LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
BAB I
PENDAHULUAN
Geodesi berasal dari bahasa Yunani, Geo (γη) = bumi dan daisia / daiein (δαιω) =
membagi, kata geodaisia atau geodeien berarti membagi bumi. Sebenarnya istilah
“Geometri” sudah cukup untuk menyebutkan ilmu tentang pengukuran bumi, dimana
geometri berasal dari bahasa Yunani, γεωμετρία = geo = bumi dan metria = pengukuran.
Secara harafiah berarti pengukuran tentang bumi. Namun istilah geometri (lebih tepatnya
ilmu spasial atau keruangan) yang merupakan dasar untuk mempelajari ilmu geodesi telah
lazim disebutkan sebagai cabang ilmu matematika.
Ilmu Geodesi dibagi dua bagian ditinjau dari tujuannya, yaitu Geodesi tinggi yang
bertujuan ilmiah dimana mencakup kajian dan pengukuran yang lebih luas tidak sekedar
pemetaan dan penentuan posisi namun meliputi penentuan bentuk dan dimensi bumi baik
dengan pengukuran di bumi maupun dengan bantuan satelit, sehingga objek dari Geodesi
adalah masalah-masalah yang berkaitan dengan pengukuran atau “surveying” yang
bertujuan untuk menentukan dan menggambarkan permukaan bumi baik yang bersifat
alamiah maupun hasil budaya manusia dalam bentuk grafis maupun numeris. Geodesi
rendah atau Ilmu Ukur Tanah yang mempunyai tujuan praktis yang mempelajari cara-cara
pengukuran di bumi untuk berbagai keperluan seperti halnya pemetaan, penentuan posisi
relatif dan sebagainya yang dilakukan pada daerah yang relatif sempit sehingga untuk
kelengkungan permukaan bumi dapat diabaikan.
Bagian penting pada pengukuran suatu bidang tanah adalah membuat garis lurus, garis
lurus ini tidak dapat dibuat seperti menarik garis lurus seperti di atas kertas. Garis
lurus yang dibuat harus diketahui kedua titik ujungnya, oleh karena itu dalam
menentukan garis lurus, harus ditentukan titik – titik di lapangan yang letak di garis lurus,
yang menghubungkan dua titik ujung dengan jumlah yang cukup banyak, sehingga garis
lurus itu terlihat dengan jelas. Titik – titik ini dapat dinyatakan dengan jalon. Syarat utama
untuk mencapai ketelitian yang cukup besar, jalon harus diletakkan tegak lurus
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 1
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Pada pekerjaan jalan raya sering dijumpai belokan atau tikungan, untuk pekerjaan
semacam ini perlu dilakukan pembuatan lengkungan dilapangan untuk menentukan
alinyemen horizontal dari jalan tersebut. Pekerjaan semacam ini biasa disebut dengan
pekerjaan untuk menentukan geometrik jalan.
Didalam teknik sipil, konstruksi bangunan dan lingkungan, hal tersebut digunakan
pada bangunan seperti jalan raya, saluran air, jalan kereta api, dsb. Ada dua cara pembuatan
lengkung dilapangan dengan cara koordinat.
Pengukuran suatu daerah ialah menentukan unsur – unsur (jarak dan sudut) titik atau
bangunan yang ada diderah itu. Pengukuran ini dapat dialukan dengan cara pengukuran
situasi dengan koordinat siku-siku.
Pada penggunaan alat sipat datar yang baik, apabila gelembung nivo tabung berada
tepat ditengah garis bidik, maka bidikan betul-betul mendatar. Jika keadaan tersebut tidak
dapat dipenuhi sebelumnya, maka akan menimbulkan kesalahan dalam pembacaan rambu
ukur. Namun kesalahan kolimasi dapat dikatakan biasa dalam penetapan bangunan.
Kesalahan pada hasil pengukuran dapat sepenuhnya dihilangkan dengan pengambilan jarak
muka sama dengan jarak belakang.
Untuk profil memanjang diperlukan dalam hal pembuatan trase jalan kereta api, jalan
raya, saluran air, pipa air minum, riool, dll. Banyaknya tanah yang digali dibuat sama
dengan banyaknya tanah yang diperlukan untuk menimbuni, untuk menghitung banyaknya
tanah, baik untuk digali maupun untuk menimbuni, profil memanjang belum cukup, maka
diperlukan profil melintang.
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 2
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
BAB II
MEMBUAT GARIS LURUS DI LAPANGAN
Membuat Garis Lurus Dan Mengukur Jarak Di Lapangan
I. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui bagaimana membuat suatu garis di lapangan.
2. Untuk mengenal dan dapat menggunakan alat – alat untuk membuat
garis di lapangan.
3. Untuk terampil membidik (mengincar) lurus dalam menancapkan jalon -
jalon atau patok – patok di lapangan.
4. Untuk dapat mengetahui dan mencari permasalahan yang ada dalam
pengukuran dilapangan
5. Untuk menjadikan diri teliti dan kreatif dalam bekerja.
II. Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswa dapat membuat garis lurus antara dua titik di lapangan
dengan ketentuan yang dianjurkan dalam ilmu ukur tanah.
