KAUM MUDA MUSLIM MILENIAL DAN RADIKALISME
(Studi atas Peran Pemuda Majelis Taklim The Rabbaanians, Al-
Azhar, Jakarta Selatan dalam Mencegah Radikalisme pada
Generasi Muda di Jakarta)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Roby Zularham
NIM : 11151120000018
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H / 2019 M
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam tidak lupa di haturkan kepada
Nabi Muhammad Shallalahu Alaihi Wasallam sebagai pemimpin dan sekaligus
pembawa kebahagiaan bagi umat Islam serta teladan manusia di muka bumi.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini banyak pihak-
pihak yang membantu dalam proses penelitian ini, mulai dari awal hingga akhir. Oleh
karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Amany Lubis M.A.
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Bapak Dr. Ali Munhanif, M.A.
3. Dr. Chaider S. Bamualim, M.A, selaku dosen pembimbing yang dengan baik,
sabar meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan masukan dalam setiap
membimbing penulis sampai bisa menyelesaikan skripsi ini.
4. Ketua Program Studi Ilmu Politik Bapak Dr. Iding Rosyidin, M.Si, yang telah
membantu dan memudahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, Ibu
Suryani, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik yang selalu
memberikan pengalaman kompetitif di setiap kelas, dosen pembimbing
akademik Bapak Dr. A. Bakir Ihsan, M.Si, yang telah memberikan arahan dari
awal perkuliahan sampai saat ini.
v
5. Seluruh dosen tercinta selama penulis menuntut ilmu di FISIP UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Terima
kasih telah memberikan ilmu yang sangat progresif dan bermanfaat.
6. Keluarga tercinta penulis, Ayah, Ibu, dan seluruh keluarga saya yang
mendukung baik dalam proses, semangat dan berbagi keluh kesah penulis
sehingga bisa menyelesaikan penelitian ini.
7. Penyelenggara Majelis Taklim The Rabbaanians khususnya Bapak
Sobahhusurur, ketua Majelis Taklim The Rabbaanians Dani Prsetyo, Ustadz
Subhan Bawazier, serta seluruh panitia dan jamaah Majelis Taklim The
Rabbaanians yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang berkenan
menjadi narasumber penelitian serta memudahkan penulis dalam mencari
data.
8. Sahabat-sahabat seperjuangan seperkuliahan Fauzan, Kevin, Fajar, Fikri,
Maulana, Prisma karena telah memberikan semangat dan berbagi ilmu kepada
penulis.
9. Teman-teman Ilmu Politik A 2015 yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu
yang telah mendukung, memberikan masukan, serta berbgai ilmu yang
bermanfaat bagi penulis.
Penulis berharap Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan balasan
yang terbaik atas segala dukungan dan doa yang disampaikan. Rasa hormat dan
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penulisan skripsi
vi
ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Harapan penulis adalah Semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat baik dalam segi akademik maupun praktis.
Ciputat, 15 November 2019
Roby Zularham
vii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ....................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ................................................................... ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .................................................................. ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................................... vii
ABSTRAK ......................................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Pertanyaan Penelitian ........................................................................................... 17
C. Tujuan dan manfaat penelitian ........................................................................... 17
D. Tinjauan Pustaka .................................................................................................. 18
E. Kerangka Teoritis ................................................................................................. 22
F. Metode Penelitian .................................................................................................. 25
G. Sistematika Penulisan ........................................................................................... 28
BAB II KERANGKA TEORETIS DAN KONSEPTUAL ........................................... 30
A. Kaum Muda Muslim Milenial ............................................................................. 30
B. Radikalisme ........................................................................................................... 30
C. Karakteristik Radikalisme ................................................................................... 33
D. Faktor Penyebab Radikalisme ............................................................................. 35
E. Pencegahan Radikalisme ...................................................................................... 37
1. Deradikalisasi Pemahaman Keagamaan ........................................................ 37
2. Deideologisasi Agama ....................................................................................... 38
BAB III PROFIL MAJELIS TAKLIM THE RABBAANIANS ................................. 41
A. Majelis Taklim The Rabbaanians ....................................................................... 41
B. Latar Belakang Sosial-Ekonomi, Keagamaan Kaum Muda Majelis Taklim
The Rabbaanians ............................................................................................................. 48
viii
BAB IV PERAN PEMUDA MAJELIS TAKLIM THE RABBAANIANS DALAM
MENCEGAH RADIKALISME PADA GENERASI MUDA DI JAKARTA ............ 56
A. Pandangan dan Sikap Kaum Muda Majelis Taklim The Rabbaanians
terhadap Radikalisme ...................................................................................................... 56
B. Peran Kaum Muda Majelis Taklim The Rabbaanians dalam Mencegah
Radikalisme pada Generasi Muda di Jakarta ............................................................... 64
1. Deradikalisasi Pemahaman Keagamaan ..................................................................... 66
2. Deideolgisasi Agama .................................................................................................. 71
3. Dakwah Berbasis IT .................................................................................................... 75
4. Humanity Response .................................................................................................... 78
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 80
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 80
B. Saran ............................................................................................................................ 81
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 83
ix
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang Kaum Muda Muslim Milenial dan
Radikalisme (Studi atas Peran Pemuda Majelis Taklim The Rabbaanians Al-Azhar,
Jakarta Selatan dalam Mencegah Radikalisme pada Generasi Muda di Jakarta).
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data
menggunakan wawancara, dokumentasi, dan observasi. Teori yang digunakan yaitu
radikalisme, deradikalisasi pemahaman keagamaan dan deideologisasi agama.
Hasil penelitian menunjukan peran pemuda Majelis Taklim The Rabbaanians
dalam mencegah radikalisme melalui beberapa cara. Pertama, deradikalisasi
pemahaman keagamaan melalui program tatsqif (pendidikan ilmu agama melalui
kajian ilmiah), al-amru bi al-ma’ruf wa al-nahyu an al-munkar (mendorong kebaikan
dan mencegah kemungkaran), Al-Ri’ayah (pemeliharaan dan pengawalan terhadap
aqidah umat Islam dari bahaya aliran-aliran sesat dan pola pikir yang berlawanan
dengan nilai-nilai di dalam Al-Quran dan Hadits). Kedua, deideolgisasi agama
dengan menanamkan pemahaman agama yang autentik, terbuka, toleran dan mudah
dipahami. Ketiga, melakukan pencegahan dengan dakwah berbasis IT yaitu
penyebaran konten-konten dakwah melalui media sosial. Keempat, melakukan
pencegahan melalui program kegiatan sosial Humanity Response, untuk
meningkatkan rasa peduli terhadap sesama.
Kata Kunci : Radikalisme, Deradikalisasi, Deideologisasi, Majelis Taklim,
Kaum Muda Muslim
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Radikalisme dan kaum muda merupakan sesuatu yang sangat berdekatan, kaum
muda yang sedang dalam proses pencarian jati diri dan identitas menjadi sasaran yang
paling strategis untuk memperkuat gerakan radikalisme.1 Radikalisme adalah
pemikiran dan gerakan yang menginginkan perubahan secara total dan bersifat
revolusioner dengan merubah nilai-nilai yang ada secara drastis melalui tindakan-
tindakan ekstrim dan aksi kekerasan. Ciri dari radikalisme yaitu fanatik (menganggap
diri sendiri selalu benar dan orang lain salah), intoleran (kurang menghargai pendapat
serta keyakinan orang lain), revolusioner (menginginkan perubahan cepat dengan
cara kekerasan dalam mencapai tujuan), eksklusif (membedakan dan memisahkan diri
dari kaum Muslimin pada umumnya).2
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Intelijen Negara (BIN) pada 2017
sekitar 39% mahasiswa Indonesia dari beberapa perguruan tinggi terpapar
radikalisme.3 Survei Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian yang diketuai oleh Prof
Dr Bambang Pranowo, pada Oktober 2010 sampai Januari 2011 di
Jabodetabek, menyatakan bahwa 50% pelajar menyetujui tindakan radikal. Sebanyak
52,3% siswa setuju dengan kekerasan dalam rangka solidaritas agama. Kemudian
1 Ahmad Fuad Fanani, “Fenomena Radikalisme di Kalangan Kaum Muda”, (Jurnal Maarif
Institute, Vol.8.No.1, Juli 2013), h.6. [Jurnal on-line], https://www.academia.edu. 2 Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, “ Strategi Menghadapi Paham Radikalisme
Terorisme”, dalam https://belmawa.ristekdikti.go.id diakses pada tanggal 15 Maret 2019. 3 Wishnugroho Akbar, “ BIN Ungkap 39 % Mahasiswa Terpapar Radikalisme”, dalam
https://www.cnnindonesia.com diakses pada tanggal 15 Maret 2019
2
14,2% siswa membenarkan serangan bom. Survei The Pew Research Center pada
tahun 2015, menyatakan bahwa ada sekitar 4 % atau sekitar 10 juta orang warga
Indonesia mendukung ISIS dan parahnya sebagian besar dari mereka adalah kaum
muda.4
Dari data program deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
(BNPT) pada bulan Februari 2017, ditemukan bahwa rata-rata napi teroris yang
berada di LP berusia 17-34 tahun yang dikategorikan sebagai generasi muda,
berjumlah 52%.5 Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman radikal
banyak ditemui di kalangan kaum muda.
Generasi muda sendiri memiliki banyak pengertian, dalam UUD pengertian
pemuda yaitu:
Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2009 tentang kepemudaan
pasal 1 ayat (1) mendefinisikan bahwa yang di maksud dengan pemuda adalah
warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan
perkembangan yang berusia 16 sampai 30 tahun.6
Dalam penelitian ini kaum muslim muda diartikan sebagai kaum muda yang
beragama Islam, dalam rentang usia 16-34 tahun. Sedangkan milenial diartikan
4 Sri Lestari, “Anak-Anak muda Indonesia Makin Radikal?”, dalam https://www.bbc.com/indo
diakses pada tanggal 15 Juli 2019. 5 Suhardi Alius, “Terorisme Menyasar Generasi Muda”, dalam http://mediaindonesia.com
diakses pada tanggal 5 November 2018. 6 Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan Pasal 1 Ayat
(1), diakses pada tanggal 10 November 2018, http://kemenpora.go.id.
3
sebagai anak muda yang lahir tahun 1982 sampai kisaran tahun 2000, yang rata-rata
mereka pada tahun 2017 berumur antara 16 tahun sampai 36 tahun.7
Pada zaman milenial ini bukan hanya lembaga pendidikan, lingkungan
pertemanan, keluarga, dan organisasi yang memliki pengaruh dalam proses belajar
keagamaan kaum muda Muslim. Tetapi media sosial juga mampu memberikan
kontribusi besar bagi kaum muda dalam proses pembelajaran keagamaan. Oleh
karena itu corak keberagamaan kaum muda Muslim dipengaruhi oleh kehadiran
teknologi internet dan media sosial.8
Kaum muda yang terlihat kalem, soleh, sopan dalam kesehariannya, tetapi tiba-
tiba berubah menjadi kasar dan memaki-maki ketika berkomunikasi di media sosial.
Hal ini disebabkan karena kaum muda terpapar virus kebencian yang disebarkan
melalui media sosial sehingga tidak bisa mengendalikan emosinya ketika
berkomunikasi di media sosial.9
Data dari wahid foundation menunjukkan bahwa, ada kekhawatiran masa depan
toleransi di kalangan pemuda, dikarenakan banyak pemuda yang terpapar kekerasan
dan virus kebencian yang disebabkan tingginya pertumbuhan teknologi inovasi dan
7 Chaider S.Bamualim, dkk., Kaum Muda Muslim Milenial : Konservatisme, Hibridasi
Identitas, dan Tantangan Radikalisme (Banten : Center For The Study of Religion and Culture, 2018),
h.8-9. 8 Chaider S.Bamualim, dkk. Kaum Muda Muslim Milenial : Konservatisme, Hibridasi Identitas,
dan Tantangan Radikalisme, h.25. 9 Munawir Aziz, Merawat Kebinekaan : Pancasila, Agama, dan Renungan Perdamaian
(Jakarta : Elex Media Komputindo, 2017), h.121-122.
4
internet yang masif tetapi tidak dibarengi dengan kemampuan analisis konten-konten
yang dilihat.10
Mayoritas pemuda mengaku terpapar radikalisme melalui akses internet, serta
kasusnya terlepas dari karakteristik dan kondisi keluarga mereka. Sebagian besar
keluarga (80%) tidak ikuti kepercayaan serta kegiatan agama tertentu yang bersifat
radikal dan hanya 16% termasuk kelas pekerja. Artinya mereka yang berlatarbelakang
dari keluarga yang baik, tidak radikal, para pemuda bisa mengalami radikalisasi.
Kaum muda menjadi target yang potensial untuk direkrut karena mudah terhasut
pemahaman radikalisme.11
Menurut Yudi Zulfahri, mantan napi terorisme dalam kasus pelatihan militer di
Aceh dan alumni Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN), radikalisme
pada saat ini lebih banyak disebarkan melalui dunia maya. Menurutnya ideologi
radikal didapatnya dan dipelajarinya dari internet. Kemudian setelah dia bertemu
dengan Ali Imron terpidana bom Bali serta berdiskusi tentang Islam dan jihad,
barulah dia sadar bahwa apa yang dilakukannya dan diyakininya yaitu idelolgi Islam
dengan kekerasan merupakan kekeliruan.12
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kaum muda mudah terkena
radikalisme melalui sarana internet dan jejaring online. Pertama, mudahnya fasilitas
mengakses internet dan media sosial memungkinkan kaum muda dalam mengakses
10
Munawir Aziz, Merawat Kebinekaan : Pancasila, Agama, dan Renungan Perdamaian,
h.121-122. 11
Moh Yasir Alimi, Mediatisasi Agama Post-Truth dan Ketahanan Nasional (Yogyakarta :
LKiS, 2018), h.136. 12
Ari Susanto, “Strategi Pemerintah Cegah Paham Radikal : Bangun Dialog di Kampus”, dalam
https://www.rappler.com diakses pada tanggal 15 Maret 2019.
5
berbagai informasi. Kaum muda rata-rata tidak dibekali dengan kemampuan dalam
menyaring informasi dari internet dan media sosial yang ada. Kemudian, dengan
banyaknya berita hoax yang tersebar di internet dan media sosial serta banyaknya
konten yang berbau ujaran kebencian, kelompok tertentu, ataupun pemerintah. Hal ini
sangat mudah tersebar secara luas dan dibaca oleh kaum muda yang kebanyakan
menggunakan media sosial dan internet. Dengan konten berita seperti itu dan
kurangnya ilmu pengetahuan di kalangan kaum muda dalam menerima informasi
tersebut, mereka mudah terprovokasi dengan konten yang mereka lihat di internet dan
sosial media.13
Kedua, dari sisi kelompok-kelompok radikalisme itu sendiri, mereka
mempunyai keahlian dalam memasukkan konten berupa propaganda-propaganda
yang berhasil untuk memikat, menarik, dan mempengaruhi kaum muda yang
mayoritas pengguna internet dan media sosial. Media sosial dimanfaatkan untuk
melakukan perekrutan, mempengaruhi, mengumpulkan, serta mengajak kaum muda
untuk ikut bergabung dalam kelompok radikal. Bahkan beberapa pelaku melakukan
aksinya setelah mendapatkan informasi dari internet. Ketiga, karena kekurangannya
sosok publik figur yang dapat dijadikan contoh dan diteladani. Masalah ini turut andil
dalam mempengaruhi kaum muda rentan terkena radikalisme dan terorisme.
Banyaknya media mainstream dan media online yang memberitakan kasus-kasus
publik figur yang terkena masalah, baik masalah korupsi dan lainnya. Hal tersebut
13
Suhardi Alius, “Terorisme Menyasar Generasi Muda”, diakses pada tanggal 5 November
2018.
6
menyebabkan banyak kaum muda sulit mendapatkan sosok publik figur yang dapat
diteladani.14
Kemudian penyebab utama berkembangnya paham radikalisme yaitu
pemahaman keagamaan yang sangat dangkal. Banyaknya peristiwa teror bom, baik
bom bunuh diri atau mengebom suatu tempat dengan mengatasnamakan jihad serta
memerangi kaum kafir, hal ini disebabkan kesalahan dalam menafsirkan Al-Quran
dan hadits nabi. Padahal Agama Islam di dalam Al-Quran adalah agama yang benar,
Islam tidak mengajarkan melakukan kekerasaan atau paksaan demi menarik pengikut
untuk masuk ke dalam Agama Islam.15
Ulama terkemuka yang berdiam di Qatar, Yusuf Qardhawi mengatakan bahwa,
faktor utama dari munculnya sikap dan tindakan radikal yaitu karena
ketidakmampuan seseorang ataupun kelompok dalam memahami teks-teks agama,
sehingga mereka memahami Islam hanya secara dangkal saja dan sepotong-
sepotong.16
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa, pemahaman keagamaan yang keliru
dan pemahaman agama yang dangkal menjadi penyebab utama munculnya
radikalisme di Indonesia. Pendidikan agama di sekolah formal hanya sebatas
pengantar saja, tetapi tidak mendalam. Radikalisme juga terjadi karena mereka tidak
14
Suhardi Alius, “Terorisme Menyasar Generasi Muda”, diakses pada tanggal 5 November
2018. 15
Arifuddin, “Pandangan dan Pengalaman Dosen UIN Alauddin Makassar dalam Upaya
Mengantisipasi Gerakan Islam Radikal di Kalangan Mahasiswa”, (Jurnal Al-Ulum, Vol.16.No.2,
December 2016), h.435-454. [Jurnal on-line]. https://journal.iaingorontalo.ac.id. 16
Hasani Ahmad Said dan Fathurrahman Rauf, “Radikalisme Agama Dalam Perspektif Hukum
Islam‖”, (Jurnal. AL-‗ADALAH, Vol. XII.No. 3, Juni 2015). h.444. [Jurnal on-line].
https://www.academia.edu/22328453/10-Hasani_Ahmad_Said.
7
memahami agama dengan baik. Rata-rata mereka hanya memahami agama dan
mempelajarinya setengah-setengah tanpa merujuk pada Al-Quran dan hadist sesuai
dengan pemahaman para sahabat dan ulama-ulama terdahulu.
Masyarakat harus diberi pendidikan agama yang lebih mendalam. Dengan
diberi pendidikan agama yang benar akan berdampak pada terbentuknya karakter
pada individu atau masyarakat. Karakter yang terbentuk tersebut akan berdampak
pada implementasi nilai-nilai agama yang benar dan sesuai di masyarakat, bukan
malah menjadikan mereka seorang yang radikal. Karena tidak ada agama yang
mengajarkan radikalisme termasuk Agama Islam, oleh karena itu dengan adanya
pendidikan agama diharapkan mampu menjadi tameng bagi masuknya radikalisme
dan terorisme. Pembentukan karakter seseorang atau suatu masyarakat yang baik,
hanya bisa dilakukan dengan memperbanyak pendidikan keagamaan khususnya
kepada kaum muda.17
Oleh sebab itu diperlukannya pendidikan agama yang lebih
mendalam lagi baik secaa formal ataupun non formal. Kalau secara formal mungkin
sudah ada seperti di sekolah, namun itu sangat minim sekali dan tidak secara
komprehensif. Oleh karena itu jalan keluarnya mereka harus mencari ilmu agama di
luar atau secara non formal salah satu cara yaitu dengan mendatangi majelis-majelis
taklim yang berpemahaman akidah yang benar serta mengajarkan untuk mencintai
tanah air dan menjaga ukhuwah di antara umat beragama, terutama umat muslim.
17
Syarif Abdussalam, “Paham Terorisme Muncul dan Berkembang, Uu Salahkan Ini”, dalam
http://jabar.tribunnews.com diakses pada tanggal 5 November 2018.
8
Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi pemahaman keagamaan kaum
muda. Pertama, menguatnya peran media sosial, dalam hal ini media sosial dapat
menjadi sahabat dan juga menjadi wadah untuk bertanya bagi kaum muda dalam
mempelajari agama. Beberapa ustad yang aktif di media sosial lebih mudah diterima
karena kaum muda lebih mudah mengakses pada saat yang diinginkannya.
