TrationalResearch Symposium 8-9 Oktober 2,914
63. Moh. Irtadji Pengembangan Model Pelatihan Pembelajaran Kreatif Guru Sekolah Dasar Jawa .Timur
NRS-PO-26 636
64. Mohammad Thobib
Pembentukan Karakter Islami Pada Siswa-Siswi Jurusan Makbi (Madrasah Aliyah Keagamaan Berstandar Internasional) Metalui Sistem Boarding School Di Man 3 Malang
NRS-PO-27 654
65. Muhamad Zaenal Arifin
Pengembangan Bahan Ajar Fisika Berbasis Contextual Teaching And Learning (Ctl) Materi Elastisitas Dan Getaran Penunjang Pembelajaran Bermakna Siswa Kelas Xi Sma Negeri 1 Tumpang Tahun 2012/2013
NRS-PO-28 664
66. .
Nurhikmah Tenri
Analisis Kurikulum Khas Sekoiah Alam Bogor Dalam Pengembangan Karakter Religius Siswa (Studi Kasus Di Sekolah Alam Bogor Tingkat Sekolah Menengah)
NRS-PO-29 678
67. Nurui Ulfatin Pengembangan Kurikulum Di Smp Pedesaan Dan Terpenci!
NRS-PO-30 688
68. Purbo Suwasono Pengembangan E-Scaffolding Berbasis Pembelajaran Hibrid Untuk Menumbuhkan Kompetensi Fisika
NRS-PO-31 702
69. Retno Indah R
Pengembangan Web Komunitas (Web Education) Sebagai Media Pembelajaran Teknoiogi informasi Dan Komunikasi (Tik) Untuk Siswa Sma Negeri Se Kota Malang
NRS-PO-32 713
70. Reynaldo Joshua Salaki
Application Database For Elementary School To Support Electronic Data Processing
NRS-PO-33 725
7L Saida Ulfa Pengembangan Sistem Aplikasi Pembelajaran Berbasis Mobile Untuk Pembelajaran Bahasa Jepang
NRS-PO-34 737
72. Sayekti, Pranti
Pengembangan Animasi Hybrid Berbasis Babad Panji Sebagai Media Internalisasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Bagi Siswa Sekolah Dasar
NRS-PO-35 746
73. Siti Makkah Pembelajaran Dalam Sistim Among Di Taman Muda Taman Siswa Untuk Memperkuat Nilai- Nila! Dan Karakter Bangsa
NRS-PO-36 758
74. Sopiah The Development Of Entrepreneurship Training And Mentoring Modei For Orphanage Children In Indonesia
NRS-PO-37 772
75. Wahyu Nur Hidayat
Pengaruh Penerapan Strategi Pembeiajaran Tandur Berbantuan Web Interaktif Terhadap Hasil Belajar Tik
NRS-P0-38 788
vii
PEMBELAJARAN DALAM SISTIM AMONG DI TAMAN MUDA TAMAN SISWA UNTUK MEMPERKUAT NILAI-NILAI DAN
KARAKTER BANGSA
Siti Malikhah Towaf Universitas Negeri Malang .11 Semarang 5, Malang
ABSTRAK
Ketilca suatu bangsa mengalami krisis nilai budaya, bangsa akan mengalami krisis identitas dan kematian karakter. Untuk mengatasinya diperlukan upaya penguatan kepemilikan nilai-nilai dan karakter bangsa, melalui proses pembudayaan maupun pendidikan. Penelitian ini mendiskripsikan konsep, prinsip dan tehnik sistim Among, pemahaman dan penerapannya oleh pamong untuk pendidikan karakter di Taman Muda. Pendekatan kualitatif digunakan, peneliti melakukan kajian dokumen, observasi, wawancara, angket terbuka, dan diskusi fokus group. Dari analisis data diperoleh kesimpulan bahwa Taman Muda Taman Siswa sejak awal sejarahnya telah melaksanakan pendidikan nilai dan karakter dengan Sistim Among yang merupakan konsep, prinsip dan tehnik pembelajaran berbasis budaya bangsa. Sistim ini perlu disosialisasikan kepada guru di jenjang yang sarna; untuk memperluas wawasan mereka tentang alternatif strategi, tehnik pembelajaran dalam memperkuat nilai dan karakter siswanya.
Kata kunci: Pembelajaran Among, Pendidikan Karakter, Taman Siswa.
When a nation facing cultural values crisis, it will cause identity crisis and characters vanished. To overcome this kind of crisis, it is strongly recommended to do empowerment toward values and characters of the nation through inculturation or education. This study describes the concepts, principals, techniques of Among System and its implementation by pamong/teacher for character education in Taman Muda Taman Siswa. A qualitatief approach is used, the researcher conducted documentary studies, observations, interviews; gave open ended questions and focus group discussion. The data was analized, the result shows that Taman Muda Taman Siswa took role in values and character education by implementing Among System based on the people culture; since the beginning of its history. It is necessary to socialize the Among System to teachers in elementary school level to enlarge their perspectives and consider it as an alternative strategy, teaching-learning technique in promoting values and characters of their students.
