MAKALAH GEOLISTRIK
INTERPRETASI METODE SCHLUMBERGER
Disusun oleh :
Budi atmadi
Dedy rizky ludiarna
Komang wahyu krisnabrata
M. Akbar Agang
Novita ayu yusva
Yoshi dwi dharma
1107045050
1107045058
1107045039
1107045046
1107045059
1107045040
GEOFISIKA GEOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah
SWT. Tuhan semesta alam karena atas limpahan rahmat, hidayah serta
pertolonganNya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas makalah Geolistrik
tepat pada waktunya.
dimana semua Tugas makalah Geolistrik tersebut diharapkan nantinya
dapat dijadikan sebagai materi tambahan untuk mempelajari materi dengan tingkat
yang lebih tinggi lagi.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing
yang telah memberikan materi tersebut. Kekurangan dalam segala hal tentu ada.
Kami berlapang dada dan dengan tangan terbuka akan menerima kritik saran serta
tegur sapa yang bersifat membangun demi kesempurnaan Tugas ini untuk
kemajuan bersama. Hal demikian bahkan sangat kami nantikan datangnya dari
semua pihak
Akhirnya hanya kepada Allah SWT. Kami memohon pertolongan dan
perlindunganNya, semoga laporan ini membawa berkah dan manfaat bagi kita
semua.
Samarinda, 19 Maret 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang......................................................................................
1.2.Tujuan....................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Geolistrik............................................................................
2.2. Macam-macam Potensial Listrik..........................................................
2.3. Macam-macam Potensial Listrik..........................................................
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Pembahasan..........................................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan...........................................................................................
4.2. Saran.....................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metoda geofisika merupakan salah satu metoda yang umum digunakan
dalam eksplorasi endapan bahan galian. Meskipun eksplorasi mineral sudah
dilakukan semenjak ratusan tahun yang lalu tetapi catatan ilmiah mengenai hal ini
baru dimulai pada tahun 1556 manakala Georgius Agricola mempublikasikan De
re Metalica. Berpangkal dari buku ini maka beberapa tahun kemudian eksplorasi
mineral dan dunia pertambangan mulai menggunakan suatu landasan ilmu
pengetahuan. Sejarah mencatat ternyata di dunia pertambangan ini pula kemudian
berkembang ilmu-ilmu lain yang sangat mendukung antara lain ilmu geologi dan
geofisika. Meskipun perkembangan ilmu-ilmu tersebut sudah cukup lama namun
aplikasi metode geofisika pada dunia pertambangan ternyata baru dimulai pada
tahun 1893, ketika Von Wrede menmukan bahwa variasi medan magnet bumi
yang di ukur oleh Lamont menggunakan magnetic theodolite ternyata dapat di
pakai untuk mengidentifikasi bodi dari suatu magnetic ore. Sekitar 25tahun
kemudian seorang professor bernama Robert Thalens mempublikasikan bukunya
yang berjudul On The Examination of Iron Ore deposits by Magnetics Methodes.
Tahun-tahun sesudahnya adalah maraknya aplikasi geomagnet di dunia
pertambangan. Metode geolistrik berkembang pada awal tahun 1900-an. Tetapi
kemudian mulai banyak dipakai untuk keperluan eksplorasi pada tahun 1970-an.
Metode yang pertama kali banyak dipakai di Indonesia adalah metode
geolistrik aturan Schlumberger dan Wenner. Pada metode ini pengambilan data V
(beda potensial) dan I (kuat arus) dilakukan mengikuti konfigurasi elektroda yang
dibuat oleh Schlumberger (untuk aturan schlumberger) dan Wenner (untuk aturan
Wenner).
1.2 Tujuan
- Mengetahui metode Schlumberger
- Mengetahui Interpretasi Metode Schlumberger
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Geolistrik
Metoda geolistrik adalah salah satu metoda geofisika yang didasarkan
pada penerapan konsep kelistrikan pada masalah kebumian. Tujuannya adalah
untuk memperkirakan sifat kelistrikan medium atau formasi batuan bawah
permukaan terutama kemampuannya untuk menghantarkan atau menghambat
listrik (konduktivitas atau resistivitas).
Aliran listrik pada suatu formasi batuan terjadi terutama karena adanya
fluida elektrolit pada pori-pori atau rekahan batuan. Oleh karena itu resistivitas
suatu formasi batuan bergantung pada porositas batuan serta jenis fluida pengisi
pori-pori batuan tsb. Batuan porous yg berisi air atau air asin tentu lebih konduktif
(resistivitas-nya rendah) dibanding batuan yg sama yang pori-porinya hanya berisi
udara (kosong).
Metoda geolistrik ada banyak macamnya, antara lain, metode:
1. Metode Resistivitas.
2. Metode Polarisasi Terimbas/Induce Polarization.
3. Metode potensial diri/Self Potential.
Prinsip fisika yang digunakan pada metoda geolistrik secara sederhana
dapat dianalogikan dengan rangkaian listrik. Jika arus dari suatu sumber dialirkan
ke suatu beban listrik (misalkan kawat seperti terlihat pada gambar) maka
besarnya resistansi R dapat diperkirakan berdasarkan besarnya potensial sumber
dan besarnya arus yg mengalir. Potensial listrik batuan adalah potensial listrik
alam atau potensial diri disebabkan terjadinya kegiatan elektrokimia atau kegiatan
alam. Faktor pengontrol dari semua kejadian ini adalah air tanah. Potensial ini
berasosiasi dengan pelapukan mineral pada bodi sulfida, perbedaan sifat batuan
(kandungan mineral) pada kontak geologi, kegiatan bioelektrik, dan materi
organik korosi, gradient termal, serta gradient tekanan.
2.2 Macam-macam Potensial Listrik
1. Potensial elektrokinetik
Terjadi ketika cairan dengan tahanan jenis ρ dan viskositas η ‘tertekan’
pada suatu medium berpori. ζ yaitu potensial zeta (absorpsi), ΔP yaitu beda
tekanan, dan k yaitu konstanta dielektrik.
2. Potensial Difusi (Liquid Junction)
Terjadi karena perbedaan pergerakan ion pada fluida berkonsentrasi beda.
3. Potensial Nerst
Terjadi saat 2 buah logam yang berkonsentrasi beda dibenamkan dalam
cairan elektrolit.
4. Potensial Mineralisasi
Terjadi saat 2 metal berbeda dimasukkan dalam cairan yang sama.
2.3 Jenis-jenis metode geolistrik:
1. Metode Tahanan Jenis
Metode resistivitas merupakan metode geolistrik yang mempelajari sifat
tahanan jenis listrik dari lapisan batuan di dalam bumi. Prinsip dasar metode
resistivitas yaitu mengirimkan arus ke bawah permukaan, dan mengukur kembali
potensial yang diterima di permukaan. Sebaran arus pada permukaan akibat arus
listrik yang dikirim ke bawah permukaan. Garis tegas menunjukkan arus yang
dikirim mengalami respon oleh suatu lapisan yang homogenous. Sedangkan arus
putus-putus menunjukkan arus normal dengan nilai yang sama. Garis-garis
tersebut disebut dengan garis equipotensial.
Faktor geometri diturunkan dari beda potensial yang terjadi antara
elektroda potensial MN yang diakibatkan oleh injeksi arus pada elektroda arus
AB, yaitu : Besarnya resistansi R dapat diperkirakan berdasarkan besarnya
potensial sumber dan besarnya arus yg mengalir. Besaran resistansi tsb. tidak
dapat digunakan untuk memperkirakan jenis material karena masih bergantung
ukuran atau geometri-nya. Untuk itu digunakan besaran resistivitas yg merupakan
resistansi yang telah dinormalisasi terhadap geometri. Ketika melakukan
eksplorasi, perbandingan posisi titik pengamatan terhadap sumber arus. Perbedaan
letak titik tersebut akan mempengaruhi besar medan listrik yang akan diukur.
Besaran koreksi terhadap perbedaan letak titik pengamatan tersebut dinamakan
faktor geometri.
Macam-macam konfigurasi metode resistivitas berdasarkan letak elektrodanya,
yaitu;
1. Segaris dan simetri terhadap titik pusat pada kedua sisi.
a. Konfigurasi Wenner
b. Konfigurasi Schlumberger
c. Konfigurasi Dipole-dipole
2. Tidak segaris dan simetri terhadap titik pusat pada kedua sisi.
a. Konfigurasi Dipole.
Konfiguirasi Wenner
Metode ini dikembangkan di Amerika. Jarak MN selalu 1/3 dari jarak AB.
Jika jarak AB diperlebar maka, jarak MN juga harus diubah, sehingga jarak MN
tetap 1/3 jarak AB.
Kelebihan dan kekurangannya:
1. Ketelitian pembacaan nilai tegangan pada elektroda MN lebih baik
dengan angka yang relatif besar.
2. Tidak bisa mendeteksi homogenitas batuan didekat permukaan,
yang bisa berpengaruh terhadap hasil perhitungan.
Konfigurasi Schlumberger
Jarak MN idealnya, dibuat sekecil mungkin, sehingga jarak MN secara teoritis
tidak berubah. Terbatasnya kepekaan alat ukur maka, ketika jarak AB sudah
relatif besar maka jarak MN juga dirubah. Perubahan jarak MN hendaknya tidak
lebih 1/5 jarak AB.
Kelebihan dan kekurangannya:
1. Mampu mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan pada
permukaan.
2. Pembacaan tegangan pada elektroda MN, lebih kecil, terutama ketika
jarak AB jauh.
Konfigurasi Dipole
Mempunyai dua bagian utama ‘Current Dipole’ (AB) dan ‘Potential Dipole’
(MN), yang letaknya tidak segaris dan simetris. Untuk menambah kedalaman
penetrasi, jarak CD dan PD diperpanjang, sedangkan jarak AB dan MN tetap.
Kelebihan dan kekurangannya:
1. Kemampuan penetrasi yang lebih dalam sehingga mampu
medeteksi batuan lebih dalam.
2. Tidak praktis dibandingkan konfigurasi Wenner atau
Schlumberger.
Teknik Pengukuran
Berdasarkan pada tujuan penyelidikan metode resistivitas, teknik pengukurannya
dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu metode resistivity mapping dan
sounding. Metode resistivity mapping merupakan metode resistivitas yang
bertujuan untuk mempelajari variasi tahanan jenis lapisan bawah permukaan
secara lateral. Sedangkan metode resistivitas sounding bertujuan untuk
mempelajari variasi resisitivitas batuan di bawah permukaan bumi secara vertikal.
Selain itu juga terdapat teknik imaging/topografi, yaitu teknik
pengukuran untuk memperoleh informasi baik secara lateral maupun
vertical (2D dan 3D).
2. Metode Polarisasi Terimbas
Metode polarisasi terimbas merupakan salah satu metode geofisika yang
mendeteksi terjadinya polarisasi listrik pada permukaan mineralmineral logam di
bawah permukaan bumi. Metode IP pada hakekatnya adalah pengembangan lebih
lanjut dari metode tahanan jenis yang mampu memberikan informasi tambahan
ketika tidak ditemukan kontras tahanan jenis yang memadai.
Pada metoda ini arus listrik diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua
elektroda arus, kemudian beda potensial yang terjadi diukur melalui
dua elektroda potensial.
Dalam metoda polarisasi terimbas ada 3 macam metoda pengukuran yaitu:
1) Pengukuran dalam domain waktu,
2) Pengukuran dalam domain frekuensi,
3) pengukuran sudut fasa.
Metoda polarisasi terimbas ini terutama dipahami dalam eksplorasi logam
dasar (Base Metal) dan penyelidikan air tanah (Ground Water).
Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda potensial dan arus, dikenal beberapa
jenis metoda polarisasi terimbas antara lain :
1) Metoda Schlumberger
2) Metoda Wenner
3) Metoda Pole-Dipole
4) Metode Dipole-dipole
Ketika arus tunak dialirkan ke medium dapat dihitung arus efektifnya. Namun
ketika arus dimatikan, maka arus yang terukur, tidak langsung seketika menjadi =
0. Efek ini disebut potensial polarisasi (efek IP) yang dianalisis dalam metode IP.
Penyebab Polarisasi Batuan
• Polarisasi Membran
Penghantaran secara elektrolit paling mungkin terjadi apabila material tidak
memiliki kandungan mineral logam. Untuk memungkinkan penghantaran jenis ini
berlangsung, diperlukan zona-zona porus yang medium. Kebanyakan material
pembentuk batuan muatan negatif (-) pada bidang batas antara permukaan
batuan dengan fluida pada pori. Karenanya, ion positif (+) akan tertarik ke zona
tersebut dan ion negatif akan tertolak dari zona tersebut apabila medium dialiri
arus.
• Polarisasi Elektroda
Polarisasi elektroda merupakan sumber polarisasi terbesar disebabkan oleh
keberadaan mineral logam dalam medium batuan. Penghantaran arus dalam
medium batuan yang mengandung mineral logam dilakukan secara elektronik
maupun elektrolitik. Reaksi kimia berupa reaksi reduksi-oksidasi dan
kemungkinan pertukaran ionik akan terjadi pada bidang batas mineral dengan
elektrolit sampai terjadi keadaan setimbang. Apabila arus dialirkan ke dalam
medium, akan timbul gangguan kesetimbangan berupa polarisasi pada bidang
batas mineral logam yang berfungsi sebagai elektroda dan air pada medium
batuan yang berfungsi sebagai eletrolit.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 PEMBAHASAN
Kelemahan dari konfigurasi Schlumberger ini adalah pembacaan tegangan
pada elektroda MN adalah lebih kecil terutama ketika jarak AB yang relatif jauh,
sehingga diperlukan alat ukur multimeter yang mempunyai karakteristik ‘high
impedance’ dengan akurasi tinggi yaitu yang bisa mendisplay tegangan minimal 4
digit atau 2 digit di belakang koma. Atau dengan cara lain diperlukan peralatan
pengirim arus yang mempunyai tegangan listrik DC yang sangat tinggi.
Sedangkan keunggulan konfigurasi Schlumberger ini adalah kemampuan
untuk mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan pada permukaan, yaitu
dengan membandingkan nilai resistivitas semu ketika terjadi perubahan jarak
elektroda MN/2.
Agar pembacaan tegangan pada elektroda MN bisa dipercaya, maka ketika jarak
AB relatif besar hendaknya jarak elektroda MN juga diperbesar. Pertimbangan
perubahan jarak elektroda MN terhadap jarak elektroda AB yaitu ketika
pembacaan tegangan listrik pada multimeter sudah demikian kecil, misalnya 1.0
milliVolt.
Umumnya perubahan jarak MN bisa dilakukan bila telah tercapai
perbandingan antara jarak MN berbanding jarak AB = 1 : 20. Perbandingan yang
lebih kecil misalnya 1 : 50 bisa dilakukan bila mempunyai alat utama pengirim
arus yang mempunyai keluaran tegangan listrik DC sangat besar, katakanlah 1000
Volt atau lebih, sehingga beda tegangan yang terukur pada elektroda MN tidak
lebih kecil dari 1.0 milliVolt.
Parameter yang diukur :
1. Jarak antara stasiun dengan elektroda-elektroda (AB/2 dan MN/2)
2. Arus (I)
3. Beda Potensial (∆ V)
Parameter yang dihitung :
1. Tahanan jenis (R)
2. Faktor geometrik (K)
3. Tahanan jenis semu (ρ )
Cara intepretasi Schlumberger adalah dengan metode penyamaan kuva
(kurva matching). Ada 3 (tiga) macam kurva yang perlu diperhatikan dalam
intepretasi Schlumberger dengan metode penyamaan kurva, yaitu :
Kurva Baku
Kurva Bantu, terdiri dari tipe H, A, K dan Q
Kurva Lapangan
Untuk mengetahui jenis kurva bantu yang akan dipakai, perlu diketahui
bentuk umum masing-masing kurva lapangannya.
Kurva bantu H, menunjukan harga ρ minimum dan adanya variasi 3 lapisan
dengan ρ1 > ρ2 < ρ3.
Kurva bantu A, menunjukkan pertambahan harga ρ dan variasi lapisan dengan
ρ1 < ρ2 < ρ3.
Kurva bantu, K menunjukan harga ρ maksimum dan variasi lapisan dengan ρ1 <
ρ2 > ρ3.
Kurva bantu Q, menunjukan penurunan harga ρ yang seragam : ρ1 > ρ2 > ρ3
Kurva-Kurva Bantu Dalam Metode Penyamaan Kurva Schlumberger
Koreksi Kedalaman
Untuk titik-titik pusat (Pn) yang terletak pada kurva bantu tipe H, tidak perlu
dikoreksi.
Titik P pada kurva Bantu tipe A, K dan Q perlu dikoreksi.
Titik P1 apapun kurvanya tidak perlu dikoreksi.
Tabel Nilai Resistivitas
Rock Resitivitas
Common rocks
Topsoil
Loose sand
Gravel
Clay
Weathered bedrock
Sandstone
Limestone
Greenstone
Gabbro
Granite
Basalt
Graphitic schist
Slates
Quartzite
Common rocks
50–100
500–5000
100–600
1–100
100–1000
200–8000
500–10 000
500–200 000
100–500 000
200–100 000
200–100 000
10–500
500–500 000
500–800 000
Ore minerals
Pyrite (ores)
Pyrrhotite
Chalcopyrite
Galena
Sphalerite
Magnetite
Cassiterite
Hematite
Ore mineral
0.01–100
0.001–0.01
0.005–0.1
0.001–100
0.01–1 000 000
0.01–1000
0.001–10 000
1000–1 000 000
NO NILAI K NILAI X (p)
1 1 8 1 8 38.6 136 50.265482457 1.5 14.2665266392 2 8 1 8 25 99 50.24 3 12.6868686873 8 2 16 13.3 183 150.72 7.5 10.9539672135 3 8 1 8 48.9 195 50.24 7.5 12.5986461546 8 2 16 11.6 98 150.72 15 17.8403265317 8 3 24 7.6 123 301.44 24.5 18.6255609769 4 8 1 8 31.2 77 50.24 13.5 20.356987013
10 8 2 16 19.7 146 150.72 25 20.33687671211 8 3 24 9.5 123 301.44 38.5 23.2819512212 8 4 32 6.2 72 502.4 54 43.26222222213 5 8 1 8 34.3 161 50.24 19.5 10.70330434814 8 2 16 7.8 40 150.72 35 29.390415 8 3 24 7.3 83 301.44 52.5 26.51219277116 8 4 32 6 59 502.4 72 51.09152542417 8 5 40 5.1 84 753.6 93.5 45.75428571418 6 8 1 8 49.2 133 50.24 27 18.58502255619 8 2 16 10.3 69 150.72 47.5 22.49878260920 8 3 24 8.2 93 301.44 70 26.57858064521 8 4 32 7 150 502.4 94.5 23.44533333322 8 5 40 5.8 89 753.6 121 49.11101123623 8 6 48 5.2 85 1055.04 149.5 64.54362352924 7 8 1 8 21.1 68 50.24 36 15.58917647125 8 2 16 9.7 52 150.72 62.5 28.11507692326 8 3 24 8.6 115 301.44 91 22.54246956527 8 4 32 8 157 502.4 121.5 25.628 8 5 40 6.3 109 753.6 154 43.55669724829 8 6 48 5.1 61 1055.04 188.5 88.20826229530 8 7 56 5.4 77 1406.72 225 98.65309090931 8 8 1 8 16.7 44 50.24 46.5 19.06836363632 8 2 16 13.1 100 150.72 80 19.7443233 8 3 24 6.7 66 301.44 115.5 30.60072727334 8 4 32 6.3 87 502.4 153 36.38068965535 8 5 40 6.4 65 753.6 192.5 74.20061538536 8 6 48 5.8 77 1055.04 234 79.47054545537 8 7 56 4.7 69 1406.72 277.5 95.82005797138 8 8 64 4.5 107 1808.64 323 76.06429906539 9 8 1 8 14.5 50 50.24 58.5 14.569640 8 2 16 20.6 150 150.72 100 20.6988841 8 3 24 8.2 89 301.44 143.5 27.77312359642 8 4 32 5.7 49 502.4 189 58.4424489843 8 5 40 6.2 75 753.6 236.5 62.297644 8 6 48 5.6 61 1055.04 286 96.85613114845 8 7 56 5.6 128 1406.72 337.5 61.54446 8 8 64 4.4 148 1808.64 391 53.77037837847 8 9 72 5 62 2260.8 446.5 182.3225806548 10 8 1 8 27.2 68 50.24 72 20.09649 8 2 16 12.1 78 150.72 122.5 23.38092307750 8 3 24 7.4 49 301.44 175 45.52359183751 8 4 32 6.2 67 502.4 229.5 46.49074626952 8 5 40 5.1 51 753.6 286 75.3653 8 6 48 5.4 148 1055.04 344.5 38.49470270354 8 7 56 5 173 1406.72 405 40.65664739955 8 8 64 4.7 151 1808.64 467.5 56.29541721956 8 9 72 4.5 22 2260.8 532 462.4363636457 8 10 80 4.7 74 2763.2 598.5 175.5005405458 11 8 1 8 19.3 44 50.24 87 22.03709090959 8 2 16 9.2 39 150.72 147.5 35.55446153860 8 3 24 7.9 54 301.44 210 44.09955555661 8 4 32 7.2 59 502.4 274.5 61.30983050862 8 5 40 5.2 75 753.6 341 52.249663 8 6 48 6.8 235 1055.04 409.5 30.52881702164 8 7 56 5.2 93 1406.72 480 78.65531182865 8 8 64 4.7 115 1808.64 552.5 73.91833043566 8 9 72 4.8 94 2260.8 627 115.4451063867 8 10 80 4.5 70 2763.2 703.5 177.6342857169 12 8 1 8 32.8 64 50.24 103.5 25.74870 8 2 16 8.2 33 150.72 175 37.45163636471 8 3 24 6.5 44 301.44 248.5 44.53090909172 8 4 32 6.4 63 502.4 324 51.03746031773 8 5 40 8 192 753.6 401.5 31.474 8 6 48 5.2 65 1055.04 481 84.403275 8 7 56 5.4 113 1406.72 562.5 67.22378761176 8 8 64 5.4 72 1808.64 646 135.64877 8 9 72 4.6 87 2260.8 731.5 119.5365517281 13 8 1 8 57.5 119 50.24 121.5 24.27563025282 8 2 16 12.2 63 150.72 205 29.18704761983 8 3 24 6.6 55 301.44 290.5 36.172884 8 4 32 4.6 52 502.4 378 44.44307692385 8 5 40 6.4 107 753.6 467.5 45.07514018786 8 6 48 5.4 124 1055.04 559 45.94529032387 8 7 56 5.9 83 1406.72 652.5 99.99575903688 8 8 64 5.1 87 1808.64 748 106.0237241494 14 8 1 8 37.8 76 50.24 141 24.98778947495 8 2 16 25.5 165 150.72 237.5 23.29309090996 8 3 24 13.2 147 301.44 336 27.06808163397 8 4 32 5.1 53 502.4 436.5 48.34415094398 8 5 40 5.2 58 753.6 539 67.56413793199 8 6 48 6.7 105 1055.04 643.5 67.3216
100 8 7 56 6.7 146 1406.72 750 64.554958904108 15 8 1 8 50.3 70 50.24 162 36.101028571109 8 2 16 26.6 132 150.72 272.5 30.372363636
TITIK SONDING
SPASI ELEKTRODA POTENSIAL (a)
FAKTOR PEMISAH (n)
SPASI ELEKTRODA V-I (an)
BEDA POTENSIAL (∆V)
KUAT ARUS (I)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Konfigurasi Schlumberger ini adalah pembacaan tegangan pada
elektroda MN adalah lebih kecil terutama ketika jarak AB yang relatif
jauh, sehingga diperlukan alat ukur multimeter yang mempunyai
karakteristik ‘high impedance’ dengan akurasi tinggi yaitu yang bisa
mendisplay tegangan minimal 4 digit atau 2 digit di belakang koma.
2. Cara intepretasi Schlumberger adalah dengan metode penyamaan
kuva (kurva matching). Ada 3 (tiga) macam kurva yang perlu
diperhatikan dalam intepretasi Schlumberger dengan metode
penyamaan kurva, yaitu :
- Kurva Baku
- Kurva Bantu, terdiri dari tipe H, A, K dan Q
- Kurva Lapangan
4.2 Saran
Sebaiknya materi tentang Cara Interpretasi metode Schlumberger harus lebih
diperluas, agar wawasan mahasiswa lebih banyak.AMIN
Top Related