defisiensi vit k
-
Upload
reizkhi-fitriyana -
Category
Documents
-
view
86 -
download
4
Transcript of defisiensi vit k
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Vitamin K Vitamin yang tergolong ke dalam kelompok vitamin K adalah
naftokuinon tersubsitusi – poliisoprenoid. Menadion ( K3 ), yaitu senyawa
induk seri vitamin K, tidak ditemukan dalam bentuk alami tetapi jika
diberikan, secara in vivo senyawa ini akan mengalami alkilasi menjadi
salah satu menakuinon ( K2 ). Filokuinon ( K1 ) merupakan bentuk utama
vitamin K yang ada dalam tanaman. Menakuinon – 7 merupakan salah
satu dari rangkaian bentuk tak jenuh polirenoid dari vitamin K yang
ditemukan dalam jaringan binatang dan disintesis oleh bakteri dalam
intestinum.1
Ada dua jenis vitamin K alamiah yaitu berasal dari tanaman yang
larut lemak dan dari flora intestinal yang larut air. Asupan utama vitamin
K pada bayi bersumber dari susu, hanya sebagian kecil yang berasal dari
usus si bayi. Khusus bayi yang baru lahir, vitamin K juga bisa bersumber
dari ibundanya saat persalinan. Namun, vitamin K dari ibu bisa tidak
sampai bila terjadi gangguan plasenta. Selain itu, fungsi hati, tempat
metabolisme vitamin K, juga belum matang menambah risiko kekurangan
vitamin K.2.
Secara alamiah ada 2 bentuk vitamin K: Vitamin K1
(phytonadione) berasal dari diet sayuran berwarna hijau dan K2
(menaquinone) yang berasal dari sintesis flora normal usus. Vitamin K1
dan K2 bersifat larut dalam lemak. Vitamin K3 (menadione) yang
dikonversikan menjadi menaquinone dalam hati merupakan bentuk
sintesis dari vitamin K yang bersifat larut dalam air, tetapi sudah tidak
dipakai karena menyebakan anemia hemolitik dan ikterus.
Vitamin k-2 merupakan kumpulan senyawa yang dinamakan
manaquion yang melindungi dari gangguan mineralisasi tulang,
osteoporosis, dan sumbatan kardiovaskuler. Vitamin K-2 mengatur
5
pembentukan dan aliran kalsium pada struktur tulang tubuh. hal itu
mencegah pengerasan dan kalsifikasi pada arteri dan membantu mencegah
terjadinya gagal jantung. vitamin ini diproduksi oleh bakteri yang
bermanifestasi di dalam intestine3.
Penyerapan vitamin K memerlukan penyerapan lemak yang
normal. Malabsorbsi lemak merupakan penyebab paling sering timbulnya
defisiensi vitamin K. derivat vitamin K dalam bentuk alami hanya diserap
bila ada garam-garam empedu, seperti lipid lainnya, dan didistribusikan
dalam aliran darah lewat system limfatik dalam kilomikron. Menadion,
yang larut dalam air , diserap bahkan dalam keadaan tanpa adanya garam-
garam empedu, dengan melintas langsung ke dalam vena porta hati 3.
Vitamin K terlibat dalam pemeliharaan kadar normal factor
pembekuan darah II, VII, IX dan X, yang semuanya disintesis di dalam
hati mula-mula sebagai precursor inaktif 3.
