7/25/2019 Teknik Survei Tikus
http://slidepdf.com/reader/full/teknik-survei-tikus 1/16
0
TEKNIK SURVEI TIKUSDisarikan dari Modul Pelatihan Teknis Tingkat Dasar Survei Reservoir Penyakit Bidang
Minat Rodensia B2P2VRP Salatiga
MATERI PELAJARAN
A. PENTINGNYA SURVEI TIKUSSurvei tikus adalah kegiatan pengumpulan data tikus yang dilakukan untuk dokumentasi
dan bahan pertimbangan menetapkan kebijaksanaan operasional. Survei dapat bersifat
pendahuluan, longitudinal, sewaktu dan intensif sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Hasilsurvei akan memberikan gambaran tentang biologi, ekologi dan tingkat masalah yang
ditimbulkannya..
B.
ALAT-ALAT SURVEI TIKUSJenis dan jumlah alat yanag digunakan untuk menangkap dan mengumpulkan tikus
ditentukan oleh tujuannya. Uraian di bawah ini hanya ditekankan pada tujuan penelitian di bidang kesehatan. Untuk tujuan lain dapat memodifikasi uraian ini.
a. Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk mengerjakan ;
1. Sampel tikus atau mencit (target 100 ekor)a. Perangkap kawat (tergantung jumlah penangkapan
b. dengan perkiraan keberhasilan penangkapan 5 %) 200 – 300 prk.c. Kantong kain 50 potong
d. Alat bedah 2 set
e.
Kawat halus 1 gulungf. Kapas 2 gulungg. Plastik alas 2 m
2
h. Timbangan 1 uniti. Penggaris, 15 cm & 60 cm @ 1 buah
j. Formulir data 50 lembark. Counter 1 unit
l. Kloroform 1 literm. Borax ½ kg
n. Serbuk gergaji ½ kgo. Papan tripleks, 20 x 60 cm 25 lembar
p.
Paku payung/paku kecil 1 onsq.
Tang, catut, palu, arit/golok 1 set
r. Alat jahit (benang & jarum) 1 sets. Kertas label & benang 200 set
t. Kantong plastik kecil (7½ x15 cm) 100 lembaru. Tali plastik 50 m
v. Tali rafia 1 gulung
7/25/2019 Teknik Survei Tikus
http://slidepdf.com/reader/full/teknik-survei-tikus 2/16
1
w. Baterai lengkap 6 buahx. Umpan (khusus untuk kelapa) 10 buah
y. Kamper 1 kg.
2.
Darah binatang (target 100 ekor)a. Alat suntik (3 cc, 5 cc, 10 cc) @ 100 unit
b. Jarum suntik (21 G, 22 G, 23 G) @ 100 unitc. Tabung hampa udara, 10 ml 100 tabung
d. Pipet 100 pipete. Karet hisap 2 buah
f. Botol kecil, 5 cc (1 dram) 100 botolg. Label tempel 100 lembar
h. Formulir data 25 lembari. Kantong plastik, 20 x 40 cm 25 lembar
j. Centrifuge 1 unitk. Filterstrip 100 strip
l.
Amplop kecil 100 lembarm. Tube rack 1 unti
n. Ice box 1 unito. Sodium chloride (garam fisiologis) 1 liter
3. Ektoparasit
a. Nampan putih, 40 x 25 x 6 cm) 1 unit b. Sisir & sikat @ 1 buah
c. Pinset halus 2 buahd. Kuas kecil (kuas gambar) 1 buah
e. Botol kecil, 5 cc 100 botolf.
Label kertas 100 lembar
g. Alkohol 70 % 1 literh. Black formica plate, 10 x 15 cm & 5 x 30 cm @ 12 lembar
4. Endoparasit
a. Alat bedah 2 set b. Cawan petri 6 pasang
c. Beaker glass, 600 cc, 800 cc, 1 liter @ 1 buahd. Gelas ukur, 250 cc, 1 liter @ 1 buah
e. Corong gelas/plastik 1 buahf. Botol kecil, 10 cc (2 gram) 200 botol
g.
Glycerin alkohol 10 % 1 literh. Formalin 10 % 1 liter
i. Kantong plastik, 20 x 40 cm & 7½ x 15 cm @ 100 lembar j. Diseccting microscope 1 unit
7/25/2019 Teknik Survei Tikus
http://slidepdf.com/reader/full/teknik-survei-tikus 3/16
2
5. Alat pengukur faktor abiotika. Thermometer max-min 1 unit
b. Psychrometer 1 unitc. Altimeter 1 unit
d.
Kompas 1 unite. GPS (Global Positioning System) 1 unit
f. Pedometer 1 unitg. Soil tester 1 unit
h. Luxmeter 1 uniti. Anemometer 1 unit
6. Lain-lain
a. Buku catatan 1 buku b. Alat tulis 1 set
c. Tissue/Kertas lap 1 pak
C.
TAHAP SURVEI TIKUS
1. Pemetaan
Survei lingkungan macam apa pun seyogyanya dimulai dengan perijinan, dansurvei/pengamatan lokasi survei. Dalam pengamatan lokasi survei, kegiatan pemetaan
sebaiknya dilakukan. Peta yang dihasilkan menggambarkan tataletak/tataruang yangsebenarnya, terutama untuk menentukan sederetan titik penting tempat pengambilan sampel
dan tempat penting lainnya, yaitu jalan, danau, sungai, jalan setapk, bangunan, pepohonan,hutan semak, dan lain-lain. Mempelajari peta iklim umum dan bioma tempat survei
dilakukan merupakan hal yang perlu dipertimbangkan dalam survei tikus. Karena akanmemberikan nilai tambah dalam menginterpertasikan keterkaitan populasi tikus dengan
lingkungannya.
