depresi.pdf
-
Upload
ristia-anggarini -
Category
Documents
-
view
64 -
download
2
description
Transcript of depresi.pdf
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Remaja
II.1.1. Pengertian Remaja
Hurlock, (2008 ) menyatakan bahwa masa remaja adalah masa kritis
identitas atau masalah identitas ego remaja. Identitas diri yang dicari remaja
berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat,
serta usaha mencari perasaan kesinambungan dan kesamaan baru para remaja harus
memperjuangkan kembali dan seseorang akan siap menempatkan idola dan ideal
seseorang sebagai pembimbing dalam mencapai identitas akhir.
Menurut Papalia dan Olds (2009), masa remaja adalah masa transisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya
dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau
awal dua puluhan tahun.
Hurlock (2008) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses
perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan
perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan
orang tua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses
pembentukan orientasi masa depan. Transisi perkembangan pada masa remaja
berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian
kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 2008). Bagian dari masa kanak-
kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih
terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses
kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan
kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak (Papalia & Olds,
2009).
Berdasarkan beberapa pengertian remaja yang telah dikemukakan para ahli,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang sedang berada
pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan
perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial.
-
II.1.2. Ciri-ciri Remaja
Menurut Santrock (2003), Masa remaja adalah suatu masa perubahan.
Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun
psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja.
1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang
dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini
merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa
remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa
remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada
masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya
mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus
lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan
terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir
yang duduk di awal-awal masa kuliah.
2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual.
Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan
kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik
perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi
maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi
tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang
lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari
masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang.
Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa
remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka
pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan
orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis
kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-
kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa. Kebanyakan
-
remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu
sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan
tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan
kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.
II.1.3. Aspek-aspek perkembangan pada remaja
1. Perkembangan fisik
Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan
pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds,
2009). Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat
tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi
reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya
adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah
kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna
meningkatkan kemampuan kognitif. Papalia dan Olds, (2009).
2. Perkembangan kognitif
Menurut Santrock (2003), seorang remaja termotivasi untuk memahami
dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget,
remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang
didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka.
Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih
penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut.
Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati,
tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan
suatu ide baru.
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti
belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. (Piaget Papalia & Olds, 2009)
mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu
interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan social yang
semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir
abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi
-
formal (Papalia & Olds, 2009). Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu
berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan
sesuatu yang diinginkan dimasa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada
remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih
logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana
mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di
masa depan (Santrock, 2002).
Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum
sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir
egosentrisme Papalia & Olds, (2009). Yang dimaksud dengan egosentrisme di
sini adalah ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain.
Papalia & Olds, (2009) mengungkapkan salah satu bentuk cara berpikir
egosentrisme yang dikenal dengan istilah personal fabel. Personal fabel adalah
"suatu cerita yang kita katakan pada diri kita sendiri mengenai diri kita sendiri,
tetapi cerita itu tidaklah benar". Kata fabel berarti cerita rekaan yang tidak
berdasarkan fakta, biasanya dengan tokoh-tokoh hewan. Personal fabel biasanya
berisi keyakinan bahwa diri seseorang adalah unik dan memiliki karakteristik
khusus yang hebat, yang diyakini benar adanya tanpa menyadari sudut pandang
orang lain dan fakta sebenarnya. Papalia dan Olds (2009) dengan mengutip
Elkind menjelaskan personal fable sebagai berikut : Personal fable adalah
keyakinan remaja bahwa diri mereka unik dan tidak terpengaruh oleh hukum
alam.
Belief egosentrik ini mendorong perilaku merusak diri (self-destructive)
oleh remaja yang berpikir bahwa diri mereka secara logis terlindung dari bahaya.
Misalnya seorang remaja putri berpikir bahwa dirinya tidak mungkin hamil
(karena perilaku seksual yang dilakukannya), atau seorang remaja pria berpikir
bahwa ia tidak akan sampai meninggal dunia di jalan raya (saat mengendarai
mobil), atau remaja yang mencoba-coba obat terlarang (drugs) berpikir bahwa ia
tidak akan mengalami kecanduan. Remaja biasanya menganggap bahwa hal-hal
itu hanya terjadi pada orang lain bukan pada dirinya.
-
3. Perkembangan kepribadian dan social
Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara
individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik,
sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan
orang lain (Papalia & Olds, 2009). Perkembangan kepribadian yang penting
pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan
pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran
yang penting dalam hidup (Papalia & Olds, 2009).
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman
sebaya dibanding orang tua (Papalia & Olds, 2009). Dibanding pada masa
kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti
kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman ( Papalia & Olds,
2009). Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya
sangat besar. Pada diri remaja pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku
diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan
kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun
penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari
kelompok teman sebaya.
Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan
keputusan seorang remaja tentang perilakunya. Papalia & Olds (2009)
mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi
utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya
hidup. Bagi remaja teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai
bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus dan
sebagainya.
II.1.4. Tahapan Remaja
Masa remaja merupakan masa yang sulit, dimana terjadi pertumbuhan
fisik yang pesat dalam ukuran dan bentuk, dan perbedaan antara laki-laki dan
perempuan mulai terlihat, sehingga masa remaja sering disebut sebagai masa kritis
(critical phasse) bagi kehidupan seseorang (WHO,1997). Terdapat banyak
-
pendapat mengenai batasan usia remaja tetapi pada umumnya bervariasi antara 10
sampai 24 tahun. WHO membaginya dalam 3 kategori yaitu: remaja awal (early
adolescence) usia antara 10 sampai 14 tahun, remaja madya (mid adolescence) usia
antara 15 sampai 17 tahun dan remaja akhir (late adolescence) usia antara 18
sampai 21 tahun. Sedangkan BKKBN (2002) membagi remaja berdasarkan tahapan
usia sebagai berikut :
1. Remaja sehat usia antara 11-13 tahun yang ditandai dengan adanya masa akil
baligh atau pubertas.
2. Remaja sehat usia antara 14-18 tahun yang ditandai dengan dimulainya
hubungan dengan lawan jenis atau pacaran.
3. Remaja sehat usia antara 19-21 yang ditandai dengan kematangan fisik, mental
dan sosial.
Menurut Santrock (2003) membagi usia remaja menjadi empat tahapan,
walaupun tanpa memberikan batas usia biologis untuk tiap tahapan. Tahapan
tersebut adalah :
1. Masa Juvenil
Suatu tahap psikologis yang terletak diantara masa anak-anak dan masa
pra remaja. Dalam masa ini perkembangan intelektual anak berlangsung sangat
cepat, kemampuan memantau pikirannya sendiri berkembang dan mulai
mempunyai perhatian terhadap lawan jenisnya.
2. Masa Pra Remaja
Masa ini relatif sangat singkat, jika masa juvenil ditandai dengan
perluasan hubungan sosial. Maka pada masa ini anak secara pasti beranjak
keluar dari lingkungan keluarga dan belajar mengenal berbagai manusia di dunia
luar, tetapi belum sepenuhnya terlepas dari orang tuanya.
3. Masa Remaja Awal
Masa ini kebutuhan sosial seorang remaja adalah mengembangakan
hubungan yang semakin mendalam. Keinginannya untuk mandiri makin kuat,
dalam tahap ini remaja belum cukup matang untuk menyelesaikan masalah yang
mereka hadapi. Pada masa ini remaja sudah dapat mengalami orgasme, mulai
-
merasakan perkembangan kebutuhan interpersonal, kebutuhan untuk
mendapatkan kepuasan birahi yang dicoba diintegrasikan dengan
kebutuhan interpersonal lainnya yaitu kebutuhan akan rasa aman.
4. Masa Remaja Akhir
Tahap ini remaja telah mencapai kemampuan untuk mengembangkan cita-
citanya sesuai dengan pengalaman dan pendidikannya. Pada masa ini remaja
sudah mampu mengarahkan dorongan nafsu genitalnya menjadi hubungan
interpersonal yang disesuaikan dengan budaya, kesempatan dan
persahabatan dengan seseorang yang dianggap sesuai. Dikatakan bahwa dalam
tahap ini seseorang remaja sudah berkembang menjadi seseorang remaja yang
utuh.
II.1.5. Masalah Umum Pada Remaja
Penyesuaian remaja terhadap situasi baru dapat menimbulkan masalah
akibat masa transisi dari anak-anak menuju kedewasaan yang berlangsung begitu
cepat. Seiring dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja, berikut ini
beberapa masalah yang dialami dalam kaitannya dengan penyesuaian diri terhadap
lingkungannya (Santrock, 2002) :
1. Kesulitan dalam hubungannya dengan orang tua.
Merupakan masalah yang paling sering ditemui dan kerap manjadi inti
yang mendasari munculnya masalah lain. Gejala kesulitan hubungan dengan
orang tua biasanya disebabkan karena kesulitan komunikasi, yaitu kesulitan
untuk saling mengerti.
2. Masalah keluarga
Anakanak dari keluarga broken home, merupakan anak-anak dengan
kesulitan tersendiri. Keretakan hubungan keluarga akan menjadi masalah yang
sulit bagi remaja karena mereka kehilangan orang yang menjadi panutan bagi
dirinya. Kondisi ini dapat menimbulkan kompensasi tingkah laku sebagai cara
remaja menyalurkan beban atau ketegangan emosinya.
-
3. Masalah dengan teman sebaya
Pengakuan dan penerimaan oleh teman-teman merupakan kebutuhan yang
mutlak bagi remaja. Remaja-remaja yang terasing dari teman sebayanya akan
mengalami kesepian, kesendirian dan rendah diri, termasuk dalam masalah
pacar.
4. Kesulitan belajar dan mendapat pekerjaan
Kesulitan dalam bersaing dalam belajar dan pekerjaan bisa jadi menjadi
pemicu remaja untuk bersaing secara tidak sehat.
