BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Orientasi Kancah …

29
60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian ini berjudul Pengaruh Pelatihan Konsep Diri Terhadap Orientasi Masa Depan Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelatihan konsep diri terhadap orientasi masa depan pada mahasiswa. Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap yang berlangsung selama dua minggu. Pada tahap pertama, peserta akan dibagi kedalam kelompok kecil dan didampingi oleh seorang fasilitator untuk mengikuti rangkaian aktivitas yang telah ditentukan. Pada tahap pertama ini aktivitas dilangsungkan di kampus UKSW dan sekitarnya yang mendukung untuk penyelenggaraan aktivitas. Pada tahap kedua, aktivitas dilaksanakan di wisma anak mandiri selama 3 hari 2 malam. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan agar partisipan penelitian dapat mengikuti seluruh rangkaian pelatihan tanpa gangguan, dan sebagai usaha untuk mengontrol variabel sekunder diluar pelatihan. Jumlah seluruh partisipan penelitian ini adalah 20 mahasiswa aktif Fakultas Psikologi UKSW yang terdiri dari angkatan 2014, 2015, dan 2016. Sejak tahun 2015 Fakultas Psikologi UKSW sudah mulai menyelenggarakan program magang bagi mahasiswanya. Hal ini dilakukan supaya mahasiswa memiliki gambaran tentang dunia kerja, dan dapat menentukan langkah selanjutnya setelah mereka lulus. Kebijakan ini diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk memiliki gambaran akan masa depan beserta perencanaan karir yang matang. Rangkaian pelatihan konsep diri akan diselenggarakan sebelum partisipan mengikuti program magang untuk menghindari adanya variabel sekunder dalam penelitian.

Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Orientasi Kancah …

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Orientasi Kancah …

60

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Orientasi Kancah Penelitian

Penelitian ini berjudul Pengaruh Pelatihan Konsep Diri Terhadap

Orientasi Masa Depan Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW. Adapun

tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelatihan

konsep diri terhadap orientasi masa depan pada mahasiswa. Penelitian

dilaksanakan dalam dua tahap yang berlangsung selama dua minggu. Pada

tahap pertama, peserta akan dibagi kedalam kelompok kecil dan didampingi

oleh seorang fasilitator untuk mengikuti rangkaian aktivitas yang telah

ditentukan. Pada tahap pertama ini aktivitas dilangsungkan di kampus

UKSW dan sekitarnya yang mendukung untuk penyelenggaraan aktivitas.

Pada tahap kedua, aktivitas dilaksanakan di wisma anak mandiri selama 3

hari 2 malam. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan agar partisipan

penelitian dapat mengikuti seluruh rangkaian pelatihan tanpa gangguan, dan

sebagai usaha untuk mengontrol variabel sekunder diluar pelatihan.

Jumlah seluruh partisipan penelitian ini adalah 20 mahasiswa aktif

Fakultas Psikologi UKSW yang terdiri dari angkatan 2014, 2015, dan 2016.

Sejak tahun 2015 Fakultas Psikologi UKSW sudah mulai menyelenggarakan

program magang bagi mahasiswanya. Hal ini dilakukan supaya mahasiswa

memiliki gambaran tentang dunia kerja, dan dapat menentukan langkah

selanjutnya setelah mereka lulus. Kebijakan ini diharapkan dapat membantu

mahasiswa untuk memiliki gambaran akan masa depan beserta perencanaan

karir yang matang. Rangkaian pelatihan konsep diri akan diselenggarakan

sebelum partisipan mengikuti program magang untuk menghindari adanya

variabel sekunder dalam penelitian.

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Orientasi Kancah …

61

4.2. Pelaksanaan Penelitian

Secara umum pelaksanaan penelitian ini terbagi menjadi dua tahap

yaitu tahap pra penelitian atau persiapan penelitian, dan tahap pelaksanaan

penelitian.

4.2.1. Pra Penelitian

Pada tahap ini penulis melakukan seluruh persiapan penelitian berupa

antara lain :

1. Preliminary Study

Pada tahap ini penulis melakukan observasi dan wawancara awal

terhadap 3 mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW pada tanggal 21

Maret 2017, dan seorang alumni Fakultas Psikologi UKSW yang

sudah berkerja pada tanggal 11 April 2017. Preliminary study

dilakukan untuk memetakan fenomena dan memperoleh data awal

terkait dengan orientasi masa depan pada mahasiswa dan alumni

Fakultas Psikologi UKSW. Selain itu, data preliminary study juga

diperlukan sebagai salah satu dasar dilangsungkannya penelitian ini.

2. Penyusunan Instrumen Penelitian

Selanjutnya, penulis mempersiapkan instrumen penelitian yaitu

Future Orientation Questionnaires (FOQ), yang nantinya akan

digunakan untuk mengukur orientasi masa depan mahasiswa Fakultas

Psikologi UKSW. FOQ merupakan instrumen yang dikembangkan

oleh Seginer (2009) dari 3 komponen orientasi masa depan yaitu (1)

motivasional; (2) representasi kognitif; dan (3) perilaku. Penulis

melakukan modifikasi alat ukur FOQ dengan menerjemahkan

kedalam bahasa Indonesia dan menyusunnya dalam bentuk skala

Likert. Penulis juga menambahkan beberapa aitem sehingga

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Orientasi Kancah …

62

didapatkan sejumlah 38 aitem, yang akan dilakukan uji coba terlebih

dahulu.

Selain instrumen FOQ, penulis juga menyiapkan instrumen

untuk evaluasi pelatihan. Tovey (dalam Sopacua & Budijanto, 2007)

menjelaskan bahwa evaluasi pelatihan adalah pengumpulan informasi

tentang rangkaian pelatihan, peserta pelatihan, pelatih atau fasilitator,

desain, metode, sumberdaya dan sarana yang digunakan serta dampak

dari pelatihan yang telah disusun. Instrumen evaluasi pelatihan dalam

penelitian ini disusun oleh penulis berdasarkan empat tahap evaluasi

Kirkpatrick (dalam Sopacua dan Budijanto, 2007) yaitu reaction

level, learning level, behavioral level, dan result level.

3. Penyusunan Modul Pelatihan Konsep Diri

Dalam penelitian eksperimen, keberadaan modul menjadi hal

yang penting karena memuat seluruh tahapan dan prosedur

pemberian perlakuan. Keberhasilan penelitian eksperimen bergantung

pada kesesuaian antara modul dan pelaksanaan di lapangan. Pada

penelitian ini, penulis menyusun modul pelatihan konsep diri

berdasarkan teori konsep diri yang dikembangkan oleh Fitts (1971),

dengan 8 komponen yaitu identity self, behavioral self, judging self,

physical self, moral-ethical self, personal self, family self, dan social

self. Selama penyusunan modul penulis berkonsultasi dengan seorang

Psikolog Pendidikan yaitu Enjang Wahyuningrum, M.Si., Psi. yang

juga menjadi expert judgement dalam penyusunan rangkaian

pelatihan konsep diri.

