CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Part 1 Foundations for Classroom Practice
1. Getting Started
Ada beberapa kegiatan yang wajib dilakukan oleh seorang guru sebelum masuk pada
mata pelajaran inti atau pembahasan materi.
a. Salam
Ini adalah rutinitas wajib ketika seorang guru baru masuk dan menginjakkan kakiknya di
pintu masuk ruang kelas.
b. Do’a
Setelah salam seorang guru harus mengajak para muridnya untuk memanjakat Doa
dengan harapan dimudahkan memahami pelajaran yang akan disampaikan nantinya.
c. Presensi
Ini adalah langkah ketiga yang harus dilakukan sebelum masuk pada mata pelajaran.
Mengecek kehadiran siswa dapat mencegah sikap malas pada siswa, mencegah keinginan
untuk membolos, menambah semangat dalam belajar.
d. Apersepsi
Apersepsi adalah sebuah kegiatan yang bertujuan memancing siswa dalam memahami
pelajaran yang akan di dapatkan hari itu dengan kehidupan nyata yang mereka alami.
Tujuannya adalah untuk membuat siswa berpikiran luas, mengajarkan siswa berpikir
menyeluruh, memberikan peta konsep yang jelas dan teratur dalam sebuah sub materi,
memberikan stimulus atau rangsangan dalam memompa semangat siswa dalam mengerti dan
memahami materi ajar.
e. Menyampaikan Tujuan Pembelajaran
Ini adalah langkah yang terakhir yang dilakukan oleh seorang guru sebelum masuk pada
materi ajar.
2. A “Methodical” History of Language Teaching
a. Metode Terjemahan Tata Bahasa (Grammar Translation Method)
Metode terjemahan tatabahasa merupakan metode yang diwarisi dari pola-pola
pengajaran bahasa latin. Metode ini menekankan pada bagaimana membuat siswa menguasai
aturan-aturan tata bahasa dan kosa kata dengan memberikan daftar kosa kata dan artinya
kepada siswa untuk digunakan didalam membaca teks tertulis dalam pelajaran.
CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5
b. Metode Langsung (Direct Method)
Pada hakekatnya metodologi ini didasarkan pada cara anak-anak mempelajari bahasa
ibu mereka: bahasa dipelajari melalui asosiasi “langsung” kata-kata atau frasa-frasa dan objek-
objek dan tindakan-tindakan, tanpa penggunaan bahasa ibu sebagai variable penghalang
(Tarigan, 1986:231).
c. Metode Audio Lingual
Metode audio-lingual (MAL) menekankan pada pentingnya pola bahasa dalam
pengajaran serta memandang bahasa lisan sebagai bentuk komunikasi yang paling utama.
d. Pendekatan kognitif
Pendekatan kognitif dalam kaitannya dengan perkembangan bahasa anak
mengemukakan bahwa dalam semua bahasa, belajar semantik itu bergantung pada
perkembangan kognitif sang anak.
e. Pendekatan Ganda
Konteks penyajian bahasa dalam metode Ganda ini umumnya berdasarkan kultur dan
berorientasi pada kosakata sehari-hari dan situasi-situasi kehidupan nyata. Metode ini agak
berpusat pada guru, sehingga memncing para siswa untuk bertindak defensif dalam beberapa
hal, kecuali guru mampu menciptakan situasi yang nyaman dalam proses belajar siswa.
f. Responsi Fisik Total
Pendekatan ini didasarkan pada keyakinan bahwa pemahaman menyimak haruslah
dikembangkan secara penuh, seperti halnya dengan anak-anak belajar bahasa ibu mereka,
sebelum ada partisipasi lisan aktif dari para siswa yang dapat diharapkan. (Tarigan,
1986:247).
g. Pendekatan alamiah
Pendekatan alami lebih menekankan pada pemahaman sebagai keterampilan dasar
yang bisa menunjang akuisisi bahasa sehingga pendekatan alami ini menganggap bahwa
pemahaman harus sudah ada sebelum siswa mulai memproduksi bahasa. Kemampuan
berbicara tumbuh secara bertahap, dari yang pada awalnya berupa reaksi terhadap perintah
sampai pada akhirnya bisa menghasilkan wacana yang koheren (Ghazali, 2010:97).
h. Belajar Bahasa Masyarakat
Guru perlu memerhatikan kebutuhan individual dari para siswa serta apa ketakutan-
ketakutan atau masalah-masalah siswa dalam pembelajaran. Dengan membangkitkan
perasaan diterima oleh lingkungan (sense of community) dalam diri siswa maka guru bisa
CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5
mengarahkan energi positif siswa pada pembelajaran bahasa. Keunggulan metode ini adalah
bahwa bahasa dipakai dalam konteks bagi interaksi personal (personal interaction). Sementara
kelemahan metode ini adalah bahwa metode ini hanya dapat dipakai untuk kelompok kecil
saja, dibutuhkan guru yang terampil dalam bidang linguistik, percakapan kerapkali terasa
dipaksakan atau terasa kaku, atau sebaliknya terasa muluk-muluk dan tidak wajar.
i. Cara Diam
Dalam metode ini siswa tidak diminta untuk merespon stimulus-stimulus dalam
lingkungan seperti pada orientasi audio-lingual tetapi didasarkan pandangan bahwa pembelajar
dapat mengembangkan kriteria yang mereka buat sendiri untuk belajar bahasa tanpa perlu
diberi materi bahasa secara langsung atau secara "silent", hening, tanpa suara.
j. Sugestopedia
Metode Sugestopedia adalah metode pengajaran yang menggunakan teknik-teknik
relaksasi dan konsentrasi untuk merangsang pembelajar agar menggunakan daya pikir bawah
sadarnya untuk menambah kemampuannya mengingat lebih banyak kosakata dan struktur
(Lazanov dikutip Ghazali, 2010:100).
3. The Present: An Informed Approach
a. An Englightened, Eclectic Approach
Seorang guru memilih metode yang tepat sesuai kondisi dan situasi serta aspek
pertimbangan lainnya, yaitu bagaimana siswa dibawa dalam pembelajaran kontekstual.
Pendekatan yang kita pilih adalah inspirasi dari interkoneksi antara pemahaman, observasi,
diskusi dan pengajaran kita sendiri. Pada kenyataannya, semua itu akan membuat
pembelajaran berubah dan terus berkembang yang semakin lama membuat kita terbiasa.
b. Contextual Teaching and Learning (CTL)
Menurut konsep CTL, “Belajar akan lebih bermakna jika anak didik „mengalami‟ apa yang
dipelajarinya, bukan sekedar „mengetahui‟ apa yang dipelajarinya”. CTL merupakan konsep
belajar yang membantu para guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat.
c. Learner-Centered Instruction/ Student-Centered Learning(SCL)
Learner-Centered adalah instruksi dan perencanaan kelas yang menekankan
pembelajaran dan pelajar yang aktif dan reflektif.
CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5
d. Cooperative and Collaborative Learning
Matthews, et.al. (1995) menjelaskan perbedaan dan persamaan dari kedua konsep
pembelajaran ini dalam tabel berikut:
Perbedaan
Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kolaboratif
Dalam kelompok kecil, para siswa
menerima latihan ketrampilan social
Untuk mencapai tujuan pembelajaran,
ketrampilan sosial diyakini telah dimiliki oleh
para siswa
Guru merancang aktivitas-aktivitas
terstruktur dan setiap siswa memiliki peran
khusus
Siswa mengatur dan menegosiasikan
usahanya sendiri.
Jika diperlukan, guru mengamati,
mendengarkan dan melakukan intervensi
dalam kelompok
Guru tidak memonitor aktivitas siswa ketika
ada pertanyaan yang ditujukan kepada guru,
siswa dibimbing untuk menemukan
informasi yang diperlukannya.
Pada akhir pelajaran, tugas-tugas yang
diserahkan para siswa perlu dievaluasi
Siswa menyimpan draft untuk dilengkapi
pada pekerjaan selanjutnya.
