BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan Normal · Terminasi kehamilan dengan dilatasi...

24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan Normal a. Pengertian Masa kehamilan terjadi mulai dari konsepsi sampai janin lahir. Perkembangan janin kehamilan normal membutuhkan waktu 280 hari (40 minggu jika dinyatakan dengan bulan 9 bulan 7 hari) mulai dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT) (Saifuddin, 2010). b. Tanda Pasti Kehamilan Tanda pasti kehamilan meliputi : terdapat gerakan janin di dalam rahim, teraba bagian dan gerakan-gerakan janin, terdengar denyut jantung janin menggunakan leanex, alat kardiotokografi dan menggunakan doppler, pemeriksaan menggunakan rontgen ditemukan kerangka janin (Manuaba,2010). c. Diagnosis Kehamilan 1) Uji hormonal kehamilan Produksi chorionic gonadotropin (hCG) oleh sel-sel sinsisiotrofoblas terjadi masa awal kehamilan, kemudian disekresi melalui urin ibu hamil, hCG dapat terdeteksi sekitar 26 hari setelah konsepsi dan meningkat pada hari ke 30-60 usia 6

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan Normal · Terminasi kehamilan dengan dilatasi...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan Normal · Terminasi kehamilan dengan dilatasi dan kuretase Penatalaksanaan post kuretase Terdapat sisa hasil konsepsi Observasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Kehamilan Normal

a. Pengertian

Masa kehamilan terjadi mulai dari konsepsi sampai janin

lahir. Perkembangan janin kehamilan normal membutuhkan waktu

280 hari (40 minggu jika dinyatakan dengan bulan 9 bulan 7 hari)

mulai dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT) (Saifuddin,

2010).

b. Tanda Pasti Kehamilan

Tanda pasti kehamilan meliputi : terdapat gerakan janin di

dalam rahim, teraba bagian dan gerakan-gerakan janin, terdengar

denyut jantung janin menggunakan leanex, alat kardiotokografi

dan menggunakan doppler, pemeriksaan menggunakan rontgen

ditemukan kerangka janin (Manuaba,2010).

c. Diagnosis Kehamilan

1) Uji hormonal kehamilan

Produksi chorionic gonadotropin (hCG) oleh sel-sel

sinsisiotrofoblas terjadi masa awal kehamilan, kemudian

disekresi melalui urin ibu hamil, hCG dapat terdeteksi sekitar

26 hari setelah konsepsi dan meningkat pada hari ke 30-60 usia

6

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan Normal · Terminasi kehamilan dengan dilatasi dan kuretase Penatalaksanaan post kuretase Terdapat sisa hasil konsepsi Observasi

7

kehamilan. Puncak hCG terjadi sekitar 60-70 hari usia

kehamilan (Prawirohardjo, 2011).

2) Perubahan anatomik dan fisiologik kehamilan

Masa awal kehamilan terdapat peningkatan hormon

estrogen dan progesteron, menyebabkan hipertrofi miometrium

diikuti peningkatan jaringan elastin dan akumulasi dari

jaringan fibrosa, menyebabkan uterus kuat terhadap regangan

dan distensi saat proses kehamilan. Vaskularisasi dan

pembuluh limfatik meningkat, menyebabkan perubahan pada

wanita hamil seperti ; tanda chadwick, goodell dan hegar

(Prawirohardjo, 2011).

d. Diagnosis Banding Kehamilan

Tidak semua pembesaran perut wanita merupakan kehamilan,

perlu didiagnosis banding : Pseudosiesis atau kehamilan palsu,

tumor kandungan atau mioma uteri ditemukan pembesaran uterus,

kista ovarium terjadi pembesaran perut, hematometra merupakan

pembesaran perut akibat penumpukan darah haid diakibatkan oleh

hymen in perforata dan kandung kemih penuh (Manuaba, 2010).

e. Pemeriksaan Ante natal

1) Pengertian

Ante natal care merupakan perawatan untuk ibu selama

masa kehamilan sampai dengan melahirkan (Siswosudarmo,

2008).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan Normal · Terminasi kehamilan dengan dilatasi dan kuretase Penatalaksanaan post kuretase Terdapat sisa hasil konsepsi Observasi

8

Melakukan ante natal care sesuai jadwal berfungsi untuk

mengetahui data kesehatan meliputi ibu hamil dan

perkembangan janin di dalam rahim. (Manuaba, 2010).

