Askeb KDM Nyeri
-
Upload
fawwa-ardhani -
Category
Documents
-
view
28 -
download
0
Transcript of Askeb KDM Nyeri
LAPORAN PENDAHULUAN
KEAMANAN DAN KENYAMANAN PASIEN
Jika kita membicarakan keamanan dan kenyamanan kerja akan sangat
subjective adalnya. Walaupun beberapa referensi banyak sekali menyebutkan
beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencapai kedua rasa tersebut, tapi
rasanya pengalaman juga akan membentuk sebuah penilaian tersendiri, terutama
bagi kita yang bekerja sebagai petugas kesehatan.
Rasa aman dan nyaman sepertinya lebih banyak pembahasannya ditujukan ke arah
pasien. Dimana-mana sekarang ini banyak sekali kita denganr slogan pasient
safetyt, yaitu sebuah slogan yang menjadi target besar pelayanan kesehatan
sekarang ini.
A. Definisi
Keamanan adalah suatu keadaan dimana individu/kelompok,
khususnya pasien merasa tenang dan dirasa tidak adanya ancaman yang
membahayakan dirinya atau yang berdampak buruk pada dirinya.
Kenyamanan adalah suatu keadaan yang dirasa tenang, rileks, karena
telah terpenuhnya keamanan yang menjanjikan dan terpenuhinya hal-hal yang
diinginkan.
B. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keamanan dan kenyamanan
a. Faktor kinerja tekni, meliputi
- Efektifas
- Keahlian
- Kemampuan
- Kehati-hatian
- Indikator-indikator dari perawatan dan pengobatan
b. Faktor perawatan interpersonal/ sikap profesional, meliputi
- Kerahasiaan
- Penyediaan informasi yang mencukupi
- Pembentukan suatu hubungan
- Minat personal
- Ototnomi klien
- keselaraan
c. Faktor aspek-aspek Organisasi
- Aspek lingkungan perlengkapan
- Kesinambungan
- Efisiensi
C. Faktor Yang Menghambat Keamanan Dan Kenyamanan
- Fasilitas kesehatan yang kurang memadai
- Pelayanan dan mutu petugas kesehatan yang kurang profesional
- Keadaan lingkungan yang buruk
- Kemiskinan
- Rendahnya mutu pendidikan (pengalaman dan pengetahuan)
- Mitos masyarakat yang mengikat.
D. Ukuran-Ukuran Yang Dipakai Untuk Menilai Kepuasaan Pasien
Sehingga Dapat Menciptakan Kenyamanan
a. Hubungan dokter-pasien (doctor-patient relationship)
Terbinanya hubungan dokter-pasien yang baik, adalah salah satu dari
kewajiban etik, untuk dapat terselenggaranya pelayanan kesehatan yang
bermutu, hubungan dokter-pasien yang diharapkan dokter dapat dan
bersedia memberikan perhatian yang cukup kepada pasiennya secara
pribadi, menampung dan mendengarkan semua keluhan, serta menjawab
dan memberikan keterangan yang sejelas-jelasnya tentang segala hal yang
ingin diketahui oleh pasien.
b. Kebebasan melakukan pilihan (choice)
Memberikan kebebasan kepada pasien untuk memilih serta menentukan
pelayanan kesehatan. Hal ini merupakan salah satu dari kewajiban etik,
suatu pelayanan kesehatan disebut bermutu apabila kebebasan memilih ini
dapat diberikan, dan karena itu harus dapat dilaksanakan oleh setiap
penyelenggara pelayanan kesehatan.
c. Pengetahuan dan kompetensi (scientific knowledge and technical skill)
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang didukung oleh
pengetahuan dan kompotensi teknis bukan saja merupakan bagian dari
kewajiban etik tetapi juga merupakan prinsip pokok penerapan standar.
Pelayanan profesi, secara umum disebutkan makin tinggi tingkat
pengetahuan dan kompotensi teknik tersebut maka makin tinggi pula mut
pelayanan kesehatan.
d. Efektivitas pelayanan (Effectivess)
Sama halnya dengan pengetahuan dan kompotensi teknik, maka
efektifitas pelayanan juga merupakan bagian dari kewajiban etik serta
prinsip pokok penerapan standar pelayanan profesi, secara umum
disebutkan, makin efektif pelayanan kesehatan tersebut, makin tinggi mutu
pelayanan kesehatan.
e. Keamanan tindakan (Safety)
Keamanan diindakan adalah juga bagian kewajiban etik serta
prinsip pokok penerapan standar pelayanan profesi. Untuk dapat
terselenggaranya kesehatan yang bermutu, aspek keamanan tindakan ini
haruslah diperhatikan, pelayanan kesehatan yang membahayakan pasien,
bukanlah pelayanan kesehatan yang baik dan karena itu tidak boleh
dilakukan.
