11
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori
1. Atletik
Kata “atletik” berasal dari kata Yunani “athlon” yang berarti lomba
(Hamid, 2000:66). kemampuan atletik yang merupakan dasar gerak dari hampir
setiap aktifitas olahraga (fisik/jasmani), seperti bagaimana orang berjalan dengan
gerakan yang baik dan benar, bagaimana cara berlari yang baik dan benar,
bagaimana melakukan gerakan lempar yang bisa ditransfer ke dalam bentuk
gerakan yang baik dan benar, sehingga menjadikan gerakan itu menjadi lebih
efesien dan efektif (Giriwijoyo dan Zafar Sidik, 2010:09).
Atletik adalah event asli dari olimpiade pertama ditahun 776 sebelum
Masehi dimana satu-satunya event adalah perlombaan lari atau stade. Ada
beberapa “Games” yang digelar selama era klasik Eropa : Panhellenik Games The
Pythian Game (dimulai 6 Sebelum Masehi) digelar di Argolid setiap dua
tahun.The Isthmian Game (dimulai 523 Sebelum Masehi) digelar di Isthmus dari
Corinth setiap dua tahun. The Roman Games Berasal dari akar Yunani murni,
Roman game memakai perlombaan lari dan melempar. Bukannya berlomba kereta
kuda dan bergulat seperti di Yunani, olahraga Etruscan memakai pertempuran
galiatoral, yang juga sama-sama 527 Sebelum Masehi) digelar di Delphi tiap
empat tahun. The Nemean Games(dimulai 51 memakai panggung). Masyarakat
lain menggemari kontes atletik, seperti bangsa Kelt, Teutonik, dan Goth yang juga
12
digemari orang Roma. Tetapi, olahraga ini sering dihubungkan dengan pelatihan
tempur. Di masa abad pertengahan anak seorang bangsawan akan dilatih dalam
berlari, bertarung dan bergulat dan tambahan berkuda, memanah dan pelatihan
senjata. Kontes antar rival dan sahabat sangat umum di arena resmi maupun tidak
resmi.
Di abad 19 organisasi formal dari event modern dimulai. Ini termasuk
dengan olahraga reguler dan latihan di rezim sekolahan. Royal Millitary College
di Sandhurst mengklaim menggunakan ini pertamakali di tahun 1812 dan 1825
tetapi tanpa bukti nyata. Pertemuan yang paling tua diadakan di Shrewsbury,
Shropshire di 1840 oleh Royal Shrewsbury School Hunt. Ada detail dari seri
pertemuan tersebut yang ditulis 60 tahun kemudian oleh C.T Robinson dimana dia
seorang murid disana pada tahun 1838 sampai 1841. Eeck Military Academy
dimana Woolwich menyelenggarakan sebuah kompetisi yang diorganisir pada
tahun 1849, tetapi seri reguler pertama dari pertemuan digelar di Exeter College,
Oxford dari 1850.
Atletik modern biasanya diorganisir sekitar lari 400m di trek di hampir
semua even yang ada. Acara lapangan (melompat dan melempar) biasanya
memakai tempat di dalam trek. Atletik termasuk di dalam Olimpiade modern di
tahun 1896 dan membentuk dasar-dasarnya kemudian. Wanita pertama kali
dibolehkan berpartisipasi di trek dan lapangan dalam event Olimpiade tahun 1928.
Sebuah badan pengelola internasional dibentuk IAAF dibentuk tahun 1912. IAAF
menyelenggarakan beberapa kejuaraan dunia outdoor di tahun 1983. Ada
beberapa pertandingan regional seperti kejuaraan Eropa, Pan-American Games
13
dan Commonwealth Games. Sebagai tambahan ada sirkuit Liga Emas
professional, diakumulasi dalam IAAF World Athletics Final dan kejuaraan dalam
ruangan seperti World Indoor Championship. Olahraga tersebut memiliki profil
tinggi selama kejuaraan besar, khususnya Olimpiade, tetapi yang lain kurang
populer.
Ada dua musim dalam lintasan dan lapangan. Ada musim indoor,selama
musim dingin dan musim outdoor, digelar selama musim semi dan panas.
Kebanyakan lintasan indoor adalah 200m dan terdiri dari empat atau enam jalur.
Seringkali sebuah lintasan indoor memiliki belokan yang lurus untuk
mengkompensasikan belokan yang ketat. Dalam lintasan indoor atlet berkompetisi
sama dengan event lintasan di outdoor dengan pengecualian untuk lari 100m dan
110/100m haling rintang (diganti dengan sprint 60m dan 60 m hlang rintang di
tingkat kebanyakan dan kadang 55m sprint dan 55m haling rintang di tingkat
SMA) dan lari 10.000m, jalan cepat 300m, dan 400m haling rintang. Indoor juga
mendapat tambahan lari 3000m yang normalnya pada tingkat kampus dan elit
dibandingkan memakai 10.000m. marathon 5.000m adalah event lari jauh yang
paling umum, walaupun ada situasi dengan jarak lebih jauh pernah dilombakan.
Di medio abad 20, ada seri perlombaan duel di Madison Square Garden (New
York) lintasan indoor, beberapa menampilkan dua orang berlomba marathon (26,2
mil). Tetapi, ini sangat jarang terjadi. Dalam keadaan tertentu, ada juga balapan
500m dibandingkan 400m yang ada normalnya di event outdoor, dan di kejuaraan
kampus indoor dua-duanya dilombakan.
14
Di event lapangan, perlombaan indoor hanya menampilkan lompat tinggi,
lompat galah, lompat jauh, lompat ganda dan menembak. Lembar lembing,
lempar bola besi dan tolak peluru ditambahkan hanya untu event outdoor, dimana
normalnya tidak ada ruang yang cukup dalam stadion indoor pada perlombaan
tersebut. Event unik dari perlombaan indoor (terutama di Amerika Utara) adakah
lempar beban seberat 300, 600, 1000 dan 35 pon. Di Negara lain, terutama
Norwegia, lompat jauh berdiri dan lompat tinggi berdiri juga dilombakan, bahkn
di Kejuaraan Nasional untuk atlet multi-event ada Pentathlon untuk wanita (yaitu
60m halang rintang, lompat jauh, tolak peluru dan 800m) dan heptathlon untuk
pria (yaitu 60m halang rintang, lompat jauh, tolak peluru, 60m lari, lompat galah
dan 1000m lari) indoor. Untuk outdoor ada heptathlon untuk wanita dan
decathlon.
Olahraga atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang digemari dan
merupakan olahraga yang sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat. Dalam
olahraga atletik yang dipelajari adalah berbagai gerakan dasar manusia di dalam
kehidupan sehari-hari, yaitu berjalan, berlari, melompat dan melempar. Dalam
kejuaraan atletik ada beberapa nomor yang diperlombakan diantaranya adalah
nomor lompat jauh.
2. Lompat Jauh
Lompat jauh adalah salah satu nomor yang terdapat pada cabang olahraga
atletik. Lompat adalah istilah yang digunakan pada cabang olahraga atletik yaitu
melakukan tolakan dengan satu kaki, baik untuk nomor lompat jauh, lompat
jangkit, lompat tinggi maupun lompat galah. Yusuf Adisasmita(1992:64)
15
menyatakan bahwa lompat jauh adalah salah satu nomor lompat dari cabang
olahraga atletik. Dalam perlombaan lompat jauh, seorang pelompat akan berusaha
melompat kedepan dengan bertumpu pada balok tumpuan sekuat-kuatnya untuk
mendarat di bak lompat sejauh-jauhnya”. Sedangkan menurut Aip
Syarifudin(1992;90) lompat jauh adalah “suatu bentuk gerakan melompat
mengangkat kaki keatas dan kedepan dalam upaya membawa titik berat badan
selama mungkin di udara (melayang diudara) yang dilakukan dengan cepat dan
jelas melakukan tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya”.
Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf dan Adang Suherman (1992:15) mengemukakan
bahwa, “tujuan nomor lompat jauh adalah memindahkan jarak horizontal titik
berat badan pelompat sejauh mungkin”.
Menurut Ballesteros (1979:18) hakekat lompat jauh adalah hasil dari
kecepatan horizontal yang dibuat sewaktu dan awalan dengan daya vertikal yang
dihasilkan dan kekuatan kaki tolak. Resultante dari kedua daya menentukan gerak
parabola dari titik pusat gravitasi.
Tujuan lompat jauh adalah untuk mencapai jarak lompatan yang sejauh
mungkin. Untuk dapat mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya sangat
diperlukan penguasaan teknik dan kondisi fisik yang baik.
a. Teknik Lompat Jauh
Teknik merupakan unsur yang sangat penting yang harus dikuasai agar
dapat berprestasi dalam olahraga, termasuk lompat jauh. Teknik dalam lompat
jauh merupakan suatu rangkaian gerakan yang efektif mulai dari awalan, tolakan,
16
melayang sampai mendarat. Penguasaan teknik yang baik dapat memberikan
keuntungan dan terjadinya efisiensi serta efektivitas gerakan.
Lompat jauh merupakan rangkaian gerakan yang terdiri dari awalan,
tumpuan, melayang di udara dan pendaratan. Seperti yang dikemukakan oleh
Yusuf Adisasmita(1992:65) yang menyatakan bahwa ”lompat jauh terdiri dari
unsur-unsur awalan, menumpu, melayang dan mendarat. Keempat unsur ini
merupakan suatu kesatuan, urutan lompat jauh yang tidak terputus”. Sedangkan
Tamsir Riyadi (1985:95) mengemukakan bahwa” tinjauan teknis pada lompat jauh
meliputi 4 masalah yaitu, cara awalan, tumpuan, melayang diudara dan cara
melakukan pendaratan”. Menurut Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf dan Adang
Suherman (2000:16) bahwa “lompat jauh terdiri dari empat fase yitu awalan (run
up), tolakan kaki (take off), melayang diudara (flight), dan pendaratan (landing).
Ballesteros ( 1979 : 54 ) menyatakan bahwa lompat jauh adalah hasil dari
kecepatan horizontal yang dibuat sewaktu dari awalan dengan daya vertical yang
dihasilkan dari kaki tolak. Hasil ( resultante ) dari gaya kedua tersebut
menentukan gerak parabola dari pusat gravitasi. Kecepatan lari awalan dan
besarnya sudut tolakan merupakan komponen yang menentukan jarak lompatan.
Setelah pelompat menolak pada balok tumpuan, maka melayanglah
pelompat tersebut. Disaat melayang badan pelompat dipengaruhi oleh sesuatu
kekuatan yang disebut dengan “ daya tarik tersebut bertitik tangkap pada suatu
titik yang dinamakan dengan titik berat badan ( Yusuf Adisasmita, 1992 : 65 ).
Titik berat badan letaknya kira-kira pada pinggang sedikit dibawah pusar.
Berkaitan dengan tolakan, semakin kuat seorang pelompat menolak atau semakin
17
tinggi hasil tolakan, akan membawa titik berat badan semakin lama di udara,
sehingga hasil lompatan akan semakin jauh.
Lintasan gerakan titik berat badan pada waktu melayang di udara tidak
dapat berubah. Hal ini sama dengan benda yang dilemparkan, akan melambung
menurut garis tertentu dan jatuh sesuai dengan kekuatan lemparanya. Lintasan
tersebut disebut dinamakan dengan lintasan parabola, yang tidak dapat diubah bila
tidak ada kekuatan lain yang mempengaruhinya dari luar.
Berdasarkan keterangan diatas, maka dapat dikemukakan bahwa lompat
jauh adalah bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas depan dalam
upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara yang dilakukan
dengan kecepatan dengan jalan melakukan tolakan dengan satu kaki yaitu untuk
mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. Lompat jauh mempunyai unsur-unsur yang
sangat penting, yaitu : a) kecepatan horizontal ( kecepatan lari awalan ), b)
kecepatan vertical ( kecepatan saat bertolak ), c) lintasan perjalanan titik pusat
gravitasi, d) tahap melayang (PB. PASI, 1993 : 22 ).
Pelaksanaan dalam aktivitas olahraga, teknik merupakan bagain yang
penting dari seluruh penampilan kondisi fisik, taktik, dan kematangan juara.