2) Program ante natal

Kunjungan antenal dilakukan minimal 4 kali selama

kehamilan meliputi :

a) 1 kali kunjungan saat trimester pertama

b) 1 kali kunjungan saat trimester kedua

c) 2 kali kunjungan saat trimester ketiga (Saifuddin, 2010).

Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester meliputi ; trimester

pertama usia kehamilan sampai 12 minggu, trimester kedua

usia kehamilan 13-27 minggu, dan trimester 3 usia kehamilan

28-40 minggu (Prawirohardjo, 2011).

Tujuan ante natal care memantau kehamilan dapat

membantu memastikan ibu dan janin dalam kandungan

keadaan baik dan mendeteksi dini terjadi komplikasi pada ibu

selama hamil (Saifuddin, 2010).

3) Klasifikasi Komplikasi kehamilan

a) Trimester pertama

Perdarahan kehamilan muda mengakibatkan

kehamilan berhenti atau keguguran, seperti terjadi abortus,

blighted ovum, kehamilan ektopik dan mola hidatidosa

(Prawirohardjo, 2011). Kelainan tempat implantasi

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan Normal · Terminasi kehamilan dengan dilatasi dan kuretase Penatalaksanaan post kuretase Terdapat sisa hasil konsepsi Observasi

9

(kehamilan ektopik) merupakan kehamilan dengan hasil

konsepsi tidak menempel pada endometrium (Mochtar,

2013). Hiperemesis gravidarum merupakan keadaan mual

muntah berat (Mochtar, 2013). Kehamilan dengan

hiperemesis akan mengakibatkan ibu menjadi dehidrasi,

hipokalemia, alkalosis, dan penurunan berat badan (Tanto,

2014).

b) Trimester kedua

Diabetes melitus kehamilan, peningkatan berlebih

kadar glukosa, peningkatan baru terdeteksi saat hamil

(Tanto, 2014). Hipertensi kehamilan, hipertensi tanpa

disertai protein urine, tekanan darah akan kembali normal

setelah 3 bulan melahirkan (Prawirohardjo, 2011).

c) Trimester ketiga

Perdarahan usia kehamilan lanjut terjadi saat usia

kehamilan lebih dari 20 minggu (Tanto, 2014), seperti

kasus : plasenta previa, solusio placenta, dan rupture

uteri (Prawirohardjo, 2011).

2. Perdarahan Kehamilan Muda

a. Pengertian

Setiap kehamilan memungkinkan terjadi perdarahan.

Abortus, misscarriage, early pregnancy loss dikaitkan dengan

kehamilan muda. Perdarahan di kehamilan muda diidentifikasi

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan Normal · Terminasi kehamilan dengan dilatasi dan kuretase Penatalaksanaan post kuretase Terdapat sisa hasil konsepsi Observasi

10

menggunakan istilah sesuai dengan pertimbangan masing-masing

(Prawirohadjo, 2011).

b. Klasifikasi Perdarahan Kehamilan Muda

1) Abortus

Pengeluaran atau ancaman hasil konsepsi keluar dari

dalam rahim sebelum dapat bertahan hidup di luar rahim.

Disebut abortus jika berat janin kurang 500 gram dan usia

kehamilan kurang dari 20 minggu (Prawirohardjo, 2011).

2) Blighted ovum (Kehamilan anembrionik)

Blighted ovum (anembryonic pregnancy) merupakan hasil

fertilisasi ovum tidak berkembang ditahap awal (6-7 minggu

usia kehamilan) (Arora, 2014). Blighted ovum dapat

mengalami abortus spontan (Prawirohardjo, 2011).

Blighted ovum merupakan kegagalan perkembangan

embrio, hasil pemeriksaan penunjang ditemukan kantung

kehamilan tanpa ada embrio dalam kantung kehamilan

(DeCharney, 2007).

3) Kehamilan ektopik

Kehamilan ektopik terjadi karena hasil dari pembuahan sel

telur dan sel sperma tidak menempel di endometrium.

Kehamilan ektopik lebih dari 95% terjadi di tuba falopii

(Prawirohardjo, 2011). Abortus atau pecahnya tempat

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan Normal · Terminasi kehamilan dengan dilatasi dan kuretase Penatalaksanaan post kuretase Terdapat sisa hasil konsepsi Observasi

11

implantasi dapat terjadi pada kehamilan ektopik terganggu

(Mochtar, 2013).

