INSUFISIENSI ANDRENAL (PENYAKI ADDISON)
1. Definisi
Pengakit Addison adalah: penykit yang terjadi aakibt fungsi korteks
adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasienakan hormone hormone
korteks adrenal (Soediman, 1996 )
Penyakit Addison adalah: lesi kelenjar primer karena penyakit
destruktif atau atrofik, biasanya autoimun atau tuberkulosa.(Baroon, 1994)
2. Etiologi
a. Tuberculosis
b. Histoplasmosis
c. Koksidiodomikosis
d. Kriptokokissis
e. Pengangkatan kedua kelenjar adrenal
f. Kanker metastatik (ca paru, lambung, payudara, melanoma, limfoma)
g. Adrenalitis autoimun
3. PATHWAY
4. Manifestasi klinik
a. Gejala awal: kelemahan, fatique, anoreksia, nausea, muntah, BB
menurun, hipotensi, dan hipoglikemi
b. Astenia (gejala cardinal): pasien kelemahan yang berlebih
c. Hiperpigmentasi (menghitam seperti: perunggu, coklat spt: seperti
terkena sinar matahari) biasanya pada kulit buku jari, lutut, siku
d. Rambut pubis dan aksilaris berkurang pada perempuan
e. Hipotensi arterial (TD: 80/50 mmHg / kurang)
f. Abnormalitas fungsi gastrointestinal
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemerisaan laboratorium
1. Penurunan konsentrasi glukosa darah dan natrium (hipoglikemia dan
hiponatremia)
2. Peningkatan kosentrasi kalium serum (hiperkalemia)
3. Peningkatan jumlah sel darah putih (leukositosis)
4. Penurunan kadar kortisol serum
5. Kadar kortisol plasma rendah
b. Pemeriksaan radiografi abdominal menunjukan adanya kalsifikasi
diadrenal
c. CT Scan
Detektor kalsifikasi adrenal dan pembesaran adrenal yang
sensitive hubungannya dengan insufisiensi pada tuberculosis, infeksi,
jamur, penyakit infiltratif malignan dan non malignan, dan haemoragik
adrenal
d. Gambaran EKG
Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non
spesifik abnormal sekunder akibat adanya abnormalitas elektrolit
6. Penatalaksanaan
a. Medik
1. Terapi dengan pemberian kortikosteroid setiap hari selama 2 sampai
4 minggu dosis 12,5 sampai 50 mg/hari
2. Hidrokortison (solu- cortef) disuntikan secara IV
3. Prednison (7.5 mg/hari)dalam dosis terbagi diberikan untuk terapi
pengganti kortisol
4. Pemberian infuse dekstrosa 5%dalam larutan saline
5. Fludrokortison: 0,05-0,1 mgper oral dipagi hari
b. Keperawatan
1. Pengukuran TTV
2. Memberikan rasa nyaman dengan mengatur atau menyediakan
waktu istirahat pasien
3. Menempatkan pasien dalam posisi setengah duduk dengan
kedua tungkai ditinggikan
4. Memberikan suplemen makanan dengan penambahan garam
5. Follow up: mempertahankan berat badan, tekanan darah dan
elektrolit yang normal disertai regresi gambaran klinis
6. Memantau kondisi pasien untuk mendeteksi tanda dan gejala
yang menunjukan adanya krisis Addison
7. Komplikasi
a. Syok (akibat dari infeksi akut atau penurunan asupan garam)
b. Kolaps sirkulasi
c. Dehidrasi
d. Hiperkalemia
e. Sepsis
Krisis Addison disebabkan karena hipotensiakut
(hiperkortisolisme) ditandai dengan sianosis, panas, pucat, cemas,
nadi cepat.
http://healthreference-ilham.blogspot.com/2008/07/kondas-kondas-disfungsi-
kelenjar.html
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN INSUFISIENSI ANDRENAL
(PENYAKIT ADDISON)
1. Pengkajian
Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ;
nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
Keluhan utama : klien mengeluh mual, muntah, anoreksia, dan mudah
lelah. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :
a. Riwayat kesehatan masa lalu : meliputi penyakit yang pernah
diderita klien sebelumnya, termasuk tuberculosis, kanker, penyakit
autoimun, dsb.
b. Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram
dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit
turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga
c. Riwayat psikosiospiritual : Meliputi kegiatan klien sehari-hari, serta
bagaimana kondisi lingkungan klien. Bagaimanakah peran serta
orang-orang terdekat klien. Merasa kehilangan kemampuan dan
harapan, cemas terhadap lingkungan baru, Depresi, mengingkari,
kecemasan, takut, cepat terangsang, perubahan mood, dan
tampak bingung. Apakah klien sering melakukan kegiatan-kegiatan
keagamaan.
2. Pemeriksaan Fisik :
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Lelah, nyeri/ kelemahan pada otot (terjadi perburukan
setiap hari. Tidak mampu beraktivitas atau bekerja
Tanda : Peningkatan denyut jantung atau denyut nadi pada
aktivitas yang minimal. Penurunan kekuatan dan rentang gerak
sendi. Depresi, gangguan konsentrasi. Letargi
b. Sirkulasi
Tanda : Hipotensi termasuk hipotensi postural, Takikardi, disritmia,
suara jantung melemah, Nadi perifer melemah, Pengisian kapiler
memanjang, Ekstremitas dingin, sianosis, dan pucat
c. Integritas ego
Gejala : adanya riwayat riwayat factor stress yang baru dialami,
termasuk sakit fisik atau pembedahan. Perubahan gaya hidup.
Ketidakmampuan mengatasi stress Tanda : Ansietas, peka
rangsang, depresi, emosi tidak stabil
d. Eliminasi
Gejala : diare, sampai adanya konstipasi, Kram abdomen,
Perubahan frekuensi dan karakteristik urin Tanda : Diuresis yang
diikuti oliguria
e. Makanan atau cairan
Gejala : Anoreksia berat, mual, muntah, kekurangan zat garam, BB
menurun dengan cepat. Tanda : Turgor kulit jelek, membrane
mukosa kering
f. Neurosensori
Gejala : Pusing, sinkope, gemetar kelemahan otot, kesemutan
Tanda : disorientasi terhadap waktu, tempat, ruang (karena kadar
natrium rendah), letargi, kelelahan mental, peka
rangsangan,cemas, koma (dalam keadaan krisis)
g. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri otot, kaku perut, nyeri kepala, Nyeri tulang belakang,
abdomen, ekstrimitas (pada keadaan krisis)
f. Pernapasan
Gejala : Dipsnea Tanda : Pernapasan meningkat, takipnea, suara
nafas: krekels, ronkhi pada keadaan infeksi
g. Keamanan
Gejala : tidak toleran terhadap panas, cuaca udara panas
Tanda : Hiperpigmentasi kulit (coklat kehitaman karena terkena
sinar matahari) menyeluruh atau berbintik bintik. Peningkatan
suhu, demam yang diikuti dengan hipotermi (keadaan krisis)
h. Seksualitas
Gejala : Adanya riwayat menopause dini, amenore. Hilangnya
tanda tanda seks sekunder (berkurangnya rambut rambut pada
tubuh terutama pada wanita). Hilangnya libido
Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
Penurunan konsentrasi glukosa darah dan natrium (hipoglikemia dan
hiponatremia)
Peningkatan kosentrasi kalium serum (hiperkalemia)
Peningkatan jumlah sel darah putih (leukositosis)
Penurunan kadar kortisol serum
Kadar kortisol plasma rendah
ADH meningkat
Analisa gas darah: asidosis metabolic
Sel darah merah (eritrosit): anemia numokronik, Ht meningkat
(karena hemokonsentrasi) jumlah limfosit mungkin rendah,
eosinofil meningkat.
