PENGARUH MODAL USAHA DAN TENAGA KERJA TERHADAP
PENINGKATAN PRODUKSI RUMPUT LAUT
DI KABUPATEN BANTAENG
TAKDIR NAIPON
105710186912
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2016
PENGARUH MODAL USAHA DAN TENAGA KERJA TERHADAP
PENINGKATAN PRODUKSI RUMPUT LAUT
DI KABUPATEN BANTAENG
TAKDIR NAIPON
105710186912
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada
Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2016
ABSTRAK
Takdir Naipon, 2016. PENGARUH MODAL USAHA DAN TENAGA KERJATERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI RUMPUT LAUT KABUPATENBANTAENG (Studi Kasus Pada Kelompok Budidaya Rumput Laut AbbuloSibatang Desa Rappoa Kecamatan Pa’jukukang). Pembimbing Hj. Naidah, danEdi Jusriadi
Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian deskriptif korelasionaldengan menggunakan pendekatan kuantitatif, yakni mendekskripsikan mengenaihubungan modal usaha dan tenaga kerja terhadap peningkatan produksi rumputlaut di Kab.Bantaeng di desa Rappoa Kec.Pa’jukukang. Subyek penelitian adalahkelompok budidaya rumput laut Abbulo Sibatang desa Rappoa. Dengan jumlahresponden sebanyak 30 orang. Pengambilan data dilakukan dengan menggunaka,observasi, Dokumentasi dan Studi pustaka.
Variabel berpengaruh terhadap peningkatan produksi rumput lautberdasarkan hasil uji statistik pearson correlation menjelaskan bahwa adahubungan yang bermakna antara produksi rumput laut dengan modal usaha dantenaga kerja yang digunakan oleh petani budidaya usaha rumput laut. Hal iniberarti modal usaha dan tenaga kerja berpengaruh signifikan (0,000<050)terhadap produksi rumput laut,variabel tenaga kerja berpengaruh lebih dominanterhadap peningkatan rumput laut di Kabupaten Bantaeng. Hal ini sesuai denganhasil analisis regresi, jika tenaga kerja bertambah sebesar satu-satuan makaproduksi akan meningkat sebesar Rp 252046,979 atau mengalami increasing. Halini juga dikuatkan dengan hasil uji statistik pearson correlation yang menjelaskanbahwa ada hubungan yang bermakna antara produksi rumput laut dengan tenagakerja yang digunakan oleh petani budidaya rumput laut, berdasarkan hasilpenelitian dan kesimpulan sebelumnya bahwa pruduksi rumput laut layak dikembangkan di Kecamatan Pa’jukukkang Desa Rappoa sangat layak dikembangkan dan dipertahankan melihat potensi penghasilan Rata –rata petanidengan R/C usaha rumput laut adalah 1,77 ini bermakna bahwa ratio lebih besardari 1 (R/C > 1) maka dapat diartikan budidaya usaha rumput laut di desa Rappoasebagai usaha yang menguntungkan sehingga mempunnyai peluang usaha yangdapat dikembangkan.
Kata Kunci : Modal Usaha, Tenaga Kerja dan Produksi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas Rahmat,
Karunia dan Ridoh-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
Shalawat dan Taslim yang tiada henti-hentinya semoga senantiasa selalu
tercurahkan dan terlimpahkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad
SAW, nabi yang membawakan kita dari alam kejahiliyaan menuju alam
kedamaian.
Dalam penulisan skripsi yang sederhana ini, penulis menyadari bahwa
literature dan data yang disajikan masih minim jumlahnya, karena keterbatasan
dan dan waktu. Oleh karena itu, demi kesempurnaan skripsi ini, penulis
mengharapkan koreksi, saran, dan kritik yang sifatnya membangun dari para
pembaca.
Penyusunan skripssi ini terselesaikan berkat adanya kerjasama, bantuan,
arahan, bimbingan dan petunjuk-petunjuk dari berbagai pihak yang terlibatkan
secara lansung maupun tidak lansung, sehingga patut kiranya penyusunan
menghaturkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dr.H.Abd.Rahman Rahim,SE,MM selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
ii
2. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung, SE. MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang dengan wibawahnya
selalu merespon mahasiswa/mahasiswi dalam berbagai kegiatan positif.
3. Ibu Hj. Naidah, SE, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Studi
Pembangunan, yang senantiasi mengarahkan dan membantu dalam penulisan
skripsi selama ini.
4. Ibu Hj. Naidah, SE,M.si selaku dosen pembimbing pertama yang senang tiasa
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dengan penuh keikhlasan,
sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Bapak Edy Jusriady, SE. MM selaku dosen pembimbing kedua yang cukup
berjasa dan membantu mengarahkan dan juga membimbing dalam penulisan
skripsi..
6. Rekan-rekan seperjuangan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan angkatan 2012
terkhusus buat saudara saya Angga Subairi, Saharullah, Fathul Bahri,
Pandillahi,dan kakanda Ridwan SE, wiwin SE. tanpa mengurangi rasa cinta
dan sayang saya kepada kalian semua teman-teman seperjuangan saya.
7. Keluarga besar saya yang mendoakan saya setiap saat
8. Teman-teman dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam
penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa saya sebut nama kalian ssatu persatu,
tetapi jujur penulis dari dalam hati yang dalam sangat-sangat berterimahkasih
yang sebesar-besarnya buat teman-teman, keluarga dan para sahabat.
Akhirnya kepada ALLAH SWT jugalah, penulis memohon doa dan
Rahmat-Nya, semoga amal bakti yang telah disumbangkan kepada penulis
iii
mendapatkan pahala dan berkahn disisi-Nya agak kiranya dengan penulisan
skripsi ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi yang telah membaca isi
skripsi ini.
Tak lupa penulis mengucapakan kata maaf yang sebesar-besarnya. Karena
menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tak luput dari kesalahan, baik dari
redaksi kata-kata maupun yang lainnya yang tidak berkenan dihati. Sesungguhnya
kebenaran mutlak hanya ALLAH SWT dan manusia adalah tempatnya salah dan
lupa. Semoga kita semua selalu dalam lindungan Illahi Rabbi.
Amin Yaa Rabbal Alamin.
Makassar, 28 September 2016
TAKDIR NAIPON
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................. 6
1.4 Manfaat Penilitian ........................................................................... 7
II. TUJUAN PUSATAKA .............................................................................. 8
2.1 Produksi........................................................................................... 8
2.1.1 Pengertian Produksi................................................................. 8
2.1.2 Tujuan Produksi....................................................................... 9
2.1.3 Konsep Produksi...................................................................... 10
2.1.4 Faktor-faktor Produksi............................................................. 11
2.2 Model Usaha ................................................................................... 12
2.2.1 Pengertian Model Usaha.......................................................... 12
2.2.2 Jenis-jenis Model Usaha.......................................................... 16
2.3 Tenaga Kerja ................................................................................... 21
2.3.1 Pengertian Tenaga Kerja ......................................................... 22
2.3.2 Sumber Tenaga Kerja .............................................................. 23
2.3.3 Manajemen Tenaga Kerja........................................................ 25
2.4 Rumput Laut.................................................................................... 27
2.4.1 Pengertian Rumput Laut .......................................................... 31
2.4.2 Manfaat Rumput Laut.............................................................. 32
2.5 Kerangka Pikir................................................................................. 33
2.6 Hipotesis.......................................................................................... 34
III. METODELOGI PENILITIAN .............................................................. 35
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 35
3.2 Jenis Penelitian................................................................................ 35
3.3 Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 35
3.4 Jenis dan Sumber Data .................................................................... 36
3.5 Populasi ........................................................................................... 37
3.6 Teknik Analisis Data ....................................................................... 37
3.7 Definisi Operasional........................................................................ 38
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................................ 39
4.1 Kondisi umum Kabupaten Bantaeng ............................................ 39
4.4.1 Letak geografis dan topografi ..................................................... 40
4.4.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Bantaeng......... 41 7
4.2 Kondisi umum Kecamatan Pa’jukukang Desa Rappo’a ................ 42
4.3 Analisis Deskriptif Data................................................................ 44
4.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur.............................. 45
4.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan........ 46
4.3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja...... 47
4.3.4 Karekteristik Responden berdasarkan jumlah modal................... 49
4.3.5 Karekteristik Responden Berdasarkan Pendapatan ProduksiRumput Laut................................................................................ 50
4.4 Kegiatan Budidaya Usaha Rumput Laut....................................... 52
4.4.1 Pengadaan Bibit .......................................................................... 52
4.4.2 Pemiliharaan................................................................................ 52
4.4.3 Panen ........................................................................................... 53
4.4.4 Pasca Panen................................................................................. 53
4.5 Analisis Produksi Budidaya Usaha Rumput Laut......................... 54
4.6 Analisis Pendapatan Usaha Rumput Laut..................................... 59
V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 63
5.1 Kesimpulan............................................................................................. 635.2 Saran...................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................LAMPIRAN.......................................................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Wilayah pesisir merupakan wilayah yang sangat produktif jika ditinjau dari
berbagai macam peruntukannya (Supriharyono 2000) dan sumberdaya yang
dimilikinya (Dahuri 2001). Kegiatan pembangunan yang dilakukan di wilayah
pesisir antara lain; pemukiman, industri, pengilangan minyak, pariwisata,
perikanan budidaya dan perikanan tangkap (Bengen 2005), dan sumberdaya
pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi sumberdaya hayati, sumberdaya nir-
hayati, sumberdaya buatan, dan jasa-jasa lingkungan; sumberdaya hayati terdiri
dari berbagai jenis ikan, terumbu karang, padang lamun, mangrove dan biota
laut lain; sumberdaya nir-hayati meliputi pasir, air laut, mineral dasar laut;
sumberdaya buatan meliputi infrastruktur laut yang terkait dengan kelautan dan
perikanan, dan jasa-jasa lingkungan berupa keindahan alam, permukaan dasar
laut tempat instalasi bawah air yang terkait dengan kelautan dan perikanan serta
energi gelombang laut yang terdapat di wilayah pesisir (Undang undang
Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007).
Realitas sebagaimana dikemukakan di atas juga dijumpai di wilayah pesisir
Kabupaten Bantaeng, diantaranya saat ini masyarakat memanfaatkan wilayah
pesisir untuk kegiatan budidaya rumput laut. Rumput laut (Seawed) secara
biologi termasuk salah satu anggota ”Alga” yang merupakan tumbuhan
berklorofil. Rumput laut terdiri dari satu atau banyak sel, berbentuk koloni,
1
2
hidupnya bersifat bentik di daerah perairan yang dangkal, berpasir, berlumpur
atau berpasir dan berlumpur, daerah pasang surut, jernih dan biasanya
menempel pada karang mati, potongan kerang dan subtrat yang keras lainnya,
baik terbentuk secara alamiah atau buatan (Aslan 1998).
Sulawesi Selatan memiliki garis pantai 1.890 km yang sangat potensi
untuk mengembangkan komoditi sumberdaya hayati laut. Potensi perairan
pantai yang dimanfaatkan untuk komoditas rumput laut sangat menunjang,
terutama dalam upaya menunjang program pemerintah untuk mengembangkan
sumberdaya kelautan khususnya sektor perikanan.
Pembangunan sektor perikanan telah berkembang dengan peningkatan
produksi, peningkatan ekspor non migas dan peningkatan devisa negara serta
peningktan taraf hidup petani. Kebijakan pembangunan perikanan saat ini telah
diwarnai dengan wawasan agribisnis. Salah satu komoditas perikanan yang
dewasa ini mendapat prioritas dalam pengembangan adalah rumput laut.
Potensi sumberdaya rumput laut diperairan Sulawesi Selatan cukup besar dan
kebutuhan rumput laut didalam negeri dan permintaan luar negeri cukup tinggi
dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu budidaya rumput laut merupakan peluang
usaha yang sangat baik bagi pemanfaatan tenaga kerja keluarga secara optimal,
karena usaha ini dapat dikerjakan oleh petani beserta keluarganya. Usaha
tersebut telah menunjukkan berbagai kemajuan yang berarti bagi peningkatan
kesejahteraan petani rumput laut.
Menurut Kusnadi (2003) untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan salah
satu alternatif kegiatan yang dapat dilakukan adalah melakukan difersivikasi
3
usaha. Salah satu bentuk difersivikasi usaha yang dapat dikembangkan secara
luas oleh petani/nelayan dengan memanfaatkan potensi laut adalah
pengembangan budidaya rumput laut. Provinsi Sulawesi Selatan, budidaya
rumput laut Eucheuma cottoni sp di Sul-sel sejak tahun 1983 dengan alasan :
(1) Perairan Sulawesi Selatan mempunyai potensi yang sangat cocok untuk
budidaya rumput laut, (2) Usaha budidaya rumput laut tidak terlalu sulit
pemeliharaannya sehingga dapat dilakukan oleh setiap nelayan, (3) Usaha
budidaya rumput laut dapat membuka lapangan kerja pada masyarakat, (4)
Komoditas rumput laut mempunyai peluang pasar yang sangat bagus di pasar
luar negeri sebagai bahan baku industri pengolahan dan (5) Sumbangan devisa
rumput laut cukup besar terhadap total nilai ekspor daerah Sulawesi Selatan.
Rumput laut merupakan tumbuhan yang bernilai ekonomis. Pada mulanya
orang menggunakan rumput laut hanya untuk sayuran, tidak terbayang zat apa
yang ada didalam rumput laut. Seiring kemajuan sains dan teknologi,
pemanfaatan rumput laut telah meluas dan banyak digunakan dalam rumah
tangga sebagai pembuatan bahan baku makanan dan bahan baku untuk industri,
seperti industri makanan, tekstil, obat-obatan, kosmetik, kertas, dan cat. Selain
itu digunakan untuk makanan hewan dan pupuk.
