0
KONTRIBUSI PENDEKATAN HUMANISTIK
DALAM PROSES PELAKSANAAN SUPERVISI
AKADEMIK DAN KLINIS TERHADAP
KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PAI
(Studi Empiris Kepala SMA di Kabupaten Sanggau Tahun 2017)
Oleh
S Y U K U R
NIM.12010150049
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
i
KONTRIBUSI PENDEKATAN HUMANISTIK
DALAM PROSES PELAKSANAAN SUPERVISI
AKADEMIK DAN KLINIS TERHADAP
KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PAI
(Studi Empiris Kepala SMA di Kabupaten Sanggau Tahun 2017)
Oleh
S Y U K U R
NIM.12010150049
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
v
ABSTRAK
Meningkatnya tuntutan terhadap kualitas pendidikan dengan kompleksitas
masalah pembelajaran yang membutuhkan penanganan dan pengembangan
terhadap kompetensi guru. Usaha yang dilakukan dengan memperbaiki
pengajaran melalui pendekatan humanistik dalam supervisi akademik dan klinis
yang membantu perkembangan mengajar agar sesuai dengan tujuan pendidikan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk megetahui pendekatan humanistik dalam
proses pelaksanaan supervisi akademik dan klinis, dan menganalisis kontribusinya
terhadap kompetensi kepribadian guru PAI SMA di Kabupaten Sanggau.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini pendekatan
kualitatif dengan jenis penelitian lapangan. Subjek penelitian ini kepala sekolah
sebagai supervisor pembelajaran dan objek penelitian adalah guru Pendidikan
Agama Islam (PAI). Lokasi penelitian ini di SMAN 1 Sanggau, SMAN 2
Sanggau, SMAN 3 Sanggau, SMAN 1 Tayan Hulu, SMAN 1 Bonti, dan SMA
PGRI Sanggau.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan humanistik dalam
proses pelaksanaan supervisi akademik menghargai potensi kemanusiaan,
memiliki kepedulian terhadap pengembangan guru sebagai mitra pembelajaran
yang dihargai. Pendekatan humanistik dalam proses pelaksanaan supervisi klinis
dengan cara memanusiakan yakni memperhatikan layanan kebutuhan guru.
Kontribusi pendekatan humanistik dalam proses pelaksanaan supervisi akademik
dan klinis mengarahkan guru PAI bertindak sesuai norma agama, memahami
hukum, memiliki kepekaan sosial dan menghargai aneka ragam kebudayaan
bangsa Indonesia. Dapat mengembangkan integritas guru PAI dalam
menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, akhlak mulia, dan menjadi
keteladanan bagi peserta didik dan masyarakat. Mengelola sumber daya guru PAI
dalam menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, bersikap
arif, dan berwibawa. Menunjukkan etos kerja yang mumpuni untuk melampaui
dirinya, memiliki rasa tanggung jawab, rasa bangga menjadi guru PAI, dan
menumbuhkan rasa percaya diri. Meningkatkan semangat dalam menjunjung
tinggi kode etik profesi guru PAI.
vi
ABSTRACT
The need for the quality of development and competence development. The
improvements of teaching are made through humanistic approaches in academic
and clinical supervision to help the development of teaching to fit the educational
goals. The purpose of this research is to know the humanistic approach in the
process of conducting academic and clinical supervision, and to analyze its
contribution to teacher personality competence of PAI SMA in Sanggau District.
The research method used in this research is qualitative approach with field
research type. The subject of this study is the principal as a supervisor of learning
and the object of research is the teacher of Islamic Religious Education (PAI). The
location of this research is at SMAN 1 Sanggau, SMAN 2 Sanggau, SMAN 3
Sanggau, SMAN 1 Tayan Hulu, SMAN 1 Bonti, and SMA PGRI Sanggau.
The results of this study indicate that the humanistic approach in the
implementation of academic supervision appreciates the potential of humanity,
has a concern for the development of teachers as valued learning partners.
Humanistic approach in the process of implementation of clinical supervision by
humanizing the way pay attention to the service needs of teachers. The
contribution of humanistic approach in the process of conducting academic and
clinical supervision leads PAI teachers to act according to religious norms, to
understand the law, to have social sensitivity and to appreciate the diversity of
Indonesian culture. Can develop the integrity of PAI teachers in presenting
themselves as honest people, noble morals, and be exemplary for learners and
society. Manage the resources of PAI teachers in presenting themselves as steady,
stable, mature, wise, and authoritative individuals. Demonstrating a qualified
work ethic to transcend itself, have a sense of responsibility, pride in being a PAI
teacher, and foster self-esteem. Enhance the spirit in upholding the professional
code of ethics of PAI teachers.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan do’a bagi Allah Swt. dengan segala karunia kenikmatan dan
hidayahNya sehingga Tesis ini dapat terselesaikan. Tesis yang berjudul
“Kontribusi Pendekatan Humanistik dalam Proses Supervisi Akademik dan
Klinis terhadap Kompetensi Kepribadian Guru PAI (Studi Empiris Kepala
SMA di Kabupaten Sanggau Tahun 2017)” disusun sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Dalam penyusunan Tesis ini tentu tidak lepas dari partisipasi berbagai pihak
yang telah membantu berupa bimbingan, saran maupun informasi yang begitu
bermanfaat. Untuk itu, perkenankan penulis menyampaikan terima kasih sebagai
ungkapan penghargaan yang tiada terkira kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN yang telah
memberi kesempatan kepada penulis menempuh studi Program Pascasarjana
IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Zakiyuddin, M.Ag, selaku Direktur Program Pascasarjana IAIN
Salatiga beserta staf akadeik yang telah memberikan fasilitasi dan arahan
kepada penulis menempuh studi program beasiswa Supervisi Pendidikan.
3. Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag, selaku pembimbing yang senantiasa
terganggu waktu istirahatnya dengan letih lelah membantu memberikan
motivasi dan arahan dalam penyusunan Tesis hingga purna dengan penuh
kesabaran yang luar biasa.
4. Bapak Dr. Winarno, S.Si., M.Pd, selaku koordinator program beasiswa yang
telah mendampingi penulis dari awal hingga akhir masa studi dengan baik.
5. Seluruh Dosen Program Pascasarjana IAIN Salatiga yang telah memberikan
bekal ilmu selama proses awal perkuliahan sampai berakhirnya penyusunan
Tesis ini semoga dapat menjadi ilmu yang bermanfaat.
6. Bapak Muh. Tarmudi, S.Pd, selaku kepala SMAN 2 Sekayam yang telah
mengijinkan penelitian dan membantu kelancaran informasi.
viii
7. Bapak Silas, S.Pd, selaku kepala SMAN 1 Sanggau dan ketua MKKS SMA
Kabupaten Sanggau yang turut memberikan ijin penelitian, dan informasinya.
8. Bapak Drs. Sigit Sukamto, selaku kepala SMAN 2 Sanggau yang aktif dalam
memberikan ijin penelitian dan informasi yang diberikan.
9. Bapak M. Buyung, selaku Plt. Kepala SMAN 3 Sanggau yang memberikan
ijin penelitian, dukungan dan kemudahan informasinya.
10. Bapak Ruswana, S.Pd, selaku kepala SMAN 1 tayan Hulu yang berkenan atas
ijin penelitian dan dukungannya.
11. Bapak Burhan, selaku kepala SMA PGRI Sanggau yang memberikan ijin
penelitian dan doanya.
12. Bapak Zeno, S.Pd, selaku kepala SMAN 1 Bonti yang memberikan ijin
penelitian dan kelancaran informasinya
13. Bapak dan Ibu guru PAI SMA di Kabupaten Sanggau yang tidak dapat penulis
sebut satu persatu yang berpartisipasi dalam memberikan informasi penelitian.
14. Bapak Suhudi, Bapak Kasmuji, Ibu Sukarmi, dan Ibu Suriyatun, selaku orang
tua yang tanpa letih memberikan dukungan spiritual..
15. Istriku Saadah terkasih yang selalu memberikan dukungan, ananda Ahmad
Alzam Khairi Attaqy dan ananda Ahmad Azwar Fakhri Attaqy sebagai
generasi pembelajar semoga kelak menjadi anak yang membanggakan kedua
orang tua, agama dan bangsa.
16. Teman-teman mahasiswa Program Beasiswa Supervisi Pendidikan angkatan
2015 yang tidak dapat disebut satu persatu dalam memberikan motivasi
kepada penulis sehingga dapat membantu menyelesaikan tesis ini tepat waktu.
Penulis berharap semoga Allah subhaanahu wata’ala. memberi balasan
terbaik dan termasuk amal shaleh dari semua pihak yang telah memberikan
sumbangsih ide dan motivasinya. Penulis juga menyadari bahwa hasil karya
ilmiah ini masih perlu disempurnakan, maka dari itu saran dan kritik konstruktif
dari para pembaca sangat kami harapkan. Akhirnya Semoga Tesis ini dapat
menambah wawasan keilmuan, khususnya pada bidang supervisi pendidikan.
