Post on 25-Oct-2015
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan
adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita
menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian wanita
mengganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya.
Perubahan fisik dan emisional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola
hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan
yang ditumbuhkan dari norma-norma sosial cultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri
dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga
ke tingkat gangguan jiwa yang berat.
Masa nifas adalah suatu masa dimana tubuh menyesuaikan baik fisik maupun psikologis
terhadap proses melahirkan yang lamanya kurang lebih 6 minggu. Selain itu pengertian masa
nifas adalah masa mulainya persalinan sampai pulihnya alat-alat dan anggota badan yang
berhubungan dengan kehamilan/persalinan (Ahmad Ramli. 1989). Dari dua pengertian di atas
kelompok meyimpulkan bahwa masa nifas adalah masa sejak selesainya persalinan hingga
pulihnya alat-alat kandungan dan anggota badan serta psikososial yang berhubungan dengan
kehamilan/persalinan selama 6 minggu. Dalam proses adaptasi pada masa postpartum terdapat
tiga metode yang meliputi ”immediate puerperineum” yaitu 24 jam pertama setelah melahirkan,
”early puerperineum” yaitu setelah 24 jam hingga 1 minggu, dan ”late puerperineum” yaitu
setelah satu minggu sampai 6 minggu postpartum.
Perubahan psikologi pascapartum pada seorang ibu yang baru melahirkan terbagi dalam tiga
fase:
1. Taking in dimana pada fase ini ibu ingin merawat dirinya sendiri, banyak bertanya dan
bercerita tentang pengalamannya selama persalinan yang berlangsung 1 sampai 2 hari.
2. Taking hold dimana pada fase ini ibu mulai fokus dengan bayinya yang berlangsung 4
sampai 5 minggu.
1
3. Letting-go dimana ibu mempunyai persepsi bahwa bayinya adalah perluasan dari dirinya,
mulai fokus kembali pada pasangannya dan kembali bekerja mengurus hal-hal lain.
Perubahan tersebut merupakan perubahan psikologi yang normal terjadi pada seorang ibu
yang baru melahirkan. Namun, kadang-kadang terjadi perubahan psikologi yang abnormal.
Gangguan psikologi pascapartum dibagi menjadi tiga kategori yaitu postpartum blues atau
kesedihan pascapartum, depresi pascapartum nonpsikosis, dan psikosis pascapartum. Pada
makalah ini kami akan membahas secara khusus mengenai post partum blues. Beberapa
penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu
pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun
segi psikologis. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya
tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai
gejala atau sindroma yang oleh para peneliti dan klinisi disebut post-partum blues.
Dalam dekade terakhir ini, banyak peneliti dan klinisi yang memberi perhatian khusus pada
gejala psikologis yang menyertai seorang wanita pasca salin, dan telah melaporkan beberapa
angka kejadian dan berbagai faktor yang diduga mempunyai kaitan dengan gejala-gejala
tersebut. Berbagai studi mengenai post-partum blues di luar negeri melaporkan angka kejadian
yang cukup tinggi dan sangat bervariasi antara 26-85%, yang kemungkinan disebabkan karena
adanya perbedaan populasi dan kriteria diagnosis yang digunakan.
I. 2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari demam postpartum blues
2. Apa saja penyebab dari postpartum blues
3. Apa tanda dan gejala dari postpartum blues
4. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan postpartum blues
I. 3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari postpartum blues
2. Untuk mengetahui apa saja penyebab dari postpartum blues
3. Untuk mengetahui apa tanda dan gejala dari postpartum blues
4. Untuk mengetahui Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan
2
I.4 MANFAAT
1. Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat
meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai masalah postpartum blues
2. Bagi Pembaca
Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang postpartum blues lebih
dalam, terutama bagi para ibu, sehingga dapat mencegah serta mengantisipasi diri
dari masalah tersebut.
3. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam penanganan pada ibu
dengan postpartum blues sehingga dapat meningkatkan pelayanan keperawatan
yang baik.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah informasi tentang masalah postpartum blues pada ibu.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
II.1 PENGERTIAN
Post-partum blues sendiri sudah dikenal sejak lama. Savage pada tahun 1875 telah menulis
referensi di literature kedokteran mengenai suatu keadaan disforia ringan pasca-salin yang
disebut sebagai ‘milk fever ‘ karena gejala disforia tersebut muncul bersamaan dengan laktasi.