E. Sumber-Sumber Masalah yang Menyebabkan ketidak Aman berhubungan
dengan
Kategori masukan
a. Unsur tenaga
- Jumlah tenaga pelaksana yang tersedia tidak memadai, sehingga
apabila jumlah klien yang dilayani terlalu banyak, tidak sempat
memperhatikan teknik asepsis.
- Pengetahuan tenaga pelaksana tentang prinsip-prinsip dan teknik
asepsis tidak memadai.
- Jumlah tenaga pelaksana yang bertanggung jawab melakukan
sterilisasi yang tidak memadai.
- Pengetahuan tenaga pelaksana yang bertanggung jawab untuk
melakukan sterilisasi tentang prinisp dan teknik sterilisasi tentang
prinsip dan teknik sterilisasi tidak memadai
b. Unsur Sarana
- Jumlah bahan-bahan habis yang diperlukan pada tindakan asepsis
tidak memadai.
- Jumlah ruangan yang tersedia tidak memadai, apalagi jika
kebutuhan jumlah klien yang dilayani terlalu banyak.
- Jumlah seterilisator untuk memproses alat-alat tidak memadai.
c. Unsur dana
- Terbatasnya dana yang tersedia untuk pembelian bahan habis
asepsis.
- Terbatasnya dana yang tersedia untuk pemeliharaan seterilisator.
d. Unsur lingkungan
- Belum ada kebijakan (standar baku) tentang tata cara tindakan
asepsis
- Belum ada kebijakan (standar baku) tentang tata cara tindakan
sterilisasi.
e. Unsur proses
Tindakan medis
- Tata cara tindakan asepsis yang dilakukan tidak benar
- Teknik pemeriksaan tanda-tanda benda yang berkontaminasi
tidak jelas
Tindakan non medis
- Tata cara sterilisasi yang tidak benar
- Tata cara penyimpanan benda yang steril tidak benar
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYERI
A. Definisi
Kenyamanan adalah konsep sentral tentang kiat keperawatan. Berbagai
teori keperawatan menyatakan kenyamanan sebagai kebutuhan dasar klien
yang merupakan tujuan pemberian asuhan kebidanan. Rasa nyeri merupakan
mekanisme pertahanan tubuh. Rasa nyeri tumbul apabila ada jaringan rusak.
Dan hal ini dapat menyebabkan individu beraksi dengan cara memindahkan
stimulus nyeri.
B. Fisiologi Nyeri
Nyeri merupakan campuran refleks fisik, emosi dan prilaku, cara yang
paling baik untuk memahami pengalaman nyeri, akan membantu untuk
menjelaskan 3 komponen fisiologi berikut : Resepsi, persepsi, dan reaksi
stimulus. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuk melalui krabut saraf
perifer. Serabut nyeri memasuki medulla spinalis dan melewati salah satu dan
beberapa rute saraf dan berakhir sampai didalam masa abu-abu di medulla
spinals pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibator mencegah
stimulus nyeri, sehingga tidak mencapai otak akan ditransmisi tanpa hambatan
kekroteks serebal. Sekali stimulus nyeri menapai koreteks serebal. Maka otak
menginterprestasikan kualitas nyeri dan memproses informasi tentang
pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam
upaya mempersiapkan nyeri.
C. Sifat Nyeri
Nyeri bersifat individu, tidak menyenangkan, merupakan suatu
kekuatan mendominasi dan bersifat tidak berkesusadahan. Nyeri melelahkan
dan menuntut energi seseorang. Nyeri dapat mengganggu hubungan personal
dan mempengaruhi makna kehidupan. Nyeri tidak dapat secara obyektif.
D. Macam-macam rasa nyeri dan kualitasnya
1. Rasa Nyeri cepat
Bila diberikan stimulus nyeri, maka rasa nyeri dapat timbul waktu
kira-kira 0-1 detik. Selain itu rasa nyeri juga dapat digambarkan dengan
banyak nama ganti. Seperti rasa nyeri ketusuk dan rasa nyeri elektrik.
Jenis rasa nyeri ini akan terasa apabila sebuah jarum ditusukkan ke dalam
kulit. Rasa nyeri cepat akan terasa di sebagian besar jaringan dalam tubuh.
2. Rasa nyeri lambat
Rasa nyeri lambat timbul setelah 1 sekon atau lebih dan kemudian
secara perlahan bertambah setelah beberapa detik, an kadangkala beberapa
menit, rasa nyeri lambat juga mempunyai nama tambahan seperti rasa
nyeri terbakar lambat, nyeri mual, nyeri pegal dan nyeri berdenyut, jenis
rasa ini dapat terasa di kulit dan hampir di semua jaringan dalam atau
organ.
