UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …
Transcript of UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI
MATEMATIS SISWA KELAS IV MI/SD DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING (CTL)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Khairun Nisa
NIM 11150183000070
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020
i
ii
iii
iv
ABSTRAK
Khairun Nisa (NIM: 11150183000070) Upaya Meningkatkan Kemampuan
Koneksi Matematis Siswa Kelas IV MI/SD dengan Model Pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL)
Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran matematika
dan meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa kelas IV SDN Sudimara
7. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan selama dua siklus. Subyek penelitian ini
yaitu seluruh siswa kelas IV-I SDN Sudimara 7. Teknik pengumpulan data yang
digunakan yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data penelitian
dilakukan secara deskriptif kualitatif. Penelitian ini menghasilkan adanya
peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa, didapat dari hasil rata rata siklus
I dan siklus II, pada siklus I skor rata rata kemampuan koneksi matematis siswa
sebesar 67,4 kemudian pada siklus II menjadi 90,8.
Kata kunci: Koneksi Matematis, Contextual Teaching and Learning (CTL)
v
ABSTRACT
Khairun Nisa (11150183000070) Efforts to Improve Mathematical Connection
Ability of Class IV MI / SD Students with the Contextual Teaching and Learning
(CTL) Learning Model.
This study aims to improve the process of learning mathematics and improve
mathematical connections ability of fourth grade students at SDN Sudimara 7. The
research method used in this study is the Classroom Action Research (CAR) method
which was carried out for two cycles. The subjects of this study were all students of
grade IV-I SDN Sudimara 7. Data collection techniques used were interviews,
observation, and documentation The analysis of the research data was conducted
in a descriptive qualitative manner. This study resulted in an increase in students'
mathematical connections ability,the average results of cycle I and cycle II, in cycle
I the average score of students' mathematical connection ability was 67.4% then in
cycle II it became 90.8%.
Keywords: Mathematical Connection, Contextual Teaching and Learning (CTL)
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan rahmat hidayah dan karunia-Nya
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi dengan judul Upaya Meningkatkan
Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Kelas IV MI/SD dengan Model
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) diajukan sebagai salah
satu persyaratan mencapai gelar sarjana pendidikan.
Penulis menyadari dalam penelitian ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak
yang selalu memberikan dorongan baik moril maupun materil. Pada kesempatan
yang baik ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya
kepada bapak/ibu/saudara/i:
1. Dr. Sururin, MAg., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran.
2. Asep Ediana Latip, M.Pd., Ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan motivasi dan arahan kepada
penulis.
3. Rohmat Widiyanto, M.Pd, Sekretaris Jurusan/Program Studi Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan motivasi dan arahan
kepada penulis.
4. Takkidin, M.P.d. Dosen pembimbing akademik yang telah memberikan
motivasi, arahan dan semangat kepada penulis.
5. Dr. Fauzan, M.A. Dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu,
pikiran dan tenaga untuk memberikan bimbingan, kritik dan saran yang
sangat bermanfaat kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
Semoga kebaikan Bapak dibalas dengan keberkahan oleh Allah SWT.
6. Fatkhul Arifin, M. Pd. Dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu,
pikiran dan tenaga untuk memberikan bimbingan, kritik dan saran yang
sangat bermanfaat kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
Semoga kebaikan Bapak dibalas dengan keberkahan oleh Allah SWT.
vii
7. Seluruh dosen dan staff Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan bimbingan, ilmu dan motivasi selama
perkuliahan kepada penulis.
8. Keluarga tercinta. Ayah, dan Mama yang tiada hentinya terus mendo’akan,
selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis baik berupa
moril maupun materil.
9. Nadwah, S.Pd selaku Kepala sekolah SDN Sudimara 7 yang telah
memberikan izin, dorongan dan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
10. Guru kelas IV SDN Sudimara 7. Nurbaiti, S.Pd.I yang telah bersedia
membantu penelitian ini.
11. Seluruh peserta didik IV SDN Sudimara 7 Tahun Ajaran 2019/2020 yang
senantiasa belajar dengan baik selama proses pembelajaran.
12. Teman-teman PGMI 2015 khususnya PGMI B 2015 yang senantiasa
memberikan semangat dan do’a kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
13. Teman seperjuangan selama perkuliahan yang selalu memberikan do’a,
semangat, dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini; Windi Yanti,
Dinda Muzdalifah, Suci Ariani, S.Pd., Tri Anzani Ashari, dan Risna
Pauziyana Sari.
14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
banyak kekurangan. Sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak sehingga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak. Aamiin ya robbal‘alamiin.
Jakarta, Februari 2020
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah........................................................................................ 6
C. Pembatasan Masalah ...................................................................................... 7
D. Perumusan Masalah .................................................................................. 7
E. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 7
F. Kegunaan Penelitian ...................................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ............................ 9
A. Deskrispi Teoritik ........................................................................................... 9
1. Koneksi Matematika ................................................................................... 9
2. Pembelajaran Matematika ....................................................................... 12
3. Model pembelajaran ................................................................................ 15
4. Pembelajaran Contextual Learning .......................................................... 17
5. Materi FPB dan KPK ............................................................................... 22
B. Hasil Penelitian yang Relevan ..................................................................... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 37
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 37
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian .................................. 38
C. Subjek Penelitian ......................................................................................... 40
ix
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian .................................................. 40
E. Tahapan Intervensi Tindakan ...................................................................... 40
F. Hasil intervensi tindakan yang diharapkan ............................................ 41
G. Data dan Sumber Data ................................................................................. 41
H. Instrumen Pengumpulan Data ..................................................................... 42
I. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 42
J. Tahap Pengumpulan Data ............................................................................. 44
K. Analisis Data dan Interprestasi Data. ........................................................... 46
L. Indikator Keberhasilan ................................................................................ 47
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 48
A. Profil Sekolah ............................................................................................ 48
B. Deskripsi Data ........................................................................................... 48
1. Pelaksanaan Siklus I ............................................................................ 50
2. Pelaksanaan siklus II ........................................................................... 72
C. Analisis Data ............................................................................................. 90
1. Hasil observasi guru ............................................................................ 90
2. Hasil Observasi Siswa ......................................................................... 92
3. Hasil koneksi matematis siswa ............................................................ 93
4. Pembahasan ......................................................................................... 95
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ..................................... 99
A. Kesimpulan ............................................................................................... 99
B. Kesimpulan ............................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 101
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran CTL ............................................................. 20
Tabel 2.2 Formasi Faktor Bilangan ................................................................ 24
Tabel 2.3 Urutan Bermain Taplak. ................................................................ 24
Tabel 2.4 Faktor dari 18 dan 12 ..................................................................... 30
Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian ........................................................................ 37
Tabel 3.2 Instrumen Kisi-kisi Koneksi Matematis ........................................ 43
Tabel 3.3 Uji Reabilitas ................................................................................. 44
Tabel 3.4 Daya Pembeda ............................................................................... 45
Tabel 3.5 Kategori Hasil N-Gain ................................................................... 46
Tabel 4.1 Lembar Observasi Guru Siklus I .................................................... 54
Tabel 4.2 Lembar Observasi Siswa Siklus I .................................................. 59
Tabel 4.3 Skor Kemampuan Mengenali dan Memanfaatkan Hubungan antar
Gagasan dalam Matematika Siklus I .............................................. 62
Tabel 4.4 Kemampuan Memahami Bagaimana Gagasan-Gagasan Dalam
Matematika Saling Berhubungan Dan Mendasari Satu Sama Lain
Untuk Menghasilkan Suatu Keutuhan Koheren Siklus I ............... 65
Tabel 4.5 Kemampuan Mengenali Dan Menerapkan Matematika Dalam
Konteks konteks di Luar Matematika Siklus I ............................... 67
Tabel 4.6 Hasil evaluasi kemampuan koneksi matematis siswa siklus I
menggunakan CTL ........................................................................ 69
Tabel 4.7 Lembar Observasi Guru Siklus II .................................................. 75
Tabel 4.8 Lembar Observasi Siswa Siklus II ................................................. 79
Tabel 4.9 Skor Kemampuan Mengenali dan Memanfaatkan Hubungan
hubungan antara Gagasan dalam Matematika Siklus II ................. 81
xi
Tabel 4.10 Kemampuan Memahami Bagaimana Gagasan-Gagasan Dalam
Matematika Saling Berhubungan Dan Mendasari Satu Sama Lain
Untuk Menghasilkan Suatu Keutuhan Koheren Siklus II .............. 84
Tabel 4.11 Kemampuan Mengenali Dan Menerapkan Matematika Dalam
Konteks konteks di Luar Matematika Siklus II.............................. 86
Tabel 4.12 Hasil evaluasi kemampuan koneksi matematis siswa siklus I1
menggunakan CTL ......................................................................... 88
Tabel 4.13 Rekapitulasi Observasi Aktivitas Guru .......................................... 91
Tabel 4.14 Rekapitulasi Observasi Aktivitas Siswa......................................... 92
Tabel 4.15 Hasil evaluasi kemampuan koneksi matematis siswa siklus I dan II
menggunakan CTL ......................................................................... 93
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tari Tradisional .............................................................................. 23
Gambar 2.2 Permainan Taplak........................................................................... 24
Gambar 2.3 Permen............................................................................................ 26
Gambar 2.4 Pohon Faktor .................................................................................. 27
Gambar 2.5 Lampu hias ..................................................................................... 28
Gambar 2.6 Buah-buahan .................................................................................. 29
Gambar 2.7 Olahraga ........................................................................................ 31
Gambar 3.1 Bagan PTK model Kurt Lewin ..................................................... 39
Gambar 4.1 Hasil Kemampuan mengenali dan memanfaatkan hubungan
hubungan antara gagasan dalam matematika siklus i .................... 64
Gambar 4.2 Hasil memahami bagaimana gagasan gagasan dalam matematika
saling berhubungan dan mendasari satu sama lain siklus i ........... 66
Gambar 4.3 Kemampuan mengenali dan menerapkan matematika dalam kontek-
konteks di luar matematika siklus i ............................................... 69
Gambar 4.4 Hasil Kemampuan mengenali dan memanfaatkan hubungan
hubungan antara gagasan dalam matematika siklus II .................. 83
Gambar 4.5 Hasil memahami bagaimana gagasan gagasan dalam matematika
saling berhubungan dan mendasari satu sama lain siklus II ......... 85
Gambar 4.6 Kemampuan mengenali dan menerapkan matematika dalam
konteks-konteks di luar matematika siklus II ............................... 88
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan formal maupun non formal tidak terlepas dari kegiatan belajar
dan pembelajaran. Belajar merupakan aktivitas yang sengaja dan dilakukan oleh
individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang
tadinya tidak bisa melakukan sesuatu, menjadi bisa melakukan sesuatu, atau
anak yang tadinya tidak terampil, menjadi terampil.1 Belajar merupakan
aktivitas yang dikerjakan seseorang agar mendapatkan suatu konsep,
pemahaman, atau pengetahuan baru dengan sengaja dalam keadaan sadar
sehingga memungkinkan adanya perubahan perilaku seorang tersebut yang
relatif tetap baik untuk berpikir, merasa, maupun untuk bertindak.2 Belajar ialah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.3
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
sebuah proses yang sengaja dilakukan untuk memperoleh sebuah perubahan,
baik itu perubahan pengetahuan (untuk berfikir), perubahan sikap (untuk
bertindak), maupun perubahan keterampilan, yang didapatkan melalui
pengalaman interaksi, baik dengan guru, orang tua, keluarga, teman,
masyarakat, dan semua yang berada di lingkungan sekitarnya.
