Post on 27-Jul-2016
description
Sejarah Indonesia . Warisan Nusantara . Ikon BekasiGaleri Seni Gedung Juang dan Masa Depan Nasionalisme Kebekasian
#OO119 Maret 2O16
Creativity Connects
E A R T H H O U RI N D O N E S I AB E K A S I
KARAWANG BEKASIOleh Chairil Anwar
Kami yang kini terbaring antara Karawang-BekasiTidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kamiTerbayang kami maju dan berdegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepiJika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debuKenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisaTapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwaKerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa
Kami cuma tulang-tulang berserakanTapi adalah kepunyaanmuKaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakanAtaukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan
Atau tidak untuk apa-apaKami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkataKaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepiJika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang-kenanglah kamiMenjaga Bung KarnoMenjaga Bung HattaMenjaga Bung SjahrirKami sekarang mayat
Berilah kami artiBerjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang-kenanglah kamiYang tinggal tulang-tulang diliputi debuBeribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi
(Yang Terempas dan Yang Putus, Pustaka Rakyat, 1949)
NEWSLETTER#001
March 2016
#SaveGedungJuangBekasi
#SaveDungJu
Fithor Faris
Prasetiawan Bin Rachmat
F Bush Tommy
Santo Addler
Zelva Wardi
Frans Farsyan Wathan
Khalid Albakaziy
Annisa Isnaini Sahyu
Muhammad Giebriel
Aswin Cahyadi
Uke Sedjati
Aruga Perbawa Rizqi
Ahmad Ikhwanul Muslimin
Mira Mawaddha
Design & Layout
Tim Kedutaan Besar Bekasi
Cover Photo by F Bush Tommy
Printed by
@_RekaCipta
Published by
Kedutaan Besar Bekasi
Collaboration
Earth Hour
Tim Pelestari Cagar Budaya Kab. Bekasi
Sinegasi Pictures
Seniman & Budayawan Bekasi
Terima kasih
Gedung Juang adalah saksi bisuSejarah kemerdekaan IndonesiaSebuah warisan perjuanganKini terlihat sunyi
Kemegahannya tak mampu ditutupi lumutArsitektur Art Deco berpadu Tiong Hoa Memesona jiwa, raga, tanah dan airIni bukan sekedar gedung sunyi
Wujud keindahan arsitektur berkelasSetiap sisi dibangun dengan keindahanOrnamen dan fungsional bercita rasa tinggiKita sadar keberadaan gedung indah ini
Namun kita melupakannyaSeharusnya menjadi objek keindahan sejarahSetiap incinya memiliki nilaiYang tak mampu digantikan dengan apapun
Para patriot bangsa berkumpul di siniRibuan orang mati di medan perangSeperti yang ditutur Chairil AnwarMenjaga Bung KarnoMenjaga Bung HattaMenjaga Bung SjahrirMasih menjadi tugas kitaUntuk menjaga artefak perjuangan bangsaKemerdekaan Indonesia dulu, kini dan nanti
Nasionalisme BekasiAdalah nasionalisme pada Bangsa Indonesia
Fithor Faris
Photo by F Bush Tommy
ABAIKANMASA LALUSAMA SAJA
MENGABAIKANMASA DEPAN
Bekasi ( Tambun ) – Seperti halnya daerah lain di Indonesia, Bekasi yang letaknya berdampingan dengan Jakarta memiliki sejarah perjuangan melawan penjajah yang tak kalah heroik. Perjuan-gan rakyat Bekasi sempat diabadikan dalam puisi terkenal karya Chairil Anwar, Karawang-Bekasi.
Yang menarik, Bekasi masih memiliki gedung bersejarah peninggalan pra masa kemerdekaan yang dikenal sebagai Gedung Tinggi yang terletak di jalan Sultan Hasanudin, dekat Pasar Tambun dan Stasiun kereta api Tambun. Gedung Tinggi ini sekarang dikenal sebagai gedung juang 45. Bangunan berarsitektur neoklasik ini dibangun oleh tuan tanah Kow Tjing Kie pada tahun 1910. Gedung tinggi ini merupakan salah satu gedung bersejarah yang turut menjadi saksi bisu perjuangan rakyat Bekasi saat revolusi fisik. Ketika itu daerah Tambun dan Cibarusah menjadi pusat kekuatan pasukan republik Indonesia (RI). Perlu diketahui bahwa pada saat revolusi kemerdekaan, garis demarkasi yang memisahkan daerah Republik Indonesia dengan daerah kekuasaan Belanda terletak didaerah Sasak Jarang, sekarang menjadi perbatasan antara kecamatan Bekasi Timur dengan Kecamatan Tambun dan merupakan perbatasan Kota Bekasi dengan Kabupaten Bekasi.
