Post on 09-Jul-2016
MEMAKSIMALKAN POTENSI DAERAH KAPUR
KABUPATEN BLORA UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATAKULIAH
Disusun Oleh
Choirul Mubarok
NIM 130722607391
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI GEOGRAFI
April 2016
MEMAKSIMALKAN POTENSI DAERAH KAPUR
KABUPATEN BLORA UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT
1. PENDAHULUAN
Kabupaten Blora adalah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dengan Blora
sebagai ibukotanya. Kabupaten Blora terletak di bagian timur Provinsi Jawa
Tengah berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur. Wilayah Kabupaten
Blora terdiri atas dataran rendah dan perbukitan. Bagian utara merupakan kawasan
perbukitan bagian dari rangkaian pegunungan kapur utara, bagian selatan juga
berupa berupa perbukitan kapur yang merupakan bagian dari pegunungan
kendeng (http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Blora, diakses pada 26 April
2014).
Terletak dikawasan perbukitan kapur menjadikan Kabupaten Blora
memiliki sumber daya alam yang cukup banyak yang berkaitan dengan bidang
kehutanan, pertambangan, maupun industri. Dalam bidang agraris sumber daya
alam yang banyak terdapat di Kabupaten Blora adalah hutan. Sebagian besar luas
dari wilayah Kabupaten Blora didominasi oleh hutan jati dan hutan mahoni.
Hutan-hutan tersebut tersebar merata dari bagian selatan hingga bagian utara.
Pohon jati dan pohon mahoni banyak tumbuh karena komposisi tanah di
Kabupaten Blora yang mendominasi adalah tanah mediteran atau tanah kapur.
Tanah tersebut tidak cocok untuk media tanaman pertanian karena kondisinya
yang tidak subur di karena kan tanah yang mengandung kapur, tidak kuat
mengikat air tanah serta sifatnya yang sedikit asam serta sangat reaktif dengan
asam (HCI) (sarief, 1986). Dengan kondisi seperti itu tanah ini tentunya sangat
baik sebagai media pertumbuhan pohon jati dan pohon mahoni dimana pohon-
pohon ini tidak banyak membutuhkan air serta memiliki daya tahan yang kuat
terhadap keasaman tanah.
Berkaitan dengan bidang pertambangan, sumber daya yang banyak terdapat
di Kabupaten Blora adalah batu gamping atau batu kapur dan minyak bumi. Batu
kapur yang melimpah dapat digunakan sebagai bagian dari bahan yang digunakan
dalam industri peleburan logam, industri semen, bahan bangunan, dan bahan
pembuatan pupuk organik. Selain batu kapur yang melimpah, kandungan minyak
bumi di Kabupaten Blora juga melimpah. Hal ini dapat diketahui ketika
Kabupaten Blora mendapat sorotan internasional setelah di Kecamatan Cepu
(salah satu kecamatan di Kabupaten Blora) ditemukan cadangan minyak bumi
sebanyak 250 juta barel pada tahun 2006
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Blora, diakses pada 26 April 2014).
Melimpahnya sumberdaya alam tidak menjadikan masyarakat Kabupaten
Blora menjadi sejahtera. Namun, sebaliknya kesejahteraan masyarakat tetap
rendah. Pada tahun 2008 sampai tahun 2012, Kabupaten Blora berada pada
rangking kemiskinan 32 dari 35 kabupaten dan kota di Jawa Tengah (Rusyono,
2013). Tingkat kemiskinan yang tingggi berimbas pada menurunnya tingkat
pendidikan serta tingkat kesehatan masyarakat. Masyarakat tidak mampu untuk
menempuh pendidikan sampai tingkat SMA, rata-rata hanya lulusan SD bahkan
ada yang tidak menamatkan SD.Berdasarkan kenyataan yang sudah dijelaskan,
maka sangat perlu memaksimalkan potensi daerah kapur untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Dalam makalah ini akan dibahas tiga hal, yaitu (1) Potensi apasaja yang ada
di daerah kapur Kabupaten Blora?, (2) Bagaimana cara untuk memaksimalkan
potensi yang ada di daerah kapur Kabupaten Blora?, (3) Bagaimana kendala yang
dihadapi dalam memaksimalkan potensi yang ada di daerah kapurKabupaten
Blora?.
Adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
pembaca tentang potensi yang ada di daerah kapur Kabupaten Blora ,cara
memaksimalkan potensi yang ada di daerah kapur Kabupaten Blora serta kendala
yang dihadapi dalam memaksimalkan potensi-potensi tersebut. Dengan
mengetahui informasi-informasi tersebut diharapkan dapat memberikan wawasan
kepada pembaca tentang kekayaan alam di Indonesia yang apabila dimanfaatkan
dengan maksimal akan meningkatkan kesejahteraan hidup.
2. PEMBAHASAN
a. Potensi yang terdapat di daerah kapur Kabupaten Blora
1)Potensi Agraris
Potensi agraris yang menonjol dari Kabupaten Blora adalah tumbuh
suburnya hutan. Luas hutan di Kabupaten Blora mencapai 79.559.749 hektare
atau 43,70 persen dari total luas daerah (www. Jatengprov.go.id, diakses pada 4
mei 2014). Didalam hutan di Kabupaten Blora banyak tumbuh pohon jati dan
pohon mahoni.
Menurut sejagad (2013), pohon jati merupakan sebuah nama dari
sejenis pohon yang menghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus,
tinggi pohon bisa mencapai 50 meter dengan diameter bisa mencapai hingga 1,5
meter, berdaun besar, yang luruh atau meranggas dimusim kemarau. Pohon jati
akan tumbuh subur dengan kondisi keasaman tanah yang cukup tinggi serta air
yang sedikit. Kondisi tanah seperti itu banyak terdapat di Kabupaten Blora karena
tanah di Kabupaten Blora banyak mengandung kapur.
Potensi kayu jati yang cukup melimpah itu mendorong munculnya
berbagai kerajinan yang memanfaatkan kayu jati sebagai bahan baku utama
seperti kerajinan tangan, seni ukir, kaligrafi, dan mebel kayu bonggol jati.
Bahkan, ada wilayah yang menjadi sentra kerajinan yang memanfaatkan bonggol
pohon kayu jati yang dianggap tidak bermanfaat oleh pihak Perhutani.
Selain pohon jati, pohon yang banyak tumbuh di hutan Kabupaten Blora
adalah pohon mahoni. Pohon mahoni adalah pohon besar dengan tinggi hampir
sama dengan pohon jati namun diameter pohon ini sedikit lebih kecil. Pohon ini
memiliki kayu yang keras serta kuat sehingga kayu dari pohon ini banyak juga
digunakan sebagai bahan dalam bahan pembuatan meubel, barang-barang ukiran
dan kerajinan tangan. Kualitas kayu mahoni yang berada sedikit dibawah kayu
jati, membuatnya sering dijuluki sebagai primadona kedua dalam pasar kayu.
Pohon mahoni banyak tumbuh di hutan Kabupaten Blora karena cuaca serta
kondisi tanah yang sangat mendukung tumbuh suburnya pohon ini. Dengan
ketinggian kurang lebih 1500 meter diatas permukaan laut menjadikan cuaca di
Kabupaten Blora memiliki suhu antara 11o sampai 36o celcius serta intensitas
hujan menjadi rendah (Sejagad,2013).
2) Potensi Pertambangan
Batu Kapur
Berada pada wilayah perbukitan dan pegunungan kapur kendeng utara
membuat wilayah Kabupaten Blora tentunya kaya akan hasil tambang berupa batu
kapur. Batu kapur terbentuk secara organik, kimia, mekanik. Sebagian besar
batuan kapur yang terdapat di Indonesia terjadi secara organik yaitu berasal dari
pengendapan cangkang atau rumah kerang dan siput, ganggang, atau berasal dari
pengendapan terumbu karang. Batu kapur tergolong sebagai bahan tambang
golongan C. Bahan tambang golongan C merupakan salah satu bahan tambang
ekonomis yang dapat dikelola untuk ditambang, sehingga dapat meningkatkan
hasil pendapatan asli daerah . Batuan kapur di Kabupaten Blora sebagian besar
dikelola oleh masyarakat lokal. Masyarakat mengolah batu kapur menjadi bahan
material bangunan yang memiliki nilai ekonomis rendah, padahal apabila
dilakukan beberapa proses terlebih dahulu batuan kapur akan menjadi barang
yang memiliki nilai seni dan ekonomis tinggi. Barang-barang yang terbuat dari
batuan kapur bisa berupa kerajinan tangan patung atau furnitur untuk menghiasi
ruangan.