Kegiatan belajar erat kaitannya dengan kegiatan mengajar, Slameto dalam
bukunya mengungkapkan bahwa mengajar yaitu memberikan bimbingan
kepada peserta didik,4 dimana definisi ini menunjukkan bahwa dalam kegiatan
pembelajaran peserta didik berperan lebih aktif untuk mencari dan memperoleh
informasi nya sendiri, sedangkan guru berperan sebagai pembimbing, yang
1 Naniek dan Endang, Strategi Belajar Mengajar Di Sekolah Dasar (Solo: Cv. Ae Media
Grafika, 2019). Hal. 1 2 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pebelajaran di Sekolah Dasar (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2016). Hal. 4 3 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi (Jakarta: Rineka Cipta, 2010).
Hal. 2 4 Ibid, hal. 30
2
mengarahkan peserta didik dalam mencari dan memperoleh informasi tersebut.
Hal ini sejalan dengan prinsip pembelajaran dalam kurikulum 2013, yaitu “dari
peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu”5, yang biasanya
disebut dengan student center.
Kedua kegiatan tersebut yaitu belajar-mengajar, dapat pula dikatakan
sebagai kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran ini terjadi
interaksi antara guru dengan peserta didik nya, peserta didik dengan peserta
didik lainnya, juga antara peserta didik dengan lingkungannya. Untuk
mendapatkan hasil belajar yang optimal, guru harus menciptakan lingkungan
belajar yang efektif, efisien dan menyenangkan.6 Sebagai tenaga profesional
seorang guru atau pendidik dituntut untuk mampu mengelola kelas, yaitu
menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi
tercapainya tujuan pembelajaran.7
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di
sekolah dasar. Bertujuan agar peserta didik memiliki bekal untuk dapat berpikir
secara logis, analitis, sistematis, kritis , kreatif serta dapat bekerjasama dengan
yang lainya. Meninjau dari tujuan pembelajaran matematika yang berperan
penting dalam kehidupan sehari-hari maka dibutuhkan pembelajaran
matematika yang tidak hanya bersifat hafalan dan menggunakan/
mengaplikasikan rumus yang telah ada, tetapi lebih dari itu sehingga peserta
didik dapat mengaikatkan materi yang dipelajari di sekolah dengan kehidupan
nyata peserta didik atau sebaliknya, peserta didik dapat mengaitkan
kehidupanya dengan materi matematika yang dipelajari di sekolah.
Berdasarkan hasil Programme for International Students Assesment (PISA)
pada tahun 2015 mendapati bahwa Indonesia menduduki peringkat 63 dari 72
negara, dengan skor matematika 386.8 Menduduki peringkat ke-63 dari 72
negara menandakan bahwa kemampuan matematika peserta didik di indonesia
5 Lampiran Permendikbud No. 22 Tahun 2016 6 Darmadi, Peengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar
Peserta didik (Yogyakarta: Deepublish, 2017). Hal. 61 7 Ibid, hal. 61 8 Yeni Rachmawati, dkk, Potret pendidikan Indonesia Statistik pendidikan 2018 (Jakarta:
Badan Pusat Statistik, 2018) Hal. 4
3
masih terbilang rendah. Pada umumnya matematika dipandang sebagai mata
pelajaran yang sulit, kaku, sukar untuk dipahami, abstrak, dan jauh dari realita
kehidupan, anggapan ini terus melekat turun menurun kepada peserta didik
pada. Disamping itu, ada pula faktor lain yang mempengaruhi rendahnya
prestasi matematika peserta didik, yaitu peran guru di dalam kelas. Pemilihan
model, metode, strategi dan media pembelajaran yang digunakan oleh guru
sangat mempengaruhi capaian tujuan pembelajaran matematika itu sendiri.
Selain sulit, peserta didik pada umunya juga menganggap bahwa matematika
itu membosankan, hal ini berarti ada penggunaan strategi pembelajaran yang
kurang tepat, sehingga proses pembelajaran terasa membosankan.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti pada 16
september 2019, di kelas IV SDN Sudimara 7, mendapati bahwa dalam
pembelajaran matematika guru menjadikan perannya di dalam kelas sebagai
sumber utama pengetahuan, dan memilih ceramah sebagai metode
pembelajarannya. Mengacu pada prinsip pembelajaran menurut lampiran
Permendikbud No. 22 Tahun 2016, dituliskan bahwa Permendikbud di sini
mengubah dari “guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar
berbasis aneka sumber belajar.”9 Artinya, bahwa dalam proses pembelajaran di
dalam kelas, guru bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar peserta didik,
peserta didik bisa diberikan kesempatan untuk memperoleh informasinya
sendiri melalui peserta didik lainnya, atau lingkungannya.
Selama masa observasi, peneliti mengamati proses pembelajaran yang
sedang berlangsung, yaitu mengamati model pembelajaran, pendekatan,
metode, strategi, serta media yang digunakan oleh guru. Seperti yang sudah
diungkapkan di atas, guru menjadikan perannya didalam kelas sebagai sumber
utama pengetahuan, dan tidak ada penggunaan media atau alat peraga khusus
dalam penyampaian materi pembelajaran. Menurut guru kelas kelas IV SDN
Sudimara 7, kurangnya sarana dan prasarana sekolah menjadi salah satu faktor
belum maksimalnya penggunaan media atau alat peraga dalam setiap kegiatan
9 Lampiran Permendikbud No. 22 Tahun 2016
4
pembelajaran. Pemilihan metode ceramah juga menjadi pilihan utama bagi
guru, karena lebih mudah diterapkan. Walau begitu, guru menyadari bahwa
perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hal tersebut peneliti menyimpulkan bahwa dalam kegiatan
pembelajaran guru sudah meggunakan model/metode/media dalam proses
pembelajaran, hanya saja penggunaannya kurang tepat/cocok dengan materi
yang diajarkan, dan kurang variatif, sehingga pembelajaran terasa monoton dan
peserta didik merasa bosan, akibatnya timbullah anggapan bahwa pembelajaran
matematika sulit dan membosankan. Anggapan bahwa pelajaran matematika itu
sulit dan membosankan ini berakibat terhadap rendahnya prestasi matematika
peserta didik, oleh karena itu menjadi penting adanya penggunaan media dan
metode pembelajaran yang variatif.
Kemudian dalam pegamatan observasi juga ditemukan bahwa kegiatan
pembelajaran matematika di kelas masih disampaikan secara teoritis, peserta
didik belum diarahkan untuk mengetahui bagaimana kebermanfaatan teori
tersebut jika diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari. Akibatnya peserta didik
tidak mengetahui kegunaan dari materi yang dipelajarinya, sehingga ilmu
matematika tersebut tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut keterangan guru kelas kelas IV SDN Sudimara 7, dalam
pembelajaran matematika peserta didik sudah cukup mampu memahami materi
baru yang sedang dipelajari, tetapi peserta didik masih mengalami kesulitan saat
dihadapkan dengan soal yang berkaitan dengan materi matematika yang sudah
dipelajari. Peserta didik juga mengalami kesulitan jika menghadapi soal
matematika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, peserta didik belum
bisa menulis soal cerita tersebut kedalam bentuk model matematika, dan
kesulitan dalam menentukan rumus apa yang akan digunakan untuk
menyelesaikan soal tersebut.
Kemudian peneliti melakukan wawancara terhadap salah satu peserta didik
kelas IV SDN Sudimara 7, AS mengatakan betul adanya bahwa kerap kali ia
merasa kesulitan saat menyelesaikan soal yang berkaitan dengan materi
sebelumnya yang telah dipelajari. AS juga mengkonfirmasi bahwa ia juga
5
kesulitan dalam memahami soal matematika yang berbentuk soal cerita, ia
merasa bingung bahwa soal tersebut membahas tentang materi apa, dan
bagaimana ia menuliskannya kedalam bentuk matematika.
Berdasarkan wawancara dan observasi yang telah peneliti lakukan, dapat
disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematis siswa kelas IV SDN
Sudimara 7 belum optimal, hal ini disebabkan oleh penggunaan metode dan
media pembelajaran kurang variatif, kurang memadainya sarana dan prasarana
sekolah, proses kegiatan pembelajaran yang monoton, dan stigma anggapan
bahwa pembelajaran matematika sulit dan membosankan.
Lembaga National Council of Teachers of Mathematics (NCTM)
menyatakan bahwa koneksi matematis merupakan salah satu dari kemampuan
dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik. 10 NCTM menyebutkan ada lima
kemampuan dasar matetamtika yang menjadi standar pembelajaran matematika
yaitu: (1) problem solving (pemecahan masalah), (3) reasoning and proof
(penalaran dan bukti), (3) communication (komunikasi), (4) connection
(koneksi), dan (5) representation (representasi). Berdasarkan pernyataan ini,
koneksi matematis menjadi salah satu dari 5 kemampuan dasar yang harus
dimiliki. Hal ini menandakan bahwa kemampuan koneksi matematis memiliki
peran penting dalam bidang ilmu matematika.
Menurut Coxford dalam Muhammad Daut, kemampuan koneksi matematis
adalah kemampuan menghubungkan pengetahuan konseptual dan prosedural,
menggunakan matematika pada topik lain, menggunakan matematika dalam
aktivitas kehidupan, mengetahui koneksi antar topik dalam matematika.11
Sejalan dengan teori Bruner yang menyatakan bahwa dalam matematika setiap
konsep berkaitan dengan konsep yang lain,12untuk itu hendaknya kegiatan
pembelajaran matematika disajikan dengan kreatif dan menyenangkan,
sehingga anggapan-anggapan bahwa matematika adalah pembelajaran yang
10 NCTM, Executive Summary: Principles and Satndars for School Mathematics, 2016.
http://www.nctm.org/uploadedFiles/Standards_and_Positions/PSSM_ExecutiveSummary.pdf 11 Muhammad Daut Siagian, “Kemampuan Koneksi Matematik dalam Pembelajaran
Mematika,” MES (Journal of Mathematics Education and Science) Vol. 2, No. 1, (2016): hal. 62 12 Ibid
6
sulit dan membosankan tidak lagi menjadi alasan peserta didik malas untuk
belajar matematika. Perlunya guru menggunakan variasi metode, pendekatan,
dan media pembelajaran dalam menyampaikan materi pembelajaran, dengan
menyesuaikan antara materi pembelajaran dengan tujuan pembelajaran yang
ingin di capai.
Untuk itu disini peneliti menggunakan contextual teaching and learning
(CTL) sebagai model pembelajaran yang akan diterapkan di kelas. Karena
pendekatan ini akan membawa peserta didik kedalam suasana nyata didalam
pemblajaran, sehingga peserta didik dapat mengaitkan konsep matematika baik
dengan ilmu matemarika itu sendiri, dengan disiplin ilmu lain dan dengan
kehidupan sehari-hari.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat diidentifikasi beberapa faktor penyebab terjadinya masalah, yaitu:
1. Penggunaan metode, pendekatan, dan media pembelajaran kurang tepat.
2. Sarana-prasarana sekolah kurang memadai
3. Proses kegiatan pembelajaran monoton
4. Anggapan bahwa pelajaran matematika sulit dan membosankan
5. Koneksi matematis rendah
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi permasalahan diatas, maka peneliti membatasi
masalah, sebagai berikut:
1. Kemampuan koneksi matematis peserta didik, yaitu (1) mengenali dan
memanfaatkan hubungan antar konsep matematika, (2) mampu
menggunakan keterhubungan antar konsep matematika menjadi satu
kesatuan yang utuh, (3) mengenali dan menggunakan matematika dalam
konteks diluar matematika.