Akibat serangan bertubi-tubi, pertahanan pasukan Belanda di Bekasi sering ditinggalkan. Mereka kemudian memu-satkan diri ke daerah Klender Jakarta Timur. Sebaliknya, para pejuang Indone-sia menjadikan gedung tinggi ini sempat dijadikan sebagai pertahanan di front pertahanan Bekasi- Jakarta.
Dikuasai Tuan Tanah
Setelah pasukan Belanda meninggalkan Bekasi. Gedung Juang yang terdiri dari dua lantai ini, dimiliki dan dikuasai seorang tuan tanah keturunan Cina bernama Kouw Oen Huy. Tuan tanah yang berhasil menguasai ratusan hektare tanah di Kecamatan Tambun, bahkan memiliki perkebunan karet. Ia digelari ‘Kapitaen’.
Ia tidak hanya menguasai tanah di Tambun tapi juga daerah Tekuk Pucung yang jaraknya puluhan kilometer dari Tambun, termasuk di daerah Cakung, juga menjadi milik tuan tanah ini.
Gedung Juang yang kini menjadi perkatoran milik Pemerintah Kabupaten Bekasi, dibangun dua tahap, tahun 1906 dan tahun 1925. Pada awalnya, di bagian halaman muka Gedung Juang ini, dijadikan taman buah yang diantaranya banyak ditanami pohon mangga yang pada saat itu belum pernah dikenal masyarakat Tambun dan Bekasi.
Tuan tanah Kouw Oen Huy, menguasai bangunan tua ini hingga 1942. Selanjutnya, tahun 1943, bangunan bersejarah tersebut berada di bawah pengawasan pemerintahan Jepang hingga tahun 1945. Tentara Jepang, juga menggunakan bangunan tua ini sebagai pusat kekuatannya dalam menjajah Indone-sia.
bangunan yang berlokasi di atas tanah sekitar 1000 meter ini, diambil alih oleh Komite Nasional Indonesia (KNI) untuk dijadikan sebagai Kantor Kabupaten Jatinegara. Pada masa itu, Bekasi dijadikan sebagai daerah front pertahanan, maka gedung tersebut berfungsi juga sebagai Pusat Komando Perjuangan RI dalam menghadapai Tentara Sekutu yang baru selesai perang dunia kedua.
Di gedung yang mempunyai makna monu-mental ini, perudingan dan pertukaran tawanan perang terjadi. Lokasi pelaksanaan pertukaran tawanan sendiri dilakukan di dekat Kali Bekasi yang kini tidak jauh dari rumah pegadaian Bekasi. Banyak tentara Jepang meninggal dibantai dan dibuang di Kali Bekasi, membuat setiap tahun tentara Jepang selalu melakukan tabur bunga di kali
GEDUNGJUANG 45TAMBUNSumber: Bekasi Urban City/kosti/andisopandi
yang membentang kota Bekasi ini.
Dalam pertukaran tawanan, pejuang-pe-juang RI oleh Belanda dipulangkan ke Bekasi, dan tawanan Belanda oleh pejuang RI dipulangkan ke Jakarta lewat kereta api yang lintasannya persis berada di belakang Gedung Juang. Gedung yang tidak jauh dari Pasar Tambun Bekasi ini, juga pernah dijadikan sebagai Pusat Komando Perjuan-gan RI pada masa perjuangan fisik. Gedung ini selalu menjadi sasaran tembak pesawat udara dan meriam Belanda. Banyak keanehan pada gedung ini. Ketika meriam Belanda dijatuhkan di atas bangunan tersebut, ternyata meriam itu tidak meledak dan hanya merusak sebagian kecil bangunan.
Akhir 1947, ketika Belanda menghianati perundingan Linggarjati tanggal 21 Juli, Belanda mengadakan aksi pertama (dikenal sebagai Agresi Militer Belanda Pertama). Mengingat gedung ini merupakan markas basis pertahanan, maka tidak mengherank-an bila di sekitar gedung ini sering terjadi pertempuran dan pembantaian yang bertubi-tubi. Bahkan gedung ini pernah di duduki Belanda/NICA hingga tahun 1949. Namun, gedung yang sangat mempunyai nilai sejarah dan merupakan kebanggaan mayarakat Bekasi ini, kembali berhasil direbut oleh pejuang Bekasi pada awal 1950.
