BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi dan Budaya

20
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi dan Budaya Definisi komunikasi harus ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu komunikasi dalam pengertian secara umum dan pengertian paradigmatik, sehingga akan menjadi jelas bagaimana pelaksanaan teknik komunikasi itu.Pengertian komunkasi secara umum adalah setiap orang yang hidup dalam masyarakat, sejak bangun tidur sampai tidur lagi, secara kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi. Terjadinya komunikasi adalah sebagai konsekuensi terdiri dari dua orang yang saling berhubungan satu sama lain, karena berhubungan menimbulkan interaksi sosial. Kehidupan manusia terlihat dari dinamika komunikasinya. Semua manusia sangat sadar akan kebutuhan hidupnya dan bisa terpenuhi apabila dia berinteraksi. Oleh karenanya apabila seseorang berinteraksi dengan baik kebutuhannya dapat berjalan lancar. Menurut Saundra Hybels dan Richard L. Weafer II, yaitu komunikasi adalah proses pertukaran informasi, gagasan, dan perasaan. Proses itu mencangkup informasi yang telah disampaikan tidak hanya saja secara lisan dan tulisan, tetapi dengan bahasa tubuh, gaya serta penampilan diri, atau dengan alat bantu di sekeliling kita untuk memperkaya pesan tersebut ( Liliweri, 2003: 3). Menurut Billie J. Walhstrom menyatakan komunikasi merupakan pernyataan diri yang secara efektif, pertukaran pesan tertulis, pesan dalam percakapan, serta dengan cara imajinasi, pertukaran informasi dan hiburan dengan kata melalui percakapan atau dengan metode lain. Pengalihan informasi dari seseorang untuk orang lain, pertukaran makna antarpribadi dengan sistem

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi dan Budaya

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komunikasi dan Budaya

Definisi komunikasi harus ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu

komunikasi dalam pengertian secara umum dan pengertian paradigmatik,

sehingga akan menjadi jelas bagaimana pelaksanaan teknik komunikasi

itu.Pengertian komunkasi secara umum adalah setiap orang yang hidup dalam

masyarakat, sejak bangun tidur sampai tidur lagi, secara kodrati senantiasa

terlibat dalam komunikasi. Terjadinya komunikasi adalah sebagai konsekuensi

terdiri dari dua orang yang saling berhubungan satu sama lain, karena

berhubungan menimbulkan interaksi sosial.

Kehidupan manusia terlihat dari dinamika komunikasinya. Semua manusia

sangat sadar akan kebutuhan hidupnya dan bisa terpenuhi apabila dia

berinteraksi. Oleh karenanya apabila seseorang berinteraksi dengan baik

kebutuhannya dapat berjalan lancar.

Menurut Saundra Hybels dan Richard L. Weafer II, yaitu komunikasi adalah

proses pertukaran informasi, gagasan, dan perasaan. Proses itu mencangkup

informasi yang telah disampaikan tidak hanya saja secara lisan dan tulisan,

tetapi dengan bahasa tubuh, gaya serta penampilan diri, atau dengan alat bantu

di sekeliling kita untuk memperkaya pesan tersebut ( Liliweri, 2003: 3).

Menurut Billie J. Walhstrom menyatakan komunikasi merupakan

pernyataan diri yang secara efektif, pertukaran pesan tertulis, pesan dalam

percakapan, serta dengan cara imajinasi, pertukaran informasi dan hiburan

dengan kata melalui percakapan atau dengan metode lain. Pengalihan informasi

dari seseorang untuk orang lain, pertukaran makna antarpribadi dengan sistem

7

simbol proses pengalihan pesan melalui saluran tertentu kepada orang lain

dengan efek tertentu (Liliweri, 2003: 4).

Komunikasi sekarang dapat didefiniskan sebagai proses dinamika

transaksional yang mempengaruhi perilaku sumber dan penerimaannya dengan

sengaja menyadari (to code ) perilaku mereka untuk menghasilakan pesan yang

mereka salurkan lewat suatu saluran ( Channel ) guna merangsang atau

memperoleh sikap atau perilaku tertentu. Dimasukkan semua stimuli sadar tak

sadar, segaja tak sengaja, verbal dan non-verbal yang berperan sebagai

isyaratisyarat kepada sumber dan penerima tentang kualitas dan kredibillitas

pedsan (Sihabudin, 2011 : 15).

Kebudayaan sangat identik dengan cara manusia hidup, manusia belajar,

berpikir, merasa, mempercayai, dan mengusahakan apa yang patut menurut

budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan makan, praktik komunikasi,

tindakan-tindakan sosial, kegiatan ekonomi, politik dan teknologi, semua

berdasarkan pola-pola budaya.

Budaya merupakan rencana membangunkan ketertarikan. Budaya dapat

ditafsirkan salah satu pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap,

makna dan diwariskan dari generasi ke generasi, dengan keras individu dan

kelompok. Budaya menampakan, dengan pola bahasa dan berbagai kegiatan

serta perilaku ; gaya berkomunikasi, objek materi, seperti rumah, alat, dan

mesin yang digunakan dalam industri dan pertanian, jenis transportasi, dan

alatalat perang. Budaya berhubungan serta ada dimanapun, budaya juga

bersangkutan pada bentuk fisik dan lingkungan sosial mempunyai pengaruhi di

kehidupan sehari-hari. Budaya berpengaruh sejak di kandungan hingga mati

bahkan kita meninggal, kita dikuburkan dengan cara budaya masing-masing.

