SRI DAWATI-FDK.pdf
Transcript of SRI DAWATI-FDK.pdf
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. kerena atas hidayah
dan inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
selalu tercurah kepada nabi Muhammad SAW. yang senantiasa menuntun kita
kejalan yang di ridhai Allah SWT. Amiin.
Tujuan disusunnya skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
meraih gelar Sarjana Sosial Islam Starata 1 (S1). Adapun skripsi ini penulis beri
judul “Implementasi Program Peer Group YKAI Dalam Meminimalisir
Penyalahgunaan NAPZA Di Lingkungan Sekolah”
Penulis menyadari tanpa bimbingan dan bantuan dari semua pihak, skripsi
ini tidak akan terselesaikan. Maka penulis haturkan ribuan ucapan terimakasih
kepada:
1. Bapak Keliwon dan ibunda Nurmiati yang senantiasa mencurahkan kasih
sayang serta dukungan moril dan materiil yang tak pernah putus. Kakanda
tercinta (bang Edi dan keluarga, mbak Atik dan keluarga, mbak Ris dan
keluarga, bang Lilik dan keluarga, bang Suriadi dan keluarga, mbak Rus
dan keluarga, bang Maman dan keluarga, serta adikku Iwan dan Inur)
seluruh keluarga dan keponakanku yang senantiasa memberikanku
motivasi dan do’a demi terselesaikannya skripsi ini. Untuk keluargaku
skripsi ini saya persembahkan semoga dapat menambah kesuksesan dalam
mewujudkan cita-cita dan kebahagiaan kita. Amiin.
2. DR. Murodi, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
3. Drs. Yusra Kilun, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik Jurusan
Konsenterasi Kesejahteraan Sosial.
4. Drs. Helmi Rustandi, MA. selaku Ketua Jurusan Konsentersai
Kesejahteraan Sosial sekaligus Dosen Pembimbing yang selalu
memberikan ide dan arahan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
ii
5. Ismet Firdaus, M.Si. selaku sekertaris jurusan Konsenterasi Kesejahteraan
Sosial yang selalu memberikan masukan dan nasehat kepada penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi, khususnya Jurusan
Konsenterasi Kesejahteraan Sosial yang telah mengalirkan ilmu
pengetahuan dan pengalaman yang sangat berharga kepada penulis selama
duduk di bangku perkuliahan.
7. Seluruh Pengurus Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi serta
Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
menyediakan buku-buku dari berbagai sumber dan literatur yang penulis
butuhkan dalam penulisan skripsi ini.
8. Dirut YKAI Ibu Winarti Sukaesih dan seluruh staf karyawan dan
karyawati YKAI serta guru-guru dan pengurus Peer Group SMPN 139
Jakarta yang telah banyak membantu penulis dalam pengumpulan data di
lapangan.
9. Sahabatku Fuad, Wening, Fitri, Ika, serta keluarga besar KB/TK Bhakti
Insan Cendekia Sarua-Ciputat saya ucapkan terimakasih atas do’a dan
dukungannya.
10. Teman-teman Kessos satu nasib dan seperjuangan angkatan 2003, Mari
kita bersama-sama mengamalkan ilmu pengetahuan kita agar bermanfaat
baik di dunia maupun di akhirat kelak, Amiin...
11. Sahabat hati yang selalu setia dan sabar menanti, walaupun jarak
memisahkan kita namun tak membuat dirimu jemu menemani dan
menantiku. Syukron Katsiron atas do’a dan motivasi yang sangat berarti
bagi penulis.
Semoga kebaikan kalian semua akan dibalas dengan kebaikan yang
setimpal di akhrirat kelak. Amiin. Penulis mohon ma’af atas segala
kesalahan dan kekhilafan yang telah diperbuat, baik disengaja maupun
tidak disengaja untuk senantiasa melakukan introspeksi diri.
Seperti pepatah mengatakan “tak ada gading yang tak retak”
begitupun dengan skripsi ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Namun
iii
demikian penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
sehingga bisa memberi saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini.
Jakarta, Juni 2008
Penulis
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Modernisasi dan globalisasi di samping menimbulkan dampak positif
berupa kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dan mekanisasi industri juga
memberikan imbas negatif yang tak kalah hebat. Arus moderenisasi dan
globalisasi secara perlahan namun pasti menembus sekat - sekat norma tata susila
dan budaya suatau bangsa, memberikan perubahan terhadap individu terhadap
pemahaman baik buruk, tabu dan juga pemahaman terhadap nilai-nilai
spiritualitas agama.
Pemahaman terhadap agama atau hal-hal yang bersifat spiritualitas
mengalami pergeseran yang bermakna, agama dipahami secara parsial dan hanya
ada pada tataran pemikiran serta minim dalam aplikasinya, sehingga manusia
seolah-olah kehilangan pegangan. Kemapanan pada aspek lahiriah lebih
mendominasi sedangkan pemenuhan terhadap kebutuhan psikis khususnya
spiritual cenderung terabaikan sehingga mengakibatkan individu tersebut
mengalami “kegersangan” jiwa. Dalam kondisi tersebut tidak sedikit individu
yang terperosok pada tindakan amoral, kriminalitas, pelacuran dan
penyalahgunaan NAPZA.
Individu yang tidak siap secara mental memiliki pemahaman yang keliru
terhadap apa yang disebut modern, mereka menganggap bahwa modern adalah
mengadopsi budaya barat secara utuh sehingga tak jarang mereka bertingkah laku
v
layaknya orang-orang barat seperti mengenakan pakaian mini, minum-minuman
keras dan memakai NAPZA, padahal hal tersebut sangat bertentangan dengan
nilai-nilai luhur budaya bangsa. Salah satu dari sekian banyak tidakan atau budaya
yang tidak sesuai dengan nilai luhur budaya bangsa adalah merebaknya
penyalahgunaan NAPZA di kalangan masyarakat khususnya generasi muda.
Problem Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya
(NAPZA) merupakan suatu tantangan bagi generasi penerus bangsa.1 Mengingat
korban terus “berjatuhan” semakin banyak, rumah sakit ketergantungan obat dan
panti-panti rehabilitasi telah penuh sesak para pecandu. Hal tersebut merupakan
perpenyalahgunaanan dan tantangan yang cukup berat bagi kita dalam
mempersiapkan pemimpin bangsa di masa depan.
Arus modernisasi juga telah merubah seluruh struktur kehidupan manusia.
Arus ini telah memberi label baru bagi manusia yaitu sebagai “manusia modern”.
“manusia modern” seperti diulas Ahmad Mubarok kini terperangkap dalam situasi
yang menurut istilah psikolog Humanis terkenal, Rollo May sebagai “manusia
dalam kerangkeng”, satu istilah yang menggambarkan salah satu derita manusia
modern.2
Faktor kemiskinan dan ketimpangan sosial juga merupakan salah satu
dampak dari derasnya benturan arus modernisasi dan gobalisasi, anak-anak yang
miskin cenderung memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah dan
mengkombinasikan sekolah sambil bekerja. Anak-anak ini, terutama yang tinggal
1 Drs. H. Ahmad Sanusi Mustofa, Problem Narkotika-Psikotropika dan HIV-AIDS,
(Jakarta: Zikrul Hakim 2002), Cet. Ke-1, h.1. 2 Achmad Mubarok, Solusi Krisis Keruhanian Manusia Modern, Jiwa dalam Al-Quran.
(Jakarta : Paramadina, 2000), h. 7
vi
di daerah perkotaan, beresiko menjadi target kejahatan terorganisir untuk
dimanfaatkan dalam kegiatan ekonomi terselubung, seperti pelacuran, dan terlibat
dalam pembuatan, penjualan dan perdagangan obat terlarang.
Kurang lebih 44 juta penduduk Indonesia saat ini berusia 10 s/d 20 tahun,
usia yang beresiko tinggi untuk bereksperimen dengan obat terlarang. Walaupun
sebagian anak rentan terhadap penipuan, kekerasan, dan manipulasi yang
dilakukan orang dewasa. Namun tidak semua anak rentan untuk terlibat dalam
kegiatan pembuatan, penjualan, dan peredaran obat-obatan terlarang. Sebagian
anak memang lebih rentan dibanding anak lain akibat dari keadaan-keadaan
tertentu. (angka perkiraan BPS-1997) sumber BPS (2000) indikator kesejahteraan
anak, 1999.3
Hasil penelitian (Hawari, 1990) membuktikan bahwa penyalahgunaan
NAPZA menimbulkan dampak antara lain : merusak hubungan kekeluargaan,
menurunkan kemampuan belajar, ketidakmampuan untuk membedakan mana
yang baik dan buruk, perubahan perilaku menjadi anti-sosial, merosotnya
produktivitas kerja, gangguan kesehatan, mempertinggi kecelakaan lalu-lintas,
kriminalitas, dan tindak kekerasan lainnya.4
Perpenyalahgunaanan penyalahgunaan NAPZA mempunyai dimensi yang
luas dan kompleks; baik dari sudut medik, psikiatrik, kesehatan jiwa, maupun
psikososial (ekonomi, politik, sosial budaya, kriminalitas dan lain sebagainya).
Yang memprihatinkan adalah bahwa korban penyalahgunaan NAPZA adalah para
3 ILO, Anak-anak Dalam Perdagangan dan Produksi Obat-obatan terlarang di Jakarta,
(Jakarta: Organisasi Perburuhan Internasional, 2004), Cet. Ke-1. h.13. 4 Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan
Kesehatan Jiwa, (Yogya: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), Edisi III, Cet ke-X h. 267-268.
vii
remaja dewasa muda, mereka yang sedang dalam usia produktif yang merupakan
sumber daya manusia atau aset bangsa dikemudian hari. Islam sangat
memperhatikan generasi muda penerus bangsa dan agama tentang
penyalahgunaan NAPZA sejak zaman dahulu, seperti firman Allah Swt
menjelaskan dalam Alqur’an surah Al Maidah ayat 90-91 yang artinya :
“Hai orang-orang yang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapatkan keberuntungan” (Q.S.5:90) 5
“sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan
kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan
menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat; maka berhentilah kamu
(dari mengerjakan pekerjaan itu)” (Q.S.5:91) 6
Banyak hal yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam upaya
meminimalisir penyalahgunaan NAPZA dikalangan remaja salah satu diantaranya
adalah dengan cara mengembangkan suatu rencana aksi nasional tentang
penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan anak yang diwujudkan dalam suatu
keputusan presiden (No.59, Agustus 2002). Rencana aksi nasional ini akan
dilaksanakan dalam masa 20 tahun, rencana nasional ini juga telah menetapkan
5 Departemen Agama RI; Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an “Al-Qur’an
dan Terjemahannya”, (Bandung, CV Penerbit Diponegoro 2005) Cet ke-3, h.123 6 Idem
viii
lima jenis bentuk pekerjaan yang dilakukan oleh anak yang harus segera
dihapuskan dalam kurun waktu 5 tahun. Yaitu anak-anak yang terlibat dalam
penjualan, pembuatan, dan pengedaran obat-obatan terlarang, perdagangan anak
untuk dilacurkan, anak-anak yang bekerja di sektor alas kaki, anak-anak yang
bekerja di penambangan dan anak-anak yang bekerja di perikanan lepas pantai.7
Mengingat bahaya NAPZA memiliki dampak yang luas dan berdampak
negatif bagi generasi muda penerus bangsa, maka YKAI, BNN, BNP dan sekolah
SMPN 139 Jakarta membentuk program penanggulangan penyalahgunaan
NAPZA di lingkungan sekolah yang melibatkan siswa di dalamnya yaitu dalam
bentuk program Peer Group ( kelompok teman sebaya ).
Berpijak pada latar belakang penyalahgunaan di atas, penulis merasa perlu
untuk melakukan penelitian terhadap peran lembaga-lembaga pemerintah dan
lembaga swadaya masyarakat dalam meminimalisir penyalahgunaan NAPZA
yang dituangkan dalam skripsi dengan judul “Implementasi Program Peer
Group YKAI Dalam Meminimalisir Penyalahgunaan NAPZA Di
Lingkungan Sekolah” (Studi di SMPN 139 Jakarta).
B. Batasan Dan Perumusan Masalah
Uraian di atas menggambarkan betapa NAPZA dapat menimbulkan
dampak negatif yang begitu luas dalam kehidupan masyarakat khususnya remaja
sebagai cikal bakal generasi penerus bangsa, baik dipandang dari segi psikologik
( psikologis, perkembangan syaraf otak, mental, jiwa, dan spiritual ) maupun
7 ILO, Anak-anak Dalam Perdagangan dan produksi Obat-obatan terlarang, h. iii.
ix
psikiatrik ( fisik, perkembangan tubuh dan kesehatannya ). Dengan membentuk
suatu program Peer Group merupakan salah satu cara atau metode yang digunakan
dalam meminimalisir penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah.
Agar lebih terarah peneliti membatasi objek penelitian pada sekolah
SMPN 139 Duren Sawit-JAKTIM yang sudah menjadi PILOT PROJEC YKAI,
ILO, dan IPEC. Berkaitan dengan hal tersebut diajukan beberapa pertanyaan
sebagai berikut :
1. Apa saja yang menjadi program inti Peer Group YKAI dalam
meminimalisir penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah ?
2. Bagaimana sistem koordinasi program Peer Group YKAI dengan BNN
dan RSKO dalam meminimalisir penyalahgunaan NAPZA di lingkungan
sekolah?
3. Bagaimana sistem rujukan yang dilakukan dalam program peer group
terhadap RSKO dalam meminimalisir penyalahgunaan NAPZA di
lingkungan sekolah ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sejalan dengan rumusan penyalahgunaan di atas, yang menjadi tujuan
penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui program inti peer group dalam meminimalisir
peyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah
x
2. Untuk mengetahui bagaimana koordinasi program Peer Group YKAI
dengan BNN dan RSKO dalam meminimalisir penyalahgunaan NAPZA di
lingkungan sekolah
3. Untuk mengetahui bagaimana sistem koordinasi antara program peer
group dengan RSKO.
Adapun manfaat penelitian adalah :
1. Penelitaian ini diharapkan bermanfaat untuk dijadikan sebagai bahan
masukan bagi para praktisi pendidikan di sekolah dalam rangka
meminimalisir penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah.
2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pembuat kebijakan di sekolah
dalam rangka mengatasi maraknya penyalahgunaan NAPZA di lingkungan
sekolah.
3. Memberikan sumbangan pengetahuan mengenai program Peer Group bagi
siswa dan orangtua yang dilakukan oleh sekolah yang bekerjasama dengan
beberapa LSM (lembaga swadaya masyarakat), pemerintah dan
masyarakat luas dalam mengatasi penyalahgunaan penyalahgunaan
NAPZA di lingkungan sekolah.
