MATERI MATA KULIAH AGAMA KATOLIK
OLEH :PAULUS ODJA, S.Ag
UNTUK KALANGAN SENDIRI
POLITEKNIK KESEHATAN MALANGJURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BLITARJl. Dr. Sutomo No. 46
BLITAR - 66133
1
MATERIPERTEMUAN PERTAMA ( I )
I. 1. KONSEP AGAMA, SPIRITUALITAS DAN KEPERCAYAANSERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHIMENURUT GEREJA KATOLIK
A. AGAMA 1. Pengertian
a. Agama adalah seperangkat tata nilai yang disampaikan oleh Allah
kepada manusia melalui para nabi kemudian dibukukan untuk dijadikan
pegangan hidup.
Ada tiga unsur dalam pengertian agama yaitu :
- Ada Allah
- Ada Nabi
- Ada Kitab suci
Ketiga unsur tersebut mendapat pengakuan dan perlindungan oleh
Negara yang secara syah ditetapkan dalam UUD’45, pasal 29 ayat 2,
yang berbunyi “Setiap warga Negara berhak memeluk agama dan
menjalankan ibadahnya sesuai dengan kepercayaannya masing-
masing”
b. Agama adalah
Suatu jenis sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang
berproses pada kekuatan non empiris yang dipercayainya dan
didayagunakannya untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka dan
masyarakat luas pada umumnya.
Ada tiga unsur yang terkandung dalam definisi tersebut yaitu :
- Agama disebut sistem sosial, yaitu suatu fenomena sosial, suatu
peristiwa kemasyarakatan, suatu sistem sosial dapat dianalisis
karena terdiri atas suatu komplek kaidah dan peraturan yang
dibuatnya saling berkaitan dan terarah kepada tujuan tertentu.
- Agama berproses pada kekuatan-kekuatan non empiris
- Manusia mendayagunakan kekuatan-kekuatan atas untuk
kepentingan sendiri dan masyarakat luas.
2. Fungsi agama Fungsi agama bagi manusia dan masyarakat tidak terlepas dari
tantangan/ masalah yang dihadapi manusia dan masyarakat. Untuk
2
mengatasi semua ini manusia lari kepada agama karena manusia percaya
dengan keyakinannya yang kuat bahwa agama memiliki kesanggupan
yang didefinitik dalam menolong manusia.
a. Fungsi edukatif
Manusia memperdayakan fungsi edukatif kepada agama yang
mencangkup tugas mangajar dan tugas bimbingan. Agama dianggap
sanggup memberikan pengajaran yang otoritatif bahkan dalam hal-hal
yang sakral tidak dapat salah.
b. Fungsi penyelamatan
Agama mengajarkan dan memberikan jaminan dengan cara-cara yang
khas untuk mencapai kebahagiaan yang terakhir, yang pencapaiannya
mengatasi kemampuan manusia secara mutlak karena kebahagiaan
itu berada diluar batas kekuatan manusia.
c. Fungsi eksekutif
- Agama membantu manusia untuk mengenal yang sakral dan
mahkluk tertinggi / Tuhan dan berkomunikasi dengan-Nya
- Agama sanggup mendamaikan kembali manusia yang salah
dengan Tuhan melalui jalan pengampunan dan penyucian.
d. Fungsi pengawasan sosial
- Agama mempunyai fungsi pengawasan sosial.
Agama merasa ikut bertanggungjawab atas adanya norma-norma
susila yang baik yang diberlakukan atas masyarakat manusia
umumnya.
- Agama mempunyai protatis/ kritis.
Adalah bentuk pengawasan sosial agama terhadap masyarakat
dalam dimensi yang tajam, kekhususan fungsi ini terletak pada
sasaran dan caranya.
e. Fungsi memupuk persaudaraan
Agama berfungsi sebagai pembinaan persaudaraan. Dalam sejarah
umat manusia situasi kerukunan masih jauh lebih positif. Konflik tidak
terjadi terus menerus tetapi kadang ada kadang tidak.
f. Fungsi transformatif
Kata transformatif berasal dari bahasa Latin yaitu transformer, artinya
mengubah bentuk. Jadi fungsi transformartif bearti mengubah bentuk
kehidupan baru.
3. Ajaran AgamaSemua agama mengajarkan adanya :
3
- Allah
- Nabi
- Dan Kitab suci sebagai sumber utama dalam iman dan pengajarannya
a. Tujuan pengajaran agama adalah
Agar seluruh umat manusia menjalani hidupnya sesuai dan selaras
dengan kehendak Allah
Agar seluruh umat manusia mengenal dan mencintai Allah
Agar seluruh umat manusia hidup bahagia bersama Allah dan
sesamanya semasih hidup maupun setelah mati.
b. Sumber pengajaran agama
Kitab Suci
Ajaran gereja
Tradisi
c. Motifasi pengajaran agama
Motivasi pengajaran agama bukan terletak pada gaji, kedudukan/
jabatan tetapi pada panggilan untuk menghadirkan karya keselamatan
Allah kepada dunia agar banyak orang diselamatkan dari kuasa
kejahatan/ maut. Sebab keselamatan yang telah dirasakan / dialami/
diterima dari Allah disalurkan / diteruskan kepada sesama umat
manusia, sehingga keselamatan yang dialaminya akan dialami juga
orang lain. Itulah panggilan.
d. Isi pengajaran agama
Isi pengajaran agama mengandung empat perkara terakhir yang akan
dialami / dihadapi manusia, yaitu :
Kematian
Pengadilan
Surga
Neraka
Dalam isi pengajaran dikatakan bahwa kehidupan yang menciptakan
ada yang memelihara dan ada juga yang menyelamatkan, yaitu :
ALLAH.
4. Pengaruh agama atas bidang kehidupan manusiaJasa terbesar agama adalah mengarahkan perhatian umat manusia kepada masalah “Maha penting” yang selalu menggoda manusia
membutuhkan bukan saja pengatur emosi tetapi juga kepastian kognitif/
pengetahuan tentang perkara-perkara yang tidak dapat dielakkan dari
4
pikiran manusia itu sendiri. Terhadap persoalan tersebut agama
menunjukkan jalan dan arah kemana manusia harus mencari jawabannya.
5. Tanggapan Iman terhadap Ajaran AgamaMenurut kitab suci Gereja Katolik manusia itu mahkluk ciptaan Allah,
yang paling mulia dari semua ciptaan yang lain. Manusia diberi
kemampuan yang lebih dari semua mahkluk ciptaan, karena manusia
diberi akal budi.
Akal budi disebut sebagai mahkota sebab Allah menghendaki agar
hidup manusia semata-mata untuk memuliakan Allah. Manusia dijadikan
sebagai patner kerja/ rekan kerja Allah atau mitra kerja yang sangat efektif
untuk membangun dunia. Sehingga dunia ini sungguh menjadi tempat
kediaman yang aman, bahagia dan sejahtera.
Kemampuan akal budi yang diberikan itu tentu berbeda setiap
orang. Hal ini dimaksudkan oleh Allah agar dengan perbedaan itu
manusia dapat :
a. Saling membutuhkan
b. Saling melengkapi dan
c. Saling membahagiakan
Di dalam akal budi manusia memiliki martabat yang secitra dengan
Allah, artinya bahwa sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah juga dimiliki oleh
manusia. Sebab dalam diri manusia memiliki tiga unsur, yaitu :
a. Cipta, mampu menciptakan sesuatu
b. Rasa, mampu membedakan
c. Karsa, mampu melakukan kehendak
Gambaran manusia secitra dengan Allah terkandung maksud agar
manusia tidak boleh membunuh sesamanya sendiri. Sebab membunuh
sama halnya manusia tidak mau menerima Allah dalam hidupnya.
Agar ajaran agama yang berdasarkan kitab suci dapat diterima dan
dapat diwujudkan dalam kehidupan manusia secar kongkrit / nyata, maka
ditawarkan beberapa hal penting untuk dijadikan pegangan, sebagai
pegangan berikut :
a. Tiga keutamaan menuju Tuhan, yaitu :
a.1 Iman
a.2 Harapan
a.3 Cinta Kasih
b. Empat keutamaan susila, yaitu :
b.1 Kebijaksanaan
5
b.2 Keadilan
b.3 Kekuatan
b.4 Pengendalian diri/ mawas diri/ tahu batas
c. Kedua perintah cinta kasih, yaitu :
c.1 Cintailah Tuhan Allahmu
dengan segenap hatimu
dengan segenap jiwamu
dengan segenap akal budimu dan
dengan segenap kekuatanmu
c.2 Dan cintailah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri
d. Tujuh perbuatan cinta kasih jasmani, yaitu :
d.1 Beri makan kepada sesama yang lapar
d.2 Beri minum kepada sesama yang haus
d.3 Beri pakaian kepada yang berkekurangan
d.4 Beri penginapan kepada yang diperjalanan
d.5 Mengunjungi sesama yang sakit
d.6 Menghibur dan mendoakan sesama yang meninggal
e. Tujuh perbuatan cinta kasih rokhani, yaitu :
e.1 Menasehati sesama yang ragu-ragu
e.2 Mengajar sesama yang belum tahu
e.3 Menegur sesama yang berbuat dosa
e.4 Menghibur sesama yang menderita
e.5 Mengampuni sesama yang bersalah
e.6 Bersabar dengan sesama yang mengganggu
e.7 Berdoa untuk sesama yang hidup maupun yang telah meninggal
f. Hindari musuh jiwa-jiwa yang utama, yaitu :
f.1 Tujuh cacat jiwa yang pokok, seperti
f.1.1 Sombong
f.1.2 Rakus
f.1.3 Kikir
f.1.4 Marah
f.1.5 Cabul
f.1.6 Iri hati
f.1.7 Malas
f.2 Enam dosa terhadap Roh Kudus, yaitu :
f.2.1 Rasa putus asa akan keselamatan jiwa
f.2.2 Kesombongan menyelamatkan diri tanpa berusaha
f.2.3 Perlawanan terhadap kebenaran yang sudah dikenal
6
f.2.4 Rasa iri hati akan kebaikan sesama manusia
f.2.5 Kemauan keras hidup dalam dosa
f.2.6 Penolakan ampun Illahi pada saat terakhir / menjelang
wafat.
g. Kenakan senjata dari 7 Karunia Roh Kudus, yaitu
g.1 Roh kebijaksanaan
g.2 Roh nasehat
g.3 Roh kepatuhan
g.4 Roh pengertian
g.5 Roh kesalehan
g.6 Roh pengetahuan
g.7 Roh keberanian / kekuatan
6. Gereja6.1 Pengertiannya ada 4 yaitu :
6.1.1 Gereja sebagai umat Allah
- Umat jabatan
- Umat inti
- Umat biasa/ awam
6.1.2 Gereja sebagai gedung
6.1.3 Gereja sebagai sakramen
6.1.4 Gereja sebagai tubuh mistik Kristus
6.2 Sifat Gereja, ada 4 sifat gereja, yaitu :
6.2.1 Satu, percaya pada Yesus yang sengsara, wafat dan bangkit
6.2.2 Kudus, dibangun dan didirikan oleh Yesus sendiri
6.2.3 Katolik, terbuka untuk siapa saja, umum
6.2.4 Apostolik, sesuai dan berpegang pada ajaran para rasul
6.3 Tugas Gereja
Ada 3 tugas gereja/ Tri tugas Gereja, yaitu :
6.3.1 Tugas sebagai nabi (mewartakan)
6.3.2 Tugas sebagai Imam (mengkuduskan)
6.3.3 Tugas sebagai raja (menggembalakan)
6.4 Hirarkis Gereja
6.4.1 Paus
6.4.2 Uskup
7
6.4.3 Imam
6.4.4 Diakun
6.4.5 Umat / jemaat
6.5 Hukum dan Peraturan Gereja
6.5.1 Hukum Allah
Ada 10 perintah / hukum Allah (Dasa Firman) yang bunyinya :
Akuilah Tuhan Allahmu,
1. Jangan menyembah berhala, berbaktilah kepadaKu saja,
dan cintailah Aku lebih dari segala sesuatu
2. Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan tidak
hormat.
