UNIVERSITAS INDONESIA
KINERJA DAN OPTIMALISASI PORTOFOLIO
INVESTASI PADA PT IHT
LAPORAN MAGANG
LAYDRA UTAMA DWI SEPTIAN
0906522470
FAKULTAS EKONOMI
MANAJEMEN
DEPOK
JUNI 2013
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
KINERJA DAN OPTIMALISASI PORTOFOLIO
INVESTASI PADA PT IHT
LAPORAN MAGANG
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
LAYDRA UTAMA DWI SEPTIAN
0906522470
FAKULTAS EKONOMI
MANAJEMEN
DEPOK
JUNI 2013
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
11
NPM
Tanggal
Tanda tangan
: Laydra Utama Dwi Septian
: 0906522470
: 14 Juni 2013
Nama
Laporan Magang ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
-------------------------
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
III
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 14 Juni 2013
: Dr. Dewi Hanggraeni S.E.,M.BA (Penguji
: Muthia Pramesti S.E., M.M (Penguji
(
DEWAN PENGUJI
: Rofikoh Rokhim Ph.DPembimbing
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh geJar
Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi,
Universitas Indonesia.
: Laydra Utama Dwi Septian
: 0906522470
: Manajemen
: Kinerja dan Optimalisasi Portofolio Investasi
pada PT IHT
Nama
NPM
Program Studi
Judul Laporan Magang
Laporan Magang ini diajukan oleh
HALAMAN PENGESAHAN
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
iv
KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat
dan rahmat – Nya, saya dapat menyelesaikan laporan magang ini. Penulisan
laporan magang ini bertujuan agar saya dapat memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Tanpa adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
sangatlah sulit untuk menyelesaikan laporan magang ini. Saya ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Lai Chin Chu (Alm) dan Sri Utami, karena merekalah saya hadir di dunia.
Terima kasih atas didikan dan bimbingannya dari mulai bayi hingga saat
ini.
2. Ibu Rofikoh Rokhim selaku dosen pembimbing yang dengan senang hati
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya
saya dalam penyusunan laporan magang ini.
3. Pihak dari PT IHT yang telah mengizinkan saya untuk melakukan proses
magang dan memperoleh data yang saya perlukan.
4. Orang – orang rumah, keponakan – keponakanku, Sabrina dan Prabu .
5. Seluruh dosen yang telah mengajar saya selama masa perkuliahan.
6. Bapak Sadjijo beserta keluarga di Pondok Gede.
7. Keluarga besar Ngadenan di Madiun serta seluruh penjuru Indonesia.
8. Temen – temen seperjuangan penyusunan tugas akhir, Aan, Adiguna,
Adri, Agung, Aji, Ayunda, Brilya, Deni, Dida, Enggar, Febi, Irma, Mita,
Oni, Paijo, Silvia, Titi, Wahyu, Windu, Zeky.
9. Finance club yang beranggotakan Oni, Aji, Bryan.
10. Tim Futsal Sabana FC yang tidak pernah menjuarai kompetisi apapun.
11. Tim Futsal Manajemen 09.
12. Rekan – rekan di PT IHT yang selalu menanti bonus gaji.
13. Tim Futsal PT IHT yang selalu semangat latihan rutin di hari jumat.
14. Mas Andi dan mas Aji Depma yang selalu saya repotkan dengan urusan
administrasi kampus.
15. Om Aa, Ibu Ratna, Iyang, Alif, Njul di Cibubur.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
v
16. Lingua Franca Indonesia, Zapatart.
17. Arnita Setiawati, S. Hum. yang selalu memberikan saya semangat untuk
sesegera mungkin menyelesaikan laporan magang ini dan cepat lulus
sehingga menjadi Sarjana Ekonomi.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan untuk membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu.Semoga laporan magang ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu dan pengembangan kesejahteraan.
Depok, 14 Juni 2013
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
VI
Utama Dwi Septian)
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya,
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 14 Juni 2013
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, rnengalihmedia/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencamtumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Kinerja dan Optimalisasi Portofolio Investasi pada PT IHT
demi pengembangan ilmu pengetahuan , menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty
- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
: Manajemen
:Manajemen
: Ekonomi
: Laporan Magang
: Laydra Utama Dwi Septian
: 0906522470
Nama
NPM
Program Studi
Departemen
Fakultas
Jenis karya
Sebagai sivitas akademis Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini :
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLlKASI
TUGAS AKIDR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
vii
ABSTRAK
Nama : Laydra Utama Dwi Septian
Program Studi : Manajemen
Judul : Kinerja dan Optimalisasi Portofolio
Investasi pada PT IHT
Laporan magang ini membahas proses investasi yang dilakukan oleh PT IHT,
sebuah perusahaan asuransi jiwa yang berperan sebagai investor institusi. Alokasi
dana pada proses investasi ditempatkan pada berbagai instrumen seperti saham,
deposito, obligasi, dan reksadana. Proses investasi yang dilakukan bertujuan untuk
memperoleh return yang tinggi untuk menambah pendapatan perusahaan. Dengan
demikian perlu dilakukan pembentukkan portofolio untuk memaksimalkan return
serta meminimalisir risiko. Pada laporan magang ini peneliti membandingkan
kinerja portofolio investasi PT IHT dengan berbagai indeks yang ada di Indonesia.
Peneliti juga melakukan uji coba untuk memperoleh portofolio yang memberikan
kinerja yang lebih baik dari PT IHT.
Kata kunci:
Portofolio, return, risiko, asuransi, investasi, saham reksadana, deposito, obligasi.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
viii
ABSTRACT
Name : Laydra Utama Dwi Septian
Study Program : Management
Title : PT IHT Investment Portfolio Performance and
Optimization
This internship report discusses the investment process which had made by PT
IHT, the life insurance company as institutional investors. The allocation of funds
in the investment process placed on various instruments such as stock, bonds,
deposits, and mutual funds. The aims of investment process is to earn high return
for increasing the company's revenue. The company must make best portfolio to
maximize return and minimize risk. In this internship report, the researcher
compared performance of PT IHT investment portfolio with various investment
indices in Indonesia. The researcher conduct trials to obtain a optimum portfolio
that gives better performance from PT IHT.
Keyword:
Portfolio, risk, insurance, investment, stock, mutual fund, time deposit, bonds.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ......................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR PERSAMAAN.................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Tempat dan Pelaksanaan Magang ..................................................................... 1
1.2 Latar Belakang Topik Laporan Akhir Magang ................................................. 1
1.3 Perumusan Masalah .......................................................................................... 4
1.4 Tujuan Laporan Magang ................................................................................... 5
1.5 Batasan Laporan Magang .................................................................................. 5
1.6 Manfaat Laporan Magang ................................................................................. 5
1.7 Sistematika Penelitian ....................................................................................... 6
BAB 2 LANDASAN TEORI ................................................................................ 7
2.1 Pengertian Asuransi .......................................................................................... 7
2.1.1 Prinsip – Prinsip Asuransi ......................................................................... 8
2.1.2 Kegiatan Operasional Perusahaan Asuransi ............................................ 10
2.1.3 Jenis – Jenis Usaha Perasuransian ........................................................... 11
2.2 Pengertian Investasi ........................................................................................ 13
2.2.1 Return dan Risiko Investasi ..................................................................... 14
2.2.2 Pelaku Investasi ....................................................................................... 14
2.2.3 Pasar Modal ............................................................................................. 15
2.2.4 Ekuitas ..................................................................................................... 15
2.2.4.1 Jenis – jenis saham ............................................................................. 16
2.2.4.2 Analisis .............................................................................................. 16
2.2.5 Obligasi ................................................................................................... 23
2.2.5.1 Klasifikasi Obligasi ............................................................................ 23
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
x
2.2.5.2 Penilaian Obligasi .............................................................................. 24
2.2.5.3 Peringkat Obligasi .............................................................................. 24
2.2.5.4 Jangka Waktu Obligasi ...................................................................... 26
2.2.5.5 Metode Pencatatan Obligasi .............................................................. 27
2.2.6 Reksadana ................................................................................................ 28
2.2.6.1 Keuntungan berinvestasi di reksadana ............................................... 29
2.2.6.2 NAB Reksadana ................................................................................. 30
2.2.6.3 Jenis – Jenis Reksadana ..................................................................... 30
2.2.6.4 Metode Evaluasi Kinerja Reksadana ................................................. 30
2.2.6.5 Proses Transaksi Reksadana .............................................................. 32
2.2.7 Return dan Risiko Portofolio ................................................................... 33
2.3 Investasi pada Perusahaan Asuransi .............................................................. 34
2.3.1 Sumber Dana Investasi Perusahaan Asuransi ......................................... 35
BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................................... 36
3.1 Profil Perusahaan ............................................................................................ 36
3.2 Visi Perusahaan ............................................................................................... 37
3.3 Misi Perusahaan .............................................................................................. 37
3.4 Budaya Perusahaan ......................................................................................... 37
3.5 Struktur Organisasi Perusahaan ...................................................................... 39
3.6 Produk ............................................................................................................. 40
3.6.1 Managed Care (Diamond, Platinum, Gold, dan Silver) .......................... 40
3.6.2 Indemity ................................................................................................... 40
3.6.3 Group Term Life (GTL) .......................................................................... 41
3.6.4 Personal Accident .................................................................................... 41
3.6.5 Endowment .............................................................................................. 41
BAB 4 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN ...................................... 42
4.1 Penentuan Periode Observasi .......................................................................... 42
4.2 Penentuan Instrumen Investasi ........................................................................ 42
4.3 Data ................................................................................................................. 42
4.3.1 Data Penelitian ........................................................................................ 42
4.3.2 Variabel Penelitian .................................................................................. 43
4.4 Metodologi Penelitian ..................................................................................... 44
4.5 Teknik Analisis Data ....................................................................................... 44
4.6 Hipotesis .......................................................................................................... 45
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
xi
BAB 5 PEMBAHASAN ..................................................................................... 47
5.1 Kebijakan Investasi PT IHT ............................................................................ 47
5.1.1 Komposisi Investasi yang Diperkenankan .............................................. 47
5.1.2 Kriteria Penempatan Investasi ................................................................. 48
5.2 Proses Transaksi Investasi............................................................................... 50
5.3 Komposisi Portofolio Investasi PT IHT .......................................................... 51
5.4 Perbandingan Hasil Investasi dengan Total Dana Kelolaan ........................... 53
5.5 Analisis Hasil Investasi ................................................................................... 54
5.6 Analisis Kondisi Pasar .................................................................................... 55
5.7 Hasil Uji Anova .............................................................................................. 57
5.8Analisis Portofolio Investasi ............................................................................ 58
5.8.1 Analisis Portofolio Saham ....................................................................... 59
5.8.1.1 Proporsi Saham per Sektor dalam Portofolio Investasi PT IHT ...... 59
5.8.1.2 Proporsi Emiten Saham dalam Portofolio Investasi PT IHT ........... 59
5.8.1.3 Efficent Set Portofolio Saham ......................................................... 61
5.8.1.4 Percobaan Optimasi Portofolio Saham ............................................ 62
5.8.2 Analisa Portofolio Obligasi ..................................................................... 65
5.8.3 Analisa Portofolio Deposito .................................................................... 66
5.8.4 Analisa Portofolio Reksadana ................................................................. 66
5.8.5 Analisa Portofolio Keseluruhan .............................................................. 67
5.8.5.1 Percobaan Optimalisasi Portofolio Keseluruhan ............................. 68
5.8.5.2 Analisa Hasil Percobaan Optimalisasi ............................................. 69
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 71
6.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 71
6.2 Saran ................................................................................................................ 72
6.2.1 Bagi Perusahaan ...................................................................................... 72
6.2.2 Bagi Penelitian Selanjutnya ..................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 75
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
xii
DAFTAR PERSAMAAN
Persamaan 2.1 Valuasi Discounted Cash Flow..................................................... 21
Persamaan 2.2 Valuasi Dividend Discount Model ................................................ 21
Persamaan 2.3 Valuasi Dividend Discount Model Perpetuity .............................. 21
Persamaan 2.4 Growth Dividend Discount Model ............................................... 21
Persamaan 2.5 Valuasi Free Cash Flow to Equity ................................................ 22
Persamaan 2.6 Free Cash Flow to Equity ............................................................. 22
Persamaan 2.7 Valuasi Free Cash Flow to Firm .................................................. 22
Persamaan 2.8 Free Cash Flow to Firm ............................................................... 22
Persamaan 2.9 Growth Free Cash Flow to Firm .................................................. 22
Persamaan 2.10 Return on investment capital ...................................................... 22
Persamaan 2.11 Valuasi Obligasi .......................................................................... 23
Persamaan 2.12 Macaulay’s Duration .................................................................. 26
Persamaan 2.13 Macaulay’s Duration dalam Satu Periode .................................. 26
Persamaan 2.14 Modified Duration ...................................................................... 27
Persamaan 2.15 Perubahaan Harga Obligasi ........................................................ 27
Persamaan 2.16 NAB Reksadana .......................................................................... 30
Persamaan 2.17 Sharpe Ratio ............................................................................... 31
Persamaan 2.18 Treynor Ratio .............................................................................. 31
Persamaan 2.19 Alpha Jensen Tipe 1 .................................................................... 31
Persamaan 2.20 Alpha Jensen Tipe 2 .................................................................... 31
Persamaan 2.21 Alpha Jensen Tipe 3 .................................................................... 31
Persamaan 2.22 Expected Return Portofolio ......................................................... 33
Persamaan 2.23 Standar Deviasi Portofolio .......................................................... 33
Persamaan 4.1 Risk Free Rate Bulanan ................................................................ 43
Persamaan 4.2 Risk Free Rate Harian ................................................................... 43
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tren Teori Dow ................................................................................. 18
Gambar 2.2 Garis Support dan Resistance ............................................................ 19
Gambar 2.3 Garis Moving Averages .................................................................... 20
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Perusahaan PT IHT ........................................... 39
Gambar 5.1 Pergerakan Harga Harian IHSG Periode Januari – Maret 2013........ 55
Gambar 5.3 Pergerakan Return Harian IHSG Periode Januari – Maret 2013 ...... 56
Gambar 5.4 Grafik Efficient Set PortofolioSaham PT IHT................................... 61
Gambar 5.5 Grafik Efficient Set Portofolio Saham PT IHT dan Hasil Uji Coba 1
dan 2 ...................................................................................................................... 64
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pertumbuhan Premi Bruto dan PDB Periode 2007 - 2011 ..................... 1
Tabel 5.1 Komposisi Investasi PT IHT ................................................................. 52
Tabel 5.2 Presentasi Komposisi Portofolio PT IHT.............................................. 52
Tabel 5.3 Perbandingan Hasil Kinerja Investasi dengan Total Dana Kelolaan
Investasi................................................................................................................. 53
Tabel 5.4 Kontribusi Masing – Masing Instrumen terhadap Total Return Investasi
PT IHT .................................................................................................................. 54
Tabel 5.5 Return Dibagi Dana Kelolaan untuk Masing – Masing Instrumen ....... 54
Tabel 5.6 Return Bulanan dan Indeks Sharpe Pasar periode Januari – Maret 2013
berikut SBI ............................................................................................................ 56
Tabel 5.7 Hasil Anova Return Saham, Reksadana dan Obligasi pada periode
Januari – Maret 2013 ............................................................................................ 57
Tabel 5.8 Perbandingan Return dan Indeks Sharpe PT IHT dengan IHSG Periode
Januari – Maret 2013 ............................................................................................. 58
Tabel 5.9 Proporsi Saham per Sektor dalam Portofolio Investasi PT IHT Bulan
Maret 2013 ........................................................................................................... 59
Tabel 5.10 Rata – Rata Proporsi Emiten dalam PortofolioSaham PT IHT ........... 60
Tabel 5.11 Hasil Uji Coba 1 Pembentukan Proporsi Portofolio Saham ............... 62
Tabel 5.12 Hasil Uji Coba 2 Pembentukan Proporsi Portofolio Saham ............... 63
Tabel 5.13 Perbandingan Kinerja Portofolio Saham antara PT IHT, Uji Coba 1,
Uji Coba 2 dan Berbagai Indeks ........................................................................... 65
Tabel 5.14 Perhitungan Return Portofolio ............................................................ 67
Tabel 5.15 Hasil Uji Coba 1 Pembentukan Portofolio .......................................... 68
Tabel 5.16 Hasil Uji Coba 2 Pembentukan Portofolio .......................................... 69
Tabel 5.17 Perbandingan Kinerja Portofolio PT IHT, Uji Coba 1 dan Uji Coba 2
............................................................................................................................... 70
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Portolio Obligasi ................................................................................ 77
Lampiran 2 Portofolio Deposito ........................................................................... 78
Lampiran 3 Portofolio Reksadana ......................................................................... 79
Lampiran 4 Portofolio Saham .............................................................................. 80
Lampiran 5 Komposisi Portofolio Saham PT IHT ............................................... 84
Lampiran 6 Komposisi Portofolio Saham Uji Coba 1 .......................................... 85
Lampiran 7 Komposisi Portofolio Saham Uji Coba 2 .......................................... 86
Lampiran 8 Perhitungan Return, Standar Deviasi dan Indeks Sharpe’s Ratio
Portofolio Investasi PT IHT .................................................................................. 87
Lampiran 9 Perhitungan Return, Standar Deviasi dan Indeks Sharpe’s Ratio
Portofolio Investasi Uji Coba 1 ............................................................................. 88
Lampiran 10 Perhitungan Return, Standar Deviasi dan Indeks Sharpe’s Ratio
Portofolio Investasi Uji Coba 2 ............................................................................. 89
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Tempat dan Pelaksanaan Magang
Peneliti melakukan aktivitas magang dimulai pada tanggal 25 Januari 2013
sampai dengan 26 April 2013 di PT IHT, sebuah perusahaan swasta yang
bergerak di bidang asuransi jiwa, yang juga merupakan anak perusahaan BUMN
PT AKS. Peneliti ditempatkan pada Divisi Investasi, yakni divisi yang bertugas
mengelola dana perusahaan untuk diinvestasikan di pasar modal melalui
instrumen saham, obligasi, reksadana, dan deposito. Peneliti ditugaskan untuk
menganalisis kegiatan investasi yang tengah berjalan di PT IHT.
1.2 Latar Belakang Topik Laporan Akhir Magang
Di Indonesia, perusahaan asuransi dibagi menjadi tiga, yaitu asuransi jiwa,
asuransi umum, dan reasuransi. Berdasarkan Direktori Asuransi Indonesia yang
diterbitkan oleh BAPEPAM – LK, pada tahun 2011 terdapat 46 Perusahaan
asuransi jiwa, 87 Perusahaan asuransi umum, dan 138 perusahaan reasuransi
yang beroperasi di Indonesia. Menurut BAPEPAM (2011), persaingan di industri
asuransi semakin ketat karena para pelaku industri asuransi mulai menyadari
bahwa bisnis ini adalah bisnis yang sangat menguntungkan.
TABEL 1.1
Pertumbuhan Premi Bruto dan PDB Periode 2007 - 2011
Premi Bruto Premi Domestik Bruto Ratio
Tahun Jumlah Perumbuhan (%) Jumlah Perumbuhan (%) a/b
(a) (b) (%)
2007 77.831,6 40,0 3.339,2 18,3 1,97
2008 90.311,7 16,0 3.950,9 25,3 1,82
2009 106.445,9 17,9 4.951,4 13,4 1,90
2010 125.116,4 17,5 5.613,4 14,4 1,95
2011 153.125,6 22,4 6.436,3 15,4 2,06
Sumber: BAPEPAM-LK (2011: 3)
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
2
Universitas Indonesia
Pada Tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa industri asuransi telah
berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini dapat dilihat dari
tumbuhnya rata-rata premi bruto sekitar 23% dalam rentang waktu 2007 sampai
2011. Pesatnya pertumbuhan ini disebabkan membaiknya kondisi makroekonomi
akhir-akhir ini, serta semakin sadarnya masyarakat atas perlindungan diri dari
risiko-risiko yang mungkin terjadi dalam kehidupannya.
Tabel di atas juga menunjukkan bahwa kontribusi asuransi dalam Produk
Domestik Bruto Indonesia masih kecil yakni 2,06%. Hal ini menunjukkan bahwa
pasar asuransi masih memiliki potensi yang besar untuk dapat berkembang di
masa mendatang, dilihat dari jumlah kesuluruhan penduduk Indonesia yang sangat
banyak tetapi baru sebagian kecil yang telah menjadi nasabah asuransi.
Hasil investasi merupakan hal penting bagi perusahaan asuransi karena
selain dari premi, keuntungan perusahaan asuransi juga berasal dari investasi yang
dilakukan perusahaan dengan menggunakan dana yang terkumpul dari polis yang
telah dikeluarkan.
Menurut Riley (2007:5), investasi adalah komitmen untuk menunda
konsumsi di masa sekarang dengan kompensasi mendapat return yang lebih di
masa yang akan datang. Menurut Bodie (2004:4), proses investasi dimulai dengan
memerhatikan hal-hal berikut:
1. Penetapan tujuan investasi.
2. Mengidentifikasi batasan, penetuan kualifikasi, dan hasil yang
diharapkan (expected return).
3. Tujuan dan batasan tersebut diterjemahkan ke dalam suatu kebijakan
investasi.
Pada umumnya, perusahaan asuransi memperoleh pendapatan pokok dari
pendapatan premi yang didapat dari para nasabahnya. Sebagai perusahaan yang
mempunyai kewajiban untuk menanggung risiko para nasabahnya, perusahaan
asuransi harus dapat mengelola keuangannya dengan baik, yakni dengan cara
menginvestasikannya kembali. Jika dilakukan dengan tepat, proses investasi
tersebut akan menghasilkan return yang optimal.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan asuransi dalam
melakukan investasi, baik melalui pasar uang maupun pasar modal, investasi pada
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
3
Universitas Indonesia
aset fisik seperti tanah dan properti juga dapat dilakukan. Praktik investasi yang
dilakukan oleh perusahaan asuransi sepintas mirip dengan investasi yang
dilakukan perusahaan reksadana, yakni menghimpun dana masyarakat kemudian
diinvestasikan di suatu tempat yang menguntungkan.
