14- ISI.docx
-
Upload
didik-abdul-rahman -
Category
Documents
-
view
281 -
download
3
Transcript of 14- ISI.docx
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengertian sehat menurut WHO (World Health Organization), yaitu
kesehatan adalah keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani) dan
sosial dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat, dan
kelemahan (Daldiyono,2006:11-12). Pengertian tersebut sejalan dengan
pengertian sehat menurut UU kesehatan RI No. 36 tahun 2009, Bab I Pasal 1
adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Masih banyak jenis penyakit yang dapat mengganggu kesehatan, terutama
penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme yaitu bakteri, jamur, virus, atau
parasit.
Penyakit yang sering sekali menyerang wanita dan disebabkan oleh jamur
adalah keputihan. Keputihan atau Flour albus merupakan sekresi vaginatal
abnormal pada wanita. Keputihan yang disebabkan oleh infeksi biasanya disertai
dengan rasa gatal di dalam vagina dan disekitar bibir vagina bagian luar kerap
pula disertai bau busuk, dan menimbulkan rasa nyeri sewaktu berkemih.
Keputihan dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti infeksi mikroorganisme
yaitu bakteri, jamur, virus atau parasit. Salah satu infeksi jamur yang
menyebabkan keputihan adalah Candida albicans.(Shadine,2009:1-3)
Candida albicans dianggap spesies terpatogen dan menjadi penyebab
utama kandidiasis. Jamur ini tidak terdapat di alam bebas, tetapi dapat tumbuh
2
sebagai saproba pada berbagai alat tubuh manusia, terutama yang mempunyai
hubungan dengan dunia luar. Kandidiasis mempuyai gambaran klinik dengan
variasi yang sangat luas, bergantung pada alat yang terkena, bersifat akut atau
menahun. Kelainan dapat berupa rangsangan setempat, reaksi alergi, granuloma,
atau nekrosis, baik mengenai satu alat ataupun sistemik. Dapat tampak kelainan
pada kulit, kuku, selaput lendir atau alat-alat dalam. Kandidiasis dapat di temukan
pada semua umur, pria dan wanita, dan mempunyai penyebaran di seluruh dunia.
(suprihatin,1982:6-10)
Pengobatan kandidiasis hanya dilakukan dengan mengendalikan
pertumbuhan jamur, yaitu dengan cara lokal atau sistemik. Pengobatan lokal
diberikan pada tempat infeksi sedangkan pengobatan sistemik dapat
mempengaruhi seluruh tubuh. Obat yang dipakai untuk memerangi kandida
adalah obat anti jamur. Hampir semua namanya diakhiri dengan “-azol”, misalnya
klotrimazol, nistanin, flokonazol, dan intrakonazol.(Iswati,2010:171) Selain
dengan cara medis, keputihan pun dapat diobati dengan pengobatan herbal.
(Shadine,2009:30) Pengobatan Herbal adalah pengobatan yang menggunakan
semua bahan alami yang mengandung zat-zat atau bahan-bahan yang bersifat
terapi atau penyembuhan. (Suparni dan wulandari,2012:1) Pengobatan herbal
dapat di peroleh secara tradisional dan modern.
Berdasarkan Permenkes RI nomor 006 tahun 2012 Bab 1 pasal 1 Obat
Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan-bahan tersebut,
yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan dan dapat di
terapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Sedangkan Obat
3
modern adalah obat yang dibuat dengan menggunakan teknologi mesin. Obat
jenis ini biasanya diproduksi di perusahaan-perusahaan farmasi dengan bahan
kimia dan mempunyai satu keunggulan dibandingkan dengan obat tradisional,
yakni lebih steril dan lebih terjaga kebersihannya.
(anneahira.2011 http://www.anneahira.com/obat-modern.html)
Sirih hijau (Piper betle L) adalah nama sejenis tumbuhan merambat yang
bersandar pada batang pohon lain. Tanaman merambat ini tingginya bisa
mencapai 15 meter, daunnya yang tunggal berbentuk jantung, berwarna hijau, dan
berujung runcing. (Agoes, 2010:109) Ciri daun sirih hijau daun ketiga dari pucuk
(umur fisiologis muda), daun keenam dari pucuk (umur fisiologis sedang), dan
daun kedelapan dari pucuk (umur fisiologis tua). (Muthoharoh. 2011 http://karya-
ilmiah.um.ac.id/index.php/biologi/article/view/16789)
Daun sirih hijau (Piper betle L.) mengandung Eugenol yang memiliki sifat
anti fungal. Dengan sifat anti fungal ini, daun sirih dapat digunakan untuk
menghambat tumbuh dan berkembangnya yeast (sel tunas) dari Candida albicans.
(Daun sirih. 2013 http://daun-sirih.blogspot.com/2013/08/manfaat-daun-
sirih.html) Manfaat daun sirih hijau diantaranya mengobati gigi dan gusi bengkak,
mengobati demam berdarah, obat batuk, obat mata, obat sakit jantung, obat asma,
serta obat bagi penyembuhan keputihan. (Elshabrina, 2013)
Melihat kemampuan daun sirih hijau untuk mengatasi keputihan, sekarang
diproduksi berbagai macam produk kewanitaan untuk mengatasi keputihan
berbahan baku daun sirih hijau. Antara lain merek R sabun sirih adalah produk
sabun cair yang menggunakan formulasi ekstrak daun sirih hijau. Produsen merek
R sabun sirih mengklaim bahwa sabun sirih ini mampu menjaga keharuman alami
4
dan kebersihan vagina agar terhindar dari kuman. (Moeljanto dan
mulyono,2003:14)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Maytasari,2010)
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Fakultas Kedokteran tentang Perbedaan
Efek Antifungi Minyak Atsiri Daun Sirih Hijau, Minyak Atsiri Daun Sirih Merah
dan Resik-V Sabun Sirih Terhadap Pertumbuhan Candida albicans, didapatkan
minyak atsiri daun sirih hijau konsentrasi 10% yang menghasilkan rerata diameter
zona hambat sebesar 33,67 mm sudah sensitive terhadap Candida albicans,
sedangkan minyak atsiri daun sirih merah 10% dan 15% memiliki hasil resistent,
minyak atsiri daun sirih merah 20% dan 25% memiliki hasil intermediate serta
Resik-V memiliki hasil intermediate dibandingkan dengan antibiotik flukonazol
yang sensitive terhadap Candida albicans bila diameter zona hambat yang
dihasilkan ≥19 mm. Maka penulis ingin melakukan penelitian perbandingan
efektivitas air perasan daun sirih hijau (Piper betle L) dengan obat herbal daun
sirih hijau (Piper betle L) kemasan terhadap pertumbuhan jamur Candida
albicans.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Berapakah konsentrasi efektif dari air perasan daun sirih hijau
(Piper betle L) yang dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida
albicans ?