3. Kuduskanlah hari Tuhan
4. Hormatilah ibu-bapamu
5. Jangan membunuh
6. Jangan berzinah
7. Jangan mencuri
8. Jangan bersaksi dusta tentang sesamamu manusia
9. Jangan ingin memiliki istri sesamamu
10.Jangan mengingini milik sesamamu manusia secara tidak
adil
6.5.2 Hukum Kasih (dari Yesus)
Bunyinya :
“Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan
segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan
kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”
6.5.3 Hukum Gereja (lima perintah gereja)
Bunyinya :
1. Rayakanlah hari raya yang disamakan dengan hari Minggu
2. Ikutilah perayaan Ekaristi pada hari Minggu dan hari raya
yang diwajibkan, dan janganlah melakukan pekerjaan yang
dilarang pada hari itu.
3. Berpuasalah dan berpantanglah pada hari yang ditentukan
4. Mengakulah dosamu sekurang-kurangnya setahun sekali.
5. Sambutlah Tubuh Tuhan pada masa Paskah.
6.6 Sakramen Gereja
6.6.1 Pengertian Sakramen
8
Sakramen adalah suatu tanda rahmat Allah, ungkapan serta
komunikasi iman Gereja.
6.6.2 Macam-macam Sakramen
Ada 7 macam sakramen gereja, yaitu :
1. Sakramen Baptis
2. Sakramen Tobat
3. Sakramen Ekaristi
4. Sakramen Krisma
5. Sakramen Imamat
6. Sakramen Pernikahan
7. Sakramen Perminyakan orang sakit
6.6.3 Sakramen Inisiasi Gereja
Yaitu memasukkan seseorang untuk menjadi anggota gereja
secara penuh/ syah.
Sakramen Inisiasi, meliputi :
1. Sakramen Babtis
2. Sakramen Ekaristi
3. Sakramen Krisma
6.6.4 Sakramental
Adalah upacara pemberkatan benda-benda kudus sehingga
mendatangkan berkat bagi si pemakai.
Contoh : - Upacara pemberkatan rumah
- Upacara pemberkatan patung / rosario
6.7 Sabda bahagia (dari Yesus untuk para pengikut-Nya)
Bunyinya :
6.7.1 Berbahagialah orang miskin dihadapan Allah, karena merekalah
yang empunya kerajaan Surga.
6.7.2 Berbahagialah orang yang berduka cita, karena mereka akan
dihibur.
6.7.3 Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan
memiliki bumi
6.7.4 Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran,
karena mereka akan dipuaskan
6.7.5 Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan
beroleh kemurahan.
6.7.6 Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan
melihat Allah.
9
6.7.7 Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka
akan disebut anak-anak Allah.
6.7.8 Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran,
dicela, dan difitnahkan segala yang jahat karena Aku,
bersukacitalah dan bergembiralah, karena upahmu besar di
Surga.
7. Agama dan Morala. Agama adalah suatu sistem sosial ciptaan manusia berdasarkan
keyakinan, suatu visi mengenai manusia dan Allah serta hubungan
timbal balik. Agama juga selalu mencangkup suatu “kode”, sejumlah
aturan perilaku para penganut agama itu.
Adapun moral ialah seberkas aturan (perintah dan larangan)
yang mengatur hubungan antara manusia dan antar kelompok
manusia. Moralpun ciptaan manusia. Dan seperti contoh memungut
bunga uang pinjaman dinilai sebagai dosa besar oleh Kekristenan
sudah lama sekali. Tetapi sekarang bank Vatikan dalam hal ini tidak
berbeda dengan bank-bank kapitalis lain.
Agama tidak menciptakan moral, termasuk “kode” perilakunya
sendiri. Dari moral yang berlaku, agama menyaring sejumlah aturan
yang dinilai sesuai dengan keyakinan yang menjiwai agama itu, dan
yang tidak cocok, ditolak. Itulah yang menjadi “kode” perilaku
kelompok yang menganut agama itu.
Tolak ukur dalam proses penyaringan tersebut ialah Visi agama itu tentang Allah dan tentang manusia dalam hubungannya satu sama lain. Itu menghasilkan tata nilai khusus yang disebut Ethos.
Visi tentang Allah dan manusia turut menentukan aturan permainan antar manusia, yang disebut Moral.
b. Agama – Pembina Moral
Dengan uraian tersebut orang kiranya boleh berkata bahwa
keyakinan yang menjiwai salah satu agama turut membina moral para
penganutnya.
Visi tentang Allah dan manusia menambah motivasi untuk
berpegang pada aturan main antar manusia. Karena perilaku,
nyatanya tidak hanya menyangkut relasi antar manusia, tetapi juga
relasi dengan Allah sebagaimana ia diyakini.
10
Kelakuan moral, pada gilirannya, memberi wujud kongkrit di
dunia ini kepada keyakinan religius tersebut. Sebab keyakinan itu
bertendensi mencangkup seluruh manusia, termsuk segi sosialnya,
yang secara langsung tidak berkenaan dengan relasi antar Allah dan
manusia.
c. Agama meningkatkan moral
Seperti diuraikan sebelumnya, bahwa agama bukan pertama-
tama untuk meningkatkan moral manusia, meskipun kerapkali dinilai
dan disalahgunakan demikian. Peningkatan semacam itu hanyalah
konsekuensi dari keyakinan yang ditanam agama dalam hati manusia yang menganutnya. Karena itu agama tidak begitu saja
menjamin peningkatan moral.
Sejauh manakah moral orang membaik, ditentukan oleh sejauh manakah derajat keyakinan religius menjadi milik pribadi si penganut agama dan sejauh manakah keyakinan itu meresap kedalam seluruh keberadaannya.
Jarang sekali, bahkan menurut keyakinan Kristen, bahwa tidak
pernah keyakinan itu berhasil sepenuh-penuhnya. Sebab terbentur
pada begitu banyak kendala, didalam dan diluar diri sendiri, sehingga
tidak pernah berhasil menentukan seluruh perilaku manusia.
Moral orang yang tidak beragama, tetapi yang mempunyai
keyakinan human/ humanis yang kuat, tidak usah kalah dengan
moral orang yang beragama. Sebabnya ialah bahwa moral terletak
ditingkat mendatar, ditingkat relasi antar manusia.
Kita sendiri melihat bahwa ada orang tak beragama yang nyata-
nyat lebih baik daripada yang beragama. Tidak sedikit Marksis-
Komunis yang tidak segan mengorbankan hidupnya dalam
perjuangan untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan
human. Orang komunis semcam itu lebih baik dari pada Mafia Italia,
Sisilia, Irlandia yang Katolik itu tetapi tidak segan membunuh sesama
manusia karena duit atau untuk membalas dendam pribadi.
Pokoknya tingkat moralitas orang tidak ditentukan oleh agama
yang ia anut, tetapi oleh bobot kepribadiannya. !
11
B. IMAN1. Pengertian
a. Iman adalah suatu sikap penyerahan diri secara total / penuh kepada
Allah tanpa syarat.
b. Iman adalah suatu jalan untuk tinggal dalam kebaikan serta kekuatan
Allah
c. Iman adalah suatu sikap bergantung / bersandar dan percaya kepada
Allah
d. Iman adalah dasar hidup yang kokoh / tangguh/ kuat/ tak goyah dalam
diri seorang beragama.
e. Iman adalah kunci dan nabi adalah pintunya
f. Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti
dari segala sesuatu yang tidak kita lihat ( Ibr, 11:1 )
2. Dasar Iman a. Wahyu Allah
b. Percaya terhadap :
b.1 Janji-janji Allah yang umum dan mengikat
b.2 Keinginan-keinginan Allah
b.3 Pengertian akan kodrat Allah
(Rahim dan belas kasih)
(Cerita panggilan Abraham dalam Perjanjian Lama)
3. Tingkatan Iman Ada tiga tingkatan iman dalam diri seseorang yaitu :
a. Iman persetujuan, yaitu menerima kebenaran.
b. Iman kepercayaan, yaitu bahwa itu baik
c. Iman penuh pengharapan, yaitu lebih bersifat dinamis/ aktif (Iman yang
terlibat)
4. Proses Iman Bagaimana proses iman itu terjadi ?, yaitu
a. Melalui pendengaran
b. Melalui perjumpaan
c. Melalui pergumulan
d. Melalui Keputusan
e. Melalui kesaksian hidup
12
Iman yang dimiliki akan menimbulkan dorongan dan semangat yang
menjadi cahaya/ terang bagi seseorang untuk memberi kesaksian melalui
kata-kata, sikap dan perbuatan (lihat Injil Yoh, 9 : 1-41) tentang Yesus
menyembuhkan orang buta sejak lahir.
5. Langkah-langkah positif kepada Iman, yaitu a. Bacaan Kitab Suci
b. Menghayati bacaan Kitab Suci
c. Melakukan doa pribadi
d. Melakukan doa iman (Aku percaya / Credo)
e. Mengikuti pembinaan rohani
6. Hal-hal yang menghalangi tumbuhnya iman, yaitu a. Ketakutan
b. Perasaan
c. Tidak percaya diri
d. Setan / godaan
7. Syarat doa dikabulkan, yaitu a. Kita tinggal dalam Allah dan bersatu dengan-Nya
b. Ada keyakinn penuh pada Allah
c. Iman harus terus bertambah dan berkembang
8. Pokok iman ajaran Agama Katolika. Tanda salib
arti tanda salib mempunyai 3 pokok yaitu :
a.1 Untuk menyatakan atau mengakui Allah yang benar
a.2 Melambangkan Allah Tri Tungggal Maha Kudus
a.3 Mengigatkan kita akan tiga keutamaan terlegal yaitu iman,
harapan dan cinta kasih.
