ASUHAN_KEPERAWATAN_ATELEKTASIS
-
Upload
abdul-muin-bumulo -
Category
Documents
-
view
51 -
download
0
description
Transcript of ASUHAN_KEPERAWATAN_ATELEKTASIS
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN ATELEKTASIS
Pembimbing : Oktavianus S.Kep.,Ns
Disusun Oleh:
Berlianti Diah Nawaningrum (S11009)
Chlivisia Charnovan Putra (S11010)
Sri Ayu Setyaningsih (S11038)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Atelektasis berkenaan dengan kolaps dari bagian paru.Kolaps ini dapat meliputi
subsegmen paru atau seluruh paru.Atelektasis dapat terjadi pada wanita atau pria dan dapat
terjadi pada semua ras.Atelektasis lebih sering terjadi pada anak yang lebih muda daripada
anak yang lebih tua dan remaja.
Stenosis dengan penyumbatan efektif dari suatu bronkus lobar mengakibatkan atelektasis
(atau kolaps) dari suatu lobus, dan radiograf akan menunjukkan suatu bayangan yang
homogen dengan tanda pengempisan lobus. Secara patologik, hampir selalu ada pula
kelainan-kelainan lain di samping tidak adanya udara daripada lobus dan posisi yang
disebabkannya daripada dinding-dinding alveolar dan bronkhiolar.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien atelektasis
1.2.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui definisi atelektasis.
2. Mengetahui macam-macam atelektasis.
3. Mengetahui etiologi atelektasis.
4. Mengetahui patofisiologi atelektasis.
5. Mengetahui gejala atelektasis.
6. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan atelektasis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Atelektasis adalah suatu kondisi di mana paru-paru tidak dapat mengembang secara
sempurna (Somantri, 2008).
Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak sempurna dan
menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak mengandung udara
dan kolaps. (Suzanne.2001).
Jadi, atelektasis merupakan suatu keadaan kolaps, dimana paru-paru tidak dapat
mengembang secara sempurna, tepatnya pada alveolus/alveoli paru yang tidak mengandung
udara.
Macam-macam Atelektasis:
1. Atelektasis Neonatorum
Atelektasis Neonatorum banyak terjadi pada bayi prematur di mana pusat pernapasan
dalam otak tidak matur dan gerakan pernapasan masih terbatas. Faktor pencetus
termasuk komplikasi persalinan yang menyebabkan.
2. Atelektasis Acquired atau Didapat
Atelektasis pada dewasa, termasuk gangguan intratoraks yang menyebabkan kolaps dari
ruang udara yang sebelumnya telahberkembang. atelektasis terbagi atas absorpsi,
kompresi,kontraksi dan bercak.
2.2 Etiologi
Adapun penyebab timbulnya atelektasis adalah:
2.2.1 Etiologi intrinsik atelektasis adalah sebagai berikut :
1. Bronkus yang tersumbat, penyumbatan bisa berasal di dalam bronkus seperti tumor
bronkus, benda asing, cairan sekresi yang masif. Penyumbatan bronkus akibat panekanan
dari luar bronkus seperti tumor sekitar bronkus, kelenjar yang membesar.
2. Peradangan intraluminar airway menyebabkan penumpukan sekret yang berupa mukus.
3. Tekanan ekstra pulmonal biasanya diakibatkan oleh pneumothorak, cairan pleura,
peninggian diafragma, naiknya alat pencernaan di perut ke dalam rongga torak, tumor
thorak seperti tumor mediastinum.
4. Paralisis atau paresis gerakan pernapasan, akan menyebabkan perkembangan paru yang
tidak sempurna, misalkan pada kasus poliomyelitis dan kelainan neurologis lainnya.
Gerak napas yang terganggu akan mempengaruhi lelancaran pengeluaran sekret bronkus
dan ini akan menyebabkan penyumbatan bronkus yang berakhir dengan memperberat
keadaan atelektasis.
5. Hambatan gerak pernapasan oleh kelainan pleura atau trauma thorak yang menahan rasa
sakit, keadaan ini juga akan menghambat pengeluaran sekret bronkus yang dapat
memperberat terjadinya atelektasis
2.2.2 Etiologi ekstrinsik atelektasis:
1. Pneumothoraks
2. Tumor
3. Pembesaran kelenjar getah bening.
4. Pembiusan (anestesia)/pembedahan
5. Pernafasan dangkal
6. Penyakit paru-paru
2.3 Manifestasi Klinik
Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas yang ringan.
Gejalanyabisa berupa :
1. Gangguan pernafasan
2. Nyeri dada
3. Batuk
Jika disertai infeksi, bisa terjadi demam dan peningkatan denyut jantung, kadang-kadang
sampai terjadi syok (tekanan darah sangat rendah).
2.4 Patofisiologi dan Pathway
Pada saat terjadi sumbatan pada bronkus, udara bagian paru yang bersangkuatan akan
terjebak. Lambat laun udara tersebut akan dihisap oleh aliran darah yang melalui daerah itu.
Cepat lambatnya atau luas tidaknya atelektasis yang terjadi akan tergantung oleh beberapa
hal, misalnya: susunan gas yang ada di dalam udara yang terjebak, yaitu oksigen akan lebih
cepat diserap daripada nitrogen atau helium, ada tidaknya saluran yang dapat meloloskan
udara yang terjebak itu dan kemungkinan yang dapat terjadi adalah adanya ventilasi
korateral sehinga udara dapat lolos melalui pori yang terdapat antara alveoli atau melalui
fistula bronkiolo-alveolar yang terjadi antara daerah atelektasis dengan daerah paru
disekelilingnya yang tak terjadi penyumbatan.
