Post on 09-Mar-2019
i
UPAYA MENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN
SOAL CERITA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DENGAN METODE PROBLEM SOLVING
SISWA KELAS IV
(PTK ini di SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Laweyan Surakarta)
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh:
FITRI LASTINI
NIM. K7106024
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul:
Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita dalam
Pembelajaran Matematika dengan Metode Problem Solving Siswa Kelas IV (PTK ini
di SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Laweyan Surakarta)
Oleh :
NAMA : Fitri Lastini
NIM : K7106024
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Prodi PGSD
Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Hari :
Tanggal :
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II Drs. Usada, M.Pd. Dra. Rukayah, M.Hum. NIP. 19510908 198003 1 002 NIP. 19570827 198203 2002
iii
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul: Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal
Cerita dalam Pembelajaran Matematika dengan Metode Problem Solving Siswa
Kelas IV (PTK ini di SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Laweyan Surakarta)
Oleh :
NAMA : Fitri Lastini
NIM : K7106024
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Prodi PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan
diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Kamis
Tanggal : 08 Juli 2010
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Sukarno, M. Pd. ...........................
Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M. Pd. ........................
Anggota I : Drs. Usada, M. Pd. ............................
Anggota II : Dra. Rukayah, M. hum ........................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd.
NIP. 196007271987021001
iv
ABSTRACT
Fitri Lastini. NIM. K7106024. Improving Student’s Ability To Solving The Nature Stories In Learning Mathematic By Using Student’s Problem Solving Method. ( A Classroom Action Research on Fourth Grade Students of SD Negeri Dukuhan Kerten No. 5 Laweyan Surakarta). Minithesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University Surakarta. 2010.
The purpose of this research is to improve capability in finishing the story problem of learning mathematics on thefraction topic in fifth grade SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Laweyan Surakarta by using Problem Solving method.
This qualitative research uses a type of classroom action research. Subject of the research is all fourth grade students (36 individuals) of SD Negeri dukuhan Kerten No. 58 Laweyan Surakarta Regency of 2009/2010 Academic Years. The technique of collecting data used the observation techniques test and documentation. The techniques of analiting data used in the research is a descriptive interactive analysis and interactive analysis model with three component; data reduction, data presentation and conclusion or verification.
Based on results of the research, it can be concluded that the learning mathematics through problem solving method can be effective to increase the students ability to solving the nature stories. Of the students in the fourth grade elementary Dukuhan Kerten No. 58 Laweyan Surakarta. It can be evident in the first before the action implemented an average rating is 53,61 with presentation of classical completeness of 47,22%, acycle average value is 62,59 with the presentation classical completeness of 61,11% and the averafe value of cycle 2 class average increased to 67,98 with the percentage of 72,22%. Exhaustiveness classical and cycle three more average value increased to 71,05 with a percentage of 80,05% classical completeness in conclusion, it can be recommendation as a learning of mathematics by using problem solving method can be increasing the students ability to solving the nature stories the fourth grade students of elementary Dukuhan Kerten No. 58 2009/2010 years.
v
ABSTRAK
Fitri Lastini. Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Metode Problem Solving Siswa Kelas IV (PTK ini di SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Laweyan Surakarta). Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2010
Tujuan penelitian ini yaitu: untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan pecahan dengan metode problem solving siswa kelas IV SD Negeri Dukuhan Kerten N0. 58.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Tahun Ajaran 2009/ 2010 berjumlah 36 siswa. Teknik pengumpulan data digunakan teknik observasi, tes, dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis deskriptif interaktif dan analisis interaktif yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika melalui metode problem so;ving efektif meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Laweyan, Surakarta. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 53,61 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 47,22%, siklus I nilai rata-rata kelas 62,59 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 61,11% dan siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 67,98 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 72,22% dan siklus III nilai rata-rata kelas lebih meningkat menjadi 71,05 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 80,05%. Dengan demikian, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan metode problem solving dapat meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan kelas IV SD Negeri Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Tahun Ajaran 2009/2010.
vi
MOTTO
”Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang
merubahnya” (Ar. Ra’du : 11)
Sesungguhnya kamu lalai (dahulu memikirkan) hal ini, lalu kami bukakan tutup dari
(mata) mu, maka penglihatanmu hari ini amat tajam.
(Terjemahan Q. S. Qaaf:22)
vii
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada:
? Ayah dan Ibu tercinta yang selalu mendoakan dan
mengingatkanku akan keagungan Illahi serta dengan ikhlas
memberikan kasih sayang.
? Kakek dan Nenekku tersayang yang selalu memberikan kasih
sayang dan memberikan dukungan.
? Kakak dan Adikku tercinta yang selalu mendoakan dan
memberikan dukungan dan motivasi.
? Sahabat-sahabatku yang setia menemaniku dalam suka dan
duka.
? Rekan-rekan mahasiswa S1 PGSD atas kebersamaan yang
indah.
? UNS yang selalu kubanggakan.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian tindakan kelas yang berjudul “ Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita dalam Pembelajaran Matematika dengan Metode Problem Solving Siswa Kelas IV (PTK ini di SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Laweyan Surakarta)” dengan baik.
Maksud dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan dalam ujian skripsi. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak kekurangan, namun berkat bimbingan dan pengarahan dari Bapak/ Ibu dosen pada akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. , selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd. , selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. Kartono, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Usada, M. Pd. , selaku pembimbing I yang dengan sabar mengarahkan dan membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Dra. Rukayah, M.Hum. , selaku pembimbing II yang dengan sabar mengarahkan dan membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Semua Dosen Program Studi PGSD Universitas Sebelas Maret yang dengan sabar mengarahkan dan membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Keluarga Besar SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 yang telah membantu dan menyediakan tempat untuk melaksanakan penelitian.
8. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu. Semoga amal kebaikan dari semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari
Allah SWT. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
ix
Semoga skripsi penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru maupun calon guru atau pihak yang bersangkutan pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Surakarta, Juli 2010
Penulis
x
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
PERSETUJUAN ............................................................................................. ii
PENGESAHAN ............................................................................................... iii
ABSTRACT .................................................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
MOTTO ........................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR GRAFIK ......................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 6
1. Manfaat Teoritis ................................................................ 6
2. Manfaat Praktis ................................................................. 6
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 7
A. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 7
1. Konsep Pecahan ................................................................. 7
2. Macam-macam Pecahan .................................................... 10
3. Metode Mengajar ............................................................... 14
4. Problem Solving ................................................................ 15
5. Pembelajaran Matematika................................................... 18
6. Pembelajaran Pecahan dengan Metode Problem solving... 32
7. Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita....... 33
xi
8. Penelitian yang Relevan...................................................... 35
B. Kerangka Berpikir ................................................................... 35
C. Hipotesis .................................................................................. 37
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 38
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 38
1. Tempat Penelitian ............................................................. 38
2. Waktu Penelitian ............................................................... 38
B. Subjek Penelitian ..................................................................... 38
C. Bentuk dan Strategi Penelitian ................................................ 38
D. Data dan Sumber Data ............................................................ 40
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 40
1. Observasi............................................................................ 40
2. Pencatatan Arsip ............................................................... 41
3. Tes ..................................................................................... 42
4. Metode Wawancara............................................................ 42
F. Validitas Data .......................................................................... 43
G. Teknik Analisis Data ............................................................... 44
H. Indikator Kerja ........................................................................ 45
I. Prosedur Penelitian ................................................................. 46
1. Siklus 1 .............................................................................. 46
2. Siklus II ............................................................................. 48
3. Siklus III ………………………………………………… 49
BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................... 50
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ..................................................... 50
B. Deskripsi Per Siklus ................................................................ 53
1. Siklus I ............................................................................... 53
2. Siklus II ............................................................................. 61
3. Siklus III…………………………………………………. 69
C. Deskripsi Hasil Penelitian ....................................................... 78
D. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................. 80
xii
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................... 82
A. Simpulan .................................................................................. 82
B. Implikasi .................................................................................. 82
C. Saran ........................................................................................ 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Semangka ....................................................................................... 9
Gambar 2 Kue .................................................................................................. 9
Gambar 3 Sawo ................................................................................................ 9
Gambar 4 Roti ................................................................................................. 9
Gambar 5 Pecahan Seperempat ....................................................................... 10
Gambar 6 Pecahan Setengah ........................................................................... 10
Gambar 7 Pecahan Tiga Per Delapan .............................................................. 10
Gambar 8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar .................................... 22
Gambar 9 Kerangka Berpikir ........................................................................... 36
Gambar 10 Siklus Penelitian Tindakan Kelas ................................................... 39
Gambar 11 Model Analisis Interaktif ............................................................... 45
Gambar 12 Grafik Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Problem
Solving ............................................................................................. 53
Gambar 13 Grafik Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Problem
Solving Pada Siklus I...................................................................... 61
Gambar 14 Grafik Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Problem
Solving Pada Siklus II..................................................... ................. 69
Gambar 15 Grafik Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Problem
Solving Pada Siklus III..................................................................... 77
Gambar 16 Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Evaluasi Matematika Materi
Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Setiap Siklus....... ................... 81
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Problem Solving ... 52
Tabel 2 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Problem Solving
Siklus I .............................................................................................. 60
Tabel 3 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Problem Solving
Siklus II ............................................................................................. 68
Tabel 4 Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Problem Solving
Siklus III ............................................................................................ 76
Tabel 5 Nilai Rata-rata Hasil Evaluasi Matematika dan Prosentase Ketuntasan
Klasikal Sebelum Tindakan, Siklus I, Siklus II dan Siklus III ......... 80
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Jadwal Penelitian ........................................................................... 84
Lampiran 2 Kisi-kisi Soal ................................................................................. 86
Lampiran 3 Panduan Wawancara untuk Guru Sebelum diterapkan Problem
Solving ........................................................................................... 89
Lampiran 4 Panduan Wawancara untuk Siswa Sebelum diterapkan Problem
Solving ........................................................................................... 92
Lampiran 5 Indikator Ketercapaian Tujuan .................................................... 94
Lampiran 6 Lembar Observasi Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran di Kelas
Siklus I .......................................................................................... 109
Lampiran 7 Lembar Observasi Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran di Kelas
Siklus I .......................................................................................... 111
Lampiran 8 Lembar Observasi Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran di Kelas
Siklus II ......................................................................................... 113
Lampiran 9 Lembar Observasi Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran di Kelas
Siklus II ......................................................................................... 115
Lampiran 10 Lembar Observasi Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran di Kelas
Siklus III ........................................................................................ 117
Lampiran 11 Lembar Observasi Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran di Kelas
Siklus III ........................................................................................ 133
Lampiran 12 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Menggunakan Problem
Solving ........................................................................................... 135
Lampiran 13 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ............................... 137
Lampiran 14 Perolehan Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan
Problem Solving Siklus I............................................................... 169
Lampiran 15 Foto Siklus I .................................................................................. 141
Lampiran 16 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ............................... 157
Lampiran 17 Perolehan Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan
Problem Solving Siklus II ............................................................. 159
xvi
Lampiran 18 Foto Siklus II ................................................................................. 149
Lampiran 19 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III..............................151
Lampiran 20 Perolehan Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Problem Solving Siklus III............................................................................166
Lampiran 21 Foto Siklus III................................................................................168
Lampiran 22 Perijinan Penelitian........................................................................170
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan kemajuan
suatu bangsa. Pendidikan membantu manusia dalam pengembangan potensi
dirinya sehingga mampu menghadapi segala perubahan yang terjadi,
sebagaimana tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yaitu :
Pendidikan membuat watak serta peradapan bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab, (UU RI No, 20 Tahun 2003 pasal 3 dalam Aneka Ilmu, Tahun: 2003 halaman 7).
Untuk mencapai keberhasilan tujuan pendidikan nasional, secara
bertahap dan terus menerus dilakukan perbaikan, pengembangan kurikulum,
dan kualitas pendidikan serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan Negara. Ranah yang menjadi muara dari suatu
pendidikan adalah adanya peningkatan pada aspek kognitif atau pengetahuan,
afektif atau sikap, dan psikomotorik atau kepribadian yang semakin optimal
setelah siswa memperoleh pendidikan.
Selaras dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang
semakin pesat. Pelaksanaan pendidikan tentunya perlu mendapat proporsi
yang cukup agar diperoleh out put yang unggul. Penanaman pendidikan ini
tentunya harus mengacu pada arah perbaikan, khususnya adalah peningkatan
kemampuan akademis. Langkah yang dapat ditempuh oleh seseorang untuk
mendapatkan pendidikan yang optimal adalah dengan memaksimalkan fungsi
dari Tri Pusat Pendidikan, yaitu pendidikan keluarga (informal), pendidikan
sekolah (formal), dan pendidikan masyarakat (nonformal).
2
Pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang diperolah siswa
sejak lahir, dan ada juga yang mengartikan pendidikan ini diberikan dan
diperoleh siswa sebelum lahir. Pada pendidikan sekolah, siswa memperoleh
bekal pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas apabila dibandingkan
dengan pendidikan keluarga. Karena pada pendidikan inilah siswa
memperoleh kemampuan akademik yang berguna untuk mengembangkan
dirinya. Sedangkan pendidikan masyarakat (nonformal) adalah pendidikan
yang diperoleh siswa melalui pengalaman dalam kegiatan-kegiatan atau
aktifitas bermasyarakat. Pelaksana dari pendidikan ini adalah para pemimpin
masyarakat, tokoh masyarakat atau orang yang berpengaruh di masyarakat
tersebut.
Pada pendidikan sekolah, kontribusi yang diberikan kepada siswa
lebih menekankan pada aspek kognitif atau pengetahuan, afektif atau
perbuatan, dan psikomotorik atau kepribadian. Pelaksana dalam pendidikan
ini tentunya adalah guru dan warga yang ada disekitar sekolah itu sendiri.
Agar pendidikan di sekolah dapat berjalan dengan optimal, tentunya semua
fungsi yang terkait dengan pendidikan tersebut harus digerakkan bersama-
sama.
Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik
apabila ada komunikasi positif antara guru dengan siswa, guru dengan guru,
dan antara siswa dengan siswa. Oleh karena itu, komunikasi positif harus
diciptakan agar pesan yang ingin disampaikan, khususnya materi pelajaran
dapat diterima oleh siswa dengan baik. Guru diharapkan mampu membimbing
aktivitas dan potensi siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran yang sesuai. Hal ini perlu dilaksanakan
agar kualitas pembelajaran pada mata pelajaran apapun menjadi optimal.
Salah satu mata pelajaran yang perlu mendapat perhatian lebih adalah
matematika.
Matematika sebagai suatu ilmu memiliki objek dasar abstrak yang
dapat berupa fakta, konsep, operasi dan prinsip. Dari objek dasar itu
berkembang menjadi objek-objek lain, misalnya pola pikir deduktif dan
3
konsisten, struktur-struktur dalam matematika yang ada dewasa ini, juga tidak
dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Terbukti dengan banyaknya permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang
berhubungan dengan matematika. Pelajaran matematika diberikan pada semua
jenjang pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan
Tinggi.
Matematika sebagai ilmu dasar begitu cepat mengalami
perkembangan hal itu terbukti dengan makin banyaknya kegiatan matematika
dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu juga sangat diperlukan siswa
dalam mempelajari dan memahami mata pelajaran lain. Akan tetapi pada
kenyataannya banyak siswa merasa takut, enggan dan kurang tertarik terhadap
mata pelajaran matematika. Banyak siswa yang kurang tertantang untuk
mempelajari dan menyelesaikan soal-soal matematika.
Soal yang paling rumit dalam matematika adalah soal cerita dan
biasanya nilai siswa akan rendah pada soal dengan tipe seperti ini (soal cerita
matematika), karena untuk dapat menyelesaikan soal cerita matematika
dengan benar seorang siswa perlu memahami apa yang diketahui serta apa
yang ditanyakan. Memahami apa yang diketahui berarti memahami informasi
yang tersurat maupun yang tersirat di dalamnya. Sedangkan memahami apa
yang ditanyakan berarti mengerti tentang istilah atau konsep-konsep yang
berkaitan dengan yang ditanyakan. Setelah itu dilanjutkan dengan langkah
atau proses penyelesaian ( www. Pontianakpost. com, 10 Januari 2010).
Beberapa faktor penyebab rendahnya nilai matematika pokok
bahasan soal cerita pecahan adalah siswa kurang serius dalam belajar di kelas,
semangat belajar siswa kurang, kreatifitas siswa di kelas kurang, siswa kurang
latihan soal dan penjelasan guru kurang jelas. Pembelajaran yang disampaikan
oleh guru selama ini hanya mengacu pada satu buku paket, dan cara guru
mengajar di kelas kelihatan monoton yaitu menggunakan metode ceramah,
sehingga suasana dalam kelas terlihat tidak ada variasi pembelajaran. Oleh
sebab itu, perlu dipilih metode pembelajaran yang tepat. Untuk memilih suatu
metode mengajar perlu memperhatikan beberapa hal seperti materi yang akan
4
disampaikan, tujuannya, waktu yang tersedia, kondisi siswa dan hal-hal yang
berkaitan dengan proses belajar mengajar. Apabila seorang guru dalam
pemilihan metode mengajar kurang tepat dapat mempengaruhi hasil belajar
siswa. Hasil belajar siswa tidak lepas dari bagaimana siswa mengalami proses
belajar. Dengan penggunaan metode yang tepat diharapkan siswa dapat
dengan mudah menerima informasi yang diberikan oleh guru. Metode-metode
yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar antara lain metode
konvensional, demonstrasi , driil, problem solving, diskusi kelompok dan
sebagainya.
Hasil belajar siswa kelas IV di SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 setelah
diadakan pretest, diketahui bahwa dari 36 siswa yang terdiri dari 15 siswa
laki- laki dan 21 siswa perempuan. Diperoleh rata-rata kelas 55,44. Siswa
yang mendapat nilai di atas nilai = 6,0 adalah 17 siswa dan 19 siswa
memperoleh nilai 5,9.
Bertolak dari nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) di SD
Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta, pada
mata pelajaran mateamatika KKM yang harus dicapai siswa kelas IV adalah
6,0. Hasil yang diperoleh dari pretest tersebut, yang memperoleh nilai di atas
KKM ada 17 siswa, sedangkan yang lain masih dibawah KKM. Dengan
demikian dapat diketahui bahwa pada materi pecahan yaitu menyelesaikan
soal cerita, hasil yang diperoleh memang masih rendah. Sehubungan dengan
hal tersebut, maka diperlukan suatu alternatif pemecahan agar dapat memberi
perubahan yang lebih baik dalam menguasai materi operasi pecahan.
Berkaitan dengan keadaan tersebut, akan digunakan suatu metode
pembelajaran yang diharapkan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa
yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving. Metode
problem solving merupakan cara guru menyajikan bahan pelajaran dengan
mengajak siswa berpikir secara ilmiah melalui analisis dan interpretasi
5
masalah berdasarkan informasi dan konsep yang telah diterima, untuk
menenukan jawaban permasalahan.
Berdasarkan hal-hal di atas, dalam PTK ini dibahas masalah Upaya
Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Dalam Pembelajaran
Matematika Dengan Metode Problem Solving Siswa Kelas IV.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan
penelitian dapat dirumuskan yaitu : “Apakah penerapan pembelajaran
matematika pada pokok bahasan pecahan dengan metode problem solving
dapat meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pada siswa
kelas IV SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
meningkatakan kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita dalam
pembelajaran matematika melalui metode problem solving siswa kelas IV SD
Negeri Dukuhan Kerten N0. 58.
D. Manfaat Penelitian
Berpijak dari tujuan penelitian tersebut, maka manfaat penelitian ini
diantaranya sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
a. Dengan pembelajaran problem solving akan merangsang keaktifan dan
kreatifitas siswa, sehingga siswa akan mempunyai kesempatan dalam
meningkatkan kemampuan masing-masing.
b. Pembelajaran problem solving menghadapkan siswa kepada suatu
masalah agar dipecahkan atau diselesaikan sehingga dapat
mempermudah siswa dalam mempelajari matematika khususnya soal
cerita pokok bahasan pecahan.
2. Manfaat Praktis
6
a. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan serta masukan untuk
meningkatkan pembelajaran matematika
b. Bagi peneliti, bermanfaat untuk menemukan solusi dalam kemampuan
menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan pada mata pelajaran
matematika siswa kelas IV Sekolah Dasar
c. Bagi siswa, sebagai motivasi belajar agar prestasi belajar matematika
meningkat.
d. Bagi sekolah, dapat memberikan masukan kepala sekolah dalam usaha
perbaikan proses belajar mengajar para guru dalam menggunakan
sarana dan prasarana sehingga hasil belajar siswa lebih baik dan mutu
sekolah dapat meningkat.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Pecahan a. Pengertian Konsep
Konsep adalah sesuatu yang abstrak yang menunjuk pada kategori
atau kelas dari suatu kejadian atau hubungan.(http://id.answers.yahoo.com).
Moore dalam (Tim Dosen IPS PGSD, 2002:2) mengungkapkan bahwa konsep
merupakan sesuatu yang tersimpan dalam pikiran yang berupa suatu
pemikiran, ide, atau gagasan. Sedangkan Parker berpendapat bahwa konsep
adalah gagasan tentang sesuatu yang ada dan dapat diwujudkan dengan
contoh.
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, edisi tiga
2003) konsep berarti suatu rancangan. Dalam matematika, konsep adalah
suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk menggolongkan
suatu objek atau kejadian.
Dari pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa konsep adalah
sesuatu yang sifatnya abstrak yang digunakan untuk menggambarkan suatu
kejadian.
Begitu pentingnya pemahaman konsep bagi proses berpikir kita,
sehingga dapat ditarik kesimpulan tentang manfaat pemahaman tentang suatu
konsep, yaitu : 1) Konsep membuat kita tidak perlu “mengulang-ulang
pencarian arti” setiap kali kita menemukan informasi baru, 2) Konsep
membantu proses mengingat dan membuatnya menjadi lebih efisien, 3)
Konsep membantu kita menyederhanakan dan meringkas informasi,
komunikasi dan waktu yang digunakan untuk memahami informasi tersebut,
4) Konsep-konsep merupakan dasar untuk proses mental yang lebih tinggi, 5)
8
Konsep sangat diperlukan untuk problem solving, 6) Konsep menentukan apa
yang diketahui atau diyakini seseorang.
b. Pengertian Pecahan Menurut Muchtar A. Karim (1998:6.4) pecahan adalah perbandingan
bagian yang sama terhadap keseluruhan dari suatu benda atau himpunan
bagian yang sama terhadap keseluruhan dari suatu himpunan terhadap
himpunan semula. Maksud dari “perbandingan bagian yang sama terhadap
keseluruhan dari suatu benda” adalah apabila suatu benda dibagi menjadi
beberapa bagian yang sama, maka perbandingan setiap itu dengan
keseluruhan bendanya menciptakan lambing dasar suatu pecahan. Sedangkan
maksud dari “himpunan bagian yang sama terhadap keseluruhan dari suatu
himpunan terhadap himpunan semula” yaitu suatu himpunan dibagi atas
himpunan bagian yang sama, maka perbandingan setiap himpunan bagian
yang yang sama itu terhadap keseluruhan himpunan semula akan menciptakan
labang dasar suatu pecahan.
Cholis Sa`dijah (2003:73) mengemukakan bahwa pecahan merupakan
bilangan yang dapat dinyatakan sebagai perbandingan dua bilangan cacah a
dan b, ditulis dengan syarat b ? 0. Dengan demikian secara simbolik
pecahan dapat dinyatakan sebagai salah satu : (1) pecahan biasa, (2) pecahan
desimal,(3) pecahan persen, (4) pecahan campuran.
Pecahan (Roy Hollands dalam
www.wikipedia.org.wiki/pecahan.com) terdiri dari pembilang dan penyebut.
Pecahan adalah suatu bentuk bilangan , dengan a,b bilangan bulat dan b tidak
sama dengan 0, a disebut pembilang dan b disebut penyebut. Menurut kamus
matematika, “pecahan adalah 1) hasil dari pembagian; 2) suatu perbandingan,
suatu pecahan dapat ditulis dengan dimana a dan b adalah yang
dibandingkan dengan 1”.
9
Pecahan yang dipelajari anak sekolah dasar merupakan bagian dari
bilangan rasional yang dapat ditulis dalam bentuk -, dengan a dan b
merupakan bilangan bulat dan tidak sama dengan nol. Secara simbolik
pecahan dapat dinyatakan sebagai salah satu dari: (1) pecahan biasa, (2)
pecahan desimal, (3) pecahan persen, (4) pecahan campuran. Begitu pula
pecahan dapat dinyatakan menurut kelas ekuivalensi yang tidak terhingga
banyaknya: - = - = - =- ….
Bertolak dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
pecahan adalah bilangan yang mempunyai jumlah kurang atau lebih dari utuh,
terdiri dari pembilang dan penyebut, pembilangan merupakan bilangan
terbagi, dan penyebut merupakan bilangan pembagi.
c. Mengenal Konsep Pecahan Kegiatan mengenal konsep pecahan akan lebih berarti dengan di
dahului dengan soal cerita yang menggunakan obyek buah, misalnya apel,
sawo, semangka, jeruk atau kue misal cake, tart, dan apem dll.
Gambar 1: Semangka Gambar 2: Kue
Gambar 3: Sawo Gambar 4: Roti
10
Peraga selanjutnya berupa bangun datar seperti persegi, lingkaran
yang nantinya akan sangat menbantu dalam pemahaman konsep.
Pecahan 21
dapat di peragakan dengan melipat kertas berbentuk
lingkaran atau persegi sehingga lipatannya tepat menutupi bagian yang lainya.
Selanjutnya bagian yang dilipat dibuka dan diarsir sesuai bagian yang di
kehendaki, sehingga di dapat gambar sebagai berikut :
Pecahan 21
dibaca setengah atau satu per dua atau seperdua. “1”
disebut pembilang yaitu merupakan daerah pengambilan. “2 “ disebut
penyebut yaitu merupakan 2 bagian yanga sama dari keseluruhan.
Peragaan tersebut dapat dilanjutkan untuk pecahan anan81
,41
dan
sebagainya. Gambarnya sebagai berikut :
Gambar 5 = 41
Gambar 6 = 21
42
atau Gambar 7 = 83
Selain mengenalkan pecahan dengan melipat kertas, peragaan dapat
pula di lakukan dengan pita atau tongkat yang di potong dengan pendekatan
pengukuran panjang, yang dapat pula mengenalkan letak pecahan pada garis
bilangan.
2. Macam-macam Pecahan a. Pecahan berat atas
11
Adalah pecahan yang memiliki pembilang lebih besar daripada
penyebut. Ini termasuk pecahan tak wajar, hasilnya lebih dari 1.
b. Pecahan desimal
Adalah pecahan yang menggunakan sepersepuluh, seperseratus,
seperseribu, dan seterusnya. Pecahan desimal memiliki angka disebelah kanan
0.
c. Pecahan sebagai hasil bagi
Hasil bagi adalah pembagian dua bilangan, misalnya = 3:4
d. Pecahan sebagai nisbah
Pecahan dapat berupa nisbah antara dua bilangan. Nisbah artinya
sebanding.
e. Pecahan setara
Pecahan yang bernilai sama, misalnya= - = -
f. Pecahan suatu kuantitas (bilangan)
Pecahan yang dibagi dengan penyebut dan hasilnya dikalikan dengan
pembilang.
g. Pecahan tak wajar
Pecahan yang pembilangnya lebih besar dari penyebut.
h. Pecahan vulgar
Pecahan biasa yang pembilangnya lebih kecil dari penyebut.
i. Pecahan wajar
Pecahan yang pembilangnya lebih kecil dari penyebut..bernilai
kurang dari 1. ( Peter Patilla. 2007. Kamus Matematika Dasar).
j. Pecahan Senilai
Pecahan senilai disebut juga pecah yang ekivalen. Untuk
menentukannya dapat di lakukan cara sebagai berikut :
12
Kita akan menunjukan bahwa 84
42
21
?? dengan menggunakan 3
kertas persegi panjang. Ambil kertas dan dilipat menjadi 2 bagian yang sama
sehingga di dapat 21
. Kemudian ambil lagi kertas dilipat menjadi 2 bagian
yang sama dan di lipat lagi menjadi 2 di dapat 42
. Gambarnya sebagai berikut
:
1) kertas ke-1
di lipat menjadi 2 bagian yang sama besar
Daerah yang diarsir 21
.
