LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
Strategi Penanganan Pembiayaan Bermasalah Pada Produk Musyarakah
BTM Surya Dana Campudarat
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir
Prakti Pengalaman Lapangan Jurusan Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Tulungagung
Oleh
Ifadatul Musdalifah
NIM. 12401173436
Dosen Pembimbing Lapanagan
Moch. Faizun, S.S., M.Pd.I.
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
IAIN TULUNGAGUNG
2020
ii
1
HALAMAN PERSETUJUAN PRAKTIK PENGALAMAN
LAPANGAN
Laporan akhir Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Jurusan
Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Tulungagung
ini telah disetujui dan disahkan pada:
Hari : Selasa
Tanggal : 24 November 2020
Di : Tulungagung
Judul Laporan : Strategi Penanganan Pembiayaan Bermasalah Pada
Produk Musyarakah BTM Surya Dana Campurdarat
MENYETUJUI
Dosen Pembimbing Lapangan
(Mochammad Faizun, S.S., M.Pd.I.)
NIDN. 2018098603
Mengesahkan
a.n. Dekan
Kepala Laboratorium Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
(Siswahyudianto, M.M)
NIDN. 2015068402
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
dan tidak lupa sholawat serta salam semoga tersampaikan kepada Nabi Muhammad
S.A.W yang telah membimbing umat manusia menuju zaman terang benderang
yakni Agama Islam, sehingga dapat menyelesaikan kegiatan Praktik Pengalaman
Lapangan (PPL) dan dapat menyelesaikan Laporan Akhir Praktik Pengalaman
Lapangan yang berjudul “Strategi Penanganan Pembiayaan Bermasalah pada
Produk Murabahah BTM Surya Dana Campudarat”.
Adapun penyusunan laporan Praktik Pengalaman Lapangan ini
dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat tugas akhir Praktik Pengalaman
Lapangan Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN
Tulungagung yang dilaksanakan penulis di BTM Surya Dana Campurdarat
Kabupaten Tulungagung. Dengan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Maftukhin,M.Ag selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Tulungagung.
2. Dr. H. Dede Nurohman, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Institut Agama Islam Negeri Tulungagung.
3. M. Aqim Adlan, M. E. I., selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah Institut
Agama Islam Negeri Tulungagung.
4. Sutoyo selaku pemimpin BTM Surya Dana Campurdarat.
5. Siswahyudianto, MM, selaku Kepala Laboratorium Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam sebagai leading sector pelaksana PPL.
6. Moch. Faizun, M.Pd.I., selaku Dosen pembimbing Lapangan (DPL) yang
telah membantu memberikan bimbingan selama melaksanakan PPL.
iv
7. Selurah Staf dan Karyawan BTM Surya Dana Campurdarat yang telah
membina dan membimbing dalam pelaksanaan kegiatan PPL.
8. Rekan Mahasiswa Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) yang telah
bersama- sama melaksanakan PPL gelombang III IAIN Tulungagung.
9. Keluarga yang telah memberikan doa dan motivasi kepada penulis,
sehingga Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) berjalan dengan lancar dan
penulis dapat menyelasikan Laporan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL)
dengan baik.
10. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan laporan ini.
Untaian do’a kami sampaikan, semoga atas bimbingan dan bantuan yang
telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT dengan balasan yang lebih baik
dan sempurna amin. Dan penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik maupun saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tulungagung, November 2020
Ifadatul Musdalifah
NIM. 12401173436
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAM PERSETUJUAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Dasar Pemikiran ................................................................................ 1
B. Tujuan dan Kegunaan ........................................................................ 3
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ........................................................ 3
BAB II PELAKSANAAN PRAKTIK ........................................................ 5
A. Profil Lembaga .................................................................................. 5
B. Pelaksanaan Praktik ........................................................................... 9
C. Permasalahan di Lapangan ................................................................ 9
D. Tanggapan Pihak Lembaga ................................................................ 10
BAB III PEMBAHASAN............................................................................ 12
A. Pembiayaan Musyarakah ................................................................... 12
B. Pembiayan Bermasalah ..................................................................... 14
C. Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BTM Surya Dana
Campurdarat ..................................................................................... 18
D. Strategi Penanganan Pembiayaan Bermasalah pada Produk
Musyarakah di BTM Surya Dana Campurdarat ................................. 19
BAB IV PENUTUP ..................................................................................... 22
A. Kesimpulan ....................................................................................... 22
B. Saran ................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 24
LAMPIRAN ................................................................................................ 25
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Dasar Pemikiran
Perkembangan lembaga-lembaga keuangan syariah di Indonesia
saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dilihat dari banyaknya
partisipasi masyarakat menggunakan lembaga keuangan syariah untuk
mengembangkan usahanya. Lembaga keuangan syariah merupakan bagian
dari sistem ekonomi syariah, yang mana dalam menjalankan usahanya tidak
terlepas dari prinsip syariah dan dalam pengoperasiannya tidak mungkin
lembaga keuangan syariah membiayai usaha-usaha yang didalamnya
mengandung hal-hal yang dilarang dalam Islam yang mengakibatkan
timbulnya kemudharatan bagi lembaga keuangan syariah maupun
masyarakat luas.