2. Pengukuran faktor lingkunganTelah diketahui bahwa faktor lingkungan baik abiotik dan biotik berpengaruh terhadap
ukuran dan penyebaran populasi tikus. Oleh karena pengukuran faktor lingkungan perludilakukan, seperti pengukuran faktor abiotik (suhu, kelembaban ,sinar, angin, dan.pH
(tanah/air)) dan biotik (tumbuhan dan binatang). Pengamatan tumbuhan meliputi strukturvegetasi (bentuk kehidupan, ukuran, manfaat daun, dan tekstur daun) dan rimbunan
tanaman (semak, tumbuhan polowijo, dll), sedangkan pengamatan binatang meliputi jenis,kebiasaan makan, jumlah dan habitat.
3. Pelaksanaan survei tikus
Kegiatan dalam pelaksanaan survei tikus tergantung dari tujuan yang akan dicapai. Tetapikegiatan utama yang dilakukan adalah
a. Penangkapan tikusPenjebakan/pemerangkapan di lapangan merupakan cara baik untuk mendapatkan
sampel tikus. Perbedaan tipe perangkap yang digunakan sangat berpengaruh terhadaphasil tangkapan. Perangkap hidup lebih baik daripada perangkap mati. Perangkap hidup
7/25/2019 Teknik Survei Tikus
http://slidepdf.com/reader/full/teknik-survei-tikus 4/16
3
tidak merusak tubuh (kulit dan atau tulang) dari tikus yang terperangkap, dan tikus akantetap hidup. Sebaliknya dengan perangkap mati, tikus yang terbunuh harus segera
ditangani, karena cepat membusuk.
b. Pencatatan dan pelabelan
Sampel tikus yang tertangkap merupakan data penting yang perlu dikoleksi sebagaispesimen, terutama dari daerah/habitat yang berbeda. Hal-hal penting yang perlu
diperhatikan dalam mengkoleksi yaitu; label/etikat harus dibuat dengan kertas kakuatau tebal, tulisan dengan huruf balok dan ditulis dengan tinta yang tidak dapat
terhapus. Hal penting yang perlu dicatat adalah;1. Nama jenis
2. Lokasi/habitat3. Tangal (hari, bulan, tahun)
4. Berat badan (gram)5. Panjang kepala dan badan (mm)
6. Panjang ekor (mm)7. Panjang kaki belakang (mm
8.
Lebar telinga (mm)9. jenis kelamin
10. Organ reproduksi, seperti testis, seminal vesikel, uterus, dan embrio11. Rumus mamae
12. Kolektor
c. Pembuatan specimen awetan
Spesimen awetan tikus merupakan bukti ilmiah jenis tikus yang berhasil ditangkap disuatu lokasi penelitian, sehingga pembuatan specimen awetan tikus merupakan kegiatan
yang harus dilakukan. Spesimen awetan bermanfaat untuk koleksi dan referensi dan bahan konfirmasi jenis tikus ke lembaga ilmiah lain apabila identifikasi mengalami
kendala.
d. Penyimpanan/pengiriman spesimenSpesimen awetan jenis tikus meruapakan koleksi ilmiah yang sangat peting, sehingga
penyimpanannya perlu mendapat perhatian ekstra, sehingga awetan tersebut dapat bertahan selama-lamanya. Tempat penyimpanan specimen awetan merupakan tempat
yang bebas dari segala sesuatu yang dapat merusak specimen awetan tersebut. Untuk pengiriman spesimen ke lembaga ilmiah lain untuk tujuan konfirmasi, sumbangan atau
keperluan lain, specimen awetan sebaiknya ditempatkan pada kotak kemasan yangmenjamin specimen tersebut tidak mengalami kerusakan di perjalanan.
D. TEKNIK PENANGKAPAN TIKUS
Ada berbagai cara untuk menangkap tikus, baik secara jebakan hidup dan mati, menembak,menjaring, memegang dengan tangan dan menggunakan hewan-hewan piaraan (kucing). Kegiatan
menangkap atau mengendalikan sering mengalami kendali karena tikus merupakan binatang yangmempunyai mobilitas dan daya jelajah yang relatif luas.
7/25/2019 Teknik Survei Tikus
http://slidepdf.com/reader/full/teknik-survei-tikus 5/16
4
Untuk keperluan penelitian di bidang biologi, ekologi dan pemantauan penyakit bersumber tikus, binatang tersebut sebaiknya ditangkap dengan menggunakan perangkap.