Molekul-molekul factor II, VII, IX, dan X disintesis dalam sel hati
dan disimpan dalam bentuk precursor tidak aktif. Molekulyang dikenal
sebagai descarboxy protein ini disebut PIVKA (protein induce by by
vitamin K absence). Vitamin K dibutuhkan untuk konversi precursor tidak
aktif menjadi factor pembekuan yang aktif. Proses konversi ini terjadi
pada tahap post ribosomal, dimana radikal karboksil dengan vitamin K
sebagai katalis akan menempel residu asam glutamate dari precursor
molekul untuk membentuk carboxyglutamic acid yang mampu mengikat
Ca2+. Factor pembekuan II, VII, IX, dan Xyang memiliki memiliki
kemampuan mengikat Ca2+ memegang peranan dalam mekanisme
hemostasis fase plasma.4
Vitamin K bekerja sebagai kofaktor enzim karboksilase yang
membentuk residu γ – karboksiglutamat dalam protein precursor. Reaksi
karboksilase yang tergantung vitamin K terjadi dalam retikulum
endoplasmic .Di dalam siklus ini, produk 2,3 epoksida dari reaksi
karboksilase diubah oleh enzim 2,3 epoksida reduktase menjadi bentuk
kuinon vitamin K dengan menggunakan zat pereduksi ditiol yang masih
6
belum teridentifikasi. Reduksi selanjutnya bentuk kuinon menjadi
hidrokuinon oleh NADH melengkapi siklus vitamin K untuk
menghasilkan kembali bentuk aktif vitamin tersebut.8
2.2. Proses Pembekuan darah normal (Hemostasis)
Gambar 2.1. Mekanisme pembekuan darah
Trombin adalah protein yang membantu proses pembekuan berupa
enzim pembekuan darah. Enzim ini hanya dihasilkan di tempat yang
terluka yang terbentuk karena reaksi kimia antara protein Protrombin ,
7
enzim trombokinase dan vit K serta Ca . Jumlahnya tidak boleh melebihi
atau pun kurang dari yang diperlukan. Proses ini terjadi melalui
pengawasan yang begitu ketat sehingga trombin hanya terbentuk saat
benar-benar ada luka sesungguhnya pada jaringan. Segera setelah enzim
trombin mencapai jumlah yang memadai di dalam tubuh, fibrinogen yang
ada di plasma darah berupa protein-protein membentuk juluran benang
disebut Fibrin. Dalam waktu singkat, sekumpulan serat membentuk jaring,
yang terbentuk di tempat keluarnya darah. Ketika luka telah sembuh sama
sekali, gumpalan tersebut akan hilang.
Apabila terjadi luka dan darah keluar, trombosit akan bersentuhan
dengan permukaan luka yang kasar, akan pecah dan mengeluarkan
tromboplastin/trombokinase. Trombokinase bersama-sama ion Ca++ akan
mengubah protrombin menjadi trombin. Protombin adalah senyawa
globulin yang larut dalam plasma darah. Protrombin dibuat di dalam hati
dengan bantuan vit k
Trombin akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin yang akan
menghalangi keluarnya sel-sel darah hingga terjadi pembekuan darah
dalam waktu ± 5 menit.
2.2. Struktur kimia dan Klasifikasi Vitamin K
Struktur kimia vitamin K terdapat dalam tiga bentuk berbeda
(Gambar 1.), pertama adalah vitamin K1 atau filoquinon, yaitu jenis yang
ditemukan dan dihasilkan tumbuh-tumbuhan dan daun hijau. Kedua,
adalah K2 atau disebut juga dengan menaquinon, yang dihasilan oleh
jaringan hewan dan bakteri menguntungkan dalam sistem pencernaan. Dan
yang ketiga adalah K3 atau menadion, yang merupakan vitamin sintetik,
bersifat larut dalam air, digunakan untuk penderita yang mengalami
gangguan penyerapan vitamin K dari makanan.
8
Tabel 2.1 Vitamin K1
Tabel 2.2. Vitamin K2
Tabel 2.3. Vitamin K3
2.3. Sifat-sifat Kimia vitamin K
Vitamin K yang terdapat di alam larut dalam lemak, namun
beberapa preparat sintis larut dalam air. 2-Metil-1,4-nafrakuinon, yang
disebut juga menadion, adalakah suatu produk sintetis vitamin K, yang
bersifat lebih aktif dibanding vitamin K1.
2.4. Manfaat/fungsi Vitamin K
Fungsi vitamin K antara lai 91) memelihara kadar normal faktor-
faktor pembeku darah, yaitu faktor II, VII, IX, dan X, yang disintesis di
hati; (2) berperan dalam sintesis faktor II, yaitu protrombin; (3) sebagai
komponen koenzim dalam proses fosforilasi.
