BAB IV HASIL PENELITIAN A. Orientasi dan Kancah Penelitianrepository.unika.ac.id/15642/5/14.E3.0009...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN A. Orientasi dan Kancah Penelitianrepository.unika.ac.id/15642/5/14.E3.0009...
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Orientasi dan Kancah Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada remaja berusia 17-21 tahun. Para
remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA
Ksatrian dan di Universitas UNIKA Soegijapranata yang berada di
Semarang. Peneliti mengambil sampel remaja usia 17-18 tahun di
SMKN dan SMA, sedangkan sampel untuk 19-21 tahun peneliti
mengambil data di universitas. Sekolah dipilih berdasarkan kabar dari
beberapa narasumber jika sekolah yang bersangkutan memiliki murid
yang hamil di luar nikah. Selain itu, seorang guru dari salah satu
SMKN membenarkan jika ada muridnya yang sudah menikah karena
bertanggung jawab kepada seorang siswi, namun identitas murid
tersebut dirahasiakan oleh pihak sekolah. Universitas yang
bersangkutan dipilih berdasarkan cerita dari beberapa narasumber.
Narasumber pertama menceritakan jika beberapa teman kosnya yang
kuliah di universitas tersebut, sering melakukan hubungan seksual
pranikah dengan pacarnya. Narasumber kedua menceritakan jika
temannya sudah ada yang hamil karena melakukan hubungan seks
pranikah dengan pacarnya.
Penelitian pertama dilakukan di SMA Mataram pada tanggal 9 Juni
2017. Sampel penelitian ini mengambil murid kelas XII jurusan IPA
dan IPS yang satu angkatan hanya 45 murid. Mayoritas murid di SMA
tersebut adalah perempuan. Sebanyak 45 murid yang diberi skala,
hanya 17 murid yang memenuhi kriteria skrining. Penelitian kedua
dilakukan di Universitas UNIKA Soegijapranata pada tanggal 14 dan
15 Juni 2017. Sampel penelelitian ini mengambil mahasiswa antara
semester 1 sampai semester 6 dari berbagai jurusan. Sebanyak 120
skala yang diberikan kepada responden, terdapat 80 mahasiswa yang
memenuhi kriteria skrining.
Penelitian ketiga dilakukan di SMKN 2 pada tanggal 18 Juli 2017.
Sampel penelitian ini mengambil murid kelas XII Administrasi
Perkantoran sebanyak 29 murid dan kelas XII Akuntansi sebanyak 30
murid. Mayoritas di sekolah ini berjenis kelamin perempuan. Sebanyak
59 murid yang diberi skala, terdapat 30 siswa yang memenuhi kriteria
skrining. Penelitian keempat dilakukan di SMA Ksatrian pada tanggal
19 Juli 2017. Sampel pada penelitian ini adalah murid XII IPA dan XII
IPS. Masing-masing kelas berisi 36 siswa dan jumlah murid
perempuan lebih banyak daripada laki-laki, namun jumlah laki-laki di
SMA Ksatrian lebih banyak dibanding di SMKN. Sebanyak 72 murid
yang diberi skala, terdapat 45 murid yang memenuhi kriteria skrining.
Penelitian kelima dilakukan di SMKN 1 dan SMKN 5 pada tanggal
20 Juli 2017. Penelitian di SMKN 1 dilakukan pada pagi hari,
kemudian setelah itu penelitian dilakukan di SMKN 5. Sampel pada
penelitian ini adalah murid kelas XII jurusan teknik pemesinan
sebanyak 32 murid laki-laki dan kelas XII jurusan audio video
sebanyak 28 murid yang mayoritas perempuan. Sebanyak 50 murid
terdapat 35 murid yang memenuhi kriteria skrining. Penelitian
selanjutnya dilakukan di SMKN 5, penelitian dilakukan di hari yang
sama. Sampel pada penelitian ini adalah murid kelas XII jurusan
teknik komputer dan jaringan sebanyak 30 murid. Kelas tersebut
memiliki murid sebanyak 30 orang dan mayoritas berjenis kelamin
laki-laki. Sebanyak 30 murid yang diberikan skala terdapat 23 siswa
yang memenuhi skrining.