Usaha budidaya yang banyak berkembang di daerah Sulawesi Selatan ini
berupa budidaya rumput laut. Hal ini dikarenakan rumput laut (sea weed)
merupakan komoditas unggulan (revitalisasi bidang perikanan) yang memiliki
nilai tambah (added value) tinggi. Konteks ini terlihat jelas dari kecenderungan
semakin berkembangnya industri yang menggunakan bahan baku komoditas
4
rumput laut, seperti industri cat, kosmetik, bahan pangan, obat-obatan maupun
bahan baku industri lainnya, yang telah mendorong semakin meningkatnya
kebutuhan akan permintaan rumput laut, baik pasar dalam negeri maupun luar
negeri. Estimasi kebutuhan Carrageenan tahun 2011 diperkirakan sekitar
316.725.339 ton (dunia) dan 471.208 ton untuk pasar dalam negeri
(sunaryanto, 2006). Sejalan dengan hal tersebut, maka Sulewesi Selatan yang
memiliki kondisi fisik wilayah yang sangat mendukung akan pengembangan
komoditas rumput laut, berpeluang untuk menjadi produsen utama rumput laut
di Indonesia bahkan di dunia, mengingat sumberdaya alam yang dimilikinya
begitu besar. Tidak kurang dari 250.000 Ha wilayah pesisir yang dapat
dimanfaatkan untuk usaha budidaya rumput laut dan saat ini baru dimanfaatkan
kurang dari 5% (Limpo, 2005) .
Daerah pengembangan rumput laut Di Sulawesi Selatan, salah satu
diantaranya adalah Kabupaten Bantaeng. Berdasarkan data Dinas Perikanan
dan Kelautan Kabupaten Bantaeng, diketahui bahwa areal budidaya rumput
laut Kabupaten Bantaeng sekitar 5.375 hektare, sementara yang dimanfaatkan
baru 3.815 hektare atau setengah dari potensi areal budidaya. Artinya, masih
ada potensi areal budidaya seluas 2.190 hektare yang belum termanfaatkan.
Sementara jumlah produksi rumput laut kering sekitar 8.000 ton per tahun yang
merupakan hasil budidaya rumput laut di sepanjang garis pantai 21 kilometer.
Hal tersebut di atas juga didukung oleh data perkembangan produksi
rumput laut kabupaten Bantaeng yang semakin meningkat dari 5 tahun terakhir
ini.
5
Table 1.1
Perkembangan Produksi Rumput Laut di Kabupaten Bantaeng Tahun
2011-2015
No TahunPotensi
lahan (Ha)
Luas lahan
(Ha)
Produksi
(ton)Produktivitas
1 2011 5375 3824 8392,3 2,19
2 2012 5375 3824 8550,97 2,24
3 2013 5375 3824 8971,07 2,34
4 2014 5375 3824 10677,0 2,79
5 2015 5375 3824 11005,0 2,88
Sumber :Data Sekunder DKP Kab. Bantaeng 2015.
Data table diatas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar grafik1.2
perkembangan produksi rumput laut Tahun 2011-2015 di bawah ini :
Sumber :Data Sekunder DKP Kab. Bantaeng 2015
5375 5375 5375 5375 5375
3824 3824 3824 3824 3824
8392.3 8550.978971.07
10677 11005
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
2011 2012 2013 2014 2015
Potensi Lahan (ha)
Luas Lahan (ha)
Produksi (ton)
6
Berdasarkan data tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Bantaeng
masih sangat potensial untuk daerah pengembangan rumput laut. Hal inilah
yang mendukung sehingga Kabupaten Bantaeng dijadikan sebagai daerah yang
mendapatkan program Minapolitan budidaya rumput laut. Meskipun demikian
pengembangan dan pengelolaan rumput laut masih belum optimal. Hal ini
dapat dilihat dari eksistensi kelompok pembudidaya rumput laut yang masih
belum pada optimalisasi kinerja kelompok yang dapat menggiring kemampuan
masyarakat dalam mengelola potensi yang ada secara bersama-sama
(kelompok). Olehnya itu, perkembangan kelompok haruslah menjadi perhatian
penting dalam upaya mendukung pengelolaan dan pengembangan budidaya
rumput laut (DKP Bantaeng, 2015). Salah satu strategi yang dapat di gunakan
dalam meningkatkan hal produksi rumput laut melalui pengamatan modal kerja
dan tenaga kerja.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan
masalah penelitian ini yaitu :
1. Seberapa besar pengaruh modal usaha dan tenaga kerja terhadap
peningkatan produksi budidaya rumput laut di Kabupaten Bantaeng.
2. Variabel mana pengaruh dominan terhadap peningkatakan produksi
budidaya rumput laut di Kabupaten Bantaeng.
3. Apakah produksi rumput laut layak di kembangkan di Kabupaten
Bantaeng.
1.3. Tujuan Penelitian
7
Tujuan ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh modal usaha dan teamga terhadap produksi
rumput laut di Kabupaten Bantaeng.
2. Untuk mengetahui variabel yang berperngaruh dominan terhadap
peningkatan produksi rumput laut di Kabupaten Bantaeng.
3. Untuk Mengetahui apakah produksi rumput laut layak di kembangkan
Kabupaten Banteang.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
pemerintah dan pihak lain, dalam upaya mencari pendekatan dan
strategi terbaik dalam melakukan upaya untuk meningkatkan
pendapatan pembudidaya rumput laut.
2. Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya terutama yang
berminat untuk meneliti mengenai sektor perikanan terutama pada
pendapatan pembudidaya rumput laut.
3. Untuk menambah wawasan terutama yang berhubungan dengan
modal kerja, tenaga kerja yang mempengaruhi peningkatan
produksi rumput laut di Kabupaten Bantaeng.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Produksi
2.1.1 Pengertian Produksi
Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai
guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat
dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya guna suatu benda tanpa
mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa. Sedangkan kegiatan menambah
daya guna suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan
produksi barang.
Produksi adalah suatu kegiatan untuk menciptakan atau menambah nilai
guna suatu barang memenuhi kebutuhan. Orang atau badan yang melakukan
kegiatan produksi disebut dengan produsen. Berdasarkan pengertian tersebut
maka produksi mengandung dua hal pokok, sebagai berikut :
1) Menciptakan nilai guna Misalnya, membangun rumah, membuat pakaian,
membuat tas, membuat sepeda dan lain sebagainya.
2) Menambah nilai guna Misalkan, memperbaiki televisi, memperbaiki
sepatu, memperbaiki atau memodifikasi mobil/motor dan lain
sebagainya.
Menurut Teguh Baroto (2002:13) “proses produksi adalah aktivitas
bagaimana produk jadi dari bahan baku yang melibatkan mesin, energi,
pengetahuan teknis, dan lain-lain. Menurut Arman Hakim Nasution
8
9
(2003:1)”proses produksi, yaitu metode dan teknik yang digunakan dalam
mengolah bahan baku menjadi produk”.
Produksi adalah suatu kegiatan yang menghasilkan output dalam bentuk
barang maupun jasa. Contoh : pabrik batrei yang memproduksi batu baterai,
pabrik mutifa yang memproduksi obat-obatan, dan lain sebagainya. Pengertian
produksi dapat diartikan sebagai usaha untuk menciptakan atau menambah
faedah ekonomi suatu benda dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Sedangkan orang, badan usaha, atau organisasi yang menghasilkan
barang dan jasa disebut produsen.
Menurut Pandji Anoraga (2000:197) ”produksi nampaknya berkonotasi
sebagai organisasi produk, yaitu aktivitas yang menghasilkan barang, baik
barang jadi maupun barang setengah jadi, bahan industri dan suku cadang,
dan komponen-komponen”.
2.1.2 Tujuan Produksi
Setelah mengetahui pengertian produksi seperti yang telah saya jelaskan di
atas, dan berikut ini beberapa tujuan produksi.
1) Memenuhi kebutuhan masyarakaat : Sebagian besar kebutuhan masyarakat
dipenuhi oleh kegiatan produksi. Pakaian, televisi, sepeda motor dan
barang-barang lainnya merupakan hasil dari kegiatan produksi.
2) Mencari keuntungan : Mengapa produsen mau melakukan kegiatan
produksi? Tentu jawabannya adalah untuk mendapatkan yang sebesar-
besarnya. Keuntungan tersebut diperoleh dari selisih penerimaan dan biaya
produksi yang dikeluarkan.
10
2.1.3 Konsep Produksi
Konsep produksi merupakan salah satu konsep tertua dalam bisnis. Konsep
produksi menyatakan bahwa konsumen akan menyukai produk yang tersedia di
banyak tempat dan murah harganya. Manajer organisasi yang berorientasi
produksi memusatkan perhatian pada usaha-usaha untuk mencapai efisiensi
produksi yang tinggi dan distribusi yang luas.
Asumsi bahwa konsumen terutama tertarik pada kemudahan mendapatkan
produk dan harga yang rendah berlaku paling tidak dalam dua situasi. Pertama
adalah jika permintaan atas produk melebihi penawaran, seperti yang ada di
Negara berkembang. Dalam situsi ini, konsumen lebih tertarik untuk
mendapatkan produk daripada keistimewaan produk tersebut, dan pemasok
akan memusatkan perhatian pada usaha untuk menigkatkan produksi. Situasi
kedua adalah ketika biaya produksi tinggi dan harus diturunkan untuk
memperluas pasar.
Beberapa organisasi jasa juga menerapkan konsep produksi. Banyak
praktek dokter dan dokter gigi dikelola dengan prinsip lini perakitan, seperti
juga beberapa agen pemerintah (seperti kantor tenaga kerja dan biro lisensi).
Memang, orientasi manejemen ini dapat manangani banyak kasus perjam,
namun konsep ini sering dituding tidak ramah dan memberikan pelayanan yang
buruk.
Konsep produk menyatakan bahwa konsumen akan menyukai produk yang
menawarkan mutu, kinerja dan pelengkap inovatif yang terbaik. Manajer dalam
11
organisasi berorientasi produk memusatkan perhatian mereka pada usaha untuk
menghasilkan produk yang unggul dan terus menyempurnakannya.
Berdasarkan konsep ini, manajer mengasumsikan bahwa pembeli
menghargai produk yang dibuat dengan baik dan mereka dapat menilai kualitas
dan kinerja suatu produk. Perusahaan yang berorientasi produk sering
merancang produk mereka dengan sedikit atau tanpa masukan dari pelanggan.
Mereka yakin bahwa insinyur mereka tahu bagaimana merancang dan
menyempurnakan produk mereka dan bahkan mereka tidak menganalisis
produk pesaing.
2.1.4 Faktor-faktor Produksi Rumput Laut
Produksi merupakan suatu perbuatan yang menjadikan benda-benda dapat
lebih sempurna untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan kata lain dapat
diartikan bahwa produksi adalah segala kegiatan yang dilaksanakan untuk
menciptakan atau menambah guna barang (Partadiredja dalam Anand Gaffar,
2005).
Sistem produksi pertanian, penciptaan nilai tambah dari input ke output
pada setiap produk merupakan hal penting, karena hal ini akan menambah nilai
jual produk dan dapat laku dengan harga yang kompetitif dipasaran. Menurut
Gasperz (2000), pemahaman terhadap nilai tambah ini penting agar dalam
setiap aktivitas berproduksi selalu menghindari pemborosan. Istilah
pemborosan dapat dikatakan bahwa manfaat yang diperoleh dari suatu aktivitas
lebih rendah daripada biaya yang dikeluarkan untuk membiayai aktivitas itu.
12
Padahal diketahui bahwa biaya dalam kegiatan produksi merupakan faktor
penting yang mempengaruhi besar kecilnya pendapatan petani yang diperoleh.
The law of diminishing return to scale adalah hukum skala hasil produksi
yang semakin menurun. Hukum dalam teori penawaran hasil marginal yang
semakin menurun dalam jangka pendek atau proporsi faktor input variabel yang
menyatakan bahwa pertambahan faktor input tidak tetap yang sama dalam
fungsi produksi (bilamana kuantitas dari faktor input lainnya tidak berubah),
suatu titik akan dicapai dimana setelah batas titik ini hasil dari penambahan
terhadap output (yaitu produk fisik marginal dari faktor inputtidak tetap) akan
mulai menurun (Christopher Pass dan Bryan Lowes).
Menurut Soekartawi (1991) faktor produksi terdiri dari lahan, modal,
pengadaan bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen
merupakan faktor produksi yang terpenting diantara faktor produksi lainnya.
2.2 Modal Usaha
2.2.1 Pengertian Modal Usaha
Modal usaha merupakan faktor produksi terpenting. Bagi perusahaan yang
baru berdiri modal digunakan untuk menjalankan kegiatan usaha sedangkan
bagi perusahaan yang sudah berdiri lama modal digunakan untuk
mengembangkan usaha dan memperluas pangsa pasar.
Menurut Bambang Riyanto (1998 : 10) “Modal adalah hasil produksi yang
digunakan untuk memproduksi lebih lanjut. Dalam perkembangannya
kemudian modal ditekankan pada nilai, daya beli atau kekuasaan memakai atau
menggunakan yang terkandung dalam barang-barang modal”.
13
Sejalan dengan perkembangan teknologi dan makin jauhnya spesialisasi
dalam perusahaan serta makin banyaknya perusahaan-perusahaan yang menjadi
besar, maka modal mempunyai arti yang lebih menonjol lagi. Masalah modal
dalam perusahaan merupakan masalah yang tidak akan pernah berakhir karena
bahwa masalah modal itu mengandung begitu banyak dan berbagai macam
aspek. Hingga saat ini di antara para ahli ekonomi juga belum terdapat
kesamaan opini tentang apa yang disebut modal.
Pengertian modal adalah physical oriented. Dalam hubungan ini dapat
dikemukakan misalnya pengertian modal yang klasik, “dimana arti dari modal
itu sendiri adalah sebagai hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi
lebih lanjut”. Dalam perkembangannya ternyata pengertian modal mulai
bersifat non-physical oriented, dimana pengertian modal tersebut lebih
ditekankan pada nilai, daya beli atau kekuasaan memakai atau menggunakan,
yang terkandung dalam barang-barang modal, meskipun dalam hal ini belum
ada kesesuaian pendapat di antara para ahli ekonomi sendiri. Berdasarkan
pendapat dari beberapa ahli, modal dapat diartikan sebagai :
1. Liitge mengartikan modal hanyalah dalam artian uang (geldkapital ).
2. Schwiedland memberikan pengertian modal dalam artian yang lebih luas,
di mana modal itu meliputi baik modal dalam bentuk uang (geldkapital ),
maupun dalam bentuk barang (sachkapital), misalnya mesin, barang-
barang dagangan, dan lain sebagainya. Kemudian ada beberapa penulis
yang menekankan pada kekuasaan menggunakannya, yaitu antara lain
J.B. Clark.