Secara umum, sebagian besar portofolio perusahaan asuransi terdiri dari
berbagai instrumen investasi yang masing-masing memiliki karakteristik yang
berbeda. Investasi di pasar uang dalam bentuk deposito bank akan rentan terhadap
perubahan suku bunga deposito. Investasi dalam bentuk saham seringkali
berfluktuasi dengan tajam dan sensitif terhadap perubahan pasar dan ekonomi
secara umum. Investasi dalam bentuk obligasi yang berpendapatan tetap memiliki
risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan saham, tetapi tentu saja dengan
expected return yang lebih kecil pula. Berdasarkan berbagai pertimbangan risk
and return tersebut, seorang manajer investasi diharapkan dapat menentukan
instrumen yang tepat untuk dimasukkan ke dalam portofolio. Untuk itu,
diperlukan analisis mendalam yang meliputi penilaian terhadap sekuritas yang
masuk ke dalam portofolio (Miskhin,2012:517).
Ketentuan dalam melakukan investasi oleh perusahaan asuransi telah
tercantun dalam PMK no. 53/PMK/ 2012, yakni sebagai berikut:
a. Deposito berjangka dan sertifikat deposito pada bank, termasuk Deposit On
Call (DOC) dan deposito yang berjangka waktu kurang dari atau sama dengan
1 bulan, dinilai berdasarkan nilai nominal atau nilai tunainya. Dengan batasan,
tidak melebihi 15% dari jumlah investasi pada setiap bank.
b. Saham yang tercatat di bursa efek dinilai berdasarkan harga pasar. Saham
yang dimaksud adalah emiten yang berbadan hukum Indonesia. Untuk setiap
emiten tidak melebihi dari 10% dari jumlah investasi, dan seluruhnya paling
tinggi 40% dari jumlah investasi
c. Obligasi dan Medium Term Notes (MTN) dengan peringkat paling rendah A
atau yang setara pada saat penempatan, dinilai berdasarkan harga pasar, tidak
lebih dari 15% dari jumlah investasi untuk setiap penerbit obligasi dan MTN
berbadan hukum Indonesia, dan seluruhnya paling tinggi 50% dari jumlah
investasi.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
4
Universitas Indonesia
d. Surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh pemerintah atau Bank
Indonesia, dinilai berdasarkan nilai pasar, atau nilai tunai dalam hal nilai pasar
tidak tersedia.
e. Unit penyertaan reksadana, dinilai berdasarkan Nilai Aktiva Bersih (NAB),
tidak boleh lebih melebihi 15% dari jumlah nilai investasi untuk setiap
Manajer Investasi dan seluruhnya 50% dari jumlah investasi
f. Penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat dalam bursa efek), dinilai
berdasarkan nilai ekuitas. Dengan batasan tidak melebihi 10% dari jumlah
nilai investasi.
g. Bangunan dengan hak strata (strata litle) atau tanah dengan bangunan untuk
investasi, dinilai berdasarkan nilai yang ditetapkan oleh lembaga penilai yang
terdaftar pada instansi yang berwenang, atau Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
dalam hal ini tidak dilakukan penilaian oleh lembaga penilai. Tidak melebihi
10% dari jumlah nilai investasi.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam laporan magang
ini dapat dirumuskan menjadi:
1. Apa saja instrumen investasi yang digunakan oleh perusahaan asuransi untuk
meningkatkan pendapatan?
2. Bagaimana pembentukan portofolio dan kebijakan investasi di dalam
perusahaan asuransi?
3. Bila ditinjau dari risk and return, apakah hasil kinerja kegiatan investasi
yang dilakukan perusahaan asuransi tersebut sudah optimal?
1.4 Tujuan Laporan Magang
Berdasarkan perumusan masalah yang telah disebutkan, tujuan laporan
magang ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis instrumen investasi yang digunakan oleh perusahaan asuransi.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
5
Universitas Indonesia
2. Mengetahui pembentukan portofolio dan kebijakan investasi dalam
perusahaan asuransi.
3. Mengetahui apakah hasil kinerja kegiatan investasi yang sudah berjalan
dalam perusahaan tersebut sudah optimal.
1.5 Batasan Laporan Magang
1. Divisi investasi yang dibentuk oleh PT IHT baru beroperasi dalam waktu
kurang dari satu tahun sehingga peneliti tidak dapat memperoleh data
tahunan.
2. Keterbatasan periode pelaksanaan magang menyebabkan data investasi
yang didapat dari perusahaan hanya mencakup periode yang sangat
singkat.
1.6 Manfaat Laporan Magang
Bagi perusahaan asuransi:
1. Perusahaan asuransi dapat mengetahui seberapa efektif dan efisien
kegiatan investasi yang dijalankan oleh divisi investasi.
2. Memberikan masukan dan saran bagi perusahaan untuk meningkatkan
performa dari investasi agar memberikan return yang optimal.
Bagi Akademisi:
1. Mengetahui bagaimana sebuah perusahaan asuransi mengelola portofolio
investasinya.
2. Memberikan gambaran tentang proses kerja di suatu perusahaan asuransi
sehingga para akademisi dapat melihat pengetahuan dan keterampilan apa
saja yang akan diterapkan di dalam dunia kerja.
1.7 Sistematika Penelitian
Penelitian laporan dalam penelitian ini akan menggunakan kerangka
sistematika penelitian sebagai berikut:
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
6
Universitas Indonesia
Bab I Pendahuluan
Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penelitian
berdasarkan penelitian.
Bab II Teori Penunjang
Teori-teori yang digunakan dan literatur yang dikutip dari berbagai sumber
untuk mendukung penelitian dibahas dalam bab teori penunjang.
Bab III Gambaran Umum Perusahaan dan Pelaksanaan Magang
Bab ini berisi gambaran umum perusahaan tempat pelaksanakan program
magang terkait laporan penelitian.
Bab IV Metodologi Penelitian
Bab ini menjelaskan jenis, sumber, dan tahapan pengolahan data yang
dilakukan peneliti dalam penyusunan laporan magang ini.
Bab V Analisis dan Pembahasan
Hasil yang didapat dari pelaksanaan proses magang dibahas pada bab ini,
kemudian hasil dari pengolahan data akan dianalisis agar memperoleh
jawaban atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian.
Bab VI Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini akan dirangkum kesimpulan-kesimpulan dari analisis
penelitian. Selain itu, pada bab ini juga akan dijabarkan diskusi –
pembahasan dari kesimpulan serta saran yang dapat diberikan untuk
penelitian selanjutnya.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
7 Universitas Indonesia
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Asuransi
Fungsi utama perusahaan asuransi adalah untuk melindungi para
pemegang polis asuransi dari kejadian-kejadian yang merugikan. Dengan
menerima premi, perusahaan asuransi menjanjikan para pesertanya untuk
memberikan penggantian jika suatu hal tertentu terjadi. Polis asuransi tersebut
menjadi kewajiban finansial bagi perusahaan asuransi. Saunders membagi industri
asuransi menjadi dua kelompok besar, yakni asuransi jiwa dan asuransi kerugian.
Asuransi jiwa memberikan perlindungan kesehatan, penjaminan masa pensiun,
dan penggantian kerugian yang disebabkan oleh kematian. Asuransi kerugian
memberikan perlindungan terkait dengan kecelakaan, pencurian, dan kebakaran
atas suatu harta benda (Saunders,2008:66).
Undang – Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha
Perasuransian, menyebutkan bahwa asuransi atau pergantian adalah perjanjian
antara dua pihak atau lebih. Pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian
kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan
diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan.
Kitab Undang–Undang Hukum Dagang Pasal 246, menyebutkan bahwa,
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian antara penanggung dan
tertanggung. Seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung
dengan menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena suatu kerugian, kerugian kerusakan, atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, yang mungkin terjadi karena suatu peristiwa tak
tentu (Siamat,2005:655).
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
8
Universitas Indonesia
2.1.1 Prinsip – Prinsip Asuransi
Ada lima prinsip – prinsip asuransi menurut Siamat (2005:661) yang
menjadi dasar atau landasan setiap ada permasalahan yang timbul dalam kontrak
asuransi.
1. Insurable Interest
Insurable Interest pada prinsipnya merupakan hak berdasarkan
hukum untuk mempertanggungkan risiko yang berkaitan dengan
keuangan, yang diakui sah secara hukum antara tertanggung dan sesuatu
yang dipertanggungkan. Masalah insurable interest merupakan faktor
yang sangat penting dalam kontrak asuransi dan juga merupakan prinsip
yang paling fundamental karena menyangkut bentuk atau rupa
pertanggunggan yang dijamin dalan suatu kontrak asuransi. Sesuatu yang
dipertangungkan tersebut dapat berupa benda, harta, atau suatu kejadian
yang dapat menimbulkan hak dan kewajiban keuangan secara umum.
Dalam prinsip ini, yang perlu diperhatikan pada dasarnya adalah sesuatu
yang dipertanggungkan itu semata – mata menyangkut kepentingan yang
menimbulkan kerugian keuangan tertanggung atas sesuatu yang
dipertanggungkan tersebut.
2. Utmost Good Faith
Dalam melakukan suatu kontrak atau persetujuan, harus dilakukan
dengan itikad baik. Tertanggung dan penanggung tidak diperbolehkan
menyembunyikan suatu fakta yang dapat menyebabkan kerugian bagi
pihak lain.
3. Indemnity
Indemnity berarti mengembalikan posisi finansial tertanggung
setelah terjadi kerugian seperti pada posisi sebelum terjadinya kerugian
tersebut. Dengan demikian, indemnity merupakan prinsip ganti rugi oleh
penanggung terhadap tertanggung. Prinsip ini tidak berlaku bagi kontrak
asuransi jiwa dan asuransi kecelakaan karena prinsip indemnity ini
berkaitan dengan penggantian kerugian finansial yang dialami
tertanggung. Menurut prinsip ini, tertanggung tidak dibenarkan
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
9
Universitas Indonesia
memperoleh pembayaran ganti rugi melebihi kepentingan tertanggung
terhadap objek yang dipertanggungkan tersebut.
4. Proximate Cause
Proximate cause adalah suatu sebab aktif, efisien yang
mengakibatkan terjadinya suatu peristiwa secara berantai tanpa intervensi
suatu kekuatan lain yang diawali dan bekerja secara aktif dari suatu
sumber dan independen. Kontrak asuransi yang dinyatakan dalam polis
umumnya menyebutkan beberapa persyaratan pengecualian mengenai
risiko yang tidak ditanggung. Dalam kaitan itulah perusahaan asuransi
harus memahami hubungan antara risiko yang merupakan bagian yang
dijamin oleh polis dengan prinsip proximate cause ini.
Untuk dapat menentukan proximate cause terhadap suatu rentetan
peristiwa adalah dengan cara memperhatikan peristiwa pertama, kemudian
secara logika memperhatikan kejadian apa yang mungkin terjadi pada
peristiwa berikutnya. Apabila jawabannya mengarah pada peristiwa kedua
dan proses ini terjadi beberapa kali sampai berakhir pada suatu akibat,
maka kejadian yang pertama merupakan penyebabnya.
5. Subrogation and Contribution
Subrogation pada prinsipnya merupakan hak penanggung, yang
telah memberikan ganti rugi kepada tertanggung, untuk menuntut pihak
lain yang mengakibatkan kepentingan asuransinya mengalami kerugian.
Dengan adanya prinsip subrogasi ini tertanggung tidak dimungkinkan
memperoleh ganti rugi yang lebih besar daripada kerugian yang benar –
benar dideritanya.
Sedangkan prinsip contribution pada dasarnya adalah suatu prinsip
di mana penanggung berhak mengajak penanggung – penanggung lain
yang memiliki kepentingan yang sama untuk ikut serta membayar ganti
rugi kepada tertanggung meskipun jumlah tanggungan yang dibayarkan
oleh masing – masing penanggung belum tentu sama besar. Hal tersebut
bisa saja terjadi apabila tertanggung, dalam kurun waktu yang bersamaan
mempertanggungkan suatu risiko yang sama kepada beberapa
penanggung. Dalam kondisi tersebut, apabila terjadi klaim, maka masing –
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
10
Universitas Indonesia
masing penanggung harus membayar ganti rugi secara proporsional
dengan jumlah yang ditanggungnya.
2.1.2 Kegiatan Operasional Perusahaan Asuransi
Saunders (2008:75), kegiatan operasional sehari – hari yang dijalankan oleh
sebuah perusahaan asuransi adalah sebagai berikut:
1. Pemilihan dan pengelompokkan risiko (underwriting)
Fungsi utama underwriting adalah memaksimalkan laba melalui
penerimaan distribusi risiko yang diperkirakan akan mendatangkan
laba. Kegiatan underwriting berupa penyelesaian dan pengelompokan
risiko yang akan ditanggung oleh perusahaan, dimaksudkan untuk
memastikan tidak ada risiko yang dapat menyulitkan perusahaan di
kemudian hari. Underwriter bertugas menjaga agar risiko tidak
terkonsentrasi dalam satu tempat yang dapat menyebabkan catastrophe.
Fungsi underwriting berkaitan erat dengan penentuan tarif / premi
asuransi, serta kebijakan pertanggungan asuransi.
2. Penetapan tarif asuransi
Penetapan tarif asuransi dibatasi oleh peraturan pemerintah melalui
suatu undang – undang yang menghendaki agar tarif tersebut
terjangkau, tidak terlalu tinggi, dan tidak bersifat diskriminatif. Metode
penetapan tarif pada masing – masing jenis perusahaan asuransi
berbeda, misalnya berdasarkan kelompok (kelas) peserta, berdasarkan
karakteristik bentuk penanggungan, berdasarkan pengalaman, dan lain –
lain.
3. Penetapan klaim
Penetapan klaim ditujukan untuk mengukur seberapa besar nilai
pertanggungan atau benefit yang akan ditujukan pada peserta asuransi,
yang tercantum dalam polis dalam bagian claim representative atau
benefit representative. Hal ini dimaksudkan agar perusahaan membayar
klaimnya secara wajar, cepat, serta memuaskan.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
11
Universitas Indonesia
4. Investasi
Tambahan hasil investasi dari pengumpulan dana yang besar dari
pesertanya merupakan variabel penting dalam penetapan tarif atau
premi asuransi. Perusahaan asuransi pada umumnya memasukkan
tingkat minimum dari hasil investasi ke dalam perhitungan premi. Di
sisi lain, fungsi investasi dapat meningkatkan laba perusahaan asuransi.
2.1.3 Jenis – Jenis Usaha Perasuransian
Menurut Undang – Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian, jenis usaha perasuransian meliputi:
1. Asuransi Kerugian
Asuransi kerugian adalah asuransi yang memberikan jasa dalam
penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak
pasti. Dalam praktiknya di Indonesia, asuransi kerugian/umum dapat
dibagi sebagai berikut.
a. Asuransi kebakaran
b. Asuransi pengangkutan
c. Asuransi aneka, jenis asuransi kerugian yang tidak dapat digolongkan
ke dalam asuransi kebakaran dan asuransi pengangkutan.
2. Asuransi Jiwa
Asuransi jiwa adalah usaha asuransi yang memberikan jasa dalam
penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya
seseorang yang dipertanggungkan. Ada beberapa jenis polis asuransi jiwa:
a. Asuransi Berjangka (Term Life)
Asuransi berjangka mewajibkan penanggung untuk membayar
jumlah nominal polis apabila tertanggung meninggal dalam suatu
periode tertentu. Jika tertanggung tetap hidup sampai jangka waktu
yang ditetapkan dalam polis, maka kontrak akan berakhir dengan tanpa
nilai.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
12
Universitas Indonesia
b. Asuransi Dwiguna (Endowment)
Asuransi dwiguna mewajibkan penanggung untuk membayar pihak
tertanggung atau keluarga tertanggung sejumlah tertentu kepada
pemegang polis apabila tertanggung tetap hidup selama periode
pertanggungan. Oleh sebab itu, harga premi polis asuransi jenis ini
lebih tinggi dibandingkan dengan asuransi berjangka. Asuransi
dwiguna ini dapat juga dianggap sebagai program tabungan berjangka.
c. Asuransi Seumur Hidup (Whole Life)
Asuransi ini menawarkan perlindungan selama masa hidup
tertanggung. Polis asuransi ini dapat dipandang sebagai suatu asuransi
dwiguna untuk umur 100 tahun. Penentuan tingkat kematian tersebut
dilakukan melihat suatu daftar yang disebut dengan Tabel Mortalita.
Tabel Mortalita merupakan alat untuk menghitung dan menentukan
tarif asuransi jiwa. Tabel tersebut mengasumsikan bahwa semua orang
akan meninggal sebelum umurnya mencapai 100 tahun. Bagi mereka
yang mencapai umur 100 tahun akan dibayar sebesar nilai polis karena
mereka dapat hidup sampai dengan batasan umur maksimum yang
telah ditetapkan oleh aktuaris. Oleh karena itu, asuransi ini dapat
dipandang sebagai suatu asuransi dwiguna yang jatuh temponya pada
saat umur mencapai 100 tahun.
d. Asuransi Jiwa Universal (Universal Life)
Pada dasarnya, pembayaran premi pada asuransi ini dirancang
sebagai polis non – participating, yang fleksibel, menawarkan proteksi
kematian di bawah suatu kontrak, membagi proteksi kematian dan
akumulasi nilai tunai ke dalam suatu komponen yang berbeda atau
terpisah. Pembagian tersebut membedakan asuransi jenis ini dari
asuransi tradisional, yang kontraknya yang tidak terpisah dengan
proteksi kematian akumulasi nilai tunai. Dengan asuransi ini,
persaingan tingkat keuntungan dapat terjamin dari tahun ke tahun
terhadap akumulasi nilai tunai, dan fleksibilitasnya menjadi lebih besar
diperoleh dengan cara menyesuaikan jumlah tabungan, proteksi, dan
premi terhadap kebutuhan pemilik polis.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
13
Universitas Indonesia
e. Kontrak Anuitas
Anuitas menyediakan suatu pemasukan secara periodik dan teratur
bagi tertanggung untuk suatu periode tertentu. Anuitas yang
menyediakan pendapatan selama hidup disebut dengan life annuity.
Anuitas merupakan instrumen yang penting dalam perencanaan untuk
jaminan finansial selama menjalankan masa pensiun.
3. Reasuransi
Reasuransi merupakan usaha asuransi yang memberikan jasa
dalam pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan
asuransi kerugian atau perusahaan asuransi jiwa.
4. Usaha Penunjang Asuransi
Usaha – usaha penunjang asuransi terdiri dari:
a. Usaha pialang asuransi yang memberikan jasa perantara dalam
penutupan transaksi asuransi dan pelayanan penyelesaian ganti rugi
asuransi dengan bertindak untuk kepentingan tertanggung.
b. Usaha pialang reasuransi yang memberikan jasa perantara dalam
penempatan reasuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi
reasuransi dengan bertindak untuk kepentingan perusahaan asuransi.
c. Usaha penilai kerugian asuransi yang memberikan jasa penilaian
terhadap kerugian pada objek asuransi yang dipertanggungkan.
d. Usaha konsultan aktuaria yang memberikan jasa konsultasi aktuaria.
e. Usaha agen asuransi yang memberikan jasa perantara dalam rangka
pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung.
2.2 Pengertian Investasi
Investasi adalah komitmen untuk menunda konsumsi di masa sekarang
dengan kompensasi mendapat return yang lebih di masa yang akan datang
(Riley,2007:5). Menurut Bodie (2004:4) proses investasi dimulai dengan
memerhatikan hal-hal berikut:
1. Penetapan tujuan investasi.
2. Mengidentifikasi batasan, penentuan kualifikasi, dan hasil yang
diharapkan (expected return).
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
14
Universitas Indonesia
3. Tujuan dan batasan tersebut diterjemahkan ke dalam suatu kebijakan
investasi.
Investasi dapat dilakukan dengan membeli aset – aset riil, maupun aset –
aset finansial di dalam pasar modal. Investasi dalam aset riil, yakni berupa
pembelian aset fisik seperti tanah, bangunan, emas, dan lain – lain. Sedangkan
investasi pada pasar modal, berupa aset – aset finansial seperti saham, obligasi,
reksadana, deposito, dan lain – lain.
2.2.1 Return dan Risiko Investasi
Bodie (2004:9) juga menyebutkan bahwa investasi yang dilakukan para
investor bertujuan untuk memperoleh return yang diharapkan di masa mendatang.
Namun, sangat sulit memprediksi return yang akan diperoleh secara tepat
sehingga hal itulah yang akan menjadi risiko dalam investasi.
2.2.2 Pelaku Investasi
Lebih lanjut, Bodie (2004:11) menyebutkan bahwa ada tiga pelaku
investasi, yakni:
1. Perusahaan selaku net borrowers. Perusahaan memperoleh pendanaan untuk
membiayai proses investasi perusahaan tersebut, seperti pembangunan pabrik.
Pendapatan yang diperoleh dari aset riil tersebut akan menjadi return yang
akan diberikan kepada investor yang membeli instrumen investasi yang
dikeluarkan oleh perusahaan tersebut.
2. Para investor selaku net savers. Mereka membeli instrumen investasi yang
dikeluarkan oleh perusahaan yang membutuhkan pendanaan. Ada yang
merupakan investor individu, maupun investor institusi.
3. Pemerintah, dapat menjadi borrower ataupun lender. Pemerintah dapat
meminjam dana masyarakat untuk mengatasi defisit anggaran, yakni
mengeluarkan obligasi pemerintah.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
15
Universitas Indonesia
2.2.3 Pasar Modal
Menurut Miskhin (2012:16), pasar modal (capital market) merupakan
pasar untuk berbagai instrumen aset finansial jangka panjang yang bisa diperjual
– belikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen
derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan
bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana
bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai
sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.