Salah satu lembaga keuangan syariah yang ada di Indonesia adalah
Koperasi Syariah Baitul Tamwil Muhammadiyah. BTM (Baitul Tamwil
Muhammadiyah) merupakan lembaga keuangan mikro yang dalam
transaksinya menggunakan akad sesuai dengan syariat Islam. Menurut
bahasa, Baitul Tamwil berasal dari dua kata yang memiliki arti berbeda,
yaitu Bait yang memiliki arti rumah dan Tamwil yang memiliki arti harta.
Secara keseluruhan Baitul Tamwil diartikan sebagai tempat untuk
mengembangkan usaha atau tempat untuk mengembangkan harta
kekayaan 1 . BTM merupakan sebuah gerakan dakwah ekonomi
Muhammadiyah dalam bentuk Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS)
dan berbadan hukum koperasi. Konsep dasar yang diggunakan untuk
membangun BTM adalah Baitul Maal wat-Tamwil. Baitul Maal wat-
Tamwil merupakan gabungan antara Baitul Tamwil yang berarti unit yang
menjalankan pembiayaan secara komersial dan Baitul Maal yang berarti
unit yang menjalankan pembiayaan non-komersial-sosial dengan dana yang
1 Ma’had Alif Tarbiyah Mubalighin Muhammadiyah, Pedoman Pendirian BTM, Bandar
Lampung, 2008, hlm. 4
2
bersumber dari titipan zakat, infaq, dan shodaqoh.
Salah satu BTM yang ada di Tulungagung adalah Kopsyah BTM
Surya Dana Campurdarat Tulungagung yang merupakan koperasi syariah
simpan pinjam yang menghimpun dana dari masyarakat berupa tabungan
dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk
pembiayaan. Produk pembiayaan yang ada di BTM Surya Dana
Campurdarat terbagi menjadi tiga, yaitu yang pertama musyarakah.
Musyarakah merupakan akad kerja sama antara dua belah pihak atau lebih
untuk menjalankan suatu usaha, dimana masing-masing pihak berkontribusi
dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan. Yang kedua murabahah, murabahah
merupakan akad jual beli atas barang tertentu dimana dalam jual beli
tersebut penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjual belikan
termasuk harga pembelian dan keuntungan yang diambil. Yang ketiga
TRMB ( Tijaratul Murabahah), TRMB merupakan pengalihan piutang dari
pihak satu ke pihak lainnya. Dari ketiga produk pembiayaan tersebut yang
paling banyak digunakan nasabah adalah produk musyarakah.
Transaksi keuangan antara pihak BTM Surya Dana dengan
nasabahnya tidak selalu berjalan dengan lancar, terkadang terjadi
pembiayaan yang bermasalah. Pembiayaan bermasalah merupakan
pembiayaan yang mengalami keterlambatan dalam membayar atau
ketidakmanpuan nasabah dalam membayar pembiayaan yang diambil.
Sehingga memberikan dampak negatif bagi pihak pemberi pembiyaan
ataupun nasabah dan pembiayaan bermasalah tersebut harus cepat ditangani
agar tidak menimbulkan kerugian bagi pihak BTM Surya Dana.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan
merupakan asset penting bagi suatu lembaga keuangan maka dari itu
dibutuhkan strategi yang tepat untuk mengatasi pembiayaan bermasalah
agar dapat menjalankan pembiayaan yang baik. Melihat hal ini, maka
penulis tertarik untuk mengambil judul “STRATEGI PENANGANAN
PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK MUSYARAKAH DI
BTM SURYA DANA CAMPURDARAT”.
3
B. Tujuan dan Kegunaan
1. Tujuan
Tujuan dengan adanya PPL ini adalah untuk menerapakan
pemahaman mahasiswa mengenai perbankan dan lembaga keuangan
syariah lainnya, sehingga mahasiswa tidak hanya mengetahui teorinya
saja tetapi juga dapat mempraktekannya secara langsung. Selain itu,
mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui secara langsung terjun
dilapangan, sehingga mahasiswa mendapat kesempatan untuk melihat
ada atau tidaknya perbedaan teori lembaga keuangan dengan
operasionalnya. Sehingga mahasiswa dituntut berperan aktif dengan
harapan hasil yang didapatkan akan maksimal. Dan tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi penanganan pembiayaan
bermasalah pada produk musyarakah di BTM Surya Dana Campurdarat.
2. Kegunaan
a. Secara Teoritis
1) Hasil penelitian ini dapat memberikan ilmu pengetahuan
mengenai penanganan pembiayaan bermasalah.
2) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca maupun peneliti.
b. Secara Praktis
1) Bagi Akademik
2) Bagi Lembaga
3) Bagi Pembaca
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Gelombang III tahun 2020
dilaksanakan mulai pada tanggal 05 Oktober 2020 sampai 06 November
2020, yang dilaksanakan di desa masing-masing karena adanya pandemi
COVID-19. Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Gelombang III IAIN
Tulungagung dilaksanakan setiap hari mulai hari Senin sampai Minggu
4
dirumah dan di desa masing-masing. Kunjungan ke lembaga tempat PPL
dilakukan dengan minimal tiga kali.
Tempat pelaksanaanPraktik Pengalaman Lapangan (PPL)
dilaksanakan di Kopsyah BTM Surya Dana, yang beralamat di Jl. Raya
Sukomakmur No. 9, Campurdarat, Gamping, Campurdarat, Kabupaten
Tulungagung, Jawa Timur dengan nomor telepon (0355) 533090.
