Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap
-
Upload
olahdata-spss -
Category
Documents
-
view
54 -
download
13
Transcript of Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap
BAGAIMANA KONSELOR SEKOLAH BERSIKAP ??
PenulisEnding Artiati Subesti , SP.d
B. Bimbingan Dan Konseling Pola 17 Plus
Bimbingan dan konseling mengalami perkembangan dari pola layanan 17 menjadi
layanan 17 plus yang lebih luas. Butir-butir dalam pola 17 plus seperti dijelaskan oleh
Sukiman (2011:95) adalah sebagai berikut :
1. Keterpaduan mantap wawasan bimbingan dan konseling meliputi :
a. Definisi bimbingan dan konseling
b. Paradigma bimbingan dan konseling
c. Visi misi bimbingan dan konseling
d. Tujuan bimbingan dan konseling
e. Fungsi bimbingan dan konseling
f. Asas-asas bimbingan dan konseling
g. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
2. Bidan layanan bimbingan dan konseling meliputi :
a. Bidang pengembangan pribadi
b. Bidang pengembangan social
c. Bidang pengembangan kegiatan belajar
d. Bidang pengembangan karir
e. Bidang pengembangan kehidupan berkeluarga
f. Bidang pengembangan kehidupan keberagaman
3. Jenis layanan bimbingan dan konseling meliputi :
a. Layanan orientasi
b. Layanan informasi
c. Layanan penempatan dan penyaluran
d. Layanan Penguasaan konten
e. Layanan Konseling perorangan
f. Layanan Bimbingan dan kelompok
g. Layanan Konseling kelompok
h. Layanan Konsultasi
i. Layanan Mediasi
4. Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling meliputi :
a. Aplikasi intrumentasi
b. Himpunan data
c. Konferensi kasus
d. Kunjungan rumah
e. Alih tangan kasus
5. Format pelayanan bimbingan dan konseling meliputi :
a. Format individual
b. Format kelompok
c. Format klasikal
d. Format lapangan
e. Format “ politik”
6. Penilaian hasil dan proses layanan bimbingan dan konseling meliputi :
a. Laiseg ( penilaian segera )
b. Laijapen ( penilaian jangka pendek )
c. Lajipan ( penilaian jangka panjang )
C. Pengetian Bimbingan
Ada banyak rumusan pengertian tentang bimbingan, salah satunya menurut
Sukiman (2011:41) bimbingan adalah proses bimbingan yang dilakukan pembimbing
sebagai orang yang membantu dalam pemecahan masalah dengan mengacu pada peran
aktif seorang yang dibimbing (konseli) untuk dapat menentukan langkah apa yang harus
diambil dalam masalah yang sedang dihadapinya.
Crow dan crow dalam Priyanto dan Erman Ati (1999:94) menjelaskan bahwa
bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seorang laki-laki atau perempuan yang
memiliki kepribadian memadai dan terlatih dengan baik kepada individu –individu
setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan hidu[nya sendiri, mengembangkan
pandangan hidupnya sendiri, membaut keputusan sendiri dan menanggung beban7ya
sendiri.
Disamping itu bimo Walgito dalam Sukuman (2011:45) memaparkan bahwa definisi
bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang akan diberikan kepada individu atau
sekumpulan individu dalam menghindari atau mengetasi kesulitan-kesulitan hidupnya
agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya.
Sedangkan menurut Priyanto dan Erman Ati (1999:99) pengertian bimbingan adalah
proses pemberian bantuan yang dilakukan olah seorang ahli kepada seorang atau
beberapa individu baik, anak-anak, remaja maupun dewasa agar orang yang dibimbing
dapat mengembnagkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri. Dengan memanfaatkan
kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-
norma berlaku.
Dari paparan beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kata kunci bahwa bimbingan
dalah proses pemberian bantuan dalm pemecahan masalah kepoada seseorang dengan
cara memberi ruang keaktifan seseorang tersebut agar dapat mengembangkan
kemampuannya dan mandiri.
D. Pengertian Konseling
Priyanto dan Erman Ati (1999:105) menjelaskan bahwa konseling dan proses
pemberian bantuan yang dilakukan memlalui wawancar konseling oleh seorang ahli
(disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah yang
bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi individu tersebut.
Lebih lanjut sukiman menjelaskan bahwa konseling merupakan salah satu teknik
Bimbingan yang dilakukan secara professional oleh konselor melalui bantuan dalam
bentuk wawancara face to face relationship sebagai suatu usaha untuk membantu
memecahkan masalah konseling.
Menurut Stefflre dan Grant dalam Sukiman (2011:53-62) terdapat empat hal yang
ditekankan dalam definisi konseling.
Pertama konseling sebagai proses; membutuhkan waktu lebih dari sekali untuk
mencapai tujuan. Jadi konseling merupakan pertemuan lanjutan. Kedua konseling
sebagai hubungan yang spesifik. Di dalam hubungan konseling perlu adanya
keterbuakaan, pemahaman, penghargaan secara positif tanpa syarat dan empati. Ketiga
konseling sebagai upaya membantu konseli. Keempat konseling sebagai proses
mencapai tujuan hidup. Konseling dilakukan untuk mencapai pemahaman dna
penerimaan dir, proses belajar untuk memahami diri lebih luas.