E. Nyeri Akut Dan Nyeri Kronik
1. Nyeri akut
Nyeri akut terjadi setelah cedera akut, penyakit atau intervensi
bedah dan memiliki awitan yang cepat. Dengan insentitas yang bersifat
variasi dan berlangsung untuk waktu singkat fungsi nyeri akut adalah
memberi peringatan akan adera atau penyakit yang akan datang nyeri akut
akhirnya menghilangkan dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan
pilih pada area yang rusak.
2. Nyeri kronik
Nyeri kronik berlangsung lama, intensitas bervariasi dan bisaanya
berlangsung lebih dari 6 bulan, nyeri kronik disebabkan oleh kanker yang
tidak terkontrol atau gangguan progresif lain. Yang disebut nyeri yang
membandel atau nyeri maligna, nyeri ini dapat berlangsung terus sampai
kematian.
F. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri
1. Usia
Adanya perbedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia
ini dapat mempengaruhi bagaimana anak-anak dan lansia beraksi terhadap
nyeri.
2. Jenis kelamin
3. Kebudayaan
4. Makna nyeri
5. Perhatian
Tingkah seorang klien menfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi persepsi nyeri
6. Trauma
Mekanisme : benturan
Nyeri : ujung syaraf, mengalami kerusakan, terputus, terjepit
Thermis : panas, dingin
Ujung syaraf reseptor, nyeri mengalami rangsangan nyeri
7. Gangguan sirkulasi
penyempitan pembuluh dara/ sumbatan aliran darah ke darah/ organ
8. Trauma fisiologi
keluhan pada organ tubuh yang berhubungan dengan faktor psikis
Patofisiologi
1) Respon simpatis
Peningkatan HR, RR, nadi, pucat, mual dan muntah
2) Respon muscular
Peningkatan ketegangan otot/ kekuatan, gelisah
3) Respon emosional
Perubahan perilaku, ekspresi wajah, merintih dan menangis
G. Teori Nyeri
a) Specitiy theori
Memandang nyeri sebagai modalitas sensory yang terpisah yang
ditimbulkan. Oleh aktivitas reseptor khusus yang mengirimkan informasi
nyeri pusat/ area di otak. Bagian depan dimana nyeri dirasakan
b) Patter theori
Mengidentifikasi adanya serabut nyeri yaitu serabut yang
menyampaikan dengan cepat dan serabut saraf yang menyampaikan
dengan lambat. Kedua serat bersinap dalam spinal card dan memberi
informasi ke otak mengenai jumlah. Intensitas dan tipe input sensori nyeri
yang menafsirkan karakter dan kuantitas input sensori nyeri.
c) Gate kontrol theori
Teori ini menjelaskan suatu mekanisme dalam spinal card yang membuka
dan menutup transmisi. Inplus nyeri ke otak. Dimana tempat pintu tersebut
adalah subtansi gelatinosa, jika perlu terbuka maka dirasakan nyeri dan
jika tertutup tidak merasakan nyeri.
H. Skala nyeri
0 1-4 5-6 7-9 10
Tidak nyeri ringan sedang berat sangat
(melzek dan toggeron)
1) tidak nyeri
2) ringan
3) tidak nyaman
4) distensi (sedang-berat)
5) harible
6) exeryditing
0 1 2 3
Tidak nyeri ringan sedang berat
ANGINA PEKTORIS
1. Pengertian
Yaitu serangan nyeri substernal, retrosternal yang bisaa berlangsung
beberapa menis setelah gerakan badan dan menjalar ke bagian lain dari badan
dan menghilang setelah istirahat.
2. Patofisiologi
Angina pectoris merupakan sindrom klinik yang disebabkan oleh
aliran darah ke arteri miokard berkurang sehingga ketidak seimbang terjadi
antara suplay O2 ke miokardium yang dapat menimbulkan iskemia, yang dapat
menimbulkan nyeri yang kemungkinan akibat dari perubahan metabolisme
aerobik menjadi anaerob yang menghasilkan asam laktat yang merangsang
timbulnya nyeri.
3. Faktor Pencetus
- Kebisaaan merokok
- Kebisaaan minum alkohol
- Kebisaaan makan makanan berkolesterol (eating)
- Hipertensi
- Emotional stress
- Ketidakaktifan yang lama seperti istirahat yang panjang (Exertional),
perjalanan mobil/ pesawat yang panjang
4. Pengkajian
Data spesifik yang berhubungan dengan nyeri
a. Letak
Nyeri dada, sternal/ subesternal pada dada beberapa kiri menjalar ke leher,
rahang, lengan kiri, lengan kanan, punggung. Nyeri dapat timbul pada
epigastrium gigi dan bahu.
b. Kualitas nyeri
Nyeri seperti menckik atau rasa berat dalam dada terasa seperti ditekan
benda berat.
