Bep Maintenance
description
Transcript of Bep Maintenance
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
1. Apa itu definisi BEP dalam investasi mesin produksi ?
2. Aspek- aspek yang menentukan BEP mesin dalam format maintenance.
3. Analisa BEP dengan menggunakan Bathtub-Curve.
4. Peran maintenance dalam menjaga aset.
1
Definisi BEP dalam investasi mesin produksi
PENGERTIAN (Break Even Point /BEP) adalah suatu teknik analisa untuk
mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan.
Oleh karena analisa tersebut mempelajari hubungan antara biaya-keuntungan-volume
kegiatan, maka analisa tersebut sering pula disebut “ Cost Profit Volume Analysis (CPV
Analysis)”.
Apabila suatu perusahaan hanya mempunyai biaya variabel saja, maka tidak akan
muncul masalah break even dalam suatu perusahaan. Masalah break even baru muncul
bilamana suatu perusahaan disamping memiliki biaya variabel, juga memiliki biaya tetap.
Karena adanya unsur biaya variabel dan biaya tetap, maka dapat terjadi bahwa suatu
perusahaan dengan volume produksi tertentu menderita kerugian, karena penghasilan
penjualannya hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetapnya saja.
Ini berarti bahwa bagian dari penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap tidak
mencukupi untuk menutupi biaya tetapnya. Secara ringkas, dapat dijelaskan bahwa BEP
(Titik Pulang Pokok) adalah keadaan suatu usaha ketika tidak memperoleh laba dan tidak
menderita rugi. BEP ini digunakan sebagai alat analisis untuk mengambil kebijakan dalam
suatu perusahaan.
Bagi suatu perusahaan BEP memiliki berbagai manfaat utama, meliputi:
a. Mengetahui jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan
tidak mengalamikerugian.
b. Mengetahui jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh tingkat
keuntungan tertentu
c. Mengetahui seberapa jauh berkurangnya penjualan.
d. Mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya, dan volume penjualan
terhadap keuntungan
2
Aspek Penentuan BEP Dalam Investasi Mesin Produksi
Pemilihan lokasi pada dasarnya adalah menentukan suatu tempat atau lokasi yang tepat
untuk suatu perisahaan atau perkantoran atau lokasi untuk tujuan tertentu, dengan
memperhitungkan kelebihan dan kekurangan lokasi tersebut. Dalam pemilihan lokasi kita
akan membandingkan suatu lokasi dengan lokasi lainnya, berdasarkan nilai break even point
lokasi tersebut.
Metode penentuan lokasi pabrik secara ideal dapat menggunakan metode-metode
berikut :
1. Metode Beban Skor Adalah : metode penentuan lokasi pabrik secara kualitatif, metode
ini mudah digunakan tetapi penilaiannya sangat subyektif sehingga jarang digunakan. Metode
beban skor dilakukan dengan memberikan skor untuk setiap faktor yang dinilai terhadap
alternatif lokasi pabrik.
2. Metode Perbandingan Biaya Metode ini dilakukan dengan cara memperbandingkan
total biaya masing-masing alternatif lokasi.
3. Metode Break Even Point (BEP) Metode BEP dapat digunakan sebagai alternatif
pemilihan lokasi pabrik yang optimum. BEP diartikan sebagai suatu keadaan dimana total
pendapatan besarnya sama dengan total biaya (TR=TC) atau laba = 0.
4. Metode Transportasi Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam metode transportasi
adalah : a. Kapasitas pabrik sebagai sumber b. Kapasitas permintaan di wilayah pemasaran
atau gudang sebagai tempat tujuan c. Biaya produksi masing-masing pabrik d. Biaya
distribusi dari tempat asal ke tempat tujuan
5. Metode Biaya Minimum Pada metode minimum tahapan yang dilakukan adalah :
membuat tabel transportasi yang memuat alternatif lokasi pabrik, permintaan, jumlah biaya
produksi dan transportasi, kemuadian pilih biaya terkecil. Lalu menguji tabel tersebut apakah
sudah optimum dengan metode batu loncatan (stepping stone) dan membentuk jalur tertutup
(close pert) untuk setiap sell non basis.