Fungsi vitamin K yang pertamakali diketahui adalah
keterlibatannya dalam proses pembekuan darah. Baru pada tahun 1970-an,
fungsi-fungsi lainnya diketahui secara lebih jelas. Vitamin K ternyata
merupakan kofaktor dari enzim karboksilase yang mengubah residu
protein berupa asam glutamat menjadi gamakarboksiglutamat. Protein-
9
protein ini disebut protein-tergantung vitamin K atau gla-protein. Enzim
karboksilase yang menggunakan vitamin K sebagai kofaktor terdapat di
dalam membran hati, tulang, dan sedikit di lain jaringan.
Gla-protein dengan mudah dapat mengikat ion kalsium.
Kemampuan inilah yang merupakan aktivitas biologis vitamin K. Pada
proses pembekuan darah, gamakarboksilasis terjadi di dalam hati pada
residu asam glutamat dan faktor pembeku darah, seperti protrombin.
Kemampuan gla-protein untuk mengikat kalsium merupakan langkah
sangat penting dalam proses pembekuan darah.
Gla-protein lain yang mampu mengikat ion kalsium terdapat di
dalam jaringan tulang dan gigi sebagai osteokalsin dan gla-protein matriks.
Kedua jenis gla-protein ini mengikat hidroksipatit yang diperlukan dalam
proses pembentukan tulang. Tanpa vitamin K, tulang memproduksi protein
yang tidak sempurna, sehingga tidak dapat mengikat mineral yang
diperlukan dalam pembentukan tulang. Gla-protein ditemukan di dalam
berbagai jaringan tubuh. Gla-protein di dalam otak diduga berperan dalam
metabolisme sulfatida yang diperlukan untuk pengembangan otak.
Vitamin K penting untuk pembentukan faktor-faktor pembekuan
darah, yaitu: prothrombin (faktor II); proconvertin (faktor VII), komponen
thromboplastin plasma (PTC, faktor IX) dan Stuart-Prower Factor (Faktor
X).
Vitamin K berperan dalam proses metabolisme tulang, yaitu
menurunkan kadar undercarboxylated osteocalcin yang berkorelasi positif
dengan risiko rawan patah tulang pada penderita osteoporosis. Vitamin K
berhubungan dengan kerapatan massa tulang (bone density). Hal itu
tampak pada pasien yang sering mengalami cedera seperti patah tulang
pinggul atau paha (menunjukkan massa tulang tidak rapat, banyak poros),
yang ternyata kadar vitamin K dalam darahnya lebih rendah.
Vitamin ini merupakan kebutuhan vital untuk sintesis beberapa
protein termasuk dalam pembekuan darah. Disebut juga vitamin
koagulasi, vitamin ini bertugas menjaga konsitensi aliran darah dan
membekukannya saat diperlukan. Vitamin yang larut dalam lemak ini juga
10
berperan penting dalam pembentukan tulang dan pemeliharaan ginjal.
Selain berperan dalam pembekuan, vitamin ini juga penting untuk
pembentukan tulang terutama jenis K1. Vitamin K1 diperlukan supaya
penyerapan kalsium bagi tulang menjadi maksimal (Winarno 1986).
Vitamin K diperlukan untuk proses karboksilasi-gama pada residu
glutamate untuk membentuk tiga protein kunci yang terdapat dalam tulang,
termasuk osteokalsin, yang memiliki aktifitas tinggi dalam mengikat
kalsium. Telah dilaporkan bahwa pada orang usia lanjut status vitamin K
berbanding terbalik dengan resiko fraktur.
Vitamin K merupakan kofaktor enzim karboksilase yang
mengubah residu protein berupa asam glutamate (glu) menjadi gama-
karboksiglutamat (gla). Protein-protein ini dinamakan protein-tergantung
vitamin K atau gla-protein. Enzim karboksilase yang menggunakan
vitamin K sebagai kofaktor didapat di dalam membran hati dan tulang dan
sedikit di lain jaringan. Gla-protein dengan mudah dapat mengikat ion
kalsium. Kemampuan inilah yang merupakan aktivitas biologik vitamin K.