Dewasa ini, post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau baby blues
dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu
pertama setelah persalinan atau pada saat fase taking in, cenderung akan memburuk pada hari
ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca
persalinan.
Post-partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan oleh
sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditatalaksanai
sebagaimana seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak
menyenangkan dan dapat membuat perasaan-perasaan tidak nyaman bagi wanita yang
mengalaminya, dan bahkan kadang-kadang gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan
yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis pasca-salin, yang mempunyai dampak lebih buruk,
terutama dalam masalah hubungan perkawinan dengan suami dan perkembangan anak, karena
stres dan sikap ibu yang tidak tulus terus-menerus bisa membuat bayi tumbuh menjadi anak yang
mudah menangis, cenderung rewel, pencemas, pemurung dan mudah sakit. Keadaan ini sering
disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan.
Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman
(kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan, yang berkaitan dengan
hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada
saat persalinan, terjadi perubahan hormon yang melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen
dalam tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.
Individu yang Berisiko
4
Secara global diperkirakan terdapat 20% wanita melahirkan menderita post partum blues, di
Belanda diperkirakan sekitar 2-10% ibu melahirkan mengidap gangguan ini. Beberapa kondisi
yang dapat memunculkan depresi post partum blues;
1. Ibu yang pernah mengalami gangguan kecemasaan termasuk depresi sebelum hamil
2. Kejadian-kejadian sebagai stressor yang terjadi pada ibu hamil, seperti kehilangan
suaminya.
3. Kondisi bayi yang cacat, atau memerlukan perawatan khusus pasca melahirkan yang
tidak pernah dibayangkan oleh sang ibu sebelumnya.
4. Melahirkan di bawah usia 20 tahun.
5. Tidak adanya perencanaan kehamilan atau kehamilan yang tidak diharapkan
6. Ketergantungan pada alkohol atau narkoba
7. Kurangnya dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga, suami, dan teman
8. Kurangnya komunikasi, perhatian, dan kasih sayang dari suami, atau pacar, atau
orang yang bersangkutan dengan sang ibu.
9. Mempunyai permasalahan keuangan menyangkut biaya, dan perawatan bayi.
10. Kurangnya kasih sayang dimasa kanak-kanak
11. Adanya keinginan untuk bunuh diri pada masa sebelum kehamilan.
II.2 Etiologi
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum diketahui.
Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues, antara lain:
1. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron,
prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh
pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas
enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi
noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.
2. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan
4. Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan
yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta
keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman). Apakah
5
suami menginginkan juga kehamilan ini, apakah suami, keluarga, dan teman memberi
dukungan moril (misalnya dengan membantu pekerjaan rumah tangga, atau berperan
sebagai tempat ibu mengadu/berkeluh-kesah) selama ibu menjalani masa kehamilannya
atau timbul permasalahan, misalnya suami yang tidak membantu, tidak mau mengerti
perasaan istri maupun persoalan lainnya dengan suami, problem dengan orang tua dan
mertua, problem dengan si sulung.
5. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.
6. Namun ada beberapa pendapat yang menyebutkan bahwa Post partum blues tidak
berhubungan dengan perubahan hormonal, biokimia atau kekurangan gizi. Antara 8%
sampai 12% wanita tidak dapat menyesuaikan peran sebagai orang tua dan menjadi
sangat tertekan sehingga mencari bantuan dokter. Dengan kata lain para wanita lebih
mungkin mengembangkan depresi post partum jika mereka terisolasi secara sosial dan
emosional serta baru saja mengalami peristiwa kehidupan yang menakan.