Pasar modal memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara.
Hal ini terlihat dari beberapa fungsi pasar modal, yakni:
a. Fungsi ekonomi.
Pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang
mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak investor dan pihak
yang memerlukan dana.
b. Fungsi keuangan.
Pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan
memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan
karakteristik investasi yang dipilih.
2.2.4 Ekuitas
Instrumen yang akan menambah ekuitas pemilik modal, yaitu saham.
Memiliki instrumen jenis ini berarti investor menjadi pemilik perusahaan tersebut
sebesar modal yang ditanamkan. Instrumen yang paling dikenal dari pasar jenis
ini adalah saham. Ada dua jenis saham yang jamak dipasarkan, yaitu saham biasa
(common stock) dan saham preferen (preferred stock).
Menurut Reily (2007:83), saham mencerminkan kepemilikan atas suatu
perusahaan. Keuntungan dan kerugian yang dialami perusahaan akan dibagi
sesuai dengan proporsi saham yang dimiliki.
Megginson (2009:196) menyebutkan bahwa perusahaan menerbitkan
saham dengan ketetentuan yang tidak disebutkan secara spesifik seberapa banyak
return yang akan diterima para investor. Keuntungan dan kerugian yang dialami
para investor bergantung dari seberapa baik kinerja perusahaan tersebut.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
16
Universitas Indonesia
Kepemilikan saham dalam jumlah besar akan memberikan hak untuk
menentukan langkah strategis yang akan dijalankan oleh perusahaan, seperti
memilih jajaran direksi, ataupun melakukan restrukturisasi perusahaan melalui
merger dan akuisisi. Ketika para investor tidak puas dengan return yang diperoleh
dari saham yang dimilikinya, mereka dapat melakukan tindakan – tindakan
strategis tersebut untuk meningkatkan kinerja perusahaan, sehingga perusahaan
dapat memberikan return yang sesuai dengan harapan investor.
2.2.4.1 Jenis – jenis saham
Bodie (2008:37) menyebutkan dua jenis saham berdasarkan karakteristiknya,
yaitu:
1. Saham Biasa (Common Stock)
Di antara surat – surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal,
common stock adalah yang paling dikenal oleh masyarakat. Common stock
juga merupakan yang paling banyak digunakan untuk menghimpun data
dari masyarakat.
2. Saham Preferen (Prefered Stock)
Prefered stock merupakan gabungan antara obligasi dan common stock.
Di samping memiliki karakteristik seperti obligasi, juga memiliki
karakteristik saham biasa. Biasanya preferred stock memberikan pilihan
tertentu atas hak pembagian dividend. Ada pembeli preferred stock yang
menghendaki penerimaan dividend yang besarnya tetap setiap tahun,
adapula yang menghendaki didahulukan dalam pembagian dividend, dan
lain sebagainya. Memiliki karakteristik saham biasa, sebab tidak
selamanya preferred stock bisa memberikan penghasilan seperti yang
dikehendaki pemegangnya. Jika suatu ketika emiten mengalami kerugian,
maka pemegang preferred stock bisa tidak menerima pembayaran dividend
yang sudah ditetapkan sebelumnya. Jadi jelasnya, preferred stock adalah
saham yang memberikan prioritas pilihan (preferen) kepada pemegangnya.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
17
Universitas Indonesia
2.2.4.2 Analisis
1. Analisis Teknikal
Analisis teknikal pada dasarnya mencari pola pergerakan harga
saham yang terulang dan dapat diprediksi. Meskipun para analis teknikal
paham akan pentingnya informasi fundamental terkait prospek perusahaan
emiten, mereka yakin bahwa informasi – informasi tersebut tidak terlalu
diperlukan dalam strategi trading yang sukses (Bodie, 2008:266).
Para analis teknikal sering disebut chartists, karena mempelajari
catatan atau grafik (chart) pergerakan harga saham periode terdahulu,
dengan mengharapkan dapat menemukan pola tertentu yang dapat
dieksplotasi untuk memperoleh keuntungan.
Menurut Reily (2007:629) hambatan dalam melakukan analisis
teknikal adalah pola pergerakan harga di masa lampau atau hubungan antara
variabel pasar tertentu dengan harga saham tidak selalu berulang. Kritik
lainnya ialah seringkali analis menentukan sendiri pola pergerakan harga
suatu saham dan berbeda dengan analis lainnya.
Dalam mengamati tren pergerakan harga saham terdapat beberapa
pendekatan yang digunakan (Bodie,2008:274), antara lain:
A. Teori Dow
Teori yang dikembangkan oleh Charles Dow berusaha melihat perbedaan
antara tren jangka panjang dan tren jangka pendek pergerakan harga saham
di pasar. Teori Dow mengemukakan tiga faktor yang mempengaruhi harga
saham:
a. Primary trend, adalah pergerakan harga saham dalam jangka
panjang, yang dilihat dari beberapa bulan atau beberapa tahun
terakhir.
b. Secondary atau intermediate trends, melihat penyimpangan harga
saham dalam jangka pendek pada garis tren secara keseluruhan.
c. Tertiary atau minor trends adalah fluktuasi harian yang terjadi.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
18
Universitas Indonesia
Gambar 2.1
Tren Teori Dow
Sumber : Bodie (2008:274)
B. Volume transaksi
Volume merupakan salah satu hal yang penting dalam analisis teknikal.
Dalam hal ini, volume adalah jumlah transaksi dalam suatu periode waktu
perdagangan. Volume dapat juga menunjukkan total transaksi lot yang
diperdagangkan. Volume menggambarkan kekuatan tekanan antara
permintaan dan penawaran pada saat terjadi pergerakan harga.
Volume tidak digunakan untuk memprediksi arah tren, tetapi digunakan
untuk mengonfirmasi pergerakan harga. Kesimpulan awalnya adalah volume
dapat digunakan untuk mengonfirmasi arah tren atau dapat digunakan untuk
menunjukkan bahwa tren yang terjadi akan berlanjut atau berakhir. Volume
mengikuti arah dari tren yang terjadi.
Ketika terjadi kondisi tren bullish seharusnya diikuti oleh volume yang terus
meningkat. Pada saat terjadi koreksi/reversal biasanya ditandai oleh
penurunan volume. Jika pada kondisi tren bullish yang ekstrem terjadi
penurunan volume, maka secara tidak langsung mengindikasikan bahwa akan
terjadi koreksi atau reversal tren. Secara teknikal, kondisi ini biasa disebut
dengan convergence atau divergence. Convergence terjadi ketika pada
kondisi tren bullish, volume juga meningkat, demikian sebaliknya. Di sisi
lain, divergence terjadi jika pada kondisi tren bullish, volume justru
mengalami penurunan.
C. Support – Resistance Level
Support level adalah kisaran harga ketika para analis mengekspetasikan
kenaikan permintaan yang besar. Secara umum, support akan terbentuk
setelah saham telah mengalami kenaikan harga dan terjadi profit taking.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
19
Universitas Indonesia
Para analis teknikal beralasan bahwa pada saat harga berada di bawah harga
tertingginya, investor lain yang belum membeli ketika harga naik akan
menunggu ketika tren harga saham tersebut berubah arah. Ketika harga
telah menyentuh titik support, permintaan saham akan meningkat sehingga
harga dan volume saham juga akan naik kembali
Resistance level adalah kisaran harga ketika para analis
mengekspektasikan kenaikan penawaran saham dan adanya pembalikan
harga. Resistance terbentuk setelah harga terus menurun dari harga
tertingginya. Penurunan harga ini memicu investor untuk mencari
kesempatan untuk menjual sahamnya sebelum mendekati breakeven points.
Gambar 2.2
Garis Support dan Resistance
Sumber :Reily (2007:639)
D. Moving Averages
Moving averages adalah rata-rata tingkat harga saham dalam rentang
periode tertentu. Misalnya pada moving average 52 weeks, memberi
gambaran rata – rata pergerakan harga saham dalam 52 minggu terakhir.
Setiap minggunya, nilai moving average tersebut akan dihitung ulang
dengan mengeluarkan data observasi yang lama dan menambahkan data
observasi terbaru.
Ketika harga menembus garis moving average dari bawah seperti yang
ditunjukkan titik A pada gambar di bawah, hal ini menunjukkan sinyal
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
20
Universitas Indonesia
harga saham tersebut akan dalam tren meningkat (bullish), dan merupakan
saat yang pas untuk membeli saham tersebut. Sebaliknya ketika harga
menembus turun menembus moving average seperti yang ditunjukkan pada
titik B, ini merupakan sinyal untuk menjual saham tersebut karena tren
saham akan menurun (bearish).
Gambar 2.3
Garis Moving Averages
Sumber : Bodie (2008:278)
2. Analisis Fundamental
Analisis fundamental ialah menggunakan earnings dan prospek
dividend suatu perusahaan, ekspetasi tingkat suku bunga di masa
mendatang, dan evaluasi risiko perusahan untuk menentukan harga saham
perusahaan (emiten) tersebut. Sehingga analisis fundamental bertujuan
untuk menentukan present value untuk setiap alur kas yang diterima
investor untuk tiap lembar sahamnya. Jika nilai present value tersebut
melebihi harga saham yang berlaku di pasar, maka para analis fundamental
akan merekomendasikan untuk membeli saham tersebut.
Menurut Reily (2007:545), analisis fundamental biasanya dimulai
dengan mempelajari laporan-laporan keuangan perusahaan selama beberapa
periode. Para analis mengaitkan analisis ini dengan analisis ekonomi yang
detil, yang umumnya terdiri dari evaluasi kinerja manajemen perusahaan
emiten, industri tempat perusahaan tersebut bernaung, dan prospek industri
tersebut secara keseluruhan. Dengan analisis ini para analis berharap
mendapat gambaran mengenai kinerja perusahaan di masa depan yang
belum disadari oleh pelaku pasar lainnya.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
21
Universitas Indonesia
Dalam analisis fundamental, terdapat dua kelompok besar, yaitu
Discounted Cash Flow dan Relative Valuation.
A. Discounted Cash Flow
Metode ini melakukan perhitungan present value dari cash flow yang
dihasilkan oleh perusahaan, baik berupa dividend, FCFE, atau FCFF
(Reily,2007:549). Secara umum, rumus perrhitungan melalui discounted
cash flow adalah sebagai berikut:
................................................................................... (2.1)
Di mana:
V0 = harga saham
Cash flow = Arus kas (dividend, FCFE, FCFF)
k = cost of equity
a) Dividend Discount Model (DDM)
Harga saham merupakan hasil present value dari semua ekspetasi dividend
yang akan diterima di kemudian hari (Reily, 2007: 553). Rumus dasar untuk
menghitung harga saham dengan metode DDM adalah sebagai berikut:
............................ (2.2)
Persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi constant growth DDM,
dengan mengasumsikan besaran pertumbuhan dividend tetap dari waktu ke
waktu:
.......................................................................... (2.3)
Besarnya pertumbuhan dividend tersebut dapat didapat dari rumus berikut:
................................................................................... (2.4)
Di mana:
D = Dividend
g = pertumbuhan dividend
ROE = Return on Equity
b = Plowback ratio
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
22
Universitas Indonesia
b) Free Cash Flow to Equity (FCFE)
Metode ini melakukan perhitungan present value dari pendapatan dengan
mengeluarkan unsur – unsur capital expenditure dan perubahan net working
capital (Reily,2007:554). Rumus dasar untuk menghitung harga saham
dengan metode FCFE adalah sebagai berikut:
............. (2.5)
............................................................................. (2.6)
NI = Net Income
Capex = Capital expenditure
NWC = Net Working Capital
c) Free Cash Flow to Firm (FCFF)
Cash Flow ini dihasilkan dari aktivitas operasi perusahaan dan
didistribusikan ke semua pihak, ekuitas, dan utang. Oleh karena itu, proses
diskonto menggunakan Weighted Average Cost of Capital (Reily,2007:
556).
........ (2.7)
................................................................................. (2.8)
Pertumbuhan FCFF dihitung dengan:
................................................................................... (2.9)
....................................................................... (2.10)
EBIT = Earnings before interest and tax
ROIC = Return on investment capital
B. Relative Valuation
Pada analisis relative valuation, yang digunakan adalah berbagai rasio untuk
mengukur apakah harga suatu saham lebih murah atau lebih mahal dari
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
23
Universitas Indonesia
harga wajarnya (Reily,2007:549). Rasio – rasio tersebut yakni Price to
Earning (P/E), Price to Book Value (P/BV), Price to Cash Flow (P/CF) dan
Price to Sales (P/S).
2.2.5 Obligasi
Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara
pemberi pinjaman (investor) dengan perusahaan yang akan diberi pinjaman
(emiten). Jadi surat obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa
pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman kepada perusahaan yang
menerbitkan surat obligasi (Bodie,2008:291).
Selain akan membayar uang sejumlah pokok pinjaman yang dipinjamkan
investor, perusahaan juga harus membayar bunga pinjaman atau kupon bunga
secara berkala. Oleh karena investor akan menerima pembayaran bunga setiap
periode dalam jumlah tetap, maka semua efek utang yang diterbitkan perusahaan
disebut efek berpendapatan tetap (Ross,2008:193).
Obligasi yang beredar di Indonesia dapat dibedakan menjadi dua:
1. Government bonds (sovereign bonds), obligasi yang dikeluarkan oleh
pemerintah
2. Corporate bonds, obligasi yang dkeluarkan oleh perusahaan.
2.2.5.1 Klasifikasi Obligasi
Klasifikasi obligasi berdasarkan jenis kupon (Bodie,2008:291) adalah
sebagai berikut:
1. Fixed – coupon bonds, suku bunga kupon dibayar bersifat tetap sampai
obligasi tersebut jatuh tempo sesuai perjanjian. Annual coupon bonds
berarti kupon dibayarkan setiap setahun sekali. Sedangkan semi annual
coupon berarti kupon dibayar setiap enam bulan sekali. Nilai pokok
obligasi (par value) dibayar saat obligasi tepat jatuh tempo.
2. Zero – coupon bonds, pada obligasi ini tidak terdapat pembayaran
kupon. Obligasi dijual dengan diskon sesuai dengan tingkat suku
bunga. Hasil investasi dapat diperoleh dari capital gain selisih antara
harga beli dan harga jual obligasi tersebut.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
24
Universitas Indonesia
3. Convertible bonds, obligasi ini memberikan opsi kepada pemiliknya
untuk menukarkan obligasi dengan sejumlah saham tertentu yang
diterbitkan oleh perusahaan yang bersangkutan.
4. Floating rate bonds, pembayaran kupon dilakukan secara floating
sesuai dengan referensi tingkat suku bunga yang berlaku.
2.2.5.2 Penilaian Obligasi
Nilai harga suatu obligasi dihitung dari jumlah arus kas yang diterima,
yaitu pembayaran kupon dan pembayaran prinsipal (pokok) obligasi pada saat
jatuh tempo yang didiskonto pada tingkat suku bunga tertentu. Bodie (2008:298)
memberikan rumusan perhitungan nilai pasar obligasi sebagai berikut:
∑
..................................................... (2.11)
Dimana:
T = jangka waktu maturity dari obligasi.
YTM = yield to maturity dari obligasi.
P = harga obligasi
Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa apabila suku bunga naik,
maka harga obligasi akan turun, dan sebaliknya bila suku bunga turun, maka
harga obligasi akan naik.
2.2.5.3 Peringkat Obligasi
Peringkat obligasi dikeluarkan oleh lembaga khusus yang bertugas untuk
memberikan peringkat kepada semua obligasi yang telah diterbitkan. Pada
obligasi di Indonesia, terdapat beberapa lembaga pemeringkat obligasi,
diantaranya adalah PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), Moody’s Investor
Service, dan lainnya.
Tujuan dilakukannya pemeringkatan obligasi adalah agar investor dapat
mengukur atau memperkirakan seberapa besar risiko yang akan dihadapi bila
membeli suatu obligasi sehingga investor dapat mempertimbangkan apakah
obligasi tersebut layak untuk dijadikan alat investasi atau tidak. Informasi yang
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
25
Universitas Indonesia
ditunjukkan oleh peringkat suatu obligasi mencerminkan kualitas kredit dan
kinerja dari perusahaan penerbit obligasi (Bodie,2008:312).
Kategori dan definisi dalam peringkat obligasi menurut Pefindo adalah
sebagai berikut:
1. AAA adalah obligasi yang mempunyai risiko investasi terendah dan
memiliki kemampuan yang paling baik dalam membayar bunga dan pokok
utang dari seluruh kewajiban finansialnya sesuai dengan perjanjian yang
telah disepakati.
2. AA adalah obligasi yang mempunyai risiko investasi sangat rendah dan
berkemampuan sangat baik dalam membayar bunga dan pokok utang dari
seluruh kewajiban finansialnya sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakati, dan tidak mudah dipengaruhi oleh perubahan keadaan yang
dapat menyebabkan kerugian.
3. A adalah obligasi yang mempunyai risiko investasi rendah dan
berkemampuan baik dalam membayar bunga dan pokok utang dari
seluruh kewajiban finansialnya sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakati, serta hanya sedikit dipengaruhi oleh perubahan keadaan yang
dapat menyebabkan kerugian.
4. BBB adalah obligasi yang mempunyai risiko investasi cukup rendah dan
berkemampuan cukup baik dalam membayar bunga dan pokok utang dari
seluruh kewajiban finansialnya sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakati, meskipun cukup peka terhadap perubahan keadaan yang dapat
menyebabkan kerugian.
5. BB adalah obligasi yang masih mampu untuk membayar bunga dan
pokok utang dari seluruh kewajiban finansialnya sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakati, namun risiko investasinnya cukup tinggi, serta
sangat peka terhadap perubahan keadaan yang dapat menyebabkan
kerugian.
6. B adalah obligasi yang memiliki risiko investasi sangat tinggi dan
kemampuannya sangat terbatas untuk membayar bunga dan pokok utang
dari seluruh kewajiban finansialnya sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakati.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
26
Universitas Indonesia
7. CCC adalah obligasi yang tidak memiliki kemampuan lagi untuk
memenuhi segala kewajiban finansialnya.
8. D adalah obligasi yang pembayaran kewajiban finansialnya macet
atau usaha yang dilakukan perusahaan penerbit obligasi sudah berhenti.
2.2.5.4 Jangka Waktu Obligasi
Jangka waktu obligasi merupakan rentang waktu berlakunya obligasi dari
saat obligasi diterbitkan sampai dengan obligasi tersebut jatuh tempo. Jika
dikaitkan dengan harga pasar obligasi, perubahan jangka waktu obligasi dapat
mempengaruhi harga obligasi yang akan cenderung mendekati nilai pokoknya
(Bodie,2008:336).
Terkait dengan jangka waktu, terdapat metode yang memperhitungkan
jangka waktu rata – rata dari cash flow yang akan dibayarkan oleh penerbit
obligasi, metode ini disebut Macaulay’s Duration.
Ada tiga alasan yang membuat duration menjadi konsep inti dalam
manajemen portofolio obligasi:
1. Secara sederhana metode tersebut dapat menghitung seberapa efektif
rata – rata maturity obligasi.
2. Duration merupakan tools yang penting dalam immunizing portofolio.
3. Duration dapat mengukur sensitivitas suku bunga terhadap harga
obligasi.
Rumusan Macaulay’s Duration menurut Reily (2008:336)adalah sebagai
berikut :
∑ .................................................................................. (2.12)
⁄
............................................................................... (2.13)
Di mana:
D = duration
t = waktu
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
27
Universitas Indonesia
Para praktisi juga melakukan modifikasi dalam perhitungan duration,
manjadi modified duration dengan menambahkan unsur present value
untuk melihat sensitivitas suku bunga suatu saham.
..................................................................................... (2.14)
Untuk melihat pengaruh perubahan suku bunga terhadap perubahan harga,
maka dibentuklah rumus berikut:
............................................................................. (2.15)
2.2.5.5 Metode Pencatatan Obligasi
Menurut Subramayam (2009:266), metode pencatatan untuk utang atau
obligasi dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
1. Metode Hold to Maturity (HTM)
HTM adalah metode akuntansi yang digunakan oleh investor yang sejak
membeli obligasi sudah memutuskan untuk memegangnya hingga jatuh tempo.
Karena obligasi umumnya memiliki jangka waktu jatuh tempo yang panjang (di
atas satu tahun), maka investor sudah memiliki perencanaan untuk investasi
jangka panjang.
Perencanaan investasi jangka panjang menyebabkan investor tidak lagi
memperhatikan fluktuasi harga yang terjadi di pasar. Oleh karena itu, dalam
pembukuan, obligasi tidak dicatat pada harga pasar melainkan menggunakan
harga amortisasi. Secara sederhana, konsep harga amortisasi mirip dengan konsep
penyusutan. Ketika suatu obligasi dibeli pada harga 110, maka setiap tahun akan
disusutkan sejumlah nilai tertentu hingga menjadi 100 pada saat jatuh temponya.
Sebaliknya ketika obligasi dibeli pada harga 90, maka setiap tahun akan dinaikkan
sejumlah nilai tertentu hingga menjadi 100 pada saat jatuh temponya.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
28
Universitas Indonesia
2. Metode Trading
Metode trading mencatat obligasi pada harga pasar. Dengan mencatat
obligasi pada harga pasar, maka nilai kekayaan investor bisa naik atau turun
mengikuti perubahan harga yang berlaku. Keuntungan atau kerugian yang belum
terealisasi (misalnya beli di harga 110 sekarang harganya 105), selisih harga
tersebut langsung dibukukan pada laporan rugi laba karena diasumsikan obligasi
akan dijual dalam jangka waktu dekat. Jadi sejak awal perencanaan investor
ketika membeli obligasi adalah untuk trading jangka pendek.