Kinerja siswa secara individu maupun
kelompok di asesmen oleh guru
Siswa melakukan asesmen kinerja secara
individual maupun kelompok kecil, kelas
(pleno), maupun pertimbangan masyarakat
keilmuan pada umumnya
Kedua konsep pembelajaran ini juga memiliki persamaan yakni:
Menekankan pentingnya pembelajaran aktif
Peran guru sebagai fasilitator
Pembelajaran adalah pengalaman bersama antara siswa dan guru
Meningkatkan ketrampilan kognitif tingkat tinggi
Lebih banyak menekankan tanggungjawab siswa dalam proses belajarnya
Melibatkan situasi yang memungkinkan siswa dapat mengemukaan idenya dalam
kelompok kecil
Membantu siswa dalam mengembangkan ketrampilan sosial dan membangun ilmu
CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5
e. Interactive Learning
Model pembelajaran Interaktif adalah suatu cara atau teknik pembelajaran yang
digunakan guru pada saat menyajikan bahan pelajaran dimana guru pemeran utama dalam
menciptakan situasi interaktif yang edukatif, yakni interaksi antara guru dengan siswa, siswa
dengan siswa dan dengan sumber pembelajaran dalam menunjang tercapainya tujuan belajar.
f. Whole Language Education
Whole language adalah satu pendekatan pengajaran bahasa yang menyajikan
pengajaran bahasa secara utuh, tidak terpisah-pisah (Edelsky, 1991; Froese,1990;
Goodman,1986; Weaver,1992). Whole language adalah cara untuk menyatukan pandangan
tentang bahasa, tentang pembelajaran, dan tentang orang-orang yang terlibat dalam
pembelajaran.
g. Content-Based instruction (instruksi berbasis konten)
CBI adalah pendekatan yang signifikan dalam pendidikan bahasa (Brinton, Salju, &
Wesche, 1989). CB dirancang untuk memberikan pelajar bahasa kedua instruksi dalam isi dan
bahasa.
4. Teaching by Principles
Menurut Brown (2001) ada dua belas prinsip pengajaran bahasa dan keduabelas prinsip
tersebut dipetakan menjadi tiga bagian, yaitu: Kognitif, Afektif, dan Linguistik.
a. Prinsip Prinsip Kognitif
Dikatakan prinsip kognitif karena pada umumnya berkaitan dengan fungsi mental dan
intelektual. Belajar dimulai dari input yang datang dari lingkungan diterima oleh panca indera,
kemudian diproses dan disimpan di dalam memori dan output dari pembelajaran adalah
berbagai kemampuan atau competencies. (Jamaris: 2010).
b. Prinsip-prinsip Afektif
Belajar merupakan upaya sadar untuk mencapai perubahan perilaku secara
keseluruhan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Aspek afektif memegang
peranan yang penting dalam menentukan tingkat kesuksesan dalam belajar, bekerja, ataupun
kegiatan yang lainnya. Afeksi mengacu kepada emosi atau perasaan. Ranah afektif adalah sisi
emosional dalam perilaku manusia, dan dapat disandingkan dengan sisi kognitif.
c. Prinsip-prinsip Linguistik
Kategori ini berpusat pada bahasa itu sendiri dan bagaimana peserta didik memahami
sistem linguistik yang kompleks. Berdasarkan teori-teori kebahasaan, dirumuskan prinsip-
CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5
prinsip mengenai pengajaran bahasa, antara lain kemampuan berbahasa adalah sebuah
proses kreatif, maka siswa harus diberi kesempatan yang luas untuk mengkreasi ujaran-ujaran
dalam situasi komunikatif yang sebenarnya, bukan sekedar menirukan dan menghafalkan,
pemilihan materi pelajaran pada kebutuhan komunikasi dan penguasaan fungsi-fungsi bahasa,
dan kaidah-kaidah dapat diberikan sepanjang hal itu diperlukan oleh siswa sebagai landasan
untuk dapat mengkreasi ujaran-ujaran sesuai dengan kebutuhan komunikasi.
5. Intrinsic Motivation in the Classroom
Pembelajaran efektif, bukan membuat Anda pusing, akan tetapi bagaimana tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan mudah dan menyenangkan. (M. Sobry Sutikno)
a. Pengertian Motivasi
Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move).
Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap
melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Menurut Santrock, motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan
perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah,
dan bertahan lama (Santrock, 2007).
b. Aspek-Aspek Motivasi Belajar
Terdapat dua aspek dalam teori motivasi belajar yang dikemukakan oleh Santrock
(2007), yaitu:
Motivasi ekstrinsik, yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang
lain (cara untuk mencapai tujuan).
Motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu
itu sendiri (tujuan itu sendiri).
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut Brophy (2004), terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar
siwa, yaitu:
Harapan guru
Instruksi langsung
Umpanbalik (feedback) yang tepat
Penguatan dan hadiah
Hukuman
CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5
Part 2 Context of Teaching
1. Variable Pelajar I (Mengajar antar tingkatan usia)
Dalam bab ini akan dipaparkan beberapa tingkatan usia dalam proses belajar. Mulai dari
usia anak-anak, remaja kemudian usia dewasa. Pada dasarnya setiap tingkatan usia pelajar
akan memperngaruhi pola pemikiran dan perilaku (kognitif dan afektif), sehingga kita sebagai
tenaga pengajar perlu perngarahan maupun estimasi terntentu sebelum melakukan proses
pembelajaran.
a. Mengajar pada Usia Muda (5 sampai 7 tahun)
Umumnya usia muda yakni antara 5 sampai dengan 7 tahun tergolong pada usia pelajar
tingkat sekolah dasar. Dalam perkembangannya, siswa pada usia dini akan sulit menangkap
makna yang tidak bersifak konkret atau abstrak. Jika dibandingkan dengan siswa yang berusia
dewasa, pada umumnya tingkat perhatian anak-anak cenderung lebih singkat. Dalam proses
pembelajaran untuk bisa memahami materi yang disampaikan oleh pengajar, siswa pada usia
muda perlu membuka semua wawasannya dalam artian kita memberikan stimulan untuk
merangsang sensor motorik mereka (penglihatan, pendengaran, pengucapan, penulisan serta
keterampilan anak).
Siswa pada usia dini lebih sensitif jika dibandingkan dengan usia pelajar dewasa,
dikarenakan siswa pada usia muda masih dalam tahap pembentukan karakter, dan dalam
proses pembentukan karakter inilah yang mudah dipengaruhi oleh lingkungan belajarnya.
Maka akan diperlukan seseorang yang memiliki keterampilan khusus dan teknik tertentu
untuk mengajar siswa pada usia muda. Namun melalui pengalaman dan arahan yang signifikan
maka seorang pengajar dapat menemukan kenyamanan dalam proses pembelajaran di kelas.
b. Mengajar pada Usia Dewasa (18 tahun ke atas)
Pada usia dewasa pemahaman yang bersifat abstrak akan lebih mudah untuk
diterapkan, karena pola pikir orang dewasa yang sudah matang. Pelajar usia dewasa juga
memiliki tingkat konsentrasi yang lebih lama jika dibandingkan dengan pelajar pada usia muda.
Sensor motorik pada usia dewasa pun lebih berkembang jika dibandingkan dengan pelajar usia
muda.
Sebagai pengajar kita tetap harus memberikan mengemas materi dan kegiatan belajar
secara singkat namun tersampaikan maknanya.
c. Mengajar pada Usia Remaja (8 sampai 17 tahun)
Usia remaja merupakan tahap dimana pelajar bersikap labil atau tidak menentu terhadap
segala seseatu yang dibebankan kepada mereka. Pada usia remaja tingkat kefokusannya
CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5
dalam belajar sudah meningkat seiring dengan bertambahnya usia mereka namun faktor-faktor
pengalih yang bisa memperngaruhi proses pembelajaran mereka masih bisa terjadi seperti
halnya pada kelompok pelajar usia muda.
Ketika mengajar pada usia remaja sebisa mungkin pengajar harus bisa mengurangi
persaingan antar pelajar karena dapat berdampak negatif terhadap pola kembang anak yang
berajak dewasa.