7. Ada juga yang berpendapat bahwa kemunculan dari postpartum blues ini disebabkan oleh
beberapa factor dari dalam dan luar individu. Penelitian dari Dirksen dan De Jonge
Andriaansen (1985) menunjukkan bahwa depresi tersebut membawa kondisi yang
berbahaya bagi perkembangan anak di kemudian hari. De Jonge Andriaansen juga
meneliti beberapa teknologi medis (penggunaan alat-alat obstetrical) dalam pertolongan
melahirkan dapat memicu depresi postpartum blues ini. Misalnya saja pada pembedahan
caesar, penggunaan tang, tusuk punggung, episiotomi dan sebagainya. Perubahan hormon
dan perubahan hidup ibu pasca melahirkan juga dapat dianggap pemicu.
II.3 Manifestasi Klinis
Gejala-gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap seorang ibu. Gejala
tersebut biasanya muncul pada hari ke-3 atau ke-6 hari setelah melahirkan. Beberapa perubahan
sikap tersebut diantaranya Ibu sering tiba-tiba menangis karena merasa tidak bahagia, penakut,
tidak mau makan, tidak mau bicara, sakit kepala sering berganti mood, mudah tersinggung
(iritabilitas), merasa terlalu sensitif dan cemas berlebihan, tidak bergairah, khususnya terhadap
hal yang semula sangat diminati, tidak mampu berkonsentrasi dan sangat sulit membuat
keputusan, merasa tidak mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang baru saja di lahirkan ,
insomnia yang berlebihan. Gejala-gejala itu mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya
6
akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun jika masih
berlangsung beberapa minggu atau beberapa bulan itu dapat disebut postpartum depression.
II.4 Patofisiologi
Sejarah kehamilan adalah factor utama yang bisa menimbulkan terjadinya baby blues ini atau
biasa dikenal dengan post partum blues. Riwayat seperti kehamilan yang tidak di inginkan,
adanya problem dengan orang tua atau mertua, kurangnya biaya untuk persalinan, kurangnya
perhatin yang diberikan pada si ibu dan factor ari etiologi serta factor psikolog lainnya
merupakan penyebab utama. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh
pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim
monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi nonadrenalin dan
serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi. Karena proses ini pula
seorang ibu setelah melahirkan mengalami perubahan pada tingkat emosional. Biasanya ibu akan
mengalami kenaikan dalam resons psikologisnya, sensitive dan lebih membutuhkan perhatian,
kasih sayang dari orang di sekitarnya yang di anggap penting baginya. Keabnormalitasan pada
post partum blues ini mengakibatkan rasa tidak nyaman, kecemasan yang mendalam pada diri
ibu, tek jarang terkadang seorang ibu menangis tanpa sebab yang pasti. Khawatir pada bayinya
dengan kekhawatiran yang berlebihan
II.5 Pemeriksaan Penunjang
Sampai saat ini belum ada alat test khusus yang dapat mendiagnosa secara langsung post
partum blues. Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa simtom yang tampak dapat
disimpulkan sebagai gangguan depresi post partum blues bila memenuhi kriteria gejala yang ada.
Kekurangan hormon tyroid yang ditemukan pada individu yang mengalami kelelahan luar biasa
(fatigue) ditemukan juga pada ibu yang mengalami post partum blues mempunyai jumlah kadar
tyroid yang sangat rendah.
Skrining untuk mendeteksi gangguan mood/depresi sudah merupakan acuan pelayanan pasca
salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat dipergunakan beberapa kuesioner dengan
sebagai alat bantu. Endinburgh Posnatal Depression Scale (EPDS) merupakan kuesioner dengan
validitas yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan perasaan depresi selama 7 hari
pasca salin. Pertanyaan-pertanyaannya berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan,
7
perasaan bersalah serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada post-partum blues . Kuesioner
ini terdiri dari 10 (sepuluh) pertanyaan, di mana setiap pertanyaan memiliki 4 (empat) pilihan
jawaban yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai dengan gradasi perasaan yang
dirasakan ibu pasca salin saat itu. Pertanyaan harus dijawab sendiri oleh ibu dan rata-rata dapat
diselesaikan dalam waktu 5 menit. Cox et. Al., mendapati bahwa nilai skoring lebih besar dari 12
(dua belas) memiliki sensitifitas 86% dan nilai prediksi positif 73% untuk mendiagnosis kejadian
post-partum blues . EPDS juga telah teruji validitasnya di beberapa negara seperti Belanda,
Swedia, Australia, Italia, dan Indonesia. EPDS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca
salin dan bila hasilnya meragukan dapat diulangi pengisiannya 2 (dua) minggu kemudian.