Salatiga, Juni 2017 Penulis,
ix
MOTTO
َ َوَمن َيت�ِق ُ ٱ���
َۡعل لَ
ِ مِ ۥي ۡمرِهَا ۦۡن أ يُۡسٗ
Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah,
niscaya Allah menjadikan baginya
kemudahan dalam urusannya
(QS. Al Thalaq, 65; 4)
x
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk :
Almamater IAIN Salatiga
Kedua Orang Tua
Istri dan Anak-anak
Generasi Pembelajar
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................ v
KATA PENGANTAR .............................................................................. vi
MOTTO .................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................ x
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................. 5
C. Signifikansi Penelitian ...................................................... 6
D. Tinjauan Pustaka ............................................................... 8
E. Metode Penelitian .............................................................. 26
F. Sistematika Penulisan ........................................................ 31
BAB II PENDEKATAN HUMANISTIK DALAM PROSES
PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK DAN KLINIS
TERHADAP GURU PAI SMA DI KABUPATEN
SANGGAU
A. Perencanaan Supervisi Akademik ..................................... 33
B. Pelaksanaan Supervisi Akademik ..................................... 38
C. Tindak Lanjut Supervisi Akademik .................................. 46
xii
BAB III PENDEKATAN HUMANISTIK DALAM PROSES
PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK DAN KLINIS
TERHADAP GURU PAI SMA DI KABUPATEN
SANGGAU
A. Pertemuan Sebelum Observasi ......................................... 50
B. Observasi ........................................................................... 52
C. Analisis dan Strategi ......................................................... 58
D. Pertemuan setelah Observasi ............................................ 60
E. Analisis Supervisi Klinis setelah Observasi ..................... 62
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Kontribusi Pendekatan Humanistik dalam Proses
Pelaksanaan Supervisi Akademik dan Klinis Terhadap
Kompetensi Kepribadian Guru PAI SMA di Kabupaten
Sanggau .............................................................................. 63
B. Faktor yang Mempengaruhi Supervisi Akademik dan
Klinis ................................................................................. 99
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................... 104
B. Saran .................................................................................. 106
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 107
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Volume Pelaksanaan Supervisi Klinis Terhadap Guru PAI .............. 52
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Triangulasi Metode ............................................................................ 28
1.2 Triangulasi Sumber ............................................................................ 28
1.3 Model Analisis .................................................................................. 29
3.1 Langkah-langkah Supervisi Klinis .................................................... 49
4.1 Tugas Guru PAI ................................................................................. 81
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Berita Acara Ujian Proposal ............................................................. 111
2. Berita Acara Ujian Tesis ................................................................... 113
3. Permohonan Izin Penelitian .............................................................. 115
4. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian................................... 116
5. Lembar Bimbingan Tesis ................................................................... 123
6. Transkrip Wawancara ......................................................................... 124
7. Sertifikat Colloquium ........................................................................ 130
8. SK Pembagian Jam Mengajar ............................................................ 136
9. Foto Wawancara Penelitian .............................................................. 149
10. Curriculum Vitae .............................................................................. 152
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru dalam menjalankan tugasnya membutuhkan bantuan orang lain dalam
hal memecahkan masalah-masalah yang dihadapi untuk mewujudkan
tercapainya pendidikan, seperti mengerti tujuan pendidikan, tujuan kurikuler,
tujuan instruksional, dan evaluasi pembelajaran.
Seseorang yang bertugas sebagai pembantu guru dalam hal ini adalah
supervisor dan kepala sekolah yang setiap hari berhadapan langsung dengan
guru. Menurut P. Adam dan Frank G Dickey dalam Hendiyat menjelaskan
supervisi adalah program yang berencana untuk memperbaiki pengajaran.1
Program ini dapat berhasil apabila supervisor memiliki keterampilan dan cara
kerja yang efisien dalam kerjasama dengan guru dan petugas pendidikan
lainnya.
Sementara Carter memberi pengertian supervisi adalah segala usaha
dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru dan petugas lainnya
dalam memperbaiki pengajaran termasuk menstimulir, menyeleksi
pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan
pendidikan, bahan-bahan pengajaran, metode mengajar dan evaluasi
pengajaran.2
1Hendiyat dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, Jakarta: PT. Bina
Aksara, 1988, 39. 2Carter Victor Good, Dictionary of Education, New York: McGraw-Hill Book Company,
1973, 584.
1
2
Dari penjelasan di atas diketahui, supervisi merupakan keterampilan
kerjasama kepada guru terhadap pengarahan proses belajar mengajar dengan
segala usaha mengembangkan potensi guru memperbaiki pembelajaran untuk
mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
Supervisor dan kepala sekolah bertugas memberikan bantuan kepada
guru agar mengalami pertumbuhan secara maksimal dan integral baik profesi
maupun pribadinya. Tiadanya supervisor menjadi tugas berat yang harus
dipenuhi oleh kepala sekolah sebagaimana data pra survei di Kabupaten
Sanggau yang mengalami kekosongan (facum) supervisor Pendidikan Agama
Islam (PAI) di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berdampak pada
menurunnya motivasi dan inovasi 16 orang guru PAI.3
Penanganan di bidang supervisi yang hanya dilakukan oleh kepala
sekolah memiliki keterbatasan beragam terutama dalam menentukan tujuan
dan model pembelajaran, cara memperlakukan guru membutuhkan pendekatan
yang tepat agar tidak mengabaikan aspek kemanusiaan yang menimbulkan
reaksi di kalangan guru. Pada tahun 1920 banyak protes diajukan terhadap
metode dan kurikulum yang diberikan secara otoriter dari para administrator
sekolah.4 Guru tidak setuju kalau prinsip pendidikan ditentukan sendiri oleh
pimpinan dan guru optimis dirinya punya pemikiran bermanfaat bagi kebaikan
pendidikan.
Pelaksanaan supervisi akademik dan klinis yang tidak maksimal, dalam
paradigma lama itu suatu kegiatan tidak dapat diharapkan berjalan lancar
3Data EMIS Kementerian Agama Kabupaten Sanggau Tahun 2017. 4Made Pidarta, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1992,
32.
3
sesuai dengan rencana dan tujuan jika tidak diawasi. Supervisi inilah
merupakan alat dalam membangun guru yang kompeten pengembangannya.
Supervisi menjadi fungsi organisasi guru dengan pertumbuhan mengarah ke
peningkatan kinerja mengajar dan siswa yang lebih banyak belajar.5
Kenyataan bahwa supervisi terhadap guru PAI SMA di Kabupaten
Sanggau dilaksanakan, tetapi secara umum tidak berjalan sesuai harapan dan
terkesan bahwa “kompetensi guru masih rendah” yakni berkaitan substansi
kinerja guru PAI memiliki kelemahan sistematis. Padahal berdasarkan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada pasal
10 ayat (1) menyatakan “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional”.6
Melalui kompetensi tersebut guru PAI dapat melaksanakan perannya
dan bertanggung jawab untuk memajukan pendidikan yang dimulai dari
pribadinya, sekolah hingga ke masyarakat. Oleh karena itu pembinaan
kemampuan guru harus mendapat penanganan tindak lanjut yang serius.
Salah satu unsur yang erat kaitannya dengan mutu pendidikan adalah
supervisi akademik dan klinis terhadap kompetensi Guru PAI yang
berkualitas, bukan hanya menguasai materi pengajaran, tetapi harus mampu
meningkatkan kualitas prestasi peserta didik untuk memenangkan persaingan
global. Kebijakan program peningkatan mutu dan relevansi pendidikan
5Tadele Akalu Tesfaw, and Roelande H. Hofman, “Relationship between instructional
supervision and professional development”, The International Education Journal: Comparative Perspectives Vol. 13, No. 1 (2014), 82-99.
6Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
4
mencakup; pengembangan kurikulum berkelanjutan, pembinaan
profesionalisme guru, pengadaan, daya guna sarana dan prasarana
pendidikan.7
Selain menyadari kebenaran pandangan sebagian masyarakat tentang
rendahnya kompetensi guru juga ditemukan fenomena kurang efektif supervisi
akademik dan klinis terhadap guru PAI yang perlu ditingkatkan. Menurut
PMA RI Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengawas Madrasah dan Pengawas
PAI pada sekolah, satu pengawas memiliki tugas untuk melaksanakan tugas
kepengawasan terhadap 20 guru binaan.8
Sangat memungkinkan adanya pemecahan masalah supervisi menjadi
sebuah kebutuhan sebagaimana dalam humanistik yang memandang
kebutuhan manusia itu wajib terpenuhi jika ingin kompetensi kepribadianya
berkembang. Dengan menarik akar permasalahan bukan hanya pada guru
sebagai pribadi, tetapi lebih pada kontribusi pendekatan humanistik dalam
proses pelaksanaan supervisi yang dilakukan untuk menekankan pada
kesamaan visi, misi dan tujuan dari unsur-unsur terkait yang menunjang
terhadap kompetensi kepribadian guru PAI.
Terlihat jelas adanya permasalahan menarik sebagai dasar penelitian,
karena sesuai dengan konsentrasi supervisi pendidikan dan hasil penelitian
dapat direkomendasikan menjadi solusi untuk mewujudkan dukungan
supervisi terhadap peningkatan kompetensi guru PAI.
7Eti Rochaety dan Pontjorini Rahayuningsih Prima Gusti Yanti, Sistem Informasi Manajemen
Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, 37-38. 8Nur Abadi, “Pedoman Supervisi Pengawas Madrasah dan Pengawas PAI Pada Sekolah,
Semarang: Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah”, Semarang, 2012, 32.
5
B. Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan gambaran empiris problematis dari latar belakang di atas,
dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut :
a. Penilaian terhadap guru PAI dalam melaksanakan tugasnya sebagai
guru kurang sesuai dengan kompetensi guru yang semestinya.
b. Tuntutan masyarakat terhadap mutu pendidikan terus mengalir baik
dari kualitas sumber daya manusia, sarana prasarana dan stakeholder.
c. Kontribusi supervisi yang kurang berdampak pada kompetensi guru
PAI di Kabupaten Sanggau.
2. Batasan Masalah
Melalui identifikasi masalah di atas, batasan penelitian ini antara lain:
a. Menggunakan pedekatan humanistik dalam proses pelaksanaan
supervisi akademik dan klinis.
b. Kompetensi kepribadian guru PAI sebagai fokus penelitian.
c. Pelaksana supervisi yang dimaksud adalah kepala SMA di Kabupaten
Sanggau yakni pada sekolah yang menjadi objek penelitian.