Contohnya seperti Ustadz Abdul Somad, Ustadz Khalid Basalamah, Ustadz Syafiq
Riza Basalamah, Ustadz Subhan Bawazier. Pada era globalisasi media sosial sangat
masif dimanfaatkan oleh kaum muda salah satunya termasuk sebagai sarana
mempelajari agama, oleh karena itu sangat logis bahwa media sosial mampu
mereduksi peran keluarga dan juga sekolah dalam kegiatan mempelajari agama.18
Kedua, melemahnya peran keluarga, Keluarga pada dasarnya fondasi awal
pendidikan agama karena dari lingkungan inilah anak pertama kali mengenal banyak
hal. Tetapi pengaruh keluarga lama-lama akan berkurang karena adanya informasi
dari luar yang didapat oleh anak. Keberagamaan seorang dapat dapat dipengaruhi
melalui informasi yang diperolehnya dari luar, baik berupa bacaan, dunia maya dan
juga teman pergaulannya.19
Ketiga, merosotnya pengaruh pendidikan keagamaan di sekolah, dalam sistem
pendidikan formal, pendidikan agama di sekolah merupakan salah satu sumber dalam
mempelajari agama. Dalam buku Kaum Muda Muslim Milenial ditemukan bahwa
18
Chaider S.Bamualim, dkk. Kaum Muda Muslim Milenial : Konservatisme, Hibridasi
Identitas, dan Tantangan Radikalisme, h.25-26 19
Chaider S.Bamualim, dkk. Kaum Muda Muslim Milenial : Konservatisme, Hibridasi
Identitas, dan Tantangan Radikalisme, h.32
9
pendidikan agama di sekolah formal belum memenuhi kebutuhan pendidikan agama
untuk kaum muda Muslim sehingga salah satu dampaknya mereka mencari sumber
pembelajaran tambahan melalui media sosial.20
Keempat, pengaruh lingkungan pergaulan, lingkungan pergaulan merupakan
hal yang penting bagi kaum muda dalam membentuk sikap keberagamaannya. Dalam
hal ini lingkungan pergaulan dapat berupa pendidikan informal, afiliasi organisasi,
dan teman pergaulan. Pendidikan informal itu menjadi fondasi pada keberagamaan
anak muda Muslim. Kalau pertemanan mempunyai pengaruh pada corak
keberagamaan anak muda apakah mengarah ke moderat atau radikal. Kemudian
afiliasi organisasi semakin menguatkan pola keberagamaan anak muda. Dari semua di
atas akan menjadi pengalaman serta berpengaruh pada proses pembentukan
identitas.21
Kelompok radikal yang diuntungkan oleh sistem politik demokrasi, memiliki
misi yang tidak baik terhadap demokrasi. Mayoritas kelompok radikal mengusung
ideologi islamis yang dikampanyekan kepada masyarakat untuk menggantikan sistem
demokrasi dengan cara-cara inkonstitusional. Di kalangan kelompok radikal,
penolakan terhadap demokrasi merupakan harga mati dan tidak jarang dilakukan
melalui cara-cara kekerasan.22
20
Chaider S.Bamualim, dkk. Kaum Muda Muslim Milenial : Konservatisme, Hibridasi
Identitas, dan Tantangan Radikalisme, h.36 21
Chaider S.Bamualim, dkk. Kaum Muda Muslim Milenial : Konservatisme, Hibridasi
Identitas, dan Tantangan Radikalisme, h.46 22
Masdar Hilmy, “ Radikalisme Agama dan Politik Demokrasi di Indonesia Pasca Orde Baru”,
dalam https://media.neliti.com diakses pada tanggal 17 Desember 2019.
10
Gerakan radikal di Indonesia mengingatkan pada teori jebakan demokrasi yaitu
rezim demokrasi yang dimanfaatkan kelompok radikal untuk menjalankan aksinya
dengan tujuan merebut politik-kekuasaan pada inti pergerakannya. Jika dilihat,
mayoritas kelompok radikal memang tidak ikut dalam hingar-bingar sistem politik
praktis. Penolakan mereka terhadap sistem demokrasi ditunjukkan melalui
ketidakmauan mereka ikut bergabung melalui system parpol dan juga banyak yang
kurang perduli terhadap dunia politik. 23
Pengembangan wacana ideologi radikal, sebagai bagian dari kebebasan
berpendapat, jelas tidak bisa dimusnahkan oleh aparat negara. Pemusnahan
kelompok radikal sebagaimana dilakukan oleh Malaysia jelas akan berpengaruh
terhadap indeks kebebasan dan demokrasi yang setiap tahun selalu di-update.
Pada era reformasi merupakan momentum yang menguntungkan bagi
kelompok radikal untuk menyebarkan dan menjalankan gerakan radikalisme.
Sebagai akibatnya, ormas radikal menjadi berani dan terbuka dalam
mengkampanyekan sikap anti Pancasila dan mengusung opini bahwa harus
digantikan menjadi sistem khilafah. Kemudian Pancasila, demokrasi dan
pemerintah dianggap sebagai taghut yaitu ciptaan manusia yang sudah menjadi
sesembahan.24
Oleh karena itu, sikap demokrasi terhadap kelompok radikal menjadi sebuah
dilema, karena ketika negara menindak kelompok radikal, jelas akan menggerus
kualitas demokrasi itu sendiri. Tetapi jika tidak ditindak secara tegas akan
menggrogoti demokrasi dari dalam, bahkan dapat membunuhnya.25
Adanya wacana negara khilafah dengan sistem syariah menjadi imajinasi
sebagai bentuk negara ideal di satu sisi, dan wacana anti Pancasila serta anti
23
Masdar Hilmy, “ Radikalisme Agama dan Politik Demokrasi di Indonesia Pasca Orde Baru”,
diakses pada tanggal 17 Desember 2019. 24
Masdar Hilmy, “ Radikalisme Agama dan Politik Demokrasi di Indonesia Pasca Orde Baru”,
diakses pada tanggal 17 Desember 2019. 25
Masdar Hilmy, “ Radikalisme Agama dan Politik Demokrasi di Indonesia Pasca Orde Baru”,
diakses pada tanggal 17 Desember 2019.
11
demokrasi di sisi lain bertebaran bebas di ruang publik. Bahkan wacana dan ideologi
radikal tidak jarang mampu memukau kaum terpelajar, namun demikian negara tidak
mempunyai kemampuan untuk membelenggu wacana-wacana tersebut. Jika negara
menggunakan cara-cara represif maka bisa dipastikan pergerakan kualitas demokrasi
akan berjalan kearah negatif. Negara baru bisa melakukan penanganan ketika efek
dari wacana tersebut berhasil terealisasikan, misalnya ketika terjadi aksi kekerasan
yang melibatkan kelompok-kelompok radikal. Oleh karena itu masalah tersebut
menjadi dilema bagi negara demokrasi dalam mengatasi masalah radikalisme.26
Dalam rangka mencegah paham dan ajaran radikal ada beberapa cara yang
harus dilakukan oleh kaum muda yaitu menanamkan jiwa nasionalisme dan rasa cinta
terhadap NKRI, perkaya tentang ilmu keagamaan yang bersifat terbuka, moderat dan
toleran. Serta membentengi diri dengan selalu waspada terhadap provokasi, hasutan
serta pola rekruitmen mereka melalui lingkungan masyarakat maupun dunia maya.
Kemudian membangun jejaring dengan komunitas damai melalui offline dan juga
online yang berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan.27
Dalam pencegahannya BNPT melakukannya dengan beberapa cara yaitu
pertama, kontra radikalisasi yaitu dengan menanamkan nilai-nilai ke-Indonesiaan dan
juga nilai-nilai non-kekerasan. Cara pencegahan ini dilakukan dengan cara
pendidikan secara formal ataupun non formal melalui kerja sama dengan tokoh
26
Masdar Hilmy, “ Radikalisme Agama dan Politik Demokrasi di Indonesia Pasca Orde Baru”,
diakses pada tanggal 17 Desember 2019. 27
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, “Strategi Menghadapi Paham Radikalisme
Terorisme”, diakses pada tanggal 15 Maret 2019.
12
masyarakat, agama, pendidikan, pemuda, dan lainnya dalam memberikan nilai
kebangsaan. Cara kedua melalui deradikalisasi, strategi ini ditujukan untuk kelompok
simpatisan, pendukung inti dan militan dengan proses yang dilakukan baik di dalam
maupun di luar lapas. Tujuan dari strtaegi ini agar mereka meninggalkan cara-cara
kekerasan dan teror dalam memperjuangkan misi mereka dan juga memoderasi
pemahaman radikal mereka agar sejalan dengan kelompok Islam moderat serta sesuai
dengan misi kebangsaan dalam memperkuat NKRI.28
Banyaknya gerakan-gerakan radikalisme di awali dengan pengajian atau majelis
taklim yang berada di lingkungan masyakarat dengan bercirikan pertentangan
terhadap Pancasila, ingin mendirikan negara Islam Indonesia, mendirikan
kekhalifahan, mereka mewujudkan tujuannya dengan menggunakan cara-cara
inkonstitusional.29
Disatu sisi majelis taklim juga mampu memberikan kontribusi
positif bagi peningkatan kualitas pemahaman keagamaan seseorang.
Kemudian dalam penelitian ini majelis taklim diartikan sebagai sebuah tempat
atau wadah berkumpulnya individu atau kelompok dengan tujuan untuk
memperdalam, meningkatkan dan menuntut ilmu agama yang bersifat nonformal.
Majelis taklim mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai sarana untuk meningkatkan,
memperlajari dan menambah ilmu agama dengan berdampak pada pengamalan ajaran
28
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, “Strategi Menghadapi Paham Radikalisme
Terorisme”, diakses pada tanggal 15 Maret 2019. 29
Afadlal, dkk., Islam dan Radikalisme di Indonesia (Jakarta : LIPI Press, 2005), h.106-107.
13
agama di lingkungan, sarana untuk menjalin silaturhami atau kontak sosial sesama
umat muslim.30
Dari fenomena di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian terkait peran
pemuda Majelis Taklim The Rabbaanians dalam mencegah pemahaman radikalisme
pada generasi muda di Jakarta. Majelis taklim ini berlokasi di Jalan Sisingamaraja
RT/RW 2/1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan tepatnya di Masjid Agung Al-Azhar,
yang diselenggarakan oleh Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar. Majelis taklim ini
didirikan tahun 2015, dengan total jamaah mencapai 1000 orang, rata-rata jamaah
majelis taklim ini direntang usia 18-35 tahun dan pengajian ini rutin dilakukan setiap
rabu malam sehabis sholat isya. Penyelenggara Majelis Taklim The Rabbaanians
bernama Dr. Sobahusurur, MA dan diketuai oleh Dani Prasetyo.31
Tujuan berdirinya
majelis taklim ini, agar menjadi sebuah wadah dakwah untuk generasi muda dengan
harapan agar generasi muda kedepannya akan benar-benar memahami Agama Islam
dengan baik dan benar sesuai Al-Quran dan sunnah Nabi Muhammad shallallahu
alaihi wasallam.32
Dengan mempelajari agama lebih mendalam lagi dan
berpemahaman yang benar sesuai dengan Al-Quran dan hadist Nabi Muhammad
diharapkan agar dapat mencegah paham radikalisme pada generasi muda di Jakarta.
30
Sudirman Anwar, Management of Student Development : Perspektif Al-Qur’an dan As-
Sunnah (Riau : Yayasan Indragiri, 2015), h.82-83. 31
Wawancara dengan Sobahhusurur, Penyelenggara Majelis Taklim The Rabbaanians , Jakarta,
Jumat, 5 Juli 2019. 32
Wawancara dengan Ilham Caturahman, Panitia Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta,
Minggu, 22 Mei 2019.
14
Dalam penelitian ini, penulis meneliti pemuda majelis taklim tersebut karena
dalam majelis taklim ini rata-rata jamaahnya dan panitianya berusia muda yaitu
antara 18-35 tahun, kemudian juga di dalam Majelis Taklim The Rabbaanians
diajarkan bagaimana cara beragama yang benar sesuai dengan apa yang diajarkan
Nabi Muhammad dan para sahabatnya sehingga tidak ada kekeliruan dalam
memahami ayat Al-Quran dan hadist-hadist, di Majelis Taklim The Rabbaanians
diajarakan bagaimana agar jamaahnya menjadikan Nabi Muhammad sebagai sosok
atau figur yang wajib di teladani dalam hal agama, akhlak, serta perilaku dalam
bermasyarakat, dan juga toleransi. Kemudian diajarkan bagaimana agar kita selalu
meningkatkan ketakwaan dan keimanan dengan tujuan agar kita selalu menjaga diri
dari perbuatan sia-sia dan dosa.33
Kemudian di Majelis Taklim The Rabbaanians dalam ceramah-ceramahnya
diajarkan bagaimana sikap kita dalam bermuamalah terhadap pemerintah dan negara,
kemudian juga diajarkan cara menyampaikan sebuah masukkan kepada pejabat atau
pemerintah dengan cara mendatanginya langsung untuk memberi masukkan atau
nasihat bukan dengan cara berdemo di jalan. Dalam majelis ini ceramah-ceramahnya
berisikan tema-tema yang mengarah pada persatuan, kedamaian, dan pemahaman
yang komprehensif tentang Islam serta tidak ada yang mengarah ke radikalisme.34
Dan juga di dalam majelis taklim ini diajarkan bahwa kita tidak boleh mencela
33
Wawancara dengan Sobahhusurur, Penyelenggara Majelis Taklim The Rabbaanians , Jakarta,
Jumat, 5 Juli 2019. 34
Wawancara dengan Sobahhusurur, Penyelenggara Majelis Taklim The Rabbaanians , Jakarta,
Jumat, 5 Juli 2019.
15
pemerintah, harus taat kepada pemerintah dan pemimpin serta tidak boleh melakukan
pemberontakan terhadap pemerintah dan negara karena berdasarkan hadist-hadits
Nabi Muhammad yang shahih, umat Islam dilarang untuk melakukan hal-hal seperti
itu. Ustadz-ustadz dalam Majelis Taklim The Rabbaanians juga mengecam aksi bom
bunuh diri yang mengatas namakan jihad, karena tidak sesuai dengan apa yang
diajarkan dalam Islam.35
Majelis Taklim The Rabbaanians menggunakan sarana media sosial untuk
menyebarkan dakwahnya, seperti Facebook, Instagram, Twitter, Youtube, dan
WhatsApp. Jadi media sosial menjadi salah satu kekuatan dalam penyebaran konten-
konten dakwahnya serta menjadi ciri khas dari kaum muda Majelis Taklim The
Rabbaanians. Oleh karena itu dengan adanya sarana dakwah yang masif melalui
media sosial diharapkan dapat menjadi sarana pencegahan masuknya paham-paham
radikalisme pada anak muda melalui media sosial.36
Ada beberapa kegiatan di Majelis Taklim The Rabbaanians yaitu kajian rutin
setiap rabu malam, kemudian ada sesi santai dan tanya jawab setelah kajian di daerah
bazar di lingkungan Masjid Al-Azhar. Buka bersama pada bulan Ramadhan bersama
tunarungu dan anak yatim, mengadakan kegiatan umroh bersama, kegiatan
berqurban, kemudian ada kegiatan sosial dan humanity response dengan berupa donor
35
Wawancara dengan Bagas Adi, Panitia Majelis Taklim The Rabbaanians , Jakarta, Minggu,
14 Juli 2019. 36
Wawancara dengan Bagas Adi, Panitia Majelis Taklim The Rabbaanians , Jakarta, Minggu,
14 Juli 2019.
16
darah. Kemudian ada penggalangan dana untuk korban bencana alam seperti
contohnya di Lombok, Bima, dan Aleppo.37
Dengan demikian berdasarkan data yang diperoleh di atas ada beberapa
penyebab munculnya radikalisme dan presentase yang paling besar dikarenakan
keliru dan kurangnya seseorang dalam memahami ilmu agama dan juga banyaknya
generasi muda yang mudah terpapar radikalisme melalui internet dan media sosial,
oleh karena itu dibutuhkannya pendidikan agama yang lebih mendalam dengan
mempelajari Al-Quran dan hadist Nabi Muhammad sesuai dengan pemahaman yang
benar dan salah satunya melalui majelis taklim. Penulis memfokuskan untuk
melakukan penelitian terhadap Majelis Taklim The Rabbaanians karena majelis
taklim ini mempunyai faktor-faktor yang dapat diteliti lebih jauh lagi guna mencegah
paham radikalisme pada generasi muda di Jakarta. Oleh karena itu, dalam penelitian
ini penulis mengambil judul yakni “KAUM MUDA MUSLIM MILENIAL DAN
RADIKALISME (Studi atas Peran Pemuda Majelis Taklim The Rabbaanians,
Al-Azhar, Jakarta Selatan dalam Mencegah Radikalisme pada Generasi Muda
di Jakarta)”. Berdasarkan permasalahan, data-data, dan fakta yang ada di atas,
penelitian ini akan dirumuskan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian, sebagai
berikut.
37
Wawancara dengan Bagas Adi, Panitia Majelis Taklim The Rabbaanians , Jakarta, Minggu,
14 Juli 2019.
17
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarakan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, penulis
mengajukan beberapa pertanyaan penelitian, sebagai berikut.
1. Bagaimana pandangan dan sikap pemuda Majelis Taklim The Rabbaanians
terhadap radikalisme?
2. Bagaimana peran pemuda Majelis Taklim The Rabbaanians dalam
mencegah radikalisme pada generasi muda di Jakarta?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan dari pertanyaan penelitian di atas, penelitian ini mempunyai
tujuan dan manfaat sebagai berikut.
1. Tujuan Penelitian
a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pemuda Majelis Taklim
The Rabbaanians dalam mencegah radikalisme pada generasi muda di
Jakarta.
b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pandangan dan sikap pemuda
Majelis Taklim The Rabbaanians terhadap radikalisme.
2. Manfaat Penelitian
a. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi komunitas atau
organisasi keagamaan mengenai peran pemuda majelis taklim dalam
mencegah radikalisme pada generasi muda.
18
D. Tinjauan Pustaka
Kajian pustaka diperlukan agar penelitian ini tidak sama dengan penelitian yang
sudah ada sebelumnya. Kemudian untuk mengetahui adanya keterkaitan dengan judul
penelitian yang penulis sudah susun. Berdasarkan hasil kajian pustaka, terdapat
beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.
Pertama, penelitian Imam Solichun.38
Penelitian ini membahas Peran
organisasi kepemudaan dalam menangkal radikalisme (studi kasus pada GP Ansor
kota Surabaya Periode 2017-2021). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
deskriptif dan jenis penelitian ini studi kasus, data yang dikumpulkan melalui data
primer dan skunder dengan menggunakan teknik pengumpulan data wawancara,
observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian yang didapatkan yaitu di kota Surabaya
radikalisme cukup berkembang, kemudian GP Ansor kota Surabaya merespon dengan
beberapa program untuk menangkal radikalisme, beberapa programnya yaitu
optimalisasai kaderisasi pelatihan keterampilan, mengoptimalkan majelis dzikir dan
sholawat, Cyber Army dan bekerjasama dengan berbagai pihak seperti Pemkot
Surabaya, keamanan dan lainnya. Serta melalui revitalisasi nilai-nilai Islam dalam
kehidupan sehari-hari.
38
Imam Solichun, “Peran organisasi kepemudaan dalam menangkal radikalisme; studi kasus
pada GP Ansor kota Surabaya Periode 2017-2021”, (Surabaya: Tesis Dirasah Islamiyah, Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Program Pascasarjana, 2018), h.18-22, [Tesis on-line],
http://digilib.uinsby.ac.id.
19
Kedua, penelitian oleh Muchamad Mufid.39
Penelitian ini membahas Peranan
Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Upaya Menangkal Radikalisme Pada Peserta
Dididik SMA 9 Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif
dan pengambilan data melalui wawancara, dokumentasi dan observasi dan metode
studi lapangan. Hasil penelitian ini yaitu peranan guru dalam menangkal radikalisme
dengan memberikan pembelajaran agama Islam secara kontekstual, bertoleransi serta
mencinati perdamaian. Para guru juga membimbing agar mereka hidup rukun, tidak
saling hujat serta guru menjadi penengah ketika terjadi perbedaan pendapat. Peran
guru sebgai teladan dalam hal toleransi dan mempunyai ide untuk mengadakan
aktivitas keagamaan yang berguna. Kemudian ada dua upaya strategis guru PAI
untuk menangkal radikalisme, yang pertama melalui pembelajaran agama yang
berisikan bagaiaman dakwah Rasulullah yang membawa konsep yang santun,
menentukan hukum Islam jika berbeda pendapat, serta dengan akhlak mulia. Kedua
melalui kegiatan keagamaan para guru menanamkan pemahaman Islam yang benar
agar mereka tidak fanatisme golongan serta dengan pemnbiasaan amal soleh.
Kemudan hasil peran guru PAI dalam mencegah radikalisme yaitu para peserta didik
jadi memahami bahayanya radikalisme, mereka menolak aksi kekerasan dengan
mengatasnamakan agama, dan peserta didik mempunyai sikap toleran.