II.6 Penatalaksanaan
Post-partum blues atau gangguan mental pasca-salin seringkali terabaikan dan tidak ditangani
dengan baik. Banyak ibu yang ‘berjuang’ sendiri dalam beberapa saat setelah melahirkan.
Mereka merasakan ada suatu hal yang salah namun mereka sendiri tidak benar-benar mengetahui
apa yang sedang terjadi. Apabila mereka pergi mengunjungi dokter atau sumber-sumber lainnya
Untuk minta pertolongan, seringkali hanya mendapatkan saran untuk beristirahat atau tidur lebih
banyak, tidak gelisah, minum obat atau berhenti mengasihani diri sendiri dan mulai merasa
gembira menyambut kedatangan bayi yang mereka cintai.
Penanganan gangguan mental pasca-salin pada prinsipnya tidak berbeda dengan penanganan
gangguan mental pada momen-momen lainya. Para ibu yang mengalami post-partum blues
membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan
pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga
kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk
mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga
mereka membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan seringkali akan merasa gembira
mendapat pertolongan yang praktis. Dengan bantuan dari teman dan keluarga, mereka mungkin
perlu untuk mengatur atau menata kembali kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin
menghilangkan beberapa kegiatan, disesuaikan dengan konsep mereka tentang keibuan dan
perawatan bayi. Bila memang diperlukan, dapat diberikan pertolongan dari para ahli, misalnya
dari seorang psikolog atau konselor yang berpengalaman dalam bidang tersebut.
8
Para ahli obstetri memegang peranan penting untuk mempersiapkan para wanita untuk
kemungkinan terjadinya gangguan mental pasca-salin dan segera memberikan penanganan yang
tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk para ahli psikologi/konseling bila memang
diperlukan. Dukungan yang memadai dari para petugas obstetri, yaitu: dokter dan bidan/perawat
sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang memadai/adekuat tentang
proses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang mungkin timbul dalam masa-
masa tersebut serta penanganannya.
Post-partum blues juga dapat dikurangi dengan cara belajar tenang dengan menarik nafas
panjang dan meditasi, tidur ketika bayi tidur, berolahraga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran
baru sebagai ibu, tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi, membicarakan rasa cemas dan
mengkomunikasikannya, bersikap fleksibel, bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru. Dalam
penanganan para ibu yang mengalami post-partum blues dibutuhkan pendekatan
menyeluruh/holistik. Pengobatan medis, konseling emosional, bantuan-bantuan praktis dan
pemahaman secara intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin pada
saat-saat tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat
perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama, dengan melibatkan
lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.
9
BAB III
LANDASAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
“POSTPARTUM BLUES”
III.1 PENGKAJIAN
Pengenalan gejala mood merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh perawat perinatal.
Rencana keperawatan harus merefleksikan respons perilaku yang diharapkan dari gangguan
tertentu. Rencan individu didasarkan pada karakteristik wanita dan keadaannya yang spesifik.
Suami atau pasangan wanita tersebut juga dapat mengalami gangguan emosional akibat perilaku
wanita tersebut.
Pengkajian pada pasien post partum blues menurut Bobak ( 2004 ) dapat dilakukan pada
pasien dalam beradaptasi menjadi orang tua baru. Pengkajiannya meliputi ;
a. Identitas klien.
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record
dan lain-lain
b. Keluhan Utama
Mudah marah, cemas, melukai diri
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada Ibu dengan depresi postpartum biasanya terjadi kurang nafsu makan, sedih –
murung, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan
perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Berhubungan dengan kejadian pada persalinan masa lalu serta kesehatan pasien
3. Riwayat kesehatan keluarga
Berhubungan dengan dukungan keluarga terhadap keadaan pasien
d. Riwayat Persalinan
Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses kelahiran itu
sendiri dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam upaya retrospeksi diri
(Konrad, 1987). Selama hamil, ibu dan pasangannya mungkin telah membuat suatu
rencana tertentu tentang kelahiran anak mereka, hal-hal yang mencakup kelahiran
10
pervagina dan beberapa intervensi medis. Apabila pengalaman mereka dalam
persalinan sangat berbeda dari yang diharapkan (misalnya ; induksi, anestesi epidural,
kelahiran sesar), orang tua bisa merasa kecewa karena tidak bisa mencapai yang telah
direncanakan sebelumnya.