b. Syahadat (Aku percaya / Credo)
b.1 Allah pencipta langit dan bumi
b.2 Yesus Kristus Putra Allah yang hidup
b.3 Dikandung dari Roh Kudus dan dilahirkan oleh perawan Maria
b.4 Menderita sengsara dalam pemerintahan Portius Pilatus,
disalibkan, wafat dan dimakamkan
b.5 Bangkit dari antar orang mati, naik ke surga
b.6 Kembali ke bumi untuk mengadili orang hidup dan mati
13
b.7 Percaya adanya Roh Kudus
b.8 Percaya pada Gereja yang Kudus
b.9 Percaya pada persekutuan orang Kudus
b.10 Percaya adanya pengampunan
b.11 Percaya adanya kebangkitan badan
b.12 Percaya akan kehidupan kekal
c. Surga
Surga adalah kediaman atau tahta Allah
d. Api penyucian
Suatu penghukuman sementara sebelum masuk surga
e. Yesus Kristus
Adalah Putra Allah yang menjelma menjadi manusia
f. Roh Kudus
Adalah Roh Allah sebagai penolong atau penggerak manusia karena ia
berasal dari Allah
g. Tuhan
Adalah Bapa kita yang ada di Surga
h. Maria
Adalah Bunda Allah, sebab ia sendiri yang melahirkan Yesus Kristus
karena Ilham Roh Kudus
i. Rahmat
adalah hidup Illahi yang ditanam dalam hati orang yang dipermandikan
j. Iman
Adalah penyerahan diri kepada Allah
k. Moral
Adalah ajaran tentang norma-norma bagi tingkah laku manusia yang
benar menurut kehendak Illahi/ Allah yang berdasarkan wahyu Allah
dalam Kristus
l. Malaikat
Adalah mahkluk rohani yang diciptakan Allah untuk menyatakan
kemulian-Nya
m.Katolik
Berarti menyeluruh, umum, yang percaya kepada Kristus supaya
semua orang diselamatkan.
n. Neraka
Adalah suasana siksaan yang tersedia, yang digambarkan sebagai api
abadi
14
o. Kebangkitan orang mati
Adalah semua orang baik, saleh maupun yang jahat dihadapkan
kepada pengadilan terakhir
p. Dosa
Adalah segala bentuk pelanggaran terhadap perintah / kehendak Allah
q. Agama
Adalah segala bentuk hubungan manusia dengan yang Maha Suci
r. Nabi
Adalah utusan Allah untuk mewartakan injil/ kabar gembira
s. Hidup abadi
adalah tempat untuk memperoleh keselamatan yang kekal bersama
dengan Allah Bapa
t. Manusia
Adalah ciptaan Allah yang paling luhur, dengan demikian ia memiliki
tugas untuk memuliakan Allah dalam melaksanakan seluruh perintah-
Nya.
u. Persekutuan para Kudus
Adalah kelompok orang beriman yangmasih menderita (api penyucian),
kelompok orang yang masih berjuang (Gereja yang masih
mengembara di dunia) dan kelompok orang yang beriman yang sudah
jaya (kelompok orang yang sudah hidup bahagia bersama Allah dalam
kerajaan Surga)
Catatan Dari surat Yakobus, 2:14-26 yang bunyinya “Iman tanpa perbuatan pada
hakekatnya adalah mati”
Ayat 14 Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seseorang mengatakan,
bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan?
Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?
Ayat 15 Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan
kekurangan makanan sehari-hari,
Ayat 16 dan seorang dari antara kamu berkata “Selamat jalan, kenakanlah
kain panas dan makanlah sampai kenyang!”, tetapi ia tidak
memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah
gunanya itu?
Ayat 17 Demikian juga halnya dengan iman, jika iman itu tidak disertai
perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.
15
Ayat 18 Tetapi mungkin ada orang berkata “Padamu ada iman dan padaku
ada perbuatan”, Aku akan menjawab dia :”Tunjukkanlah kepadaku
imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu
imanku dari perbuatan-perbuatanku”
Ayat 19 Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi
setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.
Ayat 20 Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang,
bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?
Ayat 21 Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-
perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak anaknya, diatas
Mezbah?
Ayat 22 Kamu lihat, bahwa iman bekerja sama dengan perbuatan-perbuatan
dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.
Ayat 23 Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan :”Lalu
percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungan hal
itu kepadanya sebagai kebenaran.” Karena itu Abraham disebut :
“Sahabat Allah”
Ayat 24 Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-
perbuatannya dan bukan hanya karena iman.
Ayat 25 Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena
perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang
yang disuruh itu didalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos
melalui jalan yang lain?
Ayat 26 Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman
tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.
C. SPIRITUALITAS1. Arti Spiritualitas
Spiritualitas berasal dari bahasa latin yang artinya : Spiritus Sanctus, yaitu
Roh Kudus, Roh Allah dan Roh Yesus
- Dalam rangka kepercayaan Kristen, spiritualitas berarti kehidupan
orang percaya sejauh dirasuki dan dibimbing oleh Roh Kudus.
- Spiritualitas adalah wujud hubungan manusia dengan Allah / Yesus
yang tampak dalam kehidupan nyata sehari-hari
- Spiritualitas adalah suatu dorongan jiwa yang terungkap dalam sikap
dan perbuatan nyata sehari-hari yang terarah pada kebenaran yang
diyakininya.
16
- Spiritualitas adalah keseluruhan hidup yang terdorong oleh semangat
iman yang dimiliki
2. Sifat SpiritualitasSpiritualitas bersifat Universal/ menyeluruh, mengacu pada aspek
internal dan spontanitas, diperuntukkan bagi diri sendiri, berfokus pada
cinta kasih dan bisa membaur dengan semua orang.
Namun apabila dikaitkan dengan berbagai realitas alam pikiran dan
perasaan, maka Spiritualitas bersifat adikodrati.
3. Praktek SpiritualitasSpiritualitas dalam prakteknya mempunyai berbagai varian, rupa
dan bentuk. Tetapi pada pokoknya selalu dan dimana-mana satu dan
sama saja. Pada prinsipnya yang satu tidak lebih bobot dari yang lain.
Contoh : Spiritualitas seorang pribadi Yesus dalam kehidupan-Nya.
D. KEPERCAYAAN1. Pengertian - Kepercayaan adalah suatu bentuk perasaan seseorang terhadap apa
yang diyakini itu benar.
- Kepercayaan diartikan sebagai hasil karya manusia dalam melakukan
ibadah dan tidak didasari petunjuk dari Alkitab.
- Kepercayaan merupakan suatu aliran kebatinan yang berasal dari
pecahan agama-agama yang berorientasi pada Tuhan semata.
- Kepercayaan tidak memiliki tata cara ibadah yang jelas.
2. SifatnyaKepercayaan bersifat otonom dan tidak mengikat serta bebas berbaur
dengan semua orang. Namun lebih berorientasi pada diri sendiri, atau
kesenangan serta menerima hidup/ nasib apa adanya.
3. IbadahnyaBerfokus pada Tuhan, secara pribadi tanpa konteks yang jelas, lebih
mengikuti perasaan dan kata hati. Sarana ibadah yang dipakai berupa
benda-benda buatan manusia yang diyakini sebagai sarana dalam
hubungannya dengan Tuhan, tempat ibadah / doa dimana saja sejauh
memiliki kekuatan mistik bagi diriya.
17
II. PERSAMAAN AGAMA, SPIRITUALITAS DAN KEPERCAYAAN1. Mengakui adanya Tuhan, Surga dan Neraka
2. Membahas kekuatan Tuhan tetapi tidak mampu dijabarkan dengan akal
pikiran yang rasional tetapi dengan iman dan nalar yang logis.
3. Mempunyai tujuan untuk membentuk hal-hal yang mengandung positif / baik.
III. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KESABARAN DAN KETEKUNAN DALAM MENJALANKAN AGAMA DAN MENGHADAPI PENDERITAAN1. Faktor iman lebih pada hakekatnya pada Tuhan
2. Faktor Psycologis lebih pada dukungan sesama
3. Faktor figur yang menjadi idolanya (Yesus) keteladanan
4. Faktor doa dari diri sendiri maupun keluarga
5. Faktor pelayanan dalam kasih.
Tugas : Diskusi Kelompok
1. Carilah alasan-alasan apa, sehingga agama menjadi penting dalam kehidupan
seseorang.
2. Menurut anda, manakah yang sesungguhnya lebih dahulu, agama atau iman?
Mengapa?
18
MATERIPERTEMUAN KEDUA ( II )
PANDANGAN AGAMA KATOLIK DAN IMPLEMENTASINYA TERHADAP PRAKTEK KESEHATAN SESUAI SUARA HATI DAN HUKUM KASIH
I. SUARA HATIA. Arti suara hati :
Menurut Gs. Artikel 16, yang berbunyi :
1. Suara hati / hati nurani itu adalah inti manusia yang paling rahasia,
sanggar Suci Allah, disitu ia seorang diri bersama Allah yang sapaan-
Nya menggema dalam hatinya.
2. Berkat suara hati dikenallah secara ajaib hukum yang ditulis Allah
3. Mematuhi hukum itu adalah martabatnya. Dan menurut hukum itu pula
orang akan diadili.
B. Ciri - ciri kemandirian seorang beriman :1. Mampu mengambil keputusan moral dalam menghadapi masalah hidup.
2. Mampu memilih nilai - nilai luhur demi kepentingan bersama.
3. Mampu mengambil keputusan praktis dalam langkah nyata.
4. Mampu mengadakan evaluasi mengenai setiap tindakannya Dan nilai
yang dipakai sebagai tolok ukur dalam mengambil keputusan adalah
nilai - nilai yang ditawarkan oleh Yesus.
C. Cara - cara membentuk suara hati : 1. Membaca buku - buku ilmu yang berguna
2. Bertanya dan berkonsultasi kepada orang - orang yang pandai dan
bijaksana
3. Mengikuti bimbingan rohani, misalnya : ret - ret / rekoleksi.
D. Syarat - syarat untuk membentuk suara hati :1. Berani melihat situasi konkret secara obyektif .
2. Jujur dalam mengikuti suara hati
3. Terbuka terhadap kitab suci, tradisi dan kritikan yang rasional
19
E. Fungsi dan peranan suara hati :1. Memberi terang aman yang baik dan mana yang jahat
2. Memberi pertimbangan dalam menghadapi situasi konkret untuk
mengambil keputusan
3. Mendorong untuk melaksanakan yang baik dan mengelakan yang jahat
4. Menilai kembali perbuatan yang baru saja dilakukan.
F. Penyebab terjadi suara hati yang sesat / keliru : 1. Pandangan masyarakat, seperti :
Pandangan masyarakat, bahwa setiap orang mesti berkeluarga.
Dengan pandangan seperti itu, maka warga masyarakat dapat saja
dipengaruhi sehingga suara hatinya berkata :”saya harus berkeluarga” ,
meskipun pandangan itu keliru.
2. Keterbatasan manusia, seperti :
Yudas Iskariot mempunyai hati nurani yang sesat. Yudas Iskariot tega
menjual gurunya ( Yesus ) karena dia membutuhkan uang tiga puluh
keping perak. Setelah dia melihat Yesus, Sang Gurunya disiksa dan
dihukum mati, barulah dia sadar dan menyesal. Suara hatinya yang
sesat yang tidak lagi percaya akan cinta Tuhan Yang Maha
Pengampun. Sehingga mengantarnya ketiang gantungan yang
dibuatnya sendiri.
Catatan :
a. Suara hati itu keliru / sesat apabila yang benar dianggap salah dan
salah dianggap benar
b. Suara hati itu keliru / sesat apabila tidak mengerti bahwa yang
dilakukannya itu salah
c. Suara hati itu dapat menjadi tumpul dan keliru apabila seseorang,
mengerti bahwa perbuatannya salah tetapi tetap dilakukannya
G. Cara - cara mengatasi suara hati yang keliru / sesat :1. Kita harus menjauhi dari perbuatan - perbuatan atau kebiasaan -
kebiasaan yang jelas - jelas keliru yang menyesatkan kita
2. Bila kita masih merasa bimbang atau ragu - ragu sebaiknya kita tidak
boleh melakukannya. Dan apabila semuanya sudah jelas dengan
melalui pertimbangan dari orang lain yang pandai dan bijaksana, barulah
kita melakukannya, disamping kita sendiri menilainya benar.
