepenuhnya
berada ditangan rakyat.
2). Detil
Dalam berita tersebut detil yang ingin ditonjolkan adalah berupa hasil
survei yang telah dilakukan LSI, “Dalam hasil survei yang dilakukan LSI, 81,25
persen masyarakat Indonesia menolak jika kepala daerah kembali dipilih anggota
DPRD. Sementara, 10,71 persen setuju dan 4,91 persen menyatakan kepala
daerah sebaiknya ditunjuk oleh presiden”. Pada paragraf ke delapan itu dijelaskan
siapa yang melakukan survei dan berapa persentasi masyarakat yang menolak
dam hanya sebagian kecil yang menyetujui. Wartawan ingin menunjukkan bahwa
lebih banyak penolakan ketimbang persetujuan dan cenderung implisit.
42
Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS, 2001),h. 240
46
3). Maksud
Elemen wacana maksud, melihat informasi yang menguntungkan
komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Tujuan akhirnya adalah
publik hanya disajikan informasi yang menguntungkan komunikator.
Menunjukkan bagaimana secara implisit dan tersembunyi wartawan
menggunakan praktik bahasa tertentu dan menonjolkan basis kebenarannya dan
secara implisit pula menyingkirkan versi kebenaran lain.43
Dalam berita ini dapat
dilihat pada paragraf 4, 5, dan 6 yaitu, “Menurutnya, jika RUU Pilkada lolos
maka akan menjadi ancaman buat pemerintahan Jokowi-JK ke depan karena
tidak mampu menjadi mayoritas di parlemen. Dia menilai sikap Koalisi Merah
Putih memunculkan antipati terhadap masyarakat”.
"Pilkada oleh DPRD dinilai publik sebagai pengkhianatan partai. PKS
yang awalnya menolak RUU ini kemudian mendukung, termasuk PAN yang
awalnya mengklaim sebagai partai demokratis juga mendukung RUU ini,"
jelasnya”.
“Adjie mengatakan, mayoritas publik menilai bahwa usulan perubahan
mekanisme pemilihan kepala daerah dari pemilihan langsung ke pemilihan tak
langsung melalui DPRD hanyalah akal bulus parpol untuk memonopoli
kekuasaan”.
Dalam tiga paragraf diatas yang berturut-turut menjelaskan secara
gamblang seperti apa RUU Pilkada yang diusahakan oleh pihak Koalisi Merah
43
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001), h. 240
47
Putih, dan dijelaskan juga partai-partai yang berada didalamnya pernah menolak
RUU Pilkada yaitu partai PKS dan PAN, bahkan dikatakan sebagai pengkhianatan
partai.
d. Sintaksis
Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks.
Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat
dihubungkan sehingga tampak koheren. Sehingga fakta yang tidak
berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang
menghubungkannya. Koherensi ini secara mudah dapat diamati di antaranya
dari kata hubung (konjungsi) yang diapakai untuk menghubungkan fakta.
Apakah dua kalimat dipandang sebagai hubungan kausal (sebab akibat),
hubungan keadaan, waktu, kondisi dan sebagainya. 44
1) Koherensi
Bentuk koherensi yang terkandung dalam berita tersebut ada pada paragraf
pertama baris terakhir, yakni: “Meski menimbulkan pro dan kontra, partai
politik yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih tetap bersikeras agar
kepala daerah dipilih oleh DPRD. Padahal pasca Reformasi bergulir, kepala
daerah disepakati dipilih langsung oleh rakyat.”
Kalimat tersebut menggunakan kata hubung yang menyatakan
pertentangan yakni „padahal‟. Proposisi “Meski menimbulkan pro dan kontra,
partai politik yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih tetap bersikeras
44
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001), h. 242
48
agar kepala daerah dipilih oleh DPRD”, dengan “.pasca Reformasi bergulir,
kepala daerah disepakati dipilih langsung oleh rakyat”, adalah sesuatu hal
yang berlainan. Tetapi, dengan menggunakan kata penghubung „padahal‟ dua
hal tersebut nampak berhubungan (koheren).
2) Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara
berpikir logis,yaitu prinsip kausalitas. Penempatan dapat mempengaruhi
makna yang timbul karena akan menunjukkan bagian mana yang lebih
ditonjolkan kepada khalayak.45
Menurut Van Dijk kesatuan dari beberapa
kalimat yang satu dengan yang lain terikat dengan erat. Pengertian satu
kalimat harus dihubungkan dengan kalimat yang lain dan tidak dapat
ditafsirkan satu-satu kalimat melulu. 46
Dalam berita ini bentuk kalimat yang disajikan adalah dalam bentuk
kalimat aktif. Disini, aktor pelaku (Koalisi Merah Putih) disajikan dalam teks
terlihat Koalisi Merah Putih sebagai peran antagonis sementara Jokowi-JK
sebagai peran protagonis.
e. Stilistik
Suatu fakta umumnya terdiri atas beberapa kata yang merujuk pada fakta.
Pilihan kata-kata yang dipakai menunjukkan sikap dan ideologi tertentu.
45
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001),h. 251 46
Lubis, Analisis Wacana Pragmatik ( Bandung: Angkasa, 2011), h. 23
49
Peristiwa sama dapat digambarkan dengan pilihan kata berbeda-beda.47
Pilihan kata yang digunakan pada mayoritas kalimat dalam bagian berita ini
adalah kata-kata denotatif, yaitu kata yang mudah dimengerti. Tetapi ada
beberapa kata yang tidak mudah dimengerti digunakan dalam berita ini.
1) Leksikon
Pada elemen ini pemilihan leksikal atau kata-kata kiasan dapat dilihat dalam berita
ini, antara lain:
- Pada paragraf pertama baris ketiga terdapat kata Reformasi, yang
berkalimat: “Padahal pasca Reformasi bergulir, kepala daerah disepakati
dipilih langsung oleh rakyat...”
- Pada paragraf ketiga baris pertama terdapat kata politik balas dendam ,
yang berkalimat:“Ini interpretasi yang tidak bisa ditolak. Wajar saja ini
politik balas dendam...”
- Pada paragraf keenam baris ketiga terdapat kata akal bulus dan
memonopoli, yang berkalimat:” ...pemilihan tak langsung melalui DPRD
hanyalah akal bulus parpol untuk memonopoli kekuasaan.”
- Pada paragraf kesembilan terdapat kata kata bahasa asing di tiap barisnya
yang sulit dimengerti antara lain quick pool, multistage random sampling,
margin of error, yang berkalimat:” Survei dilakukan melalui quick pool
pada tanggal 5-7 September 2014, dengan menggunakan metode
multistage random sampling. Survei dilakukan kepada 1.200 responden
47
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001),h. 255
50
dari 33 provinsi. Survei dilengkapi dengan penelitian kualitatif dengan
metode analisis media. Margin of error sebesar 2,9 persen.”