4) Mola Hidatidosa

Kehamilan mola ditandai dengan proliferasi trofoblastis

dengan derajat yang berbeda-beda. Kehamilan mola dapat

terjadi di ovarium, tuba falopii atau di rongga uterus. Untuk

mengklasifikasi kehamilan mola perlu dilihat ada tidaknya

janin di dalam mudigah (Cunningham, 2009). Pada

pemeriksaan ditemukan perdarahan pervaginam pada usia

kehamilan 6-16 minggu (Mochtar, 2013).

3. Blighted Ovum

a. Pengertian

Blighted ovum (anembryonic pregnancy) adalah kehamilan

tanpa ditemukan embrio di dalam kantung kehamilan (Plavsic,

2011).

Kantung kehamilan pada kasus blighted ovum terbentuk dan

embrio mengalami kegagalan berkembang masa awal kehamilan

(Kurjak, 2006). Blighted ovum terjadi 6-7 minggu usia kehamilan

(Arora, 2014).

b. Etiologi

Blighted ovum belum diketahui penyebab secara pasti,

blighted ovum terjadi masa awal kehamilan. Beberapa faktor dapat

mengakibatkan terjadi blighted ovum ;

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan Normal · Terminasi kehamilan dengan dilatasi dan kuretase Penatalaksanaan post kuretase Terdapat sisa hasil konsepsi Observasi

12

1) Blighted ovum terjadi karena kelainan pada sel telur dan sel

sperma.

2) Kelainan kromosom dapat mengakibatkan pertumbuhan

embrio pada masa awal kehamilan berhenti.

3) Blighted ovum terjadi karena kebiasaan merokok atau minum

alkohol

4) Faktor usia dan paritas pasangan suami istri. Usia semakin tua

pada pasangan suami istri dan semakin banyak seorang istri

pernah hamil memperbesar kemungkinan dari terjadinya

blighted ovum.

5) Blighted ovum terjadi karena infeksi TORCH, kelainan

imunologi, serta penyakit diabetes

(Arora, 2014 dan Manuaba, 2010).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan Normal · Terminasi kehamilan dengan dilatasi dan kuretase Penatalaksanaan post kuretase Terdapat sisa hasil konsepsi Observasi

13

c. Patofisiologi

Gambar 2.1Patofisiologi blighted ovum

Sumber : (Kurjak, 2006; Prawirohardjo, 2011 dan Arora, 2014)

Proses awal kehamilan blighted ovum terjadi sama pada

kehamilan umumnya. Sel telur dibuahi oleh sel sperma, kemudian

terjadi penggabungan pronukleus. Hari ke 4 setelah fertilisasi

terbentuk menjadi blastosit yang dilapisi trofoblas. Trofoblas akan

memicu produksi hormon-hormon kehamilan termasuk hormon

Fertilisasi

Blastocyst bernidasi di endometrium, (blastocystterbentuk 3-5 hari setelah fertilisasi)

Blastocyst terlapisi oleh trofoblas

Setelah trofoblas terbentuk, terdapat peningkatanhormon hCG

Tes kehamilan positif

Penurunan hormon hCG,proses plasentasi berhenti

Terjadi perdarahan pervaginam

Pemeriksaan USG

Blighted ovum

1. Tidak ditemukan embrio

2. Terdapat kantung kehamilan

Nyeri pada perut

Respon tubuh terhadap kehamilan abnormal

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan Normal · Terminasi kehamilan dengan dilatasi dan kuretase Penatalaksanaan post kuretase Terdapat sisa hasil konsepsi Observasi

14

hCG. Pemeriksaan tes kehamilan positif dan kehamilan klinis akan

terjadi (Prawirohardjo, 2011). Kehamilan blighted ovum terjadi

penurunan hormon kehamilan (progesteron, estrogen, dan hCG)

(Kurjak, 2006). Penurunan tersebut dapat terjadi karena beberapa

faktor penyebab. Kasus blighted ovum dilakukan pemeriksaan

menggunakan USG ditemukan gestational sac, yolk sac dan tidak

ditemukan embrio di dalam gestational sac. Hal ini disebabkan

kegagalan perkembangan embrio pada 6-7 minggu pasca fertilisasi

(Arora, 2014). Blighted ovum dapat terjadi pengeluaran darah dari

vagina (Prawirohardjo,2011).