20
H Tanggung jawab atas keputusan suara hati :1. Tanggung jawab yang bersumber dari tuntunan suara hatinya sendiri.
2. Tanggung jawab yang bersumber dari desakan orang lain.
II. HUKUM KASIH (I Kor, 13 : 1-13)A. Pengertian Kasih
1. Kasih adalah pernyataan diri dalam perbuatan dan menempati segala
perintah Tuhan sehingga kepercayaan menjadi sungguh-sungguh
berbuah dan buahnya melimpah.
2. Kasih adalah merupakan pengikat yang menyempurnakan, menutupi
segala dosa, karena mengandalkan Allah sehingga tidak takut kepada
siapapun, kecuali kepada Allah.
3. Kasih adalah memberi makan kepada kehidupan, yang bertumpu pada
iman, pengharapan dan kasih. Dan yang terbesar diantaranya adalah
kasih.
4. Kasih adalah memberi ahklak yang tepat dan membuka bagi manusia
bagi pengetahuan rohani tentang rahasia Illahi.
5. Kasih adalah perbuatan yang berpegang teguh pada kebenaran.
B. Landasan Kasih 1. Kejujuran
2. Kerendahan hati
3. Ia lupa akan kepentingan sendiri, dan memberikan dirinya kepada yang
lain.
4. Ia suka melayani dan menanggung sesama.
C. Sifat KasihSifat kasih adalah amal yang terinspirasi dalam dirinya.
D. Arah Kasih (dari manusia)1. Kepada Allah dalam diri Yesus
2. Kepada sesama manusia termasuk musuh.
E. Sumber KasihSumber kasih adalah Allah dan Yesus Putra-Nya. Tetapi yang menjadi
sumber utama adalah dari Allah (Iman)
21
F. Batas KasihKasih itu tidak berkesudahan. Kasih itu akan sampai kepuncaknya bila
orang melihat muka dengan muka, yaitu sampai ia sendiri bertemu dengan
Allah dalam kemuliaan dan kebahagiaan abadi di Surga.
Catatan:
1. Kasih itu berbeda dengan cinta birahi yang berpusat pada diri sendiri/
egois.
2. Kasih menurut bahasa Yunani yaitu Agape, yaitu cinta yang terarah
kepada orang lain dan mengejar kepentingan orang lain itu. Contoh
pribadi Yesus.
3. Kasih itu bersumberkan Allah, yang terlebih dahulu mengasihi manusia
dan manusia membalas Kasih-Nya dalam sikap dan perbuatan sehari-
hari.
G. Wujud Kasih1. Wujud kasih yang tampak dari Allah adalah Yesus Kristus, Sang Juru
Selamat bagi Dunia.
2. Wujud kasih yang tampak antara suami dan istri adalah anak.
3. Wujud kasih yang tampak antara sesama adalah melayani.
H. Ciri-ciri Kasih1. Sabar
2. Murah hati
3. Tidak memegahkan diri
4. Tidak Sombong
5. Tidak melakukan yang tidak sopan
6. Tidak mencari keuntungan sendiri
7. Ia tidak pemarah
8. Ia tidak menyimpan kesalahan orang lain / dendam
9. Ia senang melakukan perbuatan-perbuatan yang adil
10. Ia senang melakukan hal-hal yang benar
11. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan
12. Ia menutup segala sesuatu
13.Percaya segala sesuatu
14.Mengharapkan segala sesuatu
15.Sabar menanggung segala sesuatu.
22
III. PRAKTEK KESEHATAN MENURUT PANDANGAN AGAMA KATOLIKDalam praktek kesehatan, agama Katolik tidak mempunyai aturan yang
baku, tetapi perlu disesuaikan dengan suara hati dan hukum kasih yang
diajarkan oleh Yesus didalam Gereja-Nya. Disamping berpegang pada hukum
kasih dan suara hati perlu diperhatikan juga hak-hak hidup seseorang menurut
UUD’45 yang harus dilindungi, dijaga dalam praktek kesehatan.
A. Hak-hak Hidup yang dilindungiAdapun hak-hak hidup yang dimiliki sebagai berikut :1. Hak untuk hidup
Setiap orang mempunyai hak untuk dibebaskan dari resiko kematian
karena penyakit.
2. Hak atas kebebasan dan keamanan
Setiap individu berhak untuk menikmati dan mengatur kehidupan dan
tidak seorangpun dapat dipaksa untuk hamil dan menjalani sterilisasi
serta aborsi.
3. Hak atas kesetaraan dan bebas dari segala bentuk diskriminasi.
Termasuk kehidupan berkeluarga dan reproduksi.
4. Hak atas kerahasiaan pribadi
Artinya pelayanan praktek kesehatan dilakukan dengan menghormati
kerahasiaan, dan bagi perempuan diberi hak untuk menentukan sendiri
pilihan reproduksi.
5. Hak kebebasan berfikir
Termasuk kebebasan dari penafsiran ajaran agama yang sempit,
kepercayaan, filosofi dan tradisi yang akan membatasi kebebasan
berrpikir tentang pelayanan praktek kesehatan
6. Hak mendapat informasi dan pendidikan. Hak tersebut berkaitan dengan
masalah kesehatan yang dihadapi termasuk jaminan kesehatan dan
kesejahteraan seseorang maupun keluarga.
7. Hak memilih bentuk keluarga dan untuk membangun dan merencanakan
keluarga
8. Hak untuk menentukan kapankah mengakhiri dan meneruskan hidup.
9. Hak mendapatkan layanan dan perlindungan kesehatan, termasuk hak
membatasi, keterjangkauan, pilihan keamanan, kerahasiaan, harga diri,
kenyamanan, kesinambungan, pelayanan dan hak berpendapat.
10.Hak mendapatkan manfaat dari hasil kemajuan ilmu pengetahuan.
Termasuk pengakuan bahwa setiap orang berhak memperoleh
23
pelayanan kesehatan hidup dengan teknologi mutakhir yang aman dan
dapat diterima.
11.Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik. Artinya:
setiap orang mempunyai hak untuk mendesak pemerintah agar
menempatkan masalah hak atas kesehatan hidup sebagai prioritas
dalam kebijakan politik negaranya.
12.Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk. Termasuk
hak anak-anak agar dilindungi dari eksploitasi dan penganiayaan
seksual serta hak setiap orang untuk dilindungi dari perkosaan,
kekerasan, penyiksaan dan pelecehan seksual.
B. Praktek Kesehatan dan Norma-Normanya1. Dasar Biblis (Kol, 3 : 23 – 24)
Bunyinya :
Apapun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti
untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.
Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang
ditentukan bagimu sebagai upah.
2. Praktek kesehatan dan norma-normanya.
Meliputi :
a. Pembatasan kelahiran
Gereja Katolik mengatakan sangat mendukung terhadap
kelahiran dalam istilah keluarga berencana yang ditetapkan oleh
pemerintah lewat Program KB. Karena lewat program tersebut dapat
mengurangi kepadatan penduduk, meningkatkan kesejahteraan, mengurangi pengangguran dan tingkat kejahatan, terlebih dapat
mengangkat harkat dan martabat manusia itu sendiri.
Namun didalam prakteknya, gereja Katolik menyerahkan
tanggung jawab sepenuhnya kepada suami – istri sesuai dengan hak
yang dimilikinya. Selanjutnya pelaksanaan pengaturan kelahiran
harus selalu memperhatikan harkat dan martabat yang berlaku dalam
masyarakat. Dan metode pelaksanaan Keluarga Berencana (KB)
harus senantiasa bersikap dan berperilaku penuh tanggung jawab
dan mengindahkan kesejahteraan keluarga.
Berkaitan dengan harkat dan martabat yang berlaku dalam
masyarakat serta mengindahkan kesejahteraan keluarga maka
Gereja Katolik menekankan perlu adanya Program Keluarga Berencana secara alamiah (KBA) dengan metode kalender.
24
b. Inseminasi buatan (bayi tabung)
Gereja Katolik melarang praktek inseminasi karena adanya
penyimpangan perilaku yang tidak sesuai dengan dasar cinta.
Selain itu, kelahiran seorang anak dipandang sebagai Karunia Allah yang terwujud dalam buah cinta suami-istri. Pembentukan
keluarga suami-istri didasari atas cinta yang bersumber dari Allah yang akan diwarisi dan diteruskan kepada anak.
Sementara praktek inseminasi buatan bukan berdasarkan atas cinta namun lebih bersifat naluri manusiawi yang tidak dapat
menjamin kelangsungan hidup seorang anak kelak secara benar
dihaapan Tuhan dan sesamanya.
Praktek inseminasi sangat bertentangan dengan ayat Kitab
Suci yang diambil Surat Paulus yang pertama kepada umat di
Korintus, 7:14, bunyinya :
“Karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh istrinya dan
istri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya. Andaikan tidak
demikian, niscaya anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang
mereka adalah anak-anak kudus.”
c. Aborsi (membunuh masih dalam kandungan)
Dalam membangun hidup berkeluarga dan bertanggung jawab,
keluarga harus membangun dirinya sebagai komunitas pribadi-pribadi
yang diikat oleh cinta kasih. Karena cinta merupakan dasar utama
hidup berkeluarga.
Cinta suami istri bersifat tak terceraikan karena melambangkan
dan menghadirkan cinta kasih Allah pada umat-Nya, dan juga demi
kesejahteraan anak-anak, dan perkawinan digambarkan sebagai
suatu lembaga pembinaan keluarga menuju keluarga sejahtera
berdasarkan Cinta Kasih.
Atas dasar pandangan tersebut, maka gereja Katolik melarang
keras adanya praktek Abortus, apalagi tindakan tersebut sangat
bertentangan dengan perintah Allah yang kelima, yang berbunyi :
“Jangan membunuh” (Kel, 20 : 13).
d. Transplantasi organ
Transplantasi organ adalah pemindahan organ tubuh yang
mempunyai daya hidup yang sehat untuk mengganti organ tubuh
25
yang tidak sehat, tidak berfungsi, yang apabila secara medis,
penderita tidak mendapat harapan lagi untuk bertahan hidup.
Sejauh ini, gereja Katolik membolehkan, asal dengan syarat :
d.1 Melalui pertimbangan kemanusiaan secara tulus
d.2 Adanya kesepakatan kedua belah pihak
d.3 Tidak boleh mengorbankan sepihak
d.4 Harus dari organ tubuhnya sendiri tanpa ada motif komersial
tetapi secara sukarela dan tulus memberikan hidupnya bagi
orang yang dikasihnya. Hal ini sejalan dengan sabda Yesus yang
berbunyi :
“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang
menyerahkan nyawanya bagi sahabat-sahabatnya” (Yoh, 15:13).
e. Transfusi darah
Transfusi darah adalah memindahkan darah dari seseorang
kepada orang lain untuk menyelamatkan jiwanya.
Gereja Katolik menganjurkan umatnya untuk bersedia
menyumbangkan darahnya hanya untuk tujuan kemanusiaan bukan
untuk tujuan komersil.