Dengan demikian pengertian dan kionseling adalah sebuah teknik untuk
memberikan bantuan kepada seseorang atau beberapa orang yang dilakukan secara
langsung (bertatap muka ) dengan tujuan untuk mencapai penerimaan, pemahaman dan
pengentasan diri atas masalah yang sedang dihadapi.
E. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Dari pengertian bimbingan dan konseling yang telah dipaparkan muka dapat
dirangkum bahwa bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan oleh orang yang ahli untuk mencari penyelesaian masalah. Proses ini
dilakukan secara langsung dan berkelanjutan sampai individu mencapai penerimaan,
pemahaman dan pengentasan pada masalah yang dicapainya. Disekolah, bimibingan
dan konseling secara tidak langsung menunjang tujuan pendididkan dengan menangani
masalah dan memberikan layanan secaera khusus pada peserta didik agar dapat
mengembangkan dirinya secara penuh.
Nadya Damayanti (2012:9) menegaskan pula bahwa bimbingan dan konseling
merupakan proses interaksi antar kolektor dengan konseling seara langsung dan tidak
lansung dalam rangka membantu konseli agar dapat mengenmbangkan dirinya atau
memecahkan masalah yang dialaminya.
F. Tujuan bimbingan dan konseling
Bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik agar memiliki
kompetensi mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin dan menguasai nilai-
nilai yang terkandung dalam tugas-tugas perkembangannya. Pengembangan potensi
meliputi tiga tahapan, yaitu : Pertama, pemahaman dan kesadaran, kedua sikpa dan
penerimaan. Ketiga , keterampilan atau tindakan melaksanakan tugas-tugas
perkembangan (Sukiman, 2011:67)
Disamping itu Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudianto (2005:9) menambahkan
bahwa tujuan bimbingan dan konseling membantu individu dalam mencapai
kebahagiaan hidup pribadi sebagai makhluk Tuhan, kehidupan yang produktif dan
efektif dalam masyarakat hidup bersama-sama dengan individu lain dan harmoni antara
ciat-cita mereka dengan kemampuan yang dimiliki.
Sedangkan priyanto dan erman ati (1999:114) menjabarkan tujuan bimbingan dan
konseling dalam dua kelompok yaitu, pertama, tujuan umum bimbingan dan konseling
adalah untuk membantu individu mengembangkan diri secar opotimal sesuai dengan
tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya ( seperti kemampuan dasar dan
bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti, latar belakang, keluarrga,
pendidikan, status social ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya.
Kedua, tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran tujuan umum
yng dikaitkan oleh individub yang bersangkutan, sesuai kompleksitas permasalahan itu,.
Masalah-masalah individu bermacam-macam ragam jenis, intentitas dan sangkut
pautnya, serta masing-masing bersifat unik. Oleh karena itu tujuan khusus bimbingan
dan konseling untuk masing-masing individu bersifat unik pula.
Jadi secara terperinci tujuan bimbingan konseling di sekolah membantu peeserta
didik dalam :
1. Mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasikan dan memecahkan masalah yang
dilakukan dengan konseling seperti, kesulitan belajar, kesulitan mengatasi
kebiasaaan tidak baik saat kegitan belajar maupun dalam berhubungan social.
2. Mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan pemulihan dan
penyaluran minat dalam pendidikan dan pekerjaan. Misalnya membvantu konseli
untuk memilih jurusan sekolah dan jenis sekolah dan lapangan pekerjaan yang
sesuai dengan minat dan bakat.
3. Mengatasi kesulitan yang berkaitan dengan emosi dan pemahaman diri.
4. Mengatasi kesulitan dalm memahami lingkungannya, yaitu : keluarga, sekolah, dan
masyarakat
5. Mengembangkan seluruh potensi yang ada dengan optimal
6. Mengatasi kesulitan masalah dari lingkungan yang lebih luas.
7. Menyesuaikan diri terhadap keadaan dan tuntutan di dalam lingkungannya dengan
mengikuti norma-norma yang berlaku.
8. Memahami kebutuhan-kebutuhan secara realistis
9. Menggunakan kemamuannya untuk kepentingan pribadi dan untuk kepentingan
umu dalam kehidupan besama
10. Melaksanakan tugas-tugas perkembangan
G. Fungsi Bimbiungan Dan Konseling
Ada lima fungsi bimbingan dan konseling yang dijelaskan oleh Sukiman (2011:67-
68) yaitu:
1. Fungsi Pemahaman
Ada dua macam pemahaman yaitu, selain konseli perlu memahami tentang
dirinya sendiri, pihak-pihak lain seperti orangtua,guru-guru, dan konselor yang
poerlu terlebihdahulu memahami didi konseli yang akan dibantu. Pemahaman
tersebut tidak hanya sekedar mengenal diri konseli melainkan mengnyangkut
pemahaman tentang latar belakang pribadi konseli, kekuatan dan
kelemahannya serta kondisi lingkungannya pemahaman kedua berkaitan
dengan pemahaman masalah yang sedang dihadapi konseli. Pertama-tama
konseli perlu memahami maslaah yang sedang dihadapinya. Berikutnya adalah
pihak pihakyng terkait (orang tua, guru, dan konselor). Fungsi pemahaman ini
sebagai titik tolak pemberian bantuan terhadap konseli.
2. Fungsi pencegahan
Fungsi pencvcegahan mengupayakan terhindarnya individu atau konseli
dari akibat yang tidak menguntungkan, yaitu berasal dari hal-hal yang
berpotensi sebagai sumber permasalahan
3. Fungsi pengentasan
Fungsi pengentasan sebagai upaya teratasinya berbagai permasaahan
konseli sehingga masalah terseby=ut tidak menjadi hambatan bagi
perkembangan konseli.
