Post on 03-Dec-2021
Electronic Commerce (E-Commerce) Dalam Perspektif… | Azizah, Supandi, Waluyo | 275
Electronic Commerce (E-Commerce) Dalam Perspektif Ekonomi Pertahanan
Electronic Commerce (E-Commerce) on a Perspective of Defense Economic
Lutviana Azizah1, Supandi2, Surryanto D.W3
Prodi Ekonomi Pertahanan Fakultas Manajemen Pertahanan
Universitas Pertahanan (azizahlutviana1@gmail.com)
Abstrak – Sistem pertahanan dan keamanan yang kuat di suatu negara bergantung kepada kemampuan negara untuk merespon lingkungan strategis secara bijak untuk meminimalisir ancaman yang datang dari luar. Saat ini perkembangan lingkungan strategis menjadi lebih eskalatif dan kompleks disebabkan oleh globalisasi. Globalisasi tidak hanya menyebabkan keterbukaan dan hilangnya batasan-batasan, namun juga menjadikan perkembangan teknologi menjadi semakin pesat. Jika sebelumnya teknologi digunakan sebagai sarana komunikasi dan informasi, saat ini teknologi digunakan untuk melakukan aktivitas perdagangan dalam bentuk e-commerce. Kemudahan dan keunggulan yang dimiliki oleh e-commerce juga memberikan dampak negatif bagi Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa ancaman potensial yang ditimbulkan oleh dampak negatif e-commerce, sekaligus menganalisa pengelolaan e-commerce dalam perspektif ekonomi pertahanan. Analisa data menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa e-commerce termasuk ke dalam potensi ancaman yang nyata, dan dapat berdampak besar jika pemerintah sebagai regulator tidak mampu membuat aturan yang tepat. Pemerintah juga telah berupaya maksimal dalam mengelola potensi ancaman yang ditimbulkan oleh e-commerce, mulai dari tahapan perencanaan hingga pengawasan. Peningkatan sinergi berupa penelitian, kajian keilmuan, penyusunan kebijakan, dan perancangan regulasi diperlukan agar dapat mengantisipasi dan meminimalisir potensi ancaman.
Kata kunci: E-Commerce, Ekonomi Pertahanan, Ancaman. Abstract A strong state’s defense and security system depends on its of the state to respond to the strategic environment wisely so it can minimize the foreign threats. At the present time, the development of the strategic environment is escalating and more complex due to globalization. Globalization does not only lead to openness and loss of boundaries, but also makes technological development more rapid. While in the past technology had been used as a means of communication and information, the technology nowadays is used to conduct trading activities in the form of e-commerce. The ease and advantages of e-commerce also have a negative impact in Indonesia. The purpose of this study is to analyze potential threats posed by the negative impacts of e-commerce, as well as analyzing e-commerce management in a defense economic perspective. Data analysis used is a qualitative approach with descriptive analysis techniques. The results indicate that e-commerce is included in the potential for real threats, and it will have a major impact if the government as a regulator is not able to make the right rules. The government has also made every effort to manage the potential threats that may be caused by e-commerce, starting from the planning stage to the supervision stages. To increase synergy in the form of research, scientific studies, policy formulation, and regulation design are needed in order to be able to anticipate and minimize potential threats
1 Program Studi Ekonomi Pertahanan Cohort 8, Fakultas Manajemen Pertahanan, Universitas Pertahanan 2 Program Studi Manajemen Pertahanan, Fakultas Manajemen Pertahanan, Universitas Pertahanan. 3 Program Studi Diplomasi Pertahanan, Fakultas Strategi Pertahanan, Universitas Pertahanan.
276 | Jurnal Ekonomi Pertahanan | Volume 5 Nomor 2 Tahun 2019
Keywords: E-commerce, Economic Defense, Threat Pendahuluan
istem pertahanan dan keamanan
negara merupakan suatu barang
publik yang besifat non-rivalry
dan non-excludability. Oleh karena itu,
negara wajib untuk memberikan sistem
pertahanan dan keamanan yang kuat
agar warga negara dapat merasa aman
dalam melakukan kegiatan ekonomi
untuk memenuhi kebutuhannya. Namun
sistem pertahanan dan keamanan yang
kuat tidak dapat terwujud tanpa
menganalisis lingkungan strategis yang
terjadi. Analisis lingkungan strategis ini
bertujuan agar pemerintah dapat melihat
ancaman, baik berupa ancaman militer,
ancaman non-militer atau ancaman
hibrida. Pada saat ini, perkembangan
lingkungan strategis terjadi semakin
eskalatif dan kompleks disebabkan oleh
globalisasi. Globalisasi merupakan suatu
proses terbentuknya suatu tatanan,
aturan dan sistem yang berlaku bagi
seluruh bangsa di dunia yang secara tidak
langsung menghapus batasan-batasan
wilayah dan meminimalisir peran
pemerintah dalam mengeluarkan
4 Rownald B.F. Pasaribu, 2012. “Bahan Ajar
Ekonomi Pembangunan; Globalisasi dan Pembangunan Ekonomi Indonesia”, Fakultas
kebijakan maupun peraturan-peraturan
yang ada. Hilangnya batasan-batasan ini
membuat warga negara dapat melakukan
perdagangan dengan bebas, melakukan
investasi antar negara, atau melakukan
pertukaran ide, pikiran, gagasan, ilmu
serta teknologi sehingga membuat
teknologi dapat berkembang dengan
pesat. 4
Salah satu bentuk kemajuan
teknologi yang dirasakan secara nyata
adalah dengan ditemukannya teknologi
internet. Teknologi internet
memudahkan manusia dalam mengakses
informasi-informasi yang dibutuhkan oleh
manusia agar dapat hidup secara efektif
dan efisien. Akibatnya timbul fenomena
globalisasi yang menyebabkan
keterbukaan dalam segala bidang dan
menghilangkan batasan yang sudah ada.
Dunia yang tanpa batas tersebut
menjangkau setiap aspek kehidupan
manusia yang terhubung melalui jaringan
online dan menyebabkan penggunanya
saling terhubung satu dengan yang
lainnya. Awalnya internet hanya
Ekonomi Universitas Gunadarma. hlm. 469-474.
S
Electronic Commerce (E-Commerce) Dalam Perspektif… | Azizah, Supandi, Waluyo | 277
digunakan untuk mengakses informasi
bagi kehidupan manusia, kemudian
berkembang untuk berkomunikasi
dengan orang lain melalui email atau
social media.
Meningkatnya pengguna internet
membuat para pelaku bisnis
menggunakan internet sebagai alat
memasarkan produknya dengan cara
memasang iklan, brosur dan situs
perusahaan. Pebisnis melihat banyak
potensi yang didapatkan dari media
internet ini. Perkembangan teknologi
internet menciptakan suatu dunia tanpa
batasan yang menghalanginya sehingga
menciptakan globalisasi yang sempurna
atau biasa disebut dengan dunia maya.
Dunia maya ini kemudian memunculkan
sebuah industri dan pasar baru khususnya
untuk melakukan aktivitas perdagangan.
Industri ini disebut dengan electronic
commerce, atau biasa disingkat dengan e-
commerce. Pasar baru ini mengubah
perilaku pelaku bisnis dan konsumen
dalam melakukan transaksi. Hal ini
membuat pasar tradisional dan
konvensional seperti Matahari dan
Ramayana terkena dampak dari disrupsi
ini. Era disrupsi5 ini mengharuskan pelaku
5 Disrupsi merupakan sesuatu yang membuat
banyak hal baru, sehingga yang lama menjadi ketinggalan zaman, kuno, dan tidak terpakai.
bisnis mengikuti perubahan yang ada jika
tidak ingin terganggu atau mati. Hal ini
disebabkan karena e-commerce
memberikan kemudahan, accessible, dan
relatif murah.6
Mekanisme aktivitas perdagangan
konvensional secara offline dilakukan
dengan bertatap muka secara langsung,
sedangkan e-commerce dilakukan secara
online dan menggunakan fasilitas
internet sebagai media komunikasi tanpa
harus bertatap muka secara langsung.