3. Rumusan Masalah
Dari batasan masalah penelitian di atas, dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana pendekatan humanistik dalam proses pelaksanaan supervisi
akademik terhadap guru PAI SMA di Kabupaten Sanggau?
b. Bagaimana pendekatan humanistik dalam proses pelaksanaan supervisi
klinis terhadap guru PAI SMA di Kabupaten Sanggau?
6
c. Bagaimana kontribusi pendekatan humanistik dalam proses
pelaksanaan supervisi akademik dan klinis terhadap kompetensi
kepribadian guru PAI SMA di Kabupaten Sanggau?
C. Signifikansi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian antara lain:
a. Untuk megetahui pendekatan humanistik dalam proses pelaksanaan
supervisi akademik terhadap guru PAI SMA di Kabupaten Sanggau.
b. Untuk mengetahui pendekatan humanistik dalam proses pelaksanaan
supervisi klinis terhadap guru PAI SMA di Kabupaten Sanggau.
c. Untuk menganalisis kontribusi pendekatan humanistik dalam proses
pelaksanaan supervisi akademik dan klinis terhadap kompetensi
kepribadian guru PAI SMA di Kabupaten Sanggau.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoretis
1) Memperluas wawasan dalam mengelola pengembangan sumber
daya manusia baik secara teoretis, metodologis dan empiris bagi
kepentingan akademik dalam bidang penelitian.
2) Memberikan sumbangan kajian keilmuan pendekatan humanistik
di bidang supervisi akademik dan klinis.
3) Pengembangan konsep baru sebagai bahan rujukan penelitian
lanjutan terutama pengembangan ilmu di bidang supervisi.
7
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Dirjen. PAI, dapat menjadi referensi untuk meningkatkan
kualitas supervisi sebagai kebutuhan pokok guru.
2) Bagi Dinas Pendidikan, sebagai masukan materi pengelolaan
kompetensi guru dan motivasi kerja supervisor.
3) Bagi sekolah, sebagai masukan pertimbangan secara kontekstual
dalam merumuskan pola pengembangan kompetensi guru PAI.
4) Bagi peneliti, hasil penelitian ini menjadi titik awal untuk
melakukan penelitian lanjutan tentang pengembangan supervisi.
c. Kontribusi Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai berikut:
1) Untuk melengkapi kajian teoretis maupun praktis di bidang
pendekatan supervisi akademik dan klinis dalam rangka
peningkatan kompetensi guru PAI.
2) Sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam membuat
kebijakan strategis di bidang supervisi PAI.
D. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Setelah mengadakan kajian ke perpustakaan, peneliti menemukan
penelitian terdahulu yang relevan sebagaimana penjelasan berikut ini:
8
Hamadi9 dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pelaksanaan
supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah tidak banyak
memberikan manfaat untuk perbaikan pembelajaran dan peningkatan
profesionalisme guru karena kepala sekolah sendiri tidak memahami
tentang pengertian, fungsi, tujuan, prinsip dan teknik serta pendekatan
dalam melaksanakan kegiatan supervisi di sekolah.
Tri Martiningsih10 dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
semakin baik persepsi guru terhadap supervisi akademik dan partisipasi
guru dalam Kelompok Kerja Guru akan diikuti semakin tingginya
kompetensi profesional guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan
Pekalongan Utara.
Sugeng Riyadi11 dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
pelaksanaan supervisi pengawas telah sesuai dengan ciri-ciri supervisi
yang bersifat ilmiah, sistematis, obyektif dan menggunakan instrumen.
Teknik yang dikembangkan pengawas dalam pelaksanaan supervisi
akademik cukup bervariasi namun kendalanya adalah ketersediaan tenaga
pengawas yang masih kurang dan upaya yang dilakukan pengawas dalam
melakukan supervisi akademik belum maksimal.
9Hamadi, “Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Kelapa
Kampit Kabupaten Belitung Timur”, Tesis, UI Jakarta, 2011, viii. 10Tri Murtiningsih, “Pengaruh Supervisi Akademik dan Partisipasi Kelompok Kerja Guru
Terhadap Kompetensi Profesional Guru SD di Pekalongan Utara Kota Pekalongan”, Tesis, UNNES, 2008, vii.
11Sugeng Riyadi, “Supervisi Akademik Pengawas Kemenag Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru Bahasa Arab (Studi Kasus di Kementerian Agama Kabupaten Ponorogo)”, Tesis, UIN Yogyakarta, 2014, viii.
9
Tinab Mohammed12 dalam penelitiannya menyimpulkan sebagian
besar responden setuju pengawasan yang membantu untuk meningkatkan
kualitas pendidikan yang menjadi alasan untuk supervisi pendidikan di
Kabupaten Nadowli, supervisor dan guru setuju bahwa supervisi
umumnya bersifat top-down proses. Ini berarti bahwa struktur pengawasan
pendidikan di Kabupaten Nadowli diikuti baris hirarki dimana program
dan keputusan diambil dari tingkat Nasional dan diteruskan ke daerah,
kabupaten dan tingkat sekolah. Juga, penelitian menunjukkan bahwa
mayoritas responden setuju bahwa peran pengawas yang memberikan
bantuan untuk guru, memberikan umpan balik dan memberikan bimbingan
dan layanan konseling.
Orenaiya Solomon Adewale13 dalam penelitiannya menyimpulkan
bahwa efektivitas guru dalam pembelajaran di kelas dengan kompetensi
metodologis, keterampilan mengajar, bahan ajar dan catatan sekolah yang
dikombinasikan dengan organisasi kelas berdampak pada prestasi
akademik peserta didik. Tingkat pembelajaran akibat supervisi akademik
memastikan efektivitas meningkatnya prestasi akademik siswa di sekolah
menengah.
12Tinab Mohammed, “Effects of Educational Supervision on Students’Academic
Performance in Nadowli District in the Upper West Region of Ghana”, The International Journal Of Humanities & Social Studies, Volume 2, Issue 6, (June 2014), 326.
13Orenaiya Solomon Adewale, “Desirable Transformation of Secondary School Education to Greater Heights through Effective Academic Supervision by the Vice-Principals”, International Journal of English and Education, Volume 3, Issue 3, (July 2014), 597-598.
10
Suwardi14 dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa persepsi guru
terhadap supervisi klinis mempunyai hubungan positif dan signifikan
dengan kinerja guru Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabupaten
Magelang terbukti kebenarannya.
Alimin15 dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa kompetensi
kepribadian guru PAI SMP di Tarakan pada aspek menghargai peserta
didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat,
daerah asal, dan gender masuk kategori sangat baik. Kompetensi
kepribadian guru pada aspek bersikap sesuai dengan norma agama yang
dianut, hukum dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat, serta
kebudayaan nasional Indonesia yang beragam termasuk sangat baik dan
termasuk kompetensi guru PAI pada aspek berperilaku jujur, tegas, dan
manusiawi termasuk sangat baik.
Dari uraian di atas bahwa kajian penelitian terdahulu dapat menjadi
petunjuk awal dan memiliki keterkaitan tindak lanjut dalam kajian
penelitian ini, peneliti belum menemukan penelitian serupa dengan
penelitian yang akan dilaksanakan. Dari beberapa penelitian relevan
tersebut dapat dilihat bahwa posisi penelitian yang akan dilaksanakan
untuk melengkapi penelitian sebelumnya.
14Suwardi, “Hubungan Persepsi Guru Terhadap Supervisi Klinis dan Bantuan Supervisor
dengan Kinerja Guru Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabupten Magelang”, Tesis, Universitas Sebelas Maret Solo, 2009, 137.
15Alimin, “Analisis Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam SMP di Tarakan”, Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan, Volme 3, Nomor 1 (Januari 2015) 64-65.
11
2. Kerangka Teori
a. Pendekatan humanistik
Humanistik diartikan sebagai orientasi teoretis yang menekankan
kualitas manusia yang unik, khususnya terkait dengan kemauan bebas
(free will) dan potensi untuk mengembangkan dirinya.16 Pandangan
humanistik memiliki cara meningkatkan harkat dan martabat manusia
dengan membangun perhatian terhadap paradigma konservatif,
paradigma liberal dan kritis.17
Paradigma konservatif yang berkeyakinan bahwa manusia pada
dasarnya tidak bisa merencanakan pendidikan atau mempengaruhi
perubahan sosial karena hanya Tuhan yang merencanakan keadaan
masyarakat dan hanya Dia yang tahu makna di balik itu semua.
Paradigma liberal yang menyatakan ada kaitan antara persoalan sosial,
politik dan ekonomi sehingga tugas pendidikan berusaha
menyesuaikan dengan keadaan yang ada di lingkungan masyarakat,
akar daripada pendidikan adalah liberal yakni suatu pandangan yang
menekankan kemampuan, melindungi hak, dan kebebasan (freedoms),
serta mengidentifikasi problem dan upaya perubahan sosial secara
instrumental demi menjaga stabilitas jangka panjang. Paradigma kritis
menjadi arena perjuangan politik, jika konservatif untuk
melanggengkan status quo, sementara liberal untuk perubahan
16Syamsu Yusuf LN & A. Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008, 142. 17Mansour Fakih, Ideologi-ideologi Pendidikan Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2001, 99.
12
moderat, maka paradigma kritis menghendaki perubahan secara
fundamental yang bertujuan untuk menciptakan ruang agar sikap kritis
terhadap sistem dan struktur ketidakadilan, serta melakukan
dekonstruksi dan advokasi menuju sistem sosial yang lebih adil. Dalam
perspektif kritis pendidikan harus mampu menciptakan ruang untuk
mengidentifikasi dan menganalisis secara bebas dan kritis untuk
transformasi sosial.18 Untuk mengetahui perbedaan paradigma
humanistik sebagai berikut:
Tabel 1.1
Paradigma Humanistik dalam Proses Pelaksanaan Supervisi
No. Kegiatan Paradigma Humanistik
Konservatif Liberal Kritis
1. Gaya
supervisor
Otokrasi;
supervisor
penentu
segalanya dan
menganggap
semua sudah
benar.