D. Metodologi Penelitian
1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif, pendekatan ini
dimaksud untuk menggambarkan suatu kenyataan empiris yang terjadi di
lingkungan sekolah.
xi
2. Penentuan Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil tempat di SMPN 139 Duren Sawit-
JAKTIM, dengan pertimbangan bahwa sekolah tersebut telah menjadi
PILOT PROJEC YKAI dalam hal meminimalisir penyalahgunaan NAPZA
di lingkungan sekolah. Hal ini sesuai dengan maksud penelitian, yaitu
tentang Implementasi Program Peer Group YKAI Dalam Meminimalisir
Penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah.
3. Jenis Data
Jenis data yang dipergunakan dan dikumpulkan dalam penelitian
ini adalah jenis data kualitatif. Penelitian kualitatif cenderung dilakukan
dengan jumlah kasus sedikit. Satu kasus tunggal-pun dapat dipakai, bila
secara potensial memang sangat sulit bagi peneliti memperoleh kasus lebih
banyak, dan bila dari kasus tunggal tersebut memang diperlukan banyak
informasi yang sangat mendalam.8
4. Sumber Data
Sumber data adalah subjek utama dalam meneliti penyalahgunaan
di atas untuk memperoleh data-data yang kongkret. Adapun sumber data
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Sumber Data Primer.
Data primer adalah data utama yang terdiri dari kata-kata dan tindakan.
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari hasil
wawancara dengan responden yaitu siswa/i SMPN 139 Jakarta serta
8 Masri Singarimbun, Sufian Effendi, Methode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3S), cet.
Ke-1. h.12
xii
hasil observasi pada subjek penelitian yaitu para anggota Peer Group
SMPN 139 Jakarta.
b. Sumber Data Sekunder.
Data sekunder adalah data tambahan yang berasal dari dokumen
tertulis. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah
buku-buku, makalah, dan hasil kajian tertentu dari berbagai literatur
yang berhubungan dengan NAPZA
5. Tekhnik Pengumpulan Data.
Adapun tekhnik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah
dengan cara berkomunikasi langsung atau tidak langsung yaitu dengan
mempergunakan tekhnik sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti.9 peneliti terjun langsung ke wilayah
penelitian untuk mengamati kegiatan pelaksanaan program Peer Group
dan ikut serta di dalamnya baik penulis sebagai pembimbing maupun
fasilitator saja, sekedar untuk mengamati jalannya kegiatan.
b. Wawancara
Wawancara (interview) Yaitu tanya jawab lisan antara dua orang atau
lebih secara langsung.10
untuk memperoleh data yang akurat, maka
penulis melakukan tanya jawab secara lisan dan langsung bertatap
9 Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2003), h.53 10 Ibid.,h. 57
xiii
muka dengan pembimbing lapangan dan pengurus program yang ada
di sekolah SMPN 139 Duren Sawit-JAKTIM.
6. Alat Bantu Pengumpulan Data
Untuk memudahkan pengumpulan data, maka peneliti
membutuhkan alat bantu yang akan digunakan selama wawancara
berlangsung yaitu dengan alat perekam suara (tape recorder)
7. Analisis Data
Yang dimaksud analisis data adalah suatu proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan
satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan
hipotesa yang disarankan oleh data.11
Adapun dalam teknik penulisan dan transliterasi menggunakan buku
“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang
disusun oleh Tim Penulis diterbitkan oleh CeQDA Juni 2007.
11
Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Rosda Karya, 2000), h.
103
xiv
E. Sistematika Penulisan.
Penyajian dalam skripsi ini dijabarkan atas lima bab dimana antara bab
yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan masing-masing bab terdiri
dari sub-sub bab. Untuk lebih jelas berikut adalah sistematikanya:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Batasan
dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II KERANGKA TEORI
Bab ini membahas tentang : Implementasi Program Peer Group
mencakup, Pengertian Peer Group, Program Peer Group; dan
Penyalahgunaan NAPZA meliputi : Pengertian NAPZA, Faktor-
faktot penyebab penyalahgunaan NAPZA, dan Dampak
penyalahgunaan NAPZA.
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
Bab ini membahas tentang : Sejarah Berdirinya SMPN 139 Duren
Sawit-JAKTIM, visi-misi, struktur organisasi, Keadaan Siswa,
Sarana dan prasarana. Sejarah Berdirinya YKAI, Visi-misi, Lintas
Program YKAI, Susunan pengurus YKAI, Program YKAI,
Karyawan dan Staf dan Program Per Group di SMPN 139 Jakarta.
BAB IV IMPLEMENTASI PROGRAM PEER GROUP YKI DALAM
MEMINIMALISIR PENYALAHGUNAAN NAPZA DI
LINGKUNGAN SEKOLAH (Studi di SMPN 139 Jakarta)
xv
Bab ini membahas tentang : Pelaksanaan Inti Program Peer Group,
Koordinasi Program Peer Group, Rujukan Bagi Anak Yang
Terlibat Penyalahgunaan NAPZA.
BAB V PENUTUP
Bab ini membahas tentang : Kesimpulan, dan Saran.
xvi
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Program Peer Group
I. Pengertian Peer Group
Peer Group ( kelompok Teman Sebaya ) merupakan salah satu
program YKAI yang bertujuan untuk meminimalisir masalah
penyalahgunaan NAPZA di masyarakat, khususnya di lingkungan sekolah.
Peer Group SMPN 139 telah terbentuk sejak bulan Mei 2005. Peer Group ini
terbentuk ketika dijadikannya SMPN 139 Jakarta sebagai Pillot Project “
Pencegahan Anak yang Terlibat Narkoba (Child Drugs Trafficking) di
lingkungan sekolah ” oleh Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI)
yang didukung oleh International Labour Organization (ILO) yaitu sebuah
badan PBB yang bergerak di bidang tenaga kerja.
Dengan adanya program ini diharapkan agar penyalahgunaan NAPZA
di lingkungan sekolah dapat diminimalisir dan tidak ada lagi
penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah dimasa yang akan datang.
Sebelum penulis menjelaskan lebih lanjut tentang program Peer Group,
penulis merasa perlu untuk menggambarkan terlebih dahulu tentang defenisi
dari Peer Group.
Jika ditelaah dari berbagai sumber akan dijumpai pengertian-
pengertian yang berbeda megenai Peer Group, tergantung pada jenis sumber
dan tokoh yang merumuskan pengertian tersebut.
xvii
Jika ditelaah dari berbagai sumber akan dijumpai pengertian-pengertian
yang berbeda mengenai Peer Group, tergantung dari jenis sumbernya dan
tokoh yang merumuskan pengertian tersebut. Perbedaan tersebut disebabkan
adanya sudut pandang yang berbeda berdasarkan latar belakang pendidikan
dan sumber yang dipakai akan tetapi secara substansial memiliki titik tekan
yang sama.
Secara ethimologi kata Peer Group berasal dari bahasa Inggris yaitu Peer
yang berarti teman sebaya, sedangkan Group berarti kelompok.12
Jadi arti
Peer Group adalah kelompok teman sebaya. Dalam pengertian lain
kelompok teman sebaya dapat dibagi dalam tiga suku kata yaitu
“1``1kelompok” memiliki arti kumpulan manusia yang merupakan kesatuan
beridentitas dengan adat istiadat dan sistem norma yang mengatur pola-pola
interaksi antara manusia itu sendiri atau kumpulan orang yang memiliki
atribut sama, “teman” memiliki arti kawan, sahabat atau orang yang
bersama-sama bekerja, dan “sebaya” memiliki arti baya.13
Para ahli memberikan pengertian yang berbeda-beda sesuai dengan
pandangan masing-masing. Untuk mendapatkan pengertian yang jelas di
bawah ini penulis mengutip beberapa defenisi dari berbagai literatur antara
lain sebagai berikut :
a. Menurut Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) dalam
bukunya yang berjudul “Prosedur penanganan dan pencegahan
12
Laila Saniyah, Kamus Mini Praktis Bahasa Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris,
(Surabaya, Karya Agung, 1999), h. 177 13
Kamus besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, Depdikbud, 1991), h. 470,
1029, 886
xviii
perdagangan narkoba di sekolah” memberikan pengertian bahwa Peer
Group adalah kelompok teman sebaya dimana kelompok teman sebaya
tersebut yang dibentuk oleh sekolah dengan tujuan untuk memberikan
informasi tentang bahaya NAPZA dan pencegahannya bagi teman-
teman mereka.14
b. Menurut WFConnell (1972) kelompok teman sebaya (peer frienship
group) adalah kelompok anak-anak atau pemuda yang berumur sama
atau berasosiasi sama dan mempunyai kepentingan umum tertutup,
seperti persoalan-persoalan anak-anak umur sekolah sampai dengan
masa remaja (adolesence).15
c. Peer Group (kelompok teman sebaya) yaitu suatu kelompok dimana di
dalamnya terdapat komunitas yang memiliki umur yang sama
(sepantaran) dan melakukan suatu kegiatan bersama yang memilki
manfaat bagi setiap individu.16
d. Peer Group (kelompok teman sebaya) adalah orang-orang seumurmu
dan kelompok sosialnya, seperti teman sekolah, teman sekerja atau
tetangga.17
2. Program Peer Group
Dalam pelaksanaan program peer group di sekolah para siswa/i dibantu
dengan guru pembimbing, YKAI sebagai lembaga yang menjadi motor
14
YKAI, Prosedur Penanganan dan Pencegahan Perdagangan Narkoba di Sekolah,
(Jakarta : 2006), h. 15 15
Peran Guru Dalam Pendidikan (http://bkt_bg_isi.gif,.htm) 16
Tekanan Teman Sebaya (http://situs.kesrepro.info/krr/agu/2002/utama02.htm) 17 Tekanan Teman Sebaya (http://situs.kesrepro.info/krr/agu/2002/utama02.htm)
xix
penggerak kegiatan peer group di sekolah telah memberikan rancangan
program secara komprehensip sehingga memudahkan guru pembimbing
dan siswa/i pengurus peer group. Adapun program Peer Group SMPN 139
adalah antara lain :
a) Melakukan SIDAK, yang dilakukan di dalam kelas maupun di luar
kelas pada setiap bulannya dengan waktu dan hari yang telah
disepakati oleh para guru tanpa diketahui oleh para siswa/i. Hal ini
bertujuan agar siswa/i tidak mudah mengelak ketika ditemukan
barang terlarang di dalam tas-nya.
b) Melakukan tes urine pada setiap siswa yang diduga menggunakan
NAPZA, hal ini dilakukan berdasarkan penelitian guru terhadap
siswa, terlihat dari perubahan fisik anak dan tingkah laku anak yang
berubah. Contoh perubahan fisik anak antara lain seperti : “ sering
ngantuk di kelas, badan yang semakin kurus, loyo (tidak ada gairah
hidup) ”, dan perubahan tingkah laku antara lain ; “ suka membuat
onar di lingkungan sekolah, baik di dalam kelas maupun di luar
kelas, merosotnya nilai ulangan dan nilai raport. Kegiatan ini
dilakukan atas kerja sama SMPN 139 Jakarta dengan BNN (Badan
Narkotika Nasional).
c) Melakukan konseling pada siswa yang terlibat dalam kasus
penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah. Dengan melibatkan
guru BP, siswa/i dan orang tua, hal ini dilakukan agar guru dan orang
xx
tua dapat menemukan solusi agar siswa tersebut tidak berlarut-larut
terperangkap dalam dunia hitam yang dapat merusak masa depannya.
Dari hasil keterangan program Peer Group di atas telah
melakukan beberapa tahap intervensi, dalam ilmu kesejahteraan sosial
dikenal dua bentuk intervensi sosial, menurut Rothman, Trophman dan
Erlich intervensi tersebut yaitu:18
a. Intervensi mikro merupakan intervensi yang digunakan dalam
lingkup kecil dan memusatkan pada dua metode yaitu bimbingan
sosial perseorangan (sosial casework) dan bimbingan sosial
kelompok (social group working).
b. Intervensi makro mencakup berbagai metode professional yang
digunakan untuk mengubah sistem sasaran yang lebih besar dari
individu, kelompok dan keluarga, yaitu organisasi, komunitas baik di
tingkat lokal, regional maupun nasional secara utuh. Praktek makro
berhubungan dengan aspek pelayanan masyarakat yang pada
dasarnya bukan hal yang bersifat klinis, tetapi lebih luas dalam
rangka meningkatkan kehidupan yang lebih baik di masyarakat.
Intervensi makro mencakup: ‘pengembangan masyarakat lokal’ (lokality development), ‘perencanaan sosial’ (social planning),
‘kebijakan sosial’ (social policy), dan ‘administrasi dan manajemen’ (administration and management).
Menurut The Gulbenkian Foundation (1970 : 3-34), intervensi
makro dapat diidentifikasikan pada tiga tingkatan yang menggambarkan
cakupan komunitas yang berbeda dimana intervensi makro dapat
diterapkan melalui:19
a. Grass root ataupun neighbourhood work (agen perubahan
melakukan intervensi tehadap individu, keluarga dan kelompok
masyarakat yang berada di daerah tersebut. Misalnya saja dalam
suatu kelurahan ataupun rukun tetangga);
b. Lokal agency dan inter-lokal agency work (agen perubahan
melakukan intervensi terhadap organisasi ‘payung’ di tingkat lokal,
provinsi ataupun tingkat yang lebih luas, bersama jajaran
18
Isbandi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, h. 57-
58 19 Ibid., h.60-61
xxi
pemerintahan yang terkait serta organisasi non pemerintah yang
berminat terhadap hal tersebut);
c. Regional dan national community planning work (misalnya saja,
agen perubahan melakukan intervensi pada isu yang terkait dengan pembangunan ekonomi, ataupun isu mengenai perencanaan
lingkungan yang mempunyai cakupan lebih luas dari bahasan ditingkat lokal).
Dalam merancang sebuah program ada beberapa tahapan yang harus
dilalui, tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut :20
a. Tahap persiapan ( engagement)
Pada tahap persiapan ini ada dua tahapan yang harus dikerjakan yaitu
: pertama, penyiapan petugas yaitu tenaga lapangan yang dilakukan
oleh community worker, dan kedua, penyiapan lapangan merupakan
masyarakat yang pada dasarnya diusahakan dilakukan secara no-
ndirective.
b. Tahapan pengkajian (assesment)
Proses assesment dapat dilakukan secara individual melalui siswa/i
(key person, tetapi dapat juga melalui kelompok-kelompok dalam
lingkungan sekolah). Dalam hal ini petugas harus berusaha
mengidentifikasi masalah kebutuhan yang dirasakan (felt needs) dan
juga sumber daya yang dimiliki klien
c. Tahapan perencanaan alternatif program atau kegiatan (designing)
Pada tahap ini petugas sebagai agent perubah (change agent) secara
partisipatif mencoba melibatkan siswa/i untuk berfikir tentang
masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.