2. Berapakah konsentrasi efektif dari sabuh cair sirih kemasan yang dapat
menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans ?
5
3. Berapakah perbandingan efektivitas antara air perasan daun sirih hijau
(Piper betle L) dengan sabun cair sirih kemasan terhadap pertumbuhan
jamur Candida albicans ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui konsentrasi efektif dari air perasan daun sirih hijau (Piper
betle L) yang dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans.
2. Mengetahui konsentrasi efektif dari sabun cair sirih kemasan yang dapat
menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans.
3. Mengetahui perbandingan efektivitas antara air perasan daun sirih hijau
(Piper betle L) dengan sabun cair sirih kemasan terhadap pertumbuhan
jamur Candida albicans.
D. Manfaat Penelitian
Memberika informasi kepada pembaca tentang perbandingan efektifitas
antara air perasan daun sirih hijau (Piper betle L) dengan sabun cair sirih
kemasan terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dalam lingkup bidang keilmuan kimia atau toksikologi,
dengan objek penelitian bidang mikologi yang bersifat eksperimental dengan air
perasan daun sirih hijau (Piper betle L) dan sabun cair sirih kemasan sebagai
variabel bebas dan pertumbuhan jamur Candida albicans sebagai variabel terikat.
Subjek penelitian adalah air perasan daun sirih hijau (Piper betle L) dan sabun
cair sirih kemasan untuk menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans.
Daun sirih didapat dari daun kedelapan dari pucuk (umur fisiologis tua),
berwarna hijau tua, berbentuk jantung, dan berujung runcing. Sabun cair sirih
6
kemasan didapat dari salah satu merek sabun cair sirih kemasan yang beredar di
pasaran, berbentuk cair dan mengandung ekstrak daun sirih hijau. Air perasan dan
sabun cair sirih kemasan dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, dan 0%
sebagai kontrol negatif, nistatin sebagai kontol positif dengan lima kali
pengulangan. Penelitian ini dilakukan dengan metode difusi dan dilaksanakan di
Laboratorium Mikrobiologi Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Lampung
pada bulan April sampai bulan Mei 2014.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Penelitian
1. Jamur
Jamur adalah mikroorganisme yang termasuk golongan eukariotik dan
tidak termasuk golongan tumbuhan. Jamur berbentuk sel atau benang bercabang
dan mempunyai dinding sel yang sebagian besar terdiri atas kitin dan glukan, dan
sebagian kecil dari selulosa atau kitosan. Gambaran tersebut yang membedakan
jamur dengan sel hewan dan sel tumbuhan. Sel hewan tidak mempunyai dinding
sel, sedangkan sel tumbuhan sebagian besar adalah selulosa. Jamur mempunyai
protoplasma yang mengandung satu atau lebih inti, tidak mempunyai klorofil dan
berkembang biak secara aseksual, seksual atau keduanya.( Sutanto;dkk,2008:307)
Jamur bersifat heterotrofik yaitu organisme yang tidak mempunyai klorofil
sehingga tidak dapat membuat makanan sendiri melalui proses fotosintesis seperti
tanaman. Hidupnya jamur memerlukan zat organik yang berasal dari hewan,
tumbuh-tumbuhan, serangga dan lain-lain, kemudian dengan menggunakan enzim
zat organik tersebut diubah dan dicerna menjadi zat anorganik yang kemudian
diserap oleh jamur sebagai makanannya. (Sutanto;dkk,2008:307)
Berdasarkan bentuk selnya jamur mencakup:
a. Khamir
Khamir, yaitu sel-sel yang berbentuk bulat, lonjong, atau memanjang yang
berkembang biak dengan membentuk tunas dan membentuk koloni yang basah
atau berlendir.
8
b. Kapang
Terdiri atas sel-sel memanjang dan bercabang yang disebut hifa. Hifa
tersebut dapat bersekat sehingga terbagi menjadi banyak sel, atau tidak bersekat
dan disebut hifa sensorik (coenocytic).
Hifa dapat bersifat sebagai:
1) Hifa vegetatif, yaitu berfungsi mengambil makanan untuk
pertumbuhan.
2) Hifa reproduktif, yaitu membentuk spora.
3) Hifa udara, yaitu yang berfungsi mengambil oksigen.
(Sutanto;dkk,2008:308)
Spora pada jamur dapat dibentuk secara aseksual dan seksual.
a. Spora aseksual disebut talospora, yaitu spora yang langsung dibentuk
dari hifa reproduktif. Spora yang termasuk talospora ialah:
1) Blastospora
Blastospora, yaitu spora yang berbentuk tunas pada permukaan sel,
ujung hifa semu atau pada sekat (septum) hifa semu.
2) Artrospora
Artrospora yaitu spora yang dibentuk langsung dari hifa dengan
banyak septum yang kemudian mengadakan fragmentasi sehingga
hifa tersebut terbagi menjadi banyak artrospora yang berdinding
tebal.
3) Klamidospora
Klamidospora yaitu spora yang dibentuk pada hifa diujung, di tengah
atau menonjol ke lateral, dan disebut klamidospora terminal,
9
interkaler, dan lateral. Diameter klamidospora tersebut lebih lebar
dari hifa yang berdinding tebal.
4) Aleuriospora
Aleuriospora yaitu spora yang dibentuk pada ujung atau sisi dari hifa
khusus yang disebut konidiofora. Aleuriospora ini uniseluler dan
kecil, disebut mikrokonidia (mikro aleuriospora), atau multiseluler,
besar atau panjang, disebut makrokonidia (makro aleuriospora).
5) Sporangiospora
Sporangiospora yaitu spora yang dibentuk di dalam ujung hifa yang
menggelembung, disebut sporangium.
6) Konidia
Konidia yaitu spora yang dibentuk di ujung sterigma bentuk fialid.
Sterigma dibentuk diatas konidiofora. Konidia membentuk susunan
seperti rantai.
a. Spora seksual dibentuk dari fusi dua sel atau hifa. Termasuk golongan
sepora seksual ialah:
1) Zigospora
Zigospora yaitu spora yang dibentuk dari fusi (penggabungan) dua
hifa yang sejenis membentuk zigot dan didalam zigot terbentuk
zigospora.