2) kertas ke-2
Daerah yang di arsir 42
, dari lipatan yang pertama
dilipat lagi menjadi 2 bagian yang sama besar.
3) kertas ke-3
yang di arsir 84
.dari
lipatan yang ke-2 di lipat lagi menjadi 2 bagian yang sama besar.
Dari gambar jelas bahwa 84
42
21
??
k. Pecahan Perbandingan
13
Pecahan adalah nama lain dari perbandingan. Pecahan dapat
diartikan sebagai perbandingan 2 : 3.
Contoh :
Andi mempunyai 4 butir kelereng, sedangkan Ari mempunyai 5 butir
kelereng. Tuliskan perbandingan banyak kelereng Andi terhadap Ari.
Jawab :
Banyak kelereng Andi (A) = 4 butir
Banyak kelereng Ari (B) = 5 butir
Perbandingan banyak kelereng Andi (A) dan Ari (B) adalah 4 butir
berbanding 5 butir.
A : B = 4 : 5 atau =
Jadi, perbandingan banyaknya kelereng Andi terhadap Ari adalah 4 :
5 atau (penulisan angka perbandingan tidak menggunakan satuan ukuran).
l. Pecahan Penjumlahan
Penjumlahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan
menjumlahkan pembilang-pembilangnya. Sedangkan penyebutnya tidak
dijumlahkan.
Aturan penjumlahan pecahan yang berbeda penyebutnya
1) Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk pecahan
yang senilai).
2) Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan berpenyebut
sama.
m. Pecahan Pengurangan
Pengurangan yang berpenyebut sama dilakukan dengan
mengurangkan pembilang-pembilangnya. Sedangkan penyebutnya tidak
dikurangkan.
Aturan pengurangan pecahan yang berbeda penyebutnya
14
1) Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk pecahan
yang senilai).
2) Jumlahkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan berpenyebut
sama.
3. Metode Mengajar Dalam proses belajar mengajar, metode mengajar memiliki peranan yang
sangat penting dan merupakan salah satu penunjang utama berhasil atau tidaknya
seorang guru dalam mengajar. Di samping kecakapan dan keterampilan mengajar,
seorang guru harus menguasai metode-metode mengajar, serta dapat memilih dan
menggunakannya dengan tepat untuk menyampaikan topik-topik pelajaran agar
tujuan belajar dapat tercapai seperti yang diharapkan.
Metode secara harfiah berarti “cara”, yakni cara mencapai suatu tujuan.
Menurut Muhibbin Syah (1997: 201) menjelaskan metode adalah cara melakukan
suatu kegiatan atau melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-
konsep secara sistematis. Metode mengajar berarti cara mencapai tujuan
mengajar, yaitu tujuan-tujuan yang diharapkan tercapai oleh murid dalam
kegiatan belajar mengajar (Oemar Hamalik, 1989: 89).
Menurut Tim SBM PGSD (2007:85) metode merupakan cara-cara yang
ditempuh oleh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar
menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya
prestasi belajar anak yang memuaskan. Metode mengajar adalah cara melakukan
atau menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan member latihan isi pelajaran
kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu (Martinis Yamin, 2007: 138).
Adapun menurut Purwoto (1998: 70), “Metode mengajar adalah cara-cara yang
tepat dan serasi dengan sebaik-baiknya, agar mengajar mencapai tujuannya atau
sasarannya”.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah
cara yang teratur yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan mata pelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
15
4. Problem Solving a. Hakikat Problem Solving
Metode pemecahan masalah atau problem solving
(www.wijayalabs.com) adalah penggunaan metode dalam kegiatan
pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik
itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk
dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada
dasarnya adalah pemecahan masalah.
Dalam jurnal internasional
(http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6028) tertera bahwa “Teaching
of Research Operation by using the Problem Solving is a teaching that based
on solving the problem. In this learning process, teacher and students are
really involved directly, so that teacher know when the students would be let
worked by themselves and when is it to take an intervention. In this time
students developed their ideas by solving the problem”. Artinya adalah
Pengajaran Operasi Riset dengan menggunakan Pendekatan Problem Solving
adalah pembelajaran yang berbasis pemecahan masalah. Dalam pembelajaran
ini, guru dan siswa benar-benar terlibat langsung di sepanjang proses tatap
muka. Dari pihak guru, harus tetap mengamati proses jalannya proses belajar
terutama dalam proses pemecahan masalah, sehingga guru akan tahu, kapan
akan melakukan intervensi dan kapan membiarkan siswa bekerja bersama
kelompoknya, sedangkan dari pihak siswa sendiri terus berusaha
mengembangkan ide- ide mereka untuk mendapatkan jalan pemecahan
masalah.
Menurut Ulih Bukti Karo-karo (1981: 45) pemecahan masalah
adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan menghadapkan pelajar
kepada persoalan yang harus dipecahkan dalam rangka pencapaian tujuan
16
pengajaran. Adapun menurut Tabrani Rusyan (1989: 12), belajar
memecahkan masalah berdasarkan beberapa prinsip atau gejala atau peristiwa
yang lalu dengan beberapa kemungkinan.
Mulyono Abdurrahman (1999: 254), pemecahan masalah adalah
aplikasi konsep dan keterampilan dalam pemecahan masalah biasanya
melibatkan beberapa kombinasi konsep dan keterampilan dalam studi baru
atau situasi yang berbeda. Agak berbeda dengan pendapat tersebut, Sriyono,
dkk (1992: 118) mendefinisikan bahwa “ metode problem solving adalah
suatu cara mengajar dengan menghadapkan siswa kepada suatu masalah agar
dipecahkan atau diselesaikan”. Sedangkan menurut S. Nasution (2000:170)
berpendapat bahwa memecahkan masalah dapat dipandang sebagai proses
dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya
lebuh dahulu, yang digunakannya untuk memecahkan masalah yang baru.
Menurut Polya dalam Clara Ika sari Budhayanti (2009 : 9-5)
mengelompokkan masalah dalam matematika menjadi dua kelompok.
Pertama adalah masalah terkait dengan dengan menemukan sesuatu yang
teoritis atau praktis, abstrak atau konkrit. Kedua adalah masalah terkait
dengan membuktikan atau menunjukkan bahwa suatu pernyataan itu benar
atau salah atau tidak kedua-duanya. Sedangkan Troutman dalam Clara Ika sari
Budhayanti (2009 : 9-5) mengelompokkan masalah matematika menjadi dua
jenis. Jenis pertama adalah pemecahan masalah yang merupakan masalah
rutin. Pemecahan masalah kedua adalah masalah yang diberikan merupakan
situasi masalah yang tidak biasa dan tidak ada standar yang masti untuk
menyelesaikannya.
Menyelesaikan suatu masalah merupakan proses untuk menerima
tantangan dalam menjawab masalah. Memecahkan masalah berarti
menemukan cara atau jalan mencapai tujuan atau solusi yang tidak mudah
menjadi nyata.
17
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode problem
solving merupakan cara guru menyajikan bahan pelajaran dengan mengajak
siswa berpikir secara ilmiah melalui analisis dan interpretasi masalah
berdasarkan informasi dan konsep yang telah diterima, untuk menentukan
jawaban permasalahan.
b. Kelebihan dan Kekurangan Problem Solving
Keunggulan metode problem solving (www.gurupkn.wordpress.com)
sebagai berikut: 1) Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan, 2)
Berpikir dan bertindak kreatif, 3) Memecahkan masalah yang dihadapi secara
realistis, 4) Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, 5) Menafsirkan
dan mengevaluasi hasil pengamatan, 7) Merangsang perkembangan kemajuan
berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat, 8)
Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan,
khususnya dunia kerja.
Kelemahan metode problem solving (www.gurupkn.wordpress.com)
sebagai berikut: 1) Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan
metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk
melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau
konsep tersebut, 2) Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang
dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.
c. Cara Penggunaan Problem Solving Menurut Purwoto ( 1998:103 ), bahwa untuk menyelesaikan masalah
diikuti urutan langkah sebagai berikut: 1) Merumuskan permasalahan dengan
jelas; 2) Menyatakan lagi masalahnya dalam bentuk yang operasional ( dapat
dilaksanakan ); 3) Menyusun dugaan sementara ( hipotetis ); 4) Menentukan
strategi pemecahan; 5) Melaksanakan prosedur pemecahan; 6) Memeriksa
hasil kembali hasil pemecahan.
Menurut Polya dalam Clara Ika sari Budhayanti (2009 : 9-5) langkah-
langkah pemecahan masalah matematika sebagai berikut: 1) Memahami
18
masalah; 2) Merencanakan cara penyelesaian; 3) Melaksanakan rencana; 4)
Melihat kembali.
Menurut John Dewey dalam Sujono (1988: 215-216) terdapat lima
langkah utama dalam pemecahan masalah, yaitu sebagai berikut : 1). Tahu
bahwa ada masalah- Kesadaran tentang adanya kesukaran, rasa putus asa,
keheranan atau keraguan. 2). Mengenali masalah, klasifikasi dan definisi
termasuk pemberian tanda pada tujuan yang dicari. 3). Menggunakan
pengalaman yang lalu, misalnya informasi yang relevan, penyelesaian soal
yang dulu, atau gagasan untuk hipotesa dan proposisi pemecahan masalah. 4).
Menguji secara berturut-turut hipotesa akan kemungkinan-kemungkinan
penyelesaian. Bila perlu, masalahnya dapat dirumuskan kembali. 5).
Mengevaluasi penyelesain dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti
yang ada. Hal ini meliputi mempersatukan penyelesaian yang benar dengan
pengertian yang telah ada dan menerapkannya pada contoh lain dari masalah
yang sama.
Ken Watanabe (2009:14) berpendapat bahwa pemecahan masalah
adalah sebuah proses yang dapat dibagi menjadi empat langkah: 1).
Memahami situasi saat ini; 2) Mengidentifikasi akar penyebab masalah saat
ini; 3) Mengembangkan rencana tindakan yang efektif; 4). Dan melakukan
eksekusi hingga masalahnya terpecahkan, dengan membuat perubahan bila
diperlukan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa langkah- langkah
problem solving adalah 1) Memahami masalah; 2) Merencanakan cara
penyelesaian; 3) Melaksanakan rencana; 4) Melihat kembali hasil pemecahan.
5. Pembelajaran Matematika
a. Hakikat Belajar
Belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan tingkah laku
yang terjadi secara sadar melalui interaksi dengan lingkungannya.. Menurut
Slameto (1995 : 2) mengemukakan bahwa, Belajar merupakan suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku
19
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Oemar Hamalik (1992:7) menyatakan bahwa
belajar sebagai proses perubahan tingkah laku melalui interaksi antara
individu dengan lingkungannya. Sedangkan W.S. Winkel (1991:36)
menyatakan bahwa belajar sebagai aktivitas mental atau psikis pada individu
yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar
menghasilkan perubahan-perubahan dalam hal pengetahuan, pemahaman,
keterampilan dan nilai dan sikap. Perubahan itu secara relatif bersifat konstan
dan berbekas. Adapun menurut pendapat Cronbach (1954: 34) yaitu :
“learning is shown by a change in as eult of experience, belajar dapat
dilakukan secara baik dengan jalan mengalami”.
Menurut Hilgard dalam buku Strategi Pembelajaran sebagaimana
dikutip Wina Sanjaya (2007: 110) mengemukakan bahwa “ Learning is the
process by wich an activity organites or changed through training procedurs
(wether in the laboratory or in the nauran environment) as distingusished from
changes by factors not attributable to training”. Belajar itu adalah proses
perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam
laboratorium maupun dalam lingkungan ilmiah.
Menurut Hilgard dan Brower dalam Ngalim Purwanto (2000:84)
belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi
tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam
situasi itu, perubahan tingkah laku itu bukan karena pembawaan, kematangan,
atau keadaan sesaat seseorang (misalnya karena kelelahan, pengaruh obat dan
lain- lainnya). Menurut Slavin (1997:151) belajar adalah perubahan pada diri
seseorang yang disebabkan oleh adanya pengalaman.
Menurut Winkel dalam Gino, dkk (1988: 17), “Belajar adalah suatu
aktivitas mentalatau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat konstan.
Konstan maksudnya tetap atau tahan lama”.
20
Menurut Nana Sudjana (1996:5) berpendapat bahwa ‘Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang terjadi
secara sadar karena adanya pengalaman atau latihan.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Slameto (1995 : 54-72), faktor yang mempengaruhi belajar
dibedakan menjadi dua yaitu faktor interen dan eksteren.
1. Faktor-Faktor interen, yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang
sedang belajar. Faktor ini meliputi faktor jasmani, faktor psikologis, dan
faktor kelelahan.
(a) Faktor jasmani, yaitu faktor yang berasal dari anggota badan individu
itu sendiri. Faktor jasmani terdiri dari dua macam yaitu faktor
kesehatan dan cacat tubuh. Faktor kesehatan adalah kondisi kesehatan
pada seseorang terbebas dari penyakit, tidak dalam keadaan lelah dan
capek. Sedangkan cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan
kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Siswa
yang kekurangan gizi misalnya, ternyata kemampuan belajarnya
berada di bawah siswa-siswa yang tidak kekurangan gizi, sebab
mereka yang kekurangan gizi pada umumnya cenderung cepat lelah
dan capek, cepat mengantuk dan akhirnya tidak mudah dalam
menerima pelajaran.
(b) Faktor psikologis, yaitu faktor yang mempengaruhi kejiwaan setiap
individu. Faktor psikologis terdiri dari intelegensi, perhatian, minat
dan bakat, motif dan motivasi, kognitif dan daya nalar.
21
(c) Faktor kelelahan, yaitu faktor yang disebabkan karena daya fisiknya
menurun. Kelelahan ada dua macam yaitu kelelahan jasmani dan
kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya
tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh.
Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan
kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu
hilang.
2. Faktor-faktor eksteren, meliputi:
(a) Faktor keluarga, yaitu siswa yang belajar akan menerima pengaruh
dari keluarga yang berupa: cara orang tua mendidik yaitu dengan
memberikan bimbingan dan penyuluhan, relasi antar anggota keluarga
yaitu hubungan antara orang tua dengan anak, suasana rumah seperti
situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga
dimana anak belajar, keadaan ekonomi keluarga, orang tua yang
memahami perkembangan anak, serta latar belakang kebudayaan.
(b) Faktor sekolah, yaitu faktor yang terdapat dalam lingkungan sekolah
sehingga mempengaruhi belajar siswa. Faktor ini mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa dan relasi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, keadaan
gedung sekolah, metode belajar, dan tugas rumah.
(c) Faktor masyarakat, merupakan faktor eksteren yang juga berpengaruh
terhadap belajar siswa. Yang termasuk faktor masyarakat adalah
kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan
bentuk kehidupan masyarakat.
Bila dinyatakan dalam bentuk bagan, faktor- faktor yang
mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut:
22
Jasmani, seperti kesehatan dan
Faktor interen cacat tubuh
Psikologis, seperti intelegensi,
perhatian, minat dan bakat,
motif dan motivasi, kognitif,
Belajar dan daya nalar
Kelelahan, seperti tubuh yang
lunglai dan kebosanan.
Faktor eksteren Keluarga, seperti hubungan
tua dengan anak dan suasana
rumah.
Sekolah, seperti metode mengajar
relasi guru dengan siswa.
Masyarakat, seperti kegiatan
siswa dalam masyarakat dan
teman bergaul.
Gambar 8 : Bagan faktor- faktor yang mempengaruhi belajar.
c. Hakikat Pembelajaran
Banyak pendapat yang menerangkan tantang pembelajaran, menurut
Gagne dan Brigs dalam Nyimas Aisyah (2007:1-3) menyebutkan bahwa
23
pembelajaran adalah upaya orang yang tujuannya adalah membantu orang
belajar. Sedangkan dalam http: // franciscusti. Blogspot . com 2008 / 06 /
pembelajaran-merupakan-proses.html, pembelajaran merupakan proses
komunikatif- interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling
bertukar informasi.
Menurut Corey dalam Nyimas Aisyah (2007:1-3) pembelajaran
adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola
untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau
menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Sedangkan menurut Gino, dkk
(1998:32-33) “Pembelajaran adalah usaha sadardari guru untukmembuat
siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang
belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang
berlaku dalam waktu yang relative lama dank arena adanya usaha.
Menurut Gagne dalam Margaret E. Bell Gredler (1994: 207)
berpendapat bahwa “ Pembelajaran didefinisikan sebagai seperangkat acara
peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa
proses belajar, yang sifatnya internal”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari
kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya
diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi
“pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau
mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.
Depdikbud (2003:9) menyebutkan bahwa pembelajaran adalah
sebagai suatu system atau proses membelajarkan subyek didik/pembelajar
yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara
sistematis agar subyek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran secara efektif dan efisien. Menurut Oemar Hamalik (1999:57)
pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan dalam
(http://syarifartikel.blogspot.com tanggal 15 april 2010) pembelajaran adalah
24
kata benda yang diartikan sebagai “proses, cara, menjadikan orang atau
mahluk hidup belajar”. Kata ini berasal dari kata kerja belajar yang berarti
“berusaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku
atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”.
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara guru dengan siswa atau
sumber belajar untuk saling memberi dan menerima informasi secara efektif
dan efisien.
d. Komponen Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, ada komponen-komponen yang harus
dipenuhi untuk mencapai pembelajaran yang efektif dan efisien. Selaras
dengan hal di atas, Oemar Hamalik (2009:77) berpendapat pembelajaran
merupakan suatu sistem, artinya pembelajaran merupakan kesatuan yang
terdiri dari komponen-komponen yang beriterelasi dan berinteraksi antara satu
dengan lainnya dan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah diterapkan sebelumnya. Adapun komponen-
komponen itu adalah tujuan pendidikan dan pengajaran, peserta didik atau
siswa, tenaga kependidikan, perencanaan pembelajaran sebagai suatu segmen
kurikulum, strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi
pembelajaran.
Guru (pengajar) tidak termasuk komponen sistem pembelajaran,
karena fungsinya dapat digantikan atau dialihkan kepada media sebagai
pengganti sepeti : buku, slide, teks yang diprogram dan sebagainya. Namun
kepala sekolah dapat menjadi salah satu unsur sistem pembelajaran karena
berkaitan dengan prosedur perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.
Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa komponen
pembelajaran adalah siswa, tujuan, materi, kegiatan atau prosedur, media,
evaluasi dan tindak lanjut pembelajaran.
25
e. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Pembelajaran
Pembelajaran akan berhasil dengan baik dan efektif apabila faktor-
faktor yang berkaitan dengan pembelajaran dapat berperan sebagaimana
mestinya secara berkesinambungan dan saling melengkapi satu sama lain.
Menurut Oemar Hamalik (2009:32) ada 10 faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pembelajaran, yaitu : 1) Faktor kegiatan,
penggunaan, dan ulangan (memanfaatkan indra penglihatan, pendengaran,
merasakan, berfikir, kegiatan motoris) 2) Belajar memerlukan jalan, 3)
Dilakukan dalam suasana menyenangkan, 4) Perlu mengetahui apakah ia
berhasil atau gagal, 5) Faktor asosiasi, 6) Pengalaman masa lampau atau
apersepsi dan pengertian yang elah dimenegrti siswa, 7) Faktor kesiapan
belajar, 8) Faktor minat dan usaha, 9) Faktor fisiologis, dan 10) Faktor
intelegensi.
Dengan demikian keberhasilan dari suatu pembelajaran merupakan
hasil dari pengintegrasian faktor-faktor yang ada. Karena faktor- faktor
tersebut antara satu dengan yang lain saling pengaruh mempengaruhi,
sehingga baru akan menciptakan pembelajaran yang aktif dan menarik.
Senada dengan pendapat sebelumnya, Indra Munawar dalam
(http://indramunawar. blogspot.com tanggal 15 April 2010) berpendapat
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.
1) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa
sendiri. Faktor ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya:
a) Faktor Biologis (Jasmaniah)
Kondisi biologis tercermin dari kondisi fisik setiap siswa.
Kondisi fisik yang baik atau tidak memiliki cacat sejak dalam
26
kandungan sampai sesudah lahir tentunya akan lebih dapat menerima
pelajaran dari pada yang memiliki kelainan. Kondisi fisik ini terutama
meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh. Kedua, kondisi
kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar tentunya
berpengaruh terhadap keberhasilan dalam belajar.
b) Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini
meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental siswa.
Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah
kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi
intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar, kemauan, dan bakat.
Dengan demikian ketika psikologis siswa baik, maka akan semakin
memudahkan untuk menerima apa yang disampaikan oleh guru.
2) Faktor Eksternal
a) Faktor lingkungan keluarga
Faktor lingkungan keluarga rumah ini merupakan lingkungan
pertama dan utama dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang.
Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian
orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-
anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.
b) Faktor lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan
keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi
keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup metode mengajar,
kurikulum, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan
siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang
ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.
c) Faktor lingkungan masyarakat
27
Seorang siswa hendaknya dapat memilih dan memilah
lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar.
Masyarakat merupkan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap
belajar siswa karena keberadannya dalam masyarakat. Lingkungan
yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah,
lembaga- lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing,
bimbingan tes, pengajian remaja dan lain- lain.
Sedangkan Slameto (2003:54) menyebutkan ada 2 faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Pertama adalah faktor internal
yang terdiri dari faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.
Sedangkan yang kedua adalah faktor eksternal yang meliputi faktor keluarga,
faktor sekolah, dan masyarakat.
Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar adalah apa-apa yang
berkaitan dengan fisiologis dan psikologis, yaitu kesiapan berupa kemampuan
internal dan eksternal yang ada dalam diri siswa itu sendiri.
f. Pengertian Matematika
Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani metheis atau
manthenien yang artinya mempelajari, namun diduga kata itu erat
hubungannya dengan kata sansekerta medha atau widya yang artinya
kepandaian, ketahuan, atau intelegensi. Menurut Paling dalam Mulyono
Abdurrahman (2003:252) Matematika adalah suatu cara untuk menemukan
jawaban menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran,
menggunakan pengetahuan tantang berhitung, dan yang paling penting adalah
memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan mengunakan
hubungan-hubungan.
Beberapa definisi tentang matematika dikemukakan oleh para ahli
dalam bukunya R. Soedjadi (2000: 11) sebagai berikut: 1) Matematika adalah
cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik; 2)
28
Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi; 3)
Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan
dengan bilangan; 4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta
kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk; 5) Matematika adalah
pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik; 6)Matematika adalah
pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Johson dan Rising (1967: 4-5) juga merangkum berbagai definisi
tentang matematika yang menurut mereka paling tidak ada enam pengertian
yang dapat dikaitkan dengan matematika, yaitu: 1). Mathematics is a creation
of the human mind, concerned primarily with ideas, processes, and reasoning
(matematika adalah kreasi pikiran manusia, terutama tentang ide, proses, dan
penalaran); 2) Primarily, mathematics is a way of thinking, a way of
organizing a logical proof (terutama, matematika adalah cara berpikir, cara
mengorganisasi bukti logis); 3) Mathematics is also a language, a language
that uses carefully defined terms and concise symbolic representation, which
add precision to communication. It is a language that works with ideograms,
symbols for ideas, rather than phonograms, symbols for sounds (matematika
juga bahasa, bahasa yang menggunakan istilah- istilah yang terdefinisi dengan
cermat dam membuat symbol, yang menambah keakuratan dalam
komunikasi. Ia adalah bahasa yang menggunakan ideogram, symbol untuk
ide, bukan phonogram, symbol untuk diperdengarkan); 4) Mathematics is an
organized structure of knowledge (matematika adalah struktur pengetahuan
yang terorganisir); 5) Mathematics is also the study of pattern (matematika
juga studi tentang pola); 6) Mathematics is finally an art (matematika
akhirnya juga sebuah seni).665
Matematika adalah simbol ilmu deduktif yang tidak menerima
pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang
terorganisasi dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang dapat
didefinisikan, ke postulat dan selanjutnya ke dalil. (Ruseffendi dalam
Heruman, 2007:1). Adapun Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah (2007:1.6)
29
matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur
matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari , serta mencari
hubungan antar konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu.
Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of
Education in Science and Technology: Mathematics is pervanding every study
and technique in our modern world. Bringing ever more sharpy into focus the
responsibilities laid upon those whose task it is to tech it. Most prominent
among these is the difficulty of presenting an interdisciplinary approach so
that one professional group may benefit from the experience of others.
Matematika mencakup setiap pelajaran dan teknik di dunia modern ini.
Matematica memfokuskan pada teknik pengerjaan tugas-tugasnya. Hal yang
sangat mencolok yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan
interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan), oleh karena itu para pakar
bisa memperoleh pengetahuan dari cabang ilmu lain.
www.tandf.co.uk/.../0020739x.asp diakses pada 02 April 2010)
Matematika disampaikan oleh Kline dalam Mulyono Abdurrahman
(2003:253) merupakan bahasa simbolis yang memiliki ciri-ciri utama yaitu
penggunaan cara berfikir deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar
induktif. Menurut Purwoto (2003: 12-13) “Matematika adalah pengetahuan
tentang pola keteraturan pengetahuan tentang struktur yang terorganisasikan
mulai dari unsur-unsur yang tidak terdefinisikan ke unsur yang didefinisikan
keaksioma dan postulat dan akhirnya kedalil.
Kamus Besar Indonesia (1995: 637) “matematika adalah ilmu tentang
bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang
digunakan dalam penyelesaian masalah mengenei bilangan.
Menurut Johsen dan Myklebus dalam bukunya Mulyono
Abdurrahman (1999: 252), matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi
praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan
keruangan, sedamgkan fungsi teorinya adalah untuk memudahkan berpikir.
Sedangkan menurut Asep Jihad (2008:152) menyampaikan bahwa
30
matematika memiliki karakteristik di antaranya : 1) Objek pembicaraanya
abstrak, 2) Pembahasan mengandalkan tata nalar, 3) Konsep sangat jelas
berjenjang sehingga terjaga konsistensinya, 4) Melibatkan perhitungan atau
operasi, 5) Dapat dipakai dalam ilmu yang lain.
Dari beberapa pendapat dapat diambil kesimpulan bahwa matematika
adalah salah satu ilmu dasar yang berguna untuk memahami dasar-dasar ilmu
pengetahuan dan teknologi yang memudahkan manusia berpikir dan
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
g. Pengertian Pembelajaran Matematika
Menurut Nyimas Aisyah (2007:1-4) pembelajaran matematika
merupakan proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan
suasana lingkungan memungkinkan seseorang (si pelajar) melaksanakan
kegiatan belajar matematika, dan proses tersebut berpusat pada guru mengajar
matematika.
Menurut Bruner dalam Heruman (2005:4) pembelajaran matematika
merupakan Depdikbud dalam http://pembelajaran matematika.htm diunduh
13 April 2010 menyebutkan bahwa pembelajaran matematika memiliki ciri-
ciri, yaitu 1). memiliki obyek yang abstrak, 2). memiliki pola pikir deduktif
dan konsisten, dan 3) tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Bertolak dari pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa pembelajaran matematika adalah proses perubahan yang ada pada diri
seseorang berupa penguasaan simbol-simbol untuk menyelesaikan
perhitungan yang diperoleh melalui latihan-latihan dalam belajar matematika.
h. Fungsi Pembelajaran Matematika
Dalam kurikulum 2004 (2004: 6) disebutkan bahwa Matematika
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan
penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen sebagai alat komunikasi melalui
symbol, table, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
31
Menurut Cornelius dalam Mulyono Abdurrahman (2003:253)
mengemukakan perlunya matematika diberikan kepada siswa karena
matematika : 1) Sarana belajar yang jelas dan logis, 3) Sarana untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, 2) Sarana mengenal pola-
pola hubungan dan generalisasi pengalaman, 4) Sarana untuk mengembankan
kreatifitas, 5) Sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan
budaya.
