ABSTRAK
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2005 yaitu 262/100.000
Kelahiran Hidup. Adapun faktor penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan,
eklampsi dan penyebab tidak langsung yaitu anemia. Berdasarkan data dari
Puskesmas Pandaan terjadi kenaikan selama 4 bulan terakhir ibu hamil yang terkena
anemia.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik
ibu hamil (umur, pendidikan, jarak kehamilan, paritas) dan asupan tablet tambah
darah dengan kejadian anemia.
Kesimpulan variabel yang berhubungan adalah jarak kelahiran dan umur ibu
hamil, sedangkan variabel paritas, pendidikan dan pengetahuan tidak bermakna.
Dengan demikian maka disarankan bahwa untuk menekan kejadian anemia dengan
berbagai dampaknya maka pengaturan jarak kelahiran sangat diperlukan melalui
perencanaan kelahiran melalui keluarga berencana, begitu juga dengan umur ibu,
sangat penting untuk diperhatikan melahirkan pada usia 20- 35 tahun.
BAB 1
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampai saat ini tingginya angka kematian ibu di Indonesia masih merupakan
masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan. Di samping menunjukkan
derajat kesehatan masyarakat, juga dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan
masyarakat dan kualitas pelayanan kesehatan. Penyebab langsung kematian ibu
adalah trias perdarahan, infeksi, dan keracunan kehamilan. Penyebab kematian
langsung tersebut tidak dapat sepenuhnya dimengerti tanpa memperhatikan latar
belakang (underlying factor), yang mana bersifat medik maupun non medik. Di
antara faktor non medik dapat disebut keadaan kesejahteraan ekonomi keluarga,
pendidikan ibu, lingkungan hidup, perilaku, dan lain-lain.
Kerangka konsep model analisis kematian ibu oleh Mc Carthy dan Maine
menunjukkan bahwa angka kematian ibu dapat diturunkan secara tidak langsung
dengan memperbaiki status sosial ekonomi yang mempunyai efek terhadap salah satu
dari seluruh faktor langsung yaitu perilaku kesehatan dan perilaku reproduksi, status
kesehatan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.1 Ketiga hal tersebut akan
berpengaruh pada tiga hasil akhir dalam model yaitu kehamilan, timbulnya
komplikasi kehamilan/persalinan dan kematian ibu. Dari model Mc Carthy dan
Maine tersebut dapat dilihat bahwa setiap upaya intervensi pada faktor tidak
langsung harus selalu melalui faktor penyebab yang langsung. 2
Status kesehatan ibu, menurut model Mc Carthy dan Maine 1 merupakan
faktor penting dalam terjadinya kematian ibu. Penyakit atau gizi yang buruk
merupakan faktor yang dapat mempengaruhi status kesehatan ibu. Rao (1975)
melaporkan bahwa salah satu sebab kematian obstetrik tidak langsung pada kasus
kematian ibu adalah anemia.3,4 Grant 5 menyatakan bahwa anemia merupakan salah
satu sebab kematian ibu, demikian juga WHO 6b menyatakan bahwa anemia
merupakan sebab penting dari kematian ibu. Penelitian Chi, dkk 7 menunjukkan
bahwa angka kematian ibu adalah 70% untuk ibu-ibu yang anemia dan 19,7% untuk
mereka yang non anemia. Kematian ibu 15-20% secara langsung atau tidak langsung
berhubungan dengan anemia. Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan
meningkatnya kesakitan ibu.8
2
Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada
kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat
badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu,
perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang
anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat
mentolerir kehilangan darah.9 Soeprono.10 menyebutkan bahwa dampak anemia
pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya
gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur), gangguan
proses persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis), gangguan pada
masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stres kurang,
produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi,
BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain).10
Prevalensi anemia pada wanita hamil di Indonesia berkisar 20-80%, tetapi
pada umumnya banyak penelitian yang menunjukkan prevalensi anemia pada wanita
hamil yang lebih besar dari 50%. Juga banyak dilaporkan bahwa prevalensi anemia
pada trimester III berkisar 50-79%.11 Affandi 12 menyebutkan bahwa anemia
kehamilan di Indonesia berdasarkan data Departemen Kesehatan tahun 1990 adalah
60%. Penelitian selama tahun 1978-1980 di 12 rumah sakit pendidikan/rujukan di
Indonesia menunjukkan prevalensi wanita hamil dengan anemia yang melahirkan di
RS pendidikan /rujukan adalah 30,86%. Prevalensi tersebut meningkat dengan
bertambahnya paritas.9 Hal yang sama diperoleh dari hasil SKRT 1986 dimana
prevalensi anemia ringan dan berat akan makin tinggi dengan bertambahnya
paritas.13 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa prevalensi anemia
pada kehamilan secara global 55% dimana secara bermakna tinggi pada trimester
ketiga dibandingkan dengan trimester pertama dan kedua kehamilan.6a
Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil
dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Oleh karena itu anemia gizi pada masa
kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi Hal ini juga diungkapkan
oleh Simanjuntak tahun 1992 bahwa sekitar 70 % ibu hamil di Indonesia menderita
anemia gizi.