2. Agar mahasiswa dapat memperpanjang garis lurus di lapangan.
3. Agar mahasiswa dapat membuat garis lurus dengan bidikan tidak
langsung.
4. Agar mahasiswa dapat menentukan titik potong anatara dua garis lurus
di lapangan.
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 3
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
III. Peralatan dan perlengkapan
No. Alat GambarKeterangan dan
Spesifikasi
1. Jalon 10 buah Sebagai tanda di
lapangan
2. Pen Ukur 10 buah Sebagai tanda di
lapangan
3. Penta Prisma Alat untuk melihat
kesejajaran antar Jalon
4. Rol Meter Digunakan untuk
mengukur suatu jarak
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 4
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
IV. Prosedur Pelaksanaan
A. Membuat Garis Lurus Antara Dua Titik
1. Pekerjaan ini dapat dilakukan oleh dua orang.
2. Tancapkan yalon di titik P dan Q pada titik sembarang (lihat gambar
1,2,3)
3. Orang pertama berdiri di belakang salah satu yalon, missal P ± 30cm dan
memandang kearah titik Q,sambil memberi aba-aba kepada orang ke
dua.Orang ke dua memegang jalon A dan mendirikannya di antara titik P
dan Q sambil mengikuti aba aba dari orang pertama sehingga jalonnya
berada segaris dengan jalon PQ, kemudian menancapkan jalon tersebut
pada titik yang telah didapat.
4. Orang pertama mengincar kembali posisi jalon, apakah jalon PAQ benar
benar berimpit.
5. Jika benar – benar sudah berimpit, lakukan hal yang sama tersebut untuk
jalon B dengan jarak yang lebih jauh dari A, untuk C dengan jarak yang
lebih jauh dari B, untuk D dengan jarak yang lebih jauh dari C dan
mendekati titik Q.
6. Orang pertama mengincar kembali posisi jalon apakah jalon sudah P, A,
B, C, D, Q sudah benar – benar berimpit.
7. sudah berimpit, perpanjang jarak PQ dengan menambahan jalon a di
belakang Q dan b di belakang a, dengan cara yang sama seperti di atas.
8. Jika sudah berimpit, ukur dengan pita ukur jarak dari jalon P – A, A –
B, B – C, C – D, dan D – Q, Q – a, a – b. Catatlah hasil pengukurannya.
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 5
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
9. Jika sudah berimpit, ukur dengan pita ukur jarak dari jalon P – A, A –
B, B – C, Ukur kembali jarak P – b, tetapi dengan arah berlawanan, yaitu
dari titik b – a, a – Q, Q – D, D – C, C – B, B – A, A – P. Catatlah hasil
pengukuran kedua.Maka jarak P – b
jarak pengukuran pertama + jarak pengukuran kedua
2
Gambar 1
Gambar 2
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 6
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar 3
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 7
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
V. Hasil Pengukuran
Jarak antar
yalon
Pengukuran 1
(Pergi)
(m)
Jarak antar
yalon
Pengukuran 2
(Pulang)
(m)
1 – 2 4.53 10 - 9 3.87
2 – 3 4.8 9 - 8 3.70
3 –4 4.25 8 - 7 2.86
4 –5 3.2 7 - 6 3.27
5 – 6 3.96 6 - 5 3.96
6 - 7 3.34 5 - 4 3.33
7 – 8 2.84 4 - 3 4.2
8 - 9 3.67 3 - 2 4.74
9-10 3.86 2 - 1 4.50
total 34,45 total 34,43
Kesimpulan
Berdasarkan tabel diatas, jarak antar jalon baik pada pengukuran 1 ( pergi )
maupun pengukuran 2 ( pulang ) adalah sama (tidak berubah).
B. Memperpanjang Garis lurus Di Lapangan
Untuk memperpanjang garis lurus bisa dilakukan dengan dua cara, dilihat
dari subjek pelakunya. Cara pertama jika dilakukan oleh dua orang dan cara
kedua jika dilakukan satu orang.
Cara pertama:
1. Buat garis lurus PQ dengan memasang jalon pada titik P dan Q yang telah
ditentukan.
2. Orang pertama membidik dari P ke Q untuk memberi aba-aba kepada
orang ke dua dan orang ke dua memasang jalon-jalon a, b, c …dst pada
perpanjangan garis PQ.
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 8
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Cara kedua:
1. buat garis lurus PQ seperti diatas
2. Dengan meluruskan garis bidikan dari jalon a ke arah jalon QP, kemudian
jalon a ditancapkan, kemudian seterusnya dengan jalon b, c,... dst.
C. Menentukan Titik Potong Antara Dua Garis Lurus Di Lapangan
1. Pekerjaan ini dilakukan oleh 3 orang.
2. Tancapkan jalon di titik – titik A,B,P dan Q pada titik yang telah
ditentukan. (lihat gambar 4).
3. Orang pertama membidik jalon A ke B dan orang ke dua membidik jalon
P ke Q.
4. Orang ke tiga menepatkan jalon R segaris dengan AB ( mengikuti aba-
aba orang pertama).
