BAB I
DASAR-DASAR PERENCANAAN ELEMEN MESIN
1
Bab / Topik : 1 / Dasar-Dasar Perencanaan Elemen Mesin
Sub Bab :
- Definisi Elemen Mesin- Pengelompokan Elemen Mesin- Perinsip Dasar Perencanaan Elemen Mesin- Pertimbangan-pertimbangan dalam
Perencanaan Elemen Mesin- Jenis-jenis Pembebanan dan Tegangan
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) :
Mahasiswa mengetahu prinsip-prinsip dasar dalam merencankan suatu elemen
mesin
Tujan Pembelajaran khusus (TPK) :
Setelah Mempelajari Bab ini diharapkan Mahasiswa :
1. Dapat menyebutkan definisi Elemen mesin secara umum
2. Dapat menyebutkan macam-macam elemen mesin
3. Dapat menjelaskan prinsip dasar dalam merencana elemen mesin
4. Dapat menyebutkan pertimbangan-pertimbangan dalam merencana
elemen mesin
A. Definisi Elemen Mesin
Elemen mesin adalah bermacam- macam komponen tunggal yang dipergunakan pada
konstruksi mesin dan setiap jenis mempunyai fungsi pemakaian yang berbeda (khas).
B. Pengelompokan Elemen Mesin
1. Elemen Mesin Sambungan:
- Sambungan Adhesif
- Sambungan Solder
- Sambungan Paku Keling
- Sambungan Las
- Sambungan Baut dan Pin
2. Elemen Transmisi :
- Bantalan
- Poros
- Kopling
- Roda gigi
- Sabuk dan Rantai
- Rem
3. Elemen Mesin Transmisi untuk Gas dan Liquid :
- Valve (katup, kran) : Mesin Hidrolik, Mesin Pneumatik
C. Prinsip Dasar Perencanaan Elemen Mesin
Pada dasarnya, perencanaan elemen mesin merupakan perencanaan komponen yang
dibuat untuk memenuhi suatu kebutuhan mekanisme suatu mesin.
Tahapan-tahapan perencanaan:
1. Menentukan kebutuhan
2. Pemilihan mekanisme
3. Perhitungan beban
4. Pemilihan material
5. Menentukan ukuran
6. Modifikasi
7. Gambar kerja
8. Pembuatan dan kontrol kualitas
2
D. Pertimbangan - Pertimbangan dalam Perencanaan Elemen Mesin
1. Jenis-jenis tegangan yang ditimbulkan oleh pembebanan
2. Gerak dari elemen mesin
3. Pemilihan bahan
4. Bentuk dan ukuran komponen
5. Tahan gesek dan pelumasan
6. Hukum dan ekonomi
7. Penggunaan komponen standar, JIS, ASTM, DIN, SI
8. Keamanan operasi
9. Fasilitas bengkel
10. Jumlah komponen yang akan diproduksi
11. Harga konstruksi total
12. Pemasangan/assembling
E. Jenis-Jenis Pembebanan dan Tegangan
Bila suatu batang mengalami beban dari luar maka didalam batang itu sendiri
akan timbul gaya-gaya perlawanan yang dihasilkan oleh gaya antar molekul batang itu.
Suatu batang ditarik dengan gaya F pada ujung sebelah kanan dan ditahan pada
ujung sebelah kiri maka akan timbul gaya perlawanan Fr = gaya reaksi.
Gambar 1.1
Pada penampang X – X akan didapat kesimbangan :
3
Gambar 1.2Fr – Fx = 0 Fx = F = 0
Fr = 0 Fx = F
Gaya-gaya yang timbul didalam batang secara umum adalah :
Gambar 1.3
1. Gaya normal, dengan arah sejajar penampang batang, yang akan menimbulkan:
Gambar 1.4
a. Tegangan Tarik (σtarik)
Gambar 1.5
Bila luas penmpang A (mm )
4
Maka σtarik = ( N/mm )
b. Tegangan Tekan (σtekan)
Gambar 1.6
σtekan = ( N/mm )
c. Tegangan Lengkung (σlengkung)
Gambar 1.7
σlengkung = ( N/mm )
dimana :
Mb = Momen bengkok (N/mm)
Wb = Momen perlawanan bengkok (N/mm)
2. Gaya tangensial, dengan arah tegak lurus penampang batang, akan menimbulkan:
a. Tegangan Geser (g )
g = ( N/mm )
5
Gambar 1.8
b. Tegangan Puntir (p)
p = ( N/mm )
Gambar 1.9
Soal Latihan :
1. Sebutkan definisi elemen mesin
2. Sebutkan jenis-jenis elemen mesin berdasarkan pengelompokannya
3. Jelaskan prinsip-prinsip dasar perencanaan elemen mesin
4. sebutkan tahapan-tahapan perencanaan elemen mesin
5. Sebutkan pertimbangan-pertimbangan dalam merencanakan elemen mesin
6. Sebutkan jenis-jenis beban dan tegangan yang ditimbulkannya.
7. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tegangan
8. Tuliskan rumus tegangan
6
BAB II
SAMBUNGAN ADHESIVE
A. Kelebihan dan Kekurangan Sambungan Adhesive
Sambungan adhesive banyak dipakai di industri-industri untuk menyambung
komponen-komponen, terutama sambungan konstruksi ringan karena banyak
keuntungannya, pada sambungan ini walaupun ada pula kerugiannya.