4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan
Yaitu untuk memelihara dan mengembangkan potensi individu dalam
dimensi keindividuan, kesosialan, kesusialaan dan keberagaman.
5. Fungsi advokasi
Yaitu fungsi untuk membantu konseli memperoleh pembelaan atas hak
yang kurang diperhatikan
H. Sifat Bimbingan dan Konseling
Achmad JUntika dan Akur Sudianto (2005:14) menjalankan bahwa bimbingan dan
konseliing memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1. Pencegahan
Sifat bimbingan dan konseling menghasilkan pencegahan pada diri individu agar
terhindar dari hal-hal yang menimbulkna kesulitan dalam proses perkembangannya.
2. Penyembuhan
Sifat bimbingan dan konseling menghasilkan penyelesaian masalah sehingga
individu merasa sembuh dari permasalahan yang menghimpitnya
3. Perbaikan
Sifat bimbingan dan konseling untuk memperbaiki kondisi individu dari
permasalahannya sehingga ia dapat melanjutkan tugas perkembangan berikutnya tanpa
terbebani dengan masalah
4. Pemelihataan
Sifat bimbingan dan konseling untuk menjaga terpeliharanya individu yang sudah
baik agar tetap baik.
5. Pengembangan
Sifat bimbingan dan konseling untuk mengembangkan berbagai potensi positif
dalam pengembngan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
I. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling merupakan paduan hasil kajian teiritik
tealaah lapangan yang digunalkan sebagai pedoman pelaksanaan bimbingan konseling
tersebut :
1. Setiap individu mempunyai hak sama dalam memoperolah layanan bimbingan dan
koseling tanpa memandang umu, jenis kelamin, suku, bangsa, agama dan status
ekonomi.
2. Bimbingan dan konseling berkaitan erat dengan sikap dan perilaku individu yang
unik dan beragam. Oleh karena itu pelaksanaan fleksibel.
3. Bimbingan dan konseling membantu mengembangkan penyesuaian dari individu
terhadap tercapaianya segenap tugas-tugas perkembangan.
4. Perlunya pemahaman tentang diri individu esecar penuh sehingga pelayanan
bimbingan dan konseling dapat dilakukan secara tepat sesuai dengan yang
dibutuhkan
5. Bimbingan dan konseling membantu individu untuk dapat memecahkan masalah
yang dihadapi individu dengan mengidentifikasi emosi dan kebuthan yang
dirasakannya.
6. Bimbingan dan konseling hendaknya bertitik tolak pada individu dinbimbing
sehingga keputusan yang diambil hendaknya atas kemauan individu tersebut bukan
karena kemauan atau desakan dari konselor
7. Bimbingan dan konseling membantu pengembangan diri individu untuk mandiri
dalam mengambil kepurusan
8. Program bimbingan dan konseling perlu didsesuaikan dengan kebutuhan dan
perkembangan peserta didik.
9. Perlu adanya penilaian dan evaluasi terhadap program bimbingan dan konseling
dengan masud untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai untuk
mengetahui apakah pelaksanaan program sesuai dengan rencana semula dan untuk
mengetahui kekurangan dari program sehingga bisa diadakan perbaikan yang lebih
baik untuk program selanjutnya.
10. Bimbingan dan konseling adalah pekerjaan professional yang bekerjasama dengan
orang tua dan guru untuk mencapai pelayanan maksimal.
Dengan penerapan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling tersebut diharapkan,
pelayanan dapat berjalan sesuai harapan, tumbuh dan berkembang dengan baik. Para
peserta didik yang sedang dalam tahap perkembangan sangat membutuhkan segala jenis
layanan bimbingan dan konseling dalam sehgenap fungsinya. Untuk itulah Belkin
dalam Priyatno dan ERman Ati (1999:223-224) menegaskan eman prinsip yang perlu
diterapkan dalam memaksimalkan pelayanan bimbingan dan konseling di seklah, yaitu :
1. Konselor harus memulai kariernya sejak awal dengan program kerja yang jelas,
dan memiliki kesiapan tinggi untuk melaksanakan program tersebut.
2. konselor harus selalu mempertahankan sikap profesional tanpa mengganggu
keharmonisan hubungan antara konselor dengan personal sekolah lainnya dan
siswa.
3. konselor bertanggung jawab atas perannya sebagai konselor dan mampu
menjelaskan kepada orang-orang dengan siapa ia bekerja sama tentang tujuan
yang hendak dicapai.
4. konselor bertanggung jawab kepada semua peserta didik, baik peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar, mengalami permasalahan emosional maupun yang
memiliki bakat istimewa.
5. konselor harus memahami dan mengembangkan kompetensi untuk membantu
peserta didik yang mengalami masalah dengan kadar cukup parah.
6. konselor harus mampu bekerja sama secara efektif dengan kepala sekolah untuk
menegakkan citra bimbingan dan konseling.
J. Asas-asas Bimbingan dan Konseling
Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling ada yang dikenal
dengan asas-asas bimbingan dan konseling, yaitu ketentuan-ketentuan yang perlu
diperhatikan dan diterapkan dalam melaksanakan pelayanan bimbngan dan konseling.