5. Masalah penyalahgunaan obat
Remaja merasa dirinya harus lebih banyak menyesuaikan diri dengan
norma-norma orang dewasa, bila memang ingin diidentifikasikan dengan
kelompok sebaya dan tidak mau lagi dianggap anak-anak. Dalam kondisi yang
demikian, rasa ingin tahu terhadap obat-obatan terus berkembang selama masa
remaja, sehingga timbul kecendrungan untuk menganggap obat-obatan sebagai
lambang yang penting bagi keanggotaan kelompok.
6. Masalah seksualitas
Masalah seksualitas di kalangan remaja timbul karena :
a. Kurang adanya pendidikan seks yang tepat sehingga remaja buta terhadap
masalah seks
b. Banyaknya rangsangan pornografi baik berupa film, obrolan, gambar dan
lain-lain.
II.1.6. Penanganan Prilaku Negatif Remaja
Menurut Santrock (2002) ada 5 ketentuan yang harus dipenuhi dalam
menangani perilaku negatif remaja yaitu :
1. Kepercayaan
Remaja harus percaya kepada orang yang mau membantunya (orang tua,
guru, psikolog, ulama dan sebagainya), harus yakin bahwa penolong ini tidak
akan membohonginya dan kata-kata penolong ini memang benar adanya.
-
2. Kemurnian Hati
Remaja harus merasa bahwa penolong itu sungguh-sungguh mau
membantunya tanpa syarat, karena itulah remaja lebih sering minta nasihat sama
teman-temanya sendiri daripada orang tua mereka, walaupun teman-teman itu
tidak bisa memberi nasihat atau mencarikan jalan keluar yang baik. Yang juga
sering dijadikan sasaran untuk meminta bantuan adalah rubrik-rubrik konsultasi
di berbagai majalah atau radio. Setidaknya remaja yakin bahwa pengasuh rubrik-
rubrik semacam ini sungguh-sungguh mau membantu saja tanpa pamrih
walaupun ia juga tahu bahwa jawaban mereka sering tidak tuntas karena
terbatasnya ruang dan waktu dan informasi yang diberikan.
3. Kemampuan mengerti dan menghayati (emphaty) perasaan remaja
Dalam posisi yang berbeda antara anak dengan orang dewasa (perbedaan
usia, perbedaan status, perbedaan cara berpikir dan sebagianya) sulit bagi orang
dewasa khususnya orang tua untuk beremphaty pada remaja karena setiap orang
(khususnya yang tidak terlatih) akan cenderung untuk melihat segala persoalan
dari sudut pandangnya sendiri dan mendasarkan penilaian dan reaksinya pada
pandangan sendiri.
4. Kejujuran
Remaja mengharapkan penolongnya menyampaikan informasi apa adanya
termasuk hal-hal yang kurang menyenangkan. Apa yang salah dikatakan salah,
apa yang benar dikatakan benar. Yang tidak biasa diterimanya adalah jika hal-
hal yang dia salahkan, tetapi pada orang lain atau pada orangtuanya sendiri
dianggap benar.
5. Mengutamakan persepsi remaja sendiri
Terlepas dari kenyataan atau pandangan orang lain, buat remaja
pandangannya sendiri itulah yang merupakan kenyataan dan akan berekasi
terhadap hal itu. Kemampuan untuk mengerti pandangan remaja berikut seluruh
-
perasaan yang ada di balik pandangan remaja merupakan modal untuk
membangun emphaty pada remaja
II.2 Depresi
II.2.1. Pengertian
Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan
respon emosional yang berat dikenal melalui intensitas dan pengaruhnya terhadap
fisik dan fungsi social seperti perasaan sedih dan berduka yang berlebihan dan
bekepanjangan (Stuart dan Sundeen, 2005).
Depresi adalah suatu jenis gangguan alam perasaan atau emosi yang
disertai komponen psikologik: rasa susah, murung, sedih putus asa, dan tidak
bahagia serta komponen somatic: anoreksia, konstipasi, kulit lemban(rasa dingin),
tekanan darah dan denyut nadi menurun. Depresi adalah salah satu bentuk
gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif, mood) (Iyus Yosep, 2009)
Depresi merupakan gangguan alam perasaan yang berat dan
dimanifestasikan dengan gangguan fungsi social dan fungsi fisik yang hebat, lama
dan menetap pada individu yang bersangkutan. Depresi merupakan reaksi yang
normal bila berlangsung dalam waktu yang pendek dengan adanya faktor pencetus
yang jelas, lama dan dalamnya depresi sesuai dengan faktor pencetusnya. Depresi
merupakan gejala psikotik bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan
realitas, tidak dapat menilai realitas dan tidak dapat lagi dimengerti oleh orang lain.
II.2.2. Rentang Respons Emosional (Depresi)
Menurut Stuart dan Sundeen (2006)
Skema 2.1
Rentang Respon Emosional (Depresi)
RESPONS ADAPTIF RESPONS MALADAPTIF
-
Responsive Reaksi Kehilangan Supresi Reaksi Kehilangan Depresi
Yang Wajar yang Memanjang
1. Re
sponsif adalah Respon emosional individu yang terbuka dan sadar akan perasaannya.
Pada rentang ini individu dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan internal
2. Re
aksi kehilangan yang wajar merupakan posisi rentang yang normal dialami individu
yang mengalami kehilangan misalnya bersedih, befokus pada diri sendiri, berhenti
malakukan kegiatan sehari-hari. Reaksi kehilangan tersebut tidak berlangsung lama
3. Su
presi merupakan tahap awal yang maladaptif, dimana individu menyangkal,
menekan, atau menginternalisasi semua aspek perasaannya terhadap lingkungan
4. Re
aksi berduka yang memanjang merupakan penyangkalan yang menetap dan
memanjang tetapi tidak tampak reaksi emosional terhadap kehilangan. Reaksi
berduka yang memanjang ini dapat terjadi beberapa tahun
5. De
presi adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan respon emosional yang
berat dikenal melalui intensitas dan pengaruhnya terhadap fisik dan fungsi social
seperti perasaan sedih dan berduka yang berlebihan dan bekepanjanga
II.2.3. Proses Terjadinya masalah
Skema 2.2
Proses Terjadinya Masalah pada Klien Depresi
Menurut Iyus Yosep (2009)
-
1. Adanya persepsi negative terhadap suatu masalah (seperti memandang dirinya tidak
mampu apa-apa, lingkungan yang tidak mendukung, dan pengalaman yang semua
ia terima adalah sumber masalah )
2. Mekanisme koping yang maladaptive
3. Sehingga terjadi akumulasi stress yang berkepanjangan
4. Terjadi depresi
5. Kemungkinan besar untuk menciderai diri.
II.2.4. Dampak depresi pada remaja
Menurut Fortinash (2003), Depresi dapat mengakibatkan dampak yang merugikan
bagi si penderita seperti terganggunya fungsi sosial, fungsi pekerjaan, mengalami
kesulitan untuk berkonsentrasi, mengalami ketidak berdayaan yang dipelajari, bahkan
hingga tindakan bunuh diri yang menyebabkan kematian. Remaja hanya mengurung diri
di kamar, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya semangat hidup, hilangnya kreativitas,
antusiasme dan optimisme. Dia tidak mau bicara dengan orang-orang, tidak berani
Negative perception to
problem
Maladaptive Coping
Stressor
Potential self destruction
Accumulation of stessor
Helpnessness depression
-
berjumpa dengan orang-orang, berpikir yang negatif tentang diri sendiri dan tentang
orang lain, hingga hidup terasa sangat berat dan melihat masalah lebih besar dari dirinya.
Remaja jadi pesimis memandang hidupnya, seakan hilang harapan, tidak ada yang bisa
memahami dirinya, dan sebagainya.
II.2.5. Ciri-ciri depresi
Stuart (2006), ciri-ciri umum dari depresi adalah:
1. Perubahan pada Kondisi Emosional
a.Perubahan pada mood (periode terus-menerus dari perasaan terpuruk, depresi, sedih
atau muram)
b. Penuh air mata atau menangis
c. Meningkatnya iritabilitas (mudah tersinggung), kegelisahan, atau kehilangan
kesabaran
d. Perubahan dalam Motivasi
1) Perasaan tidak termotivasi, atau memiliki kesulitan untuk memulai (kegiatan) di
pagi hari atau bahkan sulit bangun dari tempat tidur
2) Menurunnya tingkat partisipasi sosial atau minat pada aktivitas sosial
3) Kehilangan kenikmatan atau minat dalam aktivitas menyenangkan
4) Menurunnya minat pada seks
5) Gagal untuk berespons pada pujian atau reward
e. Perubahan dalam Fungsi dan Perilaku Motorik
1) Bergerak atau berbicara dengan lebih perlahan daripada biasanya
2) Perubahan dalam kebiasaan tidur (tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit,
bangun lebih awal dari biasanya dan merasa kesulitan untuk kembali tidur di
pagi buta
3) Perubahan dalam selera makan (makan terlalu banyak atau terlalu sedikit)
4) Perubahan dalam berat badan (bertambah atau kehilangan berat badan)
5) Berfungsi secara kurang efektif daripada biasanya di tempat kerja atau di sekolah
f. Perubahan Kognitif
-
1) Kesulitan berkonsentransi atau berpikir jernih
2) Berpikir negatif mengenai diri sendiri dan masa depan
3) Perasaan bersalah atau menyesal mengenai kesalahan di masa lalu
4) Kurangnya self esteem atau merasa tidak adekuat
5) Berpikir akan kematian atau bunuh diri
II.2.6. Tanda dan Gejala Depresi
Menurut Stuart (2006) menyebutkan bahwa gejala-gejala depresi dapat dilihat dari segi
fisik, psikis dan sosial.