Adapun teknik-teknik dalam lompat jauh adalah : 1) awalan ( approach run ), 2)
tolak ( take off ), 3) sikap badan diudara ( action on the air ), dan 4) sikap
mendarat ( landing ) ( Hay, 1985 : 412 ). Yusuf Adisasmita ( 1992 : 64 )
menyatakan bahwa lompat jauh terdiri dari unsur-unsur awalan, tumpuan,
melayang dan mendarat. Keempat unsur ini merupakan satu kesatuan yaitu urutan
gerakan lompat yang tidak terputus. Dengan demikian dapat dipahami bahwa hasil
18
lompatan itu dipengaruhi oleh kecepatan lari awalan, kekuatan kaki tumpu, dan
koordinasi waktu melayang diudara dan mendarat di bak lompat.
Pelaksanaan teknik tersebut tidak dapat dipisahkan antar satu dengan
lainya. Karena gerakan tersebut merupakan gerakan yang berurutan dari gerakan
awal ke gerakan berikutnya, atau dari awalan dilanjutkan menolak, melayang dan
mendarat ( Tamsir Riyadi, 1985 : 95 ).
1) Awalan ( ancang-ancang )
Awalan atau ancang-ancang dalam lompat jauh merupakan suatu bentuk
gerakan atau hal yang sangat prinsip, berupa gerakan lari cepat ( sprint ).
Ballesteros ( 1979 : 57 ) menyatakan bahwa lari awalan dilakukan sangat cepat
jarak kurang dari 40 meter. Pada pelaksanaan lari awalan hampir tidak ada
perbedaan cara dan sikap lari pada langkah-langkah lari awalan lompat jauh.
Berkaitan dengan awalan lompat jauh, Tamsir Riyadi ( 1985 : 95 )
menyatakan beberapa cara yang perlu dicermati dalam melakukan awalan dalam
lompat jauh, yaitu : 1) jarak awalan tergantung pada kemampuan masing-masing
atlet, 2) posisi permulaan pada saat berdiri pada titik awalan dapat seperti nomor
lompat yang lain ( salah satu kaki di depan atau sejajar ). Hal ini tergantung pada
keseimbangan masing-masing pelompat, cara mengambil awalan dari lari pelan
semakin dipercepat ( sprint ), 3) setelah mencapai kecepatan maksimal, maka
kira-kira 3-4 langkah terakhir sebelum bertumpu gerakan lari dilepas begitu saja
tanpa mengurangi kecepatan yang telah dicapai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
gambar 2.1 berikut ini :
19
Gambar 2.1
Fase Melakukan Lari Awalan ( IAAF, 2000 : 88 )
2) Tolakan atau Tumpuan ( take off )
Tolakan adalah perpindahan yang sangat cepat antara awalan lari dan
melayang. Beberapa langkah sebelum menumpu, pelompat harus sudah siap untuk
bertumpu. Seluruh tenaga dan pikiran harus ditujukan pada ketepatan bertumpu.
Pada saat tersebut, pelompat berpindah keadaan dari lari ke melayang. Agar dapat
melayang lebih jauh dan tinggi, selain disebabkan dari kecepatan lari awalan, juga
diperlukan tambahan tenaga dari kekuatan kaki tumpu yaitu daya lompat dari
tungkai dan kaki yang disertai dengan ayunan lengan dan tungkai ayun.
Ketepatan seorang pelompat jauh yang melakukan tolakan atau tumpuan
memegang peran penting dalam keberhasilan lompatan. Tolakan atau tumpuan
yang salah ( fault ) akan dinyatakan gagal atau diskualifikasi. Adapun maksud dari
kasalahan tersebut adalah kaki yang digunakan untuk menumpu melewati atau
menyentuh tanah yang terdekat dengan bak pasir atau kaki melebihi papan tolak.
20
Berkaitan dengan tolakan atau tumpuan dalam pelaksanaan lompat jauh (
Tamsir Riyadi, 1985 : 96 ) menjelaskan beberapa cara pelaksanaan tolakan yang
benar yaitu : a) tolakan dilakukan dengan kaki yang kuat, b) sesaat akan bertumpu
sikap badan agak condong kebelakang ( jangan berlebihan ), hal ini sangat
membantu timbulnya lambungan yang lebih baik yaitu sekitar , c) bertumpu
sebaiknya tepat pada balok tumpu, ujung kaki tidak melewati atau menginjak tepi
balok yang terdekat dengan bak pasir, dan d) saat bertumpu kedua lengan ikut
diayunkan ke depan atas.
Pada waktu menumpu, badan seharusnya sudah condong ke depan, titik
berat badan terletak agak dimuka titik sumber tenaga yaitu kaki tumpu pada pada
saat pelompat menumpu. Letak titik berat badan ditentukan oleh panjang langkah
terakhir sebelum melompat. Jika langkah terlalu panjang, titik berat badan akan
berada di belakang sumber tenaga yaitu kaki tumpu, sehingga pelompat akan
menemui kegagalan untuk mencapai ketinggian yang tepat untuk lompatanya.
Titik berat badan terletek di atas kaki tumpu, lompatan yang dihasilkan akan ke
atas saja, sedangkan yang dibutuhkan adalah lompatan ke atas tinggi ke depan.
Sebaliknya jika langkah terakhir terlalu pendek, akan berakibat lompatan yang
rata karena pelompat terlalu cepat melampaui tungkai tumpuanya, sehingga
pelompat seolah-olah tidak naik dari tanah ataupun melayang. Pelaksanaan lompat
jauh memerlukan ketinggian lompatan. Kesalahan yang banyak terjadi adalah para
pelompat tidak memperoleh ketinggian pada lompatanya sehingga jatuhnya relatif
dekat.
21
Pelaksanaan tolakan agar memperoleh hasil yang baik tanpa
mengorbankan kecepatan awalan dilakukan dengan cara sudut badan saat
betumpu atau menolak tidak condong ke depan seperti pada lari sprint, tetapi juga
tidak terlalu tengadah seperti pada lompat tinggi. Berat badan sedikit di depan titik
tumpu. Gerak atau ayunan lengan dilakukan untuk membantu agar ketinggian
hasil tolakan bertambah tinggi sehingga badan seolah-olah melayang di udara, dan
pandangan mata yang naik berfungsi sebagai kemudi. Hal-hal tersebut dilakukan
pada prinsipnya adalah untuk mendapatkan hasil tolakan yang relatif tinggi dan
jatuhnya atau pendaratan yang jauh.
Untuk lebih jelasnya pelaksanaan gerakan tolakan dapat dilihat gambar 2
berikut ini :
Gambar 2.2
Fase Bertolak atau Bertumpu ( IAAF, 2000 : 89 )
3) Melayang di Udara ( action on the air )
Melayang di udara pada nomor lompat jauh diperoleh setelah pelaksanaan
tolakan. Naiknya badan setelah melakukan tolakan tersebut ( melayang ),
seringkali dilalaikan oleh para pelompat dikarenakan pelompat sering tidak
memberi waktu lagi untuk memperoleh tenaga lompatan. Hal ini terjadi karena
22
tungkai tumpu tergesa-gesa digerakan untuk mempersiapkan pendaratan dengan
tidak meluruskan kaki tumpu dengan benar.
Penjurusan kaki tumpu dengan cepat dimaksudkan untuk memperoleh
ketinggian saat melayang. Pada waktu naik ( melayang ) badan harus dalam
keadaan rileks atau santai ( tidak kaku ) dan melakukan gerakan menjaga
keseimbangan untuk memberikan pendaratan yang lebih sempurna.
Gerakan sikap tubuh diudara ( waktu melayang ) dalam lompat jauh bisa
disebut gaya lompatan, adapun cara atau gaya yang lazim digunakan pada
pelaksanaan lompat jauh, yaitu : a) gaya jongkok, b) gaya menggantung (
schnepper / the hang ), c) gaya jalan di udara ( walk on the air ).
Gambar 2.3
Fase Melayang Gaya Jongkok ( IAAF, 2000: 90 )
4) Mendarat ( landing )
Mendarat atau pendaratan merupakan bagian akhir dari pelaksanaan
lompat jauh. Secara sepintas bagian mendarat tampak mudah dilakukan. Namun
demikian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pendaratan
nomor lompat jauh yaitu : a) dilakukan dengan dua kaki, b) sebelum tumit
23
menyentuh pasir, kedua kaki harus benar-benar diluruskan ke depan. Usahakan
agar jarak kedua kaki tidak berjauhan, karena dapat mengurangi jauhnya
lompatan, c) untuk menghindari agar saat mendarat tidak jatuh pada pantat (
terduduk ), setelah tumit berpijak pada pasir kedua lutut segera ditekuk dan
dibiarkan badan condong dan jatuh ke depan, dan d) setelah berhasil melakukan
pendaratan, jangan kembali ke tempat awalan atau melewati daerah pendaratan
yang terletak antara bekas pendaratan dengan papan tolak atau papan tumpu.
Berorientasi pada pelaksanaan lompat jauh yang terdiri dari awalan,
tolakan, melayang dan mendarat sebagai satu kesatuan yang utuh dan saling
berkaitan, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan gerak lompat jauh
dipengaruhi oleh aspek koordinasi gerak. Aspek koordinasi gerak dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu : 1) faktor kondisi, terutama kecepatan, tenaga lompat
dan tujuan yang diarahkan kepada keterampilan, 2) faktor teknik ancang-ancang,
persiapan lompat, fase melayang di udara dan pendaratan ( Benhard Gunter, 1986
: 45 ).
Mengkaji pada permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, peneliti
ingin berusaha mengungkap faktor-faktor yang mempengaruhi koordinasi gerak
khususnya berkaitan dengan faktor kondisi seperti kecepatan dan tenaga lompat
yang diarahkan kepada ketrampilan yaitu lompat jauh.
24
Gambar 2.4
Fase Mendarat ( IAAF, 2000 : 93 )
5) Hal- Hal yang Harus Diperhatikan dalam Lompat Jauh
Dalam lompat jauh ada beberapa macam gaya yang harus diperhatikan,
gaya tersebut hanya dapat dilihat ketika atlet sedang dalam posisi melayang yaitu
a) Gaya Jongkok
Yang dimaksud dengan gaya jongkok dalam nomor lompat jauh,
dimana pada saat melayang di udara kedua kaki pelompat dibawa ke depan
selanjutnya seolah-olah sedang melakukan jongkok dan selanjutnya
mendarat dibak lompat. Setelah tolakan dilakukan dengn keras dan kuat
auyunkan tungkai kanan kedepan atas, tungkai kiri mengikuti dan
dirapatkan ketungkai kanan dan kedua tangan diayunkan kedepan. Pada
waktu akan mendarat kedua ditekuk kedua kaki rapat serta kedua lengan
lurus kedepan.”
b) Gaya Berjalan di Udara,
Gerakan berjalan diudara sulit dibandingkan dengan gaya
sebelumnya. Gaya ini menuntut kelincahan gerak. Yang dimaksud dengan
berjalan ialah selama melayang kedua kaki digerakan seperti berjalan atau
25
berlari. Teknik pelaksanaannya setelah kaki diayun terangkat kedepan,
kaki ini digerakkan lagi kebelakang dan kaki tumpu digerakkan kedepan.
Selanjutnya kaki kanan dgerakkan ke depan lagi hingga sejajar dengan
kaki kiri. Cara mendaratnya sama seperti gaya-gaya yang lain. Perlu
diingat bahwa gerakan di udara harus dilakukan tanpa adanya ketegangan.
c) Gaya Melenting
Seperti halnya pada gaya jongkok, hanya pada saat mencapai titik
tertinggi kaki tumpuan dibawa kedepan, akan tetapi justru kaki kanan yang
digerakkan kebelakang dengan disertai lenting badan dan ayunan tangan
keatas belakang. Kemudian kedua lengan dan kaki bersama-sama diayun
ke depan untuk mendarat. Pendaratan dilakukan seperti pada gaya
jongkok.