Keuntungan :
1. Beban merata
2. Dapat digunakan untuk menyambung dua bahan yang berbeda
7
Bab / Topik : II / Sambungan AdhesiveSub Bab : - Kelebihan dan kekurang sambungan adhesive
- Jenis-jenis sambungan adhesive - Sifat-sifat sambungan adhesive - Perhitungan kekuatan sambungan adhesive
Tujan Pembelajaran Umum (TPU) :Mahasiswa mengetahui jenis-jenis sambungan adhesive, kekurangan dan kelebihannya, sifat-siafat sambungan adhesive dan cara menghitung kekuatan sambungan adhesive tersebut.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) :Setelah mempelajari Bab ini diharapkan mahasiswa :
1. 1.Dapat menyebutkan kelebihan dan kekurang sambungan adhesive dibandingkan dengan sambungan lain seperti sambungan las, solder, paku
keling dan baut2. Dapat menyebutkan jenis-jenis sambungan adhesive3. Dapat menyebutkan sifat-sifat sambungan adhesive4. Dapat menghitung kekuatan sambungan adhesive5. Dapat menggambarkan bermacam-macam konstruksi sambungan adhesive
3. Dapat diproses pada temperatur yang rendah
4. Sebagai isolator panas dan listrik
5. Tidak terjadi konsentrasi tegangan
6. Tidak terjadi korosi
Kekurangan :
1. Membutuhkan waktu yang lama untuk persiapan sambungan
2. Sukar untuk dibuka
3. Tahanan panas yang terbatas
4. Tahanan kejut yang rendah
5. Sukar untuk di test non-destruktif
B. Jenis-Jenis Sambungan Adhesive
Bahan yang digunakan sebagai bahan adhesive (lem) dibedakan menjadi :
1. Solven adhesive
Bahan dasar lem jenis ini adalah ifronceluloce yang dapat larut dalam larutan
kimia organik. Nama dagang Solvent adhesive adalah; Uhu, Aibon, Alteco, Plastik steel,
Bindulin, Gimmilosung, Pattex dan Redux.
Proses :
Sambungan setelah di lem kemudian diproses selama 1 sampai dengan 3 hari
2. Mixed Adhesive
Nama dagang Mixed adhesive : Araldit, Coctile, Metallon, Denocol dll. Pada
sambungan ini salah satu komponen yang disambung dicampur dengan bahan lem.
Waktu pengerasan dapat dikurangi dengan katalisator. Pada temperatur kamar, waktu
pengerasan memakan waktu beberapa hari tetapi bila dipanaskan pada temperatur 200 C
pengerasan terjadi hanya beberapa menit.
8
C. Sifat-sifat Sambungan Adhesive
1. Sifat Fisika
Stabilitas sambungan terjadi dalam batas waktu 3 sampai 6 bulan. Kekuatan
berkurang 75 sampai 80% karena tegangan. Agar sambungan ini tetap kuat pemakaian
beban yang konstan.
- Tahan Korosi
Biasanya sambungan adhesive tahan korosi terhadap cairan dan juga terhadap
larutan alkali atau asam.
- Tahan Panas
Tahan terhadap panas bergantung pada produk adhesive, batas maksimal
temperatur antara 40 C sampai dengan 100 C
2. Sifat Mekanik
Sifat mekanik sambungan adhesive yang diperhitungkan dalam perhitungan
adalah:
a. Kekuatan kohesive
b. Kekuatan membuka
c. Batas kelelahan
D. Perencanaan Sambungan Adhesive
Sambungan adhesive dapat direncanakan dalam berbagai bentuk konstruksi. Ada
beberapa prinsip umum konsturksi sambungan adhesive dan contoh perencanaannya
sebagai beriku:
1. Konstruksi Sambungan yang mendapat tegangan geser
Gambar 2.1
9
Bila konstruksi diperlukan untuk mempunyai kekuatan membuka maka konstruksinya
sbb:
Gambar 2.2
Konstruk yang lebih baik direncanakan sbb:
Gambar 2.3
3. Kemungkinan lain dari konstruksi sambungan adhesive adalah sambungan bilah, yang
mempunyai permukaan sambungan yang lebih luas, sehingga mampu menahan gaya
yang lebih besar.