Berdasarkan hasil pengambilan data tersebut, peneliti
mendapatkan responden sebanyak 230 responden yang terbagi
dalam 62 responden sekolah swasta, 88 responden sekolah SMK,
dan 80 responden mahasiswa. Sebanyak 230 responden tersebut
sudah diskrining sesuai dengan kriteria pemilihan sampel yang sudah
ditentukan. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan tanggal yang telah
diberikan oleh pihak sekolah dan sudah mendapatan ijin dari yang
bersangkutan.
B. Uji Coba Skala Penelitian
1. Skala Perilaku Seksual Pranikah
Uji validitas dan reliabilitas pada skala perilaku seksual
pranikah dilakukan dengan menggunakan program statistical
packages for social sciences (SPSS) for windows versi 16.0. Hasil
uji validitas item pada skala perilaku seksual pranikah menunjukan
15 item valid dan 1 item gugur dengan koefisien validitas 0,302
sampai 0,667. Pada hasil uji reliabilitas menunjukan bahwa skala
perilaku seksual pranikah reliabel dengan koefisien 0,876.
Tabel 4 Uji Coba Skala Perilaku Seksual
No Bentuk No. Item Valid
Jumlah No.Item Gugur
Jumlah Gugur
1. Masturbasi dan fantasi seksual
9, 10, 11 3 - -
2. Oral seks 12,13 2 - - 3. Sentuhan 2, 3, 4 3 1 1 4. Ciuman, necking 5, 6, 7, 8 4 - - 5. Petting &
Intercourse 14, 15,16 3 - -
Jumlah 15 1
2. Skala Pola Asuh Orangtua
Uji validitas dan reliabilitas pada skala pola asuh orangtua
dilakukan dengan menggunakan program statistical packages for
social sciences (SPSS) for windows versi 16.0. Hasil uji validitas
item pada skala pola asuh orangtua menunjukan 22 item valid dan
2 item gugur dengan koefisien 0,332 sampai 0,640. Pada hasil
reliabilitas menunjukan bahwa skala pola asuh orangtua reliabel
dengan koefisien 0,898
Tabel 5 Hasil Uji Coba Skala Pola Asuh Orangtua
No Bentuk No. Item Valid
Jumlah No. Item Gugur
Jumlah Gugur
1. Authoritative Parenting
2, 6, 10, 18, 22
5 14 1
2. Authoritarian Parenting
4, 8, 12, 16, 20, 24
6 - -
3. Permissive Parenting
1, 5, 9, 13, 17
5 21 1
4. Neglectful Parenting
3, 7, 11, 15, 19, 23
6 - -
Jumlah 22 2
3. Skala Kematangan Emosi
Uji validitas dan reliabilitas pada skala kematangan emosi
dilakukan dengan menggunakan program statistical packages for
social sciences (SPSS) for windows versi 16.0. Hasil uji validitas
item pada skala kematangan emosi menunjukan 24 item
ditanyatakan valid dengan koefisien 0,523 sampai 0,884. Pada
hasil reliabilitas menunjukan skala kematangan emosi reliabel
dengan koefisien 0,974.
Tabel 6 Hasil Uji Coba Skala Kematangan Emosi
No Aspek No. Item Valid
Jumlah No. Item Gugur
Jumlah Gugur
1. Menerima keadaan dirinya sendiri dan orang lain secara objektif.
1, 2, 3, 4, 5, 6
6 - -
2. Tidak bersifat impulsif
7, 8, 9, 10, 11, 12
6 - -
3. Dapat mengontrol emosinya dan ekspresi emosinya dengan baik.
13, 14, 15, 16, 17, 18
6 - -
4. Memiliki tanggung jawab yang baik
19,20,21, 22, 23, 24
6 - -
Jumlah 24 - -
C. Uji Asumsi
Uji asumsi adalah hal yang perlu dilakukan sebelum melakukan
analisis data utama. Uji asumsi meliputi:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah hasil
penelitian memiliki distribusi normal atau tidak. Pembahasan uji
normalitas ini menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov.
Data dikatakan normal jika menunjukan nilai signifikansi lebih
besar dari 0,05. Dalam pembahasan uji normalitas menghasilkan
nilai Z skala perilaku seksual pranikah sebesar 0,978 dengan
signifikansi sebesar 0,369, variabel pola asuh orangtua
menghasilkan nilai Z sebesar 1,169 dengan signifikansi sebesar
0,130, variabel kematangan emosi menghasilkan nilai Z sebesar
0,740 dengan signifikansi sebesar 0,653.