Budaya ada sudah saat geneti, budaya juga berubah ketika orang-orang

melupakan budayanya dan bergaul antara yang satu dengan lainnya (Sihabudin,

2011 :19-20).

Budaya merupakan nilai yang timbul dari proses interaksi antar- individu.

Nilai yang diakui baik secara langsung atau tidak, seiring waktu yang dilalui

dalam interaksi tersebut. bahkan terkadang sebuah nilai tersebut berlangsung di

8

dalam alam bawah sadar individu dan diwariskan untuk generasi selanjutnya

(Nasrullah, 2012 : 15).

Secara teori ataupun dalam tradisi antropologi, Cliffort Geerzt ( dalam

Martin dan Nakayama, 1997: 47) menjelaskan budaya adalah nilai yang dilihat

dari ceritanya sendiri memiliki karakteristik atau terlihat dari simbol yang

muncul. Simbol itu mempunyai makna yaitu dengan sistem konsep ekspresi

komunikasi di antara manusia yang mempunyai arti yang terus menerus

berkembang bertepatan pengetahuan manusia untuk melakukan kehidupan.

Oleh karenanya, untuk arti kebudayaan adalah nilai, kebiasaan, atau

kepercayaan yang akan terus berkembang (Nasrullah, 2012 : 15-16).

Menurut Iris Varner dan Linda Beamer, dalam Intercultural

Communication in the Global Workplace, mengartikan kebudayaan sabagai

pandangan tentang sesuatu yang dipelajari, yang dibagi, atau yang

dipertukarkan oleh sekelompok orang. Pandangan ini berisi apa yang mendasari

kehidupan, apa yang menjadi derajat kepentingan. Tetang sikap mereka yang

tepat terhadap sesuatu, gambaran suatu perilaku yang harus diterima oleh

sesama atau yang berkaitan dengan orang lain ( Liliweri, 2003:8). Pengertian

kebudayaan tersebut mengandung beberapa karakteristik atau ciri-ciri yang

sama, yakni kebudayaan itu ada diantara umat manusia yang sangat beraneka

ragam, diperoleh dan diteruskan secara sosial melalui pembelajaran, dijabarkan

dari komponen biologi, psikologi, dan sosiologi sebagai eksistensi manusia.

Hubungan antara komunikasi dan budaya tidak dapat terpisahkan , oleh

karena budaya tidak hanya mampu menentukan siapa lawan biacaranya,

misalkan siapan bicara siapa, tentang apa dan bagaimana komunikasi

berlangsung , hanya saja budaya juga sering menentukan agar orang menyandi

pesan, makna yang mereka miliki untuk sebuat symbol dan pesan dalam kondisi

tertentu. Untuk mengirim, memperhatikan, menafsirkan pesan. Sebenarnya,

semua perilaku tergantung pada budaya saat kita dibesarkan. Konsekuensinya,

budaya adalah landasan untuk komunikasi. Jika budaya beranekan ragam, maka

dari itu beragam pula praktik komunikasi.

9

Pusat utama komunikasi dan budaya terihat pada variasi langkah dan cara

manusia berinteraksi melalui golongan manusia atau kelompok sosial.

Pelintasan komunikasi itu menggunakan kode pesan, baik secara verbal maupun

nonverbal, yang secara almiah digunakan dalam semua konteks interaksi. Pusat

perhatian studi komunikasi dan kebudayaan juga meliputi bagaimana makna

serta pola itu diartikulasi dalam sebuah kelompok sosial, kelompok budaya,

kelompok politik, proses pendidikan, bahkan lingkungan teknologi yang

melibatkan interaksi antarmanusia.

2.2. Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi antarbudaya Liliweri (2013: 11) menurut beberapa ahli, :

menurut samovar dan poter, “komunikasi antarbudaya terlaksana apabila pesan

dan penerima pesan yang latar kebudayaanya berbeda’’. Berbanding terbalik

pada konsep Charley H. Dood menyatakan komunikasi antarbudaya

mencangkup komunikasi yang dilibatkan peserta komunikasi yang mewakili

pribadi, antarpribadi dan kelompok pada tekanan yang perbedaan latar belakang

kebudayaan yang sangat berpengaruh pada perilaku komunikasi antarbudaya

menurut Guo-Ming Chen dan William J. Starosta, “komunikasi antarbudaya

adalah proses negosiasi atau pertukaran sisterm simbolik yang mebimbing

perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai

kelompok’’.

Penjelasan beberapa ahli peneliti memberi penyimpulan komunikasi

antarbudaya merupakan komunikasi berlangsung karena komunikator dan

komunikan dan mempunyai latar belakang budaya berbeda dan melibatkan

urusan pribadi, antarpribadi dan kelompok melalui proses pertukaran pesan dan

membatasi mereka untuk melakukan fungsinya di dalam kempok.