Gambar 2.4
10
4. Contoh-contoh perencanaan sambungan adhesive
1. Sambungan pipa
Gambar 2.5
Gambar 2.6
2. Sambungan penutup
Gambar 2.7
3. Sambungan sebagai penguat lembaran logam tipis
11
Gambar 2.8
4. Konstruksi penguat
Gambar 2.9
E. Perhitungan Kekuatan Sambungan Adhesive
1. Kekuatan Kohesive
Kekuatan kohesive berhubungan dengan gaya yang bekerja dan sambungan.
Tegangan = (N/mm )
σtarik mak = ( N/mm ) F = A x σ
dimana :
σtarik = tegangan tarik dari bahan adhesive
F = gaya yang bekerja
A = luas penampang yang dikenai lem
12
Untuk mendapatkan tegangan yang diijinkan, tegangan maksimum dibagi dengan faktor
keamanan
σtarik izin = ( N/mm )
Dimana:
V = vaktor keamanan
Gambar 2.10
Diagram di bawah ini menunjukkan hubungan antara tegangan kohesi dengan lebar
komponen panjangn sambungan.
l = panjang sambungan (mm)
b = lebar sambungan (mm)
s = tebal lem (mm)
Kurva tegangan maksimum dari araldit (produk ciba ceigy AG)
13
2. Kekuatan Membuka
Kekuatan membuka pada sambungan, menahan gaya yang bekerja ( lihat gambar
di bawah ini )
Gambar 2.11
mendapat beban dinamis, kekuatan sambungan berkurang 13 s/d 20% dari kekuatan
membuka ( ) adalah gaya yang bekerja dibagi dengan lebar sambungan
= (N/mm)
Dimana :
= kekuatan membuka (N/mm)
F = Gaya yang bekerja (N)
b = Lebar sambungan (mm)
3. Batas Kekuatan Lelah
Bila sambungan adhesive mendapat beban dinamis, kekuatan sambungan
berkurang menjadi 13% s/d 20% dari kekuatan statis.
Soal latihan:
1. Sebutkan kelebihan dan kekurangan sambungan Adhesive dibandingkan dengan
sambungan : las, solder, paku keling dan sambungan baut
2. Sebutkan jenis-jenis sambungan adhesive
3. Sebutkan sifat-sifat sambungan adhesive dari segi Sifat kimia dan sifat mekanisnya.
4. Gambarkan minimal 5 buah contoh konstruksi sambungan adhesive
14
15
BAB III
SAMBUNGAN SOLDER DAN PATRI
A. Pendahuluan
Pada prinsipnya sambungan solder dan patri hampir sama yaitu menyambungkan
dua bagian logam dengan mencairkan logam tambahan dimana titik cair logam
tambahan harus lebih rendah dari titik cair dari kedua logam yang disambungkan untuk
mendapatkan sambungan yang baik bidang sambungan harus bersih dari oksidasi agar
logam tambahan dapat melekat dengan biak.
Soldering menggunakan bahan tambahan seperti Zn, dan Cu. Sambungan solder
biasanya digunakan untuk sambungan yang ringan dan rapat. Sambungan solder dan
patri pada umumnya digunakan untuk menyambungkan atau sebagai penutup kebocoran
pada logam. Sambungan solder dan patri dipergunakan bila diperlukan sambungan yang
16
Bab / Topik : III / Sambungan Solder dan Patri
Sub Bab :
- Pendahuluan- Proses Solder dan Patri- Perhitungan Sambungan Solder dan Patri
- Perencanaan Sambungan Solder / Patri
Tujan Pembelajaran Umum (TPU) :Mahasiswa mengetahui proses, menghitung kekuatan dan merencanakan sambungan Solder dan Patri
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) :Setelah mempelajari Bab ini diharapkan mahasiswa :
1. 1.Dapat menyebutkan defifisi sambungan solder 2. Dapat menyebutkan pemakaian sambungan Solder
2. Dapat menyebutkan perbedaan antara sambungan solder dan patri3. Dapat menyebutkan penggolngan proses solder
rapat dengan kekuatan yang tidak begitu besar untuk menyambungkan atau sebagai
penutup kebocoran pada logam
B. Proses Solder dan Patri
1. Solder Lunak
Pada solder lunak bahan tambahan yang umum diguanakan adalah
campuran timah putih (Sn) dan timah hitam (Pb), titik cainya sekitar pada
300 C.
2. Patri
Patri menggunakan bahan tambahan yang merupakan campuran Perak
(Ag), Seng (Zn) dan tembaga (Cu), titik cairnya sekitar 720 C.
Berdasarkan prosessnya, solder dapat dibedakan atas :
1. Penyolderan Besi
Sambungsn ini dibuat dari Tembaga dan menggunakan pemanasan.