Adanya masa intra toraks dapat menyebabkan terjadinya kempis paru Karena
penekanan langsung oleh masa tersebut terhadap paru missal oleh tumor atau saluran
pencernaan yang masuk ke dalam rongga toraks karena adanya hernia diafrakmatika atau
eventerasi diafragma.
Kelainan yang dapat menimbulkan kempis paru ialah kelainan yang sifatnya non-
obstruktif. Hal yang cukup dikenal karena sering dijumpai pada bayi baru lahir adalah
atelektasis yang disebabkan oleh defek pada lapisan alveoli yang dikenal dengan nama
surfaktan. Dalam keadaan normal, surfaktan sanggup mencegah kempisnya alveoli karena
tegangan permukaan yang diciptakannya dapat mengimbangi perubahan tekanan didalam
alveoli itu sendiri.
2.5 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah mengeluarkan dahak dari paru-paru dan kembali
mengembangkan jaringan paru yang terkena.
Tindakan yang biasa dilakukan :
1. Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena kembali bisa
mengembang
2. Menghilangkan penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun prosedur lainnya
3. Latihan menarik nafas dalam ( spirometri insentif )
4. Perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak
5. Postural drainase
6. Antibiotik diberikan untuk semua infeksi
7. Pengobatan tumor atau keadaan lainnya
Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang, menyulitkan
atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-paru yang terkena mungkin perlu
diangkat.
Setelah penyumbatan dihilangkan, secara bertahap biasanya paru-paru yang
mengempis akan kembali mengembang, dengan atau tanpa pembentukan jaringan parut
ataupun kerusakan lainnya.
Penatalaksaan Atelektasis meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut:
2.6 Medis
1. Pemeriksaan bronkoskopi
2. Pemberian oksigenasi
3. Pemberian terapi simtomatis (anti sesak, bronkodilator, antibiotik dan kortikosteroid)
4. Fisioterafi (masase atau latihan pernapasan)
5. Pemeriksaan bakteriologis
2.7 Keperawatan
1. Teknik batuk efektif
2. Pegaturan posisi secara teratur
3. Melakukan postural drainase dan perkusi dada
4. Melakukan pengawasan pemberian medikasi secara teratur
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ATELEKTASIS
2.8 IDENTITAS
Nama, Umur, terjadi pada bayi yang baru lahir, anak-anak atau pada usia tua. Jenis kelamin
bisa terjadi pada pria dan wanita
2.9 RIWAYAT PENYAKIT
1. Keluhan utama
Pada atelektasis keluhan utama yang dirasakan adalah
a. Sesak nafas
b. Nyeri dada
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien merasakan sesak nafas, setelah beraktivitas dan merasakan nyeri dada pada
bagianyangterkena atelektasis
3. Riwayat penyakit keluarga
Pasien tidak mempunyai penyakit menurun
4. Riwayat penyakit dahulu
Pada saat lahir pasien pernah mengalami kelainan yaitu setelah lahir belum sempat
terjadi tangis yang pertama
5. Riwayat psikososial
a. Pasien merasakan cemas karena mengalami nyeri
b. Pasien jarang berkomunikasi dengan lingkungan sekitar
2.10 PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON
1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pengkajian pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan bertujuan untuk mengetahui
bagaimanakah persepsi klien mengenai sehat-sakit dan kesehatannya saat ini.
2. Pola Nutrisi Metabolik
a. Status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat
kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan
keseimbangan nitrogen.
b. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output cairan.
Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang normal. Kadar
elektrolit yang biasanya dilakuakan pemeriksaan diantaranya dalah kadar natrium
serum (normal : 135 -145 mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5 - 5 mmol/l) dan
kadar kreatinin serum (0,70 - 1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait
erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa
dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi..
3. Pola Eliminasi
Pada pasien dengan gangguan pernapasan sedikit dijumpai yang mengalami gangguan
eliminasi urin dan bowel.
4. Pola Aktifitas dan Latihan
AKTIFITAS 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian
Mobilisasi di tempat tidur
Pindah
Ambulasi
Makan/minum
Toileting
Skore 0 : mandiri
Skore 1 : dibantu sebagian
Skore 2 : perlu dibantu orang lain
Skore 3 : perlu bantuan orang lain dan alat
Skore 4 : tergantung / tidak mampu
Pada pasien dengan gangguan pernapasan pola aktifitas dan latihan sedikit terganggu.
5. Pola Istirahat Tidur
Selama sakit : pada pasien dengan gangguan pernapasan sering dijumpai bahwa pola
istirahat tidur mereka terganggu dengan keluhan utama dan beberapa faktor lain yang
mempengaruhi.
6. Pola Kognitif dan Sensori
Pada pasien dengan gangguan pernapasan sering dijumpai pasien kesulitan berbicara
karena tidak dapat mengontrol pola pernapasan.
7. Pola Persepsi Konsep Diri
Pada umumnya seseorang yang mengalami sakit pasti merasakan perubahan dalam
dirinya
8. Pola Koping
Koping individu dan keluarga yang berbeda-beda menghasilkan respon yang berbeda
pula. Jika koping individu dan keluarga baik maka respon yang muncul adalah adaptif.
Jika koping individu dan keluarga buruk maka responnya akan maladaptif.
9. Pola seksual reproduksi
Pada pasien dengan gangguan pernapasan sering dijumpai pola seksual reproduksinya
terganggu.
10. Pola peran hubungan
Klien dengan gangguan pernapasan selama sakit ia merasa kehilangan peran di dalam
keluarga dan masyarakat.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Pada pasien dengan gangguan pernapasan sering ditemukan klien mengatakan ibadahnya
agak terganggu.