Bermacam-macam perangkap tikus telah dibuat, antara lain :
live trap (perangkap hidup, tikus yang tertangkap berada dalam keadaan hidup)
break –back trap atau snap trap (perangkap mati, tikus yang tertangkap akan cepatmati)
sticky-board trap (perangkap berperekat, tikus yang tertangkap berada dalam keadaanmelekat pada dasar),
gin trap (perangkap yang berupa jerat),
pit fall trap (perangkap yang berupa lubang jebakan). Pit fall trap merupakan bentuk
awal perangkap yang biasa digunakan dalam studi populasi tikus.Diantara berbagai bentuk dasar perangkap tersebut, live trap yang paling sering digunakan
untuk keperluan penelitian di bidang kesehatan.Adapun penangkapan dilakukan dengan memasang perangkap pada sore hari mulai
pukul 15.00-16.00 (pukul 4 sore). Kemudian perangkap diambil esok harinya antara pukul 06.00 –
09.00. untuk penangkapan di dalam rumah, diperlukan minimal dua perangkap. Untuk penangkapan di luar rumah, tiap area luasnya 10 m
2 cukup dipasang 2 perangkap dengan mulut
perangkap saling bertolak belakang atau satu perangkap dengan kedua sisi terbuka sebagai mulut
perangkap. Tetapi penangkapan tikus di luar rumah, seperti kebun, sawah atau ladang dapatdigunakan linier trap barrier system (multy trap).
Peletakan perangkap yang tepat juga penting untuk memperoleh hasil maksimal. Padadasarnya perangkap diletakkan di tempat yang diperkirakan sering dikunjungi tikus, misalnya
dengan melihat bekas telapak kaki, kotoran, rambut yang rontok. Di lingkungan permukiman, perangkap dapat diletakkan di gudang, dapur, atap rumah, dan sebagainya. Untuk lebih memikat
masuknya tikus ke dalam perangkap, biasanya dipasang umpan seperti kelapa bakar, ikan asin,mentega kacang. Bila umpan diperkirakan tidak menarik lagi, jenis umpan perlu diganti. Dalam
upaya penangkapan, rupanya perlu diingat bahwa tikus dan mencit tergolong hewan yang berperilaku cerdik, sehingga perangkap dibiarkan di tempat minimal 2–3 hari, tetapi setiap hari
perangkap harus diperiksa. Seandainya yang tertangkap binatang lain seperti cecurut, garangan,tupai dan lain-lain, perangkap harus segera dicuci bersih dan disikat. Kadangkala binantang non
target tersebut juga diperlukan, sebab ada kemungkinan binatang ini juga berperan sebagai inangektoparasit tertentu.
Selanjutnya perangkap yang telah berisi tikus diberi label yang mencamtumkan tanggal, bulan, tahun, tempat (atap, dapur, kebun, jenis pohon, dan sebagainya) serta kode lokasi daerah
penangkapan. Setiap perangkap kemudian dimasukkan ke dalam sebuah kantong kain yang cukupkuat, agar ektoparasit yang lepas dari tubuh tidak banyak yang hilang (tetap berada dalam
kantong). Kantong kemudian dibawa ke laboratorium untuk diproses tikusnya.
Kegiatan penangkapan tikus dalam suatu penelitian biasanya dilakukan selamalima hari berturut-turut. Jumlah perangkap yang digunakan minimal 100-200 buah, buah
untuk setiap habitat tikus.
7/25/2019 Teknik Survei Tikus
http://slidepdf.com/reader/full/teknik-survei-tikus 6/16
5
E. UJI KETEPATGUNAAN PERANGKAP/JERAT DAN UMPANSetiap kali perangkap/jerat yang berumpan ataupun tidak berumpan dipasang, perlu untuk
mengetahui apakah umpan yang digunakan itu menarik, dan kapan perangkap/jerat ditemukanoleh tikus pada jarak dekat. Bila tidak ada tangkapan yang didapat oleh jerat, diperlukan untuk
mengetahui apakah ketidak hadiran tangkapan disebabkan kesalahan mekanis dari umpan padasaat tikus masuk perangkap, atau disebabkan oleh tidak adanya tikus yang melintas dalam kawasan
itu, atau apakah perangkap ditemukan namun tidak dimasuki, karena umpannya tidak disukai. Bila pertanyaan tersebut dapat dijawab, akan mungkin untuk memiliki gagasan mengenai penggantian
umpan atau pemindahan perangkap/jerat.Untuk mengetahui ketepatangunaan perangkap/jerat dan umpan dapat dilakukan kegiatan
sebagai berikut potong kertas kimograf menjadi potongan-potongan kecil. Asapi kertas kimograf,sehingga kertas kemograf dapat merekam jejak tikus saat diinjak tikus. Pasang kertas kemograf
pada kerangka kayu atau papan yang lebih lebar dari ukuran perangkap yang diuji. Selanjutletakkan papan yang ada kertas kemografnya dibawak perangkap/jerat. Periksa perangkap/jerat
selama 24 jam setelah dipasang. Periksalah kertas asap terhadap jejak tikus. Catat jenis perangkap,umpan yang digunakan, dan jenis tikus yang ditangkap pada kertas kemograf.
Interprestasi hasil. Tentukan persen pendekatan yang dihasilkan dalam penangkapan.Srbagai contoh, bila 20 perangkap dipasang dan seluruhnya memperlihatkan jejak tikus pada kertas
namun hanya diperoleh lebih dari 10 tangkapan maka mengindikasikan bahwa umpan dan perangkap yang dipasang telah sesuai. Tetapi bila tidak ditemukan jejak pada kertas yang dipasang
maka mengindikasikan bahwa daerah tersebut tidak dilewati oleh tikus. Bila terdapat jejak namun perangkap kosong mungkin disebabkan oleh kesalahan mekanis dari umpan atau ketidak sesuain
umpan. Pada jumlah tangkapan sama dengan jumlah jejak yang dibuat diperkirakan ukuran populasi berdasarkan tangkapan akan kurang dari nilai sebenarnya. Teknik ini berguna dalam
menilai kesahihan perkiraan populasi yang dibuat berdasarkan jerat. Cara ini memiliki nilaioptimal hanya dalam situasi kering atau keadaan dalam ruangan, karena hujan dan angin
cenderung mengaburkan pencatatan jejak pada kertas yang diasapi. Bila perangkap berada di luarruangan selama musim hujan, maka pelindung kertas perlu dipasang agar kertas tidak basah.