Sambungan ini cocok hanya untuk solder lunak dan menghendaki bahan
tambah. Digunakan untuk sekali produksi, juga untuk produksi masal dari
produk listrik (elektirk).
2. Penyolderan/Patri Celup
Bagian-bagian logam murni disambung hanya pada permukaan bagian
yang disambung. Mereka dicelupkan dalam bak cairan solder lunak atau
solder patri. Jika bagian-bagian yang bisa dicelupkan dalam suatu larutan
garam temperatur tingi, solder siap ditempatkan dalam posisinya terutama
untuk produksi masal.
3. Penyoderan/Patri dengan Induksi
Solder dan terak (flux) diletakkan pada suatu tempat dan sambungan
dianaskan dengan induksi listrik.
17
Tabel 3.1 Tegangan Tarik Solder (Patri)/Solder Tembaga
Cu Zn Temp. C Tegangan Tarik( N/mm )
90 10 483 205,35
80 20 429 253,265
70 30 429 301,18
50 50 375 143,745
Tabel 3.2 Solder lunak dan solder keras
Solder Tambahan Temp. C Teg. Geser( N/mm )
Solder lunak Timah solder 300 19,62 s/d 84,366
Solder kerasTimah-Cadmium
Ag, Zn, Cu 320
720
117,72
137,34 s/d 196,2
Tabel 3.3 Sifat-sifat khusus sambungan solder / patri
Susunannya Sifat encer seluruhnya
C
Teg. Geser( N/mm )
Teg. Tarik( N/mm )
Reg.%
Keker.Brinell
Timah
%
Timbel
%
100
63
50
40
30
0
0
27
50
60
70
100
232
183
212
238
257
327
14,518
51,796
42,477
42,477
41,103
13,734
19,816
42,967
39,534
34,335
31,784
13,93
55
32
43
35
26
39
4,6
13,9
12
13,3
8,7
4,1
18
C. Perhitungan Sambungan Solder dan Patri
Pada sambungan solder/patri dengan beban F terjadi tegangan geser g
Gambar 3.1
F b . l . g ( Newton )
Dimana :
F = Gaya geser pada sambungan solder ( N )
b = lebar bagian yang disolder ( mm )
l = Panjang bagian yang disolder ( mm )
Luas bagian yang disolder A = b.l (mm )
Jika sambungan solder/patri merupakan sambungan kuat (teganagan patah σpt, tebal
pelat t , lebar pelat b ) dapat diperoleh rumus :
b = t . ( mm )
Contoh soal
Tentukan penyolderan/patri yang harus digunakan untuk menyambungkan dua
buah pelat dengan lebar 10 mm dan tebal 0,5 mm yang mendapat gaya geser maksimum
2060,1 N, tegangan patah pelat 36,297.10 ( N/m ).
Bila menggunakan
Solder lunak g = 76,45 . 10 ( N/m ).
Tin-Cadmium solder g = 117,72. 10 ( N/m ).
19
Solder keras ( Ag, Zn, Cu ) g = 167,58 . 10 ( N/m ).
Penyelesaian :
Gambar 3.2
F < l . b . g
b = t .
tebal pelat t = 0,5 (mm)
Lebar pelat b = (4 s/d 6) .t
b = 6 t (ditetapkan)
b = 6 . 0,5
b = 3 (mm)
F < l . b . g
2060,1 < 10.10 . 3. 10 . g
g >
g > 68,67 . 10 (N/m )
Pemeriksaan pada pelat patah
b = t .
g = 60,495 . 10 (N/m )
20
Jadi pada keadaan ini dipilih dengan soft solder karena tegangan geser yang terjadi
Lebih kecil dari pada tegangan geser yang diizinkan
68,67 . 10 (N/m ) < 76,45 . 10 ( N/m ).
60,495 . 10 (N/m ) < 76,45 . 10 ( N/m ).
D. Perencanaan Sambungan Solder / Patri
Sebuah tangki lampu petromak terbuat dari St 34, St 37 dan faktor keamanan V = 4.
Bentuk tangki seperti terlihat pada gambar 3.3 di bawah ini yang mempunyai tekanan
udara p = 19,02. 10 (N/mm ). Jumlah berat pelet dan minyak tanah adalah 4,905 N.
Tegangan geser patri (Ag – Zn – Cu ) = 137,34 ( N/mm ).
Diameter tangki d = 160 mm
Tebal pelat t = 1 mm ( dipilih )
Bagian yang dipatri dapat dilihat pada gambar 3.3. Hitung lebar patri dan periksa
kekuatan pelat tangki tsb.
Gambar 3.3
Penyelesaian :
p = 19,02. 10 (N/mm ).