5
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTK
A. Profil Lembaga
1. Sejarah Lembaga
Koperasi Syariah BTM Surya Dana Campurdarat Tulungagung
berdiri tahun 2001 atas petunjuk dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah
dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah. Dinamakan Koperasi Syariah
BTM Surya Dana atas keputusan dari musyawarah pengurus. Arti nama
Surya Dana adalah Surya berarti matahari yang manasang surya adalah
lambang dari Muhammadiyah dan Dana berarti uang atau modal. Pada
awal berdiri tahun 2001 Koperasi Syariah Surya Dana Campurdarat
Tulungagung memiliki jumlah anggota 21 orang dengan dana yang
dikumpulkan dari 21 orang tersebut berjumlah Rp. 450.000.000,00,-
dan sekarang Koperasi Syariah BTM Surya Dana Campurdarat
Tulungagung sudah 18 tahun berdiri dengan pertambahan asset yang
cukup pesat yaitu sekarang mencapai Rp. 2.000.330.000.00,- dengan
jumlah anggota 72.
Kantor pertama Koperasi Syariah Surya Dana Campurdarat
Tulungagung adalah di Jl. Depok No. 5B Kauman Campurdarat
Tulungagung selama 5 tahun dan kemudian pindah lagi di Jl.
Sukomakmur No. 5B Campurdarat Tulungagung selama 10 tahun dan
sekarang pindah kembali di Jl. Sukomakmur No. 9 Campurdarat
Tulungagung. Meskipun Koperasi Syariah Surya Dana Campurdarat
Tulungagung sudah lama berdiri akan tetapi masih belum memiliki
kantor yang definitif yang mana sekarang masih kontraksewa selama
15 tahun.
Karena Koperasi Syariah Surya Dana Campurdarat Tulungagung
merupakan koperasi syariah yang sehat dari tahun 2001 sampai tahun
2020 maka BTM mampu melaksanakan tugasnya dengan mengadakan
RAT setiap tahun setiap tanggal 1 Februari. Koperasi yang sehat artinya
6
mampu mensejahterakan anggotanya dengan cara apabila anggota
menarik dana tabungannya akan selalu tersedia dan jika anggota
melakukan pembiayaan pun dananya akan selalu siap dan tersedia
asalkansesuai dengan prosedur dan memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan.
Pembentukan Koperasi Syariah Surya Dana mendapat
pengesahan Badan Hukum dari Kantor Dinas Koperasi dan UMKM
Kabupaten Tulungagung dengan SK No. 188.2/ 15/ BH 424. 75. 2001
pada tanggal 27 November 2001. Dalam pelaksanaan pengelolaannya
oleh anggota diserahkan kepada pengurus dibantu oleh para pengelola,
yang berpedoman pada:
a. UU Koperasi No. 25 Tahun 1992 tentangPerkoperasian.
b. PP RI No. 9 Thun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Simpan Pinjam oleh Koperasi.
c. Anggaran dasar Koperasi Syariah BTM Surya Dana.
d. RK/ RAPB Koperasi Syariah BTM Surya Dana.
2. Visi, Misi, dan Tujuan
a. Visi
Terwujudnya lembaga ekonomi mikro yang tangguh yang mampu
memberikan pelayanan prima kepada anggota koperasi dalam
meningkatkan kesejahteraan.
b. Misi
1) Penyediaan fasilitas pembiayaan modal kerja dengan
persyaratan mudah dan ringan kepada anggota.
2) Penyediaan fasilitas simpanan yang aman dan amanah dengan
sistem bagi hasil kompetitif.
3) Pengelolaan keuangan yang sehat dan transparant kepada
anggota.
4) Peningkatan hasil usaha untuk mewujudkan kesejahteraan
anggota.
5) Pengelolaan organisasi yang terstruktur dan sistematis.
7
6) Melakukan partisipasi aktif dalam membangun kemandirian
anggota.
7) Melaksanakan norma-norma kebaikan dan memiliki nilai sosial
sehingga keberadaan koperasi mampu memberikan nilai tambah
bagi anggota dan masyarakat luas.
c. Tujuan
Tujuan didirikannya Koperasi Syariah Surya Dana Campurdarat
Tulungagung ini adalah untuk mensejahterakan anggota /
masyarakat dan sebagai amal usaha organisasi muhammadiyah.
3. Struktur Organisasi
Gambar 1.1
Struktur Organisasi
4. Produk-Produk BTM Surya Dana Campurdarat
a. Produk Pembiayaan
1) Musyarakah
1. KETUA : SUTOYO 1. KOORDINATOR: MUTHOHAR
2. WAKIL KETUA : SAIRAN MARZUKI 2. ANGGOTA: SUHARTOYO
3. SEKRETARIS : MOCH. IRCHAM
4. BENDAHARA 1 : ANANG ROMI
5. BENDAHARA 2 : LANG SATRIANTO
KASIR
Sumini1. Agus Dwi
2. Edi Solekan
PEMASARANJURU TAGIH
SYARIAH
DEWAN PENGAWAS
PEMBIAYAANAKUNTANSI
Elfa Septi
PENGAWASPENGURUS
RAPAT ANGGOTA
8
Musyarakah merupakan akad kerja sama antara dua belah pihak
atau lebih untuk menjalankan suatu usaha, dimana masing-
masing pihak berkontribusi dana dengan ketentuan bahwa
keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan. Sistem pembayarannya dengan mengangsur.
Nasabah membayar pokok dan bagi hasil setiap bulan. Produk
ini mempunyai bagi hasil yang lebih rendah dari pada produk
lainnya.