5. Orang ke tiga memperpanjang garis AR kea rah B dan berhenti di titik S
atas aba-aba orang ke dua sedemikan rupa sehingga titik S segaris
dengan PQ.
6. Titik S adalah titik potong garis AB dan PQ.
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 9
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar 4
Jarak Antar Jalon Hasil Pengukuran
P – S 10.16 m
S – Q 4.82 m
S - A 3.585 m
S – B 5.51 m
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 10
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Membuat Garis Lurus Di Lapangan Dengan Rintangan (gedung)
I. Tujuan Umum
a. Agar dapat memahami arti dari garis sejajar dan tegak lurus di lapangan.
b. Agar dapat mengetahui dan dapat mengatasi adanya kesukaran dalam
melaksanakan pembuatan garis di lapangan.
c. Agar dapat lebih teliti, hati-hati kepada alat – alat maupun pekerjaannya.
II. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa dapat menentukan titik potong antara dua garis lurus di
lapangan. Agar dapat membuat garis sejajar di lapangan.
b. Agar mahasiswa dapat membuat garis tegak lurus di lapangan.
c. Agar mahasiswa dapat membuat garis lurus yang terhalang oleh bangunan /
rintangan.
III. Peralatan/Perlengkapan
1. Jalon
2. Meteran, pita ukur atau rantai ukur
3. Patok – patok
4. Prisma dan unting – unting
5. Alat tulis atau catatan
IV.Prosedur Pelaksanaan
1) Misal titik yang kita ukur itu titik P dan Q.
2) Tancapkan jalon di titik P dan di titik Q tersebut.
3) Buatlah garis sejajar dengan PQ.
Cara membuat garis sejajar :
a. Tancapkan jalon sembarang di R sehingga dapat melihat ke P dan Q.
b. Bagi PR menjadi bagian – bagian yang sama.
Misalkan : 3 bagian, jadi R/S = 1/3 PR.
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 11
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Kemudian bagi QR menjadi 3 bagian yang sama, sehingga RT = 1/3
QR.
c. Hubungkan dan perpanjang ST, sekarang ST // PQ.
4) Buatlah garis tegak lurus pada perpanjangan garis ST.
Cara membuat garis tegak lurus :
A. Membuat garis tegak lurus dengan menggunakan segitiga siku-siku
yang perbandingan sisina 3:4:5
a. Tancapkan jalon di titik A yang terletak pada perpanjangan garis
TS
b. Buatlah AD= 3 m, jalon D terletak pada garis lurus TS
c. Sisi A menghimpitkan nol ujung pita ukur atau rantai ukur pada
titik A, si E memegang rantai ukur atau pita ukurpada angka 4 m,
dan si D memegang rantai ukur atau pita ukur pada angka 9 dan
dihimpitkan pada titik D
d. Bila satuan meter dari rantai ukur atau pita ukur tadi cukup tegang
ke A= 0 dan 12 m. D = 9 m maka tancapkan jalon ke E = 4 m
e. Sehingga segitiga AED merupakan segitiga siku-siku di mana
AD:AE:DE = 3:4:5. Sehingga garis AE tegak lurus pada
perpanjangan garis TS.
B. Membuat garis tegak lurusdengan menggunakan segitiga sama kaki.
a. Tancapkan jalon F di luar garis perpanjangan ST
b. Melalui F kita buat segitiga sama kaki dengan F sebagai
puncaaknya
c. Buatlah FG = FH sedemikian rupa sehingga jalon G dan H erletak
pada garis lurus perpanjangan garis ST
d. Bagi dua jarak GH sama panjang maka terdapatlah titik B
e. Sehingga FB merupakan garis tegak lurus pada perpanjangan ST
C. Membuat garis tegak lurus dengan menggunakan Penta Prisma
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 12
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
a. Prisma dipegang diantara titik A dan S sedemikian rupa sehingga
berada segaris lurus dengan AS dan kita perkirakan tegak lurus
kearah P.
b. Melalui lubang pembidik prisma, cari bayangan jalon A dan S
kemudian dihimpitkan.
c. Dengan menggeser prisma sepanjang AS, dibidik jalon P dan
dihimpit dengan bayangan jalon A dan S.
d. Titik C ditentukan oleh unting – unting prisma dan tandai degan
patok, maka PC tegak lurus AS.
5) Perpanjang garis AE sehingga kita ukur AE sama panjang dengan PC.
Perpanjang garis BF sehingga kita ukur BF = PC.
6) Pada titik S dan T dibuat garis tegak lurus dengan prisma, sehingga didapat
SS’ dan ST’ sama dengan PC.
7) Sehingga titik E, S, T, F segaris dengan titik P dan Q.