6. Metode Vogel‟s Metode ini lebih mudah penggunaannya, karena tanpa menggunakan
jalur tertutup. Metode Vogel‟s menguji tabel optimum dengan teknik batu loncatan (teknik
MODI), agar metode Vogel‟s dapat menghasilkan alokasi dengan biaya minimum.
3
Faktor-Faktor Penentu
OPERATION PROCESS CHART (OPC)
OPC adalah suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang dialami oleh
bahan baku yag meliputi urutan proses operasi dan pemeriksaan. Pembuatan OPC ini
merupakan tahap pertama dalam urutan untuk merencanakan tata letak pabrik.
Pada OPC ini berisi informasi mengenai :
1. Deskripsi proses bagi setiap kegiatan/aktivitas
2. Waktu penyelesaian masing-masing kegiatan
3. Peralatan/mesin yang digunakan
4. Persentase scrap dari aktivitas
ROUTING SHEET
Langkah selanjutnya dalam merencanakan tata letak pabrik adalah pembuatan routing sheet.
Routing sheet ini digunakan untuk :
1. Menghitung jumlah mesin yang diperlukan
2. Menghitung jumlah part yang harus dipersiapkan dalam usaha memperoleh sejumlah
produk jadi yang diinginkan
MULTI PRODUCT PROCESS CHART (MPPC)
Setelah kita memahami OPC dan Routing Sheet maka langkah selanjutnya adalah pengisian
tabel MPPC dimana dalam pengisiannya terlebih dahulu mengetahui OPC dan Routing
Sheet .
4
GUDANG
Dalam hal ini gudang terbagi atas 2 bagian, yaitu gudang untuk receiving dan shipping,
dimana pada masing-masing gudang tersebut dihitung tempat yang paling memungkinkan
dengan perhitungan pada bahan atau material yang akan ditempatkan, ditambag dengan
allowance yang diperlukan.
ONGKOS MATERIAL HANDLING (OMH)
Aktivitas pemindahan bahan (material handling) merupakan salah satu yang cukup penting
untuk diperhatikan dan diperhitungkan. Aktivitas pemindahan bahan tersebut dapat
ditentukan dengan terlebih dahulu memperhatikan aliran bahan yang terjadi dalam operasi.
Kemudian harus diperhatikan tipe layout yang akan digunakan :
Ada beberapa tipe layout :
1. Layout by Process; Tipe layout yang diasa digunakan dengan mengelompokkan tiap
jenis mesin dalam satu kelompok untuk melaksanakan jenis pekerjaan yang sejenis.
Layout by Product; Lauout yang merupakan suatu garis operasi yang artinya mesin disusun
berdasarkan urutan proses operasi yang diperlukan.
2. Group Layout; Merupakan penggabungan layout proses dengan layout produk dengan
cara penyelesaian suatu operasi pada suatu departemen kemudian dilanjutkan dengan
proses berikutnya.
3. Fixed Layout; Digunakan untuk produksi barang-barang besar, misalnya kapal laut,
sehingga memungkinkan mesin atau peralatan yang mendatangi objek produk.
Kembali pada OMH maka proses material handling ini merupakan perhitungan ongkos yang
diperlukan untuk suatu pergerakan material dari suatu departemen ke departemen lain.
5
PERENCANAAN SISTEM MATERIAL
Menurut Assauri (2008), dalam produksi terdapat bermacam-macam proses yang
harus dilalui oleh produk tersebut untuk sampai selesai dan siap dikirim ke pasar.
Pergerakan/perpindahan bahan itu disebut “ material movement ”. Akan tetapi bahan-bahan
merupakan benda mati yang tidak dapat bergerak dengan sendirinya. Oleh karena itu
dibutuhkan kegiatan pemindahan bahan yang disebut “material handling”. Jadi material
handling merupakan kegiatan mengangkat, mengangkut, dan meletakkan
bahan-bahan/barang-barang dalam proses di dalam pabrik sampai pada saat barang
jadi/produk akan dikeluarkan dalam pabrik.