c. Keluhan Subjektif

Kehamilan dengan blighted ovum ditemukan perdarahan

melalui vagina dan terkadang disertai nyeri dibagian perut

(Norwitz, 2007).

d. Diagnosa Blighted Ovum

Blighted ovum dapat didiagnosa dengan melakukan

pemeriksaan ultrasonografi (USG). Pemeriksaan menggunakan

ultrasonografi (USG) pada kasus blighted ovum ditemukan kantung

kehamilan dan tidak ditemukan embrio di dalam rahim. Bila hasil

USG tidak disertai keluhan perdarahan dari vagina, untuk

menghindarkan keraguan saat mendiagnosa blighted ovum

dilakukan USG ulang 10 hari kemudian (Pribadi, 2011).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan Normal · Terminasi kehamilan dengan dilatasi dan kuretase Penatalaksanaan post kuretase Terdapat sisa hasil konsepsi Observasi

15

Pemeriksaan untuk menunjang diagnosa dilakukan dengan

pemeriksaan laboratorium, ditemukan penurunan level plasma β-

human chorionic gonadotropin (hCG) yang menunjukkan

kehamilan tidak normal seperti blighted ovum (DeCharney, 2007).

e. Penatalaksanaan Blighted Ovum

Gambar 2.2Penatalaksanaan blighted ovum

Sumber : (Prawirohardjo, 2011; Mochtar, 2013; Saifuddin, 2014)

Perdarahan per vaginam

Pemeriksaan USG

Diagnosis blighted ovum

Terminasi kehamilan dengan dilatasi dan kuretase

Penatalaksanaan post kuretase

Terdapat sisa hasil konsepsi

Observasi perdarahan

Kuretase ulang

Komplikasi

InfeksiPerforasi uterusRobekan serviks

Penjahitan serviks Hentikan kuretase

Rencanakan program laparatomi

Antibiotik

berhasil Tidak berhasil

Perdarahan akibat atonia uteri

Tatalaksana atonia uteri

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan Normal · Terminasi kehamilan dengan dilatasi dan kuretase Penatalaksanaan post kuretase Terdapat sisa hasil konsepsi Observasi

16

1) Terminasi kehamilan blighted ovum

Penatalaksanaan kasus blighted ovum dilakukan dengan

metode terminasi dilatasi dan kuretase secara elektif

(Prawirohardjo, 2011). Dilatasi dilakukan menggunakan

dilatator terkecil sampai kanalis servikalis dapat dilalui oleh

sendok kuret. Pemeriksaan kedalaman dan lengkung rahim

menggunakan penera kavum uteri, kemudian melakukan

pembersihan isi kavum uteri dengan sistematis melakukan

kerokan pada dinding rahim (Saifuddin, 2014).

2) Persiapan tindakan terminasi

a) Persiapan pasien

Persiapan tindakan dilakukan dengan melakukan konseling

dan persetujuan tindakan medis (Saifuddin, 2014).

Melakukan pemeriksaan umum meliputi : tekanan darah,

nadi serta melakukan pemeriksaan darah lengkap,

pemasangan infus (Mochtar, 2013).

b) Persiapan alat

Persiapan alat menurut Saifuddin (2010) dan Mochtar

(2013) meliputi : 2 spekulum sim’s, sonde uterus, dilatator

berbagai ukuran, sendok kuret berbagai ukuran, cunam

abortus, pinset, klem, kain steril dan 2 sarung tangan steril.

Alat-alat tersebut dalam keadaan yang steril dan diletakkan

dalam bak alat steril. Instrumen lain yang dibutuhkan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan Normal · Terminasi kehamilan dengan dilatasi dan kuretase Penatalaksanaan post kuretase Terdapat sisa hasil konsepsi Observasi

17

meliputi : lampu, mangkok kecil logam serta penampung

darah dan jaringan.

c) Persiapan alat pelindung diri (APD) penolong

Persiapan APD bagi penolong dan asisten meliputi :

menggunakan baju tindakan, pelindung kaki (alas kaki

terbuat dari karet), kaca mata pelindung, masker, dan

sarung tangan steril (Saifuddin, 2010).

d) Persiapan obat yang akan di gunakan untuk tindakan

kuretase

Persiapan obat yang digunakan meliputi :

(1) Misoprostol. Penggunaan misoprostol 100 mg efektif

digunakan untuk dilatasi serviks. Umumnya pada kasus

blighted ovum dilatasi akan berhasil setelah pemberian

dosis ke-2 (Saimin, 2010). Jika pemberian misoprostol

tidak berhasil dilatasi serviks dilakukan dengan hegar

(Chunningham, 2010).