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 13
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 14
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
5. Peralatan dan perlengkapan
No. Alat GambarKeterangan dan
Spesifikasi
1. Jalon 10 buah Sebagai tanda di
lapangan
2. Pen Ukur 10 buah Sebagai tanda di
lapangan
3. Unting-unting Alat untuk menentukan
tegak lurus titik tinjaun
4. Rol Meter Digunakan untuk
mengukur suatu jarak
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 15
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 16
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
6. Data Percobaan
Hasil Pengukuran :
Jarak antar patok
(m)
Hasil pengukuran
(m)
P – S
∑ = 9.26
P – T 4.63
T – S 4.63
S - Q
∑ = 15.83
S – U 5.8
U - Q 5.8
P – Q 12.45
P’ - Q' 12.46 + 12.44 = 12.45
2
Jarak P – Q = 12.46 + 12.44 = 12.45
2
7. Kesimpulan
Dari kegiatan yang telah dilakukan diatas dapat disimpulkan bahwa, untuk
membuat garis lurus di lapangan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara
lain :
1. Menarik garis antara dua titik dengan cara menyisipkan beberapa jalon
sebagai titik – titik diantara kedua titik tersebut dengan jarak yang
sembarang.
2. Memperpanjang garis dengan cara menambahkan beberapa jalon pada
ujung garis yang telah dibuat dengan jarak yang sembarang.
3. Menggiring garis yang dibuat dengan beberapa jalon hingga benar –
benar dapat ditarik garis lurus dari kedua titik yang akan diukur.
Dapat disimpulkan pula bahwa, untuk membuat suatu perpotongan garis dapat
dilakukan dengan cara menempatkan jalon – jalon pada titik yang apabila
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 17
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
ditarik garis dari dua titik yang melewati jalon tersebut adalah sejajar. Dan
dari dua titik yang lainnya apabila melewati jalon tersebut sejajar pula.
Adapun yang menyukarkan dalam pembuatan garis lurus di lapangan adalah
antara ujung dua titik didapat suatu bangunan seperti gedung, rumah – rumah,
atau taman – taman, sehingga suatu titik ujung tidak terlihat dari titik ujung
yang lainnya.
Pembuatan garis lurus tersebut dapat dilakukan dengan dua cara :
1. Dibuat suatu garis lurus lainnya yang sejajar dengan garis lurus yang
pertama, sehingga jarak dari garis lurus pertama ke garis lurus yang kedua
=P. Dengan demikian harus dibuat sudut antara kedua ujung garis pertama
dan kedua sebesar 90° sehingga jarak kedua ujung titik tersebut dapat
diukur.
2. Membuat suatu titik yang apabila ditarik garis dari kedua ujung titik akan
membentuk bangun segitiga siku – siku.
Untuk menentukan jarak antara dua titik dapat dihitung dengan cara : jarak
percobaan 1 + jarak percobaan 2 : 2.
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 18
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Membuat Garis Lurus dengan Rintangan Bukit
1. Tujuan Umum
1. Agar mahasiswa mengetahui suatu garis di lapangan
2. Mahasiswa dapat mengenal dan dapat menggunakan alat-alat untuk membuat
garis di lapangan
3. Mahasiswa dapat membidik lurus dalam menancapkan jalon-jalon atau
patok-patok dilapangan
4. Mahasiswa dapat memahami arti dari garis sejajar dan tegak lurus dilapangan
5. Mahasiswa dapat mengetahui dan dapat mengatasai adanya kesukaran-
kesukaran dalam melaksanakan pembuatan garis dilapangan.
6. Mahasiswa menjadi teliti dan kreatif dalam bekerja serta hati-hati terhadap
peralatan maupun pekerjaannya.
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat membuat garis lurus antara 2 titik dilapangan
2. Mahasiwa dapat membuat dan menentukan garis yang terhalang bukit
3. Mahasiswa mengetahui bagaimana caranya pengukuran praktek di lapangan
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 19
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
III. Peralatan dan perlengkapan
No. Alat GambarKeterangan dan
Spesifikasi
1. Jalon 10 buah Sebagai tanda di
lapangan
2. Pen Ukur 10 buah Sebagai tanda di
lapangan
3. Penta Prisma Alat untuk melihat
kesejajaran antar Jalon
4. Rol Meter Digunakan untuk
mengukur suatu jarak
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 20
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
III. Prosedur Pelaksanaan
1. Siapkan jalon, pasang di antara bukit yang dilakukan oleh 2 orang
2. Tentukan titik sembarang yang bisa terlihat kedua arah tinjauan
3. Lakukan hal yang sama pada titik tinjauan B
4. Tentukan secara teratur hal yang sama seperti diatas sampai menemukan jarak
terdekat bukit yang tidak bisa melihat jalon
8,93 m
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 21
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
’
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 22
B
A
1’
2’
2
1
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
MEMBUAT LENGKUNG SEDERHANA
DI LAPANGAN ( KURVA )
I. Tujuan Umum
a. Agar mengerti dan dapat membuat lengkungan sederhana di lapangan.
b. Agar dapat mengenal dan menggunakan alat untuk membuat alat untuk membuat
lengkungan di lapangan.
c. Agar dapat mengatasi kesulitan-kesulitan mengenai pembuatan lengkungan di
lapangan.
II. Tujuan Khusus
a. Agar mengerti dan dapat membuat lengkungan di lapangan.
b. Dapat menerapkan lengkungan sesuai dengan keperluannya.