4. Persiapan enumerator dan fasilitator pelatihan

Mengingat kompleksitas dan kerumitan pemberian perlakuan,

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Orientasi Kancah …

63

penelitian eksperimental seringkali memerlukan enumerator atau tim

pelaksana lapangan agar perlakuan dapat diberikan secara efektif.

Pada penelitian ini penulis dibantu oleh empat mahasiswa yang

bertugas sebagai enumerator, dan empat mahasiswa sebagai

fasilitator. Empat orang enumerator pelatihan akan bertugas untuk

menyelesaikan hal-hal administratif, teknis, serta berkoordinasi

dengan peneliti saat pelaksanaan pelatihan konsep diri, seperti

berkoordinasi dengan narasumber, mempersiapkan tempat dan

peralatan yang diperlukan, dan hal-hal teknis lain yang diperlukan.

Pelatihan konsep diri pada tahap pertama akan dilakukan

didalam kelompok kecil bersama dengan seorang fasilitator. Terdapat

empat kelompok dengan masing-masing kelompok berjumlah 4

sampai 5 orang. Oleh karena itu dalam pelaksanaan tahap pertama ini

diperlukan sejumlah 5 fasilitator yang akan memimpin 4 aktivitas.

Fasilitator dalam pelatihan ini ialah mahasiswa Fakultas Psikologi

UKSW angkatan 2014 dan 2015, yang telah dipersiapkan dengan

melakukan simulasi dan role play untuk setiap aktivitas. Daftar

susunan enumerator dan fasilitator terlampir pada lampiran 5.

5. Koordinasi dengan narasumber, lembaga, dan komunitas.

Untuk memaksimalkan pelaksanaan pelatihan konsep diri penulis

juga mengundang narasumber dan pihak-pihak yang memiliki

kapasitas dan kompetensi di bidangnya masing-masing. berikut ini

ialah daftar narasumber, lembaga, maupun komunitas yang turut

berpartisipasi dalam pelaksanaan pelatihan konsep diri

a. Dr. Aloysius Soesilo M.A. (Staf pengajar Fakultas Psikologi

UKSW)

b. Retmono Adi, S.Psi, Psikolog (Praktisi Psikodrama Indonesia)

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Orientasi Kancah …

64

c. Galuh Ayu Anitasari, S.Psi. (Alumni Fakultas Psikologi UKSW,

trainer, dan penulis)

d. Winang Pranandana, S.Psi. (Alumni Fakultas Psikologi UKSW,

entrepreneur, dan ketua komunitas Padma)

e. Padma dan Bryum (komunitas pendidikan dan alam)

f. Pusat Layanan Psikologi, Fakultas Psikologi UKSW

6. Pengumpulan Partisipan Penelitian

Partisipan penelitian yang menjadi kelompok eksperimen dalam

penelitian ini dikumpulkan dengan cara mempublikasikan informasi

akan kebutuhan partisipan penelitian pada mahasiswa Fakultas

Psikologi UKSW angkatan 2014, 2015, dan 2016. Informasi tersebut

dikemas dalam bentuk video dan poster yang akan disebarkan

disekitar gedung fakultas psikologi UKSW dan melalui media sosial.

Publikasi dimulai sejak tanggal 1 Agustus sampai dengan 15 Agustus

2017. Sebanyak 30 peserta telah mendaftar, namun akhirnya hanya

20 partisipan penelitian yang menyatakan bersedia untuk mengikuti

aktivitas dari awal hingga akhir.

7. Persiapan lokasi pelatihan

Pada pelatihan ini terdapat beberapa lokasi yang digunakan

sebagai tempat pelaksanaan pelatihan konsep diri. Untuk tahap 1,

fasilitator bersama dengan anggota kelompoknya akan mengambil

tempat di lingkungan sekitar kampus UKSW yang sekiranya

mendukung untuk pelaksanaan aktivitas didalam kelompok kecil.

Pada tahap 2, aktivitas akan dilangsungkan dengan menginap selama

3 hari 2 malam bertempat di Wisma Anak Mandiri, Getasan, Kab.

Semarang. Pemilihan tempat ini karena dianggap cukup kondusif

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Orientasi Kancah …

65

untuk penyelenggaraan pelatihan dan lokasinya tidak terlalu jauh dari

Salatiga. Penulis bersama dengan enumerator terlebih dulu akan

memastikan ketersediaan tempat dan fasilitas yang ada di lokasi

tersebut.

4.2.2. Pelaksanaan Penelitian

Secara umum, penelitian dimulai terhitung sejak penulis melakukan

uji coba alat ukur orientasi masa depan yaitu pada tanggal 2 hingga 4

Agustus 2017. Sementara itu, pemberian perlakuan dilaksanakan tanggal 14

Agustus 2017 hingga tanggal 27 Agustus 2017. Tabel 4.1. berikut ini

merupakan rincian pelaksanaan pelatihan konsep diri.

Tabel 4.1. Rincian Pelaksanaan Penelitian

No Rincian Kegiatan Waktu dan Tempat

Pelaksanaan

Keterangan

1 Uji coba alat ukur

penelitian

Waktu : 2- 4 Agustus 2017

Lokasi : Gedung Fakultas

Psikologi UKSW

Penulis melakukan

try out instrumen

penelitian dan

berkonsultasi dengan

pembimbing

2 - Technical meeting

(perkenalan,

penjelasan seluruh

kegiatan, &

pembagian

kelompok)

- Mengisi informed

consent

- Pre test

- Tes psikologi

(MBTI & Holland)

Waktu : Senin, 14 Agustus

2017.

Lokasi : Gedung Fakultas

Psikologi UKSW ruang PB

2017

Diikuti oleh seluruh

partisipan penelitian,

enumerator, dan

fasilitator. Pada

kesempatan ini,

peserta akan bertemu

dengan anggota

kelompok dan

fasilitatornya.

Tahap 1

3 Pelaksanaan aktivitas 1

Define yourself

Waktu : 15-17 Agustus

2017.

Durasi : Setiap aktivitas

180 menit

Aktivitas dalam

kelompok kecil

bersama dengan 4 Pelaksanaan aktivitas 2

Every part of me

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Orientasi Kancah …

66

5 Pelaksanaan aktivitas 3

Dead Poet Society

Lokasi: Lingkungan sekitar

kampus UKSW

fasilitator.