c. Lamanya serangan
Rasa nyeri singkat 1-5 menit atau lebih dari 20 menit berarti infark
d. Gejala yang menyertai
Gelisah, mual, diaporesis kadang-kadang
e. Hubungan dengan aktivitas
Timbul saat aktivitas, hilang bila aktivitas dihentikan/ istirahat
5. Pemeriksaan
a. pantau tanda-tanda vital
Takikardi dapat terjadi karena nyeri, cemas, hipoksemia dan menurunnya
curah jantung, perubahan juga terjadi karena (hipertensi atau hipotensi)
karena respon jantung.
b. Evaluasi status mental, catat terjadinya bingung dan disorientasi
Menurunkan perfusi otak dapat menghasilkan perubahan sensorium
c. Catat warna kulit dan adanya kwalitas nadi
Sirkulasi perifer menurun bila curah jantung turun membuat kulit pucat
atau warna abu-abu (tergantung tingkat hipoksia) dan menurunnya
kekuatan nadi perifer
d. Auskultasi bunyi nafas dan bunyi jantung, dengarkan murmur
S3, S4 atau krekels terjadi dengan kompensasi jantung atau beberapa obat
(khususnya penyekat beta). Terjadinya murmur dapat menunjukkan katub
nyeri dada, contoh stenosis serta mitrat, atau ruptur otot papilar
e. Pertahankan episode pada posisi nyaman selama episode akut
Menurunkan konsumsi oksigen/ kebutuhan menurunkan kerja miokrad dan
resiko dekompensasi
PENYAKIT JANTUNG KORONER
A. Definisi
Penyakit jantung koroner adalah keadaan dimana terjadi ketidak
seimbangan antara kebutuhan otot jantung atas oksigen dengan peneydiaan
yang diberikan oleh pembuluh darah koroner. Yang mana timbul oleh suatu
sebab terdapat halangan atau kelainan di arteri koroner, sehingga tidak cukup
suplai darah, yang berarti juga kurangnya suplai darah yang berarti juga
kurangnya oksigen dan nutrisi untuk menggerakkan jantung secara normal.
B. Etiologi
1. Mayor
- Merokok
- Hipertensi
- Diabetes mellitus
- Hiperkolesterolimia
- Genetik
2. Minor
- Obesitas
- Kurangnya olahraga
- Stress
- Umur
- Steroid
C. Manifestasi Klinis
1. Palpitasi
2. Nyeri dada yang menjalar ke bahu kiri
3. CTR > 2 detik
4. Sesak nafas
5. Takikardia
6. Distensi vena jugularis
7. Terdapat suara jantung tambahan
8. Warna kulit dan mukosa pucat
D. Pemeriksaan Penunjang
1. ECG : Adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dari ischemia,
gelombang T investasi atau hilang merupakan tanda dari injri, dan
gelombang Q yang mencerminkan adanya nekrosis
2. Analisa gas darah : menunjukkan terjadinya hipoksia atau proses penyakit
paru yang kronis atau akut.
3. Pemeriksaan enzim dan onsoenslim pada jantung : CPK-MB meningkat
dalam 4-12 jam, dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT
dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.
4. pemeriksaan elektrolit : ketidak seimbangan yang memungkinkan
terjadinya penurunan konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti
hipocalemia dan hiperkalemia.
5. Foto X-ray : mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau
aneurisma ventrikuler.
6. Escho cardiogram : harus dilakukan guna menggambarkan fungsi atau
kapisitas masing-masing ruang pada jantung.
7. Execise setress test : dapat menunjukkan adanya kemampuan jantung
beradaptasi terhadap suatu stress/aktivitas.
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien dengan penyakit jantung koroner dibagi
menjadi 2 macam :
1. Umum
a. Penjelasan tentang penyakitnya
b. Hal-hal yang mempengaruhi keseimbangan O2 pada miokardium
Hal-hal yang dapat meningkatkan kebutuhan O2 sampai menimbulkan
ischemia harus dicegah atau disesuaikan. Misalnya : Aktivitas, terburu-
buru, emosi dan lain.
c. Pengendalian faktor resiko
d. Pencegahan
Diberikan suatu obat-obatan yang dapat menghambat proses
aterasklerasis di tempat lain. Yang paling sering adalah aspirin dengan
dosis 375 mg, 160 mg, sampai 80 mg.
e. Penunjang
Penunjang dimaksud adalah mengatasi iskemia akut, agar tidak terjadi
iskemia yang lebih berat. Untuk menambah masukan O2, misal
diberikan suplay O2 dengan pasien di istirahatkan. Antikoagulan
parenteral diberikan untuk mencegah stenosis total.
2. Mengatasi iskemia
a. Mediakamentosa
Nitrat
Preparatnya yaitu gliserih trinitrat (GTN), isosorbit, dinitrat dan
isosorbit S mononitrat. Bisa diberikan secara peroral sublingual,
bukal dan transdermal.