Dalam melakukan lompat jauh banyak hal yang harus diperhatikan agar
prestasi lompat jauh dapat dicapai. Setiap unsur-unsur gerak dasar dalam lompat
jauh gaya jongkok yaitu awalan, tolakan, gerakan melayang, dan mendarat harus
dilakukan dengan penuh perhitungan dan kosentrasi. Menurut Margono (2002:
38) hal- hal yang perlu diperhatikan agar teknik lompatan dapat sempurna dan
prestasi dapat diraih maksimal, yaitu:
a. tetap memelihara kecepatan sampai berlangsungnya take-of.
b. angkat tinggi lepas dari balok tumpuan.
c. biasakan posisi badan tegak pada waktu take-of.
d. gunakan lengan untuk membantu keseimbangan badan waktu
melayang.
26
e. capailah jangkauan gerak yang baik dan tangguhkan gerak dorong
kaki (leg shoot) sampai saat terakhir.
f. usahakan kaki-kaki tidak menginjak tanah selama mungkin.
g. lakukan latihan pendaratan untuk memperoleh keseimbangan
sempurna.
Dengan demikian, untuk mencapai prestasi dalam lompat jauh gaya
jongkok banyak hal yang harus diperhatikan, banyak hal- hal yang harus
dilakukan oleh seorang pelompat jauh agar teknik gerak dasar dalam lompat jauh
gaya jongkok dapat dilakukan dengan baik dan benar. Cara mengukur hasil
lompat jauh yaitu diukur dari bekas tolakan sampai bekas jatuhnya badan di
tempat bak pendaratan dengan menggunakan meteran dan dicatat dalam satuan
meter (m).
Gambar 2.5 Arena Lompat Jauh
(http://www.masfr4n.co.cc/2012/03/lompat-jauh.html)
27
b. Aspek-aspek Biomekanika dalam Lompat Jauh
Agar tercapai pemahaman yang selaras tentang pola gerakan pada lompat
jauh, kita perlu terlebih dahulu untuk memahami poin terpenting dari tujuan
seseorang melakukan gerak lompat jauh sejauh-jauhnya dalam lompat jauh.
Menurut Qomarrullah, dkk. (2012:48), beberapa hal mendasar yang perlu
diketahui berkaitan tentang tinjauan aspek biomekanika dalam lompat jauh
adalah:
a. Terdapat proyeksi pusat gravitasi (gaya berat) tubuh si pelompat di udara
pada saat kecepatan gerak ke muka yang maksimum.
b. Jauhnya lompatan yang dicapai tergantung pada kecepatan lari, kekuatan,
dan percepatan pada saat take off ( perpindahan kecepatan horizontal ke
gerakan bersudut).
Latihan melompat-lompat (keatas) atau meloncat-loncat
(kedepan/samping), adalah aktifitas yang melelahkan, oleh karena latihan tersebut
selalu mengubah keadaan diam dengan seketika. Pada awalan lompat jauh sampai
dengan tolakan terjadi dimana atlet mulai berlari cepat, kemudian berhenti
seketika, akan terasa dibutuhkan tenaga ekstra untuk berhenti mendadak. Dari
keseluruhan keterangan diatas berarti, bahwa: “kalau seseorang berlari dengan
kecepatan yang berubah-ubah, akan diperlukan tenaga yang lebih besar daripada
berlari dengan kecepatan yang tetap.
Dari pengertian diatas kita akan sampai pada teorema tentang hukum
newton II atau hukum percepatan. Menurut Widjaja (1998: 59) bunyi hukum
percepatan tersebut adalah:
28
“kecepatan suatu benda diubah (dipercepat)dengan suatu kecepatan yang
berbanding lurus dengan kekuatan yang menyebabkannya, pada arah yang sama
dan berbanding terbalik dengan massa benda tersebut”.
Beberapa faktor yang mendukung berhasilnya lompatan, yang paling
utama adalah kecepatan lari horisontal pada pendaratan (takeoff). Walaupun
pelompat mempersembahkan berlatih praktik berjam-jam untuk meningkatkan
percepatan vertikal takeoff , tanpa didukung alternatif kecepatan horizontal maka
masih kurang optimal. Masing-masing gaya dalam lompat jauh(berbagai macam
tumpuan kaki dan cara melayang) harus secara benar. Jika pelompat
meninggalkan papan pada percepatan horizontal maksimum, pada saat tumpuan
dan hampir pendaratan gunakan kecepatan berlari maksimal dan saat pendaratan
upayakan agar beban massa yang terbawa adalah sekecil mungkin (efesiensi
gerakan).
Begitu, pelompat mencoba mengganti laju gerakan menjelang papan
takeoff, maka pastikan bahwa landasan pendaratan pada posisi se efektif mungkin.
Ada hal terpenting lainnya yaitu, jangan mengurangi tingkat kecepatan menjelang
papan tumpuan ossae vertebrae untuk takeoff.
c. Analisis Otot dalam Lompat Jauh
Sebagian besar otot yang menggerakan sendi pangkal dan paha
mempunyai origo pada panggul, beberapa otot di antaranya berasal dari columna
vertebralis, dan sebagian melalui sendi lutut. Panggul berupa cincin tulang yang
terbentuk oleh sepasang osa coxae. Os sacrum terdiri dari 5 yang telah menyatu.
29
Empat vertebrae terakhir bersatu membentuk os occygis (Widjaja, 1998: 72;
Syarifudin dan Matakupan, 1985: 58).
Sendi pangkal paha (articulation coxae) merupakan sendi peluru, berarti
dapat melakukan gerakan ke segala arah, juga terdapat ikat-ikat yang memperkuat
sendi ini antara lain:
a. Ligamentum iliofemorale mencegah gerakan ekstensi tungkai atas
berlebihan pada sendi pangkal paha.
b. Ligamen pubofemurale mencegah aduksi tungkai atas yang berlebihan
(Widjaja, 1998: 72; Lutan, 2002: 97).
Otot merupakan bagian yang dominan dalam melakukan gerakan. Dalam
tubuh manusia otot-otot bekerja sesuai dengan aktifitas yang dibutuhkan serta
sesuai dengan bagian-bagian dan tempat. Berikut ini adalah bagian-bagian otot
yang berperan dalam lompat jauh:
a. Pada tahapan awal, otot yang berperan:
1) Gerak utama
a) Quatriceps femoris
b) Gastronemius (Syarifudin dan Matakupan, 1985: 72).
2) Gerak sinergis
a) Fektoralis mayor
b) Rektus abdominalis (Basoeki, 1988: 76)
3) Stabilisator
a) Latisimus dorsi
b) Gluteus maksimus
30
c) Sartorius
d) Tibia anterior (Basoeki, 1988: 76).
b. Pada tahap tolakan, otot yang berperan:
1) Vastus lateralis
2) Cracillis
3) Semitendonesis
4) Biceps femuris
5) Gastoknemius (Widjaja, 1998: 22) (Landejavu, 2010 : 1).
c. Pada saat melayang, otot yang berperan:
1) Latisimus dorsi
2) External abdominal
3) Rhomboideus major
4) Deltoid (Basoeki, 1998: 76).
d. Pada saat mendarat, otot yang berperan:
1) Latisimus dorsi
2) Gluteus maksimus (Widjaja, 1998: 102)
d. Prestasi Lompat Jauh
Kata prestasi “ berasal dari bahasa belanda yaitu prestatie, dalam bahasa
indonesianya menjadi prestasi yang berarti hasil usaha (Arifin, 2009: 12). Jadi
prestasi adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai
faktor yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu dalam
proses belajar atau prestasi merupakan suatu bentuk peningkatan yang
diperlihatkan oleh atlet dalam suatu latihan sehingga pada saat bertanding atlet
31
mampu menampilkan kemampuan maksimalnya. Prestasi itu sendiri merupakan
suatu bentuk perubahan yang memperlihatkan seseorang baik secara fisik maupun
psikis. Dalam lompat jauh yang dimaksud dengan suatu prestasi adalah hasil dari
catatan jarak lompatan yang diperlihatkan atau yang ditujukan oleh seseorang atlet
ketika dia melakukan lompat jauh. Atlet dikatakan mempunyai prestasi baik yaitu
mampu meraih lompatan sejauh mungkin. Jadi semakin jauh hasil lompatan bagi
seorang atlet maka semakin baik prestasi yang diraih oleh atlet tersebut.
Tolak ukur dalam menentukan suatu prestasi bagi atlet adalah adanya
berbagai macam kejuaraan baik tingkat daerah, Nasional, maupun Internasional.
Dalam mengikuti kejuaraan tersebut semakin baik atau dengan kata lain semakin
jauh jarak lompatan yang dilakukan oleh atlet lompat jauh, maka atlet tersebut
juga dapat dikatakan mengalami peningkatan dalam suatu prestasi. Pencapaian
prestasi yang diperoleh atlet tidak hanya semata-mata lahir dari suatu bakat saja,
melainkan diperoleh dari suatu latihan yang dilakukan dengan penuh kedisiplinan.
Menurut Peter J.L. Thompson (1993:134) menyatakan bahwa kebanyakan
atlet dan pelatih mengakui bahwa perkembangan fisik saja tidak menjamin bisa
sukses dalam atletik. Seorang atlet harus memiliki kerangka pemikiran yang
benar. Persiapan psikologis adalah sama pentingnya dengan persiapan latihan
fisik. Menyiapkan keduanya secara bersamaan akan menghasilkan puncak prestasi
yang terbaik daripada sekedar prestasi sedang-sedang saja. Jadi untuk mencapai
maupun mempertahankan suatu prestasi bagi seorang atlet tidak hanya cukup
memperhatikan latihan fisik melainkan juga harus memperhatikan mental
(psikis)yang dimiliki oleh atlet tersebut.
32
Prestasi olahraga mampu tercapai dengan baik akibat dari latihan yang
terprogram, teratur, dan terukur dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu dan
teknologi. Dalam prestasi olahraga tertentu terdapat beberapa komponen yang
perlu diperhatikan antara lain kesegaran jasmani, teknik, lingkungan, serta sarana
prasarana. Selain itu keberhasilan bagi seorang atlet dalam mencapai suatu
prestasi dalam suatu cabang olahraga tertentu tidak terlepas dari berbagai faktor
yang salah satunya adalah bentuk atau jenis metode latihan yang diterapkan oleh
pelatih. Maka dalam pemberian suatu metode latihan tertentu yang ditekuni oleh
seorang atlet, pelatihan harus jeli dan mampu memperhatikan berbagai faktor-
faktor kondisi fisik dan antropometri yang menunjang prestasi tersebut khususnya
panjang telapak kaki, rasio panjang tungkai dan tinggi badan, panjang lengan,
kecepatan lari, koordinasi mata-kaki, power otot tungkai, power otot perut dan
fleksibilitas togok.
3. Komponen Anthropometri dan Kondisi Fisik pada Lompat Jauh
a. Anthropometri
Anthropometri berasal dari kata anthropos dan metry. Antropos artinya
tubuh dan metros artinya ukuran. Anthropometri dapat diartikan sebagai ukuran
tubuh atau ukuran eksternal bagian tubuh. Dalam kaitannya dengan pengukuran
fisik, anthropometri merupakan salah suatu satuan teknik standar untuk
pengukuran yang sistematis terhadap tubuh secara keseluruhan ataupun bagian-
bagian tubuh (Malina, Bouchard dan Bar-Or, 2004: 42).
Ukuran anthropometri mencangkup kuantitas dari dimensi-dimensi tubuh
termasuk di dalamnya berat badan, ukuran panjang dan luas penampang tubuh
33
atau bagian-bagian tubuh. Perbandingan dari masing-masing organ tubuh
memberikan tampilan yang berbeda-beda pada masing-masing individu. Ukuran
athropometri berkaitan dengan tipe atau bentuk tubuh, juga dapat dijadikan
sebagai parameter untuk menentukan status gizi seseorang (Djoko Pekik Irianto,
2007: 67).
Perkembangan ukuran anthropometri tubuh berkembang sesuai dengan
periode perkembangan individu. Perkembangan ukuran bagian-bagian tubuh ini
dipengaruhi faktor-faktor perkembangan seperti faktor genetis, lingkungan serta
aktivitas gerak fisik yang dilakukan. Perkembangan ukuran tubuh dan bagian-
bagiannya berlangsung terus selama masa pertumbuhan dengan tingkat
perkembangan yang berbeda-beda pada proporsi dan kecepatannya. Pertumbuhan
ukuran bayi berlangsung sangat cepat, kemudian secara proporsional mengalami
penurunan pada masa anak-anak dan kemudian mengalami ledakan pertumbuhan
pada masa adolesensi (Gallahue dan Ozmun, 1998: 189). Perbedaan kecepatan
pertumbuhan menyebabkan terjadinya variasi pada bentuk dan tipe tubuh
seseorang.