Menurut Asep Jihad (2008:153) menyebutkan matematika memiliki
fungsi 1) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan
bilangan dan simbol, dan 2) Mengembangkan ketajaman pena laran yang
dapat memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-
hari. Menurut Cockroft yang dikutip Mulyono Abdurrahman (2003:253).
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena memiliki fungsi yang sangat
penting, yaitu : 1) Selalu digunakan dalam segi kehidupan, 2) Semua bidang
studi memerlukan matematika yang sesuai, 3) Merupakan sarana komunikasi
yang kuat, 4) Dapat digunakan dalam meyajikan informasi dengan berbagai
cara, 5) Meningkatkan kemampuan berfikir logis, keteletian dan kesadaran,
keruangan dan fungsi berupa memberikan kepuasan terhadap usaha
memecahkan masalah yang menantang.
Bertolak dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
matematika fungsi yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :
dapat memberikan bekal kepada peserta didik untuk berfikir logis, analisis,
kritis, mengembangkan kreatifitas, dan dapat meningkatkan kemampuan
dalam usaha memecahkan masalah yang menantang.
i. Tujuan Pembelajaran Matematika
Dalam kurikulum KTSP (2009:135) disebutkan bahwa pembelajaran
matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut: 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes,
akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, 2) Menggunakan
32
penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam
membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika, 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan
memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh, 4) Mengkomunikasikan gagasan dengan
simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau
masalah, 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah.
Sedangkan Asep Jihad (2008:153) mengemukakan bahwa
matematika memiliki beberapa tujuan, di antaranya : 1) menggunakan
algoritma atau prosedur pekerjaan, 2) melakukan manipulasi secara
matematika, (3) mengorganisasi data, 4) memanfaatkan symbol, table,
diagram dan grafik, 5) mengenal dan menemukan pola, 6) menarik
keimpulan, 7) membuat kalimat atau model matematika, 8) membuat
interpretasi bangun dalam bidang dan ruang, 9) mamahami pengukuran dan
satuan-satuannya, dan 10) menggunakan alat hitung dan alat bantu
matematika.
6. Pembelajaran Pecahan dengan Metode Problem Solving
Di dalam skripsi ini kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan. Adapun langkah-
langkahnya sebagai berikut : 1) Memahami masalah dengan jelas; 2)
Merencanakan cara penyelesaian; 3) Melaksanakan prosedur pemecahan; 4)
Melihat kembali hasil pemecahan.
Misalnya :
Ibu Ema membuat kue sebuah kue yang cukup besar. Kue tersebut
dipotong-potong menjadi 16 bagian yang sama besar. Pulang sekolah Ema
33
mengajak Menik ke rumahnya. Ema dan Menik masing-masing makan 2 potong
kue. Berapa bagian kue yang dimakan Ema dan Menik?
Jawab :
a. Memahami masalah dengan jelas
Kue dibagi menjadi menjadi 16 potong, kemudian dimakan Ema 2 potong dan
dimakan Menik 2 potong.
b. Merencanakan cara penyelesaian
+ = = ….
c. Melaksanakan prosedur pemecahan
+ = = =
d. Melihat kembali hasil pemecahan
Jadi, kue yang dimakan Ema dan Menik bagian.
7. Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Kemampuan yaitu kesanggupan; kecakapan; kekuatan (W.J.S.
Poerwadarminta 1999: 628). Kemampuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Depdikbud, 1999 : 623) berasal dari kata “mampu” yang berarti bisa atau
sanggup. Kemampuan dapat diidentifikasi sebagai kesanggupan, kecakapan,
kekuatan, atau potensi diri sendiri. Kemampuan awal siswa merupakan prasarat
yang diperlukan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar selanjutnya.
Proses belajar mengajar kemampuan awal siswa dapat menjadi titik tolak untuk
membekali siswa agar dapat mengembangkan kemampuan baru.
Soal cerita sangat penting bagi perkembangan proses berfikir siswa
dalam pengajaran matematika, maka keberadaannya sangat mutlak diperlukan.
Salah satu bahan ajar yang dapat menunjukkan suatu pelajaran matematika adalah
34
proses penyelesaian soal cerita, misalnya : 1) Masalah atau apa yang diketahui
dalam soal, 2) Apa yang ditanyakan atau yang dicari, 3) Operasi dan simbol apa
saja yang terlibat dalam soal itu, 4) Model matematika manakah yang dapat
mewakili soal itu, 5) Apa yang telah dikuasai dan apa yang perlu digunakan.
Kemampuan siswa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal cerita
tidak hanya kemampuan skill (ketrampilan) dan mungkin algoritma (urutan logis
pengambilan keputusan) tertentu saja melainkan dibutuhkan kemampuan yang
lain.
Soal cerita matematika merupakan soal terapan dari suatu pokok bahasan
dalam mata pelajaran matematika yang dihubungkan dengan masalah sehari-hari
yang dalam pemecahannya menggunakan langkah- langkah yang sistematis
sebagai berikut: 1) Membaca soal cerita itu dan memikirkan hubungan antara
bilangan-bilangan yang ada dalam soal cerita itu, 2) Menulis kalimat matematika
yang menyatakan hubungan dalam operasi bilangan, 3) Menyelesaikan kalimat
matematika, 4) Menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan dalam
soal.
Dalam menghadapi masalah matematika, khususnya soal cerita, siswa
harus melakukan analisis dan interpretasi informasi sebagai landasan untuk
menentukan keputusan. Dalam memecahkan masalah, siswa harus menguasai
konsep-konsep dan cara mengaplikasikannya dalam berbagai situasi baru yang
berbeda.
Menurut Akbar Sutawijaya, dkk (1991: 56) langkah- langkah dalam
menyelesaikan soal cerita adalah sebagai berikut: 1) Menentukan atau mencari
apa yang dapat ditanya oleh soal cerita, 2) Mencari informasi (keterangan) yang
esensial, 3) Memilih operasi yang sesuai, 4) Menulis model matematika, 5)
Menyelesaikan model matematikanya, 6) Menyatakan jawaban itu dalam bahasa
Indonesia sehingga menjawab pertanyaan dari soal cerita tersebut.
Menurut Bloom dalam Hamdani (www.pontianakpost.com), soal-soal
evaluasi (termasuk evaluasi matematika) dapat dikelompokkan atas 6 aspek
kemampuan kognitif, yaitu: 1) Ingatan, 2) Pemahaman, 3) Penerapan, 4) Analisis,
35
5) Sintesis, 6) Evaluasi. Sedangkan menurut Goerge Polya Hamdani
(www.pontianakpost.com), ada beberapa langkah untuk menyelesaikan soal
matematika, yaitu: 1) Memahami masalah, 2) Merencanakan penyelesaian, 3)
Melaksanakan Rencana, 4) Memeriksa kembali. Lebih lanjut Hamdani
menyatakan bahwa:
Bahwa menyelesaikan soal cerita matematika dengan benar seorang siswa perlu memahami apa yang diketahui serta apa yang ditanyakan. Memahami apa yang diketahui berarti memahami informasi yang tersurat maupun tersirat di dalamnya. Sedangkan memahami apa yang ditanyakan berarti mengerti istilah atau konsep-konsep yang berkaitan dengan yang ditanyakan. Setelah itu baru dilanjutkan dengan langkah atau proses penyelesaian. Jadi, apabila siswa sudah memahami apa saja yang diketahui dari informasi yang tersurat maupun tersirat serta mengetahui dan mengerti tentang hal-hal yang terkait dengan yang ditanyakan, maka langkah atau proses penyelesaian soal akan menjadi lebih mudah.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan menyelesaikan soal cerita adalah kemampuan siswa memahami soal,
menuangkannya ke dalam model matematika, menyelesaikannya dan menjawab
pertanyaan dalam soal cerita.
Langkah proses pembelajaran dengan problem solving dalam
menyelesaikan soal cerita adalah: 1) Memahami masalah dengan jelas; 2)
Merencanakan cara penyelesaian; 3) Melaksanakan prosedur pemecahan; 4)
Melihat kembali hasil pemecahan.
8. Penelitian yang Relevan
a. Nur Yanti Fadilah. 2008. Pengaruh Pembelajaran Dengan Soal Cerita
Matematika Melalui Visualisasi Tokoh Film Kartun Terhadap Kecerdasan
Verbal dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas III SD Muhammadiyah
Program Khusus Kotabarat Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008. Surakarta :
FKIP : UNS.
Kesimpulannya yaitu pembelajaran dengan soal cerita matematika melalui
visualisasi tokoh film kartun dapat meningkatkan prestasi belajar metematika
siswa kelas III, karena secara langsung anak bisa memahami dan mengerjakan
36
soal cerita matematika maka nilai yang mereka dapatkan juga akan
meningkat.
b. Sumaejatie. 2004. Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Pokok Bahasan Pecahan Melalui Diskusi Kelompok Kecil Siswa Kelas IV SD
Negeri Kadiluwih Kecamatan Salam Kabupaten Magelang Tahun Ajaran
2004/2005. Semarang : FMIP : UNES.
Kesimpulannya yaitu pembelajaran soal cerita pokok bahasan pecahan
melalui diskusi kelompok kecil dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
kelas IV.
B. Kerangka Berpikir
Proses belajar mengajar merupakan usaha sadar untuk mencapai
tujuan pembelajaran sebagaimana yang tercantum dalam kurikulum
pendidikan. Proses belajar mengajar ini berlangsung timbal balik antara siswa
dengan guru.
Pada kondisi awal, siswa mengalami kesulitan dalam memahami soal
cerita pokok bahasan pecahan. Hal itu terjadi karena guru kurang inovatif
dalam melaksanakan pembelajaran yaitu belum menerapkan metode problem
solving. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu metode yang dapat
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan,
diantaranya yaitu dengan metode problem solving yang diharapkan dapat
membantu meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pokok
bahasan pecahan.
Metode problem solving adalah suatu cara menyajikan bahan
pelajaran dengan mengajak siswa berpikir secara ilmiah melalui analisis dan
interpretasi masalah berdasarkan informasi dan konsep yang telah diterima,
untuk menenukan jawaban permasalahan.
Dengan demikian bahwa penggunaan metode problem solving dapat
mendorong meningkatkan kualitas proses pembelajaran matematika soal
37
cerita pokok bahasan pecahan. Selain itu juga dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dengan jelas
pada gambar 9 di bawah ini.
A. Hipotesis
Gambar 9: Bagan kerangka berfikir
Dari kerangka berfikir tersebut di atas, dapat diketahui bahwa
sebelum mengunakan metode Problem Solving hasil pembelajaran khususnya
menyelesaikan soal cerita pecahan masih rendah. Kemudian setelah
menggunakan metode Problem Solving ada peningkatan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan yang cukup berarti. Penelitian ini
direncanakan tiga siklus dan akan diakhiri sampai didapat hasil yang
mencapai 75% dari semua siswa kelas IV.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan hipotesis
tindakan sebagai berikut. Melalui metode pembelajaran problem solving,
kemampuan menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan siswa kelas IV
SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Kecamatan Laweyan Kabupaten
Surakarta meningkat.
Kondisi awal
Tindakan
Kondisi akhir
Guru masih menggunakan metode ceramah
Dalam pembelajaran guru menggunakan metode problem solving
Setelah guru menggunakan metode problem solving
kemampuan menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan
masih rendah
Siklus
Siklus
Kemampuan menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan
meningkat
Siklus
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Dukuhan Kerten no. 58
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta kelas IV. Tempat tersebut dipilih
dengan beberapa pertimbangan. Diantaranya waktu, biaya dan keberadaan
sampel untuk memudahkan peneliti memperoleh data. Disamping itu
tempat lokasinya mudah terjangkau oleh peneliti.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap 2009/2010
selama 6 bulan, yaitu mulai bulan Januari sampai Juni 2010. Tahap
perencanaan akan dilaksanakan pada bulan Januari, tahap pelaksanaan
dibulan April.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa SD Negeri Dukuhan
Kerten no. 58 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta . Siswa yang dijadikan
subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV yang berjumlah 36 orang yaitu
laki- laki 15 orang dan 21 orang perempuan dan tidak ada anak yang
berkebutuhan khusus dengan perkataan lain, kelas IV ditetapkan sebagai
subjek kelas.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini
lebih menekankan pada masalah proses. Sedangkan data yang akan
diperoleh berupa data yang langsung tercatat dari kegiatan di lapangan,
maka bentuk pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
diskriptif kualitatif dan jenis penelitiannya adalah Penelitian Tindakan
Kelas (classroom action research).
39
Adapun langkah- langkah pelaksanaan PTK dilakukan melalui
empat tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan
(observing), dan refleksi (reflecting). Secara jelas langkah- langkah
tersebut dapat digambarkan pada gambar 10 di bawah ini.
Gambar 10: Bagan siklus penelitian tindakan kelas (Suharsimi
Arikunto, 2009: 12).
D. Data dan Sumber Data
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS III
Pengamatan
Tindak Lanjut
Pelaksanaan Refleksi
Pelaksanaan Refleksi
Pelaksanaan Refleksi
40
Data atau informasi yang penting untuk dikumpulkan dan dikaji
dalam penelitian ini, sebagian besar berupa data kualitatif. Data atau
informasi tersebut meliputi :
1. Informan, yaitu siswa kelas IV SD Negeri Dukuhan Kerten no. 58
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta
2. Tempat dan Peristiwa
a. Tempat : Ruang Kelas IV
b. Peristiwa : Proses belajar mengajar melalui metode problem
solving
3. Arsip dan Dokumen
a. Arsip : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mata pelajaran
Matematika dan Silabus
b. Dokumen : Daftar nilai digunakan untuk mendapatkan data nilai
siswa sebelum dilakukan tindakan.
4. Hasil Tes
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menyelesaikan
soal cerita setelah dilakukan tindakan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai bentuk penelitian tindakan kelas dan juga jenis sumber
data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Observasi
Kegiatan observasi merupakan teknik pengumpulan data yang
dilaksanakan melalui pengamatan yang disertai dengan pencatatan-
pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran
(Abdurrahmat Fathoni, 2006:104). Notoatmojo dalam Sandjaja (2006:
141) mendefinisikan observasi sebagai perbuatan jiwa secara aktif dan
penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan yang timbul
yang telah menimbulkan kesadaran untuk melaksanakan pengamatan.
41
Observasi bertujuan untuk mengamati kegiatan yang
dilaksanakan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran. Dengan
dilaksanakannya observasi, diharapkan gejala kekeliruan atau
ketidakberhasilan dalam perencanaan tindakan dapat diketahui lebih
awal sehingga dapat dilakukan modifikasi rencana tindakan sebelum
berjalan lebuh lanjut (Basrowi dan Suwandi, 2008: 127).
Observasi yang dilakukan adalah observasi langsung.
Observasi langsung (direct observation) adalah observasi yang
dilakukan tanpa perantara (secara langsung) terhadap objek yang
diteliti. Observasi dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri Dukuhan
Kerten no. 58 untuk mengetahui minat dan perhatiannya selama proses
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan metode problem
solving.
2. Pencatatan Arsip
a. Arsip
1) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tentang ruang lingkup
materi, tujuan, kompetensi dasar, hasil belajar, indikator dan
materi pokok kelas IV.
2) Silabus tentang alokasi waktu dan tema yang diajarkan.
b. Dokumen
Metode ini digunakan untuk memperoleh data berupa
tindakan dan hasil observasi proses pembelajaran. Menurut St. Y.
Slamet dan Suwarto ( 2007: 53) dokumen merupakan bahan
tertulis maupun film yang dapat digunakan sebagai sumber data.
Metode dokumentasi dapat dilaksanakan dengan pedoman
dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kegiatan yang
akan dicari datanya dan check-list yakni variabel yang akan
dikumpulkan datanya (Suharsimi Arikunto, 2006: 158). Dokumen
digunakan sebagai sumber data karena dapat dimanfaaatkan untuk
menguji, menafsirkan, bahkan dapat digunakan untuk meramalkan.
42
Dokumentasi dibedakan menjadi dua macam yaitu
dokumen pribadi dan dokumen resmi. Dalam penelitian ini teknik
pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan dokumen
resmi. Dokumen resmi untuk menjaring data awal yang berupa
Daftar nilai matematika siswa kelas IV pada pokok bahasan
menyelesaikan soal cerita pecahan, silabus. Sedangkan untuk
mengetahui perkembangan siswa dokumen yang digunakan berupa
rencana pelaksanaan pembelajaran, foto proses pembelajaran, dan
hasil evaluasi siswa.
3. Tes
Tes adalah serentetan pernyataan atau latihan atau alat lain
yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok (Suharsimi Arikunto, 1996: 138). Tes digunakan untuk
mendapatkan data tentang peningkatan kemampuan menyelesesaikan
soal cerita. Dalam penelitian ini menggunakan tes bentuk uraian/essay.
Untuk mempermudah siswa menjawab soal-soal maka diberikan kisi-
kisi tes menyelesaikan soal cerita matematika terlampir pada lampiran
2 (Halaman 84).
4. Metode Wawancara
Menurut Moloeng (2007:186) wawancara adalah
percakapan tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu
pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dan yang diwawancarai
(yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu). H. B. Sutopo (2006:
68) mengemukakan bahwa tujuan wawancara yaitu untuk menyajikan
konstruksi saat sekarang dalam konteks individu, peristiwa, aktivitas,
organisasi, perasaan, motivasi, keterlibatan, dan sebagainya untuk
membangun berbagai hal sebagai bagian dari pengalaman masa
lampau dan memproyeksikan dengan hal-hal yang bisa terjadi di masa
yang akan datang. Wawancara digunakan oleh peneliti untuk menilai
43
keadaan seseorang, misalnya dalam memperoleh data tentang latar
belakang siswa,pendidikan, orangtua, perhatian dan sikap terhadap
sesuatu.
F. Validitas Data
Informasi yang dikumpulkan oleh peneliti dari penelitian harus
diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat
dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan dasar yang kuat untuk
menarik kesimpulan. Beberapa cara yang digunakan adalah menggunakan
validitas isi dan trianggulasi data atau sumber.
1. Validitas isi
Sebuah tes dikatakan memiliki isi apabila di dalamnya mengukur
tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran
yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran. Pada penelitian ini data
yang diukur menggunakan validitas isi yaitu tes yang digunakan untuk
mengukur kemampuan menyelesaikan soal cerita dengan materi yang
diajarkan di kelas IV, maka pada penyusunan dilakukan dengan cara
memerinci kurikulum ataupun materi pelajaran. Oleh karena itu materi
yang diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas isi ini sering
disebut validitas kurikuler.
2. Triangulasi Data atau Sumber
Penelitian yang mengumpulkan data sejenis dari sumber berbeda.
Teknik ini dilaksanakan agar dapat memberikan informasi yang lebih
tepat sesuai keadaan siswa berkesulitan belajar Matematika. Teknik
pembelajaran menyelesaikan soal cerita dengan cara membandingkan
hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan, minat, perhatian
siswa selama proses pembelajaran. Dengan cara ini data sejenis bisa
teruji kemantapan, kebenaran, dari sumber berbeda-beda sehingga
diharapkan dapat memberi informasi yang lebih tepat sesuai keadaan
sisi kelas IV SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58.
44
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah analisis deskriptif interaktif dan analisis interaktif. Bogdan dan
Taylor dalam Iskandar (2008: 254) mendefinisikan analisis data sebagai
proses yang mencari usaha secara formal untuk menemukan tema dan
merumuskan ide seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha
untuk memberikan bantuan pada tema dan ide itu. Menurut Gay dalam
Iskandar (2008: 255) ”Analysis of data can investigated by comparing
responses on one data with responses on other data.” Analisis data
dilakukan dengan menguji kesesuaian antara data yang satu dengan data
yang lain. Tahapan yang terdapat pada analisis interaktif menurut
Iskandar (2008: 222) yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan.
1. Dalam reduksi merupakan data yang diperoleh dari hasil observasi dan
wawancara ditulis dalam bentuk rekaman data, dikumpulkan,
dirangkum, dan dipilih hal-hal yang pokok, kemudian dicari polanya.
Jadi, rekaman data sebagai bahan data Reduksi Data mentah singkat
disusun lebih sistematis, ditonjolkan pokok-pokok yang penting
sehingga lebih tajam hasil pengamatan dalam penelitian ini, juga
mempermudah peneliti untuk mencatat kembali data yang diperoleh
bila diperlukan.
2. Penyajian Data
Data yang telah direduksi dan dikelompokkan dalam berbagai
pola dideskripsikan dalam bentuk kata-kata yang berguna untuk
melihat gambaran keseluruhan atau bagian tertentu. Penyajian data ini
ditulis dalam paparan data.
3. Penarikan Simpulan atau Verifikasi
Data yang diperoleh dicari pola, hubungan, atau hal-hal yang
sering timbul dari data tersebut kemudian dihasilkan simpulan
45
sementara yang disebut dengan temuan peneliti. Penarikan simpulan
dilakukan terhadap temuan peneliti berupa indikator- indikator yang
selanjutnya dilakukan pemaknaan atau refleksi sehingga memperoleh
simpulan akhir. Hasil simpulan akhir dilakukan refleksi untuk
menentukan atau menyusun rencana tindakan berikutnya.
Untuk lebih jelasnya, proses analisis interaktif dapat digambarkan
dengan skema sebagai berikut :
Sumber : H. B. Sutopo (1996:96)
Gambar 11 : Bagan model analisis interaktif
H. Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan
acuan atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan
penelitian. Yang menjadikan indikator kinerja dalam penelitian ini adalah
meningkatnya kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV
SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Surakarta melalui metode problem
solving, indikator kinerja dalam penelitian ini bersumber dari silabus
KTSP matematika kelas IV dan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 60
yaitu apabila 75% dari jumlah siswa dalam mengerjakan soal mendapat
nilai lebih dari 60. Indikator tersebut meliputi : (1) melakukan operasi
hitung penjumlahan tentang pecahan (2) melakukan operasi hitung
Pengumpulan Data
Reduksi Data Sajian Data
Penarikan Kesimpulan / Verifikasi
46
pengurangan tentang pecahan, (3) melakukan operasi hitung campuran
penjumlahan dan pengurangan tentang pecahan.
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus yang
masing-masing siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan refleksi. Pelaksanaan dilakukan dengan mengadakan
pembelajaran yang dalam satu siklus ada tiga kali tatap muka yang
masing-masing 2x35 menit. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan
perubahan yang dicapai, seperti yang telah didesain. Pada pra siklus,
dalam pembelajarannya peneliti hanya dengan menggunakan metode
ceramah dan pemberian tugas dan untuk meningkatkan kemampuan
menyelesaikan soal cerita dalam pembelajaran matematika pada siswa
kelas IV SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Surakarta diadakan observasi
terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Berdasarkan hasil temuan di kelas, maka peneliti berusaha
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita dalam pembelajaran
matematika pada siswa kelas IV SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58
Surakarta dengan menerapkan metode Problem solving.
Adapun prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini secara rinci
diuraikan sebagai berikut:
I. Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini peneliti menyusun rencana
tindakan yang didasarkan pada hasil studi pendahuluan yang telah
dilakukan. Dalam hal ini guru dan peneliti menyamakan persepsi
tentang permasalahan yang ditemui dan menjabarkannya serinci
mungkin.
47
Bentuk rencana tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Membuat skenario pembelajaran (terlampir) 2) Mempersiapkan
media atau peralatan yang akan digunakan. 3) Membuat lembar
observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di
kelas ketika diajarkan dengan metode problem solving 4)
Menyiapkan sumber pelajaran meliputi LKS yang diperlukan
dalam membuat siswa memahami materi pelajaran yang akan
diajarkan. 5) Membuat alat evaluasi untuk melihat apakah
kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pelajaran matematika
siswa dengan menggunakan metode pembelajaran yang digunakan
dapat ditingkatkan.
b. Tindakan
Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang
telah direncanakan pada tahap perencanaan. Tahap ini bersifat
terapiks yaitu upaya perbaikan melalui implementasi tindakan
yang telah ditetapkan pada tahap sebelumnya. Dalam penelitian
tindakan sering terjadi belokan-belokan kecil dari rencana yang
telah disusun, karena itu peneliti akan selalu mencatat perubahan-
perubahan kecil tersebut dan alasan perubahan itu terjadi
c. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan. Kegiatan ini dilakukan dengan mengamati
dan mencatat secara cermat setiap gejala baik mengenai tindakan,
pelaksanaan tindakan, maupun akibat dari tindakan-tindakan
tersebut.
d. Refleksi
Refleksi meliputi beberapa komponen yakni: menganalisa,
mensintesa, dan menerangkan. Hasil refleksi ini digunakan sebagai
48
dasar pemikiran untuk tindakan yang akan datang karena hasil
yang diperoleh belum maksimal.
II. Siklus II
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus yang kedua ini adalah dengan
melakukan identifikasi masalah dan penetapan alternatif
pemecahan masalah. Kegiatan ini dapat dijabarkan sebagai
berikut: 1) Merencanakan pembelajaran dengan problem solving
2) Menentukan pokok bahasan. 3) Mengembangkan skenario
pembelajaran. 4) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS). 5)
Menyiapkan sumber belajar dan media. 6) Mengembangkan
format evaluasi. 7) Mengembangkan format observasi
pembelajaran.
b. Tindakan
Tindakan yang dilakukan adalah dengan memperbaiki
tindakan pada siklus pertama sesuai dengan skenario pembelajaran
yang telah disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I
dan memantau proses peningkatan kemampuan menyelesaikan
soal cerita pokok bahasan pecahan.
c. Observasi
Observasi dilakukan dengan mengkaji hasil pada siklus
pertama dan memonitor serta membantu siswa jika menemui
kesulitan
d. Refleksi
Menganalisis hasil pengamatan untuk memperoleh
gambaran tentang dampak dari tindakan yang dilakukan, hal-hal
yang perlu diperbaiki dan yang harus menjadi perhatian agar
diperoleh hasil yang maksimal.
49
III. Rancangan Siklus III
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus yang ketiga ini adalah dengan
melakukan identifikasi masalah dan penetapan alternatif
pemecahan masalah. Kegiatan ini dapat dijabarkan sebagai
berikut: 1) Merencanakan pembelajaran dengan problem solving
2) Menentukan pokok bahasan. 3) Mengembangkan skenario
pembelajaran. 4) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS). 5)
Menyiapkan sumber belajar dan media. 6) Mengembangkan
format evaluasi. 7) Mengembangkan format observasi
pembelajaran.
b. Tindakan
Tindakan yang dilakukan adalah dengan memperbaiki
tindakan pada siklus pertama dan kedua sesuai dengan skenario
pembelajaran yang telah disempurnakan berdasarkan hasil refleksi
pada siklus I dan II dan memantau proses peningkatan kemampuan
menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan.
c. Observasi
Observasi dilakukan dengan mengkaji hasil pada siklus
pertama dan kedua dan memonitor serta membantu siswa jika
menemui kesulitan
d. Refleksi
Hasil analisis data dari siklus III ini digunakan sebagai
acuan untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang
dilakukan guru dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan
soal cerita dalam pembelajaran matematika dengan metode
problem solving siswa kelas IV.
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Letak Goegrafi Sekolah Dasar Negeri Dukuhan Kerten No. 58
Secara geografis, letak SDN Dukuhan Kerten No. 58 berada di desa Kerten,
kecamatan Laweyan, kabupaten Surakarta. SDN Dukuhan Kerten No. 58 berada di
antara pemukiman padat penduduk dekat dengan jalan raya. Lokasinya sangat
strategis sehingga memberikan banyak keuntungan bagi SD ini, diantaranya adalah
memberikan kemudahan bagi sekolah dalam melaksanakan tugas kedinasan dan
tersedia berbagai sumber belajar yang dapat digunakan secara langsung untuk
proses pembelajaran sehingga menarik minat siswa untuk belajar.