Indonesia, prevalensi anemia tahun l970–an adalah 46,5–70%. Pada SKRT
tahun 1992 dengan angka anemia ibu hamil sebesar 63,5% sedangkan data SKRT
3
tahun 1995 turun menjadi 50,9%. Pada tahun 1999 didapatkan anemia gizi pada ibu
hamil sebesar 39,5%. Propinsi Sulawesi Selatan berdasarkan SKRT pada tahun 1992
prevalensi anemia gizi khususnya pada ibu hamil berkisar 45,5 – 71,2% dan pada
tahun 1994 meningkat menjadi 76,17% 14,3 % di Kabupaten Pinrang dan 28,7% di
Kabupaten Soppeng dan tertinggi adalah di Kabupaten Bone 68,6% (1996) dan
Kabupaten Bulukumba sebesar 67,3% (1997). Sedangkan laporan data di Kabupaten
Maros khususnya di Kecamatan Bantimurung anemia ibu hamil pada tahun 1999
sebesar 31,73%, pada tahun 2000 meningkat menjadi 76,74% dan pada tahun 2001
sebesar 68,65%.
Prevalensi anemia yang tinggi dapat membawa akibat negatif seperti: 1)
gangguan dan hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak, 2)
Kekurangan Hb dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang
dibawa/ditransfer ke sel tubuh maupun ke otak. Pada ibu hamil dapat mengakibatkan
efek buruk pada ibu itu sendiri maupun pada bayi yang dilahirkan. Studi di
Kualalumpur memperlihatkan terjadinya 20 % kelahiran prematur bagi ibu yang
tingkat kadar hemoglobinnya di bawah 6,5gr/dl. Studi lain menunjukkan bahwa
risiko kejadian BBLR, kelahiran prematur dan kematian perinatal meningkat pada
wanita hamil dengan kadar hemoglobin kurang dari 10,4 gr/dl. Pada usia kehamilan
sebelum 24 minggu dibandingkan kontrol mengemukakan bahwa anemia merupakan
salah satu faktor kehamilan dengan risiko tinggi.
BAB 2
TUJUAN
4
2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dan Asupan
Tablet Tambah Darah dengan Kejadian Anemia di Wilayah Kerja Puskesmas
Pembantu Desa Durensewu, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan.
2.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi frekuensi umur ibu hamil, pendidikan, paritas, jarak
kehamilan,dan asupan tablet tambah darah di wilayah kerja Puskesmas
Pembantu Desa Durensewu, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan.
b. Mengetahui hubungan umur ibu dengan kejadian anemia ibu hamil di wilayah
kerja Puskesmas Pembantu Desa Durensewu, Kecamatan Pandaan,
Kabupaten Pasuruan.
c. Mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan kejadian anemia ibu hamil di
wilayah kerja Puskesmas Pembantu Desa Durensewu, Kecamatan Pandaan,
Kabupaten Pasuruan.
d. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang anemia dengan kejadian
anemia ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Pembantu Desa Durensewu,
Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan.
e. Mengetahui hubungan paritas ibu dengan kejadian anemia ibu hamil di
wilayah kerja Puskesmas Pembantu Desa Durensewu, Kecamatan Pandaan,
Kabupaten Pasuruan.
f. Mengetahui hubungan jarak kehamilan ibu dengan kejadian anemia ibu hamil
di wilayah kerja Puskesmas Pembantu Desa Durensewu, Kecamatan Pandaan,
Kabupaten Pasuruan.
g. Mengetahui hubungan asupan Tablet Tambah Darah ( TTD ) dengan kejadian
anemia ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Pembantu Desa Durensewu,
Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan.