Asas-asas ini merupakan nafas dari layanan bimbingan dan konseling. Sehingga apabila
asas-asas bimbingan dan konseling diterapkan secara optimal dapat mempermudah dan
lebih menjamin keberhasilan layanan bimbingan dan konseling. Sebaliknya jika asas-
asas ini di abaikan, penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling akan berjalan
tersendat-sendat dan di khawatirkan kegiatannya justru akan berlawanan dengan tujuan
bimbingan dan konseling.
Asas-asas tersebut dibagi menjadi 12 seperti yang disebutkan Achmad Juntika dan
Akur Sudianto (2005:16-17), yait : asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan,
kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian,
alih tangan kasus, tut wuri handayani.
1. Asas Kerahasiaan
Asas kerahasiaan ini merupakan kunci dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
Apabila asas ini diterapkan maka akan mendapat kepercayaan dari konseli ataupun
individu yang memanfaatkan fungsi konselor sekolah.
Seringkali konseli yang menceritakan permasalahannya meminta konselor untuk
menjaga kerahasiaan agar tidak memberitahukan kepada guru lain atau kepada orang
tua. Hal ini karena konseli merasa takut dimarahi oleh orang tua atau khawatir jika
permasalahannya diketahui orang banyak akan menjadi bahan guncingan. Sehingga
seorang konselor harus bias menjaga asas kerahasiaan kecuali data-data yang memang
diperlukan sebagai bahan untuk berdiskusi dengan wali kelas, bidang kesiswaan
ataupun dengan kepala sekolah, itupun sebaiknya dengan memilih kata-kata yang
sifatnya tidak menjusment konseli.
Dalam memberi layanan, konselor perlu meyakinkan pada diri konseli bahwa
dirinya dapat dipercaya dan bias menjaga rahasia. Adapun rahasia yang diketahui
semata-mata sifatnya hanya untuk membantu konseli, sehingga diharapkan muncul
kepercayaan pada diri konseli untuk mengungkapkan segala permasalahannya.
Sebaliknya jika asas kerahasiaan ini tidak diterapkan dengan baik, maka akan
memberi dampak yang tidak di inginkan, misalnya konseli menjadi enggan untuk
berkomunikasi dengan konselor. Lambat laun justru citra negatiflah yang terbangun
karena konselor tidak dapat dipercaya dalam menjaga rahasia.
2. Asas Kesukarelaan
Pelayanan bimbingan dan konseling dilakukan atas dasar kesukaan dan kerelaan,
baik dari konselor sekolah maupun konseli. Hal ini mengandung pengertian bahwa
konseli menyampaikan masalahnya tidak dengan terpaksa ataupun ragu-ragu. Begitupun
dengan konselor dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling tidak sedikitpun
terpaksa dan merasa terbebani.
3. Asas Keterbukaan
Keterbukaan diperlukan agar proses pelayanan bimbingan dan konseling dapat
mencapai tujuannya. Keterbukaan disini ditinjau dari dua arah. Dari pihak konseli ada
kemauan untuk membuka diri dalam mengungkapkan permasalahannya dan menerima
masukan dari pihak luar. Selain dari konseli, konselor pun perlu terbuka menjawab
pertanyaan konseli dan mengungkapkan diri jika dikehendaki konseli.
4. Asas Kekinian
Asas kekinian yang dimaksud, bahwa pelayanan bimbingan dan konseling untuk
membantu masalah individu yang sedang dirasakan bukan masalah yang sudah lampau.
Kekinian juga mengandung pengertian bahwa konselor perlu bersegera dalam
memberikan bantuan, tidak boleh menunda nya. Apabila diminta bantuan oleh konseli,
konselor harus siap dan mendahulukan kepentingan konseli daripada kepentingan yang
lain.
5. Asas Kemandirian
Bimbingan dan konseling membantu individu agar mandiri dalam mengambil
keputusan untuk dan oleh diri sendiri. Oleh karena itu dalam proses bimbingan dan
konseling perlu ditumbuhkan semangat pada diri konseli agar tidak bergantung pada
konselor.
6. Asas Kegiatan
Hasil bimbingan dan konseling tidak akan tercapai dengan sendirinya jika konseli
tidak melakukan kegiatan terkait dengan tujuan yang hendak dicapainya. Oleh karena
itu, konselor perlu membangkitkan semangat konseli agar mau melaksanakan kegiatan
yang diperlukan dalam penyelesaian masalah yang menjadi hasil-hasil konseling.
7. Asas Kedinamisan
Asas kedinamisan mengacu pada adanya perubahan tingkah laku konseli yang lebih
baik. Konselor perlu mengupayakan agar mempunyai kemauan untuk melakukan
perubahab kea rah pembaharuan yang lebih maju dan positif.
8. Asas Keterpaduan
Setiap individu pada dasarnya adalah unik, memiliki berbagai apek kepribadian
yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu asas keterpaduan
mempunyai maksud bahwa konselor perlu memadukan berbagai aspek kepribadian
yang ada dalam diri konseli juga memadukan isi dan proses layanan. Semua itu
dilakukan agar tercipta keserasian demi keberhasilan proses layanan bimbingan dan
konseling.
9. Asas Kenormatifan
Seluruh isi layanan dari prosedur dan tehnik dalam bimbingan dan konseling harus
sesuai dengan norma yang berlaku, baik norma agama, adapt, hukum, Negara, maupun
kebiasaan sehari-hari.
