KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …
Transcript of KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN …
KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN
MASALAH YANG TERKAIT DENGAN FISIKA DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI PADA PESERTA DIDIK
SMA AKSARA BAJENG
SKRIPSI
OLEH
ANDI DARNA RAHAYU
10539 1108 13
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JANUARI 2018
i
KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF DALAM MENYELESAIKAN
MASALAH YANG TERKAIT DENGAN FISIKA DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI PADA PESERTA DIDIK
SMA AKSARA BAJENG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
OLEH
ANDI DARNA RAHAYU
10539 1108 13
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JANUARI 2018
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“ Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
Maka apabila engkau telah selesai (diri sesuatu urusan),
tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).
Dan hanya Tuhanmulah engkau berharap.”(Qs. Al-Insyirah : 6-8)
Waktu yang sudah kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdirku, sedih, bahagia, dan bertemu orang-orang yang memberiku sejuta pengalaman bagiku, yang telah memberi warna-warni kehidupanku.
“...Jadilah seperti batu karang di lautan yang tetap kokoh diterjang ombak, walaupun demikian air laut tetap masuk kedalam pori-porinya…”.
Kupersembahkan skripsi ini untuk: Ibuku, dalam usia yang tak terbaca waktu
Saudara-saudaraku yang menjelma segala mimpi dan cita Keluarga yang tak hentinya memberi dukungan
Seluruh makhluk hidup yang telah tercuri ilmunya Almamaterku tercinta
vii
ABSTRAK
Andi Darna Rahayu. 2018. Kemampuan Berpikir Induktif dalam Menyelesaikan
Masalah yang Terkait dengan Fisika dalam Kehidupan Sehari-hari pada Peserta
Didik SMA Aksara Bajeng. Skripsi. Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhmmadiyah Makssar. pembimbing I Agus
Martawijaya dan pembimbing II Ma’ruf.
Penelitan ini adalah penelitian Ex Post Facto yang bersifat deskriptif yang
bertujuan mendeskripsikan kemampuan berpikir induktif dalam menyelesaikan
masalah sehari-hari tang terkait dengan fisika pada peserta didik SMA Aksara
Bajeng. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI SMA Aksara
Bajeng. Untuk mengetahui seberapa besarkah kemampuan berpikir induktif
peserta didik dalam menyelesaikan masalah fisika dapat dilihat dari hasil tes
kemapuan terhadap masalah yang diberikan. Teknik pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah data mengenai kemampuan berpikir induktif
dalam menyelesaikan masalah yang terkait dengan fisika dalam kehidupan
sehari-hari. Data yang terkumpul diinterpretasikan untuk memperoleh gambaran
secara kuantitatif. Hasil penelitian tentang kemampuan berpikir induktif dalam
menyelesaikan masalah yang terkait dengan fisika dalam kehidupan sehari-hari
pada peserta didik SMA Aksara berada pada kategori rendah.
Kata kunci: Penelitian Ex Post Facto bersifat deskrpitif, kemampuan berpikir induktif.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Pada tempatnya yang pertama dan utama dihati ini, penulis panjatkan puji
dan rasa syukur kepada ilahi robbi Allah Swt. Kemudian, shalawat serta salam-
Nya, mudah-mudahan terlimpah curah ke pangkuan baginda Rasulullah Saw,
beserta keluarganya, sahabatnya, serta umatnya yang turut dengan ajarannya.
Amin.
Berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi yang berjudul “Kemampuan Berpikir Induktif dalam Menyelesaikan
Masalah yang Terkait dengan Fisika dalam Kehidupan Sehari-Hari pada
Peserta Didik SMA Aksara Bajeng” yang disusun untuk memenuhi salah satu
persyaratan akademik guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan Fisika Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Makassar
sekaligus dengan harapan akan dapat memberikan kontribusi positif bagi
perkembangan dunia pengajaran secara khusus dan dunia pengajaran secara
umum.
Penghargaan dan ucapan terimakasih terkhusus ku persembahkan kepada
ibunda Nuraeni dan saudaraku Andi Erna A.Ma yang menginjeksikan segala
idealisme, prinsip, edukasi dan kasih sayang berlimpah dengan wajah datar
menyimpan kegelisahan ataukah perjuangan yang tidak pernah penulis ketahui,
namun tenang temaram dengan penuh kesabaran dan pengertian luar biasa, yang
tiada pernah hentinya memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat serta
ix
pengorbanan yang tak tergantikan hingga penulis selalu kuat menjalani setiap
rintangan yang ada di depan.
Dalam pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi ini, penulis
banyak mengalami hambatan, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Olehnya itu, penulis
menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setulusnya kepada
Ayahanda Dr. Muh. Agus Martawijaya M.Pd selaku pembimbing I dan
Ayahanda Ma’ruf, S.Pd., M.Pd selaku pembimbing II yang selalu bersedia
meluangkan waktunya dalam membimbing penulis, memberikan ide, arahan,
saran dan bijaksana dalam menyikapi keterbatasan pengetahuan penulis, serta
memberikan ilmu dan pengetahuan yang berharga baik dalam penelitian ini
maupun selama menempuh kuliah. Semoga Allah SWT memberikan
perlindungan, kesehatan dan pahala yang berlipat ganda atas segala kebaikan yang
telah dicurahkan kepada penulis selama ini.
Begitu pula penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada; Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE., MM., selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar. Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D., Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah
menyetujui dan menerima skripsi penulis. Nurlina, S.Si., M.Pd.,selaku Ketua
Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar, dan Ma’ruf,
S.Pd., M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah
Makassar yang telah banyak memberikan arahan, petunjuk dan bimbingan selama
kuliah sehingga proses penyelesaian studi. Bapak dan Ibu dosen Jurusan
x
Pendidikan Fisika yang telah memberikan banyak ilmu dan berbagi pengalaman
selama penulis menimba ilmu di Jurusan Pendidikan Fisika Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Buat Keluarga-keluargaku Syahiruddin S.Pd,.M.Pd, Ernawati S.Pd,
Syahrul Suriani, dan Tasman, yang selalu memberi motivasi dan dukungan
kepada penulis demi terselesainya skripsi ini serta terima kasih atas bantuan dan
perhatiannya.
Buat orang-orang terkasih, Saenal, St. Amrina, Nurhayati Husain,
Nurhayati Haris, Darmawati, Komalasari, Khaerunnisa, Rismawati, dan
Salmawati Serta sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unismuh Makassar khususnya angkatan 2013
kelas A .
Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Kepala SMA
Aksara Bajeng dan seluruh Guru serta Staf yang telah memberikan waktu dan
kesempatan membantu penulis dalam proses pengumpulan data untuk penyusunan
skripsi ini.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT kita memohon semoga berkat dan
rahmat serta limpahan pahala yang berlipat ganda selalu dicurahkan kepada kita
dan semoga niat baik, suci serta usaha yang sungguh-sungguh mendapat ridho
disisi-Nya. Amin Ya Rabbal Alamin
Makassar, Februari 2018
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................... iii
SURATPERNYATAAN .................................................................................. iv
SURATPERJANJIAN ...................................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6
BAB II KINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ......................... 7
A. Tinjauan Pustaka................................................................................ 7
1. Pembelajaran fisika di SMA ......................................................... 7
2. Berpikir Induktif (generalisasi) Dalam Fisika Dan
Penegumpilanya ........................................................................... 13
a. Generalisasi Dalam Fisika .................................................... 15
B. Kerangka Pikir .................................................................................. 21
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 22
A. Jenis Penilitian .................................................................................. 22
B. Subjek Penelitian ............................................................................ 22
xii
C. Variabel Penelitian ........................................................................... 23
D. Definisi Operasional Variabel .......................................................... 23
E. Prosedur Penelitian ........................................................................... 23
F. Instrumen Penelitian ....................................................................... 25
G. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 25
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................. 26
B. Pembahasan ...................................................................................... 25
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................... 32
B. Saran ............................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 33
LAMPIRAN- LAMPIRAN
BIODATA
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Judul Gambar Halaman
2.1 Alur Kerangka Pikir……………………………………………….. 21
4.1 Skor dan frekuensi kemampuan mengumpulkan informasi……….. 26
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
JUDUL LAMPIRAN Halaman
LAMPIRAN 1 : Nama-Nama Peserta Didik Kelas X1 SMA Aksara Bajeng
Gowa ...................................................................................... 34
LAMPIRAN 2 : Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Induktif ................ …... 36
LAMPIRAN 3 : Skor Hasil Kemampuan Peserta Didik ............................ …… 38
LAMPIRAN 4 : Skor dan Frekuensi Hasil Kemampuan Peserta Didik ..... .. …. 40
LAMPIRAN 5 : Dokumentasi Penelitian .................................................... …….41
LAMPIRAN 6: Persuratan
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam konteks kurikulum 2013 di Indonesia, terdapat empat kompetensi
inti yang harus dikembangkan pada peserta didik jenjang pendidikan dasar dan
pendidikan menengah, yaitu: (1) Kompetensi inti sikap spiritual; (2) Kompetensi
inti sikap social; (3) Kompetensi inti pengetahuan; dan (4) Kompetensi inti
keterampilan. Keempat kompetensi ini harus menyatu kait pada diri peserta didik
sebagai gambaran kualitas tujuan pendidikan yang mereka capai, khususnya
dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi. Berkenaan dengan pemecahan
masalah, Ausubel (1963:153) menyatakan bahwa problem-solving ability as the
primary goal of education. Dengan perkataan lain kemampuan memecahkan
masalah merupakan tujuan utama pendidikan. Pernyataan ini sejalan dengan
bunyi pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yakni sebagai berikut.
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabak dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada tuhan
yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pasal di atas, isyarat mengenai pentingnya kemampuan memecahkan
masalah bagi peserta didik terdapat pada kata “…kreatif…”. Kreatif mengandung
makna pelbagai kemampuan berpikir, salah satu diantaranya adalah kemampuan
berpikir induktif dan deduktif. Dalam pemecahan masalah secara ilmiah proses
berpikir induktif dan proses berpikir deduktif tidak dapat dipisahkan. Kafie (1989:
1
2
63) mengibaratkan antara induksi dan deduksi bagaikan air dengan tebing yang
saling mendukung. Disaat induksi mengakhiri tugasnya deduksi muncul, dan
disaat deduksi mengakhiri tugasnya muncul induksi. Dengan perkataan lain
deduksi membutuhkan induksi untuk membuktikan dirinya.
Pandangan filosofis Jamaluddin Kafei di atas mengisyaratkan bahwa
dalam pemecahan masalah secara ilmiah melibatkan proses berpikir deduksi dan
induksi untuk menemukan solusi terhadap suatu masalah, baik masalah yang
sederhana maupun masalah yang kompleks, termasuk masalah fisika dalam
kehidupan sehari-hari. Implikasi dari pernyataan ini adalah proses pembelajaran
fisika, khususnya pada satuan pendidikan SMA/MA dan SMK/MAK hendaknya
menstimulasi tumbuh dan berkembangnya kemampuan berpikir induktif dan
deduktif pada peserta didik. Implikasi ini didukung oleh Permendikbud RI N0. 24
tahun 2016 tentang Kompotensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada
Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Pada Kompetensi Dasar Pengetahuan mata pelajaran fisika di SMA
terdapat sejumlah bunyi rumusan kompetensi yang mengisyaratkan pentingnya
kemampuan berpikir induktif bagi peserta didik dalam pembelajaran fisika guna
mencapai setiap Kompetensi Dasar tersebut. Kompetensi Dasar yang
dimaksudkan adalah dengan menggunakan kata kerja “…menganalisis…”.
Menurut Bloom, dkk (1987:146) bahwa terdapat tiga jenis analisis yaitu: (1)
analysis of elements (analisis unsur-unsur terhadap suatu objek); (2) analysis of
relationships (analisis hubungan-hubungan terhadap suatu objek dengan objek
lainnya); (3) analysis of organizational principles (analisis prinsip-prinsip
3
keteraturan terhadap suatu objek). Ketiga jenis analisis tersebut membutuhkan
kemampuan berpikir induktif maupun deduktif bagi seseorang untuk mencapai
tujuannya, khususnya dalam melakukan kerja ilmiah (penelitian atau penyelidikan
dalam pembelajaran fisika).
Tanpa mengesampingkan proses berpikir deduktif, dalam pembelajaran
fisika menurut kurikulum 2013 proses berpikir cenderung lebih banyak
menggunakan proses berpikir induktif bagi peserta didik dalam membangun
pengetahuan atau konsep (Dahar 1989:81). Dengan demikian pendidik mata
pelajaran fisika di SMA, harus mampu mewujudkan situasi dan kondisi setiap
pembelajaran yang diterapkan sehingga kemampuan berpikir induktif peserta
didik dapat berkembang. Dalam kehidupan sehari-hari, kemampuan berpikir
induktif banyak dibutuhkan karena berfungsi bagi seseorang dalam melakukan
penarikan kesimpulan yang bersifat umum dengan berdasar pada fakta-fakta yang
bersifat khusus. Salah satu pertanyaan yang dapat dimunculkan adalah bagaimana
kualitas kasimpulan-kesimpulan yang sering ditampilkan oleh masyarakat sebagai
hasil dari proses berpikir induktif yang dilakukan?
4
Berkenaan pertanyaan di atas, berikut ini dikemukakan sejumlah fakta-
fakta yang diperoleh dari pengalaman pribadi penulis, sebagai berikut:
1. Jastifikasi seseorang terhadap orang lain hanya melihat dari luarnya
tanpa melihat dalamya.
2. Mengimformasikan barita-berita yang tidak sesuai dengan apa yang
terjadi.
3. Menyimpulkan sesuatu tanpa ada pembuktian yang terlihat oleh orang
tersebut.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari fakta-fakta di atas adalah “cacat
induktif” khususnya “generalisasi” masih sering terjadi dikalangan masyarakat.
Bagaimana halnya dengan peserta didik SMA yang telah mengikuti serangkaian
pembelajaran fisika? Pertanyaan ini akan dijawab oleh penulis suatu jenis
penelitian, dan cukup beralasan apabila penelitian tersebut dilakukan melalui
penelitian dengan membatasi diri maka dilakukan studi pendahuluan di kabupaten
pada beberapa SMA di Kabupaten Gowa.
Selama studi pendahuluan ini berlangsung, penulis berusaha menemukan
dimensi-dimensi “siri’ na pace” yang erat kaitannya dengan kemampuan berpikir
induktif. Untuk maksud tersebut, penulis melakukan survei terhadap visi dan misi
setiap SMA. Dari survei tersebut penulis menemukan visi SMA Aksara Bajeng
yang menyatakan unggul dalam prestasi, jujur, kreatif, dan inovatif yang
berdasarkan imtek dan imtaq dengan menjunjung tinggi nilai-nilai karakter bangsa
serta berwawasan lingkungan dan global. Misi SMA Aksara Bajeng yaitu: (1)
5
melakukan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga setiap peserta
didik berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang di miliki; (2)
menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga
sekolah; (3) mendorong dan membantu setiap peseta didik untuk mengenali
potensi dirinya sehingga dapat di kembangkan secara optimal; (4) menumbuhkan
penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan budaya bangsa sehingga
menjadi sumber nilai dan kearifan dalam bertindak; dan (5) menerapkan
manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan kelompok
kepentingan yang terkait dengan sekolah.
Berdasarkan visi diatas yaitu unggul dalam prestasi, jujur, kreatif, dan
inovatif yang berdasarkan imtek dan imtaq dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
karakter bangsa serta berwawasan lingkungan dan global. pada visi terdapat kata
“jujur” lempu’ termasuk salah satu pilar “siri’ na pace” yang bermakna jujur
dalam segala aspek kehidupan, salah satu diantaranya adalah jujur dalam menarik
kesimpulan-kesimpulan terhadap fakta-fakta fisika, karena dalam menyimpulkan
fakta-fakta fisika diperlukan kejujuran.
