1
TINJAUAN
KEGIATAN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG DI PT. BUKIT ASAM
BAGI PEMBELAJARAN DIKLAT KEHUTANAN
Oleh
Burhanudin JP
Widyaiswara Madya pada Pusat Diklat Kehutanan
Abstrak
Dewasa ini usaha pertambangan hampir di seluruh kepulauan Indonesia berkembang
sangat pesat. Berbagai bahan tambang seperti minyak, gas, nikel, timah, emas, intan,
batubara dan lain-lain terkandung dalam perut bumi Indonesia yang tersebar hampir di
seluruh propinsi termasuk propinsi Sumatera Selatan.
PT. Bukit Asam merupakan salah satu perusahaan tambang batubara tertua yang berada
di Sumatera Selatan. Oleh karena itu perusahaan ini mempunyai pengalaman yang cukup
baik dalam penambangan batubara dan telah banyak melakukan kegiatan reklamasi
dengan baik sesuai pedoman yang ada baik dari kementerian ESDM maupun Kementerian
Kehutanan.
Pengalaman yang dipunyai perusahaan tersebut merupakan bahan pembelajaran bagi
kediklatan kehutanan. Banyak manfaat yang bisa diambil dari pengalaman tersebut
diantaranya dalam hal proses serta hasil kegiatan reklamasi bekas tambang pada lahan
maupun kawasan hutan yang dilakukan PT. Bukit Asam yang bisa dijadikan sebagai
bahan diklat terkait reklamasi hutan bekas tambang. Selain itu juga bisa dijadikan
tempat/lokasi praktik diklat sesuai kebutuhan kurikulum sehingga akan membantu
efisiensi dan efektivitas pelaksanaan diklat.
Kata Kunci : Pengalaman PT Bukit Asam, Reklamasi hutan bekas tambang dan Bahan
diklat.
A. Latar Belakang.
Keterlibatan Kementerian Kehutanan dalam kegiatan reklamasi hutan bekas
tambang tidak seperti Kementerian ESDM yang lebih dahulu menangani
penambangan mineral dan batubara. Keterlibatan kehutanan dalam reklamasi
relatif baru setelah adanya UU 41 tahun 1999 yang dijabarkan dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 76 tahun 2008 tentang
Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan dan lebih tegas lagi dalam Peraturan
Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.4/Menhut-II/2011 tentang
Pedoman Reklamasi Hutan. Ketertinggalan ini membuat Kementerian
2
Kehutanan harus bekerja ekstra keras dalam menangani reklamasi ini terlebih
lagi dengan adanya pinjam pakai kawasan hutan.
Kegiatan penambangan sudah barang tentu menyebabkan kerusakan
lingkungan yang tak terhingga. Perubahan kondisi lingkungan yang terjadi di
lokasi tambang dan sekitarnya merupakan konsekuensi dari proses kegiatan
penambangan. Namun demikian perubahan lingkungan tersebut dapat
diminimalkan dengan melakukan reklamasi pada lahan-lahan bekas tambang
yang telah dinyatakan selesai maupun penambangan sedang berjalan.
Reklamasi hutan merupakan usaha untuk memperbaiki atau memulihkan
kembali lahan dan vegetasi yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal
sesuai peruntukannya.
PT. Bukit Asam merupakan perusahaan pertambangan batubara yang cukup
lama dan telah banyak melakukan kegiatan reklamasi dengan baik sesuai
pedoman yang ada baik dari kementerian ESDM maupun Kementerian
Kehutanan.
Dalam tulisan ini akan membahas tentang ruang lingkup dan proses serta
hasil kegiatan reklamasi yang dilakukan PT. Bukit Asam sebagai pembelajaran
bagi diklat-diklat kehutanan terkait kegiatan reklamasi bekas tambang pada
lahan maupun kawasan hutan. Selain itu juga mencoba mengidentifikasi
bahan/materi diklat bahkan kesesuaian lokasi praktik dengan kebutuhan
kurikulum diklat sehingga akan membantu efisiensi dan efektivitas
pelaksanaan diklat.
B. Manfaat Tulisan
Tulisan ini akan bermanfaat bagi para widyaiswara pengampu materi
reklamasi hutan bekas tambang dan bagi penyelenggara diklat. Bagi
widyaiswara, tulisan ini bisa dipakai sebagai suplemen dalam merancang
bahan dan kegiatan pembelajaran baik teori maupun praktik.