6 Pelaksanaan Aktivitas

4 the unspoken words

7 Pelaksanaan aktivitas 5

Bermain Peran

Waktu : Jumat, 18 Agustus

2017

Durasi : 420 menit.

Lokasi : Gedung F, UKSW

Partisipan mengikuti

aktivitas bermain

peran bersama

Retmono Adi, S.Psi,

Psikolog

Tahap 2

8 Field trip Waktu : Jumat, 25 Agustus

2017.

Lokasi : Air terjun

Seloprojo, Kopeng, Kab.

Magelang.

Aktivitas ini

merupakan kegiatan

pembuka sebelum

masuk pada

rangkaian program

tahap 2. Peserta

mengikuti kegiatan

outbound dan wisata

bersama dengan tim

Bryum.

9. Pelaksanaan aktivitas 6

Find your bliss

Waktu : Jumat, 25 Agustus

2017.

Durasi : 120 menit (19.00-

09.00)

Lokasi : Wisma Anak

Mandiri

Peserta menerima

materi yang

dibawakan oleh Dr.

Aloysius Soesilo

M.A.

10 Pelaksanaan aktivitas 7

berdamai dengan diri

Waktu : Sabtu, 26 Agustus

2017

Durasi : 120 menit (07.30-

09.30)

Lokasi : Wisma Anak

Mandiri

Peserta akan bertemu

dan sharing bersama

dengan narasumber

yaitu Galuh Ayu

Anitasari, S.Psi.

11 Pelaksanaan aktivitas 8

Hening

Waktu : Sabtu, 26 Agustus

2017.

Durasi : 120 menit (18.30-

21.30)

Lokasi : Wisma anak

mandiri

Materi hening

dibawakan oleh

Winang Pranandana,

S.Psi. yang

kemudian akan

ditutup dengan sesi

api unggun dan

keakraban

12 Pelaksanaan aktivitas 9

time line

Waktu : Minggu, 27

Agustus 2017.

Durasi : 120 menit

Peserta mengikuti

aktivitas time line,

menggambarkan

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Orientasi Kancah …

67

Penutupan dan

pelaksanaan posttest

(07.30-09.30).

Lokasi : Wisma anak

mandiri

dirinya di masa

depan. Dibawakan

oleh Winang

Pranandana, S.Psi

4.3. Deskripsi Hasil Try Out Instrumen Penelitian

Tahap try out instrument penelitian dilakukan pada tanggal 2-4

Agustus 2017 kepada 70 mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW yang terdiri

dari angkatan 2014, 2015, dan 2016. Penulis meminta bantuan kepada

mahasiswa Fakultas Psikologi yang saat itu sedang berada di sekitar gedung

Fakultas Psikologi UKSW untuk mengisi instrumen yang telah disiapkan

sebelumnya. Selama proses pengambilan data untuk try out, penulis

mempertimbangkan beberapa hal antara lain yaitu (1) mahasiswa sedang

tidak terburu-buru dan memiliki waktu luang untuk mengisi instrumen, (2)

Suasana di lingkungan sekitar kampus mendukung untuk pengerjaan

instrumen, (3) partispian try out bersedia dan berada dalam kondisi yang baik

untuk mengisi instrumen. Tabel 4.2. berikut ini merupakan deskripsi sebaran

frekuensi partisipan try out berdasarkan angkatan dan jenis kelamin.

Tabel 4.2. Gambaran Partisipan Try Out Instrumen Penelitian

Jenis

Kelamin

Angkatan Jumlah Presentase

2014 2015 2016

Laki-laki 8 9 8 25 35,7%

Perempuan 12 17 16 45 64,3%

Jumlah 20 26 24 70 100%

Presentase 28,6% 37,1% 34,3% 100%

4.3.1. Daya Diskriminasi Aitem dan Reliabilitas Skala

Akurasi dan ketepatan penelitian juga ditentukan oleh kualitas

instrumen yang digunakan. Instrumen yang reliabel diperlukan untuk

membandingkan skor orientasi masa depan sebelum dan sesudah perlakuan.

Reliabilitas alat ukur dalam penelitian juga diperlukan untuk mengetahui

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Orientasi Kancah …

68

Oleh karena itu penulis melakukan uji coba instrumen terlebih dahulu untuk

mengetahui aitem-aitem yang layak digunakan dan skor reliabilitas dari skala

orientasi masa depan.

Pada skala orientasi masa depan terdapat sebanyak 38 aitem yang

akan di uji coba. Setelah dilakukan perhitungan diskriminasi aitem sebanyak

satu putaran melalui corrected-item total correlation diketahui terdapat 10

aitem yang memiliki koefisien korelasi ≤ 0,30 dan dinyatakan gugur. Aitem

tersebut antara lain yaitu aitem nomer 5, 12, 18, 19, 24, 25, 27, 28, 29, 36,.

Tabel 4.3. berikut ini ialah sebaran aitem orientasi masa depan yang layak

dan yang gugur.

Tabel 4.3. Sebaran Aitem Skala Orientasi Masa Depan

No Komponen Aspek Nomor Aitem

Valid

Nomor

Aitem Gugur

1 Motivasional Value 21, 22, 23, 30, 33

Expectance 4, 11, 20 18, 19

Internal

Control

15, 16, 17 25, 27

2 Kognitif Content 1, 6, 9, 26, 34

Valensi

Hope

Fear

8, 32, 37

38

28

24, 29, 36

3 Perilaku Exploration 13, 14, 31 5, 12

Commitment 2, 3, 7, 10, 35

Jumlah 28 10

Selanjutnya, penulis menyeleksi aitem-aitem yang gugur tersebut dan

mengulang kembali prosedur diskriminasi aitem untuk putaran ke 2, dan

hasilnya tidak ditemukan lagi aitem yang gugur.

Penulis kemudian melakukan pengujian reliabilitas untuk mengetahui

apakah skala orientasi masa depan yang telah disusun layak digunakan dalam

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Orientasi Kancah …

69

penelitian ini. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan melihat koefisien

cronbach’s alpha dan dihitung dengan bantuan SPSS. Tabel 4.4. berikut ini

alah hasil uji reliabilitas skala orientasi masa depan.