39
Muchamad Mufid, “Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Upaya Menangkal
Radikalisme Pada Peserta Didik Di SMAN 9 Yogyakarta”, (Yogyakarta: Skripsi Pendidikan Agama
Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Program Sarjana Pendidikan Islam, 2017). h.90, [Skripsi on-
line], http://digilib.uin-suka.ac.id.
20
Ketiga, penelitian oleh Abdul Halik.40
Penelitian ini membahas mengenai
strategi kepala madrasah dan guru dalam upaya pencegahan paham Islam radikal di
madrasah aliyah (MAN) Mamuju. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan manajerial, pedagogis,
psikologis dan sosiologis. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini yaitu ada 2 strategi yang diterapkan
oleh kepada madrasah dan guru, yang pertama ada strategi akademik dan yang kedua
strategi non-akademik. Adapun strategi akademik yaitu strategi pada saat jam
pelajaran dan strategi non-akademik yaitu strategi pada saat di luar jam pelajaran.
Dampak dari adanya penggunaan strategi tersebut menjadikan kalangan siwa
mempunyai pola pemahaman yang bersifat moderat dalam aspek keagamaan, sosial
dan juga psikologi siswa tersebut.
Keempat, penelitian oleh A. Syafi’ AS.41
Membahas tentang radikalisme agama
(analisis kritis dan upaya pencegahannya melalui basis keluarga sakinah). Penelitian
ini mencoba mengetahui latar belakang radikalisme yang berawal dari keterasingan
individu dengan lingkungan baik keluarga maupun di luar. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data studi dokumen,
dan analisis datanya menggunakan teknik deskriptif analisis.
40
Abdul Halik, “ Strategi Kepala Madrasah dan Guru dalam Upaya Pencegahan Paham Islam
Radikal di Madrasah Aliyah (MAN) Mamuju”, (Makasar : Tesis Pendidikan dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Program Pascasarjana, 2016). h.xiv, [Tesis on-line],
http://repositori.uin-alauddin.ac.id. 41
A. Syafi’ AS, “Radikalisme Agama : Analisis Kritis dan Upaya Pencegahannya Melalui
Basis keluarga Sakinah”, (Jurnal Studi Keagamaan, Sosial dan Budaya, Vol.2.No.1, 2017), h.353-376.
[Jurnal on-line], http://ejournal.kopertais4.or.id.
21
Kemudian hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa ada beberapa hal yang
dapat memicu identitas baru yang dapat menimbulkan tindakan anarkis dan
radikalisme agama, yaitu adanya penurunan moral, permasalahan ekonomi, dan juga
pendidikan yang salah. Peran keluarga sakinah sendiri yaitu dengan menciptakan
suasana kasih sayang antara anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang baik,
mempermudah dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai keagamaan. Melalui
hal-hal tersebut diharapkan mampu mencegah individu mengalami keterasingan yang
memicu timbulnya radikalisme agama.
Kelima, penelitian oleh Estu Miyarso.42
Penelitian ini membahas
pengembangan model internalisasi nilai-nilai pendidikan agama sebagai upaya untuk
menangkal potensi terorisme dan gejala disintegrasi bangsa. Penelitian ini bertujuan
untuk mencari tahu bagaimana pandangan masyarakat mengenai terorisme dan
menganalisis kebutuhan pendidikan mengenai anti terorisme di sekolah. Penelitian ini
menggunakan metode Research and Development, dengan teknik purposive
sampling. Objek dan lokasi penelitian ini yaitu siswa SLTA di Yogyakarta. Hasil
penelitian menyatakan bahwa pandangan masyarakat mengenai terorisme beragam.
Responden menyatakan setuju bahwa di sekolah perlunya pendidikan anti terorisme
serta dimasukan dalam kurikulum seperti kegiatan intrakurikuler maupun kegiatan
ekstrakurikuler, sehingga menghasilkan sebuah sampel model internalisasi nilai
pendidikan agama dalam bentuk draft modul pendidikan anti terorisme di sekolah.
42
Estu Miyarso, “Pengembangan Model Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Sebagai
Upaya Untuk Menangkal Potensi Terorisme dan Gejala Disintegrasi Bangsa”, (Jurnal Penelitian
Humaniora, Vol.16.No.1, April 2011), h.76-93. [Jurnal on-line], https://journal.uny.ac.id.
22
Dari kelima penelitian tersebut terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian
penulis. Dalam penelitian ini lokasi penelitiannya berbeda dengan kelima penelitian
yang sudah disebutkan di atas, pada penelitian pertama lokasi penelitian berada di
Surabaya, kemudian penelitian kedua berada di Tangerang Selatan, penelitian ketiga
berada di Mamuju, Sulawesi Barat, penelitian keempat berada di Jombang, Jawa
Timur, dan penelitian kelima berlokasi di Yogyakarta. Kemudian dari kelima
penelitian di atas memliki perbedaan pada penelitian penulis pada studi kasusnya dan
juga fokus masalah yang diteliti.
E. Kerangka Teoretis
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori untuk menjelaskan
permasalahan penelitian yang sudah dipaparkan di atas. Teori yang akan digunakan
yaitu teori radikalisme, deradikalisasi pemahaman keagamaan, dan deideologisasi
agama. Oleh karena itu diperlukan pembahasan yang lebih mendalam tentang teori
tersebut dengan mencari sumber dari berbagai literatur yang ada.
1. Radikalisme
Radikalisme pada dasarnya dari bahasa Latin yaitu radix yang berarti akar.
Artinya berpikir radikal yakni berpikir secara mendalam terhadap sesuatu sampai ke
akar-akarnya.43
Radikalisme adalah pemahaman yang menginginkan adanya
perubahan, pergantian terhadap suatu sistem yang ada dimasyarakat sampai ke
akarnya. Radikalisme menginginkan adanya perubahan secara total terhadap suatu
43
Tarmizi Taher, Meredam Gelombang Radikalisme (Jakarta : Center for Moderate Moslem
dan Karya Rezeki, 2004), h.21.
23
kondisi atau semua aspek kehidupan masyarakat. Orang-orang radikal mengira bahwa
rencana-rencana yang mereka gunakan merupakan cara yang paling pas dan ideal.
Dalam permasalahan radikalisme ini, kebanyakan beralaskan dari pemahaman yang
sempit mengenai agama kemudian berakhir pada aksi teror bom. Sikap ektrem
tersebut berkembang biak ditengah-tengah lingkungan yang mempertontonkan
kemiskinan, kesenjangan sosial, atau ketidakadilan.44
Radikalisme merupakan sebuah sikap yang menginginkan perubahan secara
total dan bersifat revolusioner dengan merubah nilai-nilai yang ada secara drastis
melalui tindakan-tindakan ekstrim dan aksi kekeraan. Ciri dari radikalisme yaitu
fanatik (menganggap diri sendiri selalu benar dan orang selain dia salah), intoleran
(kurang menghargai pendapat serta keyakinan orang lain), revolusioner
(menginginkan perubahan cepat dengan cara kekerasan dalam mencapai tujuan),
eksklusif (membedakan diri dari kaum Muslimin pada umumnya).45
Radikalisme bisa bermakna ada pada posisi yang terlalu berlebihan, esktrem,
atau melewati batas wajar. Secara terminologis radikalisme merupakan suatu sikap
fanatik pada satu pendapat dan mengabaikan pendapat lainnya, tidak dialogis, serta
harfiah dalam memahami teks-teks agama tanpa menimbang-nimbang apa tujuan
esensial dari syariat.46
44
Zuly Qodir, Radikalisme Agama di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h. 117 45
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, “ Strategi Menghadapi Paham Radikalisme
Terorisme”, diakses pada tanggal 15 Maret 2019. 46
Irwan Masduki, Berislam Secara Toleran; Teologi Kerukunan Umat Beragama ( Bandung:
Mizan, 20011), h. 116.
24
Kemudian Azyumardi Azra mengatakan bahwa, kata radikal itu mengacu
kepada kondisi keadaan orang atau gerakan tertentu dimana mereka menginginkan
adanya perubahan sosial dan politik dengan cepat dan juga sampai ke akarnya atau
menyeluruh. Mereka juga tidak jarang melakukan aksi-aksinya dengan cara
kekerasan, bukan dengan cara damai. Oleh karena itu radikalisme yang bersifat
keagamaan berhubungan dengan suatu cara untuk memperjuangkan keyakinan
keagamaan yang mereka anut tanpa adanya kompromi, bisa melalui cara kekerasan
dan anarkis.47
2. Deradikalisasi Pemahaman Keagamaan
Deradikalisasi pemahaman keagamaan adalah:
Upaya menghapuskan pemahaman yang radikal terhadap ayat-ayat al-Qur’an
dan hadis, khususnya ayat atau hadis yang berbicara tentang konsep jihad dan
perang melawan kaum kafir. Jadi deradikalisasi ini bukan dimaksudkan sebagai
sebuah upaya untuk menyampaikan pemahaman baru tentang Islam dan bukan
juga pendangkalan akidah bagi umat Islam, melainkan sebagai sebuah usaha
untuk mengembalikan serta meluruskan kembali mengenai pemahaman tentang
apa dan bagaimana Islam.48
3. Deideologisasi Agama
Dalam mencegah radikalisme, filsuf Islam modern Muhammad Arkoun
menawarkan konsep berupa deideologisasi agama.
Deideologisasi adalah upaya membedakan antara agama autentik dengan agama
yang sudah terideologisasi oleh kelompok-kelompok radikal. Agama autentik
adalah agama yang terbuka dan toleran, sedangkan agama yang terideologisasi
47
Badrus Sholeh, Budaya Damai Komunitas Pesantren ( Jakarta: Pustaka LP3S, 2007),
h.xxvii. 48
Nasaruddin Umar, Deradikalisasi Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis, h. 4
25
adalah agama yang ditafsirkan secara reduktif, manipulatif, dan subjektif
sehingga menghasilkan agama yang intoleran.49
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan beruaya melakukan
analisis yang mendalam pada persoalan yang akan diteliti. Dalam metode kualitatif
ada beberapa jenis teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara,
dokumentasi dan lainnya. Pada penelitian ini penulis menggunakan ketiga unsur
tersebut untuk dapat mengumpulkan data-data secara lebih mendalam. Dengan
menggunakan metode kualitatif, penelitian ini diharapkan dapat mengeksplorasi
objek lebih dalam yaitu Majelis Taklim The Rabbaanians, serta melalui jamaahnya
dan ceramah-ceramahnya. Dalam penelitian kualitatif ada teknik riset yang dipakai
secara luas oleh para ilmuan politik beberapa contohnya yaitu untuk mengumpulkan
pengalaman subjektif seseorang, opini, keyakinan, nilai, dan lainnya.50
2. Sumber Data
Dalam penelitian kualitatif, supaya hasil penelitiannya berkualitas dilakukanlah
dengan cara pengumpulan data yang lengkap yaitu berbentuk data primer dan
sekunder. Data primer merupakan data yang berbentuk verbal atau kata-kata yang
diucapkan secara lisan, tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh informan.51
Data
49
Irwan Masduqi, Berislam Secara Toleran : Teologi Kerukunan Beragama, h.95. 50
David Marsh dan Gerry Stoker, Teori dan Metode Dalam Ilmu Politik (Bandung:
Nusamedia, 2010), h.243. 51
Sandu Siyoto dan M. Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Literasi Media
Publishing, 2015), h.28.
26
primer dapat diperoleh melalui wawancara dengan jamaah Majelis Taklim The
Rabbaanians dan juga melalui observasi langsung di lokasi kajian. Kemudian ada
data sekunder yang dapat diperoleh melalui dokumen-dokumen seperti rekaman,
foto-foto, catatan, dan lainnya. Dalam penelitian ini penulis meneliti melalui
ceramah-ceramah ustadnya yang berbentuk video dan juga melalui gambar-gambar
flyer yang berupa kegiatan Majelis Taklim The Rabbaanians.
3. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Wawancara adalah suatu proses interaksi antara
pewawancara dan narasumber atau orang yang diwawancarai, dilakukan dengan cara
tatap muka atau komunikasi langsung dengan memberikan pertanyaan mengenai
objek yang diteliti.52
Metode wawancara ini digunakan untuk mewawancarai para
jamaah Majelis Taklim The Rabbaanians.
Kemudian penelitian ini menggunakan teknik observasi, pada teknik ini penulis
melakukan pengumpulan data melalui pengamatan yang bersifat sistematis dan juga
dengan mengamati tingkah laku, sikap, suatu kejadian, benda mati, dan lainnya.
Dalam teknik observasi, data yang diperoleh mempunyai kelebihan karena data
tersebut lebih dipercaya atau lebih valid, dikarenakan data tersebut diperoleh melalui
hasil pengamatan sendiri.53
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tipe
52
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan
(Jakarta: Kencana, 2017), h.372. 53
Julia, Orientasi Estetik Gaya Pirigan kacapi Indung dalam Kesenian Tembang Sunda
Cianjuran di Jawa Barat (Sumedang:UPI Sumedang Press, 2018), h.48.
27
participant observer, dalam tipe ini pengamat ikut terlibat langsung di dalam kegiatan
yang diamati.54
Teknik yang ketiga dalam penelitian ini yaitu dokumentasi, sumber ini dapat
berupa hasil karya, catatan, gambar, foto, video, dan lainnya.55
Dalam penelitian ini
penulis meneliti data-data yang berupa video ceramah-ceramah ustadz, gambar-
gambar, dan juga dari tulisan-tulisanya.
4. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam
pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.56
Dalam analisis data
kualitatif melalui beberapa tahapan yaitu reduksi data, penyajian atau display data
dan kesimpulan atau verifikasi.57
Reduksi data adalah proses merangkum dan memilih data-data yang penting
dan membuang sesuatu yang kurang diperlukan dalam penelitian, dengan tujuan
untuk menyederhanakan data yang diperoleh selama pencarian data di lapangan.
Penyajian data adalah sekumpulan data-data yang tersususn dan dengan cara
melakukan penarikan kesimpulan, dikarenakan data yang dihasilkan dari metode
kualitatif berbentuk data naratif yang memerlukan sebuah penyederhanaan data tanpa
54
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan, h.384. 55
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan, h.391. 56
Sandu Siyoto dan M. Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, h.120. 57
Sandu Siyoto dan M. Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, h.122.
28
mengurangi isinya.58
Analisis terhadap masalah penelitian dilakukan berdasarkan
teori radikalisme.
Kemudian yang terakhir adalah kesimpulan atau verifikasi. Dalam tahap ini
penulis menarik sebuah kesimpulan yang diperoleh dari data-data yang sudah ada,
untuk mengetahui makna dari data yang sudah dikumpulkan dengan mengetahui
hubungan, persamaan, dan juga perbedaan.59
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan digunakan untuk mempermudah membaca penelitian ini
dan menggambarkan format laporan hasil penlitian ke dalam beberapa bab. Dalam
penelitian in terdapat 5 bab, sebagai berikut:
Bab I, pendahuluan. Dalam bab ini penulis memaparkan pernyataan masalah,
pertanyaan penelitian serta tujuan dan manfaat yang terkait tentang peran pemuda
Majelis Taklim The Rabbaanians dalam mencegah radikalisme pada generasi muda di
Jakarta. Kemudian dalam bab ini dipaparkan juga tinjauan pustaka, kerangka teoretis,
metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II, kerangka teoretis. Dalam bab ini penulis mengeksplor lebih dalam
mengenai teori yang dipakai dalam penelitian ini sebagai konsep dasar di dalam
penelitian, yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Penelitian ini
menggunakan teori radikalisme dan deradikalisasi pemahaman keagamaan.
58
Sandu Siyoto dan M. Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, h.122-123. 59
Sandu Siyoto dan M. Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, h.124.
29
Bab III, profil. Dalam bab ini penulis membahas tentang profil Masjid Agung
Al-Azhar, penyelenggara Kajian, latar belakang berdirinya Majelis Taklim The
Rabbaanians, menjelaskan kegiatan yang ada di Majelis Taklim The Rabbaanians,
serta menjelaskan beberapa sarana dakwah yang digunakan oleh para pemuda Majelis
Taklim The Rabbaanians.
Bab IV, analisis. Dalam bab ini penulis mengalisis dan menjabarkan hasil
temuan-temuan yang ada di lapangan mengenai peran pemuda Majelis Taklim The
Rabbaanians dalam mencegah radikalisme melalui faktor-faktor yang dapat diteliti,
seperti kegiatan atau ceramah-ceramah yang disampaikan dalam majelis taklim
tersebut.
Bab V, kesimpulan. Dalam bab ini penulis memberikan kesimpulan mengenai
peran pemuda Majelis Taklim The Rabbaanians dalam mencegah radikalisme,
melalui hasil analisis dan temuan yang ada dalam penelitian. Dalam bab ini terdapat
saran dan masukan untuk penelitian selanjutnya.
30
BAB II
KERANGKA TEORETIS
A. Kaum Muda Muslim Milenial
Dalam penelitian ini kaum muda muslim milenial diartikan sebagai kaum muda
yang beragama Islam, dalam rentang usia 16-34 tahun. Sedangkan milenial diartikan
sebagai anak muda yang lahir tahun 1982 sampai kisaran tahun 2000, yang rata-rata
mereka pada tahun 2017 berumur antara 16 tahun sampai 36 tahun.60
Generasi
milenial memiliki ciri yang ditandai oleh peningkatan penggunaan dan keakraban
dengan komunikasi, media sosial, dan teknologi digital.61
Generasi milenial mempunyai karakteristik komunikasi yang terbuka, pengguna
media sosial yang fanatik, kehidupannya sangat terpengaruh dengan
perkembangan teknologi, serta lebih terbuka dengan pandangan politik dan
ekonomi. Sehingga, mereka terlihat sangat reaktif terhadap perubahan
lingkungan yang terjadi di sekelilingnya.62
B. Radikalisme
Radikalisme berasal dari bahasa Latin yaitu radix yang berarti akar. Berpikir
radikal artinya berpikir secara mendalam terhadap sesuatu sampai ke akar-akarnya.63
Radikalisme adalah pemahaman yang menginginkan adanya perubahan, pergantian
terhadap suatu sistem yang ada di masyarakat sampai ke akarnya. Radikalisme
menuntut adanya perubahan secara total terhadap suatu kondisi atau semua aspek
60
Chaider S.Bamualim, dkk., Kaum Muda Muslim Milenial : Konservatisme, Hibridasi
Identitas, dan Tantangan Radikalisme (Banten : Center For The Study of Religion and Culture, 2018),
h.8-9. 61
Indah Budiati, dkk., Profil Generasi Milenial Indonesia (Jakarta : Kementrian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak, 2018), h.18. 62
Indah Budiati, dkk., Profil Generasi Milenial Indonesia, h.18. 63
Tarmizi Taher, Meredam Gelombang Radikalisme (Jakarta : Center for Moderate Moslem
dan Karya Rezeki, 2004), h.21.
31
kehidupan masyarakat. Orang-orang berpaham radikal mengira bahwa rencana-
rencana yang mereka gunakan merupakan cara yang paling pas dan ideal. Orang
berpaham radikal kebanyakan beralaskan dari pemahaman yang sempit mengenai
agama kemudian berakhir pada aksi kekerasan. Sikap ektrem tersebut berkembang
biak ditengah-tengah lingkungan yang mempertontonkan kemiskinan, kesenjangan
sosial, atau ketidakadilan.64
Menurut ahli sejarah Islam, Azyumardi Azra, radikal itu mengacu kepada
kondisi keadaan orang atau gerakan tertentu dimana mereka menginginkan adanya
perubahan sosial dan politik dengan cepat dan juga sampai ke akarnya atau
menyeluruh. Mereka juga tidak jarang melakukan aksi-aksinya dengan cara
kekerasan, bukan dengan cara damai. Oleh karena itu radikalisme yang bersifat
keagamaan berhubungan dengan suatu cara untuk memperjuangkan keyakinan
keagamaan yang mereka anut tanpa adanya kompromi, bisa melalui cara kekerasan
dan anarkis.65
Radikalisme bisa bermakna ada pada posisi yang terlalu berlebihan, esktrem,
atau melewati batas wajar. Secara terminologis radikalisme merupakan suatu sikap
fanatik pada satu pendapat dan mengabaikan pendapat lainnya, tidak dialogis, serta
tekstual dalam memahami teks-teks agama tanpa menimbang-nimbang apa tujuan
esensi dari syariat.66
Sedangkan radikalisme sendiri dalam sudut pandang keagamaan,
diartikan sebagai gerakan-gerakan keagamaan yang berusaha merombak dan merubah
64
Zuly Qodir, Radikalisme Agama di Indonesia, h. 117 65
Badrus Sholeh, Budaya Damai Komunitas Pesantren, h.xxvii. 66
Irwan Masduqi, BerIslam Secara Toleran: Teologi Kerukunan Umat Beragama, h.116.