Uji normalitas juga dilakukan pada setiap bentuk pola asuh
yaitu pola asuh demokratis, otoriter, permisif, dan mengabaikan.
Hasil uji normalitas bentuk pola asuh demokratis menghasilkan
nilai Z sebesar 0,720 dengan signifikansi sebesar 0,662, pola asuh
otoriter menghasilkan nilai Z sebesar 0,701 dengan signifikansi
sebesar 0,706, pola asuh permisif menghasilkan nilai Z sebesar
0,682 dengan signifikansi sebesar 0,744, dan pola asuh
mengabaikan menghasilkan nilai Z sebesar 0,741 dengan
signifikansi sebesar 0,642. Berdasarkan data tersebut, maka dapat
disimpulkan jika ketiga variabel memiliki distribusi normal.
2. Uji Linieritas
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah variabel
yang digunakan memiliki hubungan liniear atau tidak. Uji linieritas
dilakukan dengan menggunakan Curve Fit. Data dikatakan linear
jika variabel yang digunakan memiliki linearitas kurang dari 0,05.
Berdasarkan hasil uji linieritas yang telah dilakukan, uji linieritas
antara pola asuh orangtua dengan kematangan emosi adalah Flinier
= 8,124 dengan P(0.005)<0,05, sedangkan uji linieritas antara
kematangan emosi dengan perilaku seksual pranikah adalah Flinier
= 10,024 dengan P(0,002)<0,05. Berdasarkan hasil tersebut maka
dapat disimpulkan jika hubungan antar variabel adalah linear.
D. Uji Hipotesis Mayor
Hipotesis mayor dari penelitian ini adalah ada hubungan pola asuh
orangtua terhadap perilaku seksual pranikah remaja yang
mengonsumsi konten porno dengan kematangan emosi sebagai
mediator. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan
menggunakan analisis jalur, menunjukan bahwa antara variabel pola
asuh orangtua dan kematangan emosi menghasilkan nilai koefisien
beta sebesar 0,185 dengan nilai signifikansi p<0,05. Pada analisis
data antara variabel kematangan emosi dan perilaku seksual pranikah
menunjukan koefisien beta sebesar -0,227 dengan nilai signifikansi
p<0,05. Berdasarkan data tersebut, maka hubungan tidak langsung
antara pola asuh orangtua dan perilaku seksual pranikah adalah
(0,185) x (-0,227) = -0,042
Hasil lain dari analisis data yang telah dilakukan adalah hubungan
antara pola asuh orangtua dan perilaku seksual pranikah menunjukan
koefisien beta sebesar 0,116 dengan signifikansi p>0,05. Hasil
tersebut menunjukan bahwa pola asuh orangtua memiliki hubungan
yang tidak signifikan dengan perilaku seksual pranikah. Berdasarkan
hasil tersebut, maka hubungan antara pola asuh orangtua dan
perilaku sekual pranikah bersifat tidak langsung dengan melalui
mediator. Hasil tersebut menjelaskan bahwa pola asuh yang
diterapkan tiap orangtua tidak dapat memprediksi perilaku seksual
pranikah remaja. Namun dengan adanya kematangan emosi yang
dimiliki remaja, maka perilaku seksual pranikah remaja akan lebih
rendah dan juga sebaliknya.
Kematangan Emosi
Pola Asuh Orangtua Perilaku seksual pranikah
Bagan 6: Hasil Uji Hipotesis Mayor
E. Uji Hipotesis Minor
Hipotesis minor yang pertama adalah ada hubungan positif antara
pola asuh otoriter terhadap perilaku seksual pranikah remaja yang
mengonsumsi konten porno dengan kematangan emosi sebagai
mediator. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan antara
variabel pola asuh orangtua otoriter dan kematangan emosi,
menunjukan nilai koefisien beta sebesar 0,348 dengan nilai
signifikansi p<0,05. Analisis data antara variabel kematangan emosi
dan perilaku seksual pranikah menunjukan koefisien beta sebesar
(-0,227) dengan nilai signifikansi p<0,05. Berdasarkan data tersebut,
maka hubungan tidak langsung antara pola asuh orangtua otoriter dan
perilaku seksual pranikah adalah (0,348) x (-0,227) = (-0,079). Hasil
lain dari analisis data yang telah dilakukan adalah hubungan antara
pola asuh orangtua otoriter dan perilaku seksual pranikah menunjukan
0,116
0,185* -0.227*
koefisien beta sebesar -0,050 dengan signifikansi p>0,05.