Woyanti (2002) memberikan penjelasan tentang kandungan batu
kapur atau batu gamping di Kabupaten Blora dan wilayah penyebarannya.
Penjelasannya dapat dilihat pada tabel dan uraian sebagai berikut.
Jenis Bahan
Tambang
Jumlah Lokasi (Kecamatan) Volume Cad
M3
(MF.Mineable)
Batu Gamping
(CaCo3)
Blora, Tunjungan, Jepon, Bogorejo,
Todanan, Kradenan
4.341.377.214
Pasir kwarsa (SiO2) Todanan, Japah Tunjungan,
Bogorejo, Jepon
187.756.825
Ball Clay (Al2O3) Todanan, Tunjungan, Bogorejo 3.320.852
Phospat (P2O5) Todanan 4.451.421
Kalsit (CaCO3) Todanan 165.542
Gypsum
(CaSO42H2O)
Randublatung, Jati, Cepu, Bogorejo 259.320
Damar Bogorejo 1.265
Sumber : Penelitian Detail Pengembangan Bahan Tambang Di Kabupaten Blora
tahun 2001, Oleh Bappeda Kabupaten Blora dengan Lembaga Penelitian UPN
“Veteran” Yogyakarta.
1) Kecamatan Blora
Singkapan batu gamping yang berada di Kecamatan Blora tersebar di
beberapa desa diantaranya Desa Sendangharjo dan Desa Ngampel. Pada lokasi
kedua desa ini telah dilakukan penambangan oleh penduduk dan masyarakat
sekitar secara tradisional menggunakan peralatan sederhana. Pada desa
Sendangharjo, penambangan dilakukan di belakang makam cina, sedangkan di
desa Ngampel berada disekitar ladang penduduk. Luas potensi batu gamping yang
ada diseluruh Kecamatan Blora mencapai 1195,4 ha.Berdasarkan informasi
penambang, harga batu gamping di lokasi penambangan ini berkisar antara Rp.
80.000,-/truk, sedangakan apabila bak truk diisi dengan muatan penuh, maka
harganya menjadi Rp. 150.000,- sampai Rp. 180.000,-.
2) Kecamatan Tunjungan
Singkapan batu gamping yang berada di Kecamatan Tunjungan tersebar di
beberapa desa diantaranya Desa Nglangitan, Desa Kedungrejo, dan Desa Sitirejo.
Pada Desa Kedungrejo dan Desa Sitirejo telah dilakukan penambangan oleh
penduduk dan masyarakat sekitar secara tradisional menggunakan peralatan
sederhana. Ketebalan batu gamping di lokasi berkisar kurang lebih 15 m dengan
luas potensi 581,3 ha. Lokasi ini berada di lereng gunung Lamping yang
merupakan perbatasan dengan Kabupaten Rembang. Batu gamping digunakan
oleh penduduk Kecamatan Tunjungan sendiri sebagai pengeras jalan dan pondasi
rumah. Harga per truk yaitu Rp. 50.000,- dengan kondisi muatan bak truk tidak
penuh.
3) Kecamatan Jepon
Singkapan batu gamping yang berada di Kecamatan Jepon tersebar di
beberapa desa, antara lain Desa Waru, Desa Karangasem dan Desa Soko.
Sebagian besar, potensi batu gamping yang berada di Kecamatan Jepon ini belum
dilakukan penambangan, yang dilakukan penambangan baru di Desa Soko saja.
Untuk wilayah Desa Waru dan Desa Karangasem, belum dilakukan penambangan.
Ketebalan potensi batu gamping di kecamatan ini berkisar kurang lebih 10 sampai
15 m dengan luas potensi 378,5 ha. Pada penambangan rakyat di desa Soko, harga
batu gamping berkisar antara Rp. 80.000,- sampai dengan Rp. 150.000,-/truk,
tergantung dengan jumlah muatan yang akan diangkut. Berdasar informasi
penambang, batu gamping dari lokasi ini dipergunakan sebagai bahan pondasi dan
pengeras jalan.