Biaya material handling terdiri atas : upah untuk orang yang memindahkan bahan
(material handller), biaya investasi dari berbagai alat pemindahan bahan yang digunakan dan
biaya-biaya yang tidak dapat dipisahkan dan termasuk dalam biaya produksi untuk
mengerjakan produk hasilnya. Dari biaya material handling ada sebagian yang termasuk
biaya langsung (direct cost) dan sebagian biaya tidak langsung (indirect cost).
Tugas-tugas dari bagian material handling antara lain :
1. Mengadakan penyelidikan dan analisis untuk dapat menentukan bagaimana
kegiatan material handling dilakukan sehingga dapat lebih efisien.
2. Merencanakan, mengadakan pengujian/pengetesan dari perkembangan alat-alat
material handling yang baru
3. Memberikan rekomendasi mengenai perbaikan yang perlu dilakukan dalam cara-
cara pemindahan bahan (material handling) dan dalam pemasangan perlengkapan dan
peralatan handling yang baru.
4. Mengikuti pelaksanaan dan membuat laporan mengenai pemasangan perlengkapan
atau perlatan handling yang baru tersebut
6
Analisa Menggunakan Bathtub curve
Dalam teknik reliabilitas, kurva bak mandi digunakan untuk mengetahui tingkat
kegagalan dari suatu produk yang dilihat berdasarkan waktu. Kurva bak mandi mempunyai 3
periode fase, yaitu masa awal, masa berguna dan masa aus. Sehingga dengan melihat kurva
bak mandi dapat diketahui nilai efektifitas dari suatu produk. Selain itu, kurva bak mandi
dapat juga melihat laju kegagalan dari suatu produk untuk mengetahui banyaknya kegagalan
yang terjadi selama waktu tertentu dibandingkan dengan total operasi produk tersebut.
Kurva bathtub atau disebut juga dengan kurva bak mandi merupakan kurva yang sering
digunakan dalam teknik reliabilitas. Kurva bak mandi merupakan sebuah graf yang
mempunyai bentuk seperti bak mandi, yang memetakan tingkat kegagalan dari mesin atau
sesuatu terhadapa waktu. Pemetaan dilakukan dengan melihat tingkat kegagalan dari suatu
produk dalam suatu waktu tertentu yang dipetakan dalam suatu grafik.
PEMBAHASAN
Kurva bak mandi mendeskripsikan keterangan dari fungsi hazard yang terdiri dari tiga bagian
atau fase, yaitu:
1. Bagian pertama adalah tingkat kegagalan yang turun, yang dikenal sebagai kegagalan awal
(masa awal / burn in period)
2. Bagian kedua adalah tingkat kegagalan yang konstan, yang dikenal sebagai kegagalan acak
(masa berguna / useful life period)
3. Bagian ketiga adalah tingkat kegagalan yang naik, yang dikenal sebagai kegagalan aus
(masa aus / wear-out period)
Kurva bak mandi dihasilkan dengan memetakan tingkat kegagalan awal ketika pertama kali
diperkenalkan, kemudian tingkat kegagalan acah ketika tingkat kegagalan yang konstan
selama masa berguna, dan akhirnya pada tingkat kegagalan aus karena produk melebihi umur
7
desainnya.
Dalam istilah teknis, masa awal suatu produk mengikuti kurva bak mandi. Diawali dengan
tingkat kegagalan yang tinggi namun dengan cepat segera menurun, dikarenakan produk yang
cacat segera dikenali dan dibuang serta potensi kegagalan seperti kesalahan penanganan dan
instalasi segera diatasi. Kemudian, bagian tengah dari masa hidup suatu produk ketika
mencapai pelanggan dengan tingkat kegagalan rendah dan konstan. Selanjutnya dalam akhir
masa pakai suatu produk, tingkat kegagalan meningkat sejalan dengan umur dan masa pakai
dari produk tersebut.