32
secara total tatanan sosial dan politik yang ada dengan jalan menggunakan
kekerasan.67
Radikalisme dalam penelitian ini definisikan sebagai suatu paham yang melekat
pada individu atau sekelompok orang yang menginginkan adanya perubahan dengan
cara menyeluruh, drastis, ekstrem dan salah satu cirinya menggunakan cara-cara
kekerasan dalam mencapai tujuannya. Kemudian dalam konteks keagamaan,
radikalisme adalah pemahaman atau gerakan keagamaan yang menghendaki
perubahan secara menyeluruh, drastis, dan ekstrem dengan cirinya menggunakan
cara-cara kekerasan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Radikalisme dapat didefinisikan sebagai sebuah fenomena sosial-politik
keagamaan yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Pertama, meskipun tidak selalu
melakukan aksi-aksi kekerasan pendukung radikalisme berpotensi terjebak dalam
aksi-aksi kekerasan, mengingat adanya kecenderungan tersebut pada gerakan ini.
Kedua, mendesak dilakukannya perubahan politik secara revolusioner dan menetang
keras status quo. Ketiga, resistensi terhadap pemerintah yang sah, karena merasa
teralienasi dan diskriminasi. Keempat, radikalisme merupakan spektrum/varian
independen yang berada hanya satu level di bawah ekstremisme dan terorisme, yang
artinya radikalisme merupakan gejala pra-ekstremisme dan terorisme.68
67
Ahmad Rubaidi, Radikalisme Islam, Nahdatul Ulama : masa depan Moderatisme Islam di
Indonesia (Yogyakarta: Logung Pusaka, 2008), h.33. 68
Chaider S.Bamualim, dkk., Kaum Muda Muslim Milenial : Konservatisme, Hibridasi
Identitas, dan Tantangan Radikalisme, h.9-10.
33
Radikalisme dapat dikelompokkan menjadi dua bentuk yaitu melalui pemikiran
dan tindakan. Adapun dalam bentuk pemikiran, radikalisme hanya sebagai ide yang
bersifat abstrak dan didiskusikan, walaupun tetap mendukung dengan cara-cara
kekerasan dalam mencapai tujuannya. Kemudian radikalisme dalam bentuk tindakan,
berwujud dalam bentuk aksi dan tindakan yang dilakukan oleh sebuah kelompok
garis keras atau ekstrem melalui cara-cara kekerasan serta anarkis dalam mencapai
tujuan mereka, baik dibidang keagamaan, sosial politik dan ekonomi.69
C. Karakteristik Radikalisme
Karakteristik radikalisme sebagai berikut:70
a. Eksklusif. Mereka menggunakan tindakan gerilya atau gerakan bawah tanah,
tertutup dalam melakukan aksinya. Mereka menggunakan srtategi siasat ganda, yaitu
di satu sisi mereka bisa bersikap ekslusif serta anti pluralism pada wilayahnya mereka
sendiri. Kemudian di sisi lainnya mereka memakai cara penyelubungan terhadap
wilayah di luar koridor mereka agar tujuan dan cita-citanya tidak terdeteksi oleh
negara yang dituju.
b. Hidup Berkoloni. Cara hidup mereka tidak permanen dan berpindah-pindah
karena tergantung kondisinya aman atau tidak bagi mereka dalam membangun
pertahanan teritorialnya. Kemudian menggunakan aturan yang ketat di daerah
69
Agus Surya Bakti, Darurat Terorisme : Kebijakan Pencegahan, Perlindungan dan
Deradikalisasi (Jakarta: Daulat Press, 2014), h.155. 70
Kasjim Salenda, Terorisme dan Jihad dalam Persfektif Hukum Islam (Jakarta : Badan
Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2009), h.127.
34
teritorialnya untuk membentuk komunitas sosial, dan menjatuhkan hukuman yang
berat pada kelompok yang tidak tunduk pada sistemnya.
c. Pendirian Negara Agama. Mereka sepakat untuk mendirikan negara
berdasarkan agama tanpa memperhitungkan konsensus beragam dalam masyarakat.
Mereka juga tidak hanya mengatasnamakan agama tetapi mereka juga
mengatasnamakan Tuhan, sehingga mereka mencoba mengintegrasikan antara agama
dan kekuasaan.
d. Perubahan Revolusioner. Mereka ingin adanya perubahan terhadap
pemerintah dengan cara revolusioner. Dalam perekrutan anggota mereka lebih fokus
pada integritas serta keinginan yang sama untuk merubah sistem yang sah.
Syeikh Yusuf Al-Qardhawi mengatakan bahwa radikalisme memiliki 6 kriteria
yaitu.71
A. Pertama, mereka lebih sering mengklaim kebenaran sepihak serta
menyesatkan orang-orang atau kelompok lain yang memang tidak sependapat
dengannya.
B. Kedua, paham radikalisme ini mempersulit agama Islam yang pada dasarnya
itu mudah dan ringan, mereka berargumen bahwa ibadah-ibadah yang sunnah seakan-
akan menjadi wajib dan sesuatu yang makruh seakan-akan menjadi hal yang haram.
C. Ketiga, kebanyakan kelompok radikal sangat berlebihan atau ghuluw dalam
beragama yang tidak pada tempatnya.
71
Yusuf al-Qardhawi, al-Shahwah al-Islamiyah bayn al-Juhud wa al-Tatarruf (Cairo: Bank
alTaqwa, 1406 H), h.33-35.
35
D. Keempat, kelompok radikalisme dalam menjalin sebuah interaksi sosial
cenderung bersikap kasar, keras dalam bicara serta bersikap emosional dalam
menyampaikan dakwah.
E. Kelima, kelompok radikal gampang berburuk sangka kepada orang lain yang
di luar golongannya.
F. Keenam, kelompok radikalisme mudah mengkafirkan orang lain berbeda
pendapat dengannya.
Kemudian Syeikh Yusuf Al-Qardhawi juga mengatakan teruntuk umat Islam,
dan khususnya bagi kaum muda mereka harus kembali kepada manhaj ulama yang
benar dalam menjaga keilmuan Islam. Syeikh menekankan bahwa hal terpenting
adalah mencari guru atau pembimbing dalam memahami agama dan juga kadar
keilmuan harus lebih ditingkatkan lagi, agar semakin luas, terbuka dalam melihat
persoalan yang ada. Karenanya ciri dari orang yang moderat itu mereka bersikap
damai, toleran, menghargai orang lain dan mau belajar, sehingga mereka jauh dari
sikap radikal.
D. Faktor Penyebab Radikalisme
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab munculnya radikalisme, sebagai
berikut:72
a. Pemahaman Keagamaan yang Literal
72
M. Amin Abdullah, Pendidikan Agama Era Multikultural Multireligius (Jakarta: PSAP,
2005), h.11-24.
36
Pemahaman keagamaan literal adalah pemahaman keagamaan yang sepotong-
sepotong terhadap ayat-ayat di dalam Al-Quran dan ditafsirkan secara subjektif.
Bibit-bibit serta bentuk yang paling cepat munculnya kejahatan atau tindak kekerasan
dengan motif agama adalah melalui pola pemahaman yang bersifat literal dan
tekstual.
b. Ketidakadilan Sosial-Ekonomi dan Politik
Permasalahan ketidaksetaraan atau kesenjangan sosial ekonomi yang mencolok
dapat menyentuh rasa keadilan masyarakat luas. Karena tidak terpenuhinya rasa
keadilan secara structural di dalam masyarakat dapat menimbulkan kerawanan bagi
stabilitas pemerintahan. Berbagai trik dan cara dilakukan untuk menjatuhkan
pemerintahan yang sah, mulai dihembuskan oleh lawan-lawan politik. Adanya
perlawanan ideologis dari kelompok pesaing pemerintahan merupakan bibit penyebab
munculnya kekerasan yang bersifat terbuka.
Azyumardi Azra mengatakan bahwa, faktor penyabab radikalisme di kalangan
umat Islam yaitu Memiliki pemahaman keagamaan yang bersifat lieral, mereka
memahami ayat-ayat dalam Al-Qur’an secara parsial atau sepotong-sepotong.
Pemahaman seperti itu pada umumnya tidak moderat sehingga menjadi arus utama
bagi masuknya radikalisme.73
c. Para Penganut Kelompok Islam Garis Keras Mengalami Kekecewaan dan
Alienasi (rasa keterasingan)
73
Abdul Munip, “Menangkal Radikalisme Agama di Sekolah”, (Jurnal Pendidikan Islam,
Vol.1.No.2, Desember 2012), h.163. [Jurnal on-line], http://ejournal.uin-suka.ac.id.
37
Hal ini disebabkan karena ketertinggalan umat Islam terhadap pencapaian serta
kemajuan Barat dan masuknya budaya mereka dengan melalui berbagai akses.
Karena ketidakmampuannya untuk mengimbangi efek materialisitik dari budaya
Barat, alhasil mereka mempergunakan cara-cara kekerasan untuk menghalangi
penetrasi Barat.74
d. Dangkalnya Pemahaman Tentang Agama Islam
Munculnya kelompok-kelompok Islam garis keras seperti itu tidak terlepas dari
adanya pendangkalan agama dari kalangan umat Islam itu sendiri, terkhusus pada
anak-anak mudanya. Pada akhirnya mereka hanya mencukupkan diri melalui
interpretasi keagamaan yang didasarkan pada pemahaman yang bersifat literal atau
tekstual. Hasil akhrinya biarpun halafan mereka mengenai ayat-ayat Al-Qur’an dan
hadits nabi itu banyak tetapi secara subsatnsi pemahaman mereka tentang Islam itu
lemah karena tanpa mempelajari kaidah-kaidah ushul fikih beserta penafsiran-
penafsiran dan juga variasi pemahaman terhadap teks-teks tersebut.
E. Pencegahan Radikalisme
1. Deradikalisasi Pemahaman Keagamaan
Deradikalisasi pemahaman keagamaan adalah:
Upaya menghapuskan pemahaman yang radikal terhadap ayat-ayat al-Qur’an
dan hadis, khususnya ayat atau hadis yang berbicara tentang konsep jihad,
perang melawan kaum kafir. Jadi deradikalisasi ini bukan dimaksudkan sebagai
sebuah upaya untuk menyampaikan pemahaman baru tentang Islam dan bukan
juga pendangkalan akidah bagi umat Islam, melainkan sebagai sebuah usaha
74
Nasaruddin Umar, Deradikalisasi Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2014), h. 323-324.
38
untuk mengembalikan serta meluruskan kembali mengenai pemahaman tentang
apa dan bagaimana Islam.75
a. Melalui Pendekatan Agama
Pada hakikatnya semua agama mengajarkan umatnya agar berlaku kasih dan
sayang kepada sesama. Jika ditarik kesimpulan mendasar bahwa pesan yang
disampaikan dari semua agama di muka bumi yaitu menciptakan kehidupan yang
damai dengan seluruh makhluk ciptaannya dan tidak ada agama yang mengajarkan
untuk meneror dan bertindak anarkis. Adapun agama Islam yang dituduh bahwa
sebagai agama yang mengajarkan terorisme dan radikalisme diakrenakan terdapat
ayat-ayat dan hadits tentang jihad, perang maka yang harusnya dikoreksi, diluruskan
serta dikritik bukanlah ayat yang ada di dalam Al-Qur’an atau haditsnya, tapi
pemahaman orangnya yang membaca serta menafsirkan ayat-ayat dari Al-Qur’an dan
haditsnya, disinilah terlihat perbedaan jelas mana yang harusnya kita kaji lebih
dalam.76
2. Deideologisasi Agama
Dalam mencegah radikalisme, filsuf Islam modern Muhammad Arkoun
menawarkan konsep berupa deideologisasi agama.
Deideologisasi adalah upaya membedakan antara agama autentik dengan agama
yang sudah terideologisasi oleh kelompok-kelompok radikal. Agama autentik
adalah agama yang terbuka dan toleran, sedangkan agama yang terideologisasi
adalah agama yang ditafsirkan secara reduktif, manipulatif, dan subjektif
sehingga menghasilkan agama yang intoleran.77
75
Nasaruddin Umar, Deradikalisasi Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis, h. 4 76
Nasaruddin Umar, Deradikalisasi Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis, h. 6-7 77
Irwan Masduqi, Berislam Secara Toleran : Teologi Kerukunan Beragama, h.95.
39
Ada tiga cara yang bisa dipertimbangkan sebagai langkah mencegah
pemahaman radikalisme:78
a. Penguatan basis teologi Islam moderat.
Caranya dengan membangun argumen yang lebih rinci dan detil mengenai
bagaimana sih konsep teologi Islam moderat beroperasi di tingkat praksis. Teologi
Islam moderat yaitu pemahaman tentang Islam dengan cirinya yang terbuka, toleran,
luas, persatuan dan komprehensif. Jika dilihat secara keagamaan, rata-rata umat Islam
di Indonesia bukanlah orang-orang yang mempunyai kedalaman ilmu-ilmu agama
yang mencukupi. Secara teologis, mayoritas umat Islam di Indonesia sebenarnya
cukup moderat, namun moderatisme yang mereka miliki bukanlah moderatisme yang
terdidik dan dalam secara keilmuan. Jadi moderatisme mereka yaitu moderatisme
dangkal, hanya dipermukaan saja namun sekali mereka bertemu dengan seorang yang
berideolog radikal dengan karakternya yang kuat, maka mereka akan mudah
terpengaruh oleh ideologi yang diajarkannya.
b. Mengantisipasi ideologi radikal bisa juga dengan cara pribumisasi Islam.
Munculanya ideologi radikal di kalangan umat Islam tidak bisa dipisahkan dari
adanya proses percampuran budaya dikalangan umat Islam. Dalam konsep ini yang
dimaksud pribumisasi Islam adalah bagaimana agar Islam di dekati, diterjemahkan
dan diobjektivikasi dalam konteks ke Indonesiaan, baik di tingkat budaya, sosial dan
78
Masdar Hilmy, Islam, Politik dan Demokrasi; Pergulatan Antara Agama, Negara dan
Kekuasaan (Surabaya: Imtiyaz, 2014), h. 59-63.
40
juga politik. Artinya disini Islam itu bukan merubah, tapi mewarnai dari setiap
aktivitas kehidupan keindonesiaan.
c. Meradikalisasi pemahaman keagamaan. Cara ini dilakukan dengan
memperkaya bacaan keagamaan secara akademik. Cara ini bisa dilakukan melalui
proses pembelajaran keagamaan yang bersifat intensif untuk menjadikan Islam
sebagai objek kajian akademik. Cara-cara ini diyakini dapat meminimalisir dan
mengurangi kemungkinan adanya ideologisasi dan politisasi Islam. Karena
kebanyakan dari penganut radikalisme terdiri dari mereka yang memang terdidik
dalam lembaga-lembaga pendidikan sekuler atau umum, bukan dari lembaga-lembaga
pendidikan agama, seperti pesantren dan lainnya. Hal ini bisa dipahami karena dalam
pesantren para santrinya terbiasa dengan adanya perbedaan wacana keagamaan serta
mempunyai perspektif komparatif ketika melihat isu-isu keagamaan. Hasilnya
pandangan-pandangan tentang keagamaan yang berbeda tidak menyebabkan pada
munculnya pemahaman kegamaan yang bersifat radikal di kalangan para santri serta
para alumninya, karena pemahaman keagamaan yang telah termoderasi.
41
BAB III
PROFIL MAJELIS TAKLIM THE RABBAANIANS
A. Majelis Taklim The Rabbaanians
A.1 Sejarah Majelis Taklim The Rabbaanians
Majelis Taklim The Rabbaanians pada awalnya bernama kajian lepas kerja
Rabu malam, bada Isya. Kemudian untuk menarik minat kaum muda dibentuklah
sebuah konsep majelis taklim yang tidak kaku, mudah dipahami bagi kaum muda,
serta penyampaiannya yang interaktif kemudian dinamakanlah The Rabbaanians.79
Majelis Taklim The Rabbaanians adalah sebuah wadah dakwah untuk generasi muda
dengan harapan generasi muda kedepannya dapat memahami agama Islam dengan
baik dan benar sebagaimana Kitabullah (Al-Quran) dan Sunnah Nabi Sallallahu
Alaihi Wasallam. Majelis Taklim The Rabbaanians hadir karena perlunya wadah bagi
generasi muda untuk mengekspresikan dirinya dalam sebuah koridor Islam. Jadi kita
memberi tahu kepada generasi muda bahwa kita bisa tetap up to date dalam koridor
Islam, kita juga masih bisa tetap eksis dalam koridor Islam, Islam juga tidak membuat
kita menjadi seorang yang aneh dan Islam juga tidak membuat kita menjadi seorang
yang tidak mengikuti arus perkembangan zaman.80
Majelis Taklim The Rabbaanians berada di Masjid Agung Al-Azhar, Jl.
Sisingamangaraja, RT.2 RW.1, Kelurahan Selong, Kecamatan Kebayoran Baru,
79
Wawancara dengan Sobahussurur, Penyelenggara Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta,
Jumat, 5 Juli 2019. 80
Pidato langsung oleh Dani Prasetyo, Ketua Majelis Taklim The Rabbaanians dalam acara
pembukaan panitia Meet and Great Ramadhan, Jakarta, Rabu, 1 Mei 2019.
42
Jakarta Selatan. Majelis Taklim ini didirikan pada tahun 2015, Majelis Taklim The
Rabbaanians mempunyai 1000 jamaah yang terdiri dari perempuan dan laki-laki, rata-
rata jamaahnya berumur 18-35 tahun. Majelis Taklim The Rabbaanians didirkan
untuk menarik kaum muda yang ada di sekitar Jakarta dan sekitarnya. Oleh karena itu
rata-rata umur jamaahnya masih muda. Majelis Taklim The Rabbaanians merupakan
salah satu program dari Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar yang diketuai oleh Dr.
Sobahussurur, MA sekaligus sebagai penyelenggara kajian. Majelis Taklim The
Rabbaanians diketuai oleh Dani Prasetyo.81
Majelis Taklim The Rabbaanians mengadakan pengajian rutin setiap Rabu
malam, sesudah shalat Isya. Dalam kegiatan Majelis Taklim The Rabbaanians mereka
menggunakan beberapa kamera untuk merekam kajian dan disiarkan langsung
melalui akun youtube. Ketika kajian berlangsung Majelis Taklim The Rabbaanians
menggunakan layar lebar beserta proyektor agar jamaah yang di belakang yang tidak
bisa melihat ustadz secara langsung dapat menyimak kajian dengan lebih baik.
Panitia kajian juga terlihat sangat modis dengan gaya kaum muda berpakaian, jadi
tidak harus menggunakan gamis, peci, ataupun sarung.
A.2 Visi dan Misi
Dalam sebuah komunitas atau organisasi diperlukanya visi dan misi yang
disepakati. Dengan adanya visi misi tersebut maka fokus komunitas tersebut akan
terarahkan sesuai dengan visi dan misinya kedepan.
81
Wawancara dengan Sobahussurur, Penyelenggara Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta,
Jumat, 5 Juli 2019.
43
Visi82
Menjadi sebuah wadah dakwah untuk generasi muda dengan harapan generasi
mudah kedepannya dapat memahami agama Islam dengan baik dan benar
sebagaimana Kitabullah (Al-Quran) dan Sunnah Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam.
Misi83
a) Menjadikan generasi muda yang gemar menuntut ilmu (Agama)
b) Menjadikan generasi muda yang berakhlak dengan Agama Islam sebagaimana
kitabullah (Al-Quran) dan Sunnah Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam sesuai
dengan pemahaman para sahabat.
c) Mendorong kebaikan dan mencegah kemunkaran berdasarkan Al-Qur’an dan
Al-Sunnah Rasulullah dengan cara yang lebih bijak, nasehat yang santun, dan
dialog yang lebih beradab.
d) Meningkatkan mutu pemeliharaan dan pengawalan terhadap aqidah umat
Islam dari bahaya pemurtadan, aliran-aliran sesat, pola pikir dan gaya hidup
yang bertentangan dengan nilai-nilai Al-Qur’an dan Al-Sunnah.
A.3 Struktur Organisasi
Dalam sturktur organisasi Majelis Taklim The Rabbaanians terdapat 3 bidang
yaitu peyelenggara kajian, ketua dan anggota.
82
Pidato langsung oleh Dani Prasetyo, Ketua Majelis Taklim The Rabbaanians dalam acara
pembukaan panitia Meet and Great Ramadhan, Jakarta, Rabu, 1 Mei 2019.. 83
Pidato langsung oleh Dani Prasetyo, Ketua Majelis Taklim The Rabbaanians dalam acara
pembukaan panitia Meet and Great Ramadhan, Jakarta, Rabu, 1 Mei 2019.