Apa yang dirasakan orang tua tentang pengalaman melahirkan sudah pasti akan
mempengaruhi adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.
e. Dampak pengalaman melahirkan
Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses kelahiran itu
sendiri dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam upaya retrospeksi diri
(Konrad, 1987). Selama hamil, ibu dan pasangannya mungkin telah membuat suatu
rencana tertentu tentang kelahiran anak mereka, hal-hal yang mencakup kelahiran
pervagina dan beberapa intervensi medis. Apabila pengalaman mereka dalam
persalinan sangat berbeda dari yang diharapkan (misalnya ; induksi, anestesi epidural,
kelahiran sesar), orang tua bisa merasa kecewa karena tidak bisa mencapai yang telah
direncanakan sebelumnya. Apa yang dirasakan orang tua tentang pengalaman
melahirkan sudah pasti akan mempengaruhi adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.
f. Citra diri ibu
Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan seksualitas ibu.
Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa nifas dapat
mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam menjadi orang tua. Konsep diri dan
citra tubuh ibu juga dapat mempengaruhi seksualitasnya. Perasaan-perasaan yang
berkaitan dengan penyesuaian perilaku seksual setelah melahirkan seringkali
menimbulkan kekhawatiran pada orang tua baru. Ibu yang baru melahirkan bisa
merasa enggan untuk memulai hubungan seksual karena takut merasa nyeri atau takut
bahwa hubungan seksual akan mengganggu penyembuhan jaringan perineum.
g. Interaksi Orang tua – Bayi
Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi interaksi orang
tua dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran anak meliputi perilaku
adaptif dan perilaku maladatif. Baik ibu maupun ayah menunjukkan kedua jenis
perilaku maupun saat ini kebanyakan riset hanya berfokus pada ibu. Banyak orang tua
baru mengalami kesulitan untuk menjadi orang tua sampai akhirnya keterampilan
11
mereka membaik. Kualitas keibuan atau kebapaan pada perilaku orang tua membantu
perawatan dan perlindungan anak. Tanda-tanda yang menunjukkan ada atau tidaknya
kualitas ini, terlihat segera setelah ibu melahirkan, saat orang tua bereaksi terhadap
bayi baru lahir dan melanjutkan proses untuk menegakkan hubungan mereka.
h. Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif
Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua terhadap
kebutuhan bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan mereka, respon
social yang tidak matur, dan ketidakberdayaannya. Orang tua menunjukkan perilaku
yang adaptif ketika mereka merasakan suka cita karena kehadiran bayinya dan karena
tugas-tugas yang diselesaikan untuk dan bersama anaknya, saat mereka memahami
yang dikatakan bayinya melalui ekspresi emosi yang diperlihatkan bayi dan yang
kemudian menenangkan bayinya, dan ketika mereka dapat membaca gerakan bayi dan
dapat merasa tingkat kelelahan bayi. Perilaku maladaptif terlihat ketika respon orang
tua tidak sesuai dengan kebutuhan bayinya. Mereka tidak dapat merasakan kesenangan
dari kontak fisik dengan anak mereka. Bayi – bayi ini cenderung akan dapat
diperlakukan kasar. Orang tua tidak merasa tertarik untuk melihat anaknya. Tugas
merawat anak seperti memandikan atau mengganti pakaian, dipandang sebagai sesuatu
yang menyebalkan. Orang tua tidak mampu membedakan cara berespon terhadap
tanda yang disampaikan oleh bayi, seperti rasa lapar, lelah keinginan untuk berbicara
dan kebutuhan untuk dipeluk dan melakukan kontak mata. Tampaknya sukar bagi
mereka untuk menerima anaknya sebagai anak yang sehat dan gembira.
i. Struktur dan fungsi keluarga
Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues ialah melihat
komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita terhadap perannya
sebagai ibu sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan pasangannya, ibunya
dengan keluarga lain, dan anak-anak lain. Perawat dapat membantu meringankan tugas
ibu baru yang akan pulang dengan mengkaji kemungkinan konflik yang bisa terjadi
diantara anggota keluarga dan membantu ibu merencanakan strategi untuk mengatasi
masalah tersebut sebelum keluar dari rumah sakit.
