BAB IV JUAL BELI ANJING DAN KUCING DALAM HADIS

20
BAB IV JUAL BELI ANJING DAN KUCING DALAM HADIS A. Kualitas Hadis Tentang Jual Beli Anjing Dan Kucing 1. Kualitas Sanad Hadis Penelitian hadis tentang jual beli anjing dan kucing dalam Sunan Abu> Dawu> d ini dapat dimulai dari periwayat pertama ataupun periwayat terakhir (mukharrij). Pada penelitian sanad hadis ini dimulai dari periwayat terakhir yakni Abu> Da> wud dan seterusnya sampai periwayat pertama yakni Ja> bir bin Abdullah: 1) Abu> Dawu> d Abu> Da> wud menerima hadis ini dari tiga gurunya yakni Ibra> him bin Mu> sa (wafat tahun 220 H), Al-Rabi‟ bin Na> fi‟(wafat tahun 241 H), dan „Ali bin B{ ahr (wafat tahun 234 H). Guru-gurunya tersebut wafat sebelum Abu> Dawu> d, hal ini dapat dibuktikan ketika Ibra> him bin Mu> sa wafat Abu> Da> wud berusia 18 tahun, selain itu pada saat Abu> Da> wud berusia 32 tahun „Ali bin B{ ahr juga telah meninggal dunia, selanjutnya Al-Rabi‟ bin Na> fi‟ wafat pada saat Abu> Dawu> d berusia 39 tahun. Dilihat dari segi tahun wafat mereka, memberi indikasi bahwa adanya pertemuan antara Abu> Dawu> d dan guru-gurunya dalam masa hidupnya. Abu> Da> wud telah populer dikalangan para muhaddithin akan ke-thiqah-annya dan ke-wara’-annya. Dalam menerima hadis dari ketiga gurunya, Abu Dawud menggunakan lafadh atau kata h{ addathana> . Lafadh tersebut menunjukkan 90

Transcript of BAB IV JUAL BELI ANJING DAN KUCING DALAM HADIS

Page 1: BAB IV JUAL BELI ANJING DAN KUCING DALAM HADIS

90

BAB IV

JUAL BELI ANJING DAN KUCING DALAM HADIS

A. Kualitas Hadis Tentang Jual Beli Anjing Dan Kucing

1. Kualitas Sanad Hadis

Penelitian hadis tentang jual beli anjing dan kucing dalam Sunan Abu>

Dawu>d ini dapat dimulai dari periwayat pertama ataupun periwayat terakhir

(mukharrij). Pada penelitian sanad hadis ini dimulai dari periwayat terakhir

yakni Abu> Da >wud dan seterusnya sampai periwayat pertama yakni Ja >bir bin

Abdullah:

1) Abu> Dawu >d

Abu > Da>wud menerima hadis ini dari tiga gurunya yakni Ibra >him

bin Mu >sa (wafat tahun 220 H), Al-Rabi‟ bin Na>fi‟(wafat tahun 241 H), dan

„Ali bin B{ahr (wafat tahun 234 H). Guru-gurunya tersebut wafat sebelum

Abu> Dawu >d, hal ini dapat dibuktikan ketika Ibra >him bin Mu >sa wafat Abu>

Da>wud berusia 18 tahun, selain itu pada saat Abu > Da>wud berusia 32 tahun

„Ali bin B{ahr juga telah meninggal dunia, selanjutnya Al-Rabi‟ bin Na>fi‟

wafat pada saat Abu > Dawu>d berusia 39 tahun. Dilihat dari segi tahun wafat

mereka, memberi indikasi bahwa adanya pertemuan antara Abu > Dawu>d

dan guru-gurunya dalam masa hidupnya. Abu > Da>wud telah populer

dikalangan para muhaddithin akan ke-thiqah-annya dan ke-wara’-annya.

Dalam menerima hadis dari ketiga gurunya, Abu Dawud

menggunakan lafadh atau kata h{addathana> . Lafadh tersebut menunjukkan

90

Page 2: BAB IV JUAL BELI ANJING DAN KUCING DALAM HADIS

91

adanya proses penerimaan hadis secara al-sama’. Cara demikian ini,

merupakan cara yang tinggi nilainya, menurut jumhur ulama‟. Dengan

demikian, periwayatan Abu > Da>wud yang mengatakan bahwa dia telah

menerima riwayat hadis di atas dari ketiga gurunya dengan cara atau

metode al-sama’, maka hal ini dapat dipercaya kebenarannya. Melihat

fakta tersebut , terbukti bahwa sanad antara Abu> Da>wud dengan ketiga

gurunya yakni Ibra >him bin Mu >sa, Al-Robi‟ bin Na>fi‟, dan „Ali bin B {ahr

dalam keadaan bersambung (muttas {il).

2) Ibra>him bin Mu >sa

Ibra>him bin Mu >sa menerima hadis dari gurunya yang bernama „Isa

bin Yu>nus yang wafat pada tahun 182 Hijriah. Hal ini menunjukkan bahwa

„Isa bin Yu >nus telah wafat terlebih dahulu sebelum Ibra >him bun Mu >sa.