(2) Pra anastetik. Berfungsi mengurangi rasa cemas

sebelum tindakan dan memperlancar induksi anastesi,

tindakan pra anastetik dapat dilakukan menggunakan

golongan benzodiazepin (diazepam, lorazepam dan

midazolam) (Gunawan, 2012). Menurut Saifuddin

(2014) pada kuretase dilakukan menggunakan

diazepam 10 mg secara IM.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan Normal · Terminasi kehamilan dengan dilatasi dan kuretase Penatalaksanaan post kuretase Terdapat sisa hasil konsepsi Observasi

18

(3) Anastetika yang digunakan menggunakan ketamin

dengan dosis 0,5 mg/kgBB (Saifuddin, 2014).

Pemilihan ketamin memiliki sifat anastetik dan

analgetik serta memiliki batas keamanan yang luas,

cara pemberian dilakukan induksi per IV. Pada

penggunaan ketamin akan menimbulkan efek

emergence phenomenon (Gunawan, 2012).

(4) Uterotonika metergin 0,2 mg per IM atau oksitosin 10

IU per IV untuk meningkatkan kontraksi uterus

(Saifuddin, 2014).

3) Tindakan kuretase

a) Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi. Bagian bawah

perut dan lipatan paha dibersihkan menggunakan air dan

sabun.

b) Pemberian anastesi

c) Pasang spekulum sim’s sampai serviks terlihat.

Memberikan cairan antiseptik pada vagina dan serviks.

d) Memberikan oksitosin 10 IU IV atau metergin 0,2 mg

secara IM untuk mencegah perforasi uterus dan

meningkatkan kontraksi uterus.

e) Melakukan pemeriksaan bimanual bertujuan mengetahui

bukaan serviks, besar, arah, dan resiko terjadi perforasi.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan Normal · Terminasi kehamilan dengan dilatasi dan kuretase Penatalaksanaan post kuretase Terdapat sisa hasil konsepsi Observasi

19

f) Serviks dilakukan penjepitan diarah jam 11.00 dan 13.00

menggunakan tenakulum. Setelah terpasang dengan baik

keluarkan spekulum atas.

g) Dilatasi dilakukan dengan menggunakan dilatator sampai

dapat dilalui oleh sendok kuret. Sendok kuret dimasukkan

melalui kanalis servikalis.

h) Kedalaman uterus diketahui dengan melakukan

pemeriksaan menggunakan sonde uterus.

i) Dinding uterus dibersihkan dengan pengerokan secara

sistematis searah jarum jam sampai bersih dengan tanda

seperti menyentuh bagian bersabut. Pemeriksaan bimanual

dilakukan kembali untuk mengetahui besar dan konsistensi

uterus. Jaringan di keluarkan dan membersihkan darah

mengenai lumen vagina. Kemudian melepaskan tenakulum

dan spekulum bawah

(Mochtar, 2013 dan Saifuddin, 2014)

4) Penatalaksannaan post kuretase

a) Pemberian analgetik (Paracetamol 500 mg) untuk

mengurangi nyeri jika diperlukan (Saifuddin, 2014).

Pemberian Paracetamol bertujuan untuk mengurangi kadar

nyeri (ringan-sedang) pasca tindakan (Gunawan, 2012).

b) Anjurkan untuk mobilisasi bertujuan untuk mengurangi

nyeri.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan Normal · Terminasi kehamilan dengan dilatasi dan kuretase Penatalaksanaan post kuretase Terdapat sisa hasil konsepsi Observasi

20

c) Memberikan antibiotik terapeutik (Saifuddin, 2014).

Diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi pasca

tindakan, dapat dilakukan menggunakan 2 kombinasi

antibiotik. (Prawirohadjo, 2011).