3
Bagi penyelenggara, tulisan ini akan bermanfaat dalam mempersiapkan
pelaksanaan diklat reklamasi hutan bekas tambang misalnya berkaitan
dengan fasilitas/sarana-prasarana pembelajaran teori dan praktik. Demikian
juga terkait pembelajaran praktik penyelenggara harus mendapatkan
informasi tentang akomodasi-konsumsi dan transportasi, serta tenaga lokal
sebagai pendamping atau narasumber.
C. Gambaran Umum PT Bukit Asam.
Sejarah pertambangan batubara di Tanjung Enim dimulai sejak zaman
kolonial Belanda tahun 1919 dengan menggunakan metode penambangan
terbuka (open pit mining) di wilayah operasi pertama, yaitu di Tambang Air
Laya. Selanjutnya mulai 1923 beroperasi dengan metode penambangan
bawah tanah (underground mining) hingga 1940, sedangkan produksi untuk
kepentingan komersial dimulai pada 1938.
Seiring dengan berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda di tanah air, para
karyawan Indonesia kemudian berjuang menuntut perubahan status tambang
menjadi pertambangan nasional. Pada 1950, Pemerintah RI kemudian
mengesahkan pembentukan Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit Asam
(PN. TABA). Pada 1981, PN. TABA kemudian berubah status menjadi
Perseroan Terbatas dengan nama PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero)
Tbk, yang selanjutnya disebut Perseroan. Dalam rangka meningkatkan
pengembangan industri batubara di Indonesia, pada 1990 pemerintah
menetapkan penggabungan Perum Tambang Batubara dengan Perseroan.
Sesuai dengan program pengembangan ketahanan energi nasional, pada
1993 Pemerintah menugaskan Perseroan untuk mengembangkan usaha
briket batubara. Pada 23 Desember 2002, Perseroan mencatatkan diri
sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode PTBA.
PT. Bukit Asam terletak di Kecamatan Tanjung Enim Kabupaten Muara Enim
Propinsi Sumatera Selatan, perjalanan dari Palembang ke lokasi
4
memerlukan waktu 5 - 6 jam. Lokasi pelaksanaan penambangan batubara
terbagi kedalam 2 site yaitu Blok Tambang Air Laya seluas 7.621 ha dan Blok
Tambang Banko Barat seluas 4.500 ha.
D. Ruang Lingkup dan Proses Penambangan dan Reklamasi PT Bukit Asam.
Secara umum kegiatan penambangan batubara di Indonesia dilakukan
dengan teknik penambangan terbuka (open pit), yaitu dengan membuka
lahan (land clearing), mengupas tanah pucuk (stripping top soil), mengupas
dan menimbun tanah penutup (over burden stripping), membersihkan dan
menambang batubara, menutup kembali lubang galian dengan overburden,
menata lahan, menebarkan tanah pucuk, dan penanaman kembali
(revegetasi). Dengan teknik seperti ini, telah menyebabkan kerusakan
lingkungan berupa rusaknya kondisi fisik, kimia, dan biologis tanah tambang
belum lagi hilangnya keanekaragaman hayati yang begitu tinggi. Oleh karena
itu kegiatan rehabilitasi dan reklamasi pasca penambangan batubara mutlak
diperlukan untuk mengembalikan produktivitas lahan tersebut sehingga
kembali ke ekosistem semula. Di PT. Bukit Asam, ruang lingkup dan proses
penambangan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Eksplorasi
Hal pertama yang dilakukan dalam kegiatan penambangan adalah
eksplorasi. PT. Bukit Asam melakukan kegiatan eksplorasi selain untuk
mendapatkan data penyebaran dan ketebalan batubara, dalam kegiatan ini
juga dilakukan pengambilan contoh batubara dan tanah penutup. Selain
untuk mengetahui kualitas batubara, tanahnya juga akan dianalisa
parameter geotekniknya. Hasil analisa laboratorium ini akan digunakan
sebagai masukan bagi pembuatan peta penyebaran batubara dan
kualitasnya. Tanah penutup ini sangat berperan dalam kegiatan reklamasi.