2. Keadaan Personil Sekolah Dasar Negeri Dukuhan Kerten No. 58
SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 kecamatan Laweyan kota Surakarta
pada tahun 2009 /2010 dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah dan memiliki 18
guru yang telah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS), 7 orang tenaga pengajar
yang masih Wiyata Bakti dan 2 orang penjaga sekolah. Semua personel telah
melaksanakan tugasnya masing-masing dengan baik sesuai dengan
tanggungjawabnya. Dengan jumlah guru yang memadai maka proses belajar
mengajar juga dapat berjalan dengan lancar. Dengan kelancaran proses
pembelajaran tersebut seharusnya para siswa SDN Dukuhan Kerten No. 58 dapat
meraih prestasi yang baik, baik secara akademik maupun non akademik. Bukan
hanya guru dan Kepala sekolah yang bertanggungjawab dalam membimbing siswa
namun peran orang tua dan masyarakat juga sangat penting. Hal ini telah
diwujudkan di SDN Dukuhan Kerten No. 58 dalam wadah Paguyuban Orang Tua
Siswa dan Komite sekolah. Keberhasilan pendidikan siswa merupakan
tanggungjawab bersama sehingga harus ada kerjasama yang baik dari semua pihak.
51
3. Keadaan sarana dan Prasarana Sekolah Dasar Negeri Dukuhan Kerten
No. 58
Bangunan gedung SDN Dukuhan Kerten No. 58 berdiri di atas tanah seluas
658 meter persegi. Bangunan yang ada adalah 12 ruang kelas yang terdiri kelas
paralel, 1 gudang, 1 rumah penjaga, 1 kantin sekolah, 1 ruang guru dan Kepala
Sekolah, 1 ruang alat-alat olahraga, 1 ruang olahraga, 1 ruang agama Kristen, 1
ruang tempat sepeda siswa, 1 ruang komputer, 1 ruang tari, UKS, mushola,
perpustakaan, ruang serba guna dan 8 kamar mandi. Penjaga sekolah tinggal di
rumah dinas SDN Dukuhan Kerten No. 58 tepatnya di sebelah selatannya ruang
kelas agama kristen sehingga keamanan dan kebersihan SD terjaga dengan baik.
Selain mempunyai beberapa ruangan, SDN Dukuhan Kerten No. 58 juga
mempunyai halaman yang sangat luas yang biasanya digunakan untuk
pembelajaran olahraga, upacara dan berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang
diadakan oleh sekolah serta tempat bermain bagi para siswa ketika jam istirahat.
Taman sekolah juga tertata secara rapi sehingga memberikan suasana nyaman bagi
para siswa dalam mengikuti pembelajaran ketika di luar ruangan.
4. Keadaan Siswa Sekolah Dasar Negeri Dukuhan Kerten No. 58
Jumlah seluruh siswa di SDN Dukuhan Kerten No.58 pada tahun 2009/2010
adalah 412 siswa yang terdiri dari 219 siswa laki- laki dan 193 siswa perempuan.
Siswa terbagi dalam 12 kelas paralel yakni kelas IA sebanyak 36 siswa, kelas IB
sebanyak 37 siswa, kelas IIA sebanyak 43 siswa, kelas IIB sebanyak 43 siswa,
kelas IIIA sebanyak 32 siswa, kelas IIIB sebanyak 33 siswa, . kelas IVA sebanyak
37 siswa, kelas IVB sebanyak 36 siswa, kelas VA sebanyak 35 siswa, kelas VB
sebanyak 34 siswa, kelas VIA sebanyak 24 siswa dan kelas VIB sebanyak 23 siswa
Siswa berasal dari berbagai latar belakang sosial yang berbeda-beda. Sebagian
besar orang tua siswa bekerja sebagai wiraswasta yang pendidikannya masih
terhitung rendah.
Berdasarkan data yang ada bahwa rata-rata pendidikan orang tua siswa
masih rendah maka pihak sekolah terdorong untuk memberikan pendidikan dan
pengajaran semaksimal mungkin karena orang tua siswa kurang begitu
52
memperhatikan perkembangan anaknya dalam belajar. Sebagian dari mereka hanya
menyerahkan pendidikan anak-anaknya pada pihak sekolah. Hal ini dapat
membuat terhambatnya perkembangan prestasi siswa terutama dalam pelajaran
Matematika. Siswa-siswa banyak menemui kesulitan karena mereka menganggap
bahwa Matematika merupakan pelajaran yang sulit dan sangat menakutkan.
Keadaan seperti ini terjadi pada siswa kelas IV SDN Dukuhan Kerten pada materi
menyelesaikan soal cerita tentang pecahan. Siswa masih menemui kesulitan karena
guru belum mengupayakan metode dan strategi pembelajaran yang tepat untuk
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran sehingga hasil yang
diperolehpun juga belum maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan masih adanya 19
siswa atau sekitar 54,28 % siswa yang nilainya belum dapat memenuhi Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 60. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka
peneliti mengadakan penelitian di kelas IV dengan menerapkan metode
pembelajaran problem solving yang dapat meningkatkan kemampuan siswa
terhadap materi menyelesaikan soal cerita tentang pecahan .
Agar lebih jelas maka kondisi awal hasil belajar matematika pada pokok
bahasan pecahan dapat dilihat dari tabel 1 dan gambar 12 di bawah ini:
Tabel 1. Data Nilai Matematika Materi Pecahan Siswa Kelas IV SDN Dukuhan
Kerten No. 58 Pada Kondisi Awal
No Interval Kelas
Frekuensi (fi)
Nilai Tengah
(xi)
Fixi Prosentase
(%)
Keterangan
1 17-30 4 23,5 94 11,11 Di bawah KKM
2 31-44 4 37,5 150 11,11 Di bawah KKM
3 45-58 11 51,5 566,5 30,55 Di bawah KKM
4 59-72 14 65,5 917 38,88 Di atas KKM
5 73-86 3 79,5 268,5 8,33 Di atas KKM
6 87-100 0 93,5 0 0 Di atas KKM
Jumlah 36 1966 100
53
Nilai rata-rata= 1996 : 36 = 55,44
Ketuntasan klasikal= 17 : 36X 100 % = 47,22%
Dari tabel 1 nilai matematika materi menyelesaikan soal cerita pecahan pada
siswa kelas IV SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 sebelum diadakan tindakan
melalui penerapan metode problem solving, dapat disajikan dalam gambar 12 di
bawah ini:
Gambar 12: Bagan Grafik Nilai Matematika Materi Menyelesaikan Soal Cerita
Pecahan Siswa Kelas IV SDN Dukuhan Kerten No. 58 Pada Kondisi Awal
B. Deskripsi Per Siklus
1. Tindakan siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan. Tiap-tiap
pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 X 35 menit) yang dilaksanakan selama
dua minggu yaitu pada tanggal 20 April 2010, 23 April 2010 dan 26 April 2010.
Adapun tahapan-tahapan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
54
Pada tahap perencanaan peneliti mengadakan observasi terhadap proses
pembelajaran dan prestasi belajar Matematika pada kelas IV untuk mengetahui
media, metode, strategi pembelajaran yang telah digunakan oleh guru, serta proses
pembelajaran yang telah berlangsung. Peneliti juga mencatat hasil belajar yang
diperoleh oleh masing-masing siswa.
Berdasarkan pengamatan dan hasil catatan terhadap proses pembelajaran
dan prestasi belajar sebelum tindakan,dapat diperoleh informasi sebagai data awal.
Hasil pencatatan menunjukkan bahwa dari 36 siswa kelas IV terdapat 19 siswa
atau sekitar 54,28 % yang masih belum memahami konsep pecahan. Hal ini
ditunjukkan dengan perolehan nilai siswa yang belum mencapai nilai 60 ( KKM ).
Oleh karena itu, peneliti mengadakan koordinasi dengan Kepala sekolah dan guru
kelas serta guru-guru yang lain untuk membahas tentang alternatif yang dapat
dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SDN Dukuhan
Kerten No. 58 terhadap materi menyelesaikan soal cerita tentang pecahan.
Berkaitan dengan masalah penelitian yang sudah dirumuskan rencana
tindakan yang dilaksanakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian dengan
menggunakan acuan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2008
untuk kelas IV pada mata pelajaran Matematika materi menyelesaikan soal cerita
pecahan, peneliti melakukakan langkah- langkah pembelajaran sebagai berikut: 1)
Menyiapkan rencana pembelajaran (terlampir) 2) Mempersiapkan media atau
peralatan yang akan digunakan. 3) Menyiapkan materi pembelajaran 4) Membuat
lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas ketika
diajarkan dengan metode problem solving. 5) Menyiapkan sumber pelajaran yang
diperlukan dalam membuat siswa memahami materi pelajaran yang akan diajarkan.
6) Membuat alat evaluasi untuk melihat apakah kemempuan menyelesaikan soal
cerita pecahan pada pelajaran matematika siswa dengan menggunakan metode
pembelajaran yang digunakan dapat ditingkatkan. 7) Membagi kelompok siswa
yang masing-masing beranggotakan 9 orang.
55
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
metode problem solving sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun.
1) Pertemuan I
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 20 April 2010. Pada
pertemuan ini materi yang diajarkan adalah soal cerita operasi penjumlahan
pecahan. Berikut ini dipaparkan kondisi riil yang dialami selama proses belajar
mengajar berlangsung.
Guru mengawali pelajaran dengan doa bersama dan mengabsen siswa.
Selanjutnya menentukan masalah yang berkaitan dengan pokok bahasan soal cerita
operasi penjumlahan pecahan. Guru mempersiapkan model atau alat peraga yang
dibutuhkan. Selanjutnya guru memberikan apersepsi dengan mengkaitkan pada
pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan pecahan.
Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru namun masih terlihat malu-malu.
Karena Siswa masih belum begitu berani mengungkapkan pendapat maka guru
memberikan motivasi kepada siswa agar siswa tetap tertarik dalam mengikuti
pembelajaran.
Pada kegiatan inti guru memberikan materi tentang soal cerita operasi
penjumlahan pecahan dengan kertas untuk memperjelas materi. Siswa membentuk
kelompok heterogen yang beranggotakan 9 orang. Setelah terbentuk kelompok,
setiap kelompok di beri kertas yang berbentuk lingkaran. Masing-masing kelompok
diminta untuk membagi kertas tersebut menjadi beberapa bagian yang berbeda
dengan kelompok lain. Hasil bagian kertas tersebut di jumlahkan dengan kelompok
lain. Siswa yang bisa diminta untuk maju. Siswa masih malu-malu mengungkapkan
pendapatnya. Kegiatan dilanjutkan dengan memberikan evaluasi kepada siswa
untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari.
Guru memberikan penghargaaan pada kelompok maupun individu yang telah
bekerja dengan baik. Siswa dan guru menyimpulkan materi tentang menyelesaikan
soal cerita operasi penjumlahan pecahan yang telah didiskusikan bersama.
56
Sebagai kegiatan penutup guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan materi yang belum jelas. Siswa dengan bimbingan guru membuat
rangkuman materi pelajaran dan memberikan pekerjaan rumah untuk persiapan
pembelajaran selanjutnya.
2) Pertemuan II
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 23 April 2010. Pada
pertemuan yang ke-2 ini materi yang diajarkan adalah menyelesaikan soal cerita
operasi pengurangan pecahan. Kegiatan diawali dengan: guru menentukan masalah
yang berkaitan dengan pokok bahasan soal cerita operasi pengurangan pecahan.
Selanjutnya guru mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan. Siswa
mulai menyiapkan diri mengikuti pembelajaran dan mamperhatikan guru. Guru
mengadakan tanya jawab tentang pecahan dengan mengkaitkan pada pengalaman
siswa dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan pecahan. Kegiatan
dilanjutkan dengan guru memberikan materi tentang operasi pengurangan pecahan.
Siswa membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 9 orang. Masing-
masing kelompok diberi kertas yang berbentuk lingkaran. Setiap kelompok diminta
membagi kertas tersebut menjadi beberapa bagian yang berbeda dengan kelompok
lain. Hasil bagian kertas tersebut di lakukan operasi pengurangan dengan kelompok
lain. Siswa kemudian diminta berdiskusi untuk menjawab pertanyaan tadi.
Kegiatan pelajaran diakhiri dengan menyimpulkan tentang operasi
pengurangan pecahan yang telah pelajari. Siswa mengumpulkan hasil kerja
kelompoknya atas perintah guru. Siswa mengerjakan tes individual pada akhir
pelajaran tentang materi menyelesaikan soal cerita operasi pengurangan yang telah
didiskusikan. Individu atau kelompok yang memperoleh skor tinggi diberi
penghargaan oleh guru.
3) Pertemuan III
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 26 April 2010. Pada
pertemuan yang ke-3 ini materi yang diajarkan adalah menyelesaikan soal cerita
operasi campuran yaitu penjumlahan dan pengurangan pecahan. Kegiatan diawali
57
dengan: guru menentukan masalah yang berkaitan dengan pokok bahasan soal
cerita operasi campuran penjumlahan dan pengurangan pecahan. Selanjutnya guru
mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan. Siswa mulai menyiapkan
diri mengikuti pembelajaran dan mamperhatikan guru. Guru mengadakan tanya
jawab tentang pecahan dengan mengkaitkan pada pengalaman siswa dalam
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan pecahan. Kegiatan dilanjutkan dengan
guru memberikan materi tentang operasi campuran penjumlahan dan pengurangan
pecahan. Siswa membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 9 orang.
Masing-masing kelompok diberi kertas yang berbentuk lingkaran. Setiap kelompok
diminta membagi kertas tersebut menjadi beberapa bagian yang berbeda dengan
kelompok lain. Hasil bagian kertas tersebut di lakukan operasi penjumlahan dan
pengurangan dengan kelompok lain. Siswa kemudian diminta berdiskusi untuk
menjawab pertanyaan tadi.
Kegiatan pelajaran diakhiri dengan menyimpulkan tentang operasi
penjumlahan dan pengurangan pecahan yang telah pelajari. Siswa mengumpulkan
hasil kerja kelompoknya atas perintah guru. Siswa mengerjakan tes individual pada
akhir pelajaran tentang materi menyelesaikan soal cerita operasi penjumlahan dan
pengurangan yang telah didiskusikan. Individu atau kelompok yang memperoleh
skor tinggi diberi penghargaan oleh guru.
c. Observasi
Peneliti melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan tindakan sesuai
dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita
tentang pecahan dengan metode problem solving. Dalam tahap ini peneliti
mengadakan kolaborasi dengan guru kelas dalam melaksanakan pemantauan
terhadap pelaksanaan proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan lembar
observasi. Observasi dilaksanakan untuk mendapatkan data mengenai kegiatan
peneliti dalam kesesuaian antara rencana pembelajaran yang disusun dengan
pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan. Selain itu observasi juga dilakukan
untuk mengetahui seberapa besar kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran
58
untuk dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SDN Dukuhan Kerten No.
58 tentang menyelesaikan soal cerita pecahan.
Berdasarkan pada lampiran 6 halaman 100, diperoleh hasil sebagai berikut:
Kegiatan guru: 1) Persiapan guru dalam memulai pembelajaran dalam kriteria
sangat kurang, 2) kemampuan guru mengelola kelas dalam kriteria sangat kurang,
3) kemampuan guru mengelola waktu pelajaran dalam kriteria cukup, 4)
kemampuan guru memberikan apersepsi dalam kriteria kurang, 5) kemampuan
menyampaikan materi dalam kriteria kurang, 6) kemampuan guru dalam
memberikan pertanyaan dalam kriteria baik, 7) kemampuan guru dalam
membimbing diskusi dan melakukan penjelasan konsep dalam kriteria baik, 8)
perhatian guru terhadap siswa dalam kriteria baik, 9) kemampuan guru dalam
mengembangkan aplikasi dalam kriteria sangat kurang, 10) kemampuan guru dalam
menutup pelajaran dalam kriteria sangat baik.
Berdasarkan pada lampiran 7 halaman 101, diperoleh hasil sebagai berikut:
Kegiatan siswa: 1) Siswa aktif masih kurang memperhatikan penjelasan guru
walaupun dan di tengah pembelajaran konsentrasi siswa terhadap pelajaran
berkurang karena mengobrol dengan teman lain di luar materi pelajaran. 2)
Kemauan siswa untuk menerima pelajaran masih kurang terlihat. Siswa masih
belum begitu antusias terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. 3) Keaktifan
siswa dalam mengerjakan tugas masih rendah. 4) Siswa belum memanfaatkan
media dengan baik sesuai dengan kegunaannya. 5) Kesungguhan siswa
mengerjakan tugas individu maupun kelompok masih kurang. 6) Hasrat untuk
bertanya dan mengeluarkan pendapat masih rendah karena siswa masih terlihat
malu-malu. 7) Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran masih kurang. 8) Siswa
belum sungguh-sungguh dalam mengerjakan tes.
d. Refleksi
Berdasarkan kumpulan data yang diperoleh dari kolaborasi dengan guru
kelas, peneliti memperoleh temuan bahwa sebagian besar siswa belum mampu
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru secara optimal karena guru belum
dapat menyampaikan informasi secara jelas. Hal ini membuat kurangnya
59
kesungguhan siswa dalam mengerjakan tugas dan mereka hanya asik dengan
berbicara dengan temannya di luar materi pelajaran karena kelompok terlalu banyak
anggotanya sehingga kurang efektif.
Apabila dicermati kegagalan siswa dalam menyelesaikan tugas pada saat
proses pembelajaran berlangsung bersumber dari hal-hal sebagai berikut: 1) siswa
belum memahami materi yang di ajarkan 2) Masih ada siswa yang suka
mengganggu teman sehingga menghambat dalam pembelajaran. Hal tersebut terjadi
karena terlalu banyakknya anggota dalam satu kelompok sehingga kurang efektif.
Dengan demikian dapat direnungkan bahwa penelitian dalam siklus I belum
menunjukan keberhasilan dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti
mencari solusi dengan memberikan arahan kembali kepada siswa materi yang di
ajarkan dengan metode problem solving. Selain itu, peneliti juga mengubah jumlah
anggota dalam kelompok dari 9 orang menjadi 5 orang pada masing-masing
kelompok. Hal ini dilakukan dengan alasan agar pembelajaran dapat berjalan
efektif. Untuk kelancaran proses diskusi, peneliti juga memberikan motivasi berupa
penghargaan kepada siswa agar mereka lebih bersemangat dalam belajar. Berkaitan
dengan hal tersebut maka peneliti mengadakan tindakan untuk siklus berikutnya.
Adapun hasil yang diperoleh pada siklus I dapat dilihat pada tabel 2 dan
gambar 13 di bawah ini:
Tabel 2. Data Nilai Matematika Materi Menyelesaikan soal cerita Siswa Kelas IV
SDN Dukuhan Kerten No. 58 Pada Siklus I
No Interval Nilai
Frekuensi (fi)
Nilai Tengah
(xi)
Fixi Prosentase
(%)
Keterangan
1 17-30 0 23,5 0 0 Di bawah KKM
2 31-44 0 37,5 0 0 Di bawah KKM
3 45-58 14 51,5 721 38,88 Di bawah KKM
60
4 59-72 17 65,5 1113,5 47,22 Di atas KKM
5 73-86 5 79,5 397,5 13,88 Di atas KKM
6 87-100 0 93,5 0 0 Di atas KKM
Jumlah 36 2232 100
Nilai rata-rata= 2232 : 36 = 62
Ketuntasan klasikal= 22: 36 X 100 % = 61,11%
Dari tabel Nilai Matematika Materi pecahan Siswa Kelas IV SDN Dukuhan
Kerten No. 58 setelah tindakan melalui penerapan pembelajaran metode problem
solving, dapat disajikan pada gambar 13 di bawah ini:
Gambar 13: Bagan Grafik Nilai Matematika Materi menyelesaikan
soal cerita pecahan Siswa Kelas IV SDN Dukuhan
KertenNo.58 Pada Siklus I
2. Tindakan siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan selama 3 kali pertemuan. Tiap-tiap
pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 X 35 menit) yang dilaksanakan selama
61
dua minggu yaitu pada tanggal 28 April 2010, 03 Mei 2010 dan 06 Mei 2010. Pada
siklus II ini peneliti mengkaji hasil renungan dari siklus I. Adapun tahapan-tahapan
yang dilaksanakan dalam siklus II adalah sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan pada siklus I telah diketahui bahwa
ada peningkatan kemampuan siswa terhadap materi pembelajaran Matematika
tetapi belum maksimal. Hal tersebut ditunjukkan pada beberapa siswa yang belum
tuntas dalam pembelajaran Matematika pada materi menyelesaikan soal cerita
pecahan.
Perencanaan pada siklus yang kedua ini adalah dengan melakukan
identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan materi dan informasi pembelajaran dengan jelas dan
memberikan arahan kembali kepada siswa tentang materi pembelajaran.
2) Memberikan motivasi kepada siswa misalnya dengan memberikan penghargaan
atau hadiah.
3) Siswa diajak bernyanyi agar tidak bosan.
4) Guru mengubah jumlah anggota dari masing-masing kelompok dari 9 orang
menjadi 5 orang pada masing-masing kelompok.
5) Guru memperbaiki pengelolaan kelas dengan membuat pembelajaran yang
menarik siswa.
Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun
2008 kelas IV, peneliti melakukan langkah- langkah perencanaan pembelajaran
Matematika dengan metode problem solving sebagai berikut:
1) Mempelajari KTSP dan silabus SD kelas IV
Standar Kompetensi
6. menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar
6.5. menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan.
62
2) Merencanakan pembelajaran dengan metode problem solving untuk tiga kali
pertemuan dengan indikator: dapat melakukan operasi penjumlahan bilangan
pecahan yang dalam mengatasai masalah, dapat melakukan operasi
pengurangan bilangan pecahan dalam mengatasai masalah, dapat melakukan
operasi campuran penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan dalam
mengatasai masalah.
3) Menentukan pokok bahasan dan memberikan informasi kepada siswa mengenai
materi pelajaran yang akan dibahas dengan tujuan agar siswa lebih
mempersiapkan diri lagi dalam melakukan kegiatan pembelajaran .
4) Menyiapkan sumber belajar dan media roti.
5) Mengembangkan format evaluasi.
6) Mengembangkan format observasi pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti mengulang materi pembelajaran dengan menerapkan
metode problem solving yang didukung dengan penggunaan media bangun kertas
dan roti. Pembelajaran yang telah disusun pada siklus II dilaksanakan tiga kali
pertemuan.
1) Pertemuan I
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 28 April 2010. Pada
pertemuan ini materi yang diajarkan adalah penjumlahan yang berpenyebut sama
dan berbeda. Berikut ini dipaparkan kondisi riil yang dialami selama proses belajar
mengajar berlangsung.
Kegiatan diawali dengan doa bersama, mengabsen siswa dan
mengkondisikan siswa. Sebagai kegiatan awal guru menentukan masalah yang
berkaitan dengan pokok bahasan operasi penjumlahan menyelesaikan soal cerita
pecahan. Guru mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan yaitu media
kertas dan roti. Siswa dan guru bertanya jawab tentang pecahan dengan
mengkaitkan pada pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan
63
dengan operasi penjumlahan pecahan dalam pemecahan masalah. Selanjutnya Guru
memberikan materi operasi penjumlahan yang berpenyebut sama dan berbeda
beserta medianya untuk memperjelas materi. Siswa membentuk kelompok
heterogen yang beranggotakan 5 orang. Guru memberikan media kertas dan roti
pada setiap kelompok. Kertas dan roti tersebut di bagi menjadi beberapa bagian
yang berbeda dengan kelompok lain. Bagian kertas dan roti tersebut di jumlahkan
dengan bagian kertas dan roti kelompok lain, sehinggan terjadi operasi
penjumlahan. Siswa diminta untuk mendiskusikan hasil dari penjumlahan pecahan
tadi. Guru berkeliling membimbing dan memantau kegiatan siswa. Kegiatan
selanjutnya siswa mengerjakan evaluasi untuk mengetahui kedalaman pemahaman
siswa terhadap materi. Guru memberikan penghargaaan pada kelompok maupun
individu agar siswa tetap termotivasi dalam melaksanakan pembelajaran.
Sebagai kegiatan penutup siswa dan guru membuat kesimpulan tentang
operasi penjumlahan dalam pemecahan masalah yang telah didiskusikan dan
melakukan refleksi. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan hal-hal yang belum jelas berkaitan dengan materi yang telah
dipelajari. Guru memberikan PR kepada siswa sebagai tindak lanjut dari
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
2) Pertemuan II
Pertemuan II dilaksanakan pada tanggal 03 Mei 2010. Materi pecahan
pertemuan II pada siklus II ini adalah tentang pengurangan yang berpenyebut sama
dan berbeda. Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa
bersama, dan mengabsen siswa. Siswa bersama dengan guru membahas pekerjaan
rumah. Guru memberikan apersepsi dengan menanyakan kepada siswa tentang
operasi penjumlahan yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya agar siswa
lebih siap dalam mengikuti pembelajaran.
Pada kegiatan inti guru memberikan materi tentang operasi pengurangan
yang berpenyebut sama dan berbeda beserta media untuk memberikan kemudahan
bagi siswa dalam memahami materi. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok
64
heterogen yang masing-masing beranggotakan 5 orang. Guru memberikan media
kertas dan roti pada setiap kelompok. Kertas dan roti tersebut di bagi menjadi
beberapa bagian yang berbeda dengan kelompok lain. Bagian kertas dan roti
tersebut di kurangkan dengan bagian kertas dan roti kelompok lain, sehingga terjadi
operasi penpengurangan. Siswa diminta untuk mendiskusikan hasil dari
pengurangan pecahan tadi. Guru berkeliling membimbing dan memantau kegiatan
siswa. Kegiatan selanjutnya siswa mengerjakan evaluasi untuk mengetahui
kemampuan siswa terhadap materi. Guru memberikan penghargaaan pada
kelompok maupun individu agar siswa tetap termotivasi dalam melaksanakan
pembelajaran.
Guru memberikan penghargaaan pada kelompok maupun individu sehingga
siswa tetap antusias untuk berdiskusi dan mengungkapkan pendapat. Siswa diminta
untuk mengerjakan evaluasi secara individu.
Proses pembelajaran ditutup dengan penarikan kesimpulan tentang materi
yang telah didiskusikan dan melakukan refleksi. Sebagai tindak lanjut, guru
memberikan pesan-pesan kepada siswa untuk mempelajari soal cerita pecahan
dalam pemecahan masalah. dan agar siswa dapat menyelesaikan persoalan dalam
kehidupan sehari-harinya yang berhubungan dengan pecahan.
3) Pertemuan III
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 06 Mei 2010. Pada pertemuan
yang ke-3 ini materi yang diajarkan adalah menyelesaikan soal cerita operasi
campuran yaitu penjumlahan dan pengurangan pecahan. Kegiatan diawali dengan:
guru menentukan masalah yang berkaitan dengan pokok bahasan soal cerita operasi
campuran penjumlahan dan pengurangan pecahan. Selanjutnya guru
mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan. Siswa mulai menyiapkan
diri mengikuti pembelajaran dan mamperhatikan guru. Guru mengadakan tanya
jawab tentang pecahan dengan mengkaitkan pada pengalaman siswa dalam
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan pecahan. Kegiatan dilanjutkan dengan
guru memberikan materi tentang operasi campuran penjumlahan dan pengurangan
65
pecahan. Siswa membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 5 orang.
Masing-masing kelompok diberi kertas dan roti yang berbentuk lingkaran. Setiap
kelompok diminta membagi 5 tersebut menjadi beberapa bagian yang berbeda
dengan kelompok lain. Hasil bagian kertas dan roti tersebut di lakukan operasi
penjumlahan dan pengurangan dengan kelompok lain.Siswa kemudian diminta
berdiskusi untuk menjawab pertanyaan tadi.