Dilihat dari tempat berpetualang mencari ilmu Ibra >him bin Mu >sa yang

pernah ke Syam, maka muncul indikasi bahwa mereka pernah bertemu,

karena „Isa bin Yu >nus tinggal di Syam, sehingga dapat dikatakan bahwa

keduanya pernah hidup dalam satu zaman, meski masing-masing berada

dalam t}abaqat yang berbeda.

Periwayatannya menggunakan lambang haddathana >, lambang

tersebut menunjukkan bahwa hadis yang diperoleh melalui metode al-

sama’ artinya bahwa antara keduanya telah terjadi proses pertemuan guru

dan murid. Cara demikian ini, merupakan cara yang tinggi nilainya,

menurut jumhur ulama‟. Dengan demikian, periwayatan Ibrahi >m bin Mu >sa

Page 3: BAB IV JUAL BELI ANJING DAN KUCING DALAM HADIS

92

yang menerima riwayat hadis di atas dari „Isa bin Yu >nus, maka yang

demikian ini dapat dipercaya kebenarannya dan bersambung (muttas}i>l).

Para kritikus hanya mengungkapkan ta’di >l terhadap Ibra>him bin

Mu>sa dengan pujian tsiqqah yang merupakan pujian yang tinggi. Semua

itu berarti sanad antara Ibra >him bin Mu >sa dengan „Isa bin Yu >nus bisa

diterima.

3) Ar-Ra>bi‟ bin Na>fi‟

Ar-Ra>bi‟ bin Na>fi‟ menerima hadis dari gurunya yang bernama

„Isa bin Yu >nus yang wafat pada tahun 182 Hijriah. Hal ini menunjukkan

bahwa „Isa bin Yu >nus telah wafat terlebih dahulu sebelum Ar-Ra>bi‟ bin

Na>fi‟.

Periwayatannya menggunakan lambang haddathana >, lambang

tersebut menunjukkan bahwa hadis yang diperoleh melalui metode al-

sama’ artinya bahwa antara keduanya telah terjadi proses pertemuan guru

dan murid. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya proses perlawatan

keduanya dalam mempelajari hadis yakni di Kufah,, di sanalah

kemungkinan besar mereka bertemu. Cara demikian ini, merupakan cara

yang tinggi nilainya, menurut jumhur ulama‟. Dengan demikian,

periwayatan Ar-Ra>bi‟ bin Na>fi‟yang menerima riwayat hadis di atas dari

„Isa bin Yu >nus, maka yang demikian ini dapat dipercaya kebenarannya

dan bersambung (muttas}i>l).

Para kritikus hanya mengungkapkan ta’di >l terhadap Ar-Ra>bi‟ bin

Na>fi‟dengan pujian tsiqqah yang merupakan pujian yang tinggi. Semua itu

Page 4: BAB IV JUAL BELI ANJING DAN KUCING DALAM HADIS

93

berarti sanad antara Ibra>him bin Mu>sa dengan „Isa bin Yu >nus bisa

diterima.

4) „Ali bin B{ahr

„Ali bin B{ahr menerima hadis dari gurunya yang bernama „Isa bin

Yu>nus yang wafat pada tahun 182 Hijriah. Hal ini menunjukkan bahwa

„Isa bin Yu >nus telah wafat terlebih dahulu sebelum „Ali bin B{ahr.

Periwayatannya menggunakan lambang akhbaraana >, lambang

tersebut menunjukkan bahwa hadis yang diperoleh melalui metode al-

sama’ artinya bahwa antara keduanya telah terjadi proses pertemuan guru

dan murid. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya proses perlawatan

keduanya dalam mempelajari hadis yakni di Kufah,, di sanalah

kemungkinan besar mereka bertemu. Cara demikian ini, merupakan cara

yang tinggi nilainya, menurut jumhur ulama‟. Dengan demikian,

periwayatan Ar-Ra>bi‟ bin Na>fi‟yang menerima riwayat hadis di atas dari

„Isa bin Yu >nus, maka yang demikian ini dapat dipercaya kebenarannya

dan bersambung (muttas}i>l).

5) „Isa bin Yu >nus

„Isa bin Yu >nus menerima hadis dari gurunya yang bernama Al-

A‟mash (Sulaiman bin Mihran) yang wafat pada tahun 147 Hijriah. Hal ini

menunjukkan bahwa Al-A‟mash telah wafat terlebih dahulu sebelum „Isa

bin Yu>nus.

Dilihat dari tempat tinggal antara keduanya yang sama-sama

berada di Kufah maka dapat di indikasikan bahwa antara keduanya telah

Page 5: BAB IV JUAL BELI ANJING DAN KUCING DALAM HADIS

94

terjadi proses pertemuan guru dan murid. „Isa bin Yu >nus menerima hadis

dari Al-A‟mash menggunakan lambang „an, walaupun periwayatannya

menggunakan lambang „an,tetapi dipastikan bahwa mereka tetap bertemu,

karena berada dalam kota yang sama yakni Kufah. Selain itu ulama‟

sepakat bahwa „Isa bin Yu >nus adalah seorang seorang yang tsiqqah.