Mengawasi
bagaimana
keinginannya
itu dapat
dilaksanakan
oleh orang
yang
disupervisi
dengan
sebaik-
baiknya.
Laissez faire;
supervisor
menginterpretasikan
demokratis dengan
memberikan
kebebasan,
keleluasaan kepada
guru yang
disupervisi untuk
melakukan apa
yang dianggap baik.
Sikapnya apatis
masa bodoh, acuh,
mempercayakan
saja segala sesuatu
pada yang di
supervisi atau
terserah yang di
supervisi.
Demokratis;
supervisor
sebagaimana
fungsinya
membina guru
yang disupervisi,
menentukan
bersama apa yang
akan dikerjakan,
memikirkan
bersama prosedur
dan cara
pelaksanaannya,
bekerjasama
mewujudkan
rencana yang
telah ditetapkan
bersama, dan
menilai bersama
hasil yang
dicapai.
2. Proses
supervisi
Korektif;
supervisor
Preventif;
supervisor berusaha
Kreatif;
supervisor
18Mansour Fakih, Ideologi...., xiii-xvi.
13
No. Kegiatan Paradigma Humanistik
Konservatif Liberal Kritis
lebih mencari
kesalahan
yang
mungkin
diperbuat
oleh guru
PAI. Koreksi
terhadap hal-
hal yang tidak
sesuai dengan
interuksi,
ketentuan,
atau
kebijaksanaan
yang di
gariskan atau
prinsip dan
teknik yang
di tentukan
serta
kekurangan
lainnya
mencegah hal-hal
yang tidak
diinginkan,
kadangkala
supervisor
menahului memberi
nasihat atau saran
guna menghindari
kesulitan yang
mungkin terjadi
Konstruktif;
supervisor tidak
mencari kesalahan
namun jika
ditemukan
kesalahan tersebut
bertujuan untuk
mengadakan
perbaikan dan
peningkatan dengan
niat membangun
menekankan
inisiatif dan
kebebasan
mencipta serta
memanfaatkan
segala dana,
sarana, dan
tenaga untuk
mewujudkan
tujuan supervisi.
Kooperatif;
mementingkan
kerjasama dengan
yang disupervisi
baik perencanaan,
pengambilan
keputusan,
mengorganisasi,
pengawasan,
evaluasi dan
revisi. Pada
intinya
melibatkan semua
pihak terkait
3. Pendekatan
supervisi
Direct
Approach;
supervisor
memberikan
arahan
langsung
sehingga
supervisi
bersifat
dominan,
menganggap
guru
mengalami
kekurangan
maka perlu
penguatan
atau
reinforcement
dan hukuman.
Non Direct
Approach; guru
yang disupervisi
sangat dihargai,
supervisor lebih
mendengarkan dan
memahami
permasalahan guru
kemudian
memberikan
penguatan,
menjelaskan,
menyajikan dan
memecahkan
masalah
Colaborative
Approach;
Perpaduan cara
direct approach
dan non direct
approach artinya
supervisor dan
guru bersepakat
menetapkan
struktur, proses
dan kriteria
dalam
melaksanakan
proses
percakapan
terhadap masalah
yang dihadapi
14
Pendekatan humanistik tersebut di atas bertolak dari ide
“memanusiakan manusia”. Penciptaan konteks yang akan memberi
peluang manusia untuk menjadi lebih human, untuk mempertinggi
harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori, dasar evaluasi,
dan dasar program pengembangan.19 Dengan karakteristik pendekatan
humanistik antara lain: pertama menganggap manusia mampu
memecahkan masalah dengan baik, kedua manusia mempunyai sifat
ramah dan bersahabat dan ingin berkembang, ketiga manusia
sepatutnya dihargai, keempat manusia dan perilakunya berkembang
dari dalam bukan produk alam atau peristiwa eksternal yang dibentuk
dan yang di gerakkan, kelima manusia dasarnya dapat dipercaya dan
diandalkaan, keenam melihat manusia itu dapat memenuhi dan
meningkatkan dirinya, bukan menghalangi apalagi mengancam.20
Berdasarkan kriteria di atas bahwa aspek pengembangan diri
sebagaimana dalam pendekatan humanistik sebagai sebuah
pendekatan yang manusiawi bersifat optimistik, bebas berkehendak,
sadar dalam memilih, unik, dapat mengatasi pengalamannya, dan
perangai baik melalui paradigma konservatif, liberal, dan kritis.
b. Supervisi akademik
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu pendidik
dan tenaga pendidikan mengembangkan kemampuannya dalam
19Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan
Perguruan Tinggi, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2010, 142. 20Muhaimin, Pengembangan…., 143.
15
mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.21
Supervisi akademik bukan penilaian unjuk kerja pendidik, melainkan
membantu pendidik mengembangkan kemampuan profesional.
Menurut Manulang dalam Donni bahwa supervisi akademik
merupakan suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah
dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi dengan maksud
supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula.22
Sedangkan supervisi akademik oleh Zepeda “Instructional
supervision aims to promote growth, development, interaction, fault-
free problem solving, and commitment to build capacity in teachers.23
Bahwa maksud supervisi pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan
pertumbuhan, perkembangan, interaksi, pemecahan masalah, bebas
kesalahan, dan komitmen untuk membangun kapasitas pada guru. Hal
senada supervisi akademik menurut Glickman dalam Sudjana
menyatakan bahwa supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan
membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses
pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran.24
Dari uraian di atas dapat disimpulkan supervisi akademik adalah
kegiatan membantu pendidik mengembangkan kemampuannya dalam
21Kemdikbud, Buku Kerja Pengawas Sekolah, Jakarta: Pusat Pengembangan Tenaga
Kependidikan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Pendidikan dan Penjaminan Mutu
Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015, 4. 22Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi & Kepemimpinan Kepala
Sekolah, Bandung: Alfabeta, 2014, 83. 23Sally J. Zepeda, Instructional Supervision Applying Tools and Consepts, Larchmont, NY:
Eye on Education, 2002, 19. 24Nana Sudjana, Supervisi Akademik Membina Profesionalisme Guru melalui Supervisi
Klinis, Jakarta: Binamita Publishing, 2011, 54.
16
memecahkan masalah sehingga bebas dari kesalahan untuk
membangun kapasitas yang profesional dalam pembelajaran.
Hasil supervisi akademik berfungsi sebagai sumber informasi
bagi pertumbuhan motivasi dan pengembangan kompetensi guru.
Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam
mengelola pembelajaran. Refleksi praktis penilaian kinerja guru dalam
supervisi akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru untuk
menjawab beberapa pertanyaan tentang kejadian di dalam kelas yang
dilakukan oleh guru dan peserta didik di dalam kelas, aktivitas yang
bermakna di dalam kelas bagi guru dan peserta didik, yang dilakukan
guru untuk mencapai tujuan akademik, kelebihan dan kekurangan guru
dan cara mengembangkannya.
Berdasarkan hal tersebut akan diperoleh informasi mengenai
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Namun dalam
penegasannya, bahwa setelah melakukan penilaian kinerja berarti tidak
berakhir pelaksanaan supervisi, melainkan harus dilanjutkan dengan
tindak lanjutnya berupa pembuatan program supervisi akademik dan
melaksanakannya dengan yang terbaik.
c. Supervisi klinis
Supervisi klinis adalah hubugan antar pribadi tutorial berpusat pada
tujuan pengembangan keterampilan dan pertumbuhan profesional
melalui belajar dan berlatih. Menurut Sergiovani dan Starratt dalam
Donni menjelaskan bahwa clinical supervision mengacu pada tatap
17
muka pertemuan dengan guru tentang mengajar, biasanya classroom,
dengan maksud agar tercipta profesionalitas guru dan pengembangan
serta peningkatan instruksi pembelajaran.25 Sedangkan menurut Keith
Acheson dan Meredith D. Gall dalam Donni menyatakan supervisi
klinis adalah proses membantu guru memperkecil ketidaksesuaian atau
kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengaan tingkah
laku yang ideal.26 Hal senada oleh Nana Sudjana menyatakan supervisi
klinis sebagai bantuan profesional yang diberikan kepada guru yang
mengalami masalah dalam melaksanakan pembelajaran agar guru
tersebut dapat megatasi masalah yang dialaminya berkaitan dengan
proses pembelajaran.27
Dari beberapa penjelasan tersebut di atas disimpulkan bahwa
supervisi klinis merupakan proses bantuan profesional kepada guru
melalui pertemuan antar pribadi untuk mengatasi kesenjangan
pembelajaran agar dapat diatasi dengan memperkecil masalah
pembelajaran.
d. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kompetensi yang berkaitan
dengan perilaku pribadi guru itu sendiri yang harus memiliki nilai-nilai
luhur sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari. Kompetensi
kepribadian mencakup sikap (attitude), nilai-nilai (value) kepribadian
(personality) sebagai elemen perilaku (behavior) dalam kaitannya
25Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi,...., 154. 26Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi,...., 155. 27Nana Sujana, Supervisi ...., 5.
18
dengan performance yang ideal sesuai dengan bidang pekerjaan yang
dilandasi oleh latar belakang pendidikan, peningkatan kemampuan dan
pelatihan serta legalitas kewenangan mengajar.28 Ruang lingkup
kompetensi kepribadian guru tidak lepas dari falsafah hidup, nilai-nilai
yang berkembang di tempat seorang guru berada, tetapi ada beberapa
hal yang bersifat universal yang mesti dimiliki oleh guru dalam
menjalankan fungsinya sebagai makhluk individu yang menunjang
terhadap keberhasilan tugas pendidikan yang diembannya.