5
2. Pembukaan Lahan
Setelah eksplorasi dilakukan, PT. Bukit Asam melakukan kegiatan
pembukaan lahan dengan penuh kehati-hatian. Hasil ini didasari atas rona
awal hutan sungguh kaya dengan plasma nuftah, ekosistem yang lengkap,
iklim mikro yang baik, flora dan fauna yang beraneka ragam. Oleh
karenanya, sebelum kegiatan pembukaan lahan dimulai, dilakukan
kegiatan identifikasi dan dokumentasi flora dan fauna yang ada di daerah
tersebut. Beberapa jenis spesies tanaman penting dan jenis lokal dikoleksi
untuk ditanam kembali pada kegiatan rehabilitasi lahan nantinya. Kelalaian
dalam kegiatan pembukaan lahan mengakibatkan kerugian yang cukup
siginifikan bagi perusahaan baik dari segi materi maupun secara ekologis.
Gambar 1. Kegiatan pembukaan lahan tanpa kehati-hatian akan merusak lingkungan
yang cukup besar.
Sumber Foto : PT Bukit Asam.
Pembersihan lahan dilakukan terhadap pohon-pohon dan semua vegetasi
yang ada diatasnya dibabat dan di tumbangkan kemudian ditimbun
disuatu tempat terutama untuk kayu-kayu yang tidak bisa dimanfaatkan.
Hasil akhir dari kegiatan ini yaitu didapatkannya areal bersih dari vegetasi
sehingga memudahkan proses penggalian lapisan top soil dan sub soil.
6
3. Pengolahan dan Penyebaran Tanah Top soil
Kegiatan selanjutnya setelah pembersihan lahan yaitu kegiatan
pengolahan tanah pucuk (top soil). Tanah pucuk (top soil) adalah lapisan
tanah bagian atas yang banyak mengandung unsur hara yang sangat baik
untuk pertumbuhan tanaman. PT. Bukit Asam mengartikan tanah pucuk
(top soil) ini dengan ketebalan lapisan tanah sampai dengan 50-70 cm.
PT Bukit Asam melakukan kegiatan pengolahan tanah pucuk sebagai
berikut :
Pengambilan tanah pucuk/top soil dilakukan untuk mengamankan tanah
yang masih bagus kandungan haranya. Tanah top soil dari lokasi
penggalian dibawa ke lokasi penimbunan dilakukan dengan
menggunakan alat angkut Dump Truck dan dihamparkan dengan
menggunakan alat Buldozer untuk meratakan penimbunannya.
Pengambilan tanah pucuk dilakukan seoptimal mungkin, selanjutnya
dilakukan penebaran pada lahan timbunan yang sudah final.
Tanah pucuk yang dipindahkan ke tempat penyimpanan sementara
selanjutnya ditempatkan di daerah yang sudah final dan siap
direhabilitasi atau di stock sementara menunggu lokasi yang telah final.
Melakukan pengamanan stock tanah pucuk dengan tanaman LCC
(Legume cover crops) agar terhindar dari kerusakan dan erosi.
a b
7
c
Gambar 2. Penyimpanan sementara tanah pucuk (a). Penebaran tanah pucuk (b) dan
Pengaman tanah pucuk dari erosi dengan LCC (c).
Sumber Foto : PT Bukit Asam dan Burhan JP
Pengolahan tanah pucuk dilakukan dalam rangka penanganan kualitas
tanah untuk reklamasi agar tanah tersebut selalu terjaga.
PT. Bukit Asam melakukan penanganan kualitas tanah dengan cara :
Memanfaatkan kembali tanah pucuk sebagai media tumbuh tanaman
pada kegiatan revegetasi lahan.
Melakukan penambahan bahan organik (kompos, pupuk kandang,
Kaptan, Kompos TEL) serta pengapuran tanah untuk mempercepat
pemulihan kesuburan lahan.
Melakukan revegetasi lahan secepatnya pada lahan timbunan yang
sudah final dengan tanaman LCC dan tanaman tahunan yang adaptif.
Melakukan perawatan tanaman revegetasi secara intensif untuk
mempercepat pemulihan lahan.
Gambar 3. berikut memperlihatkan bagaimana upaya PT. Bukit Asam
dalam rangka menangani kualitas tanah agar selalu terjaga dengan baik
sebagai bahan reklamasi.