Pilihan kata yang digunakan pada seluruh kalimat dalam bagian-bagian berita
ini adalah kata-kata denotatif, yakni arti kata yang sebenarnya atau bisa dikatakan
kata-kata yang mudah dimengerti. Tetapi ada beberapa kata-kata kiasan, dan
bahasa serapan ilmiah yang digunakan dalam berita ini, seperti Reformasi, politik
balas dendam, akal bulus, memonopoli. Dan penggunaan bahasa asing untuk
ilmiah yang biasa digunakan dalam pengambilan survei seperti quick pool,
multistage random sampling, margin of error.
f. Retoris
Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau
ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati
dari teks. Pemakaian angka-angka dalam berita di antaranya digunakan untuk
mensugestikan kebenaran, ketelitian, dan posisi dari suatu laporan. Angka dapat
mensugestikan presisi dari apa yang hendak dikatakan dalam teks. 48
1) Grafis
Dalam berita ini terdapat angka-angka yang bertujuan untuk meyakinkan
pembaca bahwa informasi yang diberikan valid dan penting untuk diperhatikan,
48
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001),h. 257
51
kalimat tersebut terdapat di paragraf kedelapan dan paragraf kesembilan yaitu:
“Dalam hasil survei yang dilakukan LSI, 81,25 persen masyarakat Indonesia
menolak jika kepala daerah kembali dipilih anggota DPRD. Sementara, 10,71
persen setuju dan 4,91 persen menyatakan kepala daerah sebaiknya ditunjuk oleh
presiden.” Dan pada paragraf selanjutnya ,“Survei dilakukan melalui quick pool
pada tanggal 5-7 September 2014, dengan menggunakan metode multistage
random sampling. Survei dilakukan kepada 1.200 responden dari 33 provinsi.
Survei dilengkapi dengan penelitian kualitatif dengan metode analisis media.
Margin of error sebesar 2,9 persen.
Tabel 4
Analisis Teks Berita
“LSI: RUU Pilkada Penuh Aroma Balas Dendam Koalisi Merah Putih ”
Struktur Wacana Elemen Keterangan
Struktur Makro Tematik Pada paragraf ke 2, dijelaskan inti
atau pokok yang menjadi tema dari berita
tersebut yaitu pernyataan mengenai
politik balas dendam yang dilakukan
oleh pihak koalisis merah putih
Superstruktur Skematik - Diawali dengan penjelasan akan
keinginan dari Koalisi Merah Putih
untuk mengesahkan RUU Pilkada.
- Pada pertengahan tulisan diceritakan
tanggapan dari Adjie Al-Faraby yang
merupakan seorang peneliti
Lingkaran Survei Indonesia (LSI).
Dalam pernyataannya dikatakan
bahwa Koalisi Merah Putih kental
dengan aroma politik balas dendam,
dan merupakan ancaman bagi
pemerintahan Jokowi-JK.
- Pada bagian akhir berisi tentang
pernyataan Adjie Al-Faraby bahwa
dengan disahkannya RUU Pilkada
akan terjadi money politics dan
52
kekuatan uang yang akan menjadi
pemenang. Diperkuat dengan hasil
survei yang dilakukan LSI terhadap
81,25 persen masyarakat Indonesia
yang setuju untuk menolak jika
kepala daerah kembali dipilih oleh
DPRD.
Struktur Mikro Latar - Latar yang ingin dimunculkan oleh
wartawan adalah seperti apa pasca
reformasi demokrasi berlangsung
dengan melibatkan partisipasi
masyarakat. Hal ini dilakukan untuk
mengajak pembaca melihat seperti
apa berjalannya demokrasi pada masa
ketika hak konstitusional tidak
sepenuhnya berada ditangan rakyat.
Detil - Pada paragraf ke delapan itu
dijelaskan siapa yang melakukan
survei dan berapa persentasi
masyarakat yang menolak dam hanya
sebagian kecil yang
menyetujui.“Dalam hasil survei yang
dilakukan LSI, 81,25 persen
masyarakat Indonesia menolak jika
kepala daerah kembali dipilih
anggota DPRD. Sementara, 10,71
persen setuju dan 4,91 persen
menyatakan kepala daerah sebaiknya
ditunjuk oleh presiden”.
Maksud - Maksud yang terkandung dalam berita
ini Dalam tiga paragraf diatas yang
berturut-turut menjelaskan secara
gamblang seperti apa RUU Pilkada
yang diusahakan oleh pihak Koalisi
Merah Putih, dan dijelaskan juga
partai-partai yang berada didalamnya
pernah menolak RUU Pilkada yaitu
partai PKS dan PAN, bahkan
dikatakan sebagai pengkhianatan
partai.
- Pada paragraf keempat:
“Menurutnya, jika RUU Pilkada lolos
maka akan menjadi ancaman buat
53
pemerintahan Jokowi-JK ke depan
karena tidak mampu menjadi
mayoritas di parlemen. Dia menilai
sikap Koalisi Merah Putih
memunculkan antipati terhadap
masyarakat”.
- Pada paragraf kelima:
"Pilkada oleh DPRD dinilai publik
sebagai pengkhianatan partai. PKS
yang awalnya menolak RUU ini
kemudian mendukung, termasuk PAN
yang awalnya mengklaim sebagai
partai demokratis juga mendukung
RUU ini," jelasnya”.
- Pada paragraf keenam:
“Adjie mengatakan, mayoritas publik
menilai bahwa usulan perubahan
mekanisme pemilihan kepala daerah
dari pemilihan langsung ke pemilihan
tak langsung melalui DPRD hanyalah
akal bulus parpol untuk memonopoli
kekuasaan”.
Koherensi - Bentuk koherensi yang terkandung
dalam berita ini terdapat pada
paragraf pertama baris terakhir,
yakni: “Meski menimbulkan pro dan
kontra, partai politik yang tergabung
dalam Koalisi Merah Putih tetap
bersikeras agar kepala daerah dipilih
oleh DPRD. Padahal pasca
Reformasi bergulir, kepala daerah
disepakati dipilih langsung oleh
rakyat.”
Bentuk
Kalimat
- Bentuk Kalimat dalam berita ini ialah
bentuk kalimat aktif. Bentuk kalimat
yang mendahulukan pelaku sebelum
penderita atau bisa dikatakan korban
dan biasanya diawali dengan awalan
me-.
54
Leksikon - Kata “Reformasi” pada paragraf 1
baris ke 3.
- Kata “politik balas dendam” pada
paragraf 3 baris 1.
- Kata “akal bulus” pada paragraf 6
baris 3.
- Kata “memonopoli” pada paragraf 6
baris 3.
- Kata “quick pool” pada paragraf 9
baris 1
- Kata “multistage random sampling”
pada paragraf 9 baris 2
- Kata “Margin of error” pada
paragraf 9 baris 4
Grafis - Dalam berita ini terdapat angka-angka
yang bertujuan untuk meyakinkan
pembaca bahwa informasi yang
diberikan valid dan penting untuk
diperhatikan, kalimat tersebut terdapat
di paragraf kedelapan dan paragraf
kesembilan yaitu: “Dalam hasil
survei yang dilakukan LSI, 81,25
persen masyarakat Indonesia menolak
jika kepala daerah kembali dipilih
anggota DPRD. Sementara, 10,71
persen setuju dan 4,91 persen
menyatakan kepala daerah sebaiknya
ditunjuk oleh presiden.” Dan pada
paragraf selanjutnya ,“Survei
dilakukan melalui quick pool pada
tanggal 5-7 September 2014, dengan
menggunakan metode multistage
random sampling. Survei dilakukan
kepada 1.200 responden dari 33
provinsi. Survei dilengkapi dengan
penelitian kualitatif dengan metode
analisis media. Margin of error
sebesar 2,9 persen.