Key words: Among system, Character Education, Taman Siswa.
PENDAHULUAN
Krisis jati diri bangsa telah memicu munculnya berbagai macam berituk
degradasi nilai-nilai dan karakter bangsa. Krisis nilai yang bekelanjutan adalah
juga merupakan krisis budaya bangsa. Ketika suatu bangsa atau Negara
mengalami krisis budaya, maka kemungkinan besar masyarakat, bangsa, atau
rakyat itu akan mengalami kematian karakter (Aziz, 2011). Jika dibiarkan maka
NRS-PO-36
bangsa ini nanti menjadi bangsa yang hidup tetapi tak tahu arah; generasi muda
tumbuh menuju kedewasaan tetapi tak jelas cita-citanya; mereka bisa menjadi the
lost generation/generasi yang hilang, sekedar numpang lewat tidak menyumbang
apa-apa pada kehidupan; bahkan jika mereka banyak terlibat hal-hal negative bisa
merugikan kehidupan, menyumbang mundurnya peradaban bangsa. Diskusi
penyebab lemahnya karakter bangsa telah mengundang berbagai pendapat.
Meirawan (2010) berpendapat: Agama tidak menjadi penyebabnya, karena
dakwah merebak dimana-mana. Uang juga tidak menjadi penyebab, uang banyak
sekalipun pinjam-pinjam. Politik juga bukan penyebab, pilkada, pemilihan
legeslatif dan pilpres berjalan marak, DPR bergairah dengan system multi partai.
Pendidikan dan pembelajaran juga bukan, banyak pelajar-pelajar Indonesia
menjadi juara dalam berbagai olimpiade internasional. Disinyalir penyebab utama
dan permasalahan mendasar lemahnya karakter bangsa iaiah budaya, khususnya
karakter manusia bermartabat yang terabaikan (Soepanji, 2007).
Oleh karena itu diperlukan penguatan kepemilikan nilai-nilai, membangun
budi pekerti dan karakter bangsa, baik melalui proses pembudayaan maupun
proses pendidikan. Proses pembudayaan adalah merupakan upaya informal,
inkulturasi lewat sosialisasi maupun pembiasaan dalam berbagai aktifitas
informal. Pendidikan berperan central dalam mengarahkan, membangun dan
menginternalisasi karakter manusia. Lickona juga menjelaskan ketika seseorang
tangguh berjuang maka bisa disebut sebagai orang berkarakter kuat, dan dialah
disebut sebagai orang yang punya karakter baik dengan ciri-ciri berikut: tahu hal
baiklknowing the good, menginginkan hal yang baikl desiring the good dan
melakukan hal yang baik/doing the good (Saptono, 2011).
Lahir pada tanggal 3 Juli tahun 1922 sampai masa kemerdekaan, Taman
Siswa menyediakan pendidikan berlandaskan nilai-nilai kebangsaan bagi generasi
muda Indonesia dan mengkritisi kebijakan-kebijakan kolonial terutama dalam
bidang pendidikan. Dengan sikap noon cooperative sang pendiri, Ki Hadjar
Dewantara (KHD) dan aktifis perguruan Taman Siswa mendukung cita-cita
kemerdekaan. Yonkman menyebutkan bahwa dalam 13 tahun Taman Siswa
berdiri telah memiliki 208 perguruan, mempunyai cabang tidak hanya di Jawa,
tetapi juga di Madura, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Bali. Pada waktu itu
759
Taman Siswa telah mempekerjakan 700 orang guru yang memberikan pelajaran
pada 17.000 orang murid (Dewantara, 1994). Kinerja Taman Siswa sebagai
lembaga pendidikan merupakan kekayaan bangsa yang tak terkira.
Komitmen Taman Siswa dalam pengembangan pendidikan nasional
berlanjut setelah Indonesia merdeka; falsafah pendidikan KHD terus dipelajari
dan dilestarikan dalam penyelenggaraan pendidikan di Taman Siswa. Sistim
Among yang berjiwa kekeluargaan bersendikan kodrat alam dan kemerdekaan.
Dalam penjenjangan pendidikan,Taman Siswa punya istilah sendiri: tingkat
Taman Indiya untuk anak-anak dibawah 7 tahun, Taman Anak untuk anak usia 7-
9 tahun atau SD kelas I-III, dan Taman Muda untuk anak usia 10-13 tahun atau
SD kelas IV-VI jenjang SMP diberi nama Taman Dewasa (Dewantara, 1964);
kemudian dilengkapi dengan jenjang SMU yang disebut Taman Madya dan
tingkat Perguruan Tinggi disebut Sarjana Wiyata.