1. Gejala Fisik
Gejala depresi yang kelihatan mempunyai rentangan dan variasi yang luas sesuai
dengan berat ringannya depresi yang dialami. Namun secara fisik besar ada beberapa
gejala fisik umum yang relatif mudah dideteksi. Gejala itu seperti:
a. Gangguan pola tidur. Misalnya, sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit
tidur
b. Menurunnya tingkat aktivitas. Pada umumnya, orang yang mengalami depresi
menunjukkan perilaku yang pasif, menyukai kegiatan yang tidak melibatkan
orang lain seperti menonton TV, makan, dan tidur.
c. Menurunnya efisiensi kerja. Orang yang terkena depresi akan sulit memfokuskan
perhatian atau pikiran pada suatu hal, atau pekerjaan. Sehingga, mereka juga akan
sulit memfokuskan energipada hal-hal prioritas. Kebanyakan yang dilakukan
justru hal-hal yang tidak efisien dan tidak berguna, seperti misalnya ngemil,
melamun, dan merokok terus-menerus
d. Menurunnya produktivitas kerja. Orang yang terkena depresi akan kehilangan
sebagian atau seluruh motivasi kerjanya. Sebabnya, ia tidak lagi bisa menikmati
dan merasakan kepuasan atas apa yang dilakukannya. Ia sudah kehilangan minat
dan motivasi untuk melakukan kegiatannya seperti semula.
e. Mudah merasa letih dan sakit. Jelas saja, depresi itu sendiri adalah perasaan
negatif. Jika seseorang menyimpan perasaan negatif, maka jelas akan membuat
letih karena membebani pikiran dan perasaan, dan ia harus memikulnya di mana
saja dan kapan saja, suka tidak suka.
-
2. Gejala Psikis
a. Kehilangan rasa percaya diri. Orang yang mengalami depresi cenderung
memandang segala sesuatu dari sisi negatif, termasuk menilai diri sendiri.
b. Sensitif. Orang yang mengalami depresi senang sekali mengaitkan segala sesuatu
dengan dirinya. Perasaannya sensitif sekali, sehingga sering peristiwa yang netral
jadi dipandang dari sudut pandang yang berbeda oleh mereka, bahkan disalah
artikan. Akibatnya mereka mudah tersinggung, mudah marah, perasa, curiga akan
maksud orang lain, mudah sedih, murung dan suka menyendiri.
c. Merasa diri tidak berguna. Perasaan tidak berguna ini muncul karena mereka
merasa menjadi orang yang gagal terutama di bidang atau lingkungan yang
seharusnya mereka sukai.
d. Perasaan bersalah. Perasaan bersalah terkadang timbul dalam pemikiran orang
yang mengalami depresi. Mereka memandang suatu kejadian yang menimpa
dirinya sebagai suatu hukuman atau akibat dari kegagalan mereka melaksanakan
tanggung jawab yang seharusnya dikerjakan.
e. Perasaan terbebani. Banyak orang yang menyalahkan orang lain atas kesusahan
yang dialaminya. Mereka merasa tebeban berat karena merasa terlalu dibebani
tanggung jawab yang berat.
3. Gejala Sosial
Depresi yang berawal adalah masalah diri sendiri pada akhirnya
mempengaruhi lingkungan dan pekerjaan (atau aktivitas rutin lainnya). Lingkungan
tentu akan bereaksi terhadap perilaku orang yang depresi tersebut yang pada
umumnya negatif (mudah marah, tersinggung, menyendiri, sensitif, mudah letih,
mudah sakit). Problem sosial yang terjadi biasanya berkisar pada masalah interaksi
dengan rekan kerja, atasan atau bawahan. Masalah ini tidak hanya berbentuk konflik,
namun masalah lainnya juga seperti perasaan minder, malu, cemas jika berada di
antara kelompok dan merasa tidak nyaman untuk berkomunikasi secara normal.
Mereka merasa tidak mampu untuk bersikap terbuka dan secara aktif menjalin
hubungan dengan lingkungan sekalipun ada kesempatan.
-
Secara umum orang mengalami depresi karena salah satu kejadian atau situasi
sebagai berikut:
a. Kehilangan orang yang dicintai
b.Peristiwa traumatis atau stressfull, misalnya mengalami kekerasan, deprifasi sosial
yang kronik atau penolakan sosial
c. Penyakit fisik yang kronis
d. Obat-obatan atau narkoba
e. Adanya penyakit mental lain
f. Seseorang yang mempunyai orang tua atau saudara kandung yang mengalami
depresi akan mengalami peningkatan resiko mengalami depresi juga.
Terdapat tiga sindroma depresif utama pada remaja, yaitu:
a.Sindroma pasrah dengan kesedihan, over-adaptasi, malu, menyendiri, gigit kuku
dan agresivitas massif.
b. Sindroma yang ditandai dengan hambatan dan penurunan gairah dengan retardasi
psikomotor, apatis, bimbang, pendiam dan pasif.
c. Sindroma cemas dengan auto dan hetero agresivitas, rasa tidak aman, ketagihan
obat, sedih, kecenderungan bunuh diri.
II.2.7. klasifikasi Depresi
Menurut PPDGJ klasifikasi depresi adalah sebagai berikut:
1. Episode depresi ringan
a. Minimal harus ada dua dari tiga gejala utama depresi
b. Ditambah sekurang- kurangnya dua gejala sampingan (yang tidak boleh ada gejala
berat diantaranya)
c. Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
d. Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukannya.
2. Episode depresi sedang
a. Minimal harus ada dua dari 3 gejala utama
b. Ditambah sekurang- kurangnya 3 (dan sebaiknya empat) dari gejala lainnya
-
c. Seluruh episode berlangsung minimal 2 minggu
d. Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan
urusan rumah tangga.
e. Tanpa gejala somatik atau dengan gejala somatik.
3. Episode depresi berat tanpa gejala psikotik
a. Gemua gejala utama harus ada
b. Ditambah minimal 4 dari gejala lainnya dan beberapa diantaranya harus
berintensitas berat
c. Episode depresi terjadi minimal 2 minggu, namun dibenarkan dalam kurung waktu
yang lebih singkat apabila gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
d. Sangat tidak mungkin pasien untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, atau
urusan rumah tangga kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
4. Episode depresi berat dengan gejala psikotik
a. Memenuhi seluruh kriteria episode depresi berat tanpa gejala psikotik
b. Disertai waham, halusinasi, atau stupor depresi
II.2.8. Faktor Resiko Depresi
Depresi secara khusus terjadi pada akhir usia 20an akan tetapi sebenarnya dapat
terjadi pada semua usia. Meskipun penyebab tepat depresi tidak diketahui, ilmuan telah
mengidentifikasi faktor tertentu yang meningkatkan risiko berkembangnya atau memicu
munculnya depresi, yaitu:
1. Memiliki hubungan biologis dengan orang yang memiliki depresi
2. Wanita
3. Memiliki kejadian traumatis saat anak-anak
4. Memiliki hubungan biologis dengan catatan pecandu alkohol
5. Memiliki anggota keluarga yang mengalami kejatuhan
6. Memiliki pengalaman kejadian hidup yang memberikan tekanan, seperti kematian
orang yang dicintai
-
7. Memiliki banyak teman atau hubungan personal
8. Memiliki suasana hati depresi ketika kecil
9. Memiliki penyakit serius, seperti kanker, serangan jantung, Alzheimer atau HIV/AIDS
10. Memiliki sifat tertentu, seperti rendahnya kepercayaan diri dan ketergantungan yang
berlebih, mengkritik diri sendiri atau pesimistis
11. Penyalahguanan alkohol, nikotin atau obat-obatan terlarang
12. Mengambil pengobatan medis atas tekanan darah tinggi yang dimiliki, meminum
obat tidur atau pengobatan medis tertentu lainnya (bicara pada dokter anda sebelum
berhenti menjalani pengobatan medis tertentu yang anda pikir mengakibatkan
berubahnya suasana hati anda)
II.3. Faktor-faktor yang Menyebabkan Resiko Depresi pada Remaja
Menurut Stuart dan Sundeen (2006), depresi dapat disebabkan oleh faktor predisposisi dan
faktor presipitasi. Adapun faktor predisposisi yaitu:
II.3.1.Teori Genetik
Anak-anak yang memiliki orangtua depresi maka akan memiliki risiko yang lebih
tinggi untuk mengalami depresi pada usia remaja. Dengan demikian, faktor gentik
akan meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami depresi.
II.3.2.Pengalaman masa anak-anak
Jika seorang anak mengalami perlakuan yang tidak adil dari orangtuanya, hidup dalam
keluarga yang tidak harmonis maka akan menyebabkan goncangan emosi yang
memicu respon fisiologis dan psikologis yang mengakibatkan depresi.
II.3.3.Faktor Kehilangan
Berhubungan dengan faktor perkembangan, misalnya kehilangan
orang tua pada masa anak, perpisahan yang bersifat traumatis dengan orang yang
sangat dicintai. Individu tidak berdaya mengatasi kehilangan.
II.3.4.Faktor Kepribadian
Teori kepribadian mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan
seseorang mengalami depresi atau mania. Tipe kepribadian yang diingkat adalah:
1. Sanguinis
Ditandai dengan sifat hangat, lincah, bersemangat, meluap-luap, dan pribadi yang
-
menyenangkan. Pengaruh/kejadian luar akan gampang masuk ke pikiran dan
perasaan yang meledak-ledak. Orang sanguinis sangat ramah kepada orang lain,
sehingga dia biasanya dianggap seorang yang sangat eksrovert.
Kekuatan : Mempunyai kepribadian yang menarik, suka berbicara, rasa humor
yang hebat dan antusias, periang, ekspresif dan penuh semangat.
Sebagai seorang teman, orang sanguinis mudah berteman, suka dipuji,
bukan pendendam, cepat minta maaf dan suka menjadi sukarelawan.
Kelemahan: Mereka tidak benar-benar menerima diri secara serius, suka bicara
banyak, mementingkan diri sendiri, pelupa, tanpa kesalahan ( tidak
benar-benar percaya bahwa mereka mempunyai kesalahan besar).
tidak tertib dan tampak tidak dewasa.
2. Koleris
Choleris adalah tipe yang tampil hangat, serba cepat, aktif, pasif, berkemauan
keras, dan sangat independen. Dia cenderung tegas dan berpendirian keras, dengan
gampang dapat membuat keputusan bagi dirinya dan bagi orang lain. dia tidak
butuh digerakan dari luar, malah mempengaruhi lingkungannya dengan gagasan-
gagasannya, rencana, tujuan,dan ambisinya yang tak pernah surut.
