Post on 05-Aug-2015
COST, PROFIT, AND VOLUME ANALYSIS
1. Titik Impas (Break Even Point)
Menurut Sugiri (1999), analisis biaya, volume, dan laba (cost,profit, and
volume analysis) dapat digunakan, antara lain untuk menentukan titik impas. Oleh
karena dapat digunakan untuk menetukan titik impas, analisis ini sering disebut
sebagai analisis titik impas. Sebenarnya, sebutan analisis titik impas sudah tentu
kurang tepat karena titik impas hanya merupakan titik awal (starting point) untuk
analisis selanjutnya.
Impas merupakan istilah yang digunakan untuk menyebutkan suatu kondisi
usaha, pada saat perusahaan tidak memperoleh laba, tetapi tidak menderita rugi.
Dengan kata lain, impas terjadi pada saat jumlah penghasilan perusahaan sama
besarnya dengan jumlah biaya perusahaan. Berdasarkan hasil analisis impas,
perusahaan dapat mengetahui jumlah penjualan minimum (dalam unit produk
maupun persatuan mata uang) agar perusahaan tidak menderita rugi (Halim, 2000).
Pada dasarnya, perhitungan titik impas (BEP) dimaksudkan untuk mengetahui
pada tingkat penjualan berapa, perusahaan tidak mendapat laba atau rugi. Informasi
ini akan mendorong manajer untuk selalu berusaha meningkatkan penjualan di atas
titik BEP dan sedapat mungkin berusaha menghindarkan perusahaan dari tingkat
penjualan di bawah titik BEP (Hariadi,2002).
Halim (2000) menyebutkan kembali bahwa penentuan impas dapat dilakukan
dengan tiga cara yaitu dengan teknik aljabar, grafik, dan teknik perhitungan Laba-
Rugi.
a. Teknik aljabar
Berdasarkan teknik ini, titik impas dapat ditentukan dengan persamaan
aljabar sebagai berikut.
Penghasilan Total = Biaya Total
atau
Penghasilan Total = Biaya Tetap Total + Biaya Variabel Total
1
Jika,
Harga jual per unit produk = p
Unit produk yang dijual/yang diproduksi = X
Biaya Tetap Total = a
Biaya Variabel setiap unit produk = b
maka persamaan impas di atas dapat diubah sebagai berikut:
pX = a + b.X
atau secara aljabar, persamaan tersebut dapat dioperasikan menjadi:
pX = atau X =
b. Teknik grafik
Berdasarkan cara ini, titik impas ditentukan peda titik pertemuan antara
grafik penghasilan total dengan grafik biaya total dalam satu bidang antara sumbu
tegak (menyatakan penjualan atau biaya dalam satuan uang) dan sumbu datar
(menyatakan volume penjualan atau produksi dalam unit). Sebelum mebuat
grafik, terlebih dahulu harus dibuat perhitungan penghasilan total dan biaya total
pada berbagai tingkat volume kegiatan (penjualan atau produksi) dalam jarak
kapasitas (jarak relevan) tertentu. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 1.
berikut.
Rp
D
C
A B
0 V1 V2 V3 Volume/tahun
2
Biaya
Biaya variabel per unit dan pendapatan per unit dapat berubah dengan
berubahnya kapasitas produksi atau volume penjualan. Gambar 1. di atas
menjelaskan bahwa perusahaan beroperasi dalam lingkup kapasitas awal, di mana
BEP terjadi pada titik A. Perusahaan mulai mendapat untung, apabila volume
penjualan sudah melebihi V1 unit. Keuntungan akan meningkat searah dengan
meningkatnya volume penjualan. Bilamana volume penjualan sudah mencapai
V2 unit, perusahaan perlu menambah fasilitas baru yang memerlukan investasi
tambahan sebesar BC. Akibatnya, pada volume penjualan di atas V2 biaya tetap
menjadi lebih besar. Perusahaan baru memperoleh laba (keuntungan) apabila
volume penjualan telah mencapai V3.
c. Teknik perhitungan Laba-Rugi
Berdasarkan cara ini, impas dapat ditentukan dengan cara membuat
perhitungan laba-rugi untuk berbagai tingkat volume kegiatan dengan cara coba-
coba. Dari hasil perhitungan laba-rugi coba-coba, akan dapat ditemukan pada
tingkat volume (berapa unit) titik impas dapat dicapai.
Perhitungan titik impas sebenarnya dapat dicari menggunakan satu pendekatan
lagi selain tiga pendekatan yang telah dikekumakan sebelumnya, yaitu dengan
pendekatan marjin kontribusi. Marjin Kontribusi adalah besarnya hasil penjualan
dikurangi dengan biaya variabel, ini digunakan untuk menutup biaya tetap. Titik
impas dapat ditentukan dengan melakukan pembagian antara biaya tetap total dengan
margin kontribusi tiap unit.