BAB 3
METODE
5
3.1 Metode Pelaksanaan
Tahap pengenalan medan menggunakan pendekatan survei, yaitu
pengumpulan data pada masyarakat dengan metode pengumpulan data secara
observasional, yang menurut waktu pengumpulan datanya bersifat cross
sectional, sedangkan menurut analisis data yang digunakan adalah statistik
deskriptif.
Tahap diagnosis intervensi dilakukan dengan menggunakan
pendekatan lokakarya, dan atau metode dinamika kelompok yang lain untuk:
1. merumuskan diagnosis intervensi
2. mengidentifikasi solusi atau model pemecahan masalahnya, berbentuk
program kesehatan
3. mengidentifikasi sumberdaya setempat dan peran serta masyarakatnya
4. mengambil keputusan untuk memilih program atau model atau solusi
yang akan dikerjakan dalam tahap Terapi Intervensi.
Tahap terapi intervensi dilakukan dengan menggunakan pendekatan
program, yaitu mempersiapkan serta melaksanakan program atau model atau
solusi yang terpilih bersama dengan partisipasi masyarakat dengan
memanfaatkan sumberdaya setempat.
3.2 Lokasi
Kegiatan Mini Project dilaksanakan di rumah kader Durensewu, Desa
Durensewu, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan.
3.3 Waktu
Kegiatan intervensi Mini Project dilaksanakan pada hari Senin tanggal
01 Maret 2011 sampai tanggal 14 Mei 2011.
Survei yang dilakukan dalam tahap pengenalan medan menggunakan metode
wawancara dengan instrumen kuesioner yang dilakukan pada ibu-ibu hamil di
wilayah kerja Puskesmas Pembantu Desa Durensewu, Kecamatan Pandaan,
Kabupaten Pasuruan.
6
Tahapan diagnosis intervensi mini project dilakukan melalui suatu lokakarya
dengan wakil dari puskesmas dan masyarakat dengan metode presentasi dan diskusi
untuk menganalisis hasil dari pengenalan medan dan mengidentifikasi prioritas
masalah yang perlu ditangani dalam masyarakat.
Terapi intervensi mini project adalah intervensi secara langsung dengan
pembuatan program dan penyuluhan bagi masyarakat sebagai solusi dari
permasalahan yang telah diidentifikasi pada tahap diagnosis intervensi.
BAB 4
PROGRAM ATAU MASALAH KESEHATAN YANG DIPELAJARI
7
Masalah kesehatan utama yang dipelajari dalam kegiatan Mini Project ini
adalah tingginya jumlah ibu hamil yang menderita anemia di wilayah kerja
Puskesmas Pandaan, khususnya Desa Durensewu, Kecamatan Pandaan, Kabupaten
Pasuruan. Masalah lain yang berkaitan dengan tingginya jumlah ibu hamil yang
menderita anemia juga dipelajari, antara lain mengetahui distribusi frekuensi umur
ibu hamil, pendidikan, pengetahuan, paritas, jarak kehamilan, dan asupan tablet
tambah darah.
BAB 5
PEMBAHASAN
8
Bulan Total Kunjungan Kejadian AnemiaApril'10 63 11Mei'10 52 11Juni'10 55 11Juli'10 56 9Agsts'10 38 7Sept'10 46 0Okt'10 42 7Nov'10 45 6Des'10 46 11Jan'11 62 4Feb'11 50 6Maret'11 51 9April'11 49 10
Tabel 5.1 Data Ibu Hamil yang Terkena Anemia di Puskesmas Pandaan
Dari data awal yang didapat dari kuesioner yang penulis bagikan dengan
teknik wawancara langsung, dari 34 ibu hamil terdapat 23 orang yang mengalami
anemia di Desa Durensewu. Data ini terbatas karena penulis hanya membagikan
kuesioner pada ibu hamil yang kontrol kehamilannya di Puskesmas Pembantu Desa
Durensewu, Kecamatan Pandaan.
5.1 Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Anemia Gizi Ibu Hamil
Umur Ibu Kejadian Anemia< 20 tahun 1020 – 35 tahun 5> 35 tahun 8
Tabel 5.2 menunjukan analisis hubungan umur ibu dengan kejadian anemia dan responden yang paling banyak menderita anemia adalah responden dengan umur < 20 tahun dan >35 tahun sebanyak 18 orang dan pada umur 20-35 tahun sebanyak 5 orang yang menderita anemia.