Ukuran anthropometri merupakan salah satu faktor penting dalam aktivitas
olahraga. Masing-masing cabang olahraga memerlukan karakteristik
anthropometri yang berbeda-beda. Hal ini berkaitan dengan karakteristik gerak
yang diperlukan dalam masing-masing cabang olahraga tersebut. Perbedaan
perbandingan dari bagian-bagian tubuh serta perbedaan struktur tubuh
memberikan kemungkinan efisien gerak yang berbeda pula.
34
Anthropometri atau postur tubuh berpengaruh terhadap olahraga, terutama
untuk meraih prestasi yang tinggi (olahraga prestasi). Untuk mencapai prestasi
yang tinggi, diperlukan ciri-ciri fisik dan postur tubuh tertentu sesuai dengan
tuntutan cabang olahraga yang diikutinya.
Antropometri melibatkan pengukuran bagian tubuh luar. Terdapat dua tipe
pengukuran antropometri yaitu dimensi tubuh dan yang berhubungan dengan
somatotropi.
1. Dimensi Tubuh
Dua pengukuran tubuh yang umum digunakan dalam pendidikan olahraga
menitik beratkan pada diameter dan keliling dari macam-macam ruas tubuh.
Diameter pengukuran tubuh ditentukan dengan menggunakan papan bilah
antropometer seperti terlihat pada gambar
Gambar 2.6 Macam Peralatan Pengukuran Tubuh
Saat pengukuran sudah ditentukan, lapisan kulit diperas sehingga terjadi
kontak antara tulang dengan alat. Hal ini menghilangkan tingkat variabilitas dalam
pengukuran dan meningkatkan reliabilitas. Jari-jari dari kedua tangan digunakan
35
untuk menempatkan lanmark yang tipis. Sebagai contoh penggunaan peralatan
untuk mengukur diameter tubuh adalah sebagai berikut:
Penempatan secara anatomi untuk pengukuran diameter disajikan pada
gambar dibawah ini. Diambil ketika seorang didudukkan:
Gambar 2.7 Pengukuran Diameter
Salah satu contoh diatas menunjukkan pengukuran pada diameter tubuh
bagian atas dan pengukuran diameter atas dan panjang tangan.
Adapun banyak sekali pengukuran pada bagian anatomi tubuh lainnya.
Menurut Frank. M. Verducci (1932: 216) dimana pengukuran tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut:
1) Ankel diukur pada saat berdiri dengan jarak diantara malleoll
(antropometer menunjukkan sudut 450 dari bawah)
2) Lengan diukur pada saat berdiri dengan punggung bersandar pada
dinding rata, kedua lengan atas melebar bersama-sama, diukur panjang
jarak antara jangkauan jari kiri dan kanan.
36
3) Diameter biocromial diukur dengan posisi siku berada disebelah badan,
jaraknya antara proyeksi tulang rusuk dari acromial.
4) Diameter bideltoid diukur dengan posisi siku berada di samping tubuh
dan tangan berada di atas paha, jarak antara bagian terluar pundak
(antropometer hanya sedikit menyentuh kulit)
5) Diameter bi-iliac pengukuran yang dilakukan antara proyeksi rusuk dari
puncak iliac.
6) Diameter bitrochanteric diukur pada posisi berdiri dengan jarak antara
proyeksi rusuk dari trochanters yang lebih besar.
7) Lebar dada diukur pada saat berdiri dengan lengan agak sedikit ditarik
ke depan dan belakang tubuh, dengan jarak antara tulang rusuk ke 5
sampai ke 6.
8) Siku dengan siku satunya ditarik dan posisi tangan menghadap ke depan
dengan jarak antara kondilus dari homerus.
9) Panjang tangan diukur dengan jarak antara ujung ruas distal dan titik-titik
pada tulang carpal proximal.
10) Panjang kepala diukur dengan jarak anterior-posterior pada posisi alis
dan occipital protuberance.
11) Lebar kepala diukur dengan jarak pada titik terlebar dari tengkorak.
12) Lutut diukur dengan cara lutut direntangkan sampai sudut 900, dengan
jarak antara proyeksi terluar dari tibial condyles.
13) Panjang kaki diukur pada saat berdiri dengan jarak antara lantai sampai
coccyx.
37
14) Tinggi badan diukur pada ujung tumit kaki menapak lantai, tubuh
bersandar pada dinding dengan kepala menghadap ke depan, diukur
sampai ujung kepala.
Gambar 2.8. Cara Pengukuran Antropometri Tubuh Manusia
Alat pengukur berupa lingkaran kurang begitu diandalkan untuk mengukur
dimensi diameter. Saat menggunakan pengukur kain, tekanan dari jaringan yang
lembut memunculkan masalah dalam menggali hasil akhir yang konsisten. Gulick
tape meminimalkan masalah ini dengan memberikan data konsisten dalam seluruh
pengaturan melalui penggunaan spring-loaded handle. Selanjutnya tape harus
diposisikan secara konsisten pada posisi horisontal atau disebelah kanan sisi
panjang dari segmen “tape kain” harus dikalibrasikan secara periodik/berkala
karena cenderung merenggang karena digunakan.
Landmark menjelaskan bagaimana penggunaan alat pengukuran ini, dimana
saat seorang berdiri untuk diukur pada bagian pundak menjadi pengecualian.
Pengukuran dilakukan pada posisi:
38
1) Abdomen 1. Diukur secara lateral, jalan tengah antara porsi rusuk paling
bawah dari tulang rusuk dan puncak iliac, anterior, jalan tengah antara
xyphoid process dari sternum dan umbilicus.
2) Abdomen 2. Diukur secara lateral, pada tingkat puncak iliac dan anterior,
pada umbilicus .
3) Rata-rata abdominal. Adalah pengukuran 1 dan 2 engkel. Paling atas hingga
malleoli, lingkaran terkecil.
4) Bicep tambahan, diukur saat siku dikunci dalam penambahan maksimal,
berhubungan dengan bagian bawah, dengan otot terikat, lingkaran maksimal
dari lengan tengah.
5) Bicep lebar, diukur pada posisi saat merentang/melebar pada sudut terbesar
dengan otot berkontraksi, keliling maksimal dari lengan tengah.
6) Betis, diukur dengan keliling maksimal.
7) Dada, pada pria puting susu berada pada pada volume midtidal, sedangkan
pada wanita tepat berada di atas jaringan payudara.
8) Deltoid, diukur dengan cara lengan membentuk sudut 900 dari sisi tubuh,
maximal circumference berada pada level axillae.
9) Lengan atas, diukur dengan cara siku dilebarkan secara bersamaan kebawah
dan posisi tangan terbuka ke depan, maximal circumference.
10) Kepala, diukur dengan cara sedikit ke atas hingga garis alis dan menunjuk
pada tengkuk.
11) Panggul belakang, diukur pada max. protrucion dari otot gluteal dan
anterior, pada level shymphysis pubis.
39
12) Lutut, diukur dengan cara posisi lutut sedikit dilipat dan beban tubuh
ditumpu pada kaki lainnya, level midpatellar.
13) Leher, diukur dengan posisi sedikit agak menunduk pada laring.
14) Pundak, diukur secara lateral pada max. protrucion dari otot deltoid,
anterior, pada articular dari strenom dan rusuk kedua.
15) Paha, diukur pada posisi sedikit ditekuk, maximal circumference.
16) Pinggul diukur dengan cara lengan dilebarkan bersamaan, sedikit distal
pada proses styloid dari radius dan ulna, minimum circumference.
2. Somatotype
Somatotropi adalah proses pengukuran dan pendiskripsian conformasi tubuh
secara morfologi. Berdasarkan metode yang digunakan oleh Sheldon tentang
somatotropi menjadi metode yang pertama kali yang mendasari munculnya
metode-metode modern lainnya. Secara umum dapat digambarkan 3 bentuk dan
susunan teubuh manusia: (1) endomorph, (2) mesomorph, dan (3) ectomorph.
Setiap tubuh manusia terbentuk dari macam-macam tingkat dari ketiganya.
Klasifikasi yang pertama (somatotype) ditentukan dengan jumlah dari masing-
masing komponen dalam satu fase.
1) Bentuk tubuh endomorph
2) Bentuk tubuh mesomorph
3) Bentuk tubuh ectomorph
40
Gambar 2.9. Macam Susunan Tubuh Manusia
Beberapa ukuran antrhropometri yang memiliki pengaruh cukup besar dalam
aktivitas olahraga diantaranya tinggi badan. Tinggi badan merupakan faktor
penting dalam cabang olahraga atletik khususnya lompat jauh.
b. Komponen Kondisi Fisik
Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak
dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Artinya
bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut
harus dikembangkan, walaupun disana-sini dilakukan dengan system prioritas
sesuai keadaan atau status tiap komponen itu dan untuk keperluan apa keadaan
atau status yang dibutuhkan tersebut. Hal ini akan semakin jelas bila kita sampai
pada masalah status kondisi fisik (Sajoto. 1990: 16).
Kondisi fisik adalah salah satu persyaratan yang sangat diperlukan dalam
usaha peningkatan prestasi seorang atlet bahkan dapat dikatakan sebagai
keperluan yang tidak dapat ditunda-tunda atau ditawar-tawar lagi. Dengan
41
demikian maka dapat dinyatakan bahwa kondisi fisik merupakan kondisi yang
paling mendasar dalam upaya pemberdayaan aspek-aspek lainnya (Sajoto, 1988:
16). Adapun kebugaran fisik dapat di artikan sebagai kemampuan untuk berfungsi
secara efektif sepanjang hari pada saat melakukan aktifitas, biasanya pada saat
kita melakukan kegiatan lain, masih memiliki sisa energi yang cukup untuk
menangani tekanan tambahan atau keadaan darurat yang mungkin timbul. Berikut
sepuluh komponen kondisi fisik masing-masing adalah sebagai berikut:
1. Kekuatan (strength), adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang
kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban
sewaktu bekerja.
2. Daya tahan (endurance), dalam hal ini dikenal dua macam daya tahan,
yakni: a). Daya tahan umum (general endurance) adalah kemampuan
seseorang dalam mempergunakan system jantung dan peredaran darahnya
secara efektif dan efesien untuk menjalankan kerja secara terus menerus,
yang melibatkan kontraksi sejumlah otot-otot dengan intensitas tinggi
dalm waktu cukup lama. b.) daya tahan otot (local endurance) adalah
kemampuan seseorang dalam mempergunakan ototnya untuk berkontraksi
secara terus-menerus dalam waktu yang relative lama dengan beban
tertentu.
3. Daya ledak (muscular power) adalah kemampuan seseorang untuk
mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang
sependek-pendeknya. Dalam hal ini, dapat dinyatakan bahwa daya ledak
42
(Power) sama dengan kekuatan (force) x kecepatan (felocity). Seperti
dalam lompat tinggi, tolak peluru serta gerak lain yang bersifat eksplosive.
4. Kecepatan (speed) adalah kemampuan sseorang untk mengerjakan gerakan
berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-
singkatnya seperti dalam lari cepat, pukulan dalam tinju, balap sepeda,
panahan dan lain-lain. Dalam hal ini ada kecepatan gerak dan kecepatan
explosive.
5. Daya lentur (flexsibility) adalah efektifitas seseorang dalam menyesuaikan
diri untuk segala aktifitas dengan penguluran tubuh yang luas. Hal ini akan
sangat mudah ditandai dengan tingkae fleksibilits persendian pada seluruh
tubuh.
6. Kelincahan (agility) adalah kemampuan seseorang untuk merubah posisi
diarena tertentu. Seseorang yang mampu merubah satu posisi yang
berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi yang baik, berarti
kelincahannya cukup baik.
7. Koordinasi (coordination) adalah kemampun seseorang mengintegrasikan
bermacam-macam gerakan yang berbeda kedalam pola gerakan tungal
secara efektif. Misalnya dalam bermain tennis, seorang pemain akan
kelihatan mempunyai koordinasi yang baik bila ia dapat bergerak kearah
bola sambil mengayun raket, kemudian memukulnya dengan teknik yang
benar.