Fw = 4,905 N
g = 137,34 (N/mm ).
d = 160 mm
t = 1 mm
21
Fp = . d . p
= 3942,8352
F = Fp + Fw
= 3942,8352 + 4,905
= 3947,7402 N
F < l . b . g
F < . d . b . g
3947,7402 < 3,14 . b . 137,34
b >
b > 0,0572
Bila :
t = 1 mm
b = 5t (ditetapkan)
b = 5 . 1
b = 5 mm
Pemeriksaan robek memanjang
t =
Untuk St 34 = ( kgf/mm )
= . 9,81 ( N/mm )
= 83,385 ( N/mm )
= ( N/mm )
= 15,696 ( N/mm )
Untuk St 37 = 90,7425 ( N/mm )
22
Pemeriksaan robek melintang
t =
=
= 7,848 ( N/mm )
Jadi pada keadaan ini dipilih St 34 karena tegangan tarik yang tejadi lebih kecil dari tegangan yang diizinkan :
15,696 ( N/mm ) < 83,385 ( N/mm )
7,848 ( N/mm ) < 83,385 ( N/mm )
Soal Latihan :
1. Sebutkan definisi sambungan solder
2. Sebutkan dimana sambungan solder dipakai
3. Sebutkan perbedaan antara sambungan solder dengan sambungan patri
4. Berdasarkan prosesnya , sebutkan penggolongan solder
BAB IV
SAMBUNGAN LAS
23
Bab / Topik : IV / Sambungan lAS
Sub Bab :
- Type-type Sambungan Las- Perhitugan Kekuatan Sambungan Las- Nilai-nilai Kekuatan Sambungan las
- Beban Aksial Tidak Simitris
-
Bab / Topik : IV / Sambungan Las
Sub Bab :
- Type-type Sambungan Las- Perhitugan Kekuatan Sambungan Las- Nilai-nilai Kekuatan Sambungan las
- Beban Aksial Tidak Simitris
-
A. Type-type Sambungan Las
Secara umum sambungan las dibagi dalam dua type :
1. Lap Joint atau Fillet Joint :
a. Single transverse fillet
b. Double Transverse fillet
c. Parallel fillet joints
24
Tujan Pembelajaran Umum (TPU) :Mahasiswa mengetahui type-type, nilai kekuatan , menghitung kekuatan sambungan las
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) :Setelah mempelajari Bab ini diharapkan mahasiswa :
1. 1.Dapat menyebutkan type-type dan menggambarkan sambungan las 2. Dapat menghitung kekuatan sambungan las
2. Dapat menyebutkan nilai-nilai kekuatan sambungan las
a) Single transverse b) Double Transverse c) Parallel
Gambar 4.1
2. Butt Joint :
a. Squard butt joint
b. Single V- butt joint
c. Single U- butt joint
d. Double V- butt joint
c. Double U- butt joint
Gambar 4.2
Selain type di atas ada lagi type sambungan yang lain yaitu :
a. Corner Joint
b. Edge joint
c. T- joint
25
Gambar 4. 3
B. Perhitungan Kekuatan Sambungan Las
1. Type Lap Joint (transverse)
Gambar 4.4
t = tebal pelat atau tebal lasan
l = Panjang lasan
BD = Throat thickness = tinggi leher = leg . sin 45 =
Luas minimum lasan atau troat area = Throat thickness x panjang lasan
=
g = tegangan geser bahan yang di las
26
Kekuatan lasan :
Untuk single fillet
F = xg
Untuk double fillet
F = g = x t x l x g
2. Type Lap joint (Parallel)
Gambar 4.5
Luas minimum lasan =
Untuk single parallel F = xg
Untuk double parallel F = g = x 2x t x l x g
3. Type butt joint
a. Single V- joint b. double V- joint
Gambar 4.6
27
Kekuatan :
untuk Single V- joint, F = t . l . g
untuk Double V- joint, F = ( t + t ) l . g
dimana :
t = throat thickness top
t = throat thickness bottom
l = Panjang lasan
C. Nilai-Nilai Tegangan Pada Lasan
Tabel 4.1 nilai-nilai tegangan pada lasan
Type of Weld
Bare electrode Covered electrode
Steady loadKg/cm
Fatique loadKg/cm
Steady load Kg/cm
Fatique loadKg/cm
1. Fillet (All type) 790 210 210 3502. Butt weld Tension Compression
Shear
900
1000
550
350
350
210
1100
1250
700
550
550
350
Tabel 4.2 Nilai-nilai faktor konsentrasi tegangan
Type of joint Stress concentration factor
1. Retinfoced butt joint
2. Toe of transverse fillet welds
3. End of parallel fillet weld
4. T-butt joint shap corner
1,2
1.5
2.7
2.0
D. Contoh Perhitungan Lasan
28
1. Dua buah pelat baja lebar 10 cm dan tinggi 1,25 cm disambungkan dengan
cara pengelasan ( double transverse fillet weld). Tegangan tarik maksimum tidak
melebihi 700 Kg/cm , tentukan panjang lasan untuk beban statik dan dinamik.