2) Oospora
Oospora yaitu spora yang dibentuk dari fusi dua hifa yang tidak
sejenis (anteridium dan oogonium)
10
3) Askospora
Askospora yaitu spora yang dibentuk di dalam askus sebagai hasil
penggabungan (fusi) dua sel atau dua jenis hifa.
4) Basidiospora
Basidiospora yaitu spora yang dibentuk pada basidium sebagai hasil
penggabungan dua jenis hifa. (Sutanto;dkk,2008:308-309)
a. Candida albibicans
1) Taksonomi
Candida adalah organisme komensal dan flora normal, yang berperan
dalam keseimbangan mikroorganisme di dalam tubuh kita, serta dapat ditemukan
dalam traktus intestinal, kulit dan traktus genito-urinaria. Mikroorganisme ini
paling sering menyebabkan infeksi jamur oportunistik di dunia. Candida juga
merupakan koloni yang paling sering ditemukan pada kulit dan mukosa manusia.
(Hardjoeno;dkk,2007:228)
Menurut lodder, 1970, taksonomi Candida ialah sebagai berikut :
Fungi imperfecti atau Deuteromycota
Famili : Cryptococcaceae
Sub famili : Candidoidea
Genus : Candida
Spesies pada manusia : Candida albicans
Candida stellatoidea
Candida tropicalis
Candida pseudotropicalis
Candida krusei
11
Candida parapsilosis
Candida guilliermondii (Suprihatin,1982:4)
Penyebab terbanyak kandidosis atau kandidiasis adalah Candida albicans,
spesies dengan patogenitas paling tinggi. Candida dikenal sebagai jamur di
morfik karena mampu membentuk sel ragi dan hifa semu. Sel ragi atau
blastospora/blastokonidia merupakan sel bulat atau oval dengan atau tanpa tunas.
Hifa semu terbentuk dengan cara elongasi sel ragi yang membentuk rantai yang
rapuh. (Sutanto;dkk, 2008:356)
2) Morfologi Jamur Candida
Gambar 1. Morfologi Candida albicans(Sumber:STI-Biotechnologies,2013
http://biotechnologie.ac-montpellier.fr/spip.php?article17)
Sel jamur Candida berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong, dengan
ukuran 2 – 5µ x 3 - 6µ hingga 2 – 5,5µ x 5 – 28,5µ, bergantung pada umurnya.
Koloninya pada medium padat sedikit menimbul dari permukaan medium, dengan
permukaan halus, licin atau belipat-lipat, berwarna putih kekuningan dan berbau
ragi. Besar koloni bergantung pada umur. Pada tepi koloni dapat dilihat hifa semu
sebagai benang-benang halus yang masuk ke dalam medium. Pada medium cair
jamur biasanya tumbuh pada dasar tabung. C. tropicalis membentuk gumpalan-
12
gumpalan kasar yang mengapung di dalam medium cair, sedang C. Krusei
tumbuh dengan membentuk selaput tipis pada permukaannya. (Suprihatin;dkk,
1982:4-5)
3) Patogenitas Jamur Candida
Jamur Candida dapat hidup sebagai saprofit atau sebaiknya disebut
saproba, tanpa menyebabkan suatu kelainan apapun di dalam berbagai alat tubuh
baik manusia maupun hewan. Pada keadaan tertentu maka sifat jamur dapat
berubah menjadi patogen dan menyebabkan penyakit yang disebut kandidiasis
(Candidiasis) atau kandidosis (Candidosis). C. albicans dianggap spesies
terpatogen dan menjadi etiologi terbanyak kandidiasis, tetapi spesies yang lain ada
juga yang dapat menyebabkan penyakit bahkan ada yang berakhir fatal.
(Suprihatin;dkk, 1982:5)
b. Kandidiasis
Kandidiasis adalah infeksi primer atau sekunder oleh genus Candida yang
terutama adalah Candida albicans. Manifestasi klinisnya sangat bervariasi dari
akut, subakut dan kronis ke episodik. Kelainan dapat lokal di mulut, tenggorokan,
kulit, kepala, vagina, jari-jari tangan, kuku, bronkhi, paru atau saluran pencernaan
atau menjadi sistemik misalnya septisemia, endokarditis dan meningitis.
(Budimulja;dkk, 2001:67)
1) Klasifikasi dan Gambaran Klinis
Berbagai jenis kandidiasis mempunyai ciri khas yang bergantung pada
alat-alat yang terkena. Conant (1971) membagi kandidiasis sebagai berikut :
13
a) Kandidiasis selaput lendir, meliputi:
(1) Kandidiasis oral
Kadidiasis oral disebut juga “Oral trush”, memberikan gambaran klinis
berupa stomatitis akut. Pada selaput lendir mulut tampak bercak-bercak putih
kekuningan yang timbul dari dasar selaput lendir yang merah yang disebut
membran palsu. Membran palsu ini dapat meluas sampai menutupi lidah dan
palatum mole. Lesi-lesi ini dapatjuga terlepas dari selaput ledir sehingga dasarnya
tampak merah dan mudah berdarah.( Siregar, 2004:46-47)
(2) Perlece
Kelainan tampak pada kedua sudut mulut, yang terjadi perlunakan kulit
yang mengalamierosi. Dasarmya merah dan bibir menjadi pecah-pecah, kemudian
tejadi fisura pada kedua sudut mulut. (Siregar,2004:49)
(3) Kandidiasis vaginitis dan vulvovaginitis
Vaginitis karena kandida selalu disertai oleh vulvovaginitis. Hal ini
disebabkan terjadi kontak langsung dari sekret-sekret vagina yang mengalami
infeksi sehingga daerah vulva ikut mengalami infeksi. Pada mukosa vagina
terlihat adanya bercak putih kekuningan, meninggi dari permukaan, yang disebut
vaginal trush.(Siregar, 2004:49)
(4) Kandidiasis balanitis dan balanoptisis
Sering terjadi pada pria yang tidak dikhitan, di mana glans penis tertutup
terus oleh preputium. Balanitis tampak berupa bercak-bercak eritema dan erosi
pada glan penis dan sering disertai dengan pustulasi.(Siregar,2004:50)
14
(5) Kandidiasis mukokutan kronis
Biasanya banyak ditemukan pada anak-anak dan penderita yang
mengalami bermacam-macam defisiensi. Kelainan-kelainan yang timbul berupa
bercak-bercak merah pada daerah-daerah mukokutan, erosi, dan pada perasaan
timbul rasa panas dan gatal.(Siregar,2004:50)
b) Kandidiasis kutis, meliputi:
(1) Kandidiasis intertriginosa
Merupakan kandidiasis terbanyak pada orang dewasa. Mengenai lipatan
kulit, pada lipatan paha sering merupakan perluasan dari infeksipada vulva dan
vagina. Lesi pada penyakit yang akut, mula-mula kecil kemudian meluas,berupa
makula eritem, batas tegas, pada bagian tepi kadang-kadang tampak papul dan
skuama, serta sering terjadi erosi/basah, yang berasal dari vasikel yang pecah. Di
sekelilingnya terdapat lesi-lesi satelit berupa vesikel atau pustul yang kecil.
