7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
1/68
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar BelakangPada Kurikulum pendidikan D III keperawatan memiliki ketrampilan dasar pada
setiap semesternya, ketrampilan ini harus dilalui oleh mahasiswa keperawatan, dari
KDM, KMB 1, KMB 2, Maternitas dan sebaginya. Mahasiswa diberikan Kompetensi
dasar yang harus dikuasai untuk mempersiapkan ketrampilan saat bekerja sebagai
profesi perawat.
Ketrampilan merupakan modal utama bagi lulusan DIII manapun, lembaga
pendidikan DIII haruslah mempunyai standar yang tinggi untuk mencetak lulusan
yang terampil, oleh karena itu disusunlah rencana standar kompetensi ketrampilan
untuk mahasiswanya.
Setiap mata kuliah pokok keperawatan yang ada dalam rencana pembelajaran,
haruslah dipraktikan agar mahasiswa lebih matang dalam memahami teori dalam
sumber.
Ketrampilan laboratorium keperawatan adalah merupakan lanjutan dari rencana
kompetensi dasar yang harus dimiliki mahasiswa perawat, yang mana mahasiswa
selain cakap dalam ketrampilan, juga harus menguasai teori yang mendunia dalam
keperawatan.
1.2Rumusan Masalah1. Bagaimana Prosedur ketrampilan dari Irigasi Telinga?2. Bagaimana Prosedur ketrampilan dari CVP?3. Bagaimana Prosedur ketrampilan dari EKG?4. Bagaimana Prosedur ketrampilan dari WSD?5. Bagaimana Prosedur ketrampilan dari Suction melalui ETT?6. Bagaimana Prosedur ketrampilan dari Trakeostomi?7. Bagaimana Prosedur ketrampilan dari Kolostomi?8. Bagaimana Prosedur ketrampilan dari Kumbah Lambung?9. Bagaimana Prosedur ketrampilan dari Pemeriksaan Visus?10.Bagaimana Prosedur ketrampilan dari Pemeriksaan lapang Pandang?
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
2/68
2
11.Bagaimana Prosedur ketrampilan dari Pemeriksaan Buta Warna?12.Bagaimana Prosedur ketrampilan dari Pemeriksaan Tensi Mata?13.Bagaimana Prosedur ketrampilan dari Nebulizer?14.Bagaimana Prosedur ketrampilan dari Arteri Punctie?15.Bagaimana Prosedur ketrampilan dari Postural Drainage?
1.3Tujuan1. Mampu memahami dan mempraktikan Prosedur ketrampilan Irigasi Telinga.2. Mampu memahami dan mempraktikan Prosedur ketrampilan CVP.3. Mampu memahami dan mempraktikan Prosedur ketrampilan EKG.4. Mampu memahami dan mempraktikan Prosedur ketrampilan WSD.5. Mampu memahami dan mempraktikan Prosedur ketrampilan Suction Melalui
ETT.
6. Mampu memahami dan mempraktikan Prosedur ketrampilan Trakeostomi.7. Mampu memahami dan mempraktikan Prosedur ketrampilan Kolostomi.8. Mampu memahami dan mempraktikan Prosedur ketrampilan Kumbah Lambung.9. Mampu memahami dan mempraktikan Prosedur ketrampilan Pemeriksaan Visus.10.Mampu memahami dan mempraktikan Prosedur ketrampilan Pemeriksaan Lapang
Pandang.
11.Mampu memahami dan mempraktikan Prosedur ketrampilan Pemeriksaan Butawarna.
12.Mampu memahami dan mempraktikan Prosedur ketrampilan Pemeriksaan TensiMata.
13.Mampu memahami dan mempraktikan Prosedur ketrampilan Nebulizer.14.Mampu memahami dan mempraktikan Prosedur ketrampilan Arteri Punctie.15.Mampu memahami dan mempraktikan Prosedur ketrampilan Postural drainage
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
3/68
3
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Irigasi Telingaa. Pengertian
Irigasi telinga adalah suatu usaha untuk memasukkan cairan dalam telinga.
b. TujuanMembersihkan liang telinga luar dari nanah, serumen, dan benda- benda asing.
c. Indikasi1. Sumbatan serumen.2. Adanya benda asing dalam telinga.3. Untuk mengeluarkan cairan, serumen, bahan-bahan asing dari kanal
audiotory eksternal.
4. Untuk mengirigasi kanal audiotory eksternal dengan lartutan antiseptic.5. Untuk menghangatkan atau mendinginkan kanal audiotory eksterna.
d. Kontra indikasi :a. Sesudah operasi.b. Bila ada pendarahan pada telinga.c. Gangguan pada membran tympani.d. Perforasi membran timpani atau resiko tidak utuh (injurie sekunder,
pembedahan, miringitomi).
e. Terjadi komplikasi sebelum irigasi.f. Temperatur yg ekstrim panas dapat menyebabkan pusing, mual dan muntah.g. Bila ada benda penghisap air dalam telinga, seperti bahan sayuran (kacang),
jangan diirigasi karena bahan-bahan tersebut mengmbang dan sulit
dikeluarkan.
e. Komplikasi1. Ruptur (pecah) pada membran tympani.2. Vertigo, mual, nyeri selama dan setelah prosedur, stop segera bila terjadi,
kemudian ulangi lagi dan pastikan tekanan dan temperatur yang cocok untukmencegah berulangnya gejala.
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
4/68
4
3. Kehilangan pendengaran.4. Trauma/injury kanal teling dalam.
f. Bahaya :a. Infeksib. Pecahnya gendang telinga.c. Apabila perawatan ini tidak berhasil, misalnya karena serumen keras dan
besar, laporkan pada dokter. Biasanya akan diberikan obat tetes telinga.
Kemudian setelah 3 hari perawatan irigasi diulang kembali.
g. Pertimbangan Khusus:1. Kanal telinga anak-anak lebih kecil.2. Tarik aurikel ke bawah dan kebelakang.3. Anak-anak posisi supinasi bila perlu di resraint untuk menghindari
pergerkan.
4. Untuk mengurangi ansieas jelaskan prosedur dan izinkan anak-anak untukmenyentuh air atau mendengarkan suara air.
h. Persiapan Pasien1. Tinjau kembali program dokter, meliputi nama klien, tujuan irigasi, tipe
irigan yang diprogramkan, dan waktu pemberiannya.
Memastikan pemberian irigasi yang aman dan benar.
2. Identifikasi Klien dengan membaca gelang identifikasi dan menanyakannama.
Memastikan klien yang menerima irigasi benar.
3. Bantu Klien mengambil posisi duduk atau berbaring dengan kepaladimiringkan atau ditekuk kearah telinga yang diirigasi.
Posisi meminimalkan kebocoran cairan di sekeliling daerah leher dan wajah,
sehingga klien merasa nyaman.
4. Lindungi pakaian klien dengan handuk/bahan tahan air.i. Persiapan alat dan bahan :
1. Baki berisi alatalat yang steril :a. Mangkok kecil berisi cairan dengan suhu 37o c.
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
5/68
5
b. Semprit telinga/ Otologiksyringe (metal) atau syringe 60 ml ukuran18 atau 20 G, dan untuk anak-anak. (waterpik)
c. Pinset telinga.d. Corong telinga.e. Pengail telinga.f. Otoskop.
2. Baki berisi alatalat yang tidak steril :a. Bengkok 2 buah.b. Perlak dan alasnya.c. Lampu kepala.d. Kapas dalam tempatnya.e. Cooton Tip (untuk anak-anak).
3. Sarung tangan.4. Baskom/bengkok untuk muntah.5. Termometer
j. Prosedur1. Beritahu tindakan apa yang akan dilakukan kepada klien. Peringati
bahwa irigasi dapat menimbulakn rasa pusing, penuh dan hangat.
Mempersiapkan klien mengantisipasi efek irigasi dan meningkatkan
kerja sama.
2. Klien diberitahu dalam posisi duduk. Bila klien adalah anak kecil, harusdi pangku sambil dipegang kepalanya.
Posisi meminimalkan kebocoran cairan di sekeliling daerah leher dan
wajah, sehingga klien merasa nyaman.
3. Pasang lampu kepala.Membantu pencahayaan agar mampu melihat ke dalam telinga yang
gelap.
4. Cuci tangan dan pakai Handscon.Menurunkan perpindahanmikroorganisme.
5. Bersihkan telinga luar dan kotoran telinga dengan kapas, memakaipemilin kapas yang telah di flamber terlebih dahulu.
Mencegah materi terinfeksi kembali masuk ke dalam saluran telinga.
6. Periksa telinga dengan otoskop sebelum melakukan irigasi.Dengan otoskop memudahkan pemeriksa melihat keadaan telinga.
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
6/68
6
7. Perlak dan alasnya dipasang pada bahu dibawah telinga yang akandibersihkan.
Melindungi bahu atau baju pasien dari percikan air atau kotoran.
8. Isikan cairan irigasi ke dalam syringe (tarik/sedot) dan buang udaradalam syringe. Larutan bisa air, atau campuran air dan hidroegn
peroksida, cairan disesuaikan dengan temperatur tubuh, cek dengan
pergelangan tangan bagian dalam/gunakan termometer.
Suhu cairan harus sama dengan suhu tubuh, menghindari penyempitan
atau pelebaran pembuluh darah.
9. Berikan bengkok pada pasien dan minta kerjasama pasien untukmemegang bengkok dengan posisi di bawah telinga.
Larutan akanmengalir dari saluran telinga ke baskom.
10.Isi spuit irigasi dengan larutan( kira-kira 50ml).Cairan yang cukup diperlukan untuk menghasilkan aliran irigasi yang
tetap.
11.Tariklah daun telinga klien ke atas kemudian ke belakang dan dengantangan yang lain perawat memancarkan cairan ke dinding atas dari liang
telinga. (Penyemprotan cairan harus perlahanlahan dan tepat ditujukan
ke dinding atas liang telinga.)
Memungkinkan cairan mengalir mengalir di sepanjang saluran telinga.
12.Masukkan larutan irigasi secara perlahan dengan memegang ujung spuit1 cm di atas muara saluran telinga. Selama cairan dimasukkan,biarkan
cairan kembali mengalir keluar. Lanjutkan sampai saluran dibersihkan
atau semua larutan digunakan.
Memasukkan cairan irigasi secara perlahan mencegah terciptanya
tekanan di dalam saluran telingandan memastikan obat menyentuh
seluruh permukaan saluran telinga.
13.Jangan menyumbat saluran telinga dengan ujung spuit.Berkumpulnya cairan di dalam saluran di bawah tekanan yang
mendorong dapat menyebabkan ruptur membran timpani.
14.Ulangi irigasi sesuai kebutuhan, istirahatkan klien diantara irigasi.Menghindari ketegangan pada pasien.
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
7/68
7
15.Setelah irigasi , inspeksi kanal telinga menggunakan corong telingauntuk melihat kemajuan dari tindakan atau cek cairan irigasi yang keluar
dari seruemn atau benda-benda asing.
16.Jika sudah bersih, keringkan daun telinga dengan kapas yang telah dipilindan di flamber biarkan kapas bebas di tempat selama 5 sampai 10 menit.
Mempertahankan rasa nyaman. Menyerap kelembaban berlebihan di
dalam saluran telinga.
17.Cuci tangan.Mengurangi penularan infeksi.
k. Tindak Lanjut1.
Kaji keberhasilan irigasi telinga.
2. Kaji rasa nyaman pasien.3. Bersihkan peralatan.
l. Dokumentasi1. Tanggal dan waktu prosedur.2. Tipe dan jumlah cairan.3. Toleransi pasien terhadap prosedur.4. Karakter cairan yang keluar.5. Intruksi-intruksi yang diperlukan oleh pasien atau keluarga
2.2 CVPa. Pengertian
Merupakan prosedur memasukkan kateter intravena yang fleksibel ke dalam
vena sentral klien dalam rangka memberikan terapi melalui vena sentral.
Ujung dari kateter berada pada superior vena cafa. (Ignativicius, 1999).