Menurut Deddy Mulyana dan Jalaludin (2009: 23) kelompok yang

mempunyai budaya berbeda, mereka tidak memiliki pengalaman yang sama dan

tidak memiliki pandangan yang sama. Gaya hidup dan kepercayaan mereka pun

berbeda. Oleh karenanya mereka mempunyai budaya yang serupa, perbedaan

mereka terlihat pada aspek pandangan sosial yang terbatas. Pandangan sosial

10

merupakan pemberian arti pada objek sosial dan peristiwa yang di dapatkan di

lingkungan adalah suatu aspek komunikasi yang sangat penting. Budaya

mempunyai pengaruh tahap pandangan sehingga memmpunyai tatanan

perseptual yang tergantung pada budaya.

2.2.1. Fungsi Komunikasi Antarbudaya

Menurut Pakpahan dalam Jurnalnya ( 2013: 238-240), fungsi komunikasi

antarbudaya yaitu :

1. Fugsi pribadi

Fungsi pribadi komunikasi antarbudaya merupakan fungsi yang

diperlihatkan dengan karakter berkomunikasi yang terdapat dari seorang

individu.

a. Menyatakan indentitas sosial

Perilaku ini terlihat dari bahasa verbal dan nonverbal. Dari berbahasa

dapat diketahui identitas diri maupun sosial misalnya yaitu asal-usul

suku bangsa, agama, maupun tingkat pendidikan,

b. Menyatakan intergrasi sosial

Adalah keterbukaan kesatuan atau persatuan antarpribadi,

antarkelompok tetap mengakui perbedaan yang dimiliki.

c. Menambah Pengetahuan

Komunikasi antarbudaya tidak dapat dipungkiri menambah

pengetahuan serta saling tukar pengalaman budaya masing-masing.

2. Fungsi sosial

a. Pengawasan

Saling mengawasi. Fungsi ini berguna untuk menginformasikan

perkembangan terhadap lingkungan di media massa.

11

b. Menjembatani

Fungsi menjembatani dapat terkontrol dengan cara pertukaran pesan,

keduannya memperjelas perbedaan arti atas satu pesan sehingga

mempunyai kesimpulan yang sama.

c. Sosialisasi Nilai

Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengajarkan serta memperkenalkan

nilai budaya dimasyarakat kepada masyarakat lain.

d. Menghibur

Fungsi menghibur tampil didalam proses komunikasi antarbudaya,

misalnya menonton tarian dari kebudayaan lain.

2.2.2. Asumsi-Asumsi Komunikasi Antarbudaya

Menurut Alo liliweri (2013: 15) berbicara tentang ilmu komunikasi

tentunya ilmu komunikasi merupakan terori-teori, yang untuk berguna

menerangkan segala aktivitas komunikasi manusia. Dalam teori, termasuk teori

komunikasi dapat dilakukan disuatu lingkungan atau situasi tertentu. Situasi

dimana teori komunikasi bisa dilakukan dan disebut asumsi, hanya dengan

asumsi orang maka memberikan batas-batas bagi penerapan sebuah teori.

Dalam hal pemahaman kajian komunikasi antarbudaya liliweri (2013 : 15-22)

menjabarkan beberapa asumsi, sebagai berikut :

1. Perbedaan persepsi antara komunikator dengan komunikan

Dengan adanya perbedaan budaya maka perhatian teoritis atau

praktis dari komunikasi terfokus ada pesan yang menghubungkan

individu atau kelompok dari dua situasi budaya yang berbeda. Semisal

komunikasi yang efektif adalah variabel tidak bebas maka perbedaan

antarbudaya tersebut secara ilmiah dapat diakui sebagai variabel bebas,

menjadi jurang memisahkan komunikator dengan komunikan. Dalam

perbedaan ini hambatan komunikasi antarbudayan adalah berbedaan

pandangan kepada norma-norma budaya, pola-pola berpikir, struktur

budaya dan sistem budaya. Maka dari itu, kesuksesan komunikasi

12

antarbudaya mengakui dan menerima perbedaan-perbedaan budaya

sebagaimana adanya bukan sebagaimana yang dikehendaki.

2. Komunikasi Antarbudaya Mengandung Isi dan Relasi Antarpribadi

Proses komunikasi antarbudaya muncul dari relasi sosial antarbudaya

yang menghendaki adanya interaksi sosial. Watzlawick, Beavin, dan

Jackson (1967) menekankan bahwa isi (content of communication)

komunikasi tidak berbeda dalam sebuah ruang yang terisolasi. Isi dan

makna merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan, dua hal yang esensial

membentuk relasi (relation). Relasi antarmanusia mempengaruhi

bagaimana isi dan makna sebuah pesan agar dapat diinterpretasikan.

3. Gaya Personal Mempengaruhi Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi antarbudaya berrawal dari komunikasi antarpribadi

diantara peserta yang berbeda budaya, menurut Candia Elloit (1999) secara

normatif komunikasi antarpribadi itu mengandakan gaya berkomunikasi

yang dihubungkan dengan nilai-nilai yang dianut orang. Nilai itu berbeda

diantara kelompok etnik yang bisa menunjang serta merusak perhatian

orang berkomunikasi gaya ini berkaitan pada individu ataupun sekelompok

etnik.