Kekuatan :Berbakat memimpin , dinamis dan aktif, sangat memerlukan perubahan,
tidak emosional dan tidak mudah patah semangat, bebas dan
mandiri. Sebagai teman, tipe ini tidak terlalu memerlukan teman,
mau bekerja untuk kegiatan, mau memimpin dan unggul dalam
keadaan darurat.
Kelemahan : Tuan tanpa salah (orang lain yang salah), benar-benar pekerja keras,
tidak tahu cara bagaimana menangani orang lain.
3. Melankolis
Melankolis adalah orang yang suka berkorban, analisis, betipe perfektionis dengan
sifat emosi yang sangat sensitif. Makanya dia tipe yang paling "kaya" di antara
semua temperamen. Tidak seorang pun yang dapat menikmati keindahan karya seni
melebihi seorang melankolis. apabila sedang bergembira maka sifatnya lebih
-
ekstrovet. namun, apabila sedang murung, maka ia bisa menjadi seorang yang
begitu antagonis.
Kekuatan :Mendalam dan penuh pikiran, analistis, serius, dan tekun, cenderung
jenius, berbakat dan kreatif, artistik atau musikal, filosofis dan puitis,
menghargai keindahan, suka berkorban, penuh kesadaran dan idealis.
Sebagai seorang teman, menghindari perhatian, setia dan berbakti,
mau mendengarkan keluhan dan bisa memecahkan masalah orang
lain.
Kelemahan :Mudah tertekan dan mempunyai citra diri yang rendah,suka menunda-
nunda, mengajukan tuntutan yang tidak realistis kepada orang lain.
4. Phlegmatis
Phlegmatis adalah seorang yang hidupnya tenang, gampangan, tak pernah merasa
terganggu sehingga dia hampir tak pernah marah. Dia adalah orang dengan tipe
yang mudah bergaul, dan paling menyenangkan diantara semua temperamen.
Baginya hidup adalah suatu kegembiraan dan kadang menjauh dari hal-hal yang
tidak menyenangkan. Dia begitu tenang dan agak diam sehingga tidak pernah
kelihatan terhasut oleh keadaan sekitarnya.
Kekuatan :Rendah hati, mudah bergaul dan santai, diam, tenang, sabar, seimbang,
konsisten, cerdas, simpatik dan baik hati. Sebagai teman, Mudah
diajak bergaul, menyenangkan, tidak suka menyinggung, pendengar
yang baik, punya banyak teman, suka belas kasih dan perhatian.
Kelemahan:Seperti tidak ada masalah, melawan perubahan, tampaknya malas,
punya kemaun baja yang tenang, tampaknya tidak berpendirian
II.3.5.Faktor Kognitif
Teori-teori kognitif mementigkan pikiran-pikiran sadar remaja. Dua teori kognitif
yang penting adalah teori perkembangan kognitif dari Piaget dan teori pemrosesan
informasi.
Psikolog Swiss tekenal, Jean Piaget (1896-1980), menekankan bahwa
remaja secara aktif mengkonstruksikan dunia kognitif mereka sendiri; informasi tidak
-
hanya dicurahkan ke dalam pikiran mereka dari lingkungan. Piaget menekankan
bahwa remaja menyesuaikan pikiran mereka dengan memasukan gagasan-gagasan
baru, karena tambahan informasi akan mengembangkan pemahaman. Piaget (1954)
juga percaya kita melewati empat tahapan dalam memahami dunia. Setiap tahap
berhubungan dengan umur tertentu dan terdiri dari cara berfikir yang berbeda. Adapun
empat tahap perkembangan kognitif menurut Piaget adalah:
1. Tahap sensorimotorik (sensorimotor stage), yang berlangsung dari lahir sampai
kira-kira usia 2 tahun, adalah tahap Piaget yang pertama. Pada tahap ini anak
mengkonstruksikan pemahaman mengenai dunia dengan mengkoordinasikan
pengalaman sensori (seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan fisik,
motorik. Karena itu disebut sensorik motorik.
2. Tahap praoperasional (preoperational stage) yang berlangsung dari kira-kira usia 2-
7 tahun, adalah tahap Piaget yang kedua. Pada tahap ini, anak mulai
mereprestasikan dunia dengan kata-kata, citra, dan gambar-gambar.
3. Tahap operasional konkrit (concrete operational stege) yang berlangsung dari kira-
kira usia 7 sampai 11 tahun, adalah tahap piaget yang ketiga. Pada tahap ini, anak
dapat melakukan operasi dan penalaran logis, menggantikan pemikitan instuitif,
sepanjang penalaran dapat diaplikasikan pada contoh khusus atau konkrit.
4. Tahap operasional formal (formal operational stage) yang terjadi antara usia 11 dan
15 tahun, adalah tahap Piaget yang keempat dan terakhir. Pada tahap ini, individu
bergerak melebihi dunia pengalaman yang aktual dan konkrit, dan berfikir lebih
abstrak serta logis.
Pemrosesan Informasi (information processing) berhubungan dengan
bagaimana individu memproses informasi mengenai dunianya, bagaimana
informasi masuk ke pikiran, bagaimana informasi tersebut disimpan dan
ditranformasikan, dan bagaimana informasi tersebut diambil kembali untuk
melakukan aktivitas kompleks seperti memecahkan masalah dan penalaran.
Pemrosesan informasi dimulai ketika informasi dari dunia ditangkap melalui proses
sensori dan persepsi. Kemudian informasi disimpan, ditransformasi, dan diambil
kembali melalui proses ingatan.
-
Sedangkan faktor presipitasi yang dapat menyebabkan depresi meliputi
faktor biologis, psikologis, dan social budaya.
1. Faktor biologis meliputi perubahan fisiologis yang disebabkan oleh obat-obatan
atau berbagai penyakit. Pendekatan biologis menemukan bahwa faktor genetis,
sistem endokrin, dan neurotransmiter berperan dalam kemunculan depresi.
Kemunculan depresi dalam prespektif biologi dapat dipahami bahwa kehidupan
yang penuh stres mengaktifkan hormon stres, berefek luas pada sistem
neurotransmitter khususnya serotonin, norepinephrine,dan circadian rhythms
function(CRF). Pengaktifan hormon stres dalam jangka waktu lama akan
mempengaruhi gen, menghasilkan perubahan jangka panjang pada struktur dan
kimia di otak (Durand & Barlow, 2003).
2. Faktor psikologis meliputi kehilangan kasih sayang, termasuk kehilangan cinta
seseorang dan kehilangan harga diri. Faktor psikologis dibagi menjadi tiga
pendekatan:
a. Pendekatan Psikodinamika
Pendekatan ini menekankan penyebab depresi sebagai rasa
kehilangan dari suatu objek atau status. Proses hubungan antara orangtua dan
anaknya merupakan sumber kehilangan, seperti perceraian orangtua,
kurangnya kasih sayang orangtua, kurangnya penghargaan tanpa syarat
kepada anak, perpisahan orangtua dengan anak, dan kehilangan orangtua
dapat menyebabkan depresi.
b. Pendekatan Behavioral
Pendekatan ini memandang bahwa kurangnya reinforcement
positif, seperti ketertarikan dan perhatian orangtua terhadap anaknya, dan
dampak perubahan hidup mempengaruhi timbulnya depresi. Faktor yang
penting lain dalam memahami depresi salah satunya adalah perasaan tidak
berdaya (learned helplessness), muncul ketika dihadapkan pada situasi yang
tidak menyenangkan, seperti stres atau rasa sakit yang berkepanjangan, dan
individu merasa tidak memiliki kendali atasnya (Santrock, 2003).
-
Pengalaman perasaan tidak berharga seperti ini mengarahkan individu pada
perasaan putus asa dan keyakinan bahwa tidak ada yang bisa dilakukan untuk
memperbaikinya.
Depresi yang dialami remaja putri muncul dikarenakan
meningkatnya perasaan tidak berdaya (learned helplessness) yang disebabkan
karena meningkatnya penekanan terhadap diri sendiri, kemandirian, dan
individualime serta menurunnya hubungan dengan orang lain, keluarga, dan
agama (Santrock, 2003). Perasaan tidak berharga terjadi ketika remaja putri
dihadapkan pada situasi yang tidak menyenangkan atau rasa sakit yang
berlangsung lama, sementara remaja putri merasa tidak memiliki kendali
untuk mengubahnya, sehingga memupuk perasaan putus asa dan keyakinan
bahwa tidak ada yang bisa dilakukan lagi. Remaja putri yang mengalami
depresi akan bersikap apatis karena merasa tidak menerima penghargaan dari
orang lain (Santrock, 2003).
c. Pendekatan Humanistic-eksistensial
Teori ini memfokuskan atas kehilangan harga diri sebagai
penyebab depresi yang utama, kehilangan objek ini dapat nyata atau simbolik,
misalnya prestasi belajar menurun, status sosial ekonomi. Perbedaan antara
ideal self seseorang dengan persepsinya terhadap keadaan yang senyatanya
menjadi sumber depresi. Keadaan ini terkait dengan ketidakmampuan
individu untuk mengalami kontinyuitas perasaan secara langsung yang erat
kaitanya dengan hilangnya kesadaran diri dengan tubuh sebagai suatu
kesatuan diri.
Terkadang orang tidak menyadari seutuhnya apa yang dialaminya,
seperti seseorang memikirkan tentang situasi emosinya melalui keluhan fisik
tanpa mengerti atau merasakan kaitan perasaannya yang ditekankan dengan
keluhan fisik yang dilontarkan. Tanpa adanya kesadaran diri di sini dan saat
ini tentang apa yang dialaminya dan konflik yang sedang dihadapinya, ia
tidak akan merasa bahagia dan akan terjebak dalam permasalahan yang
dirasakan.