2.11 PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum :
Kesadaran : Pemeriksaan dengan GCS bertujuan untuk mengkaji tingkat
kesadaran pasien.
Tanda-tanda vital : pemeriksaan TTV dilakukan untuk mengetahui keadaan pasien
dalam rentang normal atau tidak yang meliputi tekanan darah, nadi, frekuensi pernapasan
dan suhu.
2. Kulit
Pemeriksaan pada kulit bertujuan untuk mengetahui warna, kelembaban, dan turgor
kulit.pemeriksaan pada kulit juga untuk mengetahui ada tidaknya edema.
3. Kepala/ rambut
Pemeriksaan pada kepala/rambut dilakukan untuk mengetahui kesimetrisan kepala, warna
rambut, kebersihan kepala dan ada edema.
4. Mata
Pemeriksaan pada mata dilakukan untuk mengetahui:
Fungsi pengelihatan : kanan dan kiri baik/buruk
Ukuran pupil : kanan dan kiri (normal:2mm) isokor/unisokor
Konjungtiva : anemis / tidak anemis
Lensa/iris : warna lensa dan kekeruhan lensa
Oedema palpebra : ada tidaknya oedem
Palpebra : kanan dan kiri ada tidaknya petosis
Skelera : ikterik/tidak ikterik
5. Telinga
Pemeriksaan pada telinga dilakukan untuk mengetahui:
Fungsi pendengaran : kanan dan kiri Baik/buruk
Kebersihan : kanan dan kiri bersih/kotor
Daun telinga : kanan dan kiri simetris, elastis, lesi ada/tidak
Fungsi keseimbangan : kanan dan kiri baik/buruk
Serumen : kanan dan kiri tidak ada/ada
6. Hidung dan sinus
Pemeriksaan pada hidung dilakukan untuk mengetahui:
Infeksi : kesimetrisan
Fungsi penciuman : baik/buruk
Pembengkakan : ada/tidak. polip ada/tidak
Kebersihan : bersih/kotor
Perdarahan : tidak/ada
Serumen : ada/tidak
7. Mulut dan tenggorokan
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui:
Membrane mukosa : Kering/lembab dan pucat/tidak
Keadaan gigi : Lengkap/tidak
Tanda radang : ada/tidak
(bibir,gusi,lidah)
Trismus : ada/tidak kesulitan buka mulut.
Kesulitan menelan : disfagia ada/tidak
8. Leher
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui:
Trakea(simetris/tidak) : simetris/tidak
Carotid bruid : ada bunyi bruid/tidak
JVP : ada/ tidak
Kelenjar limfe : ada pembesaran/tidak
Kelenjar toroid : ada pembengkakan/tidak
Kaku kuduk : ada/tidak
9. Thorak/paru
Inspeksi : simetris/tidak, RR, menggunakan otot bantu/tidak
Palpasi : ekspansi paru simetris/tidak
Perkusi : resonan/tidak pada kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler, ada suara tambahan/tidak (ronkhi, wheezing).
10. Jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat/tidak
Paspasi : ictus cordis teraba pada ICS ke berapa
Perkusi : batas-batas jantung
Auskultasi : S1 dan S2 terdengar jelas/tidak, ada/tidak bunyi tambahanS3 dan
S4, murmur dan gallop ada/tidak
11. Abdomen
Inspeks : Simetris/tidak, ada jaringan parut/tidak, vena menonjol/tidak,
asites/tidak
Auskultasi : mengetahui frekuensi bising usus
Perkusi : Tympani/tidak
Palpasi : hepar dan limfa teraba/tidak, ada pembesaran hepar dan
limfa/tidak.
12. Genitalia : kebersihan, ada tanda-tanda radang/tidak. Ada lesi/tidak
13. Rectal : ada haemoriod/tidak, ada lesi atau kemerahan/tidak, ada massa /
tidak
14. Ekstrimitas
Ekstrimitas atas : kanan dan kiri perabaan akral, ada oedema/tidak, genggaman
tangan kuat/tidak
Ekstrimitas bawah : kanan dan kiri perabaan akral, ada oedema tidak, kekuatan
ROM : gerakan aktif/tidak, perlu dibantu/tidak
Kekuatan otot : otot lemah/kuat
15. Vascular perifer
Capilari refille : normal/tidak (normal:2detik)
Clubbing : menonjol/tidak
Perubahan warna : sianosis tidak
(kuku,kulit,bibir)
2.12 Pemeriksaan penunjang
Dengan mengambil sample (secret) dari pasien untuk diperiksa di laboratorium.
Prosedurvisualisasi:
1. Rontgen Thorax
Rontgen thorax dilakukan untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur dan
proses-proses abnormal
2. CT-SCAN
CT-SCAN dilakukan untuk mengidentifikasi adanya massa abnormal
3. Broncoscopy
Bronkoscopy dilakukan untuk memperoleh sample biopsy dan cairan atau sample
sputum atau benda asing yang menghambat jalan nafas
4. Pemeriksaan Gas Darah Arteri
Pemeriksaan gas darah arteri dilakukan untuk memberikan informasi tentang difusi
gas melalui membrane alveolar dan keadekuatan oksigenasi
2.13 Analisa Data
No Dx Data Masalah Keperawatan Etiologi
1 Ds:
keluarga pasien mengatakan sesak
saat bernafas.