Umur seorang ibu berkaitan dengan alat – alat reproduksi wanita. Umur
reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun. Kehamilan diusia < 20
tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena pada kehamilan diusia
< 20 tahun secara biologis belum optimal emosinya cenderung labil, mentalnya
belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan
kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat – zat gizi selama
9
kehamilannya. Sedangkan pada usia > 35 tahun terkait dengan kemunduran dan
penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini.
Hasil analisis didapatkan bahwa umur ibu pada saat hamil sangat
berpengaruh terhadap kajadian anemia.
5.2 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kejadian Anemia Gizi Ibu Hamil
Pendidikan Ibu Kejadian AnemiaSD 4SMP 6SMA 10Sarjana 3
Tabel 5.3 menunjukan analisis hubungan pendidikan ibu dengan kejadian anemia dan responden yang paling banyak menderita anemia adalah responden dengan pendidikan terakhir SMA sebanyak 10 orang dan yang paling sedikit adalah Sarjana sebanyak 3 orang yang menderita anemia.
5.3 Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Anemia dengan Kejadian Anemia
Ibu Hamil
Pengetahuan Ibu Kejadian AnemiaTahu 10Tidak Tahu 13
Tabel 5.4 menunjukan analisis hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian anemia dan responden yang paling banyak menderita anemia adalah responden yang mengetahui sebanyak 10 orang dan yang tidak mengetahui sebanyak 13 orang yang menderita anemia.
5.4 Hubungan Paritas Ibu dengan Kejadian Anemia Ibu Hamil
Gravida Kejadian AnemiaGravida < 1 6Gravida 2-3 9Gravida >4 8
Tabel 5.5 menunjukkan analisis hubungan paritas dengan kejadian anemia dan responden yang paling banyak menderita anemia adalah pada paritas 2-3 dengan jumlah 9 orang dan terendah pada responden yang paritas < 1/>4 dengan jumlah 14 orang.
5.5 Hubungan Jarak Kehamilan Ibu dengan Kejadian Anemia Ibu Hamil
Jarak kehamilan Kejadian Anemia< 2 tahun 17
10
> 2 tahun 6Tabel 5.6 menunjukan analisis hubungan jarak kelahiran dengan kejadian anemia dan responden yang paling banyak menderita anemia adalah responden dengan jarak kelahiran < 2 tahun sebanyak 17 orang dan terendah pada responden dengan jarak kelahiran > 2 tahun sebanyak 6 orang.
Jarak kelahiran adalah waktu sejak ibu hamil sampai terjadinya kelahiran
berikutnya. Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya anemia.
Hal ini dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat –
zat gizi belum optimal, sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang
dikandung.
Berdasarkan analisis data diperoleh bahwa reponden paling banyak menderita
anemia pada jarak kehamilan < 2 tahun. Hasil uji memperlihatkan bahwa jarak
kelahiran mempunyai risiko lebih besar terhadap kejadian anemia.
5.6 Hubungan Asupan Tablet Tambah Darah ( TTD ) dengan Kejadian
Anemia Ibu Hamil
Asupan TTD Kejadian AnemiaIya 15Tidak 8
Tabel 5.7 menunjukan analisis hubungan asupan tablet tambah darah dengan kejadian anemia dan responden yang paling banyak menderita anemia adalah responden yang meminum TTD sebanyak 15 orang.
Dari 23 ibu hamil yang mengalami anemia, banyak dari mereka yang tahu
tentang anemia namun tidak mengetahui bahaya dari anemia pada ibu hamil. Banyak
dari mereka yang tidak meminum obat Tablet Tambah Darah (TTD) dengan alasan
lupa meminum, malas meminum, dan masih percaya pada mitos kalau ibu hamil
meminum tablet tambah darah maka akan menyebabkan tekanan darah tinggi.
BAB 6
EVALUASI
11
6.1 Metode dan Kegiatan Evaluasi
Dalam kegiatan penyuluhan tentang Anemia Gizi pada Ibu Hamil pada
tanggal 23 Mei 2011 yang bekerja sama dengan bidan desa dan kader posyandu,
maka untuk menindak lanjuti program terapi intervensi yang telah dilaksanakan,
seharusnya perlu dilaksanakan sebuah kegiatan evaluasi tahap awal untuk memantau
sejauh mana tingkat partisipasi masyarakat terutama ibu-ibu hamil di Desa
Durensewu, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan. Tetapi kegiatan evaluasi ini
belum dapat dilaksanakan dikarenakan evaluasi program pemantauan anemia gizi
pada ibu hamil harus dipantau lebih lanjut dan melihat berkurangnya jumlah ibu
hamil yang menderita anemia. Kegiatan evaluasi ini dilaksanakan untuk menilai
keberhasilan program terapi intervensi.