6) Al-A‟mash

Al-A‟mash yakni Sulaiman bin Mihran, menerima hadis dari

gurunya yakni T{alh {ah bin Na<fi‟. Dilihat dari tempat perlawatannya,

mereka diindikasikan bertemu di Kufah karena Al-A‟mash merupakan

kalangan tabi‟in yang bertempat tinggal di Kufah, begitu juga T{alh {ah bin

Na<fi‟. Ibnu H{ibba>n menyebutkannya sebagai orang yang thiqqah, begitu

juga Abu > H{a>tim dan an-Nasa‟i, keduanya menilai Al-Amash sebagai orang

yang thiqqah. Al-A‟mash menerima hadis dari T{alh {ah bin Na<fi‟ dengan

menggunakan kata ‘an. Meskipun ia menggunakan kata ‘an, tetapi dapat

dipastikan mereka bertemu dengan alasan bahwa keduanya sama-sama

pernah mengabdi di tempat yang sama yakni Kufah, dan ulama juga telah

sepakat mengatakan bahwa Al-A‟mash merupakan murid dari T{alh {ah bin

Na<fi‟.

7) Abu> S {afyan

Abu > S {afyan yakni T{alh {ah bin Na<fi‟, ia meriwayatkan hadis dari

Ja<bir bin „Abdullah. Abu> S {afyan merupakan kalangan tabi‟in yang

bertempat tinggal di Marwah ar-Roudh (Makkah), Ibnu H{ibba>n

menyebutkannya dalam riwayatnya yakni at-thiqqa <h, sedangkan Ah {mad

Page 6: BAB IV JUAL BELI ANJING DAN KUCING DALAM HADIS

95

bin H{anbal dan an-Nas‟I menilai dengan Laisa bihi > ba’s yang artinya

orang yang tidak cacat. Begitu juga „Abdurrahman bin Abi H {atim, dia

menilai Abu> S {afyan dengan kata thiqqah. Namun berbeda lagi dengan

pandangan Waki>‟ bin Jarrah, ia menilai Abu> S {afyan dengan sebutan

s {ah{i >fah, S {u‟bah berpendapat bahwasanya Abu> S {afyan tidak mendengar

dari Ja>bir selain hanya empat hadis, sedangkan menurut al-„Ajali > hadis

yang ia riwayatkan Abu> S {afyan dinilai kurang kuat. Walaupun berkenaan

dengan tahun wafat antara Abu> S {afyan dan Ja<bir tidak diketahui, namun

dapat dipastikan antara Abu> S {afyan dengan Ja<bir pernah bertemu secara

langsung, sebagaimana ungkapan Abu> S {afyan, bahwasanya dia pernah

bertetangga dengan Ja <bir selama 6 bulan, dan ulama sepakat mengatakan

bahwa Abu > S {afyan merupakan murid dari Ja<bir.

Lambang periwayatannya adalah an. Para ulama hadis berpendapat

bahwa lambang an merupakan hadis mu‘an‘an. Hadis ini bisa dianggap

bersambung, dengan catatan bahwa hadis tersebut selamat dari tadli>s dan

dimungkinkan adanya pertemuan dan semasa, sebagaimana yang

disyaratkan Imam Al-Bukha>ri>, atau hanya semasa saja sebagaimana

syarat yang diajukan Imam Muslim. Adanya dua syarat yang ditegaskan

oleh Imam Al-Bukha>ri> dan Muslim serta bersihnya sifat tadli>s dari Abu>

S {afyan.

Adapun mengenai jarh dan ta’di >l terhadap perawi ini ditemukan.

Namun jika ada penilaian kritikus yang bertentangan maka yang diambil

adalah nilai pujian, kecuali jarh-nya yang ditetapkan mempunyai sebab-

Page 7: BAB IV JUAL BELI ANJING DAN KUCING DALAM HADIS

96

sebab terperinci. Namun pada perawi ini yang men-jarh termasuk kritikus

yang mutashaddid, maka ungkapan jarh tersebut dikalahkan oleh kritikus

yang men-ta’di >l. Dengan demikian perawi ini bisa diterima.

8) Ja>bir

Ja>bir menerima hadis dari Rasulullah saw. Dalam menerima hadis

di atas Ja>bir menggunakan kata anna. Ja>bir merupakan salah satu dari

sahabat Nabi saw. yang berasal dari Madinah, Dia pernah mengikuti

beberapa peperangan beserta Rasulullah dan menjadi salah satu dari

peserta Baiat aqa <bah kedua beserta ayah dan pamannya. Oleh karenanya

dapat dikatakan bahwa sanad antara Ja>bir dengan Nabi saw. dalam

keadaan bersambung.

Demikianlah penelitian yang berdasarkan ketersambungan sanad

dan kualitas perawi. Secara keseluruhan perawi yang meriwayatkan hadis

tentang jual beli anjing dan kucing dalam Sunan Abu > Dawu>d nomor 3479

berkualitas thiqqah, s}adu>q, Totalitas nilai para perawi dari jalur Abu>

Dawu>d serta adanya mu‘as }s }arah dan liqa >’ dapat dijadikan bukti bahwa

jalur sanad Abu> Dawu>d ini bersambung mulai dari mukharrij hingga

sampai kepada informan utama, yakni Muhammad Rasulullah SAW.

