APENDISITISfgfdg

download APENDISITISfgfdg

of 17

description

fdgfdg

Transcript of APENDISITISfgfdg

MANAJEMEN KASUS IApendisitis Akut

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Ujian Profesi Kedokteran Bagian Ilmu BedahRSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga

Disusun oleh : Amelia Rozianty (13712123)Pembimbing : dr. Kusno Wibowo, Sp. B

SMF ILMU BEDAH RSU DR. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIAYOGYAKARTA2014

UNIVERSITASISLAMINDONESIAFAKULTAS KEDOKTERANDEPARTEMEN ILMU BEDAH

STATUS PASIEN

Nama Dokter MudaAmelia RoziantyTanda Tangan

NIM13712123

Tanggal Presentasi

Rumah SakitRSU dr. R. Goeteng Taroenadibrata

Gelombang Periode3 Maret 17 Mei 2014

I. Identitas PasienNama : Ny. TYUmur: 27 tahunJ. Kelamin: PerempuanAlamat : Bojongsari 1/8, PurbalinggaAgama : IslamPekerjaan : Ibu Rumah TanggaNo. RM: 560420Tgl. Masuk : 17 Maret 2014Tgl. Diperiksa: 18 Maret 2014Bangsal: MenurII. AnamnesisKeluhan Utama:Nyeri pada perut kanan bawah.

Riwayat Penyakit SekarangPada tanggal 17 Maret 2014, pasien datang ke poli bedah dengan keluhan nyeri pada perut bagian kanan bawah. Nyeri dirasakan terus menerus dan menjalar hingga kebagian punggung (belakang perut). Pasien mengeluhkan adanya mual tetapi tidak muntah. Selain itu pasien juga mengeluhkan adanya demam. Pasien mengatakan tidak terdapat keluhan BAB dan BAK.. Pasien mengaku tidak terjadi trauma sebelumnya pada bagian perut sebelah kanan.

Riwayat Penyakit Dahulu Keluhan serupa (+), tetapi langsung menghilang setelah meminum jamu. Riwayat HT (-) Riwayat DM (-)

Riwayat Penyakit Keluarga Tidak terdapat keluarga yang mengalami keluhan serupa

Anamnesis Sistem Serebrovaskuler : Pusing (+), Demam (+) Respirasi : Batuk (-), Sesak (-) Kardiovaskuler : Nyeri dada (-), Berdebar-debar (-) Gastro Intestinal : Mual (+), Muntah (-), Nyeri perut kanan bawah (+), Anoreksia (+), BAB (+) N Urogenitalia : BAK (+) N Musculoskeletal : dbn Intergumentum : dbn

III. Pemeriksaan FisikA. Keadaan UmumKesadaraan: Compos mentis, GCS 15Tinggi badan: 160 cmBerat badan: 50 kgStatus gizi: BMI= BB: (TB) = 50 : 2,56 = 19,53 (normoweight)B. Pemeriksaan FisikStatus GeneralisKeadaan Umum: Pasien sadar tampak kesakitan Kepala: rambut hitam, uban (-), ikal (+), distribusi merata (+), alopesia (-), mudah dicabut (-) Mata: supersilia rata (-/-), palpebra superior oedem (-/-), hordeolum (-/-), sclera ikterik (-/-), konjungtiva palpebra anemis (-/-), hiperemis (-/-), pupil isokor, diameter pupil (3/3) mm; reflek cahaya (+/+); lensa (jernih) Hidung: nafas cuping hidung (-); hidung sianosis (-); deviasi septum (-); secret (-/-); perdarahan (-/-); mukosa hidung hiperemis/pucat (-/-). Telinga: deformitas daun telinga (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), sekret (-/-), tuli (-/-). Mulut: bibir kering (-), pucat (-), sianosis (-), lidah kotor dan tremor (-), tepi ujung hiperemis (-), gusi berdarah (-); stomatitis (-), faring hiperemis (-); tonsil tenang, ukuran (T1/T1), Leher: deviasi trachea (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfonodi(-/-). Thoraks Inspeksi: Dinding dada kanan kiri simetris, retraksi supra sternal (-/-), retraksi intercosta(-/-) Paru:Anterior Dextra Sinistra