3. Metode Available For Sale (AFS)
Metode AFS mirip dengan metode trading yaitu mencatat obligasi pada
harga pasar sehingga fluktuasi harga pasar langsung mempengaruhi nilai aset
yang dimiliki investor. Perbedaan dengan trading adalah adanya kebebasan untuk
obligasi ingin dipegang hingga jatuh tempo atau dijual-belikan. Karena belum ada
keputusan itulah ketika ada keuntungan atau kerugian yang belum terealisasi,
maka selisihnya tidak dicatat pada laporan rugi laba, melainkan pada modal
(equity). Selanjutnya mengikuti perkembangan harga, investor bisa memutuskan
apakah nantinya obligasi yang bersangkutan mau ditransaksikan atau dipegang
hingga jatuh tempo.
Pada umumnya, institusi yang menggunakan ketiga metode di atas adalah
asuransi dan perusahaan umum. Sementara dana pensiun hanya bisa
menggunakan Trading dan HTM karena tidak memiliki equity dalam struktur
laporan keuangannya.
2.2.6 Reksadana
Ditinjau dari asal kata, reksadana berasal dari kosakata reksa yang artinya
'jaga' atau 'pelihara' dan dana yang berarti 'uang' atau 'kumpulan uang'. Jadi,
reksadana bisa diartikan sebagai 'kumpulan uang yang dipelihara bersama untuk
suatu kepentingan (Siamat,2005:492).
Mengacu pada Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995, reksadana adalah
wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
29
Universitas Indonesia
selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi. Membeli
reksadana merupakan alternatif dalam pembelian aset finansial di pasar modal.
Reksadana merupakan sarana investasi bagi investor untuk dapat berinvestasi ke
berbagai instrumen investasi yang tersedia di pasar. Melalui reksadana, investor
sudah tidak perlu repot mengelola portofolio investasinya sendiri.
2.2.6.1 Keuntungan berinvestasi di reksadana
Ada beberapa keuntungan dalam berinvestasi di reksadana
(Miskhin,2012:490), yaitu:
1.Pengelolaan dilakukan secara profesional.
Reksadana dikelola oleh para profesional pasar modal yang memiliki akses
pada informasi dan pedagangan efek, sehingga selalu dapat meneliti berbagai
peluang investasi terbaik bagi para nasabahnya.
2.Minimalisasi risiko
Untuk meminimalisasi risiko, manajer investasi melakukan diversifikasi,
yakni dana investasi ditempatkan pada beberapa macam instrumen investasi
di pasar modal. Dengan demikian risiko kerugian investasi secara keseluruhan
akan lebih kecil.
3.Mudah dicairkan
Investasi reksadana mudah untuk diuangkan kembali serta efisien karena
dapat dijual kembali kepada pengelola investasi.
4.Kemudahan investasi
Berinvestasi di reksadana relatif mudah karena selain prosesnya mudah,
terdapat beberapa pilihan investasi, dengan strategi yang sesuai dengan risiko
dan keuntungan yang diharapkan.
5.Keleluasaan investasi
Dalam investasi reksadana, investor lebih leluasa untuk memilih suatu jenis
investasi dan leluasa pula untuk pindah ke jenis lainnya sesuai dengan tujuan
investasi.
6.Keringanan biaya
Investasi melalui reksadana relatif lebih ringan biayanya dibandingkan bila
investor berinvestasi secara aktif. Hal ini disebabkan karena perusahaan
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
30
Universitas Indonesia
manajer investasi menghimpun dana dalam skala besar, sehingga dapat
mengalokasikannya secara ekonomis.
2.2.6.2 NAB Reksadana
Menurut Bodie (2008:91) Nilai Aset Bersih (NAB), merupakan nilai
keseluruhan aset yang terkumpul dalam suatu portofolio reksadana per lembar
yang beredar. Dalam perhitungan NAB, biaya yang terkait dalam reksadana,
seperti management fee telah dikeluarkan. Dengan demikian, NAB mencerminkan
harga bersih suatu reksadana. Perhitungan NAB reksadana adalah sebagai berikut:
................................. (2.16)
Di mana:
Net Asset Value = Nilai Aset Bersih
Market value on assets = Nilai pasar suatu aset
Liabilities = Kewajiban/biaya(management fee)
Shares outstanding = Jumlah unit yang beredar
2.2.6.3 Jenis – Jenis Reksadana
Berdasarkan komposisi aset dalam pembentukan portofolionya, reksadana
terbagi dalam beberapa jenis (Hariyni,2010:245), yaitu
1. Reksadana Saham
Reksadana ini dibentuk dengan komposisi minimal 80% dana yang
dikelola berbentuk efek ekuitas (saham).
2. Reksadana Pendapatan Tetap
Reksadana ini dibentuk dengan komposisi minimal 80% dana yang
dikelola berbentuk efek utang (obligasi).
3. Reksadana Campuran
Reksadana yang mempunyai perbandingan target aset alokasi pada
efek saham dan pendapatan tetap yang tidak dapat dikategorikan ke
dalam ketiga reksadana lainnya.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
31
Universitas Indonesia
2.2.6.4 Metode Evaluasi Kinerja Reksadana
Evaluasi terhadap kinerja suatu reksadana merupakan salah satu hal yang
harus diperhatikan dalam memilih jenis reksadana yang akan menjadi tujuan
investasi. Sehingga investor memiliki referensi sebelum melakukan transaksi.
Metode evaluasi kinerja reksadana secara khusus hanya mengukur risk dan
return dari reksadana yang bersangkutan. Beberapa metode yang menurut Bodie
(2008:590) sering digunakan adalah sebagai berikut:
Sharpe Ratio
................................................................................. (2.17)
Di mana:
Sr = Sharpe Ratio
Rrd = Return Reksadana
σrd = Standar Deviasi Reksadana
RFR = Risk Free Rate
Treynor Ratio
................................................................................. (2.18)
Di mana:
Tr = Treynor Ratio
Rrd = Return Reksadana
βrd = Beta
RFR = Risk Free Rate
Alpha Jensen
Di mana:
.............................................................................. (2.19)
................................ (2.20)
..................................... (2.21)
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
32
Universitas Indonesia
Dalam melakukan evaluasi terhadap kinerja reksadana, seluruh
perhitungan dilakukan dengan cara membandingkan antara kinerja reksadana
yang satu dengan reksadana yang lain. Dengan kata lain, investor harus memilih
satu rasio yang ingin dipergunakan sebagai dasar pemilihan kinerja, selanjutnya
dihitung rasio tersebut untuk sekelompok reksadana dengan menggunakan data
yang sama panjang. Selanjutnya rasio tersebut diperingkat, reksadana dengan
rasio yang paling tinggi berarti reksadana tersebut merupakan reksadana yang
paling baik kinerjanya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan investor adalah bahwa pengukuran
kinerja tersebut hanya melihat dari sisi risk and return. Kewajaran isi portofolio,
faktor besar kecilnya jumlah dana kelolaan, layanan dan transparansi informasi
merupakan indikator yang tidak kalah penting dan tidak tercermin secara langsung
dari pergerakan harga reksadana.
2.2.6.5 Proses Transaksi Reksadana
Menurut Hariyni (2010:245), kegiatan membeli suatu reksadana disebut
subcription atau pada prospektus reksadana tertulis “penjualan”. Sedangkan
kegiatan menjual reksadana yang telah dimiliki disebut redemption atau pada
prospektus reksadana tertulis “penjualan kembali”. Penamaan ini mengambil
sudut pandang prospektus reksadana.
Prosedur umum yang dilakukan oleh investor ketika hendak bertransaksi
reksadana adalah sebagai berikut:
1. Mendatangi perusahaan manajemen aset.
2. Mengisi formulir pembukaan rekening.
3. Mengisi kuesioner profil risiko.
Setelah seluruh dokumen telah diverifikasi oleh pihak perusahaan
manajemen aset dan tidak ditemukan masalah, maka investor dinyatakan resmi
berinvestasi di reksadana. Langkah selanjutnya adalah melakukan transfer
sejumlah uang yang akan diinvestasikan, dalam reksadana terdapat istilah “in
good fund” dan “in complete application.”
In good fund artinya ialah dana harus ditransfer ke rekening atas nama
reksadana di bank kustodian sebelum cut off time (sekitar pukul 13.00 WIB). In
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
33
Universitas Indonesia
complete application artinya ialah formulir subscription telah diterima oleh bank
kustodian sebelum cut off time.
Jika in good fund dan in complete application dilakukan sebelum cut off
time, maka investor akan mendapatkan harga reksadana pada hari itu juga yang
baru akan diumumkan keesokan harinya di media. Tetapi jika dilakukan setelah
melewati batas cut off time, maka harga reksadana yang diperoleh oleh investor
adalah harga besok yang akan diumumkan dua hari kemudian.
Pada transaksi redemption (penjualan kembali), hanya terdapat in
complete application. Proses redemption secara umum adalah sebagai berikut:
1. Permohonan penjualan kembali unit penyertaan harus dilakukan
sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang tercantum dalam
prospektus dengan menggunakan formulir penjualan kembali unit
penyertaan.
2. Formulir penjualan kembali unit penyertaan dilengkapi dengan
menyatakan jumlah unit yang akan dijual kembali.
3. Tanda tangan pada formulir penjualan kembali unit penyertaan harus
sama dengan tanda tangan pada formulir pemesanan penjualan unit
penyertaan.
4. Formulir penjualan kembali unit penyertaan disertai dengan fotokopi
identitas diri yang sesuai dengan identitas diri pada saat pembelian unit
penyertaan.
2.2.7 Return dan Risiko Portofolio
Return yang diharapkan dalam satu portofolio, menurut Reily (2007:210)
secara sedarhana merupakan bobot rata – rata dari return aset individual. Bobot
merupakan proporsi terhadap total nilai kesuluruhan investasi. Perhitungan
expected return portofolio dapat dijabarkan sebagai berikut:
( ) ∑ ....................................................................... (2.22)
Di mana:
E(Rport) = Expected retrun portofolio
Wi = Bobot aset individual
Ri = Return aset individual
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
34
Universitas Indonesia
Untuk mengetahui risiko dari suatu portofolio, Harry Markowitz menurunkan
formula untuk menghitung standar deviasi dari portofolio tersebut,yakni sebagai
berikut:
√∑
∑ ∑
....................................... (2.23)
Di mana:
σport = standar deviasi portofolio
wi = bobot untuk aset i
σi = standar deviasi pada aset i
wj = bobot untuk aset j
σj = standar deviasi pada aset j
covij = kovarians antara aset i dan aset j
2.2.8 Investasi Aktif vs Pasif
Menurut Bodie (2008:693), seluruh investor memiliki pilihan untuk
mengelola investasinya secara aktif atau pasif. Pengelolaan secara pasif
didasarkan pada keyakinan bahwa harga suatu aset akan mendekati harga
wajarnya. Daripada membuang waktu dan tenaga untuk "mengalahkan pasar”
yakni dengan mencari selisih harga dari aktivitas trading aktif, investor secara
sederhana mengasumsikan bahwa pemilihan saham yang dilakukannya telah
sesuai dengan batas toleransi risiko yang dimilikinya. Gaya pengelolaan secara
pasif dapat diaplikasikan pada keputusan pemilihan saham ataupun alokasi aset.
Berlawanan dengan gaya pengelolaan aset secara pasif, pengelolaan secara
aktif mengasumsikan bahwa investor tersebut lebih pintar daripada investor
lainnya dalam memilih aset yang akan menunjukkan kinerja yang baik. Tipe
investor ini seringkali melakukan trading secara aktif agar dapat menumpuk
return yang didapat setiap harinya.
2.3 Investasi pada Perusahaan Asuransi
Menurut Miskhin (2012:526), perusahaan asuransi seperti halnya lembaga
keuangan lainnya, melakukan transformasi aset dari satu bentuk ke bentuk
lainnya. Perusahaan asuransi menggunakan premi yang didapatkan dari peserta
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
35
Universitas Indonesia
asuransi untuk diinvestasikan ke berbagai macam aset seperti obligasi, saham, dan
instrumen investasi lainnya. Jika perusahaan asuransi dapat melakukan proses
transformasi aset secara efisien, memberikan pelayanan kepada nasabahnya
dengan biaya rendah, serta memperoleh return yang tinggi dari hasil investasinya,
tentu saja akan memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Reily (2007:65), menyebutkan bahwa perusahaan asuransi selaku investor
institusi pada dasarnya mencari selisih antara rate of return pada investasi dengan
actuarial rate. Bila selisihnya positif, maka cadangan aset akan bertambah
(surplus). Peningkatan surrplus ini akan menjadi alat yang kompetitif bagi
perusahaan asuransi dalam bersaing dengan perusahaan asuransi lainnya. Dengan
hasil kinerja investasi yang baik, perusahaan akan dapat menutup selisih diskon
yang diberikan kepada para pemegang polis, sehingga dapat mendukung sisi
pemasaran agar dapat melakukan penawaran produk dengan harga yang lebih
kompetitif kepada para calon peserta. Selain itu, dengan menginvestasikan
pendapatan premi yang telah diperoleh, perusahaan asuransi juga dapat menjaga
likuiditas keuangannya. Klaim yang timbul akibat peristiwa yang dapat terjadi
secara tiba – tiba seperti halnya kecelakaan, kebakaran, dan lain – lain, akan
membutuhkan dana yang siap tersedia untuk melakukan pertanggungan atas
peristiwa tersebut. Sehingga seringkali investasi yang dilakukan oleh perusahaan
asuransi dialokasikan ke aset finansial yang likuiditasnya lebih tinggi
dibandingkan aset riil.
2.3.1 Sumber Dana Investasi Perusahaan Asuransi
Sumber utama dana investasi perusahaan asuransi pada umumnya berasal
dari dana cadangan teknis. Pada neraca perusahaan asuransi terdapat akun
cadangan teknis, terdiri atas cadangan premi dan cadangan klaim (Siamat,2005:
669).
1. Cadangan premi, merupakan pendapatan premi yang belum diakui
dalam neraca keuangan perusahaan asuransi.
2. Cadangan klaim, merupakan langkah untuk mengantisipasi terjadi
klaim di luar perhitungan sebelumnya.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
36 Universitas Indonesia
BAB 3
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
3.1 Profil Perusahaan
Berikut ini merupakan profil perusahaan PT IHT yang dihimpun dari
website resmi PT IHT, serta hasil wawancara terhadap beberapa karyawan PT
IHT.
PT IHT merupakan anak perusahaan PT AKS, sebuah perusahaan BUMN
yang telah berpengalaman lebih dari 40 tahun salam bidang perasuransian. Pada
tahun 2005, Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1241/Menkes/XI/2004 PT AKS ditunjuk sebagai penyelenggara Program Jaminan
Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin (PJKMM). PT AKS mendapat penugasan
untuk mengelola kepesertaan serta pelayanan kesehatan dasar dan rujukan.
Pada tahun 2008 Pemerintah mengubah nama Program Jaminan Kesehatan
Bagi Masyarakat Miskin (PJKMM) menjadi Program Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas). PT AKS berdasarkan Surat Menteri Kesehatan RI
Nomor 112/Menkes/II/2008 mendapat penugasan untuk melaksanakan
Manajemen Kepesertaan Program Jamkesmas yang meliputi tata laksana
kepesertaan, tata laksana pelayanan dan tata laksana organisasi dan manajemen.
Sebagai tindak lanjut atas diberlakukannya Undang-undang Nomor 40/2004
tentang SJSN PT AKS pada 6 Oktober 2008 PT AKS mendirikan anak perusahan
yang akan mengelola Kepesertaan Komersial. Berdasarkan Akta Notaris Nomor 2
Tahun 2008 berdiri anak perusahaan PT AKS dengan nama PT IHT.
Pada tahun 2009, pada tanggal 20 Maret 2009 berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Keuangan Nomor Kep-38/KM.10/2009 PT IHT selaku anak perusahaan
dari PT AKS telah memperoleh ijin operasionalnya. Dengan dikeluarkannya ijin
operasional ini maka PT IHT dapat mulai menyelenggarakan asuransi kesehatan
bagi masyarakat.
PT IHT menjalankan kegiatan usahanya di bidang asuransi jiwa dengan
produk unggulan asuransi kesehatan, yaitu Managed Care dan Indemnity.Di tahun
2010, PT IHT berhasil membukukan premi lebih dari Rp800 miliar, melalui 1.706
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
37
Universitas Indonesia
total Badan Usaha Pemegang Polis yang memiliki lebih dari satu juta peserta
dengan Rasio Pencapaian Tingkat Solvabilitas (Risk Based Capital) sebesar
550,52%, jauh melebihi ketentuan pemerintah sebesar 120%.
3.2 Visi Perusahaan
Menjadi pilihan utama dalam industri asuransi kesehatan di Indonesia.
3.3 Misi Perusahaan
1. Menyelenggarakan bisnis asuransi kesehatan secara profesional dengan
prinsip Good Corporate Governance untuk memberikan nilai yang
optimal bagi pemegang saham.
2. Memberikan layanan yang memuaskan bagi pelanggan.
3. Mengembangkan sumber daya manusia yang kompeten, produktif, dan
sejahtera.
4. Meningkatkan jumlah masyarakat yang dicakup dalam sistem asuransi
kesehatan.
3.4 Budaya Perusahaan
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan, perusahaan
menetapkan budaya perusahaan yang dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari
tercermin sebagai perilaku segenap jajaran perusahaan mulai dari direksi hingga
pegawai terendah yang menanamkan nilai inti dari perusahaan yang terdiri atas:
1. Integrity: Setiap individu yang bekerja harus menjadi pribadi yang jujur
dan berkarakter kuat.
2. High Motivation: Motivasi untuk menjadi pribadi yang terbaik dan unggul
dibandingkan dengan yang lain harus tertanam dan ditanamkan dalam
setiap individu pegawai.
3. Excellence Services: Selalu ingin memberikan layanan sebagaimana yang
diharapkan pelanggan atau bahkan melampaui harapan pelangggan.
4. Accountable: Setiap pegawai harus menjadi individu yang dapat
dipercaya, taat kepada komitmen, dapat menjaga kerahasiaan, dan
memenuhi setiap ketentuan.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
38
Universitas Indonesia
5. Learning and Professional: Terus belajar untuk menjadi professional
excellence harus tertanam dalam diri setiap pegawai.
6. Teamwork: Setiap pekerjaan dilaksanakan dalam tim kerja yang saling
melengkapi untuk memberikan hasil yang maksimal bagi perusahaan.
7. High Concern of Quality: Fokus pada kualitas dan disertai dengan dampak
pencapaian (achievement impact) yang besar.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
39
Universitas Indonesia
RUPS
DIREKTUR UTAMA
DIREKTORAT PEMASARAN &
PELAYANAN PELANGGAN
DIVISI PEMASARAN &
PENJUALAN
DIVISI PELAYANAN PELANGGAN
DIREKTORAT TEKNIK DAN
OPERASIONAL
DIVISI UNDERWRITING
DIVISI KLAIM & PROVIDER
DIVISI TEKNOLOGI INFORMASI
DIVISI PELAYANAN OBAT
DIREKTORAT KEUANGAN DAN
UMUM
DIVISI KEUANGAN
DIVISI AKUNTANSI & ANGGARAN
DIVISI SUMBER DAYA MANUSIA &
UMUM
DIVISI INVESTASI
DIVISI AKTUARIA
PERENCANAAN STRATEGIK &
PENGEMBANGAN BISNIS
AUDIT INTERNAL
SEKRETARIS PERUSAHAAN
DEWAN KOMISARIS
3.5 Struktur Organisasi Perusahaan
Gambar 3.1
Struktur Organisasi Perusahaan PT IHT
Sumber: Website PT IHT (telah diolah kembali)
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
40
Universitas Indonesia
3.6 Produk
3.6.1 Managed Care (Diamond, Platinum, Gold, dan Silver)
Klasifikasi
1. Produk ini merupakan produk asuransi kesehatan yang diselenggarakan
dengan menggunakan sistem managed care yang penyelenggaraannya
lebih mengutamakan pengendalian utilisasi dan biaya pelayanan kesehatan
dengan tujuan menghasilkan asuransi kesehatan yang lebih efisien.
2. Jenis jaminan adalah jaminan pemeliharaan kesehatan (health care
services) dengan cakupan pelayanan kesehatan menyeluruh dengan tingkat
premi tertentu.
3. Cakupan atau ruang lingkup jaminan kesehatan dapat disesuaikan dengan
level jabatan atau golongan karyawan atau dapat juga disesuaikan dengan
kemampuan perusahaan.
4. Pilihan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan jaringan yang ditunjuk
oleh Inhealth Indonesia. Jika peserta menggunakan fasilitas diluar jaringan
maka biaya yang terjadi tidak menjadi tanggungan perusahaan, kecuali
untuk rawat jalan Diamond dan Platinum.
5. Peserta diharuskan untuk memilih dokter umum yang sudah ditunjuk
sebagai dokter keluarganya karena dalam sistem ini dokter umum
berfungsi sebagai gate keeper atau pengendali pelayanan kesehatan
terutama pengendali rujukan ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
3.6.2 Indemity
Produk ini merupakan produk asuransi kesehatan. Jenis jaminan adalah medical
expense yang memberikan seluruh aspek layanan kesehatan (rawat inap, rawat
jalan dan lain-lain) yang telah disesuaikan dengan kebutuhannya. Besarnya
jaminan kesehatan dapat disesuaikan dengan level jabatan atau golongan
karyawan atau dapat juga disesuaikan dengan kemampuan perusahaan.
Sistem pelayanan kesehatan melalui paket bebas memilih (dapat reimbursement
maupun provider). Lamanya masa pertanggungan adalah satu tahun dan dapat
diperbarui.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
41
Universitas Indonesia
3.6.3 Group Term Life (GTL)
Produk asuransi jiwa kumpulan yang memberikan uang santunan apabila
peserta meninggal dunia karena sakit atau kecelakaan (masa pertanggungan
selama satu tahun dan dapat diperpanjang).