B. Analisis Wacana Level Kognisi Sosial
Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai
makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya
55
proses kesadaran mental dari pemakai bahasa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu
penelitian atas representasi kognisi dan strategi wartawan dalam memproduksi
suatu berita. 49
Menurut Van Dijk, titik kunci dalam memahami produksi berita adalah
dengan meneliti proses terbentuknya teks serta sumber-sumber yang digunakan
Redaksi hingga menjadi satu berita. Pendekatan kognisi sosial ini bersifat lokal,
spesifik, dan psikologis. Hal ini sangat bertolakbelakang dengan kecenderungan
menghubungkan teks komunikasi dengan isu besar dalam media seperti kontrol
institusi, profesi, modal, dan lain sebagainya.
Dalam pengambilan isu tersebut pihak Redaksi mengatakan ada hal yang
menarik yang ingin disampaikan kepada publik:
“Berita itu bersumber dari sebuah survei dan analisa dari pengamat
politik dari LSI. Ada yang menarik dalam berita tersebut yaitu analisa di
tengah perseteruan antara kubu Jokowi dan Prabowo Subianto di DPR.”50
Dalam pandangan van Dijk, ada beberapa strategi yang dilakukan wartawan
dalam memahami peristiwa yang diliputnya. Pertama, seleksi. Seleksi adalah
strategi yang kompleks yang menunjukkan bagaimana sumber, peristiwa diseleksi
oleh wartawan. Kedua, reproduksi. Behubungan dengan apakah informasi dikopi,
digandakan, atau tidak dipakai oleh awrtawan. Ketiga, penyimpulan.
Berhubungan dengan bagaimana realitas yang kompleks dipahami dan
ditampilkan dengan diringkas. Keempat, transformasi lokal. Transformasi
berhubungan dengan bagaimana peristiwa akan ditampilkan.
49
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001),h. 266 50
Wawancara Peneliti dengan Muhammad Hasits (Redaktur Politik) pada 3 November 2014
melalui E-mail.
56
Dalam berita ini pihak Merdeka memposisikan mereka selayaknya media lain
yang memberitakan isu tersebut terus menerus, kalau tidak memunculkan berita
tersebut maka akan terlihat berpihak, Benny memiliki alasan:
“Terkadang memang ada saat sponsor memiliki masalah dan perlu
diberitakan, tapi tetap media tugasnya adalah menginformasikan, tidak
boleh ada yang disembunyikan. Kalau merdeka.com tidak memuat berita
tersebut sementara media lain membuat, akan terlihat bahwa kita
berpihak”.51
Di Merdeka.com sendiri proses pengambilan berita hingga dapat dinikmati
pembaca tidak serumit media cetak dan cenderung lebih simple.
“Reporter bertugas menghimpun data atau info sebanyak-
banyaknya di lapangan. Kemudian tugas editor mengedit dan menentukan
data dan info yang didapat oleh reporter itu layak dinaikkan menjadi berita
atau tidak. Di media online itu simpel, tidak seperti di koran. Rapat redaksi
dimulai pukul 17.00 agenda dikirim melalui email kepada reporter,
kemudian reporter mengirimkan kembali kemudian setelah berita sudah
jadi atau sudah melalui proses editing oleh editor, berita itu kemudian
dinaikkan ke tools yang sudang disiapkan oleh tim IT”.52
Sebagai media yang dapat dikatakan Nasionalis, nampaknya isu mengenai
RUU Pilkada mejadi salah satu isu yang gencar diberitakan oleh Merdeka. Diakui
bahwa keberpihakan dalam media memang tidak bisa dihindari, namun kembali
kepada kecerdasan wartawan dalam mengelola dan mengkonstruksi kalimat,
sehingga tidak merugikan pihak lain dalam pemberitannya dengan tidak terlalu
menonjolkan kata-kata yang menjatuhkan pihak tertentu.
51
Wawancara Peneliti dengan Laurel Benny Siron Silalahi (Reporter) pada 8 November 2014
melalui E-mail. 52
Wawancara Peneliti dengan Muhammad Hasits (Redaktur Politik) pada 3 November 2014
melalui E-mail.
57
Jadi secara kognisi sosial terlihat jelas bahwa wartawan Merdeka.com
memiliki motivasi kognisi sosial yang kuat dalam keberpihakannya terhadap
penolakan RUU Pilkada. Meskipun secara proses penerbitan berita yang memiliki
otoritas penuh akan naiknya berita adalah editor atau redaktur. Pertama, merdeka
membebaskan para wartawan untuk memuat sebuah berita asalkan sesuai dengan
fakta dan data yang valid, dan dengan alur produksi yang simple maka dengan
mudah apa yang ingin detekankan penulis dapat terlihat dengan sangat jelas
didalam teks berita.
Kedua, sisi indivu dari wartawan yang tidak mendukung akan hal tersebut
dalam pengesahan RUU Pilkada menjadi faktor berikut yang menjadi salah satu
faktor pengaruh terhadap isi berita, sehingga apa fakta yang ditimbulkan dan siapa
yang memberikan keterangan menjadi suatu penekanan atau kecenderungan
tersendiri.
Terlepas dari kesamaan tersebut, melihat kecenderungan Merdeka.com yang
menolak akan disahkannya RUU Pilkada, penulis memandang bahwa seharusnya
keseimbangan dalam penyampaian informasi oleh media massa kepada khalayak
haruslah diperhatikan. Peran media massa sebagai ruang publik menuntut isi
berita yang disampaikan tidak hanya memihak pada satu pihak dan menjatuhkan
pihak lain, apalagi menyangkut konflik koalisi partai-partai yang mendukung
masing-masing tokoh, dan tentunya mengganggu kestabilan demokrasi. Meskipun
pada kenyataannya tidak dapat dihindari keberpihakan yang dilatarbelakangi atas
kesamaan ideologi sangat mungkin terjadi dalam pemberitaan di media massa
yang akhirnya akan memengaruhi isi berita tersebut.
58
Sebagaimana disebutkan oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen Reese (1996)
bahwa terdapat berbagai faktor yang secara hirarkis dapat memengaruhi isi media.
Pertama faktor individu, Laurel Benny Siron Silalahi yang merupakan reporter
dari berita ini mengatakan penolakannya terhadap RUU Pilkada.