Do:
SESAK NAPAS
Bunyi nafas ronki
Bunyi nafas pasien melemah
Frekwensi nafas pasien >20x/m
Gangguan pertukaran
gas
Ventilasi & perfusi
tdk seimbang
GDA tidak normal
2 Ds:
PASIEN MENGATAKAN sesak
nafas
Do:
Ketidaknormalan frekuensi,
irama, dan kedalaman pernafasan
Adanya retraksi dada
Ketidakefektifan pola
nafas
Pola nafas cepat dan
dangkal
3 Ds:
keluargaa px mengatkan bahwa px
saat bernafas terdapat bunyi
Do:
Tampak batuk
bunyi nafas ronki
bunyi nafas px melemah
Frekwensi nafas px >20x/m
Ro. Dada terdapat adanya bercak
putih
Ketidakafektifan
bersihan jalan nafas
Akumulasi mukus pd
bronkus
4 Ds:
KESEMUTAN
Do:
sianosis
Pengisian kembali kapiler lebih
dari tiga detik
TD tinggi > 120/80 mmHg
N cenderung tinggi 80-100x
/menit
S : tinggi >37,8⁰C
Gangguan perfusi
jaringan perifer
Oksigen jaringan
menurun
SaO2 : < 96%
2.14 Diagnosa keperawatan
1. Ketidakafektifan bersihan jalan nafas b.d akumulasi mukus pada bronkus
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d pola nafas cepat dan dangkal
3. Gangguan perfusi jaringan b.d oksigen jaringan menurun : sianosis
4. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi dan perfusi tidak seimbang
2.15 Intervensi
No Diagnosa keperawatan Tujuan/kriteria hasil Intervensi
1. Gangguan pertukaran
gas b.d ventilasi dan
perfusi tidak seimbang
tujuan:setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama
1×24 jam pasien
menunjukan
perbaikan ventilasi
dan oksigenasi
jaringan
kriteria hasil:
keluarga pasien
mengatakan sesak
saat bernafas.
Do:
pasien terlihat
segar
tidak sesak napas
Bunyi nafas
vesikuler
Frekwensi nafas
pasien 16-24 x/m
GDA :
1. kajifrekuensi kedalaman pernafasan.
R/untuk mengevaluasi derajat
distrespernafasan pernafasan atau
prosespenyakit
2. Auskultasi bunyi nafas,cacat area
penurunan aliran udara /bunyi tambahan ,
(ronki,mengi,wheezing).
R/bunyi nafas mungkin redup karena
penurunan aliran udara,adanya mengi
mengindikasikan spasme bronkus.
3. Palpasi fremitus (getaran vibrasi pada saat
palpasi)
R/penurunan getaran fibrasi diduga ada
pengumpulan cairan
4. Tinggikan kepala tempat tidur bantu
pasien memilih posisi yang mudah untuk
bernafas.dorong pasien untuk penafasan
dalam atau nafas bibir.
R/pengiriman oksigen dapat di perbaiki
dengan posisi duduk tinggi dan latihan
nafas untuk menurunkan kolaps jalan
nafas..
5. Ajarkan teknik napas dalam kepada pasien
dan keluarga.
Kolaborasi
1. Awasi /gambaran seri GDA dan nadi
R/PaCO2 biasanya meningkat
(bronchitis,emfisema)dan PaCO2 secara
umum menurun sehingga terjadi hipoksia
2. Berika oksigen tambahan sesuai degan
indikasi hasil GDA dan toleransi pasien.
R/memperbaiki atau mencegah
memburuknya hipoksia
DIURETIK
2 Ketidakefektifan pola
nafas
Pola nafas kembali
efektif setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama
3 × 24 jam, dengan
kriteria hasil:
Batuk berkurang
Ronki berkurang
Bunyi nafas
pasien lebih
adekuat
Frekwensi nafas
pasien normal
16-20x/menit
1. Observasi tanda dan gejala sianosis
R/ Sianosis merupakan salah satu tanda
manifestasi ketidakadekuatan suply O2
pada jaringan tubuh perifer
2. Observasi tanda-tanda vital
R/ Dyspneu, sianosis merupakan tanda
terjadinya gangguan nafas disertai dengan
kerja jantung yang menurun timbul
takikardia dan capilary refill time yang
memanjang/lama.
3. Observasi timbulnya gagal nafas.
R/ Ketidakmampuan tubuh dalam proses
respirasi diperlukan intervensi yang kritis
dengan menggunakan alat bantu
pernafasan (mekanical ventilation).Atur
posisi semi fowler
R/ Jalan nafas yang longgar dan tidak ada
sumbatan proses respirasi dapat berjalan
dengan lancar.
4. Berikan informasi pada pasien tentang
penyakitnya
R/ Informasi yang adekuat dapat
membawa pasien lebih kooperatif dalam
memberikan terapi
5. Berikan terapi oksigenasi
R/ Pemberian oksigen secara adequat
dapat mensuplai dan memberikan
cadangan oksigen, sehingga mencegah
terjadinya hipoksia.
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam
memberikan pengobatan
R/ Pengobatan yang diberikan berdasar
indikasi sangat membantu dalam proses
terapi keperawatan
3 Ketidakafektifan
bersihan jalan nafas
b.d akumulasi mukus
pada bronkus
Tujuan :
setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
1×24 jam pasien
menunjukan perilaku
mencapai bersihan
jalan nafas.
kriteria hasil:
S.D.A
Mandiri
1. auskultasi bunyi nafas.catat adanya bunyi
nafas ,misal: mengi ,ronki.
R/beberapa derajat spasme bronkus terjadi
dengan obtruksi jalan nafas dan terdapat
nafas adventisius.