Vitamin K sangat penting bagi pembentukan protombin. Kadar protombin
yang tinggi didalam darah merupakan indikasi baiknya daya
penggumpalan darah. Pada proses pembekuan darah, gama-karboksilasis
terjadi di dalam hati pada residu asam glutamate yang terdapat pada
berbagai faktor pembekuan darah, seperti factor II (Protrombin), VII, VIII,
IX, dan X (Almatsier 2006).
Kemampuan gla-protein untuk mengikat kalsium merupakan
langkah essensial dalam pembekuan darah. Gla protein lain yang mampu
mengikat ion kalsium terdapat di dalam jaringan tulang dan gigi sebagai
osteokalsin dan gla-protein matriks. Kedua jenis gla-protein ini mengikat
hidroksiapatit yang diperlukan dalam pembentukan tulang. Tanpa vitamin
K, tulang memproduksi protein yang tidak sempurna, sehingga tidak dapat
mengikat mineral-mineral yang diperlukan dalam pembentukan tulang.
Gla protein juga ditemukan pada jaringan tubuh lain seperti ginjal,
pankreas, limpa, paru-paru, dan endapan aterosklerotik namun fungsinya
11
belum diketahui dengan pasti. Gla protein di dalam otak diduga berperan
dalam metabolisme sulfatida yang diperlukan untuk perkembangan otak.
2.5. Sumber Vitamin K
Untuk memenuhi kebutuhan vitamin K terbilang cukup mudah
karena selain jumlahnya terbilang kecil, sistem pencernaan manusia
sudah mengandung bakteri yang mampu mensintesis vitamin K, yang
sebagian diserap dan disimpan di dalam hati. Namun begitu, tubuh masih
perlu mendapat tambahan vitamin K dari makanan.
Meskipun kebanyakan sumber vitamin K di dalam tubuh adalah
hasil sintesis oleh bakteri di dalam sistem pencernaan, namun Vitamin K
juga terkandung dalam makanan, seperti hati, sayur-sayuran berwarna
hijau yang berdaun banyak dan sayuran sejenis kobis (kol) dan susu.
Vitamin K dalam konsentrasi tinggi juga ditemukan pada susu kedele, teh
hijau, susu sapi, serta daging sapi dan hati. Jenis-jenis makanan probiotik,
seperti yoghurt yang mengandung bakteri sehat aktif, bisa membantu
menstimulasi produksi vitamin ini.
2.6. Metabolisme Vitamin K
Sebagaimana vitamin yang larut lemak lainnya, penyerapan
vitamin K dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan
lemak, antara lain cukup tidaknya sekresi empedu dan pankreas yang
diperlukan untuk penyerapan vitamin K. Hanya sekitar 40 -70% vitamin K
dalam makanan dapat diserap oleh usus. Setelah diabsorbsi, vitamin K
digabungkan dengan kilomikron, diangkut melalui saluran limfatik,
kemudian melalui saluran darah ditranportasi ke hati. Sekitar 90% vitamin
K yang sampai di hati disimpan dalam bentuk menaquinone. Dari hati,
vitamin K disebarkan ke seluruh jaringan tubuh yang memerlukan melalui
darah. Saat di darah, vitamin K bergabung dengan VLDL dalam plasma
darah.
12
Setelah disirkulasikan berkali-kali, vitamin K dimetabolisme
menjadi komponen larut air dan produk asam empedu terkonjugasi.
Selanjutnya, vitamin K diekskresikan melalui urin dan feses. Sekitar 20%
dari vitamin K diewkskresikan melalui feses. Pada gangguan penyerapan
lemak, ekskresi vitamin K bisa mencapai 70 -80 %.
2.7. Defisiensi Vit K
Jika vitamin K tidak terdapat dalam tubuh, darah tidak dapat
membeku. Hal ini dapat meyebabkan pendarahan atau hemoragik.