2. Laba Diinginkan Perusahaan
Bila perusahaan menginginkan laba sebesar u, maka perhitungan BEP menjadi
sebagai berikut.
a. Pendekatan persamaan
Penjualan = Biaya Variabel + Biaya Tetap + u
b. Pendekatan marjin kontribusi
Penjualan =
3
3. Anggapan yang Mendasari Break Even Point
Analisis break even point di perlukan dalam mendukung kegiatan manajemen
dengan data-data biaya dan pendapatan dari suatu perusahaan, sehingga dapat di
gunakan manajemen untuk:
1) perencanaan laba,
2) merumuskan kebijakan-kebijakan, dan
3) pengambilan keputusan.
Analisis break even point dilakukan agar dalam menjalankan usahanya tidak
mengalami kerugian. Analisis impas didasarkan pada asumsi-asumsi. Jika salah satu
asumsi berubah, maka akan mempengaruhi titik impas dan pada gilirannya
perubahan tersebut akan mempengaruhi laba perusahaan.
Asumsi yang mendasari analisis impas adalah sebagai berikut.
1) Harga jual per unit tidak berubah- berubah pada berbagai volume penjualan.
2) Perusahaan berproduksi pada jarak kapasitas yang secara relatif konstan.
3) Biaya dapat di pisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap
jumlahnya tidak berubah dalam jarak kapasitas tertentu, sedangkan biaya
variabel berubah secara proporsional dengan perubahan volume kegiatan
perusahaan.
4) Jumlah perubahan persediaan awal dan persediaan akhir tidak berarti.
5) Jika perusahaan menjual lebih dari satu macam produk, komposisi produk
yang di jual dianggap tidak berubah.
Hubungan antara biaya, volume dan laba terhadap perubahan faktor – faktor
yang mempengaruhi laba terdiri atas :
1) Perubahan harga jual per unit.
2) Perubahan volume penjualan.
3) Perubahan biaya variabel per unit.
4) Perubahan total biaya tetap.
4
4. Titik Impas per Unit
Salah satu bentuk analisis hubungan biaya, volume dan laba adalah analisis
impas. Berdasarkan hasil analisis impas, perusahaan dapat mengetahui jumlah
penjualan minimum (dalam unit produk maupun stuan uang) agar perusahaan tidak
merugi. Untuk perhitungan titik impas per unit dapat menggunakan rumus:
BEP (unit) = Total Biaya Tetap Harga jual per unit produk – biaya variabel per unit
Contoh:Jika, Harga jual per unit produk = Rp 50.000,00
Biaya variabel per unit produk = Rp. 20.500,00
Total biaya tetap per tahun = Rp. 150.350.00
Maka perhitungan impas adalah:
Impas dalam unit = Rp. 150.350,00
Rp. 50.000 – Rp 20.500
= 5 unit
Berdasarkan hasil perhitungan contoh tersebut di atas dapat diketahui bahwa agar
perusahaan tidak menderita rugi, perusahaan harus menjual produk minimal 5 unit.
5. Grafik Biaya, Volume, dan Laba
Hubungan biaya-volume-laba dapat juga dianalisis dengan grafik dua sumbu.
Sumbu vertikal menunjukan variabel dependen (biaya dan penjualan dalam rupiah)
dan sumbu horisontal menunjukan variabel independen (penjualan dalam unit).
Langkah-langkah untuk menyiapkan grafik biaya-volume-laba, yaitu:
1. Buatlah garis (grafik) sejajar dengan sumbu horisontal untuk menunjukan biaya
tetap total.
2. Pilihlah volume penjualan tertentu diatas nol dan berilah titik yang menunjukan
biaya total (tetap plus variabel) pada tingkat penjualan tertentu. Setelah itu titik
diplot, buatlah garis lurus melalui titik menuju titik perpotonngan antara garis
biaya tetap total dan sumbu vertikal. Garis yang dibuat ini adalah garis biaya
total.
5
3. Pilihlah volume penjualan tertentu diatas nol dan berilah titik yang menunjukan
penjualan dalam rupiah pada volume tertentu. Buatlah garis lurus melalui titik ini
sampai titik asal (titik nol). Garis yang dibuat adalah garis penjualan total.
Berikut ini adalah contoh Grafik Biaya-Volume-Laba PT Gajah Jinak
Intepretasi dari grafik diatas adalah adalah Laba atau rugi pada setiap tingkat
penjualan tertentu diukur dengan jarak vertikal antara garis penjualan total dan garis
biaya total (variabel plus tetap). Titik impas berada pada titik perpotongan antara
garis penjualan total dan garis biaya total.