Selain visi misi tersebut, SMA Aksara Bajeng juga memiliki keunikan
yang lain, khususnya di Keles XI IPA. Keunikan yang di maksud adalah kelas
tersebut adalah kelas yang dikategorika sedang di SMA Aksara Bajeng. Kelas ini
sedang melalui beberapa pertimbangan yang mendasarinya yaitu Peserta Didik
memiliki kemampuan berpikir induktif terkait kehidupan sosialnya,
Pertanyaannya bagaimanakah kemampuan berpikir induktif peserta Didik dalam
menyelesaikan masalah sehari-hari yang terkait dengan fisika. Oleh karena itu,
6
peneliti bermaksud untuk meneliti di sekolah SMA Aksara Bajeng dengan
judul“Kemampaun Berpikir Induktif Dalam Menyelesaikan Masalah Sehari-Hari
Yang Terkait Dengan Fisika Pada Peserta Didik SMA Aksara Bajeng”.
B. Rumusan Masalah.
Dalam penelitian ini, diungkapkan besarnya kemampuan berpikir induktif
dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang terkait dengan fisika Peserta Didik
SMA Aksara Bajeng. untuk mengungkapkannya seberapa besarkah kemampuan
berpikir induktif dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang terkait dengan
fisika Peserta Didik SMA Aksara Bajeng?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir induktif
dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang terkait dengan fisika Peserta Didik
SMA Aksara
D. Manfaat Penelitian
Besar kemungkinan bahwa manfaat penelitian dapat meneningkat
kemampuan masing-masing secara penuh dan meningkatkan mutu pembelajaran
peserta didik.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran Fisika di SMA
Dalam Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 20 menyatakan bahwa
Pembelajaran adalah suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sehubungan dengan itu
Martawijaya (2014) menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses yang menitik
beratkan pada kegiatan yang direncanakan oleh pendidik untuk dialami oleh
peserta didik dengan mengoptimalkan pemanfaatan pelbagai sumber belajar pada
lingkungan belajar. Dengan demikian, pembelajaran fisika dapat diartikan sebagai
salah satu proses interaksi antara pendidik dan peserta didik dengan
mengoptimalkan pelbagai sumber belajar fisika dalam menyelidiki konsep, fakta,
prinsip yang berkaitan dengan fenomena fisika dalam kehidupan sehari-hari.
Sama halnya dengan proses pembelajaran pada mata pelajaran lain yang
menerapkan kurikulum 2013, pembelajaran fisika bertujuan untuk tercapainya 4
(empat) Kompetensi Inti yaitu: (1) Kompetensi Inti sikap spiritual; (2)
Kompetensi inti sikap sosial; (3) Kmpetensi inti pengetahuan; dan (4) Kompetensi
inti keterampilan. Untuk mencapai keempat kompetensi ini pihak penentu
kebijakan pendidikan nasional Indonesia lebih banyak menekankan pentingnya
pembelajaran saintifik untuk diterapkan pada setiap pembelajaran, termasuk
pembelajaran fisika di SMA dengan tetap berpedoman pada Permendikbud RI
7
8
Nomor 22 tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah,
serta standar pendidikan nasional lainya yang berlaku di Indonesia. Bagaimana
kemampuan berpikir induktif dapat dikembangkan dalam pembelajaran fisika
yang berorientasi pada pembelajaran saintifik?
Pada bagian di atas telah dikemukakan bahwa pembelajaran fisika
hendaknya berorientasi pada pembelajaran saintifik. Menurut Daryanto (2014:59)
Bahwa pembelajaran saintifik terdiri atas 5 (lima) aktifitas belajar yang
diharapkan yaitu: (1) mengamati; (2) menanya; (3) mengumpulkan informasi; (4)
menalar; dan (5)mengkomunikasi. Bagaimana peranan aktifitasbelajar ini dalam
menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan berpikir induktif pada peserta
didik, terutama dalam membangun jenis-jenis pengetahuan digariskanoleh
kurikulum 2013 (pengetahuan konseptual, pengetahuan procedural dan
pengetahuan metakognisi). Kelima aktifitas belajar tersebut diuraikan sebagai
berikut:
a. Mengamati
Kegiatan mengamatidalam pembelajaran sebagaimana telah dikemukakan
dalam Permendikbud Nomor 81a, bahwa hendaknya pendidik membuka secara
luas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan
pengamatan, yaitu:(1) melihat; (2) membaca; dan (3) mendengar. Hal ini dapat
dimaknai bahwa proses pengamatan hendaknya melibatkan seluruh indra untuk
memperoleh suatu maknamengenai apa yang diamati. Sejalan dengan itu,Sani
(2015 :55) menyatakan bahwa pengamatan yang dilakukan tidak terlepas dari
keterampilan-keterampilan lain, seperti melakukan pengolompokan dan
9
perbandingan terhadap fakta-fakta yangakan diamati. Dimana pada proses
mengelompokkan dan membandingkan tidak lain membutuhkan kemampuan
induktif untuk merumuskan keputusan sebagai hasil dari pengamatanyang
bermakna. Contohnya, melakukan pengamatan terhadap sejumlah benda (12 buah
kelereng kecil, 12 buah kelereng besar, 12 buah kayu balok, 12 buah besi, 12 buah
paku, 12 buah karet bang, 12 buah karet nilon, 12 buah uang logam) kemudian
melalui proses pengolompokkan dan perbandingan diperoleh simpulan salah
satunya semua benda dalam kotak adalah benda padat.
b. Menanya
Kegiatan menanya dalam pembelajaran sebagaimana yang tertulis dalam
Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 adalah mengajukan pertanyaan mengenai
informasi yang tidak dipahami tentang apa yang diamati (pertanyaan yang bersifat
fakta-fakta yang ada). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini
adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan
pertanyaan-pertayaanterhadap suatu fakta yang diamati. Dalam hal ini menanya
merupakan kegiatan mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak
dipahami dari apa yang sedang diamati, baik terkait fakta, konsep maupun
prosedural yang terdapat pada objek yang diamati. Setelah melakukan
pengamatanterhadap objekmuncullahpertanyaan-pertanyaan dasar ataupun
pertanyaan lanjut yang memicu proses berpikir induktif peserta didik.
Pertanyaan dasar yang mungkin muncul terkait dengan fakta yang tampak
oleh indra, seperti: (1) Apakah kelereng berbentuk bulat? (2) Apakah kayu
memiliki panjang yang sama? (3) Apakah kelereng tembus cahaya? (4) Apakah
10
besi memiliki panjang yang sama? (5) Apakah kertas berwarna putih? dan (6)
Apakah keret bersifat padat?
Pertanyaan, lanjut yang mungkin muncul terkait dengan konsep yang
tampak oleh indra, seperti: (1) Apakah semua karet memiliki elastisitas yang
sama? (2) Apakah karet setelah digantungi beban memiliki panjang yang sama?
(3) Apakah kertas bisa mengapung didalam air? (4) Apakah kelereng bisa
dipantulkan? (5) Apakah kelereng bisa tembus cahaya? (6) Apakah besi memiliki
massa yang sama (7) Apakah kayu memiliki massa yang sama? (8) Apakah kertas
biasa tembus cahaya? (9) Apakah paku menagalami tekanan? dan (10) Apakah
kertas bersifat plastis?
Kemudian, pertanyaan lanjut yang terkait dengan prosedur yang tampak
pada indra, seperti: (1) Bagaimanakah cara menentukanbesarnya gaya apung
benda? (2) Bagaimanakah cara menentukan beratnya suatu kelereng? (3)
Bagaimana cara menentukan beratnya suatu besi? (4) Bagaimana cara
menentukan besarnya tekanan pada paku? (5) Bagaimana cara menentukan
memontum kelereng sebelum tumbukan dan setelah tumbukan? Dan (6) Bgaiman
cara menentukan tumbukan jenis lenting sebagian dan lenting sempurna pada
kelereng?