20 Isbandi, Pemikiran-pemikiran dalam pembangunan Kesejahteraan, h. 181
xxii
Dalam konteks ini siswa/i diharapkan dapat memikirkan beberapa
alternatif program dan kegiatan yang dapat dilakukan
d. Tahapan pemformulasian rencana aksi (designing)
Pada tahap ini petugas membantu masing-masing kelompok untuk
memformulasikan gagasan mereka ke dalam bentuk tertulis, terutama
bila ada kaitannya dengan pembuatan proposal terhadap pihak
penyandang dana.
e. Tahapan pelaksanaan program atau kegiatan (implementation)
Dalam upaya melaksanakan program peer group, peran siswa/i
sebagai anggota diharapkan dapat menjaga keberlangsungan program
yang telah dikembangkan. Kerjasama antara petugas dan anggota
Peer Group merupakan hal penting dalam tahapan ini karena
terkadang sesuatu yang sudah dilaksanakan dengan baik melenceng
saat di lapangan.
f. Tahapan evaluasi
Evaluasi sebagai proses pengawasan dari anggota dan petugas
lapangan Peer Group terhadap siswa yang terlibat dalam penyalah
gunaan NAPZA. Dengan keterlibatan anggota tersebut diharapkan
dalam jangka pendek dapat memberikan arahan dan bimbingan agar
siswa/i tidak terjerumus dalam penyalahgunaan NAPZA dan untuk
jangka panjang dapat menjadi benteng bagi setiap diri siswa/i dari
penyalahgunaan NAPZA.
g. Tahap terminasi (disengagement)
xxiii
Tahap terminasi merupakan tahapan pemutusan hubungan secara
formal dengan pillot project. Dalam tahap ini petugas diharapkan
tidak meninggalkan klien mereka dengan tiba-tiba walaupun proyek
telah berakhir. Petugas harus tetap melakukan pemantauan dan
koordinasi meskipun tidak secara rutin, kemudian secara perlahan
mengurangi koordinasi atau pemantauan dengan klien sehingga klien
memiliki kemandirian dalam melaksanakan program yang telah
dijalankan.
B. Penyalahgunaan NAPZA
1. Pengertian NAPZA
Penyalahgunaan NAPZA bukan hanya terjadi di Indonesia namun
telah menjadi “wabah” berbahaya pada negara-negara berkembang di
dunia dan menggelembung menjadi wabah internasional..
Dengan demikian usaha untuk meminimalisir penyalahgunaan NAPZA
dan upaya untuk melakukan rehabilitasi terhadap masyarakat yang telah
ketergantungan NAPZA adalah satu keniscayaan mengingat banyak
korban berasal dari kalangan remaja yang merupakan cikal bakal
pemimpin di masa depan.
Sebelum penulis menjelaskan lebih jauh tentang NAPZA, penulis
akan mengawalinya dengan menjelaskan pengertian NAPZA secara
komprehensif, sekaligus problematikanya.
xxiv
Jika ditelaah dari berbagai sumber akan kita jumpai pengertian-pengertian
NAPZA secara berbeda, hal ini tergantung dari jenis sumbernya dan dari
sudut pandang mana istilah tersebut didefinisikan.
Kata narkotika berasal dari bahasa Inggris yaitu “ narcotics ” yang
berarti obat yang menidurkan atau obat bius.21 Dalam pengertian lain
narkotika mempunyai arti obat yang berfungsi menenangkan syaraf,
menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa ngantuk atau rangsangan (
opium, ganja dan sebagainya ).22
Narkotika atau yang sering diartikan drugs juga diartikan sebagai
zat yang bisa menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu, bagi mereka
yang menggunakan dengan memasukkan ke dalam tubuh, pengaruh
tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat
dengan halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan. Sifat-sifat tersebut
yang diketahui dalam dunia medis yang bertujuan untuk dimanfaatkan
dalam dunia pengobatan dan kepentingan manusia, seperti dibidang
pembedahan, penghilangan rasa sakit dan lain-lainnya.23
Sementara organisasi kesehatan dunia (WHO) telah memberikan
batasan tentang drugs (narkotika) yaitu, “setiap zat yang jika masuk dalam
21
S. Warjowarsito. Tito W, Kamus Lengkap Bahasa Inggris-Indonesia, Indonesia-
Inggris. (Bandung, 1980), h. 122 22
Kamus besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, Depdikbud, 1998), h. 90 23
Soedjono Dirdjosisworo. SH, Hukum Narkotika Indonesia, (Bandung : Citra Aditya
Bakti, 1990), h. 3
xxv
organisme hidup akan mengadakan perubahan pada suatu atau lebih
fungsi-fungsi organisme tersebut ”.24
Sedangkan UU No. 22 tahun 1997 memberikan pengertian tentang
narkotika, yaitu :
Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Narkotika dibedakan dalam golongan-golongan. Golongan tersebut
dibagi menjadi tiga, yaitu :
Golongan I
Golongan pertama dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan
ilmu pengetahuan dan dilarang untuk kepentingan selainnya (pasal 5). Dalam
pengawasan yang ketat dari Menteri Kesehatan (pasal 9). Contohnya yaitu :
1. Tanaman Papaver Somniferum L.
2. Opium. 3. Tanaman Koka, Daun Koka, Kokain Mentah, Kokain.
4. Heroin, Morphine.
5. Ganja.25
Golongan II
Golongan kedua adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi digunakan sebagai pilihan terakhir
24
Dadang Hawari, Konsep Islam Memerangi AIDS dan NAZA, (Yogyakarta : Dana
Bhakti Prima Yasha, 1996), h. 100 25
Syahrudin Darwis, Musyaruddin, Mari Bersatu Berantas Bahaya Penyalahgunaan
NARKOBA (NAZA), (BP, Dharma Bhakti : Jakarta, 1999), h. 3
xxvi
dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan mengakibatkan
ketergantungan. Contohnya yaitu :
1. Alfasetilmetadol.
2. Benzetidin. 3. Betametadol.26
Golongan III
Golongan ketiga adalah golongan yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan, adapun macam-
macamnya adalah :
1. Asetilidihidrokodein
2. Dokstroprosifem
3. Dihidrokodeina.27
Alkohol
Sebagaimana narkoba, alkohol bagi banyak orang di Indonesia bukan
barang yang asing lagi. Alkohol sering disebut minimum keras. Jika digambarkan
alkohol adalah sebagai berikut.
Nama kimia alkohol yang terdapat dalam minuman beralkoholialah etil
alkohol atau etanol, yang sering juga disebut sebagai grain alkohol sebagai lawan
dari wood alkohol yang sangat toksik dan kimianya adalah metil alkohol atau
metanol. Etil alkohol adalah cairan jernih, tidak berwarna, dan rasanya pahit. Jadi
yang dimaksud alkohol adalah minuman yang mengandung etil alkohol.
Alkohol dapat diperoleh melalui proses fregmentasi (peragian) oleh
mikroorganisme (sel ragi), dari gula, sari buah, biji-bijian, madu, umbi-umbian
26
Ibid, h. 3 27 Ibid, h. 3
xxvii
dan getah kaktus tertentu. Melalui proses fregmentasi hanya dapat diperoleh
minuman beralkohol yang kadarnya tidak lebih dari 14 %, sebab sel ragi akan
mati bila kadarnya lebih tinggi. Kebanyakan bir berkadar alkohol 3-5 %, anggur
berkadar 10-14 %, sherry, port, dan mus katel berkadar 20 %. Sedangkan wiski,
rum, gim, vodka dan brendy kadarnya 40-50 %.28
Dalam penggolongannya alkohol dibagi dalam tiga golongan yaitu :
1. Golongan A berkadar alkohol 01% - 05%
2. Golongan B berkadar alkohol 05% - 20%
3. Golongan C berkadar alkohol 20%- 50% 29
Psikotropika
Psikotropika sebagaimana narkotika juga dijelaskan pada UU No 5 tahun
1997 adalah:
Zat atau obat, baik yang alamiah maupun yang sintesa bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Adapun macam-macamnya dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok
seperti yang dijelaskan pada UU No 5/1997 sebagai berikut:
Golongan I
Golongan pertama yaitu psikotropika yang hanya digunakan untuk tujuan
ilmu pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi yang amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Adapun contohnya yaitu:
1. MDMA yang dikenal dengan nama Ectasy
28
Satya Joewana, Gangguan Penggunaan Zat, (Jakarta : PT Gramedia, 1989), h. 34 29 Syahruddin Darwis, op.cit, h.4
xxviii
2. N-etil MDA juga terdapat dalam kandunganEctasy
3. MMDA juga terdapat dalam kandungan Ektasy.30
Golongan II
Psikotropika golongan kedua adalah psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan dapat digunakan dalan trapi dan untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Adapun
jenisnya yaitu:
1. Amfetamina dikenal dengan nama shabu-shabu
2. Buprenorfina
3. Butalbital.31
Golongan III
Psikotropika golongan III adalah yang berkhasiat untuk pengobatab dan
banyak digunakan dalam terapi atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Adapun contoh jenis-jenisnya yaitu:
1. Amobarbital 2. Buprenorfena
3. Butalbital32
Golongan IV
Psikotropika golongan keempat ini adalah psikotropika yang berkhasiat untuk
pengobatan dan sangat luas digunakan dalan terapi atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Adapun jenis-jenisnya adalah:
1. Diazepam yang dikenal dengtan nama Nipam, BK, Megadon
2. Nitrazepam
30
Ibid, h. 3 31
Ibid, h. 4 32Ibid, h. 4
xxix
3. Nordazepam.33
Zat Adiktif
Dalam bahasa yang sederhana zat aiktif adalah zat yang dapat
menimbulkan ketagihan, kecanduan atau ketergantungan. Dalam turunan
jenisnya yang dijelaskan oleh Dadang Hawari, zat adiktif ini terdiri dari yaitu :
a) Sedativa dan hipnotika
Ada beberapa golongan yang dimasukkan dalam kelompok sedativa
hipnotika, yaitu barbiturat, zat yang mirip barbiturat, benzodiadepin,
karbamat, klonalhidrat dan paraldelhida. Zat-zat tersebut di atas berbeda
kerja parmotologinya, onset, maupun lama kerjanya, tetapi diantara
mereka terdapat toleransi dan ketergantungan silang. Juga terdapat
toleransi dan ketergantungan silang dengan alkohol.
b) Amatamin
Amfetamin adalah stimulasi susunan syaraf seprti kokain, kafein, nikotin
dan katir.
c) Halusinogen
Pada tahun 1954, A Hoffer dan A Osmond memperkenalkan istilah
halusinogen untuk memberi nama kepada zat-zat tertentu yang dalam jumlah sedikit dapat mengubah persepsi, pikiran dan perasaan seseorang
serta manimbulkan halusinasi, sebagian zattersebut merupakan senyawa sintenik.
d) Fensiklisida Fensiklisida adalah suatu senyawa yang larut baik dalam air maupun
dalam alkohol. Zzat ini pada tahun 1963 dipasarkan sebagai anestika dengan nama sernyl. Tetapi kerena efek sampingnya, pada tahun 1965
ditarik dari pasaran, pada tahun 1967, muncul lagi dipasaran dengan nama
serylan untuk keperluan anestesia hewan. Dipasaran gelap zat ini sering
dicampuri ganja.
e) Inhilasia dan Solven
Yang digolongkan Inhilasia dan solven ialah gas dan zat pelarut yang
mudah menguap berupa senyawa organik. Gas atau zat tersebut
dimasukkan dalam plastik lalu dihirup. Inhilasia dan solven terdapat pada
berbagai barang-barang keperluan rumah tangga, kantor, dan pelumas
mesin. Intoksikasi akut dengan zat ini bisa berakibat fatal, sedangkan pada
pemakain pelumas kronis dapat merusak berbagai organ tubuh, misalnya
otak, ginjal, paru-paru, jantung, dan sum-sum tulang.
f) Nikotin
33Ibid, h.4
xxx
Nikotin terdapat pada tanaman tembakau. Kadar nikotin dalam nikotin
berkisar 1-4 % dalam satu batang rokok terdapat sekitar 1,1 mg nikotin.
Rokok tembakau selain mengandung nikoti juga mengandung bahan-
bahan lain yaitu zat-zat organik lain dan tambahan (additive) g) Kafein
Kafein atau 1, 3, 7 trimetilsantin adalah alkaloid yang terdapat dalam tanaman kopi arabika, kopi robusta dan idopiliberica. Biji kering kopi jenis
ini mengandung 1-1,5 % kafein dan 2-2,3 % kafein. Daun teh selain mengandung teobromin juga mengandung kafein. Kafein ini juga terdapat
dalam minuman kola dan berbagai obat bebas.34
Zat tersebut apabila digunakan tidak berdasarkan aturan yang ditetapkan
dapat menimbulkan ketagihan atau ketergantungan, bila sudah demikian maka
akan berakibat fatal bagi si pemakai, salah satunya yaitu dapat merusak organ
tubuh.
Tidak seluruh zat atau obat menimbulkan adiksi dan defendensi pada
pemakaiannya. Zat atau bahan (obat) yang dapat adiksi atau defedensi, adalah zat
yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a) Keinginan yang tak tertahankan (an over powering desire)
b) Kecenderungan untuk menambah takaran (dosis) sesuai dengan toleransi tubuh
c) Ketergantunagn psikis (psychological depedence), apabila pemakaian zat di hentikan akan menimbulkan kecemasan, kegelisahan, depresi, dan lain-
lain gejala psikis.
d) ketergantungan fisik (physical depedence), apabila pemakaian zat ini
dihentikan, akan menimbulkan gejala fisik yang dinamakan gejala putus
NAPZA (wtihdrawl syntomp).35
2. Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA
Sebagaimana disinggung pada bab pendahuluan, Arus modernisasi telah
merubah seluruh struktur kehidupan manusia. Arus ini telah memberi label
34
Satya Joewana, op cit, h. 34 35
Dadang Hawari, Konsep Islam Memerang Aids da NAZA, (Yogyakarta : Dhana Bhakti
Prima Yasa, 1996) Cet ke-IX h. 101
xxxi
baru bagi manusia yaitu sebagai “manusia medern”. “manusia modern” seperti
diulas Ahmad Mubarok kini terperangkap dalam situasi yang menurut istilah
psikolog Humanis terkenal, Rollo May sebagai “manusia dalam kerangkeng”,
satu istilah yang menggambarkan salah satu derita manusia modern.36
Sebagai akibat dari derita psikis itu manusia modern kini terjangkit
gangguan kejiwaan yang antara lain kecemasan, kesepian, kebosanan, perilaku
menyimpang dan psikosomasis.37
Dalam kondisi cemas, kesepian, dan kebosanan yang diderita
berkepanjangan, meyebabkan seseorang tidak tahu persisi apa yang
diilakukan. Ia tidak bisa memutuskan sesuatu, dan ia tidak tahu jalan mana
yang harus ditempuh. Dalam keadaan jiwa yang kosong dan rapuh ini, maka
ketika seseorang tidak mampu berfikir jauh, kecenderungan kepada
memuaskan motif kepada hal-hal yang rendah menjadi sangat kuat, karena
pemuasan atas motif kepada hal-hal yang rendah sedikit menghibur.38
Pemuasan atas motif tersebut kemudian nereka wujudkan dengan
menyalahgunakan NAPZA (narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya). Hingga penyalahgunaan NAPZA kini telah menjadi tren baru bagi
manusia modern.