Tekanan vena central (central venous pressure) adalah tekanan darah di atrium
kanan atau vena kava. Ini memberikan informasi tentang tiga parameter
volume darah, keefektifan jantung sebagai pompa, dan tonus vaskular.
Tekanan vena central dibedakan dari tekanan vena perifer, yang dapat
merefleksikan hanya tekanan lokal.
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
8/68
8
b. Perhatian sebelum prosedur pemasangan CVP :a. Kateter CVP tersedia dengan lumen jenis single, double, atau triple,
tergantung dari kondisi klien.
b. Kateter CVP terbuat dari dari bahan jenis polyvinylchloride yangsangat lembut dan fleksibel.
c. Indikasi Pemasangan1. Pasien dengan trauma berat disertai dengan perdarahan yang banyak
yang dapat menimbulkan syok.
2. Pasien dengan tindakan pembedahan yang besar seperti open heart,trepanasi.
3. Pasien dengan kelainan ginjal (ARF, oliguria).4. Pasien dengan gagal jantung.5. Pasien terpasang nutrisi parenteral (dextrosa 20% aminofusin).6. Pasien yang diberikan tranfusi darah dalam jumlah yang besar
(transfusi masif).
7. Pengukuran tekanan vena sentral (CVP)8. Operasi jantung,9. Operasi lain yang banyak perdarahan.10.Pasien yang mendapatkan obat vasoaktif per drip (tetesan) dan obat
inotropik
11.Trauma mayor12.Pengambilan darah yang sering13.Pemberian cairan IV super cepat14.Pengukuran oksigenasi vena sentral15.Pemberian nutrisi parenteral dan pemberian cairan hipertonik atau
cairan yang mengiritasi yang perlu pengenceran segera dalam sistem
sirkulasi
16.Sebagai jalam masuk vena bila semua tempat Iv lainnya telah lemah
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
9/68
9
d. Kontraindikasi Pemasangan CVP:a. Nyeri dan inflamasi pada area penusukanb. Bekuan darah karena tertekuknya kateterc. Perdarahan: ekimosis atau perdarahan besar bila jarum lepasd. Tromboplebitise. Microshockf. Disritmia jantungg. Pembedahan leherh.
Insersi kawat pacemak
e. KomplikasiAdapun komplikasi dari pemasangan kanulasi CVP antara lain:
1. Perdarahan.2. Tromboplebitis (emboli thrombus,emboli udara, sepsis).3. Pneumothorak, hematothorak, hidrothorak.4. Pericardial effusion.5. Aritmia6. Infeksi.7. Perubahan posisi jalur
f. Persiapan alat :a. Kateter CVP sesuai ukuranb. Needle intriducerc. Syringed. Mandrin (guidewire)e. Duk steril
g. Persiapan Pasiena. Jelaskan prosedur kepada klien dengan tujuan untuk mengurangi
kecemasan dan mengharapkan kerjasama dari klien.
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
10/68
10
b. Kerjasama klien diperlukan dalam rangka posisi pemasangan, yaituposisi trendelenberg, yang mungkin akan sangat membuat klien merasa
tidak nyaman.
h. Teknik pemasanganSering digunakan adalah teknik Seldinger, caranya adalah dengan
menggunakan mandarin yang dimasukkan melalui jarum, jarum kemudian
dilepaskan, dan kateter CVP dimasukkan melalui mandarin tersebut. Jika
kateter sudah mencapai atrium kanan, mandarin ditarik, dan terakhir kateter
disambungkan pada IV set yang telah disiapkan dan lakukan penjahitan daerah
insersi.
Langkah Pemasangan :
a. Siapkan alatb. Lakukan cuci tangan sterilc. Gunakan sarung tangan sterild. Tentukan daerah yang akan dipasang ; vena yang biasa digunakan
sebagai tempat pemasangan adalah vena subklavia atau internal
jugular.
e. Posisikan pasien trendelenberg, atur posisi kepala agar vena jugularisinterna maupun vena subklavia lebih terlihat jelas, untuk
mempermudah pemasangan.
f. Lakukan desinfeksi pada daerah penusukan dengan cairan antisepticg. Pasang duk lobang yang steril pada daerah pemasangan.h. Sebelum penusukan jarum / keteter, untuk mencegah terjadinya emboli
udara, anjurkan pasien untuk bernafas dalam dan menahan nafas.
i. Masukkan jarum / kateter secara gentle, ujung dari kateter harus tetapberada pada vena cava, jangan sampai masuk ke dalam jantung.
j. Setelah selesai pemasangan sambungkan dengan selang yangmenghubungkan dengan IV set dan selang untuk mengukur CVP.
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
11/68
11
k. Lakukan fiksasi / dressing pada daerah pemasangan , agar posisikateter terjaga dengan baik.
l. Rapikan peralatan dan cuci tangan kembalim. Catat laporan pemasangan, termasuk respon klien (tanda-tanda vital,
kesadaran, dll ), lokasi pemasangan, petugas yang memasang, dan hasil
pengukuran CVP serta cairan yang digunakan.
n. Setelah dipasang, sebaiknya dilakukan foto rontgent dadauntukmemastikan posisi ujung kateter yang dimasukkan, serta memastikan
tidak adanya hemothorax atau pneumothorax sebagai akibat dari
pemasangan.
o. Tempat lain yang bisa digunakan sebagai tempat pemasangan CVPadalah vena femoralis dan vena fossa antecubiti.
i. Lokasi Pemantauan1. Vena Jugularis interna kanan atau kiri (lebih umum pada kanan)2. Vena subklavia kanan atau kiri, tetapi duktus toraks rendah pada kanan.3. Vena brakialis, yang mungkin tertekuk dan berkembang menjadi
phlebitis
4. Lumen proksimal kateter arteri pulmonalis, di atrium kanan atau tepat diatas vena kava superior.
j. Peranan Perawat1. Sebelum Pemasangan
Siapkan alat untuk penusukan dan alat-alat untuk pemantauan Mempersiapkan pasien; memberikan penjelasan, tujuan
pemantauan, dan mengatur posisi sesuai dg daerah pemasangan
2. Saat Pemasangan Memelihara alat-alat selalu steril Memantau tanda dan gejala komplikasi yg dpt terjadi pada saat
pemasangan spt gg irama jantung, perdarahan
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
12/68
12
Membuat klien merasa nyaman dan aman selama prosedurdilakukan
3. Setelah PemasanganMendapatkan nilai yang akurat dengan cara:
Melakukan Zero Balance: menentukan titik nol/letak atrium,yaitu pertemuan antara garis ICS IV dengan midaksila
Zero balance: dilakukan pd setiap pergantian dinas , ataugelombang tidak sesuai dg kondisi klien
Melakukan kalibrasi untuk mengetahui fungsimonitor/transduser, setiap shift, ragu terhadap gelombang.
Mengkorelasikan nilai yg terlihat pada monitor dengan keadaanklinis klien.
Mencatat nilai tekanan dan kecenderungan perubahanhemodinamik.
Memantau perubahan hemodinamik setelah pemberian obat-obatan.
Mencegah terjadi komplikasi & mengetahui gejala & tandakomplikasi (spt. Emboli udara, balon pecah, aritmia, kelebihan
cairan,hematom, infeksi,penumotorak, rupture arteri
pulmonalis, & infark pulmonal).
Memberikan rasa nyaman dan aman pada klien.
Memastikan letak alat2 yang terpasang pada posisi yang tepatdan cara memantau gelombang tekanan pada monitor dan
melakukan pemeriksaan foto toraks.
2.3 EKGa. Pengertian
Tata cara untuk menggunakan alat EKG secara tepat dan Merekam perubahan
potensial listrik jantung dengan menggunakan alat elektrokardiogram (EKG).
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
13/68
13
b. Tujuan Untuk mengetahui adanya kelainan irama jantung Mengetahui adanya kelainan miokardium Mengetahui pengaruh/efek obat jantung terutama digitalis Mengetahui adanya gangguan elektrolit Mengetahui adanya perikarditis
c. Kebijakan1. Penggunaan EKG hanya dilakukan sesuai indikasi / ketentuan atau atas
instruksi dokter
2. Setelah digunakan, alat EKG harus disimpan dalam keadaan bersih danrapih.
d. Persiapan Alat1. Set mesin EKG2. Kabel untuk sumber listrik3. Kabel elektrode ekstremitas dan dada4. Plat elektrode5. Balon pengisal elektrode dada6. Jelly7. bengkok8. Tissue9. Kertas EKG
e. Prosedur1. Tahap pra interaksi
a. Cek catatan keperawatan
b. Siapkan alat-alat
c. Cuci tangan
2. Posisi pasien diatur terlentang datar
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
14/68
14
3. Membuka dan melonggarkan pakaian pasien bagian atas, bila pasienmemakai jam tangan, gelang, logam lain agar dilepas
4. Membersihkan kotoran dengan menggunakan kapas pada daerah dada, keduapergelangan tangan dan kedua tungkai dilokasi manset elektroda
5. Mengoleskan jelly pada permukaan elektroda6. Memasang manset elektroda pada kedua pergelangan tangan dan kedua
tungkai
7. Memasang arde8. Menghidupkan monitor EKG9. Menyambungkan kabel EKG pada kedua tungkai pergelangan tangan dan
kedua tungkai pergelangan kaki pasien, untuk rekaman ekstremitas lead
(Lead I, II, III, AVR, AVL, AVF) dengan cara :
Warna merah pada pergelangan tangan kanan Warna hijau pada kaki kiri Warna hitam pada kaki kanan Warna kuning pada pergelangan tangan kiri
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
15/68
15
10.Memasang elektroda dada untuk rekaman precardial lead
V1 pada intreosta keempat garis sternum kanan V2 pada intreosta keempat garis sternum kiri V3 pada pertengahan V2 dan V1 V4 pada intrekosta kelima garis pertengahan elavikula kiri V5 pada axila sebelah depan kiri V6 pada axila sebelah belakang kiri
11.Melakukan kalibrasi dengan kecepatan 25 mili/detik.12.Bila rekaman EKG telah lengkap terekam, semua elektroda yang melekat
ditubuh pasien dilepas dan dibersihkan seperti semula.
13.Pasien dibantu merapihkan pakaian.14.Untuk pasien rawat inap hasil rekaman EKG disimpan kedalam berkas rekam
medik pada formulir yang tersedia dan dilaporkan kedokter.
15.Tindakan EKG yang telah dilakukan dicatat kedalan catatan perawat padaberkas rekam medik pasien.
16.Untuk pasien rawat jalan, hasil rekaman EKG diberikan ke dokter yangbersangkutan.
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
16/68
16
2.4 WSDa. Pengertian
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan
udara, cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan
mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung.
Perawat setiap hari harus membersihkan luka WSD untuk meminimalisir
terjadinya infeksi, yang sering kali adalah penumpukan pus.
b. Indikasia. Pneumothoraks :
- Spontan > 20% oleh karena rupture bleb
- Luka tusuk tembus
- Klem dada yang terlalu lama
- Kerusakan selang dada pada sistem drainase
b. Hemothoraks :
- Robekan pleura
- Kelebihan antikoagulan
- Pasca bedah thoraks
c. Thorakotomy :
- Lobektomy
- Pneumoktomy
d. Efusi pleura : Post operasi jantung
e. Emfiema :
- Penyakit paru serius
- Kondisi inflamsi
c. Tujuan Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan
rongga thorak Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
17/68
17
Mengembangkan kembali paru yang kolaps Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
d. Tempat Pemasangan WSDa. Bagian apex paru (apical)
- anterolateral interkosta ke 1-2
- fungsi : untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura
b. Bagian basal
- postero lateral interkosta ke 8-9
- fungsi : untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongga
pleura
e. Jenis-jenis WSDa. WSD dengan sistem satu botol
o Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasiensimple pneumothoraks.
o Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubangselang yaitu 1 untuk ventilasi dan 1 lagi masuk ke dalam botol.
o Air steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung selangterendam 2cm untuk mencegah masuknya udara ke dalam tabung
yang menyebabkan kolaps paru.
o Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untukmemfasilitasi udara dari rongga pleura keluar.
o Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi.o
Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan : Inspirasi akan meningkat Ekpirasi menurun
b. WSD dengan sistem 2 botol
o Digunakan 2 botol ; 1 botol mengumpulkan cairan drainage danbotol ke-2 botol water seal.