Otentisitas sanad hadis Abu > Dawu>d nilainya menjadi lebih kuat saat

disandarkan pada riwayat-riwayat hadis dari jalur lain yang sama

pembahasannya, yakni riwayat Imam Muslim, at-Tirmidhi >, an-Nasa‟I dan

Ah}mad bin H }ambal. Selain itu sanad dari jalan Abu > Dawu >d ini setelah di

teliti, tidak di temukan adanya shadh maupun ‘illat.

Page 8: BAB IV JUAL BELI ANJING DAN KUCING DALAM HADIS

97

2. Kualitas Matan Hadis

a. Analisis Kemungkinan Adanya Sha >dh dan „Illah Hadis.

Jika diteliti berdasarkan redaksi matan, terlihat bahwa tidak ada

satupun riwayat selain jalur Abu> Dawu>d bertentangan dengan riwayat jalur

Abu> Dawu >d. Pertentangan yang dimaksudkan di sini adalah pertentangan

prinsip muatan hadis. Namun secara redaksional, antara riwayat Abu>

Dawu>d dengan riwayat lain tidak ada perbedaan, hanya pada jalur an-

Nasa‟i yang berbeda yakni terdapat tambahan redaksi د ي ص ب ل ك الا . Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa riwayat hadis jalur Abu> Dawu >d tidak

mengandung sha >dh.

Selanjutnya dari sisi kecacatan hadis, tidak terlihat kecacatan yang

mengarah pada adanya ‘illah hadis dalam riwayat Abu> Dawu >d ini.

Demikian ini karena jalur sanad Abu> Dawu>d bersambung sampai Nabi,

sehingga sama sekali tidak ada unsur mauqu>f atau mursal dalam sanad

tersebut. Ditambah pula adanya sanad-sanad lain selain jalur Abu > Dawu>d

yang mendukung keakuratan sanad Abu> Dawu >d. Adanya perawi-perawi

yang memiliki kualitas thiqah, mengurangi kemungkinan adanya tadli >s,

sehingga kesamaran-kesamaran sanad yang disebabkan tadli >s tidaklah

muncul dalam deretan sanad Abu> Dawu>d ini. Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa sanad hadis jalur Abu> Dawu>d tidak memiliki kecacatan

(‘Illah). Namun dalam hadis pendukung riwayat an-Nasa‟i mengalami

perbedaan lafadz, lebih tepatnya terdapat penambahan lafadh, yang mana

penambahan tersebut menurut jumhur ulama‟ adalah sha >dh, Imam Ah {mad,

Page 9: BAB IV JUAL BELI ANJING DAN KUCING DALAM HADIS

98

an-Nawawi serta as-Suyu >t {i men-d{oif-kan, an-Nasa‟i sendiri menyatakan

bahwa penambahan tersebut adalah munkar, dan muhaddithin sepakat

akan ke-d {oif-an penambahan tersebut. Selain itu dalam hadis riwayat al-

Thirmidhi > yang lain juga menyatakan ke-d{oif-an penambahan tersebut

yakni

اخربناوكيععن ب ر ن اابوكر ي ب انبنمل ععناا ازهمممعناا ىريرةلال ىععنننحماا خ امسويميدالكلبا كلبالصميدلالابوعيسعىذاحديثاليصحمنىذاالوجووابوازهممم االم

بناحلجماج شع ب ع يميدبنمفيانوتكلممفيو عنبنمفيانوتكلمفيو رو ي وضعمفوو ل د ج ابرعنالنميبصلعاهللعليووملممحنوىذاواليصحمامنانهايضا

Dari keterangan dari hadis riwayat al-Thirmidhi > tersebut

menunjukkan bahwa adanya pengecualian pemberian harga atu jual beli

anjing(anjing pemburu) adalah sesuatu yang tidak benar dan merupakan

penjelasan yang lemah. Selanjutnya penelitian ini akan dilanjutkan pada

validitas hadis, hal ini dilakukan untuk mengetahui tentang ke-shahih-an

matan hadis, langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Korelasi terhadap Alquran

Alquran adalah sumber utama dalam Islam yang menjadi

dasar untuk melaksanakan berbagai ajaran baik yang us {ul maupun

yang furu’, maka Alquran haruslah berfungsi sebagai penentu hadis

yang dapat diterima dan sebaliknya. Hadis yang tidak sejalan dengan

Alquran haruslah ditinggalkan sekalipun sanad-nya s {ah{i >h{. sebelum

membahas tentang ayat alquran yang berhubungan dengan jual beli

Page 10: BAB IV JUAL BELI ANJING DAN KUCING DALAM HADIS

99

anjing dan kucing maka perlu mengetahui terlebih dahulu terkait

kaidah ushulnya.