Kegiatan pelajaran diakhiri dengan menyimpulkan tentang operasi
penjumlahan dan pengurangan pecahan yang telah pelajari. Siswa mengumpulkan
hasil kerja kelompoknya atas perintah guru. Siswa mengerjakan tes individual pada
akhir pelajaran tentang materi menyelesaikan soal cerita operasi penjumlahan dan
pengurangan yang telah didiskusikan. Individu atau kelompok yang memperoleh
skor tinggi diberi penghargaan oleh guru.
c. Observasi
Pada tahap ini peneliti mengadakan pengamatan terhadap sikap, perilaku
siswa selama pembelajaran berlangsung serta keterampilan guru dalam mengajar
dengan metode problem solving pada pecahan khususnya menyelesaikan soal
cerita. Adapun data hasil observasi menunjukkan bahwa siswa aktif berpartisipasi
dalam pembelajaran. Siswa sudah memiliki motivasi dan keberanian untuk bertanya
dan mengungkapkan pendapatnya.
Berdasarkan pada lampiran 8 halaman 103, diperoleh data sebagai berikut:
Hasil Pengamatan Terhadap Guru Pada Siklus II, dapat diperoleh hasil kinerja guru
sebagai berikut: 1) Persiapan guru dalam memulai pembelajaran dalam kriteria
baik, 2) kemampuan guru mengelola kelas dalam kriteria baik, 3) kemampuan guru
mengelola waktu pelajaran dalam kriteria baik, 4) kemampuan guru memberikan
apersepsi dalam kriteria baik, 5) kemampuan menyampaikan materi dalam kriteria
baik, 6) kemampuan guru dalam memberikan pertanyaan dalam kriteria sangat
baik, 7) kemampuan guru dalam membimbing diskusi dan melakukan penjelasan
konsep dalam kriteria sangat baik, 8) perhatian guru terhadap siswa dalam kriteria
66
sangat baik, 9) kemampuan guru dalam mengembangkan aplikasi dalam kriteria
kurang, 10) kemampuan guru dalam menutup pelajaran dalam kriteria sangat baik.
Berdasarkan pada lampiran 9 halaman 104, diperoleh data sebagai berikut:
Lembar observasi kegiatan siswa dalam kegiatan pembelajaran siklus II diperoleh
hasil kegiatan siswa sebagai berikut: 1) Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru
karena pembelajaran dibuat lebih menarik; 2) Kemauan siswa untuk menerima
pelajaran belum cukup karena siswa masih ada yang bermain dan berbicara sendiri;
3) Siswa menjadi masih kurang aktif dalam mengerjakan tugas karena rasa
tangungjawab siswa belum mulai tumbuh; 4) Siswa telah memanfaatkan media
dengan baik sesuai dengan kegunaannya; 5) Siswa sudah mempunyai kesungguhan
untuk mengerjakan tugas individu maupun kelompok karena mereka termotivasi
oleh penghargaan yang diberikan oleh guru; 6) Hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat cukup sedang; 7) Keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran sudah cukup baik; 8) Siswa sungguh-sungguh dalam mengerjakan
tes.
d. Refleksi
Sebagaimana yang dilakukan pada siklus I, pada siklus II juga dilakukan
diskusi yang mendalam terhadap derkripsi data yang dipaparkan di atas. Pada
lembar observasi kegiatan siswa terjadi perubahan keaktifan yang cukup. Pada
siklus I siswa belum berani dan masih ragu-ragu dalam menyampaikan gagasannya,
namun pada siklus II siswa sudah mempunyai keberanian untuk bertanya dan
mengungkapkan pendapatnya. Demikian juga dalam mengerjakan tugas kelompok
atau diskusi, siswa masih belum memperlihatkan kegiatan yang baik. Siswa belum
juga menunjukkan peningkatan dalam kemampuan terhadap materi menyelesaikan
soal cerita pecahan. Apabila dicermati kegagalan siswa dalam menyelesaikan tugas
pada saat proses pembelajaran berlangsung bersumber dari hal-hal sebagai
berikut:1) siswa belum memahami langkah- langkah dalam menyelesaikan soal 2)
siswa masih belum sungguh-sungguh mengerjakan soal karena jika tidak diberi
hadiah siswa tidak berminat untuk menjawab. Masih ada sebagian siswa yang
67
bermain sendiri dalam pembelajaran. Dengan demikian dapat direnungkan bahwa
penelitian dalam siklus I dan 2 belum menunjukan keberhasilan dalam proses
pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti
mencari solusi dengan memberikan arahan kembali kepada siswa tentang langkah-
langkah dalam menyelesaikan soal cerita yang di ajarkan dengan metode problem
solving. Selain itu, peneliti juga akan menambah hadiah atau penghargaan kepada
siswa.peneliti juga akan mengajak siswa bernyanyi atau bermain tepuk nama disaat
siswa diketahui sedang ramai atau agak jenuh. Hal ini dilakukan dengan alasan agar
pembelajaran dapat berjalan efektif. Berkaitan dengan hal tersebut maka peneliti
mengadakan tindakan untuk siklus berikutnya.
Hal tersebut dapat dilihat dari data nilai Matematika materi menyelesaikan
soal-soal cerita tentang pecahan seperti di bawah ini:
Tabel 3. Data Nilai Matematika Materi Menyelesaikan Soal Cerita Pecehan Siswa
Kelas IV SDN Dukuhan Kerten No. 58 Pada Siklus II
No Interval Nilai
Frekuensi (fi)
Nilai Tengah
(xi)
fixi Prosentase
(%)
Keterangan
1 17-30 0 23,5 0 22,22 Di bawah KKM
2 31-44 0 37,5 0 19,44 Di bawah KKM
3 45-58 10 51,5 515 19,44 Di bawah KKM
4 59-72 19 65,5 1244,5 16,66 Di atas KKM
5 73-86 5 79,5 397,5 8,33 Di atas KKM
6 87-100 2 93,5 187 11,11 Di atas KKM
Jumlah 36 2344 100
Nilai rata-rata= 2344 : 36 = 65,11
Ketuntasan klasikal= 26: 36 X 100 % = 72,22%
68
Dari data tabel 3 nilai Matematika Materi menyelesaikan soal cerita pecahan
Siswa Kelas IV SDN Dukuhan Kerten No. 58 melalui penerapan pembelajaran
metode problem solving yang telah diterangkan di atas, dapat disajikan pada
gambar di bawah ini:
Gambar 14: Bagan Grafik Nilai Matematika Materi menyelesaikan soal
cerita pecahan Siswa Kelas IV SDN Dukuhan Kerten No. 58
Pada Siklus II
3. Tindakan siklus III
Tindakan siklus III dilaksanakan selama 3 kali pertemuan. Tiap-tiap
pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 X 35 menit) yang dilaksanakan selama
dua minggu yaitu pada tanggal 10 Mei, 12Mei dan 14 Mei 2010. Pada siklus III ini
peneliti mengkaji hasil renungan dari siklus I dan siklus II. Adapun tahapan-
tahapan yang dilaksanakan dalam siklus II adalah sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan pada siklus I dan siklus II telah
diketahui bahwa ada peningkatan pamahaman dan kemampuan siswa terhadap
materi pembelajaran Matematika tetapi belum maksimal. Hal tersebut ditunjukkan
69
pada beberapa siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran Matematika pada
materi menyelesaikan soal-soal cerita pecahan.
Perencanaan pada siklus yang ketiga ini adalah dengan melakukan
identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan materi dan informasi pembelajaran dengan lebih jelas
dengan benda-benda nyata atau kehidupan sehari-hari dan memberikan arahan
kembali kepada siswa tentang tahapan-tahapan kerja dalam menyelesaikan soal-
soal cerita pecahan dengan metode problem solving.
2) Memberikan motivasi kepada siswa misalnya dengan memberikan penghargaan
dan hadiah lebih banyak dan menarik bagi siswa.
3) Guru memperbaiki pengelolaan kelas dengan membuat pembelajaran yang
menarik siswa dengan diajak bernyanyi dan bermain disaat siswa ramai dan
merasa jenuh.
Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun
2008 kelas IV, peneliti melakukan langkah- langkah perencanaan pembelajaran
Matematika dengan metode problem solving sebagai berikut:
1) Mempelajari KTSP dan silabus SD kelas IV
Standar Kompetensi
6. menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar
6.5. menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan.
2) Merencanakan pembelajaran dengan metode problem solving untuk tiga kali
pertemuan dengan indikator: dapat melakukan operasi penjumlahan bilangan
pecahan yang dalam mengatasai masalah, dapat melakukan operasi
pengurangan bilangan pecahan dalam mengatasai masalah, dapat melakukan
70
operasi campuran penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan dalam
mengatasai masalah.
3) Menentukan pokok bahasan dan memberikan informasi kepada siswa mengenai
materi pelajaran yang akan dibahas dengan tujuan agar siswa lebih
mempersiapkan diri lagi dalam melakukan kegiatan pembelajaran .
4) Menyiapkan sumber belajar dan media apel.
5) Menyiapkan skenario buat siswa untuk diajak bermain peran.
6) Mengembangkan format evaluasi.
7) Mengembangkan format observasi pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti mengulang materi pembelajaran dengan menerapkan
metode problem solving yang didukung dengan penggunaan media roti,semangka
dan apel. Pembelajaran yang telah disusun pada siklus III dilaksanakan tiga kali
pertemuan.
1) Pertemuan I
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2010. Pada
pertemuan ini materi yang diajarkan adalah penjumlahan yang berpenyebut sama
dan berbeda. Berikut ini dipaparkan kondisi riil yang dialami selama proses belajar
mengajar berlangsung.
Kegiatan diawali dengan doa bersama, mengabsen siswa dan
mengkondisikan siswa. Sebagai kegiatan awal guru menentukan masalah yang
berkaitan dengan pokok bahasan operasi penjumlahan menyelesaikan soal cerita
pecahan. Guru mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan yaitu media
roti dan apel. Siswa dan guru bertanya jawab tentang pecahan dengan mengkaitkan
pada pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan operasi
penjumlahan pecahan dalam pemecahan masalah. Selanjutnya Guru memberikan
71
materi operasi penjumlahan yang berpenyebut sama dan berbeda beserta medianya
untuk memperjelas materi. Siswa membentuk kelompok heterogen yang
beranggotakan 5 orang. Guru memberikan media roti dan apel pada setiap
kelompok. roti dan apel tersebut di bagi menjadi beberapa bagian yang berbeda
dengan kelompok lain. Bagian roti dan apel tersebut di jumlahkan dengan bagian
roti dan apel kelompok lain, sehinggan terjadi operasi penjumlahan. Siswa diminta
untuk mendiskusikan hasil dari penjumlahan pecahan tadi dan bermain peran sesuai
soal yang diberikan. Guru berkeliling membimbing dan memantau kegiatan siswa.
Siswa diajak bermain dan bernyanyi agar lebih semangat. Kegiatan selanjutnya
siswa mengerjakan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap materi.
Guru memberikan penghargaaan pada kelompok maupun individu agar siswa tetap
termotivasi dalam melaksanakan pembelajaran.
Sebagai kegiatan penutup siswa dan guru membuat kesimpulan tentang
operasi penjumlahan dalam pemecahan masalah yang telah didiskusikan dan
melakukan refleksi. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan hal-hal yang belum jelas berkaitan dengan materi yang telah
dipelajari. Guru memberikan PR kepada siswa sebagai tindak lanjut dari
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
2) Pertemuan II
Pertemuan II dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2010. Materi pecahan
pertemuan II pada siklus II ini adalah tentang pengurangan yang berpenyebut sama
dan berbeda. Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa
bersama, dan mengabsen siswa. Siswa bersama dengan guru membahas pekerjaan
rumah. Guru memberikan apersepsi dengan menanyakan kepada siswa tentang
operasi penjumlahan yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya agar siswa
lebih siap dalam mengikuti pembelajaran.
Kegiatan diawali dengan doa bersama, mengabsen siswa dan
mengkondisikan siswa. Sebagai kegiatan awal guru menentukan masalah yang
berkaitan dengan pokok bahasan operasi pengurangan menyelesaikan soal cerita
72
pecahan. Guru mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan yaitu media
roti dan apel. Siswa dan guru bertanya jawab tentang pecahan dengan mengkaitkan
pada pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan operasi
penjumlahan pecahan dalam pemecahan masalah. Selanjutnya Guru memberikan
materi operasi pengurangan yang berpenyebut sama dan berbeda beserta medianya
untuk memperjelas materi. Siswa membentuk kelompok heterogen yang
beranggotakan 5 orang. Guru memberikan media roti dan apel pada setiap
kelompok. roti dan apel tersebut di bagi menjadi beberapa bagian yang berbeda
dengan kelompok lain. Bagian roti dan apel tersebut di kurangkan dengan bagian
roti dan apel kelompok lain, sehinggan terjadi operasi pengurangan. Siswa diminta
untuk mendiskusikan hasil dari pengurangan pecahan tadi dan bermain peran sesuai
soal yang diberikan. Guru berkeliling membimbing dan memantau kegiatan siswa.
Siswa diajak bermain dan bernyanyi agar lebih semangat. Kegiatan selanjutnya
siswa mengerjakan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap materi.
Guru memberikan penghargaaan pada kelompok maupun individu agar siswa tetap
termotivasi dalam melaksanakan pembelajaran.
Guru memberikan penghargaaan pada kelompok maupun individu sehingga
siswa tetap antusias untuk berdiskusi dan mengungkapkan pendapat. Siswa diminta
untuk mengerjakan evaluasi secara individu.
Proses pembelajaran ditutup dengan penarikan kesimpulan tentang materi
yang telah didiskusikan dan melakukan refleksi. Sebagai tindak lanjut, guru
memberikan pesan-pesan kepada siswa untuk mempelajari soal cerita pecahan
dalam pemecahan masalah. dan agar siswa dapat menyelesaikan persoalan dalam
kehidupan sehari-harinya yang berhubungan dengan pecahan.
3) Pertemuan III
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 14 Mei 2010. Pada pertemuan
yang ke-3 ini materi yang diajarkan adalah menyelesaikan soal cerita operasi
campuran yaitu penjumlahan dan pengurangan pecahan. Kegiatan diawali dengan
guru menentukan masalah yang berkaitan dengan pokok bahasan soal cerita operasi
73
campuran penjumlahan dan pengurangan pecahan. Selanjutnya guru
mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan. Siswa mulai menyiapkan
diri mengikuti pembelajaran dan mamperhatikan guru. Guru mengadakan tanya
jawab tentang pecahan dengan mengkaitkan pada pengalaman siswa dalam
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan pecahan. Kegiatan dilanjutkan dengan
guru memberikan materi tentang operasi campuran penjumlahan dan pengurangan
pecahan. Siswa membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 5 orang.
Masing-masing kelompok diberi roti dan apel yang berbentuk lingkaran. Setiap
kelompok diminta membagi 5 tersebut menjadi beberapa bagian yang berbeda
dengan kelompok lain. Hasil bagian roti dan apel tersebut di lakukan operasi
penjumlahan dan pengurangan dengan kelompok lain. Siswa diajak bermain dan
bernyanyi agar lebih semangat. Siswa kemudian diminta berdiskusi untuk
menjawab pertanyaan tadi.
Kegiatan pelajaran diakhiri dengan menyimpulkan tentang operasi
penjumlahan dan pengurangan pecahan yang telah pelajari. Siswa mengumpulkan
hasil kerja kelompoknya atas perintah guru. Siswa mengerjakan tes individual pada
akhir pelajaran tentang materi menyelesaikan soal cerita operasi penjumlahan dan
pengurangan yang telah didiskusikan. Individu atau kelompok yang memperoleh
skor tinggi diberi penghargaan oleh guru.
c. Observasi
Pada tahap ini peneliti mengadakan pengamatan terhadap sikap, perilaku
siswa selama pembelajaran berlangsung serta keterampilan guru dalam mengajar
dengan metode problem solving pada materi menyelesaikan soal-soal cerita
pecahan. Adapun data hasil observasi menunjukkan bahwa siswa aktif
berpartisipasi dalam pembelajaran. Siswa sudah memiliki motivasi dan keberanian
untuk bertanya dan mengungkapkan pendapatnya.
Berdasarkan pada lampiran 10 halaman106, diperoleh data sebagai berikut:
Hasil Pengamatan Terhadap Guru Pada Siklus III, dapat diperoleh hasil kinerja
guru sebagai berikut: 1) Persiapan guru dalam memulai pembelajaran dalam kriteria
74
sangat baik, 2) kemampuan guru mengelola kelas dalam kriteria sangat baik, 3)
kemampuan guru mengelola waktu pelajaran dalam kriteria sangat baik, 4)
kemampuan guru memberikan apersepsi dalam kriteria sangat baik, 5) kemampuan
menyampaikan materi dalam kriteria sangat baik, 6) kemampuan guru dalam
memberikan pertanyaan dalam kriteria sangat baik, 7) kemampuan guru dalam
membimbing diskusi dan melakukan penjelasan konsep dalam kriteria sangat baik,
8) perhatian guru terhadap siswa dalam kriteria sangat baik, 9) kemampuan guru
dalam mengembangkan aplikasi dalam kriteria baik, 10) kemampuan guru dalam
menutup pelajaran dalam kriteria sangat baik.
Berdasarkan pada lampiran 11 Halaman 107, diperoleh data sebagai berikut:
Lembar observasi kegiatan siswa dalam kegiatan pembelajaran siklus III diperoleh
hasil kegiatan siswa sebagai berikut: 1) Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru
karena pembelajaran dibuat lebih menarik; 2) Kemauan siswa untuk menerima
pelajaran cukup tinggi karena siswa masih antusias terhadap pembelajaran yang
dilaksanakan. Siswa juga mempunyai rasa keingintahuan yang besar terhadap
materi pelajaran; 3) Siswa menjadi lebih aktif dalam mengerjakan tugas karena rasa
tangungjawab siswa sudah mulai tumbuh; 4) Siswa telah memanfaatkan media
dengan baik sesuai dengan kegunaannya; 5) Siswa sudah mempunyai kesungguhan
untuk mengerjakan tugas individu maupun kelompok karena mereka termotivasi
oleh penghargaan yang diberikan oleh guru; 6) Hasrat untuk bertanya dan
mengeluarkan pendapat cukup tinggi karena siswa sudah memiliki keberanian
untuk melaksanakan hal tersebut; 7) Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
sudah cukup baik; 8) Siswa sungguh-sungguh dalam mengerjakan tes.
d. Refleksi
Sebagaimana yang dilakukan pada siklus I, pada siklus II dan pada siklus III
juga dilakukan diskusi yang mendalam terhadap derkripsi data yang dipaparkan di
atas. Pada lembar observasi aktivitas siswa terjadi perubahan keaktifan yang cukup
berarti. Pada siklus I siswa belum berani dan masih ragu-ragu dalam
menyampaikan gagasannya dan ada siswa yang belum jelas langkah- langkah
menyelesaikan soal cerita dengan problem solving, namun pada siklus II siswa
75
sudah mempunyai keberanian untuk bertanya dan mengungkapkan pendapatnya
dan siswa sudah mulai mengetahui langkah- langkah menyelesaikan soal cerita
dengan problem solving. Pada siklus III siswa sudah bisa mengerjakan soal-soal
cerita dengan problem solving dan siswa juga dapat mengerjakan tugas kelompok
atau diskusi, secara keseluruhan siswa sudah memperlihatkan aktivitas yang baik.
Siswa juga menunjukkan peningkatan dalam pemahaman dan kemampuan terhadap
materi menyelesaikan soal-soal cerita pecahan.
Hal tersebut dapat dilihat dari data nilai Matematika materi menyelesaikan
soal-soal cerita pecahan seperti pada table 4 di bawah ini:
Tabel 4. Data Nilai Matematika Materi Menyelesaikan Soal-Soal Cerita
Pecahan Siswa Kelas IV SDN Dukuhan Kerten No. 58 Pada Siklus III
No Interval Nilai
Frekuensi (fi)
Nilai Tengah
(xi)
fixi Prosentase
(%)
Keterangan
1 17-30 0 23,5 0 30,55 Di bawah KKM
2 31-44 0 37,5 0 25 Di bawah KKM
3 45-58 7 51,5 360,5 19,44 Di bawah KKM
4 59-72 18 65,5 1179 5,55 Di atas KKM
5 73-86 7 79,5 556,5 5,55 Di atas KKM
6 87-100 4 93,5 374 13,88 Di atas KKM
Jumlah 36 2470 100
Nilai rata-rata= 2470: 36= 68,61
Ketuntasan klasikal= 29: 36 X 100 % = 80.55%
Dari data tabel 4 nilai Matematika Materi Menyelesaikan Soal-Soal Cerita
Pecahan Siswa Kelas IV SDN Dukuhan Kerten No. 58 melalui penerapan
pembelajaran metode problem solving yang telah diterangkan di atas, dapat
disajikan pada gambar di bawah ini:
76
Gambar 15: Bagan Grafik Nilai Matematika Materi Menyelesaikan Soal
Cerita Pecahan Siswa Kelas IV SDN Dukuhan Kerten No. 58
Pada Siklus III
Dari hasil penelitian silklus III, maka peneliti mengulas secara teliti bahwa
dilihat dari nilai rata-rata kelas pembelajaran Matematika menggunakan metode
problem solving sudah berhasil tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) masih ada 7 siswa yang belum tuntas.
Dengan mempertimbangkan temuan nyata selama proses pembelajaran serta
diskusi dengan observer dan siswa, maka peneliti menyimpulkan bahwa
pembelajaran dengan problem solving sangat menyenangkan karena dapat dapat
membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari
dan memupuk keberanian siswa dalam menyampaikan pendapat. Selain hal
tersebut, ditunjukkan pula peningkatan terhadap pemahaman materi dan
kemampuan menyelesaikan soal-soal cerita pecahan. Dari fakta tersebut maka
penelitian tindakan kelas ini dianggap cukup dan diakhiri pada siklus III.
77
C. Deskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan pengamatan dari analisis data yang ada, dapat dilihat adanya
peningkatan aktivitas dan kemampuan siswa kelas IV SDN Dukuhan Kerten No.
58 dalam pembelajaran Matematika materi menyelesaikan soal-soal cerita pecahan
sebagai berikut:
1. Kegiatan Siswa Selama Proses Pembelajaran Matematika
Berdasarkan hasil observasi peningkatan kegiatan siswa dalam
pembelajaran adalah siswa lebih aktif memperhatikan penjelasan dari guru, siswa
lebih aktif dalam mengerjakan tugas-tugas dari guru, keberanian siswa untuk
bertanya dan menyampaikan pendapat meningkat, siswa mulai dapat
mengembangkan keterampilan dalam menyelesaikan masalah, dan siswa lebih aktif
dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga timbul kemauan untuk menerapkan
hasil pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman dan kemampuan
siswa terhadap materi pun meningkat.
2. Hasil Proses Pembelajaran Matematika
Peningkatan hasil dari proses pembelajaran Matematika adalah siswa lebih
dapat memahami konsep kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan karena
telah mengikuti setiap langkah atau tahapan pembelajaran dengan sungguh-
sungguh. Hal ini dapat ditunjukkan dalam deskripsi berikut ini:
a. Data Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV Sebelum Dilaksanakan
Tindakan
Dari daftar nilai yang terlampir pada lampiran 12 halaman , dapat diketahui
bahwa nilai Matematika sebelum dilaksanakan tindakan yaitu siswa yang
memperoleh nilai 17-30 ada 4 siswa, yang memperoleh nilai 31-44 ada 4 siswa,
yang mendapat nilai 45-58 ada 11 siswa, yang mendapat nilai 59-72 ada 14 siswa,
yang nilainya 73-86 ada 3 siswa, dan siswa yang memperoleh nilai 87-100 ada 0
siswa. Dengan demikian rata-rata nilai yang diperoleh sebesar 55,44. Siswa yang
mendapat nilai kurang dari KKM sebanyak 19 siswa atau 52,77% sedangkan siswa
yang mendapat nilai di atas KKM ada 17 siswa atau 47,22%.
78
b. Data Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV Siklus I
Berdasarkan hasil tes pada siklus I selama tiga kali pertemuan, dapat
diketahui nilai pembelajaran Matematika yaitu dapat diketahui bahwa nilai
Matematika siklus 1 yaitu siswa yang memperoleh nilai 17-30 ada 0 siswa, yang
memperoleh nilai 31-44 ada 0 siswa, yang mendapat nilai 45-58 ada 14 siswa, yang
mendapat nilai 59-72 ada 17 siswa, yang nilainya 73-86 ada 5 siswa, dan siswa
yang memperoleh nilai 87-100 ada 0 siswa. Dengan demikian rata-rata nilai yang
diperoleh sebesar 62. Siswa yang mendapat nilai kurang dari KKM sebanyak 14
siswa atau 38,88% sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 23 siswa
atau 61,11%.
c. Data Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV Silkus II
Berdasarkan hasil tes pada siklus II selama tiga kali pertemuan, dapat
diketahui nilai pembelajaran Matematika yaitu dapat diketahui bahwa nilai
Matematika siklus II yaitu siswa yang memperoleh nilai 17-30 ada 0siswa, yang
memperoleh nilai 31-44 ada 0 siswa, yang mendapat nilai 45-58 ada 10 siswa, yang
mendapat nilai 59-72 ada 19 siswa, yang nilainya 73-86 ada 5 siswa, dan siswa
yang memperoleh nilai 87-100 ada 2 siswa. Dengan demikian rata-rata nilai yang
diperoleh sebesar 65,11. Siswa yang mendapat nilai kurang dari KKM sebanyak 10
siswa atau 27,77% sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 26 siswa
atau 72,22%.
d. Data Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV Silkus III
Berdasarkan hasil tes pada siklus III selama tiga kali pertemuan, dapat
diketahui nilai pembelajaran Matematika yaitu dapat diketahui bahwa nilai
Matematika siklus III yaitu siswa yang memperoleh nilai 17-30 ada 0 siswa, yang
memperoleh nilai 31-44 ada 0 siswa, yang mendapat nilai 45-58 ada 7 siswa, yang
mendapat nilai 59-72 ada 18 siswa, yang nilainya 73-86 ada 7 siswa, dan siswa
yang memperoleh nilai 87-100 ada 4 siswa. Dengan demikian rata-rata nilai yang
diperoleh sebesar 68,61. Siswa yang mendapat nilai kurang dari KKM sebanyak 7
siswa atau 19,44% sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 29 siswa
atau 80,55%.
79
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Dengan melihat hasil penelitian dari beberapa tabel di atas dapat diketahui
adanya peningkatan proses pembelajaran terutama kemampuan siswa terhadap
materi pada masing-masing siklus melalui penerapan metode problem solving.
Peningkatan terlihat dari perhitungan rata-rata nilai belajar yang diperoleh siswa
pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan dan setelah dilaksanakan
tindakan siklus I, siklus II dan silkus III yang masing-masimg siklusnya
dilaksanakan tiga kali pertemuan. Hal ini dapat dilihat pada table 5 seperti berikut:
Tabel 5: Rata-rata nilai Matematika Siswa Kelas IV SDN Dukuhan Kerten No. 58
Materi menyelesaikan soal cerita pecahan Diatas KKM Pada Kondisi Awal, Siklus
I, siklus II dan Siklus III
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang
memperoleh nilai ? 60 (KKM) mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini
merefleksikan bahwa pembelajaran Matematika yang dilaksanakan oleh guru dapat
dinyatakan berhasil.
Peningkatan rata-rata nilai Matematika melalui penerapan pembelajaran
dengan metode problem solving dapat disajikan dalam gambar 16 di bawah ini :
No Pembelajaran Matematika
Sebelum Tindakan
Sesudah Dilaksanakan Tindakan
Siklus I Siklus II Siklus III
1 Nilai rata-rata 55,44 62 65,11 68,61
2 Prosentase 47,22% 61,11% 72,22% 80,55%
80
Gambar 16: Bagan Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Matematika Materi
menyelesaikan soal cerita pecahan Siswa Kelas IV SDN Dukuhan Kerten No. 58
Sebelum Tindakan, Siklus I, Siklus II dan Sik lus III
Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk
meningkatkan kemampuan terhadap pelajaran Matematika tentang menyelesaikan
soal-soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SDN Dukuhan Kerten No. 58 yaitu
dengan menerapkan metode pembelajaran problem solving. Hal ini terjadi karena
pembelajaran dengan dapat metode pembelajaran problem solving merangsang
keberanian siswa untuk bertanya dan menyampaikan gagasan serta aktif
mengembangkan kreativitas dan inisiatifnya terhadap permasalahan kehidupan
sehari-hari.