8
a b
c d e
Gambar 3. Pemanfaatan tanah pucuk (a); Penambahan bahan organik & pengapuran (b);
Penanaman LCC & tanaman pokok (c); Pemeliharaan (d & e).
Sumber Foto : PT Bukit Asam
4. Penggalian dan Penimbunan Tanah Over Burden Dengan Spreader.
Tanah Over Burden merupakan lapisan tanah/batuan yang berada di
bawah top soil/tanah pucuk dan di atas lapisan batubara. Penggalian Tanah
over burden dilakukan dengan menggunakan Bucket Wheel Excavator
(BWE), tanah dimuat ke dalam belt conveyor (ban berjalan) dengan sistem
langsir, lebar conveyor 1,200 mm & 1,600 mm dengan kapasitas 2,800 m3
/jam dan 5,600 m3/jam. Sebelumnya tanah tersebut sebagian diledakkan
terlebih dahulu untuk memudahkan pemindahan.
Tanah over burden dari lokasi penggalian dibawa ke lokasi penimbunan
dilakukan dengan menggunakan Belt Conveyor (Ban berjalan) dan
dihamparkan dengan menggunakan alat Spreader dan dibantu oleh
Buldozer untuk meratakan penimbunannya.
Penimbunan dilakukan dengan cara berjenjang atau terasering dengan
kemiringan 1 : 4 dengan lebar 60 meter.
9
Gambar 4. Penggalian Tanah Over Burden dengan BWE
5. Penggalian Batubara dan Penanganan Batubara di Stock Pile
Setelah tanah over burden digali, selanjutnya dilakukan penggalian
batubara, hasil dari penggalian diangkut menggunakan Conveyor ke stock
pile menggunakan Stracker Reclaming (SR). Dari Stock pile dikirim ke Train
Loading Station (TLS) untuk dikirim ke Gerbong Kereta Api (KA) diangkut ke
Pelabuhan Tarahan dan Dermaga.
6. Pengendalian Erosi dan Sedimentasi
Pengendalian erosi merupakan hal yang mutlak dilakukan selama kegiatan
penambangan dan setelah penambangan. Erosi dapat mengakibatkan
berkurangnya kesuburan tanah, terjadinya endapan lumpur dan
sedimentasi di alur-alur sungai.
Dalam pengendalian erosi dan sedimentasi yang merupakan salah satu
pengelolaan lingkungan, PT Bukit Asam mengantisipasinya dengan cara :
Melakukan pengaturan pola penimbunan dan pola alir air dengan upaya
Pembentukan Backslope dan membuat saluran Down ditch dan saluran
utama serta check dam yang diperkuat dengan batu.
Membuat Kolam Pengendap Lumpur (KPL) untuk menampung
sedimen yang berasal dari lahan timbunan dan galian tambang.
Melakukan pengurasan lumpur secara berkala untuk menjaga efektivitas
KPL.
10
Gambar berikut memberikan ilustrasi tentang pengendalian erosi dan
sedimentasi yang dilakukan PT Bukit Asam.
(a)
(b)
Gambar 5. Pengendalian erosi dan sedimentasi dengan pembentukan Backslope, saluran
air yang diperkuat dengan batu (a) dan KPL (b).
Sumber Foto : PT. Bukit Asam.
Kegiatan lainnya dalam pengendalian erosi dan sedimentasi yang
merupakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yaitu pengelolaan
kualitas air.
11
Dalam pengelolaan kualitas air, PT. Bukit Asam mengantisipasi dengan
cara:
Membuat KPL dan Wetland sebagai sarana untuk pengendapan
sedimen dan treatment kualitas air.
Fungsi KPL dan Wetland untuk mengendapkan lumpur yang terbawa
akibat aliran air permukaan, sehingga air yang masuk ke sungai
mempunyai kualitas yang sesuai dengan baku mutu lingkungan (BML).
Selain KPL juga dibuat Wetland untuk penanganan Air Asam Tambang
(AAT) dengan cara pasif khususnya untuk menurunkan logam berat Fe
dan Mn.