Banyak produk-produk yang mencerminkan kurva bak mandi, seperti misalnya adalah
processor komputer. Dalam pembuatan serta pengujian akan mendapatkan banyak sekali
tingkat kegagalan. Selanjutnya, ketika produk rilis dan sampai di pelanggan tingkat
kegagalan hanya sedikit dan konstan. Ketika masa pakai dari processor tersebut melebihi usia
pakai, maka tingkat kegagalan pun meningkat kembali.
Kurva bak mandi dapat disebut juga dengan kurva laju kegagalan. Laju kegagalan adalah
banyaknya kegagalan per satuan waktu. Laju kegagalan dapat dinyatakan sebagai
perbandingan antara banyaknya kegagalan yang terjadi selama selang waktu tertentu dengan
total waktu operasi dari suatu komponen, subsistem atau sistem.
Laju kegagalan λ dapat dinyatakan sebagai :
λ= f/T
λ (t)= (f (t))/(T (t))
dimana :
f = banyaknya kegagalan selama jangka waktu operasi
T = total waktu operasi
8
Selain dimodelkan sebagai laju kegagalan, kurva bak mandi juga dapat dimodelkan dalam 3
fungsi hazard :
Ketika kurva bak mandi digunakan, tidak semua produk atau sistem mengikuti fungsi hazard
kurva bak mandi, contohnya jika penggunaaan unit dihentikan atau menurun selama atau
sebelum permulaan masa aus, unit tersebut akan mnunjukkan kegagalan yang lebih sedikit
tiap waktu penanggalan (bukan per unit waktu penggunaan) dari kurva bak mandi.
Istilah “Spesifikasi Militer” sering digunakan untuk mendeskripsikan sistem yang periode
awal dari kurva bak mandi dihapuskan. Hal ini dilakukan terutama pada aplikasi sistem kritis
untuk mengurangi kegagalan sistem yang terjadi sejak awal. Perusahaan akan melakukan hal
ini dengan tarif tertentu secara umum dengan cara yang mirip dengan pengujian percepatan
tekanan.
Dalam teknik reliabilitas, fungsi distribusi komulatif yang sesuai dengan kurva bak mandi
dapat dianalisis menggunakan grafik Weibull. Distribusi Weibull sangat fleksibel untuk
memodelkan distribusi hidup dari karakteristik distribusi kegagalan dalam 3 fase kurva bak
mandi. Dasar dari distribusi Weibull memiliki 2 parameter, yaitu parameter bentuk (sering
dilambangkan beta (β)), dan parameter skala (eta / η). Parameter skala digunakan ketika
bagian populasi akan jatuh. Sedangkan parameter bentuk merupakan fitur kunci dari
distribusi Weibull yang dapat diterapkan pada berbagai bentuk kurva bak mandi.
Distribusi Weibull diberikan sebagai berikut:
9
Beta yang kurang dari 1 memodelkan tingkat kegagalan yang berkurang terhadap waktu,
seperti pada kegagalan awal. Beta yang bernilai sama dengan 1 berarti mempunyai tingkat
kegagalan yang konstan, seperti pada kegagalan acak/masa guna. Sedangkan beta yang lebih
dari 1 dimodelkan dengan tingkat kegagalan yang meningkat, seperti pada masa aus.
Terdapat beberapa cara untuk melihat distribusi ini, termasuk pemetaan kemungkinan,
pemetaan survival dan tingkat kegagalan terhadap waktu. Sedangkan untuk kurva bak mandi
adalah tingkat kegagalan terhadap waktu.
Analisis Weibull yang mempunyai nilai β dengan variasi yang berbeda-beda dapat dilihat
pada gambar di bawah ini:
Waktu pakai (masa berguna) dari suatu produk dapat diukur berdasarkan MTBF (Mean Time
Between Failures) untuk produk yang dapat diperbaiki, dan berdasarkan MTTF (Mean Time
To Failure) untuk produk sekali pakai. Pengukuran dari perhitungan ini didasarkan pada
aspek reliabilitas dari suatu produk.