Inspeksi simetris statis dan dinamis simetris statis dan dinamis

Palapasi vocal fremitus Nvocal fremitus N

Perkusi sonor pada seluruh lapangan parusonor pada seluruh lapangan paru

Auskultasi Suara Dasar : Vesikuler Suara tambahan :Ronkhi (-)Wheezing (-)Suara Dasar : Vesikuler Suara tambahan :Ronkhi (-)Wheezing (-)

Posterior Dextra Sinistra

Inspeksi simetris statis dan dinamis simetris statis dan dinamis

Palapasi vocal fremitus Nvocal fremitus N

Perkusi sonor pada seluruh lapangan parusonor pada seluruh lapangan paru

Auskultasi Suara Dasar : Vesikuler Suara tambahan :Ronkhi (-)Wheezing (-)Suara Dasar : Vesikuler Suara tambahan :Ronkhi (-)Wheezing (-)

Jantung Inspeksi: Ictus cordis tampak pada SIC V, 1cm medial dari linea midclavikularis sinistra Palpasi: Ictus cordis teraba pada SIC V, 1cm medial dari lnea midclavikularis sinistra, diameter ictus 2cm, kuat angkat (+), trill (-) Perkusi: Batas kanan:SIC IV, Linea parasternalis dextra Batas kiri:SIC V, 1 cm medial dari Linea midclavikularis sinistra Batas atas: SIC II, Linea sternalis sinistra Batas pinggang:cekungKesan: konfigurasi jantung dalam batas normal Auskultasi: Suara dasar: S1 S2 murni, reguler, nadi 88x/menit Mitral: M1>M2, reguler Trikuspid: T1>T2, reguler Aorta: A1 75%)21

TOTAL

10

Interpretasi:Skor 7-10=Apendisitis akutSkor 5-6=Curiga apendisitis akutSkor 1-4=Bukan apendisitis akutPasien dengan skor awal 4 sangat tidak mungkin menderita apendisitis dan tidak memerlukan perawatan di rumah sakit kecuali gejalanya memburuk. (Burkitt, Quick, Reed, 2007)

Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan laboratorium darah, biasanya didapati peningkatan jumlah leukosit (sel darah putih). Urinalisa diperlukan untuk menyingkirkan penyakit lainnya berupa peradangan saluran kemih. Pada pasien wanita, pemeriksaan dokter kebidanan dan kandungan diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis kelainan peradangan saluran telur/kista indung telur kanan atau KET (kehamilan diluar kandungan) (Sanyoto, 2007). Pemeriksaan radiologi berupa foto barium usus buntu (Appendicogram) dapat membantu melihat terjadinya sumbatan atau adanya kotoran (skibala) didalam lumen usus buntu. Pemeriksaan USG (Ultrasonografi) dan CT scan bisa membantu dakam menegakkan adanya peradangan akut usus buntu atau penyakit lainnya di daerah rongga panggul (Sanyoto, 2007). Namun dari semua pemeriksaan pembantu ini, yang menentukan diagnosis apendisitis akut adalah pemeriksaan secara klinis. Pemeriksaan CT scan hanya dipakai bila didapat keraguan dalam menegakkan diagnosis. Pada anak-anak dan orang tua penegakan diagnosis apendisitis lebih sulit dan dokter bedah biasanya lebih agresif dalam bertindak (Sanyoto, 2007). Diagnosis Banding Pada keadaan tertentu, beberapa penyakit perlu dipertimbangkan sebagai diagnosis banding, seperti: GastroenteritisPada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare mendahului rasa sakit. Sakit perut lebih ringan dan tidak berbatas tegas. Hiperperistaltis sering ditemukan. Panas dan leukositosis kurang menonjol dibandingkan dengan apendisitis akut. Demam DengueDapat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis. Di sini didapatkan hasil tes positif untuk Rumpel Leede, trombositopenia, dan hematokrit meningkat. Kelainan ovulasiFolikel ovarium yang pecah (ovulasi) mungkin memberikan nyeri perut kanan bawah pada pertengahan siklus menstruasi. Infeksi panggulSalpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis akut. Suhu biasanya lebih tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut bagian bawah perut lebih difus. Kehamilan di luar kandunganHampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak menentu. Jika ada ruptur tuba atau abortus kehamilan di luar rahim dengan pendarahan, akan timbul nyeri yang mendadak difus di daerah pelvis dan mungkin terjadi syok hipovolemik. Kista ovarium terpuntirTimbul nyeri mendadak dengan intensitas yang tinggi dan teraba massa dalam rongga pelvis pada pemeriksaan perut, colok vaginal, atau colok rektal. Endometriosis ovarium eksternaEndometrium di luar rahim akan memberikan keluhan nyeri di tempat endometriosis berada, dan darah menstruasi terkumpul di tempat itu karena tidak ada jalan keluar. Urolitiasis pielum/ ureter kananAdanya riwayat kolik dari pinggang ke perut menjalar ke inguinal kanan merupakan gambaran yang khas. Eritrosituria sering ditemukan. Penyakit saluran cerna lainnyaPenyakit lain yang perlu diperhatikan adalah peradangan di perut, seperti divertikulitis Meckel, perforasi tukak duodenum atau lambung, kolesistitis akut, pankreatitis, divertikulitis kolon, obstruksi usus awal, perforasi kolon, demam tifoid abdominalis, karsinoid, dan mukokel apendiks.(Sjamsuhidajat, De Jong, 2004) Pengobatan Pengobatan tunggal yang terbaik untuk usus buntu yang sudah meradang/apendisitis akut adalah dengan jalan membuang penyebabnya (operasi appendektomi). Pasien biasanya telah dipersiapkan dengan puasa antara 4 sampai 6 jam sebelum operasi dan dilakukan pemasangan cairan infus agar tidak terjadi dehidrasi. Pembiusan akan dilakukan oleh dokter ahli anastesi dengan pembiusan umum atau spinal/lumbal. Pada umumnya, teknik konvensional operasi pengangkatan usus buntu dengan cara irisan pada kulit perut kanan bawah di atas daerah apendiks (Sanyoto, 2007). Perbaikan keadaan umum dengan infus, pemberian antibiotik untuk kuman gram negatif dan positif serta kuman anaerob, dan pemasangan pipa nasogastrik perlu dilakukan sebelum pembedahan (Sjamsuhidajat, De Jong, 2004). Alternatif lain operasi pengangkatan usus buntu yaitu dengan cara bedah laparoskopi. Operasi ini dilakukan dengan bantuan video camera yang dimasukkan ke dalam rongga perut sehingga jelas dapat melihat dan melakukan appendektomi dan juga dapat memeriksa organ-organ di dalam perut lebih lengkap selain apendiks. Keuntungan bedah laparoskopi ini selain yang disebut diatas, yaitu luka operasi lebih kecil, biasanya antara satu dan setengah sentimeter sehingga secara kosmetik lebih baik (Sanyoto, 2007). Komplikasi Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah perforasi, baik berupa perforasi bebas maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami perdindingan sehingga berupa massa yang terdiri atas kumpulan apendiks, sekum, dan letak usus halus (Sjamsuhidajat, De Jong, 2004). Komplikasi usus buntu juga dapat meliputi infeksi luka, perlengketan, obstruksi usus, abses abdomen/pelvis, dan jarang sekali dapat menimbulkan kematian (Craig, 2011). Selain itu, terdapat komplikasi akibat tidakan operatif. Kebanyakan komplikasi yang mengikuti apendisektomi adalah komplikasi prosedur intra- abdomen dan ditemukan di tempat-tempat yang sesuai, seperti: infeksi luka, abses residual, sumbatan usus akut, ileus paralitik, fistula tinja eksternal, fistula tinja internal, dan perdarahan dari mesenterium apendiks (Bailey, 1992). Prognosis Kebanyakan pasien setelah operasi appendektomi sembuh spontan tanpa penyulit, namun komplikasi dapat terjadi apabila pengobatan tertunda atau telah terjadi peritonitis/peradangan di dalam rongga perut. Cepat dan lambatnya penyembuhan setelah operasi usus buntu tergantung dari usia pasien, kondisi, keadaan umum pasien, penyakit penyerta misalnya diabetes mellitus, komplikasi dan keadaan lainya yang biasanya sembuh antara 10 sampai 28 hari (Sanyoto, 2007). Alasan adanya kemungkinan ancaman jiwa dikarenakan peritonitis di dalam rongga perut ini menyebabkan operasi usus buntu akut/emergensi perlu dilakukan secepatnya. Kematian pasien dan komplikasi hebat jarang terjadi karena usus buntu akut. Namun hal ini bisa terjadi bila peritonitis dibiarkan dan tidak diobati secara benar (Sanyoto, 2007).