8. Keseimbangan (balance) adalah kemampun seseorang mengendalikan
organ-organ saraf otot, seperti dalam handstand atau dalam mencapai
43
keseimbangan sewaktu seseorang sedang berjalan kemudian terganggu
(misalnya tergelincir dan lain-lain). Dibidang olahraga banyak hal yang
harus dilakukan atlit dalam masalah keseimbangan ini, baik dalam
menghilangkan ataupun mempertahankan keseimbangan.
9. Ketepatan (accuracy) adalah seseorang yuntuk mengendalikan gerak-gerak
bebas terhadap suatu sasaran. Sasaran ini dapat merupakan suatu jarak atau
mungkin suatu obyek langsung yang harus dikenai dengan salah satu
bagian tubuh.
10. Reaksi (reaction) adalah kemampuann seseorang untuk segera bertindak
secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang ditumbulkan lewat indra,
saraf atau filling lainnya.
Aspek kondisi fisik merupakan bagian terpenting dalam semua cabang
olahraga, terutama untuk mendukung aspek-aspek lainnya seperti teknik, taktik,
dan mental. Kondisi fisik sangat menentukan dalam mendukung tugas atlet dalam
pertandingan sehingga dapat tampil secara maksimal. (Harsono, 1988: 153)
menjelaskan bahwa: Kondisi fisik atlet memegang peranan yang sangat penting
dalam program latihannya. Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan
secara baik dan sistematis dan ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani
dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh sehingga dengan demikian
memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Atlet yang
memiliki tingkat kesegaran jasmani yang baik akan terhindar dari kemungkinan
cedera yang biasanya terjadi jika seseorang melakukan kerja fisik yang berat.
Apabila seseorang mempuyai kondisi fisik yang baik maka dia mampu melakukan
44
tugas fisik tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan. Kondisi fisik sangat
menunjang atlet dalam bertanding, sehingga dalam pertandingan atlet tidak
mengalami kelelahan yang berarti dan akan terhindar dari cedera yang dapat
mengganggu penampilannya. Oleh karena itu peranan kondisi fisik sangatlah
diperlukan dalam olahraga (Setiawan, 1991: 110).
Apabila kondisi baik maka: (1) Akan ada peningkatan dalam kemampuan
sistem sirkulasi dan kerja jantung. (2) Akan ada peningkatan dalam kekuatan,
kelentukan, stamina, kecepatan, dan lain-lain komponen kondisi fisik. (3) Akan
ada ekonomi gerak yang lebih pada waktu latihan. (4) Akan ada pemulihan yang
cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan. dan (5) Akan ada respons yang
cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu respons demikian
diperlukan. Kalau faktor-faktor tersebut kurang tercapai setelah suatu masa latihan
kondisi fisik tertentu, maka hal ini berarti bahwa perencanaan dan sistematika
latihan kurang sempurna, karena sukses dalam olahraga sering menuntut
keterampilan yang sempurna dalam situasi stress fisik yang tinggi, maka semakin
jelas bahwa kondisi fisik memegang peranan yang sangat penting dalam
meningkatkan prestasi atlet (Harsono, 1988: 153).
4. Variabel Antropometri dan Kondisi Fisik yang Berpengaruh
Terhadap Lompat Jauh
Faktor adalah keadaan atau peristiwa dan sebagainya yang memengaruhi
terjadinya sesuatu. Sedangkan dominan adalah berpengaruh kuat (bersifat) sangat
45
penting dan menentukan karena pengaruh atau kekuasaan (Bakir dan Suryanto,
2009: 143).
Ada beberapa faktor yang dapat menentukan agar prestasi lompat jauh
gaya jongkok dapat dicapai menurut peneliti diantaranya faktor antropometri dan
kondisi fisik menurut peneliti yaitu panjang telapak kaki, rasio panjang tungkai
dan tinggi badan, panjang lengan, kecepatan lari, koordinasi mata-kaki, power
otot tungkai, power otot perut dan fleksibilitas togok.
a. Panjang Telapak Kaki
Telapak kaki merupakan bagian dari tungkai yang merupakan salah satu
faktor dominan dalam lompat jauh. Telapak kaki yang panjang disertai otot-otot
yang baik mempunyai peran yang penting untuk melakukan tolakan dalam usaha
melangkah ke depan. Telapak kaki yang panjang memungkinkan memiliki tolakan
kaki yang lebih jauh dan panjang, sehingga hal ini akan mempengaruhi kecepatan
yang dilakukan. Lain halnya dengan atlet lompat jauh yang memiliki telapak kaki
pendek akan memiliki jangkauan dan tolakan yang pendek juga, sehingga hasil
lompatannya juga tidak maksimal dibandingkan dengan atlet yang memilki
telapak kaki yang panjang. Oleh karena itu untuk memperoleh kecepatan dan
tolakan yang lebih maksimal, maka seorang atlet cepat harus memanfaatkan
telapak kakinya untuk menghasilkan tolakan yang besar.
Keuntungan memiliki telapak kaki yang panjang bisa menjadi suatu alat kerja
yang bekerja berdasarkan asas-asas momen yaitu sebagai pengungkit anatomi.
Pengungkit ialah suatu batang yang kaku yang dapat berputar pada titik yang tetap
bila gaya digunakan untuk mengatasi beban. Bila pengungkit bergerak, berarti
46
pengungkit melakukan dua fungsi penting, yaitu: pengungkit digunakan untuk
mengatasi beban yang lebih besar dari pada gaya, atau untuk memperbesar jarak
bergeraknya beban dengan gaya yang lebih besar dari pada beban. Bila tidak
bergerak, berarti pengaruh putaran (momen) dari gaya sama dengan pengaruh
putaran (momen) dari beban dan pengungkit dalam keadaan seimbang.
Telapak kaki mempunyai dua fungsi utama, yaitu: 1) sebagai penyokong berat
badan, 2) berfungsi sebagai pengungkit untuk memajukan tubuh sewaktu berjalan
atau berlari. Telapak kaki merupakan komponen pembentuk ekstrimitas inferior,
yang tersusun dari sekelompok tulang yaitu: calcaneus, talus, navikular, cuboit,
cuneiform, metatarsal, dan palanges. Telapak kaki dapat menyokong berat badan
dan berfungsi sebagai pengungkit yang kaku untuk gerakan kedepan. Gerak maju
seluruhnya akantergantung pada aktivitas m.Gastrocnemius dan m.Soleus. Karena
pengungkit ini terdiri atas segmen-segmen dengan banyak sendi. Otot-otot flexor
panjang dan otot-otot kecil kaki dapat menggunakan fungsinya pada tulang-tulang
kaki bagian depan dan jari-jari (sebagai landasan maju kaki) dan sangat membantu
gerakan maju kedepan m. Gastrocnemius dan m. Soleus.
Gambar 2.10 Telapak Kaki
47
b. Rasio Panjang Tungkai dan Tinggi Badan
Panjang adalah jarak membujur dari ujung ke ujung. Dalam melakukan
lompatan panjang kaki dibutuhkan untuk meraih jarak sejauh-jauhnya. Bila
ditinjau dari Biomekanika maka gerakan tungkai, ayunan lengan dan togok saat
berlari lebih banyak didominasi oleh kekuatan otot-otot pada masing-masing
organ. Menurut Sudarminto ( 1992 : 93 ) menjelaskan bahwa kerangka tubuh
manusia tersusun atas sistim pengungkit. Pengungkit adalah suatu batang yang
kaku bergerak dalam suatu busur lingkaran mengitari sumbunya, maka geraknya
disebut gerak rotasi atau angular. Pada waktu obyek bergerak dalam lintasan
busur maka jarak yang ditempuh oleh tiap titik yang ada disepanjang batang
pengungkit akan berbeda-beda. Artinya makin dekat letaknya titik itu dari sumbu
geraknya makin kecil geraknya makin jauh letaknya titik itu dari sumbu geraknya
makin besar jaraknya.
Menurut Subagyo dan Sigit Nugroho (2010:45) menjelaskan bahwa
panjang tungkai (tulang kaki) disusun oleh tulang paha (femur), tempurung lutut,
tulang kering (tibia), dan tulang betis (fibula). Serta pergelangan kaki disusun
oleh tulang tumit, kalkaneus, talus, kuboid, navikular, kuneiformis, dan jari-jari.
Seorang olahragawan atau atlet yang memiliki proporsi badan yang tinggi
biasanya diikuti dengan ukuran tungkai yang panjang, meskipun hal itu tidak
selalu demikian. Ukuran tungkai yang panjang tidak selalu memberikan
keuntungan dalam jangkauan langkahnya, hal ini dikarenakan kelincahan masih
48
dibutuhkan komponen pendukung lain yang dperlukan untuk membantu dalam
mencapai jangkauan langkah yang panjang.
Komponen yang dibutuhkan untuk mendukung jangkauan langkah yang
panjang diantaranya adalah kemampuan biomotor, teknik, koordinasi, serta
proporsi fisik yang bagus didalamnya, sehingga semakin panjang tungkainya akan
dapat diikuti dengan jangkauan langkah yang semakin panjang sehingga waktu
yang diperlukan untuk menempuh suatu jarak tertentu dalam lari akan semakin
pendek, dengan kata lain waktu tempuhnya menjadi lebih cepat dan energi yang
dikeluarkan akan semakin sedikit.
Untuk analisis ini diperlukan data tentang kekuatan otot dan pengukuran
panjang tungkai. Dari hasil pengukuran panjang tungkai ternyata mempunyai
peranan penting terhadap keberhasilan para pelompat jauh. Dari uaraian di atas
dapat disimpulkan bahwa panjang tungkai adalah jarak antara pangkal paha
sampai dengan pangkal kaki seseorang. Istilah ini selanjutnya akan dipergunakan
dalam penulisan ini, mengingat istilah panjang tungkai sudah merupakan istilah
umum yang dipakai dalam kegiatan olahraga.
Pengukuran panjang tungkai ada dua cara yaitu :
1. Appereance Length : mengukur panjang tungkai dari pusat (umbilikus) kemata
kaki bagian dalam.
49
Gambar 2.11. Appereance Length
(http://aasiyahhaniifah.blogspot.com/2010/07/gait.html)
2. True Length : mengukur panjang tungkai sebenarnya dari SIAS (spina iliaca
anterior superior) sampai calcaneus
Gambar 2.12 True Length
(http://aasiyahhaniifah.blogspot.com/2010/07/gait.html)
Panjang tungkai bisa dikatakan relatif panjang apabila ditinjau dari segi
perbandingan dengan tinggi badan. Kondisi pertumbuhan yang bervariasi yang
dialami oleh setiap individu mengakibatkan bervariasinya proporsi ukuran bagian-
bagian tubuh yang dimiliki. Proporsi ukuran bagian-bagian tubuh ada
50
hubungannya dengan kapasitas kemampuan individu untuk melakukan
keterampilan gerak tertentu. Proporsi ukuran bagian-bagian tubuh tertentu akan
menguntungkan untuk bentuk gerakan tertentu dan sebaliknya bisa
menguntungkan dalam melakukan keterampilan gerak yang lain.
Keterampilan gerak tertentu yang memerlukan keterlibatan bagian tubuh
tertentu, mensyaratkan adanya kondisi dan kapasitas kemampuan bagian tubuh
yang terlibat itu yang sesuai dengan karakteristik gerakan yang dilakukan. Rasio
atau perbandingan ukuran antara unsur bagian tubuh yang berfungsi sebagai satu
kesatuan sistem yang menghasilkan gerakan merupakan salah satu faktor yang
dipersyaratkan.
Bentuk tubuh yang ideal sesuai dengan cabang olahraga yang dipelajari
merupakan salah satu syarat yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi
olahraga. Sajoto (1988:11) menyatakan salah satu aspek untuk mencapai prestasi
dalam olahraga adalah aspek biologis yang meliputi struktur dan postur tubuh,
yaitu: 1) ukuran tinggi badan dan panjang tungkai, 2) ukuran besar, lebar dan
berat badan, 3) somatotype (bentuk tubuh). Tungkai manusia terbagi atas tiga
segmen yaitu: tungkai atas, tungkai bawah, dan telapak kaki. Rasio panjang
tungkai dan tinggi badan secara biomekanika diduga dapat meningkatkan prestasi
prestasi lompat jauh gaya jongkok.