Gambar 6. Wetland untuk penanganan air asam
Sumber Foto : PT. Bukit Asam
Untuk melakukan penurunan asam/pH air dilakukan dengan
pengapuran. Untuk itu diperlukan bak penampung dan pencampur
antara air dan kapur yang selanjutnya dialirkan secara berbelok-belok
ke kolam-kolam hingga netral baru dialirkan ke sungai.
12
Gambar berikut memperlihatkan proses penurunan asam /pH air
dengan pengapuran, kemudian dialirkan ke kolam-kolam dengan
berbelok-belok untuk selanjutnya dialirkan ke sungai lepas.
Gambar 7. Proses pengapuran pada KPL
Sumber : PT. Bukit Asam
Gambar 8. Sebelum dialirkan ke sungai lepas, air dialirkan ke kolam-kolam yang
berbelok-belok.
Sumber Foto : Burhan JP.
7. Penanaman Revegetasi
Revegetasi adalah usaha untuk memperbaiki dan memulihkan vegetasi
yang rusak melalui kegiatan penanaman dan pemeliharaan pada lahan
bekas penggunaan kawasan hutan.
Kolam Pengaduk Pengapuran secara mekanis
Titik Penataan
13
Kegiatan revegetasi di PT Bukit Asam dilakukan dengan penuh perhatian
dan keseriusan. Revegetasi diawali dengan penebaran benih tanaman
penutup tanah (LCC=Legium Cover Crop), untuk mencegah terjadinya
erosi. Selanjutnya dilakukan penanaman tanaman pionir /tanaman keras,
khususnya jenis yang cepat tumbuh seperti Kayu putih dan Jabon. Setelah
tanaman berumur 3- 5 tahun kemudian ditanami pengayaan tanaman
komersil sesuai dengan tanaman pada rona awal misalnya meranti .
Bibit tanaman yang digunakan sebagian besar hasil pembibitan sendiri dan
pembelian bibit dari masyarakat sekitar.
Perawatan tanaman di daerah rehabilitasi dilakukan secara rutin, supaya
tanaman dapat tumbuh dengan baik. Pekerjaan meliputi pemberian
pupuk dan pembersihan gulma.
Untuk mengetahui perkembangan daerah rehabilitasi secara menyeluruh,
dilakukan pemantauan flora dan fauna secara rutin.
Gambar 9. Penanaman dan pemberian pupuk kandang saat penanaman.
a b Gambar 10. Tanaman jabon umur 4 bulan (a) dan tanamaan kayu putih
berumur 8 bulan (b) hasil revegatasi.
Sumber Foto : Burhan JP.
14
8. Pembibitan.
Dalam rangka penyiapan bibit untuk kegiatan revegetasi, selain beli dari
masyarakat, PT Bukit Asam telah menyiapkan persemaian/pembibitan sendiri
di lokasi pembibitan PT Bukit Asam. Areal pembibitan seluas 2 ha dikelola
secara baik dan modern dicirikan dengan pengembangan kultur jaringan dan
adanya laboratorium. Bibit-bibit tersebut digunakan untuk kegiatan
penanaman tahun berjalan dan penyulaman.
Proses produksi bibit dilakukan dari biji, Stek Pucuk, Puteran, Cabutan dan
Kultur Jaringan, serta implementasi Fungi Mikoriza terhadap bibit. Kapasitas
produksi bibit per tahun sebanyak 500.000 bibit. Jenis bibit yang diproduksi
diantaranya : Jabon, Acacia mangium, Sengon, Pulai, Trembesi dan beberapa
jenis lokal serta jenis lainnya.
Gambar 11. Lokasi pembibitan PT Bukit Asam dikelola dengan baik dan modern.
Sumber Foto : PT. Bukit Asam & Burhan JP
E. Fasilitas Diklat.
PT. Bukit Asam mempunyai perhatian yang serius dan terbuka terhadap
pendidikan dan pelatihan. Setiap saat selalu ada siswa, mahasiswa, dosen dan
pihak lain untuk melakukan kegiatan praktik, magang, penelitian maupun
kegiatan lainnya.
15
Khusus untuk diklat terkait rehabilitasi dan reklamasi hutan, substansi dan
kegiatan yang dilakukan PT. Bukit Asam cukup ideal untuk kegiatan praktik
diklat. Materi yang bisa di bahas dan dipelajari yaitu sejak kegiatan
perencanaan reklamasi sampai dengan evaluasi hasil reklamasi.