4) Kecamatan Bogorejo
Singkapan batu gamping yang berada di Kecamatan Bogorejo tersebar di
beberapa desa diantaranya Desa Nglengkir, Desa Jurangjero, Desa Tempurejo dan
Desa Gandu. Pada Kecamatan Bogorejo ini yang sudah dilakukan penambangan
di Desa Jurangjero oleh penduduk dan masyarakat sekitar secara tradisional
menggunakan peralatan sederhana. Ketebalan batu gamping dari singkapan yang
dijumpai berkisar kurang lebih 10 sampai 15 m, sedangkan untuk potensi batu
gamping pada kecamatan ini luasnya mencapai 973,3 ha. Hasil penambangan dari
kecamatan ini digunakan hampir diseluruh masyarakat Blora sebagai bahan
pondasi rumah dan sebagai pembangunan pengeras jalan di desa-desa.
5) Kecamatan Todanan
Singkapan batu gamping yang berada di Kecamatan Todanan tersebar di
beberapa desa diantaranya Desa Gunungan, Desa Kajengan, Desa Dringo dan
Desa Cokrowati. Pada lokasi didesa ini telah dilakukan penambangan oleh
penduduk dan masyarakat sekitar secara tradisional menggunakan peralatan
sederhana. Batu gamping hasil penambangan dari Kecamatan Todanan ini
sebagian besar digunakan oleh masyarakat Blora sebagai pondasi rumah dan
pengeras jalan. Ketebalan batu gamping di Kecamatan Todanan kurang lebih 10
sampai 15 m. Luas potensi batu gamping pada Kecamatan Todanan mencapai
1189,3 ha. Pada Kecamatan Todanan ini singkapan yang paling banyak dijumpai
di Desa Kajengan, dan sudah dilakukan penambangan sejak tahun 1980. Untuk
harga batu gamping di Kecamatan Todanan ini tidak berbeda jauh dengan
kecamatan lainnya, yaitu Rp. 80.000,-/truk, apabila dimuat sampai kondisi bak
truk penuh menjadi Rp. 160.000,- sampai dengan Rp.200.000,-/truk. Sebagian
besar masyarakat di Kecamatan Todanan ini bekerja sebagai penambang batu
gamping. Bahan galian batu gamping dari lokasi ini ada juga yang dikirim hingga
ke Kabupaten Pati dan Rembang sebagai pengeras jalan dan pondasi rumah.
6) Kecamaatan Kradenan
Singkapan batu gamping yang berada di Kecamatan Kradenan berada di
Desa Mendenrejo. Pada lokasi ini telah dilakukan penambangan oleh penduduk
dan masyarakat sekitar secara tradisional menggunakan peralatan sederhana.
Berdasarkan informasi telah dilakukan penambangan sejak tahun 1980. Batu
gamping hasil penambangan dari lokasi ini sebagian besar digunakan oleh
masyarakat Blora sebagai pondasi rumah dan pengeras jalan. Ketebalan batu
gamping pada Kecamatan Kradenan kurang lebih 12 m. Luas potensi batu
gamping pada Desa Mendenrejo mencapai 262,6 ha.
Minyak Bumi
Minyak bumi adalah bahan tambang yang termasuk bahan tambang
golongan A, artinya bahan tersebut merupakan barang yang penting bagi
pertahanan, keamanan dan strategis untuk menjamin perekonomian negara dan
sebagian besar hanya diizinkan untuk dimiliki oleh pihak pemerintah. Namun,
untuk minyak bumi boleh dikelola swasta atau individu sesuai dengan ketentuan
yang berlaku didalam Undang-Undang Dasar 1945. Minyak bumi penting untuk
menjamin perekonomian karena minyak bumi memiliki nilai ekonomis tinggi dan
memberikan kontribusi yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi daerah
maupun ekonomi negara. Kontribusi minyak bumi yaitu meningkatkan
penerimaan daerah serta penerimaan negara. Sesuai UU Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
penerimaan pemerintah daerah dari minyak bumi berupa dana bagi hasil dan
sesuai dengan UU Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi,
pemerintah daerah bisa memiliki participating interest (PI) dalam KKS 10% yang
akan dikelola oleh badan usaha milik daerah (BUMD) (Marzuki, 2010).
sedangkan untuk pemerintah pusat atau negara mendapatkan penerimaan dari
dana bagi hasil dengan pemerintah daerah dan dari laba penjualan minyak bumi
yang dikelola oleh badan usaha milik negara (BUMN).