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
18/68
18
o Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosongdan hampa udara, selang pendek pada botol 1 dihubungkan dengan
selang di botol 2 yang berisi water seal.
o Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara darirongga pleura masuk ke water seal botol 2.
o Prinsip kerjasama dengan sistem 1 botol yaitu udara dan cairanmengalir dari rongga pleura ke botol WSD dan udara dipompakan
keluar melalui selang masuk ke WSD.
o Bisasanya digunakan untuk mengatasi hemothoraks,hemopneumothoraks, efusi peural.
c. WSD dengan sistem 3 botol
o Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontroljumlah hisapan yang digunakan.
o Paling aman untuk mengatur jumlah hisapan.o Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol
ke-3. Jumlah hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang
yang tertanam dalam air botol WSD.
o Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yangditambahkan.
o Botol ke-3 mempunyai 3 selang : Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube
pada botol ke dua.
Tube pendek lain dihubungkan dengan suction. Tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan
air dan terbuka ke atmosfer.
f. Komplikasi Pemasangan WSDa. Komplikasi primer : perdarahan, edema paru, tension
pneumothoraks, atrial aritmia.
b. Komplikasi sekunder : infeksi, emfiema.g. Persiapan Alat :
1. Botol WSD berisi cairan NaCl 0,9% atau aqua dengan disinfektan,ujung selang dalam botol WSD harus terendam sepanjang 2 cm.
2. Kasa steril dalam tromol
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
19/68
19
3. Korentang4. Hypapix dan gunting5. Nierbekken/kantong balutan kotor6. Alkohol 70%7. Bethadin 10%8. Handscoon steril9. K/P Spuit 50 cc untuk spoling10.Satu set bedah minor steril meliputi :
h. Pinset anatomis : 1 buahi. Pinset cirurgis : 1 buah
j. Gunting : 1 buahk. Klem besar : 1 buah
h. Persiapan Pasien dan Lingkungan1. Pasien dan keluarga diberikan penjelasan tentang tindakan yang
akan dilakukan
2. Memasang sampiran disekeliling tempat tidur3. Membebaskan pakaian pasien bagian atas4. Mengatur posisi setengah duduk atau sesuai kemampuan pasien5. Alat-alat didekatkan ke tempat tidur pasien.
i. Pelaksanaan Perawatan WSD1. Perawat mencuci tangan, kemudian memasang handscoon
Meminimalisir perpindahan mikroorganisme.
2. Membuka set bedah minor steril.3. Membuka balutan dengan menggunakan pinset secara hati-
hati, balutan kotor dimasukkan ke dalam nierbekken.
Mencegah kontaminasi luka dari mkroorganisme.
4. Mendisinfeksi luka dan selang dengan kasa alkohol 70% kemudiandengan bethadin 10.
Membuang mikroorganisme yang menempel pada luka dan
mensterilkannya.
5. Menutup luka dengan kasa steril yang sudah dipotongtengahnya kemudian diplester.
Melindungi luka dari udara luar.
6. Selang WSD diklem.
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
20/68
20
Mencegah arus keluar dari paru karena gerakan spontan(Batuk,
tarik nafas dalam) yang mengakibatkan cairan keluar tercecer.
7. Melepaskan sambungan antara selang WSD dengan selang botol.8. Ujung selang WSD dibersihkan dengan alkohol 70%, kemudian
selang WSD dihubungkan dengan selang penyambung botol WSD
yang baru.
Mensterilkan bagian yang sangat awal berpotensi terkontaminasi.
9. Klem selang WSD dibuka10.Anjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan bimbing pasien
cara batuk efektif.
Meningkatkan tekanan dalam paru untuk mengeluarkan cairan.
11.Latih dan anjurkan pasien untuk secara rutin 2-3 kali seharimelakukan latihan gerak pada persendian bahu daerah pemasangan
WSD.
Melatih pasien agar tidak kaku persendian.
12.Merapikan pakaian pasien dan lingkungannya, kemudian membantupasien dalam posisi yang paling nyaman.
13.Membersihkan alat-alat dan botol WSD yang kotor, instrumen yangmasih basah jangan ditaruh dalam bak instrumen.
Untuk menghindari terjadinya karat.
14.Membuka handscoon dan mencuci tanganMeminimalisir perpindahan Mikroorganisme.
15.Menulis prosedur yang telah dilakukan pada catatan perawatan.j. Evaluasi Pelaksanaan Perawatan WSD
1. Evaluasi keadaan umum :
a. Observasi keluhan pasienb. Observasi gejala sianosisc. Observasi tanda perdarahan dan rasa tertekan pada dadad. Observasi apakah ada krepitasi pada kulit sekitar selang WSDe. Observasi tanda-tanda vital.
2. Evaluasi ekspansi paru meliputi :
a. Melakukan pemeriksaan Inspeksi
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
21/68
21
b. Melakukan pemeriksaan Palpasic. Melakukan pemeriksaan Perkusid. Melakukan pemeriksaan Auskultasie. Foto thoraks besok harinya, setelahnya bisa dilakukan foto
thorax ulang untuk evaluasi dan sehari sebelum WSD rencana
akan dilepas.
3. Evaluasi WSD meliputi :
a. Observasi undulasi pada selang WSDb. Observasi fungsi suction countinousc. Observasi apakah selang WSD tersumbat atau terlipatd. Catat jumlah cairan yang keluar dari botol WSDe. Pertahankan ujung selang dalam botol WSD agar selalu berada
2 cm di bawah air
f. Pertahankan agar botol WSD selalu lebih rendah dari tubuhg. Ganti botol WSD setiap hari atau bila sudah penuh.
2.5 Suction melalui ETTa. Pengertian ETT Suction
Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalannafas sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat
dengan cara mengeluarkan secret pada klien yang tidak mampu
mengeluarkannya sendiri. (Ignativicius, 1999).
b. Tujuan ETT SuctionUntuk mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses
pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan secret pada klien yang
tidak mampu mengeluarkannya sendiri.
1. Mempertahankan kepatenan jalan nafas.2. Membebaskan jalan nafas dari secret/ lendir yang menumpuk3. Mendapatkan sampel/sekret untuk tujuan diagnosa.
c. Indikasi dan kontra indikasiIndikasi bagi pelaksanaan intubasi endotrakheal menurut Gisele (2002) antara
lain :
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
22/68
22
Keadaan oksigenasi yang tidak adekuat (karena menurunnya tekananoksigen arteri dan lain-lain) yang tidak dapat dikoreksi dengan pemberian
suplai oksigen melalui masker nasal.
Keadaan ventilasi yang tidak adekuat karena meningkatnya tekanankarbondioksida di arteri.
Kebutuhan untuk mengontrol dan mengeluarkan sekret pulmonal atausebagai bronchial toilet.
Menyelenggarakan proteksi terhadap pasien dengan keadaan yang gawatatau pasien dengan refleks akibat sumbatan yang terjadi.
d. Komplikasi Hipoxemia Trauma Jaringan : Suncioning dapat menyebabkan trauma jaringan, iritasi
dan pendarahan
Atelektasis : dapat terjadi bila pemakaian kateter sunction yang terlalu besardan vacuum suction yang terlalu kuat sehingga terjadi collaps paru
(atelektasis)
Hipotensi : biasanya terjadi karena vagal stimulasi, batuk dan hipoxemia Airways Contriction : terjadi karena adanya rangsangan mekanik langsung
dari suction terhadap mukosa saluran nafas
e. Alat dan bahan yang digunakanHudak ( 1997 ) menyatakan persiapan alat scara umum untuk tindakan
penghisapan adalah sebagai berikut:
1. Kateter suction steril yang atraumatik2. Sarung tangan3. Tempat steril untuk irigasi4. Spuit berisi cairan NaCl steril untuk irigasi trachea jika diindikasikan5. Masker
f. Prinsipprinsip ETTKesukaran yang sering dijumpai dalam intubasi endotrakheal (Mansjoer Arif
et.al., 2000) biasanya dijumpai pada pasien-pasien dengan :
1. Otot-otot leher yang pendek dengan gigi geligi yang lengkap
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
23/68
23
2. Recoding lower jaw dengan angulus mandibula yang tumpul. Jarakantara mental symphisis dengan lower alveolar margin yang melebar
memerlukan depresi rahang bawah yang lebih lebar selama intubasi
3. Mulut yang panjang dan sempit dengan arcus palatum yang tinggi4. Gigi incisium atas yang menonjol (rabbit teeth)5. Kesukaran membuka rahang, seperti multiple arthritis yang menyerang
sendi temporomandibuler, spondilitis servical spine
6. Abnormalitas pada servical spine termasuk achondroplasia karenafleksi kepala pada leher di sendi atlantooccipital
7. Kontraktur jaringan leher sebagai akibat combusio yang menyebabkanfleksi leher
g. Protokol/ prosedur dari tindakan ( Ignativicius, 1999 ) menuliskan langkah-langkah dalam melakukan tindakan penghisapan adalah sebagai berikut:
Fase orientasi
Persiapan Pasien:
1. Salam terapeutik
2. Evaluasi/ validasi
3. Kontrak
Fase Prosedur
1. Kaji adanya kebutuhan untuk dilakukannya tindakan penghisapan.Memonitoring butuh atau tidaknya pasien untuk di Suction.
2. Lakukan cuci tangan, gunakan alat pelindung diri dari kemungkinanterjadinya penularan penyakit melalui secret.
Meminimalisir perpindahan Mikroorganisme.
3. Jelaskan kepada pasien mengenai sensasi yang akan dirasakan selamapenghisapan seperti nafas pendek, batuk, dan rasa tidak nyaman.
Mengurangi Anxietas klien terhadap efek dari suction.
4. Check mesin penghisap, siapkan tekanan mesin suction pada level 80120 mmHg.
Untuk menghindari hipoksia dan trauma mukosa.
5. Siapkan tempat yang steril.6.
Lakukan preoksigenasi dengan O2 100% selama 30 detik sampai 3menit.
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
24/68
24
Untuk mencegah terjadinya hipoksemia.
7. Secara cepat dan gentle masukkan kateter, jangan lakukan suction saatkateter sedang dimasukkan.
Menghindari pasien kehilangan udara yang dihirupnya.
8. Tarik kateter 1-2 cm, dan mulai lakukan suction. Lakukan suctionsecara intermitten, tarik kateter sambil menghisap dengan cara
memutar. Jangan pernah melakukan suction lebih dari 1015 detik.
Menghindari pasien kehilangan udara.
9. Hiperoksigenasi selama 1-5 menit atau bila nadi dan SaO2 pasiennormal.
Untuk menanggulangi hipooksigenasi.
10.Ulangi prosedur bila diperlukan ( maksimal 3 x suction dalam 1waktu).
11.Tindakan suction pada mulut boleh dilakukan jika diperlukan, lakukanjuga mouth care setelah tindakan suction pada mulut.
Sekaligus melakukan Oral hygiene, dan lendir juga kemungkinan
berada di atas ETT.
12.Catat tindakan dalam dokumentasi keperawatan mengenaikarakteristik Sputum(jumlah, warna, konsistensi, bau, adanya darah )
dan respon Klien.
Fase Terminasi
1. Evaluasi terhadap tindakan yanmg telah dilakukan2. Rencana tindak lanjut3. Kontrak yang akan datang
Pendokumentasian:
Pengkajian sebelum dan sesudah suction, ukuran kateter, lama tindakan, secret
(warna,bau,jumlah dan konsistensi), toleransi klien terhadap tindakan yang
dilakukan.
h. Hal-hal penting yang harus diperhatikan bagi perawat dalam melakukanTindakan
Sebelum suction, pasien harus diberi oksigen yang adekuat (pre oxygenasi)sebab oksigen akan menurun selama proses pengisapan
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
25/68
25
Proses suction tidak boleh melebihi 10-15 detik di lumen artificial airway,total proses suction jangan melebihi 20 detik.