Sedangkan Pengkajian Dasar data klien menurut Marilynn E. Doenges ( 2001 ) Adalah :
12
a. Aktivitas / istirahat Insomnia mungkin teramati.
b. SirkulasiEpisode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
c. Integritas Ego
Peka rangsang, takut/menangis (" Post partum blues " sering terlihat kira-kira 3 hari
setelah kelahiran).
d. Eliminasi
Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5.
e. Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan mungkin hari – hari ke-3.
f. Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-3 sampai ke-5
pascapartum.
g. Seksualitas
Uterus 1 cm diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun kira-kira 1 lebar
jari setiap harinya. Lokhia rubra berlanjut sampai hari ke-2- 3, berlanjut menjadi lokhia
serosa dengan aliran tergantung pada posisi (misalnya ; rekumben versus ambulasi
berdiri) dan aktivitas (misalnya ; menyusui). Payudara : Produksi kolostrum 48 jam
pertama, berlanjut pada susu matur, biasanya pada hari ke-3; mungkin lebih dini,
tergantung kapan menyusui dimulai.
III.2 DIAGNOSA NANDA NOC NIC
NO NANDA NOC NIC
1 Nyeri akut
Definisi :
Serangan mendadak
atau perlahan dari
intensitas ringan
sampai berat yang di
antisipasi atau
diprediksi durasi
Tingkat kenyamanan
Indikator:
Melaporkan kondisi fisik
yang membaik
Melaporkan kondisi
psikologis yang membaik
Mengekspresikan
kegembiraan terhadap
Manajemen nyeri
kaji tipe intensitas,
karakteristik dan lokasi
nyeri
kaji tingkatan skala nyeri
untuk menentukan dosis
analgesik
anjurkan istirahat ditempat
13
nyeri kurang dari 6
bulan
Batasan
karakteristik
peningkatan
tekanan intra
okuler (TIO)
yang ditandai
dengan mual
dan muntah.
Adanya laporan
nyeri secara
verbal dan non
verbal
Nafsu makan
menurun
Mual, muntah
lingkungan sekitar
Mengekspresikan kepuasan
dengan control nyeri
Kontrol Nyeri
Indikator:
Mengenal factor penyebab
Mengenal serangan nyeri
Mengenal gejala nyeri
Melaporkan control nyeri
Tingkat Nyeri
Indicator:
Melaporkan nyeri
Frekuensi nyeri
Ekspresi wajah karena nyeri
Perubahan tanda-tanda vital
tidur dalam ruangan yang
tenang
atur sikap fowler 300 atau
dalam posisi nyaman.
ajarkan klien teknik
relaksasai dan nafas dalam
anjurkan klien menggunakan
mekanisme koping yang
baik disaat nyeri terjadi
Hindari mual, muntah karena
ini akan meningkatkan TIO
Alihkan perhatian pada hal-
hal yang menyenangkan
Hilangkan atau kurangi
sumber nyeri
Pemberian analgesik
Berikan analgesik sesuai order
dokter.
Perhatikan resep obat, nama
pasien, dosis dan rute
pemberian secara benar
sebelum pemberian obat.
2 Kecemasan b.d
ketidaksiapan
menjadi ibu.