Bagaimanapun, kekurangan vitamin K jarang terjadi karena hampir semua
orang memperolehnya dari bakteri dalam usus dan dari makanan. Namun
kekurangan bisa terjadi pada bayi karena sistem pencernaan mereka masih
steril dan tidak mengandung bakteri yang dapat mensintesis vitamin K,
sedangkan air susu ibu mengandung hanya sejumlah kecil vitamin K.
Untuk itu bayi diberi sejumlah vitamin K saat lahir.
Pada orang dewasa, kekurangan dapat terjadi karena minimnya
konsumsi sayuran atau mengonsumsi antobiotik terlalu lama. Antibiotik
dapat membunuh bakteri menguntungkan dalam usus yang memproduksi
vitamin K. Terkadang kekurangan vitamin K disebabkan oleh penyakit
liver atau masalah pencernaan dan kurangnya garam empedu.
Diagnosa adanya defisiensi vitamin K adalah timbulnya gejala-gejala,
antara lain hipoprotrombinemia, yaitu suatu keadaan adanya defisiensi
protrombin dalam darah. Selain itu, terlihat pula perdarahan subkutan dan
intramuskuler.
Perdarahan akibat defisiensi vitamin K didefinisikan sebagai
perdarahan spontan atau akibat trauma pada bayi yang berhubungan
dengan defisiensi vitamin K dan menurunnya aktivitas faktor pembekuan
II, VII, IX, X dengan fibrinogen dan trombosit normal 3.
Bayi baru lahir mengalami defisiensi faktor pembekuan yang
tergantung vitamin K (vitamin K-dependent coagulation factor),
konsentrasi faktor pembekuan ini rendah dalam plasma beberapa hari
setelah lahir dan mencapai titik terndah pada hari ketiga. hal ini
13
disebabkan karena bayi baru lahir mengalami defesiensi vitamin K yang
disebabkan karena rendahnya cadangan vitamin k pada saat lahir,
rendahnya kadar vitamin k pada ASI, prematuritas, bayi yang lahir dari ibu
yang mendapat pengobatan luminal, hidantoin, salisilat, kumarin,
rifampisin, dan isoniazid. faktor lain adalah terlambatnya kolonisasi
bakteri usus disebabkan oleh terlambatnya pemberian diet, ASI eksklusif,
diare hebat, pemberian antibiotik dalam jangka yang lama.8
Vitamin K sangat sedikit yang dapat melewati sawar plasenta
dimana kadar pada plasma ibu 1-2 mikrogram/l sedangkan kadar pada tali
pusat kurang dari 0,05 mikrogram/l. kadar vitamin K pada ASI 1,5-2,1
mikrogram/l, kolostrum 2,3 mikrogram/l sedangkan pada susu formula 6
mikrogram/l. Kombinasi berbagai keadaan ini menimbulkan gangguan
hemostasis pada bayi baru lahir yang memnyebabkan perdarahan pada
bayi akibat defisiensi vitamin K.1
Defisiensi vitamin K dapat terjadi oleh malabsorbsi lemak yang
mungkin menyertai disfungsi pancreas, penyakit biliaris, atrofi mukosa
intestinal atau penyebab steatore lainnya. Di samping itu, sterilisasi usus
besar oleh antibiotik juga dapat mengakibatkan defisiensi vitamin K 3.
Defisiensi atau kekurangan vitamin K dapat menyebabkan
terjadinya penyakit hemoragik pada bayi baru lahir.Hal ini disebabkan
karena plasenta tidak meneruskan vitamin K secara efisien. Vitamin K
tersebar luas dalam jaringan tanaman dan hewan yang digunakan sebagai
bahan makanan dan produksi vitamin K oleh mikroflora intestinal pada
hakekatnya menjamin tidak terjadinya defisiensi vitamin K 3.