III. Peralatan dan Perlengkapan
1. Yalon 10 buah
2. Pen Ukur 10 buah
3. Pita Ukur 1 buah
4. Prisma 1 buah
5. Unting – Unting 1 buah
6. Alat Tulis (kalkulator, buku catatan, referensi, pensil)
IV. Prosedur Pelaksanaan
1. Arah satu tangen sudah ditentukan diwakili oleh dua buah patok di lapangan. R = 13
meter. β = 1200
2. Dengan besaran β yang diketahui tentukan arah tangent lainnya.
3. Ukur panjang tangent S-T1 dan S-T2 dari hasil perhitungan dengan rumus R tg ½ α.
4. Tentukan titik pusat lingkaran dengan jalan melingkarkan dari kedua titik T1 dan T2
dengan jari -jari R hingga berpotongan di titik C, titik c merupakan pusat lingkaran
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 23
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
kemudian tentukan titik pusat lungkaran dengan jalan membuat siku dari titik T1
dan T2 sebesar R.
5. Tentukan dan ukur S-M dari hasil perhitungan dengan rumus
(R / ( Cos α/2 )) – R
6. Tentukan dan ukur M-D dari hasil perhitungan
MD = R (1 – Cos ½ α )
7. Ukur panjang tali busur T1M dan T2M.
8. Buat sudut siku-siku di pertengahan tali busur T1M dan T2M mislakna D1 dan D2
9. Ukur panjang D1M1 = D2M2 dari hasil perhitungan
R (1 – Cos ½ α )
10. Tentukan pula titik S1 dan S2 dengan rumus (R – R Cos ½ α), sebagai pengecekan
apakah S1 dan S2 terletak pada arah (garis) T1S atau T2S.
11. Ukur panjang tali busur M2T2 = M1T1 = MM1 – MM2, dari hasil perhitungan
R(1 - cos α/8)
Lakukan seperti langkah 7, 8, 9
V. Perhitungan
Diketahui : R= 13 m
β= 120o
α= 180o – 120o = 60o
Hasil Perhitungan :
ST1 = ST2 = R tan ½ α
= 13 Tan 30°
= 7.5055 m
SM = (R / ( Cos α/2 )) – R
= 2.011106999 m
MD = R (1 – Cos ½ α )
= 1.741669751 m
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 24
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
T1 – D – T2 = 2 R Sin ½ α
= 13 m
M1 D1 = R – R Cos ¼. α
= 0.442964258 m
M2 D2 = R – R Cos 1/8. α
= 0.111216802
T1 – M – T2 = ( α / 180° ) x π R = 13.6066667 m
1. Cara Membuat Lengkungan Sederhana di Lapangan
a. Hitung panjang ST1 = ST2 = R tan ½ α = 13Tan 30° = 7.505 m
Tancapkan Jalon pada titik T1 dan ukur dengan pita ukur sepanjang 7.505 m dan
beri tanda dengan jalon ( misal titik S)
b. Untuk membuat sudut 60° dilapangan yaitu dengan cara membuat segi tiga sama
sisi dengan patokan awal pada S. Buat total panjang ( tiap sisi 2 m )
c. Untuk mendapat ST2 perpanjang garis SB sepanjang 7.505 m
d. Hitung panjang T1 – D – T2 yang diperoleh T1 – D – T2 = 2 R Sin ½ α = 13 m,
kemudian dibagi dua di titik D, T1D = T2D = 6.5 m
e. Gunakan penta prisma untuk memperoleh M ( tegak lurus T1 – D – T2 ) ukur
sepanjang 1.74 m. MD diperoleh dari :
MD = R (1 – Cos ½ α ) = 1.74 m
f. Ukur T1 – M – T2, T1 – M – T2 diperoleh dari T1 – M – T2 = ( α / 180°) x π R
= 13.606 m.
g. Dengan Patokan D1 dan D2 ukur dari ujung D1 dan D2 memotong tegak lurus ST1
dan ST2, titik perpotongan di S1 dan S2
h. Dari garis S1 D1 dan S2 D2 tarik garis kearah S1 dari D1 dan S2 dari D2 sepanjang M1
D1 = M2 D2 = R – R Cos ½ α m
i. Ukur panjang M1 T1 dan M2 T2 diperoleh 6.803 m, kemudian masing – masing
dibagi dua yaitu sepanjang = 3.4015 m ( titik F dan G )
j. Ukur titik – titik T1 – H – F – M1 – M – M2 – G – T – T2 didapat 13.56 m
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 25
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
k. Cocokkan dengan hasil perhitungan
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 26
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2. Membuat Lengkungan Sederhana di Lapangan dengan cara koordinat
Perhitungan :
VII Kesimpulan
Pembuatan lengkung sederhana secara perhitungan teori dengan praktek di
lapangan memiliki perbedaan ukuran.hal ini disebabkan karena faktor
ketidaktepatan / ketidaktelitian saat pengukuran,letak tanah yang tidak rata
sehingga cukup sulit untuk perhtungan sesuai dengan data yang telah ada
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 27
Titik θ X = R Sin θ
(m)
Y = ( R – R Cos θ )
(m)
1 6 1.35887 0.07121
2 12 2.70285 0.28408
3 18 4.0172 0.63626
4 24 5.28758 1.12391
5 30 6.5 1.74161
6 36 7.64121 2.48278
7 42 8.69870 3.33912
8 48 9.66088 4.30130
9 54 10.51722 5.35880
10 60 11.25833 6.5
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
PENGGUNAAN ALAT SIPAT DATAR (WATERPASS) PADA
PENGUKURAN KOREKSI GARIS BIDIK
I. Tujuan Umum
1. Agar dapat mengetahui syarat penggunaan waterpas
2. Agar dapat mengenal dan menggunakan alat ukur sipat datar.
3. Agar dapat mengetahui dan mengatasi kesulitan-kesulitan dalam menggunakan
pesawat waterpas.