Aktivitas perdagangan yang dilakukan
menggunakan internet sebagai media
komunikasi meliputi proses produksi,
iklan, penjualan, pembayaran, distribusi,
dan pencatatan. Hal tersebut juga
dilakukan dalam aktivitas perdagangan
konvensional, namun yang membedakan
adalah karakteristik pasar online yang
dapat menembus batas-batas dunia
tanpa memperdulikan jarak, memotong
rantai distribusi, dan tersedia selama 24
jam tanpa batasan waktu operasional,
konsumen dapat membandingkan
dengan mudah harga dari sebuah barang
tanpa harus pergi ke toko dan bertanya
tentang harganya, penghematan biaya
untuk produsen atau distributor dengan
6 Rhenald Kasali, Disruption, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2017), hlm. 29-56.
278 | Jurnal Ekonomi Pertahanan | Volume 5 Nomor 2 Tahun 2019
tidak diperlukannya sebuah bangunan
berupa toko atau gudang.7
Pasar online yang semakin banyak
saat ini juga memberikan keunggulan-
keunggulan lain yang berbeda jika
dibandingkan dengan pasar konvensional
(offline). Keunggulan yang diberikan
berupa transaksi yang semuanya
dilakukan secara online antara
perusahaan dan pihak ketiga,
memberikan informasi mengenai
perusahaan dan produk secara
mendetail, meningkatkan kecepatan
transaksi, meminimalisir biaya, dan
memberikan strategi dalam praktek
pemasaran produk.8
Terdapat empat dimensi yang dapat
digunakan dalam menguji efisiensi
internet sebagai jalur pemasaran onlline
jika dibandingkan dengan jalur
pemasaran konvensional. Dimensi
tersebut berupa perbandingan tingkat
harga, tingkat perubahan harga, tingkat
penyesuaian menu biaya, dan tingkat
variasi harga (price dispersion). Efisiensi
internet sebagai jalur pemasaran secara
7 Nufransa Wira Sakti, op. cit., hlm. 14-17 8 Diyan Ivanov, “The Impact of E-Commerce on
Small-Size Companies in Sweden”, Thesis Magister, (Swedia: Karlstad Business School, Karlstad University, 2012), hlm. 6.
9 E. Brynjolfsson dan M.D. Smith,” Frictionless Commerce? A Comparison of Internet and Conventional Retailers”, Journal of Management Science, Vol. 46, No. 4, hlm. 563-
online tercapai jika mampu memberikan
tingkat harga yang lebih rendah, tingkat
sensitifitas harga yang lebih tinggi, dan
tingkat variasi harga yang lebih rendah
jika dibandingkan dengan jalur
pemasaran konvensional.9 Keunggulan
yang didapat dari e-commerce ini
membuat para pebisnis lebih mudah
dalam mengembangkan bisnisnya dan
dapat memaksimalkan keuntungan yang
didapat.
Sebuah penelitian yang dilakukan
pada salah satu UMKM di Indonesia
menyatakan bahwa dengan
memanfaatkan teknologi informasi,
khususnya e-commerce membuat
penjualan mengalami peningkatan bila
dibandingkan dengan sebelum
menggunakan sistem e-commerce.
Dalam penelitian ini, penjualan meningkat
hingga 20% dari penjualan sebelum
menggunakan sistem online. Hal ini
disebabkan karena transakasi yang dapat
berjalan secara efektif dan efisien serta
pelanggan dapat membeli produk kapan
dan dimana saja.10
585., dalam http://ebusiness.mit.edu/erik/frictionless.pdf, diakses pada 28 Juli 2018.
10 Miftahus Sholihin dan Siti Mujilahwati, “Dampak Pemanfaatan E-Commerce terhadap Peningkatan Penjualan di UMKM (Studi Kasus Ninda Bros Lamongan)”, Jurnal TeknikA Vol. 8 No. 1, ISSN No. 2085-0859, Dosen Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik,
Electronic Commerce (E-Commerce) Dalam Perspektif… | Azizah, Supandi, Waluyo | 279
Manfaat dari e-commerce tidak
hanya dirasakan oleh para pebisnis,
melainkan juga kepada para konsumen.
Sebuah survei yang dilakukan oleh
Shopback, sebuah startup portal e-
commerce asal Singapura terhadap
konsumen e-commerce di Indonesia,
mengungkapkan beberapa alasan
konsumen lebih memilih berbelanja di
toko online dibandingkan dengan toko
konvensional. Menurut survey tersebut,
ada empat alasan yang membuat
pelanggan melakukan transaksi melalui e-
commerce, yaitu adanya tawaran promo
menarik, kemudahan melakukan
pembayaran, bebas biaya pengiriman dan
kemudahan mengakses lewat
smartphone.11 Sedangkan dalam sebuah
survei yang dilakukan oleh IDEA
(Indonesia E-Commerce Association),
menunjukkan ada tujuh alasan mengapa
konsumen lebih memilih melakukan
transaksi di toko online. Alasan yang
dikemukakan antara lain menghemat
waktu, tidak perlu keluar rumah, barang
langsung diantar kerumah, dapat
Universitas Islam Lamongan, Maret 2016, dalam http://journal.unisla.ac.id/pdf/11812016/miftahus%20siti.pdf, diakses pada 14 Agustus 2018.
11 Nawangwulan, Maya. “Survey: Pria Lebih Banyak Belanja Online Dibanding Wanita”, dalam https://bisnis.tempo.co/read/825954/survei-
membandingkan produk dengan mudah,
menemukan produk pasar dengan lebih
mudah, mendapat harga yang lebih
murah, dan kualitas yang tidak kalah dari
toko konvensional.12
Keunggulan dan kemudahan yang
ditawarkan saat berbelanja di pasar
online membuat pasar online semakin
diminati dan berkembang semakin pesat,
termasuk di Indonesia. Di Indonesia
perkembangan e-commerce juga
mengalami peningkatan yang sangat
pesat dan memiliki dampak positif bagi
pebisnis, konsumen dan masyarakat.
Berkembangnya e-commerce akan
memberi dorongan pada perekonomian
wilayah yang lebih merata, karena
semakin besar perputaran capital di suatu
wilayah akan menyebabkan semakin
pesatnya pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi juga menjadi lebih
merata dikarenakan kemudahan
bertransaksi dan juga pemasaran produk-
produk dari pedesaan yang tidak lagi
dihalangi oleh jarak.13
pria-lebih-banyak-belanja-online-dibanding-wanita, diakses pada 28 Juli 2018.
12 Hogantoro, Haris Aji. “7 Alasan Masyarakat Berbelanja Online”, dalam https://mebiso.com/7-alasan-masyarakat-berbelanja-online/, diunduh pada 28 Juli 2018.