2.8. Etiologi Defisiensi Vit K
KekuranganVitamin K tidak hanya penyebabnya adalah
kekurangan intake vitamin K, tetapi juga yang perlu diperhatikan adalah
penyakit cystic fibrosis. Kekurangaan Vitamin K juga bisa ditemui pada
o Plasenta tidak mengantarkan lemak dan vitamin K dengan baik
14
o Fungsi hati dari bayi baru lahir masih belum matang untuk
menghasilkan faktor-faktor pembekuan darah yang cukup (faktor
pembekuan adalah protein dalam darah yang memudahkan
pembekuan dan memerlukan vitamin K)
o Usus tidak memiliki bakteri yang menghasilkan vitamin K selama
hari-hari pertama bayi
o ASI hanya sedikit mengandung vitamin K. Suatu suntikan vitamin
K seharusnya diberikan pada bayi baru lahir untuk melindungi bayi
dari penyakit ini.
Bayi yang mendapatkan ASI, yang belum mendapatkan suntikan
vitamin K pada saat lahir, sangat rentan terhadap kekurangan
vitamin K.
2.9. Epidemiologi Defisiensi Vit K
Angka kejadian VKDB berkisar antara 1:200 sampai 1:400
kelahiran bayi yang tidak mendapat vitamin K profilaksis. Di Indonesia,
data mengenai VKDB secara nasional belum tersedia. Hingga tahun 2004
didapatkan 21 kasus di RSCM Jakarta, 6 kasus di RS Dr. Sardjito
Yogyakarta dan 8 kasus di RSU Dr. Soetomo Surabaya.
2.10. Pathofisologi Defisiensi Vit K
Vitamin K diperlukan untuk sintesis prokoagulan faktor II, VII, IX
dan X (kompleks protrombin) serta protein C dan S yang berperan sebagai
antikoagulan (menghambat proses pembekuan). Selain itu Vitamin K
diperlukan untuk konversi faktor pembekuan tidak aktif menjadi aktif.
Ada 3 Kelompok :
- VKDB dini
- VKDB klasik
- VKDB lambat atau acquired prothrombin complex
deficiency (APCD) Secondary prothrombin
complex (PC) deficiency
15
2.11. Gejala Klinis
VKDB dini VKDB klasik VKDB lambat
(APCD)
Secondary PC deficiency
Umur < 24 jam 1-7 hari (terbanyak 3-5 hari)
2 minggu-6 bulan (terutama 2-8 minggu)
Segala usia
Penyebab &
Faktor resiko
Obat yang diminum selama kehamilan
- Pemberian makanan terlambat
- Intake Vit K inadekuat
- Kadar vit K rendah pada ASI
- Tidak dapat profilaksis vit K
- Intake Vit K inadekuat
- Kadar vit K rendah pada ASI
- Tidak dapat profilaksis vit K
- obstruksi bilier
-penyakit hati
-malabsorbsi
-intake kurang (nutrisi parenteral)
Frekuensi < 5% pada kelompok resiko tinggi
0,01-1%
(tergantung pola makan bayi)
4-10 per 100.000 kelahiran (terutama di Asia Tenggara)
Lokasi perdarahan
Sefalhematom, umbilikus, intrakranial, intraabdominal, GIT, intratorakal
GIT, umbilikus, hidung, tempat suntikan, bekas sirkumsisi, intrakranial
Intrakranial (30-60%), kulit, hidung, GIT, tempat suntikan, umbilikus, UGT, intratorakal
Pencegahan
-penghentian / penggantian obat penyebab
-Vit K profilaksis (oral / im)
- asupan vit K yang adekuat
Vit K profilaksis (im)
- asupan vit K yang adekuat
2.11. Pemeriksaan Penunjang
- Waktu pembekuan memanjang
- PPT (Plasma Prothrombin Time) memanjang
- Partial Thromboplastin Time (PTT) memanjang
- Thrombin Time normal
16
- USG, CT Scan atau MRI untuk melihat lokasi perdarahan
2.12. Diagnosis Banding
Defisiensi Vit K sehingga terjadi perdarahan dibedakan dengan
gangguan hemostasis lain misalnya gangguan fungsi hati.