Museum Perjuangan Bekasi Kini
Setelah masa perjuangan merebut kemerdekaan, gedung ini mengalami berbagai perkembangan dan perubahan fungsi. Selain bangunan bersejarah, bangunan tersebut sering digunakan sebagai pusat aktivitas.
Di antaranya, tahun 1950 setelah Tambun dikuasai lagi oleh Republik Indonesia, gedung ini diisi dan ditempati pertama sekali oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bekasi.
Juga pernah digunakan sebagai kantor Jawatan Pertanian dan jawatan-jawatan lainnya sampai akhir 1982. Bangunan yang berada di bagian timur Bekasi ini, juga
sempat dijadikan sebagai tempat persidan-gan-persidangan DPRDS, DPRD-P, DPRD TK II Bekasi dan DPRD-GR hingga tahun 1960.
Tahun 1951, di gedung ini sempat diisi oleh pasukan TNI Angkatan Darat Batalyon “Kian Santang”. Batalyon Kian Santang ini sekarang menjadi bagian dari Kodam III Siliwangi. Tahun 1962, kemudian gedung ini dibeli Pemerintah Propinsi Jawa Barat. Ketika peristiwa Gerakan G 30S/PKI pecah, gedung ini juga sempat dijadikan sebagai penampun-gan Tahanan Politik (Tapol) PKI.
Mengingat letaknya yang strategis, oleh Pemerintah Kabupaten Bekasi saat Bupati Bekasi dijabat Abdul Fatah, bangunan ini sempat dijadikan sebagai tempat perkuliahan bagi mahasiswa Akademi Pembangunan Desa (APD) yang merupakan cikal bakal pembangu-nan perguruan tinggi di Bekasi, dan kini dikenal dengan Universitas Islam 45 (Unisma).
Manfaat lain gedung ini, juga sempat digunakan sebagai Kantor BP-7 dan Kantor Legiun Veteran. Tahun 1999, di gedung menjadi sekretraist Pemilu. Lalu menjadi kantor Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Sekretarit Kantor Pepabri dan Wredatama. Kini gedung yang menghadap timur ini, menjadi kantor Dinas Lingkungan Hidup dan Kantor Tenaga Kerja Pemertintah Kabupaten Bekasi.
Suasana gedung kuno terasa melingkupi seluruh gedung, apalagi gedung ini cukup luas dan terasa senyap jika tidak ada kegiatan yang melibatkan orang ramai. Yang ramai justru suara burung kelelawar. Gedung ini sempat diabadikan dalam film “Lebak Membara”, dimana HIM Damsyik sebagai pejuang tewas setelah jimat kebal pelurunya tersangkut dipagar saat hendak menurunkan bendera musuh dihalaman gedung Tinggi.
Diakhir tahun 90-an, Gedung Tinggi ini rimbun oleh pohon angsana yang tinggi dan besar. Sayangnya, kerimbunan pohon yang membawa kesejukan ini akhirnya terkalahkan setelah Pemerintah Bekasi memutuskan membangun kantor Dinas Pasar yang menem-pati sudut halaman Gedung Tinggi dan menumbangkan pohon angsana yang sudah lama menaungi keteduhan halaman Gedung Tinggi. (buc/kosti/andisopandi)
TENTANGKEDUTAANBESAR BEKASIBekasi kerap di bully dan tak kunjung selesai, di balik itu Bekasi memiliki begitu banyak potensi yang sangat layak untuk diangkat dan dibanggakan. Entah siapa yang memulai bully-bullyan ini, entah siapa yang menebar isu itu. Bekasi memiliki sampah yang menumpuk di Bantar Gebang, macet, banjir, panas dan serangan infrastruktur bangunan, industri, dunia hiburan dan mall-mall yang saling bergan-dengan tangan berjejer di pusat kota telah berhasil membuatnya menjadi sasaran empuk untuk dibully, padahal tidak ada yang salah dengan itu.