Berbagai penyakit B untuk mengurangi kebutuhan O2 seperti
propanal dan lain-lain
Antagonis Calcium
Cara pemakaian dapat peroral atau parenteral. Umumnya obat-obat
ini dapat mengurangi kebutuhan O2 dan dapat melebarkan
pembuluh darah koroner. Seperti verapamil, nifedipin, dan
diltiazem.
b. Revaskubrisasi
- Pemakaian trombolitik
- Prosedur invasif dan operatif, seperti PTCA (percuta nens
transluminal caronary Angicplasty)
- Operasi (company artery surgery)
Beberapa operasi jantung antara lain
- Transplantasi jantung untuk cardiomiopati iskemik
- Transmyocardial recanalization
- Operasi pintas koroner : vena spahana, arteria mammaria interna,
arteri radialis
PENGKAJIAN
A. Definisi
Pengkajian adalah suatu format atau data yang dilakukan oleh petugas
kesehatan kepada pasien dengan cara menyusun data subyektig dan data
obyektif melalui wawancara dan pemeriksaan langsung dengan pasien dan jika
melalui pasien tetapi pasien dalam keadaan koma maka petugas kesehatan
dapat bertanya kepada pendamping, pengantar, atau keluarga, di dalam data
pengkajian terdiri dari biodata-biodata yang didalamnya merupakan
pribadi/pilasi dari masing-masing pasien. Data yang tercantum di dalam
format pengkajian adalah data subyektif dan obyektif
B. Data Subyektif
Adalah suatu data yang ada didalam format pengkajian dengan
melakukan wawancara dengan pasien dan apabila pasien tidak sadar dan tidak
dapat melakukan komunikasi, dapat dilakukan dengan mewawancari keluarga
pasien, data subyektif terdiri dari anamnesa terhadap pasien. Anamnesa adalah
suatu data yang diambil dari hasil wawancara dengan pasien untuk
mengetahui riwayat kesehatan dari pasien
Anamnese
Suatu data yang dihasilkan dengan wawancara bersama pasien untuk
mengetahui riwayat kesehatan pasien.
Data Anamnese
1) Sumber informasi
Dimana petugas kesehatan menanyakan anamnese dari pasien atau dari
keluarga yang benar
2) Keluhan utama
Suatu keadaan dimana pasien merasakan rasa sakit atau tidak nyaman
yang dirasakan oleh pasien pertama kali.
3) Keluhan utama
Merupakan data kesehatan atau diagnosa dan pasien untuk mengetahui
penyakit yang diderita pasien sekarang dan masa lalu pasien sehingga
petugas kesehatan dapat mengetahui sebab dan penyakit pasien.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui riwayat dari wawancara pasien sehingga petugas
kesehatan atau apakah ada atau tidak penyakit keturunan dari keluarga
pasien.
C. Data Obyektif
Data pengkajian yang dilakukan dengan cara memeriksa secara
langsung dengan pasien didalam data obyektif bertujuan untuk mengetahui
keadaan pasien sekarang selama pasien merasakan keluhannya diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan fisik pasien,
pemeriksaan fisik dialkukan dari pemeriksaan bagian kepala sampai
dengan ujung kaki, TTV (dari suhu tubuh sampai dengan mengukur tinggi
badan)
Tujuan dari pemeriksaan kepala
- Mengetahui bentuk dan fungsi kepala
- Mengetahui kelainan yang terdapat dikepala
Tujuan dari pemeriksaan mata
- Mengetahui bentuk dan fungsi mata
- Mengetahui kelainan yang terdapat dimata
Tujuan dari pemeriksaan telinga
- Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga
dan fungsi pendengaran.
Tujuan dari pemeriksaan hidung
- Mengetahui bentuk dan fungsi hidung
- Menentukan kesimetrisan struktur dan adanya imflamasi atau
infeksi
Tujuan dari pemeriksaan faring
- Mengetahui bentuk dan setiap kelainan mulut
Tujuan dari pemeriksaan leher
- Menentukan struktur iteritas leher
- Mengetahui bentuk leher serta organ yang berkaitan
- Memeriksa system limfatik
Tujuan dari pemeriksaan paru dan dada
- Mengetahui bentuk dan kesimetrisan, keadaan kulit dan dinding
dada
- Mengetahui frekuensi, sifat, irama pernafasan
- Mengetahui adanya nyeri tekan, massa peradangan
- Mengetahui keadaan paru dengan organ lain disekitarnya
- Mengetahui adanya sumbatan aliran udara
Tujuan dari pemeriksaan jantung
- Mengetahui ketidak normalan denyut jantung
- Mengetahui bunyi jantung normal jantung secara kasat
- Mengetahui bunyi jantung normal atau tidak
- Mengetahui gangguan kardiovaskuler
Tujuan dari pemeriksaan payudara dan ketiak
- Mengetahui adanya benjolan atau tidak
- Mengetahui payudara kanan dan kiri simetris atau tidak
Tujuan pemeriksaan abdomen
- Mengetahui adanya gerkana dan bentuk perut
- Mengetahui suara peristaltik usus
- Mengetahui tempat nyeri tekan, organ dalam rongga perut berjalan
dalam perut.