11
c. Mengumpulkan Informasi.
Kegiatan mengumpulkan informasi merupakan tindak lanjut dari kegiatan
bertanya, kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi
dari pelbagai sumber melalui berbagai cara. Dalam Permendikbud Nomor 81a
Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen,
membaca sumber lain selain buku teks, untuk mengamati suatu objek
pengamatan.Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap
teliti, jujur, sopan, dan menghargai pendapat orang lain.Menurut Sani (2014: 62)
bahwa mengumpulkan informasi dan mengumpulkan data dapat melalui berbagai
sumber, dimana proses mengumpulkan informasi sangat dibutuhkan dalam
kemampuan berpikir induktif sehingga hasil yang diperoleh menjadi bermakna.
Contohnya setelah proses menanya, dikumpulkan sejumlah informasi dari
berbagai sumber melalui berbagai cara untuk menemukan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan. Dalam proses pengumpulan informasi, dibutuhkan olah
pikir untuk menginduksi informasi tersebut menjadi sebuah jawaban yang
bermakna
d. Mengasosiasikan atau menalar
Kegiatan mengasosiasi atau menalarpembelajaran sebagaimana
disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 adalah proses
informasi yang sudah dikumpulkan dari hasil kegiatan eksperimen maupun hasil
dari kegiatan menagamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolaan
informasi yang dikumpulkan yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman
12
sampai kepada pengolaan informasi yang bersifat mencari solusi dari pelbagai
sumber.
Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi
dengan informasi lainya.Adapun kompotensi yang diharapkan adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan
menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta berpikir deduktif
dalam menarik kesimpulan. Dalam kerangka proses pembelajaran menalar dengan
pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013 untuk menggambarkan
bahwa pendidik dan peserta didik merupakan pelaku aktif yang merujuk pada
teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Menurut teori asosiasi, proses
pembelajaran akan berhasil secara efektif jika terjadi interaksi lansung antara
pendidik dan peserta didik .
Seperti telah dijelaskan bahwa ada 2(dua) carayang gunakan dalam
menalar yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif
merupakan cara menalar dengan menarik kesimpulan dari fenomena-fenomena
yang bersifat umum ke yang khusus. Sedangkan penalaran deduktif merupakan
cara menalar dengan menarik kesimpulan dari yang khusus ke yang umum.
Tanpa mengesampingkan proses berpikir deduktif, dalam pembelajaran ini
lebih berfokus pada berpikir induktif yang ada hubungannya dengan sebab-akibat
diambil dari satu atau beberapa fakta yang lain. Contohnya: pada masalah fisika
dalam kehidupan sehari-hari, pada benda plastik, jika dibakar, botol plastic akan
meleleh, jika dibakar, tas plastik akan meleleh, jika dibakar, cangkir plastik akan
meleleh. Kesimpulan jika dibakar, benda yang terbuat dari plastik akan meleleh.
13
Dari contoh diatas seseorang mampu menarik kesimpulan tentang kemampuan
peserta didik dalam berfikir induktif.
d. Mengkomunikasikan.
Kegiatan mengkomunikasikan dalam pembelajaran sebagaimana
disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah
menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara
lisan, tertulis, atau media lainya. Adapun kompotensi yang diharapkan kegaiatan
ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir
sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat, jelas dan mengembangkan
kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
Sehubungan hal tersebut pendekatan saintifik pendidik diharapkan
memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang
telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau
menceritakan apa yang telah ditemukan dalam kegaitan mencari informasi,
mengasosiasikan dan menentukan dalam menginduksikan suatu objek.
2. Berpikir Induktif (generalisasi) dalam fisika dan Pengumpulanya.
Menurut Suryabrata (2013: 54) dinyatakan dari beberapa arti dari berpikir
adalah kelansungan tanggapan-tanggapan dimana subjek yang berpikir pasif. Kata
“berpikir pasif” pada pengertian ini dapat dimaknai sebagai (berpikir kritis, kreatif
dan komprehensif). Dalam konteks pembelajaran termasuk pembelaran
fisika proses berpikir sangat erat kaitanya dengan induktif, dimana
induktif adalah proses penalaran yang berawal dari kasus khusus ke
kesimpulan yang umum, Wisudawati (2015 :140).
14
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Qs Al Baqarah Ayat 44 yang
berbunyi:
Artinya:” Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu
melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab
(Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?”( Qs Al Baqarah Ayat 44)
Kemudian Qs AN NISA:82 yang berbunyi:
Artinya:”Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al
Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang
banyak di dalamnya.”
Kedua ayat tersebut memberi isyarat bahwa kata “berpikir” adalah suatu
kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Walaupun tidak bisa dipisahkan dari
aktivitas kerja otak, pikiran manusia lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang
disebut otak. Kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga
melibatkan perasaan dan kehendak manusia.
a. Generelisasi dalam fisika
Sejak era 1980an, anatomi IPA terdiri atas 4 (empat) yaitu: (1) proses; (2)
produk; (3) sikap; dan (4) teknologi (Cain dan Evans dalam Martawijaya, 2014:
15
42). Berikut ini dapat dikemukakan mengenai pemaknaan anatomi IPA (termasuk
fisika).
Produk IPA terdiri atas fakta, prosedur, dan konsep (prinsip, asas, hukum,
teori). Produk tersebut melahirkan 3 (tiga) jenis pengetahuan dalam IPA, yaitu: (1)
pengetahuan faktual; (2) pengetahuan konseptual; dan (3) pengetahuan prosedural.
Sehubungan dengan itu Anderson (2011: 18) menambahkan satu jenis
pengetahuan, yaitu pengetahuan metakognisi. Dalam Pengetahuan ini sangatlah
dibutuhkan untuk mewujudkan “teknologi” sebagai salah satu anatomi IPA.
Jenis-jenis pengetahuan yang tercakup dalam IPA, khususnya dalam fisika
dibangun kemampuan berpikir induktif (generalisasi).Berkenaan dengan
penelitian ini, berikut dikemukakan mengenai kemampuan berpikir induktif
(generalisasi) yang membangun pengetahuan faktual dalam fisika.
Bertitik tolak dari pengertian fisika yang menyatakan bahwa fisika adalah
sebuah ilmu pengetahuan yang di dalamnya mempelajari tentang fenomena alam
atau gejala alam dan seluruh interaksi yang terjadi di dalamnya. Untuk
mempelajari fenomena alam atau gejala alam tersebut, fisika menggunakan proses
dimulai dari pengamatan, pengukuran, analisis, dan lain sebagainya.
1) Pengetahuan faktual
Menurut Anderson (2011: 67), pengetahuan faktual meliputi elemen-
elemen dasar yang digunakan oleh ilmuwan dalam mengembangkan disiplin ilmu
mereka. Dalam disiplin ilmu fisika, elemen-elemen dasar yang dimaksudkan oleh
Anderson dapat diartikan sebagai fakta-fakta fisika yang terdapat pada suatu
objek.Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi keempat) fakta adalah
16
sesuatu yang benar-benar ada.Berdasarkan pengertian ini, suatu objek dalam fisika
dapat diungkapkan faktanya sesuai dengan besaran-besaran fisika yang
dimilikinya.Dengan demikian, keluasan pengetahuan mengenai fakta pada suatu
objek fisika dapat berbeda oleh sejumlah orang.
Perbedaan keluasan pengetahuan faktual suatu objek fisika yang diperoleh
seseorang ditentukan oleh keingintahuan terhadap kesimpulan-kesimpulan fisika
yang terdapat pada objek tersebut dalam menggunakan alat ukur dan pengamatan.
