C. Renpra (1)
-
Upload
diahtrisna -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
description
Transcript of C. Renpra (1)
3. Rencana keperawatan
No. Diagnosa keperawatan Tujuan dan criteria hasil Intervensi Rasional
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan penurunan reflek
batuk, penumpukan secret.
Setelah diberikan askep
diharapkan kepatenan
jalan nafas pasien
terjaga dengan
Kriteria hasil :
RR dalam batas normal
Irama nafas dalam
batas normal
Pergerakan sputum
keluar dari jalan nafas
Bebas dari suara nafas
tambahan
1. Auskultasi bunyi nafas.
Catat adanya bunyi nafas,
missal mengi, krekels,
ronki.
2. Pantau frekuensi pernafasan.
Catat rasio inspirasi dan
ekspirasi.
3. Diskusikan dengan pasien
untuk posisi yang nyaman
misal peninggian kepala
tempat tidur, duduk pada
1. Beberapa derajat spasme bronkus
terjadi dengan obstruksi jalan nafas
dan dapat/ tak dimanifestasikan
adanya bunyi nafas adventisius,
misal penyebaran, krekels basah
(bronchitis) ; bunyi nafas redup
dengan ekspirasi mengi (emfisema)
atau tak nya bunyi nafas (asma
berat).
2. Takipnea biasanya ada pada
beberapa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan atau
selama distress.
3. Peninggian kepala tempat tidur
mempermudah fungsi pernafasan
dengan menggunakan gravitasi .
sandaran tempat tidur.
4. Dorong/bantu latihan nafas
abdomen atau bibir.
5. Memberikan air hangat.
4. Memberikan pasien beberapa cara
untuk mengatasi dan mengontrol
dispnea.
5. Hidrasi air membantu menurunkan
kekentalan secret, mempermudah
pengeluaran.
2. Kerusakan pertukaran gas
berhubungan dengan edema paru
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan
pasien dapat
Mempertahankan tingkat
oksigen yang adekuat
untuk
keperluan tubuh.
Kriteria hasil :
Tanpa
terapi oksigen,
SaO2 95 % dan
1. Kaji frekuensi,kedalaman
pernafasan
2. Tinggikan kepala tempat
tidur,bantu pasien untuk
memilih posisi yang mudah
untuk bernafas.dorong nafas
dalam secara perlahan
sesuai dengan
kebutuhan/toleransi
individu.
3. Kaji/awasi secara rutin kulit
1. Berguna dalam evaluasi derajat
stress pernapasan/kronisnya proses
penyakit.
2. Pengiriman oksigen dapat
diperbaiki dengan posisi duduk
tinggi dan latihan jalan nafas u/
menurunkan kolaps jalan
nafas,dispnea dan kerja nafas.
3. Sianosis mungkin perifer(terlihat pd
klien tidak
mengalami sesak
napas.
Tanda-
tanda vital dalam
batas normal
Tidak ada
tanda-tanda
sianosis.
dan warna membrane
mukosa.
4. Auskultasi bunyi nafas,catat
area penurunan aliran
udara /bunyi tambahan.
5. Awasi tingkat
kesadaran/status
mental.selidiki adanya
perubahan.
6. Awasi tanda vital dan irama
jantung
Kolaborasi
7. Awasi /gambarkan seri
GDA dan nadi oksimetri.
kuku)/sentral(sekitar bibir/daun
telinga). Keabu-abuan dan sianosis
sentral mengindikasikan beratnya
hipoksemia.
4. Bunyi nafas munkin redup karena
penurunan aliran udara.
5. Penurunan getaran vibrasi diduga
ada pengumpulan cairan atau
udara terjebak.
6. Takikardi,disritmia,dan perubahan
TD dapat menunjukan efek
hipoksemia sistemik pada fungsi
jantung.
7. PaCO2 biasanya
meningkat(bronchitis,emfisema) &
PaO2 secara umum
menurun,sehingga hipoksia terjadi
8. Berikan oksigen tambahan
yang sesuai dengan indikasi
hasil GDA dan toleransi
pasien.
dengan derajat lebih kecil/lebih
besar.catatan:PaCO2
“normal”/meningkat menandakan
kegagalan pernafasan yang akan
datang selama asmatik.