2. Pendekatan pembelajaran yang digunakan contextual teaching and learning
(CTL)
7
3. Materi pembahasan FPB dan KPK
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut:
Apakah model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) dapat
meningkatkan kemampuan koneksi matematis peserta didik kelas IV?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang dan rumusan masalah di atas maka
peneliti merumuskan tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk memperbaiki proses pembelajaran matematika materi FPB dan KPK
dengan menggunakan pendekatan contextual teaching and learning (CTL)
2. Untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis peserta didik kelas IV
F. Kegunaan Penelitian
Pada penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peserta didik, guru,
sekolah, dinas pendidikan, dan masyarakat. Adapun kegunaan dari penelitian
ini adalah :
1. Bagi peserta didik, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan koneksi
matematis peserta didik.
2. Bagi guru, diharapkan dapat dijadikan alternatif dalam pemilihan model
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan koneksi
matematis peserta didik.
3. Bagi sekolah, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan
dalam meningkatkan mutu pendidikan.
4. Bagi dinas pendidikan, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
koneksi matematis anak indonesia. Sehingga dapat membangun dunia
pendidikan indonesia menjadi lebih baik.
5. Bagi masyarakat, diharapkan dapat melahirkan generasi muda yang lebih
berkualitas.
8
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskrispi Teoritik
1. Kemampuan Koneksi matematis
Koneksi bisa diartikan sebagai suatu hubungan, atau keterkaitan antara
hal yang satu dengan yang lain, sedangkan matematika jika diartikan dengan
singkat dapat disebut sebagai ilmu yang mempelajari tentang bilangan.
Dapat ditarik kesimpulan dari kedua pengertian diatas, koneksi matematis
merupakan suatu hubungan atau keterkaitan bidang ilmu matematika, bisa
dengan ilmu matematika itu sendiri, maupun dengan hal di luar matematika.
Kemudian pendapat mengenai pengertian koneksi matematis
diungkapkan oleh Nurdiah dan Julia yang menyatakan bahwa, arti dari
koneksi itu sendiri merupakan keterkaitan, jadi dalam hal ini koneksi
matematis yaitu keterkaitan antar konsep matematika secara internal atau
keterkaitan konsep matematika satu dengan yang lainnya, juga keterkaitan
konsep matematika secara eksternal, atau keterkaitan matematika dengan
disiplin ilmu lain, dan juga dengan kehidupan sehari hari.13
Sejalan dengan pendapat diatas, menurut sumarmo dalam jurnal Rafiq
Badjeber dan Siti Fatimah dinyatakan Kemampuan koneksi matematis
merupakan kemampuan untuk mengaitkan konsep, prinsip atau prosedur
yang terdapat di dalam matematika dengan matematika itu sendiri, dengan
bidang ilmu lain serta dengan kehidupan sehari hari.14
Kemudian pengertian koneksi matematis juga diungkapkan oleh
NCTM dalam Supriadi, dalam bukunya dinyatakan bahwa tipe umum
koneksi matematis ada dua, yaitu modelling connections, yang merupakan
hubungan antara masalah yang ada di dalam dunia nyata atau kehidupan
13 Nurdinah Hanifah dan J. Julia, Membedah Anatomi Kurikulum 2013 untuk Membangun
Masa Depan Pendidikan yang Lebih Baik. ( Sumedang: UPI Sumedang Press, 2014). Hal. 112 14 Rafiq Badjeber dan Siti Fatimah, “Peningkatan Kemampuan Koneksi matematis Siswa
SMP melalui Pembelajaran Inkuiri Model Alberta,” Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 20, No. 1,
(2015): 18-26. http://dx.doi.org/10.18269/jpmipa.v20i1.557. Hal. 19
9
sehari hari dan dalam disiplin ilmu lain dengan representasi matematikanya
dan yang kedua yaitu mathematical connections yaitu hubungan antara dua
konsep matematika, dan antara proses penyelesaian dari masing-masing
rknsep matematika.15 Bedasarkan hal ini, kemampuan koneksi matematis
merupakan kemampuan dimana siswa mampu mengaitkan antara
matematika dengan matematika itu sendiri dan atau dunia nyata dan disiplin
ilmu lain.
Berdasarkan ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa koneksi
matematis adalah kemampuan siswa dalam menghubungkan konsep
matematika antara yang satu dengan konsep matematika yang lainnya, dan
menghubungkan konsep matematika dengan bidang ilmu lain, dan atau
menghubungkan konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari.
Pendapat lain diungkapkan oleh Elly, bahwa koneksi matematis
merupakan sebuah jembatan dari pengetahuan sebelumnya menuju
pegetahuan yang baru, dan digunakan untuk membangun atau memperkuat
pemahaman tentang hubungan antar ide ide matematika.16 Berdasarkan hal
ini dapat disimpulkan bahwa koneksi matematis juga merupakan suatu
jembatan antar konsep matematika, dari pengetahuan sebelumnya menuju
pengetahuan yang baru, untuk membangun sebuah pemahaman bahwa
adanya keterkaitan antar ide matematika.
Berdasarkan lima kemampuan dasar matematika yang telah
diungkapkan oleh NCTM, koneksi matematis menjadi salah satu
komampuan dasar yang harus dimiliki, dengan demikian NCTM
menyebutkan tiga tujuan memiliki kemampuan koneksi matematis di
sekolah, yaitu: pertama memperluas wawasan pengetahuan siswa. Kedua,
memandang matematika sebagai suatu kesuluruhan yang utuh dan berkaitan
bukan sebagai materi yang berdiri sendiri. Ketiga, menyatakan relevansi dan
15 S. Supriadi, Inovasi dan Miskonsepsi Penyampaian Materi Matematika SD (PGSD UPI
Kampus Serang, 2017). Hal. 57 16 Elly Susanti, ”Membangun Koneksi matematis Siswa dalam Pemecahan Masalah
Verbal,” Jurnal tadris matematika, Vol. 10 No. 1 ( 2017): 103-116
http://dx.doi.org/10.20414/betajtm.v10i1.108. Hal. 106
10
manfaat baik disekolah maupun luar sekolah.17
Berdasarkan beberapa tujuan yang telah disampaikan diatas, dengan
koneksi matematis diharapkan wawasan dan pemikiran siswa akan semakin
terbuka terhadap matematika, tidak hanya berfokus pada topik atau materi
tertentu yang sedang dipelajari, tetapi juga memahami kegunaan dari materi
tersebut, sehingga akan menimbulkan sikap positif terhadap matematika itu
sendiri.
Sumarmo menjelaskan bahwa kemampuan yang tergolong dalam
koneksi matematis diantaranya yaitu:18
1. Mampu memahami hubungan berbagai representasi konsep dan
prosedur matematika;
2. Mampu memahami hubungan antar topik matematika satu dengan yang
lain;
3. Mampu menerapkan ide matematika dalam bidang ilmu lain atau dalam
kehidupan sehari-hari;
4. Mampu memahami representasi ekuivalen suatu konsep;
5. Mampu memahami adanya hubungan antar satu prosedur dengan
prosedur yang lain dalam representasi yang ekuivalen;
6. Mampu menerapkan hubungan antar konteks matematika dan atau
dengan konteks di luar matematika.
NCTM (National Council of Teacher of Mathematics) indikator untuk
kemampuan koneksi matematis yaitu:19
1. Mengenali dan memanfaatkan hubungan-hubungan antara gagasan
dalam matematika
2. Memahami bagaimana gagasan-gagasan dalam matematika saling
berhubungan dan mendasari satu sama lain untuk menghasilkan suatu
keutuhan koheren
17 Hafiziani Eka, Pendekatan Concrete-Pictorial-Abtract (CPA), Kemampuan-kemampuan
Matematika, dan Rancangan Pembelajarannya (Subang: UPI Sumedang Press, 2017). Hal. 129-130 18 Jayanti Putri, “Kemampuan Koneksi matematis Siswa Sd Melalui Circuit Learning”,
JPSD (Jurnal Penddikan Sekolah Dasar), vol. 2, no. 2 (2016): 125-137. Hal. 127 19 The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM), Principles and Standards
for School Mathematics. (Reston,VA: NCTM, 2000). Hal..64
11
3. Mengenali dan menerapkan matematika dalam kontek-konteks di luar
matematika.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa indikator koneksi
matematis yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Mengenali dan memanfaatkan hubungan antar gagasan dalam
matematika, dalam hal ini siswa mampu mengenali dan memanfaatkan
konsep matematika yang telah dipelajari dengan konsep matematika
yang baru, yang akan atau sedang dipelajari, dengan mengaitkan
keduanya dalam menyelesaikan soal matematika.
2. Memahami bagaimana gagasan-gagasan dalam matematika saling
berhubungan dan mendasari satu sama lain untuk menghasilkan suatu
keutuhan koheren, dalam tahap ini siswa mampu memahami bahwa
adanya hubungan antara gagasan matematika yang satu dengan yang
lainnya, dan mampu menggunakan keterhubungan antar gagasan
matematika tersebut menjadi satu kesatuan yang utuh dan saling
berkaitan. Dapat dipahami bahwa dalam tahap ini siswa sudah mampu
menggunakan berbagai konsep matematika dalam menyelesaikan suatu
masalah sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh;
3. Mengenali dan menerapkan matematika dalam kontek-konteks di luar
matematika, pada tahap ini siswa mampu mengenali adanya unsur
matematika dalam konteks di luar matematika. Konteks di luar
matematika di sini yaitu dalam kehidupan nyata atau kehidupan sehari
hari. Dengan demikian siswa mampu mengenali adanya konteks
matematika dalam kehidupan sehari hari yang kemudian disajikan
dalam bentuk model matematika, begitupun sebaliknya.
2. Pembelajaran Matematika
Istilah pembelajaran erat kaitannya dengan kegiatan belajar-mengajar,
dimana ada proses kegiatan belajar-mengajar, maka kegiatan tersebut dapat
dikatakan sebagai kegiatan pembelajaran. Menurut Ddarimyati dan
Mudjiono pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan
menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai
12
tujuan kurikulum.20 Sedangkan menurut Suardi pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.21
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
merupakan sebuah proses interaksi yang melibatkan peserta didik dengan
pendidik dan ilmu pengetahuan atau sumber belajar, untuk mencapai tujuan
tertentu. Jadi pembelajaran matematika merupakan sebuah proses dimana
peserta didik dan pendidik melaksanakan kegiatan belajar-mengajar
matematika.
Menurut Piaget, proses pembelajaran harus disesuaikan dengan tahap-
tahap perkembangan kognitif seseorang, dimana Piaget membagi tahap atau
fase tersebut kedalam empat tahap, yaitu:22
1. Tahap sensorimotor dimulai sejak 0 sampai 2 tahun, dimana pada tahap
ini anak mempelajari lingkungannya melalui gerakan dan perasaan sera
mempelajari objek secara permanen.
2. Tahap pra-operasional dimulai sejak usia 2-7 tahun, pada tahap ini anak
memiliki kemampuan berpikir magis yang lebih berkembang dan mulai
memperoleh keterampilan motorik.
3. Tahap operasional konkret dimulai sejak usia 7-11 tahun, pada tahap ini
anak mulai dapat berfikir secara logis, namun kamampuan berfikirnya
konkret.
4. Tahap operasional formal dimulai sejak usia 11 tahun, pada tahap ini
anak mulai dapat mengembangkan kemampuan berfikirnya menjadi
abstrak.
Berdasarkan teori pembelajaran menurut Piaget, peserta didik kelas IV
MI/SD berada pada tahap ke 3, dimana peserta didik berada di usia 10-11
tahun. Pada tahap ini peserta didik dapat berpikir secara logis namun
20 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009).