14
3. A. Amonn J. von Komorzynsky, yang memandang modal sebagai
kekuasaan menggunakan barang-barang modal yang belum digunakan,
untuk memenuhi harapan yang akan dicapainya..
4. Meij mengartikan modal sebagai “kolektivitas dari barang- barang
modal”yang terdapat dalam neraca sebelah debit, sedangkan yang
dimaksud dengan barang-barang modal ialah semua barang yang ada
dalam rumah tangga perusahaan dalam fungsi produktifnya untuk
membentuk pendapatan.
5. Polak mengartikan modal ialah sebagai kekuasan untuk menggunakan
barang-barang modal. Dengan demikian modal ialah terdapat di neraca
sebelah kredit. Adapun yang dimaksud dengan barang-barang modal ialah
barang-barang yang ada dalam perusahaan yang belum digunakan, jadi
yang terdapat di neraca sebelah debit.
6. Bakker mengartikan modal ialah baik yang berupa barang-barang
kongkret yang masih ada dalam rumah tangga perusahaan yang terdapat
di neraca sebelah debit, maupun berupa daya beli atau nilai tukar dari
barang-barang itu yang tercatat di sebelah kredit”.
Modal merupakan modal yang diciptakan oleh manusia dan digunakan
untuk mempendapatan barang-barang dan jasa-jasa butuhkan. Modal juga
dikenal dengan istilah investasi yang merupakan sejumlah dana yang digunakan
untuk kegiatan pendapatan. Investasi adalah pengeluaran yang ditujukan untuk
meningkatkan barang dan mempertahankan stok barang modal,yang terdiri dari
15
mesin, kantor dan produk-produk tahan lama lainnya yang digunakan dalam
proses pendapatan (Dornbusch dan Fisher 1997).
Modal juga dapat diartikan sebagai pengeluaran investor atau perusahaan
untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan
pendapatan untuk menambahkan kemampuan untuk mempendapatan barang-
barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Pertambahan jumlah
barang modal ini memungkinkan perekonomian tersebut menghasilkan lebih
banyak barang dan jasa di masa yang akan datang. Penilaian terhadap modal
usaha budidaya rumput laut dapat dilakukan menurut tiga cara yaitu pertama,
penilaian didasarkan kepada nilai alat-alat yang baru. Kedua, berdasarkan harga
pembelian atau pembuatan alat-alat.Ketiga, dengan menaksir nilai alat pada
waktu sekarang (Mulyadi 2007).
Modal adalah salah satu faktor pendapatan yang menyumbang pada hasil
pendapatan, hasil pendapatan dapat naik karena digunakannya alat-alat
pendapatan yang efisien. Dalam proses pendapatan tidak ada perbedaan antara
modal sendiri dengan modal pinjaman, yang masing-masing menyumbang
langsung pada pendapatan.
Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan di tabung dan di
investasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan
dikemudian hari. Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan bahan
baku meningkatkan stock modal secara fisik (yakni nilai riil atas seluruh barang
modal produktif secara fisik) dan hal ini jelas memungkinkan akan terjadinya
peningkatan output di masa mendatang (Todaro,1998).
16
Modal adalah barang atau uang yang secara bersama-sama faktor
pendapatan, tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang yang baru. Pentingnya
peranan modal karena dapat membantu menghasilkan produktivitas,
bertambahnya keterampilan dan kecakapan pekerja juga menaikkan
produktivitas pendapatan (Mubyarto 1973).
Modal mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan berhasil tidaknya
suatu usaha pendapatan yang didirikan. Modal dapat dibagi sebagai berikut :
Modal Tetap : Adalah modal yang memberikan jasa untuk proses pendapatan
dalam jangka waktu yang lama dan tidak terpengaruh oleh besar kecilnya
jumlah pendapatan. Modal Lancar : Adalah modal memberikan jasa hanya
sekali dalam proses pendapatan, bisa dalam bentuk bahan-bahan baku dan
kebutuhan lain sebagai penunjang usaha tersebut. Dapat dikemukakan
pengertian secara klasik, dimana modal mengandung pengertian sebagai “hasil
pendapatan yang digunakan untuk mempendapatan lebih lanjut”.
Modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan langsung
maupun tidak langsung dalam proses pendapatan untuk menambah output.
(Irawan dan Suparmoko, 1981). Dalam pengertian ekonomi, modal yaitu
barang atau uang yang bersama-sama factor-faktor pendapatan tanah dan tenaga
kerja menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa baru.
2.2.3 Sumber Modal Usaha
Ada dua jenis modal usaha terdiri dari modal pinjaman / utang dan modal
sendiri :
17
1. Pinjaman / utang
Menurut Bambang Riyanto ( 1998 : 227 ) dalam “Dasar-dasar
Pembelanjaan Perusahaan” pengertian pinjaman yaitu ; “Pinjaman adalah
modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja
didalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut
merupakan utang yang pada saatnya harus dibayar kembali “ Pinjaman ini
terbagi tiga golongan yaitu :
a) Pinjaman Jangka Pendek
Merupakan modal asing yang jangka waktunya paling lama satu tahun.
Sebagian besar utang jangka pendeek te rdiri dai kredit perdagangan, yaitu
kredit yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan usahanya. Adapun jenis
dari pinjaman jangka pendek adalah :
a. Rekening Koran yaitu kredit yang diberikan oleh bank kepada
perusahaan dengan batas plafond tertentu dimana perusahaan
mengambilnya tidak sekaligus melainkan sebagian demi sebagian
sesuai dengan kebutuhannya.
b. Kredit dari penjual merupakan kredit perniagaan dan kredit ini terjadi
apabila penjualan dilakukan dengan kredit. Apabila penjualan
dilakukan dengan kredit berarti bahwa penjual baru menerima
pembelian harga dari barang yang dijualnya beberapa waktu kemudian
setelah barang diserahkan. Selama waktu ini pembeli dikatakan
menerima “kredit penjual” dari penjual dan selama waktu itu pula
penjual memberikan kredit penjual kepada pembeli.
18
c. Kredit dari pembeli merupakan kredit yang diberikan oleh perusahaan
sebagai pembeli kepada pemasok dari mentahnya atau barang lainnya.
Disini pembeli membayar harga barang yang dibelinya lebih dahulu
dan setelah beberapa waktu itu dapat dikatakan bahwa pembelinya
memberikan kredit pembeli kepada penjual / pemasok bahan mentah
atau barang dagangan.
d. Kredit wesel ini terjadi apabila suatu perusahaan mengeluarkan surat
pengakuan utang yang berisikan kesanggupan untuk membayar
sejumlah utang tertentu kepada pihak tertentu dan pada saat tertentu
dan setelah surat itu ditandatangani dapat dijual atau diuangkan kepada
bank.
b) Pinjaman Jangka Menengah
Merupakan pinjaman atau modal asing yang jangka waktunnya lebih dari
satu tahun dan kurang dari 10 tahun.
Adapun jenisnya adalah :
a) Term loan Adalah kredit usaha dengan umur lebih dari 1 tahun dan
kurang 10 tahun. Pada umumnya term loan di bayar kembali
dengan angsuran tetap selama periode tertentu. Term loan ini
biasanya diberikan diberikan oleh bank dagang, perusahaan
asuransi dan pemasok.
b) Leasing Merupakan bentuk lain dari pinjaman dimana hanya
diperoleh hak penggunaan atas suatu aktiva tanpa harus disertai hak
19
milik. Ada tiga bentuk dari leasing yaitu sales and lease back,
services leases atau operating leases dan financial leases.
c) Pinjaman Jangka Panjang
Pinjaman Jangka Panjang Adalah pinjaman yang jangka waktumya
lebih dari 10 tahun. Jenis dan bentuk utama dari pinjaman jangka panjang
antara lain:
a) Pinjaman obligasi (bonds-payables). Adalah pinjaman uang untuk
jangka waktu yang panjang, dimana debitur mengeluarkan surat
pengakuan hutang yang mempunyai nominal tertentu.
b) Pinjaman hipotek Adalah pinjaman jangka panjang dimana pemberi
uang (kreditur) diberi hak hipotik terhadap suatu barang tidak
bergerak. Apabila pihak debitur tidak memenuhi kewajibannya,
barang tersebut dapat dijual dan hasil penjualannya tersebut
digunakan untuk menutup tagihannya.
2. Modal sendiri
Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik
perusahaan dan yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak
tertentu lamanya.antara lain dari pengambil bagian, peserta atau pemilik.”
Modal sendiri selain berasal dari luar perusahaan dapat juga berasal dari
dalam perusahaan sendiri, yaitu modal yang dihasilkan atau dibentuk sendiri
dalam perusahaan.
20
Modal sendiri yang berasal dari sumber intern ialah dalam bentuk
keuntungan yang dihasilkan perusahaan, sedangkan modal sendiri yang berasal
dari luar perusahaan adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan.
Modal sendiri diantaranya :
a. Modal saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta
dalam suatu perusahaan terbatas. Jenisa-jenis saham diantaranya
saham biasa(commond stook), saham preferen (preferred stook), dan
saham kumulatif preferen (cumulative preferred stook).
b. Cadangan dibentuk dari keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan
selama beberapa waktu yang lampau atau dari tahun yang berjalan.
Cadangan yang termasuk modal sendiri adalah cadangan ekspansi,
cadangan modal kerja, cadangan selisih kurs, dan cadangan umum.
Adapun cadangan yang tidak termasuk kedalam modal sendiri adalah
cadangan ddepresiasi, cadangan piutang ragu-ragu dan cadangan yang
bersifat utang (cadangan untuk pensiun pegawai dan cadangan untuk
membayar pajak).
c. Laba ditahan yaitu keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan
dapat sebagian dibayarkan sebagai deviden dan sebagian ditahan oleh
perusahaan. Adanya laba yang memperbesar laba ditahan yang berarti
akan memperbesar modal sendiri. Dengan kata lain dapatlah dikatakan
bahwa adanya saldo laba akan memperbesar modal sendiri dan adanya
saldo kerugian akan memperkecil modal sendiri.
21
2.3 Tenaga Kerja
Merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut UU No. 13
tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap
orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa
baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara
garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika
penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di
Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun. Menurut pengertian ini, setiap
orang yang mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja. Ada banyak pendapat
mengenai usia dari para tenaga kerja ini, ada yang menyebutkan di atas 17
tahun ada pula yang menyebutkan di atas 20 tahun, bahkan ada yang
menyebutkan di atas 7 tahun karena anak-anak jalanan sudah termasuk tenaga
kerja.
Seorang ahli ekonomi terkenal dari Skotlandia yang hidup sekitar abad 18,
pernah menulis sebuah buku yang sangat terkenal dalam dunia ekonomi yang
berjudul “The Wealth Of Nation” (1776). Dalam buku ini ia menyatakan bahwa
kemajuan manusia dan tatanan sosial suatu masyarakat akan tercipta apabila
setiap individu yang ada di dalamnya mengejar kepentingannya sendiri-sendiri.
Adam Smith percaya bahwa sikap individualistis yang dipicu oleh kepentingan
pribadi akan menciptakan tatanan dan kemajuan. Ia menyatakan bahwa untuk
memperoleh uang manusia atau produsen akan memperoleh barang dan jasa
tertentu. Sedangkan konsumen akan membeli barang atau jasa yang paling
22
mereka butuhkan.Ketika produsen dan konsumen bertemu, maka terciptalah
pasar dan dengan terciptanya pasar maka terbentuklah pola produksi yang akan
menciptakan suatu keseimbangan social (Social harmoni) dan keseimbangan
sosial ini tercipta tanpa adanya campur tangan dari pemerintah.Tidak adanya
campur tangan dari pemerintah ini disebut tangan yang tak terlihat (invisible
hand). Smith menyatakan bahwa manusia adalah homo economicus yang selalu
ingin memuaskan dirinya sendiri.
2.3.1 Pengertian Tenaga Kerja
Menurut Dr. Payaman dikutip A.Hamzah (1990), tenaga kerja adalah (man
power) adalah produk yang sudah atau sedang bekerja. Atau sedang mencari
pekerjaan , serta yang sedang melaksanakan pekerjaan lain. Seperti bersekolah,
ibu rumah tangga. Secara praktis, tenaga kerja terdiri atas dua hal, yaitu
angkatan kerja dan bukan angkatan kerja: a) angkatan kerja (labour force)
terditi atas golongan yang bekerja dan golongan penganggur atau sedang
mencari kerja; b) kelompok yang bukan angkatan kerja terdiri atas golongan
yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan golonganlain lain
atau menerima penghasilan dari pihak lain, seperti pensiunan dll.
Menurut Suparmoko dan Icuk Ranggabawono (1992),tenaga kerja adalah
penduduk yang telah memasuki usia kerja dan memiliki pekerjaan, yang sedang
mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti sekolah, kuliah
dan mengurus rumah tangga.
23
2.3.2 Sumber Tenaga Kerja
Setelah perusahaan menetapkan karakteristik atau cirri-ciri karyawan yang
dibutuhkan dan jumlah masing-masing, maka perusahaan tersebut selanjutnya
akan berusaha untuk mendapatkan personalia tersebut, yaitu personalia yang
paling tepat baik dalam arti kualitas maupun dalam arti kuantitas. Adapun
sumber-sumber tenaga kerja itu meliputi:
1) Sumber intern artinya bahwa tenaga kerja yang akan dipekerjakan
tersebut diambil dari sumber intern yaitu menempatkan karyawan
diantara karyawan yang sudah ada. Pemanfaatan sumber intern ini
dilakukan dengan jalan menempatkan diantara karyawan yang
sudah ada pada jabatan yang kebetulan lowong atau suatu tugas
baru diadakan.