2. Variable Pelajar II (Menentukan Level Keterampilan)
Proses pembelajaran pada anak dibagi menjadi 3 tahap , yaitu : Tingkat Pemula ,
Tingkat Menengah , Tingkat Lanjutan.
a. Tingkatan Mengajar Pemula
Peserta didik tingkatan pemula perlu bimbingan khusus dalam proses pembelajaran,
dimana perlu keterampilan dari seorang guru untuk mengarahkan peserta didik agar bisa
mudah dimengerti oleh pemula, seperti yang kita ketahui bahwa pada tingkatan pemula mereka
cenderung belum mempunyai pemahaman dasar terhadap konteks yang kita berikan kepada
pesrta didik, dimana mereka lebih senang memerhatikan dan lebih senang melihat dari apa
yang kita sampaikan dengan begitu menarik.
b. Tingkatan Mengajar Menengah
Tingkatan menengah adalah di mana murid berkembang melampaui tahap pemula
seperti dalam kemampuan dalam berkomunikasi, memiliki kelancaran dalam beberapa hal,
mampu menghadapi situasi yang tidak diperkirakan, mampu mengoreksi diri dalam beberapa
situasi, mampu menggunakan beberapa startegi, dan secara umum dapat menyesuaikan
dengan bahasa selain sekedar bertahan.
c. Tingkatan Mengajar Lanjutan
Sebagai siswa yang berkembang menuju tingkatan yang lebih tinggi, semakin mendekati
tujuannya, mengembangkan kemampuan bersama dengan tingkat ketelitian. Mampu
menangani hampir semua situasi di mana bahasa target dituntut, mereka merupakan siswa
lanjutan. Level lanjutan merupakan tingkatan yang paling unggul.
3. Sociopolitical and Institutional Contexts
a. Sociopolitical Contexts
Beberapa isu terkait dengan aspek social dan politik terhadap kebahasaan :
Kebenaran dan appropriateness
Register dan gaya
CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5
Varietas pidato diterima dalam sebuah komunitas
Standars Daerah dan bangsa bahasa
Kebijakan bahasa nasional
Varietas Internasional Inggris
Dari beberapa isu diatas, ada 3 faktor yang dapat mengcover isu itu semua. Diantaranya
: ESL dan EFL Contexts; English as an International Language (EIL); and Language Policy
Issues.
b. Second and Foreign Language Context
English Second Language (ESL) mempunyai perbedaan yang signifikan dengan English
Foreign Language (EFL ) yakni dalam hal subjek atau peserta didiknya.
ESL merupakan pembelajaran yang digunakan di kelas yang sudah siap dalam segala
hal mengenai kebahasaan itu sendiri. Sebagai contoh pembelajaran Bahasa Inggris di Amerika
dan Australia. Hal ini tergambar dengan jelas, bahwa target language sudah mempunyai dasar
yang sudah siap untuk menangkap pembelajaran bahasa.
Berbeda dengan EFL, konteks pembelajaran ini digunakan dalam kelas, atau peserta
didik yang belum siap dalam konteks kebahasaan, bahkan dalam konteks komunikasi dalam
kelas. Pada konteks EFL peserta didik harus melakukan usaha terlebih dahulu untuk
menciptakan sebuah kesempatan terlebih dahulu.
c. Bahasa Inggris sebagai Bahasa Internasional
Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional (EIL) adalah disiplin tepat waktu dan
inovatif yang menawarkan perspektif baru tentang penggunaan bahasa Inggris di dunia global
dan internasionalisasi.
CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5
Part 3 Designing and Implementing Classroom Lessons
1. Techiques, Textbooks and Technology (teknik, materi dan teknologi)
Ada beberapa dasar penting untuk merancang dan mengimplementasikan teknik-teknik
di dalam kelas yang digabungkan menjadi dua kategori utama, yaitu:
Prinsip Belajar: Yaitu, menetapkan prinsip-prinsip yang ada dari kerangka
pendekatan secara keseluruhan untuk belajar dan mengajar bahasa, serta
pengertian yang luas tentang bagaimana siswa belajar dan bagaimana guru
memberikan fasilitas terbaik dalam proses belajar mengajar tersebut.
Konteks Pembelajaran: Merupakan bagian dari pendekatan berprinsip dalam
kegiatan belajar mengajar yang melibatkan pemahaman tentang siapa peserta didik
kita? Berapa umur mereka? Seberapa mahir mereka? apa tujuan mereka dalam
pembelajaran bahasa? Dan lain sebagainya.
Karena dua faktor utama tersebut merupakan panduan atau pencerahan tentang apa
yang akan kita lakukan di dalam kelas saat proses belajar mengajar berlangsung. Pilihan-
pilihan juga tercerahkan oleh beberapa faktor lainnya: rencana kurikuler keseluruhan, tujuan
dari pelajaran tertentu, dan variabel pengelolaan kelas.
a. Techiques Redefined (Definisi Ulang Tekik-Teknik)
Tugas : Biasanya mengacu pada bentuk khusus dari teknik atau serangkaian
teknik.
Aktifitas : Kegiatan dapat merujuk ke hampir apa saja yang peserta didik benar-
benar dilakukan di dalam kelas.
Prosedur : Cara-cara/langkah-langkah khusus yang denganya beberapa
perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu.
Praktek, Latihan, dan Strategi : Praktek dikelas merupakan upaya untuk memberi
kesempatan pengalaman langsung. Ide dasar belajar berdasarkan pengalaman
adalah mendorong peserta didik untuk merefleksikan atau melihat kembali
pengalaman-pengalaman mereka sehingga mereka dapat memperbaiki cara
mengajarnya. Dan strategi merupakan rencana yang cermat mengenai kegiatan
untuk mencapai sasaran khusus dalam proses belajar mengajar.
Teknik : Dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
b. Categorizing Techniques: A Bit of History (Kategori Teknik: Sejarah Singkat)
From Manipulation to Communication (Dari Manipulasi Kepada Komunikasi)
Pada sisi manipulatif, sebuah teknik akan sepenuhnya dikendalikan oleh guru dan
memerlukan sebuah respon yang terprediksi dari siswa. Sedangkan, pada sisi
CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5
komunikatif, siswa merespon dengan tidak terduga, seperti dengan story-telling, role-
playing, dan permainan tertentu. Guru juga memberikan kebebasan pada siswanya
untuk menjadi kreatif.
Mechanical, Meaningful, and Communicative Drills (Mekanisme, Berarti, dan
Latihan Komunikatif)
Latihan ini mungkin bisa ditentukan sebagai teknik yang focus pada beberapa
bentuk bahasa (grammatical atau phological structure). Latihan umumnya dilakukan
serempak oleh semua siswa didalam kelas ataupun dilakukan secara individu.
c. A Taxonomy of Techniques (Taksonomi Teknik)
Pemahaman taksonomi merupakan teknik yang biasa digunakan untuk pembelajaran
bahasa, yang diadaptasi dari Crookes dan Chaudron (1991).
d. Supporting Materials (Materi-Materi Pendukung)
Teknik terdiri dari sesuatu yang mendukung anda di dalam kelas. Akan tetapi di
dalamnya ada beberapa teknik yang tidak dilakukan dalam beberapa cara, meliputi
penggunaan-penggunaan bahan-bahan untuk mendukungnya.
Textbooks (Buku Pelajaran/Modul)
Other Written Texts (Teks Tulis Lain)
Audio-Visual Aids: Commercially Produced (Bantuan Audio-Visual: Produk
Komersial)
Audio-Visual Aids: Creating Your Own (Bantuan Audio Visual: Hasil Buatan
Sendiri)
Realia
Computer Assisted Language Learning (CALL)
2. How to Plan a Lesson (Bagaimana Merencanakan Pembelajaran)
Istilah “Pelajaran” dianggap populer mengatur kegiatan terpadu yang mencakup periode
waktu kelas, biasanya berkisar dari 40 sampe 90 menit. Unit waktu kelas ini secara administratif
signifikan untuk guru karena mereka mewakili “langkah” panjang sebuah kurikulum sebelum
dan sesudah yang mana anda telah absen ( dari satu hari atau lebih ) di mana untuk
mengevaluasi dan persiapan pelajaran selanjutnya. Contoh rencana pelajaran:
a. Susunan Rencanan Pembelajaran
Tujuan
Anda harus dapat mengidentifikasi tujuan keseluruhan atau tujuan yang akan anda
coba untuk mencapai pada akhir periode kelas.
CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5
Hasil Tujuan
Untuk menyatakan secara eksplisit apa yang anda inginkan siswa untuk
memperoleh keuntungan dari pelajaran.
Bahan dan Perlengkapan
Itu tampaknya sebuah masalah sepele untuk daftar bahan yang dibutuhkan, tapi
taktik perencanaan yang baik selalu menunjukkan pentingnya mengetahui apa yang
anda butuhkan untuk mengambil dengan anda atau untuk mengatur untuk ada di kelas
Anda. Seringkali, seorang guru terburu-buru, untuk membawa tape recorder atau poster
atau beberapa handout yang tertinggal di mejanya.
Tata cara
Pada titik ini, pelajaran jelas memiliki variasi yang luar biasa. namun, sebagai awal,
dan sebagai satu set pedoman yang sangat umum untuk perencanaan.
Evaluasi
Anda harus memahami bahwa setiap pelajaran tidak perlu berakhir dengan sebuah
kuis kecil. evaluasi juga tidak harus menjadi elemen yang terpisah dari pelajaran Anda.
evaluasi dapat terjadi dalam perjalanan dari aktivitas yang "biasa" di kelas. beberapa
bentuk evaluasi mungkin harus menunggu satu atau dua hari sampai kemampuan
tertentu memiliki kesempatan untuk membangun. tapi penilaian adalah penilaian, formal
atau informal, yang Anda buat setelah siswa memiliki kesempatan yang cukup untuk
belajar, dan tanpa komponen ini.
Tugas tambahan di luar kelas
Terkadang memberi tugas tambahan (PR) perlu direncanakan dengan hati-hati dan
dikomunikasikan dengan jelas kepada siswa.
b. Pedoman Perencanaan Pembelajaran
Bagaimana untuk mulai perencanaan : Dalam keadaan normal, langkah pertama
yang dilakukan seorang guru untuk memulai perencanaan adalah: memilih apa yang
akan diajarkan.
Ragam, peruntunan, melangkah dan waktu : Ketika sedang menyusun langkah
demi langkah prosedur, atau sesudahnya, perlu dilihat bagaimana pelajaran secara
keseluruhan.
Mengukur kesulitan : Mencari tahu terlebih dahulu bagaimana mengajar
tertentu mudah atau sulit adalah sesuatu yang biasanya harus dipelajari dengan
pengalaman.
Perbedaan individu : Untuk sebagian besar rencana pelajaran akan bertujuan
mayoritas siswa di kelas yang terdiri dari "rata-rata" jangkauan kemampuan
CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5
Pembicaraan Siswa dan pembicaraan guru : Berikan pertimbangan cermat
dalam rencana pelajaran dengan keseimbangan antara siswa berbicara dan guru
bicara.
Beradaptasi dengan kurikulum yang didirikan : Ketika guru merencanakan
pembelajaran, perhatian pertama guru adalah bahwa jam ini, kelas harus
berkontribusi pada tujuan kurikulum yang dirancang untuk mengejar target.
Catatan pembelajaran di kelas : Sebuah pertimbangan akhir dalam proses
perencanaan guru adalah satu pelajaran yang sangat praktis
3. Interactive Language Teaching I: Initiating Interaction (Pengajaran Bahasa
Interaktif I: Interaksi Initiating)
Menurut Syah (1998) proses belajar mengajar keterlibatan siswa harus secara totalitas,
artinya melibatkan pikiran, penglihatan, pendengaran dan psikomotor (keterampilan, salah
satunya sambil menulis). Dalam proses mengajar seorang guru harus mengajak siswa untuk
mendengarkan, menyajikan media yang dapat dilihat, memberi kesempatan untuk menulis dan
mengajukan pertanyaan atau tanggapan sehingga terjadi dialog kreatif yang menunjukan
proses belajar mengajar yang interaktif.
Ada empat alasan mengapa siswa harus dikembangkan kemampuan berpikir.
Pertama, kehidupan kita dewasa ini ditandai dengan abad informasi yang menuntut
setiap orang untuk memiliki kemampuan dalam mencari, menyaring guna menentukan pilihan
dan memanfaatkan informasi tersebut sesuai dengan kebutuhan dan kehidupannya,
Kedua, setiap orang senantiasa dihadapkan pada berbagai masalah dan ragam pilihan
sehingga untuk itu dituntut memiliki kemampuan berfikir krisis dan kreatif, karena masalah
dapat terpecahkan dengan pemikiran seperti itu.
Ketiga kemampuan memandang sesuatu hal dengan cara baru atau tidak konvensional
merupakan keterampilan penting dalam memecahkan masalah.
Dan alasan keempat, kreatifitas merupakan aspek penting dalam memecahkan
masalah, mulai dari apa masalahnya, mengapa muncul masalah dan bagaimana cara
pemecahannya.
Peran guru mempunyai hubungan erat dengan cara mengaktifkan siswa dalam belajar,
terutama dalam proses pengembangan keterampilan. Menurut Balen (1993), pengembangan
keterampilan tersebut yang harus dimiliki siswa adalah ketrampilan berpikir, keterampilan social
dan keterampilan praktis. Ketiga keterampilan tersebut dapat dikembangkan dalam situasi
belajar mengajar yang intraktif antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.
CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5
4. Interactive Language Teaching II: Pembelajaran dengan metode Kerja Kelompok
Istilah kerja kelompok mengandung arti bahwa siswa-siswa dalam suatu kelas dibagi
dalam beberapa kelompok baik kelompok yang kecil maupun kelompok yang besar.
Pengelompokan biasanya didasarkan atas prinsip untuk mencapai tujuan bersama. Kerja
kelompok memberikan siswa peluang lebih besar untuk berbicara.
Guru berperan menciptakan kelompok yang akan mendukung interaksi positif bagi
siswa. Proses berbentuk kegiatan belajar berkelompok yang mengutamakan kerjasama dan
interaksi siswa.
Melalui kerja kelompok, siswa dirangsang untuk mampu berkomunikasi, dengan kata
lain mampu menyebarluaskan gagasan, ide, karya sebagai sebuah produk inovasi. Kaitannya
dengan pengajaran bahasa adalah siswa dirangsang untuk mengasah kemampuan berbahasa,
dan mampu menciptakan iklim kreatifitas bagi dirinya sendiri.
5. Classroom Management (Pengelolaan Kelas)
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara
kondisi pembelajaran yang kondusif dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam
proses pembelajaran tersebut.
Pengelolaan kelas merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses pembelajaran
yang efektif dengan cara menciptakan situasi yang kondusif. Suatu kondisi belajar yang
kondusif dapat tercapai jika guru mengatur peserta didik dan sarana pengajaran serta
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran,
serta hubungan interpersonal yang baik antara guru dan peserta didik, peserta didik dengan
peserta didik.
6. Strategi
Chamot (2005, h.112) mendefinisikan strategi adalah sebagai “prosedur-prosedur yang
memudahkan sebuah tugas pembelajaran , strategi seringkali bersifat sadar dan di gerakan
oleh tujuan”.
Ada dua jenis strategi pemerolehan bahasa kedua, pertama strategi pembelajaran yan
g terkait dengan masukan – dengan pemrosesan, penyimpanan, dan penerimaan, yaitu
memasukan pesan dari orang lain. Kedua strategi komunikasi yang berhubungan dengan
keluaran artinya bagaimana kita cara produktif mengungkapkan makna, dan bagaimana kita
menyampaikan pesan kepada yang lain.
CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5
Part 4 Teaching Language Skills
1. Integrating the “Four Skills” (Menggabungkan Empat Keterampilan Berbahasa)
Selama lebih dari enam decade hingga sekarang, penelitian dan praktik dalam
pengajaran bahasa Inggris telah mengidentifikasi "empat keterampilan", yaitu mendengarkan
(listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing). Kurikulum ESL dan
buku di seluruh dunia cenderung fokus pada hanya satu dari empat keterampilan, terkadang
mengesampingkan keterampilan yang lainnya.
a. Why Integration? (Mengapa Harus Diintegrasi?)