(Budimulja;dkk,2001:58)
(2) Kandidiasis generalisata
Penyakit ditemukan pada penderita dengan kondisi sistemik yang buruk,
seperti pada dibetes, penderita dengan defek ektodermal dan debil, atau dapat juga
pada orang yang berdiam lama dalam air sehingga penyakitnya disebut water-bath
dermatitis, menggunakan pakaian basah atau menggunakan semacam krim pada
seluruh tubuh dengan oklusi. Lesi eritem, menyerupai dermatitis, bisa terdapat
vesikel, atau pustula pada daerah yang luas.(Budimulja;dkk,2001:59)
(3) Paronikia
Merupakan kandidiasis yang banyak ditemukan, terutama pada wanita
yang sering kontak dengan air. Yang sering terkena adalah jari tangan keempat
15
dan kelima. Ditandai dengan edem kemerahan pada tepi kuku yang terasa nyeri,
menyerupai paronikia oleh bakteri, dan bila dilakukan penekanan kadang-kadang
keluar eksudat seperti krim.(Budimulja;dkk,2001:59)
(4) Granuloma kandidiasis
Kebanyakan penderitanya adalah anak-anak. Lesi umumnya mengenai
wajah namun dapat juga timbul pada kulit kepala berambut (skalp),jari tangan,
badan, kaki, dan faring. Kelainan berupa papul hiperkeratotik yang ditutupi
dengan krusta tebal kuning kecoklatan (granuloma). Kadang-kadang lesi tumbuh
menonjol sampai 2 cm menyerupai tanduk.
( Budimulja;dkk,2001:60)
c) Kandidiasis sistemik
Kandidemia dapat disebabkan oleh kateter yang terpsang terus-menerus,
pembedahan, penyalahgunaan obat intravena, aspirasi, atau kerusakan pada kulit
atau saluran cerna.(jawetz,melnick,dan adelberg,2007:659)
2) Obat-obat Antikandida
a) Nistatin
Nistatin adalah suatu antimikotik golongan polien, yang telah diisolasi dari
Streptomyces naursei pada tahun 1949 dan bersifat fungidal. Sebagai obat pertama
yang dipasarkan, maka nistatin paling banyak dipakai dan dianggap obat pilihan
untuk kandidia.(Irianto,2013:75)
b) Mikonazol (Daktarin)
Mikonazol (Daktarin) berkhasiat terhadap kandida, dermatofita, serta
berbagai bakteri gram positif. Daya kerjanya adalah dengan mengadakan
disintegrasi jamur.(Irianto,2013:75)
16
c) Klotrinazol (Canesten)
Klotrinazon (Canesten) bersifat fungistatik pada dosis tinggi. Daya
kerjanya berdasarkan kemampuannya untuk menghalangi terbentuknya asam
amoni esensial jamur, terutama pada dermatofita dan kandida di samping jamur-
jamur lainnya.(Irianto,2013:75)
d) Ekonazol
Ekonazol merupakan suatu derivat imidazol yang mempunyai struktur
mirip mikonazol. Daya kerjanya terhadap kandida menyebabkan perubahan
permeabilitas dinding sel, penetrasi obat ini ke dalam sel kandida menghambat
sintesa asam ribonukleat dan protein, selanjutnya metabolisme lemak pun
dipengaruhi dan akhirnya reaksi ini mengakibatkan rusaknya sistem membran
intrasitoplasmik dan mengakibatkan pengendapan lemak yang terdiri dari hasil
akhir metabolisme di dalam mitokondria.(Irianto,2013:75)
3) Pengukuran Aktivitas Antimikroba
Cara untuk pengukuran aktivitas antimikroba dapat dilakukan dengan dua
metode, yaitu:
a) Metode dilusi
Sejumlah zat antimikroba dimasukkan ke dalam medium padat atau cair.
Biasanya digunakan pengenceran dua kali lipat zat antimikroba. Medium akhirnya
diinokulasi dengan organisme yang di uji dan diinkubasi. Tujuan akhirnya untuk
mengetahui seberapa banyak jumlah zat antimikroba yang diperlukan untuk
menghambat pertumbuhan atau membunuh organisme yang di uji.
(Jawetz,melnick,dan adelberg,2007:170)
17
b) Metode difusi
Metode yang paling luas digunakan adalah uji difusi cakram. Cakram
kertas filter yang mengandung sejumlah tertentu obat ditempatkan di atas
permukaan medium padat yang telah diinokulasi pada permukaan dengan
organisme uji. Setelah inkubasi diameter zona jernih inhibisi di sekitar cakram
diukur sebagai ukuran kekuatan inhibisi obat melawan organisme uji tertentu.
(Jawetz,melnick,dan adelberg,2007:170)
2. Daun sirih
a. Morfologi daun sirih
Sirih merupakan tanaman merambat mencapai ketinggian hingga 15 meter
dan mempunyai batang berwarna coklat kehijauan yang beruas-ruas sebagai
tempat keluarnya akar. Helaian daun berbentuk jantung, tumbuh berselang seling,
bertangkai, dan dilengkapi dengan daun pelindung. Bila daun diremas
memberikan aroma sedap. Bunga berupa bulir terdapat di ujung cabang dan
berhadapan dengan daun. Buah buni, berbentuk bulat dan berbulu.