2) Menggunakan jasa karyawan/pegawai lama, suatu perusahaan
kadang-kadang memerlukan karyawan dari luar lingkungan
perusahaan, maka suatu cara yang praksis dan ekonomis adalah
dengan menggunakan jasa dari karyawan lama.Mereka dapat
diminta oleh perusahaan tempat mereka bekerja untuk menarik
teman, tetangga, saudara dari mereka untuk bekerja pada
perusahaan tersebut.
3) Melalui lembaga-lembaga pendidikan, suatu perusahan
membutuhkan karyawan baru yang membutuhkan syarat-syarat
pendidikan tertentu, misalnya sarjana muda atau sarjana dari
fakultas tertentu. Untuk mendapatkannya, ada perusahaan yang
24
langsung menghubungi lembaga-lembaga pendidikan tersebut. Ada
juga perusahaan yagn bertindak lanjut dengan memberikan ikatan
dinas atau beasiswa pada mahasiswa seperti Caltex, Pertamina,
Bank Indonesia dan sebagainya.
4) Mengambil dari perusahaan lain, ini biasanya dilakukan oleh
perusahaan yang baru bersisir, mereka lebih mengutamakan
karyawan yang sudah punya pengalaman dan biasanya diambil dari
perusahaan lain.
5) Mencari langsung ke tempat sumber tenaga kerja, ada juga
perusahaan yang dlaam mencari tenaga kerjanya mereka
mempunyai petugas-petugas khusus untuk datang ke tempat
sumpber tenaga dengan maksud untuk mempengaruhi penduduk
setempat agar suka bekerja pada suatu perusahaan tertentu.
6) Melaui advertansi, pada masa sekarang ini, banyak perusahaan
yang cenderung untuk menggunakan media advertensi dalam usaha
menarik karyawan , sebab dengan advertensi ini akan sampai ke
tempat yang luas sehingga memungkinkan untuk mendapatkan
karyawan yang paling baik.
7) Memanfaatkan kantor penempatan tenaga, sebenarnya kantor
penempatan tenaga kerja didirikan oleh pemerintah Indonesia
dengan maksud sebagaio tempat penyaluran tenaga-tenaga kerja
yang masih menganggur. Kantor penempatn tenaga kerja menerima
pendaftaran dari mereka yang membutuhkan pekerjaan. Kantor
25
penempatan tenaga kerja akan mencatat nama, alamat, umur,
pendidikan, pengalaman dan sebagainya dari pelamar tersebut.
Maka kantor akan menghubungi kembali si pelamar jika ada
perusahaan yang minta karyawan sesuai dengan data si pelamar
tesebut.
8) Seleksi adalah kegiatan suatu perusahaan untuk dapat memilih
karyawan yang palinmg tepat dan dalam jumlah yang tepat pula
dari calon-calon yang dapat ditariknya. Untuk dapat memilih
karyawan yang paling tepat dan dalam jumlah yang tepat pula,
maka diperlukan suatu metode seleksi yang tepat pula.
Setiap perusahaan harus dapat melakukan seleksi secara efeksif dan
efisien, dengan demikian metode seleksi yang dilaksanakan tersebut harus
dapat memilih atau menetapkan karyawan yagn paling tepat. Meskipun
demikian amsalah efisiensi dalam pelaksanaan metode seleksipun perlu
diperhatikan. Efisiensi disini adalah dalam arti pengorbanan uang, energi,
waktu dan sebagainya.
2.3.3 Manajemen Tenaga Kerja
Manajemen sebagai suatu seni dan ilmu dan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pemotivasian, dan pengendalian terhadap orang
dan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan yang telah ditetaapkan. Telah
dikemukakn bahwa defenisi tersebut mengandung beberapa unsur, yakni unsur
sifat, fungsi, sasaran dan tujuan. Keempat unsur tersebut merupakan rangkaian
yang tidak bisa dipisahkan dan menjadi ciri khas manajemen.
26
Manajemen tenaga kerja adalah salah satu bidang manajemen seperti
manajemen produksi, manajemen pemasaran, manajemen keuangan, dan
manajemen perkantoran. Manajemn tenaga kerja mengkhususkan diri tentang
ihwal yang berhubungan dengan faktor produksi manusia dengan segala
aktivitasnya, baik dalam usaha perorangan, badan usaha, perusahaan, lembaga
maupun instansi, sehingga tenaga kerja tersebut dapat berdaya guna dan
berhasil guna.
Tenaga kerja merupakan istilah yang identik dengan istilah personalia,
didalamnya meliputi buruh, karyawan, dan pegawai. Secara deskriptif
perbedaan antara buruh, karyawan, dan pegawai adalah:
a) Buruh
Buruh adalah mereka yang bekerja pada usaha perorangan dan diberikan
imbalan kerja secara harian maupun borongan sesuai dengan kesepakatan
kedua belah pihak, baik lisan maupun tertulis, yang biasanya imbalan kerja
tersebut diberikan secara harian.
b) Karyawan
Karyawan adalah mereka yang bekerja pada suatu badan usaha atau
perusahaan, baik swasta maupun pemerintah, dan diberikan imbalan kerja
seuai dengan peraturan perundang-udangan yang berlaku, baik yang
bersifat harian, mingguan, maupun bulanan yang biasanya imbalan tersebut
diberikan secara mingguan.
27
c) Pegawai (pegawai negeri)
Pegawai adalah mereka yang telah memenuhi syarat tyang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku,
diangkatoleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas jabatan negeri
atau tugas negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-
undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Manajemen tenaga kerja merupakan pendayagunaan,
pembinaan,pengaturan, pengurusan, pengembangan unsur tenag kerja, baik
yang berstatus sebagai buruh, karyawan, maupun pegawai dengan segala
kegiatannya dalam usaha mencapai hasil guna dan daya guna sebesar-besarnya,
sesuai dengan harapan usaha perseorangan, badan usaha, perusahaan, lembaga,
maupun instansi.
Tingkat efektivitas tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh pembinaan,
pengaturan, pengurusan, dan pengembangan yang dilakukan oleh manajemen
tenag kerja, karena manajeme tenaga kerja memilik tanggung jawab langsung
terhadap pembinaan tenaga kerja yang menjadi bawahannya. Dengan demikian,
manajemen tenaga kerja memiliki tanggung jawab besar terhadap efektivitas
kerja. Seorang manajer tenaga kerja memerlukan kelihaian dalam menyelami
keinginan tenaga kerja yang menjadi bawahan dan tanggung jawabnya.
Pendekata psikologis perlu dilakukan menajer tenaga kerja agar hasilnya
produktif.
28
2.4 Rumput Laut
Rumput laut merupakan salah satu komoditi sub-sektor perikanan yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi karena menghasilkan alginat, agar-agar dan
karaginan. Alginat, agar-agar dan karaginan mempunyai tingkat kegunaan
tinggi dalam berbagai bidang, seperti industri makanan, farmasi, dan kosmetik.
Seiring dengan berkembangnya industri tersebut, menyebabkan permintaan
rumput laut terus meningkat baik untuk keperluan dalam negeri maupun ekspor.
Secara ekonomi rumput laut dapat memberikan sumbangan devisa bagi negara
dan meningkatkan pendapatan nasional. Di samping itu budidaya rumput laut
ternyata mampu mengubah tingkat sosial - ekonomi masyarakat pantai dan
meningkatkan pendapatan serta dapat melindungi sumberdaya pesisir melalui
pengalihan kegiatan yang dapat merusak lingkungan misalnya pengambilan
karang dan penggunaan bahan peledak untuk penangkapan ikan (Madeali et al.
1999).
Perairan Indonesia memiliki sumberdaya plasma nutfah rumput laut kurang
lebih 555 jenis (Basmal 2001). Beberapa jenis rumput laut tersebut telah
mampu dikembangkan untuk dimanfaatkan dalam berbagai bidang industri.
Rumput laut yang dikembangkan di Kabupaten Bantaeng adalah jenis
K.alvarezii. Jenis ini mempunyai nilai ekonomis penting karena merupakan
penghasil karaginan. Dalam dunia industri dan perdagangan, karaginan
mempunyai manfaat yang sama dengan agar-agar dan alginat, yakni digunakan
sebagai bahan baku untuk industri farmasi, kosmetik, makanan dan lain-lain
(Mubarak et al. 1990).
29
Rumput laut adalah komoditas unggulan pada kegiatan revitalisasi
perikanan dan kelautan yang mempunyai pasar prospektif. Permintaan dunia
yang cukup tinggi menyebabkan hasil produksi yang berasal dari alam tidak
mencukupi, sehingga harus dilakukan upaya budidaya.
Salah satu jenis rumput laut yang bernilai ekonomi dan mempunyai
peluang pasar adalah genus Eucheuma terutama jenis Eucheuma cottonii
(Kappaphycus alvarezii). Jenis ini mempunyai nilai ekonomis penting karena
penghasil karaginan. Dalam dunia industri dan perdagangan karaginan
mempunyai manfaat yang sama dengan agar-agar dan alginat, karaginan dapat
digunakan sebagai bahan baku untuk industri farmasi, kosmetik, makanan dan
lain-lain (Mubarak dkk., 1990 ; Meiyana dkk.,2001).
Rumput laut (seaweed) adalah komoditas perikanan dan kelautan yang
dapat dipergunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi rakyat, memiliki
nilai ekonomi yang tinggi (high value commodity), spektrum penggunaannya
sangat luas, daya serap tenaga kerja yang tinggi dengan mampu melibatkan
partisipasi aktif masyarakat secara massal, teknologi budidaya yang mudah,
masa tanam relatif pendek (hanya 45 hari) dan biaya unit per produksi relatif
murah serta menghasilkan keuntungan yang relatif besar dan komoditas ini
belum memiliki kuota, baik di pasar domestik maupun internasional (Nurdjana.,
2006)
Menurut Undang Undang No. 27 Tahun 2007, disebutkan bahwa Wilayah
Pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang
dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Defenisi lain dikemukanan
30
bahwa, wilayah pesisir adalah wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Dari
daratan, batasnya meliputi daerah-daerah yang tergenang air dan yang tidak
tergenang tetapi masih dipengaruhi proses-proses laut seperti pasang surut,
angin laut dan intrusi air laut. Adapun batas di laut berupa daerah-daerah yang
dipengaruhi proses-proses laut seperti sedimentasi dan mengalirnya air tawar ke
laut, serta daerah-daerah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia
di daratan (Bengen 2004).
Demikian juga menurut Carter (1988) dalam Haslett (2000) bahwa wilayah
pesisir adalah area arah ke darat yang masih dipengaruhi laut dan batas ke arah
laut yang masih dipengaruhi daratan serta menurut Beatley et al. (1994) dalam
Dahuri (2001) yang menyatakan bahwa wilayah pesisir didefinisikan sebagai
wilayah peralihan antara laut dan daratan, ke arah darat mencakup daerah yang
masih terkena pengaruh percikan air laut atau pasang surut dan ke arah laut
meliputi daerah paparan benua (continental shelf). Kay dan Alder (2005)
melaporkan bahwa ada beberapa definisi yang digunakan oleh berbagai
organisasi/pemerintahan internasional dan nasional, yanng secara garis besar
dapat dipilah dalam dua kecenderungan, yaitu: definisi berdasarkan pendekatan
biofisika dan definisi berdasarkan pendekatan kebijakan.
Ditinjau dari berbagai macam peruntukannya, wilayah pesisir merupakan
wilayah yang sangat produktif (Supriharyono 2000). Menurut Rokhmin (2001),
Sumberdaya pesisir berperan penting dalam mendukung pembangunan
ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan penerimaan devisa, lapangan
kerja, dan pendapatan penduduk. Sumberdaya pesisir tersebut mempunyai
31
keunggulan komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka
ragam serta dapat dimanfaatkan dengan biaya eksploitasi yang relatif murah
sehingga mampu menciptakan kapasitas penawaran yang kompetitif. Di sisi
lain, kebutuhan pasar masih terbuka sangat besar karena kecenderungan
permintaan pasar global yang terus meningkat. Kekayaan sumberdaya tersebut
mendorong berbagai pihak terkait (stakeholders) seperti instansi pemerintah,
dunia usaha dan masyarakat untuk meregulasi dan memanfaatkannya. Masing-
masing pihak terkait tersebut menyusun perencanaannya tanpa
mempertimbangkan perencanaan yang disusun pihak lain. Perbedaan fokus
rencana tersebut memicu kompetisi pemanfaatan dan tumpang tindih
perencanaan yang bermuara pada konflik pengelolaan. Bila konflik ini
berlangsung terus akan mengurangi efektivitas pengelolaannya sehingga
sumberdaya pesisir akan mengalami degradasi biofisik.
2.4.1 Pengertian Rumput Laut
Rumput laut dalam dunia ilmu pengetahuan lebih dikenal dengan sebutan
ganggang atau algae yaitu jenis tanaman yang sederhana atau tingkatrendah,
karena tanaman ini tidak mempunyai akar, batang, daun, dan bungayang
khusus.
Budidaya rumput laut adalah salah satu bentuk kegiatan budidaya pantai
yang produktif. Budidaya rumput laut berarti satu kegiatan dimasukkannya
bibit rumput laut ke dalam air di lokasi budidaya dengan berbagai metode.
Metode budidaya rumput laut dapat dilakukan dengan metode lepas dasar atau
pancang dan metode rakit apung. Penerapan metode budidaya sangat
32
tergantung pada kondisi wilayah perairan dimana budidaya tersebut dilakukan.
Jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan oleh petani saat ini adalah
Eucheuma dan Gracilaria sp (Hidayat, 1990). Jenis rumput laut yang
dibudidayakan dipantai adalah jenis Eucheuma cottoni sp.sedangkan jenis
Gracilaria sp dibudidayakan ditambak (Jamal, 1992).
2.4.2 Jenis Rumput Laut
a) Jenis Eucheuma pada umumnya hidup menempel pada dasar
perairankarang, air laut tempat tumbuhnya, biasanya sekitar 30 ppt atau
lebih dantidak berlumpur.
b) Jenis Graciliaria dapat ditanam di perairan yang berlumpur dan
salinitasantara 20-30 ppt dan dapat hidup di perairan pantai dengan
salinitaskurang dari 30 ppt
2.4.3 Manfaat Pembudidayaan Rumput Laut
1) Meningkatkan produksi yang sekaligus akan meningkatkan pendapatan
nelayan.