10. Asas Keahlian
Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pelayanan professional sehingga
dilakukan oleh orang yang benar-benar ahli menguasai teori dan praktik konseling
secara baik. Keahlian itu didukung pada pendidikan yang sesuai, yaitu telah menempuh
pendidikan di bidang bimbingan dan konseling, serta didukung oleh pengalaman yang
mumpuni.
11. Asas alih tangan khusus
Bila pemberian layanan bimbingan dan konseling telah dilakukan dengan optimal
tetapi belum berhasil, maka konselor melakukan alih tangan kasus dengan mengirimkan
konseli kepada badan atau petugas yang lebih ahli. Sama halnya jika masalah yang
dihadapi konseli berada di luar wewenang konselor, maka penanganannya dapat di alih
tangankan kepada pihak lain yang lebih berwenang.
12. Asas tut Wuri Handayani
Hubungan yang tercipta antara konselor dan konseli adalah hubungan yang terjalin
secara keseluruhan, tidak hanya terjalin saat berlangsungnya konseling saja. Dengan
demikian diluar proses pemberian layanan bimbingan dan konseling, konseli merasakan
aman dan selalu mendapatkan dorongan positif dari konselornya.
K. Bidang Bimbingan dan Konseling
Bidang bimbingan konseling, yaitu :
1. Bimbingan Pengembangan Pribadi
Bimbingan pengembangan pribadi ditujuakn untuk membantu individu mengatasi
kesulitan pemahaman terhadap dirinya sendiri, dan membantu mengatasi kesulitan
dalam menggali potensi-potensi diri yang dimiliki, juga membantu individu dalam
mengembangkan dirinya dalam lingkungan di sekitarnya.
Pencapaian dari bimbingan pribadi adalah individu yang lebih mengenal tentang
siapa dirinya, dan memahami apa yang dibutuhkan untuk dirinya sendiri, sehingga pada
akhirnya individu tersebut mampu untuk menentukan tugas-tugas perkembangan
selanjutnya dengan lebih mantap.
2. Bidang Pengembangan Sosial
Bidang Pengembangan sosial berkaitan erat dengan bagaimana individu
berhubungan dengan lingkungan di sekitarnya, melalui bimbingan sosial membantu
mengatasi permasalahan sosial yang diahadapi individu, misalnya masalah pergaulan
dengan teman sejenis maupun lawan jenis, pergaulan dengan orang lain yang lebih
muda maupun yang lebih tua, masalah tentang bagaimana menjaga keharmonisan
individu dengan alam sekitarnya, dan sebagainya yang berkaitan dengan penyesuaian
diri terhadap hubungan dengan orang lain ataupun dengan lingkungan sekitar.
Diharapkan dengan upaya bimbingan sosial, individu bias lebih memahami bahwa
pada dasarnya dalam hidup, setiap individu membutuhkan bantuan orang lain sehingga
perlu diciptakan interaksi yang harmonis diantara sesama makhluk hidup dan alam
sekitarnya.
3. Bidang Pengembangan Kegiatan Belajar
Dalam bidang bimbingan pengembangan kegiatan belajar, mencakup permasalahan
yang berkaitan dengan kesulitan belajar seseorang, misalnya tidak bias konsentrasi saat
belajar, tidak bisa mengatur waktu belajar, tidak tahu bagaimana belajar yang efektif,
dan sebagainya.
Melalui bimbingan belajar, konselor memberikan bantuan mengatasi permasalahan-
permasalahan kesulitan belajar yang dihadapi oleh konseli. Konselor berupaya agar
konseli dapat mencapai tujuan belajar yang diharapkan.
4. Bidang Pengembangan Karir
Bimbingan pengembangan karir berkaitan dengan pemahaman individu terhadap
dunia kerja, pengembangan karir yang sesuai dengan kemampuan dirinya dan
penyesuaian pekerjaan dengan keadaan dirinya. Oleh karena itu dengan upaya
bimbingan karir diharapkan individu dapat menentukan keputusan yang bertanggung
jawab atas masa depan yang diinginkannya serta dapat mengembangkan dirinya secara
optimal.
5. Bidang Pengembangan Kehidupan Berkeluarga
Sukiman (2011:96) menjelaskan bahwa bimbingan berkeluarga dimaksudkan untuk
membantu individu dalam mencari, menetapkan serta mengambil keputusan berkenaan
denga rencana perkawinan atau kehidupan keluarga yang sedang dijalaninya.
6. Bidang Pengembangan Kehidupan Keberagaman
Bidang keberagaman dimaksudkan untuk membantu individu dalam memantapkan
diri berkaitan dengan perilaku keberagaman menurut agama dan keyakinan yang di
anutnya.
L. Layanan Bimbingan dan Konseling
Ada sembilan jenis layanan bimbingan dalam BK pola 17 plus. Sukiman (2011:96)
menyebutkan, yaitu : layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran,
penguasaan konten, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok,
konsultasi dan mediasi.
1. Layanan Orientasi
Layanan orientasi adalah layanan yang diberikan kepada seseorang dalam mengenal
lingkungan baru. Kadang kala seseorang terlalu sulit untuk beradaptasi dengan
lingkungan yang baru sehingga membutuhkan informasi tentang lingkungan tersebut.
Dengan demikian layanan orientasi bertujuan agar individu dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan baru.