Bekasi juga dianggap seperti suatu daerah dari planet lain atau satelit bumi yang kedua setelah bulan, juga dikatakan sebagai negara sendiri, sejenak kami tertawa seolah terhibur dan seolah kita semua melihat ini sebagai bahan lelucon yang sangat menarik untuk terus mengasah negativism creativity, namun itu semua juga menjadi satu hal yang menampar pipi kami untuk segera sadar dan mulai melakukan sesuatu untuk Bekasi. Kami melihat banyak yang membuat meme “balasan” dengan cara meledek daerah lain seperti Jakarta, Tangerang, Depok maupun daerah lain. Namun itu tidak menjadi solusi untuk membuat Bekasi wangi kembali dan bahkan “balasan” seperti ini tidak akan ada ujungnya. Kami nyaman tinggal di Bekasi, kami gerah pada gerakan bully-membully Bekasi ini. Kami berharap ada yang melakukan sesuatu untuk mewangikan kembali nama Bekasi, karena itu berhubun-gan dengan nasionalisme dan kebanggaan terhadap kearifan lokal.
Bully merupakan proses ujian pendewasaan diri, bagaimana kita dapat bertahan dalam proses itu, bagaimana kita menyikapinya, apakah larut dalam negativism atau malah menjadi penyemangat diri untuk terus berkarya dan memberi makna positif, itu semua pilihan, tak perlu berlebihan menanggapi bullyan itu, Mari bersama-sama tertawa dan menjawabnya dengan karya.
Kedutaan Besar Bekasi adalah salah satu jawaban kecil untuk bekasi yang kerap dibully. Sebuah inisiasi yang direncanakan secara kolektif, sebagai usaha kecil untuk mengemba-likan jati diri lokal kebekasian yang kaya seni dan budaya. Tak ada maksud negatif dalam pemilihan nama dan pergerakan ini. Begitu kami meluncurkan nama dan prasasti ini, sontak masyarakat sosial media meresponnya dan menjadi viral di sosial media, berbagai komentar, kritik pedas dan dukungan mengalir sangat cepat, kami berharap ini menjadi energi baru bagi setiap insan kreatif di Bekasi.
“Hahaha bagus malah jadi self referential jokes, menertawakan diri sendiri lebih baik daripada menertawakan orang lain.“Toruwijaya (Kaskus Addict)
Setelah kita menertawakan diri sendiri, di situ introspeksi dimulai lalu dilanjutkan dengan aksi nyata untuk turut memberi warna bagi kota kita . Jadilah dirimu sendiri, angkat kearifan lokal di manapun kamu berada.Akhir tahun 2015 kami membuka Galeri Seni yang dilakukan secara kolektif bersama kawan-kawan komunitas, dengan satu tujuan untuk turut mewarnai Bekasi dengan karya. Beberapa seniman lokal turut berpartisipasi dengan karya-karya apik, sungguh kepuasan yang tak terhingga akhirnya seniman-seniman Bekasi bisa melakukan pameran di daerahnya sendiri (Bekasi), sebelumnya mereka selalu melakukan pameran di luar Bekasi, seperti di Jakarta, Bandung, Jogja, Surabaya dan kota-kota lainnya hingga luar negeri. Menjadi kebanggaan bagi kami dapat bersama-sama secara kolektif sebagai perwujudan Bekasi berkolaborasi. Konsep inilah yang selanjutnya akan kami selenggarakan di Gedung Juang dalam skala yang lebih besar.
Pembukaan Galeri Seni Kedutaan Besar Bekasi begitu meriah dan ramai, dihadiri komunitas-komunitas kreatif, seperti Bekasi Symphony Orchestra, Bekasi Beatbox, Bekasi HipHop, Bekasi Airbrush, Bekasi Jazz Society, Komikus Bekasi, Pelukis Bekasi dan banyak lagi. Budayawan Bekasi juga turut hadir menyambut bahagia.
Galeri Seni Gedung Juang
Ini merupakan ide sederhana untuk kembali menghidupkan Gedung Juang, di dalam galeri ini terdapat foto, lukisan, instalasi dan karya seni lainnya yang menggambarkan kebekasian, harapan kami dengan kreativitas dari seniman Bekasi, masyarakat bekasi lebih tertarik untuk mengunjungi Gedung Juang sambil berfoto-foto, check in di sosial media. Besar harapan kami Gedung Juang kembali dilirik sebagai Ikon Bekasi dan bersama- sama kita merawat, mengisi konten kreatif untuk menghidupkan dan menjadikan budaya kolaborasi sebagaimana Bekasi di masa lalu yang kuat dengan semangat gotong royong dan kemajemukan.
Sebagai langkah awal, kami membuat pergerakan membangun Galeri Seni Gedung Juang, untuk tujuan yang lebih besar, yaitu secara keseluruhan Gedung Juang Tambun Bekasi menjadi museum, ruang inspirasi dan referensi seni budaya Bekasi secara utuh, bermanfaat bagi masyarakat Bekasi dan untuk Indonesia.