81
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga
siklus tersebut di atas, ternyata hipotesis yang dirumuskan telah terbukti
kebenarannya. Dengan menerapkan metode pembelajaran problem solving dapat
meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV
SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 tahun ajaran 2009/2010. Hal ini terbukti pada
siklus I nilai rata-rata kelas 62, siklus II nilai rata-rata kelas 65,11 dan siklus III
nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 68,61. Dengan demikian penerapan
pembelajaran metote problem solving dapat dilaksanakan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran Matematika di kelas IV sehingga dapat meningkatkan
kemampuan siswa terhadap menyelesaikan soal cerita pecahan .
B. Implikasi
Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada
pembelajaran dengan menerapkan metote problem solving dalam pelaksanaan
pembelajaran Matematika. Berdasarkan hasil penelitian di atas terbukti metode
problem solving dapat meningkatkan kemampuan siswa terhadap menyelesaikan
soal cerita pecahan. Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan
implikasi hasil penelitian sebagai berikut:
1. Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan strategi dan metode
pembelajaran yang tepat dengan metote problem solving untuk meningkatkan
mkemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada pelajaran Matematika
khususnya dan pelajaran lain pada umumnya.
2. Mendorong siswa untuk memiliki keberanian dalam mengungkapkan pendapat
dan mengembangkan kreativitas serta inisiatifnya untuk menunjang proses
pembelajaran.
3. Menunjukkan pentingnya menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi
dan inovatif, salah satunya adalah metode problem solving yang terbukti dapat
82
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga terjalin hubungan
yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru.
C. Saran
Sesuai dengan saran dan implikasi hasil penelitian, maka ada beberapa saran
yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain:
1. Bagi Sekolah
Hendaknya sekolah mengupayakan pelatihan bagi guru untuk dapat
mendukung pelaksanaan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
sesuai dengan harapan.
2. Bagi Guru
a. Sebaiknya guru meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan
merancang proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga siswa
menjadi lebih tertarik dan pembelajaran akan menjadi lebih kondusif dan
bermakna. Hal ini membuat siswa tidak mudah bosan dan tetap termotivasi
untuk mengikuti proses pembelajaran yang pada akhirnya dapat
meningkatkan pemahaman konsep pada materi pelajaran.
b. Guru hendaknya mengupayakan tindak lanjut terhadap penerapan metode
problem solving pada pembelajaran yang dilaksanakan.
3. Bagi Siswa
Siswa harus lebih mengembangkan inisiatif, kreativitas, keaktifan, motivasi
belajar dan mengembangkan keberanian menyampaikan gagasan dalam proses
pembelajaran untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan prestasi belajar.
4. Bagi Peneliti Lain
Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya lebih
cermat dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang berkaitan dengan
pembelajaran metode problem solving guna melengkapi kekurangan yang ada
serta sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan pemahaman konsep
siswa yang belum tercakup dalam penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih
baik.
83
DAFTAR PUSTAKA
Adrian R, 2007. Ensiklopedia Gemilang Matematika Pengukuran. Jakarta: Duta
Grafika.
Akbar Sutawidjaja, dkk. 1992/1993. Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Depdikbud
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga
Kependidikan.
Aneka Ilmu. 2003. UU RI No. 23 Tahun 2003. CV Aneka Ilmu
Asep Jihad. 2008. Pengembangan Kurikulum Matemetika. Bandung: Multipresindo
Basrowi & Suwandi. 2008. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: Ghalia Indonesia.
Cholis Sa`dijah. 2003. Pendidikan Matematika 2. Jakarta : Rineka Cipta.
Clara Ika Sari Budayanti. 2009. Pemecahan Masalah Matematika. Jakarta: PJJ
Cronbach. 1954. Dalam Pengertian Belajar. Http// www.google.co.id. 26 April 2010
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
2003. Kamus Besar Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Depdikbud. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2009. Jakarta : Depdikbud.
Gino, dkk. 1998. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta: UNS Press.
Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Gredler, Margaret E. Bell. 1994. Belajar dan Membelajarkan. (Edisi I, Cetakan ke-
2). Terjemahan Munandir. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Johson & Rising. 1967. Guidelines for teaching mathematics. Belmont, California: Wadsworth Publishing, Inc.
84
Ken Watanabe. 2007. Problem Solving 101. Jepan: Publishing One.
Martinis Yamin. 2007. Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta:
Gaung Persada Press.
Muchtar A Karim,dkk. 1988. Pendidikan Matematika II. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Muhibbin Syah. 1997. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Mulyono Abdurrahman. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta :
Rineka Cipta.
Nana Sudjana. 1996. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar.
Cetakan ke-3. Bandung: Rineka Cipta.
Ngalim Purwanto. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nur Yanti Fadilah. 2008. Pengaruh Pembelajaran Dengan Soal Cerita Matematika
Melalui Visualisasi Tokoh Film Kartun Terhadap Kecerdasan Verbal
Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas III SD Muhammadiyah
Program Khusus Kotabarat Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008. Skripsi
: UNS.
Nyimas Aisyah. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta:
Dirjendikti .
Oemar Hamalik. 2003. Metodelogi Pengajaran Ilmu Pendidikan. Bandung:
Mandar Maju.
Peter Patilla. 2007. Kamus Matematika Dasar. Jakarta : PT Pakar Raya Pustaka.
Poerwadarminta.1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Purwoto. 1998. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Surakarta : UNS.
Roy Hollands. 1984. Kamus Matematika. Jakarta: Balai Pustaka.
85
R. Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Edisi I. Jakarta: Dirjen
Penddidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Rusefendi. 1997. Pendidikan Matematika 3. Jakarta : Departemen pendidikan dan
kebudayaan.
Sandjaja & Albertus Heriyanto. 2006. Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
S. Nasution. 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Cetakan
ke-7. Jakarta: Bumi Aksara.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka
Cipta.
Slavin, Robert E. 1997. Educational Pychology. Singapore: Allyn and Bacon.
Sriyono, dkk. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: Rineka Cipta.
St. Y. Slamet & Suwarto. 2007. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif.
Surakarta: UNS Press.
Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sujono. 1988. Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sumaejatie. 2004. Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pokok
Bahasan Pecahan Melalui Diskusi Kelompok Kecil Siswa Kelas IV SD
Negeri Kadiluwih Kecamatan Salam Kabupaten Magelang Tahun
Ajaran 2004/2005. Skripsi : UNES.
Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.
. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.
S. Nasution. 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Cetakan
ke-7. Jakarta: Bumi Aksara.
86
Tabrani Rusyan,dkk.1989. Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:
Remadja Karya.
Tim Dosen IPS PGSD. 2002. Konsep Dasar Ips. Surakarta : UNS Press.
Tim SBM PGSD. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta.
Ulih Bukti Karo-karo. 1981. Metodologi Pengajaran. Salatiga: Saudara
Wina Sanjaya. 2007. Strategi Pembelajaran. Jakarta: PT Remaja Rosda Karya.
Winkel, W.S. 1989. Psikologi Pengajaran. Jakarta : PT Gramedia.
Hamdani.2003. www.pontianakpost.com. Diakses tanggal 09 Oktober 2009
Suyitno. 2003. www.dunia guru.com. Diakses tanggal 09 Oktober 2009
http://id.answers.yahoo.com. Diakses tanggal 07 Januari 2010
http: // franciscusti. Blogspot . com 2008 / 06 / pembelajaran-merupakan-proses.html,
http://indramunawar. blogspot.com. Diakses tanggal 15 April 2010
http://pembelajaran matematika.htm Diakses 13 April 2010
www.gurupkn.wordpress.com. Diakses tanggal 10 januari 2010
http://syarifartikel.blogspot.com tanggal 15 april 2010
www.tandf.co.uk/.../0020739x.asp diakses pada 02 April 2010
www.wijayalabs.com. Diakses tanggal 25 Desember 2009
87
Lampiran 1
Jadwal Kegiatan Penelitian
NO
JENIS KEGIATAN
BULAN
Januari Februari
Maret April Mei Juni
A Tahap Persiapan
1 Penyusunan Proposal XXXX
2 Perbaikan Proposal XXX
3 Menyusun Instrumen
a. RPP XX
b. Lembar Observasi X X
c. Panduan Wawancara X X
d. Soal-soal X X
4 Perijinan, Koordinasi Dengan Guru, Dan Menyiapkan Peralatan
X XX
B Aplikasi Tindakan
5 Siklus I XX
6 Siklus II XX
7 Siklus III XX
C Pasca Tindakan
8 Analisis Data XX XX
9 Menyusun Laporan XX
10 Pengajuan Laporan XX XX
12 Seminar untuk Validasi Hasil
X
11 Perbaikan laporan XX
13 Penggandaan, Penjilidan dan Pengiriman Laporan
X
88
Lampiran 2
KISI-KISI SOAL CERITA MATEMATIKA DENGAN PROBLEM SOLVING
PRA SIKLUS, SIKLUS I, SIKLUS II, SIKLUS III dan SIKLUS III
Variabel Sub
variabel
Indikator Deskriptor Parameter No
Ite
m
Soal cerita
matematika
dengan
problem
solving
Soal cerita
matematika
Melakukan
pengerjaan
hitung
campuran
penjumlahan
dan
pengurangan
pecahan
dalam
mengatasi
masalah
1. Melakukan
operasi
hitung
penjumlahan
2. Melakukan
operasi
hitung
pengurangan
1.1.
mengoperasikan
hitung
penjumlahan
yang berpenyebut
sama
1.2.
mengoperasikan
hitung
penjumlahan
yang berpenyebut
berbeda
1.1 mengoperasikan
hitung
pengurangan
yang berpenyebut
sama
1.3. mengoperasik
1, 2
3, 4
1, 2
3,4
89
3. Melakukan
operasi
hitung
campuran
penjumlahan
dan
pengurangan
an hitung
pengurangan
yang berpenyebut
sama
1.1 mengoperasikan
hitung campuran
penjumlahan dan
pengurangan
5
Keterangan: Soal menyatu dengan RPP
90
Lampiran 3
PANDUAN WAWANCARA UNTUK GURU SEBELUM DITERAPKAN
PROBLEM SOLVING
Hari/ Tanggal : Rabu/ 31 Maret 2010
Tempat : Ruang Kelas IV
Jenis Kegiatan : Wawancara
Interviewer : Fitri Lastini (Peneliti)
Interviewee : Sumedi (Guru Kelas IV)
Peneliti : “Selamat siang Pak?”
Guru Kelas IV : “Selamat siang.”
Peneliti :“Maaf Pak, apakah Bapak ada waktu? Saya mau menanyakan tentang
pembelajaran yang Bapak lakukan selama ini.”
Guru Kelas IV : “Ya, ada. Silakan. Apakah yang bisa saya bantu?”
Peneliti : “Begini Pak. Bagaimanakah pembelajaran matematika pada materi
menyelesaikan soal cerita pecahan yang Bapak lakukan?”
Guru Kelas IV : “Ya, seperti biasanya, saya menerangkan materi kepada siswa dan
setelah itu menyuruh siswa mengerjakan soal.”
Peneliti : “Berarti Ibu lebih banyak menggunakan metode ceramah dalam
pembelajaran ya Pak?”
Guru Kelas IV : “Iya, tapi kadang-kadang siswa saya suruh mengerjakan soal lalu
dicocokkan bersama-sama.”
Peneliti : “Oooo…., apakah dengan pembelajaran tersebut siswa sudah dapat
memahami soal cerita pecahan Pak?”
91
Guru Kelas IV : “Ya, ada beberapa anak yang paham tapi kebanyakan mereka masih
bingung. Bahkan mereka mudah lupa dengan materi-materi yang saya
berikan. Hari ini saya sampaikan, besok ditanya sudah nggak ingat.”
Peneliti : “Oooo….begitu ya Pak? Apakah dalam pembelajaran Bapak sudah
menggunakan konsep dunia nyata untuk mengaitkan dengan materi
khususnya tentang soal cerita pecahan?”
Guru Kelas IV : “Belum.”
Peneliti : “Jadi siswa hanya tahu dari materi di buku dan ceramah yang Bapak
berikan?”
Guru Kelas IV : “Iya, jadi proses pembelajaran lebih saya dominasi.”
Peneliti : “Kesulitan apa saja yang biasanya dihadapi dalam pembelajaran
materi menyelesaikan soal cerita pecahank di kelas IV Pak?”
Guru Kelas IV : “Anak-anak kurang jelas dan mudah lupa dengan apa yang saya
sampaikan. Kadang-kadang anak-anak yang sudah takut dulu dengan
matematika menjadi malas mengikuti pembelajaran. Kebanyakan dari
mereka menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit.”
Peneliti : “Ooo…begitu ya Pak? Lalu bagaimana nilai yang diperoleh siswa
dengan pembelajaran tersebut?”
Guru Kelas IV : “Wah, kalau tentang nilai apalagi matematika memang rendah Mbak.
Masih ada beberapa anak yang nilainya belum bisa memenuhi KKM.
Saya sendiri sampai bingung.”
Peneliti : “Emm….,apakah selama ini Pak sudah pernah menggunakan
Problem Solving?”
Guru Kelas IV : “Apa itu Problem solving? Kok saya malah baru dengar tuh.”
92
Peneliti : “Problem Solving itu pembelajaran matematika dengan dengan
menghadapkan siswa kepada suatu masalah agar dipecahkan atau
diselesaikan.”
Guru Kelas IV : “Ooo…Sepertinya bagus juga kalau Problem Solving digunakan
dalam pembelajaran.”
Peneliti : “Iya Pak. Nah, saya kira cukup sekian. Terima kasih atas informasi
yang sudah diberikan. Semoga dengan inovasi pembelajaran yang
akan saya berikan dapat meningkatkan kemampuan siswa tentang
matematika khususnya materi menyelesaikan soal cerita pecahan.”
93
Lampiran 4
PANDUAN WAWANCARA UNTUK SISWA SEBELUM DITERAPKAN
PROBLEM SOLVING
Hari/ Tanggal : kamis / 01 April 2010
Tempat : Ruang Kelas IV
Jenis Kegiatan : Wawancara
Interviewer : Fitri Lastini (Peneliti)
Interviewee : Siswa Kelas IV
Peneliti : “Selamat pagi anak-anak?”
Siswa Kelas IV : “Selamat pagi Bu.”
Peneliti : “Baru apa ini anak-anak?”
Siswa Kelas IV : “Istirahat Bu. Ibu siapa ya?”
Peneliti : “Oya, kenalkan nama saya Bu Fitri, saya dari PGSD UNS.”
”sekarang saya masih kuliah di UNS.”
”Boleh Bu Fitri mengganggu sebentar?”
Siswa Kelas IV : “Boleh, ada apa Bu?”
Peneliti : “Begini ibu mau sedikit ngobrol dengan kalian. Siapakah
nama guru kelas IV yang mengajar kalian?
Siswa Kelas IV : “Pak Medi.”
Peneliti : “Kalau diajar Pak Medi senang atau tidak?”
Siswa Kelas IV : “Ya kadang senang kadang tidak.”
94
Peneliti : “Memang kenapa?”
Siswa Kelas IV : “Senangnya Pak Medi perhatian dan baik. Tapi gak enaknya
dalam menyampaikan materi membosankan dan banyak
tugas.”
Peneliti : “Kalian mengerti materi yang disampaikan oleh Pak Medi?”
Siswa Kelas IV : “Ada yang mengerti dan ada yang tidak dimengerti Bu.”
Peneliti :“Wah, berarti kalian harus rajin belajar dong?”
Siswa Kelas IV : “He..he..he..”
Pelajaran : “Pelajaran apa yang paling kalian sukai?”
Siswa Kelas IV : “Bahasa Indonesia Bu.”
Peneliti : “Kalau yang tidak kalian sukai?”
Siswa Kelas IV : “Ya jelas matematika dong Bu.”
Peneliti : “Memang kenapa kok tidak suka?”
Siswa Kelas IV : “Membuat pusing Bu.”
Peneliti : “Kenapa pusing? Matematika itu menyenangkan lho!”
Siswa Kelas IV : “Habis banyak rumus sich! Jadi pusing dan nggak jelas.
Takut kalau nilainya jelek.”
Peneliti : “Ooo…nggak usah pusing, matematika itu sebenarnya
mudah kok! Ngomong-ngomong apa kalian pernah diajarkan
meteri menyelesaikan soal cerita pecahan?”
Siswa Kelas IV : “Pernah Bu.”
Peneliti : “Apakah kalian masih ingat?”
Siswa Kelas IV : “sedikit Bu.”
95
Peneliti : “Bagaimana guru kalian menerangkan materi itu?”
Siswa Kelas IV : “Seperti biasa Bu, suruh buka buku , diterangkan sebentar
terus disuruh mengerjakan soal.”
Peneliti : “Memang guru kalian tidak menggunakan alat peraga?”
Siswa Kelas IV : “Enggak.”
Peneliti : “Apa kalian suka dengan cara mengajar guru kalian seperti
itu?”
Siswa Kelas IV : “Sebenarnya nggak, tapi emang biasanya seperti itu kok.”
Peneliti : “Pernah merasa bosen tidak?”
Siswa Kelas IV : “Ya kadang-kadang males juga Bu.”
Peneliti : “Bagaimana seandainya pembelajaran materi menyelesaikan
soal cerita pecahan kita menggunakan benda-benda di sekitar
kita misalnya kertas, roti dan kita belajar tentang
penjumlahan dan pengurangan pecahan. Apakah kalian
suka?”
Siswa Kelas IV : “Iya suka Bu.”
Peneliti : “Nanti kita belajar bersama-sama ya..”
Siswa Kelas IV : “Kapan Bu?”
Peneliti : “Besok Ibu beri tahu. Terima kasih waktunya ya.”
Siswa Kelas IV : “Ya Bu.”
96
Lampiran 5
LEMBAR PENGAMATAN PROSES PEMBELAJARAN OLEH GURU
DALAM PEMBELAJARAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA KELAS IV
MENGGUNAKAN METODE PROBLEM SOLVING
DI SD NEGERI DUKUHAN KERTEN NO. 58
Siklus : I, II dan III
Petunjuk :
Nilai 1 bila 1 Indikator yang tampak
Nilai 2 bila 2 Indikator yang tampak
Nilai 3 bila 3 Indikator yang tampak
Nilai 4 bila 4 Indikator yang tampak
NO VARIABEL INDIKATOR SKOR PENILAIAN
1 2 3 4
1 Persiapan guru
memulai kegiatan
pembelajaran
1. Guru menyiapkan rencana pembelajaran
2. Guru menyampaikan garis besar materi pelajaran
3. Guru menyampaikan ruang lingkup materi
4. Guru menyampaikan lama pembelajaran
2 Kemampuan guru
mengelola kelas
1. Guru mengelompokkan siswa untuk melakukan diskusi
2. Guru mengatur tempat duduk
97
siswa
3. Guru melakukan pembagian peralatan yang digunakan untuk diskusi.
4. Guru membimbing siswa berdiskusi
3 Kemampuan
mengelola waktu
pelajaran
1. Guru memulai pelajaran tepat waktu
2. Guru memberikan batas waktu dalam melakukan diskusi
3. Guru menggunakan waktu secara efisien
4. Guru melakukan pembelajaran sesuai rencana
4 Memberikan
Apersepsi
1. Guru mendorong siswa untuk mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang akan dibahas
2. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan konsep
3. Guru mendorong siswa untuk mengkomunikasikan
4. Guru mengilustrasikan pemahaman tentang konsep yang akan dibahas
5 Menyampaikan
Materi
1. Guru membagi siswa dalam 7
kelompok diskusi.
2. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang akan dibahas dalam kelompok melalui
98
diskusi
3. Guru membimbing siswa dalam situasi diskusi
4. Guru berkeliling mengamati dan membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam kelompok diskusi
6 Ketrampilan guru
mengajukan
pertanyaan
1. Guru berusaha memancing siswa untuk bertanya
2. Guru dapat menjawab pertanyaan siswa
3. Guru menjawab pertanyaan sesuai dengan materi yang diajarkan
4. Guru menjawab pertanyaan siswa secara urut dan jelas
7 Diskusi dan
penjelasan konsep
1. Guru memusatkan perhatian siswa untuk diskusi
2. Guru menjelaskan masalah/konsep yang akan didiskusikan
3. Guru memberi kesempatan siswa untuk berpartisipasi
4. Guru menyuruh siswa mempresentasikan hasil diskusinya
8 Perhatian guru
terhadap siswa
1. Guru memusatkan perhatian pada
siswa secara menyeluruh
2. Guru menghargai perbedaan pendapat
99
siswa
3. Guru menghargai perbedaan untuk memberi penjelasan
4. Guru menumbuhkan motivasi siswa untuk bekerja sama dengan kelompok
9 Pengembangan
Aplikasi
1. Guru memberikan soal post test pada setiap siswa
2. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan soal
3. Guru memberikan penguatan pemahaman konsep
4. Guru memberi motivasi pada siswa untuk giat belajar
10.
Kemampuan
menutup pelajaran
1. Guru bersama siswa membuat kesimpulan
2. Guru bersama siswa membuat rangkuman
3. Guru memberikan motivasi siswa untuk belajar
4. Guru berpesan pada siswa untuk mengulang pelajaran dirumah yang telah disampaikan di kelas
Observer Peneliti
Sumedi, S. Pd Fitri Lastini
100
Lampiran 6
HASIL PENGAMATAN TERHADAP GURU PADA SIKLUS I
No Variabel Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan guru memulai kegiatan pembelajaran
v v v
2 Kemampuan guru mengelola kelas
v v v
3 Kemampuan mengelola waktu pelajaran
v v v
4 Memberikan apersepsi v v v 5 Menyampaikan materi v v v 6 Ketrampilan guru
mengajukan pertanyaan v v v
7 Diskusi dan penjelasan konsep
v v v
8 Perhatian guru terhadap siswa
v v v
9 Pengembangan aplikasi v v v 10 Kemampuan menutup
pelajaran
v v v
Keterangan Pencapaian Skor:
1 : Sangat Kurang 2 : Kurang 3 : Baik 4 : Sangat baik
Observer Peneliti
Sumedi, S. Pd Fitri Lastini
101
Lampiran 7
Lembar Observasi Kegiatan Siswa
Dalam Proses Pembelajaran Siklus I
No
Aspek yang Dinilai
Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III
R S T R S T R S T
1 Aktif memperhatikan penjelasan guru
V V V
2 Kemauan untuk menerima pelajaran
V V V V
3 Aktif mengerjakan tugas V V V
4 Aktif memanfaatkan media yang digunakan
V V V
5 Kesungguhan siswa mengerjakan tugas individu maupun kelompok
V V V
6 Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat
V V V
7 Keaktifan dalam proses pembelajaran
V V V
8 Kesungguhan mengerjakan tes
V V V
Keterangan :
R : Rendah
S : Sedang
102
T : Tinggi
Catatan :
1. Dikatakan rendah, jika kurang 40% dari jumlah siswa yang hadir.
2. Dikatakan sedang, jika lebih 40% sampai 70% dari jumlah siswa yang hadir.
3. Dikatakan tinggi, jika lebih dari 70% sampai 100% dari jumlah siswa yang
hadir.
Surakarta, ………………2010
Mengetahui,
Observer Peneliti
SUMEDI FITRI LASTINI NIP. 19611181988101001 NIM. K 7106024
103
Lampiran 8
HASIL PENGAMATAN TERHADAP GURU PADA SIKLUS II
No Variabel Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan guru memulai kegiatan pembelajaran
v v v
2 Kemampuan guru mengelola kelas
v v v
3 Kemampuan mengelola waktu pelajaran
v v v
4 Memberikan apersepsi v v v 5 Menyampaikan materi v v v 6 Ketrampilan guru
mengajukan pertanyaan v v v
7 Diskusi dan penjelasan konsep
v v v
8 Perhatian guru terhadap siswa
v v v
9 Pengembangan aplikasi v v v 10 Kemampuan menutup
pelajaran
v v v
Keterangan Pencapaian Skor:
1 : Sangat Kurang 2 : Kurang 3 : Baik 4 : Sangat baik
Observer Peneliti
Sumedi, S. Pd Fitri Lastini
104
Lampiran 9
Lembar Observasi Kegiatan Siswa
Dalam Proses Pembelajaran Siklus II
No Aspek yang Dinilai Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III
R S T R S T R S T
1 Aktif memperhatikan penjelasan guru
V V V
2 Kemauan untuk menerima pelajaran
V V V
3 Aktif mengerjakan tugas V V V
4 Aktif memanfaatkan media yang digunakan
V V V
5 Kesungguhan siswa mengerjakan tugas individu maupun kelompok
V V V
6 Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat
V V V
7 Keaktifan dalam proses pembelajaran
V V V
8 Kesungguhan mengerjakan tes
V V V
Keterangan :
R : Rendah
S : Sedang
T : Tinggi
105
Catatan :
1. Dikatakan rendah, jika kurang 40% dari jumlah siswa yang hadir.
2. Dikatakan sedang, jika lebih 40% sampai 70% dari jumlah siswa yang hadir.
3. Dikatakan tinggi, jika lebih dari 70% sampai 100% dari jumlah siswa yang
hadir.
Surakarta, ………………2010
Mengetahui,
Observer Peneliti
SUMEDI FITRI LASTINI NIP. 19611181988101001 NIM. K 7106024
106
Lampiran 10
HASIL PENGAMATAN TERHADAP GURU PADA SIKLUS III
No Variabel Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan guru memulai kegiatan pembelajaran
v v v
2 Kemampuan guru mengelola kelas
v v v
3 Kemampuan mengelola waktu pelajaran
v v v
4 Memberikan apersepsi v v v 5 Menyampaikan materi v v v 6 Ketrampilan guru
mengajukan pertanyaan v v v
7 Diskusi dan penjelasan konsep
v v v
8 Perhatian guru terhadap siswa
v v v
9 Pengembangan aplikasi v v v 10 Kemampuan menutup
pelajaran
v v v
Keterangan Pencapaian Skor:
1 : Sangat Kurang 2 : Kurang 3 : Baik 4 : Sangat baik
Observer Peneliti
Sumedi, S. Pd Fitri Lastini
107
Lampiran 11
Lembar Observasi Kegiatan Siswa
Dalam Proses Pembelajaran Siklus III
No Aspek yang Dinilai Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III
R S T R S T R S T
1 Aktif memperhatikan penjelasan guru
V V V
2 Kemauan untuk menerima pelajaran
V V V
3 Aktif mengerjakan tugas V V V
4 Aktif memanfaatkan media yang digunakan
V V V
5 Kesungguhan siswa mengerjakan tugas individu maupun kelompok
V V V
6 Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat
V V V
7 Keaktifan dalam proses pembelajaran
V V V
8 Kesungguhan mengerjakan tes V V V
Keterangan :
R : Rendah
S : Sedang
T : Tinggi
108
Catatan :
1. Dikatakan rendah, jika kurang 40% dari jumlah siswa yang hadir.
2. Dikatakan sedang, jika lebih 40% sampai 70% dari jumlah siswa yang hadir.
3. Dikatakan tinggi, jika lebih dari 70% sampai 100% dari jumlah siswa yang
hadir.