6.2 Hasil Kegiatan
Hasil kegiatan ini belum dapat dievaluasi dikarenakan evaluasi program
pemantauan anemia gizi pada ibu hamil harus dipantau lebih lanjut dan melihat
berkurangnya jumlah ibu hamil yang menderita anemia.
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
12
7.1 Kesimpulan
Anemia gizi didefinisikan sebagai suatu kondisi kadar haemoglobiin (Hb)
darah lebih rendah daripada nilai normal untuk kelompok yang bersangkutan,
penyebab utama anemia adalah rendahnya kadar zat besi, merupakan salah satu
masalah gizi utama di Indonesia yang sampai pada saat ini prevalensinya masih
sangat tinggi.
Berdasarkan hasil analisis status kesehatan ibu hamil di wilayah kerja Desa
Durensewu, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan didapatkan :
1. Umur ibu kurang dari 20 tahun dan lebih 35 tahun berisiko lebih besar
untuk menderita anemia
2. Pendidikan tidak berisiko untuk menderita anemia
3. Pengetahuan hamil tidak berisiko untuk menderita anemia
4. Jarak kelahiran kurang dari dua tahun berisiko lebih besar untuk menderita
anemia
5. Paritas > 3 orang tidak berisiko lebih besar untuk menderita anemia
6. Kepatuhan asupan Tablet Tambah Darah (TTD) tidak berisiko lebih besar
untuk menderita anemia.
Pemicu utama terjadinya anemia gizi di Indonesia adalah kurangnya zat besi
yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah haemoglobin (Hb)
menyebabkan kurangnya oksigen yang dibutuhkan untuk disuplai dan dialirkan ke
sel-sel tubuh maupun sel otak, sehingga menimbulkan gejala : letih, lesu dan cepat
merasa lelah, dengan akibat selanjutnya pada pekerja wanita adalah rendahnya
tingkat produktifitas.
Mengingat bahwa salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia adalah
terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas dengan kinerja yang optimal dan
produktifitas yang tinggi, maka pendekatan melalui program Penanggulangan anemia
gizi menjadi sangat penting.
7.2 Saran
1. Perencanaan kehamilan/persalinan sangat penting dilaksanakan pada umur
20 sampai 35 tahun, untuk menekan kejadian anemia pada ibu hamil.
13
2. Program KB sangat diperlukan untuk mengatur jarak kelahiran sehingga
kelahiran berikutnya dapat lebih dari dua tahun.
3. Meskipun pada penulisan ini ANC tidak bermakna, namun tetap sangat
diperlukan adanya kunjungan yang teratur bagi ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilannya, sebagai upaya deteksi dini kelainan
kehamilan.
4. Perlu penelitian lanjutan terhadap variabel lain yang belum diteliti dalam
penelitian ini, misalnya kebiasaan ibu serta faktor sosial budaya yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
14
1. McCarthy J and Maine D, 1992. A Framework for Analyzing the Determinants of Maternal Mortality. Studies in Family Planning Vol 23 Number 1 January/February 1992, pp. 23-33.
2. Pratomo H dan Wiknjosastro GH, 1995. Pengalaman Puskesmas dalam Upaya Keselamatan Ibu : Pilot Project di Beberapa Puskesmas. Jurnal Jaringan Epidemiologi Nasional. Edisi 1 tahun 1995, hal. 1-8.
3. Hutabarat H, 1981. Kematian Maternal. Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Vol. 7 No. 1 Januari 1981, hal. 5-35.
4. Vijayaraghavan, Bradman GV, Nair KM, Rao NP 1990. Evaluation Of National Nutritional Anaemia Prophylaxis Programme. Ind. J. Procd 1990, 57, pp. 182-189.