Kaidah ushul tentang jual beli tersebut berbunyi Kullu maa

hurrimaa ‘ala al-‘ibaad fabai’uhu haraam (Segala sesuatu yang

diharamkan atas hamba, maka memperjualbelikannya adalah haram

juga). Melihat kaidah tersebut, secara tidak langsung menyebutkan

bahwasanya sesuatu yang haram dimakan maka untuk

memperjualbelikannya juga haram. Dari pemahaman tersebut

ditemukan adanya lafaz { Alquran yang bertentangan dengan hadis yang

membicarakan tentang jual beli anjing dan kucing yakni

Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang

diwahyukan kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang

hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah

yang mengalir atau daging babi - karena Sesungguhnya semua itu kotor -

atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang

dalam Keadaan terpaksa, sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak

(pula) melampaui batas, Maka Sesungguhnya Tuhanmu Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang".

Dalam ayat tersebut menerangkan bahwasanya yang dilarang

atau diharamkan untuk dimakan adalah bangkai, darah, dan daging

babi. Sedangkan untuk anjing dan kucing tidak disebutkan secara

langsug. Secara global (yang dimaksud surat Al An‟am ayat 145),

Page 11: BAB IV JUAL BELI ANJING DAN KUCING DALAM HADIS

100

keumuman yang ada berlaku jika kita lihat dari hewan yang dimakan

sebagaimana yang dimaksudkan dalam konteks ayat dan terdapat

nantinya istitsna‟ (pengecualian). Namun hewan-hewan yang

mengalami pengecualian sehingga dihukumi haram tetap perlu kita

tambahkan dengan melihat dalil lainnya dari Alquran dan As Sunnah

yang menunjukkan masih ada hewan lain yang diharamkan. Tetapi

kenyataannya diriwayatkan dari Ibnu „Abbas, Ibnu „Umar, dan

„Aisyah, mereka menyatakan bahwa tidak ada hewan yang haram

kecuali yang disebutkan dalam surat Al An‟am ayat 145. Imam Malik

pun berpendapat demikian. Namun ini adalah pendapat yang lemah.

Karena ini sama saja mengabaikan pelarangan hewan lainnya setelah

turunnya surat Al An‟am ayat 145. Pendapat ini juga sama saja

meniadakan hewan-hewan yang dikatakan oleh Nabi shallallahu

„alaihi wa sallam sebagai hewan yang haram untuk dimakan, yang

beliau menyebutkan hal tersebut setelah turunnya surat Al An‟am ayat

145. Peniadaan yang dilakukan tersebut dinilai tanpa adanya sebab

dan tanpa ada indikator yang menunjukkan diharuskannya peniadaan

tersebut. Ayat Alquran yang menunjukkan tentang pelarangan hewan

yang turun setelah surat al-An‟am ayat 145 adalah surat al-Maidah

ayat 3 yakni,

Page 12: BAB IV JUAL BELI ANJING DAN KUCING DALAM HADIS

101

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi,

(daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik,

yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas,

kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu)

yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib

dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah

kefasikan. pada hari iniorang-orang kafir telah putus asa untuk

(mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka

dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu

agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-

ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena

kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang.

Dari ayat diatas menunjukkan bahwa yang dilarang dalam

Alquran terkait keharaman memakannya tidak hanya mutlak terdapat

pada surat al-An‟am ayat 146, akan tetapi terdapat juga dalam surat al-

Maidah ayat 3, selain itu dikuatkan pula dengan beberapa sabda Nabi

mengenai haramnya memakan binatang yang bertaring dan

mempunyai cakar, yang mana anjing dan kucing termasuk dalam

kategori binatang tersebut. Jadi secara tidak langsung larangan

memakan binatang tersebut menjadi penyebab larangan jual beli

anjing dan kucing.

2. Korelasi terhadap hadis

Mencari hadis lain yang setema tidak lain adalah sebagai

salah satu usaha untuk mengetahui kebenaran matan hadis tentang jual

beli anjing dan kucing dengan mempertimbangkan teks-teks hadis lain

Page 13: BAB IV JUAL BELI ANJING DAN KUCING DALAM HADIS

102

yang masih memiliki pembahasan dalam satu tema yang sama dengan

tema hadis yang dikaji sebagai berikut:

1) Hadis riwayat Al-Bukhori

بكربنعبدالرحنحدثناحيىيبنحيىيلالرأتعلعمالكعنابنشابعنايبرمولاهللصلعاهللعليووملم ىععنننالكلبعنايبمسعوناألنصاريانم

ومرالبغيوحلوانالكاىن2) Hadis riwayat Ibnu Majah

حدثناىشامبنع مارثناالوليدبنمسل عأنبأناابنهليعععناا المبريعنجابرلال: ىعرمولاهللصلعاهللعليووملممعنننالسنمور

Kedua hadis di atas jika ditinjau dari maknanya memiliki

kandungan maksud yang sama dan dapat diindikasikan dalam riwayat

hadis yang mampu menjadi pendukung bagi kebenaran matn hadis

jual beli anjing dan kucing.

3. Korelasi terhadap akal

Jual beli anjing dan kucing merupakan suatu praktik jual

beli yang dianggap sebagai seburuk-buruk penghasilan dan sesuatu

yang tidak baik. Meskipun dalam Alquran tidak spesifik menyebutkan

tentang jual beli anjing dan kucing, tetapi ketika dikonfirmasikan

dengan akal juga dalam hadis ini Nabi saw., juga memberikan aba-aba

atau sebuah peringatan yang diperuntukan kepada umat Islam agar

berhati-hati ketika membelanjakan harta yang dimiliki. Walaupun

praktik jual beli ini memberikan keuntungan yang berlimpah bagi

penjualnya, dan memberikan kepuasan terhadap pembelinya, akan

Page 14: BAB IV JUAL BELI ANJING DAN KUCING DALAM HADIS

103

tetapi praktik jual beli ini selain bertentangan dengan hadis Nabi saw,

juga dinilai termasuk perbuatan yang kurang wajar.

Selain itu menurut adat kebiasaan masyarakat muslim,

secara umum binatang yang diperjualbelikan adalah binatang yang

dapat diambil manfaatnya, khususnya dapat dikonsumsi. Namun

berbeda dengan jual beli anjing dan kucing selain dinilai kurang

bermanfaat hal ini bisa berakibat pada penghambur-hamburan uang,

karena seperti yang diketahui harga anjing maupun kucing sangat

mahal.

B. Kehujjahan Hadis Tentang Jual Beli Anjing Dan Kucing

Setelah melakukan kritik sanad dan matan di atas, dapat dikemukakan

bahwa hadis tentang jual beli anjing dan kucing yang diriwayatkan oleh Abu>

Dawu>d yang sedang menjadi objek penelitian ini dinilai mempunyai sanad h{asan

karena terdapat perawi yang kurang d{a>bit { yaitu lemah hafalannya. Perawi yang

bernilai lemah atas hafalannya adalah Abu> S {afyan, namun hal tersebut tidak

menjadikan hadis tentang jual beli anjing dan kucing ini berkualitas da’if karena

selain muttas }il juga terhindar dari sha >dh maupun ‘illat. Selain itu hadis tentang

jual beli anjing dan kucing ini juga diriwayatkan dari beberapa jalur yang

menguatkan yakni imam Muslim, an-Nasa‟i, at-Tirmidhi >, dan Ah{mad bin H {ambal

sehingga derajat hadis tersebut bisa meningkat menjadi s {ahih li ghairihi dan

dapat dijadikan pedoman untuk ber-hujjah terhadapnya.

Page 15: BAB IV JUAL BELI ANJING DAN KUCING DALAM HADIS

104

C. Makna Hadis Tentang Jual Beli Anjing Dan Kucing

melarang atau mencegah : نهى

harga : ثمن

anjing : الكلب

kucing : السنور

Kata السنور berarti kucing, dimana kata ini adalah muradif atau persamaan

kata dari هر, jama‟nya هررة.1 Makna kata naha dalam lafadh tersebut adalah

melarang atau mencegah, dimana pemberian makna lafadh naha tersebut

merupakan makna secara hakiki bukan makna majazi, sehingga makna lafadh

tersebut benar-benar perintah untuk melarang adanya praktik jual beli anjing dan

kucing, walaupun selanjutnya makna larangan tersebut sampai derajat keharaman

atau hanya larangan yang bersifat makruh.

Dalam memahami larangan pemberian harga terhadap anjing, yang di

maksud anjing dalam hadis diatas adalah anjing kecil atau besar, untuk berburu,

penunjuk jalan maupun untuk mengolah tanah.2 Dalam praktik penjualan ini

dinyatakan tidak sah, uang hasil penjualannya tidak halal, dan tidak

diperhitungkan atas orang yang menghilangkannya, baik anjing itu terlatih

maupun tidak terlatih, dan baik anjing itu termasuk yang boleh dimanfaatkan

maupun yang tidak. Hal ini merupakan pendapat yang dianut oleh mayoritas

ulama, diantaranya adalah Abu Hurairah, Hasan al-Bashri, Rabi‟ah, Al-Jauza‟i,

Al-Hakam, Hammad, Syafi‟i, Ahmad, Dawud, Ibnu Al-Mundzir, dan lainnya.

1 Ibnu Manz {ur, Lisa >n al-Arab (Kairo: Da >r al-Ma‟a >rif, TT), 4650.

2Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Zaadul Ma’ad, penerjemah: Kathur Suhardi

(Jakarta: Pustaka Azzam, 2006), 428.

Page 16: BAB IV JUAL BELI ANJING DAN KUCING DALAM HADIS

105

Berbeda dengan Imam Abu Hanifah yang menyatakan bahwa anjing yang

dimanfaatkan boleh dijual dan diperhitungkan nilainya atas orang yang

menghilangkannya.3

Ibnu Al-Mundzir menyampaikan dari Jabir, Atha‟ dan An-Nakha‟i,

bahwasanya dibolehkan menjual anjing pemburu bukan yang lain. Sedangkan

yang disampaikan Imam Malik terdapat beberapa riwayat, di antaranya:

1. Anjing tidak boleh dijual, namun nilainya diperhitungkan atas orang yang

menjual dan nilainya tetap diperhitungkan

2. Anjing boleh dijual dan nilainya tetap diperhitungkan

3. Anjing tidak boleh dijual dan nilainya tidak diperhitungkan atas orang yang

menghilangkannya.

Ada yang berpendapat, apabila pemanfaatan sesuatu hukumnya haram,

maka penjualannya juga haram. Jadi hukum penjualannya mengikuti hukum

barang dan pemanfaatannya atau gambarannya secara umum, apalagi ada

percampuran antara yang halal dan yang haram.4

Berkaitan dengan adanya pelarangan terhadap jual beli anjing, hal ini

merupakan solusi yang baik, karena di banding dengan kadar manfaat yang bisa di

ambil, kadar kemudhratan dan kerugiannya lebih besar. Sebagaimana dalam hadis

3Imam an-Nawawi, Al-Minha >j Syarah Shahih Muslim, Jilid VII (Jakarta: Darus

Sunnah, 2013), 717. 4Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Zaadul Ma’ad…, 428.

Page 17: BAB IV JUAL BELI ANJING DAN KUCING DALAM HADIS

106

انم٬عنعبداهللابنمغفل٬عنمطرف٬عنأا التيماح٬حدثناشعبع٬اخربناوىببنجريرلو هم ب ع م رات ن اء ف اغ س ال ل بف ٬النيبصلعاهللعليووململال:إ ذ او ل غ ال ك ن ع ع فرو هف و الثام

. الطر اب

Wahab bin Jarir mengabarkan kepada kami, Syu‟bah

menceritakan kepada kami, dari Abu Tayah, dari Matharrif, dari

Abdullah bin Mughaffal; sesungguhnya Rasulullah saw bersabda, “jika

seekor anjing menjilat sebuah bejana, maka basuhlah bejana tersebut

sebanyak tujuh kali, dan untuk basuhan yang kedelapan gunakanlah debu

dan tanah.5

Hadis di atas menjelaskan bahwasanya jilatan anjing harus dibasuh

sebanyak tujuh kali, dan pada basuhan yang terakhir harus di campur dengan

tanah, dalam anjuran tersebut tersimpan pesan rahasia yang menjadi tanda tanya

terkait jilatan anjing yang harus di bersihkan dengan cara demikian. Seiring

dengan berjalannya waktu, pertanyaan tersebut terjawab melalui penelitian-

penelitian modern, bahwasanya air liur anjing dari jenis apapun berbahaya bagi

manusia. air liur anjing mengandung virus berbentuk pita cair, semakin kecil

ukuran mikroba, ia akan semakin efektif untuk menempel dan melekat pada

dinding sebuah wadah. Dalam hal ini tanah berperan sebagai penyerap mikroba

berikut virus-virusnya yang menempel dengan lembut pada wadah atau bejana.

Persatuan Dokter Kesehatan Anak di Munich-Jerman, mengungkapkan

bahwa air liur anjing mengandung berbagai kuman penyebab penyakit. Bakteri

tersebut dapat masuk dan menyerang organ dalam manusia melalui sistem

terbuka.

5Abdul Syakur Abdur Razak, Sunan Ad-Darimi, jilid 1 (Jakarta: Buku Islam Rahmatan,

tt), 441.

Page 18: BAB IV JUAL BELI ANJING DAN KUCING DALAM HADIS

107

Cacing pita yang terdapat pada anjing bentuknya sangat kecil dan tidak

dapat di lihat, cacing-cacing ini tidak dapat tumbuh pada diri manusia dan hewan,

melainkan berupa jerawat-jerawat dan bisul-bisul baru yang satu sama lain sangat

berbeda dengan cacing pita itu sendiri. Bisul yang terdapat pada binatang tidak

lebih dari sebesar apel, akan tetapi bisul pada diri manusia yang di sebabkan

cacing pita besarnya bisa mencapai sebesar kepal tangan atau sebesar kepala anak

kecil yang penuh dengan nanah. Pada awalnya bisul ini menyerang hati manusia,

akan tetapi kemudian pindah pada paru-paru, lengan, limpa dan anggota tubuh

yang lain.6

Melihat fakta-fakta tersebut, maka dapat di jadikan pertimbangan untuk

memperjualbeliaknnya, karna resiko kerugian yang didapatkan lebih banyak

daripada manfaatnya terhadap manusia, terutama dari segi kesehatan. Selain itu

anjing merupakan hewan yang bertaring dan berkuku tajam dan termasuk dalam

kategori binatang buas, walaupun sudah di jinakkan.

Sedangkan dalam mengartikan kucing, disini terdapat dua macam definisi,

yakni kucing yang jinak dan kucing yang liar. Kucing yang jinak adalah kucing

yang terbiasa datang kepada manusia, tidur disekitarnya, dan dapat membersihkan

dan mencegah rumah dari serangan tikus, dan kucing yang liar adalah kucing

yang tidak mempunyai tuan, dan dikhawatirkan dapat mengganggu keselamatan

manusia.7 Selain itu yang dimaksud dengan kucing yang liar adalah kucing yang

memakan burung dan ayam. Akan tetapi saat ini kucing sudah terbiasa makan

6Yusuf Qaradhawi, Halal dan Haram, terj. Tim Penerbit Jabal (Bandung: Jabal,

2012), 116-117. 7Abu > Tayyib Muhammad Syams al-Haq , Aun al-Ma’bu >d, Jilid V (Beirut: Dar al-

Kutub al-„Alamiyah, 1990), 270.

Page 19: BAB IV JUAL BELI ANJING DAN KUCING DALAM HADIS

108

berdampingan dengan ayam, artinya saat ini sudah jarang ada kucing yang

memakan ayam yang masih hidup.8

Sejak zaman dahulu, kucing merupakan binatang yang terbiasa berkeliaran

di sekitar manusia, walaupun keberadaannyaa tanpa ada yang mengakui dan

jarang di harapkan akan tetapi kebanyakan manusia dengan senang hati

memberikan makanan terhadapnya, walaupun hanya berupa sisa-sisa makanan.

Kucing termasuk binatang yang malas, maka dari itu tidak bisa hidup tanpa belas

kasih dari manusia, hal tersebut yang menjadi salah satu penyebab kucing selalu

berada di sekitar manusia. adanya kebiasaan kucing yang suka berbaur dengan

manusia ini sehingga Rasulullah memberikan keistimewaan tersendiri

terhadapnya, sebagaimana dalam hadis riwayat Abu > Dawu>d sebagai berikut

عنحيدةبنتعبيد٬عنإمحاقبنعبداهللبناا طلحع٬اخربنامالك٬اخربنااحلكمبنازهبارككعببنمالك٬بنرفاعع كبشعبنت وكانتحتتابنأا لتانة:أنابالتانةنخلعليا٬عن

لالتكبشع:٬حىتش ر ب ت اابولتانةالناء عهل غ ص أ ف ون م بر ش ت فجاءتىرة ٬اوء ضلوو ت ب ك س ف ا ر ف ا نرمولاهللصلعاهللعليووململال:تعجبنييابنتأخع؟للت:نعم.لالفقال:ارظن أ ن

بنجس امناىيمنالطوافنيعليكموالطوافات.٬ا ىاليست

Hakam bin al-Mubarak mengabarkan kepada kami, Malik mengabarkan

kepada kami, dari Ihaq bin Abdullah bin Abu Thalhah, dari Humaidah binti

Ubaid bin Rifa‟ah, dari Kabsyah binti Ka‟ab bin Malik, saat itu iamenjadi istri

Ibnu Abu Qatadah. Suatu hari Abu Qatadah masuk ke dalam rumahnya dan ia

menuangkan air ke bejana tempat wudhu. Setelah itu, datang seekor kucing dan

minum dari bejana tersebut. Melihat hal demikian, Abu Qtadah justru

memiringkan bejana tersebut agar si kucing dapat minum dengan nyaman,

kemudian ia berkata, “Apakah kamu merasa heran wahai keponakanku?” Aku

menjawab, “ya.” Kemudian ia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah saw pernah

8 Subh{i > bin Muhammad Ramadhan dan Ummu Isra‟ binti „Arafah, Fath{ Dhi al-

Jala>li Wa al-Ikra>m, Juz III (Kairo: al-Maktabah al-Islamiyyah, 2006), 501.

Page 20: BAB IV JUAL BELI ANJING DAN KUCING DALAM HADIS

109

bersabda, “sesungguhnya kucing tidak najis. Ia adalah hewan yang seringkali

berada di antara (mengitari) kalian.

Pendapat yang diucapkan Abu Qatadah tersebut memberikan

keistimewaan yang tersendiri bagi kucing, karena walaupun kucing termasuk

binatang yang diharamkan untuk dimakan, akan tetapi kucing tidak dihukumi

sebagai binatang yang najis, sehingga adanya larangan dalam kata naha dalam

hadis Abu> Dawu >d, bukan berarti pengharaman terhadap jual beli kucing, akan

tetapi adanya larangan tersebut lebih cenderung pada larangan yang bersifat

makruh tanzih (makruh yang mendekati kebolehan) sebab menjual kucing

bukanlah perbuatan yang menunjukan akhlak baik dan dapat merendahkan

muru‟ah (citra diri), selain itu yang di maksud terlarang dalam hadis di atas adalah

kucing liar yang merugikan dan cenderung menyerang manusia, seperti; macan

tutul, srigala, ceetah. Kucing jenis tersebut di nilai tidak bermanfaat bagi manusia.

Kucing yang bermanfaat adalah kucing yang memakan tikus, tokek, dan

jangkrik. Sebagian kucing, ada yang berada di dekat seorang yang tidur, dan dada

kucing tersebut bersuara dan memiliki gerakan tertentu. Jika ada hewan yang akan

mendekati manusia yang sedang tidur tadi maka, dengan sigap, kucing tersebut

menangkapnya.9

Pernyataan tersebut memberikan gambaran bahwasanya apabila kucing

yang diperjualbelikan merupakan kucing yang bermanfaat dan tidak merugikan

manusia, seperti kucing anggora, persia, dan kucing-kucing rumahan maka

penjualannya sah dan hasil penjualannya halal.

9Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Asy-Syarh Al-Mumti’ ‘Ala Zaad Al-

Mustaqni, jilid 8 (tt: Darus Sunnah, tt), 113-114.