3.6.4 Personal Accident
Produk asuransi kecelakaan diri kumpulan yang memberikan santunan
apabila meninggal dunia dan kehilangan anggota tubuh karena kecelakaan (masa
pertanggungan selama satu tahun dan dapat diperpanjang).
3.6.5 Endowment
Produk Endowment adalah produk asuransi jiwa kumpulan yang
memberikan:
1. Uang kepada pemegang polis, apabila tertanggung masih hidup sampai
masa berakhirnya asuransi.
2. Uang pertanggungan kepada ahli waris yang sah, apabila tertanggung
meninggal dunia karena sakit atau kecelakaan selama masa aktif polis.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
42 Universitas Indonesia
BAB 4
DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Penentuan Periode Observasi
Periode penelitian ini berlangsung selama tiga bulan, yaitu Februari
sampai April 2013. Hal ini disesuaikan dengan rentang periode peneliti dalam
melaksanakan proses magang di PT IHT.
4.2 Penentuan Instrumen Investasi
Penentuan instrumen investasi yang akan diteliti berdasarkan pada
instrumen investasi yang digunakan oleh PT IHT, yang berupa deposito, saham,
obligasi dan reksadana.
Peneliti tidak mengevalusasi kinerja instrumen obligasi karena kebijakan
perusahaan memberlakukan obligasi dicatat sebagai hold to maturity. Dengan
demikian return yang didapat murni dari yield kupon yang diterima dan tidak
diperdagangkan pada pasar sekunder.
4.3 Data
4.3.1 Data Penelitian
Data dalam penelitian ini mencakup beberapa produk instrumen investasi seperti
saham, obligasi, dan reksadana yang digunakan oleh PT IHT pada periode 1
Januari sampai dengan 31 Maret 2013.
1. Data – data harian jumlah investasi saham, obligasi dan reksadana yang
dilakukan PT IHT dalam periode 1 Januari 2013 sampai dengan 31 Maret
2013.
2. Data – data harian pergerakan harga saham yang diinvestasikan oleh PT
IHT.
3. Data – data bulanan pergerakan Nilai Aset Bersih (NAB) per unit
reksadana yang diinvestasikan oleh PT IHT.
4. Data – data jadwal pembayaran kupon obligasi yang diterima oleh PT
IHT.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
43
Universitas Indonesia
5. Return dari pasar saham berupa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
selama periode 1 Januari 2013 – 31 Maret 2013.
6. Return dari pasar reksadana berupa total NAB seluruh reksadana selama
periode 1 Januari 2013 – 31 Maret 2013.
7. Data BI rate yang diperoleh dari data laporan bulanan yang diterbitkan
oleh Bank Indonesia.
Data – data tersebut dikumpulkan dari berbagai sumber yakni:
1. Laporan Investasi PT IHT
2. Datastream
3. Website Infovesta (www.infovesta.com)
4. Website Bank Indonesia (www.bi.go.id)
4.3.2 Variabel Penelitian
Dalam melakukan penelitian, diperlukan variabel – variabel berikut dalam
menyimpulkan analisis.
1. Return harian selama rentang Januari – Maret 2013 atas masing – masing
instrumen investasi.
2. Return portofolio masing – masing instrumen investasi yang merupakan
hasil pengembalian per bulan portofolio saham dan reksadana.
3. Standar deviasi merupakan risiko masing – masing instrumen investasi
yang memberi gambaran mengenai besar kecilnya risiko fluktuasi
perubahan harga suatu instrumen investasi dalam periode tertentu.
4. Risk free rate merupakan return yang diperoleh dari aset yang bebas
risiko. Tingkat risk free rate diasumsikan sama dengan suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tahunan.
Risk free dihitung bulanan dan harian.
..............................................................(4.1)
................................................................(4.2)
5. Indeks Sharpe’s ratio, digunakan untuk mengukur sejauh mana
diversifikasi portofolio kombinasi yang optimal dapat menghasilkan
keuntungan dengan tingkat risiko tertentu. Dengan membagi risk premium
dengan standar deviasi, Sharpe’s ratio mengukur risk premium yang
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
44
Universitas Indonesia
dihasilkan per unit risiko yang diambil. Pengertiannya ialah investasi pada
SBI tidak mengandung risiko dengan memberikan tingkat bunga sebesar
Rf, sedangkan investasi pada instrumen lainnya seperti saham, reksadana,
dan obligasi mengandung risiko sehingga diharapkan return yang
dihasilkan lebih besar dari Rf. Semakin tinggi nilai Sharpe’s ratio, kinerja
instrumen investasi tersebut makin baik.
4.4 Metodologi Penelitian
Dalam penelitian laporan akhir magang ini, metode penelitian yang
digunakan adalah deskriptif analitis dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini
dilakukan dengan mengkaji dan menganalisis masalah yang telah dirumuskan
berdasarkan fakta dan teori yang terkait. Penilitian ini berusaha mengungkapkan
masalah sesuai dengan keadaan yang terjadi berdasarkan harga saham, NAB
reksadana dan yield obligasi. Tahapan – tahapan ini dijabarkan secara spesifik
menurut alur pencapaian kesimpulan yang dimulai dari data yang telah didapat.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besarnya risiko dan tingkat
return pada investasi saham, reksadana, dan obligasi pada periode Januari – Maret
2013. Dengan demikian, dapat diketahui kinerja instrumen investasi yang lebih
baik selama periode tersebut.
Selain itu peneliti juga melakukan uji coba untuk mendapatkan hasil
optimal yang menghasilkan return portofolio yang lebih tinggi dan standar
deviasi yang lebih rendah dari yang telah dihasilkan oleh PT IHT selama periode
Januari 2013 sampai dengan Maret 2013.
4.5 Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis uji different mean
dengan membandingkan return masing – masing insturmen investasi yang
didapat PT IHT sehingga dapat diketahui signifikansi perbedaan masing – masing
dari rata – rata return. Uji different mean yang digunakan adalah Analysis of
Varians (ANOVA).
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
45
Universitas Indonesia
Menurut Lind (2008:407), ANOVA adalah kumpulan model statistik yang
digunakan untuk menganalisa perbedaan antara rata – rata di setiap kelompok data
dan juga mengukur varians pada variabel yang ditentukan.
ANOVA digunakan untuk membandingkan signifikansi perbedaan rata –
rata return investasi dalam instrumen saham, reksadana,obligasi dan deposito
yang dimiliki oleh PT IHT. Perbandingan dilakukan per bulan Januari 2013,
Februari 2013 dan Maret 2013, serta sepanjang periode Januari 2013 sampai
dengan Maret 2013. Perhitungan ini dibantu dengan menggunakan tools “Data
Analysis” fungsi “Anova: Single Factor” pada software Microsoft Excel 2010.
Level of significance (α) yang digunakan adalah sebesar 5%.
4.6 Hipotesis
Menurut Reily (2007:43) pilihan dalam alokasi dana pada penempatan
investasi disesuaikan dengan return dan risikonya. Bila antar instrumen investasi
memberikan hasil yang sama besar, maka tidak ada keuntungan melakukan
diversifikasi.
Pendekatan hipotesis yang dilakukan adalah hipotesis terhadap populasi,
di mana semua sampel yang termasuk dalam katagori instrumen investasi PT IHT
dan pasar pada Januari 2013 sampai dengan Maret 2013 menjadi data dalam
penelitian ini.
Hipotesis ini perlu dilakukan untuk menguji apakah hasil penelitian ini
berdasarkan sampel yang diambil dapat mewakili populasi yang ada.
Kecenderungan pengujian statistik didekatkan pada alternatif hasil sebagai
berikut:
Strategi investasi dengan menggunakan instrumen saham, reksadana,
obligasi, dan deposito yang dilakukan sekaligus oleh PT IHT bertujuan untuk
diversifikasi risiko. Namun semua instrumen tetap mendapatkan return yang
lebih baik dari return pasar. Dengan demikian hipotesisnya adalah besaran
return seluruh instrumen adalah sama.
H0 : Rp Saham = Rp Reksadana = Rp Obligasi = Rp Deposito
H1 : Rp Saham ≠ Rp Reksadana ≠ Rp Obligasi ≠ Rp Deposito
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
46
Universitas Indonesia
Dalam uji ANOVA, level of significance (α) yang digunakan adalah
sebesar 5%, degree of freedom numerator adalah 2 (hasil dari 3 kelompok jenis
instrumen investasi – 1) dan degree of denumerator adalah 8 (hasil dari 3 data x 4
kelompok – 4 kelompok). Dengan demikian berdasarkan tabel F (Lind,2008:788),
critical value (Ftabel) adalah sebesar 4,06.
Jika Fhitung < 4,06 dan P value < 5% (level of significance), maka H0 tidak
ditolak. Dengan kata lain rata – rata return di antara ketiga instrumen investasi
tidak memiliki perbedaan yang signifikan.
Sebaliknya jika Fhitung > 4,06 dan P value < 5% (level of significance),
maka H0 ditolak. Dengan kata lain rata – rata return di antara ketiga instrumen
investasi memiliki perbedaan yang signifikan.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
47 Universitas Indonesia
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1 Kebijakan Investasi PT IHT
Dewan Direksi PT IHT menetapkan Keputusan Direksi PT IHT Nomor
0.2/KEP/ 013 Tentang Kebijakan Investasi sebagai pedoman dalam melakukan
aktivitas investasi.
Keputusan Direksi tersebut telah disesuaikan dengan undang – undang dan
peraturan pemerintah sebagai berikut :
1. Undang – undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
2. Undang – undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
3. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : KEP – 38
/KMK.10/2009 tentang Pemberian Izin Usaha di Bidang Asuransi
Jiwa.
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 53/PMK.010/2012 tentang
Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 152/PMK/010/2012 tentang Tata
Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan Persasuransian.
6. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 55; Instrumen Keuangan:
Pengakuan dan Pengukuran (Revisi 2006).
5.1.1 Komposisi Investasi yang Diperkenankan
Komposisi dan proporsi penempatan investasi maksimal yang
diperkenankan diatur dalam Keputusan Direksi PT IHT Nomor 0.2/KEP/013Pasal
11, yang isinya sebagai berikut:
1. Investasi dalam bentuk instrumen deposito berjangka dan sertifikat
deposito pada setiap bank, tidak melebihi 15% dari jumlah investasi.
2. Investasi dalam bentuk instrumen saham yang emitennya adalah badan
hukum Indonesia, untuk setiap emiten masing – masing tidak melebihi
10% dari jumlah investasi.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
48
Universitas Indonesia
3. Investasi dalam bentuk instrumen obligasi BUMN/Korporasi dan Medium
Term Notes yang penerbitnya adalah badan hukum Indonesia, untuk setiap
penerbitnya tidak melebihi 15% dari jumlah investasi.
4. Investasi dalam instrumen reksadana, untuk setiap penerbit tidak melebihi
15% dari jumlah investasi.
5. Investasi dalam bentuk penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat
pada bursa efek), seluruhnya tidak melebihi 10% dari jumlah investasi.
6. Investasi yang ditempatkan dalam bentuk bangunan dengan hak strata
(strata title) atau tanah dengan bangunan, seluruhnya tidak melebihi 5%
dari jumlah investasi.
Ketentuan Tambahan:
1. Khusus untuk deposito pada bank swasta, selain batasan maksimal yang
disebutkan di atas, penempatan dana juga dibatas sebesar maksimal 20%
dari aset bank yang bersangkutan.
2. Khusus untuk obligasi pada korporasi swasta, selain batasan maksimal
yang disebutkan di atas, penempatan dana juga dibatasi sebesar maksimal
20% dari nilai emisi obligasi.
3. Khusus untuk saham pada korporasi swasta, selain batasan maksimal
yang disebutkan di atas, penempatan dana juga dibatasi sebesar maksimal
20% dari nilai emisi saham.
4. Khusus untuk reksadana saham dan campuran, selain batasan maksimal
30% dari Asset Under Management yang dikelola perusahaan sekuritas
atau perusahaan asset management.
5.1.2 Kriteria Penempatan Investasi
Kriteria penempatan investasi yang diperkenankan diaturdalam Keputusan
Direksi PT IHT Nomor 0.2/KEP/013 Pasal 10, yang isinya sebagai berikut:
1. Penempatan deposito dilakukan pada bank-bank BUMN, BUMD, dan
bank swasta yang memiliki kinerja laporan keuangan dan termasuk dalam
kategori “bank sehat” sesuai ketentuan Bank Indonesia. Untuk bank –
bank swasta minimal telah beroperasi selama sepuluh tahun, selain itu
memiliki aset minimal sebesar satu triliun rupiah, serta kepemilikan saham
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
49
Universitas Indonesia
mayoritas atas nama badan usaha bukan pribadi/ perorangan. Penempatan
dana pada bank BUMD dan swasta diperbolehkan apabila bank tersebut
memberikan tingkat suku bunga deposito yang lebih tinggi dari yang
diberikan bank BUMN atau di atas suku bunga acuan (BI Rate).
2. Penempatan pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dapat dilakukan melalui
pasar perdana ataupun pasar sekunder dengan ketentuan tingkat diskonto
yang diperoleh minimal sama dengan tingkat bunga yang diberikan oleh
bank BUMN. Penempatan pada SBI dilakukan dalam rentang 1 sampai
dengan 3 bulan.
3. Penempatan dana pada instrumen obligasi dapat dilakukan melalui pasar
perdana dan ditujukan untuk dimiliki hingga jatuh tempo (hold to
maturity). Penempatan pada obligasi korporasi minimal memiliki rating A-
(single A minus) dari lembaga pemeringkat.
4. Penempatan dana dalam instrumen saham, baik untuk Trading Securities
atau Available For Sale, dapat dilakukan melalui pembelian di pasar
perdana ataupun sekunder. Ketentuannya ialah saham – saham tersebut
bersifat likuid dan memiliki faktor fundamental yang baik. Serta saham –
saham tersebut harus masuk dalam katagori LQ 45 ataupun KOMPAS
100.
5. Penempatan dana pada instrumen reksadana haruslah pada reksadana yang
telah memiliki izin efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta
memiliki jumlah Asset Under Management (AUM) yang sesuai dengan
ketentuan OJK. Reksadana juga harus dikelola oleh manajer investasi yang
memiliki pengalaman minimal lima tahun pada industri pasar modal,
memiliki lisensi sebagai manajer investasi dari OJK dan tidak pernah
mendapatkan peringatan atau sanksi dari OJK. Serta memiliki track record
kinerja yang baik, seperti menghasilkan return yang melebihi return
indikatornya.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
50
Universitas Indonesia
5.2 Proses Transaksi Investasi
5.2.1 Proses Transaksi Investasi Saham
1. Melakukan morning meeting untuk membahas rencana transaksi saham
harian dengan menyediakan data-data pendukung. Morning meeting
minimal dihadiri oleh kepala divisi, kepala departemen, dan trader yang
berwenang.
2. Hasil morning meeting diarsipkan dan ditandatangani oleh seluruh peserta.
Hasil tersebut menjadi acuan dasar atas transaksi saham pada hari yang
bersangkutan.
3. Menghubungi broker untuk melakukan transaksi pembelian atau penjualan.
4. Saham-saham yang dibeli atau dijual dicatat dalam buku trading yang
memuat tanggal transaksi, nama saham yang dipesan, jumlah lot, harga, dan
broker yang berperan dalam transaksi.
5. Penjualan akan dilakukan apabila saham tersebut memiliki harga pasar yang
lebih tinggi dibandingkan rata-rata harga pembelian atau ada pertimbangan
khusus.
6. Melakukan monitoring dan verifikasi atas konfirmasi tertulis yang
dikirimkan oleh broker, maksimal satu hari setelah proses transaksi
dilakukan.
7. Menyiapkan dokumen pembayaran serta melakukan pencatatan dalam buku
bank.
5.2.2 Proses Transaksi Investasi Reksadana
1. Melakukan morning meeting untuk membahas rencana transaksi reksadana
dengan menyediakan data – data pendukung. Morning meeting minimal
dihadiri oleh kepala divisi, kepala departemen, dan trader yang berwenang.
2. Melakukan analisis terhadap kinerja reksadana dan kompetensi manajer
investasi.
3. Menghubungi bank kustodian untuk melakukan proses pembelian atau
penjualan unit reksadana.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
51
Universitas Indonesia
4. Melakukan monitoring dan penilaian secara berkala berdasarkan
perkembangan NAB sehingga dapat menetapkan saat yang tepat untuk
membeli atau menjual reksadana.
5. Penjualan akan dilakukan apabila reksadana tersebut pada hari yang
bersangkutan memiliki NAB yang lebih tinggi dibandingkan NAB pada saat
pembelian, atau ada pertimbangan khusus.
6. Penjualan dan pembelian reksadana dilakukan dengan persetujuan direksi.
5.2.3 Proses Transaksi Investasi Obligasi
1. Pembelian obligasi pada pasar perdana dilakukan apabila cash outlay
minimal memiliki nilai yang sama dengan present value dari face value dan
kupon obligasi dengan menggunakan discount factor berupa tingkat suku
bunga deposito bank BUMN tertinggi dalam tempo satu tahun.
2. Penjualan obligasi dilakukan apabila hasil yang diperoleh lebih besar
daripada kupon obligasi yang diterima atau dengan mempertimbangkan
oppotunity return yang lebih baik bagi perusahaan dengan pendekatan net
present value.
3. Penyerahan obligasi dilakukan melalui bank kustodian.
4. Melakukan monitoring atas konfirmasi pembelian obligasi, penerimaan fisik
obligasi, serta pembayaran sampai proses pembelian selesai.
5. Melakukan monitoring atas penerimaan kupon obligasi.
6. Penjualan dan pembelian obligasi dilakukan dengan persetujuan direksi.
5.3 Komposisi Portofolio Investasi PT IHT
Portofolio aset investasi yang dimiliki oleh PT IHT terdiri atas deposito,
obligasi, reksadana, dan saham. Berikut adalah komposisi portofolio investasi PT
IHT pada akhir Maret 2013.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
52
Universitas Indonesia
Tabel 5.1
Komposisi Investasi PT IHT (dalam miliar rupiah)
PORTOFOLIO Awal Jan-13 Jan-13 Feb-13 Mar-13 RKAP 2013
Deposito 653,57 622,90 658,09 707,95 330,75
Obligasi 502,00 502,00 502,00 509,00 787,50
Reksadana 189,90 207,95 206,34 200,34 299,25
Saham 48,36 68,01 44,72 35,37 157,50
Total 1.393,83 1.400,86 1.411,15 1.452,65 1.575,00
Sumber: Laporan investasi PT IHT Maret 2013 (telah diolah kembali)
Tabel 5.2
Persentase Komposisi Portofolio PT IHT
%PORTOFOLIO Awal Jan-13 Jan-13 Feb-13 Mar-13 RKAP 2013
Deposito 46,89% 44,47% 46,63% 48,73% 21,00%
Obligasi 36,02% 35,84% 35,57% 35,04% 50,00%
Reksadana 13,62% 14,84% 14,62% 13,79% 19,00%
Saham 3,47% 4,85% 3,17% 2,43% 10,00%
Total 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
Sumber: Laporan investasi PT IHT Maret 2013 (telah diolah kembali)
Berdasarkan kedua tabel di atas, sampai dengan bulan Maret 2013, terlihat
instrumen deposito mendominasi komposisi portofolio aset yang dimiliki PT IHT
sebesar 48,73%, disusul dengan obligasi sebesar 35,04%, reksadana sebesar
13,79%, dan porsi terkecil dimiliki oleh saham sebesar 2,43%.
Jika dilihat secara nominal, instrumen deposito dan obligasi terlihat
meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, sedangkan reksadana dan saham
mengalami penurunan. Namun, jika dilihat dari persentase terhadap jumlah dana
yang diinvestasikan, hanya deposito yang mengalami peningkatan, sedangkan
instrumen lainnya mengalami penurunan. Dengan komposisi tersebut, PT IHT
belum melakukan penempatan sesuai dengan komposisi yang dibentuk pada
Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) yang telah ditetapkan pada awal
tahun.
Komposisi tersebut juga sudah memenuhi ketentuan yang tercantum dalam
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.53/PMK.01/2012 tentang
Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
53
Universitas Indonesia
Dengan menempatkan porsi terbesar pada instrumen deposito dan obligasi,
aktivitas investasi yang dilakukan oleh PT IHT cenderung risk averse. PT IHT
menghindari risiko dalam instrumen yang memiliki volatilitas yang tinggi seperti
saham.
5.4 Perbandingan Hasil Investasi dengan Total Dana Kelolaan
Untuk mengetahui kinerja dari portofolio investasi yang dimiliki oleh PT
IHT, perlu dilakukan perbandingan antara hasil investasi dengan total dana
kelolaan investasi sehingga didapat hasil yield on investment.
Tabel 5.3
Perbandingan Hasil Kinerja Investasi dengan Total Dana Kelolaan Investasi
PT IHT (dalam miliar rupiah)
Bulan Total Dana Kelolaan Return YOI (%)
Januari 2013 1.400,86 12,09 0,85%
Februari 2013 1.411,15 13,73 0,97%
Maret 2013 1.452,65 8,92 0,63%
Rata -rata 1.422,00 Total 2,44%
Sumber: Laporan investasi PT IHT Maret 2013 (telah diolah kembali)
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa rasio YOI mengalami
peningkatan pada bulan Februari 2013 dibandingkan bulan Januari 2013, namun
mengalami penurunan kembali pada bulan Maret 2013.
Didapat hasil akumulasi YOI sampai dengan akhir Maret 2013 sebesar
2,45%. Untuk mencapai target yang ditetapkan pada RKAP, yakni YOI tahunan
sebesar 10%, maka kinerja investasi pada PT IHT harus ditingkatkan. Bila
diasumsikan selama tiga periode triwulan yang masih tersisa, return yang didapat
konstan sesuai dengan triwulan pertama, maka YOI tahunan yang dihasilkan ialah
sekitar 9,8%. Dengan kata lain, dengan hanya mempertahankan kinerja yang telah
dihasilkan pada triwulan pertama tanpa adanya peningkatan yang berarti, target
YOI tahunan sebesar 10% sulit untuk dicapai.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
54
Universitas Indonesia
5.5 Analisis Hasil Investasi
Untuk mengetahui kinerja dari masing – masing instrumen, maka
dilakukan analisis hasil investasi yang ditinjau dari perolehan return tiap
instrumen.