Pujiastuti (1998) meneliti "Konsep Manusia sebagai Pamong menurut
KHD", hasilnya: 1) Pamong adalah profesi luhur, penuntun bidang kemanusiaan
bergana dalam hidup bermasyarakat; 2) Manusia sebagai pamong memiliki watak
satria pinandita, mandiri, bijaksana dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat;
3) Pamong dapat memerankan din sesuai dengan jiwa tut wuri Handayani, in
Madya Mangun Karso lan ing Ngarso sung tulodo dalam pengertian mengikuti
dari belakang sambil memberi penguatan, mendampingi sambil membangun
kehendak/tekad, dan berada di depan sambil memberi teladan; 4) Dengan proses
tersebut akan dilahirkan manusia yang berkualitas.
Sholeh (2002) meneliti "Relevansi Gagasan Sistim Among dan Tri Pusat
pendidikan Ki Hadjar Dewantara terhadap Pengembangan Pendidikan Islam"
hasilnya: 1) Sistem Among dan konsep Tri Pusat Pendidikan menjunjung tinggi
nilai humanistis dan demokratis; 2) Pamong adalah fasilitator atau orang yang
memfasilitasi terjadinya proses belajar didasari rasa kasih sayang; 3) Ditekankan
pentingnya moral religius dalam penyampaian materi; 4) Proses pembelajaran
dalam sistim among adalah Student Centered; 5) Sistim Among dilaksanakan
dalam model kelembagaan paguron/asrama. Kelebihan-kelebihannya adalah: 1)
Terwujudnya pendidikan pembebasan; 2) Pendidik adalah fasilitator; 3)
Menghorrnati anak didik sesuai dengan kodratnya; 4) Melatih anak didik untuk
760
sensitif pada terjadinya ketidakadilan. Kelemahan-kelemahannya antara lain: 1)
Terlalu ideal tentang peran guru dan perlu kehati-hatian ketika peran guru
digantikan oleh media; 2) Karena penekanan pada anak didik dalam sistim among
sulit menyusun kurikulum; 3) Kemandirian dalam pembiayaan pendidikan bisa
mendorong pada kapitalisasi dan komersialisasi pendidikan.
Ahsani (2004) meneliti "Konstelasi konsep Kodrat Alam dan Tut Wuri
Andayani Ki Hadjar Dewantara Perspektif Pendidikan Islam" hasilnya: 1) Anak
didik punya potensi sejak lahir, ditumbuh kembangkan secara totalitas; 2) Kodrat
alam anugerah Tuhan mengandung kemajuan; 3) Kemerdekaan dalam
pembelajaran; 4) Demokrasi dalam pembelajaran; 5) Theosentris sebagai
landasan dan tujuan pendidikan. Nordiana (2006) meneliti "Operet Aryo
Penangsang Gugur, di Taman Siswa Yogyakarta", hasilnya: 1) Taman Siswa
menggunakan seni sebagai sarana pendidikan; 2) Sebagai upaya menseimbangkan
intelektualitas dan budi pekerti; 3) Mendidik siswa yang jadi penonton untuk
melakukan apresiasi seni, dan yang jadi pemain mengalami proses pembentukan
pribadi; 4) melatih kepekaan anak terhadap berbagai hal yang terkait dengan etika
dan estetika.
Kuswandi (2009) menjelaskan bahwa konsepsi pendidikan KHD
mengun ap landasan fundamental keberadaan mariusia sebagai individu maupun
sebagai makhluk sosial. Istilah-istilah dan sebutan dalam bahasa daerah, terutama
dari bahasa di pulau Jawa menjadi bangunan keilmuan pendidikan Taman Siswa;
terdiri tiga bidang; kebudayaan, pendidikan dan kepemimpinan yang saling
berkaitan. Suwignyo (2011), meneliti "Manifestasi Tindak Tutur Pembelajaran
among dalam Wacana kelas", hasilnya: aspek Substansi Pembelajaran Among
dalam tindak tutur, cipta, rasa, dan karsa (SPA-Ca-Ra-Ka) memanifestasikan
kearifan kognitif, emotif, dan konatif pamong terhadap siswa. Aspek
Kepemimpinan Pembelajaran Among dalam tindak tutur depan, tengah, belakang
(KPA-De-Te-Be) memanifestasikan kearifan kepemimpinan pembelajaran
figuratif, partisipatif, dan emansipatoris pamong terhadap siswa. Aspek Fungsi
Edukatif Pembelajaran Among untuk Fungsi Pembiasaan-Pelibatan-Pemandirian
(FEPA-P3) memanifestasikan kearifan kepedulian dan keutamaan, kearifan
motivasional, dan kearifan regulasional oleh pamong terhadap siswa dalam
761
transaksi isi dan interaksi proses pembelajaran. Penanaman budi pekerti dalam
tindak tutur guru atau pamong menjadi dasar pendidikan karakter di Sekolah
Dasar.