Berdasarkan kedua hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
pola asuh orangtua otoriter dan perilaku seksual pranikah memiliki
hubungan negatif dan bersifat tidak langsung dengan melalui
mediator. Hasil analisis data tersebut menunjukan jika hipotesis minor
yang pertama ditolak.
Kematangan Emosi
Pola Asuh Orangtua Perilaku seksual pranikah
Hipotesis minor yang kedua adalah ada hubungan negatif antara
pola asuh demokratis terhadap perilaku seksual pranikah remaja yang
mengonsumsi konten porno dengan kematangan emosi sebagai
mediator. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan antara
variabel pola asuh orangtua demokratis dan kematangan emosi,
menunjukan nilai koefisien beta sebesar 0,478 dengan nilai
signifikansi p<0,05. Analisis data antara variabel kematangan emosi
dan perilaku seksual pranikah menunjukan koefisien beta sebesar (-
0,227) dengan nilai signifikansi p<0,05. Berdasarkan data tersebut,
maka hubungan tidak langsung antara pola asuh orangtua demokratis
dan perilaku seksual pranikah adalah (0,478) x (-0,227) = -0,107. Hasil
lain dari analisis data yang telah dilakukan adalah hubungan antara
-0.050
0,348* -0.227*
Bagan 7: Hasil Uji Hipotesis Minor 1
pola asuh orangtua demokratis dan perilaku seksual pranikah
menunjukan koefisien beta sebesar -0,263 dengan signifikansi p<0,05.
Berdasarkan kedua hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
pola asuh orangtua demokratis dan perilaku seksual pranikah memiliki
hubungan langsung dan tidak langsung terhadap perilaku seksual
pranikah. Hubungan tidak langsung memiliki nilai lebih kecil (-0,107)
daripada nilai hubungan langsung (-0,263). Berdasarkan analisis data
tersebut, maka hipotesis minor yang kedua diterima.
Kematangan Emosi
Pola Asuh Orangtua Perilaku seksual pranikah
Hipotesis minor yang ketiga adalah ada hubungan positif antara
pola asuh orangtua permisif terhadap perilaku seksual pranikah
remaja yang mengonsumsi konten porno dengan kematangan emosi
sebagai mediator. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan
antara variabel pola asuh orangtua permisif dan kematangan emosi,
menunjukan nilai koefisien beta sebesar (-0,220) dengan nilai
signifikansi p<0,05. Analisis data antara variabel kematangan emosi
dan perilaku seksual pranikah menunjukan koefisien beta sebesar (-
0,227) dengan nilai signifikansi p<0,05. Berdasarkan data tersebut,
maka hubungan tidak langsung antara pola asuh orangtua permisif
-0,263*
0,473* -0.227*
Bagan 8: Hasil Uji Hipotesis Minor 2
dan perilaku seksual pranikah adalah (-0,220) x (-0,227) = -0,05. Hasil
lain dari analisis data yang telah dilakukan adalah hubungan antara
pola asuh orangtua permisif dan perilaku seksual pranikah
menunjukan koefisien beta sebesar 0,161 dengan signifikansi p>0,05.
Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh
orangtua permisif dan perilaku seksual pranikah memiliki hubungan
positif dan bersifat tidak langsung dengan melalui mediator. Hasil
analisis data tersebut menunjukan jika hipotesis minor yang ketiga
diterima.