Kemampuan pribadi guru menurut Sanusi dalam Roqib
mencakup; pertama penampilan sikap yang positif terhadap
keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi
pendidikan beserta unsur-unsurnya, kedua pemahaman, penghayatan
dan penampilan nilai-nilai yang seyogiyanya dianut oleh seorang guru,
ketiga penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan
teladan bagi para siswanya.29
Perlunya kompetensi kepribadian guru yang harus dimiliki antara
lain; pertama guru sebagai manusia ciptaan Tuhan berkewajiban untuk
meningkatkan iman dan taqwanya kepada Tuhan sejalan dengan agama
dan kepercayaan yang dianutnya, kedua guru memiliki kelebihan
dibanding yang lain. Oleh sebab itu perlu dikembangkan rasa percaya
pada diri sendiri dan tanggung jawab bahwa memiliki potensi yang
besar dalam bidang keguruan dan mampu menyelesaikan berbagai
28Moh Roqib dan Nurfuadi, Kepribadian Guru, Upaya Mengembangkan Kepribadian Guru
yang Sehat di Masa Depan, Yogyakarta: Grafindo Litera Media, 2009, 122. 29Moh Roqib dan Nurfuadi, Kepribadian Guru...., 122.
19
persoalan yang dihadapinya, dan ketiga guru senantiasa berhadapan
dengan komunitas yang berbeda dan beragam keunikan dari peserta
didik dan masyarakatnya maka guru perlu untuk mengembangkan sikap
tenggang rasa dan toleransi dalam menyikapi perbedaan yang
ditemuinya dalam berinteraksi dengan peserta didik maupun
masyarakat.30
Sedangkan indikator dari kepribadian guru antara lain; pertama
matang dengan mampu bersikap lebih rasional dan bijak sehingga
perilakunya membuahkan manfaat positif bagi kehidupannya, kedua
berfungsi sepenuhnya dengan mampu melakukan aktualisasi diri untuk
mengembangkan seluruh potensinya dan untuk mendapatkan
penghargaan positif (positive regard) dengan persetujuan dari orang
lain, kasih sayang dan cinta sehingga mendapat kepuasan diri, ketiga
produktif dan kreativitas dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan
psikologis karena individu mampu mengatasi perasaan yang aman
sebab perasaan teralienasi dari alam, masyarakat dan sesama manusia,
keempat mengaktualisasikan diri sebagai perkembangan paling tinggi
dan penggunaan bakat serta pemenuhan kualitas dan kapasitas individu,
kelima terindividuasi yaitu mereka yang mengetahui diri mereka siapa
dan apa, mampu mengontrol kehidupan mereka secara sadar,
bertanggung jawab, bersandar pada masa sekarang tidak hidup dalam
30Moh Roqib dan Nurfuadi, Kepribadian Guru...., 124.
20
masa lampau berorientasi pada masa depan, merindukan tantangan dan
kegembiraan alam kehidupan, tujuan baru dan pengalaman baru.31
Mengetahui dari kompetensi kepribadian bahwa guru harus
mampu memenuhi kemampuannya dibidang kompetensi yang
bertanggung jawab luas secara pribadi, sosial, dan lingkungan sekolah
secara profesi. Inilah keragaman kompetensi yang harus dipenuhi oleh
guru sebagai seorang manusia yang selalu berkembang melalui proses
pembelajaran. Dalam sistem manusia, keragaman adalah kekuatan yang
juga perlu dikelola serius, dipelihara dan dilindungi.32
Sehingga dapat dipahami, kompetensi kepribadian sebenarnya
manusia memiliki kepribadian sikap, nilai dan perilaku melalui potensi
yang mampu mengarahkan untuk mengaktualisasikan dirinya.
e. Kepala sekolah
Guru selain melaksanakan kegiatan pokok sebagai pengajar juga dapat
melaksanakan tugas tambahan dan atau tugas lain yang relevan dengan
fungsi sekolah sebagai; kepala sekolah, wakil kepala sekolah, ketua
program keahlian atau yang sejenisnya, kepala perpustakaan sekolah,
kepala laboratorium, bengkel, unit produksi, atau yang sejenisnya pada
sekolah, dan pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan inklusi.33
31Moh Roqib dan Nurfuadi, Kepribadian Guru...., 131-147. 32Duncan Waite, Rethinking Instructional Supervision, Francis, e-Library, 2005, 137. 33Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16
Tahun 2009 tentang Jabatan Guru dan Angka Kreditnya, Pasal 13 ayat 4.
21
Kepala sekolah adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk
memimpin taman kanak-kanak/raudhatul athfal (TK/RA), taman kanak-
kanak luar biasa (TKLB), sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI),
sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah pertama/madrasah
tsanawiyah (SMP/MTs), sekolah menengah pertama luar biasa
(SMPLB), sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA),
sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK),
atau sekolah menengah atas luar biasa (SMALB), yang bukan sekolah
bertaraf internasional (SBI) atau yang tidak dikembangkan menjadi
sekolah bertaraf internasional (SBI).34
Secara sederhana, kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai
tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin sekolah
tempat diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana
terjadinya interaksi antara guru yang memberi pelajaran peserta didik
yang menerima pelajaran.35 Jadi dapat dipahami bahwa kepala sekolah
merupakan guru yang diberikan tugas tambahan memimpin dalam
satuan pendidikan atau sekolah.
Kompetensi kepala sekolah adalah pengetahuan sikap dan
keterampilan pada dimensi-dimensi kompetensi kepribadian,
manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial.36 Dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar
34Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru
Sebagai Kepala Sekolah/Madrasah dalam Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 1. 35Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi ...., 49. 36Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru
Sebagai Kepala Sekolah/Madrasah dalam Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 5.
22
Kepala Sekolah/Madrasah sebagaimana dijelaskan dalam lampiran
point B tentang kompetensi kepala sekolah sebagai berikut :
1. Kepribadian, dengan unsur kompetensi antara lain:
a. Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak
mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di
sekolah
b. Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin
c. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai
kepala sekolah
d. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi
e. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam
pekerjaan sebagai kepala sekolah
f. Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan
2. Manajerial,37 dengan unsur kompetensi antara lain:
a. Menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan
perencanaan
b. Mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan
c. Memimpin sekolah dalam rangka pendayagunaan sumber daya
sekolah secara optimal
d. Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah menuju
organisasi pembelajar yang efektif
37Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah, 8.
23
e. Menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan
inovatif bagi pembelajaran peserta didik
f. Mengelola guru dan staf dalam rangka pemberdayagunaan
sumber daya manusia secara optimal
g. Mengelola sarana dan prasarana sekolah dalam rangka
pendayagunaan secara optimal
h. Mengelola hubungan sekolah dan masyarakat dalam rangka
pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan
sekolah
i. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik
baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta
didik
j. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran
sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional
k. Mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan
yang akuntabel, transparan dan efisien
l. Mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung pencapaian
tujuan sekolah
m. Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung
kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah
n. Mengelola sistem informasi sekolah dalam mendukung
penyusunan program dan pengambilan keputusan
24
o. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan
pembelajaran dan manajemen sekolah
p. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan
program kegiatan sekolah dengan prosedur yang tepat, serta
merencanakan tindak lanjutnya
3. Kewirausahaan, dengan unsur kompetensi sebagai berikut:
a. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah
b. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai
organisasi pembelajar yang efektif
c. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah
d. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam
menghadapi kendala yang dihadapi sekolah
e. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan
produksi atau jasa sekolah sebagai sumber belajar peserta didik
4. Supervisi,38 dengan unsur kompetensi antara lain:
a. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru
b. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan
menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat
c. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam
rangka peningkatan profesionalisme guru
38Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah, 11-12.
25
5. Sosial,39 dengan unsur kompetensi sebagai berikut:
a. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah
b. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan
c. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain
Sedang tugas profesional kepala sekolah adalah sebagai pendidik,
manajer (educator), pelaku administrasi (administrator), pengawas
(supervisor), pemimpin (leader), pengusaha (entrepreuneur), dan pencipta
iklim (climator maker), pemberi inovasi (inovator), dan pemberi motivasi
(motivator).40
Berdasarkan uraian teoretis judul penelitian di atas maksudnya
adalah kontribusi dari sebuah pendekatan humanistik sebagai disiplin ilmu
yang memandang manusia memiliki totalitas potensi yang dapat
dikembangkan secara baik dan memperlakukan guru dengan cara
“memanusiakan manusia” dengan menjunjung harkat dan martabat
manusia dalam proses pelaksanaan supervisi akademik maupun supervisi
klinis agar mampu memberikan output atau dampak positif pada
kompetensi kepribadian guru PAI yang secara identitas menjadi sikap,
nilai, dan kepribadian (personality) dalam perilaku yang memberikan
manfaat pada peserta didiknya.
39Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah, 12. 40Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi ...., 53-56.
26
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang
memahami kontribusi pendekatan humanistik dalam proses pelaksanaan
supervisi akademik dan klinis dalam meningkatkan kompetensi
kepribadian guru PAI.
Pendekatan kualitatif dipilih dengan pertimbangan antara lain;
pertama data yang digunakan lebih mengarah pada data-data yang bersifat
verbal dan perilaku subyek peneliti yaitu analisis yang berhubungan
dengan supervisi akademik dan klinis yang dilakukan kepala SMA di
Kabupaten Sanggau dalam meningkatkan kompetensi kepribadian guru
PAI, kedua berdasarkan jenis data yang akan dikumpulkan, yaitu yang
berhubungan dengan situasi dan kondisi supervisi di lapangan, ketiga
analisis data yang digunakan ialah model analisis langsung dan
mempunyai hubungan yang saling berkaitan antara tema pembahasan satu
dengan pembahasan lain, keempat hasil penelitian berupa kesimpulan
diperoleh setelah diadakan analisis data dinyatakan dalam deskripsi situasi,
bukan perhitungan angka model statistik, kelima penelitian ini dilakukan
dalam situasi yang wajar dan mengutamakan data yang bersifat kualitatif.