Berdasarkan hal diatas, panjang tungkai dan tinggi badan merupakan salah
satu aspek yang dapat mendukung kemampuan seseorang dalam usaha
meningkatkan prestasi lompat jauh. Orang yang berbadan tinggi dan bertungkai
panjang mempunyai pusat berat yang lebih tinggi dari pada yang bertubuh pendek
51
( Dangsina Moeloek, 1989 : 77 ). Hal itu terkait dengan kemampuan seseorang
untuk dapat melakukan tolakan yang maksimal. Rangkaian gerak berupa tolakan
dihasilkan oleh sistem pengungkit yang melibatkan sendi, tulang dan otot-otot
sebagai tenaga penggerak.
Tinggi Badan
Barry L, Jhonson (1986:34) menyatakan penampilan pria dan wanita di
pengaruhi oleh usia, tinggi badan dan struktur badan. Tinggi badan menentukan
keberhasilan dalam sejumlah cabang olahraga, termasuk cabang atletik nomor
lompat jauh gaya jongkok. Atlet yang memiliki tinggi badan lebih tinggi akan
lebih menguntungkan, yaitu jangkauan akan menjadi luas. Atlet yang memiliki
sifat dan karakteristik tinggi badan yang ideal dimungkinkan akan mempunyai
keuntungan secara mekanik.
Dalam pemilihan cabang olahraga tidak terlepas dari postur yang dimiliki
atlet, postur dikatakan baik apabila:
1. Bagian atau segmen tersusun rapi.
2. Tidak ada ketegangan pada persendian, tulang, ligamen dan otot di
sekelilingnya.
Postur mempunyai kaitan dengan proporsi tubuh yang khas menurut cabang
olahraganya sebagai berikut:
1. Kaki mengarah kedalam atau inversi saat berdiri dalam sikap sedia, dengan
lutut agak ditekuk dan badan membungkuk, stabilitasnya lebih besar dan
lebih mudah bergerak.
52
2. Sebaiknya kaki yang mengarah keluar atau eversi (duck feet), mempunyai
kemampuan di air untuk menyisir keluar.
3. Badan dengan ruas tulang belakang bagian pinggang yang agak melengkung
(sway back) atau tenggeng, disebabkan oleh karena pelvis condong ke depan.
Postur ini cocok untuk peloncat, pesenam, sprinter dan lompat jauh.
c. Panjang Lengan
Lengan merupakan organ tubuh yang panjangnya dari akromen sampai
keujung jari tengah. Pada bagian lengan atas terdapat tulang lengan atas ( tulang
humerus) dengan sekumpulan otot, diantaranya : Musculus bicheps brachii,
Musculus Corabobra brachialis, Musculus tricheps brachii, Musculus fleksor
digitilongus, Musculus ekstensor digitibrefis, Musculus ekstensor digitilongus,
Musculus brachioradialis, Musculus bisep brachineoput longus. Lengan atas ini
bagian atas berhubungan dengan bahu dengan dihubungkan oleh sendi bahu
(articulacio humeri) dan pada bagian bawah berhubungan dengan lengan bawah
yang dihubungkan oleh sendi siku (articulacio cubiti). Pada lengan bawah ada dua
tulang yaitu tulang hasta ( tulang radius) dan tulang pengumpil (Tulang ulna),
pada bagian bawah tulang ini berhubungan dengan telapak tangan dengan
dihubungkan oleh sendi pergelangan tangan (Articulacio radiocarpalia). Otot-otot
yang terdapat pada lengan bawah antara lain Mosculus brachialis, Musculus
Ekstensorcarpi, Musculus Radius longus, Musculus digitorum kommunis dan
Musculus Fleksor radialis
53
Gambar 2.13
Lengan dan Otot-Otot serta Tulang-Tulang Pendukungnya
Lengan merupakan gabungan dari tulang-tulang, persendian dan otot-otot
yang bila dikelompokan terdiri dari: lengan atas (humerus) yaitu dari pangkal
lengan atas sampai siku, lengan bawah merupakan anggota badan yang terdapat
diantara siku dan pergelangan tangan, pergelangan tangan terdiri dari: telapak
tangan, jari-jari tangan.
Oleh sebab itu atlet yang punya postur tubuh panjang, dimana tulang
lengan yang panjang dapat menimbulkan gerakan lengan yang cepat dan luas.
Gerakan ayunan tangan (panjang lengan) pada gerakan lari dan saat melayang
adalah merupakan gerak rotasi atau berputar, jika semakin besar kekuatan dan
power yang dihasilkan maka semakin capat putaran lengan dan bila lengan itu
semakin panjang (radius) makin besar pula kecepatan liniernya.
d. Kecepatan
54
Upaya pencapaian prestasi atau hasil optimal dalam olahraga, memerlukan
beberapa macam penerapan unsure pendukung keberhasilan seperi kecepatan.
Kecepatan adalah kemampuan dalam seseorang dalam melakukan gerakan
berkesinambungan dalam bentuk gerakan yang sama dalam waktu yang singkat-
singktnya ( Sajoto, 1988 : 58 ). Kecepatan adalah kemampuan seseorang untu
melakukan gerakan kedepan dalam waktu sesingkat-singkatnya (Boosey, Derek
1980 : 35). Sebagai salah satu syarat terpenting bagi prestasi lompat jauh yang
baik adalah suatu perkembangan yang baik dari uatu kecepatan, tetapi tetap dalam
pengawasan. Arahnya telah diubah oleh dorongan tenaga yang di arahkan ke atas.
Seseorang pelompat itu akan berhasil lompatannya, apabila lari cepat kemudian
diikuti oleh tumpuan yang tepat dan kuat pada balok tumpuan. Oleh karena itu
seseorang atlit yang ingin mencapai hasil yang baik pada lompatannya, dituntut
suatu lari awalan yang cepat dengan langkah-langkah yang tetap, agar dapat
bertumpu pada balok tumpuan dengan tepat.
Berdasarkan pada pengertian tentang kecepatan yang disampaikan oleh
para ahli tersebut, maka dapat disimpukan bahwa kecepatan merupakan suatu
kemampuan tubuh untuk menggerakan system dalam melawan beban atau
hambatan pada jarak tertentu dalam waktu yang relatif cepat atau singkat.
Berorientasi pada pengertian tentang kecepatan dan penerapannya dalam
aktivitas olahraga, unsur kecepatan merupakan salah satu unsur yang penting
dalam mencapai hasil ( prestasi ) optimal. Implikasi kecepatan berupa reaksi
sebagian, sedangkan kecepatan gerak adalah kecepatan gerak anggota tubuh
secara keseluruhan dalam menempuh jarak tertentu seperti lari. Lari merupakan
55
gerakan memindah kaki secara bergantian diikuti dengan gerakan lengan dan dada
saat melayang di udara. Hampir seluruh cabang olahraga membutuhkan lari
seperti pada atletik, sepakbola, bola basket dan lain-lain.
Berkaitan dengan penerapan lari pada cabang olahraga atletik, lari
merupakan nomor yang seiring dipertandingkan, dikelompokkan menurut jarak
tempuh, yaitu : 1) lari jarak pendek 100 meter, 200 meter, 400 meter, 2) lari jarak
menengah seperti 800 mater, 1500 meter, 3) lari jarak jauh seperti 5000 meter,
10000 meter, dan lari marathon. Disamping itu ada lari yang dilakukan secara
beregu ( nomor lari estafet ), lari gawang, dan lari halang rintang.
Penerapan lain tentang lari juga dibutuhkan pada nomor lompat yaitu
lompat jauh. Penerapan lari pada lompat jauh dilakukan sebagai awalan dalam
melakukan lompatan agar mendapatkan hasil yang maksimal.
Lompat jauh sebenarnya adalah lari dengan kecepatan dan menumpu. Jadi
seorang pelompat akan berhasil melompat apabila larinya cepat dan kemudian
diikuti oleh tumpuan yang tepat dan kuat pada balok tumpu. Oleh karena itu
seseorang yang ingin mencapai hasil baik dalam lompatanya, dituntut suatu lari
awalan yang cepat dengan langkah-langkah yang tepat. Kecepatan dan ketepatan
dalam lari awalan sangat mempengaruhi pada hasil lompatan. Ini berarti
kecepatan lari awalan adalah suatu keharusan untuk mencapai hasil yang sebaik-
baiknya ( Yusuf Adisasmita, 1992 : 67 ).
Agar dapat melakukan gerakan atau berlari dengan cepat dalam melakukan
lari awalan, maka dalam latihan juga harus berlatih kecepatan. Dengan
mengetahui jenis otot yang paling sedikit ada dua jenis otot yang berbeda, yaitu
56
serabut otot kontraksi lambat dan serabut yang berkontraksi cepat. Serabut yang
kontraksi lambat adalah untuk ketahanan ( endurance ). Karena mereka kaya akan
suplai darah, mereka terlihat merah bila dilihat dengan mikroskop. Serabut yang
berkontraksi cepat adalah untuk kecepatan dan kekuatan. Karena suplai darahnya
terbatas, maka terlihat putih bila dilihat dengan mikroskop.
Perbandingan antara serabut yang berkontraksi lambat dan cepat didalam
sebuah otot telah ditentukan sejak lahir. Tidak ada yang dapat dilakukan untuk
mengubah perbandingan ini. Atlet yang baik dalam olahraga yang memerlukan
ketahanan cenderung dikaruniai lebih banyak serabut yang berkontraksi lambat,
sedangakan juara-juara lari jarak pendek cenderung dikaruniai lebih banyak
serabut yang berkontraksi cepat.
Tetapi daya guna serabut tersebut dapat dimaksimalkan melalui latihan.
Misalnya lari pelan-pelan untuk mengembangkan serabut otot lambat, sedangkan
lari cepat untuk mengembangkan serabut-serabut otot cepat ( Sadoso Sumardjono,
1994 : 31 ).
e. Power Otot Tungkai
Otot merupakan bagian yang dominan dalam melakukan gerakan. Dalam
tubuh manusia otot–otot bekerja sesuai dengan aktifitas yang dibutuhkan serta
sesuai dengan bagian–bagian dan tempatnya. Saat melakukan tolakan dalam
lompat jauh diperlukan daya ledak otot kaki yang sangat kuat, dengan daya ledak
yang maksimal maka diharapkan dapat menghasilkan hasil lompatan maksimal.
Berhubungan dengan daya ledak otot kaki maka dalam hal ini otot tungkai
berperan sangat besar dalam melakukan tolakan dalam lompat jauh.
57
Power sama dengan eksplosif dan sama dengan daya ledak. Menurut U,
Jonath, dkk (1987: 15) menggantikan daya ekplosif atau tenaga cepat adalah
kemampuan sistem otot untuk mengatasi tekanan dalam kontraksi yang tinggi.
Menurut Sajoto (1999: 8) daya otot (muscular power) adalah kemampuan
seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam
waktu yang sependek-pendeknya. Lebih lanjut daya otot dimaksudkan sama
dengan "kekuatan ekplosif' power dari otot tergantung pada dua faktor yang saling
berkaitan, yaitu antara otot kontraksi dan kecepatan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa power
tungkai adalah kemampuan otot untuk meledakkan tenaga pada tungkai secara
maksimal dalam waktu yang singkat. Dengan demikian power tungkai sangat
mempengaruhi tolakan pada saat melakukan lompat jauh gaya jongkok, untuk
dapat melakukan tolakan dibutuhkan power tungkai yang kuat. Selain power
tungkai, kecepatan pada saat melakukan awalan lari juga sangat membantu daya
ledak (power) otot pada saat melakukan tolakan, kekuatan yang dihasilkan dari
tolakan merupakan hasil gabungan antara kekuatan dan kecepatan. Pada saat
melakukan tolakan sebaiknya menggunakan kaki terkuat sebagai tumpuan tolakan
untuk memperoleh hasil lompatan yang maksimal.
Menurut Sudarminto ( 1992 : 60-61 ), tungkai terdiri dari tungkai atas,
yaitu pangkal paha sampai lutut, dan tungkai bawah yaitu lutut sampai kaki.