2) Murabahah
Murabahah merupakan akad jual beli dimana harga asli
ditambah dengan margin sesuai kesepakatan yang telah
dilakukan diawal perjanjian antara pihak BTM Surya Dana
dengan anggota.
3) TMRB
TMRB atau Tijaratul Murabahah merupakan akad yang
digunakan untuk jual beli bilyet giro, yaitu dengan
menggunakan akad tijarah dan murabahah. Biasanya orang yang
menggunakan produk ini merupakan orang-orang yang
membutuhkan modal usaha yang besar. Produk ini memiliki
resiko yang besar.
b. Produk Simpanan
1) Wadi’ah
Merupakan simpanan yang bisa disetor dan diambil sewaktu-
waktu oleh anggota. BTM Surya Dana dapat memanfaatkan
simpanan ini untuk kegiatan investasi sesuai dengan ketentuan
syariah.
2) Deposito
Merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu.
Simpanan ini tidak bisa diambil sewaktu-waktu. Jangka waktu
deposito minimal 12 bulan dengan simpanan minimal Rp.
1.000.000,-. Simpanan ini dapat ditarik pada kondisi tertentu dan
mendesak sebelum jatuh tempo. Tetapi anggota akan dikenai
9
biaya administrasi.
B. Pelaksanaan Praktik
Pelaksanaan Praktek Pengalaman Lapangan Gelombang III tahun
2020 di BTM Surya Dana Campurdarat Tulungagung dilaksanakan selama
kurang lebih 30 hari. Dikarenakan adanya pandemi COVID-19 sehingga
diterapkannya distancing social dan lockdown serta harus mengikuti
protokol kesehatan sesuai anjuran dari pemerintah untuk memutus rantai
pengebaran COVID-19 maka pelaksanaan PPL kali ini dilakungan dengan
melakukan observasi dan wawancara serta melakukan sesi foto untuk
dokumenter di BTM Surya Dana Campurdarat dengan minimal kunjungan
tiga kali selama pelaksanaan PPL.
C. Permasalahan di Lapangan
Koperasi Syariah BTM Surya Dana Campurdarat merupakan salah
satu lembaga keuangan syariah yang melakukan kegiatan usaha dibidang
keuangan baik dalam bentuk simpanan maupun pinjaman. Tujuan dari
Koperasi Syariah BTM Surya Dana Campurdarat adalah untuk
mensejahterakan anggota maupun calon anggota. Koperasi Syariah BTM
Surya Dana Campurdarat menyediakan berbagai produk pembiayaan
maupun pinjaman dengan persyaratan yang mudah, proses cepat dan bisa
langsung cair dengan harapkan banyak masyarakat sekitar yang bergabung
menjadi anggota. Tentunya dalam menjalankan usaha tersebut tidak selalu
berjalan dengan lancar, adapun permasalahan yang terjadi di Koperasi
Syariah BTM Surya Dana Campurdarat. Selama kegiatan Praktik
Pengalaman Lapangan (PPL) dengan melakukan wawancara dan observasi
diketahui bahwa terdapat beberapa masalah yang ada dilapangan, salah
satunya terdapat beberapa nasabah yang mengalami pembiayaan
bermasalah.
Permasalahan yang sering terjadi di Koperasi Syariah BTM Surya
Dana Campurdarat mengenai pembiayaan bermasalah berupa nasabah gagal
bayar atau kredit macet. Permasalah ini merupakan risisko yang pasti ada
10
dalam lembaga keuangan. Nasabah tidak mau membayar angsuran setiap
bulannya dengan alasan yang bermacam-macam. Seperti nasabah
mengalami kebangkrutan dalam usahanya ataupun mengalami penurunan
penghasilan sehingga tidak mampu untuk membayar angsurannya. Adapula
nasabah yang mengalami musibah seperti kematian. Pihak Koperasi Syariah
BTM Surya Dana Campurdarat akan memberikan keringanan jika nasabah
benar-benar mengalami kesulitan dalam membayar angsurannya.
Pembiayaan bermasalah akan menjadi persoalan besar ketika penyelesaian
dan penanganannya tidak dilakukan dengan baik dan tepat2.
D. Tanggapan dari Pihak Lembaga Tempat Praktik
Mengenai tanggapan pihak Koperasi Syariah BTM Surya Dana
Campurdarat tentang pembiayaan bermasalah, bahwa permasalahan ini
harus segera ditangani sesuai dengan prosedur yang ada di Koperasi Syariah
BTM Surya Dana Campurdarat agar tidak menyebabkan kerugian yang
berkelanjutan. Dalam menangani pembiayaan bermasalah seperti telat
dalam mengangsur, pihak Koperasi Syariah BTM Surya Dana Campurdarat
akan menelfon atau mendatangi rumah nasabah dengan maksud
memberitahukan bahwa nasabah tersebut sudah telat dalam membayar
angsuran dan diharap untuk segera membayarnya. Apabila nasabah tersebut
tetap tidak membayar angsurannya, pihak Koperasi Syariah BTM Surya
Dana Campurdarat akan mengirim surat pemberitahuan sampai tiga kali.