Penyebab penyalahgunaan NAPZA memang sungguh kompleks, namun
jika kita ingin membuat rumusan tentang penyebab penyalahgunaan NAPZA,
36
Achmad Mubarok, Solusi Krisis Keruhanian Manusia Modern, Jiwa dalam Al-Quran.
(Jakarta : Paramadina, 2000), h. 7 37
Ibid, h. 8 38 Ibid, h. 8
xxxii
terdapat dua faktor besar yang dapat menyebabkan seseorang
menyalahgunakan NAPZA yaitu :
a. Faktor Intern
Yang dimaksud faktor intern adalah salah satu penyebab yang berasal dari
dalam seorang individu yang menyalahgunakan NAPZA. Faktor intern ini
terlihat jelas pada kaum remaja an mereka yang menginjak dewasa dini
yang berusia sekitar 15-25 tahun, dan merupakan kelompok pemakai
terbesar NAPZA saat ini. Ada beberapa masa periode remaja dan dewasa
dini yang menyebabkan peluang untuk menggunakan NAPZA itu besar.39
1. Periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan
harapan- harapan sosial baru dn juga memainkan peran baru, pada
periode ini mereka diharapkan mampu mengadakan penyesuaian diri
secara mandiri. Apabila mereka menemui kesulitan-kesulitan yang
sukar daiatasi, mereka ragu-ragu meminta pertolongan orang lain,
enggan dan takut disebut belum dewasa, karena ketidakmampuan tersebut akhirnya mereka lari ke NAPZA sebagai penghibur.
2. Masa keterasingan sosial dengan berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya seseorang ke dalam pola kehidupan orang dewasa, pada
masa ini ketidakmampuan dia masuk dunia dewasa menyebabkannya mersa tersaing dan terpencil (terisolasi) lalu mereka lari ke dunia
NAPZA sebagai penghibur jiwa mereka. Mereka juga mengalami masa perubahan nilai, msa mandiri dan masa ketergantungan.
Pada masa dewaa dini dan masa remaja ini kondisi mental mereka dalam
keadaan labil sehingga dengan mudah dipengaruhi oleh lingkungan
sekitarnya untuk bertindak dan berbuat hal-hal yang negatif, sehingga
mereka dengan mudah terpengaruh untuk menggunakan NAPZA.
b. Faktor Ekstern
Faktor ini merupakan penyebab yang berasal dari luar individu
yaitu dari lingkungan sekitarnta. Lingkungan sekitar dapat dikelompokkan
pada tiga lingkungan, yaitu lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat
39
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, (Jakarta : Penerbit Erlangga, 1990), Cet ke-5 h. 286
xxxiii
dimana mereka bergaul dengan teman-teman di lingkunagan sekitarnya.
Kedua lingkungan ini disebut juga sebagai lingkungan sosial.
Lingkungan sosial adalah lingkungan dimana tempat orang-orang
yang berinteraksi dan merupakan suatu keseluruhan, yang tentu saja
individu kelah dengan kelompok sosial, kelompok ini bisa berinteraksi
karena ada kesamaan ciri dan karakter sehingga saling tumbuh rasa
solidaritas dalam kelompok sosial tersebut.40
Dan terakhir adalah lingkungan keluarga yaitu lingkungan dimana
dia tinggal di rumah yang terdiri dari ayah, ibu dan saudara. Lingkungan
keluarga merupakan kontributor terbesar seseorang dalam
menyalahgunakan NAPZA, sebagai mana dikemukakan oleh peneliti
Rutter (1980) tentang hal tersebut, bahwa:
1. Kematian orangtua (broken home by death)
2. Kedua orangtua bercerai atau pisah (broken home by
divorce/seperations)
3. Hubungan kedua orangtua dengan anak tidak harmonis (poor parent
child relationship)
4. Suasana rumah tangga yang tegang (high tensions)
5. Suasana rumah tangga tanpa kehangatan (low warmth)
6. Orangtua sibuk dan jarang di rumah (absence)
7. Orangtua mempunyai kelainan kepribadian (personality disorder)41
Adalah penyebab terbesar sehingga seseorang terutama remaja
terlibat dalam penyalhgunaan NAPZA. Sehingga hubungan yang baik
dalam lingkungan keluarga sesungguhnya adalah senjata yang paling
ampuh agar seseorang tidak terkena dan terjangkit pada ketergantungan
NAPZA.
40
Gerungan DIPL, Psikologi Sosial, (Bandung : Eresco, 1996), Cet ke-11, h. 94-95 41
Dadang Hawari, Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Ilmu Kesehatan Jiwa, (Jakarta :
PT Dhana Bhakti Prima Yasa, 1996) , h. 142
xxxiv
Sedangkan hasil kajian cepat ILO (2004) faktor penyebab orang
menggunakan /menyalahgunakan NAPZA adalah sebagai berikut :
1. kemiskinan absolute 2. tekanan teman sebaya dan peran keluarga
3. sekolah dan putus sekolah 4. peran bandar.42
Dari hasil pelatihan guru-guru dalam pencegahan dan penanganan
kaus NAPZA di lingkungan sekolah pada tanggal 18-19 Agustus 2006,
penyalahgunaan NAPZA di lingkngan sekolah dapat disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain :
1. Faktor lingkungan dalam (hubungan tidak harmonis dengan orangtua)
2. Faktor lingkungan luar (orangtua terlalu sibuk di luar)
3. Faktor broken home
4. Faktor individu (coba-coba, cari perhatian, ikut tokoh idola) 5. Faktor putus cinta
3. Dampak Penyalahgunaan NAPZA
Masalah penyalahgunaan NAPZA di Indonesia terutama tentang
Narkotika dan Psikotropika diatur dalam UU No. 5 tahun 1997 dan UU No. 22
tahun 1997, hal ini karena memang NAPZA mempunyai dampak negatif yang
sangat luar biasa besarnya. Tidak hanya gangguan fisik namun juga akan
menyebabkan terganggunya gangguan psikis (kepribadian).
Secara fisik seluruh zat dalam NAPZA, baik itu narkotika, alkohol,
pasikotropika dan beberapa zat yang lainnya mempunyai efek yang berbeda
satu sama lain. Alkohol misalnya mempunyai efek fisil.
a) Pembicara cadel
b) Gangguan koordinasi
c) Cara jalan yang tidak mantap
d) Naistakus (mata jereng) e) Muka merah
Sedangkan efek psikologik yang terlihat yaitu :
a) Perubahan perasaaan (afek)
42
ILO, Anak-anak Dalam Perdagangan dan Produksi Obat-obatan Terlarang di Jakarta,
(Jakarta : Organisasi Perburuhan Internasional, 2004), Cet. Ke-1, h.38
xxxv
b) Mudah marah dan sering tersinggung
c) Banyak bicara
d) Hendaya atau gangguan konsenterasi.43
Sedangkan ganja yang merupakan bagian dari jenis narkotika
menimbulkan gangguan mental organik (GMO), yaitu gangguan dalam fungsi
berfikir, perasaan dan perilaku. GMO ini terjadi karena reaksi langsung ganja
dengan sel-sel syaraf otak, disamping gejala-gejala fisik seperti mata merah,
mulut kering dan sering tidur. Gangguan GMO dapat terlihat pada tingkah
laku yang maladatif yaitu gangguan dalam perilaku misalnya kecemasan atau
ketakutan yang berlebihan atau paranoid, gangguan dalam menilai realitas,
gangguan dalam fungsi sosial (pergaulan) sekolah atau pekerjaan dan berbagai
macam lainnya.44
Satya Joewana meringkas akibat dari penyalahgunaan NAPZA yaitu :
1. Opida, pada pemakaian yang lama dapat menimbulkan impoten dan
gangguan menstruasi pada wanita serta menimbulkan obstipasi baik pada pria maupun pada wanita. Opida juga mengurangi nafsu makan
sehingga pemakaian yang kronis pasien menjadi kurus. 2. Ganja pada pemakaian yang lama dapat menimbulkan bronkitis,
menurunkan imunitan, gangguan kemampuan bicara, keteampilan
berbicara dan berhitung, gerakan serba lambat, kurang menaruh
perhatian terhadap bahaya sekitar, tidak perduli pada masa depan, tidak
memiliki motivasi untuk mencapai keberhasilan, tidak punya rasa
bersaing dengan orang lain. Akan mengganggu anak dalam kendungan
bila digunakan oleh ibu hamil.
3. Kokain akan menimbulkan gangguan pada irama jantung.
4. Alkohol pada pemakain yang kronis dan jumlah yang besar dapat
menimbulkan radang lambung, hati mengeras, polineuritis, psikosis
korsakiff, gangguan metabolisme lemak, zat putih telur maupun zat
hidrat arang dan kangker saluran pencernaan.
5. Amfetamin dapat menyebabkan kelainan jantung.
6. Inhalasia dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan hati, ginjal, sum-sum tulang dan otak.
7. Tembakau menyebabkan bronkitis dan kangker paru 8. Kafein mempengaruhi jantung dn pengeluaran asam lambung sehingga
tidak baik orang yang mempunyai sakit jantung atau sakit maag.45
43
Ibid, h.142 44
Ibid, h. 165 45 Satya Joewana, op cit, h. 112
xxxvi
Akibat lain yaitu pada aspek sosial dimana seseorang yang menderita
penyakit ini tidak mampu untuk menyesuaikan diri dengan orang lain,
peristiwa berikutnya mereka selalu menyendiri sehingga bagi mereka yang
sekolah atau bekerja tidak mampu meneruskan sekolah atau pekerjaannya,
dengan demikian akan menjadi pengangguran, setelah menjadi pengangguran
tentu saja berakibat pada masalah sosial, yang lain dalam kehidupan
bermasyarakat.
Hasil curhat tentang NAPZA, Enggak Banget! Yang dimuat di kompas
Jum’at, 9 Juni 2006 mengatakan bahwa dampak dari pengguna NAPZA
adalah.46
a) Penggunaan NAPZA dalam jangka panjang dapat menyebabkan
gangguan sistem syaraf alias neorologis. Gangguan saraf itu misalnya
berupa kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, dan kerusakan
saraf tepi. Selain itu, bisa bikin gangguan jantung dan pembuluh darah
atau kardiovaskuler. Gangguan kardiovaskuler berupa infeksi akut otot
jantung atau gangguan peredaran darah.
b) Selain itu, masih ada gangguan paru-paru atau pulmoner, seperti penekanan fungsi pernafasan, kesukaran bernafas, atau pengerasan
jaringan paru. Terus masih ada lagi gangguan hemopeotik berupa terganggunya pembentukan sel darah merah. Lalu gangguan kulit atau
dermatologia bisa bikin nanah pada bekas suntikan, alergi, atau pada bekas luka. Ad juga gangguan gastrointestinal berupa mencret, radang
lambung dan kelenjar ludah perut, hepatitis, perlemakan hati dan pengecilan hati.
c) Gangguan berikutnya, endokrin, yaitu penurunan fungsi hormon
reproduksi dan rendahnya kadar gula darah, gangguan fungsi reproduksi,
dn cacat bawaanpada bayi yang dikandung, gangguan otot dan tulang
berupa peradangan otot akut, penurunan fungsi otot, dan rawn patah
tulang.
46 http://www.kompas.com/kompas-cetak/0606/09/muda/2713225.htm
xxxvii
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Objektif SMPN 139 Jakarta.
1. Sejarah Berdirinya SMPN 139 Duren Sawit-JAKTIM
Sekolah SMPN 139 Jakarta yang beralamatkan di Jl. Bunga Rampai X
Perumnas Klender. Kec. Duren Sawit-JAKTIM pertama kali didirikan pada
tahun 1979, dan mulai digunakan pada tanggal 19 Juni 1980, kegiatan belajar
mengajar dimulai pertama kali pada tahun 1980-1981 dengan menempati 5
ruang kelas.
Selama hampir 25 tahun sekolah menengah pertama yang memiliki nama
awal sekolah Percontohan 139 Jakarta, telah mendidik siswa/i nya menjadi
remaja/i yang berkualitas, dengan meluluskan angkatan pertama pada tahun
1983. Hal ini tidak terlepas dari hasil kerja keras dan dukungan kepala sekolah
mulai dari kepala sekolah pertama sampai dengan yang ke-7 (sekarang).
Adapun yang memimpin SMPN 139 Jakarta dari awal berdiri sampai
dengan sekarang adalah:
a. Tahun 1980-1987 : Drs. H. Soenarto, HW
b. Tahun 1987-1989 : Supena Bratamidjadja
c. Tahun 1989-1994 : Drs. Zainudin Lingga
d. Tahun 1994-1995 : Jeddy Sukanda
e. Tahun 1995-1999 : Drs. Suripto, MM
f. Tahun 1999-2002 : Drs. H. Muhammad Zaini, MM
xxxviii
g. Tahun 1999-2002 : Drs. Parmudji, M.Pd47
2. Visi dan Misi SMPN 139 Jakarta
a. Visi
Unggul dalam prestasi dan berbudi pekerti yang luhur berlandaskan
IMTAQ
b. Misi
1. Pekerja keras, Ikhlas dan cerdas
2. Mulailah dari diri sendiri
3. Mulailah dari hal-hal yang terkecil dan mulailah dari sekarang
c. Motto
Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik
dari hari ini.
47 Sumber: Data Statistik Sekolah SMPN 139 Jakarta, tahun 2006-2007
xxxix
3. Struktur Organisasi SMPN 139 Jakarta
Dalam berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di sekolah, unsur
manusia memegang peranan penting karena menentukan kelancaran
pelaksanaan program sekolah di antaranya kepala sekolah, guru dan staf
karyawan. Berikut ini data-data tentang guru dan staf karyawan SMPN 139
Jakarta:
STRUKTUR ORGANISASI
SMPN 139 JAKARTA
KOMITE
SEKOLAH
STAF
KESISWAAN
KAUR TU
KEPSEK
STAF BID
SARANA & PRASARANA
STAF BID
KURIKULUM
GURU
STAF TU
GURU
BP/BK
WALI
KELAS
SISWA
SISWA
SISWA
SISWA
SISWA
xl
Tabel 1
Pendidik dan Tenaga Pendidik
Kepala Sekolah
Jenis Kelamin Jabatan Nama
L P
Usia Pend.