F. TEKNIK PENGAWETAN TIKUS (pada materi kunjungan ini tidak dipraktekkan
karena membutuhkan waktu yang lama)Spesimen tikus yang ada di dalam kantong kemudian dibius dengan kloroform. Apabila
dibutuhkan ektoparasit agar tetap hidup, cara mematikan tikus tidak diperkenankan menggunakanzat pembius, tetapi dengan memegang kepala dan menarik ekor bersama dengan kakinya sampai
tikus menjadi lemas. Untuk mengambil ektoparasit, badan tikus disisir (kepala, punggung, dan perut) berlawanan arah dengan arah rambutnya. Kantong kain bekas tikus diperiksa secara
seksama baik dalam dan luar kantong. Selanjutnya tikus ditimbang, lalu diukur panjang total(PT), panjang ekot (PE), panjang telapak kakai belakang (K), panjang telinga (T). Semua data
yang diperoleh dicatat dengan teliti di tabel yang tersedia.Selain data tersebut di atas, yang merupakan tanda-tanda khusus spesimen, diperlukan
pula awetan spesimennya, sebagai voucher specimen. Spesimen awetan ini sangat penting untukdibandingkan dengan spesimen yang sudah teridentifikasi dengan benar sebagai koleksi
referensi yang tersimpan dimuseum.Ada dua cara pengawetan koleksi tikus dan mencit, yaitu :
7/25/2019 Teknik Survei Tikus
http://slidepdf.com/reader/full/teknik-survei-tikus 7/16
6
a. Pengawetan secara utuh, yaitu dengan cara merendam spesimen ke dalam campuranlarutan formalin 10 % atau alkohol 70 % sebanyak 1 000 ml volume atau disesuaikan
dengan besar tikus. Hal yang penting diperhatikan adalah seluruh badan tikus termasukekor benar-benar terendam dalam larutan formalin atau alkohol. Sebelum dimasukkan
ke dalam campuran larutan tersebut, perut spesimen dibedah agak lebar agar larutan pengawet merasuk ke dalamnya. Cara ini sering digunakan untuk penelitian anotomi
binatang atau identifikasi secara genetis dimasa depan.
b. Pengawetan kulit, yaitu awetan yang berupa kulit tikus. Cara pembuatan awetan kulitdiawali dengan badan tikus diletakan di baki/meja dengan sisi ventral menghadap ke
atas, kulit di bagian perut diiris membujur sepanjang 3-4 cm (Gambar 83). Kemudiankulit dibuka dengan hati-hati, sehingga daging perut bagian dalam terlihat.
Gambar 1. Pengirisan kulit perut tikus membujur sepanjang 3-4 cm
Kulit yang menempel pada daging perut ditekan sedemikian rupa ke arah kiri atau kanan bergantian sehingga daging paha kaki belakang dapat diangkat keluar (Gambar 1). Kaki
belakang kiri dan kanan dikeluarkan secara bergantian dan tulang sebatas lutut dipotongdengan gunting.
Gambar 2. Pengelupasan kulit dari tulang kakiDaging yang melekat pada potongan kaki dibersihkan. (Gambar 2). Selanjutnya kulit
dilepaskan dengan hati-hati ke arah ekor. Untuk mengurangi licinnya kulit bagian dalam,digunakan serbuk gergaji.
Gambar 2. Pelepasan kulit dari badan tikus
7/25/2019 Teknik Survei Tikus
http://slidepdf.com/reader/full/teknik-survei-tikus 8/16
7
Ekor dicabut keluar secara hati-hati (Gambar 3). Setelah ekor keluar pelepasan kulit
dilanjutkan ke arah kepala.
Gambar 3. Pelepasan kulit dari kepala tikus
Setelah sampai di bagian kaki depan tulang kaki depan di potong sampai kepangkal
pergelangan kaki depan (Gambar 4).
Gambar 4. Pelepasan kulit dari telinga tikusKemudian dilanjutkan pelepasan kulit kearah kepala secara hati-hati, pada saat sampai
ditelinga, pangkal telinga kanan dan kiri dipotong dengan pisau yang tajam (skapel),demikian pula pada bagian mata (Gambar 5).
Gambar 5. Pelepasan kulit dari telinga tikus
Selanjutnya kulit ditarik kedepan secara perlahan-lahan sampai ujung hidung, pelepasankepala dilakukan dengan menggunakan skapel atau gunting kecil (Gambar 6).
Gambar 6. Pelepasan kulit dari ujung hidung tikus
Kulit dibersihkan dari semua daging yang menempel, kemudian kulit bagian dalamdilumuri serbuk boraks untuk pengawetan. Mempersiapkan kapas yang disesuaikan
7/25/2019 Teknik Survei Tikus
http://slidepdf.com/reader/full/teknik-survei-tikus 9/16
8
dengan ukuran badan tikus , yaitu lembaran kapas yang diperkirakan sesuai denganukuran tikus dipotong, diguling sehingga membentuk bentuk padat lonjong sesuai
dengan besar badan tikus (Gambar 7).