1. Kontrol ansietas
Indikator:
Monitor intensitas ansietas
Mengeliminasi precursor
ansietas
Menurunkan stimulasi
lingkungan ketika ansietas
Mencari informasi untuk
Penurunan Ansietas
Aktivitas:
Gunakan pendekatan yang
hangat
Jelaskan semua
prosedur/kondisi yang
terjadi pada pasien
Pahami perspektif pasien
14
menurunkan ansietas
Menggunakan strategi
koping yang efektif
Melaporkan penurunan
durasi ansietas
Mempertahankan hubungan
sosial
Melaporkan tidur yang
adekuat
Mengontrol respon ansietas
2. Koping
Indikator:
Mengidentifikasi pola
koping yang efektif
Melaporkan penurunan
stress
Menyatakan penerimaan
terhadap situasi
Memanfaatkan dukungan
sosial yang ada
Melaporkan penurunan perasaan
negative
terhadap situasi yang penuh
stress
Berikan informasi factual
tentang diagnosa, tindakan,
dan prognosis
Berikan penguatan kepada
pasien
Ciptakan atmosfir untuk
memfasilitasi kepercayaan
pasien
Dukung pasien untuk
menyatakan perasaan,
persepsi, dan kekhawatiran
Identifikasi ketika terjadi
perubahan tingkat ansietas
Kontrol simulasi sesuai
dengan kebutuhan pasien
Tentukan kemampuan
pasien untuk mengambil
keputusan
Berikan medikasi untuk
mengurangi ansietas
3 Gangguan Pola
Tidur b.d partus
yang lama dan
perasaan bahagian
akan segera
melahirkan
Tidur
- Jam tidur cukup
- Tidur berkualitas
- Pola tidur baik
- Efisiensi tidur
- Merasa lebih baik ketika
bangun tidur
Istirahat
- Pola Istirahat baik
Sleep Enhancement
- Tentukan pola tidur/aktivitas
pasien
- Tentukan efek pola tidur
terhadap pengobatan pasien
- Minta pasien untuk
menghilangkan stress
sebelum tidur
- Pantau pola tidur pasien dan
15
- Keadaan fiik beristirahat
- Keadaan mental beristirahat
- Keadaan emosional
beristirahat
Perawatan kesehatan fisik
- Fisik yang fit
- Pola tidur dan istirahat baik
- Fungsi fisik yang baik
jumlah waktu tidur
Gangguan
- Pastikan pasien memastikan
teknik distraksi yang
diinginkan, missal nya
music, humor, dan
membayangkan gambar
- Instruksikan pasien untuk
menstimulasi beragam
rangsangan (missal nya
music, berhitung, menonton,
dan membaca)
- Minta partisipasi dari
keluarga untuk
mengajarkan teknik nya jika
diperlukan
Terapi Musik
- Definisikan perubahan
spesifik dalam perilaku dan
psikologi yang mengganggu
(Misal nya relaksasi,
stimulasi, konentrasi, dan
reduksi nyeri)
- Tentukan ketertarikan
individu pada music
- Pastikan tape/CD pada alat
dapat bekerja dengan baik
4 Kurang pengetahuan
(keluarga) tentang
perawatan bayi dan
pemulihan diri
Pengetahuan: perawatan bayi
Indikator:
Mendeskripsikan
karakteristik bayi normal
Pengajaran: Perawatan Bayi
Aktivitas:
Demonstarikan dan jelaskan
tentang perawatan bayi
16
berhungan dengan
kurang terpaparnya
keluarga terhadap
informasi yang
adekuat
Mendeskripsikan
perkembangan bayi normal
Mendeskripsikan posisi
bayi yang tepat
Mendeskripsikan isapan
ASI bayi yang nutritive dan
yang tidak
Mendeskripsikan teknik
menyusui bayi
Mendeskripsikan cara
memandikan bayi
Mendeskripsikan perawatan
tali pusat
Mendeskripsikan pola
tidur-bangun bayi
Mendeskripsikan
komunikasi dengan bayi
Mendeskripsikan kebutuhan
adanya perawatan khusus
kepada orang tua dan
keluarga
Berikan panduan tentang
perkembangan selama 1
tahun kehidupan
Berikan informasi tentang
penambahan makanan
cairan selama 1 tahun
pertama
Berikan informasi tentang
perkembangan gigi dan
higien oral selama 1 tahun
pertama
Dorong orang tua untuk
berbicara dan bercerita
kepada bayi
Berikan panduan tentang
perubahan pola tidur selama
1 tahun pertama
Berikan panduan tentang
perubahan pola eliminasi
selama 1 tahun pertama
Dorong orang tua untuk
memegang , menyentuh dan
masase bayi
Dorong keluarga untuk
memberikan stimulasi
auditori,dan visual untuk
meningkatkan pertumbuhan
Dorong orang tua bermain
dengan bayi
17
Demonstarsikan cara orang
tua menstimulasi
perkembangan bayi
Informasikan kepada orang tua
pentingnya perawatan kesehatan
bayi dan imunsasi bayi secara
teratur
BAB IV
PENUTUP
18
1) KESIMPULAN
Post partum blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman
(kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan, yang berkaitan dengan
hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada
saat persalinan, terjadi perubahan hormon yang melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen
dalam tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.