Kematangan Emosi
Pola Asuh Orangtua Perilaku seksual pranikah
Hipotesis minor yang keempat adalah Ada hubungan positif antara
pola asuh mengabaikan terhadap perilaku seksual pranikah remaja
yang mengonsumsi konten porno dengan kematangan emosi sebagai
mediator. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan antara
variabel pola asuh orangtua mengabaikan dan kematangan emosi,
menunjukan nilai koefisien beta sebesar (-0,334) dengan nilai
signifikansi p<0,05. Analisis data antara variabel kematangan emosi
dan perilaku seksual pranikah menunjukan koefisien beta sebesar (-
0,227) dengan nilai signifikansi p<0,05. Berdasarkan data tersebut,
0,161
-0,220* -0.227*
Bagan 9: Hasil Uji Hipotesis Minor 3
maka hubungan tidak langsung antara pola asuh orangtua
mengabaikan dan perilaku seksual pranikah adalah (-0,334) x (-0,227)
= 0,076. Hasil lain dari analisis data yang telah dilakukan adalah
hubungan antara pola asuh orangtua mengabaikan dan perilaku
seksual pranikah menunjukan koefisien beta sebesar 0,204 dengan
signifikansi p<0,05. Berdasarkan kedua hasil tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa pola asuh orangtua mengabaikan dan perilaku
seksual pranikah memiliki hubungan langsung dan tidak langsung
terhadap perilaku seksual pranikah. Hubungan langsung memiliki nilai
lebih besar (0,204) daripada nilai hubungan langsung tidak langsung
(0,076). Berdasarkan analisis data tersebut, Berdasarkan hasil
analisis data tersebut menunjukan jika hipotesis minor yang keempat
diterima.
Kematangan Emosi
Pola Asuh Orangtua Perilaku seksual pranikah
F. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, maka hipoteis
mayor diterima yaitu ada hubungan pola asuh orangtua terhadap
perilaku seksual pranikah remaja yang mengonsumsi konten porno
dengan kematangan emosi sebagai mediator. Hasil hipotesis lain juga
0,204*
-0,334* -0.227*
Bagan 10: Hasil Uji Hipotesis Minor 4
menunjukan bahwa keempat hipotesis minor diterima, yaitu ada
hubungan antara pola asuh demokratis, otoriter, permisif, dan
mengabaikan terhadap perilaku seksual pranikah remaja yang
mengonsumsi konten porno dengan kematangan emosi sebagai
mediator. Selain itu diketahui juga dari hasil analisis hipotesis minor,
hasil analisis dari pola asuh orangtua demokratis dan mengabaikan,
menghasilkan hubungan langsung dan tidak langsung.
Pada pola asuh demokratis memiliki nilai lebih besar pada
hubungan tidak langsung daripada hubungan langsung dan bersifat
negatif. Hal ini menunjukan bahwa pola asuh demokratis dapat
meminimalkan perilaku seksual pranikah melalui kematangan emosi.
Pada pola asuh mengabaikan memiliki nilai yang lebih besar pada
hubungan langsung daripada hubungan tidak langsung dan bersifat
positif. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi pola asuh
mengabaikan maka perilaku seksual pranikah semakin tinggi, namun
dengan adanya kematangan emosi maka kecenderungan perilaku
seksual pranikah akan rendah.
Perilaku seksual dikalangan remaja cenderung semakin buruk,
salah satunya disebabkan oleh pola asuh orangtua yang enggan
memberikan informasi mengenai seksualitas terhadap anaknya. Sikap
orangtua yang seperti ini dapat menyebabkan perilaku seksual
pranikah di kalangan remaja semakin meningkat. Bagi remaja yang
kurang memiliki informasi tentang seksualitas, maka remaja tersebut
akan berusaha mencari informasinya sendiri baik dari teman sebaya
atau media massa (Adiwiyyah, 2016). Berdasarkan hasil penelitian ini,
kebanyakan dari remaja yang mengonsumsi konten porno adalah
remaja yang awalnya memiliki tujuan untuk mencari informasi
mengenai seksualitas. Kebanyakan dari remaja ini mendapatkannya
dari media massa yaitu pada video atau film porno.
Hasil uji data utama menunjukan bahwa pola asuh,
kematangan emosi, dan perilaku seksual pranikah saling berkaitan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi dalam pembentukan karakter
pada tiap anak adalah pola asuh orangtua. Baumrind menjelaskan
bahwa pola asuh orangtua terbagi menjadi empat macam, yaitu pola
asuh demokratis, pola asuh otoriter, pola asuh permisif, dan pola asuh
mengabaikan. Masing-masing dari pola asuh ini akan menghasilkan
karakter yang berbeda pada perkembangan anak (Papalia, 2009).