-
3. Faktor sosial budaya meliputi kehilangan peran, perceraian, dan kehilangan
pekerjaan.
Memahami depresi yang terjadi pada remaja memerlukan informasi
mengenai pengalamannya pada masa remaja dan anak-anak. Ikatan antara ibu
dan anak yang tidak memberikan rasa aman, tanpa rasa cinta dan kasih sayang
dalam pengasuhan anak, atau kehilangan salah satu orangtua pada masa anak-
anak akan menciptakan set kognitif yang negatif (Santrock, 2003). Skema
kognitif yang negatif tersebut akan dibawa terus hingga mempengaruhi
pengalamannya pada masa kehidupan selanjutnya. Pengalaman-pengalaman
baru remaja putri yang berkaitan dengan kehilangan akan memicu munculnya
depresi. Hubungan dengan keluarga atau teman sebaya berpengaruh pada
munculnya depresi pada remaja. Orang tua yang mengalami depresi atau orang
yang tidak hadir secara emosional, terlibat dalam konflik perkawinan, dan
memiliki masalah ekonomi memunculkan depresi pada anak remaja mereka (
Santrock, 2003). Ketidakadaan hubungan yang dekat dengan sahabat, sedikitnya
teman, dan penolakan dari teman sebaya dapat meningkatkan munculnya depresi
pada remaja (Santrock, 2003).
4. Umur
Komunikasi verbal anak yang belum berkembang akan mempersulit
diagnosis depresi pada anak sebelum usia 7 tahun. Komunikasi non-verbal
seperti ekspresi wajah dan postur tubuh dapat membantu menegakkan diagnosis
depresi pada anak yang lebih muda. Anak yang lebih muda akan menunjukkan
fobia, gangguan cemas perpisahan, keluhan somatik, dan perubahan tingkah
laku. Depresi mulai banyak muncul pada masa remaja. Studi-studi epidemologis
menunjukkan bahwa angka prevalensi depresi untuk anak-anak adalah 2,5
persen dan meningkat menjadi 8,3 persen untuk remaja. Bila depresi ringan juga
diperhitungkan, angka prevalensi ini meningkat sampai 25 persen. Pada
penelitian lain disebutkan sekitar 15 sampai 20 persen remaja mengalami satu
-
atau lebih episode major depressive, diantaranya 2 sampai 8 persen mengalami
depresi kronis seperti murung dan kritik diri untuk beberapa bulan sampai
beberapa tahun (Berk, 2000).
5. Jenis kelamin
Seseorang dikatakan depresi jika sedikitnya mengalami dua dari gejala
utama, yaitu perasaan depresif seperti murung dan sedih, hilangnya minat atau
gairah, serta rasa lemah tidak bertenaga. Di samping gejala utama, ada gejala
tambahan seperti konsentrasi menurun, rasa bersalah berlebihan, gangguan pola
tidur dan makan, serta rasa putus asa, Kondisi tersebut, akan berlangsung lebih
dari dua minggu. wanita ternyata lebih rentan mengalami depresi. Wanita lebih
berisiko depresi disebabkan perubahan hormonal serta perbedaan karakteristik di
antaranya keduanya. Kriteria depresi adalah sama untuk semua jenis kelamin.
Akan tetapi, wanita lebih mudah merasakan perasaan bersalah, cemas,
peningkatan bahkan penurunan nafsu makan, gangguan tidur, serta gangguan
makan. Kemungkinan wanita mengalami depresi satu setengah kali sampai dua
kali dibandingkan pria. (Tetapi tidak semua wanita mengalami hal tersebut.)
Namun, masalah perubahan hormonal sering dikaitkan dengan kecenderungan
depresi. Ketika seseorang mengalami depresi, jumlah cairan kimia di dalam otak
berkurang. Hal itu dapat menyebabkan sel otak bekerja lebih lambat.
Cairan neurotransmitter tersebut adalah serotonin. Bila terjadi
ketidakseimbangan, akan menyebabkan depresi. Selain serotonin, ada zat
penghantar saraf lain yang berperan menyebabkan depresi, seperti norepineprin,
dopamine, histamin, dan estrogen. Estrogen yang merupakan hormon kaum
wanita ini bertanggung jawab sebagai penyebab depresi.Ketika jumlah estrogen
menurun akan memunculkan gejala-gejala depresi. Di samping itu, estrogen juga
akan memberi pengaruh secara langsung timbulnya depresi itu sendiri. Di dalam
tubuh wanita terdapat dua hormon yaitu estrogen serta progesteron. Keduanya
bekerja bergantian, misalnya dalam kondisi menstruasi jumlah estrogen menurun
sedangkan progesteron naik. Pada saat menstruasi atau pre-menstrual syndrome
(PMS).
-
Dalam kondisi ini wanita lebih mudah untuk sedih, sensitif, marah, serta
mudah menangis. Bagi wanita yang menjelang menopause, tepatnya satu tahun
sebelumnya, akan semakin berisiko mengalami depresi. Kondisi ini disebut pre-
menopause, kecenderungannya wanita lebih sensitif serta paranoid sehingga
semakin berisiko. Penurunan estrogen pada wanita akan berpengaruh pada
emosi. Selain perubahan hormonal, karakteristik wanita yang lebih
mengedepankan emosional daripada rasional juga berperan. Ketika menghadapi
suatu masalah, wanita cenderung menggunakan perasaan.
II.4.Terapi pada depresi
Depresi pada remaja harus segera ditangani karena kalau berkepanjangan dapat
mengakibatkan bunuh diri yang berujung pada kematian. Makin lama seseorang mengalami
depresi, makin lemah daya tahan mentalnya, makin habis energinya, makin habis
semangatnya, makin terdistorsi pola pikirnya sehingga dia tidak bisa melihat alternatif
solusi, tidak bisa melihat ke depan, tidak menemukan harapan, tidak bisa berpikir positif. Ini
menyebabkan remaja melihat bahwa bunuh diri menjadi solusi satu-satunya.
Depresi akan lebih baik ditangani dengan psikoterapi karena dengan psikoterapi,
remaja dibantu untuk menemukan akar permasalahannya dan melihat potret diri secara lebih
obyektif. Psikoterapi ditujukan untuk membangun pola pikir yang obyektif dan positif,
rasional dan membangun strategi atau mekanisme adaptasi yang sehat dalam menghadapi
masalah. Perlu diingat bahwa keterbukaan remaja untuk mengemukakan masalah yang
sedang dihadapinya akan membantu proses penyembuhan dirinya. Ada beberapa terapi yang
dapat dilakukan untuk mengatasi depresi pada remaja, yaitu:
II.4.1.CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif dalam memandang diri dan
masa depan sehingga akan memunculkan suatu kekuatan dari dalam dirinya bahwa
dirinya mampu untuk mengatasi masalah tersebut.
II.4.2.Psychodinamic Psychotherapy
Psychodinamic Psychotherapy digunakan untuk membantu remaja memahami,
mengidentifikasi perasaan, meningkatkan rasa percaya diri, meningkatkan kemampuan
untuk berinteraksi dengan orang lain dan mengatasi konflik yang sedang dialami.
-
II.4.3.Interpersonal Psychoterapy
Interpersonal Psychoterapy digunakan untuk mengatasi depresi yang disebabkan
oleh peristiwa-peristiwa yang menyebabkan kesedihan atau trauma, kesulitan untuk
berinteraksi dengan orang lain.
II.4.4.Terapi Suportif
Terapi suportif digunakan untuk mengurangi taraf depresi.
Banyak faktor yang menentukan keberhasilan terapi seperti usia remaja saat awal
mengalami depresi, beratnya depresi, motivasi, kualitas terapi, dukungan orangtua,
kondisi keluarga (apakah orangtua juga menderita depresi atau tidak, ada atau tidak
konflik dengan keluarga, kehidupan yang penuh stres atau tidak). Selain itu, juga
diperlukan terapi keluarga untuk mendukung kesembuhan remaja penderita depresi.
II.5.Penelitian Terkait
II.5.1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sofia Retnowati dengan judul
Sumberdaya pribadi dan social sebagai mediator dampak kejadian menekan terhadap
munculnya simtom depresi pada remaja di daerah Istimewa Yogyakatra. Penelitian
ini menggunakan pendekatan model persamaan srtuktural (SEM) yang bertujuan
untuk menguji model yang disusun oleh peneliti mengenai variable sumber daya
pribadi dan social yang menjadi perantara (mediator) dampak kejadian menekan
dalam kehidupan terhadap munculnya simtom depresi. Model yang disusun juga
melibatkan variable strategi pengatasan masalah sebagai mediator hubungan antara
kejadian menekan dan sumber daya pribadi-sosial dengan depresi. Partisipan yang
dilibatkan dalam penelitian adalah 2.586 remaja yang bertempat tinggal di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Semua indeks ketepatan model sesuai dengan kriteria yang
diharapkan. Dari dua model yang disusun berdasarkan jenis kelamin, model pria
mampu menjelaskan sebesar 6% dan model wanita menjelaskan 86% variasi
munculnya simtom depresi.
II.5.2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Finda Fatmawati (2007) dengan judul
Hubungan antara konflik orang tua (Ayah-Ibu-Anak) dengan depresi pada remaja
penelitian ini menggunakan subjek purpose sampling. Hasil penelitiannya adalah
untuk mengetahui apakah ada hubungan antara konflik orang tua (Ayah dan Ibu)
-
Anak dengan depresi pada remaja. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi 2
yogyakarta tahun ajaran 2007-2008. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang
akan dilakukan oleh peneliti adalah tempat penelitian, dan fokus penelitiannya.
Tempat penelitian dilakukan Di SMA Budhi Warman Jakarta Timur dan penelitian
yang akan dilakukan peneliti adalah mengenai Analisis faktor-faktor yang
berhubungan dengan resiko terjadinya depresi pada remaja.