Minyak bumi banyak terletak di Kabupaten Blora karena wilayah
Kabupaten Blora terletak di daerah cekungan pegunungan kapur utara. Cekungan
pegunungan kapur utara menyimpan bahan organik dan timbunan fosil-fosil
sebagai bahan pembuatan minyak bumi. Bahan-bahan organik dan fosil-fosil
tertimbun dalam waktu yang lama, dalam kurun waktu itu terjadi proses-proses
pembentukan minyak bumi.
Menurut Martanto (2013), berdasarkan konsesi tambang-tambang minyak
yang pernah ada di Kabupaten Blora dan data-data pengeboran yang dilakukan,
kondisi jebakan minyak dan gas bumi yang ada di Kabupaten Blora dapat
diperkirakan sebagai berikut.
1) Konsesi tambang minyak Panolan (Cepu)
Andrian Stoop, penemu pertama minyak bumi di Cepu melakukan
pengeboran pertamanya di Desa Ledok, serta menyimpulkan bahwa di Panolan
(Cepu) terdapat Iadang minyak yang berkualitas tinggi dalam jumlah yang besar.
Area Getur dan Nglebur termasuk kedalam Iapangan Ledok. Jebakan-jebakan
minyak di areal Getur dijumpai pada kedalaman 94 m dan di area Nglebur
kedalamannya antara 239 sampai dengan 245 m. Tahun 1985 dibor sebanyak 252
surnur dengan kedalaman sumur rata-rata antara 90 sampai dengan 1350 m,
menghasilkan minyak sebanyak 207 sumur, yang tidak menghasilkan minyak
sebanyak 45 sumur. Banyaknya Iapisan yang menghasilkan minyak sebanyak 16
lapisan.
2) Konsesi tambang minyak Jepon
Pada konsesi ini dilakukan pengeboran yang pertama di lapangan
Semanggi (1986) dengan luas produktif area panjang 2,5 km, tebal 0,5 m. Lokasi
ketinggian daerah Semanggi lebih dari 215 m. Jumlah sumur yang dibor 86 buah
sumur, yang produktif menghasilkan minyak 66 sumur dan tidak menghasilkan 20
sumur, kedalam sumur antara 100 m sampai 1.270 m. Banyaknya Iapisan yang
menghasilkan minyak sebanyak 6 Iapisan.
3) Konsesi tambang minyak Nglobo
Terletak pada ketinggian lebih dari 90 m di atas permukaan laut dengan
luar produksi area panjang 1,5 km x 0,5 km. Tahun pengeborannya 1909 dengan
kedalaman sumur rata-rata 400 sampai dengan 1.200 m, jumlah sumur yang dibor
47 sumur yang menghasilkan minyak sebanyak 38 sumur, tidak menghasilkan
minyak sebanyak 9 sumur. Banyaknya Iapisan yang menghasilkan minyak
sebanyak 9 Iapisan.
4) Konsesi tambang minyak Banyubang
Jumlah sumur di Banyubang ada 33, 14 sumur tidak aktif dan 19 sumur
aktif menghasilkan minyak. Di Iapangan konsesi Banyubang mempunyai 4
lapisan produktif. Lapisan 1 kedalam 250 m dengan jumlah sumur sebanyak 11
sumur, Iapisan ke 2 terletak pada kedalaman 260 m dengan jumlah sumur
sebanyak 8 sumur, Iapisan ke 3 sebanyak 1 sumur, lapisan 4 dengan kedalaman
310 m. Pada salah satu sumur dengan kedalaman 677 m ditemukan gas
bertekanan 36 atm. Di Plantungan 66 sumur, yang menghasilkan gas 2 buah
sumur, 64 sumur tidak aktif.
5) Konsesi tambang minyak Trembes
Di konsesi Trembes ini terdapat 2 lokasi Iapangan yaitu :
a) Lapangan TrembesDi lapangan Trembes telah dilakukan pengeboran
sebanyak 6 sumur dengan kedalaman sumur 625 m. Lapisan 1 kedalaman
106 m, lapisan 2 dengan kedalaman 352 m, Iapisan 3 dengan kedalaman
1591 m.
b) Lapangan Kluwih
Di lapangan Kluwih telah dilakukan pengeboran sebanyak 4 sumur (1899).
Disalah satu sumur yang berkedalarnan 265 m mengeluarkan gas 110.000
m3 tiap harinya.
6) Konsesi lapangan minyak Metes
Dalam konsesi ini terdapat Iapangan minyak yang mempunyai 4 Lapisan
produksi. Lapisan 1 kedalam 250 m, lapisan ke 2 terletak pada kedalaman 260 m,
lapisan ke 3 terletak pada kedalaman 285 m, lapisan 4 dengan kedalaman 310 m.
Di Lapisan 1 ada 4 sumur dengan produksi seluruhnya mencapai 3.400 m3 selama
22 bulan.
7) Konsesi lapangan minyak Ngiono
Konsesi ini mencakup 2 Iapangan yakni Iapangan Gaplokan yang terletak
di atas antiklin Gaplokan dan telah dibor sebanyak 2 sumur, sedang Iapangan
Ngiono yang terletak di atas antiklin Ngiono memiliki 7 sumur. Dari ke 7 sumur
yang ada di Ngiono, 2 sumur menghasilkan minyak pada kedalaman 57 dan 90 m,
sedang 1 sumur lagi menghasilkan gas dengan tekanan 4 atm.
8) Konsesi tambang minyak Ngapus
Di lapangan Ngapus baru dilakukan pemboran sebanyak 2 buah sumur,
masing-masing dengan kedalaman 180 m dan 272 m. 2 sumur ini tidak
menghasilkan minyak. Namun, salah satu sumur menghasilkan gas bertekan 20
atm pada kedalaman 272 m. Lapangan Ngapus juga tidak dikembangkan karena
tidak memberikan harapan yang baik.
9) Konsesi tambang minyak milik NKPM.
Pada konsesi ini diketahui sumur di Petak Cepu dengan produksi 20 barel
perhari (1914). Pada tahun 1917 ditemukan sumur di Konsesi Trembul dengan
produksi 1 barel per hari, kemudian pada tahun 1936 ditemukan sumur di Konsesi
Lusi dengan produksi 110 barel per hari.
b. Cara untuk Memaksimalkan Potensi di Daerah Kapur
Kabupaten Blora
Pemanfaatan sumberdaya alam merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat dengan memanfaatkan ketersediaan bahan yang ada di alam untuk
memenuhi kebutuhan serta untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Namun
pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak maksimal akan menyebabkan
peningkatan kesejahteraan akan terhambat. Di Kabupaten Blora sendiri
pemanfaatan sumberdaya alam belum bisa maksimal dilihat dari tingkat
kesejahteraan masyarakat yang terbilang rendah. Tingkat kesejahteraan yang
rendah dapat dilihat dari masih banyaknya masyarakat miskin di Kabupaten Blora.
Melihat dari kenyataan yang ada bisa disimpulkan sumberdaya alam yang
melimpah bukan menjadi jaminan untuk tingkat kesejahteraan akan meningkat.
Usaha pemaksimalan perlu dilakukan oleh masyarakat terutama masyarakat
Kabupaten Blora agar sumberdaya alam yang melimpah dapat berkontribusi
dalam meningkatkan kesejahteraan hidup. Usaha yang perlu dilakukan untuk
memaksimalkan pemanfaatan sumberdaya alam sebagai berikut.
1. Memberi penyuluhan pada masyarakat tentang potensi yang ada
diwilayahnya.
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang potensi sumberdaya alam
yang ada diwilayahnya menjadi penyebab kurangnya pemaksimalan pemanfaatan
sumberdaya alam. Kurangnya pengetahuan dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang baik maka pengetahuan yang
dimiliki oleh masyarakat akan baik. Namun, apabila tingkat pendidikan
masyarakat rendah maka kemungkinan untuk pengetahuan yang dimiliki juga
rendah. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang potensi sumberdaya
alam yang ada diwilayahnya adalah cara yang baik dilakukan agar pengetahuan
ang kurang tidak enghambat kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam. Setelah
masyarakat mengetahui potensi sumberdaya alam yang ada diwilayahnya,
pemanfaatan diharapkan berjalan menjadi lebih maksimal.