13 Prasetyo Budi Widagdo, “Analisis Perkembangan E-commerce Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Wilayah di
280 | Jurnal Ekonomi Pertahanan | Volume 5 Nomor 2 Tahun 2019
Survei yang dilakukan terhadap
1.213 responden pada Desember 2014,
menunjukkan ada lima alasan mengapa
konsumen tidak melakukan belanja
online. Sebesar 24 persen dari responden
pernah melakukan transaksi belanja
online, dan 76 persen responden lainnya
masih enggan membeli barang tanpa
bertatap muka. Lima alasan yanrg
membuat responden enggan melakukan
transaksi e-commerce ialah tidak percaya
pada toko online, lebih senang berbelanja
offline, ingin mencoba barang, merasa
tidak perlu, dan transaksi yang cukup
rumit.14 Kemudahan e-commerce
membuat para pebisnis dapat dengan
mudah memasarkan produk-produknya
dengan modal yang murah dan cara yang
mudah, sehingga cenderung ebih efektif
dan efisien. Ruang lingkup pasar tidak
hanya diberikan untuk konsumen dalam
negeri, tetapi juga untuk konsumen luar
negeri (global). Hal ini menuntut para
pebisnis agar lebih kreatif dan inovatif
dalam memproduksi dan memasarkan
produknya.
Indonesia”, Universitas Gajah Mada, 2016, dalam https://www.researchgate.net/publication/308318863, diakses pada 29 Juli 2018.
14 Anjani, Rahmi. “5 Alasan Utama yang Membuat Orang Enggan Berbelanja Online”, dalam
Pasar yang luas memberikan
dampak bagi peluang bisnis sehingga
semakin besar dalam mendapatkan
keuntungan secara optimal. Selain itu
konsumen juga dapat dengan mudah,
efektif, dan efisien dalam memilih dan
membeli barang melalui e-commerce. Hal
ini menyebabkan konsumen e-commerce
semakin meningkat setiap tahunnya.
Menurut data We are Social and
Hootsuite, konsumen barang jadi melalui
e-commerce meningkat 13 persen pada
tahun 2017, yaitu 28,07 juta jiwa.15
Peningkatan konsumen e-commerce
dapat membuat perekonomian Indonesia
tumbuh dan membuat perputaran
ekonomi menjadi lebih cepat. Selain
berdampak pada meningkatnya
pertumbuhan ekonomi, pasar online juga
dapat meminimalisir tingkat
pengangguran. Pengangguran yang
kreatif dan inovatif dapat memanfaatkan
pasar online yang mempunyai
keunggulan dibandingkan bisnis offline.
Dengan berkurangnya pengangguran
maka akan mengurangi tingkat
kemisikinan dan menambah
https://wolipop.detik.com/read/2015/01/23/074838/2811527/1141/5-alasan-utama-yang-membuat-orang-enggan-berbelanja-online, diunduh pada 28 Juli 2018.
15 Karina, “Tren Belanja Pacu Impor”, Kompas, 30 Juli 2018, hlm. 13
Electronic Commerce (E-Commerce) Dalam Perspektif… | Azizah, Supandi, Waluyo | 281
kesejahteraan bagi masyarakat
Indonesia.
Perkembangan dan kemajuan
teknologi berbasis internet ini, selain
mempunyai dampak positif, juga memiliki
dampak negatif, khususnya yang
berkaitan dengan dampak sosial seperti
keeratan emosional antara konsumen
dan produsen atau distributor yang
semakin berkurang. Minimnya frekuensi
tatap muka antar personal dan
banyaknya tawaran produk dari berbagai
toko di internet membuat konsumen
memiliki banyak sekali pilihan yang
mengakibatkan sulitnya menciptakan
loyalitas konsumen. Hal inilah yang
menyebabkan kurangnya keeratan
emosional antara konsumen dan
produsen atau distributor. Selain itu,
berbelanja online juga memiliki resiko
yang lebih besar terutama dalam
keamanan bertransaksi.
Selain itu, kemudahan bisnis online
dalam mekanisme prosesnya, membuat
masyarakat Indonesia menjadi konsumtif
dan menimbulkan sifat boros. Sifat
konsumtif dan boros ini dikarenakan
konsumen dapat melihat seluruh barang
yang dipasarkan dengan mudah di
16 Bisma, Dwaraka Daru. “Bisnis Online
Berpengaruh terhadap Masyarakat dan Perekonomian Indonesia”, dalam
marketplace tanpa perlu mengeluarkan
tenaga lebih. Kemudahan pasar online ini
membuat konsumen menjadi malas
karena proses pembelian yang relatif
mudah, cepat dan aman. Hal ini membuat
konsumen menjadi malas untuk
bertransaksi langsung, sehingga
mengurangi aktivitas sosial terhadap
lingkungan sekitar karena transaksi
online dapat diakses dengan mudah
melalui smartphone tanpa perlu bertatap
muka.16 Ditambah lagi dengan adanya
promo menarik yang ditawarkan
menyebabkan konsumen tidak hanya
membeli barang yang dibutuhkan, namun
juga barang yang diinginkan.
Perkembangan teknologi yang
semakin canggih dan tanpa batas
menyebabkan e-commerce juga ikut
semakin berkembang dan tidak dapat
ditolak kehadirannya. Dampak-dampak
negatif yang diberikan oleh e-commerce
mau tidak mau harus dihadapi oleh
Indonesia, sebagai konsekuensi dari
fenomena globalisasi dalam bidang
teknologi. Dampak buruk yang
ditimbulkan oleh e-commerce tidak hanya
dapat dirasakan oleh masyarakat saja
seperti munculnya perilaku konsumtif,
https://www.jakarta.koranmu.com/2017/12/bisnis-online-berpengaruh-terhadap.html, diakses pada 14 Agustus 2018.
282 | Jurnal Ekonomi Pertahanan | Volume 5 Nomor 2 Tahun 2019
boros, atau berkurangnya keeratan
emosional terhadap lingkungan sosial,
namun juga dapat dirasakan oleh negara
Indonesia. Salah satu dampak negatif
yang mungkin ditimbulkan oleh e-
commerce ini misalnya berkaitan dengan
banyaknya barang-barang impor yang
masuk ke Indonesia. Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional,
Bambang Brodjonegoro menjelaskan jika
impor barang konsumsi terus meningkat,
dapat mengakibatkan konsumerisme
atau perilaku konsumsi yang berlebihan
terhadap barang impor, menghambat
pertumbuhan industri, dan pertumbuhan
ekonomi dalam negeri. Lesunya industri
dapat mempengaruhi kepada turunnya
investasi, meningkatnya pengangguran
dan menghambat pertumbuhan
ekonomi.17
Dampak negatif yang ditimbulkan
oleh e-commerce dalam perspektif
ekonomi pertahanan dapat digolongkan
sebagai bagian dari ancaman potensial
(belum nyata). Meskipun masih bersifat
potensial (belum nyata), pemerintah
Indonesia tetap harus memiliki
kewaspadaan dini dalam menghadapi
ancaman tersebut. Karena jika
17 Maulandy Rizky Bayu Kencana, “Impor Barang
Konsumsi Tinggi, Industri Dalam Negeri Bisa Terganggu”, dalam https://www.liputan6.com/bisnis/read/335430
diremehkan dan tidak diperhatikan
dengan baik, dikhawatirkan dapat
menjadi ancaman aktual (nyata) pada
masa yang akan datang. Bentuk dari
kewaspadaan dini yang dilakukan oleh
pemerintah adalah dengan cara
mengelola e-commerce dengan sebaik
mungkin, agar dapat meminimalisir
dampak negatif yang mungkin muncul
dan mengancam Indonesia khususnya
berkaitan dengan aspek sosial-ekonomi
masyarakat. Oleh karena itu fokus
penelitian ini adalah mengelola e-
commerce dalam perspektif ekonomi
pertahanan. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis ancaman potensial
dari e-commerce dan manajemen e-
commerce dalam perspektif ekonomi
pertahanan.