4. Tujuan Komunikasi Antarbudaya: Mengurangi Tingkat ketidakpastian

Dalam studi komunikasi, terutama teori informasi, tingkat

ketidaktentuan akan berkurang apabila proses komunikasi dilakukan

dengan tepat. Menurut Gudykunstt dan Kim (1984), cara mengurangi

tingkat ketidakpastian bisa dilakukan dengan tiga tahap interaksi

sebagai berikut :

a. Pro-kontak atau tahap pembentukan kesan melalui simbol verbal

maupun nonvebal (apakah komunikan suka berkomunikasi atau

menghindari komunikasi).

b. Intial contact and immpresion, yakni tanggapan lanjutan atas kesan

yang muncul dari kontak awal tersebut.

13

c. Closure, mulai membuka diri yang semula tertutup melalui atribusi

dan pengembangan kepribadian implisit. Terori antribusi

menganjurkan agar seseorang lebih mengerti perilaku orang lain

dengan menyelidiki motivasi atas suatu perilaku atau tindakan.

5. Komunikasi Berpusat pada Kebudayaan

Komunikasi adalah bentuk, metode, teknik, proses sosial dari kehidupan

manusia yang membudaya maka komunikasi merupakan sarana bagi

transmisi kebudayaan. Dalam kebudayaan, jadi kebudayaan itu sendiri

adalah komunikasi, dalam kebudayaan ada sistem dan dinamika yang

mengatur tata cara pertukar simbol-simbol komunikasi, dan hanya dengan

komunikasi maka pertukaran simbol-simbol bisa dilakukan, serta

kebudayaan hanya akan eksis bila ada komunikasi.

6. Tujuan Komunikasi Antarbudaya adalah Efektivitas Antarbudaya

Manusia tidak bisa dikatakan berinteraksi sosial jika tidak

berkomunikasi dan berinteraksi antarbuadaya yang efektif tergantung dari

komunikasi antarbudaya. Tujuan dari komunikasi antarbudaya akan

tercapai jika bentuk hubungan antarbudaya menggambarkan upaya yang

sadar dari peserta komunikasi untuk memperbaharui relasi antar

komunikator dengan komunikan yang efektif Lahirnya semangat

kesetiakawanan, persahabatan , hingga kepada berhasilnya pembagian

teknologi dan mengurangi konflik.

2.2.3. Hambatan-hambatan Komunikasi Antarbudaya

Setiap daerah memiliki budayanya masing-masing. Dalam satu negara

seperti negara Indonesia, terdapat beragam budaya yang tumbuh dan

berkembang serta menjadi ciri khas dari setiap daerah. Komunikasi

antarbudaya merupakan komunikasi yang dilakukan orang dua orang,

kelompok atau lebih yang mempunyai latar belakang kebudayaan yang

berbeda. Budaya mengacu pada pola perilaku, kepercayaan dan adat istiadat.

14

Barna dan Ruben (dalam Devito, 2011:488-492) hukum Murpy (jika salah

dia akan salah) Mengetahui penghambat dapat membantu anda

menhindarinya. Komunikasi antarbudaya, tentu menghadapi hambatan dan

masalah seperti komunikasi. Berikut hambatan-hambatan komunikasi

antarbudaya :

a. Mengabaikan perbedaan antara kelompok dengan secara kultural

berbeda. Hambatan yang paling lazim adalah perilaku serta

kepercayaan, mengenai perbedaan gaya rambut, cara berpakaian, dan

makanan. Tetapi, dalam hal ini nilai serta kepercayaan, pada dasarnya

semua manusia sama.

b. Mengabaikan perbedaan antara kelompok kultural yang berbeda.

Dalam setiap kelompok kultural mempunyai perbedaan kukltural.

Seperti orang Amerika tidak sama satu dengan yang lain. Demikian

dengan orang Indonesia.

c. Mengabaikan perbedaan makna. Maka tidak terletak pada kata-kata

yang digunakan, tetapi kepada orang yang menggunakan kata-kata itu.

d. Melanggar adat kebiasaan kultur. Setiap kultur mempunyai aturan

komunikasi sendiri-sendiri. Aturan itu menetapkan mana yang patut

dan mana yang tidak.

e. Menilai perbedaan secara negatif. Adanya perbedaan secara kultural,

tetapi tidak boleh menilai perbedaan ini sebagai negatif.

2.2.4. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi antarbudaya mancakup komunikasi interpersonal. Joseph A.

Devito menjelaskan dalam bukunya The Interpersonal Communication Book,

bahwa “the process of seding dan Receiving message between two persons,

among small grup of persons. With some effect and some immediate

feedback’’(proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang/ diantara

sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik

seketika) (Jatmiko, 1997: 16).

15

Selanjutnya, Mc Crosky, Larson, dan Knapp dalam bukunya An

Indroduction to interpersonal communication, mengatakan bahwa komunikasi

yang efektif dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan yang paling tinggi

derajatnya antara komunikator dengan komunikan dalam setiap situasi

(Jatmiko, 1997: 16).