“RUU Pilkada saat ini sudah disahkan oleh DPR yaitu pilkada
dipilih oleh DPRD, sebagai negara yang menjujung azaz demokrasi
sebaiknya pilkada dilakukan secara langsung tidak melalui DPRD. Karena
kalau dipilih DPRD akan banyak terjadi polemik di masyarakat. Mudah-
mudahan Perpu SBY akan dikabulkan oleh DPR bulan Januari nanti.”53
Dari apa yang telah dikatakan oleh Benny terlihat bahwa pandangannya
menolak akan kontroversi RUU Pilkada yang jika dikaitkan dengan level
Hierarki Pengaruh termasuk dalam Level Individu, yaitu pengaruh dari wartawan
atau reporter yang dalam hal ini adalah pencari berita dan pengumpul berita. Level
ini memiliki pengaruh yang amat besar karena wartawan atau reporter adalah
individu yang langsung berinteraksi dengan situasi dan kondisi dilapangan. 54
Jika kognisi wartawan dalam memahami pro dan kontra pengesahan RUU
Pilkada seperti yang telah penulis paparkan diatas maka dalam tabel empat skema
atau model kognisi sosial van Dijk dapat dituliskan sebagai berikut:
Tabel 5
Skema/Model Kognisi Sosial van Dijk
53
Wawancara Peneliti dengan Laurel Benny Siron Silalahi (Reporter) pada 8 November 2014
melalui E-mail. 54
Werner J. Severin, James W. Tankard, jr., Teori Komunikasi Sejarah, Metode, Dan Terapan Di
Dalam Media Massa ( Jakarta: Kencana, 2008) h. 66
59
Skema Peran (Role Schemas), skema ini berhubungan dengan bagaimana
sesorang memandang dan menggambarkan peranan dan posisi yang ditempati
seseorang dalam masyarakat. Dalam hal ini Laurel Benny Siron Silalahi
memandang pengesahan RUU Pilkada bertentangan dengan azas demokrasi
yang belakangan dibangun oleh Indonesia. Dan dia pun berharap agar PERPU
yang diajukan oleh SBY dikabulkan oleh DPR.
Skema Peristiwa (Event Schemes), skema ini paling banyak dipakai,
karena hampir tiap hari kita selalu melihat, mendengar peristiwa yang lalu-
lalang. Dan setiap peristiwa selalu kita tafsirkan dan maknai dalam skema
tertentu. Umumnya, skema peristiwa inilah yang paling banyak dipakai oleh
wartawan. 55
Muhammad Hasits mengatakan pengesahan RUU Pilkada menjadi
isu yang hangat diperbincangkan oleh segala lapisan masyarakat dan media.
Berita itu bersumber dari sebuah survei dan analisa dari pengamat politik dari
LSI. Ada yang menarik dalam berita tersebut yaitu analisa di tengah perseteruan
antara kubu Jokowi dan Prabowo Subianto di DPR.
C. Analisis Wacana Level Konteks Sosial
Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat,
sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan
meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam
masyarakat.
Titik penting dari analisis ini adalah untuk menunjukkan bagaimana makna
yang dihayati bersama, kekuasaan sosial diproduksi lewat praktik diskursus dan
55
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001),h.262
60
legitimasi. Menurut Van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat ini, ada dua
poin yang penting yaitu kekuasaan (power), dan akses (access).56
Wacana yang diangkat dalam penelitian ini lebih menekankan pada
kecenderungan pihak media terhadap isu Pemilihan Kepala Daerah terkait RUU
Pilkada. Jika dibuat rumusan konteks sosial dalam hal ini adalah menjawab
pertanyaan bagaimana wacana mengenai pengesahan RUU Pilkada khususnya
yang berkembang pada masyarakat. Pada bagian ini peneliti akan memaparkan
konteks sosial yang melatarbelakangi Pemilihan Kepala Daerah terkait
pengesahan RUU Pilkada.
Mulai 1 Juni 2005, para kepala daerah (Gubernur/Wakil Gubernur,
Bupati/Wakil Bupati, dan Walikota/Wakil Walikota) dipilih secara langsung.
Secrara teknis, proses pemilihannya lebih sederhana. Misalnya saja, kalau tidak
ada calon yang mampu memperoleh suara 50 persen + 1, calon yang memperoleh
suara lebih dari 25 persen bisa dianggap sebagai pemenang. Oleh sebab itu, jarang
sekali Pilkada yang menggunakana second round. 57
Hasil kajian Lingkaran Survei Indonesia pimpinan Denny JA
menyimpulkan bahwa proses pengesahan Rancangan Undang-undang tentang
pemilihan kepala daerah menjadi UU cacat secara prosedural. Hal itu mengacu
pada tata tertib di Dewan Perwakilan Rakyat tentang pengambilan keputusan
senator.
56
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001),h. 259 57
Kacung Marijan, Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru,
(Jakarta:Kencana,2010) h. 102
61
Menurut Tatib DPR RI, Bab XVII pasal 277 ayat 1, dalam pengambilan
keputusan harus disetujui oleh lebih dari separuh jumlah anggota yang hadir.
Tingginya resistensi masyarakat terhadap RUU Pilkada oleh DPRD menunjukkan
penolakan dicabutnya hak politik mereka. Penolakan masyarakat ini juga terlihat
dari temuan ilmiah LSI yang di rilis 8 September 2014 bahwa sebanyak 81,25%
setuju pilkada langsung,58
Gejolak penolakan secara luas seketika muncul pasca pengesahan UU Pilkada
oleh DPR Jumat dini hari (26/9). Gelombang elemen masyarakat yang berancang-
ancang mengajukan gugatan uji materi (judicial review) ke Mahkamah Konstitusi
(MK), khususnya soal pilkada lewat DPRD terus bermunculan.59
Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan menjadi lembaga yang paling
terdampak atas pengesahan UU Pilkada. Pekerjaan penyelenggara pemilu itu
diprediksi berkurang. Mereka hanya akan menyelenggarakan pileg dan pilpres.
Pakar Hukum Tata Negara Oce Madril mengatakan, Memang dalam
pengesahan UU Pilkada ini lebih banyak muatan politiknya jadinya seperti ini.
Jika SBY yang juga sebagai Ketua Umum Partai Demokrat sejak awal
menghendaki pilkada dipilih secara langsung mengapa harus walkout saat sidang
paripurna pengesahan RUU Pilkada. Sebab, Demokrat pasti sudah
58 http://news.detik.com/read/2014/10/02/163246/2708067/10/ diakses pada tanggal, 13/11/2014
pukul 13.49 59 http://www.jawapos.com/baca/artikel/7483/Penolakan-Pilkada-oleh-DPRD-Meluas ,diakses
pada tanggal 13/11/2014, pukul 14.00
62
memperhitungkan bahwa jika walkout pasti opsi pilkada melalui DPRD yang akan
menang. 60
Diluar adanya pro kontra yang terjadi dikalangan elit politik sedikit banyak
kondisi politik yang „panas‟ mempengaruhi beberapa aspek, yang terlihat jelas
adalah anggota DPR tersita oleh isu ini saja tanpa melakukan tugas-tugas yang
lebih dapat dirasakan dampaknya oleh rakyat luas, tentunya menjadi kerugian
besar karena anggota DPR sudah dilantik beberapa waktu lalu tetapi menghambat
program kerja mereka dikarenakan kepentingan dari partai.
Jika yang dimaksud dengan demokrasi adalah apa yang sering dikaitkan
dengannya, seperti adanya konsep politik, atau konsep sosial tertetu: misalnya
konsep persamaan di hadapan udang-undang, kebebasan berkepercayaan dan
akidah, mewujudkan keadilan sosial dan lainnya, atau jaminan atas hak-hak
tertentu, seperti hak hidup, berkebebasan dan bekerja, tidak diragukan lagi seluruh
prinsip dan hak tadi terwujudkan dan terjamin dalam sistem Islam.