Hal ini sesuai dengan kata-kata bijak yang tertulis dalam kitab
Amsal, 3 : 27-28 yang berbunyi :
Ayat 27 : “Jangan menahan kebaikan dari pada orang-orang yang
berhak menerimanya, padahal engkau mampu
melakukannya.”
Ayat 28 : “Jangan engkau berkata kepada sesamamu ‘pergilah dan
kembalilah, besok akan kuberi, sedangkan yang diminta
ada padamu.”
Bahkan ditegaskan lagi oleh Yesus didalam hukum kasih, yang
berbunyi “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Mat,
22:39)
f. Euthanasia (mempercepat kematian)
Euthanasia adalah sebuah tindakan untuk memudahkan atau
mengakhiri hidup seseorang dengan sengaja tanpa merasakan sakit,
karena kasihan untuk meringankan penderitaan si sakit maupun
keluarga yang ditinggalkannya. Tindakan ini dilakukan terhadap
penderita penyakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh.
26
Euthanasia dapat dilakukan dengan cara :
f.1 Memberikan obat-obatan dan
f.2 Menghentikan pengobatan maupun alat Bantu hidup, sehingga
tindakan tersebut dapat mempercepat kematian. Meskipun
tindakan tersebut sesuai dengan hak hidup seseorang secara
otonom, khususnya dari pihak keluarga dan si penderita itu
sendiri, namun gereja Katolik melarang tindakan itu, karena
sangat bertentangan dengan ajaran Kitab Suci yang tertulis
dalam Kitab Kejadian, 2:15, yang berbunyi :
“Lalu Tuhan Allah menempatkan manusia itu di taman Eden
untuk mengusahakan dan memelihara Taman itu “
Artinya:
Sebuah taman saja manusia disuruh memelihara apalagi
manusia itu sendiri yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada
taman itu.
Manusia diberi tugas oleh Allah untuk berusaha dan
memelihara hidup, bukan untuk merusak, apalagi
membunuhnya.
Sebab hidup dan mati sudah merupakan kodrat manusia
yang sudah ditentukan oleh Allah. Dalam hal ini manusia sesungguhnya tidak mempunyai hak untuk mengakhiri hidupnya, apapun alasannya.
Gereja Katolik memandang bahwa penderitaan yang
dialami manusia hanyalah sebagai ujian iman yang harus
diterimanya dengan tabah, penuh iman, harapan dan kasih.
Seperti yang telah diteladankan oleh Yesus.
Yesus sendiri telah bersabda dalam Mat, 16 : 24, bunyinya :
“Jikalau kamu mau menjadi murid-Ku, kamu harus menyangkal
diri, memanggul Salib dan mengikuti Aku.”
Salib adalah simbol penderitaan bagi orang Kristiani tentunya
tidak boleh lari dari penderitaan/ salib itu. Sebab dibalik
penderitaan/ salib itu akan mendatangkan keselamatan bagi
dirinya dan kemuliaan bagi Tuhan.
IV. STANDAR PENILAIAN MORAL KRISTIANIMoral adalah perilaku manusia yang sesuai dengan norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat.
27
Penyimpangan perilaku manusia yang tidak sesuai dengan norma-norma
yang ada dalam masyarakat disebut Amoral.
Untuk itu perlu ada standart penilaian moral agar kita dapat membenarkan
(tidak dosa)/ menyalahkan (dosa) diri kita sendiri bila perilaku dan perbuatan itu
salah, apalagi merugikan sesama/ orang lain.
Perhatikan penilaian moral Kristiani dibawah ini :
No Nilai Tindakan Hasil
1 + + +
2 + - +
3 - + -
4 - - -
Keterangan :
1. Niatnya positif dan tindakan positif, maka hasilnya positif atau tidak dosa
2. Niatnya positif dan tindakan negatif, maka hasilnya positif atau tidak berdosa
3. Niatnya negatif dan tindakannya positif, maka hasilnya negatif atau dosa
4. Niatnya negatif dan tindakannya negatif, maka hasilnya negatif atau dosa
Tugas : Diskusi Kelompok
1. Carilah contoh-contoh kasus yang berkaitan dengan kesehatan ! (sebanyak 4
kasus)
2. Berikan tanggapan penilaian anda tentang kasus – kasus tersebut berdasarkan
standart nilai moral.!
28
MATERI PERTEMUAN KETIGA (III)
PENANGANAN PASIEN MENURUT TATA CARA KATOLIK
I. DASAR BIBLISInjil Lukas, 10:25-37, tentang “Orang Samaria yang murah hati”
25. Pada suatu kali berdirilah seorang Ahli Taurat untuk mencoba Yesus,
katanya “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup kekal?”
26. Jawab Yesus kepadanya “Apa yang tertulis dalam Hukum Taurat? Apa
yang kau baca disana?”
27. Jawab orang itu “Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan
dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan segenap
akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
28. Kata Yesus kepadanya “Jawabmu itu benar, perbuatlah demikian, maka
engkau akan hidup.”
29. Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus “Dan
siapakah sesamaku manusia?”
30. Jawab Yesus “ Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho, ia
jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya
habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan sesudah itu pergi
meninggalkannya setengah mati”
31. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu, ia melihat orang itu,
tetapi ia melewatinya dari seberang jalan.
32. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu, ketika ia melihat orang
itu, ia melewatinya dari seberang jalan.”
33. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ketempat
itu, dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.
34. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah itu ia
menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang
itu ke atas kedelai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat
penginapan dan merawatnya.
35. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan
itu, katanya “Rawatlah dia dan jika kau belanjakan lebih dari ini, aku akan
menggantinya, waktu aku kembali.”
36. Siapakah diantara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama
manusia dari orang yang jatuh ketangan penyamun itu?”
29
37. Jawab orang itu “orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya”
Kata Yesus kepadanya “Pergilah dan perbuatlah demikian.”
II. ADA 5 CARA SI SAKIT BERUSAHA AGAR SAKITNYA BISA SEMBUH, yaitu:1. Istirahat dan makanan yang baik, sehingga gangguan-gangguan yang ada
dalam tubuhnya dapat teratasi.
2. penyakit menjadi hilang (sembuh) bukan saja karena daya kekuatan alam
yang mengatasi gangguan-gangguan dalam tubuh, tetapi huga karena obat-
obat yang berguna yang diberikan dokter kepada si sakit.
3. Roh Kudus bisa mengubah sikap batin si sakit demikian kuat dan mendalam,
sehingga perubahan sikap itu tidak dapat diartikan dengan perantaraan
psychologist. Dapat dikatakan bahwa Roh Kudus menghilangkan sikap batin
yang penuh ketegangan dan kegelisahan itu, lalu memberikan kedamaian
yang menyembuhkan.
4. Kesembuhan juga dapat dilancarkan oleh salah satu perubahan dalam sikap
batin di sakit, misalnya:
Kalau ketegangan (stress) diganti dengan kedamaian, ketenangan, maka
sebab yang menimbulkan penyakit itu (tegang, gelisah, stress) menjadi hilang
sehingga tubuh menjadi sembuh dan kuat lagi.
5. Tuhan Allah bisa juga bertindak memberikan kesembuhan secara langsung
(seperti mujizat-mujizat yang terjadi di Louders)
III. ALASAN PASIEN MEMBUTUHKAN PENANGANAN MEDIS1. Supaya dapat cepat sembuh
2. Supaya dapat kembali bekerja
3. Supaya dapat kembali hidup bahagia
IV. SITUASI-SITUASI SI SAKITAda beberapa situasi yang dihadapi pasien, yaitu :
1. Situasi biasa
Keadaan pasien biasa dan tidak mengkuatirkan
2. Situasi sedang
Keadaan pasien sedikit mengkuatirkan
3. Situasi gawat
Keadaan pasien terasa sangat mengkuatirkan
30
Pada seseorang yang sakit lama dan hebat, kita dapat menyaksikan sifat-sifat
berikut ini secara lebih jelas.
1. Seorang sakit tergantung pada orang lain, tidak bisa berdiri sendiri.
2. Seorang sakit merasa ketakutan yang pada hakekatnya adalah ketakutan
akan kematian.
3. Orang sakit mempunyai banyak waktu yang lowong sehingga ia berpikir-pikir
dan bergumul.
V. MEMBERIKAN PELAYANAN SAKRAMEN GEREJA1. Apa itu sakramen ?
Sakramen adalah suatu tanda rahmat Allah, ungkapan serta komunikasi
iman gereja. Ada 3 unsur yang terdapat dalam pengertian tersebut, yaitu :
a. Rahmat Allah
b. Ungkapan, melalui doa dan sakramen (simbol-simbol)
c. Komunikasi
2. Macam-macam sakramen gereja
Ada 7 macam sakramen gereja Katolik yaitu :
a. Sakramen Baptis
b. Sakramen Tobat
c. Sakramen Ekaristi
d. Sakramen Krisma
e. Sakramen Imamat
f. Sakramen Pernikahan
g. Sakramen Perminyakan orang sakit
3. Sakramen-sakramen yang perlu diberikan kepada pasien, yaitu :
a.1 Pasien Katolik (sudah dibaptis dan sudah menerima Sakramen Ekaristi)
a.1.1 Memberikan pelayanan sakramen perminyakan orang sakit
Maksudnya :
- Agar pasien dapat terhibur dan mendapat kekuatan baru dalam
menghadapi penderitaannya
- Agar pasien menyatukan penderitannya dengan penderitaan
Kristus di kayu salib
- Agar pasien mendapat pengampunan dan belas kasihan dari
Allah sebelum maut menjemputnya
- Agar pasien merasa bersatu dengan Kristus Yesus dalam
menyambut Komuni kudus.
31
Petugas pelayanan dari gereja Katolik, seperti Imam/ Pastor Paroki
setempat.
a.1.2 Memberikan pelayanan sakramen Ekaristi
Maksudnya :
- Agar pasien dan keluarganya mendapat penghiburan dan
kekuatan dalam menghadapi penderitaan dan cobaan
- Agar pasien sungguh merasa bersatu bersama Kristus dalam
perayaan Ekaristi Kudus.
- Agar segala dosa-dosanya diampuni
Petugas dari gereja Katolik seperti : Romo/ Pastor Paroki
setempat.
a.2 Pasien Simpatisan Katolik (belum dibaptis)
Pasien simpatisan Katolik, maksudnya yang bersangkutan belum
dibaptis secara Katolik tetapi ingin menjadi Katolik, karena hatinya
beriman kepada Kristus, maka yang bersangkutan dapat diberikan
Sakramen Baptis oleh Gereja Katolik melalui siapa saja, asal yang sudah
berusia dewasa dan sehat secara jasmani maupun rokhani, dengan
berpegang pada rumusan babtisan Gereja Katolik secara syah sebagai
berikut :
- Jika pasien laki-laki menyebut nama Yosef atas nama Kristus dan
Gereja-Nya aku membabtis engkau dalam nama : Bapa, Putra dan
Roh Kudus.
- Jika pasien perempuan menyebut nama : Maria, atas nama Kristus
dan Gereja-Nya, aku membabtis engkau dalam nama : Bapa, Putra
dan Roh Kudus.
Setelah dibabtis, nama pasien tersebut dicatat secara lengkap dan
diserahkan ke Pastor Paroki setempat untuk dicatat sebagai dokumen
gereja. Dan selanjutnya si pasien tersebut akan diberi pelajaran agama
Katolik setelah ia sembuh dan sehat, menurut tata cara Gereja Katolik.