Untuk kesamaan dan ketidaksamaan diproses komunikasi interpersonal

Everrett M Rogers menyatakan istilah. Homophily dan heterophily yang dapat

memperjelas hubungan komunikator dan komunikan dalam proses komunikasi

interpersonal. Homophily adalah sebuah istilah yang menggambarkan derajat

pasangan perorang yang berinteraksi dan memiliki kesamaan dalam sifatnya,

atribut ( seperti kepercayaan nilai, pendidikan, status sosial, dan sebagainya).

Heterophilysebagai kebalikan dari homophily, didefinisikan sebagai derajat

pasangan orang-orang yang berinteraksi dan berada dalam sifat-sifat tertentu.

Dalam situasi bebas memili, dimana komunikator dapat berinteraksi dengan

salah seorang dari sejumlah komunikan yang kuat untuk memilih komunikan

yang lebih menyamai diri komunikator. Menurut Homann lebih dekat

kesamaanya sejumlah orang dalam tingkat sosial, lebih sering mereka

berinteraksi satu sama lain (Jatmika, 1997: 17).

Joseph A Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication,

efektivitas komunikasi memiliki dua perspektif ysng keduanya saling

melengkapi yaitu:

1. Perpektif humaistik, meliputi sifat-sifat:

a. Keterbukaan

Sifat keterbukaan yaitu bahwa kita harus terbuka pada orang-orang

yang berinteraksi dengan kita. Hal ini tidak berarti bahwa kita harus

dengan serta merta menceritakan semua latar belakang kehidupan

kita. Namun yang penting ada kemauan untuk membuka diri pada

masalah-masalah umum. Dari sini orang lain akan mengetahui

pendapat, pikiran, dan gagasan kita, sehingga komunikasi akan mudah

dilakukan.

b. Perilaku suportif

16

Artinya seseorang dalam menghadapi suatu masalah tidak bersikap

bettahan. Terbukan dan empati tidak dapat berlangsung dalam

suasana yang tidak suportif.

c. Perilaku Positif

Menunjukan paling tidak dua aspek, yaitu pertama komunikasi

antarpribadi akan bekembang bila ada pandangan positif terhadap diri

sendiri. Kedua, mempunyai perasaan positif terhadap orang lain dan

berbagai situasi komunikasi.

d. Empati

Adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada

peranan/ posisi orang lain. Dalam arti bahwa seseorang secara

emosional maupun intelektual mampu memahami apa yang dirasakan

dan dialami orang lain. Dengan empati seseorang berusaha melihat

dan merasakan seperti yang dilihat dan dirasakan orang lain.

e. Kesamaan

Mencakup dua hal, yaitu pertama, kesamaan bidang pengalaman

diantara para pelaku komunikasi. Artinya, komunikasi antarpribadi

umumnya akan lebih efektif bila para pelakunya mempunyai nilai,

sikap, dan perilaku dan pengalaman yang sama. Hal ini tidak berarti

bahwa ketidaksamaan tidaklah komunikatif. Tentu saja dapat lebih

banyak waktu untuk menyesuaikan mereka sulit dan perlu lebih

banyak waktu untuk menyesuaikan diri dibandingkan dengan kedua

belah pihak yang mempunyai kesamaan-kesamaan. Kedua kesamaan

dalam komunikasi antarpribadi harus ada kesamaan dalam mengirim

dan menerima pesan.

2. Perspektif pragmatis, memiliki sifat-sifat :

a. Bersikap yakin

Dalam arti bahwa seseorang tidak merasa malu, gugup atau gelisah

menghadapi orang lain. Orang yang mempunyai sifat ini akan

bersikap luwes dan tenang, baik secara verbal maupun nonverbal

b. Kebersamaan

17

Orang yang memiliki sifat ini, bila berkomunikasi dengan orang lain

akan memperhatikan dan merasakan kepentingan orang lain.

c. Menejemen interaksi

Seseorang yang menginginkan komunikasi yang efektif akan

mengontrol dan menjaga interaksi agar dapat memuaskankedua belah

pihak, sehingga tidak seorangpun merasa diabaikan. Hal ini

ditunjukan dengan mengatur isi, kelancaran, dan arah pembicaraan

secara konsisten

d. Prilaku ekspresif

Memperlihatkan keterlibatan seseorang secara sungguh-sungguh

dalam berinteraksi dengan orang lain. Perilaku ekspresif ini hampir

sama dengan keterbukaan; mengekspresikan tanggung jawab terhadap

perasaan dan pikiran seseorang, terbuka pada orang lain dan

memberikan umpan balik yang relevan.

e. Orientasi pada orang lain

Seseorang harus memiliki sifat yang berorientasi pada orang lain.

Artinya adalah kemampuan seseorang untuk beradaptasi dengan

orang lain. Tentunya, dalam hal ini seseorang harus mampu melihat

perhatian dan kepentingan orang lain. Selain itu, orang yang memiliki

sifat ini harus mampu merasakan situasi dan interaksi dari sudut

pandang orang lain serta mengahargai perbedaan orang lain dalam

suatu hal.