Feldman (2007) menjelaskan bahwa anak yang diasuh dengan
pola asuh otoriter memiliki karakter yang tidak hangat di masyarakat,
menjauhkan diri dari lingkup masyarakat, bagi anak perempuan akan
menjadi bergantung dengan orangtuanya, sedangkan untuk anak laki-
laki akan menghasilkan anak dengan karakteristik kasar dan tidak
ramah kepada orang lain. Pada pola asuh permisif akan menghasilkan
anak dengan karakteristik dengan kemampuan sosial rendah, emosi
mudah berubah, dan kurang memiliki kontrol diri. Pola asuh
demokratis akan menghasilkan anak dengan karakteristik yang sopan
dan mampu bersosialisasi di masyarakat, serta mampu mengatur
perilaku dan emosinya di lingkungan. Pada pola asuh mengbaikan
akan menghasilkan anak dengan karakteristik emosi tidak stabil
karena perkembangan emosi terganggu dan merasa jika dirinya tidak
dicintai sehingga sulit untuk menciptakan kelekatan emosi dengan
orang lain.
Salah satu karakter remaja yang dapat dikembangkan dari pola
asuh orangtua adalah kematangan emosi. Pola asuh orangtua sangat
penting dalam membantu mengembangkan kematangan emosi tiap
remaja. Remaja yang memiliki kematangan emosi yang baik akan
lebih bertanggung jawab dalam menanggapi segala informasi
mengenai seksualitas dan terhindar dari perilaku seksual pranikah
(Allport dalam Widowati, 2009). Berdasarkan hasil penelitian ini maka
dapat diketahui jika pola asuh yang baik akan meningkatkan
kematangan emosi remaja sehingga perilaku seksual pranikah akan
menurun. Sehingga pada penelitian ini, kematangan emosi
merupakan mediator antara pola asuh orangtua dan perilaku
seksualitas pranikah pada remaja. Feldman (2007) menjelaskan
bahwa pola asuh demokratis adalah pola asuh yang baik karena biasa
disebut dengan supportive parenting. Anak yang diasuh dengan
supportive parenting memiliki penyesuaian diri yang baik dan dapat
menerima konsekuensi ketika dihadapkan dalam situasi yang tidak
menyenangkan.
Hasil uji hipotesis minor pertama menunjukan bahwa pola asuh
otoriter memiliki hubungan (negatif) yang signifikan dengan perilaku
seksual pranikah remaja yang mengonsumsi konten porno dengan
kematangan emosi sebagai mediator. Hal ini menunjukan semakin
tinggi pola asuh otoriter maka perilaku seksual pranikah remaja yang
mengonsumsi konten porno semakin rendah. Orangtua yang
menerapkan pola asuh otoriter akan mendidik anaknya dengan
menonjolkan wibawa dengan menerapkan berbagai peraturan yang
harus ditaati agar anaknya berperilaku baik. Hal ini dikarenakan
orangtua memiliki keyakinan bahwa mereka dapat mengontrol semua
perilaku anaknya, salah satunya dengan cara menanamkan standart
nilai dan moral agar anaknya berperilaku baik (Lidyasari, 2013).
Wong et al. (dalam Irsan, 2013) menjelaskan bahwa orangtua yang
otoriter akan dengan tegas akan menanamkan kedisiplinan dan
menuntut kemandirian serta kedewasaan dari seorang anak tanpa
anak diberi kesempatan untuk mengutarakan pendapatnya. Pola asuh
seperti ini akan menghasilkan anak yang mandiri dan bertanggung
jawab, namun mandiri dan tanggung jawab tersebut bukan atas
kesadaran dari anak. Perilaku positif tersebut berasal dari tuntutan
orangtua yang memaksakan kehendaknya kepada anaknya.
Berdasarkan penjabaran di atas, maka maka anak yang diasuh
dengan pola asuh otoriter dapat menghasilkan anak dengan
kematangan emosi yang baik karena anak memiliki rasa tanggung
jawab dan dapat bersikap mandiri. Hal ini sesuai dengan salah satu
kriteria seseorang memiliki kematangan emosi adalah mampu
bertanggung jawab terhadap masalah yang sedang dialaminya,
sehingga tidak mudah frustasi dan dapat mengatasi setiap
masalahnya dengan baik (Walgito, 2004). Selain itu juga individu yang
mampu mengambil keputusan dan menerima segala resiko yang ada
juga merupakan salah satu ciri dari seseorang memiliki kematangan
emosi yang baik (Finkelor dalam Widowati, 2009). Kematangan emosi
inilah yang akan meminimlakan perilaku seksual pranikah.