Ketebalan sebuah kelereng yang diukur oleh seseorang akan di induktifkan
sehingga didapatkan kesimpulan-kesimpulan mengenai fakta tentang tebalnya
kelereng, apabila diukur dengan menggunakan jangka sorong, dan mikrometer
sekrup. Perbedaan juga dapat terjadi pada beberapa orang yang menggunakan alat
ukur yang sama. Terjadinya perbedaan-perbedaan ini dapat dijelaskan sebagai
berikut.
Terjadinya suatu perbedaan penarikan kesimpulan-kesimpulan mengenai
hasil pengukuran jangka sorong, dan mikrometer sekrup disebabkan oleh tingkat
ketelitian berbeda, cara pemahamanya juga berbeda. Dimisalkan hasil kesimpulan
dari kelereng bahwa semua kelereng didalam kotak memiliki massa jenis yang
sama setelah dilakukan pengamatan pertama, jika dilakukan pengamatan kedua
maka hasil yang diperoleh dari kesimpulanya tesebut, bahwa kelereng terbuat dari
kaca/marmer. Dari pengamatan ini Kemungkinan terjadinya perbedaan ini
disebabkan oleh: (1) kurang pemahaman tentang pembelajaran fisika masa lalu (2)
faktor lingkungan yang tidak mendukung; (3) tidak terbiasa dalam mengambil
kesimpulan-kesimpulan; dan (4) tidak mampu berpikir tingkat tinggi.
17
Berkenaan dengan penelitian ini, kemampuan berpikir induktif
(generalisasi) peserta didik diawali dengan pemberian contoh oleh peneliti.
Peneliti memperlihatkan boks yang berisi benda-benda kepada peserta didik
disertai dengan beberapa pernyataan, salah satu di antaranya yaitu: (1) kotak ini
berisi 12 buah kelereng kecil dan besar, sehingga penerikan kesimpulanya bahwa
tidak semua kelereng besar tembus cahaya, akan tetapi semua kelereng kecil
tembus cahaya, semua kelereng kecil memiliki massa jenis yang sama massa; (2)
kotak ini berisi 12 buah karet bang dan karet nilon sehingga penariakan
kesimpulanya bahwa dalam kotak tersebut hanya karet yang bersifat elastis. Selain
itu, juga disampaikan bahwa masih banyak penarikankesimpulan-kesimpulan lain
yang dapat diinformasikan didalam kotak, termasuk kesimpulan tentang berapa
cm kerenggangan keret tersebut.
Selanjutnya, peserta didik diperlihatkan sebuah kotak yang berisi benda-
benda padat. Benda tersebut diaamti, kemudian diminta peserta didik kedepan dua
orang untuk mengumpulkan kesimpulan-kesimpulan khusus sebanyak-banyaknya
dalam waktu 15.Kesimpulan yang diharapkan dari benda ini adalah: (1) semua
benda dalam boks adalah benda padat; (2) dari barbagi benda dalam boks hanya
80 % yang tenggelam didalam air, 20 % mengapung dalam air; (3) tidak semua
kelereng besar tembus cahaya, akan tetapi semua kelereng kecil tembus cahaya;
(4) hanya karet gelang dan keret bang yang bersifat elastis; (5) semua besi yang
dalam boks memiliki panjang sama;(6) semua kayu dalam boks memiliki panjang
yang sama; (7) Semua kelereng besar memiliki massa jenis yang; (8) semua
kelereng kecil memiliki massa jenis yang sama; (9) dari semua benda dalam boks
18
88 % yang bersifat plastis dan 15 % yang bersifat elastis; (10) semua besi dalam
boks memiliki massa jenis yang sama; (11) semua kayu dalam boks memiliki
massa jenis yang sama; (12) semua kertas dalam boks tidak tembus cahaya; (13)
semua kelereng dalam boks setelah dilakukan percobaan, ternyata jumlah
momentum kelereng sebelum tumbukan sama denagn jumlah memuntum kedua
kelereng setelah tumbukan; (14) sebuah benda dalam boks tidak mengalami
tumbukan jenis lenting sebagian; (15) dari berbagai benda didalam boks 90 %
tidak mengalami tekanan dan 10 % yang mengalami tekanan.
Berkenaan dengan tugas yang diberikan, setiap kesimpulan peserta didik
sudah ditentukan oleh peneliti.Dengan demikian, kemampuan peserta didik dalam
berpikir induktif (generalisai) pada benda tersebut dapat diketahui.Dalam fisika
dikenal kemampuan atau daya yang didefinisikan sebagai besarnya usaha yang
dilakukan dalam satuan waktu. Jadi, kemampuan peserta didik dapat dilihat dari
banyaknya kesimpulan khusus yang benar mengenai benda didalam kotak yang
akan diamati.
Dalam hasil tersebut disampaikan untuk meningkatkan kemampuan
berpikir induktif peserta didik sebagai hasil belajar dengan tujuan
mengembangkan kemapuan berpikir secara jujur dan teliti serta dibutuhkan
beberapa perilaku berkarakter sehingga diperoleh kemampun berpikir induktif
yang benar, yaitu berpikir induktif yang sesuai adanya objek tersebut, bukan apa
adanya (Martawijaya, 2014: 112). Hal ini berarti, bahwa berpikir induktif yang
benar manakala sesuai dengan kesimpulan yang sebenarnya (yang sudah
divalidasi).
19
Dalam konteks pendidikan karakter terdiri atas dua jenis yaitu kejujuran
ilmiah dan kejujuran akademik.Kejujuran ilmiah berkenaan dengan kejujuran
dalam menyimpulkan data sedangkan kejujuran akademik berkenaan dengan
plagiat dalam mempublikasikan karya ilmiah (Koellhoffer, 2009: 30).Oleh karena
peserta didik yangberasal dari wilayah Gowa Propensi Sulawesi Selatan pada
wilayah ini terdapat sebuah Sekolah Menegah Atas (SMA), yaitu SMA Aksara
Bajeng. Wilayah ini dihuni oleh etnis dominan Makassar, maka perilaku
berkarakter yang dimaksudkan adalah yang berada pada bingkai Siri’na Pacce.
Berpangkal pada filosofi hidup masyarakat Makassar yang menyatakan
siri’na Pacce yang bermakna “mereka menjunjung tinggi nilai malu (siri’) dan
nilai solidaritas (pacce). Siri’ na pacce berdiri atas empat pilar kehidupan (1)
jujur (lempu’); (2) cerdas (acca); (3) berani (warani); dan (4) Berserah diri pada
Allah SWT (mappesona ri DewataE). Dengan demikian, perilaku berkarakter
peserta didik harus selalu berorientasi kepada keempat pilar siri' na pacce.
Keempat pilar tersebut diatas sangat dibutuhkan dalam proses berpikir
induktif. Kehidupan yang berorientasi pada siri' na paccepeserta didik dalam
perilaku berakrakter pentingnya diciptakan sikap jujur,dalam berinduksi dipelukan
sikap jujur dal mengambil kesimpulan khusus, diaman kejujuran adalah perbuatan
dimana kita menempatkan sesuatu pada tempatnya, artinya mengatakan sesuatu
sesuai adanya, bukan apa adanya objek (Martawijaya, 2014: 112) bukan
menyampaikan atau mengatakan dengan kondisi yang berbeda antara pernyataan
dan kenyataannya. Misalnya ketika kita melakukan pengukuran pada suatu objek
dan melaporkan data yang salah, maka jelaslah bahwa kita telah berbohong atau
20
tidak mengatakan apa yang sesuai dengan kenyataannya. Sehingga dalamberpikir
induktif , peserta didik hendaknya menyimpulkan benda fisika sesuai dengan
adanya objek tersebut, Agar kesimpulan fisika yang terkumpul bernilai baik dan
benar.
Selain itu juga dalam hal kejujujan untuk mengambil sebuah kesimpulan
harus sesuai dengan faktanya, agar hasil yang diperoleh sesuai dengan proses
berpikir induksi yang sebenarnya, adapun dalam mengambil kesimpulan yang
benar harus cedas dalam berilmu, berani dalam menentukan fakta-fakta yang ada
krena kebanyakan dilihat dari realita sekarang kebanyakan di Indonesia yang
salah dalam berinduksi, mereka melihat hanya dari bingkai benda tersebut bukan
dari isi bingkainya, sehingga masih banyak yang perlu dibenahi agar didalaam
kehidupan sehari-hari tidak salah dalam berinduksi “cacat induksi”.