II.5.3. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Asmika, Harijanto, dan Nina Handayani
(2008) dengan judul Prevalensi depresi dan gambaran stressor psikososial pada
remaja sekolah menengah umum di wilayah kota madya Malang penelitian ini
menggunakan metode deskriptif cross sectional pada populasi remaja SMU Kota
Madya Malang. Pemilihan jenjang sekolah ini karena siswa SMU dianggap remaja
yang sedang mengalami masa pubertas serta mempunyai tanggung jawab yang lebih
besar. Sebagai populasi target dipilih 3 SMU secara purposive yang mewakili 3
tingkat kefavoritan yaitu paling favorit, sedang, dan tidak favorit berdasarkan opini
masyarakat. Sebagai sampel adalah remaja kelas 1-3 SMU yang diambil secara
proportional random sampling, dengan total sampel 458 responden. Pengukuran
faktor resiko dan prediksi depresi dilakukan dengan menggunakan instrument baku
dari Beck Depression Inventory (BDI) dan Holmes and Rahe Stressor Scale for youth
(HRSSY) yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Presentasi dari Beck
depression inventory dikelompokkan sebagai berikut:
0-9 : Normal
10-15 : Depresi Ringan
16-23 : Depresi Sedang
24-63 : Depresi Berat
-
II.6.Kerangka Teori
Dari tinjauan teori diatas maka dibuat kerangka teori dalam bentuk bagan di bawah ini
Skema 2.3
Kerangka Teori Penelitian (Stuart, 2006)
Input Proses Output
A. Faktor internal1. Umur2. Jenis kelamin3. Tingkat
pendidikanB. Faktor eksternal1. Faktor predisposisi
a. Genetikb. Pengalaman
masa anak-anak c. Kehilangand. Kepribadiane. kognitif
2. Faktor presipitasia. Psikologisb. Social budayac. Biologis
Proses terjadinya depresi
Depresi
Terapi untuk mengatasi depresi:
1.CBT (Cognitif Behavioral Therspy)
2.Psychodinamic Psychoterapi
3.Interpersonal Psychoteray
4.Terapi Supeortif
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Remaja
II.1.1. Pengertian Remaja
Hurlock, (2008 ) menyatakan bahwa masa remaja adalah masa kritis identitas atau masalah identitas ego remaja. Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat, serta usaha mencari perasaan kesinambungan dan kesamaan baru para remaja harus memperjuangkan kembali dan seseorang akan siap menempatkan idola dan ideal seseorang sebagai pembimbing dalam mencapai identitas akhir.
Menurut Papalia dan Olds (2009), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.
Hurlock (2008) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orang tua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan. Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 2008). Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak (Papalia & Olds, 2009).
Berdasarkan beberapa pengertian remaja yang telah dikemukakan para ahli, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang sedang berada pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial.
II.1.2. Ciri-ciri Remaja
Menurut Santrock (2003), Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja.
1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.
2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.
II.1.3. Aspek-aspek perkembangan pada remaja
1. Perkembangan fisik
Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2009). Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif. Papalia dan Olds, (2009).
2. Perkembangan kognitif
Menurut Santrock (2003), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. (Piaget Papalia & Olds, 2009) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan social yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (Papalia & Olds, 2009). Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan dimasa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2002).
Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir egosentrisme Papalia & Olds, (2009). Yang dimaksud dengan egosentrisme di sini adalah ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain. Papalia & Olds, (2009) mengungkapkan salah satu bentuk cara berpikir egosentrisme yang dikenal dengan istilah personal fabel. Personal fabel adalah "suatu cerita yang kita katakan pada diri kita sendiri mengenai diri kita sendiri, tetapi cerita itu tidaklah benar". Kata fabel berarti cerita rekaan yang tidak berdasarkan fakta, biasanya dengan tokoh-tokoh hewan. Personal fabel biasanya berisi keyakinan bahwa diri seseorang adalah unik dan memiliki karakteristik khusus yang hebat, yang diyakini benar adanya tanpa menyadari sudut pandang orang lain dan fakta sebenarnya. Papalia dan Olds (2009) dengan mengutip Elkind menjelaskan personal fable sebagai berikut : Personal fable adalah keyakinan remaja bahwa diri mereka unik dan tidak terpengaruh oleh hukum alam.
Belief egosentrik ini mendorong perilaku merusak diri (self-destructive) oleh remaja yang berpikir bahwa diri mereka secara logis terlindung dari bahaya. Misalnya seorang remaja putri berpikir bahwa dirinya tidak mungkin hamil (karena perilaku seksual yang dilakukannya), atau seorang remaja pria berpikir bahwa ia tidak akan sampai meninggal dunia di jalan raya (saat mengendarai mobil), atau remaja yang mencoba-coba obat terlarang (drugs) berpikir bahwa ia tidak akan mengalami kecanduan. Remaja biasanya menganggap bahwa hal-hal itu hanya terjadi pada orang lain bukan pada dirinya.
3. Perkembangan kepribadian dan social
Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik, sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain (Papalia & Olds, 2009). Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Papalia & Olds, 2009).
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua (Papalia & Olds, 2009). Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman ( Papalia & Olds, 2009). Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya sangat besar. Pada diri remaja pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya.
Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya. Papalia & Olds (2009) mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus dan sebagainya.
II.1.4. Tahapan Remaja
Masa remaja merupakan masa yang sulit, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang pesat dalam ukuran dan bentuk, dan perbedaan antara laki-laki dan perempuan mulai terlihat, sehingga masa remaja sering disebut sebagai masa kritis (critical phasse) bagi kehidupan seseorang (WHO,1997). Terdapat banyak pendapat mengenai batasan usia remaja tetapi pada umumnya bervariasi antara 10 sampai 24 tahun. WHO membaginya dalam 3 kategori yaitu: remaja awal (early adolescence) usia antara 10 sampai 14 tahun, remaja madya (mid adolescence) usia antara 15 sampai 17 tahun dan remaja akhir (late adolescence) usia antara 18 sampai 21 tahun. Sedangkan BKKBN (2002) membagi remaja berdasarkan tahapan usia sebagai berikut :
1. Remaja sehat usia antara 11-13 tahun yang ditandai dengan adanya masa akil baligh atau pubertas.
2. Remaja sehat usia antara 14-18 tahun yang ditandai dengan dimulainya hubungan dengan lawan jenis atau pacaran.
3. Remaja sehat usia antara 19-21 yang ditandai dengan kematangan fisik, mental dan sosial.
Menurut Santrock (2003) membagi usia remaja menjadi empat tahapan, walaupun tanpa memberikan batas usia biologis untuk tiap tahapan. Tahapan tersebut adalah :
1. Masa Juvenil
Suatu tahap psikologis yang terletak diantara masa anak-anak dan masa pra remaja. Dalam masa ini perkembangan intelektual anak berlangsung sangat cepat, kemampuan memantau pikirannya sendiri berkembang dan mulai mempunyai perhatian terhadap lawan jenisnya.
2. Masa Pra Remaja
Masa ini relatif sangat singkat, jika masa juvenil ditandai dengan perluasan hubungan sosial. Maka pada masa ini anak secara pasti beranjak keluar dari lingkungan keluarga dan belajar mengenal berbagai manusia di dunia luar, tetapi belum sepenuhnya terlepas dari orang tuanya.
3. Masa Remaja Awal
Masa ini kebutuhan sosial seorang remaja adalah mengembangakan hubungan yang semakin mendalam. Keinginannya untuk mandiri makin kuat, dalam tahap ini remaja belum cukup matang untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Pada masa ini remaja sudah dapat mengalami orgasme, mulai merasakan perkembangan kebutuhan interpersonal, kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan birahi yang dicoba diintegrasikan dengan kebutuhan interpersonal lainnya yaitu kebutuhan akan rasa aman.
4. Masa Remaja Akhir
Tahap ini remaja telah mencapai kemampuan untuk mengembangkan cita-citanya sesuai dengan pengalaman dan pendidikannya. Pada masa ini remaja sudah mampu mengarahkan dorongan nafsu genitalnya menjadi hubungan interpersonal yang disesuaikan dengan budaya, kesempatan dan persahabatan dengan seseorang yang dianggap sesuai. Dikatakan bahwa dalam tahap ini seseorang remaja sudah berkembang menjadi seseorang remaja yang utuh.
II.1.5. Masalah Umum Pada Remaja
Penyesuaian remaja terhadap situasi baru dapat menimbulkan masalah akibat masa transisi dari anak-anak menuju kedewasaan yang berlangsung begitu cepat. Seiring dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja, berikut ini beberapa masalah yang dialami dalam kaitannya dengan penyesuaian diri terhadap lingkungannya (Santrock, 2002) :
1. Kesulitan dalam hubungannya dengan orang tua.
Merupakan masalah yang paling sering ditemui dan kerap manjadi inti yang mendasari munculnya masalah lain. Gejala kesulitan hubungan dengan orang tua biasanya disebabkan karena kesulitan komunikasi, yaitu kesulitan untuk saling mengerti.
2. Masalah keluarga
Anakanak dari keluarga broken home, merupakan anak-anak dengan kesulitan tersendiri. Keretakan hubungan keluarga akan menjadi masalah yang sulit bagi remaja karena mereka kehilangan orang yang menjadi panutan bagi dirinya. Kondisi ini dapat menimbulkan kompensasi tingkah laku sebagai cara remaja menyalurkan beban atau ketegangan emosinya.
3. Masalah dengan teman sebaya
Pengakuan dan penerimaan oleh teman-teman merupakan kebutuhan yang mutlak bagi remaja. Remaja-remaja yang terasing dari teman sebayanya akan mengalami kesepian, kesendirian dan rendah diri, termasuk dalam masalah pacar.
4. Kesulitan belajar dan mendapat pekerjaan
Kesulitan dalam bersaing dalam belajar dan pekerjaan bisa jadi menjadi pemicu remaja untuk bersaing secara tidak sehat.
5. Masalah penyalahgunaan obat
Remaja merasa dirinya harus lebih banyak menyesuaikan diri dengan norma-norma orang dewasa, bila memang ingin diidentifikasikan dengan kelompok sebaya dan tidak mau lagi dianggap anak-anak. Dalam kondisi yang demikian, rasa ingin tahu terhadap obat-obatan terus berkembang selama masa remaja, sehingga timbul kecendrungan untuk menganggap obat-obatan sebagai lambang yang penting bagi keanggotaan kelompok.