Gambar 7. Mempersiapkan kapas disesuaikan dengan ukuran badan tikus
Mempersiapkan kawat kecil dengan ukuran panjang ekor tikus, tetapi panjang kawat
sebaiknya 3–4 cm lebih panjang dari ekor tikus. Kawat dilapisi seluruhnya dengan kapassecara dipilin sedikit demi sedikit, dibentuk sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
ukuran dan volume ekor. Kawat dimasukkkan ke dalam ekor, hingga ekor menjadi padat(Gambar 8).
Gambar 8. Mempersiapkan pilinan kapas pada kawat disesuaikan dengan panjangekor tikus
Kapas yang dipadatkan dan dibentuk sesuai dengan kepala dan badan tersebut,
dimasukkan secara hati-hati ke dalam kulit tikus lewat mulut dengan menggunakan pinset. Usahakan badan terisi penuh dengan kapas (Gambar 9).
7/25/2019 Teknik Survei Tikus
http://slidepdf.com/reader/full/teknik-survei-tikus 10/16
9
Gambar 9. Memasukkan kapas lewat mulut tikus
Mulut dijahit dari sebelah dalam dengan menghubungkan ketiga potongan bibir
dengan benang dan diikat (Gambar 10).
Gambar 10. Menjahit mulut tikus
Tulang kaki depan dan kaki belakang dibalut/diisi kapas dan dikembalikan sepertisemula. Setelah badan tikus terbentuk , bagian perut yang diiris dijahit kembali secara
zigzag (Gambar 11).
Gambar 11. Menjahit badan tikus
Tikus yang sudah berisi kapas diletakan pada papan triplek dengan sisi ventralmenghadap ke bawah dan ke dua pasang kaki di atur sedemikian rupa sehingga kaki
depan lurus ke depan dan kaki belakang lurus ke belakang sejajar dengan badan. Ujung – ujung kaki dipaku sedang ujung ekor dijepit dengan dua paku di kanan kirinya.
Spesimen dikeringkan (Gambar 12).
7/25/2019 Teknik Survei Tikus
http://slidepdf.com/reader/full/teknik-survei-tikus 11/16
10
Gambar 12. Awetan tikus diletakkan di papan dengan posisi lurus
Kepala yang masih menyatu dengan badan tikus dipotong dengan menggunakan gunting
dan direbus (Gambar 13). Setelah dagingnya lunak dibersihkan dan disimpan di dalamtabung plastik setelah diberi label berisi nomer, lokasi, tgl. dan kolektor
Gambar 13. Tengkorak tikus yang diberi label
Awetan tikus yang telah terbentuk sempurna, sebelum disimpan di dalam kantong plastik diberi label yang lengkap sebagai berikut ;
Gambar 14. Contoh label
G. TEKNIK PENGAMBILAN DARAH TIKUSTikus dalam kantong kain dipingsankan dengan dibius kloroform. Cara ini dapat diganti
dengan melemaskan tikus. Kapas beralkohol 70% dioleskan di bagian dada, selanjutnya jarumsuntik ditusukkan di bawah tulang pedang-pedangan (tulang rusuk) sampai masuk lebih kurang
50 – 75 % panjang jarum. Posisi jarum membentuk sudut 450 terhadap badan tikus yangdipegang tegak lurus. Setelah posisi jarum tepat mengenai jantung, secara hati-hati darah dihisap
diusahakan alat suntik terisi penuh. Pengambilan darah dari jantung tikus dapat diulangmaksimal 2 kali, karena apabila lebih dari 2 kali biasanya darah mengalami hemolisis (Gambar
15).Penanganan darah tikus untuk pemeriksaan bakteriologi atau serologi dapat dilakukan
Jenis tikus dan sex :Ukuran :Berat :Mammae/testes :
No. tikus :Lokasi penangkapan :Tgl. Penangkapan :Kolektor :
7/25/2019 Teknik Survei Tikus
http://slidepdf.com/reader/full/teknik-survei-tikus 12/16
11
dengan beberapa cara, yaitu filter strip dan pengambilan serum darah. Penggunaan filter strip,diawali dengan darah dalam alat suntik diteteskan pada filter strip (kertas Nobuto) sebanyak lebih
kurang 3 tetes atau dimasukkan ke dalam tabung hampa udara yang telah diberi label sesuaidengan kode sampel tikus. Filter strip yang telah ditetesi darah dikeringkan pada suhu kamar dan
diletakan pada rak khusus. Untuk mencegah kerusakan, kertas ini dihindarkan dari sinar mataharisecara langsung atau panas api. Filter strip yang telah kering ditempelkan sedemikian rupa pada
karton 5 x 10 cm, dimasukkan ke dalam amplop dan disimpan di dalam almari es sebelum pemeriksaan serologi. Pengambilan serum darah, yaitu darah dalam jarum suntik dimasukkan
dalam tabung atau tabung hampa udara, maka didiamkan terlebih dahulu selama 2 – 3 jam, ataudisentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Cara lain adalah jarum suntik berisi darah
diletakkan secara terbalik dan di diamkan selama 5 jam maka serum akan terpisah dengan seldarah. Serum yang telah terpisah dari darah dihisap dengan pipet yang telah disucihamakan,
kemudian dimasukkan ke dalam tabung serum yang telah berlabel, disimpan di dalam termos esatau almari es (freezer) sebelum pemeriksaan selanjutnya (serologi)
Gambar 15. Cara mengambil darah jantung tikus.