Tabel. 4.4. Hasil Uji Reliabilitas Skala Orientasi Masa Depan

Koefisien Alpha

Koefisien Alpha Aitem

Terstandar Jumlah Aitem

.890 .891 28

Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang ditampilkan pada Tabel 4.4.

diketahui bahwa skor koefisien alpha pada skala orientasi masa depan ialah

0,890 dengan jumlah aitem sebanyak 28 aitem. Azwar (2017)

mengungkapkan bahwa reliabilitas telah dianggap memuaskan apabila

koefisiennya mencapai = 0,90; namun untuk skala yang digunakan

dalam pengambilan keputusan individual yang sangat penting sebaiknya

koefisien reliabilitas mencapai angka = 0,950.

Senada dengan hal tersebut Wells dan Wollack (dalam Azwar, 2017)

menjelaskan bahwa high-stakes standardized tests yang dirancang secara

profesional hendaknya memeiliki koefisien konsistensi internal minimal

0,90; sedangkan untuk tes yang tidak begitu besar pertaruhannya harus

memiliki koefisien konsistensi internal paling tidak setinggi 0,80 atau 0,85.

Sesuai dengan pernyataan tersebut skala orientasi masa depan memperoleh

koefisien alpha sebesar 0,890 yang berarti skala ini layak digunakan sebagai

alat ukur penelitian, karena berada di atas skor koefisien konsistensi minimal

yaitu 0,85 (Azwar, 2017).

4.4. Deskripsi Partisipan Penelitian

Partisipan dalam penelitian eksperimen ini adalah 20 mahasiswa

Fakultas Psikologi UKSW yang terdiri dari angkatan 2014, 2015, dan 2016.

Tabel 4.5. berikut ini merupakan deskripsi partisipan penelitian berdasarkan

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Orientasi Kancah …

70

angkatan dan jenis kelamin.

Tabel 4.5. Gambaran Partisipan Penelitian Kelompok Eksperimen

Jenis

Kelamin

Angkatan Jumlah Presentase

2014 2015 2016

Laki-laki 3 - 1 4 20%

Perempuan 4 8 4 16 80%

Jumlah 7 8 5 20 100%

Presentase 35% 40% 25% 100%

Dari Tabel 4.5. di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 16 orang atau

sebesar 80% dari seluruh partisipan penelitian ini berjenis kelamin

perempuan. Sementara itu, sisanya yaitu sebanyak 4 orang atau sebesar 20%

dari seluruh partisipan penelitian ini berjenis kelamin laki-laki. Selanjutnya

apabila kita cermati sebaran angkatan partisipan penelitian ini yaitu sebanyak

7 orang atau 35% dari seluruh partisipan adalah angkatan 2015; 8 orang atau

40% dari seluruh partisipan adalah angkatan 2015; dan 5 orang atau

sebanyak 25% dari seluruh partisipan adalah angkatan 2016.

4.5. Deskripsi Perubahan Skor Pretest dan Posttest Partisipan

Penelitian

Pada bagian ini akan ditampilkan secara deskriptif perubahan skor

partisipan penelitian sebelum dan sesudah diberikan perlakuan berupa

pelatihan konsep diri. Perubahan skor masing-masing individu perlu

dicermati agar dapat melihat manfaat pelatihan konsep diri pada partisipan

penelitian. Dari selisih perubahan skor masing-masing individu inilah dapat

diketahui ada tidaknya peningkatan skor orientasi masa depan. Tabel 4.6.

berikut ini adalah perbandingan data orientasi masa depan seluruh partisipan

sebelum dan sesudah diberikan perlakuan.

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Orientasi Kancah …

71

Tabel 4.6. Data Perubahan Skor Pretest dan Posttest Partisipan Penelitian

No Partisipan Skor Orientasi Masa

Depan

Selisih

Perubahan Skor

Orientasi Masa

Depan Pretest Posttest

1 Partisipan 1 108 110 2

2 Partisipan 2 102 112 10

3 Partisipan 3 97 110 13

4 Partisipan 4 103 119 16

5 Partisipan 5 119 118 -1

6 Partisipan 6 108 133 25

7 Partisipan 7 106 113 7

8 Partisipan 8 85 102 17

9 Partisipan 9 103 117 14

10 Partisipan 10 111 136 25

11 Partisipan 11 98 98 0

12 Partisipan 12 97 131 34

13 Partisipan 13 122 129 7

14 Partisipan 14 99 116 17

15 Partisipan 15 102 125 23

16 Partisipan 16 102 118 16

17 Partisipan 17 105 115 10

18 Partisipan 18 102 100 -2

19 Partisipan 19 115 111 -4

20 Partisipan 20 104 114 10

Dari Tabel tersebut dapat dilihat bahwa hampir sebagian besar

partisipan mengalami peningkatan skor orientasi masa depan setelah

mengikuti pelatihan konsep diri. Meski begitu masih terdapat seorang

partisipan yang tidak mengalami perubahan skor yaitu partisipan 11,

sementara 3 orang partisipan lainnya justru mengalami penurunan skor

setelah mengikuti pelatihan konsep diri yaitu partisipan 5 dengan selisih -1;

partisipan 18 dengan selisih -2; dan partisipan 19 dengan selisih -4. Rata-rata

selisih antara skor pretest dan posttest adalah sebesar 11,95. Besaran

peningkatan skor orientasi masa depan masing-masing partisipan sangat

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Orientasi Kancah …

72

bervarisi mulai dari selisih minimun sebesar 2 hingga selisih maksimum

sebesar 34. Sementara penurunan skor yang muncul pada tiga orang

partisipan berkisar di angka -1 hingga -4.

Selanjutnya, pada grafik 4.1. berikut ini akan ditambilkan diagram

perbandingan perubahan skor orientasi masa depan sebelum dan sesudah

diberikanya perlakuan untuk masing-masing partisipan.

Keterangan : Data pretest Data posttest

Grafik 4.1. Perubahan Skor Pretest dan Posttest Pada Partisipan Penelitian

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa secara umum partisipan

penelitian mengalami peningkatan skor orientasi masa depan. Hanya terdapat

satu orang pertisipan yaitu partisipan 11 yang memiliki skor yang sama

antara pretest dan posttest. Sementara terdapat 3 orang partisipan justru

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Orientasi Kancah …

73

mengalami penurunan skor setelah mengikuti pelatihan konsep diri yaitu

partisipan 5, partisipan 18 dan partisipan 19.

4.6. Uji Asumsi

Dalam inferensi statistika, data yang akan dianalisis dianggap

memenuhi asumsi-asumsi yang disyaratkan bagi komputasi formulasinya

apabila telah dilakukan uji asums terlebih dahulu (Azwar, 2010). Uji asumsi

dilakukan agar peneliti mengetahui apakah teknik statistik parametris dapat

dilakukan udalam pengujian hipotesis. Apabila tidak memenuhi syarat

asumsi yang ditentukan, maka teknik statistik parametris tidak dapat

digunakan dan akan digunakan statistik nonparametris (Sugiyono, 2013).