Catatan :
Semua sakramen tersebut akan dilayani oleh Gereja Katolik kalau
ada permintaan dari keluarga pasien atau lebih-lebih dari si pasien itu
sendiri. Dan apabila si pasien tersebut tidak mempunyai anggota
keluarga yang mendapinginya, maka petugas medis dapat membantunya
32
dengan menyampaikan kepada pihak keluarganya, atau petugas Gereja
Katolik setempat.
Adapun peralatan upacara sakramen yang disiapkan :
1. Meja dan taplak meja
2. Kursi untuk sipasien
3. Bunga
4. Lilin
5. Patung Yesus dan Maria
6. Salib
VI. PETUGAS MEDIS DALAM MENGHADAPI ORANG-ORANG YANG MENGHADAPI MAUT (II)A. Bagaimana Kita Memandang Kematian dengan Kehidupan
Kematian adalah suatu peristiwa penting dalam kehidupan manusia, walaupun bukan yang terpenting. Manusia pada umumnya
dalam segala hal suka mempertahankan diri, wajib menerima, bahwa ia
pada suatu ketika akan menemui akhirnya. Bahwa dunia dan masyarakat
akan berjalan terus, tanpa dia. Bahwa ingatannya pun lama kelamaan
akan hilang. Maut adalah kenyataan keterbatasan manusia. Hal itu tidak
disukai manusia. Tambahan lagi bahwa manusia tidak tahu dengan pasti,
apa yang akan terjadi dengan jiwanya, sesudah ia mati. Oleh karena
begitu melekat pada kehidupan dan kepada dirinya sendiri, sehingga ia
terus mau mempertahankan diri, maka banyak orang menekankan idenya
bahwa manusia akan hidup terus sesudah kematiannya. Ajaran Katolik
juga menekankan, bahwa manusia akan mati, tetapi dibangkitkan lagi oleh
Tuhan dalam surga-Nya. Dalam kitab suci kita baca, bahwa kematian ada
sangkut pautnya dengan dosa, lihat Rom 5 : 12, yang berbunyi, “Sebab itu,
sama seperti dosa telah masuk kedalam dunia oleh satu orang, dan oleh
dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua
ortang karena semua orang telah berbuat dosa.”
Kehidupan adalah suatu pemberian Tuhan, Tuhan adalah Tuhan kehidupan. Maut, penyakit, penderitaan, air mata dan kelumpuhan adalah merupakan kenyataan-kenyataan dari hal, bahwa dunia ini telah mengatakan kepada Tuhan: “Aku tidak mau …..”. Bahwa manusia menolak untuk hidup dalam kasih dan penyerahan diri kepada Tuhan dan kepada sesamanya, itulah dosa dan bersama dengan itu masuklah
juga rupa-rupa kebinasaan ke dunia. Kebinasaan yang paling hebat adalah maut.
33
Tetapi Tuhan telah berjanji kepada manusia yang dengan dosa itu,
bahwa ia akan mendirikan dunia yang baru, dimana Dia akan betul-betul
menjadi Manusia yang mempercayakan diri kepada Tuhan melalui Kristus
boleh ambil bagian dalam kerajaan itu.
Perhatikanlah, bahwa yang ditekankan disini bukan manusia yang
mau hidup terus yang tidak mau lenyap. Yang mau dititikberatkan ialah
Tuhan Yang Maha Murah, yang mau menerima manusia dalam kerajaan-
Nya.
Kepercayaan manusia akan menerima hidup kekal tidak boleh
berkisar pada manusia saja, melainkan berkisar pada Tuhan. Kita manusia
tidak tahu dengan pasti, bagaimana kehidupannya nanti dalam kehidupan
kekal. Hal itu tidak terlalu penting, yang penting disini adalah kita merasa terpanggil untuk melayani Tuhan dengan kasih kepada Tuhan dan sesama kita.
Namun demikian seorang beragama, termasuk para medis yang
hidup dengan sadar, kadang-kadang dia merasa ragu-ragu tentang
kematiannya dan nasibya kelak sesudah mati. Manusia suka hidup dengan
kepastian. Menurut Prof. Berkhof, seorang ahli teologi Kristen yang
terkenal menulis: “Sikap dan perasaan seorang beriman terhadap
kematiannya adalah suatu campuran yang ambivalen (yaitu kadang-
kadang menilai sesuatu secara positif, tetapi kemudian secara negatif)
antara ketakutan dan harapan”.
Sikap seorang beriman terhadap kematian adalah penyerahan diri
secara total kepada Tuhan. Hal ini bukan berarti kehidupan sudah tidak
berharga lagi, tetapi oleh karena Tuhan dapat diandalkan. Bagaimana
keadaan nanti dalam kehidupan kekal terserah kepada Tuhan saja. Tetapi
semasa masih hidup di dunia ini biarlah Tuhan yang menjadi Raja atas diri
kita. Sebab bagi kita orang beriman mati adalah pintu kehidupan yang
kekal itu.
B. Hal-hal yang Perlu diketahui oleh Para Medis Disaat Orang Sedang Menghadapi Maut (Dalam Keadaan Sakit Payah)1. Ketakutan akan orang mati
Oleh karena kematian merupakan situasi yang penting sekali,
agama sudah lama memainkan peranan dengan sikap manusia
terhadap kematian. Dalam agama animistis seorang “Dukun” sering
hadir dalam kamar orang sakit yang menghadapi maut. Supaya dengan
34
perantaraan dukun itu jiwa manusia diantar kepada tempat kediaman
jiwa-jiwa orang mati, dunia nenek moyang dan sebagainya.
Saat meninggal itu sering dianggap sebagai saat yang ada
bahayanya. Manusia yang hidup itu akan berubah menjadi suatu tubuh
yang akan dikuburkan, tetapi menjadi satu jiwa yang akan hidup terus,
bagaimanapun juga. Itulah pikiran kebanyakkan manusia di dunia ini.
“Jiwa itu sering menjadi sesuatu yang menakutkan, yang
membahayakan orang yang masih hidup.
“Jiwa” dapat menjadi hantu atau roh.
“Jiwa” itu tidak kelihatan, siapakah dia?, Dimanakah dia? Demi
keamanan orang yang masih hidup, dukun mengadakan upacara-
upacara, waktu orang akan meninggal dan sesudah meninggalnya,
dengan maksud untuk membujuk-bujuk jiwa-jiwa, roh-roh supaya
mereka tidak mengganggu orang yang hidup.
Orang beragama/ beriman sering masih hidup dalam ketakutan
akan orang mati, akan jiwa-jiwa atau hantu. Banyak orang takut waktu
malam, waktu gelap. Tidak banyak orang yang berani melewati tempat
pemakaman waktu malam. Baiklah, kita menyadari bahwa ketakutan ini
merupakan bukti, bahwa manusia masih terikat kepada kepercayaan
animistis, walaupun ia masih disebut sebagai orang beriman.
Bagi seorang petugas medis harus ingat, bahwa masalah
kepercayaan animisme masih memainkan perannya dalam pikiran dan
perasaan pasien, bahkan dalam diri seorang petugas medis.
Tidak ada manfaatnya untuk melarang pasien berpegang
kepercayaan animisme itu. Ketakutan akan orang mati itulah sering
merupakan alasan, mengapa pasien belum tahu dengan baik.
Siapakah Tuhan sebenarnya dan bagaimana pandangan kitab suci dan
ajaran gereja tentang kematian dan tentang orang yang sudah
meninggal.
Maka untuk mengantisipasi munculnya perasaan-perasaan
tersebut, sebaiknya para petugas medis perlu adanya pendekatan
dengan keluarga pasien untuk mendatangkan petugas-petugas
rohaniawan/ rohaniawati guna mendampingi pasien dengan siraman-
siraman rohani supaya dapat membantu meringankan penderitaan
pasien, khususnya dari segi rohani.
35
2. Situasi orang yang sakit payah, yang menghadapi maut.Disini akan kita bicarakan situasi orang yang sakit payah, yang
menurut keterangan dokter tidak ada harapan lagi. Petugas medis/
para perawat harus memperhitungkan keterangan dokter itu, tanpa
melupakan dalam hatinya, bahwa bagaimanapun juga selalu ada
kemungkinan, bahwa yang sakit itu akan menjadi sembuh. Tuhan
memang tidak terikat pada keterangan dokter.
Ada dua kemungkinan, yaitu :
- Si sakit tidak sadar lagi
- Si sakit masih sadar dan bisa bercakap-cakap.
a. Si sakit tidak sadar lagi.
Walaupun si sakit tidak sadar lagi, kita tidak tahu, apakah ia
sama sekali tidak mendengar dan merasa kadang-kadang si sakit
berada dalam keadaan yang “samar-samar”. Walaupun si sakit
rupa-rupanya tidak mendengar apa-apa yang dikatakan kepadanya,
atau didekatnya, barangkali si sakit masih dapat mendengarnya,
dan ia akan merasa dipandang sebagai “sasaran“ yang dibicarakan.
Kalau tidak mungkin lagi untuk bercakap-cakap dengan si
sakit, karena ia tidak/ kurang sadar, terlalu “pasif” atau terlalu
diganggu oleh penderitaannya, maka ada baiknya, kalau petugas
medis itu mengunjungi dia, dan duduk di samping tempat tidurnya
sambil memegang tangannya. Perhatian yang dinyatakan oleh
kehadiran petugas medis itu, walaupun hanya berdiam diri saja,
dapat merupakan hiburan yang mendalam kepada seorang yang
sakit payah.
Disamping itu, petugas medis mengarahkan perhatiannya
kepada keluarga si sakit. Mereka sekarang menghadapi kematian
orang yang dikasihi. Petugas medis mencoba menguatkan hati
mereka, supaya mereka boleh tabah menghadapi perawatan, yang
mungkin berat dan sulit, dan mereka cukup percaya kepada Tuhan
untuk nanti melepas orang yang dikasihi itu ke dalam tangan Tuhan.
b. Si sakit masih sadar dan bisa bercakap-cakap
Manusia pada umumnya tidak mau mati. Orang yang sudah
lanjut umur pun masih berpegang pada kehidupan sekuat-kuatnya.
Ada orang yang takut, ada orang yang memberontak, ada orang
36
yang ingat kepada orang-orang yang ia kasihi yang harus
ditinggalkannya.
Disini terletak godaan bagi si petugas medis untuk
“memberikan penghiburan yang murah”. Dengan kurang
mendengarkan, si petugas medis mengucapkan kalimat-kalimat
yang soleh, yang selalu diucapkannya pada saat yang demikian.
Situasi keadaan keluarga si pasien yang bersangkutan tidak
dihiraukan. “saudara harus percaya, saudara seorang beriman tidak
boleh takut akan kematian” Lebih baik saudara berserah saja!
begitulah ucapan-ucapan petugas medis kepada pasien/
keluargannya.
Penghiburan yang diberikan oleh petugas medis itu pastilah
akan memperdalam, andaikata ia mencoba membayangkan, bahwa
ia sendiri berbaring di tempat tidur itu dan menghadapi maut,
bagaimana perasaannya? bagaimana pengumulannya? bagaimana
sikapnya dalam situasi yang penuh dengan kesusahan ini? Belum
tentu juga begitu gampang halnya untuk “percaya dan berserah
diri”.