(Mursito,2000:108)
Tanaman sirih bila sudah tumbuh akan merambat pada sebuah pohon yang
tumbuh di sekitarnya atau pada anjang-anjang yang sengaja dibuat orang untuk
merambat pohon sirih tersebut. Daerah tempat tumbuh tanaman sirih yaitu pada
ketinggian 5-700 meter di atas permukaan laut. Pohon sirih banyak ditanam orang
di halaman dekat pohon dadap, randu, dan lain-lain. Tumbuhan ini termasuk
familia atau suku Piperaceae. (Tampubolon,1995:109)
18
b. Nama daerah dari daun sirih
Setiap daerah di Indonesia menyebut sirih sesuai dengan bahasa yang
mereka gunakan. Contohnya, orang Sumatera menyebut sirih dengan sebutan
ranub, blo, sereh, purokawo, belo, ibun, cambai, sireh, suruh, serasa, ifan, taufao;
Jawa: sedah, suruh, seureuh, sere; Nusa Tenggara: base, sedah, nahi, kuta, mota,
taa, mokeh, malu; Kalimantan: uwit, buyu, sirih, uduh sifat, uruisepa; Sulawesi:
gapura, ganjang, baulu, buya, bolu, komba, lalama, sangi, dondili; Maluku: mota,
ani-ani, papek, raunge, nien, rambika, kamu, kakina, bido, garmo, amu; Papua:
afo, nai wadok, mirtan, freedor, dedami, mera, wangi, manaw, reman. (Moeljanto
dan Mulyono,2003:11)
c. Jenis-jenis daun sirih
Daun sirih yang dikenal ada 3 jenis, yaitu sirih merah, sirih hitam dan sirih
hijau. Namun yang paling banyak dikenal dan digunakan dimasyarakat adalah
daun sirih merah dan hijau, yang bisa dibedakan hanya dengan melihat warna
daunnya. Daun sirih pada umumnya banyak ditemui ditanam dipekarangan orang
yang hidup dipedesaan, dimana mereka masih banyak menggunakan obat dari
bahan alami termasuk sirih serta untuk keperluan nyirih. Namun setelah khasiat
sirih diketahui secara ilmiah, kini daun sirih sudah banyak dijadikan sebagai
bahan untuk sabun kesehatan, obat kebersihan kewanitaan, minyak sirih dan lain-
lain. (Yuli, 2013 http://www.carakhasiatmanfaat.com/artikel/khasiat-daun-sirih-
hijau.html )
19
1) Daun sirih hijau (Piper betle Linn)
a) Morfologi daun sirih hijau
Tanaman sirih hijau atau Chavica betle L. Atau pula Piper betle L.
termasuk famili Piperaceae. Daun sirih hijau memang telah secara tradisional
digunakan oleh orang-orang tua kita, ini berarti telah sejak dahulu diketahui
khasiatnya sebagai bahan obat. Daun sirih hijau mempunyai bau yang khas
aromatik, rasanya agak pedas, helai-helai daun berbentuk bulat telur, ada pula
yang bulat telur memanjang. Ujung daun meruncing, sedangkan pangkal daun
berbentuk jantung. Ukuran daun, panjang sekitar 5 cm sampai 18 cm, lebar sekitar
2 cm sampai 20 cm. Warna daun hijau tua, hijau muda agak kekuning-kuningan.
Tempat tumbuh tanaman ini di berbagai daerah di tanah air kita, merambat, dan
banyak pula dipelihara sebagai tanaman pekarangan. (Kartasapoetra,2004:27)
Klasifikasi Daun sirih hijau (Piper betle L.)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Species : Piper betle Linn (Oktavishynta,2013)
20
Gambar 2. Daun sirih hijau (Piper betle L.)(Sumber: Fastmarker.2014 http://fastmarker.com/wp-content/uploads/2014/01/99-
Daun-Sirih.jpg)
Seluruh bagian tanaman sirih hijau mengandung zat aktif yang berefek
merangsang saraf pusat, merangsang daya fikir, merangsang kejang,
meningkatkan gerak, peristaltik, serta meredakan sifat mendengkur. Daun sirih
memiliki efek mencegah ejakulasi prematur, mengurangi sekresi cairan pada liang
vagina, mematiakn jamur Candida albicans, antikejang, antidiare, analgesik,
anestetik, pereda kejang pada otot polos, pengendali gerak, penekan kekebalan
tubuh, dan pelindung hati.(Agoes,2010:110)
b) Zat aktif daun sirih hijau (Piper betle L.)
Secara umum, daun sirih hijau (Piper betle L.) mengandung minyak asitri
hingga 4% (terdiri dari hidroksi kavikol, kavikol, kavibetol, estragol, eugenol,
metil eugenol, karvakrol, terpen, seskuiterpen), tanin, diastase, gula, dan pati.
(Mursito,2000:109)
Eugenol yang memiliki sifat anti fungal. Dengan sifat anti fungal ini, daun
sirih dapat digunakan untuk menghambat tumbuh dan berkembangnya yeast (sel
tunas) dari Candida albicans. Daun sirih juga mengandung zat antiseptik yang
berperan dalam membunuh bakteri. Sifat antiseptik yang dimiliki daun sirih
21
disebabkan dari turunan fenol yaitu kavikol, dimana sifat antiseptiknya lima kali
lebih efektif bila dibandingkan fenol biasa. Selain dari dua sifat diatas, Daun sirih
hijau juga memiliki efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans,
Streptococcus viridans, Streptococcus sanguis, Staphylococcus aureus, dan
Actinomyces viscosus.
(Daun sirih. 2013 http://daun-sirih.blogspot.com/2013/08/manfaat-daun-
sirih.html)
Struktur senyawa fenol dan turunannya dapat dilihat pada gambar 3
Gambar 3. Struktur kimia senyawa fenol dan turunannya(Sumber: Lansida.2010 http://lansida.blogspot.com/2010_07_01_archive.html )
2) Sabun cair sirih kemasan
Sabun cair sirih kemasan memiliki keunggulan yakni terbuat dari ekstrak
daun sirih hijau yang sudah dikenal manfaatnya sejak zaman dahulu sebagai
antiseptik dan antibakteri, pH atau derajat keasaman bersifat netral sehingga aman
digunakan pada setiap saat, mampu memelihara kecantikan kulit dan menjaga
kesehatan kulit, mengatasi masalah keputihan, serta memberikan kesegaran di
sekitar vagina. (Moeljanto dan mulyono,2003:14)
22
a) Zat aktif Sabun cair sirih kemasan
Kandungan dalam sabun cair sirih kemasan yakni ekstrak daun sirih hijau,
triclosan, asam laktat, cocamidopropyl betaine, TEA-lauryl sulfate, polysorbate
20, sodium methylparaben, pengharum, dan air yang telah di murnikan.
Kandungan ekstrak daun sirih hijau inilah yang diklaim berfungsi sebagai
mengatasi keputihan.(Moeljanto dan mulyono,2003:14) Kegunaan kandungan lain
yang terdapat di dalam sabun cair sirih kemasan dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Ticlosan merupakan agen antibakteri dan antifungi yang sering
digunakan dalam sabun antiseptik. (U.S. Food and Drug
Administration,2010: dalam Maytasari,2010)
2) Cocamidopropyl betaine berfungsi sebagai surfaktan sintesis yang
membuat molekul sabun tersuspensi dengan mudah di dalam air.