Namun perlu diperhatikan bahwa pandangan Islam terhadap hak-hak ini
ditinjau dari tempat timbulnya yang alami, dapat berbeda dan dapat dilihat sebagai
hak-hak Allah, atau hak bersama antara Allah dan hambanya atau dilihat sebagai
nikmat, bukan hak, atau dinyatakan sebagai asal bagi sesuatu, atau merupakan
undang-undang yang diletakkan oleh Allah bagi wujud atau fithrah ini.
Sedangkan, jika yang dimaksud dengan demokrasi itu adalah sistem yang menjadi
60 http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/14/10/01/ncqg55-pengamat-pengesahan-
ruu-pilkada-lebih-banyak-muatan-politik , diakses pada tanggal 13/11/2014, pukul 14.07
63
ikutannya, yaitu konsep pembagian kekuasaan, maka hal seperti itu pun ada dalam
sistem Islam. 61
Kekuasaan legislatif yang merupakan kekuasaan terpenting dalam sistem
demokrasi terletak dalam diri umat secara kolektif, dan terpisah dari kekuasaan
imam atau pemimpin negara. Hukum disimpulkan dari Al-Qur‟an dan hadits atau
ijma umat atau hasil ijtihad. Dengan demikian, kedudukan hukum independen dari
imam (kepala negara), bahkan lebih tinggi daripadanya. Imam terikat dengan
kekuasaan ini. Bahkan, pada hakikatnya, imamah hanyalah kepemimpina
kekuatan eksekutif belaka. Institusi pengadilan juga bersifat independen karena
tidak menetapkan hukum berdasarkan pendapat penguasa atau kepala negara,
namun dengan hukum syariat atau perintah Allah.
Adanya konsep Ijma yang merupakan salah satu keistimewaan syariat Islam,
dan yang hanya diakui oleh Islam, memperkuat statemen bahwa Islam
memberikan tempat khusus bagi umat dan aspirasinya dalam sistem Islam, yang
lebih tinggi daripada apa yang mungkin dapat dicapai dalam sistem demokrasi
manapun, sesempurna apa pun sistem demokrasi itu.
Kaum muslimin telah menetapkan jauh sebelum Roussou dan sejenisnya
berbicara tentang aspirasi umum masyarakat bahwa aspirasi umat adalah sakral
dan merupakan cermin dari kehendak Allah, serta dijadikan sebagai salah satu
sumber hukum dalam Islam, meskipun pada akhirnya tetap harus berpedoman
61 Muhammad Dhiauddin Rais, Teori Politik Islam, (Jakarta:Gema Insani Press,2001) h. 307
64
pada Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Dari segi praktikal, aspirasi tercermin dalam ijma
kalangan mujtahidin dari ulama umat islam. 62
Dalam RUU Pilkada pasal 1 dikatakan ” Gubernur dipilih oleh DPRD
Provinsi secara demokratis berdasar asas bebas, rahasia, jujur, dan adil”. Pada
pasal inilah yang menjadi permasalahan, seperti yang telah dipaparkan diatas
bahwa Islam menghargai hak-hak umatnya untuk turut ikut dalam kegiatan
bernegara. Menurut Yusuf Qardhawy, substansi demokrasi sejalan dengan
prinsip-prinsip Islam. Hakikat demokrasi yang dimaksud dan sesuai dengan Islam,
seperti dijelaskan Qardhawy, adalah;
“... bahwa rakyat memilih orang yang akan memerintah dan menata
persoalan mereka, tidak boleh dipaksakan kepada mereka penguasa yang
tidak mereka sukai atau rezim yang mereka benci, mereka diberi hak untuk
mengoreksi penguasa bila ia keliru, diberi hak untuk mencabut dan
menggantinya bila dia menyimpang, mereka tidak boleh digiring dengan
paksa untuk mengikuti berbagai sistem ekonomi, sosial, dan politik yang
tidak mereka kenal dan tidak pula mereka sukai. Bila sebagian dari mereka
menolak, maka mereka tidak boleh disiksa, dianiaya, dan dibunuh”
Jika sebuah peraturan dibuat untuk mengekang hak-hak berdemokrasi maka
hal ini tidak sejalan dengan pemikiran Qardhawy, rakyat berhak memilih orang
yang pantas memerintah, bukan dipaksakan untuk memilih pemimpin yang
mereka benci. Dan jika otoritas tertinggi adalah rakyat, maka rakyat pula berhak
mencabut atau mengganti pemimpin seperti apa yang diinginkan. Karena pada
kenyataannya anggota DPRD tidak dapat kita pungkiri lebih memikirkan kepada
62 Muhammad Dhiauddin Rais, Teori Politik Islam, (Jakarta:Gema Insani Press,2001) hal.308
65
kepentingan golongannya bukan kepentingan rakyat yang secara langsung
memilih mereka.
Pengaplikasiannya selama ini sistem demokrasi dengan partisipasi langsung
lebih diapresiasi oleh masyarakat, meskipun masih banyak cela yang perlu
diperbaiki, seperti yang telah dijelaskan diatas hal ini sejalan dengan Islam.
Rakyat diberikan kebebasan untuk memilih pemimpinnya dan mengoreksi
perilakunya, mereka juga boleh menolak perintah penguasa yang bertentangan
dengan undang-undang dasar. Demokrasi semacam ini, menurut Qardhawy,
sejalan dengan Islam. Didalam Islam rakyat boleh menolak perintah imam yang
menyuruh atau memaksa melakukan maksiat, dan rakyat berhak memecat atau
menurunkan pemimpinnya bila menyimpang dan berlaku zalim.
66
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menguraikan landasan teori, gambaran umum dan analisis penulis
menyimpulkan beberapa poin. Kesimpulan ini untuk menjawab rumusan masalah
pada skripsi ini. Kesimpulan tersebut yaitu :
1. Struktur Wacana
a) Secara struktur makro , rentetan tema berita yang dikemas dan disajikan
oleh Merdeka.com menjelaskan bahwa Merdeka.com memposisikan sebagai
media umum yang mewakili media sebagai salah satu tiang pengontrol sosial dan
watch dog bagi setiap keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
b) Secara superstruktur, Merdeka.com mengemas berita dalam skema alur-
alur berita yang tegas sehingga dapat mudah dipahami apa arti dan tujuan dari
berita tersebut.
c) Secara struktur mikro, berdasarkan semantik, sintaksis dan stilistik
terkemas secara variatif, dilengkapi dengan elemen grafis yang mempertegas
namun tidak terdapat elemen retoris dalam berita tersebut.
68
2. Kognisi Sosial
Dilihat dari segi Kognisi sosial, wartawan Merdeka.com diberikan
kebebasan dalam memuat berita asalkan sesuai dengan fakta dan data. Dari pihak
wartawan dalam isu ini secara jelas menolak akan hadirnya RUU Pilkada,
sehingga sedikit banyak memengaruhi isi dari pemberitaan ini.
3. Konteks Sosial
Dalam konteks sosial dapat dilihat seperti apa Merdeka.com mewakili
aspirasi masyarakat yang menolak akan disahkannya RUU Pilkada. Terlihat dari
judul beritanya yang mengangkat beberapa pendapat dari salah satu lembaga
survei, yaitu LSI. Karena pada berbagai media pun sebagian besar menyuarakan
penolakan dan tidak jarang menggunakan pendapat baik pakar tata negara maupun
direktur eksekutif sebuah lembaga survei.