2) SARAN
Post partum blues dapat dicegah dengan cara :
1) Anjurkan ibu untuk merawat dirinya, yakinkan pada suami atau keluarga untuk selalu
memperhatikan si ibu
2) Menu makanan yang seimbang
3) Olah raga secara teratur
4) Mintalah bantuan pada keluarga atau suami untuk merawat ibu dan bayinya.
5) Rencanakan acara keluar bersama bayi berdua dengan suami
6) Rekreasi
Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan postpartum blues ada dua cara yaitu :
1. Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik
Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan
dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
a. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
b. Dapat memahami dirinya
c. Dapat mendukung tindakan konstruktif.
d. Dengan cara peningkatan support mental
Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat dilakukan keluarga diantaranya :
a) Sekali-kali ibu meminta suami untuk membantu dalam mengerjakan pekerjaan
rumah seperti : membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu dll.
b) Memanggil orangtua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi
kesibukan merawat bayi
c) Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian
19
terhadap istrinya
d) Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahir
e) Memperbanyak dukungan dari suami
f) Suami menggantikan peran isteri ketika isteri kelelahan
g) Ibu dianjurkan sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja melahirkan
h) Bayi menggunakan pampers untuk meringankan kerja ibu
i) mengganti suasana, dengan bersosialisasi
j) Suami sering menemani isteri dalam mengurus bayinya
2. Selain hal diatas, penanganan pada klien postpartum blues pun dapat dilakukan pada
diri klien sendiri, diantaranya dengan cara :
a. Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi
b. Tidurlah ketika bayi tidur
c. Berolahraga ringan
d. Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
e. Tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
f. Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
g. Bersikap fleksibel
h. Kesempatan merawat bayi hanya datang 1 x
i. Bergabung dengan kelompok ibu
WOC POSTPARTUM BLUES
Post Partum Blues
20
F. Hormonal
Estrogen Progesterone Prolaktin Oxitoksin Endorphin( + ) / ( - ) ( + ) / ( - )
Estrogen Stimulan Prolaktin Kontraksi Rasa senangKel,Susu rahim + / - &
Enzym Stimulant mengurangiPayudara >> rasa nyeriMonoamin Kel,Susu Nyeri
& aereola
In aktifasimelebar dan Produksi Partus Rasalbh gelap Asinoradrenalin lama Bahagia
& serotonin Tdk nyamanCemas( minder ) Ggn pola
Perubahan tidurmood & Resiko ggndepresi proses
menyusuiAnstabil F. Demografikoping ( usia )
individual ResikoPerubahan peran
Resiko menjadi ortu F. PengalamanPerubahan dlm prosesEmosional kehamilan dan
persalinan
Kurang pengetahuanF. Latar
mengenai perawatanbelakang
diri dan bayipsikososial
Potensial terhadap F. Takut kehilanganpertumbuhan koping bayinya ataukeluarga
kecewa dgn bayinya
DAFTAR PUSTAKA
21
Herdman, Heather.2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
Morhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). America : Mosby
Mc Closkey Dochterman, Joanne. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC). America :
Mosby
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C.Geissler ( 2000 ), Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien
Edisi 3.Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Bobak, Lowdermilk, Jensen. ( 2004 ). Buku Ajar : Keperawatan maternitas edisi - 4. Jakarta: v
EGC.
www.http//post-partum-blues.html,
www.http//askep-post-partum-blues.html,
\www.http//askep-pada-post-partum-dengan_8492.html
22