Pemahaman dari MTBF sering kali keliru. Misalnya, power supply dengan MTBF 40.000
jam bukan berarti power suplly tersebut selalu bertahan sampai 40.000 jam. Namun,
berdasarkan peningkatan sample. Rata-rata tersebut menjadi benar jika juga dengan melihat
kenaikan sample. MTBF bernilai 40.000 jam untuk 1 modul, menjadi 40.000/2 untuk 2 10
modul dan 40.000/4 untuk 4 modul. Kadang-kadang tingkat kegagalan dihitung dalam persen
kegagalan per 1 juta dari operasi sebagai pengganti dari MTBF. FIT sama artinya dengan 1
kegagalan per 1 milyar jam dari devive, yang sama artinya dengan 1.000.000.000 jam MTBF.
Nilai MTBF dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
θ = T/R
dengan :
θ = MTBF
T = waktu total
R = jumlah kegagalan
Sedangkan MTTF merupakan waktu rata-rata kegagalan dari suatu komponen. MTTF hanya
berlaku pada peralatan yang jika mengalami kerusakan maka komponennya harus diganti.
MTTF diperlukan untuk mengetahui kualitas dan kemampuan dari komponen yang
digunakan.
Nilai dari MTTF dapat dihitung dengan menggunakan perhitungan berikut:
γ = T/N
dengan :
γ = MTTF
T = waktu total
R = jumlah unit yang diuji
11
KESIMPULAN
• Kurva bak mandi digunakan dalam teknik reliabilitas untuk menggambarkan tingkat
kegalalan suatu produk berdasarkan waktu.
• Kurva bak mandi mempunyai 3 periode fase, yaitu masa awal, masa berguna dan masa aus.
Masa awal merupakan kegagalan yang menurun, masa guna adalah kegagalan yang konstan
sedangkan masa aus adalah kegagalan yang naik.
• Kurva bak mandi dapat juga melihat laju kegagalan dari suatu produk untuk mengetahui
banyaknya kegagalan yang terjadi selama waktu tertentu dibandingkan dengan total operasi
produk tersebut.
• Kurva bak mandi dapat dianalisis menggunakan grafik Weibull yang merupakan fungsi dari
distribusi komulatif.
• Untuk masa guna dari suatu produk dapat diukur berdasarkan MTBF (Mean Time Between
Failures) untuk produk yang dapat diperbaiki, dan berdasarkan MTTF (Mean Time To
Failure) untuk produk sekali pakai.
12
Peran Maintenance Sebagai Aset
Kegiatan untuk meningkatkan kegunaan barang dan jasa sering dikenal sebagai
kegiatan mentransformasikan masukan (input) menjadi keluaran (output), hal tersebut tidak
dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan orang lain, dengan demikian dibutuhkan kegiatan
manajemen. Kegiatan manajemen ini dibutuhkan untuk mengatur dan mengkoordinasikan
faktor-faktor produksi yang berupa money, man, machine, method, market, dan management.
Semua ini saling terkait dan dapat meningkatkan kegunaan barang dan jasa secara efektif dan
efiseien. Dalam kegiatannya manajemen produksi tidak hanya menyangkut manufacturing
berbagai barang, tetapi juga berkaitan dengan produksi jasa (pelayanan).
Namun banyak juga organisasi-organisasi yang menyediakan berbagai bentuk produk
usaha dalam bidang jasa, misalnya bisnis perhotelan, perbankkan, asuransi, ataupun
perusahaan transportasi. Manajemen produksi yang telah banyak dipakai sebelumnya,
dipandang kurang mencakup seluruh kegiatan sistem-sistem produktif dalam masyarakat
ekonomi kita. Oleh karena itu, diperlukan suatu istilah yang lebih tepat dan mempunyai
cakupan luas, yaitu mengenai manajemen operasi.