Penyelesaian :
b = 10 cm
t = 1,25 cm
g mak = 700 Kg/cm
Beban maksimum yang dapat dibawa oleh pelat
F = luas x tegangan
= b x t x g
= 10 x 1,25 x 700 = 8.750 kg
Panjang lasan untuk beban statik
F = x t x l x g
8,750 = x 1,25 x l x 700
l = cm
ditambah 1.25 cm untuk starting and stopping weld run
maka:
l = 7,07 + 1,25 = 8,32 cm
Panjang lasan untuk beban dinamik
Dari tabel faktor konsentrasi tegangan untuk transverse weld fillet adalah 1,5
g yang diizinkan = 700/1.5 = 465 Kg/cm
F = x t x l x g
8,750 = x 1,25 x l x 465
l = cm
Adding 1,25 cm, maka l = 10,6 + 1,25 = 11,85 cm
29
E. Beban Aksial Tidak Simitris
Gambar 4.7
Keterangan gambar ;
la = panjang lasan bagian atas
lb = panjang lasan bagian bawah
l = total panjang lasan ( la + lb )
P = Beban aksial
a = jarak bagian atas dari sumbu aksis
b = jarak bagian bawah dari sumbu aksis
s = Tahanan lasan persatuan panjang
Momen bagian atas lasan = la x s x a
Momen bagian bawah = lb x s x b
la x s x a – lb x s x b = 0
la x a = lb x b …………………………………………………(1)
l = la + lb ……………………………………………………...(2)
Dari pers. (1) dan (2) maka,
la =
30
lb =
Contoh soal :
Sebuah pelat baja 20 x 15 x 1 cm disambungkan dengan fillet weld seperti pada
gambar di bawah ini, jika pelat tersebut membawa beban 20 Ton. Tentukan panjang
lasan bagian atas dan bawah, tegangan geser untuk beban statik 750 kg/cm .
Gambar 4.8
Penyelesaian :
t = 1 cm
P = 20 Ton = 20.000 kg
g = 750 kg/cm .
F = xg
l =
l = cm
la + lb = 37,7 cm
Posisi sentral aksis :
b = cm
a = 20 – 5,53 = 14,47 cm
31
la =
la = cm
lb = l – la
lb = 37 – 10,42 = 27,28 cm
F. Beban Simitris
Case 1 :
Gambar 4.9
Luas daerah lasan A = untuk double fillet weld
Tegangan geser pada lasan g = x
Modulus bagian Z =
=
Bending stress b =
b =
32
Tegangan geser Maksimum g (mak) =
Case 2 :
Gambar 4.10
P = beban eksentris
e = eksentisitas
l = panjang lasan
t = leg of weld
Tegangan geser utama fs =
=
Contoh Soal
Sebuah lasan berbentuk siku membawa beban 15 kN seperti gambar, tentukan
ukuran lasan yang diperlukan bila tegangan geser yang diizinkan tidak melebihi 80
N/mm .
33
Gambar 4.11
Penyelesaian:
P = 15 kN
fs = 80 N/mm .
l = 50 mm
e = 125 mm
Kekuatan lasan:
fs = =
= N/mm .
Dari tabel 4.1, momen inersia polar
I = = 181.000 . t mm
Radius maksimum lasan, r = = 4.7 mm
Tegangan Geser yang disebabkan oleh momen bengkok
Fs = =
dan cos =
fs =
80 =
34
6.400 =
t =
t = mm
Soal Latihan :
1. Sebutkan type-type sambungan las
2. Gambarkan type-tyep sambungan las
Soal Hitungan :
1. Sebuah pelat lebar 100 mm dan tebal 12,5 mm disambungkan dengan cara pengelasan
parallel fillet weld. Pelat membawa beban 50 kN. Tegangan yang terjadi tidak lebih dari
56 N/mm , Tentukan panjang pengelasan untuk beban statik dan beban dinamik.
2. Sebuah pelat lebar 7,5 cm dan tebal 1.25 cm disatukan dengan pelat lain dengan cara
pengelasan ( single transverse dan double parallet fillet weld) seperti pada gambar
berikut
Gambar 4.12
Tegangan tarik dan tegangan geser maksimum 700 Kg/cm dan 560 Kg/cm . Tentukan
panjang lasan untuk beban statik dan dinamik.