H. TEKNIK PENGAMBILAN EKTOPARASITTikus atau mencit yang telah lemas atau diambil darahnya, disikat atau disisir di atas
nampan putih. Ektoparasit yang terkumpul dinampan diseleksi jenisnya, dihitung dan dicatat ditabel yang tersedia. Bila ektoparasit ini akan diisolasi rickettsia/virus yang dikandung maka
ektoparasit dibiarkan hidup terisolasi dan apabila tidak akan mengisolasi rickettsia/virus, makaektoparasit dimasukan ke dalam botol kecil berisi alkohol 70 % dan ditutup rapat. Selanjutnya
bila akan diidentifikasi, maka ektoparasit dimasukan ke dalam larutan pembersih Kloral fenol
(clearing solution). Setelah itu dengan medium tertentu preparat di mounting.
I. TEKNIK PENGAMBILAN ENDOPARASIT
Spesimen tikus yang telah dikuliti dibedah, kemudian organ dalamnya dipisah dalamcawan petri. Di bawah mikroskop, organ dicawan diamati endoparasitnya. Endoparasit yang
kemudian dimasukan botol dan direndam dengan larutan pengawet. Misalnya untuk nematoda
Tusukan jarumsuntik di bawah
tulang rusuk
7/25/2019 Teknik Survei Tikus
http://slidepdf.com/reader/full/teknik-survei-tikus 13/16
12
digunakan gliserin-alkohol 10 %, sedang untuk cacing lainnya dapat digunakan formalin 10 %.
J. TEKNIK PENEMPATAN, PENYUSUNAN, PERAWATAN KOLEKSI TIKUS
1.
Penempatan, penyusunan dan perawatan koleksi tikusSpesimen-spesimen awetan dalam suatu koleksi tikus secara sistematik harus disusun dan
dilindungi dari hama-hama, cahaya, dan kelembaban. Susunan yang umum dari suatu koleksiakan tergantung terutama pada ukurannya, maksud dan tujuannya, serta cara yang dipakai dalam
mengawetkan spesimen tikus dna mencit tersebut misalnya awetan basah dan awetan kering. Padakoleksi tikus, mencit dan ektoparasitnya untuk tujuan pendidikan, pelatihan dan koleksi referensi
di bidang kesehatan, pada umumnya dalam bentuk awetan kering. Awetan kering tersebut dapat bertahan lama (lebih dari 10 tahun), mudah perawatannya, tidak membutuhkan tempat yang
banyak, mudah dibungkus saat pengiriman dan bentuk relatif masih seperti aslinya, namun seringkali berubah warna karena jamur, sehingga untuk menghindari hal tersebut perlu ditempatkan
dalam kotak yang tertutup rapat dan diberi kamper secukupnya. Awetan tikus dan mencit biasanyadisimpan bersama tengkoraknya yang berada dalam botol kecil di almari, rak, kotak atau dipajang
di kotak kaca (Gambar 85). Ukuran almari rak yang umum digunakan adalah 50 x 50 x 120 cmdengan rak berukuran 45 x 45 x 10 cm atau tempat penyimpanan dapat disesuaikan dengan
keinginan kolektor.Kebanyakan lembaga-lembaga yang besar dan banyak kolektor-kolektor menempatkan
koleksi mereka dalam laci-laci museum yang seragam dan tertutup rapat. Sistem satuan lacimemudahkan pengembangan yang cepat dan penyusunan kembali setelah menggunakan koleksi
tersebut tanpa perlu memperlakukan spesimen individual yang menghabiskan waktu dan dapatmerusak spesimen. Setiap kotak, rak atau laci biasanya disusun berdasarkan jenis tikus atau lokasi
tempat ditemukan jenis tikus tersebut dan setiap laci mempunyai nomor urut yang telah ditentukan.Awetan tikus perlu diperiksa dan diganti atau ditambah kamper yang ada di dalam kotak
atau almari penyimpanan minimal 2 bulan sekali. Untuk awetan tikus yang terkena jamur maka perlu disikat secara hati-hati untuk menghilangkan jamur tersebut dan apabila kelembaban ruang
penyimpanan relatif tinggi, di dalam kotak-kotak awetan perlu dilengkapi dengan desiccant (bahan pengering) atau silica gel. Sebaiknya kotak penyimpan awetan tikus terhindar dari air. Hama yang
sering merusak awetan tikus dan mencit adalah semut. Serangga ini merusak telinga awetan tikusdan mencit. Kucing atau anjing kadang-kadang merusak keseluruhan awetan saat awetan dijemur
atau disimpan ditempat yang tidak terlindung. Penyimpanan awetan tikus dengan tujuan untukdipamerkan maka, awetan tikus atau mencit tersebut dapat disimpan dalam kotak-kotak yang
tertutup kaca atau dalam kabinet-kabinet berpintu kaca.
2. Pengemasan dan pengiriman awetan Tikus,Awetan kulit tikus merupakan bahan yang tidak mudah rusak, tetapi untuk menjaga
keutuhannya dalam suatu pengiriman maka, kemasan awetan tersebut tetap perlu diperhatikan.Awetan tikus yang akan dikirim sebaiknya dibungkus dalam plastik berisi kamper yang tertutup
rapat, semua keterangan tentang tikus dan mencit, seperti tengkorak, label dan lain-lain harus berada di dalam plastik tersebut. Untuk menghindari benturan- benturan yang menyebabkan
bentuknya berubah, plastik berisi tikus tersebut dimasukkan dalam kotak kemasan yang terbuatdari kotak kardus, plastik atau papan kayu yang tertutup rapat.