44
Berikut struktur organisasi Majelis Taklim The Rabbaanians:84
Penyelenggara
Kajian adalah Dr. Sobahussurur, MA. Ketua kajian adalah Dani Prasetyo. Anggota
atau panitia kajian terdiri dari Alvin Aditya, Bagas Adi, Eko Wahid, Erick Salim,
Dewo Arsya, Ilham Caturahman, Rafi Fadilah.
A.4 Program Majelis Taklim The Rabbaanians
Dalam pembentukan Majelis Taklim dibutuhkanlah program-program yang
bertujuan untuk dapat mengemban visi dan misi dakwah majelis taklim tersebut.
Program-program inilah yang akan menjadi tumpuan dan pijakan sebuah majelis
taklim agar dapat berjalan baik. Dalam Majelis Taklim The Rabbaanians terdapat dua
program yaitu program tahunan dan program mingguan. Program mingguan
merupakan program yang dilakukan rutin setiap minggu yang dimana program ini
menjadi program inti dari Majelis Taklim The Rabbaanians. Sedangkan program
tahunan merupakan program yang diadakan setiap tahun karena bertepatan dengan
event-event tertentu seperti bulan Ramadhan dan lainnya. berikut program-program
tersebut.85
a. Program Mingguan
Terdapat 4 kegiatan yaitu Pertama, Kajian rutin Rabu malam, setiap ba’da Isya
sampai selesai. Kedua, Kegiatan live Streaming kajian melalui Youtube, Instagram.
84
Wawancara dengan Sobahussurur, Penyelenggara Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta,
Jumat, 5 Juli 2019. 85
Wawancara dengan Sobahussurur, Penyelenggara Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta,
Jumat, 5 Juli 2019.
45
Ketiga, menyebarkan broadcast artikel kajian melalui WA. Keempat, Penyebaran
flyer-flyer dakwah melalui media sosial Instagram, Facebook, dan WA
b. Program Tahunan
Dalam program tahunan terdapat 5 program. Pertama, program Meet and Greet
Ramadhan The Rabbaanians yang dilakukan bulan Ramadhan. Kedua, program The
Rabbaanians Umroh (Umroh bersama ustadz). Ketiga, program Marbot Umroh.
Keempat, santunan kepada anak-anak yatim. Kelima, program The Rabbaanians
Social dan Humanity Response (kegiatan sosial seperti membantu korban bencana,
donor darah. qurban dan lainnya).
Program utama Majelis Taklim The Rabbaanians yaitu kajian rutin Rabu
malam. Program ini dijadikan prioritas karena memang disinilah pesan-pesan dakwah
Majelis Taklim The Rabbaanians dapat tersampaikan ke kaum muda. Dalam program
rutin kajian Rabu malam, materi yang dibawakan setiap ustadz berbeda, ada yang
membawakan materi tauhid, tentang akhlak, tentang taubat, tentang adab-adab,
tentang pernikahan. Juga ditanamkan kepada para peserta kajian perihal larangan
memberontak kepada pemerintah, kewajiban mendoakan pemerintah, larangan
mencaci maki pemerintah, larangan berunjuk rasa dan anjuran untuk bersabar bila
dizolimi pemerintah. Karena taat kepada pemimpin dan pemerintah yang sah
merupakan bagian dari aqidah yang di tanamkan dalam Majelis Taklim The
Rabbaanians. Majelis Taklim The Rabbaanians mengemas kajian dengan materi dan
46
judul-judul kajian yang menarik bagi kaum muda. Dengan kemampuan di bidang
media sosial pengurus majelis dapat membuat flyer yang menarik bagi kaum muda.86
A.5 Metode Majelis Taklim The Rabbaanians
Untuk mempermudah dalam pembelajaran agama setiap Majelis Taklim pasti
mempunyai metode dalam menyampaikan pesan-pesan agama, adapun metode yang
dipakai dalam Majelis Taklim The Rabbaanians sebagai berikut :
a. Metode Ceramah
Dalam metode ini ustadz hanya menyampaikan materi kajian secara
satu arah. Dalam metode ini para jamaah hanya mendengarkan dan juga
diakhir materi ada sesi tanya jawab langsung dengan ustadz. Dalam setiap
pertemuan materi yang dibawakan dengan tema yang berbeda-beda. Metode
ceramah merupakan metode yang paling mudah dimengerti dan juga paling
efektif dalam menyampaikan ilmu agama kepada para jamaah.87
b. Metode Talkshow
Dalam metode pembelajaran di Majelis Taklim The Rabbaanians ada
dua orang MC yang biasa nya memandu jalannya kajian. Mereka
memberitahu informasi mengenai kegiatan Majelis Taklim The Rabbaanians
dan memberi tahu materi apa yang akan di bawakan oleh ustadz. Jadi setelah
MC menyampaikan info tentang majelis taklim beserta materi apa yang akan
86
Wawancara dengan Ilham Caturahman, Panitia Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta,
Minggu, 12 Mei 2019. 87
Wawancara dengan Ilham Caturahman, Panitia Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta,
Minggu, 12 Mei 2019.
47
dibawakan barulah ustadz dipanggil dan disajikan juga satu meja dan dua
bangku. Bangku untuk ustadz dan bangku untuk MC, dalam metode ini ustadz
menyampaikan ceramah secara satu arah dan dipandu oleh MC. Tugas MC
biasanya mencatat hasil kajian dan ringkasan kajian. Kemudian diakhiri
dengan sesi tanya jawab yang dipandu oleh MC, jamaah bertanya langsung
kepada ustadz dan diberikan mic untuk dapat bertanya. Bagi jamaah yang
ingin bertanya harus menyebutkan identitasnya, biasanya berupa nama, alamat
dan status.88
c. Media Sosial
Majelis Taklim The Rabbaanians menggunakan sarana media sosial
sebagai metode pembelajaran agama, seperti Instagram, Facebook, Youtube,
Twitter, SoundCloud, Whatsapp. Media sosial merupakan sarana yang paling
efektif untuk merangkul kaum muda yang biasanya menggunakan media
sosial. Dengan menggunakan sarana media sosial Majelis Taklim The
Rabbaanians dapat menjangkau lebih luas lagi kaum muda dalam
menyampaikan pesan-pesan agama.89
d. Tanya Jawab
Dalam metode ini Majelis Taklim The Rabbaanians menerapkan
metode tanya jawab bersama ustadz di bazar selepas kajian. Jadi ada sesi
88
Wawancara dengan Bagas Adi, Panitia Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta, Minggu, 12
Mei 2019. 89
Wawancara dengan Alvin, Panitia Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta, Minggu, 12 Mei
2019.
48
setelah kajian dimana para jamaah bisa shareing, bertanya, atau ngobrol santai
bersama ustadz di daerah bazar Majelis Taklim The Rabbaanians.90
B. Latar Belakang Sosial Ekonomi, Keagamaan Kaum Muda Majelis Taklim
The Rabbaanians
B.1 Latar Belakang Sosial-Ekonomi Kaum Muda Majelis Taklim The
Rabbaanians
Salah satu penyebab radikalisme pada kaum muda disebabkan karena latar
belakang sosial dan ekonomi mereka. Kaum muda yang suka mengikuti gaya hidup
atau lifestyle yang modern penuh dengan kemewahan serta elit, tetapi mereka tidak
sanggup mewujudkannya karena keadaan keuangan keluarga yang kurang, bisa
mengalami depresi serta pengaruh yang buruk atau negatif. Beberapa generasi muda
dalam kelas ekonomi yang rendah, mengakui bahwa kegagalan mereka disebabkan
hambatan material-struktural.91
Jika kita perhatikan dalam struktur keanggotaan beberapa ormas Islam garis
keras seperti HTI, FPI, Laskar Jihad, dan MMI diisi oleh sebagian besar kelompok
kaum muda yang berekonomi rendah atau miskin yang disebabkan karena
pengangguran dan permasalahan lainnya. Oleh karena itu banyak kaum muda yang
kelas menengah kebawah atau miskin yang bergabung dengan ormas radikal tersebut.
90
Wawancara dengan Bagas Adi, Panitia Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta, Minggu, 12
Mei 2019. 91
Chaider S.Bamualim, dkk., Kaum Muda Muslim Milenial : Konservatisme, Hibridasi
Identitas, dan Tantangan Radikalisme, h.6
49
Bisa juga disebabkan karena mereka kalah bersaing dan terlempar dari persaingan
lapangan kerja.92
Oleh karena itu sebagai gantinya mereka banyak bekerja dibagian ekonomi
yang bersifat informal yang penghasilannya pas-pasan serta tidak tetap, yang dimana
efek dari itu mengakibatkan mereka lebih banyak menganggur, merasa teralienasi dan
merasa tidak ada harapan untuk masa depannya. Dengan kondisi dan situasi seperti
ini ormas-ormas radikal menjadi suatu tempat naungan yang pas bagi mereka anak-
anak muda yang dipekerjakan sebagai laskar yaitu semacam tim-tim dari ormas
tersebut, dengan adanya status sebagai laskar menimbulkan rasa percaya diri bagi
mereka anak-anak muda.93
Dari data yang diperoleh melalui wawancara, kaum muda Majelis Taklim The
Rabbaanians belatar belakang sosial ekonomi yang berbeda-beda. Rata-rata mereka
memliki latar belakang sosial yang baik serta ekonomi yang berkecukupan. Berikut
beberapa hasil dari wawancara dengan kaum muda Majelis Taklim The Rabbaanians.
Wawancara dengan Ilham Fadlan berumur 22 tahun, berstatus sebagai mahasiswa
Indonesia Banking School, latar belakang orang tua nya bekerja sebagai PNS.94
Muhammad Rafi berumur 16 tahun, berstatus sebagai pelajar disebuah Pesantren Al-
92
Chaider S.Bamualim, dkk., Kaum Muda Muslim Milenial : Konservatisme, Hibridasi
Identitas, dan Tantangan Radikalisme, h.6 93
Chaider S.Bamualim, dkk., Kaum Muda Muslim Milenial : Konservatisme, Hibridasi
Identitas, dan Tantangan Radikalisme, h.6 94
Wawancara dengan Ilham Fadlan, Jamaah Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta, Kamis,
20 Juni 2019.
50
Ukhuwah Jawa Tengah, latar belakang orang tua nya sebagai PNS. 95
Adapun Eko
Wahid yang berumur 23 tahun, adalah pegawai BUMN, dan orang tuanya bekerja
sebagai pegawai BUMN. 96
Ada juga Muhammad Jordiansyah Arifin berumur 18
tahun yang berstatus sebagai mahasiswa Universitas Pamulang dan juga bekerja di
perusahaan swasta, orang tuanya bekerja sebagai pegawai swasta. 97
Kemudian juga dari jamaah perempuan ada Devita Apriyani yang berumur 22
tahun bersatatus sebagai mahasiswi Uhamkah. Berasal dari keluarga yang bekerja
sebagai wirausaha. 98
Ada juga Nabila yang berumur 23 tahun dan berstatus sebagai
karyawan di perusahaan swasta. Latar belakang keluarganya adalah pegawai swasta.99
Selain itu ada juga Fivi Dwi Arti berumur 23 tahun, berstatus sebagai karyawan di
perusahaan swasta, dengan latar belakang keluarga yang bekerja sebagai
wirausaha.100
Kaum muda Majelis Taklim The Rabbaanians, memiliki tingkat kepedulian
sosial yang cukup tinggi. Karena bisa dilihat dari beberapa kegiatan Majelis Taklim
The Rabbaanians diantaranya kegiatan Social dan Humanity Response. Ada beberapa
program dalam kegiatan ini yaitu kegiatan membantu korban bencana alam berupa
95
Wawancara dengan Muhammad Rafi, Jamaah Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta,
Rabu, 5 Juni 2019. 96
Wawancara dengan Eko Wahid, Panitia Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta, Minggu,
12 Mei 2019. 97
Wawancara dengan Muhammad Jordiansyah, Jamaah Majelis Taklim The Rabbaanians,
Jakarta, Rabu, 26 Juni 2019. 98
Wawancara dengan Devita Apriyani, Jamaah Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta,
Rabu, 22 Mei 2019. 99
Wawancara dengan Nabila , Jamaah Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta, Rabu, 26 Juni
2019. 100
Wawancara dengan Fivi Dwi Arti, Jamaah Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta, Rabu,
26 Juni 2019.
51
penggalangan dana dan terjun langsung ke lokasi, kegiatan donor darah dan ada juga
santunan untuk yatim piatu, serta program marbot umroh.
Dari kaum muda jamaah Majelis Takim The Rabbaanians ada yang mengikuti
kegiatan organisasi kampus atau kegiatan sosial di luar majelis taklim, seperti
beberapa pemuda majelis taklim yaitu Andre Firdiarsyah dan Muhammad Taufik
yang mengikuti kegiatan sosial yang bernama Dream social school, yaitu kegiatan
berupa pendidikan untuk anak-anak jalanan yang berlokasi di Jakarta Selatan. Taufik
sendiri menjadi salah satu anggota BEM di kampusnya. Sedangkan Andre merupakan
mahasiswa Universitas Al-Azhar Indonesia jurusan ilmu komunikasi, Andre menjadi
salah satu anggota BEM di UAI.101
Ada juga Bagas Adi yang mengikuti kegiatan
organisasi kampus BEM dan kegiatan sosial yaitu sedekah nasi bungkus Jakarta atau
disingkat SENABUNG Jakarta. Bagas juga mengatakan dalam kegiatan ini ada
program berbagi nasi bungkus untuk orang-orang yang membutuhkan di pinggiran-
pinggiran jalan, tempat pembuangan sampah, yatim piatu, dan yang membutuhkan.
Menurut Bagas kegiatan berbagi ini merupakan salah satu representasi dari apa yang
didapatkan dari ilmu yang sudah diajarkan di kajian-kajian seperti The Rabbaanians
yang mengajarkan pentingnya rasa peduli kepada orang lain, dengan memberi
makanan dengan niat untuk mendapatkan pahala jariyah untuk kehidupan akhirat
101
Wawancara dengan Andre dan Taufik, Jamaah Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta,
Rabu, 19 Juni 2019.
52
nanti.102
Kemudian ada juga Ilham Caturahman yang menjadi anggota sepakbola
Gojek FC Jakarta Selatan serta menjadi wakil ketua dari organisasi sosial pemuda
SENABUNG.103
Ada juga Izhar Mulky yang menjadi panitia kajian karyawan Shopee. Izhar juga
merupakan mantan ketua HIMA jurusan Public Relations Universitas Mercu Buana
dengan beberapa kegiatan sosial organisasi kampus pada umunya.104
Jika melihat data
di atas rata-rata mereka masih berusia muda dengan berbagai macam kegiatan positif
di kampus ataupun di lingkungan Masyarakat. Alvin salah satu panitia Majelis
Taklim The Rabbaanians mengatakan:
The Rabbaanians ini jika kita melihat rata-rata umurnya mereka dikisaran 18-40
tahunan dari data Instagram yang terlihat dan dari hasil tanya jawab sehabis
kajian mereka rata-rata para pegawai yang sehabis kerja meluangkan waktu
untuk ke sini karena memang juga di tag line nya berjudul kajian lepas kerja,
kemudian juga banyak diisi para pelajar dan mahasiswa.105
Hal yang sama disampaikan oleh Sobahhusurur selaku penyelenggara majelis
taklim. Sobahhusurur mengatakan:
The Rabbaanians ini rata-rata yang hadir ya anak-anak muda yang lagi aktif
kerja, para pemuda yang masih bujangan, para mahasiswa, anak muda yang
baru punya anak dan beberapa ada pelajar yang masih kecil-kecil.106
102
Wawancara dengan Bagas Adi, Panitia Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta, Jumat, 21
Juni 2019. 103
Wawancara dengan Ilham Caturahman, Panitia Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta,
Rabu, 22 Mei 2019. 104
Wawancara dengan Izhar Mulky, Jamaah Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta, Rabu,
22 Mei 2019. 105
Wawancara dengan Alvin, Panitia Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta, Rabu, 22 Mei
2019. 106
Wawancara dengan Sobahhusurur, Penyelenggara Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta,
Jumat, 5 Juli 2019.
53
Kaum muda Majelis Taklim The Rabbaanians diisi oleh orang-orang yang
sedang dalam masa-masa produktif karena bisa kita lihat dari umurnya. Jika kita
melihat dari hasil wawancara tersebut, rata-rata mereka melakukan kegiatan yang
positif bagi dirinya dan masyarakat melalui kegiatan kampus, kegiatan sosial, dan
dari tempat kerjanya. Kegiatan-kegiatan positif tersebut dapat meminimalisir
tindakan-tindakan yang kurang berguna bagi kaum muda dan orang lain, seperti
tindakan kekerasan yang dilakukan orang-orang radikal.
Dari data yang diperoleh di atas, tergambarkan kaum muda Majelis Taklim The
Rabbaanians mempunyai latar belakang sosial ekonomi yang cukup baik serta
mempunyai status sosial di masyakarat. Dengan adanya kedua tumpuan tersebut
terbentuk rasa percaya diri, rasa peduli terhadap sesama, dan optimisme terhadap
masa depan yang lebih terarah. Oleh karena itu penyebab seorang menjadi
radikalisme karena latar belakang sosial ekonomi yang buruk, tidak terlihat dari kaum
muda Majelis Taklim The Rabbaanians.
B.2 Latar Belakang Keagamaan Kaum Muda Majelis Taklim The
Rabbaanians
Dari data yang diperoleh latar belakang keagamaan kaum muda Majelis Taklim
The Rabbaanians yaitu NU dan Muhammadiyah. Dapat dilihat dari hasil wawancara
dengan mereka, berikut hasil wawancaranya. Ada yang bernama Ilham Fadlan
berlatar belakang dari keluarga yang mengikuti aliran keagamaan NU.107
Ada juga
107
Wawancara dengan Ilham Fadlan, Jamaah Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta, Kamis,
20 Juni 2019.
54
Muhammad Rafi, berlatar belakang dari keluarga yang mengikuti aliran keaga maan
Muhammadiyah dan PKS.108
Ada juga Eko Wahid berlatar belakang dari keluarga
yang mengikuti aliran keagamaan NU.109
Ada juga Muhammad Jordiansyah Arifin
berlatar belakang dari keluarga yang mengikuti aliran keagamaan Muhammadiyah.110
Kemudian Ilham Caturahman, berlatar belakang dari keluarga yang mengikuti aliran
kegamaan NU.111
Kemudian juga dari jamaah perempuan Devita Apriyani, berlatar belakang dari
keluarga yang mengikuti aliran keagamaan NU.112
Ada Nabila, berlatar belakang dari
keluarga yang mengikuti aliran keagamaan Muhammadiyah.113
Selain itu ada juga
Fivi Dwi Arti berlatar belakang dari keluarga yang mengikuti aliran keagamaan
Muhammadiyah.114
Dari data yang diperoleh terlihat bahwa corak keagamaan kaum muda Majelis
Taklim The Rabbaanians rata-rata dari keluarga yang mengkuti aliran keagamaan NU
dan Muhammadiyah artinya mereka mempunyai latar belakang keagamaan yang
cukup moderat karena kedua garis besar organisasi kegamaan tersebut berafiliasi
108
Wawancara dengan Muhammad Rafi, Jamaah Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta,
Rabu, 5 Juni 2019. 109
Wawancara dengan Eko Wahid, Panitia Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta, Minggu,
12 Mei 2019. 110
Wawancara dengan Muhammad Jordiansyah, Jamaah Majelis Taklim The Rabbaanians,
Jakarta, Rabu, 26 Juni 2019. 111
Wawancara dengan Ilham Caturahman, Panitia Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta,
Rabu, 22 Mei 2019. 112
Wawancara dengan Devita Apriyani, Jamaah Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta,
Rabu, 22 Mei 2019. 113
Wawancara dengan Nabila , Jamaah Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta, Rabu, 26
Juni 2019. 114
Wawancara dengan Fivi Dwi Arti, Jamaah Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta, Rabu,
26 Juni 2019.
55
pada pemerintah serta mempunyai cita-cita yang sama untuk memajukan bangsa
Indonesia dan umat Islam serta menentang tindakan radikalisme.
56
BAB IV
PERAN PEMUDA MAJELIS TAKLIM THE RABBAANIANS DALAM
MENCEGAH RADIKALISME PADA GENERASI MUDA DI JAKARTA
Pada bab ini dipaparkan hasil temuan-temuan di lapangan dan analisis atas
temuan-temuan tersebut. Dalam bab ini dijelaskan bagaimana pandangan dan sikap
kaum muda Majelis Taklim The Rabbaanians terhadap radikalisme. Dipaparkan juga
bagaimana peran mereka dalam mencegah radikalisme pada generasi muda.