6. Masalah seksualitas
Masalah seksualitas di kalangan remaja timbul karena :
a. Kurang adanya pendidikan seks yang tepat sehingga remaja buta terhadap masalah seks
b. Banyaknya rangsangan pornografi baik berupa film, obrolan, gambar dan lain-lain.
II.1.6. Penanganan Prilaku Negatif Remaja
Menurut Santrock (2002) ada 5 ketentuan yang harus dipenuhi dalam menangani perilaku negatif remaja yaitu :
1. Kepercayaan
Remaja harus percaya kepada orang yang mau membantunya (orang tua, guru, psikolog, ulama dan sebagainya), harus yakin bahwa penolong ini tidak akan membohonginya dan kata-kata penolong ini memang benar adanya.
2. Kemurnian Hati
Remaja harus merasa bahwa penolong itu sungguh-sungguh mau membantunya tanpa syarat, karena itulah remaja lebih sering minta nasihat sama teman-temanya sendiri daripada orang tua mereka, walaupun teman-teman itu tidak bisa memberi nasihat atau mencarikan jalan keluar yang baik. Yang juga sering dijadikan sasaran untuk meminta bantuan adalah rubrik-rubrik konsultasi di berbagai majalah atau radio. Setidaknya remaja yakin bahwa pengasuh rubrik-rubrik semacam ini sungguh-sungguh mau membantu saja tanpa pamrih walaupun ia juga tahu bahwa jawaban mereka sering tidak tuntas karena terbatasnya ruang dan waktu dan informasi yang diberikan.
3. Kemampuan mengerti dan menghayati (emphaty) perasaan remaja
Dalam posisi yang berbeda antara anak dengan orang dewasa (perbedaan usia, perbedaan status, perbedaan cara berpikir dan sebagianya) sulit bagi orang dewasa khususnya orang tua untuk beremphaty pada remaja karena setiap orang (khususnya yang tidak terlatih) akan cenderung untuk melihat segala persoalan dari sudut pandangnya sendiri dan mendasarkan penilaian dan reaksinya pada pandangan sendiri.
4. Kejujuran
Remaja mengharapkan penolongnya menyampaikan informasi apa adanya termasuk hal-hal yang kurang menyenangkan. Apa yang salah dikatakan salah, apa yang benar dikatakan benar. Yang tidak biasa diterimanya adalah jika hal-hal yang dia salahkan, tetapi pada orang lain atau pada orangtuanya sendiri dianggap benar.
5. Mengutamakan persepsi remaja sendiri
Terlepas dari kenyataan atau pandangan orang lain, buat remaja pandangannya sendiri itulah yang merupakan kenyataan dan akan berekasi terhadap hal itu. Kemampuan untuk mengerti pandangan remaja berikut seluruh perasaan yang ada di balik pandangan remaja merupakan modal untuk membangun emphaty pada remaja
II.2 Depresi
II.2.1. Pengertian
Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan respon emosional yang berat dikenal melalui intensitas dan pengaruhnya terhadap fisik dan fungsi social seperti perasaan sedih dan berduka yang berlebihan dan bekepanjangan (Stuart dan Sundeen, 2005).
Depresi adalah suatu jenis gangguan alam perasaan atau emosi yang disertai komponen psikologik: rasa susah, murung, sedih putus asa, dan tidak bahagia serta komponen somatic: anoreksia, konstipasi, kulit lemban(rasa dingin), tekanan darah dan denyut nadi menurun. Depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif, mood) (Iyus Yosep, 2009)
Depresi merupakan gangguan alam perasaan yang berat dan dimanifestasikan dengan gangguan fungsi social dan fungsi fisik yang hebat, lama dan menetap pada individu yang bersangkutan. Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu yang pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan dalamnya depresi sesuai dengan faktor pencetusnya. Depresi merupakan gejala psikotik bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat menilai realitas dan tidak dapat lagi dimengerti oleh orang lain.
II.2.2. Rentang Respons Emosional (Depresi)
Menurut Stuart dan Sundeen (2006)
Skema 2.1
Rentang Respon Emosional (Depresi)
RESPONS ADAPTIF RESPONS MALADAPTIF
Responsive Reaksi Kehilangan Supresi Reaksi Kehilangan Depresi
Yang Wajar yang Memanjang
1. Responsif adalah Respon emosional individu yang terbuka dan sadar akan perasaannya. Pada rentang ini individu dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan internal
2. Reaksi kehilangan yang wajar merupakan posisi rentang yang normal dialami individu yang mengalami kehilangan misalnya bersedih, befokus pada diri sendiri, berhenti malakukan kegiatan sehari-hari. Reaksi kehilangan tersebut tidak berlangsung lama
3. Supresi merupakan tahap awal yang maladaptif, dimana individu menyangkal, menekan, atau menginternalisasi semua aspek perasaannya terhadap lingkungan
4. Reaksi berduka yang memanjang merupakan penyangkalan yang menetap dan memanjang tetapi tidak tampak reaksi emosional terhadap kehilangan. Reaksi berduka yang memanjang ini dapat terjadi beberapa tahun
5. Depresi adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan respon emosional yang berat dikenal melalui intensitas dan pengaruhnya terhadap fisik dan fungsi social seperti perasaan sedih dan berduka yang berlebihan dan bekepanjanga
II.2.3. Proses Terjadinya masalah
Skema 2.2
Proses Terjadinya Masalah pada Klien Depresi
Menurut Iyus Yosep (2009)
1. Adanya persepsi negative terhadap suatu masalah (seperti memandang dirinya tidak mampu apa-apa, lingkungan yang tidak mendukung, dan pengalaman yang semua ia terima adalah sumber masalah )
2. Mekanisme koping yang maladaptive
3. Sehingga terjadi akumulasi stress yang berkepanjangan
4. Terjadi depresi
5. Kemungkinan besar untuk menciderai diri.
II.2.4. Dampak depresi pada remaja
Menurut Fortinash (2003), Depresi dapat mengakibatkan dampak yang merugikan bagi si penderita seperti terganggunya fungsi sosial, fungsi pekerjaan, mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi, mengalami ketidak berdayaan yang dipelajari, bahkan hingga tindakan bunuh diri yang menyebabkan kematian. Remaja hanya mengurung diri di kamar, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya semangat hidup, hilangnya kreativitas, antusiasme dan optimisme. Dia tidak mau bicara dengan orang-orang, tidak berani berjumpa dengan orang-orang, berpikir yang negatif tentang diri sendiri dan tentang orang lain, hingga hidup terasa sangat berat dan melihat masalah lebih besar dari dirinya. Remaja jadi pesimis memandang hidupnya, seakan hilang harapan, tidak ada yang bisa memahami dirinya, dan sebagainya.
II.2.5. Ciri-ciri depresi
Stuart (2006), ciri-ciri umum dari depresi adalah:
1. Perubahan pada Kondisi Emosional
a.Perubahan pada mood (periode terus-menerus dari perasaan terpuruk, depresi, sedih atau muram)
b. Penuh air mata atau menangis
c. Meningkatnya iritabilitas (mudah tersinggung), kegelisahan, atau kehilangan kesabaran
d. Perubahan dalam Motivasi
1) Perasaan tidak termotivasi, atau memiliki kesulitan untuk memulai (kegiatan) di pagi hari atau bahkan sulit bangun dari tempat tidur
2) Menurunnya tingkat partisipasi sosial atau minat pada aktivitas sosial
3) Kehilangan kenikmatan atau minat dalam aktivitas menyenangkan
4) Menurunnya minat pada seks
5) Gagal untuk berespons pada pujian atau reward
e. Perubahan dalam Fungsi dan Perilaku Motorik
1) Bergerak atau berbicara dengan lebih perlahan daripada biasanya
2) Perubahan dalam kebiasaan tidur (tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit, bangun lebih awal dari biasanya dan merasa kesulitan untuk kembali tidur di pagi buta
3) Perubahan dalam selera makan (makan terlalu banyak atau terlalu sedikit)
4) Perubahan dalam berat badan (bertambah atau kehilangan berat badan)
5) Berfungsi secara kurang efektif daripada biasanya di tempat kerja atau di sekolah
f. Perubahan Kognitif
1) Kesulitan berkonsentransi atau berpikir jernih
2) Berpikir negatif mengenai diri sendiri dan masa depan
3) Perasaan bersalah atau menyesal mengenai kesalahan di masa lalu
4) Kurangnya self esteem atau merasa tidak adekuat
5) Berpikir akan kematian atau bunuh diri
II.2.6. Tanda dan Gejala Depresi
Menurut Stuart (2006) menyebutkan bahwa gejala-gejala depresi dapat dilihat dari segi fisik, psikis dan sosial.
1. Gejala Fisik
Gejala depresi yang kelihatan mempunyai rentangan dan variasi yang luas sesuai dengan berat ringannya depresi yang dialami. Namun secara fisik besar ada beberapa gejala fisik umum yang relatif mudah dideteksi. Gejala itu seperti:
a. Gangguan pola tidur. Misalnya, sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur
b. Menurunnya tingkat aktivitas. Pada umumnya, orang yang mengalami depresi menunjukkan perilaku yang pasif, menyukai kegiatan yang tidak melibatkan orang lain seperti menonton TV, makan, dan tidur.
c. Menurunnya efisiensi kerja. Orang yang terkena depresi akan sulit memfokuskan perhatian atau pikiran pada suatu hal, atau pekerjaan. Sehingga, mereka juga akan sulit memfokuskan energipada hal-hal prioritas. Kebanyakan yang dilakukan justru hal-hal yang tidak efisien dan tidak berguna, seperti misalnya ngemil, melamun, dan merokok terus-menerus
d. Menurunnya produktivitas kerja. Orang yang terkena depresi akan kehilangan sebagian atau seluruh motivasi kerjanya. Sebabnya, ia tidak lagi bisa menikmati dan merasakan kepuasan atas apa yang dilakukannya. Ia sudah kehilangan minat dan motivasi untuk melakukan kegiatannya seperti semula.
e. Mudah merasa letih dan sakit. Jelas saja, depresi itu sendiri adalah perasaan negatif. Jika seseorang menyimpan perasaan negatif, maka jelas akan membuat letih karena membebani pikiran dan perasaan, dan ia harus memikulnya di mana saja dan kapan saja, suka tidak suka.
2. Gejala Psikis
a. Kehilangan rasa percaya diri. Orang yang mengalami depresi cenderung memandang segala sesuatu dari sisi negatif, termasuk menilai diri sendiri.
b. Sensitif. Orang yang mengalami depresi senang sekali mengaitkan segala sesuatu dengan dirinya. Perasaannya sensitif sekali, sehingga sering peristiwa yang netral jadi dipandang dari sudut pandang yang berbeda oleh mereka, bahkan disalah artikan. Akibatnya mereka mudah tersinggung, mudah marah, perasa, curiga akan maksud orang lain, mudah sedih, murung dan suka menyendiri.
c. Merasa diri tidak berguna. Perasaan tidak berguna ini muncul karena mereka merasa menjadi orang yang gagal terutama di bidang atau lingkungan yang seharusnya mereka sukai.
d. Perasaan bersalah. Perasaan bersalah terkadang timbul dalam pemikiran orang yang mengalami depresi. Mereka memandang suatu kejadian yang menimpa dirinya sebagai suatu hukuman atau akibat dari kegagalan mereka melaksanakan tanggung jawab yang seharusnya dikerjakan.
e. Perasaan terbebani. Banyak orang yang menyalahkan orang lain atas kesusahan yang dialaminya. Mereka merasa tebeban berat karena merasa terlalu dibebani tanggung jawab yang berat.
3. Gejala Sosial
Depresi yang berawal adalah masalah diri sendiri pada akhirnya mempengaruhi lingkungan dan pekerjaan (atau aktivitas rutin lainnya). Lingkungan tentu akan bereaksi terhadap perilaku orang yang depresi tersebut yang pada umumnya negatif (mudah marah, tersinggung, menyendiri, sensitif, mudah letih, mudah sakit). Problem sosial yang terjadi biasanya berkisar pada masalah interaksi dengan rekan kerja, atasan atau bawahan. Masalah ini tidak hanya berbentuk konflik, namun masalah lainnya juga seperti perasaan minder, malu, cemas jika berada di antara kelompok dan merasa tidak nyaman untuk berkomunikasi secara normal. Mereka merasa tidak mampu untuk bersikap terbuka dan secara aktif menjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun ada kesempatan.
Secara umum orang mengalami depresi karena salah satu kejadian atau situasi sebagai berikut:
a. Kehilangan orang yang dicintai
b.Peristiwa traumatis atau stressfull, misalnya mengalami kekerasan, deprifasi sosial yang kronik atau penolakan sosial
c. Penyakit fisik yang kronis
d. Obat-obatan atau narkoba
e. Adanya penyakit mental lain
f. Seseorang yang mempunyai orang tua atau saudara kandung yang mengalami depresi akan mengalami peningkatan resiko mengalami depresi juga.
Terdapat tiga sindroma depresif utama pada remaja, yaitu:
a.Sindroma pasrah dengan kesedihan, over-adaptasi, malu, menyendiri, gigit kuku dan agresivitas massif.
b. Sindroma yang ditandai dengan hambatan dan penurunan gairah dengan retardasi psikomotor, apatis, bimbang, pendiam dan pasif.
c. Sindroma cemas dengan auto dan hetero agresivitas, rasa tidak aman, ketagihan obat, sedih, kecenderungan bunuh diri.
II.2.7. klasifikasi Depresi
Menurut PPDGJ klasifikasi depresi adalah sebagai berikut:
1. Episode depresi ringan
a. Minimal harus ada dua dari tiga gejala utama depresi
b. Ditambah sekurang- kurangnya dua gejala sampingan (yang tidak boleh ada gejala berat diantaranya)
c. Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
d. Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya.
2. Episode depresi sedang
a. Minimal harus ada dua dari 3 gejala utama
b. Ditambah sekurang- kurangnya 3 (dan sebaiknya empat) dari gejala lainnya
c. Seluruh episode berlangsung minimal 2 minggu
d. Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga.
e. Tanpa gejala somatik atau dengan gejala somatik.
3. Episode depresi berat tanpa gejala psikotik
a. Gemua gejala utama harus ada
b. Ditambah minimal 4 dari gejala lainnya dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat
c. Episode depresi terjadi minimal 2 minggu, namun dibenarkan dalam kurung waktu yang lebih singkat apabila gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
d. Sangat tidak mungkin pasien untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, atau urusan rumah tangga kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
4. Episode depresi berat dengan gejala psikotik
a. Memenuhi seluruh kriteria episode depresi berat tanpa gejala psikotik
b. Disertai waham, halusinasi, atau stupor depresi
II.2.8. Faktor Resiko Depresi
Depresi secara khusus terjadi pada akhir usia 20an akan tetapi sebenarnya dapat terjadi pada semua usia. Meskipun penyebab tepat depresi tidak diketahui, ilmuan telah mengidentifikasi faktor tertentu yang meningkatkan risiko berkembangnya atau memicu munculnya depresi, yaitu:
1. Memiliki hubungan biologis dengan orang yang memiliki depresi
2. Wanita
3. Memiliki kejadian traumatis saat anak-anak
4. Memiliki hubungan biologis dengan catatan pecandu alkohol
5. Memiliki anggota keluarga yang mengalami kejatuhan
6. Memiliki pengalaman kejadian hidup yang memberikan tekanan, seperti kematian orang yang dicintai
7. Memiliki banyak teman atau hubungan personal
8. Memiliki suasana hati depresi ketika kecil
9. Memiliki penyakit serius, seperti kanker, serangan jantung, Alzheimer atau HIV/AIDS
10. Memiliki sifat tertentu, seperti rendahnya kepercayaan diri dan ketergantungan yang berlebih, mengkritik diri sendiri atau pesimistis
11. Penyalahguanan alkohol, nikotin atau obat-obatan terlarang
12. Mengambil pengobatan medis atas tekanan darah tinggi yang dimiliki, meminum obat tidur atau pengobatan medis tertentu lainnya (bicara pada dokter anda sebelum berhenti menjalani pengobatan medis tertentu yang anda pikir mengakibatkan berubahnya suasana hati anda)
II.3. Faktor-faktor yang Menyebabkan Resiko Depresi pada Remaja
Menurut Stuart dan Sundeen (2006), depresi dapat disebabkan oleh faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Adapun faktor predisposisi yaitu:
II.3.1.Teori Genetik
Anak-anak yang memiliki orangtua depresi maka akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami depresi pada usia remaja. Dengan demikian, faktor gentik akan meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami depresi.
II.3.2.Pengalaman masa anak-anak
Jika seorang anak mengalami perlakuan yang tidak adil dari orangtuanya, hidup dalam keluarga yang tidak harmonis maka akan menyebabkan goncangan emosi yang memicu respon fisiologis dan psikologis yang mengakibatkan depresi.
II.3.3.Faktor Kehilangan
Berhubungan dengan faktor perkembangan, misalnya kehilanganorang tua pada masa anak, perpisahan yang bersifat traumatis dengan orang yang sangat dicintai. Individu tidak berdaya mengatasi kehilangan.
II.3.4.Faktor Kepribadian
Teori kepribadian mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan seseorang mengalami depresi atau mania. Tipe kepribadian yang diingkat adalah:
1. SanguinisDitandai dengan sifat hangat, lincah, bersemangat, meluap-luap, dan pribadi yang menyenangkan. Pengaruh/kejadian luar akan gampang masuk ke pikiran dan perasaan yang meledak-ledak. Orang sanguinis sangat ramah kepada orang lain, sehingga dia biasanya dianggap seorang yang sangat eksrovert.
Kekuatan : Mempunyai kepribadian yang menarik, suka berbicara, rasa humor yang hebat dan antusias, periang, ekspresif dan penuh semangat. Sebagai seorang teman, orang sanguinis mudah berteman, suka dipuji, bukan pendendam, cepat minta maaf dan suka menjadi sukarelawan.
Kelemahan: Mereka tidak benar-benar menerima diri secara serius, suka bicara banyak, mementingkan diri sendiri, pelupa, tanpa kesalahan ( tidak benar-benar percaya bahwa mereka mempunyai kesalahan besar). tidak tertib dan tampak tidak dewasa.
2. KolerisCholeris adalah tipe yang tampil hangat, serba cepat, aktif, pasif, berkemauan keras, dan sangat independen. Dia cenderung tegas dan berpendirian keras, dengan gampang dapat membuat keputusan bagi dirinya dan bagi orang lain. dia tidak butuh digerakan dari luar, malah mempengaruhi lingkungannya dengan gagasan-gagasannya, rencana, tujuan,dan ambisinya yang tak pernah surut.
Kekuatan :Berbakat memimpin , dinamis dan aktif, sangat memerlukan perubahan, tidak emosional dan tidak mudah patah semangat, bebas dan mandiri. Sebagai teman, tipe ini tidak terlalu memerlukan teman, mau bekerja untuk kegiatan, mau memimpin dan unggul dalam keadaan darurat.
Kelemahan : Tuan tanpa salah (orang lain yang salah), benar-benar pekerja keras, tidak tahu cara bagaimana menangani orang lain.
3. Melankolis
Melankolis adalah orang yang suka berkorban, analisis, betipe perfektionis dengan sifat emosi yang sangat sensitif. Makanya dia tipe yang paling "kaya" di antara semua temperamen. Tidak seorang pun yang dapat menikmati keindahan karya seni melebihi seorang melankolis. apabila sedang bergembira maka sifatnya lebih ekstrovet. namun, apabila sedang murung, maka ia bisa menjadi seorang yang begitu antagonis.
Kekuatan :Me