Baiklah kita menyelidiki situasi seorang menghadapi maut
dengan lebih teliti. Pada umumnya manusia mencoba menangkis
kematian berdasarkan ketakutan.
Ketakutan ini terdiri dari tiga unsur, yaitu :
a.2.1. Ketakutan, karena akan hilang dari dunia, melenyapkan diri.
a.2.2. Ketakutan, karena akan berpisah dari orang-orang yang
dikasihi, famili, sobat.
a.2.3. Ketakutan, karena ia berdosa dan ia tidak akan masuk surga.
Ketakutan-ketakutan tersebut mewujudkan diri dalam sikap
manusia yang sakit payah. Ny. E. Kubler-Ross, seorang dokter
penyakit jiwa (Psikiater) Amerika mengarang suatu buku yang
diterbitkan di negeri Belanda dengan judul “Pengajaran bagi orang
yang hidup”
Dalam buku itu dia memberi tanya jawab dengan beberapa
orang yang sakit payah, dalam hal ini sering sakit Kanker tentang
kematian yang mereka hadapi. Beliau menganalisa percakapan-
percakapan itu dan menarik kesimpulan yang berikut : “Kalau
seorang manusia tahu, bahwa ia akan meninggal dalam waktu yang
agak dekat, yaitu bahwa ia tidak akan sembuh lagi dari
37
penyakitnya, maka sikapnya pada umumnya adalah sebagai
berikut:”
a.2.3.1. Penolakan
a.2.3.2. Kemarahan
a.2.3.3. Tawar menawar
a.2.3.4. Kesedihan
a.2.3.5. Penyerahan diri/ berserah
a.2.3.1. PenolakanReaksi pertama dari pasien yang mendengar
bahwa ia tidak akan sembuh lagi dari penyakitnya adalah
begini : “Barangkali dokter salah, barangkali ada kehilafan,
Tidak mungkin saya akan meninggal! Mesti ada
kemungkinan lagi untuk menjadi sembuh! Baiklah saya
mencari dokter lain atau pergi ke dukun!” Sering pikiran-
pikiran itu tidak terucap, hanyalah merupakan isi
pergumulan dalam hati si sakit. Kadang-kadang
pergumulan ini diucapkan, terlebih-lebih kalau orang yang
sakit itu masih muda. Sambutan/ reaksi pasien ini lebih
kuat lagi kalau orang-orang disekitarnnya, dokter, family
ataupun petugas medis lainnya memberitahukan terlalu
cepat atau kurang halus kepada si sakit, bahwa ia akan
meninggal.
Reaksi/ sambutan pasien seperti ini merupakan
reaksi normal. Kita telah melihat bahwa seorang manusia
mau hidup. Kematian adalah kerusakan hidup manusia
jadi dapat dimengerti bahwa pada umumnya menolak
tentang kematian.
a.2.3.2. KemarahanIsi kemarahan ini dapat disimpulkan dengan
“kenapa saya?” Kenapa saya mendapat nasib ini?
Apa yang membuat orang sakit itu marah lebih
hebat lagi, yaitu bahwa ia tidak tahu kepada siapa ia akan
menunjukkan kemarahannya. Kepada Tuhan? Ada orang
sakit berteriak kepada Tuhan “ Kenapa Tuhan memberi
kesakitan ini kepada saya? Kenapa saya harus mati?”
Tetapi banyak orang tidak berani mengatakannya atau
memikirkan yang demikian. Mereka sudah sudah belajar
38
dari dulu bahwa “apa yang diberikan Tuhan, harus
diterima saja”. Tetapi walaupun mereka tidak marah
kepada Tuhan, kemarahannya tetap ada. Dalam hal itu,
kemarahannya sering ditujukan kepada orang-orang di
sekitar lingkungan mereka. Mereka marah-marah kepada
perawat, dokter yang selalu dipersalahkan tanpa dasar
yang dipersalahkannya. Mereka marah-marah kepada
famili yang merawat mereka atau yang mengunjungi
mereka. Sikap yang bersungut-sungut tentang nasibnya :
“Kenapa saya”
a.2.3.3. Tawar MenawarIsi pergumulan ini dapat disimpulkan dengan “Kalau
Tuhan tidak memperhatikan kemarahan kami, barangkali
Ia akan mendengar kalau kami menawarkan apa-apa
kepada-Nya.” Pergumulan ini tidak diucapkan dengan
mulut, malah ini sering terjadi “dengan tidak sadar” itu
orang sakit itu sendiri kurang tahu bahwa ia berpikir
demikian. Namun demikian sering menjadi nyata dari
kelakuan orang sakit bahwa sekarang ia mau tawar
menawar dengan Tuhan dan dengan orang di
sekelilingnya. Ia berfikir “Kalau saya banyak berdoa atau
membayar persembahan kepada Gereja, Masjid atau
sangat manis terhadap sesama manusia, Tuhan tentulah
akan memberikan kesembuhan kepada saya”
Ada orang yang berkata kepada Tuhan “ Tuhan,
kalau Tuhan mau memberi kesembuhan kepada saya,
saya kelak bersedia menjadi hamba-Mu/ saya akan
berusaha lebih baik lagi dengan berusaha menuruti segala
perintah-Mu, Tuhan.” Ini hanyalah contoh yang bisa anda
berikan atau contoh-contoh lain yang lebih konkrit.
a.2.3.4. KesedihanSikap ini menyusul sesudah penolakan, kemarahan
dan tawar menawar, merupakan saat yang paling sulit
bagi seorang manusia yang tahu bahwa akhir
kehidupannya sudah dekat. Ia seolah-olah mencoba
segala jalan keluar, tetapi ia tidak berhasil mengelakkan
nasibnya. Ia merasa diri kecewa terhadap Tuhan dan
sesama manusia. Seolah-olah tidak ada orang yang dapat
39
menolongnya. Rupanya Tuhan juga tidak mau
mendengarnya walaupun ia berdoa, walaupun ia berjanji
banyak hal kepada Tuhan. Tuhan tidak mau tawar
menawar dengan dia orang yang sakit itu merasa sedih
dan depresif.
Sebenarnya isi pergumulannya berbunyi :
“Tuhan apa sebabnya Tuhan meninggalkan aku ?”
Kesedihan ini merupakan puncak kegelapan bagi
manusia. Keinginan untuk hidup terus, untuk tinggal
bersama dengan kekasih-kekasihnya, memberontak
dengan keinginannya untuk mempercayakan diri kepada
Tuhan.
a.2.3.5 Penyerahan Diri / Berserah.Kalau seorang sakit tetap diiringi dengan perhatian
dan kasih sayang dari familinya, dan juga dari petugas
para medis, mudah-mudahan ia akan mengatasi
kesedihan yang mendalam itu, dan sampai pada
penyerahan diri kepada Tuhan yang mengasihinya.
Sering kelima sikap ini tidak dapat dibedakan
dengan jelas. Kadang-kadang sikap yang satu tinggal
lebih lama dari sikap yang lain. Berapa lama bertahan
suatu sikap, tergantung juga kepada reaksi dari orang-
orang di sekeliling orang sakit itu.
Godaan dari petugas para medis ialah bahwa ia
tidak menghiraukan sikap dan situasi si sakit, tetapi ingin
segera melompat kepada “penyerahan diri.” Apa saja
yang diucapkan oleh si sakit, disambut dengan ucapan:
“Berserahlah kepada Tuhan saja.” Ada orang sakit
yang berserah saja, bukan berdasarkan pergumulannya
sendiri, tetapi berdasarkan anjuran-anjuran petugas
medis. Si sakit berserah saja karena merasa bahwa ia
“harus berserah”, tidak boleh tidak !” Jadi ia memaksa diri
untuk menyerahkan diri.
Tetapi sulit sekali menipu diri. Kalau pergumulan
belum selesai, tetapi hanya dipendam saja, maka
pergumulan itu akan tetap tinggal dalam hatinya.
Penyerahan diri yang terjadi denga “terpaksa”, karena
“harus menyerah”, tidak merupakan penyerahan 100%.
40
Seorang petugas medis harus memperhatikan keinginan
manusia pada umumnya, juga manusia yang sudah lanjut
umur untuk hidup. Terlebih bagi orang yang masih muda
untuk hidup dan tinggal bersama orang-orang yang
dikasihinya. Ketakutan akan neraka dan hukuman Allah
akan mempersulit situasi si pasien itu sendiri. Siapakah
Allah itu, yang kepada-Nya seorang “harus menyerah
diri?” Bukankah Dia Allah yang Maha suci dan Maha
benar ? Bukankah Dia yang akan menghukum semua
manusia yang berdosa ?
Tentunya si petugas medis menghubungi para
rohaniwan/ rohaniwati melalui keluarga pasien untuk ikut
membantu mendampingi pasien agar si pasien
menghadapi situasinya dengan tenang. Sorang rohaniwan
/ rohaniwati akan membimbing si pasien untuk menelusuri
kegelapan, sampai kepada terang, seperti yang terungkap
dalam kitab Maz, 23:1-4 , yang berbunyi:
Tuhan adalah gembalaku, tak akan kekurangan aku.
Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau.
Ia membimbing aku ke air yang tenang ;
Ia menyegarkan jiwaku.
Ia menuntun aku di jalan yang benar.
Oleh karena nama-Nya.
Sekalipun kau berjalan dalam lembah kekelaman, aku
tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku ; gada-Mu
dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.
Kidung kepercayaan ini menggambarkan Allah sebagai
gembala dan sebagai tuan umah yang menyediakan
hidangan bagiku di hadapan lawanku.
C. Hal-hal yang Dibutuhkan Oleh Orang yang Menghadapi Maut.Kesedihan yang paling dalam bagi manusia adalah kesunyian, yaitu
bahwa ia sama sekali ditinggalkan oleh orang-orang lain, bahkan oleh
Tuhan sendiri. “Menyertai seseorang” atau “menemani seseorang” adalah
suatu hadiah “yang indah”. Karena itu manusia menerima seorang
“sesama manusia”. Hal ini sesuai dengan Kitab Kejadian Bab 2 ayat 18,
yang mengatakan bahwa “Tidak baik manusia itu seorang diri saja”,
sehingga ia memberikan seorang teman kepadanya.” Manusia
41
membutuhkan manusia” ini dipertegas oleh Dr. F.O. Van Grennep, tentang
etika Kristen. Judul itu mengandung suatu kebenaran yang dalam. Barulah
dalam pergaulan yangbaik dan mendalam dengan sesama kita, kita dapat
mewujudkan kemanusiaan kita. Tuhan ingin supaya kita menjadi manusia yang hidup bersama dengan manusia lain dalam Kasih, supaya kita menjadi “Sesama manusia”.
Begitupun apa yang paling dibutuhkan oleh seorang yang
menghadapi maut, adalah orang lain, sesamanya manusia yang mau menyertainya dalam saat-saat yang sulit dan gelap. Para rohaniawan/
wati menurut pastor Willem Berger (seorang ahli penggembalaan
mengatakan: ”Pengiringan orang yang sakit payah adalah semua orang sehat, orang yang oleh relasinya dengan si sakit bergaul akrab dengan dia (si sakit), famili si sakit, perawat dan dokter. Peranan para petugas medis dalam hal ini menghubungi para rohaniawan/ wati untuk mempersiapkan pendampingan terhadap pasien yang sedang menghadapi maut.