3. Sebuah lasan berbentuk siku membawa beban 2.000 kg, seperti pada gambar di bawah
ini. Hitung ukuran pengelasan bila tegangan geser tidak lebih dari 800 kg/cm
35
Gambar 4.13
4. Sebuah pelat dengan ukuran 20 x 15 x 1 cm, disambungkan dengan las seperti pada
gambar 4.14 dibwah ini untuk mebawa beban statik sebesar 20 Ton, tegangan geser yang
diizinkan untuk beban statik 750 kg/cm . Tentukan panjang lasan bagian bawah dan
atas.
BAB V
SAMBUNGAN PAKU KELING
36
Bab / Topik : IV / Sambungan Paku Keling
Sub Bab :
- Bentuk dan Bagian-Bagian Paku Keling- Type-Type Paku Keling Berdasarkan Bentuk Kepalanya (Standard Indian)- Type Penyambungan dengan Paku Keling- Kelemahan Sambungan Paku Keling- Efisiensi Sambungan Paku Keling
Tujan Pembelajaran Umum (TPU) :Mahasiswa mengetahui sambungan, type-type, bentuk , kelemahan dan kelebihan dan paku keling, dapat menghitung kekuatan paku keling
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) :Setelah mempelajari Bab ini diharapkan mahasiswa :1.Dapat menyebutkan nama-nama bagian dari paku keling2. Dapat menyebutkan tipe-tipe paku keling berdasarkan bentuk kepalanya3. Dapat menyebutkan kelemahan-kelemahan sambungan paku keling4. Dapat menghitung kekuatan paku keling
A. Bentuk dan Bagian-Bagian Paku Keling
37
Gambar 5.1
B. Type-Type Paku Keling Berdasarkan Bentuk Kepalanya (Standard Indian)
1. Gambar 5.2, untuk tujuan umum, diameter shank dibawah 12 mm
(IS: 2155 -1962).
2. Gambar 5.3, untuk tujuan umum, diameter shank 12 s/d 48 mm
(IS: 1929-1901).
3. Gambar 5.4 untuk pekerjaan boiler, diameter shank 12 s/d 48 mm
(IS: 1928-1961).
38
Gambar 5.2
39
(c). Round counter (d) Flat counter (e) Flat Head sunk head 60 sunk head 60 Gambar 5.3
40
(g) Counter sunk head (h) Round counter (i) Steeple head sunk head
Gambar 5.4
41
C. Type Penyambungan dengan Paku Keling
1. Lap Joint
Gambar 5.5
42
2. Butt Joint
Single riveted double strap (unequal) butt jointGambar 5.6
Double riveted double strap (unequal) butt jointGambar 5.7
43
Double riveted double strap (equal) butt jointGambar 5.8
Triple riveted double strap (unequal) butt jointGambar 5.9
44
D. Kelemahan Sambungan Paku Keling
1. Sobekan pada tepi pelat
Gambar 5.10
p = pitch
d = diameter paku keling
t = tebal pelat
f = tegangan tarik bahan pelat
Luas sobekan per pitch panjangA = (p – d ) t
Tahanan sobek pelat per pitch panjangP = f . A P = (p – d ). t .f
2. Sobekan pelat menyilang pada baris kelingan
Gambar 5.11
3. Geseran pada paku keling
45
(b) shearing off rivet in a single cover butt jointGambar 5.12
Shearing off a rivet in double cover butt jointGambar 5.13
d = diameter paku keling
f = tegangan geser bahan paku keling
n = jumlah paku keling per pitch panjang
A = luas daerah yang mengalami geseran
= , (single)
= 2x (double, theoritical)
= 1.875 x (double, practical) …… Indian Boiler regulation
Tahanan geser
46
P = . f , (single)
= 2 x f x n, (double, theoritical)
= 1,875 x f x n, (double, practical) …… Indian Boiler regulation
4. Crushing pada paku keling
Gambar 5.14
d = diameter paku keling
f = tegangan crushing bahan paku keling
n = jumlah paku keling yang mengalami crushing
A = luas daerah yang mengalami crushing
= d.t
Total luas yang mengalami crushing
= d . t . n
Tahanan crushing:
P = n . d. t . f
E. Efisiensi Sambungan Paku Keling
Efisiensi sambungan paku keling adalah pebandingan kekuatan antara pelat yang dikeling dengan pelat tanpa dikeling.