Penelitian-konseptual filosofis di Taman Siswa telah banyak dilakukan,
namun belum banyak kajian-kajian tentang hal yang praktis. Apresiasi pemerintah
terhadap pemikiran KHD terasa masih sangat simbolis, ungkapan-ungkapan yang
cemerlang dari beliau sangat populer tetapi masih sebatas ungkapan, seperti
mantra, yang dikenal, diungkapkan dan dicantumkan pada dokumen kebijakan.
Penelitian ini mendiskripsikan konsep, prinsip dan tehnik sistim Among;
pemahaman dan penerapannya oleh pamong untuk pendidikan karakter di Taman
Muda lbu PawiyatanTaman Siswa Yogyakarta.
METODE PENELITIAN
Sebagai upaya memahami fenomena praktek pembelajaran dalam sistim
Among saat ini, penelitian ini menggunakan rancangan kuaiitatif-deskriptif
(Denzin & Lincoln, 1994). Penelitian ini menganalisis, mendiskripsi konsep-
konsep, prinsip dan tehnik Sistim Among KHD, bagaimana difahami dan
diterapkan oleh para pamong sebagai pengelola pembelajaran di lingkungan
Taman Muda lbu Pawiyatan Taman Siswa. Secara metodologis pengguna metode
fenomenologi melakukan tiga tingkatan pembebasan din berupa: (1) pembebasan
din dari unsur-unsur subjektif, (2) pembebasan din dari kungkungan hipotesis,
teori-teori, atau proposisi-proposisi keilmuan, (3) pembebasan diri dari doktrin-
doktrin tradisional. Ketiga macam pembebasan tersebut berguna untuk
mendapatkan fenomena murni, suatu fenomena yang dapat didekati tanpa terikat
oleh berbagai prasangka (Dimyati, 1977). Peneliti mengkaji sejumlah subjek
dengan terlibat langsung dan relatif lama di dalamnya untuk mengembangkan
pola dan relasi makna. Dalam proses ini, peneliti mengesampingkan terlebih
dahulu pengalaman-pengalaman pibadinya agar ia dapat memahami pengalaman-
pengalaman partisipan yang ia teliti (Creswell, 2010).
Lokasi penelitian adalah Taman Muda Thu Pawiyatan Taman Siswa di
Persatuan Perguruan Taman Siswa yang beralamat di Jalan Taman Siswa no 25
Yogyakarta, Telp (0274) 377120, Kode Pos 55151 sebagai cikal bakal lembaga
762
pendidikan Taman Siswa seluruh Indonesia. Pada tahun ajaran 2013-2014 Taman
Muda Ibu Pawiyatan memiliki 127 siswa, yang diasuh oleh 18 orang guru yang
terdiri 6 orang guru kelas dan kelas 1-6 dan12 orang guru bidang studi, dibantu 3
orang staf administrasi dan 2 orang pesuruh (Profil Taman Muda Thu Pawiyatan,
2013).
Pengumpulan data melalui: 1) Pengamatan memungkinkan pengamat
untuk melihat dunia sebagaimana dilihat oleh subyek penelitian pada saat itu, 2)
Wawancara, peneliti terlibat pembicaraan informal, 3) Pengisian angket terbuka,
peneliti memberi keleluasaan kepada subyek untuk rnenuangkan pendapatnya
bahkan perasaannya, 4) Fokus Grup Diskusi dilakukan sesuai keperluan, 5)
Catatan Lapangan, peneliti kualitatif mengandalkan pengamatan dan wawancara
dan menyusun catatan lapangan, 6) Penggunaan Dokumen, terbagi atas dokumen
internal (berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan); dan dokumen eksternal
berisi bahan-bahan, informasi suatu lembaga, misalnya majalah, buletin,
pernyataan, dan berita yang disiarkan kepada media masa (Sugiyono, 2009;
Moleong, 2011). Analisis data secara induktif-komparatif; ditabulasi,
dikelompokkan menurut variasi jawaban kemudian dibuat rangkuman (Gibbon &
Morris, 1987). Kredibilitas diperiksa dengan perpanjangan keikutsertaan,
ketekunan pengamatan, triangulasi, review sejawat, dan kecukupan referensi
(Denzin & Lincoln, 1994).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistim Among
Sistem Among merupakan segenap komponen dan kegiatan yang meliputi:
filsafat, dasar, tujuan pendidikan, peralatan, metoda, suasana, guru dan murid.
Sistem Among meliputi segala kegiatan dalam perguruan secara rnenyeluruh,
bukan sebagai aspek metodologis saja (Tim Taman Siswa, 1982). Kata among
sendiri berasal dan bahasa Jawa yang berarti seseorang yang tugasnya momong
atau ngemong (Dewantara, 1977) yang jiwanya penuh pengabdian. Dalam
pengertian ini seorang guru diibaratkan sebagai inang pengasuh, yang mengasuh
anak dengan penuh pengabdian.