Pada penelitian ini uji asumsi yang dilakukan adalah uji normalitas.

Pengujian normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan uji one

sample Kolmogorov-Smirnov yang dihitung dengan bantuan SPSS. 16. Tabel

4.7. berikut ini adalah hasil uji normalitas dengan teknik Kolmogorov-

Smirnov.

Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov

Pretest Posttest

N 20 20

Parameter Normala Rata-rata 104.40 116.35

Std. Deviasi 8.242 10.469

Perbedaan yang terlihat Absolut .135 .150

Positif .131 .150

Negatif -.135 -.122

Kolmogorov-Smirnov Z .606 .671

Asymp. Sig. (2-tailed) .857 .758

a. Pengujian terdistribus normal

Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov, diketahui bahwa nilai

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Orientasi Kancah …

74

koefisien pretest adalah sebesar 0,857 (p > 0,05) yang berarti data orientasi

masa depan untuk pretest berdistribusi normal. Sementara itu nilai koefisien

posttest adalah sebesar 0,758 (p >0,05) yang berati bahwa data orientasi

masa depan untuk posttest juga berdistribusi normal.

4.7. Uji Hipotesis

4.7.1. Uji t Sampel Berpasangan

Uji t sampel berpasangan (paired sample t-test) dilakukan untuk

melihat perbedaan tingkat orientasi masa depan pada mahasiswa Fakultas

Psikologi UKSW sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Syarat

dierimanya hipotesis penelitian ini adalah ketika harga t hitung lebih besar

dari t Tabel. Tabel 4.8. berikut ini adalah Tabel hasil uji t contoh

berpasangan perbedaan tingkat orientasi masa depan sebelum dan sesudah

perlakuan

Tabel 4.8. Hasil Uji t Sampel Berpasangan Tingkat Orientasi Masa Depan Pada

Mahasiswa Fakultas Psikologi Sebelum dan Sedudah Perlakuan

Statistik Sampel Berpasangan

Rata-rata N Std. Deviasi

Std. Kesalahan

Rata-rata

Pasangan 1 Pretest 104.40 20 8.242 1.843

Posttest 116.35 20 10.469 2.341

Pada Tabel 4.8. di atas diketahui bahwa rata-rata skor orientasi masa

depan mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW sebelum diberikan perlakuan

adalah 104,40 dengan standar deviasi sebesar 8,242. Setelah diberikan

perlakuan, rata-rata kelompok eksperimen meningkat menjadi 116,35 dengan

standar deviasi sebesar 10,469. Dari data statistik di atas dapat dilihat bahwa

skor posttest lebih tinggi daripada pretest.

Untuk melihat ada tidaknya perbedaan diperlukan nilai signifikansi

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Orientasi Kancah …

75

paired sample t test haruslah dibawah 0,05. Tabel 4.9. berikut ini merupakan

Tabel hasil uji t sampel berpasangan perbedaan tingkat orientasi masa depan

antara kelompok prestest dan posttest.

Tabel 4.9. Hasil Uji Sampel Berpasangan Perbedaan Tingkat Orientasi Masa Depan

Mahasiswa Antara Pretest dan Posttest

Dari Tabel 4.9. di atas diketahui bahwa nilai t hitung adalah sebesar -

5,266 (t Tabel = 2,093) dengan signifikansi (2-tailed) adalah sebesar 0,000

(p<0,05). Dari hasil uji t sampel berpasangan tersebut dapat dilihat bahwa

nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) yang berarti terdapat perbedaan

signifikan terhadap orientasi masa depan mahasiswa Fakultas Psikologi

UKSW sebelum dan sesudah pelatihan. Perbedaan dapat juga diketahui

dengan membandingkan t hitung dengan t tabel. t hitung yang didapatkan

ialah sebesar -5,266 dengan t Tabel sebesar 2,093. Angka minus pada t

hitung dikarenakan skor rata-rata pretest lebih kecil daripada posttest. Oleh

karena itu, simbol minus memiliki makna positif sehingga nilai t hitung

menjadi 5,266. Karena t hitung lebih besar dari t Tabel maka dapat

disimpulkan terdapat perbedaan signifikan antara skor pretest dan posttest.

Uji Sampel Berpasangan

Perbedaan Pasangan

t df

Sig. (2-

tailed)

Rata-

rata

Std.

Deviasi

Rata-rata

Std. Error

Interval

kepercayaan

sebesar 95%

terhadap perbedaan

Lower Upper

Pasangan

1

Pretest -

Posttest -11.950 10.149 2.269 -16.700 -7.200 -5.266 19 .000

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Orientasi Kancah …

76

4.8. Evaluasi Pelatihan Konsep Diri

Dalam sebuah pelatihan, evaluasi perlu dilakukan untuk mengetahui

kelebihan dan kekurangan selama pelaksanaan pelatihan. Evaluasi juga

diperlukan untuk perbaikan dan proses penyempuraan pelatihan konsep diri

apabila akan diselenggarakan kembali. Dalam konteks penelitian, evaluasi

ini juga akan membantu penulis beserta enumerator untuk mengetahui

hambatan dan kekurangan selama proses pelaksanaan penelitian. Instrumen

evaluasi pelatihan dalam penelitian ini disusun oleh penulis berdasarkan

empat tahap evaluasi Kirkpatrick (dalam Sopacua dan Budijanto, 2007) yaitu

reaction level, learning level, behavioral level, dan result level. Rincian

evaluasi pelatihan dapat dilihat pada lampiran 4.

Terdapat setidaknya 7 komponen yang dievaluasi pada pelatihan

konsep diri antara lain yaitu (1) penguasaan tema/topik pelatihan; (2) Cara

penyajian materi; (3) Manfaat materi; (4) Interaksi dengan peserta; (5)

suasana saat pelatihan; dan (6) penggunaan alat bantu dan (7) sikap tim

penyelenggara. Evaluasi disusun berdasarkan 5 kategori tingkat kepuasan

terhadap 4 tahap evaluasi menurut Kirkpatrick.(rincian perhitungan interval

dapat dilihat pada lampiran 5). Berikut ini adalah kategori rata-rata skor

evaluasi pelatihan.