Tabel 5.4
Kontribusi Masing – Masing Instrumen terhadap Total Return Investasi
PT IHT
%Return (Net) Jan-13 Feb-13 Mar-13 Akumulasi s/d akhir Maret 2013
Deposito 26,65% 18,06% 37,28% 25,98%
Obligasi 29,23% 25,72% 39,84% 30,57%
Reksadana 27,49% 29,72% 12,20% 24,45%
Saham 16,63% 26,49% 10,67% 19,00%
Total 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
Sumber: Laporan investasi PT IHT Maret 2013 (telah diolah kembali)
Secara nominal, return yang telah diakui dapat dilihat pada bulan Januari
dan Maret, instrumen obligasi memberikan kontribusi terbesar dibanding
instrumen lainnya. Sedangkan pada bulan Februari, kontribusi pendapatan
terbesar diberikan oleh instrumen reksadana. Secara akumulasi dari bulan Januari
hingga Maret 2013, instrumen obligasi berada di peringkat pertama dalam
kontribusi terbesar, terbesar kedua adalah deposito, yang ketiga adalah reksadana,
dan yang terakhir adalah saham. Hal ini hampir sebanding dengan porsi komposisi
penempatan dana investasi yang dilakukan yang dijelaskan pada Tabel 5.2.
Tabel 5.5
Return Dibagi Dana Kelolaan untuk Masing – Masing Instrumen
%Return Jan-13 Feb-13 Mar-13 Rata -rata
Deposito 0,49% 0,38% 0,50% 0,46%
Obligasi 0,70% 0,70% 0,71% 0,70%
Reksadana 1,65% 2,03% 0,54% 1,41%
Saham 4,09% 7,41% 1,94% 4,48%
Sumber: Laporan investasi PT IHT Maret 2013 (telah diolah kembali)
Jika dilihat dari return yang telah dibagi dengan dana kelolaan untuk
setiap instrumen, return dari saham merupakan yang terbesar apabila
dibandingkan dengan instrumen lainnya.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
55
Universitas Indonesia
5.6 Analisis Kondisi Pasar
Dalam tiga bulan pertama di tahun 2013, terlihat kinerja pasar modal
Indonesia yang dicerminkan dari pergerakan IHSG menunjukkan tren meningkat
yang kuat. Berkali – kali nilai IHSG menembus rekor baru pada periode ini.
Gambar 5.1
Pergerakan Harga Harian IHSG Periode Januari – Maret 2013
Sumber: Datastream, diakses pada 9 April 2103 pukul 09.00 WIB (telah diolah kembali)
Namun, menjelang akhir Maret 2013 kondisi pasar terlihat bergejolak
terkait dengan adanya permasalahan yang dialami negara Siprus yang menambah
lagi deretan negara Eropa yang terkena krisis. Permasalahan yang terjadi di Eropa
tersebut mempengaruhi perdagangan pasar modal di Indonesia yang memiliki
tingkat kepemilikan investor asing cukup tinggi.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
56
Universitas Indonesia
Gambar 5.2
Pergerakan Return Harian IHSG Periode Januari – Maret 2013
Sumber: Data stream, diakses pada 9 April 2103 pukul 09.00 WIB (telah diolah kembali)
Jika dilihat dari pergerakan return harian yang ditampilkan dalam Gambar
5.2, terlihat volatilitas yang cukup besar antara return positif dan return negatif.
Tabel 5.6
Return Bulanan dan Indeks Sharpe Pasar pada Periode Januari – Maret 2013
berikut SBI
Bulan
Return/ Bulan
Risk Free
Saham Reksadana Obligasi Tahunan Bulanan
Januari Return 3,12% 1,98% 1,06% 5,75% 0,48%
Februari Return 7,40% 5,24% 0,52% 5,75% 0,48%
Maret Return 2,98% 2,77% 0,08% 5,75% 0,48%
Januari
s/d
Maret
Average 4,50% 3,33% 0,55%
Stdev 2,51% 1,70% 0,49% 5,75% 0,48%
Sharpe 1,60 1,67 0,15
Sumber : Datastream diakses pada 9 April 2013 pukul 09.00 WIB,
Website Infovesta diakses pada 9 April 2013 pukul 13.00 WIB,
Website BI diakses pada 9 April 2013 pukul 13.30 WIB (telah diolah kembali)
Berdasarkan Tabel 5.6 di atas, return bulanan pasar tertinggi dihasilkan
dari instrumen saham pada bulan Februari 2013 yakni sebesar 7,40%. Sepanjang
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
57
Universitas Indonesia
periode Januari – Maret 2013, instrumen saham mencatatkan rata – rata return
bulanan tertinggi dibandingkan instrumen lainnya. Namun, besarnya rata – rata
return bulanan saham pada periode tersebut juga menunjukkan standar deviasi
yang tertinggi pula.
Sedangkan untuk pasar obligasi, rata – rata return bulanannya
menunjukkan hasil terkecil dibandingkan dua instrumen lainnya. Untuk
pengukuran pasar obligasi tersebut juga mencakup obligasi yang dijual di pasar
sekunder sehingga tetap menunjukkan volatilitas pergerakan return setiap harinya.
Jika kinerja pasar dihitung berdasarkan Sharpe’s ratio, kinerja reksadana
melebihi kinerja saham. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa di antara
instrumen – instrumen investasi yang tersedia, pada periode Januari – Maret 2013
instrumen yang menunjukkan kinerja terbaik adalah reksadana, disusul oleh
instrumen saham di urutan kedua dan obligasi di peringkat terakhir.
5.7 Hasil Uji Anova
Hasil yang didapat dari pengujian uji statistik Anova dapat disimpulkan di
dalam tabel berikut
Tabel 5.7
Hasil Anova Return Saham, Reksadana dan Obligasi pada periode
Januari – Maret 2013
Periode Fhitung Fcritical Pvalue
Januari - Maret 2013 5,05 4,06 0,02
Sumber: Laporan Investasi PT IHT Maret 2013 (telah diolah kembali)
Berdasarkan Tabel 5.7 di atas dapat dilihat bahwa selama periode Januari
– Maret 2013, Fhitung yang dihasilkan sebesar 5,05, lebih besar dibandingkan
dengan Ftabel sebesar 4,06 dan signifikan pada tingkat kepercayaan sebesar 95%.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa H0 ditolak, sehingga menerima H1 yang
artinya bahwa salah satu atau lebih dari instrumen saham, reksadana dan obligasi
selama rentang waktu Januari sampai dengan Maret 2013 memiliki perbedaan
yang signifikan.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
58
Universitas Indonesia
5.8Analisis Portofolio Investasi
Secara ringkas, perbandingan antara hasil kinerja investasi PT IHT dengan
kinerja pasar secara keseluruhan terangkum dalam tabel berikut:
Tabel 5.8
Perbandingan Return dan Indeks Sharpe PT IHT dengan IHSG Periode
Januari – Maret 2013
Bulan PT IHT Indeks Pasar
Saham Reksadana Obligasi Saham Reksadana Obligasi
Januari Return 4,09% 1,65% 0,70% 3,12% 1,98% 1,06%
Februari Return 7,41% 2,03% 0,70% 7,40% 5,24% 0,52%
Maret Return 1,94% 0,54% 0,71% 2,98% 2,77% 0,08%
Januari s/d
Maret
Average 4,48% 1,41% 0,70% 4,50% 3,33% 0,55%
Stdev 2,75% 0,77% 0,00% 2,51% 1,70% 0,49%
Sharpe 1,45 1,20 86,82 1,60 1,67 0,15
Sumber : Datastream diakses pada 9 April 2013 pukul 09.00 WIB,
Website Infovesta diakses pada 9 April 2013 pukul 13.00 WIB,
Website BI diakses pada 9 April 2013 pukul 13.30 WIB (telah diolah kembali)
Dari Tabel 5.8 di atas dapat dilihat bahwa pada bulan Januari dan Februari,
return saham PT IHT lebih baik dari yang dihasilkan pasar, namun di bulan
Maret return pasar melebihi return PT IHT. Jika dilihat rata – rata return saham
bulanan dari Januari sampai dengan Maret, return yang dihasilkan PT IHT lebih
kecil dari yang dihasilkan pasar, di sisi lain nilai standar deviasi saham PT IHT
lebih besar dari pada IHSG. Dengan demikian, nilai Sharpe’s ratio yang
dihasilkan PT IHT lebih kecil dibandingkan pasar.
Kinerja instrumen reksadana yang dikelola oleh PT IHT tidak lebih baik
dari kinerja indeks pasar reksadana. Selama rentang Januari sampai dengan Maret,
return yang dihasilkan PT IHT lebih kecil dari yang dihasilkan pasar. Nilai
Sharpe’s ratio yang dihasilkan PT IHT juga lebih kecil dibandingkan pasar.
Return obligasi yang dikelola oleh PT IHT cenderung konstan berkisar
0,7%. Hal ini disebabkan kebijakan investasi PT IHT yang menetapkan instrumen
obligasi ditahan hingga jatuh tempo (hold to maturity). Secara rata – rata return
yang dihasilkan oleh PT IHT lebih kecil dari yang dihasilkan indeks pasar
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
59
Universitas Indonesia
obligasi, namun volatiltas yang dihasilkan sangat kecil, sehingga indeks Sharpe’s
ratio yang dihasilkan jauh melebihi pasar.
5.8.1 Analisis Portofolio Saham
5.8.1.1 Proporsi Saham per Sektor dalam Portofolio Investasi PT IHT
Dari tabel berikut, dapat dilihat proporsi saham yang dimiliki oleh PT IHT
berdasarkan sektor usaha.
Tabel 5.9
Proporsi Saham per Sektor dalam Portofolio Investasi PT IHT
Bulan Maret 2013
Sektor Saham Penempatan Return
Rp % Rp %
- Infrastructure 2.814.250.000 7,96% 1.759.020.297 26,65%
- Finance 3.566.250.000 10,08% 1.695.732.736 25,69%
- Trade 3.378.700.000 9,55% 914.349.843 13,85%
- Misc.Industry 4.408.200.000 12,46% 710.431.876 10,76%
- Basic Industry 3.620.250.000 10,24% 628.488.590 9,52%
- Property 1.135.900.000 3,21% 614.443.951 9,31%
- Consumer Goods 11.639.420.000 32,91% 583.690.107 8,84%
- Mining 3.115.450.000 8,81% (52.972.590) (0,80%)
- Agri 1.688.750.000 4,77% (259.259.375) (3,93%)
Total 35.367.170.000 100,00% 6.600.254.184 100,00%
Sumber: Laporan Investasi PT IHT Maret 2013 (telah diolah kembali)
Dari Tabel 5.10 di atas dapat dilihat bahwa porsi terbesar dalam alokasi
saham berada di sektor barang konsumsi, yang emitennya seperti UNVR, GGRM,
INDF, AISA. Namun, porsi alokasi penempatan yang besar belum tentu
menghasilkan return terbesar karena return terbesar justru dihasilkan oleh sektor
infrastruktur dan keuangan. Sedangkan ada beberapa sektor yang kinerjanya tidak
baik, yakni sektor pertambangan dan pertanian.
5.8.1.2 Proporsi Emiten Saham dalam Portofolio Investasi PT IHT
Dalam tabel berikut dapat dilihat proporsi masing – masing emiten saham
dalam portofolio investasi saham yang dilakukan oleh PT IHT.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
60
Universitas Indonesia
Tabel 5.10
Rata – Rata Proporsi Emiten dalam Portofolio Saham PT IHT
Emiten Rata -rata proporsi Emiten Rata -rata proporsi
% dari total
portofolio
saham
% dari total
investasi
% dari total
portofolio
saham
% dari total
investasi
AISA 0,45% 0,02% ICBP 1,16% 0,04%
AKRA 3,78% 0,14% IMAS 0,45% 0,02%
ANTM 0,58% 0,02% INDF 0,59% 0,02%
APLN 0,02% 0,00% ITMG 1,24% 0,05%
ASII 21,18% 0,80% JSMR 4,53% 0,17%
ASRI 0,30% 0,01% KIJA 0,05% 0,00%
BBCA 1,31% 0,05% KLBF 1,21% 0,05%
BBNI 0,44% 0,02% LPKR 0,06% 0,00%
BBRI 2,43% 0,09% LSIP 3,38% 0,13%
BBTN 0,31% 0,01% MAIN 0,64% 0,02%
BHIT 1,35% 0,05% MAPI 0,82% 0,03%
BJBR 0,13% 0,01% MNCN 3,43% 0,13%
BJTM 0,21% 0,01% PGAS 5,90% 0,22%
BKSL 0,07% 0,00% PNLF 0,08% 0,00%
BMRI 6,15% 0,23% PTBA 2,89% 0,11%
BMTR 0,42% 0,02% PTPP 0,07% 0,00%
BSDE 0,36% 0,01% SMCB 0,20% 0,01%
CMNP 1,36% 0,05% SMGR 5,65% 0,21%
CPIN 0,14% 0,01% SMRA 0,22% 0,01%
CTRA 0,07% 0,00% SSIA 0,14% 0,01%
CTRP 0,06% 0,00% TLKM 7,44% 0,28%
ERAA 0,31% 0,01% UNTR 0,36% 0,01%
GGRM 6,67% 0,25% UNVR 9,63% 0,36%
GIAA 0,71% 0,03% WIKA 1,05% 0,04%
Sumber: Laporan Investasi PT IHT Maret 2013 (telah diolah kembali)
Dari Tabel 5.10 di atas dapat dilihat bahwa penempatan dana yang
dilakukan oleh PT IHT telah sesuai dengan peraturan PMK no 53, yakni
penempatan setiap emiten tidak melebihi 10% dari total investasi. Dapat dilihat
pula bahwa porsi terbesar ditempatkan dalam saham – saham yang masuk ke
dalam kelompok LQ 45 seperti ASII, UNVR, TLKM, GGRM, BMRI, SMGR,
dan lainnya.
Dengan proporsi seperti ini, rata – rata harian return portofolio yang
dihasilkan adalah sebesar 0,16% dengan standar deviasi portofolio sebesar 0,87%
sehingga menghasilkan Sharpe’s ratio sebesar 0,17. Rata – rata return harian
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
61
Universitas Indonesia
yang didapat oleh PT IHT ternyata lebih rendah dari rata – rata return harian dari
beberapa indeks yang digunakan sebagai pembanding. IHSG menghasilkan rata –
rata return harian sebesar 0,23% dengan standar deviasi 0,74%, Sharpe’s ratio
yang dihasilkan sebesar 0,28. Indeks Kompas 100 menghasilkan rata – rata return
harian sebesar 0,22% dengan standar deviasi 0,86%, Sharpe’s ratio yang
dihasilkan sebesar 0,24. Indeks LQ 45 menghasilkan rata – rata return harian
sebesar 0,22% dengan standar deviasi 0,90%, Sharpe’s ratio yang dihasilkan
sebesar 0,22. Indeks BISNIS – 27 menghasilkan rata – rata return harian sebesar
0,24% dengan standar deviasi 0,95%, Sharpe’s ratio yang dihasilkan sebesar 0,24.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kinerja pengelolaan investasi
dalam instrumen saham yang dilakukan oleh PT IHT belum lebih baik daripada
pasar.
5.8.1.3 Efficent Set Portofolio Saham
Gambar 5.4
Grafik Efficient Set Portofolio Saham PT IHT
Sumber: Laporan Investasi PT IHT Maret 2013 (telah diolah kembali)
Dengan menggunakan teknik mean – variance yang dikembangkan oleh
Markowitz, maka dapat dibentuklah grafik efficient set seperti yang tertera pada
Gambar 5.4 di atas. Dapat dilihat dengan komposisi proporsi yang dimiliki oleh
PT IHT yang tertera pada subbab 5.8.1.1 portofolio saham PT IHT belum efisien
karena masih jauh dari garis efficient set.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
62
Universitas Indonesia
5.8.1.4 Percobaan Optimasi Portofolio Saham
Peneliti mencoba melakukan simulasi dengan bantuan tools solver pada
aplikasi Ms. Excell untuk membentuk komposisi proporsi portofolio saham yang
paling optimal. Peneliti membuat dua uji coba, yakni membentuk portofolio
saham dengan tingkat return yang sama seperti sebelumnya namun dengan
standar deviasi yang lebih kecil, dan portofolio dengan standar deviasi yang sama
namun memberikan return yang lebih tinggi.
1. Uji Coba 1
Pada uji coba yang pertama, peneliti mencoba untuk membentuk
portofolio saham dengan return > 0,16% dan standar deviasi = 0,87%.
Dengan menggunakan tools solver, maka terbentuklah komposisi proporsi
portofolio saham sebagai berikut:
Tabel 5.11
Hasil Uji Coba 1 Pembentukan Proporsi Portofolio Saham
Emiten %Proporsi Emiten %Proporsi
AISA 2,67% ICBP 0,01%
AKRA 0,00% IMAS 0,00%
ANTM 0,00% INDF 12,24%
APLN 0,01% ITMG 0,00%
ASII 0,17% JSMR 0,01%
ASRI 0,59% KIJA 0,02%
BBCA 0,34% KLBF 0,00%
BBNI 0,00% LPKR 0,01%
BBRI 0,01% LSIP 0,00%
BBTN 6,09% MAIN 0,00%
BHIT 0,00% MAPI 11,86%
BJBR 0,42% MNCN 0,04%
BJTM 3,25% PGAS 1,93%
BKSL 7,03% PNLF 10,33%
BMRI 0,00% PTBA 0,01%
BMTR 0,00% PTPP 0,04%
BSDE 19,17% SMCB 0,05%
CMNP 0,01% SMGR 0,01%
CPIN 8,74% SMRA 6,35%
CTRA 1,29% SSIA 0,02%
CTRP 0,02% TLKM 6,03%
ERAA 0,00% UNTR 0,00%
GGRM 0,00% UNVR 0,03%
GIAA 0,00% WIKA 1,20%
Sumber: Olahan peneliti
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
63
Universitas Indonesia
Berdasarkan Tabel 5.11 di atas, terlihat adanya perubahan komposisi
saham yang dipilih. Saham – saham yang memiliki potensi pertumbuhan
yang besar seperti AISA, ASRI, BSDE, CPIN, INDF, MAPI, PNLF,
SMRA, dan sebagainya, ditambah bobotnya. Namun, saham – saham yang
cenderung tidak bergerak seperti GIAA, IMAS, LSIP, dan sebagainya
tidak diberi bobot sama sekali.
Dengan komposisi portofolio saham di atas, maka didapat return
portofolio sebesar 0,63% dan standar deviasi sebesar 0,87%.
2. Uji Coba 2
Pada uji coba yang kedua, peneliti mencoba membentuk portofolio saham
dengan return = 0,16% dan standar deviasi < 0,87%. Dengan
menggunakan tools solver, maka terbentuklah komposisi proporsi
portofolio saham sebagai berikut:
Tabel 5.12
Hasil Uji Coba 2 Pembentukan Proporsi Portofolio Saham
Emiten %Proporsi Emiten %Proporsi
AISA 0,31% ICBP 0,01%
AKRA 0,00% IMAS 0,74%
ANTM 0,00% INDF 3,02%
APLN 0,01% ITMG 0,62%
ASII 0,18% JSMR 0,08%
ASRI 0,10% KIJA 0,02%
BBCA 0,33% KLBF 0,00%
BBNI 0,00% LPKR 0,01%
BBRI 0,01% LSIP 14,83%
BBTN 9,70% MAIN 1,18%
BHIT 23,22% MAPI 7,05%
BJBR 0,16% MNCN 0,00%
BJTM 0,29% PGAS 0,36%
BKSL 0,00% PNLF 0,00%
BMRI 0,00% PTBA 0,01%
BMTR 7,39% PTPP 0,03%
BSDE 12,48% SMCB 0,05%
CMNP 0,01% SMGR 0,01%
CPIN 1,55% SMRA 1,05%
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
64
Universitas Indonesia
Tabel 5.12 (lanjutan)
Emiten %Proporsi Emiten %Proporsi
CTRA 0,31% SSIA 0,01%
CTRP 0,02% TLKM 1,20%
ERAA 0,00% UNTR 0,00%
GGRM 0,03% UNVR 0,07%
GIAA 5,21% WIKA 8,33%
Sumber: Olahan Peneliti
Berdasarkan Tabel 5.12 di atas, saham – saham yang cenderung bergerak
stabil seperti BHIT, GIAA, LSIP, WIKA, dan sebagainya, ditambahkan
bobotnya. Sedangkan saham – saham yang mengahasilkan volatilitas yang
cukup besar seperti AKRA, BBNI, BMRI, MNCN, PNLF, dan
sebagainya, dihilangkan bobotnya.
Dengan komposisi portofolio saham di atas, maka didapat return
portofolio sebesar 0,16% dan standar deviasi sebesar 0,65%.