PT. Bukit Asam mempunyai divisi diklat tersendiri bagi karyawannya, yang
melaksanaan kegiatan diklat sesuai substansi yang diperlukan perusahaan.
Diklat yang dilaksanakan bervariasi mulai dari administrasi, manajemen
sampai dengan teknik. Tersedia ruang kelas yang tertata dengan baik dan
lengkap. Pelatih atau narasumber diisi oleh karyawan senior dan untuk materi
tertentu mendatangkan dari luar. Bagi siswa yang magang /praktik, pihak
perusahaan hanya menyiapkan uang saku saja, sedangkan penginapan dan
konsumsi, safety shoes dan helm di tanggung sendiri siswa yang magang.
Untuk pelaksanaan kegiatan ke lapangan, kendaraan sewaan tersedia dengan
biaya yang terjangkau.
F. Kesimpulan dan Saran.
1. Kesimpulan :
a. Ruang lingkup kegiatan reklamasi hutan bekas tambang di PT Bukit
Asam dimulai dari eksplorasi, pembersihan lapangan (land clearing),
penggalian tanah pucuk dan over borden, penggalian batubara,
penataan lahan, revegetasi termasuk penyiapan pembibitan dan
pemeliharaan serta evaluasi hasil kegiatan.
b. Penambangan batubara PT Bukit Asam cukup ideal untuk tempat
kegiatan diklat khususnya kegiatan praktik terkait diklat reklamasi
hutan bekas tambang. Materi praktik cukup baik dan bervariasi
c. Para pendamping lapangan sebagai narasumber cukup tersedia dan
qualified sesuai bidangnya.
16
d. Fasilitas pendukung kelas dan mungkin asrama untuk jumlah terbatas
sangat dimungkinkan karena PT. Bukit Asam mempunyai divisi diklat
tersendiri. Namun apabila peserta diklat cukup banyak, di sekitar
Tanjung Enim tersedia penginapan kelas melati dengan harga
terjangkau.
e. Fasilitas transportasi bagi kegiatan diklat cukup tersedia dengan biaya
yang perlu dikonfirmasi dengan pihak perusahaan terlebih dahulu.
2. Saran.
a. Kegiatan praktik terkait diklat rehabilitasi dan reklamasi hutan bisa
dilakukan di tempat ini namun dalam pelaksanaannya perlu konfirmasi
terlebih dahulu jauh sebelum kegiatan dilaksanakan.
b. Fasilitas diklat lainnya seperti, akomodasi dan konsumsi serta
transportasi bisa dijajaki kembali sebelum diklat dilaksanakan.
G. DAFTAR PUSTAKA
http://ptba.co.id/id/about/history Profil Perusahaan, Sejarah Perusahaan
PT. Bukit Asam (6 Pebruari 2014).
Anonymous, 2013, Bahan presentasi Sekilas PT Bukit Asam Tbk. Tanjung Enim
Sumsel.
Burhanudin JP & Samsudi, 2013, Laporan hasil kajian pengembangan
bahan/materi diklat terkait reklamasi hutan bekas tambang (Studi
Kasus di PT. Bukit Asam Tanjung Enim Sumsel dan di PT Kaltim
Prima Coal Sangatta Kaltim), Pusdiklat Kehutanan Bogor.
Mansur Irdika, 2010 Teknik Silvikultur Untuk Reklamasi Lahan Bekas
Tambang Seameo Biotrop Bogor.
Mansur Irdika, 2011. Perkembangan Teknik Reklamasi Bekas Tambang Dan
Implementasin Green Mining di Indonesia. Proseding Seminar
Nasional Pertambangan, Kendari 24-25 Juni 2011. Seameo Biotrop
Bogor.
Peraturan Pemerintah no 76 tahun 2008, tentang Rehabilitasi dan Reklamasi
Hutan.
17
Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor 18 tahun 2008 tentang
Reklamasi Penutupan Tambang dan Sumberdaya Mineral.
Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.60/Menhut-II/2009
tentang Pedoman Penilaian Keberhasilan Reklamasi Hutan
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.04/Menhut-II/2011 tentang Pedoman
Reklamasi Hutan.