2.2.5. Teori Bahasa dalam Budaya

Walaupun percakapan merupakan bagian fari kehidupan manusia yang

alami (karena kita tidak dapat menghindari percakapan), namun percakapan

bukanlah suatu yang tanpa konsekeunsi. Percakapan yang kita lakukan

membentuk siapa dan bagimana diri kita sebagai individu dan sebagai anggota

masyarakat. Teori perspektif bahasa dalam budaya yang dikemukakan Fern

Johnson, menjadikan studi mengenai liguistik budaya (cultural linguistic)

memberikan peran dan pengaruhnya pada isu-isu mengenai keragaman budaya

pada masyarakat mulibudaya seperti di Amerika Serikat (AS).

18

2.3. Etnis Kalimantan Tengah dan Madura

1. Pengertian etnis

Pengertian etnis merujuk pada suatu kelompok yang berkaitan dengan

suku dari kebudayaan tertentu. Istilah etnis berasal dari bahasa Yunani

‘etnichos’, secara harfiah digunakan untuk menerangkan keberadaan

sekelompok penyembah berhala/ kafir. Dalam perkembangannya istilah

etnis mengacu pada kelompok yang diasumsikan sebagai kelompok fanatik

dengan ideologinya (Liliweri, 2001- 334).

Dalam liliweri (2001-335) para ahli ilmu sosial menganalogikan

kelompok etnis sebagai sekelompok penduduk yang mempunyai kesamaan

sifat-sifat kebudayaan, misalnya bahasa, adat istiadat, perilaku budaya,

karateristik budaya, serja sejarah.

Ensiklopeda Nasional Indonesia suku bangsa diartikan sebagai suatu

kesatuan sosial yang terkait oleh kesadaran dan kesatuan budaya, yang

seringkali dikuatkan oleh adanya kesatuan bahasa (Sofia, 2005: 28).

Menurut Barth dan Zastrow (Liliweri, 2001: 334) etnis adalah

himpunan manusia, karena kesamaan ras, agama, asal usul, bangsa ataupun

kombinasi dari kategori tersebut yang terkait pada sisitem nilai budayanya.

2. Prinsip untuk menentukan batas dari suatu masyarakat bagian etnis

Koentjaraningrat ( Sofia, 2005: 28) menjelaskan prinsip-prinsip yang

biasanya digunakan untuk menentukan batas suatu masyarakat dari etnis

adalah :

a. Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh desa atau lebih.

b. Kesatuan masyarakat yang terdiri dari penduduk yang mempunyai

satu bahasa/logat bahasa.

c. Kesatuann masyarakat yang batasnya ditentukan oleh identitas

penduduknya

d. Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh wilayah geografis yang

merupakan kesatuan daerah fisik.

e. Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh ekologi.

19

f. Kesatuan masyarakat yang penduduknya mengalami suatu

pengalaman sejarah yang sama.

g. Kesatuan masyarakat yang penduduknya memilki frekuensi interaksi

antara satu dengan yang merata tinggi

h. Kesatuan masyarakat dengan susunan sosial yang seragam.

3. Etnis Kalimantan Tengah (Dayak)

Kalimantan merupakan sebuah daerah kepulauan terbesar yang sampai

saat ini masih dimiliki oleh negara Indonesia dengan luas daerahnya sekitar

553.000 km yang berarti bahwa daerah ini memiliki 28,3 %nya melebihi

luas dataran negara Indonesia atau 5 X luas pulau jawa.

Tidak terkecuali Kalimantan Tengah, merupakan daerah kepulauan

yang cukup potensial dan produktif, di daerah ini selain memiliki sumber

daya alam yang masih luas dan belum tergarap tentunya bukan hanya

mengundang minat para investor asing maupun investor lokal untuk

berlomba-lomba menanamkan saham atau mencoba merintis usahanya di

daerah ini. Kekayaan alam yang tersimpan dan terkandung didaerah ini

meliputi : hasil tambang seperti emas, batu bara, batu kecubung, hasil

perkebunan meliputi : karet dan kelapa, hasil perikanan meliputi: perikanan

darat dan laut serta hutan kayu, oleh sebab itu daerah kalimantan tengah ini

juga sebgaian besar dikelilingi hutan yang produktif dan dilindungi.

Seperti yang ditorehkan dalam sejarahnya, bahwa sekitar tahun 1350

Kejaraan Hindu telah memasuki Kota Waringin dan saat itu Kerajaann

Hindu tidak sempat berlangsung lama dalam menduduki Kota Waringin

karena dapat disingkirkan oleh Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1365. Dan

pada tahun 1679 Kerajaan Banjar mendirikan Kerajaan Kota Waringin

tetapi yang meliputi daerah pantai Kalimantan Tengah: Sampit, Mendawai,

dan Pembuang sertav daerah lainnya. Kemudia pada tahun 1917 pada saat

pemerintahan penjajahan daerha dibawah pengawasan pejabat-pejabat itu

sendiri. Sejak saat itu penduduk Kalimantan Tengah mulai membangun

daerahnya yang sebagian besar saat ini masih hutan rimba.