Gambar 5.5
Grafik Efficient Set Portofolio Saham PT IHT dan Hasil Uji Coba 1 dan 2
Sumber: Laporan Investasi PT IHT Maret 2013 (telah diolah kembali)
Dapat dilihat pada Gambar 5.5 di atas bahwa kedua hasil uji coba yang dilakukan
semakin mendekati garis efficient set sehingga dapat disimpulkan bahwa
komposisi portofolio saham pada uji coba 1 dan 2 lebih efisien apabila
dibandingkan dengan komposisi portofolio saham PT IHT.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
65
Universitas Indonesia
Tabel 5.13
Perbandingan Kinerja Portofolio Saham antara PT IHT, Uji Coba 1,
Uji Coba 2, dan Berbagai Indeks
PT IHT Uji Coba 1
Uji Coba 2
IHSG KOMPAS 100
LQ 45 BISNIS– 27
Return 0,16% 0,63% 0,16% 0,23% 0,22% 0,22% 0,24%
Stdev 0,87% 0,87% 0,65% 0,74% 0,86% 0,90% 0,95%
Sharpe
0,17
0,71
0,22
0,28
0,24
0,22
0,24
Sumber : Datastream diakses pada 9 April 2013 pukul 09.00 WIB,
Website Infovesta diakses pada 9 April 2013 pukul 13.00 WIB,
Website BI diakses pada 9 April 2013 pukul 13.30 WIB (telah diolah kembali)
Jika dibandingkan dengan indeks IHSG, KOMPAS 100, LQ 45 dan BISNIS – 27,
rata – rata return harian yang dihasilkan oleh PT IHT selalu lebih rendah, begitu
pula dengan hasil perhitungan Sharpe’s ratio. Hal ini mengindikasikan bahwa
kinerja pengelolaan saham yang dilakukan oleh PT IHT belum mampu
mengalahkan pasar.
Namun, hasil kedua uji coba yang telah dilakukan mampu memberikan
hasil yang lebih baik daripada PT IHT, sebagaimana dapat dilihat dari indeks
Sharpe’ ratio pada tabel 5.13 di atas. Jika dibandingkan dengan seluruh indeks
yang digunakan, hasil yang didapat oleh uji coba 1 mampu mengalahkan
keseluruhan indeks.
5.8.2 Analisa Portofolio Obligasi
Kebijakan pembelian obligasi ditetapkan untuk ditahan sampai dengan
masa jatuh temponya (hold to maturity) sehingga perlakuannya berbeda dengan
instrumen investasi yang lainnya seperti saham atau reksadana. Return yang
diperoleh oleh PT IHT adalah murni dari kupon obligasi, serta tidak ada
keuntungan dari selisih harga jual dan harga beli. Hal ini menyebabkan return
cenderung menjadi konstan dan hampir tidak memiliki standar deviasi (standar
deviasi ± 0).
Kinerja pengelolaan obligasi pada PT IHT juga sulit untuk dibandingkan
dengan indeks obligasi pasar karena indeks obligasi tersebut juga berisikan
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
66
Universitas Indonesia
transaksi obligasi yang terjadi di pasar sekunder. Penempatan dana pada
instrumen obligasi seluruhnya adalah corporate bonds, dengan rata – rata masa
jatuh tempo selama lima tahun, rata – rata kupon sebesar 10% dan penerimaan
kupon setiap triwulan. Sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan, semua
obligasi yang diinvestasikan memiliki peringkat yang lebih besar atau sama
dengan A- (single A minus).
5.8.3 Analisa Portofolio Deposito
Perlakuan terhadap instrumen deposito juga hampir serupa dengan
obligasi. Besaran return terlihat dari tingkat suku bunga dan deposito ditahan
hingga masa jatuh tempo yang telah disepakati.
Pendapatan dari deposito juga cukup besar, mengingat besarnya porsi dana
yang ditempatkan pada instrumen ini. Penempatan dana pada deposito merupakan
porsi terbesar yakni dengan rata – rata 46,7%, dibandingkan instrumen investasi
yang lainnya. Lamanya waktu penempatan juga bervariasi, dengan tingkatan satu
bulan, tiga bulan, enam bulan, sembilan bulan, dan maksimal satu tahun. Ada juga
yang memiliki jangka waktu harian dalam bentuk Deposit on Call (DOC).
5.8.4 Analisa Portofolio Reksadana
Investasi reksadana yang dilakukan oleh PT IHT ditempatkan pada
reksadana - reksadana yang memiliki nilai AUM di atas lima ratus miliar rupiah,
serta memiliki rata – rata nilai Jensen’s alpha yang postif dalam tiga tahun
terakhir.
Portofolio reksadana masih didominasi oleh reksadana pendapatan tetap
yang mencapai 95% dari penempatan reksadana dan sisanya pada reksadana
penyertaan terbatas. Hai ini terjadi karena pada akhir Februari 2013 lalu, PT IHT
telah melakukan redemption (penjualan kembali) atas seluruh reksadana saham
dan reksadana campuran yang telah dimiliki sebelumnya. Itu pula yang
merupakan salah satu penyebab terjadinya penurunan pendapatan reksadana pada
bulan Maret 2013.
Dasar PT IHT melakukan penjualan reksadana saham dan juga campuran
adalah karena sampai akhir Maret 2013 PT IHT belum melakukan subcription
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
67
Universitas Indonesia
(pembelian kembali) atas reksadana tersebut adalah selain untuk merealisasikan
keuntungan atas pertumbuhan nilai aktiva bersih (NAB) Reksadana, keputusan PT
IHT lebih disebabkan oleh penilaian price to earning ratio (PER) LQ-45 telah
berada pada posisi diatas 15x, sehingga secara valuasi terbilang mahal. Selain itu,
akumulasi net buy asing pada pasar saham mulai mengalami penurunan pada
Maret 2013, sehingga untuk reksadana yang sifatnya long term investment,
kondisi tersebut sangat berisiko tinggi.
PT IHT akan mulai melakukan subcription secara bertahap saat indeks
mulai mengalami koreksi sampai pada level yang PT IHT nilai tingkat resikonya
terbilang rendah.
Dalam investasi reksadana, yang tersulit adalah menentukan waktu yang
tepat untuk melakukan pembelian. Hal ini disebabkan peraturan mengenai waktu
cut-off pembelian pada pukul 12 siang, dan harga NAB yang digunakan adalah
harga NAB penutupan pada hari yang bersangkutan.
5.8.5 Analisa Portofolio Keseluruhan
Dengan data proporsi penempatan dana dan return per tiap instrumen,
kemudian dihitung return total portofolio dengan rincian pada tabel berikut:
Tabel 5.14
Perhitungan Return Portofolio
Instrumen E(r) Wi Wi . E(r)
Deposito 0,46% 46,68% 0,21%
Obligasi 0,70% 35,62% 0,25%
Reksadana 1,41% 14,22% 0,20%
Saham 4,48% 3,48% 0,16%
Total 100,00% 0,82%
Sumber: Laporan Investasi PT IHT Maret 2013 (telah diolah kembali).
Melalui Tabel 5.14 di atas, maka rata – rata bulanan return portofolio
keseluruhan yang dihasilkan oleh Divisi Investasi PT IHT adalah sebesar 0,82%
dengan standar deviasi sebesar 0,14%. Dengan demikian, hasil Sharpe’s ratio
yang dihasilkan adalah sebesar 2,405.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
68
Universitas Indonesia
Perhitungan return portofolio yang dilakukan oleh peneliti berbeda dengan
yang dilakukan oleh PT IHT. Dalam laporan investasi bulanan yang diterbitkan
PT IHT, tidak mencamtumkan return keseluruhan instrumen investasi yang telah
digabung menjadi satu bentuk portofolio dan dikalikan dengan bobot masing –
masing instrumen. PT IHT hanya membuat laporan return masing – masing
instrumen, yang kemudian total seluruh pendapatannya langsung dibagi dengan
total dana kelolaan. Dengan demikian, dapat terjadi bias dalam perhitungan yield
on investment.
5.8.5.1 Percobaan Optimalisasi Portofolio Keseluruhan
Peneliti mencoba melakukan simulasi dengan bantuan tools solver pada
aplikasi Ms. Excell untuk membentuk komposisi proporsi portofolio yang paling
optimal. Peneliti membuat dua uji coba, yakni membentuk portofolio dengan
tingkat return yang sama seperti sebelumnya, namun dengan standar deviasi yang
lebih kecil, dan portofolio dengan standar deviasi yang sama namun memberikan
return yang lebih tinggi. Uji coba ini mirip dengan uji coba yang dilakukan pada
portofolio saham. Pada uji coba ini ditetapkan batas maksimal proporsi untuk
obligasi adalah 50%, reksadana 50% dan saham 40% sesuai dengan peraturan
PMK no. 53/PMK/ 2012.
1. Uji Coba 1
Pada uji coba yang pertama, peneliti mencoba untuk membentuk
portofolio saham dengan return > 0,82% dan standar deviasi = 0,14%.
Dengan menggunakan tools solver, maka terbentuklah komposisi proporsi
portofolio saham sebagai berikut:
Tabel 5.15
Hasil Uji Coba 1 Pembentukan Portofolio
Instrumen E(r) Wi Wi . E(r)
Deposito 0,46% 42,71% 0,19%
Obligasi 0,70% 50,00% 0,35%
Reksadana 1,41% 0,00% 0,00%
Saham 4,48% 7,29% 0,33%
Total 100,00% 0,87%
Sumber: Olahan peneliti
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
69
Universitas Indonesia
Dengan komposisi portofolio di atas, maka didapat return portofolio
sebesar 0,87% dan standar deviasi sebesar 0,14%. Dengan demikian,
Sharpe’s ratio yang dihasilkan sebesar 2,81.
2. Uji Coba 2
Pada uji coba yang kedua, peneliti mencoba membentuk portofolio saham
dengan return = 0,82% dan standar deviasi < 0,14%. Dengan
menggunakan tools solver, maka terbentuklah komposisi proporsi
portofolio saham sebagai berikut:
Tabel 5.16
Hasil Uji Coba 2 Pembentukan Portofolio
Instrumen E(r) Wi Wi . E(r)
Deposito 0,46% 44,02% 0,20%
Obligasi 0,70% 50,00% 0,35%
Reksadana 1,41% 0,00% 0,00%
Saham 4,48% 5,98% 0,27%
Total 100,00% 0,82%
Sumber: Olahan peneliti
Dengan komposisi portofolio di atas, maka didapat return portofolio
sebesar 0,82% dan standar deviasi sebesar 0,11%. Hasil Sharpe’s ratio
yang didapat sebesar 3,10.
5.8.5.2 Analisa Hasil Percobaan Optimalisasi
Dari dua hasil uji coba di atas, ada beberapa kemiripan. Pada instrumen
deposito, bobotnya diturunkan sedikit dari yang semula 46,48%, karena return
dari instrumen ini sangat kecil, namun karena volatilitasnya kecil, maka porsi
deposito tidak dihilangkan. Bobot obligasi dimaksimalkan menjadi 50%, karena
return yang didapat melebihi return deposito, dan volatilitasnya juga kecil. Bobot
pada reksadana dihilangkan, meskipun rata – rata return yang dihasilkan melebihi
deposito dan obligasi, volatilitas reksadana sangat besar dari bulan ke bulan,
sehingga menghilangkan bobot pada reksadana dapat dinilai sebagai pengurangan
risiko. Pada instrumen saham terjadi penambahan bobot dalam porsi yang tidak
terlalu besar dengan tujuan untuk memaksimalkan return, menjaga standar
deviasinya agar tidak besar.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
70
Universitas Indonesia
Tabel 5.17
Perbandingan Kinerja Portofolio PT IHT, Uji Coba 1 dan Uji Coba 2
PT IHT Uji Coba 1 Uji Coba 2
Return 0,82% 0,87% 0,82%
Stdev 0,14% 0,14% 0,11%
Sharpe 2,40 2,81 3,10
Sumber: Laporan Investasi PT IHT Maret 2013 (telah diolah kembali).
Dari Tabel 5.17 di atas dapat dilihat bahwa nilai indeks Sharpe’s ratio
yang dihasilkan dari dua uji coba yang telah dilakukan, mampu lebih besar dari
yang telah dilakukan oleh PT IHT. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
kinerja portofolio investasi PT IHT belum optimal. Namun, masih dapat
ditingkatkan dengan melakukan penyesuaian bobot proporsi masing – masing
instrumen investasi.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
71 Universitas Indonesia
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis terhadap perbandingan kinerja investasi PT IHT
dengan kinerja pasar, maka dapat beberapa kesimpulan yang dapat ditarik sesuai
dengan tujuan dan pernyataan penelitian adalah:
1. Dalam melakukan investasi di pasar modal, PT IHT menggunakan
beberapa instrumen investasi, yaitu saham, obligasi, reksadana dan
deposito. Instrumen – instrumen tersebut digunakan untuk menambah
pendapatan perusahaan dengan mengolah dana yang diperuntukkan untuk
aktivitas investasi guna memperoleh return yang telah ditargetkan dalam
Rapat Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP).
2. Dalam pengelolaan investasinya, PT IHT mengeluarkan kebijakan yang
telah disesuaikan dengan peraturan PMK no. 53/PMK/ 2012. Dalam
kebijakan tersebut diatur mengenai batas maksimal penempatan dana pada
masing – masing instrumen, yakni 40% pada saham, 50% pada obligasi
dan 50% pada reksadana. Portofolio investasi yang dibentuk oleh PT IHT
memiliki bobot rata – rata saham 3,48%, pada obligasi 35,62%, pada
reksadana 14,22% dan pada deposito 46,68%. Dengan proporsi tersebut
dapat disimpulkan bahwa mayoritas instrumen yang digunakan adalah
deposito, meskipun return yang dihasilkan oleh deposito tergolong rendah,
volatilitasnya juga kecil. Penempatan deposito dilakukan pada bank yang
termasuk kategori “bank sehat”. Proporsi terbesar kedua adalah obligasi
yang memiliki rata – rata return yang lebih tinggi dari deposito dan hampir
tidak memiliki volatilitas karena karena semua obligasi ditujukan untuk
ditahan hingga jatuh tempo (hold to maturity), dan return yang didapat
berasal dari kupon obligasi yang diterima setiap triwulanan. Penempatan
hanya boleh dilakukan pada obligasi yang memiliki rating minimal A-
(single A minus). Instrumen reksadana memperoleh bobot terbesar. Oleh
PT IHT, penempatan pada reksadana dinilai cukup aman karena dikelola
oleh perusahaan manajemen aset yang telah diseleksi terlebih dahulu.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
72
Universitas Indonesia
Penempatan juga hanya boleh dilakukan pada reksadana yang memiliki
jumlah Asset Under Management (AUM) yang sesuai dengan ketentuan
OJK. Bobot terkecil diberikan pada instrumen saham, karena memiliki
karakteristik risiko yang lebih besar. Investasi pada saham hanya boleh
dilakukan pada emiten – emiten yang masuk ke dalam kelompok Kompas
100, karena dinilai kinerja perusahaan dalam kelompok tersebut sehingga
relatif aman bila berinvestasi pada saham perusahaan tersebut.
3. Bila ditinjau dari risk and return, kinerja aktivitas investasi yang
dilakukan oleh PT IHT belum sepenuhnya optimal. Hal ini dapat dilihat
dari perbandingan rata – rata return bulanan dan Sharpe’s ratio antara
portofolio yang dikelola PT IHT dengan kinerja pasar. Dari tiga instrumen
yang diperbandingkan yaitu saham, reksadana dan obligasi, hanya obligasi
yang menunjukkan hasil Sharpe’s ratio yang lebih baik dari kinerja pasar
obligasi, itupun dikarenakan kebijakan perusahaan yang mengharuskan
obligasi ditujukan untuk ditahan hingga jatuh tempo (hold to maturity),
sehingga hampir tidak memilki volatilitas. Proporsi portofolio yang
dimiliki oleh PT IHT menghasilkam return portofolio sebesar 0,82%,
standar deviasi 0,14% dan Sharpe’s ratio sebesar 2,40. Peneliti kemudian
melakukan dua uji coba untuk mendapatkan komposisi proporsi portofolio
yang dapat memberikan hasil yang lebih baik dari yang dihasilkan PT
IHT. Kedua hasil percobaan tersebut menghilangkan bobot pada reksadana
sebagai usaha minimalisir risiko, karena volatilitas reksadana sangat besar
setiap bulannya. Hasil dua uji coba tersebut juga menghasilkan indeks
Sharpe’s ratio yang lebih besar dibandingkan yang dihasilkan oleh PT
IHT.
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Perusahaan
1. Menambah bobot instrumen saham pada portofolio investasi, karena
return yang dihasilkan oleh merupakan yang terbesar bila dibandingkan
dengan instrumen lainnya. Namun, juga harus memperhitungkan
risikonya, karena volatilitas saham cukup tinggi.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
73
Universitas Indonesia
2. Mengurangi sedikit bobot pada instrumen deposito karena bobot yang
telah diberikan sangatlah besar, tetapi return yang didapat sangat kecil.
3. Mengurangi bobot pada instrumen reksadana, apabila kondisi yang terjadi
di Indonesia dalam keadaan yang tidak stabil. Pengelolaan reksadana yang
dilakukan oleh manajer investasi menyebabkan kita sulit memprediksi
hasil return yang akan diterima sehingga volatilitas yang dihasilkan cukup
besar.
4. Menambah bobot pada instrumen obligasi. Dengan kebijakan obligasi
ditujukan untuk ditahan hingga jatuh tempo, dan hanya boleh
diinvestasikan pada obligasi dengan mempunyai rating minimal A- (Single
A minus), investasi pada obligasi cukup aman dilakukan dan juga
memberikan return yang cukup tinggi.
5. PT IHT dapat mencoba komposisi proporsi portofolio hasil uji coba 2
pada bab pembahasan. Indeks Sharpe’s ratio yang dihasilkan pada hasil
uji coba tersebut merupakan yang tertinggi bila dibandingkan dengan hasil
uji coba 1 atau proporsi yang telah dibuat oleh PT IHT.
6. Hal lain yang perlu dilakukan ialah analisis mengenai risiko investasi.
Risiko investasi tersebut dapat menyebabkan penyimpangan tingkat
pengembalian investasi yang diharapkan. Dengan demikian perusahaan
perlu mengantisipasi berbagai risiko yang mungkin terjadi, seperti risiko
inflasi, risiko nilai tukar mata uang, dan risiko tingkat suku bunga
6.2.2 Bagi Penelitian Selanjutnya
1. Diharapkan dapat menambah periode waktu penelitian untuk bisa
mengukur konsistensi hasil penelitian.
2. Mencari lebih dalam pendekatan untuk proses investasi, baik berupa
mekasnisme, analisis, dan sebagainya.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah sampel perusahaan
yang dapat digunakan sebagai perbandingan kinerja antar perusahaan.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
74
Universitas Indonesia
6.3.3 Bagi Pengambil Kebijakan
1. Perlunya penyempurnaan kebijakan terkait investasi agar tidak ada pihak
yang dirugikan. Oleh karena itu, investor memiliki panduan yang jelas
dalam melakukan aktivitas investasi dan sesuai dengan kondisi pasar yang
sedang berjalan.
2. Perlunya dibuat peraturan baru mengenai perusahaan dana pensiun dan
asuransi, karena peraturan yang sudah ada tidak mampu lagi mencakup
perkembangan dunia perasuransian dan dana pensiun yang telah terjadi.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
75
Universitas Indonesia
Daftar Pustaka
BAPEPAM-LK. 2011. Direktori Asuransi Indonesia. Jakarta: BAPEPAM-LK
Bodie, Z., Kane, A., & Marcus,A.J. 2004. Essential of Investment Fifth Edition. New
York: McGraw-Hill Higher Education.
Bodie, Z., Kane, A., & Marcus,A.J. 2008. Essential of Investment Seventh Edition. New
York: McGraw-Hill Higher Education.
Hariyni, Iswi. 2010. Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal. Jakarta: Visi Media
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia KMK no. 424/ KMK / 2003.
Lind, D.A., Marchal W.G., & Wathen S.A, .2008. Statistical Techniques Business and
Economics With Global Data Sets Thirteenth Edition. New York: McGraw-Hill
Higher Education.
Megginson, William L, et al. 2009. Introduction to Corporate Finance Second Edition.
Kentucky: Cengage Learning Academic Resource Center.
Miskhin, Frederic S. 2012. Financial Markets and Institutions Seventh Edition. New
Jersey: Prentice Hall.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia PMK no. 53/PMK/2012.
Reily, Frank., & Brown, K. 2007. Investment Analysist and Portofolio Management
Seventh Edition. New York: McGraw-Hill.
Ross, S.A., Westerfield, Randolph,W., & Jordan, B.D. 2008. Fundamentals of Corporate
Finance Eighth Edition. New York: McGraw-Hill.
Saunders, Anthony 2008. Financial Institutions Management: A Risk Management
Approach Sixth Edition. New York: McGraw-Hill.
Subramayam, K. 2009. Financial Statement Analysis Tenth Edition. New York: McGraw-
Hill
Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
76
Universitas Indonesia
Undang – undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian.