Bila hendak mengulangi suction harus diberikan pre-oksigenasi kembali 6-10 kali ventilasi dan begitu seterusnya sampai jalan nafas bersih
Jangan lupa monitor vital sign, ECG monitor ,sebelum melanjutkansuction, bila terjadi dysritmia atau hemodinamik tidak stabil, hentikan
suction sementara waktu
Suction harus hati-hati pada kasus-kasus tertentu misalnya penderitadengan orde paru yang berat dengan memakai respirator dan PEEP, tidak
dianjurkan melakukan suction untuk sementara waktu sampai oedem
parunya teratasi
Bila sputum kental dan sulit untuk dikeluarkan dapat dispooling dengancairan NaCi 0,9% sebanyak 5-10 ml dimasukkan ke dalam lumen artificial
airway sebelum di- suction, untuk bayi cukup beberapa tetes saja
Dianjurkan setiap memakai artificial airway harus menggunakanhumidifier dengan kelembaban I 100% pada temperatur tubuh untllk
mengencerkan dan memudahkan pengeluaran sputum.
i. Hal-hal penting yang harus dicatat dan dilaporkan setelah tindakanCatat tindakan dalam dokumentasi keperawatan mengenai karakteristik Sputum
(jumlah, warna, konsistensi, bau, adanya darah ) dan respon klien.
2.6 Trakeostomia. Definisi
Prosedur dimana di buat lubang kedalam trakea, dapat menetap atau
sementara. Dilakukan untuk memintas suatu obstruksi jalan nafas atas
membuang sekresi trakhebronkhial memungkinkan menggunaan ventilasi
mekanis jangka panjang mencegah sspirasi sekresi oral/ lambung pada pasien
tidak sadar atau paralise mengganti selang endotrakeal.
b. Kriteria1. Dilakukan di ruang operasi/ unit rawat intensif2. Lubang dibuat pd cincin trakea kedua & ketiga lalu dimasukkan selang
trakeostomi balon
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
26/68
26
3. Cuff trakeostomi ad perlekatan yang dapat mengembang padatrakeostomi yg dirancang utk menyumbat ruang antara dinding trakea dg
selang utk ventilasi mekanik yg efektif
4. Dipasang ditempat dg selang pengencang mengelilingi leher pasien5. Kassa segi 4 steril diletakkan diantara selang & kulit utk menyerap
drainase & mencegah infeksi
c. KomplikasiKomplikasi dini
1. Perdarahan2. Pneumotoraks3. Embolisme udara4. Aspirasi5. Emfisema subkutan atau mediastinum6. Kerusakan saraf laring kambuhan7. Penetrasi dinding dada posterior
Komplikasi jangka panjang
1. Obstruksi jln nafas atas2. Infeksi3. Ruptur arteri inominata4. Disfagia5.
Fistula trakeoesofagus
6. Dilatasi trakea7. Iskemia/ nekrosis trakea
Intervensi kep pascaoperatif
1. TTV stabil, klien dibaringkan dlm posisi semi fowler untukmemudahkan ventilasi, menggalakkan drainase, meminimalkan
edema & mencegah regangan pd garis sutura.
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
27/68
27
2. Obat analgesik & sedatif diberikan hati2, merugikan krn menekanreflek batuk.
d. Persiapan Alat :1. Meja tempat tidur2. Handuk3. Kotak peralatan trakeostomi steril4. Kassa 4 x 4 3 pak5. Hidrogen peroksia6. Normal salin7. Kapas berujung steril8. Balutan trakeostomi steril9. Kom steril + tutup 2 buah10.Gulungan plester atau pengikat trakeostomi11.Gunting12.Sarung tangan steril13.Cuff Trakeostomi14.Selang balon (udara disuntikkan ke dalam cuff) diperlukan selama
ventilasi mekanis yang lama
15.Cuff tekanan rendahe. Persiapan Pasien
1. Jelaskan prosedur kepada pasien2. Mengucapkan salam terapeutik3. Memperkenalkan diri4. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan
tindakan yang akan dilaksanakan.
5. Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya.f. Selang trakeostomi dan perawatan kulit
1. Inspeksi balutan trakeostomi terhadap kelembaban atau drainase
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
28/68
28
Mengontrol keadaan luka pada trakeostomi, apakah terdapat infeksi atau
tidak.
2. Cuci tanganMeminimalisir perpindahan Mikroorganisme.
3. Jelaskan prosedur pada pasienMenjalin hubungan yang hangat dengan klien.
4. Kenakan sarung tangan, lepaskan balutan yang basah dan buang.5. Siapkan peralatan steril (hidrogen peroksida, normal salin, aplikator
berujung kapas, balutan).
6. Gunakan salep bakteriostatik pada pinggiran luka trakeostomi jikadiresepkan.
Membunuh Mikroorganisme atau mencegah timbul infeksi.
7. Jika tali yang lama telah basah, letakkan tali twill dalam posisinya untukmengamankan selang trakeostomi. Masukkan ujung tali melalui lubang
ujung kanula terluar. Lingkarkan tali tersebut sekeliling leher klien dan
ikatkan tali tersebut melalui lubang yang berlawanan dari kanula terluar.
Kumpulkan kedua ujungnya sehingga keduanya bertemu pada satu sisi
leher. Simpulkan, sampai hanya dua jari yang dapat menyusup diantara
tali tersebut.
8. Lepaskan tali yang lama dan buang.Biasanya tali yang lembab terkena keringat merupakan sarang
Mikroorganisme.
9. Gunakan balutan trakeostomi steril, dan paskan dengan baik di bawah talitwill dan flange selang trakeostomi sehingga insisi tertutup.
10.Setelah membereskan alat dan pasien, selesailah perawatan trakeostomi2.7 Kolostomi
a. PengertianSuatu tindakan mengganti kantong kolostomi yang penuh dengan yang baru
b. Tujuan
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
29/68
29
Memberikan kenyamanan pada klien
c. Persiapan pasien1. Mengucapkan salam terapeutik2. Memperkenalkan diri3. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan
tindakan yang akan dilaksanakan.
4. Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya5. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak
mengancam.
6. Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi7. Privacy klien selama komunikasi dihargai.8. Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta
respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
9. Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)d. Persiapan alat
1) Sarung tangan bersih2) Handuk mandi/selimut mandi3) Air hangat4) Sabun mandi yang lembut5) Tissue6) Kantong kolostomi bersih7) Bengkok/pispot8) Kassa9) Tempat sampah10)Gunting
e. Prosedura. Mendekatkan alat-alat kedekat klien.
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
30/68
30
Memudahkan perawat untuk melakukan tindakan.
b. Pasang selimut mandi/handukMemberikan privasi kepada klien.
c. Dekatkan bengkok kedekat klien.Memudahkan jangkauan pembuangan kotoran.
d. Pasang sarung tangan bersihMeminimalisir perpindahan Mikroorganisme.
e. Buka kantong lama dan buang ketempat bersih.f.
Bersihkan stoma dan kulit sekitar dengan menggunakan sabun dan cairanhangat.
Meningkatkan personal Hygiene pasien.
g. Lindungi stoma dengan tissue atau kassa.Agar feces tidak mengotori kulit yang sudah dibersihkan.
h. Keringkan kulit sekitar stoma dengan tissue atau kassa.i. Pasang kantong stoma.
j. Buka sarung tangan, bereskan alat.k. Rapihkan pasien.l. Mencuci tangan.m. Melaksanakan dokumentasi :
1) Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien padalembar catatan klien
2) Catat tgl dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yangmelakukan dan tanda tangan/paraf pada lembar catatan klien.
2.8 Kumbah lambunga. Pengertian
Pengertian Kumbah lambung merupakan salah satu tindakan dalam memberikan
pertolongan kepada pasien dengan cara memasukkan air atau cairan tertentu dan
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
31/68
31
kemudian mengeluarkannya dengan menggunakan alat yaitu NGT (Naso Gastric
Tube) / Stomach Tube yang dimasukkan melalui hidung sampai ke lambung.
b. Tujuan1. Membuang racun yang tidak terabsorbsi setelah racun masuk sal
pencernaan
2. Mendiagnosa perdarahan lambung3. Membersihkan lambung sebelum prosedur endoscopy4. Membuang cairan atau partikel dari lambung
c. Indikasi Pasien yang keracunan makanan atau obat tertentu Persiapan operasi lambung Persiapan tindakan pemeriksaan lambung Tidak ada refleks muntah Gagal dengan terapi emesis Pasien dalam keadaan sadar
d.Kontra Indikasi Kumbah lambung tidak dilakukan secara rutin dalam penatalaksanaan
pasien dengan keracunan.Kumbah lambung dilakukan ketika pasien
menelan subtansi toksik yang dapat mengancam nyawa,dan prosedur
dilakukan selama 60 menit setelah tertelan.
Pasien kejang Kumbah lambung dapat mendorong tablet ke dalam duodenum selain
mengeluarkan tablet tersebut.
Kumbah lambung dikontraindikasikan untuk bahan-bahan toksikyang tajam dan terasa membakar (resiko perforasi esophageal).
Kumbah lambung tidak dilakukan untuk bahan toksik hidrokarbon
(resiko aspirasi).
misalnya: camphor, hidrokarbon, halogen, hidrokarbon aromatic,
pestisida.
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
32/68
32
Kumbah lambung dikontraindikasikan untuk pasien yang menelanbenda asing yang tajam dan besar
Pasien tanpa gag reflex atau pasien dengan pingsan (tidak sadar)membutuhkan intubasi sebelum kumbah lambung untuk mencegah
inspirasi.
e. KomplikasiKomplikasi-komplikasi lavage lambung termasuk perforasi esofagus, aspirasi
pulmonal, ketidakseimbangan elektrolit, tensi pneumatoraks, dan hipotermia
pada anak-anak kecil bila menggunakan larutan lavage yang dingin.
f. Persiapan alat
1. Baki berisi NGT lengkap dengan corong sesuai dengan ukuran yangdibutuhkan
2. UkuranNGT:3. no.14-20 untuk ukuran dewasa.4. no.18-16 untuk anak-anak5.
no.5-7 untuk bayi
6. 2 buah baskom7. Perlak dan handuk sebagai pengalas8. Stetoskop9. Spuit 10 cc10. Plester11. Piala ginjal dan kom penampung12. Air hangat 1 sampai 2 liter13. Kassa/tissue,
http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSLf4bHQlVvi_5F0F84mDFD5_E4LuqQ8DbWHGyRgagDjrzIH3tppQ7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
33/68
33
14. Jelly15. Susu hangat16.Cairan yang digunakan17.Pada anak-anak, jika menggunakan air biasa untuk membilas
lambung akan berpotensi hiponatremi karena merangsang muntah.
Pada umumnya digunakan air hangat (tap water) atau cairan isotonis
seperti Nacl 0,9 %. Pada orang dewasa menggunakan 100-300 cc
sekali memasukkan, sedangkan pada anak-anak 10 cc/kg dalam
sekali memasukkan ke lambung pasien.
g. Persiapan PasienMenjelaskan prosedur yang akan dilakukan,mengadakan pendekatan kepada
anak atau keluarga dengan memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan
dilakukan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan
berkomunikasi. Mengatur posisi pasien dibaringkan dalam posisi dekubitus
lateral sebelah kiri, dengan bagian kepala lebih rendah dari pada bagian kaki.
h. Prosedur PelaksanaanNo Prosedur Rasional
1 Beritahu tindakan apa yang akan
dilakukan kepada klien.
Inform konsen kepada pasien
2 Mencuci tangan. Menurunkan perpindahan
mikroorganisme.
3 Perawat memakai skort. Perlindungan bagi perawat.
4 Perlak dan alas dipasang
disamping pasien.
Melindungi tempat tidur paienn
dari percikan air atau kotoran.
5 NGT di ukur dari epigastrium
sampai pertengahan dahi
kemudian diberi tanda.
Pengukuran agar selang tidak
terlalu masuk kedalam atau
belum masuk ke dalam lambung.