Jika itu tetap tidak digubris nasabah, nasabah tersebut akan diberikan surat
peringatan mengenai pencabutan jaminan. Namun apabila nasabah tidak
bisa membayar angsuran dikarenakan mengalami musibah yang
mengakibatkan jumlah penghasilannya turun drastis atau bahkan
mengalami kebangkrutan, nasabah tersebut bisa membuat surat keterangan
dari desa yang menyatakan nasabah tidak mampu, pihak Koperasi Syariah
BTM Surya Dana Campurdarat akan memberikan keringanan untuk
2 Wawancara dengan Ibu Elfa Septi selaku Akuntan di Koperasi Syariah BTM Surya Dana
Campurdarat, pada tanggal 17 Oktober 2020, pukul 10.49 WIB
11
mengembalikan pokok pinjamannya saja. Dalam menangani pembiayaan
bermasalah, Koperasi Syariah BTM Surya Dana campurdarat menggunakan
sistem kekeluargaan karena anggota atau nasabah dianggap termasuk
keluarga, dilakukan pendekatan personal terlebih dahulu dan tidak langsung
melibatkan pihak berwajib3.
3 Wawancara dengan Ibu Elfa Septi selaku Akuntan di Koperasi Syariah BTM Surya Dana
Campurdarat, pada tanggal 17 Oktober 2020, pukul 10.49 WIB
12
BAB III
PEMBAHASAN / ANALISIS TERHADAP TEMUAN STUDI
A. Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan merupakan penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil4. Pembiayaan pada dasarnya dilakukan atas
dasar kepercayaan, dengan demikian pemberi pembiayaan memberikan
kepercayaan kepada orang lain atas dana yang diberikan. Berikut unsur-
unsur dalam pembiayaan, yaitu:
1. Kepercayaan, merupakan keyakinan pemberi pembiayaan bahwa
pembiayaan yang diberikan akan benar-benar diterima kembali dimasa
tertentu dimasa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana
sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah
baik secara intern maupun ekstern.
2. Kesepakatan, merupakan kesepakatan antara si pemberi kredit dengan
si penerima kredit dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-
masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
3. Jangka waktu, setiap pembiayaan atau kredit yang diberikan memiliki
jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup jangka waktu
pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa
berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang.
4. Resiko, adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan
suatu resiko kredit macet. Semakin panjang pembiayaan semakin besar
resikonya demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan
bank, baik resiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh
4 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), 2002, hlm. 325
13
resiko yang tidak disengaja. Misalnya terjadi bencana atau bangkrutnya
usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya.
5. Balas jasa, merupakan keuntungan atas pemberian suatu pembiayaan
atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam
bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan
bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas
jasanya ditentukan dengan bagi hasil5.
Musyarakah merupakan akad kerja sama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak berkontribusi dana
atau mal, dengan kesepakatan bahwa risiko dan keuntungan akan
ditanggung bersam sesuai dengan kesepakatan. Pengaplikasiannya dalam
koperasi terlihat pada akad yang diterapkan pada suatu usaha dimana
koperasi membiayai sebagian saja dari modal kerjanya. Selebihnya dibiayai
sendiri oleh nasabah. Mengenai pembagian keuntungan dan kerugian, setiap
pihak menerima bagian keuntungan secara proporsional dengan kontribusi
modal masing-masing atau kesepakatan yang telah ditentukan.
Ada beberapa aplikasi pembiayaan musyarakah bagi lembaga
keuangan syariah. Pertama, musyarakah permanen (continous musyarakah),
dimana pihak koperasi merupakan partner usaha tetap dalam suatu
proyek/usaha. Model ini jarang dipraktikkan, namun investasi modal
permanen ini merupakan alternatif menarik bagi investasi surat-surat
berharga atau saham, yang dapat dijadikan salah satu portofolio investasi
lembaga keuangan syariah. Kedua, musyarakah digunakan untuk skim
pembiayaan modal kerja (working capital). Lembaga keuangan syariah
merupakan partner pada tahap awal dari sebuah usaha atau proses produksi.
Dalam skim ini, pihak lembaga keuangan syariah akan menyediakan dana
untuk membeli aset atau alat-alat produksi, begitu juga dengan partner
musyarakah lainnya. Setelah usaha berjalan dan dapat mendatangkan profit,
porsi kepemilikan koperasi atas aset dan alat produksi akan berkurang
karena dibeli oleh para partner lainnya, dan pada akhirnya akan menjadi nol,
5 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: Rajawali), 2013, hlm. 87
14
model pembiayaan ini lebih dikenal dengan istilah deminishing
musyarakah , dan ini yang banyak diaplikasikan dalam lembaga keuangan
syariah. Ketiga, musyarakah digunakan untuk pembiayaan jangka pendek.
Musyarakah jenis ini bisa diaplikasikan dalam bentuk pembiayaan
perdagangan, seperti ekspor, impor, penyedian bahan mentah atau
keperluan-keperluan khusus nasabah lainnya6.
Pembiayaan musyarakah juga telah diatur dalam ketentun Fatwa
DSN No. 08/DSN-MUI/IV/2000 tertanggal 13 April 2000. Disebutkan
bahwa kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dan usaha
terkadang memerlukan dana dari pihak lain, antara lain melalui pembiayaan
musyarakah yaitu pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua
pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan
resiko akan ditanggung bersama7.
B. Pembiayaan Bermasalah
Pembiayaan bermasalah merupakan pembiayaan yang mengalami
keterlambatan dalam membayar atau ketidakmanpuan nasabah dalam
membayar pembiayaan yang diambil. Kegiatan penyaluran pembiayaan
yang dilakukan lembaga keuangan pasti tidak selamanya berjalan dengan
lancar, pasti ada kendala yang mengakibatkan lembaga keuangan
mengalami kerugian. Salah satu risiko dari pemberian pembiayaan adalah
penundaan pembayaran atau ketidakmampuan nasabah membayar
kewajiban atau bisa disebut juga dengan gagal bayar atau kredit macet
sehingga menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah. Suatu
pembiayaan dikatakan bermasalah apabila kualitas pembiayaan tersebut
masuk dalam kategori kurang lancar, diragukan, dan macet.