Orang yang bergaul dengan si sakit itu mewujudkan bagi si sakit
suatu persekutuan yang selalu akan memberikan kepadanya penghiburan,
kekuatan, kepercayaan untuk menyerahkan diri kepada Tuhan.
Persekutuan itu tidak memaksakan “Penyerahan langsung”, melainkan menyertai si sakit melalui pergumulannya yang akan berisi kemarahan, tawar menawar dan kesedihan kepada suatu penyerahan diri kepada Tuhan.
Isi percakapan antara seorang petugas medis dengan pasien yang sakit parah.
Menurut pastor Willem Beger isi percakapan itu meliputi
a. Riwayat hidup yang diceritakan oleh pasien mengenai suka dukanya.
Sikap petugas mendengarnya tanpa banyak komentar.
b. Kesulitan-kesulitan yang belum diselesaikan dan perasaan-perasaan
bersalah. Barangkali hubungan suami istri, orang tua dan anak atau
lain-lainnya yang menimbulkan rasa sedih/ menyesal dalam diri pasien.
Sikap si petugas hanya mengangguk-anggukkan kepala.
c. Mengungkapkan penderitaan badani.
Si pasien mengeluh sakit pada bagian-bagian tubuhnya yang sakit. Si
petugas memperhatikan dengan memegang tangannya sambil
berusaha memberi pengertian dengan kata-kata yang halus.
d. Perpisahan dengan orang-orang yang dikasihi. Perasaan sedih mulai
muncul pada diri pasien yang disertai dengan air mata. Si petugas
42
berusaha menenangkan dengan mengungkapkan kata-kata
penghiburan.
e. Haruskah disampaikan kepada seseorang bahwa ia tidak akan
sembuh.
Dalam hal ini petugas perlu melihat kondisi si pasien dan keluarganya.
Bila terpaksa memberitahu tentunya ada kesepakatan terlebih dahulu
sebelumnya. Namun pada umumnya sebaiknya diberitahu agar si
pasien dan keluarganya mendapat kesempatan mempersiapkan diri
menghadapi maut.
VII MENGURUS JENAZAH MENURUT TATA CARA KATOLIK (III)A. Sesaat Sesudah Orang Meninggal
Mayatnya harus segera ditata:
1. Matanya dipejamkan.
2. Mulutnya dikatupkan dengan menggunakan sapu tangan atau
selendang kecil yang diikat dari dagu ke kepala.
3. Tangan dilipatkan ke dada.
4. Telapak tangan kanan ditumpangkan pada telapak tangan kiri.
5. Kaki diluruskan jangan sampai tertekuk.
6. Jika jasadnya sudah tertata dengan baik, lalu diadakan doa singkat,
yang isinya menyerahkan orang yang meninggal itu kehadirat Allah
agar dia diampuni dan diterima dipangkuan Allah.
7. Sambil menunggu perwatan lebih lanjut, jenazah dibaringkan pada
tempat yang layak, ditutup dengan kain.
8. Didekat jenazah dinyalakan lilin secukupnya.
9. Kaki pembaringan jenazah sebaiknya diberi bubuk kapur barus untuk
menjaga agar semut-semut tidak merayap ke mayat.
B. Urusan-Urusan Praktis1. Mayat berada di rumah sakit.
- Menyelesaikan administrasi antara keluarga dan rumah sakit.
- Menyiapkan mobil jenazah.
- Menghantar jenazah ke tempat keluarganya.
2. Mayat berada di rumah sendiri
- Keluarga melapor ke pengurus lingkungan.
- Keluarga menyiapkan peti jenazah.
- Melapor dan minta surat keterangan kematian kepada RT / RW,
kelurahan, Kecamatan setempat.
43
- Lalu ke makam untuk minta kapling tempat pemakaman kepada
“juru kunci” (penjaga makam).
Jika semuanya sudah siap, air diberkati oleh pemimpin upacara,
misalnya dengan doa:
P. Ya Allah yang mengkuduskan, sucikanlah air ini, agar jasat yang
kami mandikan dengan air suci ini menjadi bersih di dalam
perjalananya menghadap ke hadiran – Mu. Demi nama bapa, dan
putra dan roh kudus.
U. Amin
Air itu lalu direcikan dengan air susu. Dapat juga di taburi bunga-
bunga. Pemimpin lalu melanjutkan doa, misal.
P. Semoga air suci ini menjadi peringatan akan pemandian yang telah
menyucikan saudara/ I …………..ini. demi Kristus pengantara kami.
U. Amin.
Jenazah telah dimandikan
Caranya :
Dengan gayung air, disiramkan tidak henti dari kepala ke bawah,
sebaiknya ada satu orang yang menutup wajah mayat itu dengan kedua
telapak tangan, agar lubang hidung dan mulut tidak terisi air. Beberapa
orang menggosokannya dengan sabun, mencuci rambutnya dengan air
“landha” (air beningnya abu merang), ada yang membersihkan kotoran
di bawah kuku-kukunya dengan merang.
Jika sudah dibersikan mayat itu di keringkan dengan handuk, lalu
dikenakan padanya pakaian yang layak, diberikan rosario pada telapak
tangannya, lalu dilipatkan didada. Jika peti mati sudah disiapkan /dihias,
jenazah lalu dimasukan ke dalam peti-mati, tapi belum ditutup. Peti
cukup ditutup dengan kain kafan tipis, atau kain dari dada ke bawah.
Jika jenazah akan dimakamkan dipemakaman khusus katolik,
diperlukan juga surat keterangan dari ketua kring/lingkungan.
Menghadap pastor paroki untuk membicarakan persiapan
pemberangkatan jenazah atau upacara pemakaman.
Berita duka.
Membuat dan menyiapkan berita duka.
Memberitahukan kesemua familinya
Memberitahukan kepada semua warga katolik
44
Sebaiknya ditunjuk pemuda-pemuda Katolik yang bertanggung
jawab atau pengurus peti jenazah
Jika diperlukan dapat dicarikan kereta jenazah, mobil jenazah, bus,
dll.
Jika mayat sudah terlanjur kaku, maka mayat diurapi dengan arak
putih/ cuka agar dapat dirapikan.
C. Perawatan jenazah. 1. Memandikan jenazah.
a. Disiapkan tempat untuk memandikan jenazah. Tempat itu biasanya
dikelilingi dengan kain tirai, untuk memisahkan tempat khusus itu
dari keramaian pelayat.
b. Memandikan jenazah
Disediakan tujuh tempayan yang terus menerus diisi air.
Angkah tujuh melambangkan tujuh sakramen gereja. (babtis, tobat,
ekaristi, krisma, imamat, pernikahan dan pengurapan orang sakit).
Jika sudah tersedia air yang dimaksud, maka jenazah diangkat ke
tempat pemandian. Lalu mayat dipangku oleh anak/cucu/orang lain
yang ditugasi, sebanyak tiga orang. Dapat juga mayat ditidurkan
diatas meja, tenggah dan bawah. Mayat biasanya dibaringkan
membujur ke timur. Timur adalah tempat terbitnya matahari,
lambang dari Kristus, sang surya keadilan, juga sang surya sejati.
Artinya, orang yang meninggal dunia itu kembali dengan Kristus.
Sedangkan bagian yang tidak ditutup kain, diberi penutup dengan
kaca bening. Jika peti mati belum selesai dihias jenazah dibaringkan
dulu ditempat yang layak, ditutup dengan kain, didekatnya
dinyalakan lilin secukupnya.
2. Menghias peti mati Caranya :
Terlebih dahulu bersihkan peti itu dari debu- debu yang menempel
dengan sulak. Kemudian pada bagian dalamnya dilapisi dengan plastik
(untuk menjaga kemungkinan agar mayat itu tidak berair atau berdarah,
maka air atau darahnya tidak menembus ke luar). Kemudian diberi alas
dengan daun beringin atau daun teh-tehan, baru dilapisi kain kafan
putih. (harap disesuaikan dengan kebiasaan yang berlaku di setiap
tempat, karena ada kalaunya daun-daun tersebut tidak dipakai).
45
Di atas kain kafan itu sebaiknya ditaburi teh (jika perlu) untuk
menghilangkan bau tak sedap dari si mayat. Selanjutnya peti itu dapat
dihias sebaik-baiknya dengan rangkaian bunga melati dan sebagainya.
Jangan lupa menghias bunga berbentuk salib. Jika pekerjaan menghias
peti ini sudah selesai, mayat itu dimasukan kedalam peti. Sebelah kiri
dan kanan mayat bisa ditaburi tepung kopi, untuk menghindari bau tak
sedap. Peti ditutup dengan kain penutup dari dada ke bawah,
sedangkan bagian dada ke atas di tutup dengan kaca bening.
D. Tuguran Jika mayat tidak langsung dimakamkan pada hari itu juga sebaiknya
sore atau malam harinya diadakan tuguran. Tata cara tuguran (misalnya
dapat memakai buku “melepas jenazah dan memperingati arwah” oleh
A.Wahjasudibja, Pr, Penerbit Kanisius, Jogyakarta, 1978, hal 7-28).
Petugas-petugas perluh ditentukan, agar ibadat tuguran dapat berjalan
lancar penuh hikmat.
E. Pemberangkatan Jenazah Jika pastor sudah datang maka dipersiapkan upacara
pemberangkatan jenazah. Upacara pemberangkatan jenazah, baik
dilakukan di gereja maupun di rumah, juga memakai antara lain buku:
melepas jenazah dan memperingati arwah”, hal 29-38 atau 53-58 untuk itu
harus ditentukan para petugasnya agar jalanya upacara lancar.
F. Perjalanan Ke Makam Setelah selesai upacara pemberangkatan jenazah, biasanya ada
sambutan–sambutan. Sebaiknya dibicarakan siapa-siapa yang diminta
untuk memberikan kata sambutan petugas pembawa acara
mempersilahkan orang-orang yang diharapkan memberikan kata
sambutan itu.
Sesudah segala sambutan selesai, pembawa acara sendiri, atau
sesepuh umat diminta untuk mengatur perarakan ke pemakaman. Iring-
iringan biasanya sebagai terikut:
Paling depan adalah pembawa salip dan bendera kematian serta
bunga. Kemudian disusul para ibu/peti mati/jenazah, keluarga duka,
bapak-bapak dan para pelayat lainya. Mulai berangkat dari rumah duka
sampai kepemakaman sebaiknya didoakan. Doa rosario yang dipimpin
oleh petugas yang sudah ditentukan sebelumnya.
46
G. Upacara Pemakaman Jenazah Doa-doa yang dipakai dalam ibadat pemakaman misalnya dapat
diambil dari buku melepaskan jenazah dan memperingati arwah hal. 39-44
atau 59-62. setelah selesai doa umat, menjelang penimbunan liang lahat,
kepada sanak kerabat diberi kesempatan untuk menaburkan bunga ke
liang lahat. Juga kepada pelayat yang memberi kesempatan untuk ikut
menaburkan tanah ke liang lahat. Selama penutupan liang lahat, didoakan
lagi doa rosario, yang dipimpin oleh petugas yang ditunjuk sebelumnya.
Tugas Kelompok
1. Jelaskan secara singkat tentang sikap-sikap positif manakah yang dapat kita
tunjukkan kepada pasien?
2. Apa alas an anda memilih tugas panggilan sebagai perawat ?
3. Apa yang sesungguhnya anda peroleh dari tugas keperawatan itu ?
47
Top Related