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
34/68
34
6 Ujung atas NGT diolesi
jelly,bagian ujung bawah diklem
Mempermudah selang masuk
7 NGT dimasukkan perlahan-lahan
melalui hidung pasien sambil
disuruh menelannya ( bila pasien
sadar ).
Mempermudah pemasukan
selang
8 Periksa apakah NGT betul-betul
masuk lambung dengan cara ;
Masukan ujung NGT kedalam
baskom yang berisi air,jika tidak
ada gelembung Maka NGT sudah
masuk kedalam lambung.
Masukan Udara dengan spuit
10cc dan didengarkan pada
daerah lambung dengan
menggunakan stetoskop. Setelah
yakin pasang plester pada hidung
untuk memfiksasi NGT.
Melakukan tes apakah selang
masuk ke dalam lambung atau
malah ke paru-paru,
menghindari obstruksi jalan
nafas dan kekeliruan.
9 Setelah NGT masuk pasien diatur
dengan posisi miring tanpa bantal
atau kepala lebih rendah
selanjutnya klem dibuka.
Membuka saluran isi lambung
yang mana menerapkan prinsip
sifat air.
10 Corong dipasang diujung bawah
NGT, air/susu dituangkan
kedalam corong jumlah cairan
sesuai kebutuhan. Cairan yang
masuk tadi dikeluarkan dan
ditampung dalam baskom.
Membantu isi lambung untuk
lebih encer dan mudah untuk
keluar
11 Pembilasan lambung dilakukan Memastikan agar cairan dari
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
35/68
35
berulang kali sampai air yang
keluar dari lambung sudah jernih.
lambung sudah bersih
12 Jika air yang keluar sudah jernih
Selang NGT dicabut secara
pelan-pelan dan diletakan dalam
baki.
Menandakan dalam lambung
sudah bersih dari makanan.
13 Setelah selesai pasien dirapikan,
mulut dan sekitarnya dibersihkan
dengan tissue jelaskan pada
pasien bahwa prosedur yangdilakukan telah selesai.
Mengurangi mikroorganisme
14 Alat-alat dikemas dan
dibersihkan.
Memudahkan pemeriksa dalam
evaluasi kelengkapan alat.
15 Perawat mencuci tangan. Mengurangi penularan infeksi.
16 Mencatat semua tidakan yang
telah dilakukan pada status
pasien.
Sebagai bukti pendokumentasian
hasil suatu tindakan
i. Evaluasi Tanggal dan waktu prosedur. Toleransi pasien terhadap prosedur.
2.9 Pemeriksaan Visusa. Pengertian
1) Tajam penglihatan diperiksa langsung, dengan memeperlihatkan serigambar simbol dengan ukuran berbeda pada jarak tertentu terhadap pasien,
dan menentukan ukuran huruf terkecil yang dapat dikenali pasien.
2) Pada pemeriksaan tajam penglihatan ditentukan huruf terkecil yang masihdapat dilihat pada kartu baca baku ( kartu Snellen) dengan jarak 6 meter
atau 20 kaki.
3) Tajam penglihatan diberikan penilaian menurut ukuran baku yang ada.
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
36/68
36
4) Dua titik dapat dilihat sebagai 2 titik terpisah bila garis yangmenghubungkan kedua titik tersebut dengan nodal ponit membentuk sudut
1 menit.
5) Pemeriksaan tajam penglihatan sebaiknya dilakukan pada jarak 5 atau 6meter, karena pada jarak ini mata akan melihat benda dalam keadaan
beristirahat atau tanpa akomodsi.
6) Tajam penglihatan menentukan berapa jelas pasien dapat melihat7) Pemeriksaan dilakukan tanpa dan dengan kacamata yang sedang
dipergunakan.
b. TujuanPemeriksaan tajam penglihatan dilakukan untuk mengetahui fungsipenglihatan setiap mata secara terpisah
c. Alat1) Kartu Snellen, bisa berupa Echart, Alphabet, dan gambar binatang.
Ada 3 jenis :
a. Kertasb.
Elektrik
c. Proyektor2) Lensa coba3) Gagang lensa coba
Untuk pemeriksaan visus bila penderita tidak bisa membaca kartu Snellen
maka dilakukan dengan :
1) hitung jari2) goyangan tangan3) Cahaya gelap / terang
d. Persiapan Pasiena. Pada orang dewasa tidak ada persiapanb. Pada anak-anak perlu memberikan perhtiannya untuk dapat dilakukan
pemeriksaan, adalah berbd memeberikan perhatian usia 3-6 tahun, 6-12 thun
dan 12
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
37/68
37
e. Prosedur Kerja1) Pasien duduk menghadap kartu Snellen dengan jarak 6 meter.
Merupakan ketentuan dari Snellebn (6 meter atau 5 meter).
2) Dipasang gagang lensa coba.Mencocokan lensa yang dipilih.
3) Mata yang tidak akan diperiksa tajam penglihatan ditutup, biasanya yangdiperiksa lebih dhulu mata kanan sehingga dilakukan penutupan mata kiri
terlebih dahulu.
4) Pasien diminta membaca huruf yang tertulis pada kartu Snellen yang dimulaidengan membaca baris atas (huruf yang lebih besar) dan bila telah terbaca
pasien diminta membaca baris di bawahnya (huruf yang lebih kecil).5) Ditentukan letak baris terakhir yang masih dapat dibaca
f. Nilai atau Hasil PemeriksaanBila huruf yang terbaca tersebut:
a. Terdapat pada baris dengan tanda 30, dikatakan tajam penglihatan 6/30b. Terdapat pada baris dengan tanda 6, dikatakan tajam penglihatan 6/6
Tajam penglihatan seseorang dikatakan normal bila tajam penglihatan adalah 6/6
atau 100%.
Dengan kartu standar dapat ditentukan tajam atau kemampuan dan fungsi mata
untuk melihat seseorang, seperti:
a) Bila tajam penglihatan 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak 6meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dpat dilihat pada jarak 6 meter.
b) Bila pasien hanya dapat melihat huruf pada baris yang menunjukkkan angka30, berarti tajam penglihatan pasien adalh 6/30.
c) Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka50, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/50.
d) Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berrti ia hanya dapat melihat pada jarak 6meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60
meter.
Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen pada jarak 6
meter maka dilakukan uji hitung jari.
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
38/68
38
g. Catatan1) Periksa tajam penglihatan tanpa dan dengan kaca mata dan dicatat.2) Bila dapat membaca 6/6 dengan terdapat kesalahan baca 2 huruf pada
bertanda 6 disebut tajam penglihatan 6/6-2
3) Bila tajam penglihatan 6/6 tapi membaca huruf tersebut dilakukan perlahan-lahan, maka mungkin terdapat cacat lapang pandangan dini
4) Walaupun tajam penglihatan 6/6 dan betul pembacaannya pada kartuSnellen, kemungkinan hermianopsia belum disingkirkan
h. Gambar
2.10Pemeriksaan Lapang Pandanga. Pengertian
Pemeriksaan lapang pandang merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan
membandingkan lapang pandangan pasien dengan penderita
b. TujuanPemeriksaan ini dilakukan untuk melihat gangguan lapang pandangan pasien.
c. IndikasiPasien Strabismus
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
39/68
39
d. Alat dan bahanTidak ada alat khusus
e. Prosedur Kerja1) Pasien dan pemeriksan duduk dengan berhadapan muka dengan jarak
kira-kira 1 meter.
2) Mata kiri pemeriksa ditutup dan mata kanan penderita ditutup.3) Mata kanan pemeriksa dengan mata kiri pasien saling berpandangan.4) Sebuah benda diletakkan antara pasien dengan pemeriksa dengan jarak
yang sama.
5) Benda mulai digerakkan dari perifer kea rah sentral sehingga mulaiterlihat oleh pemeriksa.
6) Bila pemeriksa sudah melihat benda maka ditanya apakah benda sudahterlihat oleh psien.
7) Hal ini dilakukan untuk semua arah (atas, bawah, nasal, temporal).8) Percobaan juga dilakukan pada mata satunya, baik pada pemeriksa
maupun pasien.
f. Nilai1) Bila saat melihat benda oleh pasien dan sama hal ini menunjukkan laapang
pandangan sama pada mata kanan pemeriksa dan mata kiri penderita.
2) Bila pasien melihat terlambat berarti lapang pandangan lebih sempitdisbanding lapang pandangan pemeriksa.
g. Catatan Pemeriksa harus mempunyi lapang pandangan normal. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan kasar lapang pandangan. Tes
konfrontasi dilakukan bila pemeriksaan lain tidak mungkin.
Apabila tes ini dilakukan dengn obyak tertentu kadang-kadang dapatditentukan adany skotoma dan lokasi titik buta. Tes ini mudah untuk
memeriksa hemianopsi temporal.
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
40/68
40
h. Gambar
2.11Pemeriksaan Buta Warnaa. Pengertian
Menurut Guyton (1997) Metode ishihara yaitu metode yang dapat dipakai untuk
menentukan dengan cepat suatu kelainan buta warna didasarkan pada penggunaan
kartu bertitik-titik. Kartu ini disusun dengan menyatukan titik-titik yang
mempunyai bermacam-macam warna.
b. TujuanTes ini dilakukan untuk memeriksa adanya buta warna pada seseorang.
c. DasarBuku tes Ishihara berupa gambar-gambar pseudoisokromatik yang disusun oleh
titik dengan kepadatan warna berbeda sehingga orang normal dapat mengenal
gambar yang dibentuk oleh titik tersebut. Gambar titik terdiri oleh warna primer
dengan dasar warna yang hampir sama atau abu-abu. Titik disusun akan
menghasilkan pola dan bentuk tertentu oleh orang tanpa kelainaa tanpa persepsi
warna.
Tes Ishihara terutama dipakai untuk mengenal adanya cacat merah dan hijau,
dan tidak dipakai untuk gangguan biru dan kuning.
Kerusakan retina mulai sel bipolar dan ganglion genikulatum lateral akan
mengakibatkan gangguan melihat warna terutama warna merah dan hijau, sedang
kerusakan neurosensoris mengakibatkan gangguan melihat warna terutama biru
dan kuning.
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
41/68
41
Pada retina (macula) terdapat 3 jenis kerucut yang rentan terhadap salah satu
warna primer, sehingga bila terdapat gangguan kerucut tersebut akan terjadi
gangguan penglihatan warna.
d. AlatGambar pseudoidokromatik Ishihara
e. Teknik1) Dengan penerangan tertentu (tidak menyilaukan) kartu Ishihara disinari.2) Pasien diminta melihat kartu dan menentukan gambar yang terlihat.3) Pasien diminta melihat kartu dan menentukan gambar yang terlihat.4) Pasien diminta melihat dan menyebut gambar dalam warna tidak lebih dari 10
detik.
f. Yang perlu diperhatikan1)Ruangan pemeriksaan harus cukup pencahayaannya.2)Lama pengamatan untuk membaca angka masing-masing lembar maksimum
10detik.
g. NilaiDitentukan ada atau tidak adanya buta warna merah hijau :
1)Dikenal dalam waktu 3-10 detik2)Bila lebih dari 10 detik berarti terdapat kelainan penglihatan warna.3)Buta warna merah hijau terdapat pada atrofi saraf optik, toksik optik neuropati,
dengan pengecualian.
4)Neuropati iskemi, glaukoma atrofi optik yang memeberikan gangguanpenglihatan warna biru kuning.
5)Buta warna biru kuning terdapat retinopati hipertensif, retinopati diabetik, dandegenerasi makula senil dini.
6)Degenerasi makula Stargardts dan fundus flavimakulatus memberikan gangguanpenglihatan warna merah hijau. Pada keadaan normal warna gambar tersebut.
h. Pada tes pembacaan bukuIshihara dapat disimpulkan1) Normal2) Buta warna Parsial
a. Bilaplate no. 1 sampai dengan no 17 hanya terbaca 13plate atau kurang.
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
42/68
42
b. Bila terbaca angka-angka padaplate no. 18, 19, 20 dan 21 lebih mudah ataulebih jelas dibandingkan denganplate no. 14, 10, 13, dan 17.
c. Bila ragu-ragu kemungkinan buta warna parsial dapat dites dengan:a) Membaca angka-angka padaplate no. 22, 23, 24, dan 25.