Pengaplikasiannya selama ini sistem demokrasi dengan partisipasi langsung
lebih diapresiasi oleh masyarakat, meskipun masih banyak cela yang perlu
diperbaiki, seperti yang telah dijelaskan diatas hal ini sejalan dengan Islam.
Rakyat diberikan kebebasan untuk memilih pemimpinnya dan mengoreksi
perilakunya, mereka juga boleh menolak perintah penguasa yang bertentangan
dengan undang-undang dasar. Demokrasi semacam ini, menurut Qardhawy,
sejalan dengan Islam. Didalam Islam rakyat boleh menolak perintah imam yang
menyuruh atau memaksa melakukan maksiat, dan rakyat berhak memecat atau
menurunkan pemimpinnya bila menyimpang dan berlaku zalim.
69
B. Saran
Peneliti ingin menyampaikan bebarapa saran yang berkenaan dengan
berita tentang isu Pemilihan Kepala Daerah terkait RUU Pilkada yang diberitakan
oleh Media Online Merdeka.com, sebagai berikut:
1. Berita yang dipublikasikan Merdeka.com dilakukan secara terus menerus
dalam kaitannya dengan RUU Pilkada karena menurut mereka penting,
karena dapat digunakan sebagai teguran bagi pihak-pihak terkait,tetapi perlu
diperhatikan agar tidak menyudutkan atau meminoritaskan pihak tertentu
sehingga unsur cover both side yang dikatakan oleh pihak redaksi
terimplementasikan dengan baik. Pada kenyataannya terpengaruh oleh
wartawan itu sendiri yang menyatakan dengan tegas tidak setuju dengan
disahkannya RUU Pilkad. Media massa yang merupakan alat kontrol sosial
tentunya harus mengambil data-data yang seimbang untuk menjaga informasi
berita, terlebih sebagai alat pemersatu bangsa agar tidak terjadi konflik yang
lebih „panas‟ dari konflik kepentingan yang tengah terjadi di pemerintahan
Indonesia di masa awal pemerintahan baru yang akan dibawa oleh Jokowi-
JK.
2. Penelitian ini dapat dikaji lagi dari sudut pandang yang berbeda dalam
berbagai keilmuan yang berbeda atau sebagai kelanjutannya dari penelitian
ini, agar penelitian ini berkesinambungan hingga menghasilkan pemberitaan
yang baik dan tidak memiliki kecenderungan khususnya bagi media online
yang memiliki ideologi nasionalis.
70
71
DAFTAR PUSTAKA
Badara, Aris. 2012. Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya
Pada Wacana Media. Jakarta: Kharisma Putra Utama.
Baran, Stanley J. & Davis, Dennis K. 2010. Teori Komunikasi Massa:
Dasar, Pergolakan, dan Masa Depan. Jakarta: Salemba Humanika.
Eriyanto. 2012. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media..
Yogyakarta: LKIS.
Iriawan Maksudi, Beddy. 2012. Sistem Politik Indonesia Pemahaman
Secara Teoretik dan Empirik, Jakarta: Rajawali Pers.
Kontur, Ronny. 2005. Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan
Tesis, Jakarta: CV. Teruna Grafica.
Kriyantono, Rachmat. 2007.Teknik Praktis Riset Komunikasi : Disertai
Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi
Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Lubis. Analisis Wacana Pragmatik. 2011. Bandung: Angkasa.
Jorgensen , Marianne W.& Louise J. Phillips. 2010. Analisis Wacana
Teori & Metode. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
72
Marijan, Kacung. 2012. Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi Demokrasi
Pasca Orde Baru, Jakarta:Kencana.
McQuail, Dennis. 2011. Teori Komunikasi Mass, edisi ke-6.. Jakarta:
Salemba Humanka.
Sobur, Alex. 2006. Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis
Wacana, Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rais Dhiauddin, Muhammad. 2001. Teori Politik Islam, Jakarta:Gema
Insani Press.
Rani, Abdul. 2004. Analisis Wacana Sebuah Kajian. Malang: Bayu
Media.
Santana K, Septiawan. 2005. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta :Yayasan
Obor Indonesia.
Severin J, Werner & W. Tankard, jr, James. 2008. TEORI KOMUNIKASI
Sejarah, Metode, Dan Terapan Di Dalam Media Massa..Jakarta: Kencana.
Tebba, Sudirman. 2005. Jurnalistik Baru. Ciputat: Kalam Indonesia.
Thaha, Idris. 2005. Demokrasi Religius,Pemikiran Politik Nurcholis
Madjid dan M. Amien Rais. Jakarta: Teraju PT Mizan Publika.
Van Dijk, Teun. 1995. Aims of Critical Discourse Analysis. Japan
Discourse.
73
Van Dijk, Teun. 2002. Critical Discourse Studies : A Sociocognitive
Approach. London: Sage.
Website:
http://www.rumahpemilu.org/in/read/148/Rancangan-Undang-Undang-tentang-
Pemilihan-Kepala-Daerah , diakses pada tanggal 28/9/14, pukul 9,45.
http://www.merdeka.com/company/workstation-merdeka.html
http://www.merdeka.com/company/tentang-kami.html
http://www.merdeka.com/company/redaksi-merdeka.html,
http://nasional.kompas.com/read/2014/10/02/21435921/Batalkan.Pilkada.Tak.Lan
gsung.Presiden.SBY.Terbitkan.2.Perppu
http://news.detik.com/read/2014/10/02/163246/2708067/10/
http://www.jawapos.com/baca/artikel/7483/Penolakan-Pilkada-oleh-DPRD-
Meluas
74
HASIL WAWANCARA
Narasumber : Laurel Benny Siron Silalahi
Jabatan : Wartawan/Reporter Merdeka.com
Hari/Tanggal : Sabtu / 8 November 2014
1. Bagaimana pandangan anda terhadap perkembangan demokrasi di indonesia?
Sejak era reformasi menurut saya perkembangan di negeri ini semakin membaik,
masyarakat memiliki hak berpendapat dan menyampaikan aspirasinya, meski
begitu ada juga beberapa yang perlu dilakukan evaluasi atau pembaruan seperti
UU Pemilu yang langsung. Sebaiknya pemilu dilakukan secara serentak dari
DPRD DPR hingga presiden.
2. Apa yang anda ketahui mengenai RUU Pilkada? Seperti apa kelebihan dan
kekurangan RUU Pilkada?
RUU Pilkada saat ini sudah disahkan oleh DPR yaitu pilkada dipilih oleh DPRD,
sebagai negara yang menjujung azaz demokrasi sebaiknya pilkada dilakukan
secara langsung tidak melalui DPRD. Karena kalau dipilih DPRD akan banyak
terjadfi polemik di masyarakat. Mudah-mudahann Perpu SBlY akan dikabulakn
oleh DPR bulan Januari nanti.
3. Apakah anda setuju terhadap disahkannya RUU Pilkada secara pribadi?
Tidak.
4. Bagaimana pemilihan kata, bahasa, judul dan wacana pada setiap penulisannya?
Yang mudah dimengerti oleh masyarakat, karna tidak semua pembaca bisa
memahami penggunaan kata yang berat-berat.