Kondisi ini harus diantisipasi sejak dini, agar tidak merugikan
6 Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar), 2008,
hlm. 207- 209 7 Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta : Gajah Mada
University), 2009, hlm. 134-135
15
koperasi. Sesungguhnya gejala awal pembiayaan bermasalah bermula dari
analisis pembiayaan yang salah atau pembiayaan yang diberikan tidak
sesuai dengan prosedur yang semestinya. Oleh sebab itu, setiap insan
koperasi yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan pembiayaan
harus memperhatikan sistem dan prosedur pembiayaan serta menerapkan
prinsip kehati-hatian. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa8:
a. Pembiayaan bermasalah dapat merugikan koperasi, baik secara finansial
maupun non finansial. Kerugian finansial tersebut meliputi tidak
terpenuhinya target pendapatan, terganggunya arus kas (cash flow),
serta dapat mengurangi modal karena biayanya lebih besar dibanding
pendapatan. Sedangkan kerugian non financial meliputi menurunnya
atau bahkan jatuhnya performance dan tingkat kesehatan koperasi.
Akibatnya kepercayaan masyarakat terhadap koperasi dapat menurun.
b. Pembiayaan bermasalah juga dapat merugikan anggota penyimpan.
Kerugian penyimpan akan sangat terasa dengan imbalan bagi hasil yang
rendah. Di samping itu, jika pembiayaan bermasalah terlalu besar,
sehingga arus kas masuk terganggu dapat mengakibatkan menurunnya
cadangan likuiditas. Kondisi ini sangat membahayakan kelangsungan
hidup BTM.
Dalam penanganan pembiayaan bermasalah tentunya ketentuan-
ketentuan Fatwa DSN-MUI berkaitan dengan penyelesaian piutang. Bahwa
restrukturisasi merupakan suatu cara penyelesaian yang sejalan dengan
prinsip syariah dalam penyelesaian utang atau kewajiban dari pembiayaan
bermasalah.Dari ketentuan-ketentuan Bank Indonesia dalam uraian di atas,
restrukturisasi terhadap pembiayaan bermasalah berdasarkan prinsip syariah
dilakukan antara lain melalui9:
a. Penjadwalan Kembali (rescheduling), merupakan perubahan jadwal
pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya, tidak termasuk
8 Muhammad Ridwan, Sistem dan Prosedur Pendirian Baitul Mal wat-Tamwil (BMT)
(Yogyakarta: Citra Media), 2006, 96 9 Faturrahman Djamil, Penyelesaian pembiayaan bermsalah dibank syariah, (Jakarta:
Sinar Grafika), 2014, hlm. 83
16
perpanjangan atau pembiayaan mudharabah atau musyarakah yang
memenuhi kualitas lancar dan telah jatuh tempo serta bukan disebabkan
nasabah mengalami penurunan kemampuan membayar.
b. Persyaratan Kembali (reconditioning), merupakan perubahan sebagian
atau seluruh persyaratan pembiayaan tanpa menambah sisa pokok
kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada BMT, antara lain
meliputi:
1) Perubahan jadwal pembayaran
2) Perubahan jumlah angsuran
3) Perubahan jangka waktu
4) Perubahan nisbah dalam pembiayaan mudharabah atau musyarakah
5) Perubahan proyeksi bagi hasil dalam pembiayaan mudharabah atau
musyarakah
6) Pemberian potongan
c. Penataan Kembali (restructuring), merupakan perubahan persyaratan
pembiayaan yang antara lain meliputi:
1) Penambahan dana fasilitas pembiayaan BUS atau UUS.
2) Konversi akad pembiayaan.
3) Konversi pembiayaan menjadi Surat Berharga Syariah Berjangka
Waktu Menengah.
4) Konversi pembiayaan menjadi Penyertaan Modal Sementara pada
perusahaan nasabah yang dapat disertai dengan reschenduling atau
reconditioning.
d. Kebijakan dan Prosedur. Dalam BMT kebijakan dan prosedur
restrukturisasi pembiayaan bermasalah mencangkup beberapa hal
yaitu10:
10 Nur Syamsudin Buchori, Koperasi Syari’ah, (Tangerang: Pustaka Aufa Media), 2012,
hlm. 204
17
1) Penetapan pejabat khusus setingkat dengan Manager unit keatas
untuk menangani restrukturisasi pembiayaan.
2) Dalam hal ini unit manager yang memutuskan pembiayaan yang
direkstrukturisasi.
3) Criteria pembiayaan yang dapat direstrukturisasi.
4) Sistem dan standar operasi prosedur restrukturisasi pembiayaan,
termasuk penetapan penyerahan pembiayaan yang akan
direstrukturisasi kepada pejabat setingkat Manager Unit yang
ditunjuk dan penyerahan kembali kepada petugas pembiayaan
yang ditunjuk sebagai pengelola pembiayaan.