763
Dasar sistim Among: Pertama, kodrat alam; keyakinan akan adanya
kekuatan kodrati pada manusia sebagai makhluk Tuhan, sebagai bekal dan dasar
untuk tumbuh, memelihara kemajuan hidupnya. Manusia dapat mengusahakan
keselamatan dan kebahagiaan hidup lahir batin, baik untuk diri pribadi maupun
untuk masyarakatnya. Pendidikan dilaksanakan agar kita dapat mencapai
kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita
didik selaras dengan dunianya (Dewantara, 1977). Kedua, merdeka; manusia
merdeka lahir batin, hidup salam dan bahagia, untuk membangun masyarakat
tertib dan damai, orde en vrede, toto lan tentrem. Merdeka diartikan: a) Tidak
hidup terperintah, b) Berdiri tegak karena kekuatan sendiri, dan c) Cakap
mengatur hidupnya dengan tertib (Dewantara, 1977).
Proses pembelajaran versi Taman Siswa disebut Wiraga yaitu
pemeliliaraan badan secara ritmis dan latihan kesempumaan panca indera
dilakukan dengan pembiasaan, proses ini diterapkan pada Taman Anak. Proses
berikutnya disebut Wirama yaitu sifat tertib, patut-runtut atau harmoni, sifat hidup
memakai laku berwirama, rnemudahkan pekerjaan jasmani, menyokong gerak
fikiran, mencerdaskan budi pekerti dan menghidupkan kekuatan jiwa manusia.
Penggunaan wiraga ataupun wirama atau kombinasi keduanya akan sangat
inempertimbaiigkau fase-fase perkembangan anak (Dewantara, 1977). Dari
konsep ini akan muncul berbagai metoda pembelajaran yang berjiwa kekeluargaan
dalam interaksi guru dan siswa (Soeratman, 1989). Hubungan antara pamong dan
siswa dilandasi oleh cinta kasih dan saling percaya, jauh dan situasi otoriter
ataupun kebebasan yang memanjakan. Guru/pamong perlu memiliki sifat-sifat
pribadi ideal sebagai syarat mutlak untuk mendidik siswanya, sehingga nantinya
dihasilkan pribadi yang berkualitas (Pujiastuti, 1998).
Peranan pamong dalam pembelajaran Among adalah (a) sebagai guru,
maksudnya pengajar yang mendidik, (b) sebagai pendidik yang membina Trisakti
(cipta, rasa, karsa) jiwa sang anak didik, (c) melalui laku ing ngarsa sung tuladha,
ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani, untuk (d) mencapai jiwa
merdeka (Kuswandi, 2009). Mendidik dalam sistim Among diartikan sebagai
berdaya upaya dengan sengaja untuk memajukan hidup-tumbuhnya budi-pekerti
764
(rasa, pikiran, roh), dan badan anak dengan jalan pengajaran, teladan dan
pembiasaan, tidak dengan perintah yang memaksa ataupun menghukum.
Prinsip dan tehnik Pembelajaran Among
Banyak prinsip terkait dengan pembelajaran Among yang diangkat dari
bahasa dan budaya Jawa (Boentarsono, 2012). Pembelajaran dalam Sistim Among
yang menjadi ciri khas Taman siswa menerapkan Silih asih, Asah dan Asuh.
Secara konsepsional maupun dalam praktek pendidikan, pamong mengikuti dari
belakang sambil memberi motivasi. Trilogi kepemimpinan dalam pendidikan
yaitu: Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso dan tut wuri handayani
yang arti bebasnya adalah: berada di depan memberi teladan, dalam pelaksanaan
membangun kehendak, dari belakang memberi penguatan. Hal ini sejalan dengan
temuan Masrukhi (2010) yang menyatakan bahwa peran kepemimpinan sekolah
adalah keteladanan, memberikan motivasi, memberikan fasilitas, serta dapat
menciptakan dan menegakkan regulasi di lingkungan sekolah. Penggalan frasa Tut
Wuri Handayani dari KHD dipakai sebagai semboyan sekaligus lambang
pendidikan di Indonesia berdasar SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No
0398/M/1977 tetanggal 6 September. Sistem Among sebagai sistem pendidikan
yang digagas KHD dipersembahkan kepada seluruh bangsa Indonesia melalui
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI (Tim Taman Siswa, 1982).