II. Tujuan Khusus
1. Agar dapat menempatkan dan menyetel alat ukur waterpas.
2. Agar dapat membidik dan membaca bak ukur dengan pesawat waterpas.
3. Agar dapat membaca skala lingkaran pada pesawat waterpas
4. Agar dapat memeriksa pesawat waterpas.
III. Peralatan/Perlengkapan
1. Alat ukur sipat datar (waterpass) 1 buah
2. Statip 1 buah
3. Meteran (ukuran 30 meter) 1 buah
4. Penjepit 2 buah
5. Rambu ukur 2 buah
6. Alat tulis dan formulir pengisian data
IV. Dasar Teori
Untuk menentukan beda tinggi suatu permukaan tanah,digunakan alat yang bernama
waterpass.pada praktikum ini, kita dituntut untuk mengenal dan mahir dalam
menggunakan alat sipat datar ini.
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 28
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
V. Prosedur Pelaksanaan
1. Menentukan titik-titik yang akan diukur, dalam hal ini terdiri dari 2 titik (P1, P2).
2. Memasang statip di tengah-tengah antara rambu belakang (P1) dan rambu muka
(P2).
a. Mengunci skrup statip dan usahakan dasar atas statip sedatar mungkin.
b. Mengatur kaki statip agar seimbang.
3. Memasang alat sipat datar pada dasar atas statip dan mengunci skrup pengeras alat.
4. Mengatur gelembung nivo dengan ketiga skrup penyetel yang digerakkan secara
bergantian. Dalam hal ini alat ukur tidak boleh berpindah tempat.
5. Mengarahkan teropong ke rambu belakang (P1), kemudian mencatat bacaan benang
tengah, benang atas dan benang bawah pada formulir pengisian.
6. Mengecek bacaan dengan rumus :
7. Mengarahkan teropong ke rambu muka (P2), kemudian mencatat bacaan benang
tengah, benang atas dan benang bawah pada formulir pengisian.
8. Pengukuran dilakukan dua kali (double stand). Antara P1 dan P2 dinamakan slag 1,
dimana pada setiap slag dilakukan dua kali pengukuran (posisi 1, posisi 2).
9. Pada posisi 2, memindahkan alat ukur beberapa meter dari posisi 1. Kemudian
melakukan kembali pengamatan seperti pada posisi 1, mencatat bacaan benang.
10. tengah, benang atas dan benang bawah baik untuk P1 maupun P2 pada formulir
pengisian.
11. Untuk pengukuran lebih dari satu slag, lakukan seperti langkah di atas juga.
12. Menghitung jarak P1, P2 baik untuk posisi 1 maupun posisi 2 dengan menggunakan
rumus :
13. Menghitung salah kolimasi dari alat tersebut (α).
14. Menghitung bacaan sebenarnya.
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 29
BT = BA + BB 2
d = ( BA – BB ) * 100
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
VI. Data Lapangan dan Hasil Perhitungan
Keterangan :