Sangat memuaskan 85 ≤ x≤ 100

Cukup memuaskan 69 ≤ x≤ 84

Netral 53 ≤ x≤ 68

Tidak memuaskan 37 ≤ x≤ 52

Sangat tidak memuaskan 20 ≤ x≤ 36

Setelah menentukan jarak interval antar kategori, penulis menghitung

rata-rata skor pada setiap aktivitas untuk tahap 1 dan tahap 2. Grafik 4.2 dan

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Orientasi Kancah …

77

80,0

82,6

87,8

90,2

90,0

83,2

90,2

20 40 60 80 100

Penguasan tema/topik pelatihan

Cara penyajian materi

Manfaat materi

Interaksi dengan peserta

Suasana saat pelatihan

Penggunaan alat bantu

Sikap Tim penyelenggara

4.3. berikut ini adalah gambaran hasil evaluasi pelaksanaan pelatihan konsep

diri.

Grafik 4.2. Rata-rata Skor Evaluasi Pelaksanaan Pelatihan Konsep Diri Tahap 1

Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa secara umum rata-rata

skor evaluasi pelatihan konsep diri tahap 1 berada dalam kategori cukup

memuaskan dan sangat memuaskan. Terdapat tiga komponen pada tahap 1

yang masuk dalam kategori cukup memuaskan yaitu penguasaan materi

pelatihan dengan nilai rata-rata 80; cara penyajian materi dengan nilai rata-

rata 82,6; dan penggunaan alat bantu dengan nilai rata-rata 83,2. Sementara

itu 4 komponen yang lain masuk dalam kategori sangat memuaskan.

Keempat komponen tersebut adalah manfaat materi dengan nilai rata-rata

87,8; interaksi dengan peserta dengan nilai rata-rata 90,2; suasana dalam

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Orientasi Kancah …

78

pelatihan dengan nilai rata-rata 90; dan sikap tim penyelenggara yang

memiliki nilai rata-rata 90,2.

Selanjutnya grafik 4.3. berikut ini akan menggambarkan hasil rata-

rata evaluasi pelatihan konsep diri pada mahasiswa fakultas psikologi

UKSW.

Grafik 4.3. Rata-rata Skor Evaluasi Pelaksanaan Pelatihan Konsep Diri Tahap 2

Grafik di atas menunjukkan bahwa secara umum rata-rata skor

evaluasi pelatihan konsep diri tahap 2 juga berada dalam kategori cukup

memuaskan dan sangat memuaskan. Terdapat hanya 1 komponen pada tahap

2 yang masuk dalam kategori cukup memuaskan yaitu penggunaan alat bantu

dengan nilai rata-rata 84. Sementara itu sisanya 6 komponen yang lain masuk

dalam kategori sangat memuaskan. Keenam komponen tersebutantara lain

yaitu penguasaan tema/topik pelatihan dengan nilai rata-rata 86,5; cara

penyajian materi dengan nilai rata-rata 87; manfaat materi dengan nilai rata-

rata 89,25; interaksi peserta dengan nilai rata-rata 89; suasana saat pelatihan

dengan nilai rata-rata 87,5; dan sikap tim penyelenggara dengan nilai rata-

rata 91,5.

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Orientasi Kancah …

79

Dari kedua grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan

pelatihan konsep diri pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW cukup

memuaskan.

4.9. Pembahasan

Dari hasil uji t sampel berpasangan diketahui bahwa nilai signifikansi

sebesar 0,000 (p<0,05) dan t hitung sebesar -5,266 (t Tabel = 2,093) maka

dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat orientasi masa depan

pada mahasiswa fakultas psikologi UKSW sebelum dan sesudah perlakuan.

Dengan kata lain hipotesis penelitian ini diterima atau terdapat pengaruh

pelatihan konsep diri dalam meningkatkan orientasi masa depan mahasiswa.

Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Seginer dan Shoyer

(2005); Ziera dan Dekel (2005); Adamson, Wreder, dan Kerpelman (2007);

Jackman dan MacPhee (2015); Putri, (2006); Maya (2011); dan Aslamawati,

Sobari, dan Utami (2012), yang menyimpulkan bahwa konsep diri

berpengaruh terhadap orientasi masa depan individu.

Kesimpulan tersebut diperkuat dengan adanya perbedaan rata-rata

skor orientasi masa depan sebelum dan sesudah perlakuan. Pada Tabel 4.5.

dapat dilihat bahwa rata-rata skor pretest adalah sebesar 104,40 dan rata-rata

kelompok posttest adalah sebesar 116,35. Data tersebut menunjukkan adanya

peningkatan skor rata-rata dimana skor posttest lebih tinggi daripada pretest.

Selanjutnya, pada Tabel 4.6. dan grafik 4.1. menunjukkan bahwa hampir

sebagian besar partisipan mengalami peningkatan skor orientasi masa depan

setelah mengikuti pelatihan konsep diri. Meski begitu masih terdapat seorang

partisipan yang tidak mengalami perubahan skor yaitu partisipan 11,

Page 21: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Orientasi Kancah …

80

sementara 3 orang partisipan lainnya justru mengalami penurunan skor

setelah mengikuti pelatihan konsep diri antara lain yaitu partisipan 5,

partisipan 18, dan partisipan 19. Tidak terjadinya perubahan dan penurunan

skor yang terjadi dimungkinkan karena partisipan telah mengetahui arahan

hidupnya di masa depan atau telah memiliki skor orientasi masa depan yang

tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis

pada tanggal 20 September 2017 kepada partisipan seusai mengikuti

pelatihan konsep diri. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa seorang

partisipan telah memiliki perencanaan yang matang setelah lulus kuliah dan

telah menentukan akan berkarir dalam bidang yang ia minati. Sementara 3

orang partisipan lainnya merasa pelatihan konsep diri yang diikuti tidak

memberikan dampak bagi dirinya dan perlu dikembangkan lagi dengan

memberikan pilihan-pilihan profesi yang lebih spesifik agar peserta memiliki

gambaran akan pilihan-pilihan profesi di masa depan.

Hasil penelitian ini mendukung pernyataan yang disampaikan oleh

Fitts (1971) bahwa diri individu memiliki dua makna yang berbeda yaitu

makna diri sebagai objek (self as object) dan diri sebagai proses (self as

process). Diri secara utuh merupakan hasil dari interaksi kedua makna diri

melalui segenap dimensi konsep diri. Dimensi inilah yang akan turut

memengaruhi orientasi masa depan individu dimana setiap dimensi

merupakan representasi keadaan diri individu di masa lalu, masa sekarang,

yang pada akhirnya menentukan gambaran diri di masa yang akan datang.