Integrasi tersebut, tentu saja, masih menggunakan pendekatan, yang kuat dan
berprinsip dengan karakteristik dari keterampilan masing-masing. Namun terkadang, tidak
semua program dapat diintegrasikan.
b. Content-Based Teaching (Pengajaran Berbasis Isi)
CBI adalah pendekatan yang signifikan dalam pendidikan bahasa (Brinton, Salju, &
Wesche, 1989). CB dirancang untuk memberikan pelajar bahasa kedua instruksi dalam isi
dan bahasa. Secara historis, isi kata telah berubah maknanya dalam pengajaran bahasa.
Konten yang digunakan untuk merujuk pada metode tata bahasa-terjemahan, metodologi
audio bahasa dan kosakata atau pola suara dalam bentuk dialog.
c. Theme-Based Teaching (Pengajaran Berbasis Tema)
Pembelajaran Tematik merupakan pembelajaran bermakna bagi siswa. Pembelajaran
tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu.
Oleh karena itu, guru harus merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi
kebermaknaan belajar siswa.
d. Experiental Learning (Pembelajaran Berbasis Pengalaman)
Pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) adalah proses belajar
mengajar yang menekankan pada pengalaman siswa, baik pengalaman individual,
emosional, sosial maupun fisik-motorik. Atherton (2002), mengemukakan bahwa dalam
konteks belajar, pembelajaran berbasis pengalaman dapat dideskripsikan sebagai proses
dalam mana pengalaman siswa direfleksikan secara mendalam dan dari sini muncul
pemahaman baru atau proses belajar.
e. The Episode Hypothesis (Hipotesis Peristiwa)
Lebih dari seratus tahun yang lalu, Francois Gouin, mendesain sebuah metode
pembelajaran bahasa yang disebut Rangkaian Metode. Salah satu kuncinya bergantung
pada bahasa presentasi yang sangat mudah mengikuti alur cerita. Dalam pembelajaran
lain, Gouin mengajarkan sejumlah kata kerja, formasi kata kerja, dan kosa kata lainnya
CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5
dalam cerita singkat tentang gadis pemotong kayu. Dalam penglihatan yang sedehrana,
para siswa di tuntun kepada cara memotong dan mengumpulkan kayu, itu semua adalah
level bahasa yang sangat dasar.
Gouin memanfaatkan alat kejiwaan, seratus tahun kemudian, John Oller menyebutnya
hipotesis peristiwa. Menurut Oller (1983:12), “kalimat akan bisa lebih mudah di produksi,
dimengerti, dan ditarik kembali, sejauh bahwa itu adalah episodik terstruktur.”
f. Task-Based Teaching (Pengajaran Berbasis Tugas)
Dalam pembelajaran berbasis tugas siswa diberikan tugas atau proyek yang kompleks,
cukup sulit, lengkap, tetapi realistik dan kemudian diberikan bantuan secukupnya agar
mereka dapat menyelesaikan tugas. Di samping itu, penerapan strategi pembelajaran
berbasis proyek/tugas ini mendorong tumbuhnya kompetensi nurturant seperti kreativitas,
kemandirian, tanggung jawab, kepercayaan diri, dan berpikir kritis dan analitis.
2. Teaching Listening Comprehension
a. Listening Comprehension in Pedagogical Research
Mendengarkan merupakan aspek yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa.
Dalam kelas, siswa cenderung melakukan kegiatan “mendengarkan” daripada berbicara.
Kompetensi mendengarkan bersifat universal dan lebih besar daripada kompetensi berbicara.
Sehingga dalam pengajaran bahasa menempatkan penekanan terpadu pada kompetensi
pemahaman mendengarkan.
b. An Interactive Model of Listening Comprehension
Mendengarkan tidak hanya sebuah proses penerimaan suatu signal dari apa yang kita
dengar. Langkah dari pemahaman mendengarkan adalah proses psikomotor dalam menerima
gelombang suara melalui telinga dan transmisi impuls saraf ke otak. Itu merupakan awal dari
proses interaktif sebagai tindakan otak pada impuls yang membawa sejumlah mekanisme
kognitif dan afektif yang berbeda.
c. Types of Spoken Language
Sebagian besar energi pengajaran bahasa dikhususkan untuk instruksi dalam
percakapan menguasai bahasa inggris. Namun bentuk bahasa lisan juga penting untuk
dimasukkan ke dalam lembaga kursus bahasa terutama dalam pebelajaran pemahaman
mendengarkan. Ada 2 jenis bahasa langsung/oral, yaitu:
1. Monolog, terbagi dua bagian:
Monolog terencana: pidato dan bahan pra-ditulis lainnya, redundansinya kecil dan
biasanya terwujud dan relatif sulit untuk dipahami.
CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5
Monolog tidak terencana: kuliah improptu dan cerita panjang dalam percakapan
menunjukkan redundansi lebih, yang membuat forease dalam pemahaman,
namun keberadaan kinerja variabel yang lebih dan hestitation lain baik dapat
membantu atau menghalangi pemahaman
2. Dialog
Adalah percakapan yang melibatkan dua atau lebih pembicara yang dapat dibagi
lagi kedalam dua pertukaran percakapan yang;
Menjelaskan tentang hubungan sosial (interpersonal) dan
Bertujuan untuk menyampaikan informasi secara nyata (transaksional)
d. What makes listening difficult?
Pembelajar bahasa kedua perlu memperhatikan beberapa faktor-faktor karena mereka
mempengaruhi proses pembicaraan yang sulit dan cepat sehingga dapat menghalangi
pemahaman. Dengan kata lain, mereka dapat membuat proses mendengarkan telihat sulit.
Berdasarkan Dunkel, 1991; Richards, 1983; Ur, 1984, ada delapan karakteristik dari bahasa
langsung.
1. Clustering (Pengelompokan)
Dalam bahasa tulisan, kita dikondisikan untuk mengikuti kalimat berdasarkan satu
kesatuan. Dalam bahasa lisan, karena keterbatasan memori dan kecenderungan kita
untuk “memotong” atau mengelompokan, kita mengelompokkan pidato menjadi bagian
kecil.
2. Redundancy (Kelebihan)
Bahasa lisan, tidak seperti kebanyakan bahasa tulisan, yang memiliki banyak
redundansi (kelebihan kata.)
3. Reduce Forms (Pengurangan bentuk)
Selain bahasa lisan memang mengandung banyak redundansi, bahasa lisan juga
banyak bentuk pengurangannya.pengurangan dapat berkenaan dengan fonologi
(“Djeetyet?” for “Did you eat yet?”), Morfologi (kontraksi seperti "I‟ll), sintaksis (bentuk
elips seperti“When will you back?” “Tomorrow, maybe.”), Atau pragmatis (phone rings in a
house, child answers and yells to another room in the house, “Mom! Phone!”). bentuk
pengurangan ini menimbulkan kesulitan yang signifikan terutama untuk pelajar kelas yang
dapat semula terkena bentuk penuh dari bahasa Inggris.
4. Performance Variable (Penampilan variable)
Dalam bahasa lisan, kecuali untuk wacana yang direncanakan (pidato, ceramah, dll),
keraguan, awal yang salah, jeda, dan koreksi yang umum. Pendengar asli dikondisikan
dari usia yang sangat muda untuk menyingkirkan factor penampilan yang tidak tetap,
CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5
sedangkan mereka dengan mudah dapat mengganggu pemahaman dalam pembelajaran
bahasa kedua.
5. Colloquial Language (Bahasa percakapan)
Peserta didik yang telah diarahkan kepada standar tertulis bahasa Inggris dan/atau
“buku teks” bahasa kadang-kadang merasa heran dan sulit untuk berurusan dengan
bahasa sehari-hari. Idiom/langgam suara, logat, bentuk pengurangan, dan berbagi
pengetahuan budaya semua terwujud di beberapa titik dalam percakapan. Bahasa sehari-
hari muncul dalam monolog dan dialog.
6. Rate of Delivery (Angka kelahiran)
Hampir setiap pelajaran bahasa awalnya berpikir bahwa penutur asli berbicara terlalu
cepat! Sebenarnya, sebagaimana Jack Richard (1983) menunjukkan, jumlah dan panjang
jeda digunakan oleh pembicara lebih penting untuk pemahaman daripada kecepatan
belaka.