Dari konteks di atas dalam mengambil sebuah keputusan yang ada perlu
dengan pembuktian yang susai dengan fakta-fakta yang erat kaitanya dalam
kehidupan sehari-hari. Berserah diri pada Allah dalam mengambil sebuah
keputusan, yang ada sebagai contoh pembuktian dan dalam menjadikan pedoman
untuk menyadarkan masyarakat sehinggah tidak salah dalam menjastis seseorng
yang sesuai adanya, terkhusus pada peserta didik dalam pembelajran
fisika,Kesemuanya ini adalah berkaitan erat dalam budaya Makassar yaitu siri’ na
pace,
21
B. Kerangka Berpikir
Dalam melaksanakan penelitian inikerangka pikir yang mengarah pada
penelitian ini adalah berikut ini :
Gambar. 2.1 Bagan Kerangka Pikir
Proses
1. Mencermati contoh-contoh kemampuan berpikir induktif yang di
simpulkan oleh peneliti
2. Mengamati benda-benda dalam boks kemudian menyimpulkanya.
3. Menerapkan perilaku berkarakter (teliti, juju, hati-hati,
displin, dan tanggung jawab.
Output
Peserta didik berusaha mengetahui kesimpulan-kesimpulan fiska pada
berbagai jenis benda yang ada dalam boks.
Outcome
Dapat beradaptasi dan berkompetisi pada era 2045
Input
1. Berada pada kelas unggulan
2. Hasil belajar fisika berada pada kategori tinggi
3. Mengenal alat-alat ukur
4. Materi objek fisika sudah dipelajari
5. Berasal dari budaya siri’ na pacce
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yaitu penelitian ex-post facto kerena peniliti tidak
melakukan perlakuan terhadap subjek penelitian tetapi meneliti efek dari suatu
perlakuan yang telah terjadi secara alami (Baharuddin, 1985: 32). Dalam hal ini,
perlakuan yang telah terjadi secara alami adalah pembelajran fisika yang telah
dialami oleh subjek penelitian.
B. Subjek Penelitian
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2016:117) yang dimaksud dengan populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Berdasarkan pengertian ini, populasi penelitian ini adalah
peserta didik kelas X1 SMA Aksara Bajeng yang menyatakan suka mata pelajaran
fisika. Dari 22 peserta didik kelas X1 SMA Aksara Bajeng 21 peserta didik yang
menyatakan suka mata pelajaran fisika. Dengan demikian, subjek populasi
penelitian ini sebanyak 21 orang.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2016:118) yang dimaksud dengan sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk
keperluan penelitian ini, subjek sampel ditentukan dengan menggunakan teknik
22
23
sampel jenuh. Teknik ini dilakukan dengan alasan bahwa ukuran populasi relatif
kecil. Dengan demikian, subjek sampel sebanyak 21 orang.
C. Variabel Penelitian
Variabel yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah “kemampuan
berpikir induktif”. Variabel ini adalah efek dari pembelajaran fisika yang dialami
subjek penelitian sejak mereka pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan
menengah yang didalami selama ini.
D. Definisi Operasional Variabel
Kemampuan berpikir induktif adalah skor yang diperoleh peserta didik
dalam menuliskan kemampuan berpikir induktif terhadap suatu objek fisika yang
telah dikumpulkan selama 10 menit. Indikator kempuan berpikir induktif yang
diharapkan adalah kesimpulan-kesimpulan fisika yang terdapat pada objek fisika
yang menjadi sasaran penelitian.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksakan melalui prosedur berupa tahapan penelitian yakni
sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini peneliti melakukan pemanatapan proposal
berdasarkan saran, arahan, dan petunjuk dari tim pembimbing. Terdapat
beberapa hal yang menjadi inti pada tahap ini, yaitu: (1) mengumpulakan
sumber-sumber (kepustakaan) yang mendukung penelitian seperti jurnal,
buku, artikel dan hasil-hasil penelitian yang relevan. (2) menetapkan objek
fisika yang memuat sejumlah informasi tentang kemapuan berpikir
24
induktif dan layak dikumpulkan oleh peserta didik kelas X1 SMA karena
materinya sudah dipelajari dijenjang pendidikan dasar dan selama mereka
di jenjang pendidikan menengah. (3) Peneliti mengumpulkan objek-objek
dari berbagai benda kemudian menyimpulkanya. (4) memvalidasi
kesimpulan-kesimpulan fisika pada objek fisika yang diperoleh peneliti
kepada dua validator; dan (5) menvalidasi instrument penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini, terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan oleh
peneliti yaitu: (1) membagi peserta serta didik dalam dua kolompok yang
yang setiap kelompok terdiri atas 10 orang. (2) memanggil peserta didik satu
persatu untuk mengamati boks yang disediakan benda-benda kemudian
menarik kesimpulan dari benda-benda yang sesuai adanya.(3) menugaskan
kepada setiap peserta didik untuk mengumpulkan ksimpulan-kesimpulan
fisika yang ada dalam boks (setiap benda dalam boks dapat disimpulkan dari
berbagai-berbagai benda); (4) mengumpulkan kesimpulkan-kesimpulan
terhadap objek fisika yang telah diamati oleh peserta didik; (5) menganalisis
data yang terkumpul pada penelitian ini terhadap objek fisika yang telah
ditugaskan kepada subjek peneliti.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman pengskorang
kemampuan berpikir induktif yang dikumpulkan oleh subjek penelitian
berdasarkan objek fisika yang ditugaskan kepadanya. Adapun kriteria pengskoran
pada pedoman ini yaitu: (1) Pedoman ini memuat skor tertinggi 15; (2) setiap
25
kesimpulan yang benar diberi skor 1; (3) skor terendah yang mungkin dicapai oleh
subjek penelitian adalah 0 (jika tidak sesuai dengan kesimpulan-kesimpulan yang
disediakan oleh peneliti)
G. Tehnik Analisis Data
Pada bagian sebelumnya dikemukakan bahwa subjek sampel penelitian ini
adalah seluruh subjek populasi sehingga data yang terkumpul dalam penelitian ini
dianalisis secara deskriptif. Adapun tehnik yang digunakan mengikuti prosedur
yaitu: (1) melakukan pengskoran terhadap hasil kerja subjek penelitian. Pada
prosedur ini diperoleh skor terendah sampai skor tertinggi yang dicapai oleh
subjek penelitian; (2) melakukan tabulasi skor yang diperoleh subjek penelitian,
pada prosedur ini disajikan frekuensi skor yang dicapai oleh subjek penelitian; dan
(3) melakukan penyajian data subjek penelitian. Pada prosedur ini data hasil
tabulasi disajikan dalam bentuk diagram lingkarang.
26
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Skoring dan tabulasi kemampuan berpikir induktif dalam menyelesaikan
masalah sehari-hari yang terkait dengan fisika pada peserta didik kelas XI SMA
Aksara Bajeng tahun ajaran 2017/2018 dapat dilihat bagian lampiran Selanjutnya,
hasil penelitian ini disajikan melalui diagram lingkarang dibawah ini.
Gambar 4.1.Skor dan Frekuensi Kemampuan Berpikir Induktif Peserta
Didik
B. Pembahasan
Melalui penelitian ini, telah diperoleh deskripsi yang menggambarkan
kemampuan berpikir induktif peserta didik kelas X1 SMA Aksara Bajeng pada
tahun ajaran 2017/2018 dimana kelas X1 tersebut adalah kelas yang boleh
dikatakan kelas yang termasuk kategori sedang. Bagi penulis, hasil penelitian ini
26
27
sangat rendah. Alasan yang pertama adalah tidak ada peserta didik yang
menyimpulkan suatu benda yang sesuai kedua adalah kebanyakan kesimpulan
yang diperoleh hanya terarah pada sifat-sifat fisikanya.. Alasan ketiga adalah
kemampuan yang diharapkan hanya berorientasi pada pengetahuan faktual
(kesimpulan-kesimpulan yang terdapat pada benda-benda fisika).