8. Terjadinya/kegagalan nafas yang
akan datang memerlukan upaya
penyelamatan hidup.
3. Gangguan pola nafas berhubungan
dengan sesak nafas
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan
Pola nafas efektif dengan
kriteria hasil
RR Normal ,
tak ada bunyi
nafas tambahan dan
penggunaan otot
Bantu pernafasan.
dan
GDA Normal.
1. Monitor kedalaman
pernafasan, frekuensi, dan
ekspansi dada.
2. Catat upaya pernafasan
termasuk penggunaan otot
Bantu nafas
3. Auskultasi bunyi nafas dan
catat bila ada bunyi nafas
tambahan
1. Mengetahui pergerakan dada
simetris atau tidak.pergerakan
dada tidak simetris
mengindikasikan terjadinya
gangguan pola nafas.
2. Penggunaan otot bantu nafas
mengindikasikan bahwa suplai O2
tidak adekuat.
3. Bunyi nafas tambahan
menunjukkan
4. Kolaborasi pemberian
Oksigen dan px GDA
5. Pantau tanda vital (tekanan
darah, nadi, frekuensi,
pernafasan).
4. Pasien dengan gangguan nafas
membutuhkan oksigen yang
adekuat.GDA untuk mengetahui
konsentrasi O2 dalam darah.
5. Tanda vital menunjukan keadaan
umum pasien. Pada pasien dengan
gangguan pernafasan TTV
meningkat maka perlu dilakukan
tindakan segera.
4. Penurunan perfusi jaringan
behubungan dngan penurunan O2 ke
otak
Setelah diberikan asuhan
keperawatan gangguan
perfusi jaringan
berkurang / tidak meluas
selama dilakukan
tindakan perawatan di
RS dengan kriteria hasil:
Daerah perifer hangat
Tidak ada sianosis
Gambaran EKG tak
1. Pantau TD, catat
adanya hipertensi sistolik
secara terus menerus dan
tekanan nadi yang semakin
berat.
2. Pantau frekuensi
jantung, catat adanya
Bradikardi, Tacikardia atau
bentuk Disritmia lainnya.
3. Pantau
1. Vasokontriksi sistemik diakibatkan
oleh penurunan curah jantung
mungkin dibuktikan oleh penurunan
perfusi kulit dan penurunan nadi.
2. Pompa jantung gagal dapat
mencetuskan distres pernapasan.
Namun, dispnea tiba-tiba/berlanjut.
3. Normalnya autoregulasi
mempertahankan aliran darah otak
menunjukan perluasan
infark
RR 16-24 x/ menit tak
terdapat clubbing
finger kapiler refill 3-5
detik, nadi 60-100x /
menit. TD 120/80
mmHg
pernapasan meliputi pola
dan iramanya.
4. Catat status
neurologis dengan teratur
dan bandingkan dengan
keadaan normalnya
yang konstan pada saat ada
fluktuasi TD sistemik. Kehilangan
autoregulasi dapat mengikuti
kerusakan kerusakan vaskularisasi
serebral lokal/menyebar.
4. Perubahan pada ritme (paling
sering Bradikardi) dan
5. Nyeri berhubungan dengan
hepatomegali, nyeri abdomen.
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan
nyeri dada hilang atau
terkontrol dengan KH:
Pasien mampu
mendemonstrasikan
penggunaan teknik
relaksasi.
Pasien
1. Pantau atau catat
karakteristik nyeri, catat
laporan verbal, petunjuk
nonverbal, dan respon
hemodinamik (meringis,
menangis, gelisah,
berkeringat, mencengkeram
dada, napas cepat,
TD/frekwensi jantung
1. Variasi penampilan dan
perilaku px karena nyeri terjadi
sebagai temuan pengkajian.
Kebanyakan px dengan tampak
sakit, distraksi, dan berfokus pada
nyeri. Riwayat verbal dan
penyelidikan lebih dalam terhadap
faktor pencetus harus ditunda
sampai nyeri hilang. Pernapasan
menunjukkan
menurunnya tegangan,
rileks dan mudah
bergerak.
berubah).