Hal. 11 21 Suardi, Belajar dan Pembelajaran (Sleman: Deepublish, 2018). Hal. 7 22 Wahab, Belajar dan Pembelajaran SAINS (Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2013). Hal.
17-18
13
kemampuan berpikirnya masih bersifat konkret, maka materi yang
disampaikan kepada peserta didik harus disajikan secara konkret.
Teori belajar kognitif juga disebutkan oleh Bruner, menurut Bruner ada
tiga proses kognitif yang terjadi dalam kegiatan belajar, yaitu: proses
perolehan informasi baru, proses mentransformasikan informasi yang
diterima dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan dalam kaitan
dengan hal tersebut.23
Bruner menyatakan bahwa model penyajian pembelajaran sebaiknya
berlangsung melalui tahap-tahap berikut:24
1. Tahap enaktif, dalam tahap ini peserta didik secara langsug dilibatkan
dalam kegiatan memanipulasi objek. Penyajian pelajaran dilakukan
melalui tindakan peserta didik secara langsung. Pada tahap ini peserta
didik mempelajari suatu pengetahuan secara aktif dengan menggunakan
benda-benda konkret atau menggunakan situasi nyata.
2. Tahap ikonik, adalah tahap pembelajaran suatu pengetahuan yang
dipresentasikan dalam bayangan visual, gambar atau diagram yang
menggambarkan situasi konkret yang terdapat pada tahap enaktif.
Penyajian materi pelajaran dilakukan bedasarkan pada pikiran internal
melalui serangkaian gambar-gambar, dan berhubungan dengan
gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya.
3. Tahap simbolik, pembelajaran direpresentasikan dalam bentuk simbol-
simbol abstrak, baik simbol verbal maupun lambang-lambang, atau
rumus-rumus.
Berdasarkan teori Bruner, menurut peneliti peserta didik kelas IV
MI/SD berada pada tahap ikonik, dimana peserta didik tidak harus
dilibatkan dalam situasi nyata atau kegiatan manipulasi objek untuk
mendapatkan situasi konkret, melainkan materi dapat disajikan dengan
bayangan visual, gambar atau diagram yang menggambarkan situasi
konkret itu sendiri.
23 Ibid., hal 23 24 Ibid, hal. 24
14
Berdasarkan kedua teori diatas, keduanya memiliki persamaan, dimana
peserta didik usia kelas IV MI/SD berada pada tahap berpikir secara
konkret. Untuk itu dalam penyajian materi matematika kelas IV MI/SD
hendaknya menggunakan situasi yang konkret, baik itu melalui gambar,
maupun dihadapkan pada situasi nyata.
3. Model pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran ada yang disebut sebagai model
pembelajaran, dimana model pembelajaran ini merupakan sebuah kerangka
atau pola dalam menjalankan suatu kegiatan pembelajaran. Joyce dan Weil
dalam Rusman berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu
rencana atau pola untuk membuat sebuah rencana pembelajaran dalam
jangka panjang, merancang bahan-bahan yang akan digunakan dalam
pembelajaran, dan pola berjalannya suatu pembelajaran.25
Pendapat mengenai model pembelajaran juga diungkapkan oleh
Taufiqur Rahman yaitu merupakan bentuk atau pola berjalannya suatu
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan oleh
guru, dengan kata lain model pembelajaran merupakan bungkus atau
bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran.26 Sejalan dengan itu, Darmadi berpendapat bahwa model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.27
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah kerangka yang digunakan sebagai pedoman dalam
melaksanakan pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas untuk
mencapai suatu tujuan pembelajaran.
25 Rusman, Model-model Pembelajaran (Jakarta: Rajawali Pers, 2016). Hal. 133 26 Taufiqur Rahman, Aplikasi Model-model Pembelajaran dalam Penelitian Tindakan
Kelas (Semarang: CV Pilar Nusantara, 2018). Hal. 22 27 Darmadi, Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar
Siswa (Sleman: Deepublish, 2017). Hal. 42
15
Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:28
1. Model pembelajaran berlandaskan atas teori pendidikan dan teori
belajar menurut para ahli;
2. Model pembelajaran memiliki misi atau tujuan pendidikan tertentu;
3. Model pembelajaran dapat dijadikan sebagai pedoman untuk
memperbaiki kegiatan pembelajaran di dalam kelas;
4. Model pembelajaran terdiri dari bagian-bagian yang dinamakan; (1)
langkah-langkah pembelajaran, (2) terdapat prinsip-prinsip reaksi, (3)
sistem sosial, dan (4) sistem pendukung
5. Model pembelajaran memiliki dampak sebagai efek penerapan model
pembelajaran yang digunakan;
6. Membuat persiapan mengajar dengan pedoman model pembelajaran
yang digunakan
Berdasarkan ciri ciri model pembelajaran yang telah diuraikan diatas,
dapat disimpulkan bahwa ciri ciri model pembelajaran yaitu, berlandaskan
teori para ahli, memiliki tujuan, dapat dijadikan pedoman, terdiri dari (1)
langkah langkah pembelajaran, (2) prinsip reaksi, (3) sistem sosial, dan (4)
sistem pendukung, kemudian model pembelajaran harus memiliki dampak
atau efek, dan membuat persiapan.
Sedangkan pendekatan pembelajaran menurut Syaiful merupakan suatu
pandangan guru terhadap siswa dalam menilai, menentukan sikap dan
perbuatan yang dihadapi dengan harapan dapat memecahkan masalah dalam
mengelola kelas yang nyaman dan menyenangkan dalam proses
pembelajaran.29 Kemudian definisi pendekatan juga diungkapkan oleh
Sanjaya dalam Rusman bahwa pendekatan sebagai titik tolak atau sudut
pandang guru terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk
28 Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:
Kencana, 2017). Hal. 244-245 29 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: CV Alfabeta, 2003). Hal.
62.
16
kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih
sangat umum.30
Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
pendekatan pembelajaran merupakan sebuah langkah awal pembentukan
suatu ide dalam memandang suatu permasalahan atau objek kajian. Jadi
pendekatan ini juga akan menentukan arah dari pelaksanaan ide-ide tersebut
guna menggambarkan dan mendeskripsikan perlakuan yang diterapkan
terhadap masalah-masalah atau objek kajian yang akan ditangani.
Jadi, perbedaan antara model pembelajaran dengan pendekatan
pembelajaran adalah jika model itu kerangka yang digunakan sebagai
pedoman dalam proses pembelajaran, maka pendekatan itu yang
menentukan arah dalam melaksanakan kerangka tersebut.
4. Pembelajaran Contextual Learning
Pada dasarnya pembelajaran berbasis Contextual Teaching and
Learning merupakan pembelajaran yang dapat mengarahkan materi yang
dipelajari siswa kedalam konteks dalam kehidupan sehari hari. Menurut
Depdiknas 2002 dalam Wayan Sadia pembelajaran kontekstual (contextual
teaching and learning) pada hakikatnya merupakan konsep pembelajaran
yang mengaitkan antara teori pembelajaran dengan dunia nyata atau
kehidupan sehari hari siswa, dan mendorong siswa untuk menghubungkan
antara materi yang dipelajari didalam kelas dengan penerapannya dalam
kehidupan nyata.”31
Kemudian pendapat lain tentang pembelajaran CTL (Contextual
Teaching and Learning) juga diungkapkan oleh Maulana, dkk., yaitu
merupakan suatu konsep pembelajaran yang menghubungkan antara materi
30 Rusman. Model-Model Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo, 2013). Hal. 380 31 Wayan Sadia, Model-model Pembelajaran Sains Konstruktivistik (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2014). Hal. 103
17
dengan pengalaman dan pengetahuan siswa sebelumnya, untuk menemukan
dan membangun pengetahuannya sendiri.32
Sedangkan menurut Suyanto dalam Apri Damai, dkk., CTL (Contextual
Teaching and Learning) merupakan model pembelajaran yang
memungkinkan siswa menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang di
perolehnya dalam kehidupan sehari hari.33
Berdasarkan ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran Contextual Teaching and Learning atau CTL merupakan
pendekatan atau model pembelajaran yang mengaitkan dan menerapkan
antara teori didalam suaru materi pembelajaran kedalam praktiknya
dikehidupan nyata, atau didalam kegiatan siswa sehari-hari, baik di
lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, maupun lingkungan masyarakat.
Dengan begitu siswa dapat memahami dan merasakan manfaat dari
mepelajari materi-materi di sekolah maupun diluar sekolah, untuk bekal
kehidupannya sehari-hari.
Penggunaan pendekatan pembelajaran CTL (Contextual Teaching and
Learning) dapat memotivasi siswa mempelajari teori untuk di praktikkan
atau di aplikasikan didalam kehidupan nyata. Terlebih jika teori yang
dipelajari relevan dengan situasi yang sudah pernah dialami oleh peserta
didik, pembelajaran ini dapat lebih mudah dipahami dan menarik motivasi
peserta didik untuk mengetahui lebih banyak hal.
Pembelajaran kontekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan
mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah-
masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab
mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja.34 Artinya
dalam menerapkan pendekatan pembelajaran ini harus sesuai dengan
kondisi atau suatu keadaan yang dilami oleh siswa, dengan begitu siswa
32 Maulana, dkk., Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar (UPI Sumedang Press,
2015). Hal. 22 33 Apri Damai Sagita Krissandi dkk, Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk SD
(pendekatan dan teknis) (Bekasi: Media Maxima, 2018). Hal. 51-52 34 Wayan Sadia, Op.cit, hal. 102
18
dapat menghubungkan antara teori yang dipelajari dengan situasi atau
masalah yang terjadi di kehidupan nyata.
Menurut Zahroik dalam Wayan Sadia dalam praktek pembelajaran
kontekstual, terdapat lima elemen yang perlu diperhatikan yaitu:35
1. Activating knowledge yaitu mengaktifkan pengetahuan yang sudah ada;
2. Aquiring knowledge yaitu memperoleh pengetahuan dengan
mempelajari secara menyeluruh dan kemudian memperhatikan bagian
detail;
3. Understanding knowledge yaitu memahami pengetahuan dengan cara
(1) merumuskan hipotesis, (2) melakukan tukar pendapat dengan orang
lain dan (3) memperbaiki dan mengembangkan konsep yang telah
dipahami;
4. Applying kowledge yaitu mengaplikasikan pengetahuannya ke dalam
sebuah situasi;
5. Rellecting knowledge yaitu merefleksikan strategi pengembangan
pengetahuan tersebut.
Berdasarkan pendapat diatas dapat didimpulkan bahwa dalam
penerapan pembelajaran berbasis kontekstual ada lima hal yang harus
diperhatikan, yaitu mengaktifkan pengetahuan, memperoleh pengetahuan,
memahami pengetahuan, mengaplikasikan pengetahuan, dan merefleksikan
pengetahuan.
Sedangkan menurut Depdiknas ada tujuh komponen utama dalam
pembelajaran kontekstual yaitu: (1) konstruktivisme; (2) bertanya; (3)
menemukan; (4) masyarakat belajar; (5) pemodelan; (6) reflkesi; (7)
penilaian autentik36
1. Konstruktivisme
Pembelajaran ini mendorong siswa untuk membangun sendiri
pengetahuannya, berdasarkan pengalaman belajaranya.
35 Ibid. hal.104 36 Ibid, 104
19
2. Bertanya
Dalam pembelajaran kontekstual hendaknya guru dapat mendorong
siswa untuk aktif bertanya agar dapat membangun pengetahuannya
sendiri.