Pada orang normal, akan terbaca dengan benar angka-angka padaplate-
plate tersebut diatas secara lengkap (dua rangkap).
Pada penderita buta warna parsial hanya terbaca satu angka pada tiap-
tiap plate tersebut diatas.
b) Menunjuk arah alur pada plate no. 26, 27, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37,dan 38.
Untuk orang normal bisa menunjuk alur secara benar sedangkan untuk
buta warna parsial dapat menunjukkan adanya alur dari satu sisi yang
lainnya.
3) Buta warna totalPada plate no. 28 dan 29, untuk orang normal, tidak bisa menunjukkan
adanya alur, sedangkan untuk penderita buta warna parsial dapat
menunjukkan adanya alur dari satu sisi ke sisi yang lainnya.
i. Pengambilan Kesimpulan Tes IshiharaKesimpulan
Tes
Pengambilan Kesimpulan
Buta Warna
Total
1) Jika gambar 1 salah dan jawaban gambar lain diabaikan
Buta Warna
Parsial
1) Jika gambar 1 benar, gambar 2 sampai gambar 16 adasalah lebih dari 3 atau
2) Jika gambar 1 benar, gambar 22 sampai gambar 24jawaban hanya benar pada salah satu gambar atau
3) Jika gambar 1 benar, Jika gambar 18 sampai gambar 21terlihat angka.
Normal 1) Jika gambar 1 sampai gambar 17 benar, atau gambar 1
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
43/68
43
harus benar dan lebih dari 13 gambar dijawab benar
2) Gambar 22 sampai gambar 24 benar atau 2 gambar benar
j. CatatanAlat pemeriksa buta warna lain yang dapat dipakai ialah OA HRR (Hardly Rand
Rittler), untuk pemeriksaan kelainan merah dan kuning, biru.
Frans Warth, Munsel, 100, dan anomaloskop merupakan alat untuk pemeriksaan
kelainan warna terutama untuk penyeledikan.
2.12Pemeriksaan Tensi Mataa. Pengertian
Pemeriksaan tensi mata merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui TIO (Tekanan Intra Okuler) mata.
b. TujuanMelakukan pemeriksaan tekanan bola mata dengan tonometer
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
44/68
44
c. Macam macam cara pengukuran TIO:1. Tonometer digital palpasi
Merupakan pengukuran bola mata dengan jari pemeriksa
Alat: Jari telunjuk kedua tangan
Tehnik:
Menjelaskan apa saja yang akan kita lakukan pada saatpemeriksaan
Pasien disuruh menutup mata Pandangan kedua mata seakan-akan menghadap ke bawah Jari-jari lainnya bersandar pada dahi dan pipi pasien Kedua jari telunjuk menekan bola mata pada bagian belakang
kornea bergantian
Satu telunjuk mengimbangi tekanan saat telunjuk lainnyamenekan bola mata
Gambar 4 ( Sumber : Dasar tehnik pemeriksaan dalam
ilmu penyakit mata hal 182 )
Penilaian :
Cara ini memerlukan pengalaman pemeriksa karena terdapat faktor
subjektif
Penilaian dapat dicatat, mata N+1, N+2 , N+3 , atau N-1, N-2, N-3 yang
menyatakan tekanan lebih tinggi atau lebih rendah dari normal.
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
45/68
45
2. Tonometer SchiotzMerupakan tonometer indentasi atau menekan permukaan kornea (bagian
kornea yang dipipihkan) dengan suatu beban yang dapat bergerak bebas
pada sumbunya.
Bila tekanan bola mata lebih rendah maka beban akan mengindentasi lebih
dalam permukaan kornea dibanding tekanan bola mata lebih tinggi.
Alat:
Tonometer terdiri dari bagian :
Frame : skala, penunjuk, pemegang, tapak berbentuk konkaf Pencelup Beban : 5,5mg ; 7,5 mg ; 10 mg ; 15 mg
Gambar 5 ( Sumber : Clinical Ophthalmology hal 189 )
Tehnik:
a. Menjelaskan apa saja yang akan kita lakukan pada saatpemeriksaan
b. Pasien diarahkan pada posisi duduk miring atau terlentang dengankepala dan mata berada pada posisi vertical .
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
46/68
46
c. Mata ditetesi anestesi lokal misalnya pantochain lebih kurang satuatau dua tetes, ditunggu sampai pasien tidak merasa pedas pada
matanya.
d. Tonometer harus dibersihkan terlebih dahulue. Tonometer diberi pemberat 5,5 grf. Tonometer diperiksa dengan batang pengujig. Kelopak mata pasien dibuka dengan telunjuk dan ibu jari, jangan
tertekan bola mata
h. Pasien diarahkan untuk menatap vertical dapat dibantu dengan alat( misalnya sinar fiksasi yang berkedip-kedip atau ibu jari pasien )
i. Alat tonometer direndahkan hingga hampir menyentuh kornea,dinasehatkan agar beberapa detik untuk membiarkan pasien untuk
rileks, sambil pemeriksa mengarahkan bila alat tonometer
diletakkan nantinya berada tepat diatas kornea serta skala harus
pada posisi menghadap pemeriksa
j. Tonometer Schiotz harus dipastikan terletak pada kornea kemudianpemeriksa membaca penunjuk pada skala bacaan tometer
k. Alat diangkat dari mata dan subjek dizinkan untuk mengedipkankelopak matanya
l. Bila skala bacaan adalah 4 atau kurang, maka salah satu pemberatpada pencelup harus ditambah untuk mendapatkan keakuratan
tonometri.
m. Kemudian pemeriksaan dilanjutkan pada mata yang satunya lagisesuai dengan prosedur mata yang terlebih dahulu telah diperiksa
n. Tonometer harus dibersihkan atau disterilkan bila subjek yangdiperiksa diduga mengidap penyakit menular.
Penilaian :
Hasil pembacaan skala dikonversikan dengan tabel yang telah
ditentukan untuk mengetahui tekanan bola mata dalam millimeter air
raksa.
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
47/68
47
3. Tonometer GoldmannMerupakan alat untuk mengukur tekanan berdasarkan gaya ( jumlah
tenaga yang diberikan ) dibagi luas penampang ( kornea ) yang ditekan
alat.
Alat:
- Slit lamp dengan sinar biru- Tonometer applanasi- Fluorisen strip- Obat tetes anestesi lokal
Gambar 6 ( Sumber : "http://en.wikipedia.org/wiki/Tonometry" )
Gambar 7 ( Sumber : Clinical Ophthalmology hal 189 )
Tehnik:
1. Menjelaskan apa saja yang akan kita lakukan pada saatpemeriksaan
2. Permukaan depan prisma dibersihakan dengan air dan dikeringkandengan tisu kering, bahan yang mungkin meninggalkan residu tosik
bagi retina harus dihindari.
3. Slit lamp digeser sesuai dengan posisi yang nyaman bagipemeriksa
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
48/68
48
4. Penyaring biru dimasukkan ke dalam jalur sinar slit lamp dandibuka pada posisi yang paling lebar dan harus cukup oblik dari
sisi tepi iluminasi prisma sehingga tidak menimbulkan refleksi
yang mengganggu
5. Obat anestesi local ditetes pada kornea, berguna untuk keakuratantonometri.
6. Diberikan zat pendar untuk mengamati batas meniscus kontakkornea dan tonometer, zat pendar harus segera dibersihkan segera
setelah tonometer
7. Slit lamp diatur sehingga pasien juga merasa nyaman.Pasiendisuruh menatap lurus kedepan dan menahan kedipan mata
8. Slit lamp digeser sepanjang aksis optikus untuk mencapai kornea,dengan menggeser joystick ke belakang, keseluruhan alat bergerak
kira-kira 2 mm sampai 3 mm anterior ke arah kornea. Posisi awal
harus lebih rendah dari aksis visual sehingga memungkinkan untuk
menyelipkan di bawah bulu kelopak mata tanpa menyentuhnya,
bila perlu kelopak mata diangkat sedikit lalu prisma diposisikan
berada di tengah
9. Pemeriksa mulai melihat dari biomikroskop, citra yangdirefleksikan dari ujung tonometer bisa jadi penuntun. Citra yang
tampak menyerupai busur berwarna ungu pucat dan bergerak
sebagaimana posisi disesuaikan. Bila busur tampak simetris dalam
dua pertengahan biprisma,instrument dalam posisi benar.
10.Joystick diarahkan kedepan dengan perlahan, tepat permukaankornea tersentuh, tampak dua busur berwarna terang dan arkus
akan saling bertemu.
11.Bagi pemeriksa berpengalaman bila kornea keluar sedikit dari garispelurusan bisa disesuaikan tanpa harus menarik kembali tonometer.
Cakra tombol tonometer harus disesuaikan sehingga tepi bagian
dalam arkus superior dan bagian dalam arkus inferior saling
bertemu dengan tepat.
12.Bila salah satu semilingkaran terganggu, prosedur pemeriksaanharus diulang
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
49/68
49
13.Bila semilingkaran saling tumpang tindih dan ukuran tidak berubahsaat tombol cakra diubah, maka tonometer telah terlalu terdorong
ke depan dan harus ditarik
14.Pasien harus dibiarkan mengedip sebelum prosedur ulangdilakukan
15.Dianjurkan pemeriksaan dilakukan pada kedua mata16.Bila tonometri telah selesai dilakukan prisma dibersihkan dengan
air dan diseka dengan tissue bersih dan kering.
Gambar 9 ( Sumber : Diagnostic procedures in ophthalmology hal 49 )
Penilaian :
Melalui biomikroskop terlihat gambaran dua semi lingkaran yang
berukuran sama dimana sisi dalam kedua semi lingkaran atas dan bawah
saling bertemu dan sejajar.
Nilai yang terbaca pada tombol cakra tonometer dikalikan 10 untuk
mendapatkan nilai dalam mmHg.
4. Tono penMerupakan tonometer portable dengan sumber energi dari baterai.
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
50/68
50
Gambar 12 ( Sumber : Clinical Ophthalmology hal 190 )
Tehnik:
Menjelaskan apa saja yang akan kita lakukan pada saatpemeriksaan
Meletakkan ujung alat tegak lurus pada kornea sampai korneapipih
Pengukuran diterima apabila terdengar bunyi klik, pengukuranini akan berulang-ulang sampai data dirasa cukup dan terdengar
tanda beep yang menyatakan data telah terkumpul
Penilaian :
Hasil pengukuran tampil secara digital, di dapat berdasarkannilai rata- rata statistic yang diproses secara elektronik.
Pada irregular cornea hasil pengukuran tonopen sebandingdengan pembacaan Mackay-Karg. Pada beberapa penelitian
hasil pembacaan tonopen dibawah rata-rata pada tekanan intra
okuli tinggi dan diatas rata-rata pada tekanan intra okulirendah.