Metode Penelitian
Proses analisis data tentunya
membutuhkan teori dan konsep untuk
mempertajam kajian yang menjadi output
dari penelitian ini. Manajemen menurut R.
C. Davis adalah sebuah fungsi
kepemimpinan eksekutuf dalam suatu
organisasi. William Spriegel juga
berpendapat bahwa manajemen adalah
8/impor-barang-konsumsi-tinggi-industri-dalam-negeri-bisa-terganggu, diakses pada 20 Agustus 2018.
Electronic Commerce (E-Commerce) Dalam Perspektif… | Azizah, Supandi, Waluyo | 283
suatu fungsi kepemimpinan yang
mengarahkan dan mengendalikan
seluruh kegiatan agar dapat mencapai
tujuan organisasi.18 Dalam bukunya
Sukarno juga menjelaskan bahwa
manajemen berasal dari kata manage,
yang berarti mengawasi, membimbing
dan memperlakukan dengan seksama,
mengurus seluruh kegiatan untuk
mencapai tujuan.19 Handoko juga
mengemukan bahwa manajemen
merupakan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan kegiatan anggota organisasi
dan penggunaan sumber daya organisasi
lainnya agar mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan.20
Perdagangan menurut Bambang
Utoyo adalah proses tukar menukar
barang dan jasa dari suatu wilayah
dengan wilayah lainnya karena adanya
perbedaan kebutuhan dan sumber daya
yang dimiliki.21 Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2014 mendefinisikan perdagangan
sebagai tatanan kegiatan yang terkait
dengan transaksi barang dan atau jasa di
18 Ibnu Syamsy, Pokok-Pokok Organisasi dan
Manajemen, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 59
19 Sukarno, Dasar-Dasar Manajemen, (Bandung: PT. Masdar Maju, 2009), hlm. 11.
20 T. Hani Handoko, Manajemen Edisi 2, (Yogyakarta: BPFE, 1995), hlm. 8
21 Anonym, dalam http://digilib.umg.ac.id/files/disk1/24/jipptumg-
dalam negeri dan melampaui batas
wilayah negara dengan tujuan pengalihan
hak katas barang dan atau jasa untuk
memperoleh imbalan atau kompensasi.22
Kegiatan perdagangan dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan, memperoleh
penghasilan, mengusahakan pemerataan
hasil, meningkatkan kemakmuran rakyat,
mendorong kegiatan ekonomi lainnya
dan mendorong kemajuan bidang-bidang
tertentu.
Electronic Commerce (e-commerce)
menurut Turban, Lee, King, Chung
merupakan sebuah konsep transaksi jual
beli atau pertukaran produk, jasa dan
informasi melalui jaringan informasi
seperti internet.23 Sedangkan David Baum
berpendapat bahwa e-commerce
merupakan sebuah teknologi, aplikasi
dan proses bisnis yang berguna untuk
menghubungkan perusahaan, distributor
dan konsumen melalui transaksi
elektronik dan perdagangan barang,
pelayanan dan informasi yang dilakukan
-agusromadh-2387-2-babii.pdf, diakses pada 3 September 2018.
22 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, Bab I, Pasal 1, ayat (1).
23 Muhammad Suyanto, Multimedia Alat untuk Meningkatkan Kemampuan Bersaing, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2003), hlm. 11.
284 | Jurnal Ekonomi Pertahanan | Volume 5 Nomor 2 Tahun 2019
secara elektronik.24 Jony Wong juga
menyatakan dalam bukunya bahwa e-
commerce adalah pembelian, penjualan
dan pemasaran barang dan jasa melalui
system elektronik, seperti radio, televise
dan internet.25 Fenomena e-commerce
dapat memberikan dampak yang positif
bagi negara, karena dapat memudahkan
dan mengurangi biaya operasional untuk
memberikan layanan publik kepada
masyarakat dengan kualitas yang lebih
baik.26 Selain itu, dampak yang positif
bagi pebisnis dan konsumen, sehingga
secara langsung maupun tidak langsung
dapat mendorong pertumbuhan
perekonomian suatu negara.27
Teori demand (permintaan) dalam
ilmu ekonomi merupakan keinginan dari
konsumen terhadap barang-barang
tertentu yang dibutuhkan atau
diinginkan. Teori ini menjelaskan tentang
ciri hubungan antara jumlah permintaan
dan harga. Semakin tinggi harga suatu
barang, maka semakin rendah jumlah
permintaan suatu barang atau jasa di
24 Onno W. Purbo dan Aang Wahyudi, Mengenal
E-Commerce, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2001), hlm. 2.
25 Jony Wong, Internet Marketing for Beginners, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2010), hlm. 33.
26 Rina Noviana, Sulandari dan Lituhayu, “Manajemen Manajemen E-Government Berbasis Web Model Government to Citizen (G2C) pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
pasar. Sedangkan teori supply
(penawaran) merupakan sejumlah
produk baik barang maupun jasa ataupun
komoditi yang tersedia dalam pasar yang
siap untuk di jual kepada konsumen yang
membutuhkannya, teori ini menjelaskan
tentang hubungan antara harga dan
penawaran. Semakin rendah harga suatu
barang maka semakin sedikit penawaran
suatu barang atau jasa di pasar. Sehingga
teori demand dan supply dapat
menggambarkan suatu hubungan antara
konsumen dan penjual dalam
menentukkan harga dan kuantitas suatu
barang atau jasa di pasar. Dalam teori ini,
keseimbangan atau ekuilibrium dapat
tercipta apabila jumlah yang ditawarkan
para penjual pada suatu harga tertentu
sama dengan jumlah yang diminta para
pembeli pada harga tersebut.28
Ekonomi pertahanan menurut Prof.
Purnomo Yusgiantoro diartikan sebagai
cabang ilmu yang mempelajari tentang
pengalokasian berbagai sumber daya
nasional guna memenuhi kebutuhan akan
Provinsi Jawa Tengah”, Universitas Diponogoro, dalam https://media.neliti.com/media/publications/135616-ID-manajemen-e-government-berbasis-web-mode.pdf, diakses pada 18 Agustus 2018.
27 Prasetyo Budi Widagdo, op. cit. 28 Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi: Teori
Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 75-93.
Electronic Commerce (E-Commerce) Dalam Perspektif… | Azizah, Supandi, Waluyo | 285
rasa aman dari ancaman, baik ancaman
dari dalam maupun luar negeri. Ekonomi
pertahanan mempelajari bagaimana
mengaplikasikan prinsip-prinsip ekonomi
terhadap isu-isu dan kebijakan
pertahanan, baik secara teoritis maupun
empiris dengan mempertimbangkan
aspek kelembagaan terkait dengan
pertahanan. Tujuan utama dari studi
ekonomi pertahanan adalah tercapainya
efektifitas dan efisiensi dalam setiap
proses pertahanan yang dilakukan agar
tercipta rasa aman dari ancaman-
ancaman yang ada. Maka dari itu, dalam
mengkaji sebuah isu, ilmu ekonomi
pertahanan tidak dapat berdiri sendiri,
melainkan perlu dilengkapi dengan kajian
disiplin ilmu lainnya, seperti
makroekonomi, mikroekonomi, ekonomi
public dan ekonomi pembangunan. 29
Menurut sistem pertahanan semesta,
ekonomi pertahanan didefinisikan
sebagai ilmu yang mempelajari sistem
perilaku ekonomi untuk
mempertahankan kedaulatan ekonomi
negara berbasis kekuatan produktif
29 Purnomo Yusgiantoro, op.cit., hlm. 3-5. 30 Aris Arif Mundayat dalam Focus Group
Discussion (FGD) Ekonomi Pertahanan dengan tema “Ekonomi Pertahanan sebagai Disiplin Ilmu yang Mengkaji Aspek Pertahanan sebagai Landasan Kebijakan di dalam Penyelenggaraan Ekonomi Nasional untuk Kepentingan Kesejahteraan Sosial dan Keamanan Nasional”
rakyat bersama negara, dan swasta
secara semesta untuk mencapai
kesejahteraan yang inklusif.30
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode kualitatif.