2. kaji frekwensi kedalaman pernafasan dan
gerakan dada
R/pernafasan dangkal dan gerakan dada
tidak simetris sering terjadi karena
ketidaknyamanan gerakan dinding
dada/cairan paru.
3. observasi warna kulit,membran
mukosa,dan kuku
R/sianosis kuku menunjukan adanya
vasokontruksi,sianosis membram mukosa
dan kulit sekitar mulut menunjukan
hipoksemia sistemik
4. berikan air minum hangat sedikitnya 2500
ml/hari
5. Ajarkan teknik batuk efektif kepada
pasien.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi
1. bronkodilator,mis :egonis :epinefrin
(adrenalin ,vaponefrin
) Xantin ,mis:aminofilin ,oxtrifilin.
R/merilekskan otot halus dan menurunkan
kongesti lokal
2. berikan humidikasi
tambahan,mis:nebulizer
ultranik,humidifier aerosol ruangan
R/kelembaban menurunkan kekentalan
sekret dan mempermudahpengeluaran
secret.
3. berikan pengobatan
pernafasan ,misal;fisioterapi dada
R/drainase postural dan perkusi bagian
penting untuk mengencerkan
secret.dan memperbaiki ventilasi pada
segmen
4 Gangguan perfusi
jaringan perifer.
Tujuan: selama
dilakukan tindakan
keperawatan selama
3 x 24 jam tidak
1. Kaji adanya perubahan kesadaran.
Inspeksi adanya pucat, cyanosis, kulit
yang dingin dan penurunan kualitas nadi
perifer..
terjadi penurunan
perfusi jaringan
perifer.
2. Kolaborasi dalam:
Perifer dengan oksimetri (saturasi oksigen
96-100%)
Pemeriksaan AGD (Analisa Gas Darah),
BUN (Blad Urea Nitrogen), Serum
ceratinin dan elektrolit.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA An.B DENGAN ATELEKTASIS
3.1 Kasus
An.B brumur 8thn, didiagnosa medis: atelektasis dibawa ke rumah sakit dengan keluhan
sesak nafas. Adanya sianosis dan batuk-batuk disertai dengan demam tinggi. Kesadaran
menurun disertai riwayat kejang demam (seizure). Kesadaran : Tidak komposmentis, BB :
28 Kg, TB :117 Cm .Tanda-tanda vital:TD :100/80 mmHg, ND: 50/menit, RR:14/menit,
S : 36,5 °C.
Tanggal Masuk RS : 22 November 2012
Tanggal / Jam Pengkajian : 23 November 2012
Metode Pengkajian : Autoanamnesa dan Alloanamnesa
Diagnosa Medis : Ateleksitas
3.2 Pengkajian
3.2.1 Data Biografi
Identitas Klien:
Nama : An. B
Umur : 8 th
Suku/bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : -
Alamat : Jl.Padang harapan
Tanggal masuk RS : 22 November 2012
Tanggal Pengkajian : 23 November 2012
Catatan kedatangan : kursi roda ( ), Ambulan ( ), Brankar ( √ )
Keluarga Terdekat yang dapat dihubungi :
Nama/Umur : Tn E/ 30
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl lingkar barat
Sumber Informasi : Pasien, keluarga.
3.2.2 RIWAYAT PENYAKIT
1. Keluhan utama
sesak napas.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan dua hari sebelum masuk rumah sakit awalnya ia mengalami kehilangan
nafsu makan dan mual muntah, kemudian sesak nafas. Klien kemudian dibawa oleh
keluarga ke RS terdekat. Sesampainya di RS klien langsung ditangan oleh dokter dan
perawat.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan bahwa ia sangat rentan terhadap virus influenza, oleh karena itu iya
sering mengalami influernza.
4. Riwayat Kesehatan keluarga
Klien mengatakan bahwa di dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menurun.
3.2.3 Pola Fungsi Gordon
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Persepsi terhadap penyakit :
Pasien merasakan dengan penyakit yang ia alami menyebabkan hilangnya kenyamanan.
Sering terjadi sesak napas.
2. Pola nutrisi dan metabolism
Diet/suplemen khusus : pasien biasa mengkonsumsi minuman ringan seperti fanta,
pepsi,coca-cola, sprite.
Intruksi diet sebelumnya : belum ada intruksi diet sebelumnya.
Nafsu makan : menurun
(nomal, meningkat, menurun)
Penurunan sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis :pasien mengalami stomatitis, mual
danmuntah.
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir(naik/turun): BB pasien menurun sebanyak 5 kg (33 kg
menjadi28 kg).
Kesulitan menelan (disfagia) : adaGigi (lenkap/tidak,gigi palsu) :
lengkap
Riwayat masalah kulit/penyembuhan :tidak ada
(ruam,kering,keringatberlebihan, penyembuhan abnormal)
Jumlah minimum/24 jam dan jenis (kehausan yang sangat): tidak ada
Frekuensi makan : menurun (2x sehari)
Jenis makanan : Karbohidrat, protein, lemak
Pantangan/alergi : pasien tidak boleh makan-makanan yang
berminyak seperti goreng-gorengan.