3. Menemukan
Guru hendaknya merancang kegiatan pembelajaran yang
memungkinkan bagi siswa untuk menemukan pengetahuannya sendiri.
4. Masyarakat belajar
Pengetahuan dalam proses pembelajaran kontekstual diperoleh melalui
kerjasama dengan teman atau kelompok belajar.
5. Pemodelan
Dalam pembelajaran kontekstual guru dapat melibatkan siswa sebagai
model dalam kegiatan pembelajaran.
6. Refleksi
Pada setiap akhir pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk merefleksi diri atau mengingat kembali apa yang telah
dipelajari, berdasarkan pengalaman belajarnya
7. Penilaian autentik
Penilaian autentik dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung,
penekanan penilaian ini lebih kepada kepada proses belajar, bukan hasil
belajar
Asas-asas ini dijadikan landasan dalam pelaksanaan proses
pembelajaran di kelas. Secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL
di dalam kelas sebagai berikut:37
1. Membuka wawasan siswa bahwa belajar akan lebih bermakna jika
dilakukan dengan cara menemukan pengetahuannya sendiri, dan
mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilan barunya secara mandiri.
2. Melaksanakan kegiatan inquiry untuk semua topic pembelajaran
37 Maulana, dkk, Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar (UPI Sumedang Press,
2015). Hal. 24
20
3. Guru memacu sifat keeingintahuan siswa agar siswa menggali
pengetahuannya dengan bertanya
4. Mendesain pembelajaran secara berkelompok)
5. Menyajikan model sebagai contoh dalam pembelajaran
6. Melakukan refleksi sebelum mengakhiri pertemuan
7. Melakukan penilaian secara menyeluruh
Urutan langkah-langkah (sintaks) pembelajaran CTL dapat
digambarkan sebagai berikut:38
Tabel 2.1
Sintaks Pembelajaran CTL
Fase 1
Guru menjelaskan
kompetensi yang harus
dicapai siswa serta manfaat
dari proses pembelajaran
serta pentingnya materi
pelajaran yang akan
dipelajari.
Guru menggali pengetahuan
awa siswa serta menganalisis
miskonsepsi siswa
(konstruktivisme)
→
Fase 2
Siswa dibagi kedalam
kelompok kecil, sesuai dengan
jumlah siswa. Guru menyajikan
model atau fenomena dan setiap
kelompok diberi tugas untuk
melakukan observasi. Melalui
observasi siswa ditugaskan
mencatat berbagai hal sesuai
dengan tujuan pembelajaran
(modeling)
Fase 3
Guru melakukan tanya jawab
sekitar tugas yang harus
dikerjakan oleh setiap
kelompok/individu siswa
guna mencapai tujuan
pembelajaran (qustioning)
→
Fase 4
Siswa melakukan observasi
dengan menggunakan alat
observasi yang telah mereka
tentukan sebelumnya, serta
menganalisis hasil observasi
(inkuiri)
38 Wayan Sadia. Op.cit. hal.111
21
Fase 5
Siswa mendiskusikan hasil
temuan mereka sesuai dengan
kelompoknya masing-
masing. Selanjutnya masing-
masing kelompok
melaporkan hasil diskusinya
dalam pleno kelas. Setiap
kelompok menjawab
pertanyaan yang diajukan
kelompok lainnya
(masyarakat belajar)
→
Fase 6
Dengan bantuan guru, siswa
menyimulkan hasil
observasinya. Simpulan
tersebut merupakan
pengetahuan atau keterampilan
baru yang diperoleh dalam
proses pembelajaran melalui
penemuan. Guru melakukan
penilaian autentik dan memberi
tugas kepada siswa untuk
meningkatkan pemahaman,
memperluas dan memperdalam
pengetahuan/keterampilannya
berkaitan dengan topik/materi
yang telah dipelajari. Siswa
juga melakukan refleksi diri
melalui self-evaluation
Berdasarkan tabel 2.1 lagkah langkah dalam penerapan pembelajaran
CTL (Contextual Teaching and Learning), sebgai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang harus dicapai siswa, dan
menyampaikan manfaat pembelajaran, serta menggali pengetahuan
awal siswa untuk menganalisis apakah terjadi miskonsepsi pada
pembelajaran sebelumnya;
2. Guru membagi siswa kedalam kelompok kelompok kecil, untuk
kemudian setiap kelompok diberikan tugas pegamatan atau observasi;
3. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa seputar tugas yang
diberikan, sebelum pengamatan berlangsung;
4. Siswa dan masing masing kelompoknya melakukan pengamatan atau
observasi;
22
5. Siswa berdiskusi dengan masing masing kelompoknya mengenai hasil
observasi atau pengamatan yang dilakukan;
6. Guru dan siwa menyimpulkan pembelajaran dan melakukan refleksi.
Kemudian guru melakukan penilaian secara autentik.
5. Materi FPB dan KPK
Konsep kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan faktor persekutuan
terbesar (FPB) banyak dipergunakan untuk menyelesaikan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Konsep KPK dapat digunakan untuk menentukan
jadwal liburan, menghitung orbit planet, dan menentukan jumlah barang
yang disusun dalam baris dan kolom. Sedangkan konsep FPB sering
digunakan untuk menyederhanakan pecahan, menentukan berapa potong
kain yang terbesar, pembagian kue yang sama banyak ke beberapa bagian
(kotak/plastik), dan sebagainya.
a. Faktor Kelipatan Bilangan
1) Faktor Bilangan
Perhatikan gambar dan bacaan berikut dengan cermat!
Gambar 2.1 Tari Tradisional
Dalam memperingati HUT RI diadakan lomba tari
tradisional tingkat SD. Tujuan lomba untuk membudayakan
tarian Nusantara. Setiap tim beranggotakan 6 orang. Tiap tim
menampilkan berbagai bentuk formasi tarian. Berapa formasi
tarian dapat dibentuk?
Bacalah dengan cermat!
23
Tim tari terdiri atas 6 orang. Perhatikan kemungkinan formasi
berikut:
Formasi 1 ◊ ◊ ◊ ◊ ◊ ◊
Formasi di atas menggambarkan 1 baris dan setiap baris terdapat
6 orang ditulis 1 × 6
Formasi 2 ◊ ◊ ◊
◊ ◊ ◊
Formasi 2 ada 2 baris dan setiap baris terdapat 3 orang ditulis 2
× 3
Formasi 3 ◊ ◊
◊ ◊
◊ ◊
Formasi ini ada 3 baris dan setiap baris terdapat 2 orang ditulis
3 x 2
Formasi tersebut dapat disajikan sebagai perkalian 2 buah
bilangan pada tabel berikut:
Tabel 2.2 Formasi Faktor Bilangan
6
1 6
2 3
3 2
6 1
*a habis dibagi b, dinotasikan a|b
6 merupakan hasil dari 1 × 6, 2 × 3, 3 × 2, 6 × 1. Jadi factor
dari 6 adalah 1, 2, 3, 6.
24
2) Kelipatan Bilangan
Perhatikan gambar dan bacaan berikut dengan cermat!
Gambar 2.2 Permainan Taplak
Pada hari minggu Beni, Edo, dan Udin bermain taplak di
halaman depan rumahnya. Mereka bermain secara bergantian sesuai
dengan urutan masing-masing. Jika semula Udin mendapat urutan
ketiga maka urutan ke berapa saja Udin bermain lagi? Jika Udin
bermain sebanyak 4 kali, pada urutan ke berapa Udin bermain lagi?
Tabel 2.3 Urutan Bermain Taplak
Nama Ben
i
Ed
o
Udi
n
Ben
i
Ed
o
Udi
n
Ben
i
Ed
o
Udi
n
....
.
Uruta
n
1 2 3 4 5 6 7 8 9 ....
.
Perhatikan tabel di atas!
Udin akan bermain pada urutan ke 3, 6, 9, 12, ….
Jika Udin bermain sebanyak 4 kali, maka Udin akan bermain pada
urutan ke 12.
3, 6, 9, 12, ... diperoleh dari perkalian bilangan asli dengan
bilangan 3 Contoh :
Tentukan kelipatan dari bilangan-bilangan berikut
a) Bilangan 5
Kelipatan bilangan 5 adalah 1 × 5 = 5
2 × 5 = 10
3 × 5 = 15
25
4 × 5 = 20
5 × 5 = 25
6 × 5 = 30
7 × 5 = 35
Jadi kelipatan bilangan 5 adalah 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35,
b) Bilangan 11
Kelipatan bilangan 11 adalah 1 × 11 = 11
2 × 11 = 22
3 × 11 = 33
4 × 11 = 44
5 × 11 = 55
6 × 11 = 66
7 × 11 = 77 dan seterusnya.
Jadi, kelipatan bilangan 11 adalah 11, 22, 33, 44, 55, 66, 77,..
b. Faktorisasi Prima
1) Faktor Prima
Bilangan prima adalah bilangan yang hanya memiliki 2 faktor,
yaitu 1 dan bilangan itu sendiri.
Contoh:
3 adalah bilangan prima karena 3 mempunyai factor 1 dan 3. 6 bukan
bilangan prima karena mempunyai 4 faktor, yaitu 1, 2, 3, dan 6.
Dayu membeli permen sebanyak 20 biji (Gambar 2.4). Dapatkah
kalian menuliskan faktor dari 20?.
Tentukan bilangan mana saja yang merupakan bilangan prima!
26
Gambar 2.3 Permen
Bilangan 20 dapat dinyatakan sebagai
1 × 20
2 × 10
4 × 5
Sehingga faktor dari 20 adalah 1, 2, 4, 5, 10, 20.
Bilangan 1 bukan bilangan prima karena bilangan 1 hanya memiliki
satu faktor yaitu 1 itu sendiri.
Bilangan 2 bilangan prima karena bilangan 2 tepat memiliki dua
faktor yaitu 1 dan 2.
Bilangan 4 bukan bilangan prima karena bilangan 4 memiliki tiga
faktor yaitu 1, 2, dan 4.
Bilangan 5 bilangan prima karena bilangan 5 hanya memiliki dua
faktor yaitu 1 dan 5.
Bilangan 10 bukan bilangan prima karena bilangan 10 memiliki
empat faktor yaitu 1, 2, 5, dan 10.
Bilangan 20 bukan bilangan prima karena bilangan 20 memiliki
enam faktor yaitu 1, 2, 4, 5, 10, dan 20.
Karena bilangan prima dari faktor 20 adalah 2 dan 5
Jadi, faktor prima dari 20 adalah 2 dan 5.
27
2) Faktorisasi
Faktorisasi adalah menyatakan bilangan dalam bentuk perkalian
bilanganbilangan prima.
Perhatikan gambar dan bacaan brikut dengan cermat!
Gambar 2.4 Pohon Faktor
Ada dua pohon faktor, pohon faktor pertama bilangan 12 dan pohon
faktor kedua bilangan 18 (Gambar 2.5).Nyatakan faktorisasi prima
dari bilangan 12 dan 18 dengan menggunakan pohon faktor?
Dari hasil pengamatan pohon faktor dapat diuraikan sebagai berikut.
Faktorisasi dari 12 adalah 2 × 2 × 3 = 22 × 3
Faktorisasi dari 18 adalah 2 × 3 × 3 = 2 × 32
Jadi, faktorisasi dari 12 adalah 22 × 3 dan faktorisasi dari 18 adalah
2 × 32.
c. KPK dan FPB
1) KPK ( Kelipatan Persekutuan Terkecil)
Kelipatan persekutuan adalah kelipatan yang sama dari dua
bilangan atau lebih.
Contoh: kelipatan persekutuan dari 2 dan 3 adalah 6, 12, 18,.....