Instalasi pameran ini menggunakan bambu untuk memamerkan karya-karya apik seniman Bekasi, dengan maksud membawa pesan perjuangan. Bambu runcing menjadi senjata andalan pejuang lokal Indonesia sekaligus menjadi imej Bekasi. Instalasi ini membawa kita untuk kembali berkontem-plasi dan mengingat perjuangan Bekasi mempertahankan benteng kemerdekaan Indonesia. Peran Bekasi sangatlah besar bagi negara kita, patut kita banggakan dan terus kita ceritakan kepada generasi-genera-si selanjutnya satu per satu hingga nasional-isme kebekasian melekat kuat dalam benak masyarakat Bekasi. Kita bukan sekedar korban industrialisasi, kita memiliki jati diri yang kuat dan menjadi tumpuan Nusantara.
Tidak bermaksud lancang, kami hanya melakukan sesuatu yang positif untuk Gedung Juang, saksi bisu perjuangan patriot Indonesia.
Earth Hour adalah salah satu kampanye global WWF , organisasi konservasi terbesar di dunia, yang mengajak individu , komunitas , praktisi bisnis , dan pemerintahan di seluruh dunia untuk menyatakan kepeduliannya terhadap perubahan iklim dengan cara mematikan lampu dan peralatan elektronik yang sedang tidak di pakai selama 1 jam (20.30 – 21.30 waktu setempat), pada setiap hari sabtu di minggu ke-3 atau ke-4 bulan Maret setiap tahunnya. Tahun ini Earth Hour jatuh pada tanggal 19 Maret 2016.
Tujuan utama Earth Hour adalah mengajak masyarakat seluas-luasnya sebagai individu, bisnis dan korporasi maupun pemerintahan untuk berpartisi-pasi melakukan aksi kecil yang dapat membawa perubahan besar bagi kebaikan planet bumi. Earth Hour 2016 merupa-kan kali ke-delapan dilaksanakan di Indonesia. Diawali hanya di Jakarta pada tahun 2009, hingga tahun lalu Earth Hour sudah menjangkau setidaknya empat kota besar lain di pulau Jawa – Bandung, Semarang, Yogyakarta dan Surabaya di tahun 2012. Sampai tahun 2016 ini, bahkan sudah lebih dari 27 kota di Indonesia mendukung Aksi Earth Hour
Secara global, sampai tahun 2015, 140 negara secara serentak telah berpartisipa-si dalam Earth Hour dengan melibatkan 80 ibu kota negara di antara
5251 kota yang berkomitmen, lebih dari 1700 ikon negara/kota yang dimatikan serta mencapai tingkat partisipasi sebesar 1,8 miliar penduduk dunia. Dengan pencapaian ini, Earth Hour merupakan gerakan konservasi lingkungan yang terbesar di dunia hingga saat ini. Earth Hour 2011 menyampaikan pesan kampanye berupa ‘60+’ yang bermakna ‘Beyond the Hour’ – di Indonesia digemakan dengan pesan ‘Setelah 1 jam Jadikan Gaya Hidup’. Listrik yang tidak digunakan sebagai momentum untuk mau berkomitmen lebih dari aksi yang mendukung kelestarian alam dan lingkungan kita. Tahun 2012 hingga 2014, Earth Hour mengangkat ‘I Will if You Will’ – di Indonesia di sampaikan dengan pesan “Ini Aksiku! Mana Aksimu?’. Pesan ini meneruskan seman-gat untuk menggugah kita meneruskan gaya hidup hijau yang ramah lingkungan dan berbuat lebih banyak untuk melestarikan planet yang kita huni.
Pada tahun 2012 Bekasi didaulat memegang amanah mengampanyekan Hemat Energi dan Selamatkan Bumi. Tepatnya pada tanggal 12 Februari 2012, saat pertemuan dengan Earth Hour Indonesia di Aula Kampus A STMIK Bani Saleh Bekasi yang dihadiri oleh beberapa perwakilan komunitas-komuni-tas di Bekasi. Pertemuan tersebut menghasilkan Pembentukan Tim Inti untuk memegang kendali kampanye Earth Hour di Bekasi. Earth Hour Bekasi mencoba memulai dari hal yang mampu dilakukan untuk memperbaiki wajah Kota Bekasi. Tahun ini merupakan tahun ke empat Earth Hour Bekasi terus memperjuangkan agar masyarakat lebih peduli terhadap isu-isu lingkungan. Earth Hour Bekasi diharapkan menjadi gerakan bersama untuk menjadikan Bekasi menjadi lebih baik dan ramah lingkungan. Sebagai salah satu kota pendukung Ibukota DKI Jakarta, Kota Bekasi memiliki konsumsi energi yang kurang lebih sama dengan Jakarta. Oleh karena itu akan lebih bijak apabila warga Bekasi mulai memahami arti penting energi dan memulai mengubah gaya hidup hemat energi sedari dini agar lebih berguna bagi sesama dan Bumi tercinta.