Tujuan dari pemeriksaan genetalia
- melibatkan dan mengetahui organ-organ yang termasuk dalam
genetalia
- mengetahui adanya abnormalitas pada genetalia
- mengetahui kebersihan genetalia
Tujuan pemeriksaan rektum dan sektrum
- Mengetahui kondisi anus dan rektrum
- Mengetahui integritas
- Memeriksa kanker rektal
Tujuan pemeriksaan kulit dan kuku
Mengetahu kondisi kulit dan kuku
Tujuan pemeriksaan neurologi
Mengetahui integritas sistem pernafasan yang meliputi fungsi
safarcranial, fungsi sensorik, fungsi motorik dan reflek.
2. Data Psikologi
Dimana data tersebut disusun untuk mengetahui kegiatan sehari-hari
pasien
3. Data Sosial dan spiritual
Dimana data tersebut disusun untuk mengetahui kegiatan sehari-hari
4. Daftar pola kegiatan sehari-hari
Dimana data tersebut disusun untuk mengetahui kegiatan sehari-hari
5. Daftar penunjang dengan spesifik
Data disusun untuk mengetahui keluhan yang dirasakan oleh pasien
sehingga petugas kesehatan harus dapat menjaga dari setiap data yang
telah diambil karena semua yang telah diambil kajiannya adalah privasi
masing-masing pasien pasien
D. Kesimpulan
Data pengkajian yang dilakukan oleh petugas kesehatan dapat
memperoleh data lengkap dan jelas tetapi dari setiap petugas kesehatan
menjaga disetiap data yang diambil karena semua yang telah diambil
kajiannya adalah privasi dari masing-masing pasien
ASUHAN KEBIDANAN
PADA TN. ”K” DENGAN DIAGNOSIS PENYAKIT JANTUNG KORONER
DI PAVILIUN KEMUNING RSUD JOMBANG
No. Register : 025646
Ruangan : Paviliun Kemuning
Tanggal MRS : 11 Mei 2010
Tanggal pengkajian : 20 Mei 2010
Jam pengkajian : 21.00 Wib
I. Pengkajian
A. Data Subyektif
1.1 Identitas pasien
Nama : Tn. ”K”
Umur : 65 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SD/SR
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Webah, Gg 12 No. 22
Penanggungjawab
Nama : Ny. ”D”
Status : ibu Rumah tangga
Alamat : Webah, Gg 12 No. 22
1.2 Riwayat kesehatan pasien
a. Keluhan utama
Nyeri dada sebelah kiri, dengan skala nyeri 5-6 (sedang)
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan bahwa awalnya pasien merasakan nyeri pada
dada sebelah kiri dan merasakan sakit waktu BAK. Sehingga
keluarga pasien membawanya ke RSUD jombang. Kemudian
pasien ditempatkan di paviliun kemuning. Tepatnya di kelas I
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sudah merasakan nyeri
dada sejak sekitar 1,5 tahun yang lalu dan pasien mengatakan
sekitar setengah tahun yang lalu sudah merasakan sakit ketika
BAK. Pasien sudah pernah berobat di RSUD Jombang. Dan dulu
pasien rutin mengontrolkan keadaan kesehatannya di dokter ”W”,
akan tetapi akhir-akhir ini pasien jarang memmeriksakan
kesehatannya lagi dan merasakan keluhan nyeri dada lagi dan sakit
ketika BAK, sehingga akhirnya pasien memeriksakannya ke RSUD
Jombang pada tanggal 11 Mei 2010. keluarga pasien mengatakan
pasien mempunyai riwayat hipertensi.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan bahwa dari pihak keluarga tidak ada yang
menderita penyakit jantung koroner, tidak menderita penyakit
menular seperti HIV, TBC, hepatits. Keluarga tidak menderita
penyakit keturunan, seperti kencing manis, akan tetapi istri pasien
mempunyai riwayat hipertensi.
Genogram/struktur keluarga
Keluarga pasien keluarga istri pasien
Istri px
Anak pasien
Laki-laki perempuan
px
e. Riwayat kesehatan lingkungan
Pasien dan keluarga mengatakan lingkungan tempat tinggalnya
bersih, lantai rumah keramik, atap sedikit bocor ketika hujan ,
tinggal di rumah sendiri bersama istrinya. Keluarga pasien
mengatakan keluarga pasien adalah golongan keluarga yang peduli
akan kebersihan, baik lingkungan maupun pribadi.
f. Riwayat kesehatan lainnya
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak memiliki alergi pada
makanan.