20

Sedangkan penduduknya sebagian besar adalah suku dayak, seperti

dayak Ma’ayan, suku dayak Ngaju, suku Dayak Ot-Danum, ada juga suku

lainnya seperti suku Banjar dan suku Bakumpai. Adapun bahasa yang

dipergunakannya antara suku-suku kecil yang masing-masing memiliki

dialektika sendiri. Akibat adanya akulturasi kebudayaan dengan

orangorang Dayak seluruh Kalimantan terutama yang hidup didaerah

pedalaman menyebabkan suku dayak ini memliki kesamaan dalam corak

kebudayaan misalnya saja senjata perang: mandau, dan sumpitan. Corak

kebudayaan lainnya adalah pemujaan roh leluhur yang tercampur dengan

unsur-unsur animisme dan dinamisme yang dikenal kemudia ditengah

masyarakat Kalimantan Tengah agama Kaharingan, sedangkan suku Banjar

dan suku Bakumpai umumnyab menganut agama Islam.

Sebagian besar penduduknya bermata pencagarian perkebunan

disamping itu pertanian, perikanan, industri, kerajinan rakyat, dan

pertambangan, seperti minyak bumi, batu bara, emas, intan dan lainnya (

Tjilik Riwut, 1993: 55-61).

Di Kalimantan Tengah penamaan desa disebut kampung yang ada di

Kalimantan letaknya sangat berjauhan antara satu dengan yang lain. Disana

banyak ditemukan rumah betang. Rumah betang disini dapat diartikan pula

sebagai sebuah simbol toleransi sosial hal ini juga dapat terlihat dari warga

perantau suku Madura di Kalimantan itu adanya kebudayaan Tanean lajang

yaitu perkelompokan perumahan yang menjadi satu rumah dapat tinggal

oleh satu keluarga dan keturunan hubungan kekerabatan dalam sistem

sosial tersebut dengan sendirinya menghasilkan solidaritas sosial yang

tinggi dan sangat kuat dikalangan mereka sendiri. Hendro (1997: 58).

4. Etnis Madura

Berbicara tentang etnis Madura yang di kemukanan Huub de jonhe

(dalamn Edi Petebang dan Eri Sutrisno. 2008: 167), tempramen mereka

panas, suka bekelahi dan sekat dengan kekerasan. Jika orang Madura dibuat

malu, ia segera menghunus carok atau celuritnya. Dan masih banyak lain

21

Stereotip-stereotip lain tentang orang Madura yang berkembang di

masyarakat.

Etnis Madura merupakan satu kelompok etnis asli penghuni pulau

Madura. Menurut Wahid Oscar (dalam Effendy, 1990: 23) bahwa

masyarakat Madura tidak hanya mereka yang bermukim di Madura,

melainkan juga berada di luar Madura. Sedangkan menurut Kiyai Tsbait

bahwa hampir seluruh penduduk di daerah seperti Banyuwangi, Jember,

Bondowoso, Situbondo, Panarukan Probollinggo, Lumajang, Malang dan

Pasuruan terdiri dari orang-orang Madura.

Menurut Riza (2001: 163) bahwa pendatang atau perantauan dari suku

Madura secara umum hidup berkelompok denga n sesama mereka hal ini

terlihat dari pola pemukiman, pengelompokan dalam pola pemukiman

berkaitan dengan dengan struktur sosial khususnya dalam pengelompokan

perumahan yang disebut Tenean Lajang yang menajdikan satu rumah dapat

tinggali satu keturunan. Dan mereka dengan pemedoman pada budaya dan

bahasa Madura serta dengan berbagai adat istiadat dan keyakinan

keagamaan dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Di dalam profil Jawa Timur, mereka mempunyai adat istiadat yang

keras, kasar dalam bertutur kata, tetapi mereka juga merupakan pekerja

keras yang bersungguh-sungguh dan suka berterus-terang, meskipun

kebudayaan dan adat istiadatnya telah banyak dipengaruhi oleh kebudayaan

luar, tetapi masih menampakan nilai-nilai aslinya.

Dibandingkan dengan suku-suku lain di Indonesia, orang-orang

Madura dikenal mempunyai watak keras, kadangkala brangasan, suka

menyerang tetapi juga jujur dan mendambakan keadilan ( Effendy, 1990:

31). Dipihak lain, bahwa dominasi terhadap keinginan untuk hidup

harmonis dan ada beberapa hal yang menurut orang Madura seperti

nilainilai atau norma-norma sosial yang tidak dapat diganggu. Adapun

nilainilai yang dianut oleh masyarakat Madura Najib (1996: 177) antara

lain:

a. Sifat egalitarianisme, yang tercerminb dalam pribahasa ‘’tadak

tongkak, tadak dai’’ yang artinya bahwa ‘’tidak ada kaki, tidak ada

kepala’’.