E A R T H H O U RI N D O N E S I AB E K A S I
GEDUNG JUANG 45
GALERISENI
Peran Bekasi sangatlah besar bagi Indonesia Patut kita banggakan dan terus kita ceritakan
kepada generasi-generasi selanjutnya satu per satu hingga nasionalisme kebekasian melekat kuat
dalam benak masyarakat Bekasi. Kita bukan sekedar korban industrialisasi,
kita memiliki jati diri yang kuat dan menjadi tumpuan Nusantara.
Mari menilik sedikit itu di dalamnya.
Gedung Juang 45 Tambun Bekasi19 Maret - 19 Juni 2016
do something!let’s put some colors
STOPceritagedungJuangHOROR
Mohon maaf bau kampretJutaan kampret bergantunganKadang beterbang saling menyapaAtap menjadi cengkeramnyaLantai menampung jatuh kotorannya
Barisan rapi menghias langit soreMengingatkan kitaAda gedung yang rindu sentuhanGedung para patriot Indonesia
Mungkin kampret-kampret ituSengaja bermukim di siniMenjaga Gedung agar tetap hangatDengan terus memberi pesan
Sampaikah pesan itu kepadamu?Gedung ini perlu kehangatanMari bantu kampret-kampret ituMenghangatkan Gedung Juang
ff
Kedutaan Besar BekasiSebuah Persembahan Seniman Bekasi
Galeri Seni Gedung Juang 45
F Bush ThommyRio Waryono
BimantoAndra InfinityHanggara Eko
Annisa Isnaini SahyuYus SuropatiRoby AkmalSiswantoroSeto Buje
Kurniawan DjumhariSanditio Bayu
Khalid AlbakaziyAruga Perbawa RizqiArif Nur Wicak Sono
Harits IzzatilhaqAudi ImoiFithor Faris
Prasetiawan Bin Rachmatand You
Terima kasih dan respek kepada para Budayawan, Sejarawan, Seniman Bekasi dan komunitas-komunitas yang selalu menjagakekayaan seni dan budaya Bekasi dengan segenap tumpah darah dan cinta yang mendalam. Apa yang kami lakukan
hanyalah debu yang berwarna, semoga menjadi energi yang turut mengisi keindahan dan keberagaman Bekasi.TPCB Kab Bekasi, Bang Komar, Bang Sudi, Adi Tempo, Kombek, Earth Hour Bekasi, Sinegasi, Bekasi Yuk
Bekasi Berkebun, Bekasi Hip Hop, Bekasi Symphony Orchestra, Bekasi Beatbox, Bekasi Urban CityAli, Ari, kelelawar-kelelawar Gedung Juang yang menjaga dan menghangatkan Gedung Juang
& kawan-kawan semuanya yang turut mendukung pergerakan #SaveGedungJuangBekasi
Be(kasi) Yourself adalah satu istilah yang kami pilih untuk meneruskan perjuangan para patriotdalam mempertahankan jati diri kebekasian dan perannya bagi Indonesia di masa lalu dan masa depan.
Sekali lagi Terima Kasih.
Kantor diplomatik Kedutaan Besar BekasiJl. Raya Jatikramat No. 2A Jatiasih BekasiFollow twitter, instagram: @kedubesbekasiFacebook Page: Kedutaan Besar Bekasi#SaveGedungJuangBekasi#SaveDungJu
Resapi Puisi Chairil Anwar
Bekasi adalah benteng kemerdekaan Indonesia
Menjaga Bung KarnoMenjaga Bung HattaMenjaga Bung Sjahrir
Lukisan digital“Serangan Pos Belanda”
Oleh Rio Waryono
Mengenang perjuangan KH. Noer Alie
NASIO-NALISMEBEKASIADALAH NASIONALISME PADA
BANGSA INDONESIA