Prinsip-prinsip lain yang memperkuat sistim Among adalah: menghindari
tri pantangan; penyalah gunaan kekuasaan, keuangan, berbuat/terpengaruh
kemaksiatan. Lawan sastra ngesti mulya: yang artinya dengan ilmu/budaya
mencita-citakan kebahagiaan. Ilmu menjadi sarana untuk hidup lebih baik dan
menggapai kemuliaan. Suci tata ngesti tunggal: yang artinya dengan suci hati,
teratur/tertib mencita-citakan persatuan/kesempurnaan. Ungkapan ini
mengajarkan agar memelihara hati dari berbagai prasangka dan tertib. Tetep,
antep, mantep: yang artinya ketetapan pikiran dan batin, menentukan kualitas
seseorang/bermutu; setelah itu datang mantep/mantap dengan pilihan ataupun
keputusan. Ngandel, kendel, bandel, kandel: yang artinya percaya Tuhan,
berani, tahan uji, tehal iman, hal ini menunjukkan bahwa konsep KHD sangat
religius. Ning-neng-nung-nang: yang artinya fikiran hening, meneng/tidak emosi,
hanung/teguh, menanememperoleh kemenangan (Dewantoro, 1977), fatwa ini
765
mengajarkan bahwa fikiran yang jernih/hening dan perasaan yang tidak gampang
tersulut, keteguhan hati akan menjadi modal menuju keberhasilan. Bibit, bebet,
bobot: yang artinya benih, asal-usul, kualitas. Fatwa ini mengajarkan bahwa
pebelajar juga perlu dicermati dan awall ently behaviornya; sebagai benih, asal
usulnya dan kualitasnya, bukan untuk mendiskriminasi tetapi untuk bisa ngemong
secara tepat menuju yang lebih baik (Boentarsono, 2012).
Beberapa istilah yang bisa dikategorikan sebagai tehnik-tehnik
pembelajaran Among antara lain: penerapan Tri nga dalam pembelajaran di kelas,
Ngerti: Anak paham apa yang dipelajari. Ngrasa: Anak merasa yakin manfaat
yang dipelajari. Nglakoni: Anak mau melaksanakan apa yang dipelajari.
Penerapan Trin N dalam pembelajaran di kelas: Niteni: Anak mengenali apa yang
dipelajari, Nirokke: Anak meniru/melaksanakan yang diajarkan. Nambahi: Anak
akan rnemperkuatlmemperluas pemahaman dan keterampilan. Penerapan Tri ko
dalam pembelajaran di kelas: Kooperatiff Anak bisa saling kerja sama.
Konsultatif. Anak bertanya pada guru. Korektif: Anak mau menerima saran.
Berbagai teknik dalam pembelajaran Among juga digunakan dalam aktifitas di
luar kelas; dalam aktifitas kurikuler maupun ko kurikuler, bahkan diharapkan
dapat mewamai kehidupan dalam bermasyarakat. Begitu kuat pengaruh Tri Ngo
dalam pembelajaran karakter, sehingga Akbar (2013) telah menindak lanjuli
konsep tersebut dengan mengembangkan Model Triprakoro dalam pembelajaran
nilai dan karakter kepatuhan untuk Sekolah Dasar. Setelah diujicoba dalam skala
luas model tersebut sangat valid menurut ahli, pengguna, maupun siswa.
Berbagai konsep, prinsip dan tehnik tersebut telah menjadi bangunan
pengetahuan yang memberi arah pemikiran, aktivitas maupun tindakan Taman
Siswa kepada anak didiknya dalam penyelenggaraan proses pembelajaran dan
pelaksanaan pendidikan (Kuswandi, 2009). Gagasan KHD yang cukup komplit
merupakan gabungan dan teori-teori kebudayaan, teori-teori pendidikan dan teori-
teori kepemimpinan yang berpuncak pada terbentuknya grand teori yaitu budi
pekerti luhur peserta didik. Buah pendidikan adalah kematangan jiwa yang dapat
mewujudkan hidup dan penghidupan yang tertib dan suci serta bermanfiat bagi
orang lain (Dewantara, 1977).
766
Pemahaman dan Penerapan Guru/Pamong
Pemahaman pamong terhadap pendidikan karakter dan sistim Among pada
umumnya cukup baik, hanya pamong muda yang masih baru dan bukan alumni
Sarjana Wiyata yang masih kurang faham dengan detil istilah-istilah dalam sistim
Among. Apalagi tidak ada pembekalan tentang ketarnansiswaan, pamong muda
agak bingung ketika dihadapkan dengan pertanyaan tentang ajaran KHD. Pamong
menanamkan budi pekerti luhur dan nguri uri/melestarikan budaya bangsa,
religius, tanggung jawab, sopan, disiplin. Dalam sistem Among, pamong
perpegang pada Panca Dharma Taman Siswa: (1) Kodrat Alam, (2) Kemerdekaan,
(3) Kebudayaan, (4) Kebangsaan (5) Kemanusiaan. Butir-butir karakter yang ada
dalam Kurikulum Nasional telah menjadi bagian dalam pelaksanaan pendidikan
dan pembelajaran di Taman Siswa.
Rencana pelaksanaan pembelajaran/RPP yang dibuat oleh pamong di
Taman Muda Ibu Pawiyatan Taman Siswa mengikuti format dan struktur RPP
Standar Proses dan Standar Penilaian Diknas. Taman Muda Ibu Pawiyatan Taman
Siswa memiliki komitmen untuk memenuhi 8 (delapan) aspek standar nasional
pendidikan secara bertahap, dengan tekanan melengkapi sarana dan prasarana
pendidikan, tersedianya dana operasional yang cukup, serta membuka peluang
peran serta masyarakat secara proporsional. Hal ini terlihat dalam kinerja guru
ketika menyusun RPP dan Pelaksanaan Pembelajaran (Profil TMTS, 2013).