2. Modernisasi cara pengolahan sumberdaya alam dan memberi contoh cara
pengolahan yang baik agar hasil pemanfaatan sumberdaya alam dapat
maksimal.
Cara pengolahan sumberdaya alam merupakan kegiatan yang penting
dilakukan dalam kegiatan pemanfaatan karena apabila hal tersebut tidak dilakukan
maka pemanfaatan sumberdaya alam akan kurang maksimal sehingga memiliki
nilai ekonomis yang rendah.Nilai ekonomis rendah akan menyebabkan
pendapatan masyarakat juga rendah. Pada masyarakat Kabupaten Blora cara
pengolahan sumberdaya alam masih sederhana sehingga kegiatan pemanfaatan
yang dilakukan kurang memberi hasil yang maksimal Modernisasi cara
pengolahan perlu dilakukan untuk meningkatkan nilai ekonomis sumberdaya alam
sehingga akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Pendapatan yang
meningkat maka kesejahteraan akan ikut meningkat. Modernisasi merupakan
masuknya hal-hal baru atau perubahan terhadap suatu hal kearah yang lebih maju
atau modern. Modernisasi cara pengolahan sumberdaya alam artinya perubahan
terhadap cara pengolahan sumberdaya alam kearah yang lebih modern dari yang
tadinya masih sederhana. Modernisasi cara pengolahan akan membuat
pemanfaatan lebih maksimal karena lebih efisien serta efektif dalam penggunaan
waktu, bahan, dan tenaga. Modernisasi cara pengolahan juga harus disertai dengan
memberikan contoh cara pengolahan yang baik bagi masyarakat. Dengan tingkat
pendidikan yang rendah, masyarakat akan mengalami kesulitan didalam
menggunakan cara-cara baru didalam pengolahan. Kesulitan tersebut akan
mengganggu kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam. memberi contoh cara
pengolahan yang baik sangatlah diperlukan agar kesulitan tersebut dapat diatasi
sehingga kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam tidak terhambat atau terganggu.
3. Pemerintah Kabupaten menyediakan sarana prasarana yang baik sebagai
pendukung kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam.
Sarana prasarana merupakan alat yang penting untuk mendukung kegiatan
pemanfaatan sumberdaya alam. Sarana prasarana yang buruk tentunya akan
menghambat kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam. Sarana prasarana yang
dominan mendukung kegiatan pemanfaatan adalah jalan raya. Di Kabupaten Blora
sarana prasarana berupa jalan raya masih sangat buruk. Hal ini tentunya
merugikan masyarakat karena hasil pemanfaatan sumberdaya alam menjadi
kurang maksial. Kegiatan pemasaran dan pendistribusian sumberdaya alam akan
terganggu. Selain itu para investor dari luar Kabupaten Blora menjadi enggan
datang untuk melakukan investasi karena mereka tidak mau mengeluarkan biaya
lebih banyak dalam hal transportasi. Perbaikan jalan raya perlu dilakukan untuk
melancarkan kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam dan untuk mebuat para
investor dari luar Kabuaten Blora tidak enggan datang untuk melakukan investasi.
c. Kendala-Kendala yang Dihadapi Dalam Usaha Memaksimalkan
Potensi yang Ada di Daerah Kapur Kabupaten Blora.
Setiap kegiatan yang dilakukan untuk melakukan perubahan terhadap
suatu hal pasti memiliki kendala. Kendala tersebut disebabkan oleh adanya faktor
yang menghalangi kegiatan atau karena kurangnya komponen yang mendukung
perubahan. Di Wilayah Kabupaten Blora, usaha yang dilakukan untuk
memaksimalkan pemanfaatan sumberdaya alam terkendala oleh faktor manusia.