b. Pemeriksaan radiografi abdominal menunjukan adanya kalsifikasi
diadrenal
c. CT Scan
Detektor kalsifikasi adrenal dan pembesaran adrenal yang sensitive
hubungannya dengan insufisiensi pada tuberculosis, infeksi, jamur,
penyakit infiltratif malignan dan non malignan, dan haemoragik adrenal
d. Gambaran EKG
Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik
abnormal sekunder akibat adanya abnormalitas elektrolit
e. Tes stimulasi dan supresi untuk fungsi adrenokortikoid
1. Tes tetrakosaktrin singkat
Prosedur standar cepat adalah mengukur respon kortisol
plasma trhdp ponpeptida kortikotrotin sintetik,tetrakosaktrin
(synacthen, Ciba).Interpretasi: pd org normal nilai dsr >
250nmol/l, dan terdapat penngkatan sekurang-kurangnya
300nmol/l di atas nilai dasar pada menit ke 30. pada sindroma
cushing (hyperplasia) mungkin ada respon berlebihan; tumor
adrenalis autonom tak berespon.
2. Tes tetrakosaktrin yang diperpanjang
Interpretasi: pada orang yang normal terdapat
peningkatan kortisol plasma pada hari pertama sampai di atas
1400 nmol/l. pada penyakit Addison tak ada peningkatan
walaupun sampai 3 hari, sedangkan pada hipofungsi
adrenokortikal sekunder terhadap difisiensi pituitaria nilai ini
bisa melebihi dari 700nmol/l setelah suntikan ke 3.
3. Tes supresi deksametason
Interperetasi: pada orang normal kortikostiroid dan
plasma tertekan pada dosis lebih rendah di bawah 50% nilai
dasar. Pada deksametashon dalam dosis lebih rendah, pasien
dengan sindroma cushing akan memperlihatkan tak adanya
supresi tanpa memandang sebabnya, pada dosis lebih tinggi
yang dengan hyperplasia mendapat supresi 50% atau lebih,
sedangkan yang dengan adenoma atau karsinoma ataupun
pembentukan ACTH ektopik tak dipengaruhi.
4. Tes metirapon
Interpretasi: orang normal memperlihatkan peningkatan
nilai kortikostiroid urina sekurang-kurangnya 35umol/24jam dan
peningkatan 2x lipat di atas kadar istirahat. Respon subnormal
dengan adanya fungsi adreno atau pituitaria anterior. Sebagai
tambahan, pasien dengan tumor korteks adrenalis autonom tak
berespon.
5. Tes lainnya
Ini terutama digunakan dalam keadaan khusus dan
harus mengikuti prosdur setempat. Ia mengikuti penggunaan
hipoglikemia yang diinduksi insulin atau pirogen sebagai agen
stress bagi hipotalamus melalui pusat yang lebih tinggi atau
menggunakan lisin-vasopresin sebagai corticotrophin releasing
factor sintetic untuk merangsang pituitaria anterior.
Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan b/d kekurangan natrium dan kehilangan
cairan melalui ginjal, kelenjar keringat, saluran gastrointestinal (karena
kekurangan aldosteron)
b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake tidak
adekuat (mual, muntah, anoreksia),defisiensi glukokortikoid
c. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan fisik.
Rencana Tindakan
a. Kekurangan volume cairan b/d kekurangan natrium dan kehilangan
cairan melalui ginjal, kelenjar keringat, saluran gastrointestinal (karena
kekurangan aldosteron)
Tujuan : dalam waktu 1 × 24 jam tidak terjadi kekurangan volume
cairan.
Kriteria : Klien tidak mengeluh pusing, membrane mukosa lembab,
turgor kulit normal, tanda – tanda vital dalam batas normal.
INTERVENSI RASIONAL
Pantau status cairan ( turgor kulit, membrane mukosa, dan
keluaran urine ).
Kaji sumber – sumber kehilangan cairan.
Auskultasi TD. Bandingkan kedua lengan, ukur dalam keadaan
berbaring, duduk, atau, berdiri bila memungkinkan.
Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan dihaforesis
secara teratur.
Timbang berat badan setiap hari.
Pantau frekuensi jantung dan irama.
Pantau frekuensi jantung dan irama.
Kolaborasi :
Pertahankan pemberian cairan secara intravena.
Monitor hasil pemeriksaan diagnostic : platelet, Hb / Hct,
dan bekuan darah. Jumlah dan tipe cairan pengganti
ditentukan dari keadaan status cairan. Penurunan volume
cairan mengakibatkan menurunnya produksi urine.
Pemantauan yang ketat pada produksi urine < 600 ml / hari
merupakan tanda – tanda terjadinya syok kardiogenik.
Kehilangan cairan bisa berasal dari faktor ginjal dan diluar
ginjal.Penyakit yang mendasari terjadinya kekurangan
volume cairan ini juga harus diatasi Perdarahan harus
dikendalikan.Muntah dapat diatasi dengan obat – obat
antiemetic dan diare dengan antidiare.
Hipotensi bisa terjadi pada hipovolemi yang memberikan
manifestasi sudah terlibatnya system kardiovaskuler untuk
melakukan kompensasi mempertahankan tekanan darah.
Mengetahui adanya pengaruh peningkatan tahanan perifer.
Sebagai ukuran keadekuatan volume cairan, intake yang
lebih besar dari output dapat diindikasikan menjadi renal
obstruksi.
Perubahan frekuensi dan irama jantung menunjukkan
komplikasi disritmia.
Jalur yang paten penting untuk pemberian cairan cepat dan
memudahkan perawat dalam melakukan control intake dan
output cairan.
Bila platelet < 20.000 / mm ( akibat pengaruh sekunder obat
neoplastik ), klien cenderung mengalami perdarahan.
Penurunan Hb / Hct berindikasi terhadap perdarahan.
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake
tidak adekuat (mual, muntah, anoreksia), defisiensi
glukokortikoid
Tujuan : dalam waktu 2 × 24 jam nutrisi klien terpenuhi
Kriteria : Klien tidak mengeluh mual dan muntah, nafsu
makan klien meningkat, BB meningkat.
NTERVENSI RASIONAL
a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Observasi dan
catat masukan makanan klien.
b. Berikan makan sedikit dan makanan tambahan kecil yang tepat.
Pertahankan jadwal penimbangan berat badan secara teratur.
c. Diskusikan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni.
d. Observasi dan catat kejadian mual/ muntah, dan gejala lain yang
berhubunga
e. Kolaborasi untuk melakukan rujukan ke ahli gizi. Mengawasi masukan
kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
f. Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat
setelah periode anoreksia.
g. Dapat meningkatkan masukan, meningkatkan rasa berpartisipasi/
control
h. Gejala GI dapat menunjukan efek anemia (hipoksia) pada organ
i. Perlu bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan
nutrisi.
b. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan : aktivitas sehari – hari klien terpenuhi dan meningkatnya
kemampuan beraktivitas.
Kriteria : klien menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa
gejala – gejala yang berat, terutama mobilisasi di tempat tidur.
INTERVENSI RASIONAL
- Catat frekuensi dan irama jantung, serta perubahan tekanan darah
selama dan sesudah aktivitas.
- Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan aktivitas senggang
yang tidak berat. Jelaskan pada peningkatan bertahap dari tingkat
aktivitas, contoh bangun dari kursi bila tak ada nyeri, ambulasi, dan
istirahat selama 1 jam setelah makan. Pertahankan klien tirah baring
sementara sakit akut. Pertahankan rentang gerak pasif selama sakit
kritis. Evaluasi tanda vital saat kemajuan aktivitas terjadi.
Berikan waktu istirahat diantara waktu aktivitas.
Selama aktivitas kaji EKG, dispnea, sianosis, kerja dan frekuensi nafas
serta keluhan subyektif. Respons klien terhadap aktivitas dapat
mengindikasikan penurunan oksigen miokardium.
Menurunkan kerja miokardium / konsumsi oksigen.
Aktivitas yang maju memberikan control jantung, meningkatkan
regangan dan mencegah aktivitas berlebihan.
Untuk mengurangi beban jantung. Meningkatkan kontraksi otot
sehingga membantu aliran vena balik. Untuk mengetahui fungsi
jantung, bila dikaitkan dengan aktivitas. Untuk mendapatkan cukup
waktu resolusi bagi tubuh dan tidak terlalu memaksa kerja jantung.
Melihat dampak dari aktivitas terhadap fungsi jantung.