7/25/2019 Teknik Survei Tikus
http://slidepdf.com/reader/full/teknik-survei-tikus 14/16
13
K. TEKNIK PENGAMATAN KEPADATAN TIKUS (SENSUS POPULASI TIKUS)
Tikus merupakan bianatang pengganggu dan sering merupakan vertebrata utama sebagaireservoir beberapa penyakit, bahkan hampir semua kasus pes pada manusia berhubungan dengan
epizootik tikus. Program surveilans yang bersifat penelusuran, melakukan kegiatan pemantauan penyakit bersumber tikus seperti pes pada populasi tikus rentan, merupakan suatu kegiatan bagi
petugas kesehatan di suatu daerah endemis penyakit tersebut. Surveilans akan memberikangambaran tentang peningkatan resiko penularan penyakit bersumber tikus pada manusia, sehingga
perlu mengambil tindakan cepat dan tepat dengan melaksanakan program pencegahan dan pengendalian sebelum terjadi wabah. Identifikasi penyakit bersumber tikus pada populasi tikus dan
mencit di suatu tempat juga berperan sebagai peringatan untuk siap mengobati kasus manusiayang mungkin terjadi.
Berdasarkan uraian tersebut maka mempelajari tikus dan mencit merupakan hal yang penting untuk menentukan jenis tikus dan ektoparasit yang berpotensi menyebarkan penyakit di
sekitar rumah, mengetahui dinamika kepadatan jenis tikus, serta ektoparasitnya, struktur umur populasi tikus, habitat kesukaan tikus dan data distribusi setempat. Dari data tersebut maka
diperoleh secara memadai data dasar ekologi yang penting dalam menentukan tindakan pengendalian tikus dan mencit di daerah tersebut.
Pendugaan kepadatan absolut populasi tikus dan mencit dapat menggunakan tekniktangkap-tanda-tangkap (T3), namun kurang efisien untuk pengetahuan yang bersifat praktis dan
dalam jangka pendek atau hanya untuk lingkungan keluarga. Cara yang mudah untuk
mengetahui kepadatan populasi tikus di lingkungan rumah adalah dengan menduga
kepadatan relatif sebagai persentase keberhasilan penangkapan, yaitu menentukan jumlah
tikus tertangkap dibagi dengan jumlah periode penangkapan dibagi dengan jumlah
perangkap yang digunakan dikalikan 100. Tetapi untuk kebutuhan ilmiah di bidang biologi, pertanian dan kesehatan terutama pada program surveilans untuk pengendalian penyakit bersumber
tikus dalam daerah yang luas dan waktu yang lama maka, penelitian Tangkap -Tanda – Tangkap( Mark and Release studies) merupakan metode yang sebaiknya digunakan. Ada beberapa model
Tangkap -Tanda – Tangkap (T3) untuk mengetahui kepadatan tikus yaitu metode T3 Petersen,Metode T3 Schanabel, MetodeT3 Jolly-Seber, metode T3 Eberhardt dan lain-lain. Dasar pemikiran
dari metode T3 adalah individu-individu tikus yang tertangkap adalah sebagai anggota sampel darisuatu populasi, kemudian ditandai lalu dilepaskan, maka populasi tikus dalam suatu habitat yang
diteliti akan terdiri atas dua kategori individu yaitu yang bertanda pengenal dan yang tidak.Secara rinci metode ini dibahas pada buku-buku ekologi kuantitatif.
Untuk melengkapi data kepadatan tikus di suatu habitat seorang peneliti tikus juga perlumengetahui tentang perhitungan parameter reproduksi tikus dan mencit, serta definisinya. Difinisi
dan penghitungan parameter reproduksi meliputi;a. Seks Rasio (sex ratio) yaitu jumlah kelamin jantan per betina atau jumlah tikus jantan
dibagi dengan tikus betina. b. Seks rasio kombinasi (Combined sex ratio) yaitu, seks ratio ditambah 1
c. Jumlah embrio ( Embryo number ) yaitu, rata-rata embrio per anak tikus atau jumlahembrio dibagi dengan baik jumlah betina bunting atau jumlah anak tikus yang
dihasilkan oleh betina yang bunting).
7/25/2019 Teknik Survei Tikus
http://slidepdf.com/reader/full/teknik-survei-tikus 15/16
14
d. Angka kebuntingan ( Rate of pregnancy) yaitu, proporsi betina hamil terhadap jumlah betina yang tyerdapat dalam populasi.
e. Angka kebuntingan (Crude pregnancy rate) kasar yaitu, jumlah betina bunting dibagidengan seluruh jumlah betina yang tertangkap.
f.
Angka penyesuaian kebuntingan ( Adjusted pregnancy rate) yaitu, jumlah betina bunting dibagi dengan jumlah betina dewasa.
g. Angka koreksi kebuntingan (Corrected pregnancy rate). Karena pada tikus genusRattus, penanaman embrio baru tidak terjadi sampai pada hari ke 6 atau ke 7
kebuntingan (jadi, kebuntingan tidak tampak pada pengamatan sampai saat ini),sesungguhnya jumlah atau kehamilan tidak dapat diperkirakan. Agar dapat
memperhitungkan kebuntingan yang terlihat pada R. exulans, pengamatan angkakebuntinggan digandakan dengan faktor koreksi 1,3. Faktor ini adalah diperoleh dari
pembagian 23 hari (rata-rata panjang periode kebuntingan), dengan 17 hari (rata-rata panjang kenampakan kebuntingan).
h. Angka embrio ( Embryo rate) yaitu rata-rata jumlah embrio yang dihasilkan oleh 100 betina.
i.