Sedangkan jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field
research). Penelitian yang dilakukan dengan mempelajari secara intensif
tentang latar belakang keadaan, lingkungan, dan interaksinya.
27
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah pelaksana supervisi yang dilakukan
oleh kepala SMA di Kabupaten Sanggau dan objek dalam penelitian ini
adalah guru PAI SMA di Kabupaten Sanggau.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat
tepatnya lokasi penelitian berada di tujuh tempat yakni; SMAN 1 Sanggau,
SMAN 2 Sanggau, SMAN 3 Sanggau, SMAN 2 Sekayam, SMA PGRI
Sanggau, SMAN 1 Tayan Hulu, dan SMAN 1 Bonti dengan pertimbangan
antara lain:
a. Tidak ada (facum) supervisor PAI SMA di Kabupaten Sanggau, peran
kepengawasan cukup hanya dilakukan oleh kepala sekolah.
b. Sumber daya potensial guru PAI yang mengalami kemunduran akibat
kurang intensifnya bimbingan dan arahan dari supervisor serta
mempengaruhi motivasi belajar mengajar.
c. Pentingnya menjalin kerjasama tercapainya peningkatan tujuan
pembelajaran antara kepala sekolah dan guru PAI dengan menjunjung
tinggi derajat kemanusiaan dalam memberikan layanan supervisi.
4. Sumber Data
Sumber data primer penelitian di Kabupaten Sanggau terdiri dari kepala
SMA, dan data sekunder terdiri dari guru PAI SMA, Musyawarah Kerja
Kepala Sekolah (MKKS) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
PAI SMA.
28
5. Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
a. Wawancara (interview)
Wawancara untuk mendapatkan informasi terhadap subjek penelitian
maupun informan penelitian. Tujuan wawancara untuk memperoleh
data pendekatan humanistik dalam supervisi akademik dan klinis.
b. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati secara langsung terhadap
pendekatan humanistik dalam proses pelaksanaan supervisi akademik
dan klinis yang bertujuan untuk memperoleh data faktual terhadap
situasi dan kondisi supervisi akademik dan klinis terhadap guru PAI.
c. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mempelajari data yang berupa catatan
yang berhubungan dengan situasi dan kondisi pelaksanaan supervisi
akademik dan klinis terhadap guru PAI SMA di Kabupaten Sanggau.
6. Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data hasil wawancara yang digunakan
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
menurut Denzin dirangkum dalam empat tipe dasar dari teknik
triangulasi,41 yaitu; triangulasi data, triangulasi peneliti, triangulasi metode
dan triangulasi sumber. Namun dalam penelitian ini hanya menggunakan
triangulasi metode dan triangulasi sumber.
41Norman K. Denzin dan Lincoln Yvonna S. (eds.), Handbook of Qualitative Research.
Terjemahan Dariyatno dkk. Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2009, 271.
29
a) Triangulasi Metode
Triangulasi metode yakni menggunakan beragam metode
untuk mengkaji problem tunggal. Trianggulasi metode terdapat dua
strategi yakni; pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil
penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat
kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data yang
berupa wawancara mendalam yaitu beberapa pertanyaan yang
diajukan pengawas yaitu kepala sekolah, juga berbagai dokumen di
sekolah obyek penelitian kemudian hasilnya diuji dengan
pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik observasi pada
saat pengawas melakukan supervisi akademik dan klinis. Triangulasi
metode dapat digambarkan seperti di bawah ini:
Gambar 1.1
Triangulasi Metode
b) Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber digunakan peneliti untuk menguji keabsahan
data antara subjek penelitian dan informan penelitian. Berbagai data
yang dihasilkan dari kepala sekolah, guru PAI SMA, dan Ketua
MGMP PAI Kabupaten Sanggau sebagai pembanding untuk mencari
Data Absah Data Awal
Wawancara
Observasi
Dokumentasi
30
keabsahan data dan derajat kepercayaan data. Triangulasi sumber dapat
digambarkan seperti di bawah ini:
Gambar 1. 2
Triangulasi Sumber
7. Teknik Analisis Data
Analisis data sebagai proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan langsung, dan bahan-bahan
lain, sehingga mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan
kepada orang lain setelah memilih bagian penting yang akan dipelajari dan
membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.42 Dalam
penelitian kualitatif, analisis data meliputi tiga langkah yaitu; reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.43 Ketiga
komponen itu berkaitan dalam proses serta menentukan hasil akhir
analisis. Gambaran dari ketiga hal tersebut adalah:
42Sugiyono, Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2008,
334. 43Matthew Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: UI Press,
1992, 16-17.
Data Absah
Kepala Sekolah
Guru PAI SMA
MGMP PAI SMA
MKKS SMA
Data Awal
31
Gambar 1. 3
Model Analisis 44
a. Reduksi data (Data Reduction)
Reduksi data merupakan proses pemilihan, perumusan, perhatian pada
penyederhanaan atau menyangkut data dalam bentuk uraian terinci dan
sistematis, menonjolkan beberapa pokok yang penting agar lebih
mudah dikendalikan. Reduksi sebagai bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, membuang yang tidak perlu, yang akan
memberikan gambaran yang lebih terarah tentang hasil pengamatan
dan juga mempermudah dalam mencari kembali data itu apabila
diperlukan. Sejumlah analisis selama pengumpulan data supervisi
akademik humanistik di Kabupaten Sanggau adalah;
Pertama, meringkas data kontak kepala sekolah terkait. Kedua,
menganalisis pengumpulan data dengan pembuatan catatan objektif,
mengklasifikasikan dan mengatur jawaban sebagaimana adanya
dengan objektif deskriptif. Ketiga, membuat catatan penting dari
kepala sekolah tentang kegiatan supervisi. Keempat, menyimpan data
44Matthew Miles dan A. Michael Huberman, Analisis...., 20.
Pengumpulan Data Reduksi Data
Penarikan
Kesimpulan/Verifikasi
Sajian Data
32
dengan memperhatikan; pemberian tabel, format tertentu, dan
menggunakan angka indeks dengan sistem terorganisasi secara baik.
Kelima, analisis pengumpulan data atau pengembangan pendapat dari
kepala sekolah, guru PAI, MKKS, dan ketua MGMP PAI SMA.
Display data untuk menyajikan data dan melihat gambaran
keseluruhan atau pada bagian tertentu dari penelitian. Tidak semua
data valid dan riabel, karenanya perlu dilakukan reduksi agar data yang
akan dianalisis memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Arah
dari seluruh proses analisis data perlu dilakukan pengecekan kembali
terhadap data yang dikoreksi saat pertama kali dikumpulkan.
b. Penyajian Data (Data Display)
Sajian data adalah suatu rangkaian mengorganisasikan, menyusun
data dalam pola hubungan sehingga akan semakin mudah dipahami
dan merencanakan kerja penelitian selanjutnya.45 Pada langkah ini
diperlukan penyusunan data yang relevan sehingga menjadi informasi
yang dapat disimpulkan dan dimiliki makna tertentu.
c. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi (Conclution Drawing / Verification)
Kesimpulan atau verifikasi menjadi upaya untuk mencari makna
terhadap data yang dikumpulkan dengan mencari pola, tema,
hubungan, persamaan, hal-hal lain yang sering timbul dan sebagainya.
45Sugiyono, Metode Penelitian...., 341.
33
F. Sistematika Penulisan
Paparan alur isi Tesis agar mudah dipahami dapat diuraikan berikut ini:
1. Bagain Awal
Bagian awal ini terdiri dari; halaman Judul, halaman Pengesahan,
halaman Pernyataan, Abstrak, Prakata, halaman Persembahan, Motto,
Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, Daftar
Lambang, Daftar Singkatan, dan Daftar Lampiran.
2. Bagian Isi
Bab pertama Pendahuluan; menguraikan tentang Latar Belakang,
Rumusan Masalah, Signifikansi Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode
Penelitian dan Sistematika Penulisan.
Bab kedua menjelaskan data tentang pendekatan humanistik dalam
proses pelaksanaan supervisi akademik guru PAI SMA di Kabupaten
Sanggau.
Bab ketiga menjelaskan data tentang pendekatan humanistik dalam
proses pelaksanaan supervisi klinis guru PAI SMA di Kabupaten Sanggau.
Bab keempat pembahasan hasil penelitian tentang kontribusi
pendekatan humanistik dalam proses pelaksanaan supervisi akademik dan
klinis terhadap kompetensi kepribadian guru PAI SMA Kabupaten
Sanggau, dan faktor pendukung dan faktor penghambat supervisi
akademik dan klinis.
Bab kelima Penutup; berisi tentang Simpulan dan Saran dari hasil
penelitian.
34
3. Bagian Akhir
Pada bagian akhir ini berisi tentang Daftar Pustaka, Lampiran-lampiran
dan Daftar Riwayat Hidup.
35
BAB II
PENDEKATAN HUMANISTIK DALAM PROSES PELAKSANAAN
SUPERVISI AKADEMIK TERHADAP GURU PAI SMA
DI KABUPATEN SANGGAU
Berdasarkan hasil observasi penelitian yang di mulai dari tanggal 19 April 2017
sampai dengan tanggal 3 Juni 2017 tentang proses pelaksanaan supervisi
akademik guru PAI SMA di Kabupaten Sanggau diperoleh gambaran data melalui
beberapa langkah supervisi akademik sebagai berikut :
A. Perencanaan Supervisi Akademik
Perencanaan menjadi hal penting dalam proses supervisi akademik untuk
memperbaiki pembelajaran dan mengembangkan kompetensi guru. Sebelum
melaksanakan supervisi akademik, terlebih dahulu menyusun perencanaan
agar dapat memahami fungsi dan tujuan yang akan dilaksanakan dapat
memperoleh output yang maksimal termasuk mudah untuk mengukur tingkat
pencapaianya.