2.13Arteri Fungsia. Pengertian
Pengambilan darah arteri melalui fungsi untuk memeriksa gas-
gas dalam darah yangberhubungan dengan fungsi respirasi dan metabolisma.
b. Tujuan1. Mengetahui keadaan O2 dan metabolisme sel2. Efisiensi pertukaran O2 dan CO2.3. Kemampuan HB dalammengangkut O2 dan CO2.4. Tingkat tekanan O2 dalam darah arteri.
c. Tempat pengambilan darah arteri :1. Arteri Radialis, merupakan pilihan pertama yang paling aman dipakai
untuk fungsi arteri kecuali terdapat banyak bekas tusukan atau haematoem
juga apabila Allen test negatif.
http://blog.ilmukeperawatan.com/category/askepasuhan-keperawatanaskep-penyakit-dalamsistem-pernafasansisetm-endokrinsistem-cardiovaskulerjantungparuicugerontikhttp://blog.ilmukeperawatan.com/tag/yanghttp://blog.ilmukeperawatan.com/category/askepasuhan-keperawatanaskep-penyakit-dalamsistem-pernafasansisetm-endokrinsistem-cardiovaskulerjantungparuicugerontikhttp://blog.ilmukeperawatan.com/category/askepasuhan-keperawatanaskep-penyakit-dalamsistem-pernafasansisetm-endokrinsistem-cardiovaskulerjantungparuicugerontikhttp://blog.ilmukeperawatan.com/tag/yanghttp://blog.ilmukeperawatan.com/tag/yanghttp://blog.ilmukeperawatan.com/category/askepasuhan-keperawatanaskep-penyakit-dalamsistem-pernafasansisetm-endokrinsistem-cardiovaskulerjantungparuicugerontikhttp://blog.ilmukeperawatan.com/category/askepasuhan-keperawatanaskep-penyakit-dalamsistem-pernafasansisetm-endokrinsistem-cardiovaskulerjantungparuicugerontikhttp://blog.ilmukeperawatan.com/tag/yanghttp://blog.ilmukeperawatan.com/category/askepasuhan-keperawatanaskep-penyakit-dalamsistem-pernafasansisetm-endokrinsistem-cardiovaskulerjantungparuicugerontik7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
51/68
51
2. Arteri Dorsalis Pedis, merupakan pilihan kedua.3. Arteri Brachialis, merupakan pilihan ketiga karena lebih banyak resikonya
bila terjadi obstruksi pembuluh darah.
4. Arteri Femoralis, merupakan pilihan terakhir apabila pada semua arteridiatas tidak dapat diambil. Bila terdapat obstruksi pembuluh darah akan
menghambat aliran darah ke seluruh tubuh / tungkai bawah dan
bila yang dapat mengakibatkan berlangsung lama dapat menyebabkan
kematian jaringan. Arteri femoralis berdekatan dengan vena besar,
sehingga dapat terjadi percampuran antara darah vena dan arteri. Juga
Arteri femoralis atau brakialis sebaiknya tidak digunakan jika masih ada
alternatif lain, karena tidak mempunyai sirkulasi kolateral yang cukup
untuk mengatasi bila terjadi spasme atau trombosis. Sedangkan arteri
temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan karena adanya risiko
emboli otak.
d. Indikasi1. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik2. Pasien deangan edema pulmo3. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)4. Infark miokard5. Pneumonia6. Klien syok7. Post pembedahan coronary arteri baypass8. Resusitasi cardiac arrest9. Klien dengan perubahan status respiratori10.Anestesi yang terlalu lama
e. Kontra Indikasi1) Tes Allen positif yang menunjukkan bahwa hanya satu arteri yang
mengalirkan darah ke tangan
2) Denyut nadi radialis tidak teraba3) Selulitis atau infeksi lain di sekitar arteri radialis4) Gangguan koagulasi merupakan indikasi relatif
http://blog.ilmukeperawatan.com/tag/padahttp://blog.ilmukeperawatan.com/tag/dapathttp://blog.ilmukeperawatan.com/tag/yanghttp://blog.ilmukeperawatan.com/tag/dapathttp://blog.ilmukeperawatan.com/tag/dapathttp://blog.ilmukeperawatan.com/tag/dapathttp://blog.ilmukeperawatan.com/tag/dapathttp://blog.ilmukeperawatan.com/tag/yanghttp://blog.ilmukeperawatan.com/tag/dapathttp://blog.ilmukeperawatan.com/tag/pada7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
52/68
52
f. Komplikasi Apabila jarum sampai menebus periosteum tulang akan menimbulkan
nyeri
Perdarahan
Cidera syaraf Spasme arteri
g. Persiapan Pasien Jelaskan prosedur dan tujuan dari tindakan yang dilakukan Jelaskan bahwa dalam prosedur pengambilan akan menimbulkan rasa
sakit
Jelaskan komplikasi yang mungkin timbul
Jelaskan tentang allens testCara tes allen:
Minta klien untuk mengepalkan tangan dengan kuat, berikan
tekanan langsung pada arteri radialis dan ulnaris, minta klien untuk
membuka tangannya, lepaskan tekanan pada arteri, observasi warna
jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah
dalam 15 detik, warna merah menunjukkan test allens positif.
Apabila tekanan dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test allens
negatif. Jika pemeriksaan negatif, hindarkan tangan tersebut dan
periksa tangan yang lain.
h. Persiapan Alat dan Bahana. Spuit 2 ml atau 3ml dengan jarum ukuran 22 atau 25 (untuk anak-
anak) dan nomor 20 atau 21 untuk dewasa
b. Heparinc. Yodium-povidind. Penutup jarum (gabus atau karet)e. Kasa sterilf. Kapas alkoholg. Plester dan guntingh. Pengalasi. Handuk kecil
j. Sarung tangan sekali pakai
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
53/68
53
k. Obat anestesi lokal jika dibutuhkanl. Wadah berisi esm. Kertas label untuk naman. Thermometero. Bengkok
i. Prosedur pelaksanaan1. Baca status dan data klien untuk memastikan pengambilan AGD.
Agar tidak terjadi kekeliruan kebutuhan untuk pemeriksaan Penunjang.
2. Cek alat-alat yang akan digunakan.Mengindari kelalaian saat prosedur dilaksanakan.
3. Cuci tangan.Meminimalisir Perpindahan Mikroorganisme.
4. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien5. Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan6. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya7. Tanyakan keluhan klien saat ini8. Jaga privasi klien9. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien10.Posisikan klien dengan nyaman11.Pakai sarung tangan sekali pakai12.Palpasi arteri radialis13.Lakukan allens test14.Hiperekstensikan pergelangan tangan klien di atas gulungan handuk15.Raba kembali arteri radialis dan palpasi pulsasi yang paling keras
dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah
16.Desinfeksi area yang akan dipungsi menggunakan yodium-povidin,kemudian diusap dengan kapas alkohol
17.Berikan anestesi lokal jika perlu18.Bilas spuit ukuran 3 ml dengan sedikit heparin 1000 U/ml dan
kemudian kosongkan spuit, biarkan heparin berada dalam jarum dan
spuit
19.Sambil mempalpasi arteri, masukkan jarum dengan sudut 45 sambilmenstabilkan arteri klien dengan tangan yang lain
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
54/68
54
Pada arteri radialis posisi jarum 45 derajat
Pada arteri brachialis posisi jarum 60 derajat
Pada arteri femoralis posisi jarum 90 derajat
20.Observasi adanya pulsasi (denyutan) aliran darah masuk spuit (apabiladarah tidak bisa naik sendiri, kemungkinan pungsi mengenai vena)
21.Ambil darah 1 sampai 2 ml22.Tarik spuit dari arteri, tekan bekas pungsi dengan menggunakan kasa 5-
10 menit
23.Buang udara yang berada dalam spuit, sumbat spuit dengan gabus ataukaret
24.Putar-putar spuit sehingga darah bercampur dengan heparin25.Tempatkan spuit di antara es yang sudah dipecah26.Ukur suhu dan pernafasan klien27.Beri label pada spesimen yang berisi nama, suhu, konsentrasi oksigen
yang digunakan klien jika kilen menggunakan terapi oksigen
28.Kirim segera darah ke laboratorium29.Beri plester dan kasa jika area bekas tusukan sudah tidak mengeluarkan
darah (untuk klien yang mendapat terapi antikoagulan, penekanan
membutuhkan waktu yang lama)
30.Bereskan alat yang telah digunakan, lepas sarung tangan31.Cuci tangan32.Kaji respon klien setelah pengambilan AGD33.Berikan reinforcement positif pada klien34.Buat kontrak untuk pertemuan selanjutnya35.Akhiri kegiatan dan ucapkan salam36.Dokumentasikan di dalam catatan keperawatan waktu pemeriksaan
AGD, dari sebelah mana darah diambil dan respon klien
j. Hal yang perlu diperhatikan Tindakan pungsi arteri harus dilakukan oleh perawat yang sudah terlatih Spuit yang digunakan untuk mengambil darah sebelumnya diberi heparin
untuk mencegah
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
55/68
55
Kaji ambang nyeri klien, apabila, klien tidak mampu menolernsi nyeri,berikan anestesi lokal
Bila menggunakan arteri radialis, lakukan test allent untuk mengetahuikepatenan arteri
Untuk memastikan apakah yang keluar darah vena atau darah arteri, lihatdarah yang keluar, apabila keluar sendiri tanpa kita tarik berarti darah
arteri
Apabila darh sudah berhasil diambil, goyangkan spuit sehingga darahtercampur rta dan tidak membeku
Lakukan penekanan yang lama pada beks area insersi (aliran arteri lebihders daripada vena)
Keluarkan udara dari spuit jika sudah berhasil mengmbil darah dan tutupujung jarum dengan kart atau gabus
Ukur tanda-tanda vital (terutama suhu) sebelum darah diambil. Segera kirim ke laboratorium (sito)
2.14Nebulizera. Pengertian Nebulizer
Nebulizer adalah alat yang dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi
aerosol secara terus- menerus dengan tenaga yang berasal dari udara yang
dipadatkan atau gelombang ultrasonik.
b. Tujuan pemberian NebulizerUntuk mengurangi sesak pada penderita asma, untuk mengencerkan dahak,
bronkospasme berkurang/ menghilang.
c. obat-obat Nebulizer:1. Pulmicort: kombinasi anti radang dengan obat yang melonggarkan
saluran napas
2. Nacl : mengencerkan dahak3. Bisolvon cair : mengencerkan dahak4. Atroven : melonggarkan saluran napasBerotex : melonggarkan saluran
napas
5. Inflamid :untuk anti radang6. Combiven : kombinasi untuk melonggarkan saluran napa
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
56/68
56
7. Meptin : melonggarkan saluran napas.Kombinasi yang dianjurkan:
* Bisolvon-Berotec-Nacl
* Pulmicort-Nacl
* Combivent-Nacl
* Atroven-Bisolvon-Nacl
d. Indikasi dan kontraindikasi Nebulizer:1. Pasien sesak nafas dan batuk2. Broncho pnemonia3. Ppom (bronchitis, emfisema)4. Asma bronchial5. Rhinitis dan sinusitis6. Paska tracheostomi7. Pilek dengan hidung sesak dan berlendir8. Selaput lendir mengering9. Iritasi kerongkongan, radang selaput lendir saluran pernafasan bagian
atas
e. Kontraindikasi Nebulizer:1. Pada penderita trakeostomi.2. Pada fraktur didaerah hidung.
f. Macam-macam Nebulizer:* Nebulizer mini
Adalah alat genggam yang menyemburkan medikasi atau agens
pelembab, seperti agans bronkodilator atau mukolitik menjadi partikel
mikroskopik dan mengirimkannya kedalam paru-paru ketika pasien
menghirup napas.
* Nebulizer nebulizer jet-aerosol
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
57/68
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
58/68
58
Kapas lembab memudahkan untuk mengambil kotoran yang sudah
mengering.
7) Obat dimasukkan dlm tempat penampungan obat pd nebulizer.8) Tambahkan sejumlah normal saline steril ke nebulizer sesuai program.9) Hubungkan masker/nasal canule/mouthpiece pada klien sehingga uap
dan obat tidak keluar.
10) Klien dianjurkan nafas dalam secara teratur.Agar uap atau asap yang ditimbulkan mesin bisa terhirup dengan
benar.
11) Bila klien merasa lelah, matikan nebulizer sebentar, berikankesempatan klien istirahat
12) Setelah obat sudah habis, matikan mesin nebulizer13) Berikan O2 liter/mnt atau sesuai instruksi14) Perhatikan keadaan umum15) Alat dibersihkan dan dirapikan, sarung tangan dilepas16) Cuci tangan17) Evaluasi perasaan klien18) Catat tindakan yang telah dilakukan (dokumentasi).
- Jenis obat dan jumlah liter oksigen yang diberikan
- Waktu pemberian
- Reaksi pasien
g. Komplikasi
Komplikasi (umumnya karena efek samping obat), berupa:
1. Nausea/mual2. Vomiting/muntah3. Tremor4. Bronchospasme5. Tachycardia
2.15Postural Drainagea. Pengertian
Postural drainase (PD) merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan
sekresi dari berbagai segmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
59/68
59
gravitasi.. Mengingat kelainan pada paru bisa terjadi pada berbagai lokasi maka
PD dilakukan pada berbagai posisi disesuaikan dengan kelainan parunya. Waktu
yang terbaik untuk melakukan PD yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi dan
sekitar 1 jam sebelumtidur pada malam hari.