7. Stress, Rhythm and Intonation (Penekanan, irama dam intonasi)
Segi prosodic bahasa Inggris penting untuk pemahaman. Karena bahasa Inggris
adalah mengatur waktu tekanan pada bahasa, kemampuan berbicara bahasa Inggris bisa
menjadi rasa takut untuk beberapa pelajar sebagaimana sesuap suku kata yang datang
tumpah keluar antara titik tekanan.
8. Interaction (Interaksi)
Interaksi memainkan peran besar dalam pemahaman pendengaran. Percakapan
sangat pokok pada semua aturan interaksi: negosiasi, penjelasan, tanda menghadiri,
bergiliran, dan topic pencalonan, pemeliharaan, dan penghentian. Jadi, belajar untuk
mendengar juga untuk belajar merespon dan untuk melanjutkan rangkaian mendengarkan
dan merespon.
e. Microskills in listening comprehension.
Jack Richard (1983) dalam artikelnya pada pengajaran keterampilan mendengarkan,
memberikan sebuah taksonomi yang komprehensif dan keterampilan aural yang terlibat dalam
wacana percakapan. Daftar tersebut sangat berguna dalam membantu kita untuk mengetahui
apa yang peserta didik kita butuhkan untuk melakukan seperti mereka memperoleh strategi
yang efektif dalam mendengarkan secara interaktif.
f. Types of Classroom Listening Performance
Reaktif
Menurut bahasa reaktif berarti [lebih reaktif; yang paling reaktif]: dilakukan dalam
menanggapi masalah atau situasi: bereaksi terhadap masalah ketika itu terjadi bukannya
melakukan sesuatu untuk mencegah mereka.
CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5
Intensif
Menurut bahasa, intensif berarti gentur, intens, mendalam, serius, sungguh-
sungguh, atau juga berarti secara sungguh-sungguh dan terus menerus dl mengerjakan
sesuatu hingga memperoleh hasil yg optimal: meng·in·ten·sif·kan v membuat atau menjadikan
intensif; mempergiat; memperhebat; peng·in·ten·sif·an n proses, cara, perbuatan
mengintensif-kan.
Responsif
Proporsi yang signifikan dari aktivitas ruang kelas listening terdiri dari membentang
pendek guru bahasa yang dirancang untuk memperoleh respon segera
Selektif
Selektif listening sangat berbeda dengan intensive listening yang biasanya memiliki
materi yang banyak. Selektif listening menugaskan siswa memahami apa yang mereka dengar
dengan seksama, bukan men-scanning apa yang mereka dengar untuk kemudian mereka ambil
intinya.
Ekstensif
Pengajaran ini, tidak seperti kelas intensif listening yang telah dijelaskan di atas, yang
bertujuan untuk mengembangkan top-down, pemahaman global bahasa lisan.
Interaktif
Interaktif listening ini mencakup lima cara mengajar listening di atas, yang
mengharuskan pengajar untuk berperan aktif dalam diskusi, debat, percakapan, kerja
kelompok, dan berpasangan. Kemampuan Listening mereka harus disertai dengan kemampuan
(speaking dan lainnya) yang memadai.
3. Teaching Speaking
a. Keterampilan Komunikasi Lisan dalam Penelitian Pedagogis
Pedagogis merupakan ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru. Istilah ini merujuk
pada strategi pembelajaran atau gaya pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar
mengajar. Keterampilan komunikasi lisan merupakan salah satu elemen penting didalamnya.
b. Jenis-Jenis Bahasa Percakapan
Berikut adalah beberapa karakteristik dalam bahasa percakapan yang dapat
mempermudah komunikasi lisan.
1. Clustering
CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5
Clustering merupakan pengelompokkan kata. Berbicara fasih adalah secara phrasal,
bukan kata per kata. Para pelajar atau siswa dapat mengatur percakapan mereka baik
secara kognitif maupun fisik melalui pengelompokkan tersebut.
2. Redundansi
Redundansi merupakan istilah yang sering diartikan sebagai berlebih-lebihan.
pembicara memiliki kesempatan untuk membuat arti yang lebih jelas melalui redundansi
bahasa. pelajar dapat memanfaatkan fitur bahasa lisan.
3. Pengurangan bentuk
Kontraksi/penyusutan, elision, pengurangan vocal dan sebagainya, merupakan
masalah-masalah yang ada dalam berbicara bahasa inggris. Siswa yang tidak
mempelajari tentang bahasa lisan maupun tulisan sehari-hari dalam versi singkat
terkadang dapat mengembangkan sebuah acuan, kulaitas mereka dalam berbicara.
4. Kinerja yang bervariasi
Salah satu manfaat dari bahasa percakapan adalah proses berfikir ketika kita
berbicara memungkinkan kita untuk meminimalisir sejumlah keraguan penampilan, jeda,
pengulangan kata, dan koreksi. Misalnya dalam “waktu berfikir” tidak diam, tapi kita
dapat mengisinya dengan filler-filler tertentu seperti: uh, um, well, you know, I mean,
like, dan sebagainya. Salah satu hal yang paling menonjol antara native dan non native
speaker bahasa terletak pada fenomena keraguan mereka.
5. Bahasa ucapan sehari-hari
Pastikan para siswa cukup akrab dan mengenal idiom dan frase bahasa sehari-hari
dan mereka berlatih untuk mengucapkan bentuk-bentuk percakapan tersebut.
6. Tingkat Penyampaian
Karakteristik lain yang menonjol adalah tingkat kelancaran penyampaian. Salah satu
tugas dalam mengajar bahasa inggris yang telah diucapkan adalah untuk membantu
peserta didik mencapai kecepatan yang dapat diterima bersama dengan atribut lainnya
dalam kelancaran.
7. Tekanan, ritme, dan intonasi
Ini adalah karakteristik yang paling penting dari pengucapan bahasa Inggris,
penenkanan ritme dari bahasa inggris lisan dan pola intonasi dapat menyampaikan
pesan-pesan penting.
8. Interaksi
Belajar untuk menghasilkan gelombang bahasa dalam ruang hampa-tanpa lawan
bicara-akan meningkatkan keterampilan berbicara dari komponen: kreativitas negosiasi
percakapan.
CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5
4. Teaching Reading
Membaca merupakan kegiatan yang sangat penting dan vital dalam kehidupan umat
manusia. Membaca merupakan proses pemahaman atau penikmatan terhadap teks bacaan
dengan memanfaatkan kemampuan melihat (mata) yang dimiliki oleh pembaca, sesuai dengan
tujuannya yang dilakukan secara nyaring atau dalam hati.
a. Penelitian tentang Membaca Bahasa Kedua
Mempelajari bahasa kedua terjadi diseluruh dunia karena berbagai sebab seperti
imigrasi, kebutuhan perdagangan dan ilmu pengetahuan serta pendidikan. Belajar bahasa lain
mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia setelah menguasai bahasa ibu.
Fenomena yang berkaitan dengan mempelajari bahasa kedua memerlukan pendekatan multi
disiplin tergantung dari pada penguasaan pengetahuan dan metodologi riset dari beberapa area
seperti linguistik, antropologi, psikologi, sosiologi, edukasi.
b. Jenis Bahasa Tertulis
Dalam masyarakat kita yang sangat terpelajar, ada ratusan jenis teks tertulis, lebih
banyak daripada yang ditemukan berbagai dalam teks-teks lisan.
c. Karakteristik Bahasa Tertulis
Dalam pembagian ragam bahasa dikenal adanya ragam bahasa lisan dan ragam
bahasa tulis. Ragam bahasa lisan digunakan dalam komunikasi lisan, sedangkan ragam
bahasa tulis digunakan dalam komunikasi tulis.
d. Keterampilan untuk Pemahaman Membaca
Sebagai adaptasi dari model keterampilan mikro yang ditawarkan dalam dua bab
sebelumnya berikut pada halaman berikutnya, kali ini rincian dari apa yang siswa ESL perlu
lakukan untuk menjadi pembaca yang efisien.