2.13. Penegakan Diagnosis
Anamnesis
onset perdarahan
lokasi perdarahan
pola pemberian makanan
riwayat pemberian obat-obatan pada ibu selama kehamilan
Pemeriksaan fisik
Adanya perdarahan di saluran cerna, umbili
kus, hidung, bekas sirkumsisi dan lain sebagainya
2.14. Tatalaksana
Bayi dengan perdarahan defisiensi vitamin K segera diberikan
vitamin K1 secara subkutan atau intravena dengan dosis 0,5-1 mg, untuk
kasus yang berat dapat diberikan 2 mg sebanyak 2-3 dosis dengan interval
4-8 jam. respons yang cepat terjadi dalam 4-6 jam dengan berhentinya
perdarahan dan membaiknya masa protrombin. pemberian secara
intramuskular tidak dianjurkan karena menyebabkan hematom yang besar
pada tempat suntikan. pemberian intravena harus hati-hati dengan
kecepatan kurang dari 1 mg/menit karena dapat menyebabkab terjadinya
reaksi anafilaksis 1
Selain pemberian vitamin K, bayi yang mengalami perdarahan luas
juga harus mendapatkan FFP 10-15ml/kg bb. pada perdarahan yang
menyebabkan Hb turun di bawah 12 mg/dl diberikan PRC. jika terjadi
perdarahan yang mengancam seperti perdarahn intrakranial untuk
memperbaiki hemostasis secara cepat adalah dengan memberikan
17
prothrombin complex-concentrates. tujuan penatalaksanaan lebih
ditujukan pada pencegahan daripada pengobatan 1.
Di Indonesia rekomendasi pemberian vitamin K profilaksis
diajukan Depkes pada tahun 2003. Rekomendasi yang diajukan sebagai
berikut:
1. Semua bayi baru lahir harus mendapat provilaksis vitamin K1
2. Dosis yang diberikan 1mg dosis tunggal IM atau oral 3 kali masing-
masing 2 mg pada waktu lahir, 3-7 hari, dan saat bayi berumur 1-2
bulan.
3. Untuk bayi yang lahir ditolng dukun wajib pemberian vitamin K1
secara oral
4. Ibu Hamil yang mendapat pengobatan antikonvulsan harus mendapat
vitamin K 5mg sehari selama trimester ketiga atau 24 jam sebelum
melahirkan diberikan vitamin K 10 mg/IM, kepada bayinya
diberikan K 1mg IM dan diulang 24 jam kemudian (Depkes, 2003)
2.15. Prognosis
Dubia ad vitam : Bonam
Dubia ad Fungtionam : Bonam
18
BAB III
KESIMPULAN
Sistem hemostasis pada bayi tidak sama dengan anak dan dewasa.
hal ini karena secara fisiologis sistem hemostasis pada bayi beum matur.
Perdarahan perdarahan akibat defisiensi vitamin K adalah perdarahan
spontan atau akibat trauma pada bayi yang berhubungan dengan defisiensi
vitamin K dan menurunnya aktivitas faktor pembekuan II, VII, IX, X
dengan fibrinogen dan trombosit normal.
Defesiensi vitamin K yang disebabkan karena rendahnya cadangan
vitamin k pada saat lahir, rendahnya kadar vitamin k pada ASI, prematuritas,
bayi yang lahir dari ibu yang memakai obat antikonvulsan atau anti-TB.
faktor lain adalah terlambatnya kolonisasi bakteri usus disebabkan oleh
terlambatnya pemberian diet, ASI eksklusif, diare hebat, pemberian antibiotik
dalam jangka yang lama.
Vitamin K terlibat dalam pemeliharaan kadar normal factor
pembekuan darah II, VII, IX dan X, yang semuanya disintesis di dalam hati
mula-mula sebagai precursor inaktif. Ada dua jenis vitamin K alamiah yaitu
berasal dari tanaman yang larut lemak dan dari flora usus yang larut air.