PD dapat dilakukan untuk mencegah terkumpulnya sekret dalam saluran nafas
tetapi juga mempercepat pengeluaran sekret sehingga tidak terjadi atelektasis.
Pada penderita dengan produksi sputum yang banyak PD lebih efektif bila
disertai dengan clapping dan vibrating.
b. Indikasi untuk Postural Drainase :1. Profilaksis untuk mencegah penumpukan sekret yaitu pada :
Pasien yang memakai ventilasi Pasien yang melakukan tirah baring yang lama Pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis
kistik atau bronkiektasis
Pasien dengan batuk yang tidak efektif .2. Mobilisasi sekret yang tertahan :
Pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh sekret Pasien dengan abses paru Pasien dengan pneumonia Pasien pre dan post operatif Pasien neurologi dengan kelemahan umum dan gangguan
menelan atau batuk.
c. Kontra indikasi untuk postural drainase :1. Tension pneumotoraks2. Hemoptisis3. Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark
miokard akutrd infark dan aritmia.
4. Edema paru5. Efusi pleura yang luas
d. Fisiologi Organ TerkaitLobus Kanan Atas :
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
60/68
60
1. segmen apical2. segmen posterior3. segmen anterior
Lobus Kanan Tengah :
1. segmen lateral2. segmen medial
Lobus Kanan Bawah :
1. segmen superior2. segmen basal anterior3. segmen basal lateral4. segmen basal posterior5. segmen basal medial
e. Peralatan :1) Bantal 2 atau 3 buah2) Papan pengatur posisi3) Tisu wajah4) Segelas air5) Sputum pot
f. Persiapan pasien untuk postural drainase1. Longgarkan seluruh pakaian terutama daerah leher dan pinggang.2. Terangkan cara pengobatan kepada pasien secara ringkas tetapi lengkap.3. Periksa nadi dan tekanan darah.4. Apakah pasien mempunyai refleks batuk atau memerlukan suction untuk
mengeluarkan sekret.
g. Cara melakukan pengobatan1. Terapis harus di depan pasien untuk melihat perubahan yang terjadi selama
Postural Drainase.
2. Postoral Drainase dilakukan dua kali sehari, bila dilakukan pada beberapaposisi tidak lebih dari 40 menit, tiap satu posisi 310 menit.
3. Dilakukan sebelum makan pagi dan malam atau 1 s/d 2 jam sesudah makan.
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
61/68
61
h. Penilaian hasil pengobatan1. Pada auskultasi apakah suara pernafasan meningkat dan sama kiri dan kanan.2. Pada inspeksi apakah kedua sisi dada bergerak sama.3. Apakah batuk telah produktif, apakah sekret sangat encer atau kental.4. Bagaimana perasaan pasien tentang pengobatan apakah ia merasa lelah,
merasa enakan, sakit.
5. Bagaimana efek yang nampak pada vital sign, adakah temperatur dan naditekanan darah.
6. Apakah foto toraks ada perbaikan.i. Kriteria untuk tidak melanjutkan pengobatan
1. Pasien tidak demam dalam 2448 jam.2. Suara pernafasan normal atau relative jelas.3. Foto toraks relative jelas.4. Pasien mampu untuk bernafas dalam dan batuk.
j. Prosedur Kerja :1. Cuci tangan.
Meminimalisir mikroorganisme
2. Pilih area yang tersumbat yang akan di drainage berdasarkan pengkajiansemua area paru, data klinis, dan chast x-ray.
3. Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainage area yang tersumbat.4. Minta klien mempertahankan posisi tersebut selama 10-15 menit.
Untuk mendapatkan fungsi dari posisi drainage yang di praktekan pada
klien.
5. Selama 10-15 menit drainage pada posisi tersebut, lakukan perkusi danvibrasi dada diatas area yang didrainage.
Membantu pengeluaran darah (hemaptoe) atau sputum yang di keluarkan
pasien.
6. Setelah drainage pada posisi pertama, minta klien duduk dan batuk bila tidakbisa batuk lakukan suction.Tampung sputm disputum pot.
Membantu pasien yang tidak mampu mengeluarkan sendiri sputumnya.
7. Minta klien istirahat sebentar bila perluMemberikan waktu istirahat untuk pasien.
8. Anjurkan klien minum sedikit air.
7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
62/68
62
Membantu mengencerkan cairan.
9. Ulangi lagkah 3-8 sampai semua area tersumbat terdrainageMelanjutkan terapi drainage
10.Ulangi pengkajian dada pada semua bidang paru.Memantau apakah ada kelainan setelah dilakuakn drainage.
11.Cuci tanganMeminimalisir perpindahan Mikroorganisme
12.Dokumentasikan.
k. Posisi-posisi Postural DrainageBerikut macam-macam posisi postural drainage
Kedua lobus atas - segmen apikal
Lobus atas kanan - segmen anterior
http://3.bp.blogspot.com/_Fr_eS0j21po/S20K_HZrgHI/AAAAAAAAAFc/S3v1hc1j9xo/s1600-h/1.pnghttp://3.bp.blogspot.com/_Fr_eS0j21po/S20K_HZrgHI/AAAAAAAAAFc/S3v1hc1j9xo/s1600-h/1.pnghttp://3.bp.blogspot.com/_Fr_eS0j21po/S20K_HZrgHI/AAAAAAAAAFc/S3v1hc1j9xo/s1600-h/1.png7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
63/68
63
Lobus atas kiri - segmen anterior
Lobus atas kanansegmen posterior ( dipandang dari depan )
Lobus atas kanansegmen posteriordipandang dari belakang
Lobus atas kirisegmen posterior
lobus atas kiri - segmen posterior ( posisi lain )
http://3.bp.blogspot.com/_Fr_eS0j21po/S20Lx79EFMI/AAAAAAAAAGM/qLe3mgD71cI/s1600-h/5B.pnghttp://4.bp.blogspot.com/_Fr_eS0j21po/S20LcYgTUJI/AAAAAAAAAF0/hs7LbyHyb_w/s1600-h/4A.pnghttp://3.bp.blogspot.com/_Fr_eS0j21po/S20Lx79EFMI/AAAAAAAAAGM/qLe3mgD71cI/s1600-h/5B.pnghttp://4.bp.blogspot.com/_Fr_eS0j21po/S20LcYgTUJI/AAAAAAAAAF0/hs7LbyHyb_w/s1600-h/4A.pnghttp://3.bp.blogspot.com/_Fr_eS0j21po/S20Lx79EFMI/AAAAAAAAAGM/qLe3mgD71cI/s1600-h/5B.pnghttp://4.bp.blogspot.com/_Fr_eS0j21po/S20LcYgTUJI/AAAAAAAAAF0/hs7LbyHyb_w/s1600-h/4A.pnghttp://3.bp.blogspot.com/_Fr_eS0j21po/S20Lx79EFMI/AAAAAAAAAGM/qLe3mgD71cI/s1600-h/5B.pnghttp://4.bp.blogspot.com/_Fr_eS0j21po/S20LcYgTUJI/AAAAAAAAAF0/hs7LbyHyb_w/s1600-h/4A.pnghttp://2.bp.blogspot.com/_Fr_eS0j21po/S20LqjBMeBI/AAAAAAAAAGE/3FL4_qMFogc/s1600-h/5A.png7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
64/68
64
Lobus tengah kanan
Perhatikan : pasien bagian badannya terlentang.
Lingula ( dipandang dari belakang )
Kedua lobus bawahsegmen anterior
Lobus bawah kanansegmen lateral
http://3.bp.blogspot.com/_Fr_eS0j21po/S20MQmsRV_I/AAAAAAAAAGs/g8eCn26bTzk/s1600-h/9.pnghttp://2.bp.blogspot.com/_Fr_eS0j21po/S20MI2CvXpI/AAAAAAAAAGk/D73iLBmBa28/s1600-h/8.pnghttp://2.bp.blogspot.com/_Fr_eS0j21po/S20MByQbtKI/AAAAAAAAAGc/Csi7S6hM-4Q/s1600-h/7.pnghttp://1.bp.blogspot.com/_Fr_eS0j21po/S20L5OvJsqI/AAAAAAAAAGU/ToFjGTAiyYU/s1600-h/6.pnghttp://3.bp.blogspot.com/_Fr_eS0j21po/S20MQmsRV_I/AAAAAAAAAGs/g8eCn26bTzk/s1600-h/9.pnghttp://2.bp.blogspot.com/_Fr_eS0j21po/S20MI2CvXpI/AAAAAAAAAGk/D73iLBmBa28/s1600-h/8.pnghttp://2.bp.blogspot.com/_Fr_eS0j21po/S20MByQbtKI/AAAAAAAAAGc/Csi7S6hM-4Q/s1600-h/7.pnghttp://1.bp.blogspot.com/_Fr_eS0j21po/S20L5OvJsqI/AAAAAAAAAGU/ToFjGTAiyYU/s1600-h/6.pnghttp://3.bp.blogspot.com/_Fr_eS0j21po/S20MQmsRV_I/AAAAAAAAAGs/g8eCn26bTzk/s1600-h/9.pnghttp://2.bp.blogspot.com/_Fr_eS0j21po/S20MI2CvXpI/AAAAAAAAAGk/D73iLBmBa28/s1600-h/8.pnghttp://2.bp.blogspot.com/_Fr_eS0j21po/S20MByQbtKI/AAAAAAAAAGc/Csi7S6hM-4Q/s1600-h/7.pnghttp://1.bp.blogspot.com/_Fr_eS0j21po/S20L5OvJsqI/AAAAAAAAAGU/ToFjGTAiyYU/s1600-h/6.pnghttp://3.bp.blogspot.com/_Fr_eS0j21po/S20MQmsRV_I/AAAAAAAAAGs/g8eCn26bTzk/s1600-h/9.pnghttp://2.bp.blogspot.com/_Fr_eS0j21po/S20MI2CvXpI/AAAAAAAAAGk/D73iLBmBa28/s1600-h/8.pnghttp://2.bp.blogspot.com/_Fr_eS0j21po/S20MByQbtKI/AAAAAAAAAGc/Csi7S6hM-4Q/s1600-h/7.pnghttp://1.bp.blogspot.com/_Fr_eS0j21po/S20L5OvJsqI/AAAAAAAAAGU/ToFjGTAiyYU/s1600-h/6.png7/31/2019 Ketrampilan laboratorium keperawatan
65/68
65
Lobus bawah kirisegmen lateral dan Lobus bawah kanansegmen kardiak (
medial )
Kedua lobus bawahsegmen posterior
Perhatikan : bantal di bawah perut dan lutut, kepala tanpa bantal
Lobus bawah kanansegmen posterior ( Posisi dimodifikasi untuk penekanan
khusus )
http://3.bp.blogspot.com/_Fr_eS0j21po/S20MnTVWilI/AAAAAAAAAHE/Y5M3G03pRuA/s1600-h/12.pnghttp://2.bp.blogspot.com/_Fr_eS0j21po/S20MW1KX3uI/AAAAAAAAAG0/ClI54aumGMM/s1600-h/10.pnghttp://3.bp.blogspot.com/_Fr_eS0j21po/S20MnTVWilI/AAAAAAAAAHE/Y5M3G03pRuA/s1600-h/12.pnghttp://2.bp.blogspot.com/_Fr_eS0j21po/S20MW1KX3uI/AAAAAAAAAG0/ClI54aumGMM/s1600-h/10.pnghttp://3.bp.blogspot.com/_Fr_eS0j21po/S20MnTVWilI/AAAAAAAAAHE/Y5M3G03pRuA/s1600-h/12.pnghttp://2.bp.blogspot.com/_Fr_eS0j21po/S20MW1KX3uI/AAAAAAAAAG0/ClI54aumGMM/s1600-h/10.png7/31/2019 Ketrampilan labo
Top Related