Gambar 2.5 Lampu hias
1
28
Ayah memasang lampu hias di depan rumah untuk
memperingati HUT Kemerdekaan RI (Gambar 2.6). Ayah akan
menyalakan lampu hias bergantian dalam waktu yang sudah
ditetapkan. Lampu berwarna merah menyala setiap 5 detik dan
lampu berwarna hijau menyala setiap 6 detik. Pada detik berapakah
lampu berwarna merah dan hijau akan menyala bersama-sama
kembali?
Pada pengamatan lampu hias., lampu hias berwarna merah
menyala setiap 5 detik sekali.
Kelipatan 5 adalah 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55, 60,
Lampu hias berwarna hijau menyala setiap 6 detik sekali.
Kelipatan 6 adalah 6, 12, 18, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, 72,..
Kelipatan persekutuan dari 5 dan 6 adalah 30, 60, ...
KPK dari 5 dan 6 adalah 30.
Jadi, kedua lampu akan menyala bersama-sama setiap 30 menit.
Jika lampu hias berwarna biru menyala tiap 8 detik berapakah KPK
tiga bilangan tersebut?
Contoh :
1. Berapakah KPK dari 3 dan 5?
Penyelesaian
Kelipatan 3 adalah 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, ...
Kelipatan 5 adalah 5, 10, 15, 20, 25, 30, …
Kelipatan persekutuan dari 3 dan 5 adalah 15, 30, …
Jadi, KPK dari 3 dan 5 adalah 15.
2. Berapakah KPK dari 4 dan 6?
Penyelesaian
Kelipatan 4 adalah 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 40, …
Kelipatan 6 adalah 6, 12, 18, 24, 30, 36, …
Kelipatan persekutuan dari 4 dan 6 adalah 12, 24, …
Jadi, KPK dari 4 dan 6 adalah 12.
29
2) FPB (Faktor Persekutuan Terbesar)
Perhatikan gambar dan bacaan berikut dengan cermat!
Gambar 2.6 Buah-buahan
Ibu mempunyai 18 jeruk dan 12 apel. Setiap kantong plastik
diisi dengan buah jeruk yang sama banyaknya dengan buah apel.
Berapakah banyaknya kantong plastic yang dibutuhkan ibu?
Berapakah banyaknya jeruk dan apel di masing-masing kantong
plastik.
Dengan membagi jeruk dan jambu yang dimungkinkan, misalkan
dibagi 2 kantong plastik, 3 kantong plastik dan sebagainya.
Jika ada 2 kantong plastic
Jika ada 3 kantong plastic
30
Jika ada 4 kantong plastic
Buah jeruk jika dibagi 4 kantong plastik tersisa 2 buah jeruk dan
buah apel Jika dibagi 4 kantong plastic habis tidak tersisa.
Tabel 2.4 Faktor dari 18 dan 12
Faktor persekutuan dari 18 dan 12 adalah 1, 2, 3, dan 6.
Faktor persekutuan terbesar (FPB) dari 18 dan 12 adalah 6.
Cara lain:
Menentukan FPB dengan Faktorisasi prima.
18 = 2 x 3 x 3 = 2 x 32
12 = 2 x 2 x 3 = 22 x 3
Bagaimana menentukan FPB dari 18 dan 12
1. Faktor dari 18 adalah 2 x 32
2. Faktor dari 12 adalah 22 x 3
3. Faktor persekutuan terbesar dari 18 dan 12 adalah 2 x 3 = 6
31
Penerapan KPK dan FPB
Perhatikan bacaan dan gambar berikut dengan cermat!
Edo dan Meli sedang latihan lari di lapangan sekolah yang
berbentuk lingkaran untuk persiapan turnamen. Edo dapat
menyelesaikan 1 putaran dalam waktu 90 detik, sedangkan Meli
dapat menyelesaikan 1 putaran dalam waktu 120 detik. Mereka
mulai berlari dari garis awal di waktu yang sama
Gambar 2.7 Olahraga
Pada detik ke berapakah Edo dan Meli bertemu kembali di titik start
untuk yang kedua kalinya?
Edo dapat menyelesaikan 1 putaran dalam waktu 90 detik
Kelipatan 90 adalah 90, 180, 270, 360, 450, 540, 630, 720, 810,
900, ...
Meli dapat menyelesaikan 1 putaran dalam waktu 120 detik
Kelipatan 120 adalah 120, 240, 360, 480, 600, 720, 840, 960, 1080,
1200, ...
Kelipatan persekutuan dari 90 dan 120 adalah 360, 720, ..
KPK dari 90 dan 120 adalah 360
Jadi, Edo dan Meli bertemu kembali di titik start untuk yang kedua
kalinya pada waktu 360 detik.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini dapat dilihatsebagai berikut:
1. Jurnal dengan judul “Kemampuan Koneksi matematis Siswa SD Melalui
Circuit Learning,” ditulis oleh Jayanti Putri Purwaningrum. Relevansi dari
32
penelitian ini yaitu penelitian ini menggunakan variabel terikat koneksi
matematis, sedangkan perbedaannya penelitian ini menggunakan variabel
bebas Circuit Learning. Hasil dari penelitian ini ditemukan perbedaan rata-
rata antara hasil tes kemampuan koneksi matematis siswa dengan Kriteria
Kentutasan Maksimum (KKM) pada siswa yang belajar melalui circuit
learning, kemampua koneksi matematis siswa yang belajar melalui circuit
learning mencapai ketuntasan klasikal 75%, dan Circuit learning dapat
meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa.39
2. Jurnal dengan judul “Peningkatan Kemampuan Koneksi matematis Siswa
SMP Melalui Pembelajaran Inkuiri Model Alberta,” yang ditulis oleh Rafiq
Badjeber dan Siti Fatimah. Relevansi dari penelitian ini yaitu penelitian ini
menggunakan variabel terikat koneksi matematis, sedangkan perbedaannya
penelitian ini menggunakan variabel bebas pembelajaran inkuiri model
alberta, dan Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah siswa SMP.
Hasil dari penelitian ini ditemukan adanya peningkatan kemampuan
koneksi matematis siswa yang menggunakan proses pembelajaran inkuiri
model Alberta lebih baik daripada siswa yang meggunakan pembelajaran
konvensional.40
3. Jurnal dengan judul “Implementasi Pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) Bernuansa Pendidikan Karakter untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa MTsN,” yang ditulis
oleh Novi Trina Sari dkk. Relevansi dari penelitian ini yaitu penelitian ini
menggunakan variabel bebas Contextual Teaching and Learning (CTL) dan
menggunakan mata pelajaran matematika, sedangkan perbedaannya
penelitian ini menggunakan variabel terikat pemecahan masalah siswa dan
objek yang diteliti dalam penelitian ini yaitu siswa MTs. Hasil dari
penelitian ini yaitu pembelajaran matematika dengan pendekatan
39 Jayanti Putri, “Kemampuan Koneksi matematis Siswa Sd Melalui Circuit Learning”,
JPSD (Jurnal Penddikan Sekolah Dasar), vol. 2, no. 2 (2016): 125-137. 40 Rafiq Badjeber dan Siti Fatimah, “Peningkatan Kemampuan Koneksi matematis Siswa
SMP melalui Pembelajaran Inkuiri Model Alberta,” Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 20, No. 1,
(2015): 18-26. http://dx.doi.org/10.18269/jpmipa.v20i1.557
33
kontekstual secara signifikan lebih baik dalam meningkatkan kemampuan
pemahaman dan pemecahan masalah matematika siswa dibandingkan
dengan pembelajaran konvensional.41
4. Jurnal dengan judul “Pengembangan Media Game Side Scrolling dalam
Meningkatkan Kemampuan Koneksi matematis” yang ditulis oleh Dyah
Putri Handayani, Wahyudi, dan Endang Indarini. Relevansi dari penelitian
ini yaitu penelitian ini menggunakan variabel terikat koneksi matematis,
sedangkan perbedaannya penelitian ini menggunakan variabel bebas Media
Game Side Scrolling. Hasil dari penelitian ini yaitu media game side
scrolling dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis. Media
pembelajaran dinyatakan valid berdasarkan uji pakar media, materi,
pembelajaran, dan soal. Media pembelajarn dinyatakan praktis berdasarkan
hasil anget respon siswa. Media pembelajaran dinyatakan efektif
berdasarkan rata-rata hasil pretest dan posttest dan temuan tes.42
5. Jurnal dengan judul “Implementasi Pendekatan Kontekstual untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN 1 Sesela
Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat Tahun Pelajaran
2018/2019,” yang ditulis oleh Mastari. Relevansi dari penelitian ini yaitu
penelitian ini menggunakan variabel bebas pembelajaran kontextual,
menggunakan mata pelajaran matematika, dan objek penelitiannya siswa
SD, sedangkan perbedaannya penelitian ini menggunakan variabel terikat
Prestasi Belajar. Hasil dari penelitian ini yaitu ditemukan pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan
ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, dan penerapan pendekatan
41 Novi Trina Sari dkk, “Implementasi Pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) Bernuansa Pendidikan Karakter untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa MTsN,” Jurnal Didaktik Matematika, Vol. 1, No. 1, (2014): 46-61 42 Dyah Putri Handayani, Wahyudi, dan Endang Indarini, “Pengembangan Media Game
Side Scrolling dalam Meningkatkan Kemampuan Koneksi matematis,” Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan. Vol. 3 No.3 (2019): 278-287.
34
kontekstual mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan hasil wawancara.43
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan masalah yang telah ditemukan, maka kerangka berpikir dalam
penelitian ini yaitu dapat dibuat menjadi bagan sebagai berikut:
Bagan 2.1
Kerangka Berpikir
43 Mastari, “Implementasi Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Matematika Siswa Kelas V SDN 1 Sesela Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat Tahun
Pelajaran 2018/2019,” Journal of Classroom Action Research, Vol. 1 No. 2 (2019): 66-71.
Kemampuan koneksi matematisa rendah
Merancang
tindakan perbaikan Penerapan model
pembelajaran Pengamatan/
observasi
Koneksi matematis
meningkat
Merancang
tindakan perbaikan
siklus II
Reflkesi tindakan
Koneksi matematis
belum meningkat
Penerapan model
pembelajaran Pengamatan/
observasi
Reflkesi tindakan Koneksi matematis
meningkat
35
Setelah masalah diitentifikasi dan dirumuskan, peneliti memfokuskan
masalah terhadap rendahnya kemampuan koneksi matematis siswa. Kemudian
dilakukan diagnosis penyebab serta perencanaan tindakan untuk melakukan
perbaikan. Disini peneliti menggunakan model pembelajaran contexxtual
teaching and learning (CTL) sebagai tindakan perbaikan terhadap rendahnya
koneksi matematis. Selama diberikan tindakan, peneliti juga melakukan
pengamatan atau observasi terhadap kegiatan tindakan yang dilakukan. Setelah
pengamatan/observasi dilakukan, hasilnya akan digunakan sebagai bahan
refleksi atau evaluasi dari kegiatan tindakan yang telah dilakukan.
Apabila tindakan yang diberikan belum mencapai tujuan, maka dilakukan
siklus ke-dua, atau dilakukan kembali perencanaan perbaikan, kemudian
meleksanakan tindakan dari hasil perencanaan, melakukan pengamatan, dan
kemudian merefleksi kembali. Jika tujuan telah tercapai, maka penelitian akan
dihentikan. Namun jika tidak, akan dilakukan siklus ke-tiga, dimulai dari
perencanaan kembali.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian tentang pembelajaran materi FPB dan KPK dan koneksi
matematis di tingkat sekolah dasar maka dapat dipahami bahwa dalam proses
pembelajaran diperlukan adanya suatu model/metode/pendekatan pembelajaran
yang tepat. Di mana dalam penelitian ini peneliti menggunakan model
pembelajaran contextual teaching and learning. Sebagaimana telah diuraikan
di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu melalui pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan pembelajaran contextual teaching and
learning diharapkan dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa
kelas IV SDN Sudimara 7 terhadap materi FPB dan KPK.
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Sudimara 7, Jl. Raden Patah, No. 04,
RT. 001/ RW. 004, Sudimara Barat, Kec. Ciledug, Kota Tangerang. Pada
peserta didik kelas IV dengan jumlah peserta didik 31 orang dan dilaksanakan
pada bulan Oktober 2019 pada semester ganjil tahun pelajaran 2019-2020.
Tabel 3.1
Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Bulan
Mei Jun. Jul
.
Agust
.
Sept. Okt. Nov. Des. Jan.
1 Penyusunan
proposal
skripsi
x x X x
2 Permohonan
izin penelitian
x
3 Pra tindakan x
4 Pengumpulan
data siklus I
x
5 Refleksi
tindakan
x
6 Pengumpulan
data siklus II
x
7 Pengolahan
data
x x
8 Penyusunan
hasil
penelitian
x
37
9 Konsultasi
pembimbing
x x x
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian yang bersifat reflektif
dengan melakukan tindakan tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau
meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas.44 Kemudian diungkapkan
oleh Jedun dalam Nurdinah penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan salah
satu jenis penelitian yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas”.45
Berdasarkan pendapat diatas, penelitian tindakan kelas ini sebagai upaya
yang dilakukan oleh peneliti dalam memperbaiki proses belajar mngajar dengan
melakukan tindakan-tindakan tertentu, dan desain penelitian ini menggunakan
model Kurt Lewin.
Dalam buku muhammad Kurt Lewin menjelaskan bahwa ada empat hal
yang harus dilakukan dalam proses penelitian tindakan, yakni perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi.”46 Kurt Lewin dalam muhammad
menggambarkan penelitian tindakan kelas seperti bentuk spiral, yaitu berupa
siklus, meliputi pencarian fakta, perencanaan, pelaksanaan tindakan, evaluasi,
dan refleksi yaittu mengubah rencana sebelum melanjutkan tindakan siklus
kedua.”47
44 Nurdinah Hanifah, Memahami Penelitian Tindakan Kelas (teori dan aplikasi),
(Bandung: UPI PRESS, 2014). Hal. 3 45 Ibid, hal. 5 46 Muhammad Anugrah, Penelitian Tindakan Kelas (langkah-langkah praktis pelaksanaan
penelitian tindakan kelas), (Yogyakarta: Leutikaprio, 2019), Hal. 51 47 Ibid, hal. 51
38
Gambar 3.1 bagan PTK model Kurt Lewin
Pada model Kurt Lewin dalam satu siklus terdiri dari empat langkah dimana
pelaksanaan penelitian tindakan terjadi proses yang dalam suatu lingkaran yang
terus menerus, meliputi hal berikut:
a. Perencanaan (planning), merupakan proses penentuan program perbaikan
yang akan dilaksanakan selama masa penelitian.;
b. Aksi atau tindakan (implementing) adalah perlakuan yang dilaksanakan
oleh peneliti sesuai dengan perencanaan yang telah disusun oleh peneliti;
c. Observasi (observing) adalah pengamatan yang dilakukan untuk
mengetahui efektifitas tindakan atau mengumpulkan informasi tentang
berbagai kekurangan tindakan yang telah dilakukan;
d. Refleksi (reflecting) adalah kegiatan menganalisis tentang hasil observasi
sehingga memunculkan program atau perencanaan baru.48
48Fitrianti, Sukses Priofesi Guru dengan Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakartta:
Deepublish, 2016). Hal. 21
SIKLUS I
SIKLUS II
39
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitiannya yaitu seluruh obyek yang dijadikan sasaran penelitian.
Subjek penelitian tindakan kelas ini, yaitu seluruh peserta didik kelas IV SDN
Sudimara 7, yang berjumlah 31 peserta didik terdiri dari 16 peserta didik laki-
laki, dan 15 peserta didik perempuan
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Peneliti dalam pnelitian ini berperan sebagai pelaku tindakan sebagai
perancang dan pelaksana kegiatan, yaitu membuat perencanaan kegiatan,
mengumpulkan dan menganalisis data serta melaporkan hasil penelitian.
Peneliti berkolaborasi dengan wali kelas sebagai kolaborator dan observer.
Sebagai kolaborator dalam hal membuat rancangan pembelajaran, membuat
reflkesi dan menentukan tindakan-tindakan pada siklus selanjutnya. Sebagai
observer yaitu memberi penilaian terhadap peneliti dalam proses pembelajaran
berlangsung.
E. Tahapan Intervensi Tindakan
Observasi terhadap metode belajar yang diterapkan guru terhadap peserta
didik mengenai aspek yang diobservasi dan kinerja peserta didik melalui aspek
partisipasi belajar.
Tahapan intervensi tindakan:
1. Tahap perencanaan kegiatan
a. Merencanakan pembelajaran
b. Menentukan pokok pembahasan
c. Membuat rencana pembelajaran
d. Membuat instrumen penelitian
e. Menyiapkan sumber belajar
f. Mengembangkan format observasi pembelajaran
2. Pelaksanaan/tindakan
a. Melaksanakan proses pembelajaran
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran
40
c. Melaksanakan langkah-langkah pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Contetual Teaching and Learning (CTL)
3. Observasi
Melakukan observasi dengan mencatat proses pembelajaran yang sedang
berlangsung
4. Refleksi
a. Menganalisa data pada siklus 1
b. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan
c. Mengadakan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang
rancangan pembelajaran dan lain-lain
d. Menarik kesimpulan dari apa saja yang telah tercapai dan yang belum
tercapai serta kekurangan atas permasalahan yang muncul pada siklus 1
dan merencanakan tindakan untuk siklus berikutnya.
F. Hasil intervensi tindakan yang diharapkan
Dengan melakukan penelitian tindakan kelas menggunakan model
pembeelajaran Contetual Teaching and Learning (CTL), peneliti berharap
tujuan penelitian dapat tercapai, yaitu proses pembelajaran matematika menjadi
lebih baik dan koneksi matematis peserta didik kelas IV meningkat, yaitu (1)
mengenali dan memanfaatkan hubungan antar konsep matematika, (2) mampu
menggunakan keterhubungan antar konsep matematika menjadi satu kesatuan
yang utuh, (3) mengenali dan menggunakan matematika dalam konteks diluar
matematika.
G. Data dan Sumber Data
Data dan sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Data: terdapat dua buah data pada penelitian ini yaitu data tes dan non tes.
Data tes diperoleh dari tes hasil belajar dan data nontes dalam penelitian ini
berupa observasi dan wawancara yang dilakukan sebelum dan selama
pembelajaran berlangsung.
41
2. Sumber data: sumber data pada penelitian ini adalah peserta didik kelas IV
SDN Sudimara 7, peneliti, dan wali kelas kelas IV SDN Sudimara 7 sebagai
observer.
H. Instrumen Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian, peneliti
menggunakan instrumen pengumpulan data sebagai berikut:
1. Lembar Tes
Lembar tes soal diberikan kepada peserta didik untuk mengevaluasi hasil
pembelajaran.
2. Pedoman Observasi
Pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman
observasi untuk melihat aktifitas peserta didik selama proses pembelajaran
berlangsung dan observasi kegiatan guru.
3. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan sebagai bukti otentik dalam penelitian. Dalam
mendokumentasikannya peneliti dibantu oleh teman sejawat dalam kegiatan
pembelajaran.
4. Lembar pedoman wawancara
Lembar pedoman wawancara disusun untuk menjadi pedoman peneliti saat
melakukan wawancara.
I. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan
dengan cara tes dan nontes. “tes adalah cara atau prosedur yang dapat digunakan
dalam pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan”.49 Pada teknik
pengumpulan data melalui tes peneliti melssakukan uji validitas, uji reabilitas,
uji tingkat kesukaran, daya pembeda soal terhadap soal-soal yang akan
diberikan kepada peserta didik.
49 Ajat Rukajat, Teknik Evaluasi Pembelajaran, (Sleman: Deepublish, 2018), hal. 38
42
Sedangkan teknik nontes yang didapatkan peneliti berupa observasi dan
wawancara. “observasi merupakan proses pengamatan dan pencatatan secara
sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik
dalam situasi sebenarnya maupun situasi buatan untuk mencapai tujuan
tertentu”.50 Teknik observasi digunakan untuk mengamati gejala-gejala yang
tampak dalam proses pembelajaran tentang aktivitas peserta didik ketika
mengikuti pembelajaran. Wawancara dilakukan terhadap guru sebelum dan
selama pembelajaran berlangsung.
Tabel 3.2 Instrumen Kisi-kisi Koneksi Matematis FPB dan KPK
Peserta didik
No Indikator Koneksi
Matematis
Indikator Operasional
siklus
Bentuk
Soal
Jumlah
Soal
1 Mengenali dan
memanfaatkan
hubungan-hubungan
antara gagasan
dalam matematika
1. Menentukan
kelipatan bilangan
sampai batas
bilangan tertentu.
2. Menentukan faktor
dan faktorisasi
prima dari sebuah
bilangan.
Esay 1
2 Memahami
bagaimana gagasan-
gagasan dalam
matematika saling
berhubungan dan
mendasari satu sama
lain untuk
menghasilkan suatu
keutuhan koheren
1. Menentukan
bilangan prima dari
sebuah faktor
bilangan
2. Menghitung FPB
dan KPK dengan
menggunakan
pembagian,
Esay 2
50 Ibid., hal.110
43
perkalian dan pohon
faktor
3 Mengenali dan
menerapkan
matematika dalam
kontek-konteks di
luar matematika.
1. Menghitung faktor
dan kelipatan
bilangan dalam
memecahkan
masalah dalam
kehidupan sehari-
hari
2. Menghitung FPB
dan KPK dalam
memecahkan
masalah dalam
kehidupan sehari-
hari
Essay 2
J. Tahap Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan tes dan non tes. Tes berupa uji hasil
belajar dan instrumen non tes berupa pedoman observasi untuk mengamati
aktifitas peserta didik dan guru ketika proses pembelajaran berlangsung.
Sebelum instrumen tersebut digunakan, peneliti menguji coba soal-soal yang
akan diberikan menggunakan uji validitas, reabilitas soal, tingkat kesukaran dan
daya pembeda.
1. Uji Validitas
Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang
hendak diukur. Dalam Bahasa Indonesia valid disebut dengan istilah
sahih”51. Pengujian validitas soal ini menggunakan bantuan ANATES Versi
4.
51 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016).
Hal..80
44
2. Uji Reabilitas
Reabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek
yang sama”52. Pengujian uji reabilitas soal ini menggunakan bantuan
ANATES Versi 4. Kriteria uji reabilitas adalah sebagai berikut:53
Tabel 3.3 Uji Reabilitas
Kriteria Keterangan
0,91 – 1,00 Sangat tinggi
0,71 – 0,90 Tinggi
0,41 – 0,70 Sedang
0,21 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Kurang
3. Uji Taraf Kesukaran
Saifudin Azwar mengatakan bahwa tingkat kesukaran butir soal adalah
proporsi antara banyaknya peserta tes yang menjawab butir soal dengan
benar dengan banyaknya peserta tes54 Pengujian taraf kesukaran soal ini
menggunakan bantuan ANATES Versi 4.
Kriteria taraf kesukaran ditentukan sebagai berikut:55
a. Soal dengan P 0,00 sampai 0,15 adalah soal sangat sukar
b. Soal dengan P 0,15 sampai 0,30 adalah soal sukar
c. Soal dengan P 0,30 sampai 0,60 adalah soal sedang
d. Soal dengan P 0,60 sampai 0,85 adalah soal mudah
e. Soal dengan P 0,85 sampai 1,00 adalah soal sangat mudah
52 Ibid, hal. 104 53 Suharsimi, Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi), (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006). cet. 6. Hal.101 54 Nani Hanifah, “Perbandingan Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda Butir Soal dan
Reabilitas Tes Bentuk Pilihan Ganda Biasa dan Pilihan Ganda Asosiasi Mata Pelajaran Ekonomi,”
Jurnal Sosio e-Kons, vol. 6, no. 1 (2014): 41-55 55 Ibid., hal.208
45
4. Daya Pembeda
Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu butir soal untuk
membedakan kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan perbedaan
yang ada dalam kelompok itu.56 Pengujian daya pembeda soal ini
menggunakan bantuan ANATES Versi 4.
Kriteria daya pembeda ditentukan sebagai berikut:57
Tabel 3.4 Daya Pembeda
Kriteria Keterangan
0,00 – 0,20 Jelek
0,20 – 0,40 Cukup
0,40 – 0,70 Baik
0,70 – 1,00 Baik sekali
K. Analisis Data dan Interprestasi Data.
Pada penelitian ini terdapat teknik analisa yaitu sebagai berikut:
Analisis Data Observasi
Data observasi merupakan data yang didapat dari hasil observasi
tentang keterlaksananya pembelajaran matematika dengan menggunakan
model pembelajaran CTL berdasarkan lembar observasi. Data yang diberi
tanda cheklist akan diberikan skor 1. Cara menghitung presentase skornya
yaitu:58
P = 𝐹
𝑁 × 100%
P = presentase skor observasi tiap pertemuann
sF = frekuensi yang akan dicari presentasenya
N = Number pf Cases (Jumlah Frekuensi)
56 Bagiyono, “Analisis Kesukaran dan Daya Pembeda Butir Soal Ujian Pelatihan
Radiografi Tingkat 1,” Jurnal Widyanuklida, vol. 16, no.1 (2017): 1-12. Hal.3-4 57 Ibid., hal. 218 58 Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2008).
Hal.43
46
L. Indikator Keberhasilan
Rencana pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari dua siklus.
Apabila setelah pelaksanan tindakan pada siklus II kemampuan siswa sudah
meningkat, maka penelitian ini dianggap sudah berhasil atau selesai. Akan
tetapi jika telah dilakukan sampai siklus II namun hasilnya belum mencapai
kriteria keberhasilan, maka perlu adanya perbaikan dengn melanjutkan ke siklus
III.
Penelitian ini akan dianggap cukup jika telah berhasil meningkatkan
koneksi matematis siswa pada materi FPB dan KPK, dengan Kriteria
Ketuntasan Minimal sebesar 80, rata rata kelas sebesar 80, dan ketuntasan
belajar siswa mencapai 100%.
Kegiatan perencanaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
mempersiapkan instrumen penelitian, seperti: Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), soal tes esay koneksi matematis materi FPB dan KPK,
Lembar Kerja Peserta didik (LKPD) dan lembar observasi untuk guru dan
peserta didik.
Selama pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini peneliti berkolaborasi
dengan teman sejawat yang berperan sebagai observer, dimana observer ini
yang mengamati guru selama pelaksanaan penelitian tindakan berlangsung,
yang kemudian di catat pada lembar instrumen obsrvasi guru.
96
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama kurang lebih dua minggu
dapat disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematis siswa kelas IV SDN
Sudimara 7 dapat meningkat dengan diterapkannya model pembelajaran
contetual teaching and learning pada pembelajaran matematika materi FPB dan
KPK. Peningkatan koneksi matematis siswa dapat dilihat dari perolehan nilai
rata rata siswa pada hasil tes pemahaman siswa secara individu. Pada siklus I
siswa memperoleh nilai rata rata 68,9 dengan ketuntasan belajar siswa sebesar
32,25% dan rata rata hasil observasi siswa 62%. Pada siklus I intervensi yang
diharapkan belum tercapai, maka peneliti memutuskan untuk melanjutkan ke
siklus II.
Pada siklus II nilai rata rata individu yang diperoleh siswa sebesar 91,2
dengan ketuntasan belajar siswa 100%, dan rata rata hasil observasi siswa
sebesar 81 % dan diperkuat dengan hasil postest siswa yang memperoleh nilai
rata rata sebesar 90,9 yang mana menunjukkan adanya peningkatan koneksi
matematis pada siswa kelas IV SDN Sudimara 7 pada pembelajaran maematika
materi FPB dan KPK. Hal ini sesuai dengan intervensi yang diharapkan, yaitu
penelitian ini akan dianggap cukup jika telah berhasil meningkatkan koneksi
matematis materi FPB dan KPK dengan ketuntasan belajar siswa 100% dan rata
rata kelas diatas 80.
B. Implikasi dan saran
Dengan menerapkan model pembelajaran contextual teaching and learning
dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa kelas IV SDN
Sudimara 7 materi FPB dan KPK, maka penelitian ini memberikan manfaat
untuk beberapa pihak, diantaranya:
97
1. Bagi sekolah
a. Sekolah mengalami perbaikan dari sisi mampu mengtasi masalah dalam
proses pembelajaran pada kelas IV.
b. Diharapkan dapat mengadakan pelatihan pelatihan guna menunjang
kretifitas penggunaan metode, strategi atau media dalam pembelajaran.
2. Bagi guru
a. Sebagai referensi penerapan model pembelajaran berbasis kontekstual,
dengan mengaitkan pembelajaran kepada dunia nyata atau kehidupan
sehari hari siswa.
b. Diharapkan untuk terus berkreasi dengan menerapkan berbagai model,
metode, strategi ataupun media pembelajaran agar siswa merasa senang
dalam belajar dan kemampuan siswa meningkat.
3. Bagi siswa
Dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa pada
pembelajaran matematika materi FPB dan KPK, dengan mengaplikasikan
langsung teori kedalam bentuk konkret atau nyata.
4. Bagi peneliti
Sebagai referensi untuk menjadi guru yang professional, dengan
melaksanakan penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di
kelas.
98
DAFTAR PUSTAKA
Anugrah, Muhammad. Penelitian Tindakan Kelas (langkah-langkah praktis
pelaksanaan penelitian tindakan kelas), Yogyakarta: Leutikaprio, 2019.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,
2016.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi), Jakarta:
Bumi Aksara, cet. 6, 2006.
Anas. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2008.
Badjeber, Rafiq dan Siti Fatimah. “Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematika
Siswa SMP melalui Pembelajaran Inkuiri Model Alberta.” Jurnal Pengajaran
MIPA, vol. 20, no. 1 (2015): 18-26.
http://dx.doi.org/10.18269/jpmipa.v20i1.557
Bagiyono. “Analisis Kesukaran dan Daya Pembeda Butir Soal Ujian Pelatihan
Radiografi Tingkat 1,” Jurnal Widyanuklida, vol. 16, no.1 (2017): 1-12.
Darmadi. Peengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika
Belajar Peserta didik. Yogyakarta: Deepublish, 2017.
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009.
Fitrianti. Sukses Priofesi Guru dengan Penelitian Tindakan Kelas, Yogyakartta:
Deepublish, 2016.
Rukajat, Ajat. Teknik Evaluasi Pembelajaran, Sleman: Deepublish, 2018.
Hake, Richard R. Analyzing Change/Gain Scores, Dept. of Physics, Indiana
University, hal.1.
Handayani, Dyah Putri, dkk. “Pengembangan Media Game Side Scrolling dalam
Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematika,” Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan, vol. 3 no. 3 (2019): 278-287.
Hanifah, Nani. “Perbandingan Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda Butir Soal dan
Reabilitas Tes Bentuk Pilihan Ganda Biasa dan Pilihan Ganda Asosiasi Mata
Pelajaran Ekonomi,” Jurnal Sosio e-Kons, vol. 6, no. 1 (2014): 41-55.
99
Hanifah, Nurdinah. Memahami Penelitian Tindakan Kelas (teori dan aplikasi),
Bandung: UPI PRESS, 2014.
Hanifah, Nurdinah dan J. Julia. Membedah Anatomi Kurikulum 2013 untuk
Membangun Masa Depan Pendidikan yang Lebih Baik. Sumedang: UPI
Sumedang Press, 2014.
Krissandi, dkk, Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk SD (pendekatan dan teknis),
Bekasi: Media Maxima, 2018. Kusumawati, Naniek dan Endang Sri Maruti.
Strategi Belajar Mengajar Di Sekolah Dasar, Solo: Cv. Ae Media Grafika,
2019.
Lampiran Permendikbud No. 22 Tahun 2016.
Maulana, dkk. Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar, UPI Sumedang
Press, 2015.
Mastari. “Implementasi Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN 1 Sesela Kecamatan Gunungsari
Kabupaten Lombok Barat Tahun Pelajaran 2018/2019,” Journal of
Classroom Action Research, vol. 1, no. 2 (2019): 66-71.
NCTM. Executive Summary: Principles and Satndars for School Mathematics,
2016.
http://www.nctm.org/uploadedFiles/Standards_and_Positions/PSSM_Execu
tiveSummary.pdf.
Purwaningrum, Jayanti Putri. “Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Sd Melalui
Circuit Learning”, JPSD (Jurnal Penddikan Sekolah Dasar), vol. 2, no. 2
(2016). 125-137.
Rachmawati, Yeni, dkk. Potret pendidikan Indonesia Statistik pendidikan 2018,
Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2018.
Rahman, Taufiqur. Aplikasi Model-model Pembelajaran dalam Penelitian
Tindakan Kelas, Semarang: CV Pilar Nusantara, 2018Siagian, Muhammad
Daut. “Kemampuan Koneksi Matematik dalam Pembelajaran Mematika,”
MES (Journal of Mathematics Education and Science), vol. 2, no. 1 (2016):
58-66.
Rusman. Model-Model Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo, 2013.
100
Rusman. Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta: Kencana, 2017.
Rusman. Model-model Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers, 2016.
Sadia, Wayan. Model-model Pembelajaran Sains Konstruktivistik, Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2014.
Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: CV Alfabeta, 2003.
Sari, Novi Trina dkk. “Implementasi Pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) Bernuansa Pendidikan Karakter untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa MTsN,” Jurnal
Didaktik Matematika, vol. 1, no. 1 (2014): 46-61.
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Jakarta: Rineka Cipta,
2010.
Suardi, Moh. Belajar dan Pembelajaran, Sleman: Deepublish, 2018.
Supriadi, S. Inovasi dan Miskonsepsi Penyampaian Materi Matematika SD, PGSD
UPI Kampus Serang, 2017.
Susanti, Elly. “Membangun Koneksi Matematika Siswa dalam Pemecahan Masalah
Verbal,” Jurnal tadris matematika, vol. 10 No. 1 (2017): 103-116.
http://dx.doi.org/10.20414/betajtm.v10i1.108.
Eka, Hafiziani. Pendekatan Concrete-Pictorial-Abtract (CPA), Kemampuan-
kemampuan Matematika, dan Rancangan Pembelajarannya, Subang: UPI
Sumedang Press, 2017.
Susanto, Ahmad. Teori Belajar dan Pebelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2016.
The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). Principles and
Standards for School Mathematics, Reston,VA: NCTM, 2000.
Wahab. Belajar dan Pembelajaran SAINS, Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2013.