A. Pandangan dan Sikap Kaum Muda Majelis Taklim The Rabbaanians
Terhadap Radikalisme
Kaum muda rentan terpapar radikalisme disebabkan mereka berada pada
masa-masa pencarian jati diri, identitas, juga karena kurangnya pemahaman tentang
Agama Islam yang benar, serta makin menguatnya peran media sosial. Sehingga
menjadi jalan yang mudah bagi radikalisme untuk berkembang di kalangan kaum
muda. Dari hasil temuan dan analisis penelitian dapat dipaparkan bahwa :
A.1 Kaum Muda Majelis Taklim The Rabbaanians Taat terhadap Pemerintah
Sikap memberontak secara inkonstitusional terhadap pemerintah merupakan
salah satu ciri dari aksi-aksi radikalisme. Oleh karena itu untuk mencegah tindakan-
tindakan tersebut dibutuhkannya pemahaman yang benar untuk ditanamkan kepada
kaum muda agar mempunyai sikap taat kepada pemerintah. Bagas Adi, salah satu
panitia Majelis Taklim The Rabbaanians, mengatakan:
Setelah kita menuntut ilmu agama disini, kita jadi tahu bahwa sezolim apapun
pemerintah kepada kita, kita harus tetap taat kepadanya. Banyak sekarang yang
mencaci maki pemerintah dan ada beberapa gerakan radikal yang ingin
melakukan perubahan dengan cara-cara kekerasan atau pemberontakan padahal
57
itu semua sangat bertentangan dengan apa yang diajarkan Rasulullah. Intinya
kita benar-benar tidak boleh melawan kepada pemerintah, kita harus tetap taat
kepada pemerintah. Dalam Majelis Taklim The Rabbaanians juga diajarkan
bahwa kita harus mempunyai toleransi, akhlak yang baik, dan taat kepada
pemerintah.115
Hal yang sama disampaikan oleh Muhammad Rafi jamaah kaum muda Majelis
Taklim The Rabbaanians. Rafi mengatakan :
Radikalisme sendiri ini bukan ajaran Islam, seharusnya kita tidak melakukan
pemberontakan atau kekerasan untuk melawan pemerintah. Kita seharusnya
meningkatkan ketakwaan kita serta memperbagus akhlak kita karena yang
diajarkan Rasulullah itu seperti itu dan mereka yang mengikuti tindakan-
tindakan radikalisme banyak yang tidak memperoleh pendidikan agama Islam
yang benar. Kemudian radikalisme sangat mengancam, karena ideologi ini bisa
mengahncurkan negara, sehingga menyebabkan sebuah negara bisa terjafi
konflik seperti yang terjadi di suriah dan timur tengah lainnya.116
Oleh karena itu untuk mencegah tindakan-tindakan inkonstitusional terhadap
pemerintah atau negara yaitu dengan menanamkan sikap taat kepada pemerintah
melalui pendalaman nilai-nilai agama yang benar. Melalui kajian-kajian seperti The
Rabbaanians, yang isinya mengenai pemahaman ilmu agama yang benar tentang
akidah, tauhid, akhlak, dan juga adab dalam berperilaku menjadi pondasi awal untuk
pencegahan aksi-aksi radikalisme. Seperti yang disampaikan oleh Eko Wahid panitia
Majelis Taklim The Rabbaanians. Eko Wahid mengatakan:
Kita terhadap radikalisme sangat peduli, oleh karena itu dengan adanya kajian-
kajian seperti ini. Serta mendalami tauhid, maka kita akan tahu bagaimana cara
kita beribadah dengan benar, tidak melakukan syirik, dan tidak melakukan
pemberontakan terhadap pemerintah. Karena Rasulullah mengajarkan kepada
115
Wawancara dengan Bagas Adi, Panitia Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta, Jumat, 21
Juni 2019. 116
Wawancara dengan Muhammad Rafi, Jamaah Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta,
Rabu, 5 Juni 2019.
58
kita harus taat kepada pemerintah dan tidak boleh melakukan pemberontakan
walaupun pemerintah menzolimi kita.117
Hal senada disampaikan oleh Rahmat Nurwanto jamaah Majelis Taklim The
Rabbaanians. Tentang bagaimana sikap kita terhadap pemerintah setelah mengikuti
kajian-kajian The Rabbaanians. Rahmat Nurwanto mengatakan:
Mentaati pemerintah itu sebagai bagian dari ajaran Islam juga. Kemudian kita
juga tidak boleh mencaci maki pemerintah dan melakukan tindakan-tindakan
anarkis atau pemeberontakan terhadap pemerintah, karena rasulullah itu pernah
berkata seandainya pemimpin kalian zolim tetaplah taati dan apabila
pemerintah melakukan kezoliman yang besar maka janganlah digulingkan.
Tetapi kita harus menggunakan akhlak yang baik untuk menasehatinya dengan
mendatanginya langsung ke pemimpin tersebut lalu kita ajak bicara empat
mata, jadi tidak dengan kerusakan tapi kita dakwahi dengan lembut.118
Pandangan yang sama diungkapkan oleh jamaah Majelis Taklim The
Rabbaanians Muhammad Jordiansyah Arifin:
Setelah mengikuti kajian seperti ini, kita menjadi lebih mengerti bahwa kita
harus menghormati pemerintah, menaati peraturannya selama tidak bertabrakan
dengan ajaran-ajaran Islam. Kita juga tidak boleh mencaci maki pemerintah dan
melakukan pemberontakan atau tindakan-tindakan anarkis, karena sezolim
apapun pemerintah terhadap rakyatnya kita sebagai rakyat harus tetap patuh dan
taat kepada pemerintahnya.119
Dari hasil wawancara di atas ditemukan bahwa, kaum muda yang telah
mengikuti kajian di Majelis Taklim The Rabbaanians memiliki sikap setia dan taat
kepada pemerintah. Melalui materi kajian berupa tauhid, akidah, akhlak dan adab
terbentuk pondasi awal bagi mereka agar terhindar dari perilaku-perilaku radikal
117
Wawancara dengan Eko Wahid, Panitia Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta, Minggu,
12 Mei 2019. 118
Wawancara dengan Rahmat Nurwanto, Jamaah Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta,
Kamis, 4 Juli 2019. 119
Wawancara dengan Muhammad Jordiansyah, Jamaah Majelis Taklim The Rabbaanians,
Jakarta, Rabu, 26 Juni 2019.
59
seperti tindakan anarkis serta pemberontakan yang bersifat inkonstitusional terhadap
pemerintah. Seperti yang dikatakan oleh Sobahhusurur penyelenggara Majelis Taklim
The Rabbaanians, dan juga sebagai pengurus Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar.
Sobahhusurur mengatakan:
Adanya kegiatan majelis taklim ini kegiatan yang sangat positif untuk
memberikan pemahaman penanaman ilmu dasar mengenai tauhid dan akidah
untuk masyarakat yang rata-rata mereka memang haus akan bimbingan agama,
The Rabbaanians ini mampu menghadirkan sesuatu yang segar dengan
pemahaman Islam yang mudah dan gampang yang tidak terlalu bertele-tele
dimana hal ini mudah sekali diserap oleh anak-anak muda, sehingga yang hadir
itu memang jarang yang tua-tua rata-rata mereka yang baru bekerja, mahasiswa,
serta pelajar.120
Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa adanya prinsip-prinsip ketaatan
yang tinggi terhadap pemerintah. Ini dapat dilihat dari pernyataan bahwa, kita harus
tetap taat kepada pemerintah walaupun pemerintah itu menzolimi kita. Artinya di
dalam Majelis Taklim The Rabbaanians ditanamkan nilai-nilai nasionalisme melalui
pelajaran aqidah dan tauhid yang diajarkan. Mereka benar-benar diajarkan untuk
patuh pada pemerintah dan aturan-aturannya yang ditetapkan.
A.2 Radikalisme Bukan Ajaran Islam
Radikalisme diidentikkan dengan aktivitas-aktivitas keagamaan. Agama Islam
cenderung menjadi pelaku utama ketika terjadi aksi-aksi radikalisme, disebabkan
karena pelaku dari aksi radikalisme yang sering membawa atribut Islam. Padahal jika
kita memahami Agama Islam dengan benar Rasulullah tidak pernah mengajarkan
aksi-aksi radikalisme. Oleh karena itu radikalisme bukan ajaran Islam, pemikiran dan
120
Wawancara dengan Sobahhusurur, Penyelenggara Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta,
Jumat, 5 Juli 2019.
60
gerakan radikalisme muncul dikarenakan kesalahan dalam menafsirkan dan
memahami agama Islam. Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa kaum muda
Majelis Taklim The Rabbaanainas sepakat bahwa Islam tidak pernah mengajarkan
aksi-aksi radikalisme. Karena yang diajarkan Rasulullah itu berupa kebaikan, akhlak,
adab, dan taat kepada pemerintah. Seperti yang dikatakan oleh Bagas Adi yang
menjadi salah satu panitia kajian, Bagas mengatakan bahwa:
Radikalisme itu pemikiran yang dibawa oleh orang luar dan bertentangan yang
diajarkan Islam. Radikalisme juga benar-benar bisa menghancurkan Islam dari
dalam, jadi Islam bisa hancur dari dalam bukan dari luar ya karena salah
satunya pemikiran radikalisme. Radikalisme itu sangat bahaya, karena
radikalisme itu sangat menyimpang dari apa yang diajarkan Rasululah. Dalam
Majelis Taklim The Rabbaanians juga diajarkan bahwa kita harus mempunyai
toleransi, akhlak yang baik, dan taat kepada pemerintah.121
Hal yang sama juga dikatakan oleh jamaah Majelis Taklim The Rabbaanians
yang bernama Ilham Fadlan:
Ya sebenarnya radikalisme sendiri itu bukan dari ajaran Islam, dalam Islam
tidak ada yang namanya kekerasan, pemberontakan, bom bunuh diri dan
lainnya. Jadi kita sebagai anak muda harus pintar-pintar dalam mencari ilmu
tentang agama Islam yang benar. Radikalisme itu sangat mengancam sekali
bagi negara, karena menakutkan dan meresahkan banyaknya warga. Kemudian
aksi-aksi dari mereka banyak yang anarkis. Seperti demo-demo kemarin yaitu
people power yang anarkis yang menginginkan perubahan dan lainnya. Saran
dari saya sih sebagai anak muda jangan terpengaruh dengan radikalisme karena
itu sama saja ajaran syaiton, dan Islam tidak mengajarkan kekerasan serta aksi-
aksi radikalisme.122
Jika kita melihat lebih dalam Islam itu agama yang mengajarkan kebaikan
kepada orang lain atau bisa disebut sebagai nilai-nilai humanis yang dimana satu
121
Wawancara dengan Bagas Adi, Panitia Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta, Jumat, 21
Juni 2019. 122
Wawancara dengan Ilham Fadlan, Jamaah Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta, Kamis,
20 Juni 2019.
61
sama lain berkaitan dengan apa yang disebut sebagai konsep keimanan.123
Seperti
yang dikatakan oleh Ilham Caturahman salah satu jamaah Majelis Taklim The
Rabbaanians. Ilham mengatakan:
Menurut saya radikalisme ini sesuatu yang buruk dan bukan ajaran Islam.
Sebenarnya Islam juga di dalamnya berisikan pelajaran tentang kebaikan-
kebaikan. Sedangkan radikalisme ini mengajarkan sebaliknya yaitu kekerasan,
yang dimana ujung-ujungnya malah menakut-nakuti orang yang belum paham
apa itu Islam seperti orang-orang awam dan radikalisme ini sangat mengancam.
Sebagai anak muda kita harusnya belajar Agama Islam dengan benar, mana
ajaran yang benar dan mana ajaran yang salah. Karena di zaman yang penuh
fitnah ini banyak orang awam yang ikut-ikutan saja dan akhirnya tersesat.124
Hal yang sama disampaikan oleh Muhammad Rafi jamaah Majelis Taklim The
Rabbaanians. Rafi mengatakan:
Radikalisme sendiri ini bukan ajaran dari Islam, seharusnya kita tidak
melakukan pemberontakan atau kekerasan untuk melawan pemerintah. Kita
seharusnya meningkatkan ketakwaan kita serta memperbagus akhlak kita
karena yang diajarkan rasulullah itu seperti itu dan mereka yang mengikuti
tindakan-tindakan radikalisme banyak yang tidak memperoleh pendidikan
agama Islam yang benar. Kemudian radikalisme sangat mengancam, karena
ideologi ini bisa mengahncurkan negara, sehingga menyebabkan sebuah negara
bisa terjafi konflik seperti yang terjadi di Suriah dan Timur Tengah lainnya.125
Pandangan yang sama diungkapkan oleh Indriani Sulistianingsih mahasiswi
UNJ Jakarta. Indriani mengatakan:
Radikalisme itu sebuah pemikiran dan tindakan yang berbahaya teruntuk kaum
muda khususnya yang sedang mencari jati diri dan identitas. Radikalisme juga
bukan ajaran Islam. Kaum muda harus aktif untuk memerangi radikalisme
karena memang sasaran radikalisme sekarang ini rata-rata anak muda yang
123
Idrus Ruslan, “Islam Dan Radikalisme: Upaya Antisipasi dan Penanggulangannya”, ( Jurnal
Studi Agama dan Pemikiran Islam, Vol.9.No.2, Desember 2015), h.227-229. [Jurnal on-line].
Ejournal.radenintan.ac.id. 124
Wawancara dengan Ilham Caturahman, Panitia Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta,
Rabu, 22 Mei 2019. 125
Wawancara dengan Muhammad Rafi, Jamaah Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta,
Rabu, 5 Juni 2019.
62
masih labil dalam mencari identitas dan kurang dalam pemahaman ilmu agama.
Kaum muda harus peduli dengan radikalisme, terutama kita-kita yang sudah
ngaji harus mampu memberitahu bahwa perilaku-perilaku mereka itu salah dan
harus diluruskan kembali.126
A.3 Islam Up To Date, Kader Bangsa dan Umat
Bentuk sikap kepedulian kaum muda Majelis Taklim The Rabbaaninas,
terhadap radikalisme yaitu melalui pembelajaran Agama Islam dengan benar serta
mengamalkan ceramah-ceramah yang disampaikan ustadznya. Seseorang yang
menjalankan Islam secara menyeluruh bukan berati mereka akan ketinggalan jaman
akan tidak eksis dan bersikap aneh, melainkan mereka yang sudah mempelajari Islam
dengan benar akan terbentuk karakter seorang yang mudah bergaul, tidak ekslusif,
dan mempunyai akhlak yang baik serta jauh dari kata radikalisme, seperti yang
disampaikan oleh panitia Majelis Taklim The Rabbaanians, Ilham Caturahman:
Hadirnya The Rabbaanians, karena anak-anak muda membutuhkan wadah
untuk menutut ilmu agama yang sesuai dengan kitabulah dan hadits-hadits nabi
dengan pemahaman para sahabat. Oleh karena itu perlu ada sebuah wadah
untuk mengekspresikan dirinya dalam koridor-koridor Islam, artinya kita
memberitahu kepada generasi muda bahwa kita masih bisa tetap up to date
dalam koridor islam, kita masih tetap eksis dalam koridor islam. Dan Islam
tidak membuat kita menjadi seorang yang aneh, eksklusiv, Islam tidak
membuat kita menjadi orang yang tidak up to date atau tidak berkembang dan
semua itu telah nabi kita ajarkan di dalam sunnah-sunnahnya.127
Membangun konsep Islam yang up to date, merupakan sikap yang dilakukan
oleh kaum muda Majelis Taklim The Rabbaanians terhadap ancaman-ancaman
radikalisme. Karena mereka yang sudah mempelajari Islam dengan benar akan
126
Wawancara dengan Indriani Sulistianingsih, Jamaah Majelis Taklim The Rabbaanians,
Jakarta, Rabu, 12 Juni 2019. 127
Wawancara dengan Ilham Caturahman, Panitia Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta,
Minggu, 22 Mei 2019.
63
membentuk karakter seseorang yang mudah bergaul, tidak ekslusif, tetap up to date
dan mempunyai akhlak yang baik serta jauh dari karakter radikalisme. The
Rabbaanians juga mampu menghadirkan sesuatu yang segar dengan pemahaman
Islam yang mudah serta simple dan mudah diserap kalangan kaum muda. Seperti
yang dikatakan Sobahhusurur, penyelenggara Majelis Taklim The Rabbaanians dan
sebagai pengurus Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar, mengatakan :
Kegiatan majelis taklim ini merupakan kegiatan yang sangat positif untuk
memberikan pemahaman penanaman ilmu dasar mengenai tauhid dan akidah
untuk masyarakat yang rata-rata mereka memang haus akan bimbingan agama,
The Rabbaanians ini mampu menghadirkan sesuatu yang segar dengan
pemahaman Islam yang mudah dan gampang yang tidak terlalu bertele-tele
dimana hal ini mudah sekali diserap oleh anak-anak muda, sehingga yang hadir
itu memang jarang yang tua-tua rata-rata mereka yang baru bekerja, mahasiswa,
serta pelajar.128
Dengan adanya majelis taklim ini kaum muda diharapkan menjadi kader umat
dan kader bangsa yang nantinya dapat memajukan bangsa dan memajukan Islam.
Sekali lagi Sobahhusurur mengatakan:
Dengan adanya Majelis Taklim The Rabbaanians ya diharapkan dapat
mengangkat citra Islam dan citra kaum muslimin, dan khususnya anak-anak
muda diharapkan menjadi kader umat, kader bangsa, dan meneruskan
Indonesia, serta meneruskan umat kedepannya dengan memajukan islam.
Kemudian dengan pemahaman yang mereka terima dari kajian ini diharapkan
mereka mempunyai kepedulian sosial, mereka mempunyai ghiroh terhadap
islam, dan menjadikan setiap kegiatannya penuh dengan kebaikan.129
128
Wawancara dengan Sobahhusurur, Penyelenggara Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta,
Jumat, 5 Juli 2019. 129
Wawancara dengan Sobahhusurur, Penyelenggara Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta,
Jumat, 5 Juli 2019.
64
Jadi kesimpulannya adanya majelis taklim The Rabbaanians menjadi kegiatan
yang positif bagi kaum muda, karena Rabbaanians menjadi daya tarik tersendiri bagi
kaum muda untuk mengikuti kajian-kajian ilmiah dengan pemahaman ilmu agama
yang benar tentang akidah, tauhid, akhlak, adab dan lainnya. Hal ini sangat penting
untuk membentuk karakater kaum muda mempunyai rasa kecintaan terhadap Islam,
kepedulian sosial, menjadi kader umat, dan menjadi penerus bangsa serta jauh dari
sikap dan tindakan radikal.
B. Peran Kaum Muda Majelis Taklim The Rabbaanians dalam Mencegah
Radikalisme pada Generasi Muda di Jakarta
Pada dasarnya radikalisme ini bukan ajaran Islam, tindak radikal muncul karena
kesalahpahaman dalam memahami agama Islam dan beberapa faktor lainnya, oleh
karena itu Islam mengecam aksi-aksi radikalisme baik pemikiran maupun tindakan.
Dalam Al-Qur’an dan hadits Rasulullah tidak diajarkan untuk melakukan tindakan-
tindakan radikalisme apalagi sampai menjadi teorirs, tindakan bom bunuh diri dan
lainnya. Oleh karena itu tindakan radikalisme yang terjadi dikarenakan mereka salah
memahami teks-teks dari Al-Qur’an dan hadits.
Ulama Islam terkemuka, yang kini berdiam di Qatar, Yusuf Qardhawi,
mengatakan bahwa faktor utama dari munculnya sikap, tindakan radikal yaitu karena
ketidakmampuan seseorang ataupun kelompok dalam memahami teks-teks agama,
sehingga mereka memahami Islam hanya secara dangkal saja dan sepotong-
65
sepotong.130
Hal yang sama disampaikan juga oleh penyelenggara kajian
sobahhusurur bahwa:
Orang-orang yang terpapar radikalisme disebabkan karena kurangnya ilmu
tentang agama Islam. Mereka belajar tentang Islam hanya secuil-secuil dan
parsial-parsial tidak menyeluruh, kemudian akhirnya mereka mempunyai pola
pikir yang sempit mudah memovins, mudah menyalahkan, mudah
mengkafirkan kaum muslimin dan pemerintah dianggap thogut. Oleh karena itu
mereka harus banyak mengkaji lagi tentang Islam melalui majelis taklim-
majelis taklim seperti ini.131
Agama mempunyai fungsi untuk memecahkan berbagai macam permasalahan
kehidupan manusia, termasuk juga tindakan-tindakan radikal. Agama sangat
melarang tindakan-tindakan yang dapat menyebabkan kesusahan dan ketakutan bagi
orang lain. Islam adalah agama yang mengajarkan kebaikan dan menjunjung tinggi
nilai-nilai humanisme yang dimana satu sama lain saling berkaitan dengan apa yang
disebut sebagai konsep keimanan.132
Oleh karena itu ajaran Agama Islam memang
sangat bertentangan dengan tindakan-tindakan dan paham radikalisme tersebut.