Pemberiaan antibiotik Metronidazole berfungsi untuk

mencegah infeksi bakteri gram negatif (–) dan anaerob

pasca kuretase (Prawirohardjo, 2011) dengan dosis 500 mg

dan waktu paruh 8-10 jam (Gunawan, 2012). Pemberian

Metronidazole dapat diberikan bersama Amoksisilin yang

merupakan antibiotik spektrum luas untuk mencegah infeksi

pasca tindakan (Prawirohardjo, 2012).

d) Melakukan observasi meliputi : jumlah perdarahan

pervaginam untuk mengetahui terjadinya perdarahan dan

tanda-tanda infeksi (Saifuddin, 2014).

5) Komplikasi terminasi kehamilan buatan

a) Perforasi uterus, terjadi karena penggunaan sonde uterus

(Wiknjosastro, 2010). Penanganan dilakukan dengan

menghentikan tindakan kuretase dan melakukan kolaborasi

dengan dokter bedah untuk dilakukan laparatomi

(Prawirohardjo, 2011).

b) Robekan serviks, disebabkan penggunaan tenakulum

(Wiknjosastro, 2010). Penanganan serviks yang robek

dilakukan penjahitan untuk menghentikan perdarahan.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan Normal · Terminasi kehamilan dengan dilatasi dan kuretase Penatalaksanaan post kuretase Terdapat sisa hasil konsepsi Observasi

21

c) Perdarahan, timbul karena atonia atau sisa hasil konsepsi di

dalam uterus. Pencegahan atonia dilakukan dengan

pemberian metergin 0,2 mg IM atau 10 IU oksitosin secara

IV sebelum dilakukan kuretase untuk meningkatkan

kontraksi uterus (Saifuddin, 2014).

d) Penanganan sisa hasil konsepsi dengan pemberian

profilaksis dan uterotonika untuk dilakukan kuretase ulang

(Prawirohardjo, 2011).

e) Infeksi, pencegahan infeksi dilakukan pemberian antibiotik

(Wiknjosastro, 2010).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan Normal · Terminasi kehamilan dengan dilatasi dan kuretase Penatalaksanaan post kuretase Terdapat sisa hasil konsepsi Observasi

22

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Langkah I : Pengumpulan data dasar secara lengkap

1) Anamnesa

a) Identitas

Mengidentifikasi informasi pasien. Informasi diperlukan

meliputi : nama, usia, ras, alamat, agama, dan status

pernikahan (Varney, 2007). Kasus blighted ovum perlu dikaji

bagian usia. Peluang blighted ovum akan meningkat jika usia

pasangan suami istri semakin tua (Sukarni, 2014).

b) Keluhan utama

Alasan bagi seorang pasien untuk datang ke petugas

kesehatan/tempat pelayanan kesehatan (Varney, 2007). Kasus

blighted ovum terjadi pengeluaran darah dari vagina terkadang

disertai nyeri di bagian perut (Norwitz, 2007).

c) Riwayat kesehatan

1) Riwayat penyakit sekarang, untuk mengetahui penyakit

yang diderita oleh ibu saat hamil ini.

2) Riwayat penyakit terdahulu, pada kasus blighted ovum

perlu dikaji pada penyakit diabetes mellitus, diabetes

mellitus merupakan salah faktor dari blighted ovum

(Sukarni, 2014).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan Normal · Terminasi kehamilan dengan dilatasi dan kuretase Penatalaksanaan post kuretase Terdapat sisa hasil konsepsi Observasi

23

d) Riwayat kebidanan

1) Riwayat menstruasi meliputi : umur menarche, frekuensi,

siklus haid, jumlah darah yang keluar, karakteristik darah,

lama haid, rasa nyeri saat haid (Hani, 2010).

2) Riwayat obstetri, kasus blighted ovum perlu dikaji riwayat

kehamilan terdahulu. Blighted ovum kemungkinan akan

terjadi berulang pada kehamilan berikutnya (Kriebs, 2010).

e) Data psikosial dan budaya

Kasus blighted ovum perlu dikaji pada personal hygiene dan

kebersihan lingkungan meliputi kebiasaan cuci tangan,

mencuci sayuran, metode memasak serta dilingkungan tempat

tinggal terdapat hewan seperti : kucing dan anjing , salah satu

penyebab blighted ovum adalah infeksi TORCH (Sukarni,

2010).

f) Penggunaaan obat-obatan atau rokok

Kasus blighted ovum perlu dikaji pada konsumsi rokok dan

alkohol. Salah satu faktor blighted ovum adalah konsumsi

rokok dan alkohol (Sukarni, 2014).