Akhir
Masa
Kerja
Kepala Sekolah Drs. Parmudji, M.Pd v 50 S-2 28
Wakil Kepala Sekolah Drs. Drajat Firdaus v 45 S-1 24
Tabel 2
Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin, Dan Jumlah
Jumlah dan Status Guru
GT/PNS GTT/Guru Bantu
No Tingkat Pendidikan
L P L P
Jumlah
1. S3/S2 1 1
2. S1 15 20 1 6 42
3. D-4
4. D3/Sarmud 4 4 1 2 11
5. D2
6. D1 3 5 1 9
7. ≤ SMA/sederajat
Jumlah 23 29 3 8 63
Tabel 3
Jumlah Guru Dengan Tugas Mengajar Sesuai Dengan Latar Belakang
Pendidikan ( ( Keahlian )
xli
Jumlah guru dengan latar belakang
pendidikan sesuai dengan tugas
mengajar
Jumlah guru dengan latar belakang
pendidikan yang TIDAK sesuai
dengan tugas mengajar
JUmlah No Guru
D1/D2 D3/
Sarmud
S1/D4 S2/S3 D1/D2 D3/
Sarmud
S1/D4 S2/S3
1 IPA 3 1 3 7
2 Matematika 1 1 3 2 7
3 B. Indonesia 1 1 5 7
4 B. Inggris 1 5 6
5 Pend. Agama 4 1 5
6 IPS 1 8 1 1 11
7 Penjaskes 1 1 1 3
8 Seni Budaya 2 1 1 4
9 PKn 1 1 2
10 TIK/Keterampilan 3 1 2 1 7
11 BK 4 4
12 Lainnya...........
Jumlah 9 12 32 9 1 63
Tabel 4
Pengembangan Kompetensi/Profesionalisme Guru
Jumlah Guru yang telah mengikuti kegiatan pengembangan
kompetensi/profesionalisme
No Jenis Pengembangan
Kompetensi
Laki-laki Jumlah Perempuan Jumlah
1 Penataran KBK/KTSP 5 9 14
2 Penataran Metode
Pembelajran (termasuk
CTL)
3 Penataran PTK
4 Penataran Karya Tulis
Ilmiah
5 Sertifikasi
Profesi/Kompetensi
xlii
6 Penataran PTBK
7 Penataran lainnya: ...........
Tabel 5
Prestasi Guru
Perolehan kejuaraan 1 sampai 3 dalam 3 tahun
terakhir
No Jenis Lomba
Tingkat Jumlah
Nasional
Provinsi
1 Lomba PTK
Kab/Kota
Nasional
Provinsi
2 Lomba Karya tulis Inovasi Pembelajaran
Kab/Kota
Nasional
Provinsi
3 Lomba Guru Berprestai
Kab/Kota
Nasional
Provinsi
Lomba Linnya:.............................
Kab/Kota
Nasional
Provinsi
4
Kab/Kota
Tabel 6
Tenaga Kependidikan: Tenaga Pendukung
jumlah tenaga pendukung dan
kualifikasi pendidikannya
Jumlah tenaga
pendukung
berdasarkan status
dan jenis kelamin
PNS Honorer
No Tenaga Pendukung
≤S
M
SMA D1 D2 D3 S1
L P L P
Jumlah
xliii
P
1 Tata Usaha 2 7 1 3 7 10
2 Perpustakaan 1 1 1 2 1 3
3 Laboran lab. IPA 1 1 1
4 Teknisi lab. Komputer 1 1 1
5 Laboran lab. Bahasa 1 1 1
6 PDT (Pend Tek. Dasar)
7 Kantin 1 1 1
8 Penjaga Sekolah 1 1 2 2
9 Tukang Kebun 1 1 1
10 Keamanan 1 1 1
11 Lainnya: .................
Jumlah 4 11 1 2 3 5 10 4 2 21
Tabel 7
Data Siswa 4 (empat tahun terakhir):
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah (Kls. VII + VIII
+ IX)
Th. Pelajaran Jml Pendaftar
(Cln Siswa
Baru) Jml
siswa
Juml
Rombel
Jml
Siswa
Jumlah
Rombel
Jml
Siswa
Jumlah
Rombel
Siswa Rombel
2003/2004 586 401 9 369 8 348 8 1118 25
2004/2005 515 353 9 381 8 354 8 1088 25
2005/2006 481 304 8 340 8 356 8 1000 24
2006/2007 506 315 8 319 8 319 8 953 24
4. Keadaaan Siswa
Tabel 8
Prestasi sekolah/siswa dua (2) tahun terakhir
Prestasi Akademik: NUAN
Peringkat No Tahun Pelajaran
Bahasa Matematika Bahasa Jumlah Rata-rata
xliv
Indonesia Inggris tiga mapel
1. 2004/2005 8,08 8,18 7,70 23,96 7,99
2. 2005/2006 8,47 8,40 8,13 25,00 8,33
Tabel 9
Prestasi Akademik: Peringkat rerata NUAN
Peringkat
Tingkat Kecamatan
(Rayon)
Tingkat Kab/ Kota Tingkat Provinsi
N
o
Tahun
Pelajaran
Sek.
Neger
i
Sek.
Swaat
a
Sek.
Neger
i dan
Swast
a
Sek.
Neger
i
Sek.
Swast
a
Sek.
Neger
i dan
Swast
a
Sek.
Neger
i
Sek.
Swast
a
Sek.
Neger
i dan
Swast
a
1. 2004/200
5
3 6 11
2. 2005/200
6
3 13 13
Tabel 10
Akademik: Nilai Ujian Sekolah (Us)
Rata-rata Nilai US No Mata Pelajaran
Tahun 2004/2005 Tahun 2005/2006
1. Pendidikan Agama 6,72 6,80
2. Pendidikan Kewarganegaraan 6,74 6,52
3. IPA 6,57 6,06
4. IPS 6,68 6,30
5. Penjaskes 7,64 6,57
6. KTK 6,34 7,07
7. PKK 7,02 7,32
xlv
8. Komputer 7,25 7,36
9. PLKI 7,15 6,72
Tabel 11
Angka Kelulusan Dan Melanjutkan
Jumlah Kelulusan dan Kelanjutan Studi No Tahun Ajaran
Jumlah
Peserta
Ujian
Jumlah
Lulus
%
Kelulusan
% Lulusan
yang
Melanjutkan
Pendidikan
% Lulusan
yang
TIDAK
Melanjutkan
Pendidikan
1. 2004/2005 354 354 100% 100%
2. 2005/2006 356 356 100% 100%
Tabel 12
Perolehan Kejuaraan/Prestasi Akademik : Lomba-lomba
Tahun 2004/2005 Tahun 2005/2006
Tingkat Tingkat
No Nama Lomba
Juara
ke: Kab/
Kota
Propi
nsi
Nasio
nal
Juara
ke: Kab/
Kota
Propi
nsi
Nasio
nal
1 Lomba Sekolah Sehat 1 X 1 x
2 L. Sekolah Sehat 2 X 1 x
3 L. Sekolah Sehat 1 x
4 L. Baca Cerita UNJ 2 x
5 L. Pidato B. Inggris 1 x
xlvi
6 L. Mengarang 1 x
7 L. Pidato B. Inggris 3 x
8 Basket Putri 2 X 3 x
Tabel 13
Perolehan Kejuaraan/Prestasi Non Akademik
Tahun 2004/2005 Tahun 2005/2006
Tingkat Tingkat
No Nama Lomba
Juara
ke: Kab/
Kota
Propi
nsi
Nasio
nal
Juara
ke: Kab/
Kota
Propi
nsi
Nasio
nal
1. Lomba Keter Pramuka 3 x 1 x
2. Karate Pelajar DKI 3 x
3. Baca Puisi PMR 3 x
4. Lomba Tandu D. PMR 2 x 2 x
5. Lomba Band 2 x
6. Lomba Bongkar Pasang 3 x
7. Lomba Tandu Darurat 2 x
8. Karate Komite Putra 3 x
9. LCT PMR DKI 1 x
5. Sarana dan Prasarana
Tabel 14
Jumlah Bangunan Dan Fasilitas Belajar
Di atas luas tanah 5557 m2 dan luas bangunan ± 2500 m2
xlvii
NO JENIS FASILITAS JUMLAH LUAS KET
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Ruang Kelas
Ruang Tata Usaha
Laboratorium
a. IPA
b. Bahasa
c. Komputer
Perpustakaan
Ruang Aula/Serbaguna
Ruang Kesenian
Studio Musik
Ruang UKS
Ruang Osis
Ruang KEPSEK
Ruang Guru
Rumah Penjaga Sekolah
Ruang BP/BK
Toko Koperasi
Kantin
Rumah Ibadah/Masjid
Kamar Mandi/WC Guru
Kamar Mandi/WC Siswa
Gudang
Dapur
Pos Jaga
Rumah Pompa/Menara Air
16
1
1
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
7
1
1
1
5
63m2
6x4
8x9
8x9
8x9
8x14
12x9
12x8
9x8
6x8
4x6
6x8
15x8
6x6
6x6
6x8
8x12
10x11
3x2x3
2x3x7
3x3
3x3
2x1
-
3 Baik, 13 rusak ringan
Rusak ringan
Rusak ringan
Rusak ringan
Rusak ringan
Baik
Rusak ringan
Rusak ringan
Baik
Baik
Baik
Baik
Rusak ringan
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
B. Gambaran Objektif YKAI
1. Sejarah Berdirinya YKAI
xlviii
Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) didirikan pada tanggal 17
Juli 1979 oleh Ny. Tien Soeharto, Ny. Nelly Adam Malik, Ny. Lasiyah
Soetanto, Ny. Anindiati S. Murpratomo, dan Ny. dr. Lily I. Rilantono.
Menindaklanjuti peringatan 20 tahun Deklarasi Hak Hak Anak oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Para pendiri YKAI percaya bahwa
membangun masyarakat yang berkualitas hanya dapat dicapai melalui
perwujudan kualitas awal manusia sejak anak-anak dengan memberikan hak-
haknya sehingga terpenuhi kebutuhan dasarnya secara fisik, mental maupun
spiritual.
2.Visi & Misi
Visi
Mewujudkan anak Indonesia yang handal, berkualitas dan berwawasan ke
depan menuju masyarakat yang sejahtera dan mandiri
” To build Indonesian children into strong, quality and forward-looking
citzens toward a properous and independent Indonesian society ”
Misi
Meningkatkan kualitas dan kesejahteraan anak Indonesia melalui upaya-upaya
peningkatan kesadaran pengetahuan dan kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan potensi anak sesuai dengan hak-haknya serta penciptaan
lingkungan yang memberi peluang, dukungan, kebebasan dan perlindungan
xlix
untuk menunjang perkembangan rohani, jasmani, mental dam sosialnya.
To Improve the quality and welfare of Indonesian children through increased
public awareness, knowledge and capacity to develop their potential in
accordance with their rights and the creation of an environment that provides
opportunities, support, freedom and protection for the full spiritual, physical,
mental and social development of the Indonesian children.
3. Lintas Program YKAI
YKAI pada masa awal berdirinya bertindak sebagai salah satu kelompok
pemikir Indonesia yang merumuskan pikiran-pikiran baru tentang pembinaan
dan pengembangan anak secara menyeluruh, dari sisi kesejahteraan sosial,
maupun pengembangan potensinya secara utuh dalam aspek fisik, aspek
mental maupun aspek spiritual. Sebagai lembaga advokasi kebijakan nasional
dan konsep-konsep program yang terkait, selain secara intensif melaksanakan
lobi dengan para pengambil keputusan, YKAI juga memasyarakatkannya
melalui berbagai forum.
Mengingat masih perlu ditingkatkannya kesadaran masyarakat tentang
pembinaan dan pengembangan anak, YKAI mengadakan berbagai upaya
peningkatan kesadaran maupun penyebarluasan berbagai informasi mengenai
anak.
Selama dasawarsa kedua, YKAI mengintensifkan kegiatannya di bidang
pengkajian, layanan informasi maupun pemberian berbagai jenis layanan
khusus bagi anggota masyarakat yang memerlukan.
l
YKAI memprakarsai berdirinya tiga forum kerjasama, yaitu Forum
Komunikasi Pembinaan dan Pengembangan Anak Indonesia (FK-PPAI,
1984), International Forum for Children Welfare (IFCW, 1989), dan Asia
Pacific Forum for Child Welfare (APFCW, 1994), yang hingga saat ini sangat
berperan di tingkat nasional, regional maupun internasional.
Sejak 1 Mei 2002 YKAI memperoleh Special Status dari ECOSOC.
4. Susunan Pengurus
Badan Pendiri:
Tien Soeharto (alm), Nelly Adam Malik, Lasiyah Soetanto (alm), Anindiati S.
Murpratomo, dan dr. Lily I. Rilantono
Badan Penasehat:
Anindiati S. Murpratomo, Karlinah U. Wirahadikusumah, Menteri
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Menteri Koordinator Bidang
Politik dan Keamanan, dan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Keuangan
dan Industri
Badan Penyantun:
Adrianto Machribie, Eva Riyanti Hutapea, Gunarni Soeworo, I Made Bandem,
Kartini Mulyadi, Lily Kasoem, Makaminan Makagiansar, Martha Tilaar,
Nanan Robby Djohan, Sri Urip, Sasongko Soedarjo, Weinata Sairin
li
Badan Pengurus:
Ketua Umum : dr. Lily I. Rilantono
Ketua I : Wisaksono Noeradi
Ketua II : Shanti L. Poespososoetjipto
Ketua III : Wagiono Soenarto
Sekertaris I : Sasanti Kosasih
Sekertaris II : Palupi Widjajanti
Bendahara I : Sumandari S. Hardjohubojo (alm)
Bendahara II : Nani Koespriani
Ketua-ketua Bidang
a) Penelitian dan Pengembangan : Irwanto
b) Komunikasi : Pandji Choesin
c) Usaha dan Penggalangan Dana : Felia Salim
d) Program dan Organisasi : Damanhuri Roesadi
5. Program YKAI
a. Advokasi Kebijakan
YKAI bersama-sama dengan Forum Komunikasi Pembinaan dan
Pengembangan Anak Indonesia (FK-PPAI) mengupayakan adanya
kebijakan nasional menyangkut pembinaan dan pengembangan anak
Indonesia, antara lain pencanangan Dekade Anak, pencantuman Sektor
lii
Anak dan Remaja dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN)
serta perumusan Astra Citra Anak Indonesia sebagai sasaran umum
pembangunan anak dan remaja dalam Repelita IV.
b. Promotif - Preventif
Sejak tahun 1988, YKAI bekerjasama dengan PT Indofood Sukses
makmur dan Departemen Kesehatan RI menyelenggara Lomba Balita
Sejahtera Indonesia (LBSI) (sejak 2001 berubah nama Lomba Balita
Indonesia/LBI) untuk meningkatkan kesadaran dan kemandirian
masyarakat dalam upaya pembinaan kesehatan dan kesejahteraan balita.