3) TEA lauryl sulfat adalah deterjen yang umum digunakan dalam bahan
pembersih di berbagai macam produk perawatan. (sepp,2010: dalam
Maytasari,2010)
4) Polisobat 20, dikenal pula sebagai Tween 20, berfungsi sebagai deterjen
dan emulgator bagi obat herbal daun sirih hijau kemasan.
5) Methylparaben memiliki fungsi antiseptik dan sering digunakan sebagai
bahan di produk makanan, sabun pembersih, obat dan kosmetik.
(Huaxin,2007: dalam Maytasari,2010)
b) Pengertian Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
23
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan.(Farmakope Indonesia,1995:7)
Ekstrak daun sirih hijau yang terkandung di dalam obat herbal daun sirih
hijau kemasan adalah sedian pekat yang diperoleh dengan cara mengekstraksi zat
aktif dari daun sirih hijau dengan pelarut yang sesuai, kemudian semua pelarut
diuapkan dan larutan yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi
baku yang telah ditetapkan.
24
B. Kerangka teori
Sumber : (Mursito, 2000)(Daunsirih, 2013 http://daun-sirih.blogspot.com/2013/08/manfaat-daun-sirih.html)(Moeljanto dan mulyono, 2003)
Sebagai anti jamur
Sirih merupakan tanaman merambat, batang berwarna coklat kehijauan yang beruas-ruas, daun berbentuk jantung, bunga berupa
bulir, dan buah berbentuk bulat dan berbulu
Daun sirih hijau (Piper betle L) mengandung senyawa Eugenol
turunan dari senyawa fenol.
Pertumbuhan jamurCadida albicans terhambat
Sabun cair sirih kemasan salah satu kandungannya adalah ekstrak daun sirih, didalam ekstrak daun
sirih mengandung senyawa Eugenol
25
C. Kerangka konsep
D. Definisi operasional
VariabelDefinisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur
Skala ukur
1. variabel bebas
1. Air perasan daun sirih hijau (Piper betle Linn)
Air perasan daun sirih hijau didapat dari daun kedelapan dari pucuk (umur fisiologis tua), berwarna hijau tua, berbentuk jantung, dan berujung rucing.
Blender, kasa steril, labu ukur, pipet volume
Daun sirih diperas, kemudian dibuat seri pengenceran dengan rumusV1 x %1 = V2 x %2
Konsentrasi 0% (Kontrol Negatif), Nistatin (Kontol positif) 10%, 20%, 30%, 40%, 50%
Interval
2. Sabun cair sirih kemasan
Sabun cair sirih kemasan didapat dari salah satu merek obat herbal daun sirih hijau kemasan yang beredar di pasaran, berbentuk cair, dan mengandung ekstrak daun sirih hijau.
Labu ukur, pipet volume
Sabun cair sirih dibuat seri pengenceran dengan rumusV1 x %1 =V2 x %2
Konsentrasi 0% (kontrol Negatif), Nistatin (Kontrol Positif) 10%, 20%, 30%, 40%, 50%
Interval
Air perasan daun sirih hijau (Piper betle Linn)
Pertumbuhan Candida albicans
Sabun Cair Sirih kemasan
26
3. Variabel terikat
Pertumbuhan jamur Candida albicans
Diameter daya hambat dengan adanya zona jernih di sekitar disk yang mengandung air perasan daun sirih hijau dan sabun cair sirih kemasan
Mistar Metode difusi dengan mengukur diameter zona hambat dan dibandingkan dengan kontrol positif antibiotik nistatin dan kontrol negatif disk blank
1. Efektif, jika ada diameter zona hambat disekitar disk ≥ antibiotik
2. Tidak efektif, jika terdapat zona hambat disekitar disk ≤ antibiotik
ordinal
27
BAB III
METODA PENELITIAN
A. Rancangan penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental dengan air perasan daun sirih hijau
(Piper betle L) dan Sabun cair sirih kemasan sebagai variabel bebas dan
pertumbuhan jamur Candida albicans sebagai variabel terikat. Menggunakan
konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, 50% dengan 0% sebagai kontrol negatif dan
nistatin sebagai kontol positif dengan lima kali pengulangan, Pengulangan didapat
dari rumus Federer penentuan pengulanagan untuk uji eksperimental yaitu (T-1)
(n-1) ≥15. Dimana T adalah jumlah perlakuan dan n adalah banyaknya
pengulangan. Menggunakan metode difusi dengan melihat zona hambat terbentuk.
Perhitungan pengulangan:
(T-1) (n-1) ≥ 15
(T-1) (5-1) ≥ 15
4T – 4 ≥ 15
4T ≥ 15 + 4
T ≥ 19/4
T ≥ 4,75
T ≥ 5
B. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah air perasan daun sirih hijau (Piper betle L) dan
sabun cair sirih kemasan untuk menghambat pertumbuhan jamur Candida
albicans. Daun sirih hijau (Piper betle L) didapat dari daun kedelapan dari pucuk
28
(umur fisiologis tua), berwarna hijau tua, berbentuk jantung, dan berujung
runcing. Sabun cair sirih kemasan didapat dari salah satu merek sabun cair sirih
kemasan yang beredar di pasaran, berbentuk cair, dan mengandung ekstrak daun
sirih hijau. Jamur Candida albicans didapatkan dari strain murni jamur Candida
albicans .
C. Lokasi dan waktu penelitian
Tempat penelitian di Laboratorium Mikrobiologi Balai Laboratorium
Kesehatan Provinsi Lampung . Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April
sampai bulan Mei 2014.
D. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengamati ada atau tidaknya
zona hambatan disekitar kertas disk dan dilanjutkan dengan pengukuran diameter
zona hambatan yang terbentuk menggunakan mistar dalam satuan mili meter
dengan lima kali pengulangan pada masing-masing konsentrasi. Hasil yang
diperoleh didokumentasikan dan dicatat kemudian diolah dengan rumus statistika.
F hitung= Kuadrat Tengah perlakuanKuadrat Tengah galat
Mengetahui apakah harga F yang diobservasi atau F hitung itu signifikan
atau tidak pada taraf signifikasi tertentu, F hitung itu perlu dibadingkan dengan
harga kritik F menurut distribusi teoretik F. Harga kritik F ini telah disusun dalam
tabel harga F teoretik atau Ft pada bermacam-macam taraf signifikansi.