3. Pola Eliminasi
Buang air besar (BAB) :
Frekuensi : 1x/hari
Waktu : pagi hari
Warna : kuning
Konsistensi : lunak
Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : Tidak terdapat kesulitan
Buang air kecil (BAK) :
Frekuensi : 4-6x/hari
Warna : kuning jernih
Kesulitan : tidak ada
4. Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri :
0 = Mandiri 3 = Dibantu orang lain dan peralatan
1 = Dengan alat bantu 4 = Ketergantungan/ tidak mampu
2 = dibantu orang lain
Kegiatan / aktivitas 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Berpakaian/ berdandan √
Toileting √
Mobilisasi di tempa tidur √
Berpindah √
Berjalan √
5. Pola istirahat dan tidur
Lama tidur : 6 jam/malam, 1-2 jam tidur siang
Waktu : 22.00-04.00 Wib
Kebiasan menjelang tidur : berdoa
Masalah tidur : terbangun dini
6. Pola kognitif dan persepsi
Status mental : sadar, compos mentis
Bicara : normal (√ ), tak jelas ( ), gagap ( ), aphasia ekspesif ( )
Kemampuan berkomunikasi : ya (√ ), tidak ( )
Kemampuan memahami : ya (√ ), tidak ( )
Tingkat ansietas : ringan (√ ), sedang ( ), berat ( ), panik ( )
Pendengaran : DBN (√ ), tuli ( ),kanan/kiri, tinitus ( ), alat bantu dengar
Penglihatan : DBN (√ ), buta, katarak, kacamata, lensa kontak, dll )
Vertigo : Tidak ada
Ketidaknyamanan/nyeri : adanya ketidaknyamanana dan ada nyeri.
7. Persepsi diri dan konsep diri
Perasan klien tentang masalah ini, klien mengatakan sesak nafas sangat dirasakan karena
akibat penyakit atelektasis
8. Pola peran dan hubungan
Klien adalah seorang pelajar, hubungan dengan teman sebaya baik.
Kegiatan sosial : klien masih bisa untuk datang bersekolah .
9. Pola seksual dan reproduksi
Tanggal menstruasi terakhir : -
Masalah menstruasi : -
Pap Smear terakhir : -
Masalah sexual b/d penyakit : -
Lain-lain : -
10. Pola koping dan toleransi stress
Perhatian utama tentang perawatan di RS atau penyakit (Finansial, perawatan diri) :
baik, tetapi klien sedikit merasa ketakutan dengan kondisi RS (dokter,suster).
Kehilangan/ perubahan besar dimasa lalu : tidak ada
Hal yang dilakukan saat ada masalah ( sumber koping ) : musyawarah dengan keluarga
Penggunaan obat yang dilakukan untuk menghilangkan stress : tidak ada
Keadaan emosi dalam sehari-hari ( santai/ tegang ): santai
11. Keyakinan dan kepercayaan
Agama : islam
Pengaruh agama dalam kehidupan : baik, pasien mengatakan bahwa ia rajin sholat
3.2.4 Pemerikasaan Fisik
1. Keadaan umum :
Penampilan umum: Penampilan tidak baik, gaya bicara tidak terkoordinasi, bicara tidak
jelas
Kesadaran : composmentis
BB : 28 Kg
TB : 117 Cm
Tanda-tanda vital :
TD : 100/80 mmHg
ND : 50/menit
RR : 14/menit
S : 36,5 °C
2. Kulit
Warna kulit : Warna kulit pucat
(sianosis,ikterus,pucat,eritema,dll).
Kelembapan : Kering
Turgor kulit : Elastis
Ada/tidaknya oedema : Tidak ada
3. Kepala/ rambut
Inspeksi : Kepala simetris, warna rambut kusam, kurang bersih dan tidak
berketombe.
Palpasi : Textur tidak halus dan kering, tidak berminyak, tidak ada benjolan atau
masa
4. Mata
Fungsi penglihatan : Baik, visus 6/6.
Ukuran pupil : 2mm
Konjungtiva : anemis
Lensa/iris : Lensa warna hitam, tidak ada kekeruhan lensa
Oedema palpebral : tidak ada odema palpebral
Palpebra : Terbuka
Skelera : Tidak ikterik
5. Telinga
Fungsi pendengaran : Baik
Kebersihan : bersih
Daun telinga : simetris, elastis, lesi tidak ada, tidak ada tanda-tanda mastoiditis
Fungsi keseimbangan: baik
Secret : tidak ada
6. Hidung dan sinus
Infeksi : Bentuk simetris, tidak ada deformitas
Fungsi penciuman : baik, dapat membedakan bau
Pembengkakan : tidak ada, polip tidak ada
Kebersihan : bersih
Perdarahan : tidak ada
Sekret : ada
7. Mulut dan tenggorokan
Membrane mukosa : Kering dan pucat
Keadaan gigi : Lengkap
Tanda radang : tidak ada
(bibir,gusi,lidah)
Trismus : tidak ada kesulitan buka mulut.
Kesulitan menelan : disfagia tidak ada
8. Leher
Trakea(simetris/tidak) : Simetris saat dilakukan palpasi
Carotid bruid : ada bunyi bruid
JVP : 5-2 cm H2O
Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Kelenjar toroid : tidak ada pembengkakan
Kaku kuduk : tidak ada kaku kuduk dan kepala mpasien bias fleksi ke
dada
9. Thorak/paru
Inspeksi : inspeksi dada tidak simetri, RR : 14x/menit, menggunakan otot
Bantu pernafasan
Palpasi : Fremitus Ka≠Ki, ekspansinparu tidak simetris
Perkusi : resonan pada kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler
10. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Paspasi : ictus cordis teraba 1 jari LMCS RIC ke5
Perkusi : batas atas jantung RIC ke2
batas kanan : linea sternalis dextra
batas kiri : 1 jari linea mid clavikula sinistra
batas bawah : 1 jari LMCS RIC
Auskultasi : S1 dan S2 terdengar jelas, tidak ada bunyi tambahan S3ndan S4,
murmur dan gallop tidak ada
11. Abdomen
Inspeksi : Simetris, jaringan parut tidak ada, vena tidak menonjol, asites
tidak ada
Auskultasi : B.U, 12x/i
Perkusi : Tympani
Palpasi : hepar dan limfa tidak teraba, tidak ada pembesaran hepar dan
limfa.