Subjek penelitian diharapkan dapat mengungkapkan 15 Kesimpulan-
kesimpulan mengenai objek fisika yang ditugaskan kepadanya. Kesimpulan-
kesimpulan tersebut sangat beralasan untuk diungkapkan karena sudah dipelajari
sejak mereka di pendidikan dasar sampai kepada pendidikan menengah yang
dijalani hingga saat ini.
Pertama peneliti mentargetkan subjek mampu menarik kesimpulan benda-
benda tersebut.Semua benda dalam kotak adalah benda padat, kesimpulan seperti
ini yang peniliti gunakan untuk menyimpulkan sebelum di validasi. Fakta
penelitian ini mengindikasikan bahwa: (1) Peserta didik dalam mengamati benda
tersebut tidak dilihat dari penarikan kesimpulanya tetapi dia hanya berdasar pada
sifat benda tersebut; (2) Peserta didik dalam mengamati dia tidak menyimpulkan
keseluruhan benda tetapi menyimpulkan satu persatu dari benda didalam; (3)
materi pembelajaran fisika selama ini tidak bermakna, khususnya dalam
menentukkan sifat-sifat benda yaitu padat cair dan gas; (4) Peserta didik tidak bisa
membedakan benda yang bersifat padat dan cair; dan (5) peserta didik tidak
memperhatikan pada saat pendidik mengajar.
Kedua, peneliti mentargetkan subjek mampu menarik kesimpulan benda-
benda tersebut. Dari berbagai benda didalam kotak hanya 80 % yang tenggelam
28
dalam air, 20 % mengapung dalam air, kesimpulan seperti ini yang peniliti
gunakan untuk menyimpulkan sebelum di validasi. Fakta penelitian ini
mengindikasikan bahwa: (1) Peserta didik melihat satu persatu benda tersebut; (2)
Pesarta didik tidak mendalami pelajar tentang tekanan (3) peserta didik tidak
terampil dalam praktikum (3) materi pembelajaran fisika selama ini tidak
bermakna; dan (5) peserta didik tidak memperhatikan pada saat pendidik
mengajar.
Ketiga, peneliti mentargetkan subjek mampu menarik kesimpulan benda-
benda tersebut. Tidak semua kelereng besar tembus cahaya, akan tetapi semua
kelereng kecil tembus cahaya, semua kelereng memiliki massa jenis yang sama
dan semua kelereng dalam kotak setelah dilakukan percobaan ternyata jumlah
momentum kelereng sebelum tumbukan sama dengan jumlah momentum kedua
kelereng setelah tumbukan. kesimpulan seperti ini yang peniliti gunakan untuk
menyimpulkan sebelum di validasi. Fakta penelitian ini mengindikasikan bahwa:
(1) Peserta didik melihat satu persatu benda tersebut; (2) Pesarta didik tidak
mengamati bentuk kelereng tersebut (3) peserta didik setelah diperlihatkan objek,
hanya digunakan untuk bermain (4) materi pembelajaran fisika selama ini tidak
bermakna; dan karena peserta didik tidak meminta alat untuk mengukur massanya
(5) peserta didik tidak terampil dalam menggunakan alat; dan (6) memperhatikan
pada saat pendidik mengajar.
Keempat, Peneliti mengtargetkan subjek mampu menarik kesimpulan
benda-benda tersebut. Hanya karet gelang dan karet bang yang bersifat elastis,
kesimpulan seperti ini yang peniliti gunakan untuk menyimpulkan sebelum di
29
validasi. Fakta penelitian ini mengindikasikan bahwa: (1) Dalam mengamati
elastisitas, tidak ada yang benar peserta didik induksi pada karet dengan melihat
pertambahan beban: (2) tidak melakukan pengukuran massa dengan neraca ohauss
di laboratorium; (3) peserta didik tidak pernah menggunakan neraca ohauss; (3)
materi pembelajaran fisika selama ini tidak bermakna, khususnya pada
pengukuran massa; (4) selama pengamatan kelereng pada peserta didik tidak ada
satupun yang meminta alat untuk mengukur ketelebalannya; dan (5) peserta didik
tidak memperhatikan pada saat pendidik mengajar.
Kelima, Peneliti mengtargetkan subjek mampu menarik kesimpulan
benda-benda tersebut. Semua besi yang dalam kotak memiliki panjang sama,dan
semua besi dalam kotak memiliki massa jenis yang sama. kesimpulan seperti ini
yang peniliti gunakan untuk menyimpulkan sebelum di validasi. Fakta penelitian
ini mengindikasikan bahwa: (1) Peserta didik tidak mengamati besi tersebut; (2)
Peserta didik tidak melakukan pengukuran massa dengan neraca ohauss di
laboratorium; (3) peserta didik tidak pernah menggunakan neraca ohauss; (3)
materi pembelajaran fisika selama ini tidak bermakna, khususnya pada
pengukuran massa; (4) selama pengamatan besi peserta didik tidak meminta alat
untuk mengukur ketelebalannya; dan (5) peserta didik tidak memperhatikan pada
saat pendidik mengajar.
Keenam, Peneliti mengtargetkan subjek mampu menarik kesimpulan
benda-benda tersebut. Semua kayu dalam kotak memiliki panjang sama,dan
semua kayu dalam kotak memiliki massa jenis yang sama. kesimpulan seperti ini
yang peniliti gunakan untuk menyimpulkan sebelum di validasi. Fakta penelitian
30
ini mengindikasikan bahwa: (1) Peserta didik tidak mengamati kayu tersebut; (2)
Peserta didik tidak melakukan pengukuran massa dengan neraca ohauss di
laboratorium; (3) peserta didik tidak pernah menggunakan neraca ohauss; (3)
materi pembelajaran fisika selama ini tidak bermakna, khususnya pada
pengukuran massa; (4) selama pengamatan kayu peserta didik tidak meminta alat
untuk mengukur ketelebalannya; dan (5) peserta didik tidak memperhatikan pada
saat pendidik mengajar.
Dari skor dan frekuensi hasil penelitian ini sangat memprihatinkan, karena
Alasan pertama tidak ada peserta didik yang mencapai hasil skor 15. Alasan kedua
adalah ada 7 orang peserta didik yang memperoleh skor nol (semua kesimpulna-
kesimpulan tidak sesui yang diharapkan). Alasan ketiga adalah ada 13 peserta
didik yang memperoleh skor 1 karena, peserta didik hanya menulis sifat-sifat
fisikanya bukan kesimpulan-kesimpulan bendanya. Alasan keempat adalah hanya
1 orang yang memperoleh skor 2 karena, peserta didik menuliskan kesimpulan
benda sesui yang diharapkan.
Berkenaan dengan hasil penelitian ini, peneliti melakukan beberapa
penelusuran lanjutan kepada peserta didik dengan jalan meminta peserta didik
berpikir induktif apa saja yang yang dapat disimpulkan dalam kotak, tersebut.
Berdasarkan hasil penelusuran lanjutan yang dilakukan oleh peneliti, bahwa
peserta didik mengetahui alat ukur yang digunakan. Beberapa peserta didik
mengetahui kesimpulan yang ada, akan tetapi peserta didik kurang menyimak dan
mengamati tentang kesimpulan;kesimpulan suatu benda didalam kotak. Selain itu,
peserta didik tidak diberi kebebasan untuk meminjam alat ukur di sekolah untuk
31
diguanakan dalam mengukur benda-benda yang akan diukur. Misalnya akan
dilakukan pengukuran massa suatu benda didalam kotak seperti, kelereng, kayu,
besi, paku, uang logam
32
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa kemampuan berpikir induktif dalam menyelesaikan masalah sehari-hari
yang terkait dengan fisika peserta didik kelas XI SMA Aksara Bajeng sangat
rendah. Hal ini disebabkan jawaban dari masalah yang diberikan oleh peserta
didik tidak memenuhi kriteria yang diharapkan.
A. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dikemukakan saran:
1. Kepada pendidik fisika SMA karena kemampuan berpikir induktif fisika
peserta didik sangat rendah, dalam penyajian pembelajaran dibarengi dengan
pemberian materi dan pelaksanaan praktikum yang berkaitan dengan
fenomena-fenomena fisika di daerah sekitar peserta didik.
2. Kepada sekolah hendaknya melengkapi alat-alat laboraturium di sekolah.
3. Kepada peneliti yang lain untuk melajutkan dan mengembangkan penelitian ini
harus dengan variabel yang lebih banyak dan populasi yang banyak pula
sehingga hasil yang diperoleh lebih kepada peningkatan kemampuan berpikir
induktif peserta didik dalam menyelesaikan masalah fisika yang terkait dengan
kehidupan sehari-hari.
32
33
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Lorin W. 2010. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran,
dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Daryanto, 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Gava Media
Kafie Jamaluddin. 1989. Berpikir Apa dan Bagaimana. Jakarta: Indah.
Mannahao, Mustari Idris. 2010. The Secret of Siri’na Pesse’. Makassar: Anggota
IKAPI (Ikatan Penerbit Indonseia)
Martawijaya, M. Agus. 2014. Disertasi Model Pembelajaran Fisika Kearifan
Lokal Untuk Meningkatkan Karakter dan Ketuntasan Belajar Peserta
Didik SMP Di Pulau Barrang Lompo. Universitas Negeri Makassar.
Martawijaya, M. Agus. 2016. Permendikbud Tahun 2016. Universitas Negeri
Makassar
Ridwan A, Sani. 2015. Pembelajaran saintifik untuk implementasi kurikulum
2013. Jakarta: Bumi Aksara
Scott, George M. 2004. Prinsi-Prinsip Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Suryabrata, Sumadi. 2013. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Syamsuri Sukri dkk . 2014. Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar. Unismuh
Makassar.
Wisudawati, Widi, Astuti dan Sulistyowati Eka. 2015. Metodologi Pembelajran
IPA. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
34
LAMPIRAN A
Nama-Nama Siswa Kelas X1 SMA Aksara
Bajeng
Instrumen Penelitian
Skor Hasil Kemampuan Berpikir Induktif
Peserta Didik Kelas X1 SMA Aksara Bajeng
Skor Dan Frekuensi Hasil Kemampuan
Berpikir Induktif Peserta Didik Kelas X1 SMA
Aksara Bajeng
Dokementasi Kegiatan SMA Aksara Bajeng
35
LAMPIRAN 1
NAMA-NAMA SISWA KELAS XI SMA AKSARA BAJENG YANG
MENJADI SUBJEK PENELITIAN
NO NAMA
1 Abd.Rasmad
2 Erina Ermawati
3 Jumira
4 Krisnanto Edi P
5 Muh.Fadly
6 Muh.Rias
7 Muh.Fahri
8 Muh Takbir
9 Nur Andira
10 Nurul Fatimah
11 Nur Fadilah
12 Nur Afni
13 Nur Akiki Aulia P
14 Putri Natasya
15 Muh Yusril
16 Rahmawati
17 Rifatul Mahmuda
18 Rina Islamiah
19 Ronni Alamsyah
20 Rahmi
21 Muh.Ridwan Alif
36
LAMPIRAN 2
Tabel Penelitian
Kumpulan Benda
No.
Simpulan oleh Peneliti
Penilaian Validator Saran dan
Komentar
4 3 2 1
Keterangan :
Kelereng kecil
Kelereng Besar
Kayu
1. Semua benda dalam boks adalah
benda padat.
2. Dari berbagai benda di dalam boks
hanya 80 % yang tenggelam di dalam
air, 20% mengapung dalam air.
3. Tidak semua kelereng besar tembus
cahaya,akan tetapi semua kelereng
kecil tembus cahaya.
4. Hanya karet gelang dan karet bang
yang bersifat elastis.
5. Semua besi yang dalam boks
memiliki panjang sama.
6. Semua kayu dalam boks memiliki
panjang yang sama
7. Semua kelereng besar memiliki
massa jenis yang sama
8. Semua kelereng kecil memiliki
massa jenis yang sama
9. Dari semua benda dalam boks 88%
yang bersifat plastis dan 15% bersifat
elastis.
10. Semua besi dalam boks memiliki
massa jenis yang sama.
11. Semua kayu dalam boks memiliki
massa jenis yang sama
37
Besi
Paku
Karet Bang
Karet Nilon
Uang logam
12. Semua kertas dalam boks tidak tembus cahaya.
13. Semua kelereng dalam boks setelah
di lakukan percobaan,ternyata jumlah
momentum kelereng sebelum
tumbukan sama dengan jumlah
momentum kedua kelereng setelah
tumbukan.
14. Semua benda dalam boks tidak
mengalami tumbukan jenis lenting
sebagian
15. Dari berbagai benda di dalam boks
90% tidak mengalami tekanan dan
10% yang mengalami tekanan
38
LAMPIRAN 3
SKOR HASIL KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF PESERTA DIDIK
KELAS X1 SMA AKSARA BAJENG
NO NAMA SKOR
1 Abd.Rasmad
2 Erina Ermawati 0
3 Jumira 1
4 Krisnanto Edi P 2
5 Muh.Fadly 1
6 Muh.Rias 0
7 Muh.Fahri 1
8 Muh Takbir 0
9 Nur Andira 1
10 Nurul Fatimah 1
11 Nur Fadilah 1
12 Nur Afni 0
13 Nur Akiki Aulia P 1
14 Putri Natasya 0
15 Muh Yusril 1
16 Rahmawati 1
17 Rifatul Mahmuda 1
18 Rina Islamiah 1
19 Ronni Alamsyah 1
20 Rahmi 0
21 Muh.Ridwan Alif 1
39
LAMPIRAN 4
SKOR DAN FREKUESI HASIL KEMAMPUAN BERPIKIR INDUKTIF
PESERTA DIDIK KELAS X1 SMA AKSARA BAJENG
No Skor Frekuensi
1 0 7
2 1 13
3 2 1
Jumlah 21
40
LAMPIRAN 5
DOKUMENTASI KEGIATAN
SMA AKSARA BAJENG
A. KEGIATAN TES KEMAMPUAN
B. KEGIATAN TES KEMAMPUAN
41
C. KEGIATAN TES KEMAMPUAN
D. KEGIATAN TES KEMAMPUAN
42
LAMPIRAN B
Permohonan Judul Skripsi
Persetujuan Judul
Berita Acara Ujian Proposal
Surat Keterangan Perbaikan Ujian
Proposal
Surat Keterangan Validitas
Surat Permohonan Izin Penelitian
Surat Keterangan Penelitian Di Sekolah
Kartu Control Penelitian
Kartu Control Skripsi
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
BIODATA
Andi Darna Rahayu, Lahir di Salu-Salu, pada
tanggal 30 Juni 1995. Anak kedua dari dua bersaudara
pasangan Andi Lala dan Nuraeni. Memulai jenjang
pendidikan pada tahun 2002 di SD Negeri 141 Salu-Salu dan
tamat tahun 2007. Lalu melanjutkan pendidikan ke tingkat
SMP Negeri 1 Bontotiro dan tamat pada tahun 2010. Penulis tercatat sebagai
siswa SMA Negeri 1 Bontolempangan pada tahun 2010 dan tamat pada tahun
2013. Selanjutnya, penulis memilih program studi pendidikan Fisika bukan
sekedar karena ketertarikan semata, namun lebih dari itu penulis berharap dengan
menjadi tenaga pendidik, penulis dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan
pendidikan di Indonesia serta ilmu yang disampaikan dapat memberikan manfaat
bagi generasi-generasi penerus bangsa.