(Tjokronegoro,1981:480)
1. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tabung reaksi, rak
tabung, kertas pembungkus, ose, inkubator, autoclave, lampu spritus, petridisk,
29
pipet volume, pipet tetes, disk blank, kapas lidi steril, pinset, timbangan elektrik,
erlenmeyer, oven, blender.
Bahan yang digunakan adalah Aquades, Larutan NaCl 0,85%, Larutan
standar Mac Farland 1, Larutan pembanding (Nistatin), Sabaroud Dextrose Agar
(SDA), Strain murni Candida albicans, dan Larutan uji sabun cair sirih kemasan
konsentrasi 100% diencerkan menjadi konsentrasi 10%,20%, 30%, 40%, 50%.
Dan air perasan daun sirih hijau (Piper betle L) dengan konsentrasi 100%
diencerkan menjadi konsentrasi 10%,20%, 30%, 40%, 50%.
2. Prosedur kerja penelitian
a. Sterilitas
1) Alat yang digunakan dalam penelitian ini dibersihkan dan
dikeringkan terlebih dahulu.
2) Kemudian dibungkus dengan kertas pembungkus.
3) Sterilisasi di oven pada suhu 1600 selama 1 jam
(Soemarno, 2000:11)
b. Pembuatan suspensi jamur Candida albicans
Diambil satu mata ose jamur Candida albicans dibuat suspensi dengan
menambahkan larutan NaCl 0,85% di dalam tabung, sampai didapatkan
kekeruhan yang disesuaikan dengan standar kekeruhan Mac Farland 1. Jika
kurang keruh, suspensi ditambahkan koloni sedangkan jika lebih keruh
ditambahkan NaCl 0,85%. (Soemarno,2000:117)
30
c. Persiapan Larutan Uji
1) Air Perasan Daun sirih hijau (Piper betle L)
Berdasarkan uji pendahuluan yang dilakukan penulis dalam 200 gram
daun sirih hijau didapatkan 100 ml larutan daun sirih hijau. Untuk penelitian ini
penulis menggunakan 200 gram daun sirih hijau, daun sirih hijau dicuci sampai
bersih, kemudian ditiriskan untuk mengurangi kadar air pada daun sirih hijau,
setelah itu daun sirih hijau dipotong kecil-kecil lalu dihaluskan dengan blender.
Saring dengan menggunakan kain kasa steril sampai ampas daun sirih hijau
dengan air perasannya terpisah sehingga diperoleh larutan uji dengan konsentrasi
100% kemudian dibuat seri pengenceran menggunakan aquadest dengan
konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, 50%.
2) Sabun cair sirih kemasan
Sabun cair sirih kemasan yang digunakan berbentuk cair. Konsentrasi
sabun cair tersebut dianggap 100% kemudian dibuat seri pengenceran
menggunakan aquadest dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, 50%.
Konsentrasi 0% digunakan sebagai kontrol negatif dan antibiotik nistatin sebagai
kontrol positif.
3) Uji Daya Hambat
a) Lidi kapas steril dimasukkan ke dalam tabung yang berisi suspensi
jamur yang sudah distandarisasi kekeruhannya. Dibiarkan 5 menit
agar cairan dapat meresap kedalam kapas kemudian diangkat dan
ditekan pada dinding tabung sambil diputar.
31
b) Lidi kapas steril tersebut dipulaskan pada permukaan media
Sabouraud Dextrose Agar (SDA) sampai seluruh permukaan tertutup
rapat dengan pulasan.
c) Sabouraud Dextrose Agar (SDA) didiamkan di atas meja selama 10
menit sehingga suspensi jamur menyerap ke dalam agar.
d) Disk direndam dengan larutan uji selama 15 menit pada konsentrasi
10%, 20%, 30%, 40%, 50%. Setelah 15 menit, disk diambil dengan
pinset steril dan ditempelkan di atas media Sabouraud Dextrose Agar
(SDA) yang telah dilakukan pemulasan suspensi jamur dan diberi
jarak 15 mm antar disk.
e) Konsentrasi 0% sebagai kontrol negatif dan nistatin sebagai kontrol
positif diambil dengan pinset steril dan diletakkan di atas media
Sabouraud Dextrose Agar (SDA)
f) Media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) yang sudah ada disk obat
diinkubasi pada suhu 370C selama 2 x 24 jam.
g) Ada atau tidaknya zona hambatan yang terbentuk di sekitar kertas
disk diamati, diukur dan dicatat diameternya.
(Soemarno,2000:117-118)
32
3. Alur Penelitian
Hasil
Pengolahan data
Pengumpulan data hasil percobaan
Penempelan kertas disk pada Sabouraud Dextrose Agar (SDA) yang telah dipulas dengan suspensi jamur
Pemulasan pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA)
Pembuatan suspensi jamur Candida albicans yang setara dengan Mc
Farland 1
Disk kosong direndam dalam larutan uji
Masing-masing dibuat konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%
Pembuatan Larutan Uji1. Air Perasan Daun sirih
hijau (Piper betle L)2. Sabun cair sirih kemasan
Persiapan Sampel dan Alat
Penelusuran Pustaka
33
E. Pengolahan Dan Analisa Data
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel (Pada, Lampiran 6)
kemudian diolah menggunakan uji ANOVA (analysis of varians).
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Setelah dilakukan efektivitas air perasan daun sirih hijau (Piper betle L)
dengan sabun cair sirih kemasan terhadap pertumbuhan Candida albicans
didapatkan hasil bahwa pada konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% air
perasan daun sirih hijau dan sabun cair sirih kemasan tidak dapat menghambat
pertumbuhan jamur Candida albicans yang ditandai dengan tidak adanya zona
hambatan disekitar disk, dari hasil tersebut kemudian dijumlahkan dan dihitung
rata-rata pada kontrol positif seperti tabel dibawah ini:
Tabel 2Diameter zona hambat air perasan daun sirih hijau (Piper betle L) terhadap
jamur Candida albicans
Pengulangan Diameter zona hambat air perasan daun sirih hijau (mm) dalam berbagai konsentrasi
Kontrol
10% 20% 30% 40% 50% Positif Negatif1 0 0 0 0 0 13,43 02 0 0 0 0 0 13,48 03 0 0 0 0 0 13,48 04 0 0 0 0 0 13,45 05 0 0 0 0 0 13,47 0
Jumlah 0 0 0 0 0 67,31 0Rata-Rata 0 0 0 0 0 13,46 0
Tabel 3Diameter zona hambat sabun cair sirih kemasan terhadap
jamur Candida albicans
Pengulangan Diameter zona hambat sabun cair sirih kemasan (mm) dalam berbagai konsentrasi
Kontrol
10% 20% 30% 40% 50% Positif Negatif1 0 0 0 0 0 13,43 02 0 0 0 0 0 13,48 03 0 0 0 0 0 13,48 04 0 0 0 0 0 13,45 0
35
5 0 0 0 0 0 13,47 0Jumlah 0 0 0 0 0 67,31 0
Rata-Rata 0 0 0 0 0 13,46 0
Keterangan : Kontrol positif (+) Nistatin
Konrol negatif (-) Disk Blank
B. Pembahasan
Dari hasil penelitian efektivitas menunjukkan bahwa air perasan daun sirih
hijau (Piper betle L) dan sabun cair sirih kemasan tidak mampu menghambat
pertumbuhan jamur Candida albicans pada konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%,
dan 50%. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya zona hambat pada konsentrasi
10%, 20%, 30%,40%, dan 50%.