BT = Benang Tengah
BB = Benang Bawah
BA = Benang Atas
b1 = Benang Tengah belakang pada posisi 1
m1 = Benang Tengah muka pada posisi 1
b2 = Benang Tengah belakang pada posisi 2
m2 = Benang Tengah muka pada posisi 2
db1 = jarak belakang pada posisi 1
dm1 = jarak muka pada posisi 1
db2 = jarak belakang pada posisi 2
dm2 = jarak muka pada posisi 2
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 30
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
1. Data Lapangan Hasil Pembacaan Arief Rahman Hakim.
Pengukuran Jarak
db1 = ( BA – BB ) × 100 dm1 = ( BA – BB ) × 100
= (1.573– 1.503) × 100 = (1.42– 1.362) × 100
= 7 m = 5.8 m
Perbaikan ( Bacaan Sebenarnya )
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 31
BACAAN BENANG
POSISI I
A (blkng)
(m)
B(muka)
(m)
BA 1.573 1.42
BT 1.54 1.401
BB 1.503 1.362
BACAAN BENANG
POSISI I
A (blkng)
(m)
B(muka)
(m)
BA
BT 1.538 1.391
BB
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2. Data Lapangan Hasil Pembacaan Devi Afriyani
Pengukuran Jarak
db1 = ( BA – BB ) × 100 dm1 = ( BA – BB ) × 100
= 0.084 × 100 = 0.081× 100
= 8.4 m = 8.1 m
Perbaikan ( Bacaan Sebenarnya )
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 32
BACAAN BENANG
POSISI I
A (blkng)
(m)
B(muka)
(m)
BA 1.461 1.595
BT 1.418 1.555
BB 1.375 1.513
BACAAN BENANG
POSISI I
A (blkng)
(m)
B(muka)
(m)
BA
BT 1.418 1.554
BB
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
3. Data Lapangan Hasil Pembacaan Fahmi Rizky
Pengukuran Jarak
db1 = ( BA – BB ) × 100 dm1= ( BA – BB ) × 100
=(1.95-1.82) × 100 = (1.913-1.838 ) × 100
= 13 m = 8
Perbaikan ( Bacaan Sebenarnya )
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 33
BACAAN BENANG
POSISI I
A (blkng)
(m)
B(muka)
(m)
BA 1.95 1.913
BT 1.885 1.873
BB 1.82 1.838
BACAAN BENANG
POSISI I
A (blkng)
(m)
B(muka)
(m)
BA
BT 1.885 1.878
BB
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
4. Data Lapangan Hasil Pembacaan Mira sriyulianti
Pengukuran Jarak
db1 = ( BA – BB ) × 100 dm1 = ( BA – BB ) × 100
= (1.55-1.49) × 100 ` = (1.423-1.367) × 100
= 6 m = 5.6m
Perbaikan ( Bacaan Sebenarnya )
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 34
BACAAN BENANG
POSISI I
A (blkng)
(m)
B(muka)
(m)
BA 1.55 1.423
BT 1.518 1.395
BB 1.49 1.367
BACAAN BENANG
POSISI I
A (blkng)
(m)
B(muka)
(m)
BA
BT 1.52 1.395
BB
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
5. Data Lapangan Hasil Pembacaan M.Eka mardianto
Pengukuran Jarak
db1 = ( BA – BB ) × 100 dm1 = ( BA – BB ) × 100
= 16.2 m = 5.4 m
Perbaikan ( Bacaan Sebenarnya )
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 35
BACAAN BENANG
POSISI I
A (blkng)
(m)
B(muka)
(m)
BA 2.184 1.496
BT 2.102 1.470
BB 2.022 1.442
BACAAN BENANG
POSISI I
A (blkng)
(m)
B(muka)
(m)
BA
BT 2.103 1.469
BB
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
6. Data Lapangan Hasil Pembacaan Richard
Pengukuran Jarak
db1 = ( BA – BB ) × 100 dm1 = ( BA – BB ) × 100
= 16.2 M = 5.4 M
Perbaikan ( Bacaan Sebenarnya )
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 36
BACAAN BENANG
POSISI I
A (blkng)
(m)
B(muka)
(m)
BA 2.184 1.496
BT 2.102 1.470
BB 2.022 0.442
BACAAN BENANG
POSISI I
A (blkng)
(m)
B(muka)
(m)
BA
BT 2.082 1.45
BB
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
7. Data Lapangan Hasil Pembacaan M.Eka mardianto
Pengukuran Jarak
db1 = ( BA – BB ) × 100 dm1 = ( BA – BB ) × 100
= 16.2 m = 5.4 m
Perbaikan ( Bacaan Sebenarnya )
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 37
BACAAN BENANG
POSISI I
A (blkng)
(m)
B(muka)
(m)
BA 2.184 1.496
BT 2.102 1.470
BB 2.022 1.442
BACAAN BENANG
POSISI I
A (blkng)
(m)
B(muka)
(m)
BA
BT 2.103 1.469
BB
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
8. Data Lapangan Hasil Pembacaan Zulfikar
Pengukuran Jarak
db1 = ( BA – BB ) × 100 dm1 = ( BA – BB ) × 100
= 8 M = 12.3M
Perbaikan ( Bacaan Sebenarnya )
Kesimpulan
Dalam pengukuran koreksi
garis bidik banyak bacaan –
bacaan benang yang kurang
tepat, ini disebabkan garis nivo yang tidak sejajar dengan garis bidik, pengguanan
waterpass yang kurang tepat, benang silang mendatar diafragma yang seharusnya tegak
lurus dengan sumbu tegak teropong, dll.
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 38
BACAAN BENANG
POSISI I
A (blkng)
(m)
B(muka)
(m)
BA 1.375 1.93
BT 1.335 1.867
BB 1.295 1.807
BACAAN BENANG
POSISI I
A (blkng)
(m)
B(muka)
(m)
BA
BT 1.335 1.868
BB
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
PENGUKURAN PROFIL
6.1 Pengukuran Profil Memanjang
I. Tujuan Umum
1. Agar trampil mengatur alat dan membaca bak ukur dengan tepat dalam setiap
pengukuran.
2. Agar dapat mengatasi problem dilapangan yang dijumpai waktu pengukuran.
3. Agar dapat mengukur jarak dengan cara optis dan beda tinggi suatu tempat
II. Tujuan Khusus
1. Agar dapat melaksanakan pengukuran traversing.
2. Agar dapat melaksanakan pengukuran profil memanjang dan profil melintang.
3. Agar dapat menghitung dan mengambar hasil pengukuran profil.
III. Peralatan dan Perlengkapan
1. Alat ukur sipat datar (waterpass) 1 buah
2. Statip 1
buah
3. Meteran (ukuran 30 meter) 1 buah
4. Penjepit 2 buah
5. Rambu ukur 2 buah
6. Palu 1
buah
7. Paku 5
buah
8. Alat tulis dan formulir pengisian data
IV. Prosedur Pelaksanaan
A. Traversing atau Profil Memanjang
1. Menentukan titik-titik yang akan diukur, dalam hal ini terdiri dari 5 titik (P1,
P2, P3, P4, P5).