Dimana:
47
p x t x f = kekuatan pelat tanpa (sebelum) dikelingp = pitch
Efisiensi sambungan paku keling untuk boiler menurut Indian Boiler Regulation diperlihatkan pada tabel 5.1 dibawah ini:
Lap joint Efisiensi (%)Butt joint (double
strap)Efisiensi (%)
Single riveted
Double rivited
Triple rivited
45 to 60
63 to 70
72 to 80
Single rivited
Double rivited
Triple riveted
Quadraruple riveted
55 to 60
70 to 83
80 to 90
85 to 94
Indian Boiler Regulation (maksimum 85 %)
Contoh Soal :
1. Tentukan efisiensi sambungan paku keling, untuk :
(1). Single riveted lap joint, tebal pelat 6 mm, diameter paku keling 2 cm dan pitch 5 cm
(2). Double rivited lap joint,tebal pelat 6 mm, diameter paku keling 2 cm, pitch 6,5 cm,
Asumsi bahwa:
- Tegangan tarik pelat = 1.200 kg/cm
- Tegangan geser paku keling = 900 kg/cm
- Tegangan crushing paku keling = 1.800 kg/cm
Penyelesaian (1) :
- tebal pelat t = 6 mm = 0,6 cm
- diameter paku keling d = 2 cm
- Tegangan tarik pelat f = 1.200 kg/cm
- Tegangan geser paku keling f = 900 kg/cm
- Tegangan crushing paku keling f = 1.800 kg/cm
(i) Tahanan sobek pelat
P = (p – d ) x t x f = ( 5 – 2 ) x 0,6 x 1.200 = 2.160 kg
(ii) Tahanan Tarik Paku Keling
P = . f
48
=
(iii) Tahanan crushing
P = d x t x f
= 2 x 0,6 x 1.800 = 2.160 kg
Kekuatan sambungan = Least of P , P , P
= 2.160 kg
Kekuatan pelat tanpa dikeling
P = p x t x f = 3.600 kg
Penyelesaian (2) :
p = 6,5 cm
(i) Tahanan sobek pelatP = (p – d ) x t x f
= ( 6,5 – 2 ) x x 1.200 = 3.240 kg
(ii) Tahanan geser paku keling
P = 2 x x f x n
= 2 x
(iii) Tahanan crushing paku keling
P = n . d. t . f
= 2 x 2 x 0,6 x 1.800 = 4.320 kg
Kekuatan sambungan = Least of P , P , P or P
= 3,240 kg
Kekuatan pelat tanpa dikelingan
P = p x t x f = 6,5 x 0,6 x 1.200 = 4680 kg
49
Jadi:
Soal Latihan :
1. Sebutkan nama-nama bagian dari paku keling
2. Sebutkan tipe-tipe paku keling berdasarkan bentuk kepalanya
3. Sebutkan kelemahan-kelemahan sambungan paku keling
4. Suatu sambungan paku keling (double riveted double cover butt joint), diameter pitch
100 mm, f = 120 N/mm , f = 100 N/mm , f = 150 N/mm . Tentukan efisiensi
sambungan paku keling tersebut.
5. Suatu sambungan paku keling (single riveted ) tebal pelat 1.5 cm, diameter paku
keling 2 cm. Tentukan kekuatan sambungan jika :
- diameter pitch 6 cm.
- f = 1200 kg/cm , f = 900 N/cm , f = 1600 kg/cm . Tentukan kekuatan
sambungan paku keling tersebut.
6. Dua buah pelat tebal 16 mm disambung dengan paku keling (double rivet lap joint).
Pitch masing-masing baris pada paku keling adalah 9 cm, diameter paku keling 2,5
cm. Jika :
- f = 1.400 kg/cm , f = 1. 100 kg/cm , f = 2.400 kg/cm . Tentukan efisiensi
sambungan.
7. Suatu sambungan paku keling (single riveted double cover butt joint) tebal dan lebar
pelat 10 mm dan 20 mm, diameter pitch 60 mm. Jika
f = 100 N/mm , f = 80 N/mm , f = 160 N/mm . Tentukan efisiensi sambungan
paku keling tersebut.
8. Suatu sambungan paku keling (double riveted double cover butt joint) tebal pelat 1,2
cm, diameter paku keling 18 mm. Jika :
f = 1.150 kg/cm , f = 800 kg/cm , f = 1.600 kg/cm . Tentukan efisiensi
sambungan.
50
9. Suatu sambungan paku keling ( double riveted with chain riveting) untuk
menyambungkan dua pelat tebalnya 10 mm. Jika :
f = 500 kg/cm , f = 800 kg/cm , f = 600 kg/cm . Tentukan diameter paku keling,
pitch dan jarak antara paku keling.
10. Suatu sambungan paku keling (triple riveted lap joint with zig-zag) didesain untuk
menyambungkan dua pelat yang tebalnya 6mm. Jika :
f = 120 N/mm , f = 100 N/mm , f = 150 N/mm .
Tentukan : diameter paku keling dan pitch antara baris paku keling.
DAFTRA SUMBER BACAAN
Khurmi R.S & Gupta J.K , 1980 “Machine Design”, Second Edition, Eurasia Publishing House (Pvt) LTD, New Delhi
P E D C Bandung, 1983, “Elemen Mesin Jilid 1”, Departemen Mesin
Sularso & Suga Kiyokatsu, 1983 “Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin” Pratnya Paramita, Jakarta
51
52
Top Related