Kematangan emosi ini dapat mengontrol hasrat seksual yang timbul
ketika remaja mengonsumsi konten porno, karena remaja diharuskan
untuk mampu bertanggung jawab atas apa yang diperbuat.
Hasil uji hipotesis minor kedua menunjukan bahwa pola asuh
demokratis memiliki hubungan (negatif) yang signifikan dengan
perilaku seksual pranikah remaja yang mengonsumsi konten porno
Bagan 11: Bagan Pembahasan Hasil Uji Hipotesis Minor 1
Memiliki kematangan
emosi
Anak memiliki rasa
tanggung jawab dan
mandiri dalam
mengambil keputusan
dan menerima resiko
Perilaku Seksual
Pranikah Rendah
Konsumsi konten
porno
P.A. Otoriter
Orangtua mengontrol
perilaku anak dengan
menanamkan
standard nilai dan
moral
dengan kematangan emosi sebagai mediator. Hasil ini menjelaskan
jika semakin tinggi pola asuh demokratis maka perilaku seksual
pranikah remaja yang mengonsumsi konten porno semakin rendah.
Orangtua yang menerapkan pola asuh demokratis akan mendidik
anaknya dengan cara menghargai dan memahami keinginan anak.
Selain itu, orangtua juga selalu ingin mengikuti perkembangan anak
secara fisik dan psikis sehingga anak memiliki karakter diri dan emosi
yang baik (Lidyasari, 2013). Baumrind (dalam Okoh & Ugoji, 2015)
menjelaskan bahwa anak yang diasuh dengan pola asuh demokratis
akan menghasilkan anak dengan kepribadian yang mandiri dan
bertanggung jawab karena orangtua selalu mengikuti perkembangan
anaknya.
Berdasarkan penjabaran di atas, maka anak yang diasuh
dengan pola asuh demokratis akan memiliki kematangan emosi yang
baik. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri kematangan emosi, yaitu mampu
mengontrol emosinya ketika berada disituasi yang tidak
menyenangkan, bisa mengambil keputusan dan dapat bertanggung
jawab atas keputusan yang dipilihnnya (Walgito, 2004). Ketika anak
memiliki karakter diri dan kematangan emosi yang baik, maka perilaku
seksual pranikah akan rendah (Allport dalam Widowati, 2009).
Orangtua yang demokratis akan memberikan informasi mengenai
seksualitas yang berguna bagi perkembangan anak karena orangtua
selalu mengikuti perkembangan dan memahami kebutuhan anak.
Kondisi seperti membuat anak tercukupi kebutuhannya tentang
seksualitas sehingga dapat menyikapi konten porno dengan bijaksana
dan bertanggung jawab.
Hasil uji hipotesis minor ketiga menunjukan bahwa pola asuh
permisif memiliki hubungan (positif) yang signifikan dengan perilaku
seksual pranikah remaja yang mengonsumsi konten porno dengan
kematangan emosi sebagai mediator. Hasil ini menjelaskan bahwa
orangtua yang mengasuh anaknya dengan pola asuh permisif maka
perilaku seksual pranikah remaja yang mengonsumsi konten porno
semakin tinggi. Orangtua yang permisif adalah orangtua yang
memberikan kebebasan anak untuk melakukan keinginan anak,
namun orangtua tidak banyak mengontrol ketika anak melakukan hal
tersebut (Hurlock, 2004). Anak yang diasuh dengan pola asuh permisif
akan menjadi kurang bertanggung jawab dan merupakan pribadi yang
Bagan 12: Bagan Pembahasan Hasil Uji Hipotesis Minor 2
P.A. Demokratis
Orangtua memahami
dan menghargai
keinginan anak, serta
memberi informasi
yang berguna bagi
perkembangan anak Anak dapat menyikapi
situasi tertentu
dengan bijak dan
bertanggung jawab
Perilaku Seksual
Pranikah Rendah
Memiliki
kematangan emosi
Berperan sebagai filter
bagi anak Konsumsi konten
porno
tidak konsisten dalam menentukan suatu pilihan atau keputusan
(Feldman, 2007).