Penelitian kualitatif sering disebut
dengan penelitian naturalistik atau
etnografi karena penelitian kualitatif
dilakukan pada kondisi alamiah pada
objek yang berkembang apa adanya,
tidak dimanipulasi oleh peneliti dan
kehadiran peneliti tidak begitu
mempengaruhi dinamika pada objek
tersebut. Creswell dalam bukunya
menjelaskan penelitian kualitatif
merupakan metode yang digunakan
untuk mengeksplorasi dan memahami
makna dari sejumlah individu atau
kelompok yang dianggap berasal dari
masalah sosial atau kemanusiaan.31
Teknik penyajian data
menggunakan pola deskriptif. Pola
deskriptif merupakan metode penelitian
yang berusaha menggambarkan dan
menginterprestasi objek sesuai dengan
apa adanya.32 Metode deskriptif dapat
di Universitas Pertahanan Indonesia, tanggal 31 Juli 2018.
31 John W. Creswell, Research Design: pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif dan Campuran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), hlm 4-5.
32 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), hlm. 157.
286 | Jurnal Ekonomi Pertahanan | Volume 5 Nomor 2 Tahun 2019
juga diartikan suatu metode dalam
meneliti suatu objek, status sekelompok
manusia, kondisi, sistem pemikiran atau
peristiwa di masa sekarang. Maka dari itu
penelitian ini diharapkan dapat
menggambarkan secara sitematis fakta
dan karakteristik objek yang diteliti secara
tepat agar dapat dipahami secara
mendalam, sehingga dapat memberikan
jalan keluar atau solusi masalah yang ada
berdasarkan sumber data. Teknik
pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan teknik
wawancara, observasi dan dokumen.
Pembahasan
Munculnya e-commerce pada kalangan
masyarakat tidak lepas dari pesatnya
perkembangan teknologi digital di
Indonesia. Perubahan era menuju era
digital mampu meningkatkan kehidupan
masyarakat. Potensi besar akan hadirnya
e-commerce menjadi sebuah harapan
baru bagi Indonesia dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi terutama pada
sektor mikro. Era industri seperti saat ini
yang mengarah kepada era industri 4.0
menjadikan e-commerce sebagai pijakan
dalam meningkatkan perekonomian.
Namun dibalik potensi keuntungan yang
didapatkan dari berkembangannya e-
commerce di Indonesia juga menyimpan
berbagai potensi ancaman bagi
perekonomian di indonesia. Potensi
ancaman yang dapat menggangu
kedaulatan perekonomian Indonesia
antara lain terdapat pada sisi impor,
investasi asing, hilangnya pendapatan
pajak hingga meluasnya kesenjangan
diranah masyarakat.
Bertumbuhnya e-commerce ini juga
tidak lepas dari meningkatnya tingkat
konsumsi masyarakat indonesia baik dari
kaum menengah kebawah ataupun
menengah keatas. Hal ini ditandai dengan
meningkatnya transaksi yang terjadi pada
Harbolnas (Hari Belanja Online Nasional)
periode 2012-2018. Berdasarkan data yang
dirilis oleh badan pusat statistik (BPS)
dimana pada periode Januari – Juni 2018,
impor barang konsumsi mencapai 8,182
miliar dollar naik sebesar 21,6% pada
periode yang sama pada tahun 2017. Hal
ini juga mempengaruhi pada persentase
impor secara keseluruhan dimana
persentasi impor pada periode januari-
juni 2018 sebesar 9,2% sedangkan pada
periode yang sama pada tahun 2017
persentase impor sebesar 9%.
Pembelian barang impor dipilih oleh
konsumen karena barang impor
mempunyai kualitas yang baik dan harga
yang ditawarkan jauh lebih murah jika
dibandingkan dengan produk dalam
Electronic Commerce (E-Commerce) Dalam Perspektif… | Azizah, Supandi, Waluyo | 287
negeri serta kurangnya kesadaran dan
kebanggaan untuk menggunakan produk
dalam negeri. Hasil data Bappenas
menyatakan bahwa barang impor
mendominasi penawaran di marketplace
Indonesia dengan perbandingan satu
banding tiga. Perbandingan ini terjadi
pada produk-produk seperti tas, sepatu,
pakaian, mainan, dan elektronik. Hal ini
terjadi dikarenakan pebisnis e-commerce
Indonesia lebih memilih menjadi reseller
dibandingkan memproduksi barang atau
jasa.
Menurut para ahli, kegiatan impor
dibutuhkan untuk mendapatkan bahan
baku, barang dan jasa serta teknologi
modern yang tidak dapat diproduksi
sendiri. Selain itu kegiatan impor juga
dapat untuk menambah pendapatan
negara. Akan tetapi, fenomena impor ini
menjadi sebuah ancaman negara dalam
bidang ekonomi. Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional, Bambang
Brodjonegoro menjelaskan jika impor
barang konsumsi terus meningkat akan
mengakibatkan konsumerisme atau
perilaku konsumsi yang berlebihan
terhadap barang impor, menghambat
pertumbuhan industri, dan pertumbuhan
ekonomi dalam negeri. Lesunya industri
dapat mempengaruhi kepada turunnya
investasi, meningkatnya pengangguran
dan menghambat pertumbuhan
ekonomi.
Tingginya dominasi dalam transaksi
barang impor dikarenakan berbagai
faktor, salah satunya pola pikir
masyarakat. Saat ini dengan mulai
pesatnya transaksi yang ada di e-
commerce tidak dibarengi dengan pola
produktif masyarakat. Masyarakat lebih
tertarik untuk hanya menjadi dropshipper
saja sehingga masih belum banyak
produk-produk lokal yang muncul pada e-
commerce. Selain dari pola pikir
masyarakat, pemerintah juga saat ini
masih lebih berfokus kepada kepada
UMKM sektor offline berupa pendaan
serta serta pendampingan sehingga
masih akan butuh proses yang lebih
panjang bagi produk-produk lokal untuk
bisa masuk kedalam marketplace. Dan
yang terakhir adalah mengenai kebijakan
produk impor. Saat ini belum ada regulasi
kuat mengenai peredaran barang impor
yang ada di Indonesia. Pemerintah
sebagai regulator sebenarnya telah
melakukan upaya dengan menaikkan tarif
bea masuk bagi produk impor namun
dirasa belum berjalan secara maksimal
dalam membendung eksodus barang-
barang impor.
Selain impor, yang menjadi
ancaman potensial berikutnya adalah
288 | Jurnal Ekonomi Pertahanan | Volume 5 Nomor 2 Tahun 2019
masih bergantungnya startup lokal
kepada suntikan modal asing. Menurut
Menteri Komunikasi dan Informatika,
Rudiantara mengatakan bahwa pada
tahun 2019 akan ada lima startup yang
akan menjadi unicorn di Indonesia
diantaranya adalah bukalapak, tokopedia,
GO-JEK dan Traveloka. Hubungan antara
investasi asing dengan target pemerintah
sangatlah erat dimana saat ini untuk
meningkatkan serta memperluas bisnis
mereka sangan bergantung dengan
modal asing tersebut. Sebagai contoh,
Tokopedia memperoleh suntikan dana
sebesar Rp 14,7 triliun dari Alibaba Grup
pada Agustus 2017. Dengan masih
bergantungnya sektor e-commerce pada
suntikan modal asing berdampak pada
jenis-jenis produk yang diperjual belikan
dimana hampir 93% berasal dari produk
impor.