2) Menjamin adanya kesinambungan hasil yang pasti sehingga
dapatmemperlancar penyediaan bahan baku bagi usaha atau industri
pengolahan selanjutnya.
3) Meningkatkan mutu dengan cara pengolahan yang lebih baik.
4) Meningkatkan kebutuhan masyarakat akan gizi.
5) Menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat (terutama yang
tinggaldi daerah pantai).
33
6) Mempertahankan kelestarian sumber daya hayati
perairang)Meningkatkan devisa negara dari hasil ekspor yang dapat
dilakukan.
2.5 Kerangka Pikir
Dalam kerangka pemikiran perlu dijelaskan secara teoritis antara variabel
bebas dan variabel terikat. Berdasarkan pada uraian sebelumnya maka kerangka
pemikiran peneliti dalam penelitian ini adalah peningkatan produksi budidaya
rumput laut (sebagai variabel terikat), yang dipengaruhi oleh modal usaha dan
tenaga kerja, (sebagai variabel bebas).
Faktor modal usaha masuk kedalam penelitian karena secara teoritis modal
usaha mempengaruhi tenaga kerja. Peningkatan dalam modal usaha akan
mempengaruhi peningkatan jumlah tenaga kerja. Peningkatan dalam modal
usaha akan mempengaruhi peningkatan jumlah rumput laut sehingga akan
meningkatkan produksi budidaya rumput laut. Modal usah adalah yang
digunakan pembudidaya rumput laut untuk membudidayakan rumput laut.
Dengan demikian kerangka pikir penelitian hubungan antara modal usaha,
tenaga kerja terhadap peningkatan produksi rumput laut di Kabupaten
Bantaeng dapat digambarkan sebagai berikut :
34
Gambar 2.1. Kerangka pikir penelitian
2.6 Hipotesis
Berdasarkan permasalahan pokok dan tinjauan pustaka diatas, maka dapat
dibuat hipotesis sebagai berikut.
1. Diduga bahwa modal usaha dan tenaga kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap peningkatan produksi rumput laut di kabupaten
Bantaeng.
2. Diduga bahwa modal usaha berpengaruh dominan terhadap peningkatan
produksi rumput laut di kabupaten Bantaeng.
3. Diduga bahwa produksi rumput laut layak di kembangkan di Kabupaten
Bantaeng.
X1Modal Usaha
YProduksi
Rumput Laut
X2Tenaga Kerja
35
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian adalah di Desa Rappoa Kecamatan Pa’jukukang
Kabupaten Bantaeng, pada kelompok Budidaya rumput laut Abulosibatang
penelitian ini dilaksanakan kurang lebih 2 (dua) bulan, dilakukan pada bulan
Mei sampai Juni 2016. Lokasi ini dipilih secara sengaja (Purposive) dengan
pertimbangan bahwa daerah tersebut penduduknya sebagian besar adalah
pembudidaya rumput laut.
3.2 Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif
korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, yakni
mendekskripsikan mengenai hubungan modal usaha dan tenaga kerja terhadap
peningkatan produksi rumput laut di Kabupaten Bantaeng Kecamatan
Pa’jukukkang Desa rappoa.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap berbagai kegiatan dan
keadaan di lokasi penelitian yang terkait dengan tujuan penelitian.
2. Dokumentasi yang didasarkan pada Badan Pusat Statistik (BPS) yang
ada di Kabupaten Bantaeng.
35
36
3. Studi Pustaka, yaitu mengumpulkan data dengan studi dokumentasi
yang relevan dengan penelitian.
3.4 Jenis dan Sumber Data
3.4.1 Sumber Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi data primer data dan
sekunder, dengan jenis data sebagai berikut :
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan melalui
wawancara dengan responden menggunakan kuisioner dan pengamatan
(observasi) langsung di lapangan.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait
dengan masalah dan obyek yang diteliti.
3.4.2 Jenis Data
Metode analisis utama yang digunakan adalah analisis data kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif analitiknya melalui penafsiran dan pemahaman
(interpretative understanding). Pengertian kualitatif di sini bermakna bahwa
data yang disajikan berwujud kata-kata ke dalam bentuk teks yang diperluas
(Miles dan Huberman, 1992). Dalam penelitian ini, data hasil wawancara dan
pengamatan ditulis dalam suatu catatan lapangan yang terinci, data dari catatan
lapangan inilah yang dianalisis secara kualitatif. Untuk memperoleh data yang
akurat, maka peneliti membuat catatan lapangan yang selanjutnya
disederhanakan/disempurnakan dan diberi kode data dan masalah. Pengkodean
data dilakukan berdasarkan hasil kritik yang dilakukan, data yang sesuai
dipisahkan dengan kode tertentu dari data yang tidak sesuai dengan masalah
37
penelitian atau data yang diragukan kebenarannya. Data yang diperoleh
dianalisis secara komponensial (componetial analysis) dengan melalui tiga
tahap.
Sementara untuk data kuantitatif digunakan untuk menunjang data
deskriptif yang dianggap perlu dan interpretasi makna yang diperoleh melalui
analisis kualitatif. Data kuantitatif yang dikumpulkan, kemudian dianalisis
berdasarkan distribusi frekuensi. Penggunaan data kuantitatif sebagai data
pendukung pada bagian-bagian tertentu sangat dimungkinkan untuk
memperkuat analisis kualitatif (Saefullah, 1992).
3.5 Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini yaitu sebesar 100 rumah tangga petani (Dinas
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bantaeng, 2015). Pengambilan sampel dengan
menggunakan sampel acak yang dilakukan untuk mempermudah suatu penelitian
dalam pengambilan dan pengumpulan informasi yang dibutuhkan. Menurut. Gay
dan Diehl, 1992 dalam Heryati, 2011 dikutip bahwa untuk penelitan deskriptif
ukuran populasi yang diatas 1000, sampel sekitar 10% sudah cukup, tetapi jika
ukuran populasinya sekitar 100 maka jumlah sampel yang harus diambil agar
hasilnya mewakili populasi yaitu paling sedikit 30%, dan kalau ukuran
populasinya 30 , maka sampelnya harus 100%.
3.6 Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi
linier berganda yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh modal usaha dan
38
tenaga kerja terhadap peningkatan produksi rumput laut di Kabupaten
Bantaeng, metode regresi linier berganda dapat di rumuskan sebagai berikut.
Y = b0 + b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6
Y = Peningkatan produksi
X1 = Modal Usaha
X2 = Tenaga Kerja
β0 = Intercept
βi = Koefisien regresi modal
β2 = Koefisien regresi Tenaga kerja
μ = Error term (kesalahan pengganggu)
3.7 Definisi Operasional
1. Peningkatan produksi budidaya rumput laut adalah peningkatan yang
diperoleh dari hasil penjualan rumput laut setelah dikurangi modal kerja
perpanen.
2. Modal kerja adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pembudidaya
dalam memperoleh hasilnya. Biaya-biaya itu terdiri dari : bibit rumput
laut, bahan bakar (solar), bentangan (tali), dll.
3. Tenaga kerja adalah banyaknya jumlah waktu yang digunakan untuk
bekerja dalam membudidayakan rumput laut.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi umum Kabupaten Bantaeng4.1.1 Letak geografis dan topografi
Secara geografis Kabupaten Bantaeng terletak pada titik 5021’23”-5035’26”
lintang selatan dan 119051’42”- 12005’26” bujur timur. Berjarak 125 km ke arah
Selatan dari ibu kota Provinsi Sulawesi-Selatan. Dengan batas-batas administrasi :
Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Jeneponto
Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba
Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Bulukumba
Sebelah selatan berbatasan dengan laut Flores
Gambar 4.1 Peta Kab.BantaengSumber Data Primer: data BPS Kab.Bantaeng 2016
Luas wilayahnya mencapai 395,83 km2 atau 39.583 Ha yang dirinci
berdasarkan lahan sawah mencapai 7.253 Ha dan lahan kering mencapai 32.330
Ha.. Kabupaten bantaeng terletak di daerah pantai yang memanjang pada bagian
40
barat dan timur sepanjang 21,5 km yang cukup potensial untuk perkembangan
perikanan khususnya rumput laut.
Wilayah administrasi kabupaten bantaeng terbagi menjadi 8 wilayah
kecamatan, luas daratan masing-masing kecamatan, yaitu Bissappu (32,84 km2),
Uluere (67,29 km2), Sinoa (43 km2), Bantaeng (28,85 km2), Eremerasa (45,01
km2), Tompobulu (76,99 km2), Pa’jukukang (48,8 km2), dan Gantarangkek (52,95
km2).
Gambar 4.2 Luas Wilayah Menurut kecamatan di Kab.Bantaeng (km2)Sumber Data Primer: data BPS Kab.Bantaeng 2016
Berdasarkan elevasi (ketinggian dari permukaan laut), dataran di
Kabupaten Bantaeng terdiri dari:25 – 100 37,5%100 500 12,5%300 500 12,5%500 1000 37,5%4.1.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Bantaeng
Penduduk Kabupaten Bantaeng kurang lebih 183.386 jiwa dengan rincian
88.490 jiwa laki-laki dan perempuan 94.896 jiwa. Kepdatan penduduk di
41
Kabupaten bantaeng tahun 2015 mencapai 463 jiwa/km2, yang berarti bahwa
dalam satu km2 dihuni oleh 463 penduduk. Kepadatan penduduk di 8 Kecamatan
cukup beragam, dan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Kecamatan
bantaeng dengan kepdatan penduduk sebesar 1.321 jiwa/ km2 dan terendah di
Kecamatan Uluere sebesar 167 jiwa/ km2.
Berdasarkan kelompok umur, jumlah penduduk Kabupaten Bantaeng
tertinggi berada pada kelompok umur 10-14 tahu yaitu sebanyak 17.815 jiwa dan
terendah berada pada kelompok umur 70-74 tahun yaitu sebanyak 2.769 jiwa.
4.2 Kondisi umum Kecamatan Pa’jukukang Desa Rappo’a
Kecamatan Pa’jukukang merupakan salah satu dari 8 kecamatan yang ada
di kabupaten Bantaeng . Terletak pada posisi antara 05033’30” Lintang Selatan
dan 120001’08” Bujur Timur. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores ,
sebelah timur berbatasan Kecamatan Eremerasa, dan sebelah utara berbatasan
dengan Kabupaten Bulukumba.
Gambar 4.2 Peta Kec. Pa’jukukangSumber Data Primer: data BPS Kab.Bantaeng 2016
42
Luas Wilayah Kecamatan Pa’jukukang kurang lebih 12,35 persen dari luas
total Kabupaten Bantaeng, yang memiliki 10 desa dan 8 desa termasuk desa
yang berbatasan dengan pantai dan 2 desa tidak berbatasan dengan pantai. Salah
satu desa dari kecamatan Pa’jukukang adalah desa Rappoa.
Desa Rappoa merupakan salah satu desa yang berbatasan dengan pantai
dan hampir sebagian besar penduduknya berbudidaya rumput laut. Adapun jumlah
penduduk di desa Rappoa berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat di lihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa RappoaKec. Pa’jukukang, Kab. Bantaeng
No. Jenis kelamin Jumlah (jiwa)
1 Laki-laki 804
2 Perempuan 841
Jumlah 1645
Sumber Data Primer: Profil Desa Rappoa 2016
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk
dengan jenis kelamin laki-laki yaitu 804 jiwa, sedangkan perempuan yaitu 841
jiwa. Ini menunjukkan bahwa di desa Rappoa didominasi oleh kaum perempuan.
Adapun jumlah penduduk berdasarkan umur dapat di lihat pada tabel 4.2
dibawah ini.
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur di Desa RappoaKec.Pa’jukukang, Kab. Bantaeng
No. Kelompok umur Laki-laki Perempuan
1 0-12 Bulan 35 38
2 1-6 Tahun 89 85
43
3 7-16 Tahun 101 35
4 17-25 Tahun 151 114
5 26-55 Tahun 364 467
5 56 Tahun 64 102
Jumlah 804 841
Sumber Data Primer: Profil Desa Rappoa 2016
Tabel 4.2. menunjukkan bahwa kelompok umur jenis kelamin laki-laki
terbanyak adalah 26-55 tahun yaitu 364 dan terkecil jumlahnya umur di bawah 1
tahun yaitu 35. Jenis kelamin perempuan terbanyak adalah umur 26-55 tahun
yaitu 467 jiwa dan terkecil adalah umur di bawah 1 tahun yaitu 38 jiwa.
Jika dilihat dari tingkat pendidikan penduduk di desa Rappoa sangat
bervariatif. Dimulai dari tingkat SD sampai pada Sarjana. Pendidikan menjadi
parameter yang sangat signifikan dalam mempengaruhi perkembangan usaha
budidaya rumput laut khususnya di desa Rappoa baik itu menyangkut dengan
kemampuan para petani budidaya dalam menggunakan berbagai macam teknologi
yang mendukung serta meningkatkan keterampilan usahanya. Pada tabel 4.3 dapat
dilihat jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di bawah ini:
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan tingkat pendidikan di DesaRappoa Kec.Pa’jukukang, Kab. Bantaeng
No. Tingkat pendidikan Banyaknya penduduk
(jiwa)
1 Belum sekolah 185
2 Tidak sekolah 123
3 Tamat SD 219
4 Tidak tamat SD 243
5 Tamat SMP 214
44
6 Tidak Tamat SMP 83
7 Tamat SMA 148
8 Tidak Tamat SMA 118
9 Perguruan tinggi 312
Sumber Data Peimer: Profil Desa Rappoa 2016
Pada tabel 4.3. diatas dapat di lihat bahwa pada umumnya pendidikan di
desa Rappoa untuk tingkat perguruan tinggi paling tinggi sebanyak 312 jiwa,
namun banyak juga penduduknya yang tidak tamat SD yaitu sebanyak 213 jiwa
dan yang tidak melanjutkan sekolah sebanyak 123 jiwa. Untuk penduduk yang
tamat SD,SMP, dan SMA berturut-turut yaitu sebanyak 219,214, dan 148 jiwa.