2. Ambil gambaran
lengkap terhadap nyeri dari
pasien termasuk lokasi,
intensitas (0-10), lamanya,
kualitas (dangkal/menyebar),
dan penyebarannya.
3. Observasi ulang
riwayat angina sebelumnya,
nyeri menyerupai angina, atau
nyeri IM. Diskusikan riwayat
keluarga.
mungkin meningkat senagai akibat
nyeri dan berhubungan dengan
cemas, sementara hilangnya stres
menimbulkan katekolamin akan
meningkatkan kecepatan jantung
dan TD.
2. Nyeri sebagai
pengalaman subjektif dan harus
digambarkan oleh px. Bantu px
untuk menilai nyeri dengan
membandingkannya dengan
pengalaman yang lain
3. Dapat membandingkan
nyeri yang ada dari pola
sebelumnya, sesuai dengan
identifikasi komplikasi seperti
meluasnya infark, emboli paru,
atau perikarditis.
4. Penundaan pelaporan
4. Anjurkan pasien
untuk melaporkan nyeri
dengan segera.
5. Berikan
lingkungan yang tenang,
aktivitas perlahan, dan
tindakan nyaman (mis,,sprei
yang kering/tak terlipat,
gosokan punggung).
Pendekatan pasien dengan
tenang dan dengan percaya.
6. Bantu melakukan
teknik relaksasi, mis,, napas
nyeri menghambat peredaran
nyeri/memerlukan peningkatan
dosis obat. Selain itu, nyeri berat
dapat menyebabkan syok dengan
merangsang sistem saraf simpatis,
mengakibatkan kerusakan lanjut
dan mengganggu diagnostik dan
hilangnya nyeri.
5. Menurunkan rangsang
eksternal dimana ansietas dan
regangan jantung serta
keterbatasan kemampuan koping
dan keputusan terhadap situasi saat
ini.
6. Membantu dalam
penurunan persepsi/respon nyeri.
Memberikan kontrol situasi,
meningkatkan perilaku positif.
7. Hipotensi/depresi
pernapasan dapat terjadi sebagai
dalam/perlahan, perilaku
distraksi, visualisasi,
bimbingan imajinasi.
7. Periksa tanda
vital sebelum dan sesudah
obat narkotik.
Kolaborasi :
8. Berikan obat
sesuai indikasi, contoh:
Antiangina, seperti
nitrogliserin (Nitro-Bid,
Nitrostat, Nitro-Dur).
akibat pemberian narkotik.
Masalah ini dapat meningkatkan
kerusakan miokardia pada adanya
kegagalan ventrikel.
Kolaborasi
8. obat
Nitrat berguna
untuk kontrol nyeri dengan efek
fasodilatasi koroner, yang
meningkatkan aliran darah koroner
dan perfusi miokardia. Efek
vasodilatasi perifer menurunkan
volume darah kembali ke jantung
(preload) sehingga menurunkan
kerja otot jantung dan kebutuhan
oksigen.
Penyekat-B, seperti
atenolol (tenormin);
pindolol (visken);
propanolol (inderal).
Analgesik, seperti
morfin, meperidin
(demerol)
Penyekat saluran
kalsium, seperti
verapamil (calan);
diltiazem (prokardia).
Untuk mengontrol
nyeri melalui efek hambatan
rangsang simpatis, dengan begitu
menurunkan TD sistolik dan
kebutuhan oksigen miokard.
Catatan: penyekat B mungkin
dikontraindikasikan bila
kontraktilitas miokardia sangat
terganggu, karena inotropik negatif
dapat lebih menurunkan
kontraktilitas.
Dapat dipakai
pada fase akut/nyeri dada berulang
yang tak hilang dengan
nitrogliserin untuk menurunkan
nyeri hebat, memberikan sedasi dan
mengurangi kerja miokard.
Efek vasodilatasi
dapat meningkatkan aliran darah
koroner, sirkulasi kolateral dan
menurunkan preload dan kebutuhan
oksigen miokardia. Beberapa
diantaranya mempunyai properti
antidisritmia.
6, Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan menurunnya laju filtrasi
glomerulus, meningkatnya produksi
ADH dan retensi natrium/air.