6. Grafik Laba
Pada saat manajemen hanya berminat pada dampak perubahan volume
penjualan atas laba, dan kurang tertarik pada hubungan antara pendapatan dan biaya,
garfik laba kerap dipakai sebagai pengganti grafik biaya-volume-laba. Grafik laba
hanya menggambarkan laba dan rugi serta menghilangkan garis-garis biaya dan
pendapatan. Garis laba dapat digambarkan sebagai berikut.
1. Mencari kerugian atas penjualan sebesar nol. Kerugian ini adalah besarnya biaya
tetap, yang lalu dipatok pada sumbu vertikal.
2. Mencari laba atau kerugian pada volume penjualan lainnya.
3. Setelah kedua titik tersebut diidentifikasikan, lalu ditarik garis diantara kedua
garis tersebut. Berikut ini adalah contoh Grafik Laba PT Istana Dewa.
6
Grafik Laba yang sederhana ini dipakai secara luas untuk membuat
perbandingan-perbandingan dari proyek-proyek yang bersaing. Namun metode ini
mempunyai kelemahan bahwa grafik laba tidak memperhatikan biaya-biaya
bervariasi dengan perubahan-perubahan volume penjualan.
7. Pengertian analisis biaya, kuantita dan laba.
Analisis biaya, kuantita dan laba adalah sebuah tehnik atau alat yang
digunakan untuk mempelajari hubungan antara volume, biaya total, pendapatan total
dan laba. Analisis ini sangat berguna terutama untuk perencanaan, misalnya
perencanaan laba dalam tahun anggaran tertentu. Analisis biaya, kuantita dan laba
dapat digunakan, antara lain untuk menentukan titik impas. Oleh karena dapat di
gunakan sebagai titik impas, analisis ini sering di sebut juga analisis titik impas.
Walaupun sebenarnya sebutan titik impas ini kurang tepat karena hanya merupakan
7
titik awal untuk analisis selanjutnya, dimana analisis selanjutnya yaitu analisis
sensifitas yang merupakan analisis perubahan elemen – elemen dari pada titik impas.
8. Perubahan elemen titik impas
Pada analisis biaya kuantita, dan laba, khususnya pada saat starting point
terdapat elemen – elemen titik impas yang biasanya mengalami perubahan. Dimana
perubahan pada elemen titik impas tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
a. Perubahan harga jual.
Menaikkan harga jual adalah salah satu keputusan yang mungkin dilakukan
oleh seorang manajer. Jika alternatif ini akan ditempuh maka harus dipertimbangkan
penolakan konsumen terhadap kenaikkan harga jual tersebut yang akan
mengakibatkan penurunan permintaan produk. analisis biaya, volume laba dapat
membantu manajer untuk menentukan seberapa besarnya volume penjualan dapat
turun tetapi masih bisa menutup biaya tetap total.
b. Perubahan biaya variabel
Perusahaan tidak selalu dapat menaikkan hargajual. Kemampuan pesaing
dalam pasar dapat mencegah keputusan menaikkan harga jual tersebut. Jadi, untuk
mempertahankan atau menaikkan target laba, manajer harus mengurangi biaya,
bukannya menaikkan harga jual. Biaya dapat dikurangi dengan menggunakan lebih
sedikit bahan – bahan yang mahal atau memodifikasi proses pembuatan produk untuk
mengurangi biaya tenaga kerja langsung, dua kemungkinan itu dapat mengurangi
biaya variabel per unit.
c. Perubahan biaya tetap
Biaya tetap dapat saja berubah dari tahun anggaran satu ke tahun anggaran
berikutnya. Seringkali manajemen mempertimbangkan kenaikkan biaya tetap dengan
mengharapkan kenaikkan volume penjualan. Kenaikkan biaya tetap. Misalnya adalh
kenaikkan biaya iklan, kenaikkan biaya pelatiha pramuniaga, dan kenaikkan biaya
perjalanan para pramuniaga. Inilah kenaikkan biaya tetap yang di harapkan dapat
menaikkan volume penjualan.
8
DAFTAR PUSTAKA
Halim, Abdul dan Bambang Supomo. 2000. Akuntansi Manajemen. BPFE, Yogyakarta.
Hariadi, Bambang. 2002. Akuntansi Manajemen: Suatu Sudut Pandang. Edisi Pertama. BPFE, Yogyakarta.
Matz, Adolph and Milton F. Usry. 1983. Cost Accounting Planning and Control. South-Western Publishing Co. Ohio.
Sugiri, Slamet. 1999. Akuntansi Manajemen. Edisi Revisi. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
9