Sama halnya dengan Damon dan Hart (1988) yang mengungkapkan bahwa

seiring dengan tahap perkembangan individu, ia akan menggunakan

pemahaman atas dirinya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan serta

mengelola pemahaman diri berdasarkan keyakinan dan perencanaan akan

masa depan. Hal ini berarti segenap pengetahuan dan persepsi tentang diri

Page 22: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Orientasi Kancah …

81

memiliki peran penting dalam perkembangan orientasi masa depan

Penulis mengajukan beberapa dalil untuk menjelaskan penyebab

terjadinya pebedaan skor pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah

diberikannya perlakuan. Dalil yang pertama yaitu pelatihan konsep diri

disusun dengan pendekatan experiental learning menurut Kolb (1984).

Melalui experiental learning, partisipan penelitian tidak hanya menerima

materi yang diajarkan tetapi juga terlibat secara aktif mengalami materi

tersebut. Pelatihan konsep diri dirancang sesuai dengan 4 langkah

experiental learning menurut Kolb (1984) antara lain yaitu (1) Concrete

experience; (2) observation and reflection; (3) formations of abstract

concept and generalizations; (4) testing implementation. Keempat langkah

tersebut oleh penulis kemudian diejawantahkan ke dalam 9 aktivitas dimana

masing-masing aktivitas disusun berdasarkan dimensi konsep diri menurut

Fitts (1971). Pada saat partisipan mengikuti rangkaian pelatihan konsep diri,

mereka akan melalui 4 langkah experiental learning terkait materi konsep

diri. Pendekatan experiental leaning dalam pelatihan konsep diri

memfasilitasi peserta untuk mengalami secara langsung pembentukan

konsep dirinya. Dengan experiental learning partisipan tidak hanya

mengetahui konsep dirinya tetapi juga secara aktif terlibat dalam

pembentukan dan rekonstruksi konsep diri yang baru. Pernyataan tersebut

didukung oleh hasil penelitian Baker dan Robinson (2016) yang

mengungkapkan bahwa siswa yang terlibat dalam experiental learning

memiliki skor kreativitas yang lebih tinggi dalam bidang spesifik yang

dipelajari.

Dalil yang kedua adalah karena rangkaian pelatihan konsep diri

disusun dari model multidimensional konsep diri yang dikembangkan oleh

Fitts (1971). Sebuah model multidimensional tentunya memiliki level

Page 23: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Orientasi Kancah …

82

abstraksi yang lebih luas dan mencakup lebih banyak komponen. Sesuai

dengan pernyataan Jarvis, Podsakoff dan MacKenzie (2003) bahwa konstruk

multidimensional adalah konstruk yang dibentuk dari konstruk laten, yang

didalamnya termasuk konstruk unidimensional dengan arah indikatornya

dapat berbentuk reflektif maupun formatif. Sembilan aktivitas yang telah

diterapkan dikembangkan dari 8 komponen konsep diri antara lain identity

self, behavioral self, judging self, physical self, moral ethical self, personal

self, family self, dan social self. Karena cakupan dimensi konsep diri yang

lebih luas dan komponen yang lebih beragam, partisipan penelitian dapat

memiliki gambaran yang komprehensif terhadap konsep dirinya. Gambaran

yang utuh terhadap konsep diri inilah yang pada akhirnya membantu

partisipan untuk mengembangkan orientasi masa depan.

Kemudian dalil berikutnya yaitu bentuk aktivitas yang dilakukan juga

turut berperan dalam perbedaan skor pretest dan posttest. Dalam proses

penyusunan modul, setiap komponen konsep diri akan dikemas dalam

bentuk aktivitas sesuai dengan pengertian kosep dan operasional komponen

tersebut. Misalnya agar partisipan mampu menggambarkan identitas dirinya

(identity self) penulis memberikan perlakuan aktivitas 1 (define yourself)

yang mengajak partisipan untuk mengisi lembar kerja yang berisi

pertanyaan-pertanyaan tentang diri termasuk label-label dan simbol-simbol

yang melekat pada dirinya yang disadari. Dengan lembar kerja tersebut

partisipan dapat mendeskripsikan karakteristik dirinya dari apa yang mereka

ketahui baik itu positif maupun negatif. Gambar 4.1 berikut ini ialah contoh

lembar kerja aktivitas 1 yang telah diisi oleh partisipan penelitian.

Page 24: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Orientasi Kancah …

83

Gambar 4.1. Contoh Lembar Kerja Define Yoursef Setelah Diisi Partisipan

Dari gambar tersebut terlihat salah seorang partisipan berusaha untuk

mengisi lembar kerja secara jujur melalui pengalaman langsung serta

pengamatan dan observasi terhadap dirinya sendiri. Setelah selesai mengisi,

partisipan kemudian akan mengungkapkan hasil kerjanya di dalam kelompok

bersama dengan fasilitator, dan anggota kelompok diberikan waktu untuk

menanggapi partisipan tersebut. Keberanian untuk mengakui secara jujur dan

menceritakan dalam kelompok akan membuat partisipan menerima keadaan

diri seutuhnya.

Selanjutnya pada aktivitas ke 2 (every part of me), peserta diajak

untuk menyadari segala tingkah lakunya yang muncul pada situasi tertentu

(behavioral self). Tingkah laku individu termasuk diantaranya kebiasaan,

Page 25: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Orientasi Kancah …

84

pengambilan keputusan, dan hal-hal yang mendorongnya untuk memiliki

sikap dan perilaku tertentu. Gambar 4.2 berikut ini adalah contoh lembar

kerja aktivitas 2 yang sudah diisi oleh partisipan.

Gambar 4.2. Contoh Lembar Kerja Every Part Of Me Setelah Diisi Oleh

Partisipan

Lembar kerja aktivitas 2 dikemas dalam bentuk puzzle bagian tubuh

manusia. Masing-masing bagian tubuh berisi pertanyaan reflektif yang harus

diisi oleh peserta. Setelah mengisi puzzle tersebut peserta akan menyusunnya

satu persatu sambil bercerita di dalam kelompok. Selama proses bercerita di

dalam kelompok, masing-masing partisipan akan mulai menyadari sikap dan

perilakunya serta segenap karakteristik yang ada dalam dirinya. Fasilitator

dan anggota kelompok yang lain akan memberikan tanggapan dan

menguatkan peserta selama aktivitas berlangsung.