Sedangkan penduduk yang tidak tamat SD,SMP, dan SMA berturut-turut adalah
243, 83, dan 118 jiwa.
4.3 Analisis Deskriptif Data
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 responden dengan
menggunakan kuesioner dalam penelitian ini, diperoleh data-data tentang
budidaya usaha rumput laut studi kasus pada kelompok budidaya rumput laut
Abbulo Sibatang Desa Rappoa .
Data-data tersebut antara lain mengenai modal, tenaga kerja dan produksi
rumput laut itu sendiri ditambah dengan data tentang kelompok umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, guna memperjelas deskripsi mengenai budidaya
usaha rumput laut di desa Rappoa. Data-data yang ditampilkan pada penelitian ini
antara lain sebagai berikut:
45
4.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Umur adalah salah satu penentu utama bagi petani rumput laut dalam
meningkatkan dan mengembangkan usahataninya. Petani rumput laut yang masih
muda memiliki fisik yang lebih kuat dan lebih produktif dibanding petani yang
umurnya lebih tua. Meskipun pada dasarnya petani yang berumur lebih tua
memiliki daya pikir yang lebih matang karena dengan banyaknya pengalaman
yang telah didapatkannya dibandingkan petani yang masih muda umurnya.
Yang dimaksud umur disini yaitu umur responden pada saat penelitian
dilakukan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah 4.4 berikut ini :
Tabel 4.4 Distribusi Petani Budidaya Usaha Rumput Laut Menurut Umur
Kelas Kelompok umur(dalam tahun)
Frekuensi Persentase (%)
1 21-30 5 16,67
2 31-40 12 40,00
3 41-50 9 30,00
4 51-60 3 10,00
5 >60 1 3,33
Jumlah 30 100,00
Sumber: Data Primer yang diolah, tahun 2016
Dari tabel 4.4 di atas telah diperoleh gambaran bahwa dari 30 responden
dalam penelitian ini jumlah responden terbanyak berasal pada usia 31-40 tahun
yaitu berkisar 40 % dari seluruh responden petani. umur petani rumput laut yang
berada pada interval 21-30 tahun sebanyak 5 orang atau berkisar 16,67% . Petani
yang berumur antara 41-50 tahun sebanyak 9 orang atau berkisar 30 %.
Sedangkan petani yang berumur 51-60 tahun hanya terdapat 3 orang atau
berkisar 10 %. Paling sedikit berada pada umur diatas 60 tahun yaitu 1 orang atau
46
berkisar 3,33% dari seluruh responden petani. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.4. Distribusi Petani Budidaya UsahaRumput Laut Menurut Umur
4.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan responden adalah jumlah tahun responden mengikuti
pendidikan formal mulai dari pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggi.
Untuk lebih rinci data tersebut telah disajikan pada tabel 4.5 sebagai berikut:
Tabel 4.5 Distribusi Petani Budidaya Usaha Rumput Laut MenurutTingkat PendidikanNo Tingkat
pendidikanFrekuensi Persesntase
(%)1 SD 9 30.002 SMP 6 20.003 SMA 13 43.334 DIPLOMA 0 0.005 STRATA 1 (S1) 2 6.67
Total 30 100%Sumber : data primer yang diolah, tahun 2016
Tingkat pendidikan petani rumput laut paling banyak berada pada tingkat
pendidikan SMA hal ini dapat di lihat pada tabel 4.5 yaitu sebanyak 13 orang atau
berkisar 43.33 % dari keseluruhan responden. Untuk tingkat pendidikan SD
terdapat 9 orang atau berkisar 30.00 % sedangkan untuk tingkat SMP terdapat 6
21-3017%
31-4040%
41-5030%
51-6010%
>603%
Distribusi Petani Budidaya Usaha RumputLaut Menurut Umur
47
orang atau berkisar 20.00% dari jumlah keseluruhan responden. Meskipun pada
tingkat Diploma tidak terdapat petani yang berada pada tingkat pendidikan
tersebut tetapi ada petani yang memiliki tingkat pendidikan Strata satu yaitu 2
orang atau berkisar 6.67%. hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani
rumput laut sudah mulai bervariasi dan mulai meningkat sehingga dapat
menunjang dalam pengembangan budidaya usaha rumput laut .
Gambar 4.5. Distribusi Petani Budidaya UsahaRumput Laut Menurut Umur
4.3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah orang yang dipekerjakan oleh petani untuk ikut
terlibat dalam pengelolahan budidaya rumput laut. Tenaga kerja yang digunakan
adalah tenaga kerja yang berasal dari keluarga maupun dari luar keluarga. Jumlah
tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh luasa lahan yang dimiliki oleh petani
budidaya usaha rumput laut dalam arti bahwa semakin luasa area lahan yang
dimiliki oleh petani rumput laut maka kecenderungan semakin banyak
menggunakan tenaga kerja yang dibutuhkan. Lingkup pekerjaannya mulai dari
SD30%
SMP20%
SMA43%
DIPLOMA0%
STRATA 17%
Distribusi Petani Budidaya Usaha Rumput Laut
Menurut Tingkat Pendidikan
48
tahap persiapan hingga pasca panen. Pada tabel 1.6 di bawah ini akan diuraikan
secara rinci jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh 30 responden dalam
penelitian ini.
Tabel 4.6 Distribusi Petani Budidaya Usaha Rumput Laut MenurutTenaga KerjaKelas Tenaga Kerja
(orang)Frekuensi Persesntase
(%)1 1-5 3 102 6-10 10 33,333 11-15 11 36,674 16-20 6 20
Total 30 100%
Sumber data : Data Primer yang diolah, tahun 2016
Dari tabel 4.6 di atas telah tampak bahwa kecenderungan tenaga kerja
yang dibutuhkan paling banyak berada pada interval 11-15 yaitu sebanyak 11
responden atau sebesar 36,67 %. Sedangkan yang menggunakan tenaga kerja
antara 6-10 orang yaitu sebanyak 10 orang atau sebesar 33,33%. Untuk tenaga
kerja yang paling sedikit berada pada interval 1-5 orang sebanyak 3 responden
atau sebesar 10% dan yang menggunakan tenaga kerja antara 16-20 sebanyak 6
responden atau sebesar 20%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di
bawah ini.
Gambar 4.6 distribusi petani budidaya usaha rumput lautmenurut tingkat pendidikan
3
10 11
6
0
5
10
15
0-5 orang 6-10 orang 11-15 orang 16-20 orang
Distribusi Petani Budidaya Usaha RumputLaut Menurut Tingkat Pendidikan
49
4.3.4 Karekteristik Responden berdasarkan jumlah modal
Modal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh pembudidaya dalam memperoleh hasilnya. Biaya-biaya tersebut
terdiri dari bibit rumput laut, bahan bakar (solar atau bensin), bentangan (tali) dan
lainnya.
Tabel 4.6 Distribusi Petani Budidaya Usaha Rumput Laut MenurutTenaga KerjaKelas Modal (Rp) Frekuensi Persesntase
(%)1 1.000.000-2.000.000 10 33,332 2.000.001-3.000.000 7 23,343 3.000.001-4.000.000 10 33,334 4.000.001-5.000.000 3 10
Total 30 100%
Dari tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa dari 30 responden penelitian ini
jumlah responden terbanyak yang mempunyai modal dalam satu kali masa tanam
rumput laut adalah 1.000.000-2.000.001 dan 3.000.000-4.000.001 yaitu masing-
masing 10 responden atau sebesar 10 %. Untuk responden yang menggunakan
modal antara 2.000.001-3.000.000 yaitu 7 responden atau sebesar 23,34%. Dan
yang menggunakan modal antara 4.000.001-5.000.000 hanya sebanyak 3
responden atau sebesar 10%.
50
10
7
10
302468
1012
Distribusi Petani Budidaya Usaha Rumput LautMenurut Tingkat Pendidikan
Gambar 4.7. Distribusi Petani Budidaya Usaha Rumput LautMenurut Tingkat Pendidikan
4.3.5 Karekteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Produksi
Rumput Laut
Produksi yang dimaksud adalah nilai bersih atau keuntungan petani
rumput laut dari hasil penjualan rumput laut dalam satu periode tanam yaitu antara
30-40 hari. Biaya yang dikeluarkan petani rumput laut yaitu mulai dari tahap
persiapan samapai pada pasca panen, biaya tersebut sudah termasuk upah tenaga
kerja dan biaya-biaya lainnya.
Tabel 4.7 karekteristik responden menurut produksi rumput laut diresponden menurut pendapatan produksi rumput laut di desa Rappoa
Kelas Pendapatan Produksi
(Rp)
Frekuensi Persentase (%)
1 <1.000.000 6 20
2 1.000.001-2.000.000 7 23,33
3 2.000.001-3.000.000 12 40
4 3.000.001-4.000.000 5 16,67
Total 30 100%
51
Dari tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa pendapatan produksi rumput laut
paling banyak berada diantara 2.000.001-3.000.000 yaitu sebanyak 12 responden
atau sebesar 40 % dari jumlah responden yang ada. Untuk petani yang mencapai
pendapatan antara 1.000.001-2.000.000 sebanyak 7 responden atau 23,33%.
Petani yang mendapatkan pendapatan kurang dari 1.000.000 sebanyak 6
responden atau sebesar 20%. Sedangkan responden yang mendapatkan
pendapatan antara 3.000.001-4.000.000 sebanyak 5 responden atau sebesar
16,67%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Gambar 4.8. Distribusi Petani Budidaya Usaha Rumput LautMenurut Tingkat Pendidikan
6 7
12
5
02468
101214
Resp
onde
n
jumlah produksi rumput laut
Distribusi Petani Budidaya Usaha Rumput Laut Menurutproduksi rumput laut
52
4.4 Kegiatan Budidaya Usaha Rumput Laut
4.4.1 Pengadaan Bibit
bibit didapat dengan cara membeli atau juga dengan mengambil
sebahagian dari hasil panen rumput laut. Adapun kegiatan-kegiatan dalam proses
kerja budidaya rumput laut ( Eucheuma Cottonii ).
4.4.2 Pemeliharaan
Setelah tali ris/bentangan yang berisi ikatan rumput laut diikatkan pada tali
utama dan pemasangan pelampung telah selesai, maka dimulailah tahap proses
pemeliharaan. Proses pemeliharaan ini dilakukan setiap hari selama 45-50 hari.
Pada periode tahap pemeliharaan ini, berbagai macam kegiatan yang dilakukan
adalah:
a) Mengontrol kondisi lahan. Memasang kembali tali yang lepas karena
terkena arus.
b) Mengambil dan mengganti bibit rumput laut yang lepas atau rusak
dengan bibit yang baru.
c) Membersihkan rumput laut dari kotoran yang melekat. Karena kotoran
yang melekat mengganggu fotosintesis yang mengurangi produktivitas
rumput laut. Menyingkirkan gulma laut yang ada di dekat rumput laut.
Beberapa tanaman laut tidak memakan atau manjadi predator bagi
rumput laut akan tetapi mereka menjadi pesaing dalam menyerap
nutrisi.
53
4.4.3 Panen
Umur rumput laut sekitar 45- 50 hari sedangkan umur panen bibit sekitar
25-35 hari,metode panen bertahap, tergantung dari sistem penanaman, panen
secara bertahap langsung di angkat dengan tali bentangan kalau minimal 60
bentangan bisa di panen minggu ke 3, panen dengan tali bentangan di masukkan
ke dalam penampungan Pemanenan dilakukan dengan dengan cara melepas tali ris
dari ikatannya dari tali ris/bentangan, kemudian membawanya ke pantai dengan
media angkut perahu. Setelah sampai di pantai rumput laut di angkut dengan
tandu yang terbuat dari bambu.
Gambar 4.3. Kegiatan panen rumput laut (EucheumaCottonii) di Desa Rappoa
4.4.4 Pasca panen
Proses penanganan pasca panen Rumput laut di Desa Rappoa Kecamatan
Paj’ukukang Kabupaten Bantaeng bisa dibilang masih cukup minim proses
kegiatan paska panennya, dimana proses penanganan pasca panennya hanya
meliputi pencucian dengan air laut, penjemuran, pengsortiran, penimbangan,
pengemasan dan penjulan.
54
4.5 Analisis Produksi Budidaya Usaha Rumput Laut
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi budidaya usaha rumput laut
tetapi dalam penelitian ini variabel-variabel yang akan dianalisis adalah Y=
peningkatan produksi sebagai variabel dependen, diuji bivariat (pearson
correlation) secara satu persatu dengan variabel independen yaitu X1 = Modal
usaha dan X2 = Tenaga kerja. Hasil analisis bivariat yang berpengaruh antara
variabel dependen terhadap variabel independen (p < 0,050) nantinya akan
dianalisis secara bersama-sama untuk melihat variabel independen mana yang
paling signifikan atau erat kaitannya dengan variabel dependen.
Tabel 4.8 Deskripsi Produksi dan Faktor Produksi Rumput Laut di DesaRappoa
N Minimum Maximum Mean
X1= MODAL USAHA 30 1290636 4639868 2663213,60
X2= TENAGA KERJA 30 4 19 11,10
Y = PRODUKSI
RUMPUT LAUT
30 308364 3447030 2057526,40
Valid N (listwise) 30
Sumber: data diolah SPSS 20
Berdasarkan tabel 4.8 di atas jumlah sampel (N) sebanyak 30 responden
yang digunakan dalam penelitian ini. Nilai minimum variabel pendapatan adalah
308.364 dan nilai maksimum adalah 3.447.030, artinya pendapatan minimal
petani budidaya usaha rumput laut di desa Rappoa adalah sebesar Rp. 308.364 dan
pendapatan petani paling budidaya usaha rumput laut terbesar di desa Rappoa
adalah Rp.3.447.030 sedangkan besarnya nilai rata-rata pendapatan produksi
rumput laut di desa Rappoa adalah sebesar Rp.2.057.526.