12. Genitalia : bersih, tanda-tanda radang tidak ada. Lesi tidak ada
13. Rectal : haemoroid tidak ada, lesi atau kemerahan tidak ada, massa tidak ada
14. Ekstrimitas
Ekstrimitas atas : kanan dan kiri akral hangat, oedema tidak ada,
genggaman tangan kuat
Ekstrimitas bawah : kanan dan kiriAkral hangat, oedema tidak ada, kekuatan
penuh
ROM : gerakan aktif tanpa dibantu
Kekuatan otot : otot lemah
Alat bantu ( kruk, pispot, tongkat, kursi roda) : tidak ada
Keluhan saat beraktivitas : nafas semakin sesak,
Lain-lain : -
15. Vascular perifer
Capilari refille :3 detik
Clubbing : tidak menonjol
Perubahan warna : kilit sedikit pucat
(kuku,kulit,bibir)
16. Neurologis
Kesadaran(GCS) :
Status mental: compos mentis/15
Motorik : normal; gerak menurut perintah
Sensorik : normal, percakapan adekuat
Saraf cranial : normal
Refleks fisiologis : baik, ekstremitas semua bisa digerakkan
3.2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Diagnostik
Hari/ tanggal Jenis pemeriksaan Hasil
22 november
2012
Rontgen Dada Tampak bercak pada
beberapa lobus paru
3.2.6 TERAPI OBAT
Hari/tanggal Jenis terapi Dosis Rute Indikasi
22-11-2012 O2 3l/menit Nasal
kanul
Untuk membantu
pernafasan dengan
pemberian O2 yang
masuk
Nebulizer
(combiven
& bisolvon)
1cc/12jam Oksigen
masker
Untuk mengencerkan dan
mengeluarkan secret
Methyl .... 125
gr/12jam
IV Untuk mengurangi sesak
nafas
Extimon 1gr /12jam IV Untuk antibiotic
3.2.7 ANALISA DATA
Nama klien : An.BRuang Rawat : KemuningDiagnosa medic : Atelektasis
No Data Problem Etiologi
1.
2
3.
Ds:keluargaa pasien mengatakan
bahwa pasien saat bernafas
terdapat bunyi
Do:
-bunyi nafas ronki
-bunyi nafas pasien melemah
-Frekwensi nafas px >16x/m
Ds : keluarga pasien mengatakan
sesak saat bernafas.
Do : pasien terlihat lemah.
Bunyi nafas ronki
Bunyi nafas pasien melemah
Frekwensi nafas pasien >16x/m
Ds: keluarga pasien mengatakan pasien sering muntah dan tidak nafsu makan.Do: pasien terlihat lemah dan pucat
Ketidakafektifan
bersihan jalan nafas
Gangguan pertukaran gas
Anoreksia
Akumulasi mukus pada bronkus
Ventilasi & perfusi tdk seimbang
muntahan dan bau
DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret
( bronkospasme ), lemah, penurunan energi.2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi,
spasme bronchus3. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, risiko tinggi terhadap anoreksia yang
berhubungan dengan muntahan dan bau.
3.2.8 INTERVENSINama klien : An.BRuang Rawat : KemuningDiagnosa medic : Atelektasis
No Diagnosa keperawatan
Tujuan Keriteria hasil Intervensi Rasional
1
2
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret ( bronkospasme ), lemah, penurunan energi.
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus.
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan jalan nafas paten/ kembali efektif, dahak dapat dikeluarkan dan tidak sulit dalam bernafas
Setelah di lakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam di harapkan pertukaran gas atau oksigenasi ade kuat, tidak ada lagi obtruksi jalan nafas
Jalan nafas bebas atau dahak dapat dikeluarkan . Dispnea dan takipnea tidak ada. Kesulitan bernapas tidak ada. Penggunaan otot bantu pernapasan tidak ada. TTV DBN:TD:120-130/80-85mmHgND;60-100x/iRR:16-24x/i
Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan/situasi Dispnea & takipnea tidak ada. Kesulitan bernafas tidak ada. Gelisah tidak ada. TTV DBN :TD : 120-130/80-85
Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena kembali bisa mengembang Perkusi (menepuk-nepuk) dada
Menghilangkan penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun prosedur lainnya Jadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum makan
Berbaring pada posisi yang sehat akan akan menciptakan kenyamanan pasien Perkusi akan mengencerkan dahak Melaui bronkoscopy akan bisa melihat penyumbatan ( obstruksi jalan nafas
3Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, risiko tinggi terhadap anoreksia yang berhubungan dengan muntahan dan bau.
Setelah di lakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam di harapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi / intake ade kuat.
mmHgND : 80-100 x /iRR :16-24 x/i Hb : 14 -18 dr/dL.
Menunjukkan peningkatan nafsu makan Mempertahankan/meningkatkan berat badan. Klien tidak mual lagi. BB stabil /tidak turun atau naik. Klien dapat menghabiskan ¾ - 1 porsi makan yang di berikan. Mukosa bibir lembab. Nilai lab DBN :Hb : 14-18 gr/dLAlbumin : 3,5-5,5 gr/dLProtein total : 6,0-8,0 gr/dL
Auskultasi bunyi usus. Observasi/ palpasi distensi abdomen. Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering atau makanan yang nenarik untuk pasien.
Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini. Bunyi usus mungkin menurun/ tak ada bila proses infeksi berat/ memanjang. Distensi abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara atau menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada saluran GI.