Faktor manusia tersebut adalah tigkat pendidikan dan tradisionalitas kehidupan
dalam masyarakat. Tingkat pendidikan menjadi sebuah kendala karena tingkat
pendidikan berpengaruh tehadap ketrampilan yang dimiliki masyarakat dan juga
pengetahuan masyarakat tentang suatu hal. Tingkat pendidikan yang rendah
kemungkinan ketrampilan dan pengetahuan yang dimiliki juga rendah. Hal ini
akan menghambat kegiatan pemaksimalan sumberdaya alam karena waktu yang
dibutuhkan untuk memahami, menguasai, mengetahui tentang potensi yang ada
dan cara mengolahnya akan menjadi lebih lama. Faktor manusia selain tingkat
pendidikan yang menghambat usaha pemaksimalan sumberdaya alam adalah
tradisionalitas penduduk. Tradisionalitas kehidupan masyarakat berkaitan dengan
kehidupan masyarakat yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional
didalam setiap kegiatan yang dilakukan.Tradisionalitas menghambat usaha
pemaksimalan sumberdaya alam karena masuknya perubahan atau hal-hal baru
didalam kegiatan pemaksimalan bertolak belakang dengan cara-cara atau
pengetahuan tentang pemaksimalan sumberdaya alam yang dikuasai atau diterima
secara turun temurun dari jaman dahulu. Masyarakat lebih percaya pada
tradisonalitas walaupun tidak selamanya hasil pemanfaatan yang diterima dapat
berkontribusi didalam mensejahterakan kehidupan. Mengubah pemikiran tersebut
sangatlah sulit sehigga kendala inilah yang dominan menghambat usaha
pemaksimalan pemanfaatan sumberdaya alam.
3. PENUTUP
Kabupaten Blora merupakan Kabupaten yang kaya dengan potensi
sumberdaya alam dalam bidang agraris dan pertambangan. Namun, kaya akan
sumberdaya alam tidak menjadikan masyarakat kabupaten Blora menjadi lebih
sejahtera. Hal ini karena pemanfaatan sumberdaya alam yang kurang maksimal
sehingga hasil yang diperoleh kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Untuk
memaksimalkan pemanfaatan sumberdaya alam di Kabupaten Blora bisa
dilakukan dengan cara memberi penyuluhan pada masyarakat tentang potensi
yang ada diwilayahnya agar masyarakat mengetahui segala potensi yang ada
didilayahnya, modernisasi cara pengolahan sumberdaya alam dan memberi
contoh cara pengolahan yang baik agar hasil pemanfaatan sumberdaya alam dapat
maksimal, Pemerintah Kabupaten menyediakan sarana prasarana yang baik
sebagai pendukung kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam.
Setiap kegiatan yang dilakukan untuk merubah suatu hal kearah yang lebih
baik pasti memiliki kendala. Kendala yang dihadapi dalam usaha memaksimalkan
pemanfaatan sumberdya alam di Kabupaten Blora adalah faktor manusia berupa
tingkat pendidikan dan tradisionalitas kehidupan masyarakat. Untuk mengatasi
kendala yang muncul, cara memaksimalkan yang sudah disebutkan dalam
paragraf pertama perlu dilakukan secara intensif oleh pemerintah kabupaten
bersama dengan masyarakat. Dengan melakukan cara pemaksimalan pemanfaatan
sumberdaya secara intensif, kendala dapat diatasi dan hasil maksimal akan dapat
diperoleh sehingga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
DAFTAR RUJUKAN
Kabupaten Blora.(online).(http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Blora),diakses
pada 26 April 2014.
Kabupaten Blora.(online).(http://www.jatengprov.go.id/id/profil/kabupaten-
blora),diakses pada 4 Mei 2014.
Marzuki, K.2010.Minimnya Bagi Hasil Blok Cepu.(online).(
http://m.suaramerdeka.com/index.php/read/cetak/2010/01/27/96756),diakses pada
4 Mei 2014.
Rusyono, S.2013.Angka Pengangguran di Blora Masih Tinggi.(online).(
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news_muria/2013/02/21/146365/
Angka-Pengangguran-di-Blora-Masih-Tinggi),diakses pada 26 April 2014.
Sejagad,W.2013.Flora dan Fauna Kabupaten Blora Jawa Tengah.(online).(
http://vipanyus.blogspot.com/2013/12/flora-dan-fauna-kabupaten-blora-
jawa.html),diakses pada 24 April 2014.
Sarief, Saifuddin.1986.Ilmu Tanah Pertanian.Bandung:Pustaka Buana.
Woyanti,Nenik.2002.Profil Investasi dan Potensi Ekonomi Kabupaten Blora.
Laporan penelitian Profil Investasi dan Potensi Ekonomi Kabupaten
Blora.Universitas Diponegoro.Semarang.