Referensi Internet
www.inhealth.co.id diakses pada 19 Januari 2013 pukul 13:50 WIB.
www.infovesta.com diakses pada 25 April 2013 pukul 14:35 WIB
www.bi.go.id diakses pada 20 Maret 2013 pukul 09:24 WIB
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
77
Universitas Indonesia
Lampiran 1 Portolio Obligasi
Obligasi Rating Nominal Tenor
(tahun) Kupon
Obligasi PLN X Seri A idAAA
40.000.000.000 5 14,75%
Obligasi BTN XIII Tahun 2009 Seri C idAA
4.000.000.000 5 12,25%
Obligasi Indofood Sukses Makmur V
Tahun 2009 idAA+
9.000.000.000 5 13,00%
Obligasi Pupuk Kaltim II Tahun 2009 idAA+
40.000.000.000 5 10,75%
Obligasi Indosat VII Tahun 2009 seri A idAA+
25.000.000.000 5 11,25%
Obligasi Subordinasi Bank Mandiri I
Tahun 2009 idAA+
10.000.000.000 7 11,85%
Obligasi Subordinasi II BRI Tahun 2009 idAAA
30.000.000.000 5 10,95%
Obligasi II Telkom Tahun 2010 seri A idAAA
19.000.000.000 5 9,60%
Obligasi Indonesia Eximbank I Tahun
2010 seri C idAAA
20.000.000.000 5 9,60%
Obligasi PLN XII Tahun 2010 seri A idAAA
5.000.000.000 5 9,70%
Obligasi Sarana Multigriya Finansial III
Tahun 2010 seri B idAA
6.000.000.000 3 9,75%
Obligasi Bank SULSELBAR I tahun 2011
seri B idA
5.000.000.000 5 10,40%
Obligasi Berkelanjutan I BTPN thn 2011
seri B AA-(idn)
10.000.000.000 5 9,90%
Obligasi Berkelanjutan I Adira Dinamika
MF Tahap I Thn 2011 Seri C idAA+
30.000.000.000 5 9,00%
Obligasi Berkelanjutan I Astra Sedaya
Finance Thn 2012 Seri C idAA+
25.000.000.000 5 8,60%
Obligasi Subordinasi Berkelanjutan I
Bank Bukopin Tahap I Thn 2012 idA
50.000.000.000 7 9,25%
Obligasi Berkelanjutan I BCA Finance
Tahap I Tahun 2012 Seri D idAA+
20.000.000.000 4 7,70%
Obligasi IV Mayora Indah Tahun 2012 idAA-
19.000.000.000 7 8,50%
Obligasi Subordinasi Berkelanjutan I
Bank Permata Tahap I Tahun 2012 idAA-
55.000.000.000 7 8,90%
Obligasi I PNM Tahun 2012 idA
15.000.000.000 5 9,10%
Obligasi Berkelanjutan I Bank BII Tahap
II Th 2012 Seri B idAAA
30.000.000.000 5 8,00%
Obligasi Surya Semesta Internusa I Th
2012 Seri B idA
5.000.000.000 5 9,30%
Obligasi Subordinasi Berkelanjutan I
Bank Panin Tahap I Tahun 2012 idAA-
5.000.000.000 7 9,40%
Obligasi I AKR Corporindo Tahun 2012
Seri B idAA-
25.000.000.000 7 8,75%
Obligasi Berkelanjutan I Adhi Karya
Tahap II Tahun 2013 Seri B idA
7.000.000.000 7 8,50%
Total
509.000.000.000
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
78
Universitas Indonesia
Lampiran 2 Portofolio Deposito
BANK N O M I N A L JUMLAH
DOC 1 BULAN 3 BULAN 6 BULAN 1 TAHUN
B N I 46 1.450.000.000 0 0 0 25.000.000.000 26.450.000.000
BANK MANDIRI 0 0 0 0 24.127.240.020 24.127.240.020
BANK JABAR BANTEN 0 0 0 0 0 0
BUKOPIN 0 0 27.800.000.000 121.700.000.000 0 149.500.000.000
BANK SULSEL 0 0 0 0 0 0
PERMATA 3.500.000.000 0 0 0 0 3.500.000.000
BTN 0 0 0 0 0 0
BTPN 0 71.210.000.000 0 5.800.000.000 0 77.010.000.000
BANK YUDHA BHAKTI 0 0 0 0 0 0
BANKKESEJAHTERAAN 0 34.440.000.000 0 7.000.000.000 0 41.440.000.000
BANK DANAMON 0 0 55.440.000.000 64.090.000.000 0 119.530.000.000
BANK MUAMALAT 0 35.320.000.000 69.460.000.000 0 0 104.780.000.000
BANK SAUDARA 0 67.190.000.000 18.000.000.000 0 0 85.190.000.000
BANK BII 0 0 0 0 0 0
BANK MAYAPADA 0 15.120.000.000 61.300.000.000 0 0 76.420.000.000
4.950.000.000
223.280.000.000
232.000.000.000
198.590.000.000
49.127.240.020
707.947.240.020
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
79
Universitas Indonesia
Lampiran 3 Portofolio Reksadana
Pendapatan Reksadana Jan Feb Mar
Danareksa BUMN Fund 2011
Microfinancing
95.833.333
95.833.333
95.833.333
Danamas Stabil
-
-
2.843.056.930
Mandiri Investa Dana Syariah
36.834.611
-
-
Sinarmas Simas Satu
94.224.896
-
-
BNP Paribas Ekuitas
686.064.936
156.813.459
-
Syailendra Equity Opportunity Fund
972.292.378
407.790.153
-
Syailendra Balanced Opportunity Fund
575.714.041
963.876.971
-
BNP Paribas Solaris
-
137.011.296
-
BNP Paribas STAR
-
212.953.601
-
BNP Paribas Pesona Amanah
-
330.824.922
-
TRAM Consumption Plus
-
491.641.860
-
TRIM Kapital Plus
-
296.883.552
-
Total
2.460.964.195
3.093.629.147
2.938.890.263
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
80
Universitas Indonesia
Lampiran 4 Portofolio Saham
Kode Lot
Average
Harga/lem
bar
Total Book
Value
Market
Price
(28
Maret
2013)
Total Market
Value
Potensial
gain (loss)
Realized gain
(loss) Dividend
Total Gain
(Loss) Bruto
Total
Transactio
n Cost
Total Gain
(Loss) Netto
AISA
200 1.160
116.000.000
1.280
128.000.000
12.000.000
39.000.000
51.000.000
3.148.000
47.852.000
AKRA
570 5.215
1.486.191.447
5.000
1.425.000.000
(61.191.447)
345.416.447
5.100.000
289.325.000
25.875.590
263.449.411
ANTM
250 1.280
160.000.000
1.370
171.250.000
11.250.000
89.525.000
100.775.000
4.233.338
96.541.662
APLN
1.000 510
255.000.000
510
255.000.000
-
-
-
637.500
(637.500)
ASII
1.116 7.635
4.260.125.338
7.900
4.408.200.000
148.074.662
596.875.338
744.950.000
66.185.624
678.764.376
ASRI
- -
-
-
-
97.650.000
97.650.000
5.556.075
92.093.925
BBCA
123 10.500
645.756.268
11.400
701.100.000
55.343.732
105.506.267
160.849.999
10.530.001
150.319.999
BBNI
- -
-
-
-
86.250.000
86.250.000
2.217.187
84.032.813
BBRI
186 8.500
790.513.062
8.750
813.750.000
23.236.938
558.738.062
581.975.000
25.855.501
556.119.499
BBTN
544 1.690
459.680.000
1.700
462.400.000
2.720.000
11.000.000
13.720.000
1.695.200
12.024.800
BHIT
2.748 507
696.769.638
500
687.000.000
(9.769.638)
22.889.638
13.120.000
4.189.700
8.930.300
BJBR
- -
-
-
-
67.500.000
67.500.000
3.018.750
64.481.250
BJTM
- -
-
-
-
25.000.000
25.000.000
752.500
24.247.500
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
81
Universitas Indonesia
Kode Lot
Average
Harga/lem
bar
Total Book
Value
Market
Price
(28
Maret
2013)
Total Market
Value
Potensial
gain (loss)
Realized gain
(loss) Dividend
Total Gain
(Loss) Bruto
Total
Transactio
n Cost
Total Gain
(Loss) Netto
BKSL
2.000 305
305.000.000
310
310.000.000
5.000.000
-
5.000.000
762.500
4.237.500
BMRI
308 9.754
1.502.084.248
10.000
1.540.000.000
37.915.752
815.284.248
853.200.000
81.980.500
771.219.500
BMTR
155 2.289
177.392.176
2.325
180.187.500
2.795.324
27.767.176
30.562.500
3.974.062
26.588.438
BSDE
312 1.532
239.001.993
1.750
273.000.000
33.998.007
127.241.993
161.240.000
5.115.399
156.124.601
CMNP
850 1.762
749.000.000
1.830
777.750.000
28.750.000
-
28.750.000
1.137.500
27.612.500
CPIN
200 4.756
475.625.000
5.050
505.000.000
29.375.000
-
29.375.000
1.189.063
28.185.937
CTRA
- -
-
-
-
25.000.000
25.000.000
1.497.500
23.502.500
CTRP
- -
-
-
-
10.000.000
10.000.000
1.265.000
8.735.000
ERAA
105 2.836
148.909.091
3.400
178.500.000
29.590.909
27.284.091
56.875.000
2.544.314
54.330.686
GGRM
183 51.838
4.743.175.000
48.950
4.478.925.000
(264.250.000)
-
(264.250.000)
11.154.187
(275.404.187)
GIAA
1.300 651
423.000.000
650
422.500.000
(500.000)
-
(500.000)
562.500
(1.062.500)
ICBP
- -
-
-
-
142.375.000
142.375.000
14.446.066
127.928.934
IMAS
- -
-
-
-
35.000.000
35.000.000
3.332.500
31.667.500
INDF
155 7.450
577.375.000
7.450
577.375.000
-
39.250.000
39.250.000
3.730.315
35.519.685
ITMG
60 37.775
1.133.250.000
35.500
1.065.000.000
(68.250.000)
-
(68.250.000)
1.275.000
(69.525.000)
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
82
Universitas Indonesia
Kode Lot
Average
Harga/lem
bar
Total Book
Value
Market
Price
(28
Maret
2013)
Total Market
Value
Potensial
gain (loss)
Realized gain
(loss) Dividend
Total Gain
(Loss) Bruto
Total
Transactio
n Cost
Total Gain
(Loss) Netto
JSMR
80 5.381
215.235.772
5.950
238.000.000
22.764.228
240.985.772
263.750.000
16.880.000
246.870.000
KIJA
- -
-
-
-
27.500.000
27.500.000
783.750
26.716.250
KLBF
1.126 1.211
681.544.725
1.240
698.120.000
16.575.275
173.664.725
190.240.000
12.470.700
177.769.300
LPKR
- -
-
-
-
50.000.000
50.000.000
1.885.000
48.115.000
LSIP
1.750 2.271
1.987.500.000
1.930
1.688.750.000
(298.750.000)
43.750.000
(255.000.000)
4.259.375
(259.259.375)
MAIN
217 3.132
339.864.443
3.100
336.350.000
(3.514.443)
99.989.443
96.475.000
5.230.938
91.244.062
MAPI
- -
-
-
-
90.000.000
90.000.000
3.965.626
86.034.374
MNCN
121 2.669
161.469.118
2.825
170.912.500
9.443.382
546.544.118
555.987.500
16.196.180
539.791.321
PGAS
200 5.227
522.660.797
5.950
595.000.000
72.339.203
514.535.797
586.875.000
40.271.564
546.603.436
PNLF
400 172
34.400.000
245
49.000.000
14.600.000
19.150.000
33.750.000
462.625
33.287.375
PTBA
261 15.331
2.000.747.619
14.400
1.879.200.000
(121.547.619)
54.047.619
(67.500.000)
12.489.252
(79.989.252)
PTPP
309 970
149.865.000
1.200
185.400.000
35.535.000
-
35.535.000
374.662
35.160.338
SMCB
- -
-
-
-
54.062.500
54.062.500
1.381.719
52.680.781
SMGR
314 17.360
2.725.549.178
17.700
2.778.900.000
53.350.822
465.699.178
519.050.000
62.672.190
456.377.810
SMRA
50 2.199
54.968.750
2.475
61.875.000
6.906.250
49.343.750
56.250.000
3.505.313
52.744.687
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
83
Universitas Indonesia
Kode Lot
Average
Harga/lem
bar
Total Book
Value
Market
Price
(28
Maret
2013)
Total Market
Value
Potensial
gain (loss)
Realized gain
(loss) Dividend
Total Gain
(Loss) Bruto
Total
Transactio
n Cost
Total Gain
(Loss) Netto
SSIA
- -
-
-
-
54.600.000
54.600.000
4.139.100
50.460.900
TLKM
142 10.453
742.131.328
11.000
781.000.000
38.868.672
972.856.328
1.011.725.000
72.728.140
938.996.861
UNTR
81 19.750
799.875.000
18.200
737.100.000
(62.775.000)
-
(62.775.000)
1.999.687
(64.774.687)
UNVR
505 20.934
5.285.750.000
22.800
5.757.000.000
471.250.000
-
471.250.000
1.225.625
470.024.375
WIKA
50 1.651
41.285.714
2.025
50.625.000
9.339.286
116.785.714
126.125.000
8.934.250
117.190.750
Total
35.086.695.703
35.367.170.000
280.474.297
6.868.068.203
5.100.000
7.153.642.499
559.717.066
6.593.925.434
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
84
Universitas Indonesia
Lampiran 5 Komposisi Portofolio Saham PT IHT
Saham Proporsi Rata-rata return Return Saham Proporsi Rata-rata return Return
AISA 0,454% 0,339% 0,002% ICBP 1,164% 0,334% 0,004%
AKRA 3,783% 0,354% 0,013% IMAS 0,454% 0,073% 0,000%
ANTM 0,582% 0,071% 0,000% INDF 0,594% 0,453% 0,003%
APLN 0,016% 0,538% 0,000% ITMG 1,235% -0,282% -0,003%
ASII 21,180% 0,102% 0,022% JSMR 4,527% 0,128% 0,006%
ASRI 0,295% 1,011% 0,003% KIJA 0,047% 0,695% 0,000%
BBCA 1,314% 0,410% 0,005% KLBF 1,208% 0,327% 0,004%
BBNI 0,442% 0,548% 0,002% LPKR 0,063% 0,563% 0,000%
BBRI 2,433% 0,393% 0,010% LSIP 3,377% -0,429% -0,014%
BBTN 0,309% 0,251% 0,001% MAIN 0,637% 0,407% 0,003%
BHIT 1,345% -0,120% -0,002% MAPI 0,823% 0,603% 0,005%
BJBR 0,133% 0,270% 0,000% MNCN 3,428% 0,191% 0,007%
BJTM 0,209% 0,517% 0,001% PGAS 5,903% 0,461% 0,027%
BKSL 0,067% 0,917% 0,001% PNLF 0,076% 1,099% 0,001%
BMRI 6,148% 0,345% 0,021% PTBA 2,888% -0,219% -0,006%
BMTR 0,422% -0,036% 0,000% PTPP 0,071% 0,722% 0,001%
BSDE 0,357% 0,768% 0,003% SMCB 0,205% 0,507% 0,001%
CMNP 1,359% 0,077% 0,001% SMGR 5,645% 0,197% 0,011%
CPIN 0,135% 0,612% 0,001% SMRA 0,218% 0,527% 0,001%
CTRA 0,074% 0,557% 0,000% SSIA 0,140% 0,794% 0,001%
CTRP 0,064% 0,812% 0,001% TLKM 7,445% 0,372% 0,028%
ERAA 0,309% 0,363% 0,001% UNTR 0,358% -0,225% -0,001%
GGRM 6,670% -0,204% -0,014% UNVR 9,628% 0,083% 0,008%
GIAA 0,714% 0,044% 0,000% WIKA 1,049% 0,510% 0,005%
Total Return 0,16%
Var 0,01%
Stdev 0,87%
Sharpe 0,17
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
85
Universitas Indonesia
Lampiran 6 Komposisi Portofolio Saham Uji Coba 1
Saham Proporsi Rata-rata return Return Saham Proporsi Rata-rata return Return
AISA 2,67% 0,34% 0,01% ICBP 0,01% 0,33% 0,00%
AKRA 0,00% 0,35% 0,00% IMAS 0,00% 0,07% 0,00%
ANTM 0,00% 0,07% 0,00% INDF 12,24% 0,45% 0,06%
APLN 0,01% 0,54% 0,00% ITMG 0,00% -0,28% 0,00%
ASII 0,17% 0,10% 0,00% JSMR 0,01% 0,13% 0,00%
ASRI 0,59% 1,01% 0,01% KIJA 0,02% 0,70% 0,00%
BBCA 0,34% 0,41% 0,00% KLBF 0,00% 0,33% 0,00%
BBNI 0,00% 0,55% 0,00% LPKR 0,01% 0,56% 0,00%
BBRI 0,01% 0,39% 0,00% LSIP 0,00% -0,43% 0,00%
BBTN 6,09% 0,25% 0,02% MAIN 0,00% 0,41% 0,00%
BHIT 0,00% -0,12% 0,00% MAPI 11,86% 0,60% 0,07%
BJBR 0,42% 0,27% 0,00% MNCN 0,04% 0,19% 0,00%
BJTM 3,25% 0,52% 0,02% PGAS 1,93% 0,46% 0,01%
BKSL 7,03% 0,92% 0,06% PNLF 10,33% 1,10% 0,11%
BMRI 0,00% 0,35% 0,00% PTBA 0,01% -0,22% 0,00%
BMTR 0,00% -0,04% 0,00% PTPP 0,04% 0,72% 0,00%
BSDE 19,17% 0,77% 0,15% SMCB 0,05% 0,51% 0,00%
CMNP 0,01% 0,08% 0,00% SMGR 0,01% 0,20% 0,00%
CPIN 8,74% 0,61% 0,05% SMRA 6,35% 0,53% 0,03%
CTRA 1,29% 0,56% 0,01% SSIA 0,02% 0,79% 0,00%
CTRP 0,02% 0,81% 0,00% TLKM 6,03% 0,37% 0,02%
ERAA 0,00% 0,36% 0,00% UNTR 0,00% -0,22% 0,00%
GGRM 0,00% -0,20% 0,00% UNVR 0,03% 0,08% 0,00%
GIAA 0,00% 0,04% 0,00% WIKA 1,20% 0,51% 0,01%
Total Return 0,63%
Var 0,01%
Stdev 0,87%
Sharpe 0,71
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
86
Universitas Indonesia
Lampiran 7 Komposisi Portofolio Saham Uji Coba 2
Saham Proporsi Rata-rata return Return Saham Proporsi Rata-rata return Return
AISA 0,31% 0,34% 0,00% ICBP 0,01% 0,33% 0,00%
AKRA 0,00% 0,35% 0,00% IMAS 0,74% 0,07% 0,00%
ANTM 0,00% 0,07% 0,00% INDF 3,02% 0,45% 0,01%
APLN 0,01% 0,54% 0,00% ITMG 0,62% -0,28% 0,00%
ASII 0,18% 0,10% 0,00% JSMR 0,08% 0,13% 0,00%
ASRI 0,10% 1,01% 0,00% KIJA 0,02% 0,70% 0,00%
BBCA 0,33% 0,41% 0,00% KLBF 0,00% 0,33% 0,00%
BBNI 0,00% 0,55% 0,00% LPKR 0,01% 0,56% 0,00%
BBRI 0,01% 0,39% 0,00% LSIP 14,83% -0,43% -0,06%
BBTN 9,70% 0,25% 0,02% MAIN 1,18% 0,41% 0,00%
BHIT 23,22% -0,12% -0,03% MAPI 7,05% 0,60% 0,04%
BJBR 0,16% 0,27% 0,00% MNCN 0,00% 0,19% 0,00%
BJTM 0,29% 0,52% 0,00% PGAS 0,36% 0,46% 0,00%
BKSL 0,00% 0,92% 0,00% PNLF 0,00% 1,10% 0,00%
BMRI 0,00% 0,35% 0,00% PTBA 0,01% -0,22% 0,00%
BMTR 7,39% -0,04% 0,00% PTPP 0,03% 0,72% 0,00%
BSDE 12,48% 0,77% 0,10% SMCB 0,05% 0,51% 0,00%
CMNP 0,01% 0,08% 0,00% SMGR 0,01% 0,20% 0,00%
CPIN 1,55% 0,61% 0,01% SMRA 1,05% 0,53% 0,01%
CTRA 0,31% 0,56% 0,00% SSIA 0,01% 0,79% 0,00%
CTRP 0,02% 0,81% 0,00% TLKM 1,20% 0,37% 0,00%
ERAA 0,00% 0,36% 0,00% UNTR 0,00% -0,22% 0,00%
GGRM 0,03% -0,20% 0,00% UNVR 0,07% 0,08% 0,00%
GIAA 5,21% 0,04% 0,00% WIKA 8,33% 0,51% 0,04%
Total Return 0,16%
Var 0,00%
Stdev 0,65%
Sharpe’s ratio 0,22
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
87
Universitas Indonesia
Lampiran 8 Perhitungan Return, Standar Deviasi dan Indeks Sharpe’s Ratio
Portofolio Investasi PT IHT
Instrumen E(r) Wi Wi . E(r)
Deposito 0,46% 46,68% 0,21%
Obligasi 0,70% 35,62% 0,25%
Reksadana 1,41% 14,22% 0,20%
Saham 4,48% 3,48% 0,16%
Total 100,00% 0,82%
Border Multiplied Covariance Matrix
46,68% 35,62% 14,22% 3,48%
46,68% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
35,62% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
14,22% 0,00% 0,00% 0,00% 0,01%
3,48% 0,00% 0,00% 0,01% 0,05%
0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Var 0,00%
stdev 0,14%
Sharpe’s ratio 2,405
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
88
Universitas Indonesia
Lampiran 9 Perhitungan Return, Standar Deviasi dan Indeks Sharpe’s Ratio
Portofolio Investasi Uji Coba 1
Instrumen E(r) Wi Wi . E(r)
Deposito 0,46% 42,71% 0,19%
Obligasi 0,70% 50,00% 0,35%
Reksadana 1,41% 0,00% 0,00%
Saham 4,48% 7,29% 0,33%
Total 100,00% 0,87%
Border Multiplied Covariance Matrix
42,71% 50,00% 0,00% 7,29%
42,71% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
50,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,01%
7,29% 0,00% 0,00% 0,01% 0,05%
0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Var 0,00%
stdev 0,14%
Sharpe’s ratio 2,811
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
89
Universitas Indonesia
Lampiran 10 Perhitungan Return, Standar Deviasi dan Indeks Sharpe’s Ratio
Portofolio Investasi Uji Coba 2
Instrumen E(r) Wi Wi . E(r)
Deposito 0,46% 44,02% 0,20%
Obligasi 0,70% 50,00% 0,35%
Reksadana 1,41% 0,00% 0,00%
Saham 4,48% 5,98% 0,27%
Total 100,00% 0,82%
Border Multiplied Covariance Matrix
44,02% 50,00% 0,00% 5,98%
44,02% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
50,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,01%
5,98% 0,00% 0,00% 0,01% 0,05%
0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Var 0,00%
stdev 0,11%
Sharpe's ratio 3,102
Kinerja dan optimalisasi..., Ladyra Utama, FE UI, 2013
Top Related