Menurut Mursito (2000:109) daun sirih hijau (Piper betle L.) mengandung
minyak asitri hingga 4% (terdiri dari hidroksi kavikol, kavikol, kavibetol, estragol,
eugenol, metil eugenol, karvakrol, terpen, seskuiterpen), tanin, diastase, gula, dan
pati. Menurut Moeljanto dan mulyono (2003:14) di dalam sabun cair sirih
kemasan mengandung ekstrak daun sirih hijau, triclosan, asam laktat,
cocamidopropyl betaine, TEA-lauryl sulfate, polysorbate 20, sodium
methylparaben, pengharum, dan air yang telah dimurnikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Maytasari (2010) tentang Perbedaan Efek
Antifungi Minyak Atsiri Daun Sirih Hijau, Minyak Atsiri Daun Sirih Merah dan
Resik-V Sabun Sirih Terhadap Pertumbuhan Candida albicans, didapatkan
minyak atsiri daun sirih hijau konsentrasi 10% sudah sensitive (Mampu
menghambat) terhadap Candida albicans, sedangkan minyak atsiri daun sirih
merah 10% dan 15% memiliki hasil resistent (Tidak mampu menghambat),
minyak atsiri daun sirih merah 20% dan 25% memiliki hasil intermediate (Mampu
36
menghambat sebagian) serta Resik-V memiliki hasil intermediate (Mampu
menghambat sebagian) terhadap Candida albicans.
Hasil dari penelitian sebelumnya tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis, Hal ini terjadi kemungkinan disebabkan Eugenol yang
memiliki sifat anti jamur didalam daun sirih hijau (Piper betle L) dengan cara
perasan hanya sedikit yang terambil sehingga belum mampu menghambat
pertumbuhan Candida albicans. Sedangkan pada penelitian Maytasari (2010)
metode yang digunakan untuk mendapatkan minyak atsirih yang terdapat didalam
daun sirih sebagai anti jamur adalah metode destilasi. Menurut Ibrahim dan
Sitorus (2013) destilasi adalah metode pemisahan yang didasarkan karena adanya
perbedaan titik didih antara komponen-komponen yang akan dipisahkan. Secara
teoritis bila perbedaan titik didih antara komponen makin besar maka pemisahan
dengan cara destilasi akan berlangsung makin baik yaitu hasil yang diperoleh
makin murni. Sehingga pada penelitian sebelumnya daun sirih mampu
menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans karena zat yang dibutuhkan
sebagai anti jamur di dalam daun sirih diperoleh secara murni tanpa tambahan zat-
zat lainnya.
Tidak adanya zona hambat pada sabun cair sirih kemasan disebabkan
karena tidak diketahuinya konsentrasi ekstrak daun sirih hijau yang terkandung di
dalam sabun cair sirih kemasan sebagai anti jamur sehingga dengan pengenceran
konsentrasi 10%-50% zat yang digunakan sebagai anti jamur telah mengalami
pengenceran sehingga zat tersebut tidak bekerja secara maksimal. Dalam
penggunaannya di masyarakat, sabun cair sirih kemasan tidak dilakukan
pengenceran sebelum digunakan.
37
Tidak adanya zona hambat pada air perasan daun sirih hijau (Piper betle L)
dan sabun cair sirih kemasan kemungkinan disebabkan karena konsentrasi yang
digunakan hanya 10%-50%. Pada konsentrasi 10%-50% zat yang digunakan
sebagai anti jamur telah mengalami pengenceran. Menurut Chang (2004),
Pengenceran adalah proses penambahan pelarut kedalam suatu larutan, yang akan
mengurangi konsentrasi (molaritas) larutan tanpa mengubah jumlah mol total zat
terlarut yang terdapat di dalam larutan. Dengan konsentrasi 10%-50% zat yang
dibutuhkan telah mengalami pengenceran yang sangat tinggi sehingga zat tersebut
tidak bekerja secara efektif.
Tidak adanya zona hambat dapat dikarenakan pula pada saat perendaman
disk obat pada larutan uji selama 15 menit, larutan uji belum terserap secara
maksimal kedalam disk obat sehingga disk obat dari hasil perendaman belum
mampu menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans, Sedangkan pada
penelitian Maytasari (2010) metode yang digunakan adalah sumuran. Menurut
Haryadi;dkk (2012) metode sumuran adalah pada media agar ditambahkan
suspensi bakteri, kemudian dibuat lubang dan ditetesi antibiotic. Dengan metode
sumuran zat yang digunakan sebagai anti jamur langsung bereaksi dengan jamur
yang telah ditanam di dalam media sehingga dengan metode sumuran zat tersebut
bekerja secara efektif untuk menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans.
38
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Air perasan daun sirih hijau (Piper betle L.) dengan konsentrasi 10%, 20%,
30%, 40%, dan 50% tidak menghambat pertumbuhan jamur Candida
albicans, dan tidak terdapat konsentrasi efektif dalam menghambat
pertumbuhan jamur Candida albicans.
2. Sabun cair sirih kemasan dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, dan
50% tidak menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans, dan tidak
terdapat konsentrasi efektif dalam menghambat pertumbuhan jamur
Candida albicans.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dari zat antijamur yang terdapat di
dalam daun sirih hijau. Untuk mendapatkan zat antijamur yang terdapat di
dalam daun sirih hijau (Piper betle L.) untuk menghambat pertumbuhan
jamur Candida albicans menggunakan metode lain selain perasan dan
destilasi seperti ekstraksi.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut efektivitas air perasan daun sirih
hijau (Piper betle L.) dengan sabun cair sirih kemasan terhadap
pertumbuhan Candida albicans dengan konsentrasi lebih tinggi dari 50%
dan dengan menggunakan metode difusi