5. Teaching Writing
Writing adalah salah satu four skills yang harus diajarkan dalam mengajar Bahasa
Inggris. Writing skills memiliki aspek yang sama pentingnya dengan semua 4 skill dalam
Bahasa inggris, khususnya speaking dan listening. Dalam beberapa decade, para peneliti yang
meneliti pengajaran writing untuk second learner, sejumlah masalah muncul. Ada sekitar enam
masalah yang muncul dalam penelitian mengenai pengajaran writing.
a. Composing vs writing
Pandangan sederhana dalam skill writing akan memberikan asumsi bahwa Bahasa
tertulis itu menyederhanakan bentuk Bahasa yang diucapkan, dan menulis itu sama saja seperti
berkicara. Perbedaannya terletak pada siapa penerimanya.
CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5
b. Process vs product
Pegenalan kealamian penyusuan tulisan telah merubah „wajah‟ pelajaran menulis.
Sekitar setengah abad yang lalu, pengajar writing dikhawatirkan dengan hasil akhir dari tulisan
tersebut: essay, laporan, cerita, dan hasil yang „terlihat‟ seperti seharusnya.
c. Contrastive rhetoric
Robert Kaplan dalam artikelnya tahun 1966 telah menulis banyak sekali diskusi dan
tentang perdebatan. Thesisnya mengenai Bahasa yang berebeda punya pola yang berebeda
pula dalam menulis. Tulisan dalam Bahasa inggris, menurut Kaplan, telah digambarkan secara
skematis sebagai garis lurus yang terus, penulisan semitik dalam bentuk zigzag, penulisan
oriental dalam spiral, dan lain lain.
d. Authenticity
Masalah lain dalam pengajaran menulis adalah mengenai bagaimana kelas menulis
tersebut „benar-benar‟ menulis. Itulah bagaimana seorang pengajar harus membuat kelas
menjadi sesuai dengan subjeknya.
e. The role of teacher
Dari hal tadi, peran seorang guru haruslah penting. Guru sebagai fasilitator atau pelatih,
dan bukanlah pengatur secara otoritif. Guru sebagai fasilitator menawarkan bantuan kepada
siswa dalam mendapatkan proses berfikir dalam menyusun tulisan. Mereka menyediakan ilmu
dan contoh bacaan kepada siswa dalam mengembangkan kerangka berfikir siswa. Ketika
kerangka berfikir sudah dikembangkan maka siswa bisa menyusun dan menggambarkan
tulisan mereka secara baik. Sehingga tercapailah peran pengajar dalam pengajaran writing
tersebut.
6. Form-Focused Instruction
Pengajaran grammar dan kosa kata selalu saja dijadikan sebagai sebuah aspek penting
dalam pengajaran bahasa kedua. Faktanya, di sebagian negara hanya di kelas-kelas bahasa
yang ada pengajaran grammar dan kosa kata. Hal itu sering terjadi menjelang abad ke-20an. Di
abad ke-21 ini, Pengajar Bahasa harus bisa menjawab sekawanan masalah tentang bagian
grammar dan kosa kata tersebut dalam kelas bahasa yang komunikatif. Seperti, Dapatkah kita
mengajarkan Grammar di ruang lingkup Pengajaran Bahasa Komunikatif? Atau haruskah
pengajaran Grammar itu ditangkap tanpa pengajaran langsung? Bagaimana kita mengajarkan
kosa kata itu?. Semua pertanyaan di atas merupakan sebagian kecil dari banyaknya
pertanyaan yang harus dijawab dalam proses pembelajaran Grammar dan Kosa kata.
a. Bagian dari Grammar
CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5
Menurut buku H. Douglas Brown, grammar diartikan sebagai sebuah sistem kaedah-
kaedah yang mengatur susunan dan hubungan yang biasa dari kata-kata dalam sebuah
kalimat. Kita harus ingat bahwa dalam sebuah kata itu terdiri bisa terdiri dari beberapa
komponen kata seperti, prefixes, suffixes, roots, verb, noun dan lain sebagainya. Semua itu
adalah bagian dari grammar.
b. Mengajar Grammar Itu Harus atau Tidak Harus
Menurut Ilmu sastra, grammar itu sudah menjadi pusat kajian bahasa.
c. Teknik-Teknik Pembelajaran Grammar
Ada enam klasifikasi yang digunakan Sandra McKay‟s dalam teknik pengajaran
grammar, diantaranya:
Menggunakan grafik
Menggunakan objek
Menggunakan peta dan gambar lainnya
Menggunakan percakapan
Menggunakan teks tulis
d. Rangkaian Grammar dalam Buku Pelajaran dan Kurikulum
Kategori-kategori gramatikal adalah salah satu dari beberapa perhatian dalam
rangkaian pelajaran.
Ada sebuah rangkaian logik dari struktur dasar gramatikal yang mesti diperhatikan
untuk didikuti (contohnya, mengenalkan tense past perfect setelah past tense, realtive
clause setelah question formation) dan banyak lagi faktor faktor frekuensi dan
kegunaan dari beberapa konsep abstrak kesulitan linguistik.
Disamping stuktur-stuktur dasar ini, sedikit perubahan di sini dan akan ada sedikit
perbedaan dalam kesuksesan pelajar pada akhirnya., selama bahasa diajarkan dalam
konteks sebuah kurikulum yang komunikatif (content-based, task-based, interactive).
e. Suatu “kata” tentang pengajaran Grammar
1. Alokasikan waktu kelas yang khusus untuk pelajaran kosa kata.
2. Bantulah peserta didik untuk mempelajari kosa kata dalam suatu konteks.
3. Mainkan sebuah peran dari kamus dua bahasa
Doronglah peserta didik agar mengembangkan strategi-strategi dalam menentukan arti
dari sebuah kata.
CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5
Part 5 Assessing Language Skills
1. Language Assessment I : Basic Concepts in Test Development
a. Apa Itu Tes?
Menurut Riduwan ( 2006: 37) tes sebagai instrumen pengumpulan data adalah
serangkaian pertanyaan / latihan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu / kelompok.
b. Practicality (Keprakstisan)
Arikunto (2010) mengartikan kepraktisan dalam evaluasi pendidikan merupakan
kemudahan-kemudahan yang ada pada instrument evaluasi baik dalam mempersiapkan,
menggunakan, menginterpretasi/ memperoleh hasil, maupun kemudahan dalam menyimpanya.
c. Reliability (Reliabilitas / Kehandalan)
Reabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsitensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu
tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg, relatif tidak berubah walaupun
diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Sedangkan Sukadji (2000) mengatakan bahwa
reliabilitas suatu tes adalah seberapa besar derajat tes mengukur secara konsisten sasaran
yang diukur. Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk angka, biasanya sebagai koefisien. Koefisien
tinggi berarti reliabilitas tinggi.
d. Validity (Validitas)
Validitas adalah derajat kesesuaian, ketepatan dan keshahihan tes dengan tujuan
pembelajaran dan sejauh mana kemampuan tes mampu mengukur apa yang seharusnya
diukur.
e. Jenis – Jenis Tes
Proficiency Test
Tes yang digunakan untuk melihat kemampuan orang dalam sesuatu yang didapatkan
dari latihan-latihan yang mereka lakukan.
Toefl merupakan proficiency test, maksudnya tes yang baru digunakan untuk mengukur
kemampuan bahasa inggris seseorang tanpa dikaitkan secara langsung dengan proses belajar
mengajar. Toefl sendiri berbedadengan achievement test, yaitu tes yang lingkup ujinya terbatas
pada bahan yang telah dipelajari siswa dalam satu kelas bahasa inggris.
f. Historical Developments in Language Testing
Menurut sejarah, jurusan dan praktek tes bahasa mengikuti perubahan dan pergantian
dalam methodology yang sudah dijelaskan dibagian sebelumnya. Sebagai contoh di era 50an
yang dikenal sebagai era perilaku dan memberikan perhatian khusus terhadap perbedaan
analisis, tes khusus untuk element bahsa tertenu seperti phonology, grammar, dan lexical yang
membandingkan antara dua bahasa. Di era 70an dan 80an, teori komunikatif membawa tes
CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5
dalam bentuk integrative yang mana ahli test mengklaim bahwa “segala hal yang berhubungan
dengan komunikatif telah meluas daripada jumlah elemen dalam bahasa” (Clark 1983:432).