Sistim pembelajaran terpadu sudah menjadi pola dan ciri khas pembelajaran di
Taman Muda Ibu Pawiyatan Taman siswa sejak dahulu, bahkan sejak berdirinya
lembaga pendidikan ini.
Pendidikan nilai dan karakter di Taman Muda Ibu Pawiyatan Taman Siswa
adalah pendidikan berbasis kearifan lokal. Pendidikan Seni Tradisi, dengan
mengajarkan tembang Macapat, Dolanan Anak, Tari, Lukis, Karawitan, dan lain
sebagainya; semuanya merupakan sarana yang efektif untuk menyampaikan nilai-
nilai luhur bangsa. Karakter selalu lahir dan kekuatan-kekuatan lokal yang
berproses, berevolusi sehingga membentuk kearifan lokal. Pendidikan karakter di
Taman Muda Ibu Pawiyatan dapat menjadi inspirasi bagi pembentukan budi
pekerti, jati diri, identitas dan karakter bangsa secara nasional. Taman siswa
terbuka menerima pemikiran, metode, model pembelajaran dari luar. Multimetode
767
diterapkan di kelas, seperti ceramah, diskusi, tanya jawab, kerja kelompok,
sosiodrama, observasi, analisis masalah, wawancara, drill/latihan-latihan, kegiatan
sosial, peragaan/ demonstrasi, uji coba/eksperimen dan penanaman budi pekerti
(Nordiana, 2006).
Hasil dari penerapan sistim Among dalam pendidikan karakter di Taman
Muda Ibu Pawiyatan Taman Siswa cukup baik; kekompakan, kegotongroyongan,
persatuan kesatuan, rasa sosial bisa terlihat baik. Faktor pendukung pembelajaran
di Taman Muda Ibu Pawiyatan: Ada Pendapa Agung Taman Siswa yang bisa
dipakai kegiatan kesenian dan lainnya. Ada gamelan dan alat musik lain, ada
museurn/rumah Ki Hajar Dewantara dan perpustakaan Griya Kirti. Kalau Pendapa
sedang dipakai dan banyak kendaraan yang diparkir di halaman Taman Muda,
pembelajaran menjadi sedikit terganggu. Keberadaan Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) di kelas membawa dampak pada pembelajaran. Menurut pamong ABK
tanpa pendamping kalau selalu belajar dalam satu ruangan dengan anak normal,
maka kemajuan anak yang normal mengalami kelambatan. Guru/pamong merasa
kesulitan dalam rnenangani pembelajaran ABK.
KESIMPULAN
Taman Muda Ibu Pawiyatan, sebagai cikal bakal perguruan Taman Siswa
adalah merupakan lembaga yang berdiri tgl 3 Juli 1922 sebagai bagian dari
pergerakan nasional; hasil diskusi komunitas Selasa Kliwon yang diketuai Ki
Ageng Suryomentaram dan RM Soewardi Suryaningrat/Ki Hadjar Dewantoro
sebagai Sekretarisnya. Komunitas ini sampai pada kesadaran bahwa dalam
mencita-citakan kemerdekaan Indonesia, tidak cukup dengan perjuangan politik,
diplomasi, maupun perjuangan fisik; tetapi bangsa Indonesia harus dipintarkan,
berjiwa merdeka, mengembangkan kodrat alam yang dianugerahkan Tuhan
kepada manusia dengan sebaik-baiknya lewat pendidikan.
Sejak awal berdirinya Taman Siswa yang dimulai dengan Taman Muda
Ibu Pawiyatan, KHD sangat berperan; demikian juga dalam pengembangannya
sebagai lembaga dengan sistim keorganisasian yang besar, memiliki pengurus di
tingkat pusat disusul terbentuknya kepengurusan daerah yang jumlahnya ratusan;
KHD langsung memimpin Perguruan Taman Siswa. Nuansa pergerakan nasional
768
1
ikut menumbuhsuburkan perkembangan kelembagaan Taman Siswa sehingga
dalam waktu yang relatif singkat berdiri cabang-cabang Taman Siswa di daerah-
daerah lain. Pada tahun 2013 tercatat 130 cabang Taman Siswa di berbagai kota di
Indonesia.
Secara konseptual sistem Among merupakan segenap komponen dan
kegiatan yang meliputi: filsafat, dasar, tujuan pendidikan, peralatan, metoda,
suasana, guru dan murid. Berbagai tehnik Among berbasis budaya sendiri sangat
relevan untuk pendidikan saat ini dalam menghadapi tantangan global. Konsep,
prinsip dan tehnik Among adalah warisan intelektual KHD yang tidak hanya perlu
dilestarikan, tetapi perlu ditelaah dengan seksama karena bisa menjadi alternatif
proses pendidikan dan pembelajaran yang menekankan pentingnya pendidikan
karakter.