Menurut Yudi Zulfahri, mantan napi terorisme dalam kasus pelatihan militer di
Aceh dan alumni Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN), radikalisme
pada saat ini lebih banyak disebarkan melalui dunia maya. Pengalamannya, ideologi
radikal dikenalinya setelah belajar dan menelan mentah-mentah apa yang didapatnya
130
Hasani Ahmad Said dan Fathurrahman Rauf, “Radikalisme Agama Dalam Perspektif
Hukum Islam”, (Jurnal AL-‗ADALAH. Vol. XII. No. 3, Juni 2015), h.596. [Jurnal on-line].
https://www.academia.edu. 131
Wawancara dengan Sobahhusurur, Penyelenggara Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta,
Jumat, 5 Juli 2019. 132
Idrus Ruslan, “Islam Dan Radikalisme: Upaya Antisipasi dan Penanggulangannya”, ( Jurnal
Studi Agama dan Pemikiran Islam, Vol.9.No.2, Desember 2015), h.227-229. [Jurnal on-line].
Ejournal.radenintan.ac.id.
66
dari internet.133
Dari data ini dapat disimpulkan bahwa internet dan media sosial
merupakan penyebab seseorang terpapar radikalisme.
Dengan melihat berbagai penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk
mencegah radikalisme dibutuhkan pendidikan mengenai ilmu agama Islam yang
benar dan pencegahan melalui basis internet dan media sosial. Oleh karena itu peran
kaum muda Majelis Taklim The Rabbaanians dalam pencegahan radikalisme pada
generasi muda di Jakarta dengan melalui beberapa program yaitu deradikalisasi
ajaran islam, deideologisasi agama, dakwah berbasi IT, dan humanity response sangat
relevan.
1. Deradikalisasi Pemahaman Keagamaan
Deradikalisasi pemahaman keagamaan adalah sebuah upaya untuk
menghapuskan kesalahpahaman seseorang atau kelompok terhadap ayat-ayat Al-
Quran dan hadits, terutama pada ayat dan hadits yang mengandung konsep-konsep
tentang perang melawan kaum kafir dan jihad.134
Program deradikalisasi pemahaman keagamaan bukan dimaksudkan sebagai
sebuah usaha untuk menyampaikan pemahaman yang baru tentang Islam, dan bukan
pula pendangkalan akidah, melainkan sebuah upaya untuk meluruskan kembali
pemahaman tentang apa dan bagaimana Islam yang benar sesuai dengan apa yang
diajarkan Rasulullah. Oleh karena itu ada beberapa cara deradikalisasai pemahaman
133
Ari Susanto, “Strategi Pemerintah Cegah Paham Radikal : Bangun Dialog di Kampus”,
dalam https://www.rappler.com diakses pada tanggal 15 Maret 2019. 134
Nasaruddin Umar, Deradikalisasi Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis, h. 4
67
keagamaan yang dilakukan oleh kaum muda Majelis Taklim The Rabbaanians untuk
mencegah radikalisme pada generasi muda, yaitu:
1.1 Program Tatsqif
Tatsqif yaitu program pencerahan dan pemberdayaan kepada umat Islam
melalui pendidikan, kajian ilmiah seperti taklim-taklim untuk kaum muda. Program
ini bertujuan untuk memberikan pemahaman komprehensif tentang Islam khususnya
kaum muda. Pengurus sekaligus penyelenggara kajian pemuda Majelis Taklim The
Rabbaanians, mengatakan:
Salah satu upaya pencegahan radikalisme yaitu melalui tatsqif, jadi melalui
upaya pendidikan yaitu seperti taklim-taklim ini dan pengajaran-pengajaran
ilmu agama dengan memberikan pemhamanan yang komprehensif tentang
Islam kepada para pemuda muslim khususnya dan kelompok-kelompok
pemuda majelis taklim yang terdekat dari lingkungan Al-Azhar seperti Jakarta
khususnya.135
Program tatsqif ini dilakukan rutin setiap seminggu sekali pada Rabu malam
bada isya yang banyak dihadiri kaum muda. Program ini diharapkan dapat
memberikan pengetahuan serta pemahaman yang benar tentang Agama Islam ini
dengan mengkaji Al-Quran dan hadits sesuai dengan pemahaman sahabat yang
memang itulah yang murni, serta jalan yang benar yang dapat menghapus
pemahaman-pemahaman radikalisme ini, dengan ditekankan melalui ceramah-
ceramah yang khas yang bertemakan persatuan, kedamaian, serta pemahaman yang
komprehensif tentang Islam.
135
Wawancara dengan Sobahhusurur, Penyelenggara Majelis Taklim The Rabbaanians, Jumat,
5 Juli 2019.
68
1.2 Penerapan Konsep Al-amru bi al-ma’ruf wa al-nahyu ‘an al-munkar
Penerapan konsep al-amru bi al-ma’ruf wa al-nahyu an al-munkar yaitu
menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran berdasarkan Al-Qur’an dan
As-Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dengan cara yang lebih bijak (Al-
Hikmah), kemudian juga dengan nasehat yang santun (Al-Mau’izhoh Hasanah), tutur
bahasa yang baik atau dialog yang lebih beradab (Al-Jadal bi Al-Ahsan).136
Artinya
dalam konsep ini anak-anak muda ditanamkan nilai-nilai agar bisa melakukan
pencegahan dari setiap tindakan-tindakan yang tidak baik dan merugikan diri sendiri
serta orang lain termasuk radikalisme, melalui 3 implementasi Al-Hikmah, Al-
Mau’izhoh Hasanah, Al-Jadal bi Al-Ahsan.
Dalam implementasi Al-Hikmah. Al-Mau’izhoh Hasanah, Al-Jadal bi Al-Ahsan
para pemuda Majelis Taklim The Rabbaanians ketika menghadapi suatu probelmatika
dalam negara apalagi yang berkaitan tentang pemerintah, pemimpin mereka tidak
langsung mengklaim bahwa pemerintah harus diperangi karena tidak sesuai dengan
apa yang diinginkannya. Kemudian dengan cara-cara turun ke jalan dan melakukan
tindakan-tindakan inkonstitusional, apalagi dengan menghujatnya serta menanamkan
virus-virus kebencian terhadap pemerintah atau yang diluar golongannya melalui
media sosial. Mereka para pemuda sepakat bahwa cara-cara itu tidak diajarkan oleh
Rasulullah, cara yang benar dengan mendatangi pemerintah langsung dan
menasehatinya dengan santun, serta memberikan masukan-masukan positif.
136
Wawancara dengan Sobahhusurur, Penyelenggara Majelis Taklim The Rabbaanians, Jumat,
5 Juli 2019.
69
Contohnya ketika terjadi gerakan people power, para pemuda Majelis Taklim The
Rabbaanians mereka mengecam keras aksi-aksi tersebut karena akan banyak
menilmbulkan masalah, mereka juga melakukan pencegahan dengan menshare flyer-
flyer yang berisikan bahwa kita harus tetap taat kepada pemerintah apapun keputusan
yang terjadi, sekalipun pemerintah menzholimi kita. Seperti yang disampaikan salah
satu jamaah Majelis Taklim The Rabbaanians Muhammad Jordiansyah.
Aksi-aksi yang dilakukan seperti gerakan people power merupakan tindakan
yang sangat merugikan bagi dirinya dan orang lain, karena dapat menimbulkan
kerusakan. Kita seharusnya tetap taat kepada pemerintah apapun itu yang
diputuskan, karena ketaatan kepada pemerintah memang itulah yang diajarkan
dalam Islam, anak-anak muda seharusnya mencegah gerakan pople power
dengan menshare meme-meme atau flyer di media sosial bahwa tindakan ini
tidak boleh dilakukan oleh seorang muslim khususnya karena tidak sesuai
dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah.137
Jadi dalam konsep ini ditanamkan kepada kaum muda untuk melakukan
tindakan pencegahan dari perbuatan-perbuatan yang buruk dengan menggunakan
cara-cara yang lembut, berilmu, santun, dan bijak, bukan melakukan pencegahan
dengan cara-cara kekerasan.
1.3 Al-Ri’ayah
Al-Ri’ayah yaitu meningkatkan kualitas pemeliharaan serta pengawalan
terhadap aqidah umat Islam dari bahaya aliran-aliran sesat, pemurtadan, pola pikir
dan gaya hidup yang berlawanan dengan nilai-nilai Al-Qur’an dan Al-Sunnah.138
Melalui konsep Al-Ri’ayah ini, pencegah radikalisme bisa dengan cara mengkaji Al-
137
Wawancara dengan Muhammad Jordiansyah, Jamaah Majelis Taklim The Rabbaanians,
Senin, 24 Juni 2019. 138
Wawancara dengan Sobahhusurur, Penyelenggara Majelis Taklim The Rabbaanians, Jumat,
5 Juli 2019.
70
Qur’an dan Al-Sunnah dengan benar untuk membentengi para anak muda dari aliran
sesat dan pola pikir serta gaya hidup yang berlawanan dari kedua petunjuk tersebut.
Radikalisme sendiri termasuk katergori aliran sesat karena dia sama dengan khawarij
yang menentang pemerintah yang sah dengan melakukan pemberontakan baik secara
tindakan ataupun pemikiran.
Kemudian juga jika kita melihat kembali hadits yang disampaikan Rasulullah
bahwa umatnya tidak akan sesat selama mereka itu berpegang teguh kepada Al-
Qur’an dan As-Sunnah. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda:
Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama
berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. (H.R
Malik).139
Inilah yang menjadi kunci agar umat tidak tersesat dari jalan yang benar, karena
dengan kita memahami dan mengamalkan apa yang ada dalam Al-Qur’an dan As-
Sunnah sesuai dengan pemahaman yang benar maka kita tidak akan terjerumus ke
dalam tindakan-tindakan radikalisme. Dengan kita melihat hadits dari Rasulullah di
atas, umat Islam diharapkan mampu mendasari setiap perbuatannya di atas nilai-nilai
Al-Qu’an dan hadits, karena keduanya mempunyai prinsip-prinsip etik dan moral
yang bisa menjadi acuan bagi umat Islam dalam bertindak.140
139
MuslimAtsary, “Kaedah Penting dalam Memahami Al-Qur’an dan Hadits”, dalam
https://muslim.or.id/6966-kaedah-penting-dalam-memahami-al-quran-dan-hadits.html diakses pada
tanggal 17 Juli 2019. 140
Nasaruddin Umar, Deradikalisasi Pemahaman Al-Qur’an dan, h. 8
71
Ilham Caturahman, panitia Majelis Taklim The Rabbaanians yang memiliki
akun dakwah di sosial media serta sebagai Wakil Ketua organisasi pemuda Senabung
Jakarta, mengatakan :
Sebagai anak muda seharusnya belajar Agama Islam dengan benar, agar kita
mengerti mana ajaran yang benar dan mana ajaran yang salah. Karena pada
zaman yang penuh fitnah ini banyak orang-orang awam yang belum mengerti.
Sehingga orang-orang itu hanya ikut-kutan saja dan salah jalan, sehingga
akhirnya mereka tersesat dan terpapar radikalisme.141
Hal yang sama disampaikan oleh Eko Wahid panitia majelis takim The
Rabbaanians, Eko mengatakan:
Radikalisme ini merupakan sebuah pemahaman yang keliru, banyak dari
mereka yang menggunakan cara-cara kekerasan untuk mencapai tujuan dari
kelompok-kelompok mereka. Radikalisme juga bukan ajaran dari Islam dan
tidak pernah Rasulullah mengajarkan tindakan-tindakan radikal, untuk anak
muda mereka harus waspada karena rata-rata yang tepapar pemahaman ini ya
anak muda dan berdampak buruk untuk diri sendiri dan masa depannya nanti.
oleh karena itu untuk mencegahnya anak-anak muda harus paham dengan
ajaran Agama Islam yang benar dengan mengkaji Al-Qur’an dan hadits sesuai
dengan pemahaman yang benar.142
Oleh karena itu dengan mempelajari Al-Quran dan hadits sesuai dengan
pemahaman yang benar dapat mencegah masuknya pemahaman yang sesat seperti
radikalisme.
2. Deideologisasi Agama
Deideologisasi agama adalah upaya untuk membedakan antara agama yang
autentik dengan agama yang sudah terideologisasi dari kelompok-kelompok radikal.
141
Wawancara dengan Ilham Caturahman, Panitia Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta,
Rabu, 22 Mei 2019. 142
Wawancara dengan Eko Wahid, Panitia Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta, Minggu,
12 Mei 2019.
72
Agama yang autentik adalah agama yang mempunyai sifat terbuka serta toleran.
Sedangkan agama yang sudah terideologisasi adalah agama yang ditafsirkan secara
subjektif, reduktif dan manipulatif sehingga akhirnya menjadi intoleran.143
Dalam hal ini kaum muda Majelis Taklim The Rabbaanians mempunyai
konsep pencegahan radikalisme melalui pembelajaran agama dengan merujuk kepada
Al-Quran dan As-Sunnah dengan pemahaman para sahabat, bahwa yang beragama
secara autentik. Dalam konsep ini ditanamkan beberapa hal yang terkait dengan
pencegahan tindakan-tindakan radikalisme melalui konsep pemahaman Al-Quran dan
hadits dari para sahabat Rasulullah.
Beberapa konsep pemahaman yang dibawakan sebagai dasar untuk
melakukan pencegahan dari aksi-aksi radikalisme sebagai berikut:
2.1 Dilarang memberontak kepada pemerintah atau pemimpin walaupun
pemimpin itu berlaku zholim terhadap kita. Artinya pemberontakan disini, yaitu
merubah suatu sistem dengan cara-cara kekerasan atau cara inkonstitusional.
Berdasarkan hadits dari Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam.
Nanti setelah aku akan ada seorang pemimpin yang tidak mendapat petunjukku
(dalam ilmu) dan tidak pula melaksanakan sunnahku (dalam amal). Nanti akan
ada di tengah-tengah mereka orang-orang yang hatinya adalah hati setan,
namun jasadnya adalah jasad manusia. “Aku berkata, “Wahai Rasulullah, apa
yang harus aku lakukan jika aku menemui zaman seperti itu?” Beliau bersabda,
”Dengarlah dan ta’at kepada pemimpinmu, walaupun mereka menyiksa
punggungmu dan mengambil hartamu. Tetaplah mendengar dan ta’at kepada
mereka. [H.R. Muslim]”144
143
Irwan Masduqi, Berislam Secara Toleran : Teologi Kerukunan Beragama, h.95. 144
Muhammad Abduh Tuasikal, “Taat Pada Pemimpin yang Zalim”, dalam
https://rumaysho.com/3111-taat-pada-pemimpin-yang-zalim.html diakses pada tanggal 17 Juli 2019.
73
Anggota Majelis Taklim The Rabbaanians Muhammad Jordiansyah Arifin
mengatakan:
Setelah mengikuti kajian seperti ini, kita menjadi lebih mengerti bahwa kita
harus menghormati pemerintah, menaati peraturannya selama tidak bertabrakan
dengan ajaran-ajaran Islam. Kita juga tidak boleh mencaci maki pemerintah dan
melakukan pemberontakan atau tindakan-tindakan anarkis, karena sezolim
apapun pemerintah terhadap rakyatnya kita sebagai rakyat harus tetap patuh dan
taat kepada pemerintahnya.145
Jadi dalam Majelis Taklim The Rabbaanians, kaum muda ditanamkan doktrin
agar kaum muda tetap taat kepada pemerintah dan pemimpin serta tidak boleh
melakukan aksi-aksi pemberontakan yang bersifat inkonstitusional.
2.2 Tidak boleh menganggu orang kafir apalagi sampai membunuhnya. Dalam
hal ini ditanamkan bahwa seorang muslim dilarang menzhalimi kafir mu’ahad (kafir
yang ada perjanjian damai dengan kaum muslim). Berdasarkan dari hadits Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam.
Jadi kaum muda sebagai Muslim dilarang menzhalimi kafir mu’ahad (kafir
yang ada perjanjian damai dengan kaum muslim). Rasulullah shallallahu‘alaihi
wasallam bersabda:
Ingatlah, siapa yang mendzalimi seorang kafir mu’ahad, merendahkannya,
membebaninya di atas kemampuannya atau mengambil sesuatu darinya tanpa
keridhaan dirinya, maka saya adalah lawan bertikainya pada hari kiamat” (HR.
Abu Daud)146
Seperti yang dikatakan panitia Majelis Taklim The Rabbaanians Eko Wahid:
145
Wawancara dengan Muhammad Jordiansyah, Jamaah Majelis Taklim The Rabbaanians,
Jakarta, Rabu, 26 Juni 2019. 146
Raehanul Bahraen, “Muslim Mayoritas Tidak Boleh Menzhalimi Non-Muslim Minoritas”,
dalam https://muslim.or.id/ diakses pada tanggal 15 Juli 2019.
74
Kita dilarang mengganggu orang kafir apalagi sampai membunuhnya, karena
mereka juga berhak mendapatkan perlindungan dan kasih sayang dari orang
Islam. Kita harus toleransi dengan mereka sesuai dengan batasan-batasan yang
sudah diajarkan dalam Islam.147
2.3 Tidak boleh mencela pemerintah atau pemimpin. Artinya ditanamkan
bahwa, mengkritik pemerintah itu boleh untuk memberikan masukan, tetapi yang
tidak boleh yaitu menyebarkan virus-virus kebencian terhadap pemerintah, dengan
mengganggap pemerintah, demokrasi, Pancasila sebagai thagut dan tidak perlu
dipatuhi. Ditambah lagi dengan masifnya media sosial menjadi semakin mudahnya
tersebarnya narasi-narasi tersebut dikalangan kaum muda serta menjadi sarana bagi
radikalisme masuk pada anak-anak muda, dengan menebarkan paham kebencian
terhadap pemerintah, mengkafirkan pemerintah dan kaum muslimin yang
mengikutinya. Oleh karena itu salah satu hal yang perlu ditanamkan kepada umat
Islam dan khususnya kaum muda muslim adalah bahwa mereka dilarang melakukan
aksi-aksi tersebut berdasarkan hadits dari Rasulullah:
Barangsiapa yang menghina sultan Allāh (menghina seorang sultan/ menghina
seorang penguasa/menghina seorang pemimpin) di bumi, maka Allāh
Subhānahu wa Ta’āla akan menghinakan orang tersebut. [H.R Tirmidzi]148
Oleh karena itu perlunya penanaman konsep di atas sebagai pencegah
radikalisme masuk ke kaum muda. Pada kenyataannya banyak para pelaku
radikalisme menggunakan cara-cara kekerasan di media sosial atau secara langsung
untuk merubah suatu keadaan. Seperti yang disampaikan Ustadz Subhan Bawazier
147
Wawancara dengan Eko Wahid, Panitia Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta, Minggu,
12 Mei 2019. 148
Abdulah Roy, “ Larangan Mencela Pemerintah” dalam https://bimbinganislam.com/ diakses
pada tanggal 15 Juli 2019.
75
dalam ceramahnya yang berjudul Tak Ada yang Salah pada 9 Januari 2019 pada
menit ke 12.25.
Anak bangsa jangan kurangi cinta kita sama Indonesia, kalaupun terjadi
kerusakan di atas sana (pemerintah) kita harus tetap istiqomah di atas
kebenaran, kemudian orang-orang yang melenceng harusnya kita doain bukan
malah dihujat dicaci maki, kalo didoain masih gak berubah juga yaudah kita
tidak usah khawatir karena tidak akan pernah bisa sebuah keburukan itu akan
sampai dititik kebenaran.149
3. Dakwah Berbasis IT
Peran kaum muda Majelis Taklim The Rabbaanians dalam mencegah
radikalisme adalah dengan menggunakan sarana media sosial dan web site resmi atau
disebut dakwah berbasis IT. Seperti yang disampaikan oleh ketua penyelenggara
kajian Majelis Taklim The Rabbaanians Sobahhusurur:
Para penggiat dakwah itu memang harus menggunakan media sosial untuk
menjadikan sarana dakwah lebih muda tersebar khususnya anak muda yang
memang aktif sekali di media sosial serta kita tidak boleh menutup diri lalu
terasing dan tidak paham dengan dunia medsos. Oleh karena itu kita
mempunyai berbagai macam saranan dakwah melalui media sosial, kita
menggunakan website resmi dari YPI Al-Azhar, Masjid Agung Al-Azhar dan
juga The Rabbaanians, yang semua web site tersebut tergabung dalam satu
portal di web site YPI Al-Azhar.150
Jadi semua informasi dan kegiatan dari YPI Al-Azhar dan kaum muda majelis
taklim The Rabbaanians bisa kita lihat di web site resminya langsung. Melalui cara
ini kaum muda jadi lebih mudah untuk mengetahui informasi tersebut. Selain
menggunakan web site, dakwah berbasis IT ini juga menggunakan sarana media
sosial seperti youtube, Instagram, Facebook, Twitter dan Whatsapp. Sebagaimana
149
Ceramah Ustadz Subhan Bawazier, Tak Ada Yang Salah, 9 Januari 2019. 150
Wawancara dengan Sobahhusurur, Penyelenggara Majelis Taklim The Rabbaanians ,
Jakarta, Jumat, 5 Juli 2019.