Peserta LBSI/LBI yang diselenggarakan secara nasional ini meningkat
dari tahun ke tahun.
c. Kajian Anak dan Remaja
YKAI melakukan berbagai kajian tentang masalah anak, antara lain
pekerja anak, anak jalanan, anak dan televisi, dan penganiayaan anak.
Hasil-hasil kajian dikomunikasikan ke semua pihak yang
berkepentingan, terutama untuk bahan advokasi berbagai kebijakan.
d. Proyek Uji-Coba
Proyek Uji-Coba yang telah dilaksanakan oleh YKAI antara lain
adalah Rumah Singgah Anak Jalanan (RSAJ). RSAJ bersifat drop-in
centre yang menjadi perantara anak dengan keluarganya, untuk
liii
mempermudah anak jalanan melepaskan diri dari kehidupan jalanan,
untuk kembali kepada keluarga asli, keluarga pengganti, ataupun alih
kerja serta memiliki kembali nilai-nilai kehidupan masyarakat yang baik.
Diupayakan pula agar hak-haknya terpenuhi, sehat fisiknya, dapat
bersekolah, beriman, dan taqwa
e. Layanan Informasi
Data Informasi Anak (DIA) merupakan pusat referensi ilmiah
dalam bidang pembinaan dan pengembangan anak dan memberikan
layanan informasi kepada masyarakat melalui Perpustakaan DIA dengan
koleksi literatur sekitar 10.000 judul dan Bank Data yang menyediakan
berbagai macam data dan informasi terkait dengan permasalahan anak.
Layanan informasi juga dilakukan melalui Hotline Masalah Anak dan
Buletin Informasi Tentang Anak (BITA).
f. Pelatihan
Dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai
pembinaan dan pengembangan anak Indonesia, YKAI melakukan
berbagai pelatihan untuk orangtua, guru, maupun untuk anak-anak antara
lain Kursus Penyegar Ibu dan Balita (diikuti peserta dari 27 provinsi,
1982), Pelatihan bagi para pendamping Anak Jalanan (1995), serta
Penyuluhan Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS (bagi lebih dari
1000 anak jalanan di Jakarta, 1997).
liv
g. Layanan Langsung
Program layanan langsung yang dilaksanakan oleh YKAI antara
lain beasiswa, Perpustakaan Keliling, Perpustakaan Sekolah, dan
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi balita. Program Beasiswa
YKAI dimaksudkan untuk membantu anak-anak yang berasal dari
keluarga miskin untuk dapat bersekolah atau kembali ke sekolah. Hingga
tahun 2003 tercatat 30.000 siswa telah dibantu menyelesaikan
pendidikannya pada tingkat SD, SLTP, dan SLTA. Penyandang dana
beasiswa yang telah disalurkan adalah Indomie, Chiki, Kualiva,
Hongkong Bank, Kawedri, Indo-Ad, Visa International, TOTAL,
McDonald, dan individu-individu donatur.
Program perpustakaan keliling dimaksudkan untuk meningkatkan
minat baca anak-anak terutama mereka yang berasal dari daerah-daerah
tertinggal. Didukung oleh 5 unit mobil perpustakaan keliling, kegiatan
ini menjangkau lebih dari 15.000 murid SD. Mobil-mobil perpustakaan
keliling tersebut beroperasi di daerah-daerah tertinggal di Jakarta. Peran
serta berbagai pihak sangat membantu suksesnya kegiatan ini antara lain
dari PT Indofood Sukses Makmur, Bursa Efek Jakarta, BKKKS DKI
Jakarta, Du-Pont, Hongkong Bank, Danond, dan McDonald.
h. Depot Anak sebagai Wadah jaring Pengaman Sosial
lv
Sebagai program jaring pengaman sosial, Depot Anak bertujuan
menyediakan wadah untuk menampung peran serta masyarakat dalam
upaya membangun kesejahteraan anak Indonesia. Sumbangan berasal
dari masyarakat ataupun perusahaan-perusahaan swasta, antara lain
dalam bentuk beasiswa, pengobatan, pembangunan sarana sekolah, dan
penyuluhan kesehatan.
Sejak tahun 2002, Depot Anak melaksanakan kegiatan Anak Cinta
Damai. Kegiatan ini mengajak anak-anak korban konflik untuk
berdamai. Kegiatan telah dilaksanakan di Bogor, Ambon, dan Ternate.
i. Perluasan Jaringan Kerjasama
YKAI secara aktif mengikuti dan menyelenggarakan berbagai forum
tentang anak berskala nasional maupun internasional.
j. Pengembangan Kreativitas Anak Indonesia
Kegiatan pengembangan kreativitas anak Indonesia antara lain
dilaksanakan melalui pembuatan berbagai jenis kartu ucapan selamat
(Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru) yang menyajikan lukisan karya anak-
anak Indonesia Hingga 2003 sekitar 250 lukisan karya anak Indonesia
telah digunakan untuk kartu-kartu YKAI.
6. Karyawan/Staff
lvi
Direktur Eksekutif
Executive Director
: Winarti Sukaesih
Divisi Program
Program Division
: Yuyun Sri Heryani
Bantuan Pendidikan
(Beasiswa)
Scholarship
: Wiwin Winarni, Siti Rohaya, Sutarto
Perpustakaan Keliling
Mobile Library
: Endang Pudjiwati, Sunardi, Yosar
Pelayanan Masalah Anak
dan Remaja
Hotline Service for Child
and Youth
: K.S. Susane Siregar, Munifah, Herdiyani,
Woro Dwi Martanti, Tiara Astari,
Ninik Tri Harjanti, Dhira
Perlindungan Khusus
Anak
CNSP (Child Need
Special Protection)
: Anto Ikayadi, Nurlaila
Depot Anak
(Child Center)
: Diani Puspitaningrum
Divisi Data Informasi
Anak
Child Information
Division
: Setiadi Agus Anggrahito, Hamid Patilima,
Muhammad
Bagian Keuangan
Finance Department
: Dessy Nursanti, T. Soehono, Rohayati
Sekretariat
Secretariat
: Wikan Mardi Astuti, Mahir, Asnawi,
Sardjino, Djamaludin
lvii
C. Program Per Group SMPN 139 Jakarta
Adapun program atau kegiatan yang dilakukan oleh Peer Group SMPN
139 Jakarta antara lain adalah :48
a. Penyuluhan Narkoba bagi siswa kelas VII SMPN 139 Jakarta, kegiatan ini
dilakukan secara rutin ketika tahun ajaran baru yaitu pada saat Masa
Orientasi Sekolah (MOS) yang bertempat di lapangan SMP Negeri 139
Jakarta.
Penyuluhan ini dilakukan dengan tujuan agar para re-generasi
mendapatkan informsi-informasi tentang bahaya NAPZA bagi kesehatan
mereka baik kesehatan fisik maupun psikisnya. Selain itu para re-generasi
tidak hanya mendapatkan informasi bahayanya saja tetapi juga mendapatkan
informasi tentang cara pencegahannya. Selain tujuan di atas kegiatan ini
juga bertujuan agar kegiatan peer group tetap diminati oleh generasi
berikutnya.
b. Ikut berpartisipasi dalam memperingati Hari Anak Nasional (HAN),
kegiatan ini juga dilakukan secara rutin pada setiap tahunnya, yang
bertempat di Bundaran HI dan Taman Ismail Marzuki Jakarta.
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar para anggota peer group dapat
mengkampanyekan pengetahuannya tentang bahaya NAPZA dan ikut
berpartisipasi pada kegiatan peringatan Hari Anak Nasional.
c. Perlombaan cerpen yang bertemakan tentang “drugs”, kegiatan ini
dilaksanakan di SMPN 139 Jakarta.
48
Hasil laporan pertanggungjawaban Peer Group SMPN 139. Jakarta : Juli, 2006
lviii
Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kreativitas, menggali
potensi, minat dan bakat anak dalam karya tulis, selain itu juga melatih
keterampilan anak untuk menyampaikan pesan-peasan moral tentang bahaya
NAPZA bagi kehidupan ke dalam sebuah tulisan.
d. Pendidikan dan Pelatihan Penyiar Radio, kegiatan ini dilakukan di ruang lab.
Bahasa Inggris SMPN 139 Jakarta dengan narasumber dari penyiar radio,
Liza Harun.
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar para siswa/i dapat mengikuti
pelatihan menjadi penyair radio, khususnya anggota peer group agar dapat
menyampaikan pesan-pesan moral seputar bahaya NAPZA dan cara
pencegahannya melalui media.
e. Kunjungan ke PKBI, Peer Group diminta menjadi sample dalam penelitian
tentang deskripsi anak terhadap gambar kesehatan reproduksi remaja,
kegiatan ini dilakukan di Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia,
Centra Mitra Muda, Jl. Pisangan Baru Timur Jakarta.
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar para remaja dapat
mengetahui lebih baik tentang alat-alat reproduksi dalam tubuh mereka dan
mengetahui fungsinya, selain itu juga agar para remaja dapat menjaga
kesehatan reproduksinya dengan baik sejak dini.
f. Klinik Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), Pojok Remaja
(JOKJA) Square.
Kegiatan ini dilakukan di ruang Bimbingan Konseling SMPN 139 Jakarta,
lix
dengan tujuan kelompok teman sebaya dapat berbagi informasi seputar
dunia remaja khususnya tentang alat reproduksi wanita dan melatih kegiatan
konseling pada siswa/i.
g. Melakukan upacara dalam rangka memperingati Hari Madat Internasional.
Kegiatan ini dilakukan di lapangan MONAS dengan tujuan untuk
mengkampanyekan tentang bahaya NAPZA bagi kehidupan kita, hal ini
merupakan salah satu bentuk kepedulian remaja terhadap kesehatan jiwa dan
raganya.
h. Lomba KKR TPUKA Jakarta Timur, Peer Group berhasil juara III pada
lomba PKPR (konseling Teman Sebaya), kegiatan ini dilakukan di PMI
Cabang Jakarta Timur.
i. Regenerasi Peer Group, pembentukan dan pemilihan ketua kelompok Peer
Group yang baru, dilakukan di ruangan lab. Bahasa Inggris SMPN 139
Jakarta.
j. Penyuluhan Narkoba untuk guru, dilaksanakan di ruang lab. Bahasa Inggris
SMPN 139 Jakarta.
Dari hasil laporan peer group SMPN 139 Jakarta yang telah ditulis,
seluruh kegiatan yang tertera di atas telah terlaksana dengan baik. Hal ini
tidak terlepas dari hasil kerja keras para pengurus, anggota dan pekerja
lapangan yang bertugas sebagai pembimbing dan sekaligus memonitoring
seluruh program. Adapun fungsi monitoring disini adalah untuk memonitor
atau mengawasi berjalan atau tidaknya kegiatan peer group di SMPN 139
Jakarta selama menjadi PILLOT PROJEC.
lx
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
IMPLEMENTASI PROGRAM PEER GROUP YKAI DALAM
MEMINIMALISIR PENYALAHGUNAAN NAPZA DI LINGKUNGAN
SEKOLAH SMPN 139 JAKARTA
A. Koordinasi Program Peer Group
Program Peer Group yang dilaksanakan di SMPN 139 Jakarta
terselenggara atas kerjasama antara Sekolah, YKAI, dan BNN. Kordinasi
adalah sebuah keniscayaan yang sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan
program peer group. Adapun koordinasi yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Koordinasi Pelaksanaan Program Peer Group Dengan Sekolah
Kegiatan dan program peer group sejak awal dibentuk sudah
terprogram dan terjadwal oleh YKAI, para anggota Peer Group SMPN 139
Jakarta hanya tinggal melaksanakannya saja. Berkat kerjasama dan koordinasi
yang baik antara YKAI dan SMPN 139 Jakarta maka seluruh program dapat
dijalankan dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan.
Namun YKAI sangat mengharapkan ketika SMPN 139 Jakarta sudah
tidak menjadi PILLOT PROJECT tetap menjalankan program dan dapat
mengembangkan program-program yang lain. Peer Group SMPN 139
diharapkan dapat menjadi tolak ukur keberhasilan program penanggulangan
lxi
penyalahgunaan NAPZA dalam upaya meminimalisir penyalahgunaan
NAPZA di lingkungan sekolah.
Sebelum melakukan kegiatan para anggota peer group
mengkoordinasikan terlebih dahulu pada kepala sekolah dan guru, untuk
meminta izin mengadakan kegiatan, seperti lomba menulis di mading dengan
tema yang berkaitan dengan penyalahgunaan NAPZA, membuat suatu
pertunjukan drama yang bertemakan tentang bahaya NAPZA, kegiatan ini
dilakukan dalam rangka memperingati hari madat se dunia di bundaran HI.
2. Koordinasi Pelaksanaan Program Peer Group Dengan BNN
BNN ( Badan Narkotika Nasional ) merupakan mitra YKAI yang
membantu berjalannya program pencegahan anak terhadap perdagangan dan
penyalahgunaan NAPZA ( Child Drugs Trafficking ) di lingkungan sekolah.
Tugas dari BNN sendiri adalah membantu mengawasi, memberikan
penyuluhan-penyuluhan kepada siswa dan guru, melakukan tes urine bagi
anak yang terlibat penyalahgunaan NAPZA.
Sistem koordinasi yang dilakukan oleh BNN adalah ketika SMPN 139
Jakarta akan mengadakan suatu kegiatan atau acara yang berkaitan dengan
masalah NAPZA, maka mereka mengundang BNN untuk menjadi pembicara
maupun narasumbernya. Hal ini sering dilakukan ketika SMPN 139 Jakarta
masih menjadi PILLOT PROJEC YKAI. Walaupun SMPN 139 Jakarta sudah
tidak menjadi PILLOT PROJEC YKAI, pihak sekolah masih tetap
berkoordinasi dengan BNN untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan
kepada anak didik mereka.
lxii
3. Koordinasi Pelaksanaan Program Peer Group Dengan YKAI
Walaupun PILLOT PROJEC YKAI di SMPN 139 Jakarta sudah
berakhir, tetapi satu sama lain masih selalu berkoordinasi, hal ini dilakukan
agar jalinan kerjasama yang sudah terbentuk dengan baik tidak akan rusak
akan selalu tumbuh dan dapat memberikan informasi-informasi yang baru dan
bermanfaat bagi siswa/i terutama bagi anggota Peer Group itu sendiri.
Selama masa bimbingan banyak sekali ilmu dan pengalaman yang
didapat pada setiap anggota Peer Group, dengan demikian mereka dapat
melatih diri mereka untuk menjadi seorang leader (pemimpin) dan
mengembangkan program sekolah agar lebih baik lagi.