5. Grant J.P, 1992. Situasi Anak-anak di Dunia 1991. Unicef6. a. WHO, 1992. Report of Working Group on Anemia. WHO Report, pp
17020.b. ____, 1994. Maternal Health and Safe Motherhood Programme : Research Progress report 1987-1992. Maternal Health and Safe Motherhood Programme Division of Family Health WHO Geneva. _____, 1994. Report of the WHO Informasl Consultation on Hookworm Infection and Anemia in Girls and Women. Schitosomiasis and Intestinal Parasites Unit Division of Control of Tropical Disease, Geneva 5-7 December 1994
7. Chi IC, 1981. Kematian Ibu pada Dua Belas Rumah Sakit Pendidikan di Indonesia : Sebuah Analisis Epidemiologi. Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Vol. 7 No. 4 Oktober 1981, hal. 223-235.
8. Thangaleela T, Vijayalakshmi P, 1994. Prevalence of Anaemia in Pregnancy. The Indian Journal of Nutrition and Dietetics. Feb 1994. 31(2), pp. 26-29.
9. Soejoenoes A, 1983. Beberapa Hasil Pengamatan Klinik pada Ibu Hamil dengan Anemia (Satu Studi di Rumah Sakit Pendidikan/rujukan di Indonesia). Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Vol. 2 No. 9 April 1983, hal. 83-89.
10. Soeprono R, 1988. Anemia pada Wanita Hamil. Berkala Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Jilid XX Nomor 4 Desember 1988, hal. 121-135.
11. Husaini MA, 1989. Prevalensi Anemia Gizi. Buletin Gizi 2 (13) 1989, hal. 1-4.
12. Affandi B, 1995. Kesehatan Reproduksi, Hak Reproduksi dan Realita Sosial. Seminar Hak dan Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta 1-2 Mei 1995.13. Ristrini, 1991. Anemia Akibat Kurang Zat Besi, Keadaan, Masalah dan Program Penanggulangannya. Medika. Tahun 17 No. 1 Januari 1991, hal. 37-42.
DAFTAR ISI
15
Abstrak …………………………………………………………………………. 1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………….…………………………………… 2
BAB 2. TUJUAN
2.1 Tujuan Umum …………………………………………………………. 5
2.2 Tujuan Khusus …………………………………………….…………… 5
BAB 3. METODE
3.1 Metode Pelaksanaan ………………………………………………...… 6
3.2 Lokasi ……………………………………………………………….… 6
3.3 Waktu ……………………………………………………………..…... 6
BAB 4. PROGRAM ATAU MASALAH KESEHATAN YANG DIPELAJARI 8
BAB 5. PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Anemia Gizi Ibu Hamil ………. 9
5.2 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kejadian Anemia Gizi Ibu Hamil …. 10
5.3 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Anemia Gizi Ibu Hamil … 10
5.4 Hubungan Paritas Ibu dengan Kejadian Anemia Gizi Ibu Hamil …….. 10
5.5 Hubungan Jarak Kehamilan Ibu dengan Kejadian Anemia Gizi Ibu Hamil 11
5.6 Hubungan Asupan TTD dengan Kejadian Anemia Gizi Ibu Hamil ……. 11
BAB 6. EVALUASI
6.1 Metode dan Kegiatan Evaluasi ………………………………………….. 12
6.2 Hasil Kegiatan …………………………………………………………... 12
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan ……………………………………………………………... 13
7.2 Saran ……………………………………………………………………. 14
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 15
LAPORAN PENULISAN MINI PROJECT
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL
16
DAN ASUPAN TABLET TAMBAH DARAH DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEMBANTUDESA DURENSEWU, KECAMATAN PANDAAN
KABUPATEN PASURUAN2011
Oleh :
Widriantari Rosyamar, dr.Peserta Dokter Internsip
INTERNSIP DOKTER INDONESIA
2011
LAPORAN PENULISAN MINI PROJECT
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL
17
DAN ASUPAN TABLET TAMBAH DARAH DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEMBANTUDESA DURENSEWU, KECAMATAN PANDAAN
KABUPATEN PASURUAN2011
Oleh :
Widriantari Rosyamar, dr.Peserta Dokter Internsip
Pendamping :
Dr. Hj. Ani Latifah
INTERNSIP DOKTER INDONESIA
2011
LEMBAR PENGESAHAN
18
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMILDAN ASUPAN TABLET TAMBAH DARAH DENGAN KEJADIAN
ANEMIA IBU HAMILDI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEMBANTU DESA
DURENSEWU, KECAMATAN PANDAANKABUPATEN PASURUAN
2011
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Tugas Dokter Internsip Indonesia 2011
Penyusun :
Widriantari Rosyamar, dr.
Telah Disetujui Oleh,
Pendamping,
Dr. Hj. Ani Latifah
19
Top Related