2) Data Objektif

a) Pemeriksaan umum meliputi : pemeriksaan keadaan umum,

kesadaran dan pemeriksaan tanda-tanda vital (Hani, 2010).

b) Pemeriksaan ginekologi ditemukan perdarahan dari vagina

pada kasus blighted ovum (Sukarni, 2014).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan Normal · Terminasi kehamilan dengan dilatasi dan kuretase Penatalaksanaan post kuretase Terdapat sisa hasil konsepsi Observasi

24

c) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium,

rontgen, dan USG (Hani, 2010). Blighted ovum dapat

ditegakkan dengan pemeriksaan USG (Prawirohardjo, 2011).

2. Langkah II : Interprestasi data dasar

1) Diagnosa yang dapat ditegakkan adalah Ny. S umur 31 tahun

G2P1A0 umur kehamilan 10+2 minggu dengan blighted ovum dengan

data dasar subyektif dan obyektif.

2) Masalah ibu hamil yang mengalami blighted ovum terkadang

disertai nyeri dibagian perut (Norwitz, 2007).

3) Kebutuhan pasien dalam kasus blighted ovum adalah dukungan

psikologis (Saifuddin, 2014).

3. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial

dan antisipasi

Pada ibu hamil dengan blighted ovum diagnosa potensial yang

dapat terjadi adalah perdarahan dan infeksi (Chunningham, 2010).

Tindakan antisipasi dilakukan bidan dengan melakukan observasi

pada keadaan umum pasien, pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu

dan observasi perdarahan (Saifuddin, 2014).

4. Langkah IV : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera

Kondisi pasien dievaluasi bidan, bertujuan membantu

menentukan konsultasi atau kolaborasi dilakukan sesuai dengan

kebutuhan dari pasien (Soepardan, 2008).

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan Normal · Terminasi kehamilan dengan dilatasi dan kuretase Penatalaksanaan post kuretase Terdapat sisa hasil konsepsi Observasi

25

Pada kehamilan dengan blighted ovum diperlukan tindakan

segera dilakukan kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri dan

ginekologi untuk memperoleh terapi pemasangan infus (Mochtar,

2013), pemberian analgetik, dan rencana tindakan kuretase (Saifuddin,

2014)

5. Langkah V : Perencanaan asuhan yang menyeluruh

Bertujuan setiap tindakan tersusun sistematis dan efisien, tidak

terjadi kesalahan (Tresnawati, 2013) meliputi :

1) Berikan informasi hasil pemeriksaan yang dilakukan. (Sukarni,

2014)

2) Berikan informasi kepada ibu dan keluarga tentang blighted ovum.

Dengan memberikan informasi tentang blighted ovum yang cukup

pada ibu dapat mengurangi rasa cemas (Sukarni, 2014).

3) Lakukan pemeriksaan meliputi ; keadaan umum dan vital sign

(Mochtar, 2013). Tekanan darah dilakukan dengan menggunakan

alat tensi dan ibu dalam posisi berbaring. Kesalahan dalam

pengukuran diminimalisir dengan menggunakan tensi yang sesuai,

kondisi ibu dalam keadaan rileks, alat diposisikan dengan tepat dan

pengukuran dilakukan menggunakan stetoskop. Pengukuran nadi

dan pernafasan dilakukan secara manual dengan bantuan arloji

(Boyle, 2012). Menurut Kusmiyati (2010) pengukuran suhu

dilakukan menggunakan termometer yang diletakkan di axilla

(Susanti, 2015). Observasi yang dilakukan yaitu melakukan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan Normal · Terminasi kehamilan dengan dilatasi dan kuretase Penatalaksanaan post kuretase Terdapat sisa hasil konsepsi Observasi

26

observasi pada keadaan umum dan vital sign sebelum dan sesudah

dilakukan tindakan kuretase (Mochtar, 2013). Pengukuran vital

sign dapat digunakan untuk mendeteksi dini terjadinya infeksi,

salah satunya ditandai peningkatan suhu (Saifuddin, 2014).

4) Lakukan observasi perdarahan pervaginam pada ibu. Bertujuan

untuk mengetahui terjadinya perdarahan pada ibu (Saifuddin,

2010).