Peer Group SMPN 139 Jakarta sudah banyak mendapat penghargaan
dan pengakuan dari pihak luar, bahwa Peer Group SMPN 139 Jakarta mampu
mengembangkan dan membuat program-program baru yang menambah
pengetahuan siswa/i dan menggali kreatifitas mereka. seperti : dengan adanya
JOGJA SQUARE para siswa/i dapat melatih diri untuk menjadi seorang
konselor, karena mereka dilatih unuk berdiskusi kepada teman-teman mereka
yang memiliki masalah dan mereka sendiri pula yang akan mencarikan solusi
dan jalan keluarnya.
B. Implementasi Program Inti Peer Group YKAI Dalam Meminimalisir
Penyalahgunaan Napza Di Lingkungan Sekolah SMPN 139 Jakarta
Upaya penanggulangan penyalahgunaan NAPZA di lingkungan
sekolah tidak terlepas dari peran serta orangtua, guru, dan peran masyarakat
luas. Hal ini dipandang penting karena dengan adanya kerjasama yang baik
lxiii
antara ketiga elemen tersebut dapat membantu dalam meminimalisir
penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah.
Usia remaja merupakan usia yang sangat rentan terhadap
penyalahgunaan NAPZA, dari data yang di dapat dalam situs cerita remaja
Indonesia yang diungkap oleh perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia
(PAPDI) cabang DKI Jaya, dari sekitar 2 juta orang pengguna NAPZA di
Indonesia, mayoritas pengguna berusia 20-25 tahun. Sembilan puluh persen
pengguna adalah pria. Usia pertama kali menggunakan NAPZA rata-rata pada
umur 19 tahun.49
Hubungan baik antara guru, orang tua, dan elemen masyarakat adalah
pendukung dalam meminimalisir masalah NAPZA di lingkungan sekolah,
inilah yang dilakukan oleh peer group SMPN 139 Jakarta dalam
meminimalisir masalah NAPZA di lingkungan sekolah, adapun inti dari
program Peer Group SMPN 139 Jakarta adalah antara lain :
d) Melakukan SIDAK, yang dilakukan di dalam sekolah antara lain di
dalam kelas, di kantin sekolah, dan kamar mandi. SIDAK juga dilakukan
di luar sekolah antara lain pada tempat nongkrong siswa/i yang dianggap
mencurigakan, kegiatan ini mulai dilakukan sejak terbentuknya program
Peer group di SMPN 139 Jakarta, yaitu pada tanggal 26 Mei 2005.
kegiatan ini dilakukan secara rutin pada setiap bulan dengan waktu dan
hari yang telah disepakati oleh para guru tanpa diketahui oleh para
siswa/i. Hal ini bertujuan agar siswa/i tidak mudah mengelak ketika
49
Cerita Remaja Indonesia, http://www.bkkbn.go.id.htm
lxiv
ditemukan barang terlarang di dalam tas-nya. SIDAK merupakan salah
satu program inti Peer Group, melalui SIDAK inilah diketahui ada
tidaknya siswa/i yang terlibat penyalahgunaan NAPZA. Dalam
pelaksanaannya pengurus Peer Group bekerjasama dengan Guru BK,
dan kepala sekolah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di tingkat
Sekolah. Dari hasil wawancara penulis dengan salah satu pengurus
sekaligus guru BK, setiap melakukan kegiatan SIDAK baik di dalam
maupun di luar sekolah belum pernah menemukan siswa/i yang
membawa dan menggunakan barang terlarang. Ini merupakan salah satu
keberhasilan program Peer Group SMPN 139 Jakarta dalam
meminimalisir masalah NAPZA di lingkungan sekolah. Dengan adanya
program tersebut para siswa/i mengetahui bahwa betapa bahayanya
NAPZA jika sedikit saja masuk ke dalam tubuh mereka. Apabila telah
dilakukan SIDAK dan ada siswa/i yang tertangkap memiliki NAPZA
maka pengurus Peer Group dan pihak sekolah bekerjasama dengan BNN
untuk melakukan tes urine.
e) Melakukan tes urine. Tes urine dilakukan atas kerjasama pengurus Peer
Group dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) maupun Badan
Narkotika Provinsi (BNP). Tes urine ini dilakukan pada seluruh siswa/i,
mulai dari kelas VII sampai dengan kelas IX. Untuk memperoleh data
siswa/i yang melakukan penyalahgunaan terhadap NAPZA, tes urine di
SMPN 139 pernah dilaksanakan sekali yaitu pada tanggal 18 Mei 2006,
pelaksanaan tes urine yang dilakukan terhadap seluruh siswa/i dengan
lxv
jumlah siswa pada saat itu 1000 siswa/i. Tes urine ini baru dilakukan
sekali hal ini berkaitan dengan masalah dana, pihak sekolah tidak
memiliki alokasi dana yang lebih untuk melakukan kegiatan tersebut.
Kegiatan tes urine ini dilakukan berdasarkan penelitian guru terhadap
siswa/i yang terlihat dari perubahan fisik anak dan tingkah laku anak
yang berubah. Contoh perubahan fisik anak antara lain : “sering ngantuk
di kelas, badan yang semakin kurus, loyo (tidak ada gairah untuk
belajar)”, dan perubahan tingkah laku antara lain : “suka membuat onar
di lingkungan sekolah, baik di dalam kelas maupun di luar kelas,
merosotnya nilai ulangan dan nilai raport. Dari hasil tes urine tersebut
pihak sekolah dan BNN tidak menemukan siswa/i yang positif
menggunakan NAPZA.
f) Melakukan Konseling. Konseling merupakan upaya pemberian bantuan
dari seseorang yang disebut konselor kepada orang lain yang disebut
klien yang memiliki tujuan jangka pendek untuk memecahkan persoalan
yang sedang dihadapi oleh klien dan tujuan jangka panjangnya adalah
agar klien mampu menyelesaikan segala persoalannya secara mandiri.
Proses konseling yang dilakukan melibatkan pengurus Peer Group yang
terdiri dari elemen siswa/i pengurus Peer Group dan Guru BK, adapun
konseling yang dilakukan para anggota Peer Group terhadap temannya
tidak jauh berbeda dengan curhat-curhatan dikalangan remaja. dengan
memakai metode ini dinilai akan mendapatkan hasil yang maksimal
(dapat menggali informasi yang lebih banyak dengan mudah). Setelah
lxvi
dilakukan proses konseling, pengurus Peer Group melaporkan hasil
temuannya kepada wali siswa/i untuk dicarikan solusi terbaik terhadap
masalah yang dihadapi. Dalam mencarikan solusi tersebut pengurus Peer
Group bekerjasama dengan orang tua siswa/i, hal ini dilakukan agar guru
dan orang tua dapat menemukan solusi agar siswa tersebut tidak
berlarut-larut terperangkap dalam dunia hitam yang dapat merusak masa
depannya.
Jadual Kegiatan Peer Group SMPN 139
Kerjasama SMP Negeri 139 dengan YKAI dan ILO
No KEGIATAN PELAKSANAAN TEMPAT
1
Penyuluhan Narkoba bagi
siswa kelas VII SMPN 139
Jakarta Tahun Ajaran 2005-
2006 pada saat Masa Orientasi
Sekolah (MOS)
20 Juli 2005
Lapangan SMP
Negeri 139 Jakarta
2
Pendidikan dan Pelatihan
Penyiar Radio
28 Desember 2005
R. Lab. Bahasa
Inggris SMPN 139
Jakarta
3
Lomba KKR TPUKS Jakarta
Timur, Peer Group berhasil
meraih juara III pada lomba
28 Juni 2006
PMI Cabang Jakarta
lxvii
PKPR (Konseling Teman
Sebaya)
Timur
4
Kunjungan ke PKBI, Peer
Group diminta menjadi sample
dalam penelitian tentang
deskripsi anak terhadap
gambaran kesehatan
reproduksi remaja
24-25 April 2006
Perkumpulan
Keluarga Berencana
Indonesia Centra
Mitra Muda Jl.
Pisangan Baru
Jakarta Tmur
5
Klinik pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja PKPR, Pojok
Remaja (JOKJA) Square
1 Mei 2006
Ruang Bim.
Konseling SMPN 139
Jakarta
6
Pamflet Klinik PKPR JOKJA
SQUARE
28 Mei 2006
SMPN 139 Jakarta
7
Partisipasi memperingati Hari
Anak Nasional tahun 2005
23 Juli 2005
SMPN 139 Jakarta
8
Upacara dalam Rangka
memperingati Hari Madat
Internasional
26 Juni 2006
Lapangan MONAS
9
Lomba Cerpen
12-24 Desember 2005
SMP Negeri 139
Jakarta
10
Regenerasi Peer Group
29 Juni 2006
R. Lab. Bahasa
Inggris SMPN 139
Jakarta
lxviii
Seluruh kegiatan di atas merupakan program Peer Group, namun diantara
sekian banyaknya program ada yang termasuk program inti, yang dimaksud
dengan program inti yaitu kegiatan yang dilakukan secara rutin dengan jadwal
yang sudah ditentukan. Untuk mengetahui lebih jelas dapat dilihat keterangan
dibawah ini.
1. Penyuluhan Narkoba bagi siswa kelas VII SMPN 139 Jakarta, kegiatan ini
dilakukan secara rutin ketika tahun ajaran baru yaitu pada saat Masa
Orientasi Sekolah (MOS) yang bertempat di lapangan SMP Negeri 139
Jakarta.
Penyuluhan ini dilakukan dengan tujuan agar para re-generasi
mendapatkan informsi-informasi tentang bahaya NAPZA bagi kesehatan
mereka baik kesehatan fisik maupun psikisnya. Selain itu para re-generasi
tidak hanya mendapatkan informasi bahayanya saja tetapi juga
mendapatkan informasi tentang cara pencegahannya. Selain tujuan di atas
kegiatan ini juga bertujuan agar kegiatan peer group tetap diminati oleh
generasi berikutnya.
2. Pendidikan dan Pelatihan Penyiar Radio, kegiatan ini dilakukan di ruang
lab. Bahasa Inggris SMPN 139 Jakarta dengan narasumber dari penyiar
radio, Liza Harun.
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar para siswa/i dapat mengikuti
pelatihan menjadi penyair radio, khususnya anggota peer group agar dapat
menyampaikan hasil kegiatan yang akan dilakukan di sekolah khususnya
lxix
masalah NAPZA dan menyampaikan pesan-pesan moral seputar bahaya
NAPZA serta cara pencegahannya melalui media radio yang mengudara
disaat jam-jam istirahat pada setiap harinya.
3. Lomba KKR TPUKA Jakarta Timur, Peer Group berhasil juara III pada
lomba PKPR (konseling Teman Sebaya), kegiatan ini dilakukan di PMI
Cabang Jakarta Timur.
4. Kunjungan ke PKBI, Peer Group diminta menjadi sample dalam penelitian
tentang deskripsi anak terhadap gambar kesehatan reproduksi remaja,
kegiatan ini dilakukan di Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia,
Centra Mitra Muda, Jl. Pisangan Baru Timur Jakarta.
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar para remaja dapat mengetahui
lebih baik tentang alat-alat reproduksi dalam tubuh mereka dan
mengetahui fungsinya, selain itu juga agar para remaja dapat menjaga
kesehatan reproduksinya dengan baik sejak dini.
5. Klinik Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), Pojok Remaja
(JOKJA) Square.
Kegiatan ini dilakukan di ruang Bimbingan Konseling SMPN 139 Jakarta,
dengan tujuan kelompok teman sebaya dapat berbagi informasi seputar
dunia remaja khususnya tentang alat reproduksi wanita dan melatih
kegiatan konseling pada siswa/i.
6. Pamflet Klinik PKPR JOKJA SQUARE, para anggota peer group
membuat stiker dan pesan-pesan di mading yang berisikan informasi
lxx
seputar alat reproduksi serta fungsinya dan informasi seputar dunia remaja
lainnya.
7. Ikut berpartisipasi dalam memperingati Hari Anak Nasional (HAN),
kegiatan ini juga dilakukan secara rutin pada setiap tahunnya, yang
bertempat di Bundaran HI dan Taman Ismail Marzuki Jakarta.
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar para anggota peer group dapat
mengkampanyekan pengetahuannya tentang bahaya NAPZA dan ikut
berpartisipasi pada kegiatan peringatan Hari Anak Nasional.
8. Melakukan upacara dalam rangka memperingati Hari Madat Internasional.
Kegiatan ini dilakukan di lapangan MONAS dengan tujuan untuk
mengkampanyekan tentang bahaya NAPZA bagi kehidupan kita, hal ini
merupakan salah satu bentuk kepedulian remaja terhadap kesehatan jiwa
dan raganya.
9. Perlombaan cerpen yang bertemakan tentang “drugs”, kegiatan ini
dilaksanakan di SMPN 139 Jakarta.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kreativitas, menggali
potensi, minat dan bakat anak dalam karya tulis, selain itu juga melatih
keterampilan anak untuk menyampaikan pesan-peasan moral tentang
bahaya NAPZA bagi kehidupan ke dalam sebuah tulisan.
10. Regenerasi Peer Group, pembentukan dan pemilihan ketua kelompok Peer
Group yang baru, dilakukan di ruangan lab. Bahasa Inggris SMPN 139
Jakarta.
lxxi
g) Rujukan Bagi Anak Yang Terlibat Penyalahgunaan NAPZA
Rujukan ke RSKO merupakan alternatif terakhir ketika seorang siswa
terlibat dalam penyalahgunaan NAPZA di sekolah. Namun sebelum rujukan
tersebut diajukan maka harus melalui beberapa proses atau tahapan.
Pentahapan tersebut adalah :
Tahap pertama adalah melakukan Sidak, Tes urine, Kounseling,
musyawarah guru dan orang tua, di bawa ke rumah sakit terdekat dan tahap
akhir adalah rujukan ke RSKO (Rumah Sakit Ketergantungan Obat) untuk
menjalani therapy.
Ketika dalam kegiatan SIDAK terdapat siswa/i yang membawa barang
terlarang lalu diproses pada tes urine, apabila dalam tes urine siswa tersebut
positif menggunakan barang terlarang maka proses selanjutnya adalah
konseling, dalam proses konseling guru BK yang dibantu oleh anggota peer
group, siswa di panggil ke ruang BK untuk selanjutnya dilakukan proses
konseling.
Dalam proses konseling salah satu anggota peer group dengan
didampingi guru BP memberi arahan dan pengetahuan tentang bahaya
NAPZA bagi kesehatan dan masa depan mereka. Dari hasil kounseling akan
ditemukan beberapa faktor penyebab anak tersebut terlibat dalam
penyalahgunaan NAPZA, maka para guru sepakat mengundang orang tua
siswa yang terlibat untuk bermusyawarah mencarikan solusi yang terbaik bagi
anaknya. Hasil musyawarah tersebut yang menentukan apakah anak itu akan
lxxii
di skor selama beberapa waktu atau di rujuk ke RSKO untuk menjalani
therapy.