Program supervisi akademik menjadi rangkaian kegiatan untuk
peningkatan pengetahuan, kemampuan dan kesadaran dalam menjalankan
tugas, fungsi dan peran seorang kepala sekolah sebagai supervisor. Dalam
program supervisi akademik memuat rincian alur kegiatan yang akan
dilakukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran termasuk di dalamnya
proses dan hasil belajar.
Supervisor penting untuk menguasai perencanaan supervisi akademik
dengan baik. Terdapat sejumlah prinsip yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan supervisi akademik, yaitu mengenai obyektivitas (data apa
35
36
adanya), tanggung jawab, berkesinambungan, didasarkan pada Standar
Nasional Pendidikan (SNP), serta didasarkan pada kebutuhan dan kondisi
sekolah.46
Dalam panduan supervisi akademik Dirjen Peningkatan Mutu
Pendidikan Tenaga Kependidikan (PMPTK)47 menyatakan ruang lingkup
perencanaan supervisi akademik meliputi sejumlah hal yang saling berkaitan
satu dengan lainnya, yaitu terkait dengan; pelaksanaan kurikulum, persiapan
pelaksanaan dan penilaian pembelajaran oleh guru, pencapaian standar
kompetensi lulusan, standar proses, standar isi dan peraturan pelaksanaanya,
peningkatan mutu pembelajaran melalui pengembangan antara lain: model
kegiatan pembelajaran mengacu pada standar proses, peran guru dalam proses
pembelajaran secara aktif, kreatif, demokratis, mendidik, memotivasi,
mendorong kreativitas dan dialogis, guru dapat membentuk karakter dan
memiliki pola pikir serta kebebasan berpikir sehingga dapat melaksanakan
aktivitas intelektual yang kreatif dan inovatif, berargumentasi,
mempertanyakan, mengkaji, menemukan, dan memprediksi, keterlibatan guru
dan peserta didik secara aktif dalam proses belajar yang dilakukan secara
sungguh-sungguh dan mendalam untuk mencapai pemahaman konsep, tidak
terbatas pada materi yang diberikan oleh guru, dan bertanggung jawab
terhadap mutu perencanaan kegiatan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran
yang diampunya agar peserta didiknya mampu; meningkat rasa ingin tahunya,
mencapai keberhasilan belajarnya secara konsisten sesuai dengan tujuan
46Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi ...., 114. 47Kementerian Pendidikan Nasional, Supervisi Akademik Kepala Sekolah, Jakarta: Dirjen
PMPTK, 2010, 15.
37
pendidikan, memahami perkembangan pengetahuan dengan kemampuan
mencari sumber informasi, mengolah informasi menjadi pengetahuan,
menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah,
mengkomunikasikan pengetahuan pada pihak lain, dan mengembangkan
belajar mandiri dan kelompok dengan proporsi yang wajar48
Kaitanya data hasil survei yang peneliti peroleh dari beberapa sekolah
setelah peneliti konfirmasikan melalui wawancara dengan supervisor maupun
guru PAI dan pengamatan di lapangan ditemukan beberapa hal yang dapat
dijadikan gambaran obyektif. Menurut bapak Silas berikut ini:
“perencanaan supervisi akademik menjadi acuan tercapainya target supervisi akademik dan hasil pembelajaran yang maksimal di sesuaikan dengan
kebutuhan guru PAI dan jadwal supervisi akademik sudah saya atur
sedemikian rupa yang lengkap dengan program sekolah secara keseluruhan
dalam setiap satu semester dan saya tampilkan dalam pengumuman di ruang
kepala sekolah, ruang guru maupun ruang tata usaha atau akademik.”49
Bermula dari perencanaan sehingga tujuan supervisi menjadi jelas bagi
seorang supervisor dalam mengukur tingkat perkembangan guru PAI, dan
mengenai jadwal supervisi yang tidak dilakukan terpisah melainkan sesuai
pada jam pembelajaran PAI. Sedangkan menurut bapak Sigit Sukamto :
“Supervisi akademik direncanakan setiap tahun pelajaran baru dan pelaksanaannya menyesuaikan tingkat kepadatan dan peluang kegiatan belajar
mengajar sehingga tidak mengganggu capaian materi yang akan disampaikan
guru PAI.”50
Pada dasarnya supervisi akademik di rencanakan oleh supervisor dan
perencanaan ini sering diagendakan dalam MKKS SMA di Kabupaten
Sanggau, sebagaimana pernyataan bapak Silas berikut ini:
48Kementerian Pendidikan Nasional, Supervisi Akademik...., 16. 49Wawancara dengan Kepala SMAN 1 Sanggau tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik. 50Wawancara dengan Kepala SMAN 2 Sanggau tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik.
38
“dalam pertemuan MKKS saya sudah sering mengulang dan mengingatkan tentang capaian program yang tentu sifatnya bersama dilakukan, misalkan
ulangan bersama semester termasuk kenaikan kelas, agenda supervisi, O2SN
dan mengenai penyerapan anggaran yang menjadi priorotas pelaksanaan
sekolah secara umum dilakukan oleh MKKS, selain bertujuan untuk
menyamakan persepsi dan sharing juga untuk peningkatan kualitas
pembelajaran baik dari proses hingga hasil yang akan ditargetkan.”51
Hal ini juga dinyatakan oleh berbagai kepala sekolah di Kabupaten
Sanggau yang secara umum membuat rencana supervisi dalam setiap
semester untuk menjembatani guru dalam mengembangkan kualitas
pembelajaran.
Sebagai langkah awal dalam perencanaan supervisi akademik agar
sesuai tujuan yang akan dicapai, menjadi penting bahwa dalam sebuah proses
membutuhkan pendekatan yang tepat, yaitu pendekatan humanistik sebagai
rencana pendekatan dalam supervisi akademik.
Pendekatan humanistik dalam proses supervisi akademik yang
memposisikan guru sebagai mitra dan kerjasama untuk membangun dinamika
pembelajaran yang saling menghargai, saling mengerti, untuk menuju sebuah
penghargaan diri seorang guru yang berpotensi. Berbeda dengan proses
pelaksanaan supervisi akademik menurut bapak Zeno berikut ini:
“pembelajaran agama Islam khususnya menjadi pedoman yang sifatnya mutlak menurut kebenaran agama sehingga guru PAI wajib mengajarkan
sesuai petunjuk kitab suci al Qur’an karena di dalamnya tentu mengajarkan suatu kebaikan nilai dan norma yang jelas dan arahnya sudah ditentukan, jika
tidak mampu mengikuti petunjuk yang ada maka patut dipertanyakan
pelakunya, untuk supervisor bagi saya sudah ada instrumen awal dan
pelaksanaan serta setelahnya.”52
51Wawancara dengan Ketua MKKS SMA Kabupaten Sanggau tentang Pelaksanaan
Supervisi Akademik 52Wawancara dengan Kepala SMAN 1 Bonti tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik.
39
Sedangkan menurut bapak Muh. Tarmudi sebagai berikut:
“Supervisi akademik dengan cara memanusiakan guru PAI sebagai orang dewasa untuk mengembangkan potensi dalam membentuk kepercayaan
dirinya pada proses pembelajaran dan mengatasi permasalahan pembelajaran
yang dihadapi.”53
Rencana dalam proses pelaksanaan supervisi akademik terhadap guru
PAI SMA di Kabupaten Sanggau antara lain; merencanakan tujuan supervisi
akademik, menggunakan pendekatan humanistik dalam supervisi akademik,
merencanakan guru yang akan di supervisi akademik, menyusun jadwal
pelaksanaan supervisi, menentukan beberapa langkah dalam rencana supervisi
akademik, merencanakan sumber daya pendukung dalam kegiatan supervisi
akademik, menentukan sasaran supervisi akademik, dan menentukan tindak
lanjut.
Proses pelaksanaan supervisi akademik terhadap guru PAI SMA di
Kabupaten Sanggau disesuaikan dengan prioritas dan kebutuhan. Rencana
supervisi akademik secara garis besar dilakukan oleh supervisor menggunakan
instrumen supervisi akademik. Hal ini didasarkan pada observasi kepala
sekolah terhadap guru PAI dalam peningkatan layanan bimbingan. Sedangkan
perencanaan ini menurut respon ibu Nur Enlaila sebagai berikut:
“kami lebih dihargai dengan senang hati melalui rencana supervisi akademik dengan pendekatan semacam ini, maksudnya manusiawi, sehingga kami bisa
berbuat dan tahu diri, akan merespon dengan sikap terbuka dan menanggapi
supervisi sebagai proses pengembangan perbaikan pembelajaran, dan saya
kira ini hal yang wajar dalam pendidikan, supervisi untuk menjamin
kelangsungan pembelajaran lebih berarti agar dampaknya dapat dirasakan oleh
siswa nantinya. Untuk rencana saya siapkan perangkat pembelajaran yang
lengkap dengan unsur materi, metode, model, media dan alat evaluasinya
termasuk untuk program remedial dan pengayaannya.”54
53Wawancara dengan Kepala SMAN 2 Sekayam tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik. 54Wawancara dengan Guru PAI SMAN 3 Sanggau tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik.
40
Respon di atas, pada dasarnya menjadi modal utama perencanaan
supervisor melakukan proses pelaksanaan supervisi akademik dan
menunjukkan proses kedewasaan berpikir terhadap proses supervisi akademik.
Sehingga program supervisi itu berisi program yang spesifik, dapat diukur
ketercapaiannya, sesuai dengan kondisi sekolah, tidak mengada-ada, jelas
waktu pelaksanaannya, dapat dinilai secara obyektif, dan dapat ditinjau ulang
sesuai dengan kebutuhan berbagai kondisi di sekolah.
B. Pelaksanaan Supervisi Akademik
Pelaksanaan supervisi akademik sebagai kegiatan pembinaan dengan memberi
bantuan teknis kepada guru dalam melaksanakan proses pembelajaran,
tujuannya untuk meningkatkan kompetensi guru dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran PAI SMA di Kabupaten Sanggau.
Pelaksanaan supervisi akademik dapat berjalan dengan baik dengan
adanya rencana yang sudah disusun dan dipersiapkan sesuai tujuan yang akan
dicapai. Untuk proses supervisi akademik yang diadopsi dari langkah-langkah
Kemendiknas yakni pra-observasi, obserevasi, dan pasca-observasi55 sebagai
berikut:
a. Pra observasi (Pertemuan Awal)
Sebelum pelaksanaan supervisi akademik, terlebih dahulu supervisor perlu
membangun suasana akrab dengan guru PAI, membahas persiapan yang
sudah dibuat guru dan membuat kesepakatan mengenai aspek yang
menjadi fokus supervisi, menyepakati instrumen observasi yang akan
55Kementerian Pendidikan Nasional, Supervisi Akademik.
41
digunakan termasuk dalam mengidentifikasi fokus pengamatan. Menurut
pernyataan bapak Burhan berikut ini:
“kita perlu menginternalisasi diri menjadi satu dan memisah batas antara atasan dan bawahan agar guru bisa santai ketika di supervisi akademik
sehingga hasilnya maksimal, saya rasa kedekatan kepala sekolah dengan
guru PAI itu bisa dilakukan dengan berbagai cara ya...bisa dengan saling
berbagi pengalaman, memberikan pandangan optimis dan bila perlu
gurau sekalipun tidak apa asal sewajarnya.”56
Menjadikan suasana akrab sebagai dasar memotivasi guru PAI
memiliki orientasi pembelajaran yang terarah lepas dari rasa tidak percaya
diri. Hal ini juga disampaikan oleh bapak Hermawan sebagai berikut:
“jujur saya jika pada saat mengajar seketika itu kepala sekolah datang ke kelas memonitoring pembelajaran PAI secara mendadak tidak fokus dan
perasaan ingin segera mengakhirinya, tapi kalau disini istilahnya sudah
tau kapan kita di superevisi itu sudah jelas jadwalnya dan ada pertemuan
awal yang bisa saling mengutarakan kemauan dalam supervisi.”57
Hal demikian menunjukkan pentingnya bercengkerama untuk
melepas kepanikan guru PAI saat akan di supervisi. Cara yang beda
diungkapkan juga oleh bapak Ruswana berikuti ini :
“kita itu butuh saling memahami situasi dan kondisi dengan cara menghilangkan persepsi negatif dan memberikan motivasi akan supervisi
yang dilakukan bukan sebab kesalahan nantinya ketika guru kurang
percaya diri, melainkan gagap atau mendadak nervest termasuk dengan
bergurau ria dari keseriusan itulah obat penenagnya.”58
Manfaat untuk menciptakan suasana akrab ini juga mengundang
reaksi sama dalam pernyataan ibu Rasyi’ah berikut ini:
“saja benar kalau kepala sekolah kami itu humoris, merubah keadaan saya menjadi siap di supervisi dengan cara bercandanya yang akrab, hampir
beliau itu selalu membangun cara awal dengan santai akhirnya tanpa saya
sadari pun ya…supervisi bisa terlaksana sesuai rencana, maklum saya juga termasuk baru di sekolah ini.”59
56Wawancara dengan Kepala SMA PGRI Sanggau tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik. 57Wawancara dengan Guru PAI SMAN 1 Sanggau tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik. 58Wawancara dengan Kepala SMAN 1 Tayan Hulu tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik. 59Wawancara dengan Guru PAI SMAN 2 Sekayam tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik.
42
Pernyataan tersebut di atas artinya dapat dibuktikan dari adanya
hubungan yang harmonis baik dengan senda gurau, humoris,
kekeluargaan, motivasi dan membangun persepsi awal sebelum supervisi
akademik memiliki kemampuan untuk mempersiapkan guru secara efektif
yang membuktikan bahwa hubungan mitra belajar dapat mengorganisir
guru menjadi terbuka dan santai dengan fokus tujuan yang akan dicapai.
b. Observasi (Pengamatan Pembelajaran)
Pelaksanaan supervisi akademik terhadap guru PAI SMA di Kabupaten
Sanggau difokuskan pada kesepakatan pertemuan awal, menggunakan
instrumen observasi dan catatan (fielf note), catatan observasi mencakup
perilaku guru dan peserta didik, tidak mengganggu proses pembelajaran.
Sebagaimana pernyataan bapak Sigit Sukamto berikut ini:
“ketika kami melakukan supervisi terhadap guru PAI sering tidak seutuhnya karena sepakat untuk di evaluasi pada hal yang sekiranya perlu
seperti cara mengaktifkan anak di sela waktu tanggung, pemanfaatan
Information and Tecnology (IT), dan cara mengevaluasi pembelajaran.”60
Sasaran yang akan dicapai dalam supervisi akademik sesuai
kesepakatan pertemuan awal dan dari ketujuh obyek penelitian tidak
ditemukan supervisi yang mengganggu proses pembelajaran, yakni
pembelajaran tetap kondusif. Pelaksanaan supervisi akademik
memperhatikan proses pembelajaran PAI mulai dari strategi, model,
teknik, pengelolaan kelas, penggunaan media dan evaluasi pembelajaran
menjadi sasaran supervisi yang telah dilakukan.
60Wawancara dengan Kepala SMAN 2 Sanggau tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik.
43
Teknik yang digunakan dalam proses supervisi akademik guru PAI
SMA di Kabupaten Sanggau adalah teknik individu melalui kunjungan
kelas, dalam hal ini bisa kita perhatikan kutipan pernyataan dari bapak M.
Buyung berikut ini:
“sebenarnya sasaran dan target ada pada batas ketuntasan minimal adapun yang menjadi sasaran adalah proses pembelajaran guru PAI dengan teknik
kunjungan kelas sebagai upaya pengembangan kompetensi
pembelajaran.”61
Untuk memperhatikan pelaksanaan supervisi akademik melalui
kunjungan kelas seorang supervisor dibantu wakil kepala kurikulum dan
dua orang guru senior dapat memperhatikan dari perencanaan instrumen
yang telah disiapkan sebagaimana pernyataan bapak Muh. Tarmudi dan
bapak Sigit Sukamto berikut ini:
“Pengembangan instrumen akademik mengacu pada Alat Penilaian Kinerja Guru (APKG 1-2) dan pengembangan masalah pembelajaran dari guru PAI
itu sendiri sehingga formatnya menyesuaikan dari masalah yang ingin
menjadi tujuan, ada yang bersifat metode pembelajaran, keaktifan belajar,
dan penilaian, jika ada beberapa guru selain guru PAI setelah dianalisis
akan dilakukan melalui teknik kelompok dan cara menanganinya pun
dengan in house training.”62 “Untuk jadwal mengikuti waktu jam mengajar sesuai sekolah pada umumnya di Sanggau, dan instrument supervisi mengacu pedoman standar
dalam APKG 1 dan APKG 2.”63
Maksud dalam APKG 1 adalah untuk instrumen penilaian rencana
pelaksanaan pembelajaran guru PAI, sedangkan APKG 2 untuk instrumen
penilaian pelaksanaan pembelajaran PAI. Dari instrument tersebut dapat
diketahui tingkat pencapaian yang dilakukan dalam pelaksanaan supervisi
61Wawancara dengan Plt. Kepala SMAN 3 Sanggau tentang Pelaksanaan Supervisi
Akademik. 62Wawancara dengan Kepala SMAN 2 Sekayam tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik. 63Wawancara dengan Kepala SMAN 2 Sanggau tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik.
44
akademik. Selain mengacu pada instrument APKG tentunya supervisor
memiliki catatan penting untuk didiskusikan bersama setelah pembelajaran
dalam rangka untuk mencari beberapa faktor yang berpengaruh dalam
supervisi akademik.
Pendekatan humanistik, dengan paadigma konservatif yang
mempertahankan dan mengembangkan kurikulum yang berlaku seperti
halnya dalam penggunaan instrumen supervisi, peningkatan etika dan
estetika, cara mengelola kelas, dan menumbuhkan keahlian mengajar.
Menurut pernyataan bapak Khasmirianto sebagai berikut:
“ini bukan perkara tidak menerima yang baru ya...karena dalam mempertahankan kebiasaan lama yang baik tidak perlu ragu sekalipun ada
perubahan kurikulum karena ada beberapa hal dan tidak semua perubahan
akan diikuti karena sekolah perlu ciri khas dan selama itu baik dan
manfaat.”64
Supervisor akademik PAI SMA di Kabupaten Sanggau
merealisasikan rencana dengan observasi kelas tidak didapatkan hambatan
serius. Upaya supervisor mewujudkan supervisi akademik sebagai
program yang menunjang perubahan sesuai tujuan supervisi,
membimbing guru PAI agar dapat menciptakan situasi belajar yang
kondusif dan memungkinkan belajar dengan baik, menjadikan daya
dukung dalam keterampilan mengajar dan membimbing secara
profesional.
Pendekatan humanistik dalam pandangan liberal dalam pembelajaran
PAI sebagaimana yang disampaikan bapak Sigit Sukamto adalah:
64Wawan
Top Related