Secara keseluruhan tulang tungkai berjumlah 31 buah yaitu 1 os coxae (tulang
pangkal paha), 1 os femur (tulang paha), 1 os tibia (tulang kering), 1 os fibula
(tulang betis), 1 os patella (tulang lutut), 7 os tarsal (tulang pergelangan kaki), 5
58
os metatarsal (tulang telapak kaki), os palanges (tulang jari-jari kaki). a. Otot
Tungkai Atas, Otot tungkai atas meliputi :
1) M. abductor maldamus sebelah dalam.
2) M. abductor brevis sebelah tengah.
3) M. abductor longus sebelah luar. Ke tiga otot tersebut bersatu disebut
4) M. abductor femoris. Fungsinya gerakan abduksi femur.
5) M. rektus femoris
6) M. vastus lateralis eksternal.
7) M. vastus medialis internal.
8) M. vastus inter medial. Ke empat otot tersebut berfungsi sebagai
ekstensor femur.
9) M. biseps femoris, otot berkepala dua, fungsinya membengkokkan paha
dan meluruskan tungkai bawah.
10) M. semi membranosus, fungsinya membengkokkan tungkai bawah.
11) M. sartorius, fungsinya eksorotasi femur memutar keluar saat lutut
fleksi, serta membantu gerakan fleksi femur dan membengkokkan
keluar.
59
Gambar 2.14 Struktur Otot Tungkai Atas ( Syaifuddin, 1997 : 45-46 )
b. Otot-otot Tungkai Bawah, Otot- otot tungkai bawah terdiri dari :
1) Otot tulang kering depan M. tibialis anterior, fungsinya mengangkat
pinggir kaki tengah dan membengkokkan kaki.
2) M. ekstensor talangus longus, fungsinya meluruskan jari telunjuk ke
tengah jari, jari manis dan kelingking.
3) Otot ekstensi jempol, fungsinya meluruskan ibu jari kaki.
4) Tendo archiles, fungsinya meluruskan kaki di sendi tumit dan
membengkokkan tungkai bawah lutut ( M. popliteus ).
5) M. falangus longus, fungsinya membengkokkan kaki.
6) M. tibialis posterior, fungsinya membengkokkan kaki di sendi tumit
dan telapak kaki sebelah dalam
60
Gambar 2.15 Struktur Otot Tungkai Bawah
( Syaifuddin, 1997 : 47 )
Pengukuran power tungkai dapat dilakukan menggunakan vertical jump
atau leg dynamometer. Menurut TKJI Pengukuran power tungkai yaitu dengan
vertical jump. Peserta berdiri tegak dekat dinding, kaki rapat, papan skala berada
disamping kiri atau kanan peserta, kemudian tangan yang dekat dinding diangakat
lurus keatas dan telapak tangan ditempelkan pada papan berskala, sehingga
meninggalkan bekas raihan jarinya. Peserta mengambil awalan dengan sikap
menekuk lutut dan kedua lengan diayun kebelakang. Kemudian peserta meloncat
setinggi mungkin sambil menepuk papan dengan tangan yang terdekat sehingga
menimbulkan bekas pada papan.
f. Power Otot Perut
Kekuatan adalah dasar yang paling penting dalam melatih ketrampilan
gerak. Menurut Sajoto (1988 : 58) kekuatan diartikan komponen kondisi fisik
yang menyangkut masalah kemampuan seorang pada saat menggunakan otot-
61
ototnya, menerima beban waktu bekerja, sedangkan Harsono (1988: 40), kekuatan
atau (strengh) adalah tegangan (tension) terhadap suatu tahanan (resistence),
Giriwijoyo dan Muchtamaji (2007 : 54), kekuatan otot perut adalah kemampuan
otot perut untuk melakukan aktifitas gerak atau mendukung gerakan. Dengan
kekuatan yang dimiliki otot perut diharapkan dapat melakukan aktivitas gerak
yang bertumpu pada perut atau mndukung unsur gerakan lainnya.
Otot perut merupakan otot-otot batang badan (Rushall dan Frank, 1992:
12). Lebih lanjut Rushall dan Frank; ..”otot perut merupakan otot-otot penegak
badan selain otot punggung”. Sebagai otot penegak badan, otot perut dan otot
punggung memiliki arti penting dalam sikap dan gerak-gerik tulang belakang.
Dinding depan perut dibentuk oleh otot-otot lurus perut yang terletak disebelah
kiri garis tengah perut, otot serong dalam perut, dan otot lintang perut. Otot-otot
tersebut terentang diantara gelang panggul dan rangka dada, merupakan sebuah
penutup yang dapat merubah volume rongga perut.
Kekuatan otot menurut Sajoto (1988:99) adalah komponen kondisi fisik
yang dapat ditingkatkan sampai batas sub maksimal, sesuai kebutuhan setiap
cabang olahraga yang memerlukan. Faktor-faktor yang harus benar-benar
diperhatikan secara matang melalui pembinaan secara dini serta memperhatikan
beberapa aspek yang harus meningkatkan prestasi adalah struktur postur tubuh
yang meliputi: a) ukuran tinggi dan panjang tubuh, b) ukuran besar, lebar, dan
berat tubuh, c) somato tipe (bentuk tubuh: endomorphy, mesomorphy, dan
ectomorphy). Dari beberapa pengertian tersebut kekuatan dapat diartikan sebagai
62
kualitas tenaga otot atau sekelompok otot dalam membangun kontraksi secara
maksimal untuk mengatasi beban yang datang baik dari dalam maupun dari luar.
Otot Perut terdiri dari empat kelompok otot. yaitu rectus abdominis.
external obliques. internal obliques, dan transverse abdominis. Secara umum,
otot-otot perut bekerja sebagai penggerak utama dan penstabil tulang belakang.
Rectus abdominis membentang ke atas dan tulang pubis ke tulang dada. External
melintang diagonal, dengan arah menurun dan rusuk ke bagian tengah tulang
panggul. Internal obliques membentang diagonal ke atas dan panggul ke rusuk.
Kedua kelompok obliques bekerja sama dengan rectus abdominis untuk
meregangkan dan memutar torso ke samping. Transverse abdominis melintang
horizontal dan belakang ke depan, berkontraksi ketika yang lain sedang bekerja,
namun tidak dapat bekerja sendiri.
g. Koordinasi Mata Kaki
Koordinasi adalah suatu kemampuan biomotorik yang sangat kompleks.
Koordinasi erat hubungannya dengan keterampilan teknik dasar, kekuatan, daya
tahan, dan fleksibilitas dan sangat penting untuk mempelajari dan
menyempurnakan teknik dan taktik. Menurut Barrow dan McGee dalam Harsono
(1988: 219) bahwa dalam koordinasi termasuk juga agilitas, balance
(keseimbangan), dan kinestik sence. Koordinasi penting kalau kita berada dalam
situasi dan lingkungan yang asing seperti misalnya dalam perubahan lapangan
pertandingan. Demikian pula, koordinasi penting untuk orientasi ruang, seperti
pada waktu berada di udara misalnya pada saat salto dalam senam.
63
Pengertian dari koordinasi menurut beberapa ahli seperti menurut Suharno
(1993: 61) bahwa koordinasi adalah kemampuan atlet untuk merangkaikan gerak
menjadi satu gerakan yang utuh dan selaras. Barrow dan McGee yang dikutip oleh
Harsono (1988: 220) memberikan batasan mengenai koordinasi yaitu, kemampuan
untuk memadukan berbagai macam gerakan ke dalam satu atau lebih pola gerak
khusus. Dengan demikian kesimpulan dan pendapat tersebut ialah koordinasi
merupakan kemampuan dari dua atau lebih organ tubuh yang bergerak dengan
satu pola gerak tertentu.
Berdasarkan pendapat di atas, jelas bahwa rumusan koordinasi merupakan
salah satu unsur yang penting untuk keterampilan gerak motorik. Tingkat
koordinasi atau baik tidaknya koordinasi gerak seseorang tercermin dalam
kemampuannya untuk melakukan suatu gerakan secara mulus, tepat dan efisien.
Seseorang mahasiswa dengan koordinasi yang baik bukan hanya mampu
melakukan suatu keterampilan secara sempurna, tetapi mudah dan cepat dapat
melakukan keterampilan yang masih baru baginya. Disamping dapat mengubah
secara cepat dari pola gerak yang satu ke pola gerak yang lain sehingga
gerakannya menjadi efisien. Koordinasinya tidak baik biasanya melakukan
gerakan-gerakan secara kaku, dengan ketegangan dan dengan energi yang
berlebihan sehingga tidak efisien.
Dalam koordinasi gerak, keterampilan teknik dasar, kekuatan, daya tahan,
kelentukan, kineshetic sense, keseimbangan, dan ritme kesemuanya memberikan
sumbangan atau pengaruh yang tidak dapat diabaikan. Bila salah satu unsur tidak
64
ada atau kurang berkembang, maka hal ini akan berpengaruh terhadap
kesempurnaan koordinasi.
Pusat pengaturan koordinasi di otak kecil (cerebulum) dengan proses dari
gerak syaraf ke syaraf tepi ke indra dan terus ke otak untuk melaksanakan gerak
yang selaras dan utuh otot sinergis dan anatagonis. Koordinasi mempunyai
kegunaan: mengkoordinasikan beberapa gerakan agar menjadi satu gerakan yang
utuh dan serasi, efisiensi dan efektif dalam penggunaan tenaga, untuk
menghindari terjadinya cidera, mempercepat berlatih, menguasai teknik, Dapat
untuk memperkaya teknik dalam bertanding, kesiapan mental atlet lebih mantap
untuk menghadapi pertandingan (Suharno 1993: 62).
Seorang mahasiswa dengan koordinasi yang baik bukan hanya mampu
melakukan suatu keterampilan secara sempurna, akan tetapi juga mudah dan cepat
dapat melakukan keterampilan yang baru baginya. Mahasiswa juga dapat
mengubah dan berpindah secara cepat dari pola gerak yang satu ke pola gerak
yang lain sehingga gerakannya menjadi efisien.
Koordinasi gerakan dapat berbagai macam seperti koordinasi mata-kaki
(foot-eye coordination) seperti dalam keterampilan menendang bola, koordinasi
mata-tangan (eye-hand coordination) seperti misalnya keterampilan melempar
suatu objek ke sasaran tertentu. Beberapa aktivitas membutuhkan koordinasi
menyeluruh (over-all coordination) dari tubuh, misal keterampilan senam.
Koordinasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu koordinasi mata-kaki. Jadi
yang dimaksudkan dengan koordinasi mata-kaki dalam penelitian ini adalah
65
koordinasi antara mata (penglihatan) dengan gerakan kaki dalam berlari dan
melakukan tolakan pada lompat jauh gaya jongkok.
1) Latihan koordinasi
Latihan yang baik untuk memperbaiki koordinasi adalah dengan
melakukan berbagai variasi gerak dan keterampilan. Mahasiswa yang mempunyai
spesialisasi suatu cabang olahraga tertentu, sebaiknya dilibatkan dalam
keterampilan dalam berbagai cabang olahraganya atau cabang olahraga lain.
Mahasiswa harus banyak dilatih dengan keterampilan-keterampilan baru dari
cabang olahraganya atau cabang olahraga lain. Kalau tidak, koordinasi tidak akan
berkembang dan kemampuan untuk belajar gerak baru akan menurun. Dalam
melatih keterampilan-keterampilan, faktor kesulitan dan kompleksitas gerak harus
senantiasa ditingkatkan. Koordinasi paling mudah dikembangakan pada usia
muda, yaitu pada waktu kemampuan adaptasi nervous sistemnya lebih baik dari
pada kepunyaan orang dewasa (Bompa dalam Harsono, 1988: 222).
Menurut Harre yang dikutip Harsono (1988: 223) dalam latihan koordinasi
dianjurkan latihan-latihan koordinasi harus mencakup latihan yaitu: latihan-latihan
dengan perubahan keterampilan teknik dasar dan irama, latihan-latihan dalam
kondisi lapangan dan peralatan yang berubah-ubah. Memperkecil dan memperluas
lapangan, kombinasi berbagai latihan senam, kombinasi berbagai permainan,
latihan-latihan mengembalikan reaksi, lari halang rintang dalam waktu tertentu,
latihan di depan kaca, latihan keseimbangan, latihan dengan mata tertutup,
melakukan gerakan-gerakan yang kompleks pada akhir latihan, latihan
66
keseimbangan segera setelah melakukan rol beberapa kali atau setelah berputar-
putar di tempat.