22

b. Sifat kebersamaan, seperti yang tercermin dalam pribahasa ‘’rampak

naong, beringen karo’’ disini tampak rasa kebersamaan masyarakat

Madura, rasa senasib dan sepenanggungan.

c. Tradisi bug-rembug atau musyawarah-mufakat. Kebiasaan

masayarakat Madura dalam banyak hal sering melakukan

musyawarah, baik dalam keluarga, masyarakat dan sebaginya.

d. Menghormati kepada orang yang berjasa, berfikir positif, suka bala

budi.

e. Kaitanya dengan pembangunan ekonomi, mereka memilki etos kerja

sebagai perantau, apapun dikerjakan, asal tidak mengemis.

Menurut Latief (dalam Zulkarnain, 1997:1) bahwa salah satu sosok

Madura yang paling menonjol adalah karakter yang apa adanya, artinya sifat

masyarakat Madura itu memang eksprersif, spontan, dan terbuka. Semuanya

itu termanifestasi ketika harus (Zulkarnain, 1997:1) bahwa salah satu sosok

Madura yang paling menonjol adalah karakter yang apa adanya, artinya sifat

masyarakat Madura itu memang eksprersif, spontan, dan terbuka. Semuanya

itu termanifestasi ketika harus merespon segala sesuatu yang harus dihadapi

khsusnya terhadap perlakuan atas dirinya.

2.4. Nisbah Antar Konsep

Komunikasi lahir karena adanya manusia berpikir dan menyatakan

eksistensi dirinya. Eksistensi diri lahir karena adanya pengakuan dari

manusia lain. Pengakuan lahir karena adanya bahasa. Dengan bahasa

manusia bertukar gagasan dan lahirnya komunikasi. Dengan adanya

komunikasi antarmanusia lahirnya masyarakat. Masyarakat yang

berinteraksi satu dengan yang lain akhirnya melahirkan kebudayaan. Dalam

kehidupan berbudaya ini, yang pertama adalah unsur manusia, yang kedua

adalah unsur komunikasi, yang ketiga unsur masyaraka, yang keempat

adalah unsur kebudayaan. Dan yang kelima adalah bahasa sebagai alat

komunikasi (Purwasito, 2003 : 105)

Kelompok etnis minoritas dimanapun selalu mengalami kesulitan dan

hambatan komunikasi ketika behadapan dengan kelompok etnis mayoritas.

Latar belakang hambatan biasanya disebabkan setidaknya oleh tiga hal

23

yaitu: (1) prasangka historis; (2) Diskriminasi; (30 berperasaan superioritas

in group feeling yang berlebihan dengan menganggap inferior pihak yang

lain (out-group) (purwasito, 2003: 147).

Himpunan Mahasiswa merupakan salah satu tempat yang terletak

dikawasan Kota Malang yang terbagi menjadi dua dan mempunyai alamat

yang berbeda, dimana terdapat mahasiswa etnis Dayak dan etnis Madura

dan mempunyai hubungan silaturahmi yang baik, serta sering menjalin

suatu acara anatar etnis. Kelompok Mayoritas biasanya adalah etnis Dayak

dan kelompok minoritas adalah etnis Madura. Tentunya banyak kesulitan

dan hambatan yang mereka hadapi, tetapi mereka selalu menjaga agar

hubungan antar etnis selalu harmonis.Kesulitan dan hambatan yang mereka

hadapi merupakan proses adaptasi yang disebut komunikasi antarbudaya.

24

2.5. Kerangka Pemikiran

Individu dari bermacam-macam etnis

Perbedaan kebudayaan

Kebudayaan Kepribadian Persepsi

Komunikasi antarbudaya

( Komunikasi antar etnis Dayak dan Madura)

Tercipta hubungan yang hamonis Tercipta hubungan

yang tidak hamonis

25

2.6. Penelitian Terdahulu

Pentingnya penelitian terdahulu, dapat mengetahui suatu permasalahan

yang sudah diteliti, memperkuat keinginan untuk meneliti karena adanya

penelitian-penelitian lain yang relevan, serta penelitian terdahulu sebagai sumber

dokumen penelitian. Berikut ini pemaparan hasil penelitian terdahulu, yaitu :

Penelitian dilakukan oleh Aank Risyal Yaniar mahasiswa Ilmu Komunikasi,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univeritas Muhammadiyah Malang

dengan judul “ Model Komunikasi Antarbudaya Para Pedagang Multi Etnis di

jalan Kembang Jepung Surabaya’’. Pendekatan yang digunakan penelitiaan ini

ialah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus.

Penelitian dilakukan oleh Maselina Lagu mahasiswa Ilmu Komunikasi,

Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Sam Ratulagi Manadodengan

judul “ Komunikasi antarbudaya dikalangan mahasiswa etnik papuadan etnik

manado’’. Pendekatan yang digunakan penelitian ini ialah pendekatan kualitatif

dengan tipe deskriptif. Relevansi dengan penelitian saat ini ialah pada

pendekatan dan tipe penelitian yang digunakan. Tetapi dapat dilihat perbedaan

penelitian yang dilakukan oleh Aank dengan penelitian saat ini yaitu pada

penelitian Aank adalah adat atau budaya yang diteliti merupakan bagian adat

yang ada pada masyarakat Multi etnis, sedangkan pada penelitian saat ini

menggunakan kebudayaan dan adat yang berasal dari etnis Dayak dan etnis

madura.