Page 26: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Orientasi Kancah …

85

Aktivitas 1 dan 2 di atas bertujuan untuk mengajak partisipan

menyadari dan menerima gambaran diri yang sebenarnya yang selama ini

disangkal atau tidak diinginkan. Sesuai dengan pernyataan Rogers (dalam

Feist & Feist, 2011) bahwa segala pengetahuan tentang diri dapat diakses,

dicari dan dipahami hingga menuju kesadaran kita. Rogers juga

menyampaikan salah satu cara untuk menyelaraskan antara diri sebenarnya

dan diri ideal, individu dapat mengembangkan persepsi positif, dan mulai

menerima diri yang sebenarnya, tidak terlalu mengkhawatirkan apa yang

orang lain inginkan, dan meningkatkan pengalaman positif di dunia. Dengan

mengikuti aktivitas 1 dan aktivitas 2, partisipan dapat melihat segenap

kelebihan dan kelemahan dirinya, kemudian menyusunnya menjadi satu

bagian utuh dirinya melalui simbol puzzle bagian tubuh manusia.

Pada aktivitas 3 (dead poet society) dan aktivitas 4 (the unspoken

words) partisipan masih dalam kelompok kecil bersama dengan seorang

fasilitator, untuk berdiskusi maupun mengungkapkan apa yang sedang di

alami. Untuk aktivitas ke 4 partisipan akan diajak untuk merekonstruksi

ulang konsep diri negatif yang dimiliki karena pengalaman hidup individu,

dengan cara menulis surat untuk dirinya sendiri di masa lalu. Proses ini akan

memfasilitasi partisipan untuk melihat kembali peristiwa-peristiwa dalam

hidupnya melalui sudut pandang yang baru, sehingga akhirnya ia akan

memiliki pemaknaan yang baru terhadap peristiwa tersebut. Pernyataan

tersebut didukung oleh Pennebaker (1997) yang mengungkapkan bahwa

ketika seseorang menulis pengalaman hidupnya di masa lalu, ia akan

dihadapkan kembali kepada peristiwa-peristiwa di masa lalu namun dengan

pikiran dan perasaan yang lebih baru dalam melihat dirinya. Proses ini

melibatkan rekonstruksi kognitif terhadap pemaknaan diri sehingga individu

mampu menerima keadaan diri seutuhnya.

Page 27: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Orientasi Kancah …

86

Selanjutnya, untuk aktivitas 5 hingga aktivitas 9, penulis dibantu oleh

narasumber dan pemateri yang memiliki kapasitas untuk membawakan

materi-materi yang telah ditentukan. Keberadaan narasumber dan pemateri

memiliki peran penting mengingat latar belakang pemateri yang sudah

berpengalaman dan narasumber sebagai pelaku utama dapat membuat

pelaksanaan pelatihan konsep diri menjadi lebih efektif dan reliabel. Selain

itu, adanya proses verifikasi oleh pemateri dan narasumber, akan

memperdalam pemahaman partisipan yang telah diperoleh pada tahap

sebelumnya. Hal ini juga akan membuat pengetahuan partisipan terkait

dengan konsep dirinya akan lebih komprehensif sehingga membantu

partisipan untuk mengimplementasikan materi-materi yang sudah diterima.

Secara umum rata-rata skor evaluasi pelatihan konsep diri tahap 1

berada dalam kategori cukup memuaskan dan sangat memuaskan. Terdapat

tiga komponen pada tahap 1 yang masuk dalam kategori cukup memuaskan

yaitu penguasaan materi pelatihan, cara penyajian materi, dan penggunaan

alat bantu. Sementara itu sisanya 4 komponen yang lain seperti manfaat

materi, interaksi dengan peserta, suasana dalam pelatihan, dan sikap tim

penyelenggara masuk dalam kategori sangat memuaskan. Sementara itu pada

tahap kedua, secara umum rata-rata skor evaluasi juga berada dalam kategori

cukup memuaskan dan sangat memuaskan. Namun kali ini hanya terdapat 1

komponen pada tahap 2 yang masuk dalam kategori cukup memuaskan yaitu

penggunaan alat bantu. Sementara itu sisanya 6 komponen yang lain masuk

dalam kategori sangat memuaskan. Meski hasil evaluasi secara umum

tergolong memuaskan, namun sebagai model intervensi maupun dalam

konteks penelitian, penulis merasa perlu banyak dilakukan pembenahan di

segala sisi sehingga kedepannya pelatihan ini dapat dilaksanakan lebih baik

lagi khususnya terkait peningkatan orientasi masa depan individu.

Page 28: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Orientasi Kancah …

87

4.10. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian

4.10.1. Kekuatan Penelitian

1. Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya di Fakultas

Psikologi UKSW maupun di institusi manapun sehingga pelatihan

konsep diri ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pihak

Fakultas maupun Universitas untuk menyelenggarakan pelatihan

konsep diri untuk meningkatkan orientasi masa depan mahasiswa

2. Pelatihan konsep diri disusun dengan model experiental learning

yang memfasilitasi partisipan untuk mengalami secara langsung

pembentukan konsep diri, sehingga partisipan memiliki

pemahaman mengenai konsep diri yang mendalam.

3. Seluruh aktivitas pada pelatihan konsep diri dikembangkan dari

model multidimensional konsep diri yang dikembangkan oleh Fitts

(1971) dibawah pengawasan oleh Psikolog Pendidikan sebagai

expert judgement. Model multidimensional konsep diri

memungkinkan partisipan untuk memperoleh pemahaman konsep

diri secara menyeluruh.

4.10.1. Kelemahan Penelitian

1. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen kuasi one-group

pretest-posttest design, dimana hanya terdapat satu kelompok

sampel subjek yang diberikan perlakuan. (Azwar, 2017)

mengungkapkan bahwa desain ini rentan akan faktor maturitas

dan faktor histori karena tidak terdapat kelompok kontrol.

2. Jumlah sampel yang diperoleh dalam penilitian ini diambil

dengan teknik insidental sampling. Oleh karena itu pengambilan

sampel dalam penelitian ini tidak dapat dikatakan representatif

berdasarkan angkatan kuliahnya.

Page 29: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Orientasi Kancah …

88

3. Hasil evaluasi pada tahap 1 terdapat 3 komponen yang masuk ke

dalam kategori cukup memuaskan antara lain penguasaan materi

pelatihan, cara penyajian materi, dan penggunaan alat bantu. Hal

ini menunjukkan bahwa persiapan enumerator dan fasilitator

pelatihan perlu dilakukan dengan lebih baik kedepannya.

4. Pada pelatihan konsep diri tidak dilakukan pengukuran pada

masing-masing aktivitas. Pengukuran hanya dilakukan setelah

seluruh rangkaian pelatihan konsep diri selesai diberikan. Hal ini

menyebabkan tidak diketahuinya dampak pemberian perlakuan

untuk setiap aktivitas. Dampak perlakuan hanya diketahui setelah

seluruh rangkaian diberikan.