Asupan utama vitamin K pada bayi bersumber dari susu, hanya sebagian kecil
yang berasal dari usus si bayi. Khusus bayi yang baru lahir, vitamin K juga
bisa bersumber dari ibundanya saat persalinan.
Secara alamiah ada 2 bentuk vitamin K: Vitamin K1 (phytonadione)
berasal dari diet sayuran berwarna hijau and K2 (menaquinone) yang berasal
dari sintesis flora intestinal. Vitamin K1 dan K2 bersifat larut dalam lemak.
Vitamin K3 (menadione) yang dikonversikan menjadi menaquinone dalam
hati merupakan bentuk sintesis dari vitamin K yang bersifat larut dalam air,
tetapi sudah tidak dipakai karena menyebakan anemia hemolitik dan ikterus.
19
Anamnesis pada perdarahan pada neonatus akibat defesiensi vitamin K
terhadap awitan perdarahan, lokasi perdarahan, pemberian ASI eksklusif atau
formula, riwayat ibu minum obat-obatan terutama antikoagulan dan
antikonvulsan. jika ditemukan bayi baru lahir dengan keadaan umum baik
tetapi ada perdarahn segar dari mulut atau feses berdarah harus dibedakan
antara darah ibu yang tertelan atau saluran cerna bayi itu sendiri dengan
melakukan uji apt, warna merah muda menunjukan darah bayi sedangkan
warna coklat menunjukan darah ibu 2.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Adanya perdarahan di saluran
cerna, umbilikus, hidung, bekas sirkumsisi dan lain sebagainya. Pada
perdarahan akibat defisiensi vitamin K untuk menentukan diagnosis
dibutuhkan Pemeriksaan penunjang:
Waktu pembekuan memanjang
PPT (Plasma Prothrombin Time) memanjang
Partial Thromboplastin Time (PTT) memanjang
Thrombin Time normal
USG, CT Scan atau MRI untuk melihat lokasi perdarahan 2
Bayi dengan perdarahan defisiensi vitamin K segera diberikan vitamin
K1 secara subkutan atau intravena dengan dosis 0,5-1 mg, untuk kasus yang
berat dapat diberikan 2 mg sebanyak 2-3 dosis dengan interval 4-8 jam.
respons yang cepat terjadi dalam 4-6 jam dengan berhentinya perdarahan dan
membaiknya masa protrombin. pemberian secara intramuskular tidak
dianjurkan karena menyebabkan hematom yang besar pada tempat suntikan.
pemberian intravena harus hati-hati dengan kecepatan kurang dari 1 mg/menit
karena dapat menyebabkab terjadinya reaksi anafilaksis 1
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Mupanemunda, RH, Watkinson, M. Key Topic In Neonatology. 1999.
Bios Scientific Publishers.Oxford.
2. Anonim. Bayi baru lahir butuh Vitamin K. diakses tanggal 24 oktober
2011, dari http://www.tanyadokter.com/tipdetail.asp?id=1001426
3. Ervani, Nancy. Perbandingan Masa Protrombin setelah Pemberian
Vitamin K Dosis Multipel Oral dengan Dosis Tunggal
Intramuskular.2008.Medan.Universitas Sumatra Utara, Medan.
4. Permono B, Sutaryo, Windiastuti E, Abdulsalam M, penyunting. Buku ajar
Hematologi-onkologi anak. Jakarta: IDAI, 2005. H. 197-206
5. Permana, Bambang et al.Perdarahan Akibat Defisiensi Vitamin K.2006.
FKUNAIR.Surabaya.
6. Nimavat3, Dharmendra et al.Hemorrhagic Disease of Newborn.diakses 24
oktober 2011 , dari http://emedicine.medscape.com/article/974489-
overview
7. Raspati H, Reniarti, Susanah S. Hemorraghic disease of the newborn.
Dalam: Permono B, Sutaryo, Windiastuti E, Abdulsalam M, penyunting.
Buku ajar Hematologi-onkologi anak. Jakarta: IDAI, 2005. H. 197-206
8. Manco-Johnson MJ. Hemostasis in the neonate. NeoReviews. 2008;
9(3):119-23