Surakarta, ………………2010
Mengetahui,
Observer Peneliti
SUMEDI FITRI LASTINI NIP. 19611181988101001 NIM. K 7106024
109
Lampiran 12
Perolehan Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Problem Solving
Pra Siklus
No. Nama Nilai Keterangan
1. Fauhah Azhari 20 Tidak tuntas
2. Abda Zulqifli A 40 Tidak tuntas
3. Akila Raul Hidayat 35 Tidak tuntas
4. Annisa Nur Juwita 60 Tuntas
5. Asvin Ferdiansah Dwi. Y 25 Tidak tuntas
6. Bagas Prakasa D. S 30 Tidak tuntas
7. Bella Monika 45 Tidak tuntas
8. Bertha Novena P 65 Tuntas
9. Devi Nur Hidayati 65 Tuntas
10. Dyan Sepya Ningrum 65 Tuntas
11. Fanual Felix Cristian 75 Tuntas
12. Ida Dewi Maharani 65 Tuntas
13. Kendita Nadia W. Sari 65 Tuntas
14. Khomar Abu Syah Bani 40 Tidak tuntas
15. Lani Nur Anisa 50 Tidak tuntas
16. Mega Susila Putri 50 Tidak tuntas
17. Mia Atika Putri 55 Tidak tuntas
18. Moch. Syamsul A 35 Tidak tuntas
19. Muftiati Nur Hasanah 45 Tidak tuntas
20. Novias Dwi Purdiyanto 75 Tuntas
110
21. Rachel Priska 65 Tuntas
22. Reynold Sipayung 30 Tidak tuntas
23. Riska Santika Dewi 50 Tidak tuntas
24. Rizal Pujianto 65 Tuntas
25. Septiana Anggoro 55 Tidak tuntas
26. Siti Romlah 60 Tuntas
27. Thoriq Bayu S 50 Tidak tuntas
28. Windy Fajarwati 65 Tuntas
29. Yohana Chris Yunita 75 Tuntas
30. Yulia Ifah Saifullah 70 Tuntas
31. Yusuf Arifiyanto 60 Tuntas
32. Zharaska Talita W. Y 60 Tuntas
33. Maulana Al Ghofur 60 Tuntas
34. Septa Ilman 50 Tidak tuntas
35. Afari Zakarnia R 55 Tidak tuntas
36. Febria Aulia 55 Tidak tuntas
1930
Rata –
Rata
1930:36=53,61
Ketuntasan
17:36X100%= 47,22%
Keterangan:
Jumlah siswa yang belum tuntas pada ada 19.
111
Lampiran 13
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
SIKLUS 1
Sekolah : SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : IV/II
Alokasi Waktu : 6 X 35 menit (3 X Pertemuan)
I. Standar Kompetensi
6. menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
II. Kompetensi Dasar
6.5. menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan.
III. Indikator
6.5.1.Dapat melakukan penjumlahan bilangan pecahan yang berpenyebut sama
dalam mengatasai masalah.
6.5.2 Dapat melakukan penjumlahan bilangan pecahan yang berpenyebut berbeda
dalam mengatasi masalah.
6.5.3 Dapat melakukan pengurangan bilangan pecahan yang berpenyebut sama
dalam mengetasi masalah.
6.5.4 Dapat melakukan pengurangan bilangan pecahan yang berpenyebut berbeda
dalam mengatasi masalah.
112
6.5.5Dapat melakukan pengerjaan hitung campuran penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dalam mengatasi masalah.
6.5.6Dapat melakukan pengerjaan hitung campuran penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang berpenyebut berbeda dalam mengatasi masalah.
IV. Tujuan Pembelajaran 1. Melalui demonstrasi, siswa dapat melakukan operasi penjumlahan bilangan
pecahan yang berpenyebut sama dalam mengatasi masalah dengan benar.
2. Melalui diskusi siswa, dapat melakukan operasi penjumlahan bilangan
pecahan yang berpenyebut berbeda dalam mengatasi masalah dengan benar.
3. Melalui demonstrasi, siswa dapat melakukan operasi pengurangan bilangan
pecahan yang berpenyebut sama dalam mengatasi masalah dengan benar.
4. Melalui diskusi, siswa dapat melakukan operasi pengurangan bilangan
pecahan yang berpenyebut berbeda dalam mengatasi masalah dengan benar.
5. Melalui diskusi, siswa dapat melakukan operasi hitung campuran
penjumlahan dan pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dalam
mengatasi masalah dengan benar
6. Melalui diskusi, siswa dapat melakukan operasi hitung campuran
penjumlahan dan pengurangan pecahan yang berpenyebut berbeda dalam
mengatasi masalah dengan benar.
V. Dampak Pengiring
Setelah pembelajaran ini selesai, diharapkan siswa dapat menyelesaikan
persoalan dalam kehidupan sehari-harinya yang berhubungan dengan operasi
hitung campuran penjumlahan dan pengurangan.
VI. Materi Pelajaran
Penjumlahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan menjumlahkan
pembilang-pembilangnya. Sedangkan penyebutnya tidak dijumlahkan.
Misalnya :
+ = = =
113
Aturan penjumlahan pecahan yang berbeda penyebutnya
a. Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk pecahan
yang senilai).
b. Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan berpenyebut
sama.
Misalnya :
Tentukan penjumlahan pecahan berikut.
+ =
Jawab : Penyebut kedua pecahan adalah 5 dan 10 dengan KPK 10.
+ = + = + =
Jadi, + =
Pengurangan yang berpenyebut sama dilakukan dengan mengurangkan
pembilang-pembilangnya. Sedangkan penyebutnya tidak dikurangkan.
Misalnya :
- = = =
Aturan pengurangan pecahan yang berbeda penyebutnya
a. Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk pecahan
yang senilai).
b. Jumlahkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan berpenyebut
sama.
Misalnya :
Tentukan pengurangan pecahan berikut.
114
- =
Jawab : Penyebut kedua pecahan adalah 6 dan 4 dengan KPK 12.
- = – = - =
Jadi, - =
? Menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan pengerjaan hitung
campuran penjumlahan dan pengurangan pecahan.
Misalnya :
Ibu Nia membuat sebuah kue tart yang cukup besar. Kue tersebut dipotong-
potong menjudi 10 bagian yang sama besar. Pulang sekolah Dodi mengajak
Miko ke rumahnya. Dodi dan Miko masing-masing makan 2 potong kue.
1. Berapa bagian kue yang dimakan Dodi dan Miko?
2. Berapa bagian kue yang masih tersisa?
Jawab :
a. Memahami masalah dengan jelas
Panjang kayu warna kuning meter.
Dicat warna hijau sepanjang meter.
b. Merencanakan cara penyelesaian
+
c. Melaksanakan prosedur pemecahan
+ = =
d. Melihat kembali hasil pemecahan
115
Panjang kayu yang dicat adalah
+ = =
Jadi, panjang kayu yang dicat kuning adalah meter.
VII. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama (2x35 menit)
Tujuannya adalah melakukan operasi penjumlahan bilangan pecahan yang
berpenyebut sama dan tidak sama dalam mengatasi masalah dengan benar.
No Tahap Kegiatan Belajar Mengajar Pengorganisasian
Siswa Waktu
1. Awal Apersepsi :
? Guru mengucap salam dan
bersama-sama siswa berdoa
untuk memulai pembelajaran
? Guru mengecek kehadiran
siswa
? Mempersiapkan media
? Mengulang kembali pokok
bahasan kemarin.
? Menyampaikan indikator dan
kompetensi yang diharapkan.
Klasikal
10’
2. Inti ? Siswa memperhatikan media
116
yang ditunjukkan oleh guru
berupa kartu pecahan yang
menunjukkan nilai .
? Siswa memperhatikan
penjelasan guru tentang
pecahan dalam hal
menyelesaikan soal cerita sub
pokok bahasan penjumlahan
pecahan yang berpenyebut
sama dan tidak sama.
? Guru memberi contoh soal
cerita dan diselesaikan melalui
metode problem solving.
? Guru dan siswa saling bertanya
jawab tentang soal tadi.
? Siswa dibagi menjadi 4
kelompok.
? Setiap kelompok diberi soal
yang beris i soal-soal cerita.
? Siswa diminta berdiskusi
bersama teman sekelompoknya
untuk mengerjakan soal sesuai
dengan yang dicontohkan oleh
guru.
? Perwakilan dari kelompok
maju untuk menyampaikan
Klasikal
Klasikal
Klasikal
Klasikal
Kelompok
Kelompok
50’
117
hasil diskusinya.
? Guru dan siswa menyimpulkan
hasil diskusi tadi.
? Evaluasi
Kelompok
Klasikal
Akhir ? Pemantapan materi
? Pemberian tugas
Klasikal 10’
Pertemuan Kedua (2x35 menit)
Tujuannya adalah melakukan operasi pengurangan bilangan pecahan yang
berpenyebut sama dan tidak sama dalam mengatasi masalah dengan benar.
No Tahap Kegiatan Belajar Mengajar Pengorganisasian
Siswa Waktu
1. Awal Apersepsi :
? Guru mengucap salam dan
bersama-sama siswa berdoa
untuk memulai pembelajaran
? Guru mengecek kehadiran
siswa
Klasikal
10’
118
? Mempersiapkan media
? Mengulang kembali pokok
bahasan kemarin.
? Menyampaikan indikator dan
kompetensi yang diharapkan.
2. Inti ? Siswa memperhatikan media
yang ditunjukkan oleh guru
berupa kartu pecahan yang
menunjukkan nilai .
? Siswa memperhatikan
penjelasan guru tentang
pecahan dalam hal
menyelesaikan soal cerita sub
pokok bahasan pengurangan
pecahan yang berpenyebut
sama dan tidak sama.
? Guru memberi contoh soal
cerita dan diselesaikan melalui
metode problem solving.
? Guru dan siswa saling bertanya
jawab tentang soal tadi.
? Siswa dibagi menjadi 4
kelompok.
? Setiap kelompok diberi soal
yang berisi soal-soal cerita.
Klasikal
Klasikal
Klasikal
Klasikal
50’
119
? Guru meminta siswa untuk
mendiskusikannya sesuai
dengan yang dicontohkan oleh
guru.
? Perwakilan dari kelompok
maju untuk menyampaikan
hasil diskusinya.
? Guru dan siswa menyimpulkan
hasil diskusi tadi.
? Evaluasi
Kelompok
Kelompok
Kelompok
Klasikal
Klasikal
3. Akhir ? Pemantapan materi
? Pekerjaan rumah
Klasikal
10’
Pertemuan Ketiga (2x35 menit)
120
Tujuannya adalah melakukan operasi hitung campuran penjumlahan dan
pengurangan bilangan pecahan yang berpenyebut sama dan tidak sama dalam
mengatasi masalah dengan benar.
No Tahap Kegiatan Belajar Mengajar Pengorganisasian
Siswa Waktu
1. Awal Apersepsi :
? Guru mengucap salam dan
bersama-sama siswa berdoa
untuk memulai pembelajaran
? Guru mengecek kehadiran
siswa
? Mempersiapkan media
? Mengulang kembali pokok
bahasan kemarin.
? Menyampaikan indikator dan
kompetensi yang diharapkan.
Klasikal
10’
2. Inti ? Siswa memperhatikan media
yang ditunjukkan oleh guru
berupa kartu pecahan yang
menunjukkan nilai .
? Siswa memperhatikan
penjelasan guru tentang
pecahan dalam hal
menyelesaikan soal cerita sub
Klasikal
121
pokok bahasan hitung
campuran penjumlahan dan
pengurangan bilangan pecahan
yang berpenyebut sama dan
tidak sama.
? Guru memberi contoh soal
cerita dan diselesaikan melalui
metode problem solving.
? Guru dan siswa saling bertanya
jawab tentang soal tadi.
? Siswa dibagi menjadi 4
kelompok.
? Setiap kelompok diberi soal
yang berisi soal-soal cerita.
? Guru meminta siswa untuk
mendiskusikannya sesuai
dengan yang dicontohkan oleh
guru.
? Perwakilan dari kelompok
maju untuk menyampaikan
hasil diskusinya.
? Guru dan siswa menyimpulkan
hasil diskusi tadi.
? Evaluasi
Klasikal
Klasikal
Klasikal
Kelompok
Kelompok
Kelompok
Klasikal
50’
122
Klasikal
3. Akhir ? Pemantapan materi
? Pekerjaan rumah
Klasikal
10’
VIII. Metode, Media dan Sumber.
A. Metode
? Ceramah
? Diskusi
? Tanya jawab
? Demonstrasi
? Problem solving
B. Media
? Kartu Pecahan
C. Sumber
? Silabus kelas IV
? Mustaqim, Burhan. Ayo Belajar Matematika 4 untuk SD dan MI kelas
IV. Halaman 172-188.
? Nur Akhsin dan Heny Kusumawati. Buku Matematika kelas IV.
Halaman 203–205.
IX. Evaluasi
123
? Prosedur Tes : Tes akhir
? Jenis Tes : Tertulis
? Alat Penilaian : Soal, Kunci Jawaban, kriteria penilaian
A. Soal
Pertemuan Pertama
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan tepat!
1. Sebuah bak mandi berisi air liter. Kemudian bak mandi tersebut
di isi air Ayah menjadi liter. Berapa liter banyak air
seluruhnya?
2. Dika mempunyai jeruk kg jeruk. Di tengah jalan Dika diberi Pak
Budi kg jeruk. Berapa kg jeruk Dika sekarang?
3. Halaman sekolah Fifi sedang dibuat taman. Minggu pertama telah
selesai bagian taman. Pada minggu kedua dilanjutkan mengaspal
bagian taman. Berapa bagian halaman sekolah yang sudah di
aspal?
4. Ani diminta Ibu membeli kg telur dan kg kacang. Berapa kg
belanjaan Ani semuanya?
Pertemuan Kedua
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan tepat!
1. Ani mempunyai tali sepanjang meter. Tali tersebut di minta
Gina meter. Berapa meter tali Ani sekarang?
124
2. Dido mempunyai kg kelereng. Di tengah jalan kelereng tersebut
jatuh sehingga kelereng Dido tinggal kg kelereng. Berapa kg
kelereng Dido yang jatuh?
3. Tina diminta Ibu membeli roti bagian. Di tengah jalan ada
seorang anak kecil yang menangis dan Tina memberi bagian
roti tersebut. Berapa bagian roti Tina sekarang?
4. Pak joko mempunyai kg beras. Kemudian beras tersebut di
sumbangkan kepada fakir miskin sebanyak kg beras. Berapa sisa
beras Pak Joko sekarang?
Pertemuan Ketiga
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan tepat!
1. Andra mempunyai seutas tali yang panjangnya meter. Rio juga
mempunyai seutas tali sepanjang meter. Jika kedua tali tersebut
di sambung, berapa panjang tali tersebut?
125
2. Indah mempunyai pita sepanjang meter. Sebagian pita tersebut
diberikan kepada Nanik. Sekarang pita Indah tinggal meter.
Berapa meter pita yang diberikan kepada Nanik?
3. Ema dimintai tolong Ibu untukmembelikan bahan pembuat kue.
Ema membeli kg gula dan kg tepung. Berapa berat gula dan
tepung yang dibeli Ema?
4. Lukman mempunyai sebuah roti di dalam tas. Bagian roti
tersebut diminta adiknya. Sedangkan bagian roti tersebut
diberikan kepada Ibunya dan sisanya dia makan sendiri. Berapa
bagian roti yang dimakan Lukman?
5. Ibu Ema membuat sebuah kue yang cukup besar. Kue tersebut
dipotong-potong menjadi 16 bagian yang sama besar. Pulang
sekolah Ema mengajak Menik ke rumahnya. Ema dan Menik
masing-masing makan 2 potong kue.
a. Berapa bagian kue yang dimakan Ema dan Menik?
b. Berapa bagian kue yang masih tersisa?
B. Kunci Jawaban
Pertemuan Pertama
1. Banyak air dalam bak mandi adalah meter
2. Pita yang diberikan kepada Nanik meter
126
3. Halaman sekolah yang sudah diaspal meter
4. Belanjaan Ani semuanya adalah meter
Pertemuan Kedua
1. Panjang Ani sekarang adalah meter
2. Kelereng Dido adalah meter
3. Roti Tina sekarang adalah meter
4. Sisa beras Pak Joko adalah kg
Pertemuan Ketiga
1. Panjang tali Andra dan Rio adalah meter
2. Pita yang diberikan kepada Nanik meter
3. Berat tepung dan gula adalah kg
4. Roti yang dimakan Lukman adalah bagian
5. a. Kue yang dimakan Ema dan Menik adalah bagian
b. Kue yang masih tersisa adalah bagian
X. Kriteria Penilaian
Soal Pertemuan 1 dan 2
? Total nilai : Betul x 25
: 4 x 25
127
:100
Soal Pertemuan 3
? Total nilai : Betul x 20
: 5 x 20
:100
Surakarta, 2010
Guru Kelas Peneliti
Sumedi, S.Pd Fitri Lastini
NIP.1961060 4 198103 1 001 NIM. K7106024
Mengetahui
Kepala Sekolah SDN Dukuhan Kerten No.58
Gitono, S.Pd
NIP. 19640206 198806 1 003
128
Lampiran 14
Perolehan Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Problem Solving
Siklus I
No
.
Nama Nilai Rata-
rata
Keterangan
Pertemu
an 1
Pertemu
an 2
Pertemu
an 3
1. Fauhah Azhari 60 50 60 56 Tidak tuntas
2. Abda Zulqifli A 60 60 60 60 Tuntas
3. Akila Raul Hidayat 55 65 65 61 Tuntas
4. Annisa Nur Juwita 75 65 75 71 Tuntas
5. Asvin Ferdiansah Dwi. Y 50 55 40 48 Tidak tuntas
6. Bagas Prakasa D. S 45 50 50 48 Tidak tuntas
7. Bella Monika 60 60 60 60 Tuntas
8. Bertha Novena P 60 65 60 61 Tuntas
9. Devi Nur Hidayati 70 60 65 65 Tuntas
10. Dyan Sepya Ningrum 60 65 60 61 Tuntas
11. Fanual Felix Cristian 90 90 86 85 Tuntas
12. Ida Dewi Maharani 45 50 45 50 Tidak tuntas
13. Kendita Nadia W. Sari 50 50 35 45 Tidak tuntas
14. Khomar Abu Syah Bani 60 65 55 60 Tuntas
15. Lani Nur Anisa 50 50 45 48 Tidak tuntas
16. Mega Susila Putri 60 65 55 60 Tuntas
17. Mia Atika Putri 65 65 65 65 Tuntas
18. Moch. Syamsul A 65 65 60 63 Tuntas
19. Muftiati Nur Hasanah 55 50 45 45 Tidak tuntas
20. Novias Dwi Purdiyanto 70 60 55 61 Tuntas
21. Rachel Priska 75 75 70 73 Tuntas
22. Reynold Sipayung 60 50 40 50 Tidak tuntas
129
23. Riska Santika Dewi 65 50 50 55 Tidak tuntas
24. Rizal Pujianto 65 70 63 66 Tuntas
25. Septiana Anggoro 50 50 50 50 Tidak tuntas
26. Siti Romlah 75 75 70 73 Tuntas
27. Thoriq Bayu S 55 50 50 51 Tidak tuntas
28. Windy Fajarwati 65 75 70 70 Tuntas
29. Yohana Chris Yunita 75 90 85 83 Tuntas
30. Yulia Ifah Saifullah 85 85 70 80 Tuntas
31. Yusuf Arifiyanto 75 70 70 72 Tuntas
32. Zharaska Talita W. Y 70 70 50 63 Tuntas
33. Maulana Al Ghofur 60 60 45 55 Tidak tuntas
34. Septa Ilman 50 60 50 53 Tidak tuntas
35. Afari Zakarnia R 65 60 55 60 Tuntas
36. Febria Aulia 60 55 50 55 Tidak tuntas
2190 2260 2089 2182
Ra
ta
–
Ra
ta
2190:36
= 60,83
2260:36
=62,77
2099:36
= 58,07
2182:36
=60,61
Ke
tun
tas
an
22:36X100%= 61,11%
Keterangan:
Jumlah siswa yang belum tuntas pada pertemuan I ada 10.
Jumlah siswa yang belum tuntas pada pertemuan II ada 12.
Jumlah siswa yang belum tuntas pada siklus III ada 18.
130
Lampiran 15
FOTO SIKLUS I
Guru memberikan motivasi pada siswa
Siswa membentuk kelompok dengan bimbingan guru
131
Guru memberikan media kepada setiap kelompok
Observer mengamati proses pembelajaran
132
Lampiran 16
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
SIKLUS 2
Sekolah : SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : IV/II
Alokasi Waktu : 4 X 35 menit (3 X Pertemuan)
I. Standar Kompetensi
6. menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
II. Kompetensi Dasar
6.5. menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan.
III. Indikator
6.5.1.Dapat melakukan penjumlahan bilangan pecahan yang berpenyebut sama
dalam mengatasai masalah.
6.5.2 Dapat melakukan penjumlahan bilangan pecahan yang berpenyebut berbeda
dalam mengatasi masalah.
6.5.3 Dapat melakukan pengurangan bilangan pecahan yang berpenyebut sama
dalam mengatasi masalah.
6.5.4 Dapat melakukan pengurangan bilangan pecahan yang berpenyebut berbeda
dalam mengatasi masalah.
133
6.5.5Dapat melakukan pengerjaan hitung campuran penjumlahan dan
pengurangan bilangan pecahan yang berpenyebut sama dalam mengatasi
masalah.
6.5.6Dapat melakukan pengerjaan hitung campuran penjumlahan dan
pengurangan bilangan pecahan yang berpenyebut berbeda dalam mengatasi
masalah.
IV. Tujuan Pembelajaran 1. Melalui demonstrasi, siswa dapat melakukan operasi penjumlahan bilangan
pecahan yang berpenyebut sama dalam mengatasi masalah dengan benar.
2. Melalui diskusi, siswa dapat melakukan operasi penjumlahan bilangan
pecahan yang berpenyebut berbeda dalam mengatasi masalah dengan benar.
3. Melalui demonstrasi, siswa dapat melakukan operasi pengurangan bilangan
pecahan yang berpenyebut sama dalam mengatasi masalah dengan benar.
4. Melalui diskusi, siswa dapat melakukan operasi pengurangan bilangan
pecahan yang berpenyebut berbeda dalam mengatasi masalah dengan benar.
5. Melalui diskusi, siswa dapat melakukan operasi hitung campuran
penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan yang berpenyebut sama
dalam mengatasi masalah dengan benar.
6. Melalui diskusi, siswa dapat melakukan operasi hitung campuran
penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan yang berpenyebut berbeda
dalam mengatasi masalah dengan benar.
V. Dampak Pengiring
Setelah pembelajaran ini selesai, diharapkan siswa dapat menyelesaikan
persoalan dalam kehidupan sehari-harinya yang berhubungan dengan operasi
penjumlahan dan pengurangan.
VI. Materi Pelajaran
Penjumlahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan menjumlahkan
pembilang-pembilangnya. Sedangkan penyebutnya tidak dijumlahkan.
134
Misalnya :
+ = = =
Aturan penjumlahan pecahan yang berbeda penyebutnya
a. Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk pecahan
yang senilai).
b. Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan berpenyebut
sama.
Misalnya :
Tentukan penjumlahan pecahan berikut.
+ =
Jawab : Penyebut kedua pecahan adalah 5 dan 10 dengan KPK 10.
+ = + = + =
Jadi, + =
Pengurangan yang berpenyebut sama dilakukan dengan mengurangkan
pembilang-pembilangnya. Sedangkan penyebutnya tidak dikurangkan.
Misalnya :
- = = =
Aturan pengurangan pecahan yang berbeda penyebutnya
a. Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk pecahan
yang senilai).
135
b. Jumlahkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan berpenyebut
sama.
Misalnya :
Tentukan pengurangan pecahan berikut.
- =
Jawab : Penyebut kedua pecahan adalah 6 dan 4 dengan KPK 12.
- = – = - =
Jadi, - =
? Menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan bilangan
penjumlahan dan pengurangan pecahan.
Misalnya :
Ayah Marbun mempunyai kayu yang panjangnya meter. Kemudian Ayah
mengecat kayu yang panjangnya meter dengan warna kuning. Berapa
meter kayu yang yang belum dicat Ayah Marbun?
Jawab :
a. Memahami masalah
Panjang kayu Ayah Marbun meter.
Dicat warna kuning sepanjang meter.
Berapa meter kayu yang belum dicat Ayah?
b. Merencanakan cara penyelesaian
136
- =
c. Melaksanakan prosedur pemecahan
- = =
d. Melihat kembali hasil pemecahan
Panjang kayu yang dicat adalah
- = =
Jadi, panjang kayu yang dicat kuning adalah meter.
VII. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama (2x35 menit)
Tujuannya adalah melakukan operasi penjumlahan bilangan pecahan yang
berpenyebut sama dan tidak sama dalam mengatasi masalah dengan benar.
No Tahap Kegiatan Belajar Mengajar Pengorganisasian
Siswa Waktu
1. Awal Apersepsi :
? Guru mengucap salam dan
bersama-sama siswa berdoa
untuk memulai pembelajaran
? Guru mengecek kehadiran
siswa
? Mempersiapkan media
? Mengulang kembali pokok
bahasan kemarin.
? Menyampaikan indikator dan
kompetensi yang diharapkan.
Klasikal 10’
137
2. Inti ? Siswa memperhatikan media
yang ditunjukkan oleh guru
berupa roti yang menunjukkan
nilai .
? Siswa memperhatikan
penjelasan guru tentang
pecahan dalam hal
menyelesaikan soal cerita sub
pokok bahasan penjumlahan
pecahan yang berpenyebut
sama dan tidak sama.
? Siswa diajak bernyanyi.
? Guru memberi contoh soal
cerita dan diselesaikan melalui
metode problem solving.
? Guru dan siswa saling bertanya
jawab tentang soal tadi.
? Siswa dibagi menjadi 7
kelompok.
? Setiap kelompok diberi soal
yang berisi soal-soal cerita.
? Siswa diminta berdiskusi
bersama teman sekelompoknya
untuk mengerjakan soal sesuai
dengan yang dicontohkan oleh
guru.
? Perwakilan dari kelompok
maju untuk menyampaikan
hasil diskusinya.
? Bagi kelompok yang
Klasikal
Klasikal
Klasikal
Klasikal
Kelompok
Kelompok
Kelompok
Klasikal
50’
138
jawabannya benar diberi
keyword.
? Guru dan siswa menyimpulkan
hasil diskusi tadi.
? Evaluasi
Akhir ? Pemantapan materi
? Pemberian tugas
Klasikal 10’
Pertemuan Kedua (2x35 menit)
Tujuannya adalah melakukan operasi pengurangan bilangan pecahan yang
berpenyebut berbeda dalam mengatasi masalah dengan benar.
No Tahap Kegiatan Belajar Mengajar Pengorganisasian Siswa Waktu
1. Awal Apersepsi :
? Guru mengucap salam dan
bersama-sama siswa berdoa
untuk memulai pembelajaran
? Guru mengecek kehadiran
siswa
? Mempersiapkan media
? Mengulang kembali pokok
bahasan kemarin.
? Menyampaikan indikator dan
kompetensi yang diharapkan.
Klasikal
5’
2. Inti ? Siswa memperhatikan media
yang ditunjukkan oleh guru
berupa roti yang menunjukkan
nilai .
Klasikal
139
? Siswa memperhatikan
penjelasan guru tentang
pecahan dalam hal
menyelesaikan soal cerita sub
pokok bahasan penjumlahan
pecahan yang berpenyebut
sama dan tidak sama.
? Siswa diajak bernyanyi.
? Guru memberi contoh soal
cerita dan diselesaikan melalui
metode problem solving.
? Guru dan siswa saling bertanya
jawab tentang soal tadi.
? Siswa dibagi menjadi 7
kelompok.
? Setiap kelompok diberi LKS
yang berisi soal-soal cerita.
? Guru meminta siswa untuk
mendiskusikannya sesuai
dengan yang dicontohkan oleh
guru.
? Perwakilan dari kelompok
maju untuk menyampaikan
hasil diskusinya.
? Bagi kelompok yang
jawabannya benar diberi
keyword.
? Guru dan siswa menyimpulkan
hasil diskusi tadi.
? Evaluasi
Klasikal Klasikal Klasikal Kelompok Kelompok Kelompok Klasikal Klasikal
50’
140
3. Akhir ? Pemantapan materi
? Pekerjaan rumah
Klasikal
10’
Pertemuan Ketiga (2x35 menit)
Tujuannya adalah melakukan operasi hitung campuran penjumlahan dan
pengurangan bilangan pecahan yang berpenyebut sama dan tidak sama dalam
mengatasi masalah dengan benar.