76
yang disampaikan oleh ketua penyelenggara kajian Majelis Taklim The Rabbaanians
Sobahhusurur:
Di Al-Azhar sendiri kita menggunakan sarana media sosial untuk berdakwah,
dalam ceramah-ceramah yang dilakukan disini kita menyediakan sarana live
streaming melalui youtube. Bisa dibuka diyoutube Masjid Agung Al-Azhar dan
The Rabbaanians, kemudian bisa dilihat juga dalam ceramah-ceramahnya
berisikan tema-tema yang mengarah pada persatuan, kedamaian, dan
pemahaman yang komprehensif tentang Islam serta tidak ada yang mengarah ke
radikalisme. Kemudian juga dalam media sosial kita menggunakan Instagram,
Youtube, Twitter, Facebook, WhatsApp kalau dulu menggunakan baliho-baliho
dipinggir jalan sekarang kita menggunakan saran tersebut dengan menshare
poster, flyer-flyer, kegiatan-kegiatan sosial, serta potongan-potongan video
ceramah yang sudah diedit dengan menarik di media sosial. Jadi kegiatan
pemuda Majelis Taklim The Rabbaanians memang sangat aktif dalam media
sosial dalam perkembangan dan penyebaran dakwahnya.151
Dari data yang diperoleh melalui sarana media sosial, pengikut Instagram The
Rabbaanians mencapai 137.000. Kemudian Youtube The Rabbaanians memiliki
49.000 subscriber dengan 272 video kajian dengan penayangan sebanyak 2.430.000.
Kemudian Facebook memiliki pengikut 28.838, Twitter memiliki pengikut sebanyak
2.159 orang.152
Dari akun Youtube Masjid Agung Al-Azhar sendiri memiliki 3.300
suscriber, akun Facebook 1.600 pengikut, akun Instagram dengan pengikut mencapai
14.700.153
Jadi semua kegiatan kaum muda Majelis Taklim The Rabbaanians
ditopang dengan sarana media sosial yang menjadi kekuatan serta daya tariknya. Jika
dilihat dari data di atas peran media sosial sangat membantu dalam menyebarkan
151
Wawancara dengan Sobahhusurur, Penyelenggara Majelis Taklim The Rabbaanians ,
Jakarta, Jumat, 5 Juli 2019. 152
Wawancara dengan Bagas Adi, Panitia Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta, Minggu,
14 Juli 2019. 153
Wawancara dengan Sobahhusurur, Takmir Masjid Agung Al-Azhar Jakarta, Jakarta, Jumat,
5 Juli 2019.
77
dakwah yang di bawa oleh Majelis Taklim The Rabbaanians. Melalui konten yang
menarik dan inspiratif dakhwah berbasis IT mampu menarik generasi muda untuk
dapat menyimak dan mengikuti kajian dengan tema-tema yang mengarah pada
kedamaian, persatuan, dan pemahaman yang komprehensif tentang Islam. Cara ini
berguna untuk mencegah masuknya paham radikalisme bagi kaum muda muslim
khususnya di Jakarta.
Hal yang sama disampaikan oleh jamaah pemuda Majelis Taklim The
Rabbaanians Rahmat Nurwanto.
Setelah saya mengikuti kajian di The Rabbaanians, saya jadi lebih sering
memposting di media sosial yang berisikan nasihat dan juga kebaikan-kebaikan
yang akan kita lakukan di dunia ini serta menjauhi perkar-perkara yang di
haramkan oleh Allah dan juga menjauhi pemahaman-pemahaman yang tidak
baik untuk kita seperti kekerasan, radikalisme, khawarij yang tentunya tidak
diajarkan Rasulullah, saya juga mengecam tindakan-tindakan radikalisme,
makanya kita juga harus memberitahu kepada kaum muslimin untuk menjauhi
pemahaman radikalisme ini karena dapat mengancam umat Islam sendiri dan
bisa membecah belah persatuan umat. Oleh karena itu peran media sosial
seperti Instagram, Youtube Whatsapp, Facebook itu sangat besar sekali untuk
mendakwahi mereka karena memang kebanyakan anak-anak muda ini
menggunakan media sosial seperti Instagram, begitupula dengan Youtube,
Whatsapp, Facebook. Makanya kalo bisa kita tambahkan konten-konten
dakwah melalui media sosial tersebut.154
Jika dilihat dari data yang ada, media sosial menjadi sarana yang efektif bagi
kaum muda untuk terpapar paham radikalisme dan menjadi sarana untuk
merencanakan aksi-aksi radikalisme. Ditambah lagi dengan kurangnya pemahaman
tentang ilmu agama menyebabkan semakin mudahnya paham radikalisme tersebut
154
Wawancara dengan Rahmat Nurwanto, Jamaah Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta,
Kamis, 4 Juli 2019.
78
masuk ke kaum muda. Oleh karena itu diperlukannya dakwah berbasis IT melalui
media sosial untuk mencegah pemahaman dan tindakan-tindakan radikalisme pada
generasi muda.
4. Humanity Response
Humanity response merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan untuk
membantu mengatasi permasalahan-permasalahan kemanusiaan. Dengan dukungan
oleh YPI Al-Azhar melalui program Lembaga Amil Zakat Al-Azhar, kegiatan ini
bertujuan untuk melakukan pemberdayaan pada masyarakat dhuafa dengan
mengoptimalkan dana infaq, zakat, sedekah, dana sosial kemanusiaan.155
Ada
beberapa kegiatan sosial yang dilakukan, diantaranya sebagai berikut.156
Pertama.
program penggalangan dana untuk korban bencana alam atau lembaga sosial yang
membutuhkan. Kedua, program Santunan untuk fakir miskin, anak yatim dan dhuafa.
Ketiga, program donor darah. Keempat, program marbot umroh. Kelima, program
Qurban di bulan Dzulhijjah yang dibagikan ke tempat-tempat yang membutuhkan.
Dengan adanya program seperti ini diharapkan mampu meningkatkan rasa
kepedulian sosial kita terhadap orang lain, serta merasakan bagaimana kesusahan
yang ditimpa orang lain ketika terjadinya bencana serta menumbuhkan rasa simpati,
empati, rasa cinta kepada sesama, yang tertuangkan dalam 5 sikap yang disebut
UMMAT yaitu :
155
Lembaga Amil Zakat Al-Azhar, dalam http://alazharpeduli.org/profil diakses pada tanggal
17 Juli 2019. 156
Wawancara dengan Sobahhusurur, Penyelenggara Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta,
Jumat, 5 Juli 2019.
79
Universal yaitu memberikan pelayanan dengan sepenuh hati dalam semua
aspek kehidupan umat manusia sebagai bagian dari implementasi nilai-nilai
ajaran Islam yang rahmatan lil alamin. Manfaat yaitu mengupayakan agar selalu
dapat memberikan manfaat kepada orang lain. Martabat yaitu menjunjung
tinggi harga diri amil, muzakki, dan penerima manfaat. Amanah yaitu
mempunyai rasa tanggungjawab ketika melaksanakan tugas dan melayani umat.
Tabligh yaitu membina, mendidik, mencerahkan serta memotivasi diri dan
masyarakat agar menjadi lebih baik lagi.157
Melalui berbagai kegiatan sosial kemanusiaan, sebagai salah satu cara
pencegahan radikalisme, kaum muda ikut andil dalam kegiatan-kegiatan yang positif
serta berisi kebaikan-kebaikan serta mampu meningkatkan kepedulian sosial terhadap
sesama, serta mengikis karakteristik-karakterisik radikalisme yang cendrung ekslusif,
keras, dan intoleran.158
157
Lembaga Amil Zakat Al-Azhar, dalam http://alazharpeduli.org/profil diakses pada tanggal
17 Juli 2019. 158
Wawancara dengan Sobahhusurur, Penyelenggara Majelis Taklim The Rabbaanians, Jakarta,
Jumat, 5 Juli 2019.
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Pandangan dan Sikap Kaum Muda Majelis Taklim The Rabbaanians
Terhadap Radikalisme
Kaum muda Muslim The Rabbaanians sepakat bahwa radikalisme itu bukan
dari ajaran Islam, karena tindakan-tindakan radikalisme ini tidak pernah diajarkan dan
dicontohkan oleh Rasulullah. Radikalisme dipandang sangat berbahaya bagi negara
karena dapat merusak kestabilan demokrasi dan berdampak pada menurunnya indeks
kualitas demokrasi, radikalisme juga berbahaya bagi masa depan kaum muda.
Pemahaman ilmu agama yang benar menjadi salah satu alasan agar kaum muda
selamat dari paham radikal tersebut. Kaum muda harus menyikapi radikalisme
dengan memperdalam pemahaman agama yang benar dengan menanmkan rasa cinta
terhadap negara, persatuan dan taat kepada pemerintah.
2. Peran Pemuda Majelis Taklim The Rabbaanians dalam Mencegah
Radikalisme
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat dipaparkan bahwa peran kaum
muda Majelis Taklim The Rabbaanians dalam pencegahan radikalisme diwujudkan
melalui beberapa cara. Pertama, melalui deradikalisasi pemahaman keagamaan, yang
terdiri dari 3 cara yaitu tatsqif, penerapan konsep Al-amru bi al-ma’ruf wa al-nahyu
‘an al-munkar, dan al-ri’ayah. Kedua, melalui deideologisasi agama yaitu konsep
81
pembelajaran agama dengan merujuk kepada Al-Quran dan As-Sunnah dengan
pemahaman para sahabat, berupa pemahaman dan praktik keberagamaan yang
autentik. Dalam konsep ini ditanamkan beberapa hal yang terkait dengan pencegahan
tindakan-tindakan radikalisme melalui konsep pemahaman Al-Quran dan hadits dari
para sahabat Rasulullah. Tidak boleh mencela pemerintah. Tidak boleh menganggu
orang kafir apalagi sampai membunuhnya. Dilarang memberontak kepada pemimpin
walaupun pemimpin itu berlaku zholim terhadap kita.
Ketiga, melalui dakwah berbasis IT dengan menggunakan media sosial seperti
Youtube, Instagram, Facebook, Twitter, dan web site resmi dengan menyebarkan
konten dakwah yang berisi kedamaian, persatuan, dan pemahaman Islam yang
komprehensif tidak sepotong-sepotong. Keempat, melalui program humanity
response, kegiatan-kegiatan sosial yang bekerja sama dengan berbagai lembaga
dalam rangka meningkatkan kepedulian sosial kita terhadap orang lain sehingga
mampu mengikis karakteristik-karakterisik radikalisme.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka penulis dapat memberikan saran
sebagai berikut:
1. Hasil pembahasan dan analisa dalam penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu perlu adanya penelitian lanjutan yang lebih
mendalam terkait peran pemuda majelis taklim dalam mencegah radikalisme
pada generasi muda, serta faktor-faktor penyebab radikalisme pada kaum
muda.
82
2. Kaum muda seharusnya lebih aktif lagi dalam mencegah radikalisme
dengan menambah wawasan ilmu agama yang komperhensif, terbuka, toleran,
dan menyaring informasi yang masuk melalui media online. Bisa juga dengan
menyebarkan flyer-flyer yang mengajak kepada kebaikan umat atau dengan
memperbanyak kegiatan-kegiatan positif dan sosial agar dapat mengurangi
karakteristik radikalisme.
83
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Abdullah, M. Amin. Pendidikan Agama Era Multikultural Multireligius. Jakarta:
PSAP, 2005.
Afadlal, dkk. Islam dan Radikalisme di Indonesia. Jakarta : LIPI Press, 2005.
Alimi, Moh Yasir. Mediatisasi Agama Post-Truth dan Ketahanan Nasional.
Yogyakarta : LKiS, 2018.
Al-Qardhawi, Yusuf. al-Shahwah al-Islamiyah bayn al-Juhud wa al-Tatarruf. Cairo:
Bank alTaqwa, 1406 H.
Anwar, Sudirman. Management of Student Development : Perspektif Al-Qur’an dan
As-Sunnah. Riau : Yayasan Indragiri, 2015.
Aziz, Munawir. Merawat Kebinekaan : Pancasila, Agama, dan Renungan
Perdamaian. Jakarta : Elex Media Komputindo, 2017.
Bakti, Agus Surya. Darurat Terorisme : Kebijakan Pencegahan, Perlindungan dan
Deradikalisasi. Jakarta: Daulat Press, 2014.
Bamualim, Chaider S. dkk. Kaum Muda Muslim Milenial : Konservatisme, Hibridasi
Identitas, dan Tantangan Radikalisme. Banten : Center For The Study of
Religion and Culture, 2018.
Julia. Orientasi Estetik Gaya Pirigan kacapi Indung dalam Kesenian Tembang Sunda
Cianjuran di Jawa Barat. Sumedang:UPI Sumedang Press, 2018.
Kansil. Aku Pemuda Indonesia : Pendidikan Politik Generasi Muda. Jakarta: Balai
Pustaka, 1986.
84
.
Marsh, David dan Gerry Stoker. Teori dan Metode Dalam Ilmu Politik. Bandung:
Nusamedia, 2002.
Masduki, Irwan. Berislam Secara Toleran : Teologi Kerukunan Umat Beragama.
Bandung: Mizan, 2011.
Masdar Hilmy, Islam, Politik dan Demokrasi; Pergulatan Antara Agama, Negara
dan Kekuasaan. Surabaya: Imtiyaz, 2014.
Rubaidi, Ahmad. Radikalisme Islam, Nahdatul Ulama masa depan Moderatisme
Islam di Indonesia. Yogyakarta: Logung Pusaka, 2007.
Qodir, Zuly. Radikalisme Agama di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.
Salendra, Kasjim. Terorisme dan Jihad dalam Persfektif Hukum Islam. Jakarta :
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2009
Siyoto, Sandu & M. Ali Sodik. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi
Media Publishing, 2015.
Sholeh, Badrus. Budaya Damai Komunitas Pesantren. Jakarta: Pustaka LP3S, 2007.
Taher, Tarmizi. Meredam Gelombang Radikalisme. Jakarta : Center for Moderate
Moslem dan Karya Rezeki, 2004.
Umar, Nasaruddin. Deradikalisasi Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo, 2014.
Tanzeh, Ahmad. Metodologi Penelitian Praktis. Yogyakarta: Teras,2011.
Yusuf, A. Muri. Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan. Jakarta: Kencana, 2017.
85
Karya Ilmiah
Halik, Abdul. “ Strategi Kepala Madrasah dan Guru dalam Upaya Pencegahan Paham
Islam Radikal di Madrasah Aliyah (MAN) Mamuju.” Tesis S2 Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar, 2003.
Mufid, Muchamad. “Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Upaya
Menangkal Pada Peserta Didik Di SMAN 9 Yogyakarta.” Skripsi S1 Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017.
Solichun, Imam. “Peran organisasi kepemudaan dalam menangkal radikalisme; studi
kasus pada GP Ansor kota Surabaya Periode 2017-2021.” Tesis S2 Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2018.
Jurnal Online
Arifuddin. “Pandangan dan Pengalaman Dosen UIN Alauddin Makassar dalam
Upaya Mengantisipasi Gerakan Islam Radikal di Kalangan Mahasiswa.” Jurnal
Al-Ulum, No.2 : Vol.16 (2016) : 435-454.
AS, A. Syafi. “Radikalisme Agama : Analisis Kritis dan Upaya Pencegahannya
Melalui Basis keluarga Sakinah.” Jurnal Studi Kegamaan, Sosial dan Budaya,
No.1: Vol.2 (2017) : 353-376.
Fanani, Ahmad Fuad Fanani. “Fenomena Radikalisme di Kalangan Kaum Muda.”
Jurnal Maarif Institute, Vol.8.No.1, Juli (2013) : h.6.
86
Miyarso, Estu. “Pengembangan Model Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Agama
Sebagai Upaya Untuk Menangkal Potensi Terorisme dan Gejala Disintegrasi
Bangsa.” Jurnal Penelitian Humaniora, Vol.16.No.1, April (2011) : h.76-93.
Munip, Abdul. “Menangkal Radikalisme Agama di Sekolah.” Jurnal Pendidikan Islam,
Vol.1.No.2, Desember (2012) : h.163.
Ruslan, Idrus. “Islam Dan Radikalisme: Upaya Antisipasi dan Penanggulangannya.”
Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, Vol.9.No.2, Desember (2015) :
h.227-229.
Said, Hasani Ahmad dan Fathurrahman Rauf. “Radikalisme Agama Dalam Perspektif
Hukum Islam‖.” Jurnal AL-‗ADALAH, Vol. XII.No. 3, Juni (2015) : h.444.
Web Site Resmi
“Masjid Agung Al-Azhar”, dalam http://www.al-
azhar.or.id/index.php/dakwah/masjid-alazhar/masjid-agung diakses pada
tanggal 29 April 2019.
“Sejarah YPI Al-Azhar”, dalam http://www.al-azhar.or.id/index.php/tentang-kami
diakses tanggal 17 Mei 2019.
“Lembaga Amil Zakat Al-Azhar”, dalam http://alazharpeduli.org/profil diakses pada
tanggal 17 Juli 2019.
Artikel Internet
87
Abdussalam, Syarif. “Paham Terorisme Muncul dan Berkembang, Uu Salahkan Ini”
diakses dalam http://jabar.tribunnews.com pada tanggal 5 November 2018.
Akbar, Wishnugroho Akbar. “ BIN Ungkap 39 % Mahasiswa Terpapar Radikalisme”
diakses dalam https://www.cnnindonesia.com pada tanggal 15 Maret 2019.
Alius, Suhardi. “Terorisme Menyasar Generasi Muda” diakses dalam
http://mediaindonesia.com pada tanggal 5 November 2018.
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme. “ Strategi Menghadapi Paham
Radikalisme Terorisme”, diakses dalam https://belmawa.ristekdikti.go.id pada
tanggal 15 Maret 2019.
Hilmy, Masdar. “ Radikalisme Agama dan Politik Demokrasi di Indonesia Pasca
Orde Baru” diakses dalam https://media.neliti.com pada tanggal 17 Desember
2019.
Lestari, Sri. “Anak-Anak muda Indonesia Makin Radikal?” diakses dalam
https://www.bbc.com/indo pada tanggal 15 Juli 2019.
Mansyur, Wasid. “Spirit Mondok Sebagai Strategi Tekan Radikalisme” diakses
dalam http://www.nu.or.id pada tanggal 28 Maret 2019.
Susanto, Ari. “Strategi Pemerintah Cegah Paham Radikal : Bangun Dialog di
Kampus” diakses dalam https://www.rappler.com pada tanggal 15 Maret 2019.
Undang-Undang Republik Indonesia, “ Tentang Kepemudaan” diakses dalam
http://kemenpora.go.id. pada tanggal 10 November 2018.
88
Muhammad Abduh Tuasikal. “Taat Pada Pemimpin yang Zalim”, dalam
https://rumaysho.com/3111-taat-pada-pemimpin-yang-zalim.html diakses pada tanggal
17 Juli 2019.
Raehanul, Bahraen. “Muslim Mayoritas Tidak Boleh Menzhalimi Non-Muslim Minoritas”,
dalam https://muslim.or.id/25575-muslim-mayoritas-tidak-boleh-menzhalimi-non-
muslim-minoritas. diakses pada tanggal 15 Juli 2019.
Roy, Abdullah. “ Larangan Mencela Pemerintah” dalam https://bimbinganislam.com/
diakses pada tanggal 15 Juli 2019.
. Muslim, Atsary. “Kaedah Penting dalam Memahami Al-Qur’an dan Hadits”, dalam
https://muslim.or.id/6966-kaedah-penting-dalam-memahami-al-quran-dan-
hadits.html diakses pada tanggal 17 Juli 2019.
Top Related