5) Lakukan tindakan sesuai advice dokter untuk tindakan pra kuretase:

a) Lakukan informed consent tentang tindakan kuretase yang

akan dilakukan (Saifuddin, 2010).

b) Pasang infus sesuai dengan kebutuhan ibu (Rustam Mochtar,

2013). Pelaksanaan dalam pemasangan infus Pohan (2010)

bidan dengan memperhatikan hygiene meliputi : bidan

mencuci tangan dan menggunakan handschoon. Bidan

memberi informasi kepada ibu jika akan dipasang infus,

melakukan desinfeksi area, dan IV kateter (abocath) yang akan

digunakan dalam keadaan steril (James, 2012).

c) Pemberian analgetik untuk mengurangi rasa nyeri ibu.

Pemberian Asam Mafenamat untuk mengurangi rasa nyeri.

Dosis sediaan 500 mg, dapat diberikan 2-3 kali dalam sehari.

Menurut penelitian klinis, Asam Mafenamat dapat mengurangi

perdarahan (Gunawan, 2012).

d) Kosultasi bagian anastesi untuk tindakan kuretase

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan Normal · Terminasi kehamilan dengan dilatasi dan kuretase Penatalaksanaan post kuretase Terdapat sisa hasil konsepsi Observasi

27

e) Lakukan skeren

f) Anjurkan puasa minimal 6 jam sebelum tindakan kuretase

untuk menghindari terjadinya aspirasi ke jalan nafas saat

anastetik (Gunawan, 2012).

g) Berikan prostaglandin berfungsi untuk dilatasi serviks.

(Gunawan, 2012).

6. Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan

aman

Penatalaksanaan asuhan merupakan pelaksanaan rencana

asuhan, bertujuan agar tidak terjadi diagnosa potensial dan mengatasi

masalah dari blighted ovum (Wildan, 2008).

7. Langkah VII : Evaluasi

Melakukan evaluasi merupakan cara untuk mendapatkan nilai

efektif dari rencana asuhan, sehingga dapat membantu menentukan

faktor menguntungkan atau menghambat asuhan pasien blighted ovum

(Soepardan, 2008).

C. Follow Up Data Perkembangan

S : Subyektif

Menggambarkan data pada langkah I varney. Data diperoleh dengan

melakukan anamnesis dan observasi berasal dari jawaban dan

pernyataan pasien blighted ovum seperti keluarnya darah dari vagina

normal dan rasa nyeri di bagian perut hilang (Norwitz, 2007).

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan Normal · Terminasi kehamilan dengan dilatasi dan kuretase Penatalaksanaan post kuretase Terdapat sisa hasil konsepsi Observasi

28

O : Obyektif

Menggambarkan data yang diperoleh dengan melakukan pemeriksaan

umum (didapatkan dengan melakukan inspeksi, palpasi, auskultasi,

dan perkusi), tes diagnosis, hasil pemeriksaan penunjang

(pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lain). Data

yang diperoleh bersifat obyektif. Pada kasus blighted ovum diperoleh

KU baik, kesadaran composmentis, VS dalam batas normal,

pengeluaran darah dari vagina dalam batas normal, dan rasa nyeri

yang berkurang pasca kuretase.

A : Assasment

Menggambarkan hasil analisis berdasarkan data subyektif dan

obyektif yang dikumpulkan yaitu Ny. S umur 31 tahun G2P1A0 dengan

riwayat blighted ovum di RSUD Karanganyar.

P : Planning

Menggambarkan perencanaan dan pelaksanaan asuhan yang meliputi :

penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi dan rujukan (Wildan,

2008). Hal yang perlu direncanakan, dilakukan dan dievaluasi pada

catatan perkembangan meliputi : melakukan observasi pada vital sign

(tekanan darah, nadi, suhu, respirasi), melakukan observasi jumlah

perdarahan, menganjurkan ibu untuk mobilisasi, memberikan

analgetik paracetamol 500 mg/8 jam peroral atas advice dokter,

memberikan antibiotik terapeutik atas advice dokter (Saifuddin,

2014). Berdasarkan tahap pelaksanaan tersebut, evaluasi dan hasil

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan Normal · Terminasi kehamilan dengan dilatasi dan kuretase Penatalaksanaan post kuretase Terdapat sisa hasil konsepsi Observasi

29

yang diharapkan diperoleh vital sign dan keadaan umum ibu baik,

perdarahan dalam batas normal, tidak timbul cemas pada ibu, dan ibu

mengikuti KB (Saifuddin, 2014)