55
Seperti tampak pada tabel 4.8 variabel-variabel penelitian yang akan
dianalisis yaitu Y= produksi rumput laut sebagai variabel dependen, di uji bivariat
(pearson correlation) secara satu persatu dengan variabel independen yaitu X1=
Modal Usaha dan X2 = Tenaga Kerja. Hasil analisis bivariat yang berpengaruh
antara variabel dependen terhadap variabel independen (p<0,050) nantinya akan
dianalisis secara bersama-sama untuk melihat sejauh mana variabel independen
mempengaruhhi variabel dependen
Pada tabel di bawah ini akan ditampilkan secara berturut-turut mengenai
analsis bivariat selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.9 Matriks Korelasi Variabel-variabel yang diestimasi
CorrelationsMODALUSAHA
TENAGAKERJA
PRODUKSIRUMPUTLAUT
MODAL USAHAPearson Correlation 1 ,978** ,867**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000N 30 30 30
TENAGA KERJAPearson Correlation ,978** 1 ,900**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000N 30 30 30
PRODUKSI RUMPUTLAUT
Pearson Correlation ,867** ,900** 1Sig. (2-tailed) ,000 ,000N 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel 4.9 diatas diketahui bahwa angka koefisien korelasi
variabel modal terhadap produksi rumput laut diketahui angka koefisien
korelasinya sebesar 0,867. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hubungan antara
besar korelasi variabel modal dan produksi rumput laut cukup kuat. Angka
koefisien korelasi hasilnya positif yaitu 0,867 maka korelasi kedua variabel
56
bersifat searah. Jika modal usaha bertambah, maka produksi rumput laut juga
akan bertambah dengan korelasi signifikan pada angka signifikan sebesar 0,01
dan mempunyai kemungkinan dua arah (2-tailed).
Pada koefisien korelasi variabel tenaga kerja terhadap produksi rumput
laut diketahui bahwa angka koefisien korelasinya sebesar 0,900. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara besar korelasi variabel tenaga kerja dan
produksi rumput laut sangat kuat. Angka koefisien korelasi hasilnya positif yaitu
0,900 maka korelasi kedua variabel bersifat searah. Jika tenaga kerja bertambah ,
maka produksi rumput laut juga akan bertambah dengan korelasi signifikan pada
angka signifikan sebesar 0,01 dan mempunyai kemungkinan dua arah (2-tailed).
Tabel 4.10 Produksi Rumput Laut Berdasarkan Modal Usaha di Desa
Rappoa Kec. Pa’jukukangNo Pendapatan Produksi
(Rp)
Rata-rata
Modal usaha
(Rp)
Sig.
1 <1.000.000 764.447,83 0,000
2 1.000.001-2.000.000 1.475.581,43
3 2.000.001-3.000.000 2.547.145,75
4 3.000.001-4.000.000 3.248.857,20
Sumber: data primer yang di olah, 2016
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat rata-rata modal usaha petani budidaya
usaha rumput laut berdasarkan kategori produksi adalah Rp.764.447 –
Rp.3.248.857. Petani yang mempunyai rata-rata modal usaha terkecil yaitu
Rp.764.447 menghasilkan produksi dibawah Rp.1.000.000, sedangkan rata-rata
modal usaha terbesar yaitu Rp.3.248.857 menghasilkan produksi 3.000.001-
57
4.000.000 dalam satu kali musim tanam. Ini berarti semakin banyak modal usaha
yang dimiliki petani maka semakin tinggi pula pendapatan produksinya. Dari hasil
uji statistik dengan menggunakan uji pearson correlation menjelaskan adanya
hubungan yang bermakna antara nilai produksi budidaya usaha rumput laut
dengan modal usaha yang dimiliki oleh petani rumput laut (0,000<0,050).
Tabel 4.11 Produksi Rumput Laut Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja diDesa Rappoa Kec. Pa’jukukangNo Pendapatan Produksi
(Rp)
Rata-rata
tenaga kerja
(orang)
Sig.
1 <1.000.000 5,5
0,0002 1.000.001-2.000.000 9,43
3 2.000.001-3.000.000 12,41
4 3.000.001-4.000.000 17
Sumber : data primer yang diolah, tahun 2016
Dalam hal jumlah tenaga kerja yang digunakan diantaranya meliputi tahap
mengikat bibit, pemeliharaan, penanaman, pemanenan dan penjemuran rumput
laut. Tenaga kerja berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Dari tabel 4.11
di atas dapat dilihat bahwa rata-rata tenaga kerja berdasarkan kategori produksi
yang digunakan petani rumput laut untuk satu periode tanam antara 5-17 orang.
Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan bahwa semakin sedikit tenga kerja
yang digunakan oleh petani rumput laut maka semakin sedikit pula produksi yang
diperoleh dan semakin banyak tenaga kerja yang digunakan oleh petani rumput
laut maka semakin besar pula produksinya. Hasil uji statistik menjelaskan bahwa
ada hubungan yang bermakna antara produksi rumput laut dengan tenaga kerja
yang digunakan oleh petani budidaya usaha rumput laut (0,000<0,050).
58
Secara keseluruhan analisis uji bivariat dapat dilihat bahwa variabel
independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen (Y=Produksi) adalah
X1= Modal Usaha (0,000<0,050) dan X2=Tenaga Kerja (0,000<0,050).
Pada analisis multivariate berikut dilakukan uji secara bersama-sama
antara variabel dependen (Y=Produksi) terhadap variabel independen (X1,X2)
sehingga dapat dilihat variabel independen mana yang paling berpengaruh
terhadap produksi budidaya usaha rumput laut di desa Rappoa kec Pa’jukukang.
Tabel 4.12 Analisis Hubungan Produksi dengan Modal Usaha dan Tenaga KerjaPada Budidaya Usaha Rumput Laut di Kec.Pa’jukukang.
Coefficientsa
Model UnstandardizedCoefficients
StandardizedCoefficients
t Sig.
B Std.Error
Beta
1 (Constant) 14356,370 225487,896
,064 ,950
MODALUSAHA
-,283 ,373 -,300 -,759 ,454
TENAGAKERJA
252046,979
83470,722 1,194 3,020 ,005
a. Dependent Variable: PRODUKSI RUMPUT LAUT
Sumber : data diolah dengan SPSS, tahun 2016
Y=14356,370-0,283 X1+252046,979 X2
Sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan, regresi di atas menujukkan
bahwa koefisien regresi B0 = 14356,370, maka apabila modal dan tenaga kerja
konstan maka pendapatan produksi petani budidaya rumput laut akan mengalami
peningkatan sebesar Rp 14356,370 dengan ini dapat dikatakan bahwa sebelum
ada variabel independent atau variabel terikat petani budidaya rumput laut
mengalami penigkatan jumlah petani rumput laut.
59
Dari data analisis di atas maka untuk melihat the law of diminishing
return to scale (hukum skala tambahan produksi semakin menurun) yaitu :
Jika modal usaha bertambah satu satuan maka produksi akan semakin
menurun sebesar -0,283 atau mengalami decreasing return. Hal ini disebabkan
jika modal usaha (biaya tetap dan biaya variabel) yang digunakan besar sementara
harga rumput laut mengalami penurunan pada saat dijual maka pendapatan petani
akan berkurang atau bahkan mengalami kerugian, selain itu juga cuaca yang
buruk (curah hujan yang tinggi, arus ombak yang besar) dan hama yang merusak
rumput laut juga menjadi salah satu penyebab rumput laut mengalami kerusakan
sehingga secara langsung menyebabkan produksi rumput laut menurun.
Jika tenaga kerja bertambah sebesar satu satuan maka produksi akan
meningkat sebesar 252046,979 atau mengalami increasing. Hal ini disebabkan
apabila bibit yang akan ditanam dalam jumlah besar tentu saja akan menggunakan
tenaga kerja yang banyak agar dapat mengefektifkan pekerjaan baik dalam tahap
pengikatan rumput laut sampai pada proses panen dan penjemuran rumput laut
(pasca panen). Dengan adanya penanaman bibit yang banyak maka secara
langsung akan meningkatkan pendapatan produksi rumput laut.
4.6 Analisis Pendapatan Usaha Rumput Laut
Salah satu cara untuk mengukur analisis pendapatan usaha budidaya
rumput laut secara finansial dapat digunakan analisis revenue cost ratio . analisis
ini bertujuan untuk melihat keuntungan realtive suatu usaha dalam satu tahun
terhadap biaya yang dipakai dalam kegiatan tersebut. Nilai R/C ratio
menunjukkan perbandingan antara produksi/penerimaan rumput laut dikurangi
60
semua pengeluaran biaya yang berhubungan dengan biaya produksi dan biaya-
biaya lainnya.
Dalam hal ini petani budidaya usaha rumput laut menjual rumput laut
dalam bentuk kering. Produksi atau penerimaan usaha rumput laut didapatkan dari
jumlah atau banyaknya rumput laut kering yang diperoleh petani dalam satu kali
masa tanam dikalikan dengan harga jual rumput laut pada petani.
Setiap petani memperoleh pendapatan yang bervariasi pada setiap siklus
tanam. Besarnya pendapatan petani tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya jumlah modal usaha, bibit, harga yang diterima oleh petani dan
beberapa faktor lainnya. Untuk tabel di bawah ini akan diperlihatkan analisis
pendapatan dan R/C rasio petani budidaya usaha rumput laut di Desa Rappoa.
No Modal (Rp) Rata-ratapenerimaan/TotalRevenua(TR)(Rp)
Rata-rataTotalBiaya/Total Cost(TC) (Rp)
Rata-rataPendapatan( ) (Rp)
R/Cratio
1 1.000.000-2.000.000
2.645.320 1.627.207 1.018.113 1,62
2 2.000.001-3.000.000
4.730.229 2.419.739 2.310.490 1,95
3 3.000.001-4.000.000
5.894.980 3.360.780 2.534.200 1,75
4 4.000.001-5.000.000
7.702.533 4.359.458 3.343.075 1,77
Jumlah 20.973.062 11.767.183 9.205.879 7,09Rata-rata
5.243.265 2.941.796 2.301.470 1,77
Sumber : Data Primer yang diolah, 2016
Berdasarkan hasil analisis di atas, menunjukkan bahwa pendapatan dan
R/C ratio disini dapat dilihat bahwa petani budidaya usaha rumput laut yang
61
mempunyai modal usaha paling besar yaitu berkisar 4.000.001-5.000.000 akan
memperoleh rata-rata pendapatan yang tinggi yaitu Rp.3.343.075,-. sedangkan
petani yang memiliki modal usaha yang paling kecil yaitu berkisar 1.000.000-
2.000.000 memperoleh rata-rata pendapatan yaitu Rp.1.018.113,-. Secara
keseluruhan rata-rata pendapatan petani budidaya usaha rumput laut di desa
Rappoa adalah Rp.2.301.470,- per satu kali musim tanam. Untuk lebih
lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3
Dengan menggunakan analisis perbandingan Revenue Cost yaitu
pendapatan atau total penerimaan dibagi dengan total biaya atau Total Cost maka
diperoleh hasil R/C ratio. Untuk ratio budidaya usaha rumput laut di desa Rappoa
adalah Rp.5.243.265 di bagi Rp.2.301.470,- hasilnya adalah 1,77. Jadi R/C ratio
budidaya usaha rumput laut adalah 1,77 ini bermakna bahwa ratio lebih besar dari
1 (R/C > 1) maka dapat diartikan budidaya usaha rumput laut di desa Rappoa
sebagai usaha yang menguntungkan sehingga mempunnyai peluang usaha yang
dapat dikembangkan.
Dari hasil analisis pendapatan ini dapat disimpulkan bahwa budidaya
usaha rumput laut menguntungkan dan dapat membantu membiayai kehidupan
keluarga para petani. Oleh karena itu usaha budidaya rumput laut ini diharapkan
dapat terus dikembangkan dengan lebih memperhatikan faktor-faktor yang
menjadi pengaruh besar dalam meningkatkan hasil produksi rumput laut
khususnya di desa Rappoa. Faktor-faktor tersebut antara lain modal usaha baik itu
bantuan dari pemerintah maupun modal usaha sendiri ataupun pinjaman, dan
stabilnya harga rumput laut di pasaran juga memberikan pengaruh yang begitu
62
signifikan, tidak hanya itu peran pemerintah juga sangat dibutuhkan baik dalam
penyediaaan sarana dan prasarana, pengawasan dan pemberian penyuluhan dalam
upaya meningkatkan produksi rumput laut.
63
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Variabel berpengaruh terhadap peningkatan produksi rumput laut berdasarkan
hasil uji statistik pearson correlation menjelaskan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara produksi rumput laut dengan modal usaha dan tenaga kerja
yang digunakan oleh petani budidaya usaha rumput laut. Hal ini berarti modal
usaha dan tenaga kerja berpengaruh signifikan (0,000<050) terhadap produksi
rumput laut.
2. Variabel tenaga kerja berpengaruh lebih dominan terhadap peningkatan
rumput laut di Kabupaten Bantaeng. Hal ini sesuai dengan hasil analisis
regresi, jika tenaga kerja bertambah sebesar satu-satuan maka produksi akan
meningkat sebesar Rp 252046,979 atau mengalami increasing. Hal ini juga
dikuatkan dengan hasil uji statistik pearson correlation yang menjelaskan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara produksi rumput laut dengan
tenaga kerja yang digunakan oleh petani budidaya rumput laut.
3. Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan sebelumnya bahwa pruduksi
rumput laut layak di kembangkan di Kecamatan Pa’jukukkang Desa Rappoa
sangat layak di kembangkan dan dipertahankan melihat potensi penghasilan
Rata –rata petani dengan R/C usaha rumput laut adalah 1,77 ini bermakna
64
bahwa ratio lebih besar dari 1 (R/C > 1) maka dapat diartikan budidaya usaha
rumput laut di desa Rappoa sebagai usaha yang menguntungkan sehingga
mempunnyai peluang usaha yang dapat dikembangkan.
5.2 SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka saran yang ingin
penulis sampaikan adalah sebagai berikut:
1. Dalam upaya peningkatan pendapatan petani budidaya usaha rumput laut
di desa Rappoa Kec. Pa’jukukang, petani dianjurkan agar supaya dapat
menambah modal usahanya . Sebab, berdasarkan hasil penelitian
penambahan modal usaha akan meningkatkan pendapatan petani.