1.3 Pola kehidupan sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Sebelum MRS : makan 3x/hari. Menu : nasi, sayur, tahu, tempe,
kadang ikan.
Minum air putih. Frekuensi : 7-9 gelas/hari
Saat MRS : makan 3x/hari, menu, nasi tim, sayur, tempe,
porsi : sesuai dengan pemberian dari RSU
Minum air putih, frekuensi : 500 ml air
putih/hari
b. Pola istirahat/aktivitas
Sebelum MRS : tidur siang pukul 13.00-15.00 (2 jam)
Tidur malam pukul 20.00-05.00 (10 jam)
Saat MRS : tidur siang pukul 10.00-12.00 (tidak teratur
karena kondisi fisik yang tidak sehat)
Tidur malam pukul 21.00-05.00 (9 jam)
c. Pola eliminasi
Sebelum MRS : BAB 2x/hari (waktu bangun tidur dan waktu
akan tidur) konsistensi : normal, kuning bau
khas
BAK ± 12-23x/hari, warna kuning jernih
Saat MRS : BAB selama MRS 1x/hari
BAK 15-20x/hari. Warna kuning jernih
Akan tetapi waktu pertama kali masuk RSU
kencingnya berwarna agak kemerahan
(bercampur darah)
d. Pola personal hygiene
Sebelum MRS : - mandi 2x/hari
- Sikat gigi 2x/hari
- Keramas 3x/minggu
- Memotong kuku 1x/minggu
- Ganti pakaian 2x/hari
Saat MRS : - mandi (diseka) I x/hari, menggunakan air
hangat
- Belum pernah memotong kuku selama MRS
- Ganti pakaian 1x/hari
- Gosok gigi 2x/hari
- Tidak pernah keramas
e. Riwayat social dan budaya
Banyak keluarga/ masyarakat yang menjenguk pasien di
RSUD pasien dan keluarganya mempunyai rasa social yang tinggi
dalam masyarakat dan pasien ramah terhadap masyarakat dan
pasien lainnya serta pada petugas kesehatan.
f. Psikososial
Keadaan psikologi
Pasien masih merasa cemas dan takut akan kondisi
kesehatannya.
Keadaan social
Pasien bersikap baik dan ramah terhadap pasien lainnya dan
petugas kesehatan
g. Spiritual
Pasien mengatakan selalu sholat 5 waktu kecuali sekarang sejak
masuk RS
B. Pemeriksaan fisik (Data Obyektif)
1. Keadaan umum
Pasien lemah, bisa duduk sendiri, bisa berbaring sendiri, belum
mampu berdiri.
Kesadaran : composmentis GCS : 4-5-6
Respon : ada terhadap panggilan, sentuhan
2. TTV (Tanda-Tanda Vital)
Tensi : 130/90 mm/Hg
Nadi : 88x/menit
Suhu : 36,8 OC
BB : 70 Kg
RR : 22x/menit
3. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Inspeksi : bentuk kepala simetris, warna rambut putih, rambut
kusam, kulit kepala sedikit kotor.
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
tanda-tanda bekas luka di kepala
b) Muka
Inspeksi : tidak ada oedem, bentuk muka oval, bentuk muka
simetris, sedikit pucat
c) Hidung
Inspeksi : bentuk hidung simetris, tidak ada secret dan polip
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan/
benjolan
d) Mulut
Inspeksi : bentuk simetris, lidah sedikit pucat, tidak ada
stomatits, bibir sedikit kering
e) Mata
Inspeksi : kelopak mata simetris, konjungtiva berwarna merah
muda, sclera berwarna putih.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
f) Telinga
Inspeksi : sedikit serumen, secret, tidak ada lesi, bentuk telinga
simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada tumor.