Bagi peserta didik, layanan orientasi bertujuan agar peserta didik mendapatkan
informasi tentang lingkungan pendidikan sekolah yang baru dimasukinya, sehingga
peserta didik tersebut bias segera menyesuaikan diri. Informasi-informasi yang
diperlukan, misalnya tentang fasilitas sumber belajar yang ada, ketentuan hak dan
kewajiban yang ada di sekolah tersebut, kegiatan penunjang yang diselenggarakan
sekolah, tenaga pendidikan dan kurikulum yang ada.
2. Layanan Informasi
Pemberian layanan informasi bertujuan untuk membantu individu dalam
memperoleh pengetahuan yang diperlukan dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya, agar individu tersebut dapat menentukan keputusan secara tepat. Selain
itu, layanan informasi membantu individu dalam menguasai berbagai informasi yang
berguna untuk mengenal diri, merencanakan dan mengembangkan pola kehidupan
sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat.
Prayitno dan Erman Anti (1999:261) membatasi jenis-jenis informasi yang
diberikan di lingkungan sekolah, yaitu :
a. Informasi pendidikan, yaitu informasi yang berkaitan dengan pendidikan
b. Informasi Jabatan, yaitu informasi-informasi tentang pengetahuan jenis-jenis
pekerjaan dan seputarnya, juga pengetahuan tentang kesempatan untuk
mengembangkan karir.
c. Informasi social – budaya, yaitu informasi yang berkaitan dengan pengetahuan
tentang sosial dan budaya, seperti macam suku bangsa, budaya, adapt istiadat,
agama, kepercayaan, dan potensi daerah. Hidup di Indonesia dengan berbagai suku
bangsa dan adat istiadat ini, perlu sekali untuk memperoleh informasi tentang social
– budaya. dengan mendapatkan bekal informasi ini dapat menumbuhkan perasaan
saling menghargai pada individu.
3. Layanan Penempatan dan Penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran di sekolah dapat berupa layanan dalam
menempatkan peserta didik di kelas, kelompok belajar, kegiatan ekstrakurikuler, setelah
lulus atau penempatan dan penyaluran ke dalam jabatan/pekerjaan.
4. Layanan Penguasaan Konten
Menurut Sukiman (2011:98) layanan penguasaan konten merupakan layanan
bantuan kepada individu untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui
kegiatan belajar.
5. Layanan Konseling Perorangan
Layanan konseling Perorangan di sekolah bertujuan untuk membantu mengatasi
permasalahan yang sedang dihadapi oleh individu. Dengan layanan ini, membantu
menumbuhkan pemahaman pada diri individu atas permasalahannya, sehingga individu
tersebut dapat mengembangkan persepsinya kea rah positif.
6. Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan ini diselenggarakan untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi
pengembangan pribadi. Pembahasan dilakukan dengan melibatkan peserta didik dan
diharapkan dapat terwujud pengembangan perasaan, pikiran, persepsi dan wawasan
pembaharuan menuju kea rah yang lebih baik.
Unsur-unsur yang menandai bimbingan kelompok adalah : dilakukan kelompok
yang homogen (misalnya, peserta didik satu kelas), masalah yang dibahas sama dan
anggota kelompok memerlukan informasi untuk tujuan kegunaan tertentu, sifat dari
pembahasan umum.
7. Layanan Konseling Kelompok
Tujuan dari layanan konseling kelompok adalah terselesainya masalah yang di alami
individu. Dalam layanan konseling kelompok membahas masalah-masalah yang
sifatnya homogen maupun heterogen dengan anggota kelompok yang berbatas, 5-10
orang. Masing-masing anggota kelompok diberi kesempatan untuk mengutarakan
permasalahannya dan memberikan umpan balik. Keterlibatan dan dinamika interaksi
social diperlukan dalam berlangsungnya konseling kelompok dengan menerapkan asas
rahasia.
8. Layanan Konsultasi
Layanan konsultasi membantu individu dalam memperoleh wawasan, dan
pemahaman dan cara yang diperlukan untuk menangani masalah pihak ketiga. Bantuan
yang di berikan untuk mendirikan konseli agar dapat menghadapi pihak konseli ketiga
yang dipermasalahkannya.
9. Layanan Mediasi
Layanan mediasi merupakan layanan yang dilaksanakan konselor terhadap dua
pihak atau lebih yang sedang dalam ketidakcocokan.
M. Kegiatan Layanan Pendukung Bimbingan dan Konseling
Kegiatan layanan pendukung berfungsi untuk membantu kelancaran pelaksanaan
kegiatan bimbingan dan konseling, yaitu sebagai berikut :
1. Aplikasi Intrumentasi
Dalam layanan bimbingan dan konseling, aplikasi instrument digunakan untuk
membantu memperoleh pemahaman tentang diri dan masalah konseli. Aplikasi
instrument dibagi menjadi dua : pertama, instrumen test, seperti tes intelegensi, tes
bakat, tes kepribadian, tes hasil belajar, dan tes diagnostik. Kedua, instrument non tes,
berupa wawancara, catatan anekdot (hasil pengamatan tentang tingkah laku yang tidak
biasa sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus), angket, dan sosiometri yang bias
digunakan untuk melihat pola hubungan sosial di antara individu.
2. Himpunan Data
Seorang konselor perlu mempunyai data-data pribadi dan umum setiap konselinya.
Data-data tersebut perlu dikumpulkan, disusun rapid an dipelihara, sehingga ketika
membutuhkannya dapat dengan mudah mencarinya. Prayitno dan Erman Anti
(1999:319) menjelaskan data-data tersebut meliputi :
a. Identitas Pribadi
b. Latar belakang rumah dan keluarga
c. Kemampuan mental, bakat dan kondisi kepribadian
d. Sejarah Pendidikan, hasil belajar, nilai-nilai mata pelajaran
e. Hasil tes diagnostic
f. Sejarah Kesehatan
g. Pengalaman Ekstra kurikuler dan kegiatan luar sekolah
h. Minat dan cita-cita pendidikan dan pekerjaan
i. Prestasi khusus yang pernah di peroleh.
3. Konferensi kasus
Konferensi kasus diselenggarakan dengan mengundang atau meminta partisipasi
pihak-pihak yang berperan dan menentukan bagi konseli yang bersangkutan, misalnya
orang tua dan guru. Tujuan pertemuan beberapa pihak yang bersangkutan ini untuk
mengkoordinir dan mengkomunikasi kan permasalahan yang sedang dihadapi konseli
sehingga diperoleh gambaran menyeluruh dan penanganan yang tepat.
4. Kunjungan Rumah
Kegiatan kunjungan rumah dilakukan untuk memperoleh data tambahan
permasalahan konseli. Seringkali orang tua peserta didik kurang tahu tentang
perkembangan anaknya di sekolah, oleh karena itu kunjungan rumah juga dilakukan
untuk menyampaikan kepada orang tua mengenai permasalahan yang sedang dihadapi
anaknya. Ketika orang tua sudah mengetahui informasi , diharapkan terbangun
komitmen yang sama antara pihak sekolah dengan orang tua uantuk menangani masalah
anaknya.
5. Alih Tangan Kasus
Prayitno dan Erman Anti (1999:325) menjelaskan bahwa ada dua jalur dalam
kegiatan alih tangan kasus, yaitu jalur kepada konselor dan jalur dari konselor. Jalur
kepada konselor mempunyai arti, konselor menerima “kiriman” konseli dari pihak lain
(guru atau orang tua). Sedangkan jalur dari konselor mempunyai maksud, konselor
“mengirimkan” konseli yang belum tuntas untuk ditangani kepada pihak lain yang lebih
ahli (psikologi, psikiater atau dokter).
N. Administrasi Kegiatan Bimbingan dan konseling
Administrasi Bimbingan dan konseling perlu dilakukan dengan baik, teratur dan
mantap, agar pelaksanaan layanan mencapai tujuannya. Administrasi yang dilakukan
dengan baik dapat menciptakan mekanisme kerja professional karena apa yang menjadi
tugas dan tanggung jawabnya dapat diketahui dengan baik.
Achmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudianto (2004:37) menjabarkan mekanisme
bimbingan dan konseling di sekolah sebagai berikut :
a. Awal tahun pelajaran baru di sekolah konselor melakukan pencatatan data pribadi
peserta didik dengan menyebarkan angket. Data yang sudah masuk dihimpun dalam
satu file buku pribadi untuk masing-masing konseli secara teratur.
b. Catatan anekdot selama proses belajar mengajar dibuat oleh guru bidang studi untuk
disampaikan kepada wali kelas. Kemudian wali kelas menghimpun catatan tersebut
dalam bentuk laporan observasi mingguan.
c. Laporan observasi diteruskan kepada konselor sekolah untuk dipelajari lebih lanjut.
Bila ada yang dipandang cukup serius, maka diselenggarakan konseling dengan
individu tersebut. Bila belum memadai, dapat di adakan konferensi kasus.
d. Hasil sosiometri perlu dikaji untuk mengetahui apakah ada masalah-masalah yang
menonjol atau tidak sehingga bias segera di tangani dan di tindak lanjuti dengan
proses konseling.
e. Hasil wawancara, kunjungan rumah perlu disatukan dalam satu file buku pribadi
masing-masing konseli.
f. Konselor sekolah melengkapi administrasi laporan harian, mingguan, semester,
tahunan kegiatan bimbingan dan konseling dan dilaporkan kepada kepala sekolah
untuk diperiksa.
O. 7 kesalahpahaman dalam Bimbingan dan Konseling
Dalam realita di lapangan, belum semua pihak mengetahui aturan yang jelas tentang
tugas seorang konselor sekolah. Disamping itu, masih banyak pula personil sekolah
yang mempunyai anggapan keliru terhadap fungsi seorang konselor sekolah. Hal ini
mengakibatkan pelaksanaan layanan bimbingan konseling belum maksimal, diantaranya
adalah :
1. Konselor sekolah (masih) dianggap polisi sekolah
Tidak jarang seorang konselor sekolah diberi tugas untuk mengurusi dan
menghakimi para peserta didik yang tidak mematuhi peraturan. Konselor sekolah di
tugaskan untuk mencari para peserta didik yang bersalah dan diberi wewenang
mengambil tindakan bagi peserta didik yang bersalah tersebut.konselor sekolah
didorong untuk mencari bukti-bukti bahwa peserta didik tersebut bersalah.
Dengan tugas semacam itu akan membentuk stigma diantara para peserta didik
bahwa konselor bertugas untuk mengurusi para peserta didik yang menjadi “biang
kerok” keributan atau yang menyalahi peraturan. Sehingga jika ada peserta didik yang
dipanggil atau berurusan dengan konselor termasuk dalam kelompok peserta didik
bermasalah.
Padahal pandangan tersebut keliru, konselor sekolah bukan polisi yang selalu
mencurigai dan akan menangkap siapa saja yang bersalah. Konselor sekolah adalah
kawan dan kepercayaan peserta didik, menjadi tempat berbagi tentang apa yang
dirasakan dan dipikirkan mereka. Konselor sekolah harus berupaya untuk menjadi
seorang yang bias menunjukkan jalan, membangun kekuatan dan kemauan individu
menuju ke arah yang lebih baik.
2. Konselor Sekolah Dianggap Dewa Nasehat
Adanya Perbedaan usia yang lebih tua dengan peserta didik mendorong konselor
untuk memberi nasihat. Padahal bimbingan dan konseling dilakukan bukan hanya
semata-mata untuk memberikan nasehat. Priyatno dan Erman Anti (1999:123)
menegaskan bahwa pemberian nasihat hanya merupakan sebagian kecil dari upaya-
upaya bimbingan dan konseling. Lebih dari itu konseli membutuhkan pelayanan lain,
seperti mendapatkan layanan informasi, bimbingan belajar, penempatan dan penyaluran.
Oleh sebab itu, pelayanan bimbingan dan konseling menyangkut keseluruhan
kepentingan konseli untuk mengembangkan pribadinya secara maksimal.
3. Bimbingan dan konseling hanya untuk konseli-konseli tertentu saja
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak hanya terbatas pada beberapa
individu saj. Seluruh peserta didik mendapatkan hak yang sama dalam memperoleh
layanan bimbingan dan konseling, kapanpun juga. Bimbingan dan konseling tidak
mengenal penggolongan peserta didik berdasarkan kondisinya (misalnya jenis kelamin,
kelas social/ekonomi, agama, suku, dan lain sebagainya). Penggolongan yang
dilakukan, hanya didasarkan klasifikasi masalah (Priyatno dan Erman Anti 1999:124).
4. Dalam Proses Konseling Konselor Sekolah Harus aktif
Saat Proses konseling berlangsung, seringkali konselor yang lebih aktif dalam
berbicara dan memegang kendali dengan kalimat-kalimat yang Sarat nasehat atau
dengan memperbanyak bicara tentang dirinya. Hal ini perlu diminimalisir. Konselor
sebaiknya memahami kapan perlu bicara dan kapan perlu berhenti bicara dihadapan
konseli saat konseling berlangsung. Upayakan untuk memberi ruang dan kesempatan
konseling berbicara seppenuhnya untuk menceritakan tentang apa yang dirasakamn dan
difikirkannya. Lebih jauh konselor berupaya untuk menggali lebih dalam akar penyebab
masalah yang sedang dihadapi.
5. Tugas dan fungsi konselor dapat dilakukan siapa saja.
Pada realitasnya anggapan bahwa tugas konselor sekolah bias dilakukan siapa saja
masih banyak ditemukan. Diantaranya merekan mempunyai pandangan bahwa
konseling sama halnya dengan pembicaraan biasa, sehingga siapapun bias
melakukannya.
Stigma yang masih muncul tersebut perlu di luruskan. Bimbingan dan konseling
adalah kegiatan layanan untuk membantu individu yang dilakukan oleh orang yang
menguasai dan membantu ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keahglian
tersebut dioperoleh melalui pendidikan di perguruan tinggi, juga pengalaman-
pengalaman yang diperoleh sepanjang mempelajari pendidikan dalam bidang bimbingan
dan konseling.
6. Hasil pekerjaan konselor sekolah harus segera dilihat.
Tak bias dipungkiri bahwa yang diinginkan dalam dunia pendidikan adalah peserta
didik yang mempunyai perilaku dan kepribadian baik serta dapat mengembangjkan diri
dengan optimal. Oleh karenanya banyak pihak yang menghendaki hasil pekerjaan
bimbingan konseling segera dilihat agar tidak menghambat kemajuan pendidikan.
Padahal mengubah pandangan atau perilaku konseli menuju kea rah yang lebih baik
dapat dilakukan dalam hitungan jam, buruh proses dan waktu relative lama, mungkin
bebrapa hari, mingguan bahkan samapai berbulan-bulan. Priyatno dan ERman Anti
(1999:128) menegaskan bahwa upaya-upaya bimbingan dan konseling bukanlah lampu
aladin yang dalam sekejap mata sudah dapat terwujudkan apa yang dimintanya. Upaya
menyangkut aspek-aspek psikologis dan tingkah laku tidaklah dapat didesak-desakan.
Pendekatan ingin mencapai hasil segera justru mungkin dapat melemahkan upaya itu
sendiri. Hal ini tidak berarti bahwa upaya bimbingan dan konseling dilakukan dengan
santai membutuhkan upaya yang serius dan sungguh-sungguh.
7. Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua konseli.
Seringkali upaya penanganan dalam menghadapi masalah konseli disamaratakan
karenba masalah yang ditangani juga sama. Perlu diingat bahwa setiap individu adalah
unik memiliki perbedaan masing-masing sehingga walaupun dengan masalah yang
sama belum tentu cara penanganannya sama .
Cara apapun yang akan dipakai dalam membantu mengetasi masalah sebaiknya
perlu disesuaikan dengan kondisi pribadi konseli dan berbagai hal yang terkait
dengannya. Bahkan sering kali terjadi, untuk masalah yang sama pun cara yang dipakai
perlu dibedakan. Masalah tampaknya “sama” setelah dikaji mendalam dapat memiliki
hakikat berbeda, sehingga diperlukan cara yang berbeda untuk mengatasinya.