2. Perlu diberikan pinjaman modal usaha kepada petani rumput laut melalui
KUD atau program Bank melalui KUR didesa-desa sehingga petani dapat
meningkatkan produksi rumput laut dengan menambah luas lahan, jumlah
bibit dan tenaga kerja.
3. Diharapkan pemerintah juga lebih memperhatikan pembinaan kelompok-
kelompok secara menyeluruh dan merata agar semakin terarah dan
memberikan jaminan harga rumput laut yang layak kepada petani demi
tercapainya produksi yang lebih baik.
39
DAFTAR PUSTAKA
Aslan, M. 1998.Budidaya Rumput Laut.Kanisius.Yogyakarta.
Arman Hakim Nasution (2003) proses produksi, yaitu metode dan teknik yangdigunakan dalam mengolah bahan baku menjadi produk”.
Adam Smith “The Wealth Of Nation” (1776). Dalam buku ini ia menyatakanbahwa kemajuan manusia dan tatanan sosial suatu masyarakat akantercipta apabila setiap individu yang ada di dalamnya mengejarkepentingannya sendiri-sendiri.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantaeng
Basmal, J. 2001. Perkembangan Teknologi Riset Penanganan Pasca Panen danIndustri Rumput Laut.Forum Rumput Laut. Jakarta: Pusat RisetPengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan.Departemen Kelautan dan Perikanan.
Bengen, DG. 2004. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Lautserta Prinsip Pengelolaannya.Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir danLautan.Institut Pertanian Bogor.
Bengen, DG. 2005. Pentingnya Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu BerbasisKesesuaian Lingkungan bagi Keberlanjutan PembangunanKelautan.Perspektif Keterpaduan dalam Penataan Ruang Darat-Laut.Merajut Inisiatif Lokal Menuju Kebijakan Nasional. Mitra Pesisir(CRMP II). Jakarta.
Bambang Riyanto (1998 : 10) “Modal adalah hasil produksi yang digunakanuntuk memproduksi lebih lanjut. Dalam perkembangannya kemudianmodal ditekankan pada nilai, daya beli atau kekuasaan memakai ataumenggunakan yang terkandung dalam barang-barang modal”.
Boediono, 1992, Pengantar Ekonomi Makro, BPFE-UGM, Yogyakarta.
Payaman dikutip A.Hamzah (1990), tenaga kerja adalah (man power) adalahproduk yang sudah atau sedang bekerja.
Ehrenberg, Smith. 1994. Modern Labor Economics: Theory And Public Policy.nHarper Collin College Publisher. New York
Gasperz (2000), pemahaman terhadap nilai tambah ini penting agar dalam setiapaktivitas berproduksi selalu menghindari pemborosan. Istilahpemborosan dapat dikatakan bahwa manfaat yang diperoleh dari suatu
40
aktivitas lebih rendah daripada biaya yang dikeluarkan untuk membiayaiaktivitas itu.
Haslett, SK. 2000. Coastal Systems.Routledge Introductions to EnvironmentSeries.London and New York.
Icuk Ranggabawono (1992),tenaga kerja adalah penduduk yang telah memasukiusia kerja dan memiliki pekerjaan, yang sedang mencari pekerjaan, danyang melakukan kegiatan lain seperti sekolah, kuliah dan mengurusrumah tangga.
Pandji Anoraga (2000:197) ”produksi nampaknya berkonotasi sebagai organisasiproduk, yaitu aktivitas yang menghasilkan barang, baik barang jadimaupun barang setengah jadi, bahan industri dan suku cadang, dankomponen-komponen”.
Soekartawi (1991) faktor produksi terdiri dari lahan, modal, pengadaan bibit,pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen merupakan faktorproduksi yang terpenting diantara faktor produksi lainnya.
Kusnadi, 2003. Akar Kemiskinan Nelayan. LkiS: Yogyakarta.
LAMPIRAN 2
HASIL ANALISIS PENDAPATAN DAN R/C RASIO PETANI
NO NAMAPRODUKSI(Kg)
PENERIMAANTOTALBIAYA
PENDAPATANR/Crasio
1 DG.BOLLING 900 5740000 3207834 2532166 1,79
2 DG.LATIF 900 4788800 3094880 1693920 1,55
3 DG.SITTI 850 5740000 3138832 2601168 1,83
4 RAHMATULLAH 700 4788800 2389234 2399566 2,00
5 DARWIS 500 2788000 1778347 1009653 1,57
6 SUKRI 400 2952000 1539803 1412197 1,92
7 DG.NIA 500 2870000 1895800 974200 1,51
8 SYAMSUL BAHRI 750 5125000 2501734 2623266 2,05
9 DG.RASEMMA 600 3239000 2075435 1163565 1,56
10 DG.RULLAH 800 6150000 3447169 2702831 1,78
11 DG.HADO 1200 6502600 3875501 2627099 1,68
12 DG.RASYID 1000 5289000 3411861 1877139 1,55
13 DG.SOHRA 800 5371000 2948832 2422168 1,82
14 ANNAS 300 1599000 1290636 308364 1,24
15 RUSTAM 500 3829400 1930001 1899399 1,98
16 RAHMAN 400 2788000 1514803 1273197 1,84
17 SANO 750 4920000 2434234 2485766 2,02
18 DULLAH 450 2378000 1612534 765466 1,47
19 AZIS 1400 7380000 4095536 3284464 1,80
20 RUGA 600 4583800 2133901 2449899 2,15
21 FATMAWATI 900 5535000 3132380 2402620 1,77
22 HASMAWATI 1200 6970000 3789671 3180329 1,84
23 SUDIRMAN 400 2328800 1517535 811265 1,53
24 SYAHRIR 500 2870000 1895800 974200 1,51
25 AHMAD 1000 6494400 3459669 3034731 1,88
26 DG.SEWANG 1500 7790000 4342970 3447030 1,79
27 KASMAWATI 900 5740000 3050000 2690000 1,88
28 DG.NAWI 1500 7937600 4639868 3297732 1,71
29 SARI 300 2050000 1296808 753192 1,58
30 SYAMSUL 700 5084000 2454800 2629200 2,07
JUMLAH 141622200 79896408 61725792 52,69
RATA-RATA 4720740 2663213,6 2057526,4 1,76
LAMPIRAN 1
Regression
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
PRODUKSI RUMPUT LAUT 2057526,40 903135,988 30
MODAL USAHA 2663213,60 956975,071 30
TENAGA KERJA 11,10 4,278 30
Correlations
MODAL USAHA TENAGA
KERJA
PRODUKSI
RUMPUT LAUT
MODAL USAHA
Pearson Correlation 1 ,978** ,867**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000
N 30 30 30
TENAGA KERJA
Pearson Correlation ,978** 1 ,900**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000
N 30 30 30
PRODUKSI RUMPUT LAUT
Pearson Correlation ,867** ,900** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000
N 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Variables Entered/Removeda
Model Variables
Entered
Variables
Removed
Method
1
TENAGA
KERJA,
MODAL
USAHAb
. Enter
a. Dependent Variable: PRODUKSI RUMPUT LAUT
b. All requested variables entered.
Model Summary
Model R
RSquare
Adjusted RSquare
Std. Errorof
theEstimate
Change Statistics
R SquareChange
FChange df1 df2
Sig. FChange
1 ,903a ,815 ,801 403091,413 ,815 59,289 2 27 ,000a. Predictors: (Constant), TENAGA KERJA, MODAL USAHA
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 19266951226624,914
2 9633475613312,457
59,289 ,000b
Residual 4387032550838,282
27 162482687068,085
Total 23653983777463,195
29
a. Dependent Variable: PRODUKSI RUMPUT LAUTb. Predictors: (Constant), TENAGA KERJA, MODAL USAHA
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients StandardizedCoefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1(Constant) 14356,370 225487,896 ,064 ,950
MODAL USAHA -,283 ,373 -,300 -,759 ,454TENAGA KERJA 252046,979 83470,722 1,194 3,020 ,005
a. Dependent Variable: PRODUKSI RUMPUT LAUT
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 655127,88 3488664,50 2057526,40 815093,632 30
Residual -1203308,125 545193,313 ,000 388943,421 30
Std. Predicted Value -1,721 1,756 ,000 1,000 30
Std. Residual -2,985 1,353 ,000 ,965 30
a. Dependent Variable: PRODUKSI RUMPUT LAUT
INSTRUMEN PENELITIAN PENGARUH MODAL USAHA DANTENAGA KERJATERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI RUMPUT
LAUT KABUPATEN BANTAENG (Studi Kasus PadaKelompok Budidaya Rumput Laut Abbulo Sibatang Desa
Rappoa Kecamatan Pa’jukukang)
NO. URUT : ................................ TANGGAL : ........................
DESA : ................................
I. IDENTITAS RESPONDENIsilah data pribadi Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dibawah ini:1. Nama : ..................................................
2. Jenis kelamin : (1) laki-laki; (2) perempuan
3. Umur : ......................................... tahun
4. Alamat : ...................................................
5. Jumlah anggota keluarga : ..........................................orang
6. Pendidikan terakhir : Tidak sekolah/tidak tamat SD
Tamat SD
Tidak tamat SMP/tamat SMP
Tidak tamat SMA/tamat SMA
Tamat perguruan tinggi
7. Lama menjadi petani : Kurang dari 5 tahun
5 sampai 10 tahun
Lebih dari 10 tahun
II. DAFTAR PERTANYAAN
A. MODAL USAHA (Variabel X1)Indikator 1 (biaya tidak tetap)
No Barang/tenagaygDibutuhkan
banyaknya
satuan HargaSatuan(Rp)
jumlah Umurbarang/umurekonomis(tahun)
Keteranganlain
1
2
3
4
5
6
Tenaga pengikatbibitbibit
Tenaga penanaman
tenagapemeliharaan
Tenaga pemanenan
Tenagapenjemuran………………………………………………………………
……
……
……
…………
……
………………
……
……
……
…………
……
………………
……
……
……
…………
……
………………
……
……
……
…………
……
………………
……
……
……
…………
……
………………
……
……
……
…………
……
………………
Biaya tidak tetap adalah biaya produksi yang jumlahnya berubah sesuaidengan jumlah produksi yang dihasilkan
Indikator 2 (biaya produksi yang dikeluarkan)
KEGIATAN PENANAMAN
No Barang/tenagayg
Dibutuhkan
ban
yak
nya
Ssatuan Harga
Satuan
(Rp)
jumlah Umur
barang/u
mur
ekonomis
(tahun)
Keterangan
lain
1 Tali
no….(kapling/pematang)
...... Roll …….. …….. …….. ……..
2 Tali no…..(jangkar) ...... Roll …….. …….. …….. ……..
3 Pelampung (botol aqua kecil ...... Buah …….. …….. …….. ……..
600ml)
4 Jangkar/karung pemberat
(besar…..kg)
...... Buah …….. …….. …….. ……..
5 Tali cincin (tali
pous/pengikat rumput laut)
...... …….. …….. …….. …….. ……..
6 Tali bentangan 5 mm ...... …….. …….. …….. …….. ……..
7 Tali pelampung 3mm ...... .......... …….. …….. …….. ……..
8 Jergen 5 liter ...... …….. …….. …….. …….. ……..
9 Jergen 20 liter ...... …….. …….. …….. …….. ……..
10 Perahu ...... …….. …….. …….. …….. ……..
11 Pisau ...... …….. …….. …….. …….. ……..
12 Mesin katinting ...... …….. …….. …….. …….. ……..
13 Bahan bakar (untuk perahu) ...... …….. …….. …….. …….. ……..
KEGIATAN PEMANENAN
No
Barang/tenagaygDibutuhkan
Jumlah satuan HargaSatuan(Rp)
Jumlah Umurbarang/umurekonomis(tahun)
Keteranganlain
1
2
3
4
5
6
Para-para ukuran
……x……m2
Terpal ukuran
……x……m2
Karung plasticUkuran ….kgDll (tuliskan)WaringTandu (alatmengangkut rumputlaut)……………………
Buah
……
Buah
……………………
……
……
……
……………………
……
……
……
……
……………………
……
……
……
……
……………………
……
……
……
……
……………………
……
Umur barang adalah kondisi ketika secara teknis barang tersebut masih dapat dipakaitetapi sudah tidak efisien karena biaya perawatan lebih mahal atau barang tersebutsudah ketinggalan jaman
B. TENAGA KERJA (Variabel X2)Indikator (jumlah tenaga kerja yang digunakan dan alokasi waktu yangdigunakan)
No Tahap Jumlah tenagakerja yangdigunakan
Alokasiwaktu yangdigunakan
Jumlah tenagakerja totalyangdigunakan
1 Tenaga pengikat bibit dalamsatu kali masa panen
..................... ..................... .....................
2 Tenaga penanaman dalam satukali masa panen
..................... ..................... .....................
3 Tenaga pemeliharaan dalam satukali panen
..................... ..................... .....................
4 Tenaga pemanenan dalam satukali masa panen
..................... ..................... .....................
5 Tenaga penjemuran dalam satukali masa panen
..................... ..................... .....................
C. Produksi budidaya usaha rumput laut (Variabel Y1)Indikator Banyaknya (kg) Harga Jumlah produksi
Hasil produksi
rumput laut kering
..................... Rp................... Rp.......................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Takdir Naipon, lahir di Bantaeng, 28 April 1994.
Ayahanda bernama Abdul Malik Naipon dan Ibunda
Aisyah. Pendidikan yang pernah di tempuh adalah Sekolah
Dasar pada tahun 2000 di Sd Inpres Tala-Tala Kabupaten
Bantaeng dan tamat pada tahun 2006. Penulis melanjutkan
pendidikan SMP pada tahun 2006 di Smp Negeri 3 Bissappu
Kabupaten Bantaeng dan tamat pada tahun 2009. penulis melanjutkan pendidikan
SMA di Sma Muhammadiyah Falabishaya Kepulauan Sula dan tamat pada tahun
2012. Pada tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan pada Program Pendidikan
Strata Satu (S1), Program Studi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas
Ekonomi & Bisnis di Universitas Muhammadiyah Makassar dan selesai pada
tahun 2017 dengan gelar Sarjana Pendidikan (SE).
Top Related