No Tahap Kegiatan Belajar Mengajar Pengorganisasian Siswa Waktu
1. Awal Apersepsi :
? Guru mengucap salam dan
bersama-sama siswa berdoa
untuk memulai pembelajaran
? Guru mengecek kehadiran
siswa
? Mempersiapkan media
? Mengulang kembali pokok
bahasan kemarin.
? Menyampaikan indikator dan
kompetensi yang diharapkan.
Klasikal
10’
2. Inti ? Siswa memperhatikan media
yang ditunjukkan oleh guru
berupa roti yang menunjukkan
nilai .
? Siswa memperhatikan
penjelasan guru tentang
pecahan dalam hal
Klasikal Klasikal
141
menyelesaikan soal cerita sub
pokok bahasan hitung
campuran penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang
berpenyebut sama dan tidak
sama.
? Siswa diajak bernyanyi.
? Guru memberi contoh soal
cerita dan diselesaikan melalui
metode problem solving.
? Guru dan siswa saling bertanya
jawab tentang soal tadi.
? Siswa dibagi menjadi 7
kelompok.
? Setiap kelompok diberi
soalyang berisi soal-soal cerita.
? Guru meminta siswa untuk
mendiskusikannya sesuai
dengan yang dicontohkan oleh
guru.
? Perwakilan dari kelompok
maju untuk menyampaikan
hasil diskusinya.
? Bagi kelompok yang
jawabannya benar diberi
keyword.
? Guru dan siswa menyimpulkan
hasil diskusi tadi.
? Evaluasi
Klasikal Klasikal Kelompok Kelompok Kelompok Klasikal Klasikal
50’
142
3. Akhir ? Pemantapan materi
? Pekerjaan rumah
Klasikal
10’
VIII. Metode, Media dan Sumber
A. Metode
? Ceramah
? Diskusi
? Tanya jawab
? Demonstrasi
? Problem solving
B. Media
? Roti
C. Sumber
? Silabus kelas IV
? Mustaqim, Burhan. Ayo Belajar Matematika 4 untuk SD dan MI kelas
IV. Halaman 172-188.
? Nur Akhsin dan Heny Kusumawati. Buku Matematika kelas IV.
Halaman 203–205.
IX. Evaluasi
? Prosedur Tes : Tes akhir
? Jenis Tes : Tertulis
? Alat Penilaian : Soal, Kunci Jawaban, kriteria penilaian
A. Soal
Pertemuan Pertama
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan tepat!
143
1. Sebuah bak mandi berisi air liter. Kemudian bak mandi tersebut
di isi air Ayah menjadi liter. Berapa liter banyak air
seluruhnya?
2. Dika mempunyai kg jeruk. Di tengah jalan Dika diberi Pak Budi
kg jeruk. Berapa kg jeruk Dika sekarang?
3. Halaman sekolah Fifi sedang dibuat taman. Minggu pertama telah
selesai bagian taman. Pada minggu kedua dilanjutkan
mengaspal bagian taman. Berapa bagian halaman sekolah yang
diaspal?
4. Ani diminta Ibu membeli kg telur dan kg kacang. Berapa kg
belanjaan Ani semuanya?
Pertemuan Kedua
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan tepat!
1. Ani mempunyai tali sepanjang meter. Tali tersebut di minta
Gina meter. Berapa meter tali Ani sekarang?
2. Dido mempunyai kg kelereng. Di tengah jalan kelereng tersebut
jatuh sehingga kelereng Dido tinggal kg kelereng. Berapa kg
kelereng Dido yang jatuh?
3. Tina diminta Ibu membeli roti bagian. Di tengah jalan ada
seorang anak kecil yang menangis dan Tina memberi bagian
roti tersebut. Berapa bagian roti Tina sekarang?
144
4. Pak Joko mempunyai kg beras. Kemudian beras tersebut di
sumbangkan kepada fakir miskin sebanyak kg beras. Berapa sisa
beras Pak Joko sekarang?
Pertemuan Ketiga
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan tepat!
1. Andra mempunyai seutas tali yang panjangnya meter. Rio juga
mempunyai seutas tali sepanjang meter. Jika kedua tali tersebut
di sambung, berapa panjang tali tersebut?
2. Indah mempunyai pita sepanjang meter. Sebagian pita tersebut
diberikan kepada Nanik. Sekarang pita Indah tinggal meter.
Berapa meter pita yang diberikan kepada Nanik?
3. Ema dimintai tolong Ibu untukmembelikan bahan pembuat kue.
Ema membeli kg gula dan kg tepung. Berapa berat gula dan
tepung yang dibeli Ema?
4. Lukman mempunyai sebuah roti di dalam tas. Bagian roti
tersebut diminta adiknya. Sedangkan bagian roti tersebut
diberikan kepada Ibunya dan sisanya dia makan sendiri. Berapa
bagian roti yang dimakan Lukman?
5. Ibu Ema membuat sebuah kue yang cukup besar. Kue tersebut
dipotong-potong menjadi 16 bagian yang sama besar. Pulang
sekolah Ema mengajak Menik ke rumahnya. Ema dan Menik
masing-masing makan 3 potong kue.
c. Berapa bagian kue yang dimakan Ema dan Menik?
145
d. Berapa bagian kue yang masih tersisa?
B. Kunci Jawaban
Pertemuan Pertama
1. Banyak air dalam bak mandi adalah meter
2. Pita yang diberikan kepada Nanik meter
3. Halaman sekolah yang sudah diaspal meter
4. Belanjaan Ani semuanya adalah meter
Pertemuan Kedua
1. Panjang Ani sekarang adalah meter
2. Kelereng Dido adalah meter
3. Roti Tina sekarang adalah meter
4. Sisa beras Pak Joko adalah kg
Pertemuan Ketiga
1. Panjang tali Andra dan Rio adalah meter
2. Pita yang diberikan kepada Nanik meter
3. Berat tepung dan gula adalah kg
4. Roti yang dimakan Lukman adalah bagian
5. a. Kue yang dimakan Ema dan Menik adalah bagian
146
b. Kue yang masih tersisa adalah bagian
X. Kriteria Penilaian
Soal Pertemuan 1 dan 2
? Total nilai : Betul x 25
: 4 x 25
:100
Soal Pertemuan 3
? Total nilai : Betul x 20
: 5 x 20
:100
Surakarta, 2010
Guru Kelas Peneliti
Sumedi, S.Pd Fitri Lastini
NIP.1961060 4 198103 1 001 NIM. K7106024
Mengetahui
Kepala Sekolah SDN Dukuhan Kerten No.58
Gitono, S.Pd
NIP. 19640206 198806 1 003
147
Lampiran 17
Perolehan Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Problem Solving
Siklus II
No. Nama Nilai Rata-
rata
Keterangan
Pertemu
an 1
Pertemu
an 2
Pertemu
an 3
1. Fauhah Azhari 60 60 55 58 Tidak tuntas
2. Abda Zulqifli A 60 60 50 56 Tidak tuntas
3. Akila Raul Hidayat 60 50 60 56 Tidak tuntas
4. Annisa Nur Juwita 75 70 80 75 Tuntas
5. Asvin Ferdiansah Dwi. Y 60 55 60 58 Tidak tuntas
6. Bagas Prakasa D. S 65 60 60 61 Tuntas
7. Bella Monika 60 70 70 66 Tuntas
8. Bertha Novena P 65 70 70 68 Tuntas
9. Devi Nur Hidayati 85 75 75 78 Tuntas
10. Dyan Sepya Ningrum 60 70 65 65 Tuntas
11. Fanual Felix Cristian 100 90 90 93 Tuntas
12. Ida Dewi Maharani 70 60 80 70 Tuntas
13. Kendita Nadia W. Sari 70 65 60 65 Tuntas
14. Khomar Abu Syah Bani 45 60 60 55 Tidak tuntas
15. Lani Nur Anisa 75 70 70 71 Tuntas
16. Mega Susila Putri 50 75 65 63 Tuntas
17. Mia Atika Putri 75 70 70 71 Tuntas
18. Moch. Syamsul A 65 65 60 63 Tuntas
19. Muftiati Nur Hasanah 60 50 50 53 Tidak tuntas
20. Novias Dwi Purdiyanto 85 70 75 76 Tuntas
21. Rachel Priska 70 65 75 70 Tuntas
22. Reynold Sipayung 50 55 50 51 Tidak tuntas
148
23. Riska Santika Dewi 60 60 65 61 Tuntas
24. Rizal Pujianto 60 65 65 63 Tuntas
25. Septiana Anggoro 50 60 50 53 Tidak tuntas
26. Siti Romlah 65 65 70 66 Tuntas
27. Thoriq Bayu S 75 70 75 73 Tuntas
28. Windy Fajarwati 70 65 70 68 Tuntas
29. Yohana Chris Yunita 90 75 100 88 Tuntas
30. Yulia Ifah Saifullah 80 70 75 75 Tuntas
31. Yusuf Arifiyanto 70 60 60 63 Tuntas
32. Zharaska Talita W. Y 50 60 60 56 Tidak tuntas
33. Maulana Al Ghofur 65 55 60 56 Tidak tuntas
34. Septa Ilman 65 60 70 65 Tuntas
35. Afari Zakarnia R 60 60 65 61 Tuntas
36. Febria Aulia 60 60 60 60 Tuntas
2395 2220 2405 2344
Rat
a –
Rat
a
2400:36
= 66,66
2230:36
=64,72
2415:36
= 67,08
2344:36
=65,11
Ket
unta
san
26:36X100%= 72,22%
Keterangan:
Jumlah siswa yang belum tuntas pada pertemuan I ada 4.
Jumlah siswa yang belum tuntas pada pertemuan II ada 5.
Jumlah siswa yang belum tuntas pada siklus III ada 5.
149
Lampiran 18
FOTO SIKLUS II
Guru melakukan apersepsi terhadap pembelajaran yang lalu
Siswa melakukan diskusi kelompok
150
Siswa melakukan unjuk kerja
Guru memberi penghargaan kepada siswa
151
Lampiran 19
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
SIKLUS 3
Sekolah : SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : IV/II
Alokasi Waktu : 4 X 35 menit (3 X Pertemuan)
I. Standar Kompetensi
6. menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
II. Kompetensi Dasar
6.5. menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan.
III. Indikator
6.5.1.Dapat melakukan penjumlahan bilangan pecahan yang berpenyebut sama
dalam mengatasai masalah.
6.5.2 Dapat melakukan penjumlahan bilangan pecahan yang berpenyebut berbeda
dalam mengatasi masalah.
6.5.3 Dapat melakukan pengurangan bilangan pecahan yang berpenyebut sama
dalam mengatasi masalah.
6.5.4 Dapat melakukan pengurangan bilangan pecahan yang berpenyebut berbeda
dalam mengatasi masalah.
152
6.5.5Dapat melakukan pengerjaan hitung campuran penjumlahan dan
pengurangan bilangan pecahan yang berpenyebut sama dalam mengatasi
masalah.
6.5.6Dapat melakukan pengerjaan hitung campuran penjumlahan dan
pengurangan bilangan pecahan yang berpenyebut berbeda dalam mengatasi
masalah.
IV. Tujuan Pembelajaran 1. Melalui demonstrasi, siswa dapat melakukan operasi penjumlahan bilangan
pecahan yang berpenyebut sama dalam mengatasi masalah dengan benar.
2. Melalui diskusi, siswa dapat melakukan operasi penjumlahan bilangan
pecahan yang berpenyebut berbeda dalam mengatasi masalah dengan benar.
3. Melalui demonstrasi, siswa dapat melakukan operasi pengurangan bilangan
pecahan yang berpenyebut sama dalam mengatasi masalah dengan benar.
4. Melalui diskusi, siswa dapat melakukan operasi pengurangan bilangan
pecahan yang berpenyebut berbeda dalam mengatasi masalah dengan benar.
5. Melalui diskusi, siswa dapat melakukan operasi hitung campuran
penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan yang berpenyebut sama
dalam mengatasi masalah dengan benar.
6. Melalui diskusi, siswa dapat melakukan operasi hitung campuran
penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan yang berpenyebut berbeda
dalam mengatasi masalah dengan benar.
V. Dampak Pengiring
Setelah pembelajaran ini selesai, diharapkan siswa dapat menyelesaikan
persoalan dalam kehidupan sehari-harinya yang berhubungan dengan operasi
penjumlahan dan pengurangan.
VI. Materi Pelajaran
Penjumlahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan menjumlahkan
pembilang-pembilangnya. Sedangkan penyebutnya tidak dijumlahkan.
153
Misalnya :
+ = = =
Aturan penjumlahan pecahan yang berbeda penyebutnya
a. Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk pecahan
yang senilai).
b. Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan berpenyebut
sama.
Misalnya :
Tentukan penjumlahan pecahan berikut.
+ =
Jawab : Penyebut kedua pecahan adalah 5 dan 10 dengan KPK 10.
+ = + = + =
Jadi, + =
Pengurangan yang berpenyebut sama dilakukan dengan mengurangkan
pembilang-pembilangnya. Sedangkan penyebutnya tidak dikurangkan.
Misalnya :
- = = =
Aturan pengurangan pecahan yang berbeda penyebutnya
a. Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk pecahan
yang senilai).
154
b. Jumlahkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan berpenyebut
sama.
Misalnya :
Tentukan pengurangan pecahan berikut.
- =
Jawab : Penyebut kedua pecahan adalah 6 dan 4 dengan KPK 12.
- = – = - =
Jadi, - =
? Menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan bilangan
penjumlahan dan pengurangan pecahan.
Misalnya :
Ayah Marbun mempunyai kayu yang panjangnya meter. Kemudian Ayah
mengecat kayu yang panjangnya meter dengan warna kuning. Berapa
meter kayu yang yang belum dicat Ayah Marbun?
Jawab :
a. Memahami masalah
Panjang kayu Ayah Marbun meter.
Dicat warna kuning sepanjang meter.
Berapa meter kayu yang belum dicat Ayah?
b. Merencanakan cara penyelesaian
155
- =
c. Melaksanakan prosedur pemecahan
- = =
d. Melihat kembali hasil pemecahan
Panjang kayu yang dicat adalah
- = =
Jadi, panjang kayu yang dicat kuning adalah meter.
VII. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama (2x35 menit)
Tujuannya adalah melakukan operasi penjumlahan bilangan pecahan yang
berpenyebut sama dan tidak sama dalam mengatasi masalah dengan benar.
No Tahap Kegiatan Belajar Mengajar Pengorganisasian
Siswa Waktu
1. Awal Apersepsi :
? Guru mengucap salam dan
bersama-sama siswa berdoa
untuk memulai pembelajaran
? Guru mengecek kehadiran
siswa
? Mempersiapkan media
? Mengulang kembali pokok
bahasan kemarin.
? Menyampaikan indikator dan
kompetensi yang diharapkan.
Klasikal 10’
156
2. Inti ? Siswa memperhatikan media
yang ditunjukkan oleh guru
berupa apel yang menunjukkan
nilai .
? Siswa memperhatikan
penjelasan guru tentang
pecahan dalam hal
menyelesaikan soal cerita sub
pokok bahasan penjumlahan
pecahan yang berpenyebut
sama dan tidak sama.
? Siswa melakukan permainan
putar keliling dengan
menyanyikan lagu.
? Guru memberi contoh soal
cerita dan diselesaikan melalui
metode problem solving.
? Guru dan siswa saling bertanya
jawab tentang soal tadi.
? Siswa dibagi menjadi 7
kelompok.
? Setiap kelompok diberi soal
yang berisi soal-soal cerita.
? Siswa diminta berdiskusi
bersama teman sekelompoknya
untuk mengerjakan soal sesuai
dengan yang dicontohkan oleh
guru.
? Perwakilan dari kelompok
maju untuk menyampaikan
Klasikal
Klasikal
Klasikal
Klasikal
Kelompok
Kelompok
Kelompok
Klasikal
50’
157
hasil diskusinya.
? Bagi kelompok yang
jawabannya benar diberi
keyword.
? Guru dan siswa menyimpulkan
hasil diskusi tadi.
? Evaluasi
Akhir ? Pemantapan materi
? Pemberian tugas
Klasikal 10’
Pertemuan Kedua (2x35 menit)
Tujuannya adalah melakukan operasi pengurangan bilangan pecahan yang
berpenyebut berbeda dalam mengatasi masalah dengan benar.
No Tahap Kegiatan Belajar Mengajar Pengorganisasian Siswa Waktu
1. Awal Apersepsi :
? Guru mengucap salam dan
bersama-sama siswa berdoa
untuk memulai pembelajaran
? Guru mengecek kehadiran
siswa
? Mempersiapkan media
? Mengulang kembali pokok
bahasan kemarin.
? Menyampaikan indikator dan
kompetensi yang diharapkan.
Klasikal
5’
2. Inti ? Siswa memperhatikan media
yang ditunjukkan oleh guru
Klasikal
158
berupa apel yang menunjukkan
nilai .
? Siswa memperhatikan
penjelasan guru tentang
pecahan dalam hal
menyelesaikan soal cerita sub
pokok bahasan penjumlahan
pecahan yang berpenyebut
sama dan tidak sama.
? Siswa melakukan permainan
putar keliling dengan
menyanyikan lagu.
? Guru memberi contoh soal
cerita dan diselesaikan melalui
metode problem solving.
? Guru dan siswa saling bertanya
jawab tentang soal tadi.
? Siswa dibagi menjadi 7
kelompok.
? Setiap kelompok diberi soal
yang berisi soal-soal cerita.
? Guru meminta siswa untuk
mendiskusikannya sesuai
dengan yang dicontohkan oleh
guru.
? Perwakilan dari kelompok
maju untuk menyampaikan
hasil diskusinya.
? Bagi kelompok yang
jawabannya benar diberi
Klasikal Klasikal Klasikal Kelompok Kelompok Kelompok Klasikal Klasikal
50’
159
keyword.
? Guru dan siswa menyimpulkan
hasil diskusi tadi.
? Evaluasi
3. Akhir ? Pemantapan materi
? Pekerjaan rumah
Klasikal
10’
Pertemuan Ketiga (2x35 menit)
Tujuannya adalah melakukan operasi hitung campuran penjumlahan dan
pengurangan bilangan pecahan yang berpenyebut sama dan tidak sama dalam
mengatasi masalah dengan benar.
No Tahap Kegiatan Belajar Mengajar Pengorganisasian Siswa Waktu
1. Awal Apersepsi :
? Guru mengucap salam dan
bersama-sama siswa berdoa
untuk memulai pembelajaran
? Guru mengecek kehadiran
siswa
? Mempersiapkan media
? Mengulang kembali pokok
bahasan kemarin.
? Menyampaikan indikator dan
kompetensi yang diharapkan.
Klasikal
10’
2. Inti ? Siswa memperhatikan media
yang ditunjukkan oleh guru
Klasikal
160
berupa apel yang menunjukkan
nilai .
? Siswa memperhatikan
penjelasan guru tentang
pecahan dalam hal
menyelesaikan soal cerita sub
pokok bahasan hitung
campuran penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang
berpenyebut sama dan tidak
sama.
? Siswa melakukan permainan
putar keliling dengan
menyanyikan lagu.
? Guru memberi contoh soal
cerita dan diselesaikan melalui
metode problem solving.
? Guru dan siswa saling bertanya
jawab tentang soal tadi.
? Siswa dibagi menjadi 7
kelompok.
? Setiap kelompok diberi
soalyang berisi soal-soal cerita.
? Guru meminta siswa untuk
mendiskusikannya sesuai
dengan yang dicontohkan oleh
guru.
? Perwakilan dari kelompok
maju untuk menyampaikan
hasil diskusinya.
Klasikal Klasikal Klasikal Kelompok Kelompok Kelompok Klasikal Klasikal
50’
161
? Bagi kelompok yang
jawabannya benar diberi
keyword.
? Guru dan siswa menyimpulkan
hasil diskusi tadi.
? Evaluasi
3. Akhir ? Pemantapan materi
? Pekerjaan rumah
Klasikal
10’
VIII. Metode, Media dan Sumber
A. Metode
? Ceramah
? Diskusi
? Tanya jawab
? Demonstrasi
? Problem solving
B. Media
? Roti
C. Sumber
? Silabus kelas IV
? Mustaqim, Burhan. Ayo Belajar Matematika 4 untuk SD dan MI kelas
IV. Halaman 172-188.
? Nur Akhsin dan Heny Kusumawati. Buku Matematika kelas IV.
Halaman 203–205.
IX. Evaluasi
? Prosedur Tes : Tes akhir
? Jenis Tes : Tertulis
? Alat Penilaian : Soal, Kunci Jawaban, kriteria penilaian
162
A. Soal
Pertemuan Pertama
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan tepat!
1. Sebuah bak mandi berisi air liter. Kemudian bak mandi tersebut
di isi air Ayah menjadi liter. Berapa liter banyak air
seluruhnya?
2. Dika mempunyai kg jeruk. Di tengah jalan Dika diberi Pak Budi
kg jeruk. Berapa kg jeruk Dika sekarang?
3. Halaman sekolah Fifi sedang dibuat taman. Minggu pertama telah
selesai bagian taman. Pada minggu kedua dilanjutkan mengaspal
bagian taman. Berapa bagian halaman sekolah yang diaspal?
4. Ani diminta Ibu membeli kg telur dan kg kacang. Berapa kg
belanjaan Ani semuanya?
Pertemuan Kedua
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan tepat!
1. Ani mempunyai tali sepanjang meter. Tali tersebut di minta
Gina meter. Berapa meter tali Ani sekarang?
163
2. Dido mempunyai kg kelereng. Di tengah jalan kelereng tersebut
jatuh sehingga kelereng Dido tinggal kg kelereng. Berapa kg
kelereng Dido yang jatuh?
3. Tina diminta Ibu membeli roti bagian. Di tengah jalan ada
seorang anak kecil yang menangis dan Tina memberi bagian
roti tersebut. Berapa bagian roti Tina sekarang?
4. Pak Joko mempunyai kg beras. Kemudian beras tersebut di
sumbangkan kepada fakir miskin sebanyak kg beras. Berapa sisa
beras Pak Joko sekarang?
Pertemuan Ketiga
Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan tepat!
1. Andra mempunyai seutas tali yang panjangnya meter. Rio juga
mempunyai seutas tali sepanjang meter. Jika kedua tali tersebut
di sambung, berapa panjang tali tersebut?
2. Indah mempunyai pita sepanjang meter. Sebagian pita tersebut
diberikan kepada Nanik. Sekarang pita Indah tinggal meter.
Berapa meter pita yang diberikan kepada Nanik?
3. Ema dimintai tolong Ibu untukmembelikan bahan pembuat kue.
Ema membeli kg gula dan kg tepung. Berapa berat gula dan
tepung yang dibeli Ema?
164
4. Lukman mempunyai sebuah roti di dalam tas. Bagian roti
tersebut diminta adiknya. Sedangkan bagian roti tersebut
diberikan kepada Ibunya dan sisanya dia makan sendiri. Berapa
bagian roti yang dimakan Lukman?
5. Ibu Ema membuat sebuah kue yang cukup besar. Kue tersebut
dipotong-potong menjadi 16 bagian yang sama besar. Pulang
sekolah Ema mengajak Menik ke rumahnya. Ema dan Menik
masing-masing makan 5 potong kue.
1. Berapa bagian kue yang dimakan Ema dan Menik?
2. Berapa bagian kue yang masih tersisa?
B. Kunci Jawaban
Pertemuan Pertama
1. Banyak air dalam bak mandi adalah meter
2. Pita yang diberikan kepada Nanik meter
3. Halaman sekolah yang sudah diaspal meter
4. Belanjaan Ani semuanya adalah meter
Pertemuan Kedua
1. Panjang Ani sekarang adalah meter
2. Kelereng Dido adalah meter
3. Roti Tina sekarang adalah meter
4. Sisa beras Pak Joko adalah kg
165
Pertemuan Ketiga
1. Panjang tali Andra dan Rio adalah meter
2. Pita yang diberikan kepada Nanik meter
3. Berat tepung dan gula adalah kg
4. Roti yang dimakan Lukman adalah bagian
5. a. Kue yang dimakan Ema dan Menik adalah bagian
b. Kue yang masih tersisa adalah bagian
X. Kriteria Penilaian
Soal Pertemuan 1 dan 2 ? Total nilai : Betul x 25
: 4 x 25 :100
Soal Pertemuan 3 ? Total nilai : Betul x 20
: 5 x 20 :100
Surakarta, 2010 Guru Kelas Peneliti Sumedi, S.Pd Fitri Lastini NIP.1961060 4 198103 1 001 NIM. K7106024
Mengetahui Kepala Sekolah SDN Dukuhan Kerten No.58 Gitono, S.Pd
NIP. 19640206 198806 1 003
166
Lampiran 20
Perolehan Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Problem Solving
Siklus III
No
.
Nama Nilai Rata-
rata
Keterangan
Pertemu
an 1
Pertemu
an 2
Pertemu
an 3
1. Fauhah Azhari 65 60 60 61 Tuntas
2. Abda Zulqifli A 60 60 60 60 Tuntas
3. Akila Raul Hidayat 60 60 55 58 Tidak tuntas
4. Annisa Nur Juwita 85 100 85 90 Tuntas
5. Asvin Ferdiansah Dwi. Y 60 65 60 61 Tuntas
6. Bagas Prakasa D. S 70 60 65 65 Tuntas
7. Bella Monika 70 75 60 68 Tuntas
8. Bertha Novena P 70 70 70 70 Tuntas
9. Devi Nur Hidayati 80 80 80 80 Tuntas
10. Dyan Sepya Ningrum 75 75 70 73 Tuntas
11. Fanual Felix Cristian 100 100 90 96 Tuntas
12. Ida Dewi Maharani 85 60 85 76 Tuntas
13. Kendita Nadia W. Sari 65 75 75 71 Tuntas
14. Khomar Abu Syah Bani 60 65 60 61 Tuntas
15. Lani Nur Anisa 70 80 75 75 Tuntas
16. Mega Susila Putri 70 70 60 66 Tuntas
17. Mia Atika Putri 70 75 75 73 Tuntas
18. Moch. Syamsul A 60 65 65 63 Tuntas
19. Muftiati Nur Hasanah 70 65 80 71 Tuntas
20. Novias Dwi Purdiyanto 85 80 90 85 Tuntas
21. Rachel Priska 80 90 65 78 Tuntas
22. Reynold Sipayung 55 60 60 58 Tidak tuntas
167
23. Riska Santika Dewi 60 70 65 65 Tuntas
24. Rizal Pujianto 65 70 65 66 Tuntas
25. Septiana Anggoro 65 60 65 63 Tuntas
26. Siti Romlah 70 80 65 71 Tuntas
27. Thoriq Bayu S 65 50 50 55 Tidak tuntas
28. Windy Fajarwati 70 70 65 68 Tuntas
29. Yohana Chris Yunita 100 90 100 96 Tuntas
30. Yulia Ifah Saifullah 100 100 100 100 Tuntas
31. Yusuf Arifiyanto 65 70 70 68 Tuntas
32. Zharaska Talita W. Y 60 60 60 60 Tuntas
33. Maulana Al Ghofur 60 60 50 56 Tidak tuntas
34. Septa Ilman 60 60 55 58 Tidak tuntas
35. Afari Zakarnia R 60 60 50 56 Tidak tuntas
36. Febria Aulia 60 50 50 53 Tidak tuntas
2525 3040 2455 2470
Ra
ta
–
Ra
ta
2525:36
= 70,13
3040:36
=84,44
2455:36
= 68,19
2470:36
=68,61
Ke
tun
tas
an
29:36X100%= 80,55%
Keterangan:
Jumlah siswa yang belum tuntas pada pertemuan I ada 2.
Jumlah siswa yang belum tuntas pada pertemuan II ada 2.
Jumlah siswa yang belum tuntas pada siklus III ada 7.
168
Lampiran 21
FOTO SIKLUS III
Guru dan siswa saling tanya jawab
Siswa melakukan diskusi kelompok
169
Wakil kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
Guru mengawasi proses kerja kelompok