5. Bagaimana Merdeka.com mengkonstruksi berita ini? Bagaimana proses
pengemasan berita politik di Merdeka.com?
Sebelumnya sebagai wartawan melakukan kordinasi dengan kantor bahwa ada
liputan, misalkan LSI atau liputan kampanye dll. Dari situ kadang ada redaktur
yang memiliki isu bagus dan kita teruskan dilapangan. Tapi sebagai wartawan
yang sudah tiga tahun dilapangan kita memiliki insting mana yang layak
dijadikan berita mana yang tidak.
Cara pengemasanya, tetap berpedoman pada 5W 1H disetiap tulisan kita, kalau
semua sudah ada ditulisan kita kirim kekantor dan akan diedit oleh redaktur kita.
6. Bagaimana Merdeka.com menjaga keobjektifan berita atau isu yang dibuat?
Berdasarkan informasi yang diterima baik kantor atau individu kita, kalu
memang menarik kita cari narasumber yang berkompeten untuk mengembangkan
isu tersebut.
7. Latar belakang pendidikan yang diambil hingga menjadi wartawan termasuk
suku anda?
Saya kuliah Fakultas Komunikasi jurusan Broadcast, saya suku Batak
8. Bagaimana kebijakan redaksi dan struktur pembuatan berita politik?
Redaksi merdeka.com membebaskan setiap wartawanya untuk membuat apa saja
beritanya, tidak berpihak pada siapapun dan harus tetap berimbang.
9. Organisasi media merupakan gate keeper, bagaimana penerapannya di
Merdeka.com, dan seberapa besar pengaruhnya terhadap konten? Apakah dalam
penulisan berita ini ada tekanan dari pihak lain seperti sponsor?
Terkadang memang ada saat sponsor memiliki masalah dan perlu diberitakan,
tapi tetap media tugasnya adalah menginformasikan, tidak boleh ada yang
disembunyikan. Kalau merdeka.com tidak memuat berita tersebut sementara
media lain membuat, akan terlihat bahwa kita berpihak.
10. Sejauh mana pengetahuan dan pemahaman wartawan Merdeka.com terhadap
penulisan rubrik politik apakah ada pelatihan khusus sebelumnya?
Bisa gak bisa ngerti gak ngerti kita akan merasakan yang namanya liputan
politik, caranya yah, banyak baca-baca soal isu politik yang sedang gencar di
media.
11. Apakah setuju jika Merdeka.com dikatakan memiliki ideologi Nasionalis dari
berita tersebut dan apakah anda berideologi sama?
Setuju, karena media adalah milik publik dan ruang publik.
12. Bagaimana dengan berita tersebut apakah dapat dijadikan tolak ukur
kecenderungan Merdeka.com?
Selama kita bisa mempertahankan kebenaran isi berita saya rasa oke2 aja.
13. Apa yang diharapkan Merdeka.com terhadap sajian berita politik khususnya
sebagai media penyampaian pesan kepada masyarakat?
Sebagai reporter saya rasa tidak bisa menjawab pertanyaan ini.
Laurel Benny Siron Silalahi
Wartawan/Reporter
*; ,"bi l;;t, t;:.;);';i.': I l' l:' 1 '
"o.,- i- t* t-
NolrrorLampiranilal
Ter-nbus:ur
I(EN{ENTERIAN AGA1\IAUI\IVERSITAS ISLAM NEGIIRI (UTN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTAFAI(ULTAS DAK\\'AI{ DAN ILMU KON{UNIKASI
Telepon/Fax : (02 I ) 7'i-11728 / 71703580
.lulirtil:i l-r.1. 95 CiipLrtat l5-1 l2 Irldorlcsitt \\'.1'sit" l\\\l-.lilL!!-!Lll.rl!,!r1,1 1e-ril' !i-nrril
Un.0 I ifi5ip p .00.9 t' ry ti {, iZO t +
Izin Penelitirn (SliriPsi)
I(epada Yth.P irnpi r-ran N'iercleka. Com
diTerrpat
A s s a I unru' ol ai kum ll'r. Ltr'b.
I)c'lian F-akultas
Jaliarta n-Ienerangkan
NamaNomor PokokI curprrl. I rtngg.il LaiiirSenrestcr.j itt-tistt't lr'r rIl:-'llIl it: j
Alantitt
'feip.
1. \\/akil Delian Bidang Akader-nik
2. Ketua Jurusan/Prodi. Jr-rrnalistik
Dak$,al1 dar.i Ih-nu Komunikasi LjlN Sl,arif Hidavatuilah
bah*'a :
Farl-ian Kamal1 1 10051 100047Beiiasi. 07 irioven-rber i 992
iX (Senrbilan)l.,trnr ititi kil: i rlllt 1)e'tlv i lt'atl I sl il tll".l ttrttal i si i i'
I(.rnrplek Depag Illok K.3(r R-l- 15r15 Pablti"riit.t
13o.ionggu'de Bogor0878E6-+ 16098
.laltarta., ?g SePlcmtrer 201-{
atlalah benar mahasisu's FaltLrltas Dalsvah dar-r llrlr-r Komnnikasi LIIN SYarif
HiclaS'atr-rl1uir ial..arta ),ang akart ure lali.sanalian penelitiauiniellcari diitar dalant rallglia
1r.,-,,,iir",-, sliripsi bc,r ipclgl I{'ut'ctnu Pamilihtui KcTttt/tt Dctet'uh Lttttgs'ttttg ltudcr
Pcmbcritucrn llLi{J Pilkucla cli Alerdeka ()otn.
Sehubulrgan dengan ittt, diurohon kiranl'a 'Bapak/lbu/Sdr' dapat
r-peperiml/melgizinkal mahasisu'a kami terseblit daiam pelalisanaan kegiatall
dinralisr"rd.
Deprikial. atas kerjasaniii cian bantuannla liatli u-iengucapltiu teritla liasih'
I{ltr s's a I o nt u' a I a ihr ttt II''r. [{' b.
f Subhan, MAq(r0110 lqglol I 001
[llffi,,, ffireIm., - r"r'''"''
i,ri)ali,1il
1\ i,r rIt.l I
.r'-l;ili, orrlai' ie laf r rlrt'i;iiiul<riii Peneiiiian cii retiai.,s, !\i.,,!\.1/.rliit{.i11 f.i-,11lrr pada 3 i\ovember 2014
1-''.'v11il1 .r rr:i. l !:'. : :.:r ini clibuat untuk c1i;.lergunal<an sebagaitlana mestinya
_: rlr-1.: 1 ? NO',,ernber ?Al4
*---ar',Jt kami,,'a.r rr,i-iI 1trl Redal<sr rnerclel(acorn
i.,r ici i ii 5u p riya ntr;
S:i--: & :vi.1[6,t nnr Telp. Fer.:l:-il:;.:r T.ip. F:x. em.til:
SURAT KETERANGAry
Nomor: tXlket/md k I Xt I 201.4
'/lrlg bcrt;i irLl, liilgiri dr bawah iniadalah Penrinrpin Reclal<sl wwrLrygilie ka.com menerangl<an,bahio",.r:
l,t.r r|ci i ,,r ii an l(arnall'.1., lr.rsiswa s1 llrnu D.rkvralr dan l(omunil<asi l(onsentrasi JurnalistikUlrversitas lslam Negeri Syarif Hidayatullahnornl.llek Deparienref Ag,arna, lllok l( 36 pabuaran Bojong Gede, Bogor
A.n
-ll\o"irl.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LSI: RUU Pilkada penuh aroma balas dendam Koalisi Merah
Putih
Reporter : Laurel Benny Saron Silalahi | Selasa, 9 September
2014 15:26
Prabowo dan koalisi merah putih. ©2014 Merdeka.com/Imam Buhori
Figure terkait
Merdeka.com - Meski menimbulkan pro dan kontra, partai politik yang
tergabung dalam Koalisi Merah Putih tetap bersikeras agar kepala daerah dipilih
oleh DPRD. Padahal pasca Reformasi bergulir, kepala daerah disepakati dipilih
langsung oleh rakyat.
Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Adjie Alfaraby menilai ada aroma
balas dendam dari Koalisi Merah Putih dalam pembahasan RUU Pilkada tersebut.
"Ini interpretasi yang tidak bisa ditolak. Wajar saja ini politik balas dendam.
Sebelumnya semua (parpol di Koalisi Merah Putih) menolak RUU Pilkada ini.
Namun dalam satu minggu terakhir terjadi perubahan opini yang mendukung,"
kata Adjie di kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (9/9).
Menurutnya, jika RUU Pilkada lolos maka akan menjadi ancaman buat
pemerintahan Jokowi-JK ke depan karena tidak mampu menjadi mayoritas di
parlemen. Dia menilai sikap Koalisi Merah Putih memunculkan antipati terhadap
masyarakat.
"Pilkada oleh DPRD dinilai publik sebagai pengkhianatan partai. PKS yang
awalnya menolak RUU ini kemudian mendukung, termasuk PAN yang awalnya
mengklaim sebagai partai demokratis juga mendukung RUU ini," jelasnya.
Adjie mengatakan, mayoritas publik menilai bahwa usulan perubahan mekanisme
pemilihan kepala daerah dari pemilihan langsung ke pemilihan tak langsung
melalui DPRD hanyalah akal bulus parpol untuk memonopoli kekuasaan.
"Pilkada selama ini sudah baik dibandingkan pemilihan lewat DPRD. Publik
khawatir jika dipilih lewat DPRD, kepala daerah akan lebih mementingkan
partainya dibandingkan rakyat. Selain itu pemilihan lewat DPRD juga disinyalir
dengan adanya money politic, yang punya uang banyak yang akan menang,"
tandasnya.
Dalam hasil survei yang dilakukan LSI, 81,25 persen masyarakat Indonesia
menolak jika kepala daerah kembali dipilih anggota DPRD. Sementara, 10,71
persen setuju dan 4,91 persen menyatakan kepala daerah sebaiknya ditunjuk oleh
presiden.
Survei dilakukan melalui quick pool pada tanggal 5-7 September 2014, dengan
menggunakan metode multistage random sampling. Survei dilakukan kepada
1.200 responden dari 33 provinsi. Survei dilengkapi dengan penelitian kualitatif
dengan metode analisis media. Margin of error sebesar 2,9 persen.
[dan]
Lampiran Draf RUU Pilkada
BAB II
PEMILIHAN GUBERNUR
Bagian Kesatu
Asas dan Pelaksanaan
Pasal 1
Gubernur dipilih oleh DPRD Provinsi secara demokratis berdasar asas bebas,
rahasia, jujur, dan adil.
Pasal 2
Pemilihan Gubernur dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali.
Bagian Kedua
Penyelenggara Pemilihan gubernur
Pasal 3
Penyelenggara Pemilihan Gubernur adalah:
a. KPU Provinsi; dan
b. DPRD Provinsi.
Pasal 4
(1) KPU Provinsi melaksanakan kegiatan pencalonan.
(2) DPRD Provinsi melaksanakan kegiatan pemungutan suara dan penetapan
pemenang pemilihan.
Pasal 5
(1) KPU Provinsi dalam melaksanakan kegiatan pencalonan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), dibantu oleh KPU Kabupaten/Kota untuk
membentuk PPK dan PPS.
(2) DPRD Provinsi dalam melaksanakan kegiatan pemungutan suara dan
penetapan pemenang pemilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(2) membentuk Panlih.
Pasal 6
(1) Panlih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) dibentuk paling lambat 4
(empat) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan gubernur.
(2) Anggota Panlih terdiri dari unsur-unsur Fraksi dan masing-masing fraksi dapat
diwakili 3 (tiga) orang.
(3) Ketua dan para Wakil Ketua DPRD karena jabatannya adalah Ketua dan
Wakil Ketua Panlih merangkap anggota.
(4) Sekretaris DPRD karena jabatannya adalah Sekretaris Panlih, bukan anggota.
(5) Apabila seseorang anggota Panlih dicalonkan atau mencalonkan diri menjadi
calon, yang bersangkutan harus mengundurkan diri dari keanggotaan Panlih.
(6) Penyusunan tata tertib pemilihan dimulai paling lambat 7 (tujuh) hari setelah
pembentukan panlih.
(7) Penyusunan tata tertib pemilihan diselesaikan paling lama 14 (empat belas)
hari.
(8) Tugas panlih berakhir setelah penetapan pemenang pemilihan Gubernur.
Pasal 7
(1) Pemilihan gubernur dilaksanakan melalui 2 (dua) tahapan yaitu tahapan
pertama dan tahapan kedua.
(2) Tahapan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :
a. Pengumuman pendaftaran calon;
b. Verifikasi jumlah dukungan calon perseorangan;
c. pendaftaran calon;
d. seleksi persyaratan calon; dan
e. penetapan calon;
(3) Tahapan kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :
a. penyampaian visi dan misi;
b. pemungutan dan penghitungan suara;
c. penetapan hasil pemilihan; dan
d. uji publik terhadap hasil pemilihan;
(4) Tahapan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh
KPU Provinsi
(5) Tahapan kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan oleh
DPRD Provinsi.
Pasal 8
(1) Dalam melaksanakan tahapan pertama pemilihan, KPU Provinsi mempunyai
tugas, wewenang dan kewajiban :
a. mengumumkan pendaftaran calon;
b. melaksanakan kegiatan pendaftaran;
c. melaksanakan kegiatan penyaringan;
d. melaksanakan kegiatan penetapan calon; dan
e. menyampaikan nama-nama calon beserta dokumen kepada DPRD
Provinsi.
(2) Dalam melaksanakan tahapan kedua pemilihan, panlih mempunyai tugas,
wewenang dan kewajiban :
a. menyelenggarakan penyampaian visi dan misi calon (termasuk
penyampaian visi dan misi calon yang akan dimasukkan dalam rincian
kegiatan penyampaian visi dan misi);
b. melaksanakan pemungutan suara dalam rapat paripurna tingkat I;
c. menetapkan hasil pemilihan;
d. melaksanakan uji publik;
e. membahas keberatan (apabila ada) dalam rapat paripurna tingkat II; dan
f. menetapkan pemenang pemilihan; 1
1 http://www.rumahpemilu.org/in/read/148/Rancangan-Undang-Undang-tentang-Pemilihan-
Kepala-Daerah , diakses pada tanggal 28/9/14, pukul 9,45.