Angka emvbrio kasar (Crude embryo rate) yaitu, per 100 betina lebih besar daripadaumur menyusui (Jumlah embrio dikalikan dengan angka kebuntingan kasar).
j. Angka penyesuaian embrio ( Adjusted embryo rate) yaitu per 100 betina dewasa secaraseksual (Jumlah embrio dikalikan dengan angka penyesuaian kebuntingan).
k. Angka reproduksi (Rate of reproduction) yaitu, rata-rata jumlah embrio yang dikalikanoleh 100 tikus (baik jantan dan betina) pada suatu populasi
l. Angka reproduksi kasar (Crude rate of reproduction) yaitu, per 100 tikus dewasa secaraseksual lebih besar daripada tikus yang sedang menyusui (Angka penyesuaian embrio
dibagi kombinasi seks rasio)m. Angka penyesuaian reproduksi ( Adjusted rate of reproduction) yaitu, per 100 ekor tikus
dewasa seksual (Angka penyesuaian embrio dibagi dengan angka kombinasi seksrasio).
n. Insidesi kebuntingan ( Incidence of pregnancy). Perkiraan jumlah anak (contoh padakebuntingan per betina parous setiap tahun (angka kebuntingan, dinyatakan dalam
desimal, dikalikan dengan jumlah anak yang berpotensi dapat dihasilkan dalam satutahunnya). Jumlah anak yang berptensi untuk R. exulans diperoleh dengan pembagian
lama hari dalam satu tahun (365 hari) dengan lama kebuntingan (23 hari) hasilnyaadalah 16.
o. Insidensi kebuntingan kasar ( Incidence of pregnancy) yaitu per betina lebih besardaripada umur yang menyusui (angka kebuntingan kasar dikalikan 16)
p. Angka penyesuaian insidensi kebuntingan ( Adjusted incidence of pregnancy) yaitu, per betina dewasa secara seksual (Angka penyesuaian kebuntingan dikalikan dengan 16).
q.
Produksi tahunan ( Annual production) yaitu perkiraan rata-rata jumlah tikus mudayang dihasilkan per betina porous setiap tahun (Jumlah embrio, dikalikan dengan
insidensi kebuntingan).r. Angka produksi tahunan kasar (Crude annual production) yaitu per betina parous lebih
besar daripada umur menyesui (Jumlah embrio dikalikan dengan angka insidensikebuntingan kasar).
7/25/2019 Teknik Survei Tikus
http://slidepdf.com/reader/full/teknik-survei-tikus 16/16
15
s. Angka penyesuaian produksi ( Adjusted annual production) yaitu, per beyina dewasa parous (Jumlah embrio dikalikan dengan angka penyesuaian insidensi kebuntingan).
Parameter tersebut untuk menduga perkembangan tikus tahunan. Pengetahuan tersebut berperanan penting dalam meramalkan atau mendeteksi puncak kepadatan tikus dalam satu tahun, sehingga
dapat menentukan waktu pengendalian tikus secara tepat dan tindakan pencegahan penyakit bersumber tikus dapat dilakukan secara dini.
RANGKUMAN
Survei tikus adalah kegiatan pengumpulan data tikus yang dilakukan untuk dokumentasi dan bahan pertimbangan menetapkan kebijaksanaan operasional. Survei dapat bersifat pendahuluan,
longitudinal, sewaktu dan intensif sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.. Hasil survei akanmemberikan gambaran tentang biologi, ekologi dan tingkat masalah yang ditimbulkannya. Oleh
karena peralatan yang emamdai perlu dipersiapkan. Selain itu untuk koleksi dan referensi ilmiah,serta untuk keperluan konfirmasi jenis tikus perlu dilakukan pengawaetan dan menentukan cara
penyimpanan dan pengiriman.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 1968. Laboratory methods and reagents Departement of Microbiology, Harvard
School of public Health, p. 21 46-48Boeady, 1975, Techniques of collecting and preserving vertebrates. BIOTROP Training course in
ectoparasite biology, Bogor, July-AugustBooth, E.S. 1971. How to know the mammals. W.M.C. Brown Company Publisher, Dubuque,
Iowa, USA, p. 22-32.Haas, G.E., 1966. A technique for estimating the total number of rodent fleas in cane fields in
Hawaii. J. Med. Entomol. 2(4): 392-394.Kadarsan, S., 1975. Some notes on clearing and mounting mites. BIOTROP Training course in
ectoparasite biology, Bogor, July – August.Kaiser, M.N. and H. Hoogstraal, 1968. Simple field and laboratory method for recovering living
ticks (Ixodidea) from host. J. Parasitol. 54 (1): 188-189.Kettle, P.R., 1974. A rapid techniques for making permanent whole mounts of Mallophaga. J.
Parasitol. 60 (4): 631.Kranzt, G.W., 1978. A manual of acarology. Oregon State University Book Stores. Inc. Corvallis,
Oregon, USA, p. 85-93.Michael. P. 1994. Metode ekologi untuk penyelidikan lading dan laboratorium. UI-Press. Jakarta.
Top Related