5) Sistem informasi managemen restrukturisasi pembiayaan, antara
lain berupa laporan berkala mengenai perkembagan penanganan
pembiayaan nasabah yang direstrukturisasi.
e. Penerapan Prinsip Syariah
1) BMT dapat mengenakan ganti rugi (ta’widh) kepada anggota
pembiayaan bermasalah dalam rangka restruksturisasi
pembiayan.
2) Ganti rugi ditetapkan hanya sebesar biaya riil yang dikelurkan
dalam rangka penagihan hak yang seharusnya dibayarkan oleh
anggota dan bukan potensi kerugian yang diperkirakan akan
terjadi karena adanya waktu yang hilang.
3) Perubahan-perubahan yang disepakati antara BMT dengan
anggota dalam merestrukturisasi pembiayaan, termasuk
penetapan ganti rugi dan harus ditungkan dalam addendum
(perpanjangan kontrak) akad pembiayaan.
4) Dalam merestrukturisasi pembiayaan dilakukan melalui
konversi akad maka akan dibuat akad pembiayaan baru atau
akad ulang.
18
C. Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BTM Surya Dana
Campurdarat
Dari penjelasan diatas diketahui bahwa dalm pemberian pembiayaan
pasti ada risiko yang mengakibatkan terjadinya pembiayaan bermasalah
yang dapat merugikan BTM. Maka diperlukannya suatu pertimbangan yang
matang dan kehati-hatian sehingga pembiayaan yang diberikan dapat
terjamin pengembaliannya secara tepat waktu sesuai dengan kesepakatan
antara lembaga keuangan dengan nasabah. Terlambat atau terhambatnya
nasabah dalam proses pengembalian pembiayaan menyebabkan kerugian
bagi BTM. Sumber utama penghasilan BTM adalah dari bagi hasil dan
margin. Pembiayaan bermasalah akan memberikan dampak akan
kelangsungan usaha BTM.
Koperasi Syariah BTM Surya Dana Campurdarat Tulungagung juga
mengalami hambatan dalam pengembalian pembiayaan oleh nasabah
sehingga menyebabkan terganggunya kolektivitas aktiva produktif dari
Koperasi Syariah Surya Dana Campurdarat. Timbulnya pembiayaan
bermasalah disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Dari pihak nasabah atau anggota
a. Nasabah atau anggota mengalami kebangkrutan atau penurunan
pendapatan merupakan salah satu penyebab keterlambatan
dalam membayar angsuran. Perubahan kondisi ekonomi
menyebabkan menurunnya pendapatan dan daya beli masyarakat
sehingga usaha yang anggota kelola mengalami keterlambatan
dalam produksi.
b. Sebenarnya nasabah mampu untuk membanyar angsurannya
namun nasabah memiliki karakter enggan untuk
mengangsurnya.
c. Telepon dari pihak BTM sering kali di acuhkan bahkan ada yang
sampai mengganti nomor untuk menghindari telepon dari pihak
BTM. Hal tersebut dikarenakan anggota mengalami tunggakan
angsuran dan pembayaran yang sudah jatuh tempo. Pihak BTM
akan melakukan kunjungan berkala sesuai dengan peraturan
19
yang ditetapkan BTM.
d. Anggota mengalami musibah seperti kematian. Musibah ini
tidak dapat diprediksi siapapun sehingga apabila musibah ini
menimpa anggota maka pihak BMT akan melakukan
musyawarah dan akan meminta ahli warisnya untuk memenuhi
kewajibannya.
2. Dari pihak Koperasi Syariah BTM Surya Dana Campurdarat
a. Terdapat kurangnya ketelitian dan kecermatan dalam
menganalisis dan menilai data calon anggota sehingga
menyebabkan data calon anggota tidak sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya.
b. Tidak dilakukannya survei berkelanjutan terkait dengan kondisi
calon anggota.
D. Strategi Penanganan Pembiayaan Bermasalah pada Produk
Musyarakah di BTM Surya Dana Campurdarat
Sebenarnya terdapat banyak cara yang dapat dilakukan untuk
mengatasi pembiayaan-pembiayaan yang bermasalah. Namun dari sekian
banyaknyak cara, apakah cara-cara tersebut benar-benar mampu untuk
mengatasi pembiayaan bermasalah atau tidak berpengaruh dalam
mengatasinya atau bahkan akan mengakibatkan semakin terlambatnya
proses penyelesaiannya. Untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalah
harus menggunakan cara yang tepat agar tidak mengakibatkan risiko yang
berkelanjutan sehingga mengakibatkan BTM mengalami kerugian yang
semakin besar.
Berikut ini merupakan strategi yang dilakukan Koperasi Syariah
BTM Surya Dana Campurdarat dalam menangani pembiayaan bermasalah
yang dirasa cukup ampuh digunakan, yaitu sebagai berikut:
1. Rescheduling (Penjadwalan Kembali), merupakan tindakan penjadwalan
kembali kewajiban anggotadengan cara menyesuaikan dengan
pendapatan hasil usaha anggota yang sedang mengalami kesulitan. Hal
ini dilakukan apabila anggota tidak mampu untuk membayar kembali
20
angsuran pokok atau bagi hasilnya, dengan cara melakukan perpanjangan
jangka waktu pembiayaan sehingga berdampak pada jumlah setiap
angsurannya akan menurun, dan perpanjangan waktu angsuran.