Peran anggota Peer Group pada kegiatan di atas adalah membantu
temannya yang terlibat dalam penyalahgunaan NAPZA, seperti pada proses
kounseling siswa juga ikut berperan sebagai konselor, ketika surat rujukan
sudah keluar dan sudah mendapat keputusan dari pihak sekolah dan rumah
sakit, para anggota peer group juga ikut menghantarkannya dan memberikan
motivasi yang dapat membangun semangatnya kembali.
lxxiii
BAB V
PENUTUP
C. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Implementasi
Program Peer Group YKAI Dalam Meminimalisir Penyalahgunaan NAPZA
Di Lingkungan Sekolah SMPN 139 Jakarta, penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Yang menjadi program inti dari pelaksanaan program Peer Group YKAI
di SMPN 139 adalah : pertama, untuk melakukan keterlibatan siswa/i
dalam penyalahgunaan terhadap NAPZA pihak sekolah melakukan
SIDAK terhadap para siswa/i, kedua, melakukan tes urine kepada siswa/i
yang diduga menggunakan NAPZA, ketiga, Melakukan konseling pada
siswa yang terlibat dalam kasus penyalahgunaan NAPZA di lingkungan
sekolah.
2. Program Peer group merupakan sistem kerja yang terkoordinasi, dalam
melaksanaan program Peer Group yang telah disusun oleh YKAI
pengurus Peer Group yang terdiri dari guru pembimbing dan siswa/i
melakukan koordinasi kepada pimpinan sekolah/kepala sekolah,
koordinasi yang dilakukan pihak sekolah dengan YKAI tidak hanya
sebatas pada pelaksanaan program tetapi terus berlanjut hingga pillot
projectnya selesai. Selanjutnya untuk mengetahui siswa/i yang terlibat
lxxiv
penyalahgunaan NAPZA pengurus Peer Group bekerjasama dengan
BNN untuk melakukan tes urine.
3. Dalam hal penangganan siswa/i yang terbukti terlibat penyalahgunaan
NAPZA pihak sekolah bekerjasama dengan RSKO. Sistem rujukan yang
dilakukan terhadap siswa/i yang terbukti melakukan penyalahgunaan
NAPZA melalui beberapa tahap yaitu : Tahap pertama adalah
melakukan Sidak, kedua, Tes urine, ketiga, Kounseling, keempat,
musyawarah guru dan orang tua, dan terakhir atau yang kelima,
membawa siswa/i bawa korban ke RSKO (Rumah Sakit Ketergantungan
Obat) untuk menjalani therapy.
D. Saran
Kepada semua pihak pengurus dan juga pembimbing program peer group
SMPN 139 Jakarta, penulis menyarankan :
1. Dalam menjalankan aktivitas dan program kerja Peer Group pihak sekolah
telah melakukan sistem koordinasi dengan baik dengan berbagai pihak
seperti YKAI dan BNN. Kordinasi yang dilakukan dengan YKAI berupa
sosialisasi program, pelaksanaan dan evaluasi program sedangkan dengan
BNN pihak sekolah atau pengurus Peer Group berkoordinasi dalam hal
tekhnis seperti pelaksanaan tes urine dan memberikan penyuluhan-
penyuluhan melalui seminar-seminar yang diselenggarakan atas kerjasama
antara pihak sekolah, YKAI, dan BNN. Dengan demikian penulis
menyarankan agar koordinasi yang telah berjalan dapat lebih ditingkatkan.
lxxv
2. Dalam pelaksanaan program inti yang telah dilaksanakan di Sekolah SMP
Negeri 139 telah berjalan dengan baik, hal ini karena secara prosedural
YKAI telah memberikan rancangan program peer group secara detail dan
komprehensif sedangkan pihak pengurus peer group disekolah bertindak
sebagai pelaksana. Namun demikian penulis menyarankan semoga
program inti yang telah ada agar lebih ditingkatkan misalnya dengan
menambah tenaga psikolog untuk menunjang proses konseling agar lebih
profesional.
3. Rujukan ke Rumah Sakit Ketergantungan obat baru akan dilakukan ketika
siswa/i bener-benar terbukti telah terlibat penyalahgunaan NAPZA.
Penulis menyarankan semoga pihak sekolah dan keluarga dapat menjadi
motivator, sahabat dan teman bagi siswa/i yang terlibat untuk bangkit dan
memperbaiki dirinya dalam upaya melepaskan diri dari belenggu NAPZA.
lxxvi
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Rukminto, Isbandi, Drs., Psikologi Pekerjaan Sosial dan Ilmu
Kesejahteraan Sosial ; Dasar-Dasar Pemikiran. Jakarta : PT. RajaGrafindo
Persada, 1994.
Cerita remaja Indonesia, http://www.bkkbn.go.id.htm
Darwis ,Syahrudin dan Musyaruddin, Mari Bersatu Berantas Bahaya
Penyalahgunaan NARKOBA (NAZA), BP, Dharma Bhakti. Jakarta, 1999.
Dirdjosisworo,.Soedjono SH, Hukum Narkotika Indonesia. Bandung : Citra
Aditya Bakti, 1990.
Gerungan DIPL, Psikologi Sosial. Bandung : Eresco, 1996.
Hasil laporan pertanggungjawaban Peer Group SMPN 139. Jakarta : Juli, 2006
Hawari, Dadang, Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Ilmu Kesehatan Jiwa.
Jakarta : PT Dhana Bhakti Prima Yasa, 1996.
……………….., Konsep Islam Memerangi AIDS dan NAZA. Yogyakarta : Dana
Bhakti Prima Yasha, 1996.
……………….., Psikiater Prof. Dr. dr. H., Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan
Kesehatan Jiwa. Yogya: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2004.
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0606/09/muda/2713225.htm
Hurlock, B, Elizabeth., Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1990.
ILO, Anak-anak Dalam Perdagangan dan Produksi Obat-obatan terlarang di
Jakarta. Jakarta: Organisasi Perburuhan Internasional, 2004.
Joewana, Satya, Gangguan Penggunaan Zat. Jakarta : PT Gramedia, 1989.
Kamus besar Bahasa Indonesia. Jakarta, Balai Pustaka, Depdikbud, 1998.
Moeloeng, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya,
2000.
lxxvii
Mubarok Achmad, Solusi Krisis Keruhanian Manusia Modern, Jiwa dalam Al-
Quran. Jakarta : Paramadina, 2000.
Muhidin, Syarif, Drs Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung : 1997.
Mustofa Sanusi Ahmad Drs. H., Problem Narkotika-Psikotropika dan HIV-AIDS. Jakarta: Zikrul Hakim 2002
Peran Guru Dalam Pendidikan (http://bkt_bg_isi.gif,.htm)
Rosjidan, Modul Pengantar Wawancara Konseling. Malang: IKIP, 1994.
Singarimbun, Masri, dan Effendi, Sufian, Methode Penelitian Survey. Jakarta:
LP3S.
Sukanda, Ruli, S.Pd, Pembina Peer Group SMPN 139 Jakarta, Wawancara
Pribadi, 31 Mei 2007.
Sumber: Data hasil kegiatan Pelatihan Guru Dalam Mengatasi Masalah
Penyalahgunaan NAPZA di sekolah. Gedung Pusdiklat Depsos, Radio
Dalam-JAKSEL
Sumber: Data Statistik Sekolah SMPN 139 Jakarta, tahun 2006-2007
Tekanan Teman Sebaya (http://situs.kesrepro.info/krr/agu/2002/utama02.htm)
Warjowarsito S.. W Tito, Kamus Lengkap Bahasa Inggris-Indonesia, Indonesia-
Inggris. Bandung, 1980
YKAI, Prosedur Penanganan dan Pencegahan Perdagangan Narkoba di
Sekolah. Jakarta : 2006.
Yuniarsih, Nia, S.Pd, Pembina Peer Group SMPN 139 Jakarta, Wawancara
Pribadi, 31 Mei 2007
lxxviii
Hasil Wawancara
Interview : Ibu Nia
Jabatan : Guru BK dan Pembina Peer Group
Tanggal : 31 Mei 2007
Tempat : Ruang BK
1. Sejak kapan program Peer Group YKAI dibentuk di SMPN 139 Jakarta?
Peer Group terbentuk sejak dijadikannya SMPN 139 Jakarta menjadi
Pillot Project YKAI dalam penanganan masalah NAPZA di lingkungan
sekolah yaitu pada tanggal 25-26 Mei 2005
2. Apa yang menjadi tujuan utama dibentuknya program peer group YKAI di
SMPN 139 Jakarta?
Adapun yang menjadi tujuan utama YKAI membuat program peer group
di SMPN 139 Jakarta adalah untuk menyebar luaskan informasi tentang
program pencegahan terhadap penyalahgunaan NAPZA di lingkungan
sekolah atau yang disebut dengan Child Drugs Trafficking [CDT]
3. Program apa saja yang dilakukan oleh Peer Group YKAI di SMPN 139
Jakarta dalam pencegahan penyalahgunaan NAPZA di lingkungan
sekolah?
Banyak sekali program yang peer group YKAI yang sudah dilakukan di
SMPN 139 Jakarta ini antara lain :
a. Penyuluhan tentang bahaya NAPZA bagi siswa/i baru SMPN 139
Jakarta yang dilakukan pada masa orientasi sekolah [MOS],
dengan tujuan agar anggota peer group dapat mensosialisasikan
apa itu peer group dan manfaat bagi siswa yang menjadi
anggotanya.
b. Pendidikan dan pelatihan penyiar radio, kegiatan ini dilakukan
dengan tujuan agar nantinya siswa dapat menyiarkan informasi
tentnag bahaya NAPZA melalui radio sekolah yang mengudara
lxxix
ketika jam-jam istirahat, agar siswa/i dapat mendengarkan berita
tentang seputar NAPZA
c. Membuat Klinik Peduli Remaja yang dinamakan Pojok Remaja
[JOKJA] square, disini siswa/I dapat berdiskusi bertukar informasi
seputar dunia remaja dan bahaya NAPZA, selain itu juga secara
tidak langsung siswa belajar menjadi seorang konselor dalam
menyelesaikan suatu masalah yang dialami oleh seorang klien.
d. Pelatihan dan penyuluhan NAPZA untuk guru
Itulah pogram yang sudah dilakukan oleh peer group YKAI di
SMPN 139 Jakarta, kami sebagai guru sekaligus pembimbing turut
merasakan senang sekali dengan adanya program-program tesebut
pengetahuan kami tentang NAPZA semakin bertambah.
4. Bimbingan apa saja yang sudah diberikan petugas lapangan YKAI pada
anggota Peer Group SMPN 139 Jakarta.
Banyak sekali ya, bimbingan yang sudah diberikan para pembimbing dari
YKAI pada siswa/I khususnya pada anggota peer group, seperti yang
terlihat pada program-program peer group, para anggota dibimbing dan
didampingi agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan yang
diharapkan. Selain itu siswa/I juga diajarkan untuk menjadi seorang
pemimpin [leader]dan belajar bertanggung jawab atas segala tugas yang
telah diberikan pada setiap anggota masing-masing.
Interviewee
Nia
lxxx
Hasil Wawancara
Interview : Bp. Ruli Sukanda
Jabatan : Guru Mate matika dan Pembina Peer Group
Tanggal : 26 Oktober 2007
Tempat : Ruang BK
1. bagaimana perkembangan pengetahuan siswa/I SMPN 139 Jakarta tentang
bahaya NAPZA bagi kehidupan mereka sejak terbentuknya Peer Group
YKAI di SMPN 139 Jakrta?
Wah…alhamdulillah sekali ya? Sejak adanya Peer Group di sekolah
SMPN 139 Jakarta ini wawasan anak didik kita semakin bertambah luas
terutama pengetahuan tentang bahaya NAPZA dan cara pencegahannya,
tidak hanya siswa/i saja yang merasakannya tetapi guru dan orang tua juga
ikut merasakannya, banyak sekali pengetahuan yang di dapat sejak
terbentuknya Peer Group terutama tentang NAPZA. Dari pengertian,
jenisnya, akibat yang ditimbulkan, dan cara pencegahannya.
2. Menurut bapak langkah apa saja yang harus dilakukan jika terdapat siswa/I
SMPN 139 Jakarta terlibat dalam penyalahgunaan NAPZA di lingkungan
sekolah?
Tahap pertama yang dilakukan, sebagai seorang pendidik, kita akan
memanggil anak tersebut untuk melakukan tes urine, agar dari hasil test
tersebut dapat diketahui kebenarannya,langkah berikutnya mengundang
orang tuanya untuk membicarakan masalah dan mencari solusinya,dan
hasil musyawarah dengan orang tua murid baru pihak sekolah membuat
surat rujukan ke RSKO agar disana anak tersebut mendapatkan therapy
dan bimbingan, dengan konsekwensi tidak mengeluarkan anak tersebut.
Kerena walaubagaimanapun anak tetap memiliki hak untuk mendapatkan
perlindungan dari orang sekelilingnya.
lxxxi
3. Apa saja yang dilakukan para anggota Peer Group dan pembina lapangan
untuk menarik perhatian siswa/i agar mereka ikut bergabung menjadi
anggota Peer Group?
Pada setiap upacara bendera pada hari senin, salah satu dari anggota Peer
Group memberikan penyuluhan kepada adik-adik kelas meraka tentang
dunia NAPZA, selain itu pada setiap bulannya para anggota membuat
mading yang baru dengan informasi yang baru tentang seputar dunia
remaja dan NAPZA untuk menggantikan informasi yang alama. Dengan
demikian para adik kelas turut merasakan manfaatnya begi perluasan ilmu
pengetahuan mereka tentang bahaya NAPZA dan cara pencegahannya.
Maka demikian mereka tertarik untuk ikut andil di dalamnya.
4. Apa yang akan dilakukan anggota Peer Group dan sekolah ketika Project
YKAI telah selesai dilaksanakan di SMPN 139 Jakarta?
Yah walaupun sebentar lagi Pillot Project YKAI akan berakhir kami tetap
akan selalu melakukan koordinasi kepada YKAI dan lembaga-lembaga
yang ikut mendukung program Peer group di sekolah ini, alhamdulillah
dengan mendapat pengetahuan dari penyuluhan-penyuluhan dan pelatihan-
pelatihan pencegahan terhadap penyalahgunaan NAPZA di sekolah, anak
didik kami belum ada yang terlibat dalam penyalahgunaan NAPZA. Kami
dari pihak sekolah akan tetap menjalin kerjasama yang baik pada YKAI
dan LSM lainnya apabila sekolah kami akan mengadakan suatu acara
mereka dapat menjadi pendukung dan pembimbing
kami.
Interviewee
Ruli Sukanda
lxxxii