Peranan kegiatan pemeliharaan di dalam manajemen produksi dan operasi adalah:
1. Memelihara mesin-mesin dan peralatan serta mengendalikan biaya pemeliharaan agar
terdapat keandalan/reliabilitas dari mesin-mesin atau peralatan.
2. Tercapainya kelancaran dalam kegiatan produksi/operasi yang telah direncanakan oleh
perusahaan sebagai bentuk dari keberhasilan kegiatan pemeliharaan.
3. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh
produk itu sendiri dan kegiatan produkai yang tidak terganggu.
4. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang diluar batas dan
menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan selama waktu yang ditentukan sesuai
dengan kebijaksanaan perusahaan mengenai investasi tersebut.
5. Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin, dengan melaksanakan
kegiatan maintenance secara efektif dan efisien secara keseluruhan. 5. Menghindari kegiatan
maintenance yang dapat membahayakan keselamatan para pekerja. 6. Mengadakan suatu
kerjasama yang erat dengan fungsi-fungsi lainnya dari suatu perusahaan dalam rangka untuk
13
mencapai tujuan utama perusahaan, yaitu tingkat keuntungan yang sebaik mungkin dan total
biaya yang terendah. Jadi tujuan utama pemeliharaan secara umum adalah untuk memelihara
dan menjaga fasilitas atau peralatan serta mengadakan perbaikkan/penggantian komponen
yang diperlukan agar peralatan berada dalam kondisi siap pakai. Sehingga kontinuitas dapat
berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan, dan biaya untuk
pemeliharaan dapat dikendalikan oleh manajemen.
Peran maintenance terhadap aset adalah:
1. Memungkinkan tercapainya jumlah produk melalui operasi fasilitas secara tepat
2. Memaksimalkan umur ekonomis peralatan/fasilitas produksi
3. Memaksimalkan kapasitas produksi dan peralatan
4. Meminimalkan frekuensi kerusakan dan kegagalan proses operasi
5. Menjaga keamanan peralatan.
Keuntungan yang diperoleh dengan melakukan pemeliharaan adalah sebagai berikut:
1. Agar mesin dan peralatan operasi dapat dipergunakan dalam waktu yang relatif lebih
panjang
2. Agar pelaksanaan proses operasi dalam perusahaan berjalan dengan lancer
3. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat sesuai dengan yang direncanakan
4. Menekan biaya pemeliharaan bagian mesin dan peralatan operasi
5. Menjaga keselamatan para pekerja.
Kegiatan untuk meningkatkan kegunaan barang dan jasa sering dikenal sebagai kegiatan
mentransformasikan masukan (input) menjadi keluaran (output), hal tersebut tidak dapat
dilakukan sendiri tanpa bantuan orang lain, dengan demikian dibutuhkan kegiatan
manajemen.
Kegiatan manajemen ini dibutuhkan untuk mengatur dan mengkoordinasikan faktor-faktor
produksi yang berupa money, man, machine, method, market, dan management. Semua ini
saling terkait dan dapat meningkatkan kegunaan barang dan jasa secara efektif dan efisien.
Dalam kegiatannya manajemen produksi tidak hanya menyangkut manufacturing berbagai
barang, tetapi juga berkaitan dengan produksi jasa (pelayanan). Namun banyak juga
organisasi-organisasi yang menyediakan berbagai bentuk produk usaha dalam bidang jasa,
misalnya bisnis perhotelan, perbankkan, asuransi, ataupun perusahaan transportasi.
Manajemen produksi yang telah banyak dipakai sebelumnya, dipandang kurang mencakup
14
seluruh kegiatan sistem-sistem produktif dalam masyarakat ekonomi kita. Oleh karena itu,
diperlukan suatu istilah yang lebih tepat dan mempunyai cakupan luas, yaitu mengenai
manajemen operasi.
Peranan kegiatan pemeliharaan di dalam manajemen produksi dan operasi adalah:
1. Memelihara mesin-mesin dan peralatan serta mengendalikan biaya pemeliharaan agar
terdapat keandalan/reliabilitas dari mesin-mesin atau peralatan.