Investasi asing sebenarnya
bukanlah barang baru dalam dunia bisnis.
Akan tetapi apabila investasi tersebut
didominasi oleh asing maka akan dapat
menggangu kestabilan ekonomi negara
karena akan dapat menggangu
kedaulatan ekonomi suatu negara. Hal ini
dapat tercermin pada harbolnas tahun
2018 ini sekitar 90% produk-produk yang
beredar adalah produk impor. Hal ini
menjadi tanda bahwa produk lokal belum
mampu menjangkau marketplace secara
masif dan menjadi tuan rumah di negeri
sendiri. Ini pekerjaan rumah yang serius
bagi pemerintah dalam upaya
peningkatan proteksi serta daya saing
bagi produk-produk lokal supaya
mendapatkan porsi lebih dalam
markeplace yang ada sehingga
kedaulatan produk lokal tetap terjaga.
Hilangnya pendapatan pajak juga
menjadi potensi ancaman bagi
perekonomian indonesia. Saat ini belum
ada regulasi terkait pungutan pajak pada
sektor e-commerce. Berdasarkan data
dari We are Social and Hootsuite, total
penjualan barang konsumsi melalui e-
commerce pada tahun 2017 meningkat 22
persen dari tahun 2016, yaitu sebesar
7,056 milliar dollar AS. Hal ini
menyebabkan hilangnya peluang pajak
yang seharusnya didapatkan dari e-
commerce untuk menambah pendapatan
negara. Peter A. Johnson dalam studinya
telah memproyeksikan hilangnya
pendapatan pajak dari e-commerce
dengan menggunakan data dari United
State Commerce Department,
menunjukkan bahwa pajak penjualan
tertagih dari internet pada 2001 mencapai
1,9 miliar dolar Amerika dan
memperkirakan pajak penjualan yang
Electronic Commerce (E-Commerce) Dalam Perspektif… | Azizah, Supandi, Waluyo | 289
hilang sampai tahun 2011 akan melebihi
4,5 miliar dollar Amerika.
Pajak merupakan salah satu
penyumbang besar dalam pendapatan
pada postur APBN di Indonesia.
Berdasarkan hasil dari wawancara
dengan para narasumber dapat di analisa
bahwa potensi ancaman ini hadir
dikarenakan kurangnya pemerintah
sebagai regulator dalam menjangkaukan
pajak kepada sektor e-commerce, hal ini
menyebabkan potensi pendapatan pajak
dari sektor tersebut menjadi tidak
terealisasikan. Potensi transaksi e-
commerce di Indonesia dianggap cukup
besar, berdasarkan laporan Google dan
Temasek 2018, nilai transaksi e-commerce
di Indonesia mencapai US$12,2 miliar atau
jika dihitung menggunakan kurs Rp14.000
nilainya sebesar Rp170,8 triliun. Nilai itu
pada 2025 diperkirakan melesat menjadi
US$53 miliar. Bila menggunakan nilai nilai
tersebut maka potensi PPN yang bisa
dipungut bisa sejumlah Rp17,08 triliun.
Hanya saja, nilai tersebut dihitung dari
angka berdasarkan pesanan. Sementara
itu, jika dihitung data nett marchandise
value atau dasar transaksi yang sudah
dibayar nilainya bisa berubah. Maka
dibutuhkan regulasi pajak yang jelas
sehingga pemerintah dapat
mendapatkan pendapatan dari transaksi
e-commerce secara maksimal dan dapat
meningkatkan postur APBN.
Meskipun jumlah penerimaan pajak
untuk e-commerce tidak sebesar
pendapatan yang lain, namun potensi
pajak dimasa depan cukup menjanjikan.
Perlakuan pajak pada e-commerce ini juga
didasari oleh prinsip keadilan antara
perdagangan melalui konvensional
dengan e-commerce. Tidak adanya pajak
pada e-commerce akan berpengaruh
pada perilaku bisnis dan membuat
semakin banyak orang atau perusahaan
beralih dari metode perdagangan
konvensional ke e-commerce untuk
menghindari pajak sehingga dapat
mengganggu stabilitas ekonomi secara
keseluruhan.
Kesenjangan sosial dapat dianggap
menjadi ancaman potensial e-commerce
dalam penelitian ini. Kesenjangan terjadi
dimana secara infrastruktur yang
mendukung e-commerce secara penuh
belumlah dapat dirasakan seluruh
masyarakat. Hal ini dikarenakan tidak
semua masyarakat memahami mengenai
teknologi, khususnya pada daerah-daerah
yang terpencil, atau daerah-daerah yang
berada di kawasan pulau terluar. Bagi
masyarakat yang berada di wilayah pulau
terluar atau daerah yang tidak terjangkau,
teknologi menjadi sesuatu yang mahal
290 | Jurnal Ekonomi Pertahanan | Volume 5 Nomor 2 Tahun 2019
dan belum familiar, sehingga
mempengaruhi tingkat penggunaan
teknologi untuk e-commerce. Perbedaan
yang sangat tajam tersebut menjadikan
daerah-daerah di perkotaan yang
memahami atau memiliki literasi
terhadap teknologi menjadi bukan suatu
masalah. Tetapi kalau di daerah terluar
dan terpencil akan menjadi masalah,
karena jangankan memahami atau
memiliki akses ke teknologi, untuk
memenuhi hajat hidup sehari-hari saja
masih perlu perjuangan.
Kesenjangan terjadi karena masih
belum meratanya infrastruktur internet
yang dapat mendukung meratanya
pertumbuhan e-commerce di seluruh
indonesia. Hingga saat ini fasilitas 4G
belum dapat menjangkau seluruh daerah
dan desa yang berada di Indonesia
terutama daerah Indonesia bagian timur
sehingga dapat menimbulkan
kesenjangan di kalangan masyarakat.
Sebenarnya pemerintah sudah berupaya
untuk dapat meminimalisir adanya
kesenjangan tersebut dengan
menerbitkan Perpres No 74 Tahun 2017
mengenai e-commerce dengan harapan
dengan terbitnya perpres ini dapat
mempercepat penetrasi infrastruktur
internet di lapisan masyarakat sehingga e-
commerce dapat dijangkau seluruh
masyarakat.
Diperlukan upaya pengelolaan
ancaman potensial e-commerce untuk
meminimalisir empat potensi ancaman
yang telah disebutkan sebelumnya.
Dalam menghadapi era digitalisasi ini
diperlukan sebuah manajemen
pengelolaan yang tepat baik dalam
melakukan pengelolaan potensi
keunggulan agar keuntungan yang
dimiliki oleh e-commerce dapat dinikmati
secara maksimal ataupun sebaliknya
dilakukan juga manajemen pengelolaan
terhadap potensi ancaman yang
dihadirkan dalam menghadapi pesatnya
pertumbuhan e-commerce. Pemerintah
yang dalam hal ini berperan sebagai
pengendali manajemen perlu melakukan
manajemen potensi ancaman agar dapat
meminimalisir pengaruh dari potensi
ancaman tersebut.
Sesuai dengan G.R. Terry
menjelaskan dalam bukunya Principle
Management, bahwa manajemen adalah
suatu proses yang merupakan kegiatan
perencanaan, pengorganisasian,
menggerakkan dan mengendalikan
dalam memanfaatkan sumber daya yang
ada untuk mencapai tujuan organisasi.