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka anak yang diasuh
dengan pola asuh permisif, kurang memiliki kematangan emosi. Hal ini
karena anak hasil didikan dari pola asuh permisif tidak memenuhi
kriteria dari kematangan emosi. Kriteria tersebut adalah mampu
mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas keputusan yang
diambil. Selain itu karena anak hasil didikan pola asuh permisif
memiliki kepribadian yang tidak konsisten, maka mereka termasuk
pribadi yang labil. Hal ini tidak sesuai dengan kriteria kematangan
emosi dari Walgito (2004) yaitu orang yang memiliki kematangan
emosi akan mengontrol emosinya dengan baik. Karakteristik anak
yang seperti ini membuat anak akan cenderung menyikapi informasi
mengenai seksualitas dengan kurang bijaksana. Kondisi seperti ini
dapat membuat perilaku seksual pranikah di kalangan remaja menjadi
tinggi karena orangtua kurang memberikan pengawasan dan
penanaman moral pada anak.
Bagan 13: Bagan Pembahasan Hasil Uji Hipotesis Minor 3
P.A. Permisif
Orangtua memberi
kebebasan terhadap
keinginan anak namun
kurang pengawasan
dan penanaman moral
Anak kurang
bertanggung jawab
dan tidak konsisten
dalam mengambil
keputusan
Kurang memiliki
kematangan emosi
Perilaku Seksual
Pranikah Tinggi
Konsumsi konten
porno
Hasil uji hipotesis yang keempat menunjukan menunjukan
bahwa pola asuh mengabaikan memiliki hubungan (positif) yang
signifikan dengan perilaku seksual pranikah remaja yang
mengonsumsi konten porno dengan kematangan emosi sebagai
mediator. Hasil ini menjelaskan bahwa orangtua yang mengasuh
anaknya dengan pola asuh mengabaikan maka perilaku seksual
pranikah remaja yang mengonsumsi konten porno semakin tinggi.
Orangtua yang menerapkan pola asuh mengabaikan tidak akan
mempedulikan perkembangan anaknya dan tidak memahami
keinginan anaknya. Anak akan bertindak sesuka hati tanpa kontrol
dari orangtua dan serangkain dampak buruk akan dengan mudah
terbawa sampai dewasa (Bornstein,2002). Orangtua yang
menggunakan pola asuh mengabaikan akan menghasilkan anak yang
memiliki emosi dingin karena merasa tidak dicintai oleh orangtuanya.
Pola asuh seperti ini juga dapat mengganggu perkembangan anak
secara fisik dan kognitif (Feldman, 2007).
Berdasarkan penjabaran di atas maka anak yang diasuh
dengan pola asuh mengabaikan, kurang bisa mengekspresikan emosi
dengan baik. Kondisi seperti ini menunjukan bahwa anak yang diasuh
dengan pola asuh mengabaikan kurang memiliki kematangan emosi.
Walgito (2004) menjelaskan bahwa orang yang memiliki kematangan
emosi adalah orang yang mampu mengontrol emosinya dan mampu
mengekspresikan emosi positif kepada orang lain. Anak yang memiliki
karakteristik seperti ini, tidak mampu menyikapi informasi tentang
seksualitas dengan baik sehingga dapat menyebabkan tingginya
perilaku seksual pranikah di kalangan remaja.
Kelemahan dari penelitian adalah jadwal pengambilan data
yang diberikan pihak sekolah harus setelah liburan sekolah. Pada saat
pengambilan data, responden kesulitan mengisi identitas karena tidak
ada petunjuk pengisian. Peneliti juga kesulitan mengontrol responden
ketika mengerjakan variabel perilaku seksual pranikah. Hal ini
dikarenakan beberapa dari responden masih menganggap tabu
segala hal yang tentang seksualitas.
Bagan 14: Bagan Pembahasan Hasil Uji Hipotesis Minor 4
P.A. Mengabaikan
Orangtua tidak peduli
akan perkembangan
dan keinginan anak
Anak merasa tidak
dicintai dan bertindak
sesuka hati tanpa
kontrol orangtua
Kurang memiliki
kematangan emosi
Perilaku Seksual
Pranikah Tinggi
Konsumsi konten
porno