Sosialisasi Sistim dan tehnik pembelajaran Among diperlukan untuk guru-
guru SD/MI; diharap bisa menambah wawasan dan memberi alternative
pembelajaran yang berbasis budaya sendiri dalam rangka memperkuat karakter
bangsa, seperti yang ditekankan dalam kurikulum 2013. Pemikiran-pemikiran
KHD dalam pendidikan dan pembelajaran sangat berbasis budaya diharapkan
akan mengimbangi banjirnya pemikiran-pemilciran yang bisa menyeret praktek
pendidikan bangsa pada anus intelektualisme dan materiaiisme pendidikan. Sistim
Among bisa dipakai dalam interaksi sosial sehingga terwujud harmoni sosial yang
pada gilirannya menyumbang pada integrasi nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Ahsani, Machrus. 2004. Konstelasi Kodrat Alam dan Tut Wuri Handayani Ki Hadjar Dewantara Perspektif Pendidikan Islam. Tesis. tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program Pascasarjana IAIN.
Akbar, Sa'dun. 2013. Model Triprakoro dalam pembelajaran Nilai dan Karakter Kepatuhan untuk Sekolah Dasar. Jurnal ilmu Pendidikan. 19 (1): 106-112.
Aziz, Hamka Abdul. 2011. Pendidikan Karakter Berpusat pada Hati. Jakarta: Al Mawardi Prima.
Boentarsono, B. dkk. 2012. Tamansiswa Badan Perjuangan Kebudayaan & Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Perguruan Taman Siswa.
Creswell, John W. 2010. Research Design Qualitaif & Quantitatif Approach. California: Sage Publication.
769
Denzin, N. K., dan Lincoln, Y. S. 1994. Handbook of Qualitatif Research. London Sage Publication.
Dewantara, Ki Hadjar. 1964. Asas-asas dan Dasar-dasar Taman Siswa. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
Dewantara, Ki Hadjar. 1977. Bagian I Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
Dewantara, Ki Hadjar. 1994. Bagian II Kebudayaan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
Dimyati, Moh. 1977. Penelitian kulitatif. Malang: IKIP Malang.
Gibbon, CT F & Morris, LL. 1987. How to Analyze Data. California: Sage Publication Inc.
Kuswandi, Dedi. 2009. Bangunan Keilmuan Pendidikan Taman Siswa. Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 30, Nomor 2, Juli 2009.
Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa. 1977. Piagam dan Peraturan Besar Persatuan Taman Siswa. Yogyakarta: MLPTS.
Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa. 1982. Pemahaman dan Penghayatan Asas-asas Tamansiswa. Yogyakarta: MLPTS.
Masrukhi. 2010. Revitalisasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pembangun Karakter melalui Pemberdayaan Kuitur Sekolah. Jurnal Ilmu Pendidikan, 17 (1):15-21.
Meirawan, Denny. 2010. Trilogi Karakter Manusia Bermartabat dan Implikasinya pada Pendidikan. Jurnal Ilmu Pendidikan, 17(3):189-194.
Moleong, L.T. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Noordiana. 2006. Operet Aryo Penangsang Gugur di Taman Siswa. Tesis. tidak diterbitkan.Yogyakarta: Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia.
Pujiastuti, Widayati. 1998. Konsep Manusia Sebagai Pamong Menurut Ki Hadjar Dewantara. Tesis. yang tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program Pascasarjana UGM.
Sholeh, Ahmad. 2002. Relevansi Gagasan Sistem Among dan Tri Pusat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara terhadap Pengembangan Pendidikan Islam. Yogyakarata: Program Pascasarjan IAIN.
Soeratman. 1989. Dasar-dasar Konsepsi Ki Hadjar Dewantara. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatff, Dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.
770
Suwignyo. Heri. 2011. Penanaman Budi Pekerti dalam Tindak Tutur Guru sebagai Dasar Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar. Jurnal Sekolah Dasar, Tahun 20, No. 2 November 2011 hal. 86-94.
Taman Siswa. 2013. Profil Taman Muda Ibu Pawiyatan Taman Siswa. Yogyakarta: Soft file Taman Muda Ibu Pawiyatan Taman Siswa.
Tim Taman Siswa. 1982. Sistem Among. Dalam rangka penyajian Pendidikan Moral Pancasila. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
Towaf, Siti Malikhah. 2013. Eksplorasi Kekayaan Pendidikan Nasional: Pembelajaran dalam Sistim Among untuk Memperkuat Nilai-nilai dan Karakter Bangsa pada tingkat Pendidikan Dasar/Taman Muda di Perguruan Taman Siswa. LP2M UM, Malang: Laporan Penelitian.
UNESCO PROAP/APNIEVE. 1997. Learning to Live together in Peace and Harmony. Bandung: IKIP Bandung and UNESCO PROAP/APNIEVE.
771
Top Related