Tindakan ini dapat
meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali.
3.2.9 IMPLEMENTASI
No
.
TANGGAL/
JAM
NO.
DX.
IMPLEMENTASI RESPON KLIEN TTD
1. Jumat,
23-11-2012
1 Memantau adanya pucat dan
sianosis
S : klien mengatakan sesak
nafas
08.00
12.00
15.15
17.30
20.00
21.00
1
3
1
3
1
3
1,2
1,2
Memberikan terapi medik
sesuai program
(memberikan oksigen
3l/mnt)
berikan diit yang sesuai
Mengajarkan teknik
relaksasi pada pasien dan
keluarga
Berikan diit yang sesuai
Memberikan terapi medik
sesuai program (penggunaan
nebulizer)
Berikan diit yang sesuai
Mengatur posisi semifowler
Memantau suara pernafasan
pasien saat tidur
O : pucat pada bibir tidak ada
sianosis
S:-
O: RR:22x/menit
Ekspresi wajah tenang
S: klien mengatakan tidak
nafsu makan
O: badan lemah, mukosa kering
S:-
O: klien dan keluarga terlihat
paham dan kooperatif
RR: 20x/menit
S: klien mengatakan nafsu
makan sedikit bertambah
O:klien mau makan, badan
masih lemah
S: -
O: sputum mengencer dan
keluar
S: klien mengatakan mau
makan walaupun sedikit demi
sedikit
O: klien tampak masih lemah
S: klien mengatakan “ya”
O: pernafasan klien terlihat
lebih ringan
S: -
O: ronkhi terdengar pelan
2
.
Sabtu,
24-11-2012
07.00
1 Mengobservasi TTV pasien S:-
O: TD: 140/90mmHg
N: 88x/menit
12.00
15.00
17.00
20.00
21.00
3
1
3
1
3
1,2
1,2
Berikan diit yang sesuai
Mengajarkan latihan nafas
dalam
Berikan diit yang sesuai
Memberikan terapi medik
sesuai program (penggunaan
nebulizer)
Berikan diit yang sesuai
Mengatur posisi semifowler
Mengauskultasi bunyi
pernafasaan klien saat tidur
S: 36,8⁰C
RR: 20x/menit
S: klien mengatakan
makanannya terasa hambar
O: klien masih tampak lemah
S: klien mengatakan “ya”
O: klien terlihat bersemangat
RR: 19x/menit
S: -
O: klien tampak masih lemah
S:-
O: sputum kembali mengencer
dan keluar
S:klien mengatakan sudah bisa
merasakan makanannya
O:klien tampak membaik
S: klien mengatakan “ya”
O:klien terlihat tenang
RR: 18x/menit
S:-
O: tidak ada suara tambahan
ronkhi
3 Minggu,
25-11-2012
07.00
09.00
1
3
1
Mengobservasi TTV
Berikan nutrisi yang sesuai
Memberikan terapi medik
sesuai program
(menggunakan nebulizer)
S:-
O: TD: 120/80mmHg
N: 80x/menit
S: 36,5⁰C
RR: 18x/menit
S: klien mengatakan makannya
hampir habis 1 porsi
O: klien tampak membaik,
mukosa tidak kering.
S:-
O: sisa sputum keluar
3.2.10 EVALUASI
No
.
Tanggal/jam No. Dx EVALUASI TTD
1 24-09-2012
07.00
1,2
3
S: klien mengatakan sesak nafas sedikit berkurang
O: RR ; 20x/menit
- Capillary refill 2detik
- Suara ronkhi terdengar pelan
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
- Ajarkan teknik relaksasi
- Berikan terapi oksigen 3l/menit
- Berikan terapi nebuliszer (combiven dan
bisolvon 1cc)
S: klien mengatakan tidak nafsu makan
O: wajah terlihat pucat, mukosa kering
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
2 25-09-2012
07.00
1,2
3
S: klien mengatakan tidak sesak lagi
O: RR 18x/menit
- Klien terlihat segar dan nyaman
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
S: Klien mengatakan nafsu makan sedikit meningkat
O: klien terlihat tenang dan masih lemah
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran
udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal. Penyebab dari
atelektasis bisa bersifat obstruktif maupun non-obstruktif.Penyebab obstruktif bisa berasal dari
dalam saluran pernafasan maupun dari luar saluran pernafasan. Sedangkan penyebab non-
obstruktif bisa disebabkan oleh adanya kompresi jaringan paru atau pengembangan alveoli yang
tidak sempurna dan akhirnya mengalami kolaps.
Diagnosa atelektasis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan fisis. Secara
radiograf akan menunjukkan suatu bayangan yang homogen dengan tanda pengempisan lobus.
Dibahas munculnya masalah nutrisi konsep ngga ada
5.2 Saran
5.2.1 Tenaga kesehatan
Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang atelektasis dan
problem solving yang efektif dan juga sebaiknya kita memberikan informasi atau health
education mengenai atelektasis kepada para orangtua terhadap anak yang utama.
5.2.2 Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya atelektasis dan
meningkatkan pencegahan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall Edisi 8. Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta Nanda International 2009.Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. EGC : JakartaPrice A. Sylvia & Lorraine M. Wilson.2006. Patofisologi edisi 6,vol.2. Penerbit buku kedokteran.EGC.Jakarta.Somantri Irman.2008.Keperawatan Medikal Bedah:Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta.Salemba medikaSuzanne C. Smeltzer &Brenda G. Bare.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 vol.1.penerbit buku kedokteran:EGC.JakartaTarwoto & Wartonah.2010. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.Edisi 4. Salemba Medika : JakartaWillkinson Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta