131
BAB VI
KONKLUSI
Bab VI menampilkan ringkasan jawaban untuk mini research
questions pertama sampai keempat. Bab ini juga menjawab mini research
question kelima yaitu rekomendasi yang diberikan kepada UD. MX supaya
dapat menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan SAK ETAP.
VI.1. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa :
A. Siklus akuntansi UD. MX bermula dari kesepakatan perjanjian transaksi
yang kemudian dicatat pada dokumen – dokumen. Seluruh dokumen
transaksi ini diotorisasi oleh bagian yang berwenang (biasanya pemilik
sendiri). Pada akhir jam kerja, pemilik memindahkan pencatatan seluruh
dokumen transaksi pada rekapitulasi penjualan dan rekapitulasi
pengeluaran kas. Kemudian di akhir bulan, berdasarkan pada
rekapitulasi penjualan dan pengeluaran kas yang ada, pemilik membuat
laporan laba rugi bulanan untuk mengetahui kinerja keuangan bulanan.
Selanjutnya, pada akhir tahun, pemilik merekap seluruh laporan laba
rugi bulanan menjadi laporan laba rugi tahun berjalan.
131
132
B. Sebagian besar perlakuan akuntansi UD. MX sudah sesuai dengan SAK
ETAP namun ada empat perlakuan akuntansi UD. MX yang masih tidak
sesuai dengan SAK ETAP. Pertama, perlakuan akuntansi sediaan UD.
MX yang tidak mengakui sediaan sebagai beban saat sediaan dijual.
Kedua, perlakuan akuntansi aset tetap dan properti investasi UD. MX
yang tidak melakukan penyusutan terhadap kedua kelompok aset
tersebut. Ketiga, perlakuan akuntansi sewa UD. MX yang mengakui
pendapatan sewa secara cash basis dan perlakuan akuntansi pendapatan
UD. MX yang tidak mengakui piutang usaha sebagai pendapatan usaha.
Keempat, UD. MX hanya menyusun laporan rugi saja dan tidak
membuat neraca, laporan arus kas, serta catatan atas laporan keuangan.
C. SAK ETAP justru mewajibkan pengakuan sediaan sebagai beban pada
saat dijual untuk menampilkan akun beban pokok penjualan. SAK
ETAP juga mewajibkan adanya penyusutan supaya nilai buku aset UD.
MX selalu mencerminkan kondisi yang sesungguhnya. Pendapatan sewa
juga diwajibkan untuk diakui sepanjang masa sewa dan piutang usaha
harus diakui sebagai pendapatan supaya perlakuan akuntansi keduanya
tidak melanggar prinsip matching. Dan terakhir, SAK ETAP
mewajibkan penyusunan neraca supaya pengguna laporan keuangan
dapat mengetahui posisi keuangan UD. MX, dan penyusunan catatan
atas laporan keuangan supaya pengguna laporan keuangan dapat
mengetahui dasar pengambilan kebijakan akuntansi UD. MX
133
VI.2. IMPLIKASI
Temuan berupa perlakuan akuntansi UD. MX yang tidak sesuai
dengan SAK ETAP pada poin sebelumnya harus diperhatikan sebab laporan
keuangan yang mematuhi SAK ETAP adalah laporan keuangan yang
memenuhi seluruh persyaratan dalam SAK ETAP.
Apabila terdapat salah satu saja dari perlakuan akuntansi badan
usaha yang tidak sesuai dengan SAK ETAP, maka laporan keuangan badan
usaha tersebut tidak boleh dinyatakan mematuhi SAK ETAP. Berikut ini
adalah implikasi dari perlakuan akuntansi UD. MX yang tidak sesuai
dengan SAK ETAP tersebut terhadap kewajaran laporan keuangan :
A. Nilai properti ruko dan aset tetap tidak mencerminkan kondisi yang
sesungguhnya setelah dipakai beberapa lama oleh pihak ketiga penyewa
ruko dan oleh UD. MX sendiri.
B. Tidak diakuinya piutang usaha dan mengakui pendapatan sewa secara
cash basis menyebabkan nilai laba bersih UD. MX menjadi understated.
C. Harga jual produk UD. MX menjadi tidak kompetitif karena kesalahan
format laporan laba rugi yang tidak menampilkan beban pokok
penjualan.
D. Pengguna laporan keuangan sulit mengetahui posisi keuangan, aliran
kas, dan dasar pengambilan kebijakan akuntansi UD. MX karena tidak
adanya neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
134
VI.3. REKOMENDASI
UD. MX harus mulai menerapkan SAK ETAP pada tahun 2011
karena di masa mendatang, pemerintah Indonesia pasti menerbitkan payung
hukum untuk menjamin penerapan SAK ETAP benar – benar terlaksana.
Untuk mematuhi penerapan SAK ETAP secara tepat, maka seluruh
perlakuan akuntansi UD. MX harus sesuai dengan yang ada di SAK ETAP.
Berikut ini adalah rekomendasi yang diberikan oleh penulis supaya UD.
MX dapat menyajikan perlakuan akuntansi yang sesuai dengan SAK ETAP:
A. UD. MX harus melakukan depresiasi pada properti ruko dan aset tetap.
Apabila pemilik kesulitan untuk menentukan umur manfaat, maka dapat
menggunakan acuan berdasarkan peraturan pajak Indonesia.
B. UD. MX harus mengakui kembali piutang usaha yang telah dikurangkan
dari pendapatan. Selain itu, pendapatan sewa yang telah diterima pada
bulan Januari 2009 harus diakui selama masa sewa berlangsung karena
penyewa ruko belum menikmati masa manfaat 2 tahun secara penuh.
C. UD. MX harus membuat neraca, laporan arus kas, dan catatan atas
laporan sebagai syarat untuk membuat laporan keuangan lengkap
berdasarkan SAK ETAP.
D. Untuk memperlancar penyusunan laporan keuangan sesuai SAK ETAP,
sebaiknya UD. MX menerapkan siklus akuntansi yang benar yaitu mulai
dari dokumen transaksi – jurnal (umum dan khusus) – buku besar
(utama dan pembantu) – neraca saldo – jurnal penyesuaian – neraca
135
saldo setelah penyesuaian - laporan keuangan – jurnal penutup – neraca
saldo setelah jurnal penutup.
VI.4. KETERBATASAN PENELITIAN DAN HARAPAN UNTUK
PENELITIAN SELANJUTNYA
Rekomendasi penyusunan laporan keuangan tidak mencakup laporan
arus kas. Hal ini disebabkan karena laporan arus kas membutuhkan data
komparatif dari tahun 2009 sementara SAK ETAP hanya memperbolehkan
data mulai tahun 2010-lah yang boleh dijadikan sebagai dasar penyusunan
laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP. Karena itulah, penulis berharap
agar penelitian selanjutnya juga dapat mencakup laporan arus kas.
UD. MX merupakan badan usaha dengan skala kecil. Sehingga,
penulis berharap penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada badan usaha
skala menengah atau skala besar namun tidak memiliki akuntabilitas publik
signifikan (PT tertutup) supaya dapat menujukkan bagaimana bentuk
penerapan SAK ETAP pada badan usaha dengan skala yang lebih besar.