2. Memasang statip di tengah-tengah antara rambu belakang (P1) dan rambu
muka (P2).
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 39
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
a. Mengunci skrup statip dan usahakan dasar atas statip sedatar mungkin.
b. Mengatur kaki statip agar seimbang.
3. Memasang alat sipat datar pada dasar atas statip dan mengunci skrup pengeras
alat.
4. Mengatur gelembung nivo dengan ketiga skrup penyetel yang digerakkan
secara bergantian. Dalam hal ini alat ukur tidak boleh berpindah tempat.
5. Mengarahkan teropong ke rambu belakang (P1), kemudian mencatat bacaan
benang tengah, benang atas dan benang bawah pada formulir pengisian.
6. Mengecek bacaan dengan rumus :
7. Mengarahkan teropong ke rambu muka (P2), kemudian mencatat bacaan
benang tengah, benang atas dan benang bawah pada formulir pengisian.
8. Pengukuran dilakukan dua kali (double stand). Antara P1 dan P2 dinamakan
slag 1, dimana pada setiap slag dilakukan dua kali
9. pengukuran ( posisi 1, posisi 2 . Demikian juga antara P2 dan P3, kita beri
nama slag 2, dan seterusnya.
10. Pada posisi 2, memindahkan alat ukur beberapa meter dari posisi 1. Kemudian
melakukan kembali pengamatan seperti pada posisi 1, mencatat bacaan
benang tengahnya saja baik untuk P1 maupun P2 pada formulir pengisian.
11. Untuk pengukuran pada titik-titik lainnya lakukan seperti langkah di atas.
12. Menghitung jarak antara titik ke titik (P1, P2, P3, P4, P5) dengan menggunakan
meteran.
13. Menghitung beda tinggi antara P1 dan P2 dengan rumus:
ΔH : Beda tinggi
ΔH = BTb – BTm BTb : Benang tengah belakang (P1)
BTm : Benang tengah muka (P2).
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 40
BT = BA + BB 2
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
6.2 Pengukuran Profil Melintang
I. Tujuan Umum
1. Agar dapat mengenal dan menggunakan alat ukur sipat datar.
2. Agar dapat membaca rambu ukur dengat tepat.
II. Tujuan Khusus
1. Agar dapat menentukan tinggi garis bidik tiap titik di permukaan bumi
terhadap suatu ketinggian referensi tertentu (misal permukaan laut).
2. Agar dapat menentukan tinggi titik untuk tiap titik ekstrim.
3. Agar dapat menggambarkan sket keadaan daerah yang diukur.
III. Peralatan
1. Alat ukur sipat datar (waterpass) 1 buah
2. Statip 1 buah
3. Meteran (ukuran 30 meter) 1 buah
4. Penjepit 2 buah
5. Rambu ukur 2 buah
6. Palu 1 buah
7. Paku 5 buah
8. Alat tulis dan formulir pengisian data
IV. Prosedur Pelaksanaan
1. Menentukan titik-titik yang akan diukur, dalam hal ini terdiri dari 5 titik (P1,
P2, P3, P4, P5).
2. Memasang statip di tengah-tengah antara rambu belakang (P1) dan rambu
muka (P2).
a. Mengunci skrup statip dan usahakan dasar atas statip sedatar mungkin.
b. Mengatur kaki statip agar seimbang.
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 41
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
3. Memasang alat sipat datar pada dasar atas statip dan mengunci skrup pengeras
alat.
4. Mengatur gelembung nivo dengan ketiga skrup penyetel yang digerakkan
secara bergantian. Dalam hal ini alat ukur tidak boleh berpindah tempat.
5. Membuat sket profil melintang jalan dan saluran untuk titik P1 pada formulir
pengisian. Dalam hal ini ditinjau berdasarkan arah pandangan dari P1 menuju
P5.
6. Setelah diperoleh arah melintangnya, letakkan rambu ukur pada titik-titik
ekstrimnya dan pada titik itu sendiri lalu ukur jarak tiap titik ekstrim ke titik
ekstrim lainnya termasuk titik P1 dengan menggunakan meteran.
7. Mengarahkan teropong ke rambu ukur di setiap titik ekstrim dan di titik P1
juga lalu baca dan catat bacaan benang tengahnya saja pada formulir
pengisian.
8. Untuk pengukuran titik-titik ekstrim pada arah melintang P2, P3, P4, P5
dilakukan sama seperti pengukuran di atas.
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 42
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
DAFTAR PUSTAKA
Wongsotjitro, Soetomo. 1980. Ilmu Ukur Tanah. Kanisius:Yogyakarta
Buku Catatan Kuliah.
Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 43