2. Tercapainya kelancaran dalam kegiatan produksi/operasi yang telah direncanakan oleh
perusahaan sebagai bentuk dari keberhasilan kegiatan pemeliharaan.
Hubungan Kebijakan Pemeliharaan dengan Biaya Pemeliharaan
Setiap perusahaan yang menjalankan usahanya menggunakan mesinmesin dan peralatan akan
melakukan kegiatan pemeliharaan terhadap mesin dan peralatan yang dimilikinya tersebut
dalam kegiatan pemeliharaan perusahaan akan menghadapi dua persoalan, yaitu persoalan
teknis dan ekonomis.
Untuk menyelesaikan persoalan teknis dan ekonomis, serta terlaksananya kegiatan
pemeliharaan, maka perlu ditetapkan terlebih dahulu kebijakan-kebijakan yang akan
mempengaruhi pelaksanaan pemeliharaan, dan biasanya didasarkan menurut perbandingan
sebagai berikut:
1. Membandingkan antara penggunaan biaya pada pemeliharaan preventif dengan
pemeliharaan korektif.
2. Apakah menggunakan tenaga kerja dari dalam atau dari luar perusahaan.
3. Menentukan apakah peralatan yang rusak diperbaiki atau diganti. Selain itu, biaya
pemeliharaan yang terbesar bukan berasal dari biaya reparasi, karena pekerjaan reparasi
kerusakan dapat dilakukan dengan cara lembur.
Biaya terbesar yang diakibatkan adanya kerusakan tersebut adalah biaya waktu berhenti
untuk kegiatan reparasi kerusakan-kerusakan yang terjadi (opportunity cost) yang diakibatkan
rusaknya fasilitas produksi (mesin). Kegiatan reparasi dapat menghentikan proses
pendistribusian listrik kepada konsumen. Pekerjaan-pekerjaan reparasi kerusakan biasanya 15
lebih mahal biayanya dibandingkan dengan pekerjaan pemeliharaan preventif. Berdasarkan
perbandingan biaya tersebut secara teknis kegiatan pemeliharaan perlu dilakukan untuk
menjamin kelancaran operasi perusahaan, tetapi secara ekonomis belum tentu.
Oleh karena itu harus dilihat faktor-faktor dan jumlah biaya yang terjadi, yaitu dengan
membandingkan antara pemeliharaan preventif dengan pemeliharaan korektif.
Biaya pemeliharaan preventif terdiri atas biaya-biaya yang timbul dari kegiatan-kegiatan
pemeriksaan, penyesuaian peralatan, penggantian atau perbaikan komponen-komponen, dan
kehilangan waktu produksi yang diakibatkan adanya kegiatan tersebut.
Sedangkan biaya pemeliharaan korektif adalah biaya-biaya yang timbul bila peralatan rusak
atau tidak dapat beroperasi, yang meliputi kehilangan waktu produksi, biaya pelaksanaan
pemeliharaan, dan biaya penggantian peralatan.
Dengan perbandingan biaya antara pemeliharaan preventif dengan pemeliharaan korektif
tersebut, diharapkan dapat ditentukan alternatif kebijakan pemeliharaan yang terbaik dan
paling ekonomis atau yang dapat mengurangi biaya pemeliharaan tanpa mengaggu
kelancaran rencana produksi/operasi yang telah ditetapkan oleh perusahaan
16
Daftar Pustaka
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/agung-utama-se-msi/urgensi-analisis-
break-even-point.pdf.
http://www.arif-febriyanto.com/2010/02/bathtub-curve-kurva-bak-mandi.html
http://dinanovia.lecture.ub.ac.id/files/2011/03/Modul-3-MPO.pdf
http://www.pendidikanekonomi.com/2012/06/pemeliharaan-maintenance.html
http://digilib.unpas.ac.id/files/disk1/59/jbptunpaspp-gdl-regigiswia-2941-2-babii.pdf
17