Setela diberikan asuhan
keperawatan diharapkan
Keseimbangan volume
cairan dapat
dipertahankan selama
dilakukan tindakan
keperawatan selama di
RS
Kriteria hasil:
Mempertahankan
keseimbangan cairan
seperti dibuktikan
oleh tekanan darah
dalam batas normal,
tak ada distensi
1. Pantau pengeluaran
urine, catat jumlah dan
warna saat dimana
diuresis terjadi.
2. Pantau/hitung
keseimbangan pemaukan
dan pengeluaran selama
24 jam.
3. Pertahakan duduk atau
tirah baring dengan
1. Pengeluaran urine mungkin sedikit
dan pekat karena penurunan
perfusi ginjal. Posisi terlentang
membantu diuresis sehingga
pengeluaran urine dapat
ditingkatkan selama tirah baring.
2. Untuk mengetahui keseimbangan
cairan.
3. Posisi tersebut meningkatkan
filtrasi ginjal dan menurunkan
produksi ADH sehingga
meningkatkan diuresis.
4. Hipertensi dan peningkatan CVP
menunjukkan kelebihan cairan dan
dapat menunjukkan terjadinya
vena perifer/ vena
dan edema
dependen,
paru bersih dan
berat badan ideal
( BB idealTB –100 ±
10 %)
posisi semifowler selama
fase akut.
4. Pantau TD dan CVP (bila
ada)
5. Kolaborasi pemberian
diuretic seperti furosemid
(lasix, bumetanide
(bumex).
peningkatan kongesti paru, gagal
jantung.
5. Meningkatkan laju aliran urine
dan dapat menghambat reabsorpsi
natrium/ klorida pada tubulus
ginjal.
7. Gangguan nutrisi, kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan
1. Observasi kebiasaan diet,
masukan makanan saat
1. Pasien distres pernapasan akut
sering anoreksia karena dispnea,
anoreksia & mual. pola nafas efektif setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama di
RS, dengan kriteria hasil:
RR Normal
Tidak ada bunyi
nafas tambahan
Penggunaan otot
bantu pernafasan.
ini. Catat derajat
kesulitan makan.
Evaluasi berat badan dan
ukuran tubuh.
2. Auskultasi bunyi usus
3. Berikan perawatan oral
produksi sputum, dan obat. Selain
itu, banyak pasien PPOM
mempunyai kebiasaan makan
buruk, meskipun kegagalan
pernapasan membuat status
hipermetabolik dengan peningkatan
kebutuhan kalori. Sebagai akibat,
pasien sering masuk RS dengan
beberapa derajat malnutrisi. Orang
yang mengalami emfisema serig
kurus dengan perototan kurang.
2. Penurunan atau hipoaktif bising
usus menunjukkan penurunan
motilitas gaster dan konstipasi
(komplikasi umum) yang
berhubungan dengan pembatasan
pemasukan cairan, pilihan
makanan buruk, penurunan
aktifitas dan hipoksemia.
sering, buang sekret,
berikan wadah khusus
untuk sekali pakai dan
tissue.
4. Berikan makanan porsi
kecil tapi sering
5. Hindari makanan
penghasil gas dan
minuman karbonat.
6. Hindari makanan yang
sangat panas atau sangat
dingin.
7. Timbang berat badan
sesuai indikasi
3. Rasa tak enak, bau dan penampilan
adalah pencegah utama terhadap
nafsu makan dan dapat membuat
mual, muntah dengan peningkatan
kesulitan nafas.
4. Membantu menurunkan kelemahan
selama waktu makan dan
memberikan kesempatan untuk
meningkatkan masukan kalori total.
5. Dapat menghasilkan distensi
abdomen yang mengganggu nafas
abdomen dan gerakan diafragma,
dan dapat meningkatkan dipsnea.
6. Suhu ekstrem dapat mencetuskan /
meningkatkan spasme batuk.
7. Berguna untuk menentukan
kebutuhan kalori, menyusun tujuan
berat badan dan evaluasi
keadekuatan rencana nutrisi.
8. Intoleran aktivitas berhubungan
dengan fatigue
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan
Terjadi peningkatan
toleransi pada klien
setelah dilaksanakan
tindakan keperawatan
selama di RS
Kriteria hasil :
frekuensi jantung
60-100 x/ menit
TD 120-80
mmHg
1. Kaji respon pasien terhadap
aktifitas, perhatikan
frekuensi nadi lebih dari 20
kali permenit diatas
frekuensi istirahat ;
peningkatan TD yang nyata
selama/ sesudah aktifitas
(tekanan sistolik meningkat
40 mmHg atau tekanan
diastolik meningkat 20
mmHg) ; dispnea atau nyeri
dada;keletihan dan
kelemahan yang berlebihan;
diaforesis; pusing atau
pingsan.
2. Instruksikan pasien tentang
tehnik penghematan energi,
mis; menggunakan kursi saat
mandi, duduk saat menyisir
1. Menyebutkan parameter membantu
dalam mengkaji respon fisiologi
terhadap stres aktivitas dan, bila ada
merupakan indikator dari kelebihan
kerja yang berkaitan dengan tingkat
aktifitas.
2. Teknik menghemat energi
mengurangi penggunaan energi, juga
membantu keseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
3. Kemajuan aktivitas bertahap
mencegah peningkatan kerja jantung
tiba-tiba. Meberikan bantuan hanya
rambut atau menyikat gigi,
melakukan aktifitas dengan
perlahan.
3. Berikan dorongan untuk
melakukan aktivitas/
perawatan diri bertahap jika
dapat ditoleransi, berikan
bantuan sesuai kebutuhan
sebatas kebutuhan akan mendorong
kemandirian dalam melakukan
aktivitas.
9. Sindrom perawatan diri berhubungan
dengan sesak nafas
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan
terdapat perilaku
peningkatan dalam
pemenuhan perawatan
diri dengan kriteria
hasil :
segar
kebutuhan nutrisi
sesuai dengan batas
1. O
bservasi kemampuan untuk
melakukan kebutuhan
sehari-hari
2. P
ertahankan dukungan,sikap
yang tegas. Beri pasien
waktu yang cukup untuk
mengerjakan tugasnya.
1. Memban
tu dalam
mengantisipasi/merencanakan
pemenuhan kebutuhan secara
individual.
2. Pasien
akan memerlukan empati tetapi perlu
untuk mengetahui pemberi asuhan
yang akan membantu pasien secara
konsisten.
3. Meningk
atkan perasaan makna diri.
kemampuan
kebutuhan toileting
sesuai toleransi
3. B
erikan umpan balik yang
positif untuk setiap usaha
yang dilakukan atau
keberhasilannya.
4. B
erikan pispot di samping
tempat tidur bila tak mampu
ke kamar mandi.
5. L
etakkan alat-alat makan dan
alat-alat mandi dekat pasien.
6. B
antu pasien melakukan
perawatan dirinya apabila
diperlukan.
Meningkatkan kemandirian, dan
mendorong pasien untuk berusaha
secara kontinu
4. Memuda
hkan pasien untuk BAB/BAK
5. Memuda
hkan pasien menjangkau alat-alat
tersebut.
6. Untuk
membantu pasien memenuhi
kebutuhan perawatan dirinya.
10. Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan pitting edema.
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan
kerusakan integritas kulit
1. Ubah posisi sering ditempat
tidur/ kursi, bantu latihan
rentang gerak pasif/ aktif.
1. Memperbaiki sirkulasi/ menurunkan
waktu satu area yang mengganggu
aliran darah.
Kriteria hasil:
klien dapat
Mendemonstrasikan
perilaku/teknik
mencegah kerusakan
kulit.
Mempertahankan
integritas kulit,
2. Berikan perawatan kulit
sering, meminimalkan
dengan kelembaban/ ekskresi.
3. Periksa sepatu kesempitan/
sandal dan ubah sesuai
dengan kebutuhan.
4. Pantau kulit, catat penonjolan
tulang, adanya edema, area
sirkulasinya
terganggu/pigmentasi atau
kegemukan/kurus.
5. Pijat area kemerahan atau
yang memutih
.
2. Terlalu kering atau lembab merusak
kulit dan mempercepat kerusakan.
3. Edema dependent dapat
menyebabkan sepatu terlalu sempit,
meningkatkan risiko tertekan dan
kerusakan kulit pada kaki.
.
4. Menurunkan tekanan pada kulit,
dapat memperbaiki sirkulasi.
5. Kulit beresiko karena gangguan
sirkulasi perifer, imobilisasi fisik dan
gangguan status nutrisi.
Meningkatkan aliran darah,
meminimalkan hipoksia jaringan.
11. Cemas berhubungan dengan sesak
nafas, asites.
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan
pasien menyatakan
penurunan cemas dengan
KH:
m
engenal perasaannya
m
engidentifikasi
penyebab dan faktor
yang
mempengaruhinya
secara tepat.
M
endemonstrasikan
pemecahan masalah
positif.
1. Identifikasi dan ketahui
persepsi pasien terhadap
ancaman/situasi. Dorong
pasien mengekspresikan dan
jangan menolak perasaan
marah, kehilangan, takut,
dll.
2. Catat adanya
kegelisahan, menolak,
dan/atau menyangkal (afek
tak tepat atau menolak
mengikuti program medis).
3. Mempertahankan gaya
percaya (tanpa keyakinan
yang salah).
1. Koping terhadap nyeri dan
trauma emosi IM sulit. Pasien
dapat takut mati dan atau cemas
tentang lingkungan. Cemas
berkelanjutan (sehubungan dengan
masalah tentang dampak serangan
jantung pada pola hidup
selanjutnya, masih tak teratasi dan
efek penyakit pada keluarga).
2. Penelitian menunjukkan adanya
hubungan antara derajat/ekspresi
marah atau gelisah dan
peningkatan resiko IM.
3. Pasien dan orang terdekat dapat
dipengaruhi oleh
cemas/ketidaktenangan anggota tim
kesehatan. Penjelasan yang jujur
dapat menghilangkan kecemasan.
4. Observasi tanda
verbal/non verbal
kecemasan pasien. Lakukan
tindakan bila pasien
menunjukkan perilaku
merusak.
5. Terima penolakan pasien
tetapi jangan diberi
penguatan terhadap
penggunaan penolakan.
Hindari konfrontasi.
6. Orientasi pasien atau
orang terdekat terhadap
prosedur ruyin dan aktivitas
yang diharapkan.
Tingkatkan partisipasi bila
4. Pasien mungkin tidak
menunjukkan masalah secara
langsung, tetapi kata-kata atau
tindakan dapat menunjukkan rasa
agitasi, marah, dan gelisah.
Intervensi dapat membantu pasien
meningkatkan kontrol terhadap
perilakunya sendiri.
5. Menyangkal dapat
menguntungkan dalam menurunkan
cemas tetapi dapat menunda
penerimaan terhadap kenyataan
situasi saat ini. Konfrontasi dapat
meningkatkan reasa marah dan
meningkatkan penggunaan
penyangkalan, menurunkan kerja
sama, dan kemungkinan
memperlambat penyembuhan.
6. Perkiraan dan informasi dapat
menurunkan kecemasan pasien.
mungkin.
7. Jawab semua pertanyaan
secara nyata. Berikan
informasi konsisten; ulangi
sesuai indikasi.
8. Dorong pasien atau orang
terdekat untuk
mengkomunikasikan dengan
seseorang, berbagi
pertanyaan dan masalah.
.
9. Kolaborasi
Berikan anticemas/hipnotik
sesuai indikasi contoh, diazepam
(valium); fluarazepam
(dalmane); lorazepam (ativan).
7. Informasi yang tepat tentang
situasi menurunkan takut,
hubungan yang asing antara
perawat-pasien, dan membantu
pasien/orang terdekat untuk
menerima situasi secara nyata.
Perhatian yang diperlukan mungkin
sedikit, dan pengulangan informasi
membantu penyimpanan informasi.
8. Berbagi informasi membentuk
dukungan/kenyamanan dan dapat
menghilangkan tegangan terhadap
kekhawatiran yang tidak
diekspresikan.
9. Membantu pasien/orang terdekat
untuk mengidentifikasi tujuan
nyata, juga menurunkan resiko
kegagalan menghadapi kenyataan
adanya keterbatasan
kondisi/memacu penyembuhan