2. Reconditioning (Persyaratan Kembali), merupakan tidakan penyusunan
persyaratan kembali dengan cara mengubah sebagian kondisi atau
persyaratan yang semula sudah disepakati. Dalam perubahan persyaratan
kondisi pembiayaan dibuat dengan memperhatikan masalah yang sedang
dihadapi anggota dalam menjalankan usahanya, dengan cara melakukan
penundaan pembayaran bagi hasil dan penurunan bagi hasil. Penundaan
pembayaran bagi hasil dilakukan dengan cara tetap menghitung bagi
hasilnya namun pembayarannya dilakukan ketika anggota
berkesanggupan. Sedangkan penurunan bagi hasil silakukan dengan cara
anggota tetap membayar angsuran pokok dengan bagi hasilnya disetiap
angsuran tetapi jumlah bagi hasil yang dibebankan diturunkan.
3. Liquidation (Penyitaan Jaminan), merupakan tindakan pengambilan atau
penyitaan jaminan anggota yang dilakukan pihak BTM apabila anggota
benar-benar tidak bisa melaksanakan kewajibannya untuk membayar
pembiayaan yang dipinjamnya.proses penyitaan jaminan ini bisasanya
didasarkan atas kesepakatan dan persetujuan anggotan yang nantinya
jaminan tersebut akan dilelang dan hasil dari lelang tersebut digunakan
untuk melunasi pembiayaan anggota dan jika masih terdapat sisa dana
akan dikembalikan kepada anggota.
Selain strategi diatas, pihak BTM juga melakukan strategi lain untuk
mengatasi pembiayaan bermasalah, yaitu pihak BTM akan melakukan
panggilan lewat telepon apabila anggota sudah jatuh tempo untuk membayar
angsurannya. Pihak BTM akan terus menerus menelpon anggota, apabila
panggilan tersebut tidak ditanggapi oleh anggota maka pihak BTM akan
mengirimkan surat yang berisi bahwa anggota sudah waktunya jatuh tempo
pembayaran. Jika surat tersebut juga tidak ditanggapi, pihak BTM akan terus
mengirim surat kedua dan ketiga dengan isi yang sama namun lebih tegas
lagi dari surat-surat sebelumnya. dan terakhir pihak BTM akan memberikan
21
surat penyitaan jaminan apabila anggota benar-benar tidak mampu
membayar kewajibannya.
22
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermsalah
pada Koperasi Syariah BTM Surya Dana Campurdarat adalah:
a. Dari pihak nasabah atau anggota: Nasabah atau anggota mengalami
kebangkrutan atau penurunan pendapatan merupakan salah satu
penyebab keterlambatan dalam membayar angsuran, sebenarnya
nasabah mampu untuk membanyar angsurannya namun nasabah
memiliki karakter enggan untuk mengangsurnya, telepon dari
pihak BTM sering kali di acuhkan bahkan ada yang sampai
mengganti nomor untuk menghindari telepon dari pihak BTM, dan
anggota mengalami musibah seperti kematian.
b. Dari pihak Koperasi Syariah BTM Surya Dana Campurdarat:
terdapat kurangnya ketelitian dan kecermatan dalam menganalisis
dan menilai data calon anggota sehingga menyebabkan data calon
anggota tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, dan tidak
dilakukannya survei berkelanjutan terkait dengan kondisi calon
anggota.
2. Strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah pada Koperasi Syariah
BTM Surya Dana Campurdarat terlebih dahulu melakukan proses
penagihan secara berkala dan kunjungan ke rumah anggota, selain itu
juga melakukan strategi rescheduling (penjadwalan kembali),
reconditioning (persyaratan kembali), dan liquidation (penyitaan
jaminan).
B. SARAN-SARAN
1. Untuk Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam sebagai pengelola PPL,
semoga informasi yang dikumpulkan memberikan manfaat dan berguna
23
untuk menjadi salah satu media penyerapan informasi untuk
penyelarasan kurikulum yang sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan di lapangan serta pengadaan praktik lapangan yang
selanjutnya dapat berjalan lebih baik lagi.
2. Untuk instansi/lembaga tempat PPL Koperasi Syariah BTM Surya Dana
Campurdarat Tulungagung semakin meningkatkan pengelolaan risiko
pembiayaan agar risiko-risiko yang dihadapi dapat dikendalikan secara
optimal.
3. Untuk mahasiswa sebagai peserta PPL, laporan ini untuk memenuhi
tugas akhir PPL dan semoga seluruh pengalaman yang didapat bisa
menjadi bekal didunia kerja nantinya.
24
DAFTAR PUSTAKA
Anshori, Abdul Ghofur. 2009. Perbankan Syariah di Indonesia. Yogyakarta: Gajah
Mada University
Buchori, Nur Syamsudin. 2012. Koperasi Syari’ah. Tangerang: Pustaka Aufa
Media
Djamil, Faturrahman. 2014. Penyelesaian pembiayaan bermsalah dibank syariah.
Jakarta: Sinar Grafika
Djuwaini, Dimyauddin. 2008. Pengantar Fiqh Muamalah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Kasmir. 2002. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Kasmir. 2013. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Rajawali
Ma’had Alif Tarbiyah Mubalighin Muhammadiyah. 2008. Pedoman Pendirian
BTM. Bandar Lampung
Ridwan ,Muhammad. 2006. Sistem dan Prosedur Pendirian Baitul Mal wat-Tamwil
(BMT). Yogyakarta: Citra Media
Wawancara dengan Ibu Elfa Septi selaku Akuntan di Koperasi Syariah BTM Surya
Dana Campurdarat, pada tanggal 17 Oktober 2020
25
Top Related