Handoko juga mengemukan bahwa
manajemen merupakan perencanaan,
Electronic Commerce (E-Commerce) Dalam Perspektif… | Azizah, Supandi, Waluyo | 291
pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan kegiatan anggota organisasi
dan penggunaan sumber daya organisasi
lainnya agar mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan.
Bedasarkan teori diatas maka
langkah awal dalam melaksanakan
pengelolaan dimulai dengan adanya
perencanaan yang dilakukan dalam
melakukan pengelolaan potensi ancaman
e-commerce. Dalam pelaksanaan
perencanaan Pemerintah telah menyusun
roadmap e-commerce yang dimulai pada
tahun 2017-2019. Dengan hadirnya
roadmap ini diharapkan perencanaan
mengenai pertumbuhan e-commerce ini
dapat meminimalisir potensi ancaman.
Dalam perencanaan peta jalan
ecommerce ini dimulai dengan
membangun keamanan siber dengan
program melakukan melakukan
penguatan sistem keamanan dalam
upaya meningkatkan keamanan transaksi
online.
Setelah meningkatkan keamanan
siber, selanjutnya adalah melakukan
peningkatan efisiensi terhadap logistik e-
commerce dengan menggunakan
program sistem logistik nasional.
Dilanjutkan kepada peningkatan
infrastruktur komunikasi sebagai dasar
dari percepatan penetrasi e-commerce
serta dibarengi dengan peningkatan
mutu kualitas sumber daya manusia
(SDM) agar edukasi serta mampu
meningkatkan kualitas produk lokal
sehingga produk-produk lokal mampu
bersaing dalam marketplace. Dalam
program tersebut juga mengatur tentang
bagaimana mengatur perlindungan
konsumen agar transaksi dapat berjalan
secara aman, menyederhanakan
kewajiban perpajakan agar potensi
pendapatan negara pada sektor e-
commerce dapat terserap dengan
maksimal serta peningkatan pendanaan
bagi para startup-startup yang terjun
pada e-commerce.
Pemerintah telah menyusun
roadmap sebagai sebuah upaya dalam
melakukan perencanaan serta mejadi
sebuah pondasi dasar dalam
melaksanakan manajemen pengelolaan
potensi ancaman e-commerce. Setelah
melaksanakan perencanaan yang
dihadirkan dalam bentuk roadmap,
selanjutnya dilaksankan
pengorganisasian dalam upaya
melaksanakan perencanaan yang telah
disusun seusai dengan dengan
pandangan G.R. Terry dimana bagian
setelah perencanaan dalam managemen
adalah pengorganisasian.
292 | Jurnal Ekonomi Pertahanan | Volume 5 Nomor 2 Tahun 2019
Saat ini pemerintah telah berupaya
melaksankan pengorganisasian dengan
upaya menempatkan kementerian-
kementrian yang berkaitan erat dengan e-
commerce agar potensi ancaman dapat
diminimalisir. Hal ini juga dilihat dari alur
roadmap tersebut dimana dalam alur
tersebut pemerintah sudah
mengorganisasikan langkah-langkah
yang akan dijalankan pemerintah. Selain
itu upaya dalam pengorganisasian
dilakukan dengan mengupayakan
sinergitas antar lembaga terkait seperti
Bekraf dan Kominfo hingga Kementrian
Perdagangan dalam pengorganisasian
pelaksanaan roadmap tersebut sehingga
roadmap tersebut dapat berjalan sesuai
dengan tujuan roadmap tersebut.
Pada tahapan selanjutnya menurut
handoko dalam manjemen adalah
tahapan pengarahan kepada para
anggota organisasi agar dapat mencapai
tujuan organisasi. Dalam hal ini yang
dilakukan pemerintah dalam
melaksanakan pengarahan adalah
dengan upaya memberikan edukasi serta
memberikan akses investasi kepada
pelaku e-commerce dengan tujuan
startup-startup yang saat ini sudah ada
dapat mendapatkan suntikan dana
sehingga dapat meningkatkan serta
melebarkan bisnis mereka sehingga
dapat mampu menyerap produk-produk
lokal dan dapat bersaing dengan startup-
startup yang sudah lebih dulu
berkembang. Pelaku e-commerce sebagai
salah satu bagian dalam roadmap ini
diberikan arahan oleh pemerintah
mengenai perkembangan e-commerce
yang dinamis sehingga pala pelaku usaha
pada dunia e-commerce ini dapat
beradaptasi dengan setiap perubahan
yang ada.
Pada tahap pengawasan
pemerintah sudah berupaya maksimal
dalam menghadapi serbuan barang
impor, menyentuh potensi pajak hingga
meminimalisir kesenjangan namun belum
menyentuh pada investasi asing. Hal ini
juga tercermin dalam hasil wawancara
dengan narasumber dimana pemerintah
sudah berupaya secara maksimal dalam
melaksanakan manajemen pengelolaan
tersebut. Hal ini disampaikan oleh
narasumber dari Kemenko Ekonomi
dimana narasumber tersebut
mengatakan bahwa pemerintah sudah
berupaya meminimalisir produk-produk
impor yang masuk ke indonesia dengan
meningkatkan bea masuk namun upaya
tersebut tidak mengurangi jumlah impor
barang konsumsi yang membanjiri
marketplace.
Electronic Commerce (E-Commerce) Dalam Perspektif… | Azizah, Supandi, Waluyo | 293
Masuknya barang impor di era
globalisasi ini memang bukanlah menjadi
suatu hal yang tabu bagi sebuah negara
akan tetapi pemerintah harus membuat
regulasi serta pengawasan mengenai
produk-produk apa saja yg masuk serta
memberikan batasan-batasan penjualan
produk impor pada marketplace sehingga
ada ruang yang lebih besar terhadap
produk-produk lokal dan akan dapat
memicul pertumbuhan UMKM yang
terlibat didalam e-commerce. Selain
impor, konsen selanjutnya yang telah
dijalankan pemerintah adalam
memberikan edukasi serta pelaitihan bagi
bara penggiat startup baik bagi pemula
ataupun bagi statup yang telah
berkecimpung pada dunia e-commerce
yang diharapkan dengan adanya
pelatihan tersebut dapat meningkatkan
kualitas SDM yang berdampak pada
meminimalisir potensi ancaman e-
commerce.
Sedangkan pada sektor pajak,
pemerintah yang diwakili oleh
kementerian Keuangan telah
menerbitkan PMK Nomor
210/PMK.010/2018 namun baru akan
efektif pada 1 April 2018. Dalam terbitnya
peraturan tersebut, pemerintah
berupaya melakukan pengorganisasian
serta melakukan pengawasan terhadap
para pelaku bisinis e-commerce. Dalam
meminimalisir potensi ancaman pada
bagian kesenjangan pemerintah
berupaya mempercepat infrastruktur
pendukung e-commerce terutama bagi
daerah-daerah yang masih tertinggal
dalam si penggunaan internet agar
produk-produk lokal yang mempunyai
kualitas baik dapat menjangkau
marketplace yang telah tersedia. Dan
infraastruktur penunjang dalam
pergerakan logistik e-commerce ini dapat
menjangkau seluruh daerah di Indonesia.
Pada investasi asing majid menjadi
kelemahan bagi pemerintah dimana
belum ada regulasi yang mengatur
bagaimana batasan investasi asing pada
satu startup serta pengawasan pada
investasi tersebut. Hal ini juga tidak lepas
dari minimnya investasi dalam negeri
yang masuk ke dalam startup-startup
tersebut sehingga perlu ada upaya dari
pemerintah untuk meningkatkan
investasi lokal terhadap para startup-
starup tersebut agar dapat tetap menjaga
kedaulatan ekonomi Indonesia.
Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa pemerintah sudah
berupaya maksimal dalam mengelola
potensi ancaman yang timbul dari
hadirnya e-commerce di Inodnesia. Baik
pada thap perencanaan sampai dengan
294 | Jurnal Ekonomi Pertahanan | Volume 5 Nomor 2 Tahun 2019
pengawasan sudah dilakuan dengan
hadirnya roadmap ecommerce Indonesia.
Masih terdapat berbagai kekuarangan
yang seharusnya bisa diminimalisir
dengan upaya meningkatkan sinergitas
antar lembaga terkait agar roadmap yang
telah disusun bisa dijalankan dengan
optimal.
Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dikaji sebelumnya, peneliti
memberikan rekomendasi berupa
masukan dan saran sebagai berikut:
1. Teoritis
Manajemen terhadap pengelolaan
potensi ancaman e-commerce mutlak
harus dilakukan agar dapat
mengantisipasi serta meminimalisir setiap
potensi ancaman yang hadir. Dalam hal ini
ekonomi pertahanan dapat hadir
bersinergi dalam melakukan penelitian-
penelitian serta kajian keilmuan sehingga
segala kebijakan yang akan dibuat
mengenai e-commerce akan berdasar
kepada kedaulatan serta kesejahteraan
masyarakat.
2. Praktis
Rekomendasi pada tataran praktis
lebih ditujukan kepada pemerintah dalam
upaya meminimalisir potensi ancaman
yang berkaitan dengan hadirnya e-
commerce serta bagi peneliti selanjutnya,
dikarenakan adanya keterbatasan dari
peneliti dalam penelitian ini sebagai
berikut:
a. Bagi Kemenkeu,
memberlakukan tarif pajak
kepada produk-produk yang
dipasarkan melalui e-commerce
dan menurunkan kembali
standar minimun mengenai
pengenaan bea masuk untuk
barang impor
b. Bagi Kemnkoinfo,
pembangunan infrstruktur lebih
dipercepat dan merata,
mengeluarkan kebijakan untuk
memurahkan tarif internet serta
meberikan kemudahan dalam
pemasangan internet gratis di
fasilitas umum seperti
perpustakaan, sekolah dan
taman
c. Bekraf dan Kementrian Industri,
memperkuat industri dalam
negeri dengan memberikan
modal, merampingkan regulasi
serta meberikan pelatihan-
pelatihan terkait e-commerce
d. Bagi Badan Koordinasi
Pengelolaan Modal (BKPM),
mengatur regulasi terkait arus
investasi yang saat ini mulai
Electronic Commerce (E-Commerce) Dalam Perspektif… | Azizah, Supandi, Waluyo | 295
menyasar e-commerce sehingga
setiap stratup-starup tidak
dimiliki asing secara penuh.
e. Bagi peneliti selanjutnya,
menganalisis potensi ancaman
dari sektor-sektor lain serta
meneliti progres dari rodmap
yang telah dijalankan oleh
pemerintah.
Daftar Pustaka
Buku
Creswell, John W. 2016. Research Design: Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan Campuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Handoko, T Hani. 1995. Manajemen Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.
Kasali, Rhenald. 2017. Disruption. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Purbo, Onno W. dan Aang Wahyudi. 2001. Mengenal E-Commerce. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Sakti, Nufransa Wira. 2014. Buku Pintar Pajak E-Commerce: Dari Mendaftar Sampai Membayar. Jakata: Visimedia.
Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sukarno. 1992. Dasar-Dasar Manajemen. Bandung: PT. Masdar Maju.
Sukirno, Sadono. 2005. Mikro Ekonomi: Teori Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Suyanto, Muhammad. 2003. Multimedia Alat untuk Meningkatkan Kemampuan Bersaing. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Syamsy, Ibnu. 2005. Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Yusgiantoro, Purnomo. 2014. Ekonomi Pertahanan: Teori & Praktik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Wong, Jony. 2010. Internet Marketing for Beginners. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Jurnal
Brynjolfsson, E. dan Smith, M.D. 2000. “Frictionless Commerce? A Comparison of Internet and Conventional Retailers”. Jounal of Management Science 2000 INFORMS, Vol. 46, No. 4.
Pasaribu, Rowland Bismark Fernando. 2012. “Bahan Ajar Ekonomi Pembangunan”. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.
Rina, Sulandari dan Lituhayu. 2017. “Manajemen E-Government Berbasis Web Model Government to Citizen (G2C) pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah”, Universitas Diponegoro.
Sholihin, Miftahus dan Siti Mujilahwati. 2016. “Dampak Pemanfaatan E-Commerce terhadap Peningkatan Penjualan di UMKM (Studi Kasus Ninda Bros Lamongan)”, Jurnal TeknikA Vol. 8 No. 1, ISSN No. 2085-0859, Dosen Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Islam Lamongan.
Widagdo, Prasetyo Budi. 2016. “Analisis Perkembangan¬ E-commerce Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Wilayah di Indonesia”, Universitas Gajah Mada.
Peraturan / Undang-Undang
296 | Jurnal Ekonomi Pertahanan | Volume 5 Nomor 2 Tahun 2019
Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 2004 tentang Perdagangan.
Internet
Anjani, Rahmi. “5 Alasan Utama yang Membuat Orang Enggan Berbelanja Online”, dalam https://wolipop.detik.com/read/2015/01/23/074838/2811527/1141/5-alasan-utama-yang-membuat-orang-enggan-berbelanja-online, diakses pada 28 Juli 2018.
Anonim, “Kecenderungan Masyarakat Indonesia Mengkonsumsi Produk Luar Negeri”, dalam https://sbm.binus.ac.id/2016/08/02/kecenderungan-masyarakat-indonesia-mengkonsumsi-produk-luar-negeri/, diakses pada 16 Agustus 2018.
Bisma, Dwaraka Daru. “Bisnis Online Berpengaruh terhadap Masyarakat dan Perekonomian Indonesia”, dalam https://www.jakarta.koranmu.com/2017/12/bisnis-online-berpengaruh-terhadap.html, diakses pada 14 Agustus 2018.
Hogantoro, Haris Aji. “7 Alasan Masyarakat Berbelanja Online”, dalam https://mebiso.com/7-alasan-masyarakat-berbelanja-online/, diakses pada 28 Juli 2018.
Kencana, Maulandy Rizky Bayu. “Impor Barang Konsumsi Tinggi, Industri Dalam Negeri Bisa Terganggu”, dalam https://www.liputan6.com/bisnis/read/3354308/impor-barang-konsumsi-tinggi-industri-dalam-negeri-bisa-terganggu, diakses pada 20 Agustus 2018.
Nawangwulan, Maya. “Survey: Pria Lebih Banyak Belanja Online Dibanding Wanita”, dalam
https://bisnis.tempo.co/read/825954/survei-pria-lebih-banyak-belanja-online-dibanding-wanita, diakses pada 28 Juli 2018.
Suwiknyo, Edi. “Berapa Besar Potensi Pajak E-Commerce? Ini Penjelasannya”, dalam https://ekonomi.bisnis.com/read/20190114/259/878584/berapa-besar-potensi-pajak-e-commerce-ini-penjelasannya, diakses pada 20 Agustus 2018.
Majalah / Surat Kabar / Buletin
Karina, “Tren Belanja Pacu Impor”, Kompas, 30 Juli 2018.
Tesis / Disertasi
Ivanov, Diyan. 2012. “The Impact of E-Commerce on Small-Size Companies in Sweden”. Tesis Magister. Swedia: Karlstad Business School, Karlstad University.