g. Large-Scale Language Profeciency Testing
Menurut Lyle Bachman (1991), tes komunikatif harus memenuhi beberapa criteria yang
agak ketat. Hal ini untuk menguji grammar, wacana, sosiolinguistik, dan kompetensi ilokusi
serta kompetensi strategis. Dan ini harus dilihat dari sisi pragmatis, yang mana siswa
mengunakan bahasa alami untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan pikiran dan
perasaan, singkatnya unuk menempatkan bahasa otentik untuk digunakan dalam konteks.
h. Oral Proficiency Testing
Pengujian, menurut Bachman (1990), didefinisikan sebagai prosedur yang dirancang
untuk memperoleh perilaku tertentu dari yang satu dapat membuat kesimpulan tentang
karakteristik individu. Dengan demikian, apa yang diuji atau diamati dalam uji coba adalah
contoh perilaku. Dari kinerja tersebut sampel, pemeriksa menarik kesimpulan dari kemampuan
sasaran pengujian dan kemudian menginterpretasikan kinerja ke kriteria skor. Dalam tes
berbicara, kinerja seseorang dari tugas berbicara 10-15 menit sering digunakan untuk menilai
kemampuan berbicara secara keseluruhan sasaran pengujian ini.
i. CRITICAL LANGUAGE TESTING: ETHICAL ISSUES
Salah satu produk sampingan dari industri pengujian berkembang pesat adalah bahaya
penyalahgunaan kekuasaan. "Tes merupakan teknologi sosial tertanam dalam pendidikan,
pemerintah, dan bisnis; dengan demikian mereka menyediakan mekanisme untuk menguatkan
kekuatan dan control. Tes itu menjadi lebih kuat sebagaimana indikator tunggal menentukan
masa depan individu "(Shohamy 1997: 2). Desainer Test, dan infrastruktur sosial politik
perusahaan yang mereka wakili, memiliki kewajiban untuk mempertahankan standar tertentu
sebagaimana ditentukan oleh lembaga pendidikan klien mereka. Standar-standar ini membawa
dengan mereka masalah etika tertentu seputar "gerbang penjagaan" sifat tes standar.
2. Language Assessment II : Practical Classroom Applications
a. Assessing, Testing, And Teaching
Definisi Asesmen
Asesmen adalah proses mengumpulkan informasi tentang siswa dan kelas untuk
maksud-maksud pengambilan keputusan instruksional (Richard I. Arends, 2008: 217).
Asesmen berarti proses pengumpulan informasi. Untuk guru, asesmen dilakukan
sebagai tujuan memutuskan keterampilan mengajar (James A. Poteet, 1987, 6).
CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5
Definisi Tes
Alat atau instrumen untuk asesmen tersebut yang dinamakan sebagai tes. Tes yang
digunakan adalah untuk alat ukur dan informasi mengenai objek. Berikut ini adalah beberapa
definisi ahli mengenai istilah tes tersebut.
Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang
secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan
(Djemari Mardapi, 2008: 67).
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur
sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Suharsimi
Arikunto, 2011, 53).
Definisi Pengajaran
Menurut Jones A. Majid, (2005:16), Pengajaran adalah suatu cara bagaimana
mempersiapkan pengalaman belajar bagi peserta didik. Dengan kata lain pengajaran adalah
suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan
peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar.
Pengajaran adalah tardif (1987) memberi arti instruction secara lebih rinci yaitu a
preplanned, goal directed educational proces designed tofacilitate learning. artinya adalah
sebuah proses kependidikan yang sebelumnya direncanakan dan diarahkan untuk mencapai
tujuan sertadirancang untuk mempermudah belajar.
b. Recent Development In Classroom Teaching
New views on intelligence
Intelijen adalah salah satu pengembangan yang memandang dengan keras
kemampuan untuk melakukan (a) linguistic dan (b) pemecahan masalah matematika
logis. "IQ" konsep kecerdasan yang meresap dunia barat dan cara pengujian selama
hampir satu abad.
Performance-based testing
Dalam lingkungan pendidikan di seluruh dunia, pembuat tes sekarang menangani
agenda baru dan lebih bertanggung jawab.
Interactive language tests
Versi bahasa pengujian berbasis kinerja datang dalam bentuk berbagai tes bahasa
interaktif.
Traditional and “alternative” assessment
CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5
Tersirat dalam beberapa uraian di atas inovasi dalam pengujian bahasa kelas adalah
tren jauh dari sangat decontextualized (tapi praktis) desain uji dan menuju alternatif yang
lebih otentik di elisitasi dalam komunikasi yang berarti.
c. Principles For Designing Effective Classroom Tests
Strategies for test-takers
Prinsip pertama adalah untuk menawarkan peserta didik, strategi yang berguna yang
tepat untuk mengambil tes. Dengan beberapa persiapan dalam strategi uji-mengambil, peserta
didik dapat meredakan beberapa kekhawatiran mereka dan menaruh makanan terbaik mereka
ke depan selama tes. Melalui strategi-basis tugas-taking, mereka dapat menghindari miscues
karena format tes saja. Mereka juga harus mampu menunjukkan kompetensi mereka melalui
tingkat optimal kinerja, atau apa yang Swain (1984) disebut sebagai "bias untuk terbaik".
Face validity
Kadang-kadang siswa tidak tahu apa yang sedang diuji ketika mereka mengatasi tes.
Kadang-kadang mereka merasa, untuk berbagai alasan yang mungkin, bahwa tes tidak menguji
apa yang "seharusnya" untuk menguji. Face validity, seperti yang kita lihat dalam bab 21,
berarti bahwa dalam persepsi siswa, tes tersebut valid.
Authenticity
Pastikan bahwa bahasa dalam tes anda alami dan otentik mungkin. Juga, cobalah untuk
memberikan beberapa konteks bahasa sehingga barang tidak hanya serangkaian sampel
bahasa yang tidak terkait. Organisasi Tematik item dapat membantu dalam hal ini. Atau
mempertimbangkan alur cerita yang mungkin dijalankan melalui item Anda.
Washback
Washback, disebutkan di bab sebelumnya adalah manfaat yang menawarkan tes untuk
belajar. Ketika siswa mengikuti tes, mereka harus mampu, dalam waktu yang cukup singkat,
untuk memanfaatkan informasi tentang kompetensi mereka yang menawarkan umpan balik
teks. Uji Formal karena itu harus perangkat di mana siswa dapat menerima diagnosis area
kekuatan dan kelemahan belajar. Tanggapan yang salah bisa menjadi wawasan tentang
pekerjaan lebih lanjut. Oleh karena itu anjuran anda dari tes tertulis dengan tanggapan anda
sangat penting untuk motivasi intrinsik.
d. Pilihan Alternatif Assessment
Perataan Assesment.
Berikut adalah beberapa cara di mana diri dan peer assessment dapat diterapkan di
dalam kelas bahasa.
CMD REVIEW-Eni Harmini (1122040019) PBI-A/5
Listening Comprehension: mendengarkan TV atau siaran radio dan memeriksa
pemahaman dengan pasangan, pada pasangan atau kelompok kerja, bertanya ketika
Anda tidak memahami sesuatu; mendengarkan ceramah akademik dan memeriksa diri
Anda pada kuis konten sebuah; menetapkan tujuan untuk meningkatkan peluang untuk
mendengarkan.
Writing : merevisi karya tulis Anda sendiri; merevisi karya tulis dengan rekan (peer-
editing); proofreading; menetapkan tujuan untuk meningkatkan peluang untuk menulis
Reading: membaca bagian buku diikuti oleh self-cek pertanyaan pemahaman;
membaca dan memeriksa pemahaman dengan pasangan, kuis kosakata; penilaian diri
dari kebiasaan membaca; menetapkan tujuan.
e. Assessment And Teaching: Partners In The Learning Process
Hal ini sangat jelas sekarang saya berharap, bahwa penilaian B merupakan bagian
integral dari siklus belajar-mengajar. Dalam interaktif, kurikulum komunikatif, penilaian hampir
konstan. Tes, sebagai bagian dari semua proses penilaian, tidak perlu melanggar prinsip-
prinsip keaslian, motivasi intrinsik, dan siswa-keterpusatan. Seiring dengan beberapa yang
lebih baru, metode alternatif penilaian, tes menjadi komponen tak terpisahkan dari kurikulum.
Top Related