g) Leher
Inspeksi : bentuk leher simetris, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak da
pembesaran vena jugularis
h) Abdomen
Inspeksi : bentuk perut simetris, tidak ada bekas operasi
Auskultasi : bising usus normal 22x/mnt
Perkusi : kembung (bunyi sonor)
Palpasi : ada nyeri tekan, tidak ada tumor
i) Dada
1) Jantung
Inspeksi : tidak tampak debaran jantung dari aspek lis 5 mid
clavikula sinistra
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ictus cordis ics 5 mid clavikula
sinistra
Perkusi : pekak
Auskultasi : tidak terdapat mur-mur pada jantung. S1/S2 tunggal
regular berbunyi “lub dup”
2) Paru-paru
Inspeksi : bentuk dada simetris, gerakan dada normal dan
simetris
Palpasi : ada nyeri dada bagian kiri
Perkusi : pada paru-paru terdapat suara resonan
Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan
j) Ekstremitas
1. Atas
Terpasang infuse di tangan sebelah kanan
Bentuk simetris antara tangan kakan dan kiri
Jumlah jari normal jumlah 5
Gerak reflek normal
Skala reflek normal
Skala kekuatan otot 5
2. bawa
bentuk simetris antara kaki kanan dan kiri
tak ada odema dan nyeri tekan
gerak reflek normal
skala kekuatan otot 5
k) Genetalia
Bentuk simetris, tidak terpasang kateter
Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium tanggal 11 Mei 2010
1. hematologi
Cell dyn Hasil Normal
Hemoglobin
Leukosit
Hemotokrit
Eritrosit
Trombosit
6,4
12,900
18,b
2.670.000
290.000
11,4-17,7 g/dl
4.700-10.300 cmm
L; 40-48%, P; 37-43%
L; 4,5-5,5, P;4-5 jt/ul
150.000-350.000/cmm
2. Kimia klinik
Kimia klinik Hasil Normal
Na
K
SGOT
SGPT
Kolesterol
HDL kolesterol
LDL kolesterol
Trigliserida
Kreatin serum
Urea
Asam urat
132
3,69
32
10
115
34
55
128
2,50
47,4
9,66
136-144 meq/l
3.80-5.50 meq/l
< 38 u/l
< 40 u/l
< 200 mg/dl
L > 35, P> 45 mg/dl
< 150 mg/dl
< 200 mg/dl
L < 1,5, P<1,2 mg/dl
10-50 mg/dl
3,6-7,0 mg/dl
3. Terapi yang diberikan tanggal 18 Mei 2010
ASA 1x1 tablet
Plavix 1x1 : 75 mg
Cholestat 0-0-1
Mefinal 3x1 : 500 mg
Digoxil 1x1
Bisoprol 1x ½ tablet
Aminophilia 3x1 : 200 mg
ISDN (isosorbid dinitrat) 3x5:5 mg
Injeksi lasix 1 ampul/hari
KESIMPULAN
Setelah dilakukan pengkajian dan pemeriksaan pada tuan “K” pada 20
Mei 2010 di paviiun kemuning, dengan diagnosa medis penyakit jantung koroner
non ST elevasi didapat data sebagai berikut.
Data subyektif : Data yang diperoleh dari pernyataan keluarga pasien, dimana
pasien merasa nyeri dada sebelah kiri dan sesak nafas.
Data obyektif : yakni data yang diperoleh dari pengkajian terhadap pasien
bahwasannya keadaan pasien lemah dengan hasil obserbasi sebagai berikut : Tensi
: 130/90 mm/Hg, Nadi : 88x/menit, Suhu : 36,8 OC, BB : 70 Kg, RR : 22x/menit
dan skala nyeri 5-6 (sedang)
Dari data diatas dapat disimpulkan pasien mengalami masalah kebidanan
gangguan rasa nyaman nyeri dengan kemungkinan penyebab menurunnya jumlah
oksigen ke otot jantung. Tindakan yang bisa dilakukan bidan untuk mengatasi
masalah tersebut antara lain :
Mengatur posisi pasien dengan semi fowler (45O)
Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien dan mengobservasi pemberian
oksigen xaranya dilihat dosisnya hrus tepat, air dalam humidifire harus sesuai
Membatasi aktivitasnya pasien dan membantu pasien untuk memenuhi
kebutuhan aktivitasnya
Mengajarkan teknik distraksi relaksasi
Teknik distraksi (mengalihkan perhatian pasien dari rasa nyeri)
Teknik relaksasi (pasien disuruh menarik nafas dalam membebaskan beban
fisiknya)
Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
Selama di rumah sakit pasien mendapat terapi obat ASA 1x1 tablet/hari, plavix
1x1 : 75 mg, mefinal 3x1:500 mg, diqoxil 1x1, bisosoprol 1x ½ tablet,
aminophilia 3x1 : 200 mg, ISDN 3x5 : 5 mg dan injeksi lasix 1 ampul/hari.
Untuk mengetahui perkembangan pasien dilakukan obserbasi :
- ECG setiap hari sekali (di ruang ICCU) - TTV 1 jam sekali (diruang ICCU)
- TTV setiap 5 jam sekali (di ruang ICCU) - ECG setiap 2 hari sekali (di kelas 1)
DAFTAR PUSTAKA
Ali H. Zaidin. 2001. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta : Widya Medika
Azwar, Azrul. 1004. Program Menjaga mutu pelayanan kesehatan. Jakarta : Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia
Marr, Heater dan Hannie Giebirg. 2001. Penjamin Kalitas Dalam keperawatan buku Kedokteran. Jakarta : EGC.
Soeharto, imam, 2004. Penyakit jantung koroner dan serangan jantung. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Syaifullah noer. 1996. buku Ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI