Boraks Dan Formalin Pada Makanan
-
Upload
shifa-hariati -
Category
Documents
-
view
21 -
download
0
description
Transcript of Boraks Dan Formalin Pada Makanan
BORAKS DAN FORMALIN PADA MAKANAN
(Karya tulis ini dikerjakan dalam rangka pembelajaranBahasa dan Sastra Indonesia.)
Oleh:
1.Maulidah Mursyidah2.Shifa Firdaus Hariati
Kelas : IX-E
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 27
BANDUNG
2012
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami ingin mengucapkan puji dan sykur kepada Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberkati kami sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan
karya tulis ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai data dan fakta pada
karya tulis ini.
Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai
hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu
pula dengan karya tulis ini yang telah kami selesaikan. Tidak semua hal dapat kami
deskripsikan dengan sempurna dalam karya tulis ini. Kami melakukannya semaksimal
mungkin dengan kemampuan yang kami miliki. Di mana kami juga memiliki keterbatasan
kemampuan.
Maka dari itu seperti yang telah dijelaskan bahwa kami memiliki keterbatasan dan juga
kekurangan, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman. Kami
akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat
memperbaiki karya tulis kami di masa datang. Sehingga semoga karya tulis berikutnya dan
karya tulis lain dapat diselesaikan dengan hasil yang lebih baik.
Dengan menyelesaikan karya tulis ini kami mengharapkan banyak manfaat yang dapat
dipetik dan diambil dari karya ini. Semoga dengan adanya karya tulis ini dapat mengurangi
bahkan menghilangkan penggunaan boraks dan formalin sebagai pengawet pada makanan.
Dengan begitu maka kesehatan akan lebih terjamin dan tidak ada lagi muncul berbagai
penyakit baru yang diakibatkan penggunaan bahan-bahan terlarang sebagai bahan baku
makanan. Kami juga mengharapkan kinerja yang lebih baik dan tegas serta efektif dari pihak
pengawas makanan yang merupakan bagian dari kepemerintahan, sehingga makanan yang
dihasilkan dari Indonesia dapat lebih terjamin dan sehat.Penulis
HALAMAN MOTTO
Motto yang kami pegang dalam penulisan karya ilmiah ini adalah :
“ORA ET LABORA”
HALAMAN PERSEMBAHAN Karya ilmiah ini kami persembahkan untuk :Seluruh pembaca
yang menginginkan kemajuan bangsa dan kecerdasan bangsa.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………
Halaman Motto………………………………………………………………….
Halaman Persembahan……………………………………………………….
Daftar Isi…………………………………………………………..………………
Abstraksi…………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah …………………………………………………..
1.2 Pembatasan Masalah ……………………………………….……………..
1.3 Perumusan Masalah ………………………………………………….……
1.4 Tujuan Penulisan ……………………………………………..…………….
1.5 Metode Penulisan ………….……………………………………………….
1.6 Hipotesa …………………….………………………………………………….
1.7 Manfaat …………….…………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Boraks dan Formalin…………………………………… .
2.2 Dampak Penggunaan Boraks dan Formalin Pada Makanan…
2.3 Makanan yang Biasanya Mengandung Formalin atau Boraks
2.4 Peran pemerintah dalam memberantas boraks
dan formalin di Indonesia…………………………………………………
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAKSI
Karya tulis ini menjelaskan tentang bagaimana sekarang ini banyak kejadian penggunaan
boraks dan formalin sebagai bahan pengawet makanan. Di mana kedua bahan tersebut
sangat dilarang digunakan sebagai bahan baku makanan. Dan jika penggunaannya terus
dilakukan dan dikonsumsi dapat menyebabkan berbagai penyakit terutama kanker dan
bahkan kematian untuk tingkat yang lebih lanjut. Hal ini telah menjadi hal yang cukup serius
dan menjadi suatu masalah yang berusaha diselesaikan dengan baik oleh berbagai pihak
terutama pemerintah.
Sebagai pusat utama kelangsungan negara, pemerintah harus dapat dengan bijak
memutuskan dan bertindak bagaimana penanganan kasus tersebut. Terutama kasus pada
pembuatan bakso dengan bahan pengawet boraks dan berbagai makanan seperti ikan asin
serta tahu yang diawetkan dengan menggunakan formalin. Berbagai solusi kami tuliskan di
sini. Tetapi solusi tersebut tidaklah semuanya dapat dijalankan dengan hasil yang cepat dan
ada kemungkinan banyak faktor yang menyebabkan penyelesaian masalah ini tidak dapat
diselesaikan dengan baik. Karena masalah ini harus kembali lagi kepada masyarakatnya
yang terlibat langsung.
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab I ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, pembatasan masalah,
perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian, hipotesa dan manfaat.
1.1 Latar Belakang Masalah
Sekarang ini banyak sekali bahan kimia dan berbagai campuran-campuran lain dibuat dan
diciptakan untuk membuat pekerjaan manusia dalam membuat makanan lebih efektif dan
efisien. Tetapi di samping untuk makanan dibuat juga bahan kimia untuk pembuatan
kebutuhan lain. Di mana bahan kimia tersebut tidak boleh dipergunakan dalam pembuatan
makanan dan dapat berakibat fatal.
Hal ini sangat penting dan juga memprihatinkan. Fenomena ini merupakan salah satu
masalah dan kebobrokan bangsa yang harus diperbaiki. Janganlah sampai membiarkan hal
ini terus berlarut dan akhirnya akibat menumpuk di masa depan. Oleh karena itu, kami
berusaha merangkum sedemikian rupa dan mencoba membedah apa saja yang seharusnya
dilakukan dan mengapa hal ini menjadi hal yang sangat penting.
1.2 Pembatasan Masalah
Boraks adalah bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet kayu, antiseptik kayu dan
pengontrol kecoa. Sedangkan formalin adalah bahan kimia yang digunakan sebagai
desinfektan, pembasmi serangga dan dalam industri tekstil serta kayu lapis.
Kedua bahan kimia tersebut memang berguna jika digunakan sesuai fungsinya, tetapi
menjadi sangat berbahaya bila digunakan dalam pembuatan pangan. Di mana pangan itu
merupakan segala sesuatu yang menjadi bahan makanan manusia. Dan akibat dari
penggunaan bahan-bahan kimia tersebut bisa jadi sangatlah fatal, dari kanker hingga
menyebabkan kematian.
Dalam karya tulis ini kami akan berusaha membahas pendeskripsian sedetail mungkin dari
boraks dan formalin itu sendiri serta bagaimana kedua bahan kimia tersebut dapat
digunakan sebagai salah satu bahan baku pembuatan pangan. Begitu pula dengan berbagai
akibat dari penggunaan boraks dan formalin pada pangan tersebut serta bagaimana solusi
yang harus dilakukan demi membasmi hal ini dan mencegah terjadi lagi.
1.3 Perumusan Masalah
1. Apa faktor yang mendorong pihak-pihak tertentu untuk menggunakan boraks atau
formalin pada pangan yang diproduksinya?
2. Jenis pangan apa saja yang menjadi sasaran penggunaan boraks atau formalin pada
proses pembuatannya?
3 .Bagaimana mengetahui suatu pangan dibuat dengan bahan pengawet dari boraks atau
formalin?
4 .Apa akibat dari penggunaan boraks atau formalin pada produk pangan?
5 .Bagaimana penanganan penggunaan boraks dan formalin pada produk pangan ini
supaya dapat dibasmi secara tuntas?
1.4 Tujuan Penulisan
Mengetahui pengertian boraks dan formalin.
Mengetahui jenis-jenis pangan yang menjadi sasaran penggunaan boraks dan formalin pada
proses pembuatannya.
Mengetahui dampak negatif dari penggunaan boraks dan formalin pada produk pangan.
Mengetahui peranan pemerintah dalam memberantas penggunaan formalin dan boraks
pada makanan.
1.5 Metode Penulisan
Pada penulisan karya tulis ini kami menggunakan satu metode, yaitu dengan angket. Di
mana angket akan kami sebarkan dengan jumlah 40 lembar. Di mana angket itu berisi
pertanyaan-pertanyaan mengenai boraks dan formalin pada makanan mengacu pada tujuan
yang telah ada.
1.6 Hipotesa
1 Boraks dan formalin merupakan bahan pengawet yang umumnya digunakan untuk industri
tekstil, kayu, dsb. Dapat juga digunakan sebagai pembasmi serangga dan hal-hal lain yang
sama sekali tidak ada kaitannya dengan makanan.
2 Jenis pangan yang menjadi sasaran penggunaan boraks atau formalin pada proses
pembuatannya adalah tahu, tempe, bakso dan ikan asin.
3 Akibat dari penggunaan boraks atau formalin pada produk pangan adalah berbagai
gangguan pada saluran pencernaan, hati, saraf, otak, serta pada organ-organ yang
berselaput yang terkena secara langsung. Dan bila terjadi secara terus menerus dapat
menyebabkan kanker bahkan kematian.
4 Sebenarnya pemerintah telah berperan dalam pemberantasan penggunaan boraks dan
formalin pada produk makanan. Tetapi tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah kurang
tegas dan tidak tepat mengenai sasaran. Sehingga hingga sekarang kita masih sering
melihat orang-orang yang keracunan atau terkena penyakit lainnya, disebabkan memakan
makanan yang mengandung boraks atau formalin.
1.7 Manfaat
Dapat mengetahui cirri-ciri makanan dengan bahan baku boraks atau formalin sebagai
pengawet sehingga dapat menghindarinya.
Dapat menghindari secara langsung penggunaan boraks dan formalik pada produk pangan.
Dapat menambah wawasan dengan mengetahui dampak yang diakibatkan dari penggunaan
boraks dan formalin pada produk pangan.
Dapat membantu pencegahan dan pemberantasan penggunaan boraks dan formalin
dengan berbagai solusi yang telah dipikirkan.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai apa itu boraks dan formalin, dampak penggunaan
boraks dan formalin pada makanan dan jenis-jenis makanan yang mengandung boraks dan
formalin yang kesemuanya itu dilengkapi dengan hasil angket sebelumnya.
2.1 Pengetahuan akan Boraks dan Formalin
Menurut hasil angket kami, didapatkan bahwa yang mengetahui secara pasti apa itu boraks
dan formalin adalah 29 orang dan yang tidak mengetahui begitu pasti apa itu boraks dan
formalin adalah 11 orang, dari total 40 angket yang dibagikan.
Hal itu menunjukkan bahwa responden yang mengetahui secara persis apa itu boraks dan
formalin lebih banyak daripada yang tidak mengetahui secara pasti. Jika dimasukkan dalam
persen maka 72,5 % responden menyatakan mengetahui boraks dan formalin, sedangkan
27,5 % lainnya tidak begitu mengetahui tentang boraks dan formalin.
Hasil ini menunjukkan bahwa penyuluhan dan pengetahuan akan boraks dan formalin harus
lebih sering disosialisasikan, agar diharapkan kita semua mengetahui secara pasti apa itu
boraks dan formalin, sehingga dapat menggunakannya secara benar, sesuai dengan
fungsinya. Maka diharapkan juga dengan pengetahuan akan boraks dan formalin tersebut,
kasus penggunaan boraks dan formalin pada bahan makanan dapat dikurangi bahkan
menghilang dari masyarakat.
2.2 Dampak Penggunaan Boraks dan Formalin Pada Makanan
Melalui hasil angket yang telah kami sebarkan sebelumnya, didapat hasil bahwa jumlah
responden yang mengerti akan dampak angket hamper sama dengan responden yang tidak
begitu tahu tentang dampak boraks dan formalin pada makanan. Adapun jumlah responden
yang tahu dampak boraks dan formalin pada makanan adalah 18 orang dan yang tidak
begitu tahu sebanyak 20 orang sedangkan yang sama sekali tidak tahu ada 2 orang. Jika
dituangkan dalam presentasi adalah sebagai berikut :
1. Jawaban A : 45%
2. Jawaban B : 5%
3. Jawaban C :50%
Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar responden masih rancu
atau bingung tentang apa dampak boraks dan formalin bagi tubuh tersebut.
Lalu apa sebenarnya dampak boraks dan formalin dalam makanan bila dikonsumsi tubuh
kita?
a. Formalin
Formalin tidak boleh digunakan sebagai bahan pengawet untuk pangan. Akibatnya jika
digunakan pada pangan dan dikonsumsi oleh manusia akan menyebabkan beberapa gejala
diantaranya adalah tenggorokan terasa panas dan kanker yang pada akhirnya akan
mempengaruhi organ tubuh lainnya,serta gejala lainnya.
Pengaruh Formalin Terhadap Kesehatan :
· Jika terhirup
Rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan , sukar bernafas, nafas pendek, sakit kepala,
kanker paru-paru.
· Jika terkena kulit
Kemerahan, gatal, kulit terbakar
· Jika terkena mata
Kemerahan, gatal, mata berair, kerusakan mata, pandangan kabur, kebutaan
· Jika tertelan
Mual, muntah, perut perih, diare, sakit kepala, pusing, gangguan jantung, kerusakan hati,
kerusakan saraf, kulit
membiru, hilangnya pandangan, kejang, koma dan kematian.
b. Boraks
Efek toksiknya akan terasa bila boraks dikonsumsi secara kumulatif dan penggunaannya
berulang-ulang. Pengaruh terhadap kesehatan :
· Tanda dan gejala akut :
Muntah, diare, merah dilendir, konvulsi dan depresi SSP (Susunan Syaraf Pusat)
· Tanda dan gejala kronis
- Nafsu makan menurun
- Gangguan pencernaan
- Gangguan SSP : bingung dan bodoh
- Anemia, rambut rontok dan kanker.
Formalin dan boraks merupakan bahan tambahan yang sangat berbahaya bagi manusia
karena merupakan racun. Bila terkonsumsi dalam konsentrasi tinggi racunnya akan
mempengaruhi kerja syaraf. Secara awam kita tidak tahu seberapa besar kadar konsentrat
formalin dan boraks yang dianggap membahayakan. Oleh karena ada baiknya kita hindari
makanan yang mengandung formalin dan boraks. Jauhkan anak-anak dari makanan yang
mengandung boraks dan formalin. Formalin dan boraks tidak boleh digunakan dalam
makanan.
2.3 Makanan yang Biasanya Mengandung Formalin atau Boraks
Berdasarkan hasil penelitian melalui angket yang telah kami sebarkan, jumlah responden
yang menganggap bahwa tahu dan bakso adalah makanan yang paling sering diberi
formalin sebanyak 33 orang, sedangkan yang memilih ikan sebanyak 6 orang, dan 1 orang
memilih kerupuk. Sedangkan menurut makanan-makanan yang biasa mengandung boraks
dan formalin yang biasanya mereka konsumsi, jumlah responden yang memilih tahu dan
bakso sebanyak 28 orang, 10 orang memilih ikan dan 2 orang memilih kerupuk.
Data ini menunjukkan bahwa kebanyakan siswa SMA Kanisius beranggapan bahwa tahu
dan bakso merupakan makanan yang biasanya diberi formalin atau boraks. Tahu dan bakso
memang cukup dikenal sering diberi formalin maupun boraks, namun bukan mereka
makanan yang paling sering diberi formalin maupun boraks. Berdasarkan penelitian Badan
Pengawas Obat dan Makanan Indonesia tahun 2005, penggunaan boraks formalin pada
ikan dan hasil laut menempati peringkat teratas. Yakni, 66 persen dari total 786 sampel.
Sementara mi basah menempati posisi kedua dengan 57 persen. Tahu dan bakso berada di
urutan berikutnya yakni 16 persen dan 15 persen.
Dan dari pertanyaan nomor tiga pada angket ternyata responden banyak menjawab bahwa
mereka paling sering mengkonsumsi tahu dan bakso. Padahal, menurut kebanyakan dari
mereka tahu dan bakso adalah makanan yang biasanya mengandung boraks atau formalin.
Mengapa mereka masih tetap sering mengonsumsinya meskipun menganggap bahwa tahu
dan boraks yang paling sering mengandung formalin dan boraks? Mungkin hal ini
disebabkan karena siswa SMA Kanisius percaya bahwa para pedagang di Kanisius pasti
tidak memberikan formalin maupun boraks pada dagangannya, maka mereka tidak takut
untuk mengonsumsinya.
Namun tetap saja, boraks dan formalin sangatlah berbahaya bila termakan. Walaupun
berdasarkan hasil penelitian Badan Pengawasan Obat dan Makanan Indonesia tahun 2005
penggunaan boraks dan formalin paling banyak adalah pada ikan dan hasil laut, namun
jumlah 16 persen dan 15 persen tetap merupakan jumlah yang besar. Kita harus berhati-hati
dalam memilih makanan yang akan kita makan, terutama makanan-makanan yang sedang
marak diberi boraks maupun formalin.
Oleh karena itu, di bawah ini kami paparkan mengenai ciri-ciri dari beberapa makanan yang
diberi boraks maupun formalin:
a. Mi basah
Penggunaan formalin pada mi basah akan menyebabkan mi tidak rusak sampai dua hari
pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es
( 10 derajat Celsius). Baunya agak menyengat, bau formalin. Tidak lengket dan mie lebih
mengkilap dibandingkan mie normal. Penggunaan boraks pada pembuatan mi akan
menghasilkan tekstur yang lebih kenyal.
B. Tahu
Tahu merupakan makanan yang banyak digemari masyarakat, karena rasa dan kandungan
gizinya yang tinggi. Namun dibalik kelezatannya kita perlu waspada karena bisa saja tahu
tersebut mengandung bahan berbahaya. Perhatikan secara cermat apabila menemukan
tahu yang tidak mudah hancur atau lebih keras dan kenyal dari tahu biasa, kemungkinan
besar tahu tersebut mengandung bahan berbahaya, bisa formalin maupun boraks. Selain
itu, tahu yang diberi formalin tidak akan rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat
Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius). Tahu juga
akan terlampau keras, namun tidak padat. Bau agak mengengat, bau formalin.
C. Bakso
Bakso tidak rusak sampai lima hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius). Teksturnya juga
sangat kenyal.
D. Ikan segar
Ikan segar yang diberi formalin tekstur tubuhnya akan menjadi kaku dan sulit dipotong. Ia
tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius). Warna insang merah tua
dan tidak cemerlang, bukan merah segar dan warna daging ikan putih bersih.
E. Ikan asin
Ikan asin yang mengandung formalin akan terasa kaku dan keras, bagian luar kering tetapi
bagian dalam agak basah karena daging bagian dalam masih mengandung air. Karena
masih mengandung air, ikan akan menjadi lebih berat daripada ikan asin yang tidak
mengandung formalin. Tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar ( 25 derajat
Celsius). Tubuh ikan bersih, cerah.
2.4 Peran pemerintah dalam memberantas boraks dan formalin di Indonesia
Walaupun penyebaran boraks dan formalin di Indonesia sudah luas sekali dan sudah
menjadi umum, pemerintah masih tidak mengambil langkah yang tegas dalam menangani
hal ini. Buktinya bisa didapat, bahwa ternyata penggunaan formalin dan boraks sebagai
bahan pengawet makanan masih merajalela.
Sebenarnya, pemerintah sudah berusaha mengambil tindakan, yaitu dengan melalui Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Beberapa langkah sudah diambil oleh BPOM,
seperti : melarang panganan permen merek white rabbit creamy, kiamboy, classic cream,
black currant, dan manisan plum; mengeluarkan permenkes no. 722/1998 tentang bahan
tambahan yang dilarang digunakan dalam pangan; dan melakukan sosialisasi penggunaan
bahan tambahan makanan yang diizinkan dalam proses produksi makanan & minuman
sesuai UU No. 23/1992 untuk aspek keamanan pangan, & UU No. 71/1996. Tetapi upaya
yang dilakukan Badan POM tersebut, hanya dianggap gertakan oleh para pedagang, karena
Badan POM hanya mengeluarkan undang-undang dan aturan. Tetapi Badan POM tidak
melakukan tindakan tegas seperti memberi sanksi tegas bagi pedagang yang masih
menggunakan boraks dan formalin, bahkan badan ini masih kurang gencar dalam
melakukan razia.
Dari data angket yang kami sebarkan ke beberapa responden, terdapat pertanyaan :
“Menurut anda apakah peran pemerintah sudah ada dalam pemberantasan formalin? “ Dan
dari pertanyaan itu, sebanyak 4 orang menjawab upaya pemerintah sudah banyak,
sebanyak 17 orang menjawab upaya pemerintah sudah lumayan, dan terakhir 19 orang
menjawab upaya pemerintah tidak ada sama sekali.
Dari hasil angket diatas, dapat disimpulkan bahwa upaya pemerintah masih kurang, karena
lebih banyak orang yang beranggapan bahwa upaya pemerintah masih sangat kurang. Ini
mungkin disebabkan karena memang pemerintah kurang serius / tegas dalam menangani
masalah ini, padahal ini adalah masalah yang serius, karena dapat membahayakan
kesehatan manusia. Pemerintah seharusnya lebih gencar dalam menangani masalah ini.
BAB III
PENUTUP
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dan saran
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab IV dapat disimpulkan bahwa:
a. Sebagian besar dari kita telah mengetahui tentang boraks dan formalin secara pasti,
tetapi ada juga sebagian kecil lainnya yang belum begitu mengetahui apa itu boraks dan
formalin.
b. Masih ada sebagian dari kita yang belum mengetahui secara pasti dampak penggunaan
boraks dan formalin pada produk makanan, walaupun sebagian ada yang mengetahui
secara pasti.
c. Menurut responden tahu dan bakso adalah makanan yang paling sering menjadi sasaran
penggunaan boraks dan formalin. Tetapi menurut penelitian BPOM pada tahun 2005, ikan
adalah bahan makanan yang paling sering menjadi sasaran boraks dan formalin.
d. Pemerintah masih sangat kurang dan tidak tegas dalam mengatasi masalah penggunaan
boraks dan formalin, sehingga masih banyak kasus mengenai hal ini terjadi.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keseluruhan makalah ini kami ingin memberikan beberapa
saran sebagai berikut:
Ø Berikan penyuluhan lebih lanjut kepada masyarakat mengenai boraks dan formalin,
pengertian, fungsinya, serta dampaknya apabila tidak digunakan sesuai fungsinya.
Ø Pengawasan yang lebih ketat oleh pemerintah dan pengambilan tindakan tegas, seperti
mengirimkan pengawas-pengawas pemerintah ke daerah-daerah tertentu dan membuat
undang-undang mengenai boraks dan formalin.
Ø Masyarakat harus lebih jeli dalam memilih makanan dan tidak membelinya bila sepertinya
mengandung bahan formalin maupun boraks.
Ø Kesadaran dari masyarakat untuk membantu pemberantasan dan pencegahan
penggunaan boraks dan formalin pada bahan makanan. Seperti melaporkan kepada yang
berwajib jika melihat ada orang lain yang sengaja menggunakan boraks dan formalin pada
makanan yang dijualnya, dan juga tidak secara sembarangan menjual boraks dan formalin,
tanpa mengetahui latar belakang pembeliannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.beritaindonesia.co.id
http://www.depkes.go.id
http://www.disnakkeswan-lampung.go.id
http://id.wikipedia.org