Dengan memperhatikan ciri-ciri dalam melakukan latihan koordinasi,
maka bentuk latihan koordinasi yaitu: melatih gerak yang simultan dari yang
mudah ke yang sulit, dari tempo lambat ke tempo yang cepat, dengan gerak yang
sederhana ke gerak yang kompleks, bentuk latihan yang mengkoordinasi kerja
pusat syaraf, syaraf tepi, indera dan otot secara berulang-ulang, kombinasi gerak
kanan dan kiri dari tangan dan kaki serta berulang-ulang, lari berbelok-belok
dengan rintangan-rintangan tonggak membentuk empat persegi panjang.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi latihan koordinasi
Selain memperhatikan ciri-ciri dari latihan koordinasi, masalah-masalah
yang perlu diperhatikan dalam latihan ini, seperti pengertian intervasi resiproke
yaitu suatu pacuan yang datangnya bersamaan dengan yang satu negatif dan yang
lainnya positif. Otot-otot sinergis dan antagonis bekerjasama secara harmonis
untuk menghasilkan koordinasi yang baik. Kelincahan, keseimbangan dan
kelentukan perlu ditingkatkan sebaik-baiknya untuk mendukung koordinasi
berkualitas tinggi. Hampir semua cabang olahraga memerlukan koordinasi,
gerakan-gerakan yang kompleks meskipun kadar kesulitan dan kebutuhannya
berbeda-beda untuk tiap-tiap cabang olahraga. Melatih kemampuan sebaiknya
sejak umur dini dalam proses pengayaan gerak sebagai dasar keterampilan pada
mahasiswa.
Koordinasi gerak itu ada dua macam, yaitu koordinasi mata tangan (hand
eye coordination) dan koordinasi mata kaki (foot eye coordination). Sedangkan
67
koordinasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mata kaki, yaitu koordinasi
anatara mata atau penglihatan dengan gerak kaki pada saat melakukan lari cepat
awalan lompat jauh. Mata merupakan indera penglihatan yang berfungsi
mengakualitas terhadap objek-objek tertentu yang menangkap dan membedakan
kejadian-kejadian yang dilihatnya, dalam hal ini mata berfungsi sebagai indera
penglihat yang cermat untuk mengikuti suatu objek tertentu.
Koordinasi mata-kaki adalah satu unsur yang penting untuk keterampilan
gerak motorik. Tingkat koordinasi baik atau tidaknya koordinasi gerak seseorang
tercermin dalam kemampuan setiap pelari untuk melakukan suatu gerakan secara
mulus, tetap efisien. Pelari dengan koordinasi yang baik bukan hanya melakukan
suatu keterampilan secara baik sehingga gerakannya menjadi efisien dan efektif.
h. Fleksibilitas Togok
Membicarakan masalah fleksibilitas selalu mengacu pada kemampuan
ruang gerak sendi atau persendian tubuh. Banyak sekali ahli memberikan
penjelasan mengenai pengertian fleksibilitas yaitu antara lain, Menurut Setiawan
(1991: 67) fleksibilitas adalah kemampuan seseorang dapat melakukan gerak
dengan ruang gerak seluas-luasnya dalam persendian. Fleksibilitas yaitu kapasitas
melakukan pergerakan dengan jangkauan yang seluas-luasnya (Bompa:1994:
317). Menurut Bloomfield dkk (1994: 209), “flexibility can be defined as the
range of movement in a joint or several joints.” Maksud dari peryataan tersebut
bahwa fleksibilitas adalah kemampuan dari sendi, otot, dan tendo-tendon di
sekitarnya untuk dapat digerakkan dengan bebas dan nyaman, maksudnya adalah
ruang gerak yang luas.
68
Fleksibilitas mengandung pengertian, yaitu luas gerak satu persendian atau
beberapa persendian. Ada dua macam flesibilitas , yaitu (1) fleksibilitas statis, dan (2)
fleksibilitas dinamis. Pada fleksibilitas statis ditentukan oleh ukuran dari luas gerak
satu persendian atau beberapa persendian. Sebagi contoh untuk pengukur luas gerak
persendian tulang belakang dengan cara sit and reach. Sedangkan fleksibilitas
dinamis adalah kemampuan seseorang dalam bergerak dengan kecepatan yang tinggi
(Sukadiyanto, 2002: 119).
Kelentukan yang baik pada umumnya dicapai bila semua sendi tubuh
menunjukkan kemampuan dapat bergerak dengan lancar sesuai dengan fungsinya.
Lentuk tidaknya seseorang ditentukan oleh luas sempitnya ruang gerak sendi-
sendi yang dapat dilakukan. Kelentukan yang dimiliki oleh seseorang tergantung
pada beberapa faktor. Faktor penentu kelentukan adalah: 1) elastisitas dari otot,
ligamentum, tendo, dan cupsul. 2) luas sempitnya ruang gerak sendi (ROM). 3)
tonus otot, tendo, ligamentum, dan cupsula. 4) tergantung dari derajat panas diluar
(temperatur). 5) unsur jemu, muram, takut, senang, semangat. 6) kualitas tulang-
tulang yang membentuk persendian. 7) faktor umur dan jenis kelamin (Suharno,
1993: 53).
Perkembangan kelentukan seseorang dipengaruhi oleh usia. Perkembangan
fleksibilitas pada tiap tingkatan usia berbeda. Pada umumnya anak kecil memiliki
otot yang lebih lentur (fleksibel), keadaan tersebut akan terus meningkat pada usia
belasan tahun (usia sekolah). Dan memasuki usia remaja fleksibilitas mereka
cenderung mencapai puncak perkembangannya, setelah fase itu secara perlahan-
lahan fleksibilitas mereka menurun (Michael J. Alter, 1996: 15).
69
Perbaikan dalam fleksibilitas otot dapat mengurangi terjadinya cidera pada
otot-otot, membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi, kelincahan
atau agility, membantu memperkembangkan prestasi, menghemat pengeluaran
tenaga pada waktu melaksanakan gerakan dan memperbaiki sikap tubuh
(Harsono, 1988: 163). Macam-macam latihan peregangan terdiri dari, 1)
peregangan balistik, 2) peregangan statis, 3) peregangan pasif, dan 4) peregangan
kontraksi-relaksasi (Pate R dkk, 1993: 330).
Fleksibilitas tubuh menunjang sekali pengusaan gerak lompat jauh yang
baik. Selalu melakukan pemanasan kemudian melenturkan tubuh (streching)
sebelum melakukan lompat jauh. Kombinasi kelentukan dan kekuatan akan
menjadi alur gerak (fluidity) si pemain, mudah dan mengesankan latihan
khususnya untuk meningkatkan kelenturan tubuh.
Sedangkan menurut Harsono (1988:163), mengemukakan bahwa
kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak
sendi. Kecuali oleh ruang gerakan sendi kelentukan juga ditentukan oleh elastis
tidaknya otot-otot, tendo, dan ligamen.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pendapat di atas, maka orang yang
mempunyai kelentukan yang baik, khususnya kelentukan togok adalah orang yang
mempunyai ruang gerak yang luas dalam sendi-sendi togok dan mempunyai otot-
otot yang elastis pada togok.
Atlet lompat jauh yang memiliki kelentukan togok yang baik, akan dapat
mengarahkan tenaga yang lebih besar pada saat melakukan tolakan. Ini
disebabkan, dengan fleksibilitas togok yang baik, maka atlet lompat jauh akan
70
dapat melakukan gerakan secara elastis dan luwes pada saat melakukan long jump
dan pada saat menumpu dan juga melayang dituntut untuk mampu membawa
badan ke atas. Dengan demikian untuk mendapatkan lompatan yang baik dan
jauh, maka fleksibilitas togok sudutnya harus tinggi.
Kelentukan yang baik menurut Harsono, (1988:163), bahwa:
a. Mengurangi kemungkinan terjadinya cedera-cedera pada otot dan sendi.
b. Membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi, dan
kelincahan.
c. Membantu perkembangan prestasi
d. Menghemat pengeluaran tenaga pada waktu melakukan gerakan-
gerakan.
e. Membantu memperbaiki sikap tubuh.
Untuk mengembangkan fleksibilitas togok dapat dilakukan latihan
peregangan otot, seperti: peregangan dinamis dan peregangan statis. Memperbaiki
kelentukan daerah gerak suatu persendian, harus dilakukan beberapa bentuk
peregangan yang dinamis dan statis agar badan dapat menjadi normal kembali
atau bahkan kondisi lebih baik.
4. Hubungan Anthropometri dan Kondisi Fisik dengan Lompat Jauh
a. Hubungan Panjang Telapak Kaki dengan Lompat Jauh
Salah satu penunjang prestasi dalam cabang olahraga adalah proporsi
tubuh (anthropometrik), begitu juga jika dilihat dari atlet lompat jauh dalam
menunjang peningkatan lompatannya terletak pada antropometri ditinjau dari
panjang telapak kaki.
71
Telapak kaki merupakan bagian dari tungkai yang merupakan salah satu
faktor dominan dalam lompat jauh. Telapak kaki yang panjang disertai otot-otot
yang baik mempunyai peran yang penting untuk melakukan tolakan dalam usaha
melompat sejauh mungkin. Telapak kaki yang panjang memungkinkan memiliki
tolakan kaki yang lebih jauh dan panjang, sehingga hal ini akan mempengaruhi
lompatan yang dilakukan. Lain halnya dengan atlet lompat jauh yang memiliki
telapak kaki pendek akan memiliki jangkauan dan tolakan yang pendek juga,
sehingga hasil lompatannya juga tidak maksimal dibandingkan dengan pelompat
yang memilki telapak kaki yang panjang. Oleh karena itu untuk memperoleh
kecepatan dan tolakan yang lebih maksimal, maka seorang pelompat cepat harus
memanfaatkan telapak kakinya untuk menghasilkan tolakan yang besar.
Keuntungan memiliki telapak kaki yang panjang bisa menjadi suatu alat
kerja yang bekerja berdasarkan asas-asas momen yaitu sebagai pengungkit
anatomi. Pengungkit ialah suatu batang yang kaku yang dapat berputar pada titik
yang tetap bila gaya digunakan untuk mengatasi beban. Bila pengungkit bergerak,
berarti pengungkit melakukan dua fungsi penting, yaitu: pengungkit digunakan
untuk mengatasi beban yang lebih besar dari pada gaya, atau untuk memperbesar
jarak bergeraknya beban dengan gaya yang lebih besar dari pada beban. Bila tidak
bergerak, berarti pengaruh putaran (momen) dari gaya sama dengan pengaruh
putaran (momen) dari beban dan pengungkit dalam keadaan seimbang.
72
b. Hubungan Rasio Panjang Tungkai dan Tinggi Badan dengan
Lompat Jauh
Tungkai adalah anggota gerak bagian bawah yang terdiri dari paha, betis
dan kaki. Secara keseluruhan tulang ekstremitas bawah atau anggota gerak bawah
dikaitkan dengan batang tubuh dengan perantaraan gelang panggul terdiri dari 31
pasang tulang yaitu: a) Tulang coxae : Tulang pangkal paha, b) Femur: Tulang
Paha, c) Tibia: Tulang Kering, d) Fibula: Tulang Betis, e) Patelai: Tempurung
Lutut, f) Tarsalia: Tulang Pangkal Kaki, g) Metatarsalia: Tulang telapak kaki, h)
Falang: Ruas Jari Kaki Os coxcae terdiri dari tiga buah tulang picak yang masing-
masing banyaknya dua buah, kiri dan kanan yang satu sama lainya berhubungan
sangat rapat sekali sehingga persendian tersebut tidak dapat digerakan. Os Femur
merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar didalam tulang kerangka pada
bagian pangkal yang berhubungan dengan asetabulum membentuk kepala sendi
yang disebut kaputfemoris. Os Tibialis dan Fibularis, merupakan tulang pipa yang
terbesar setelah tulang paha yang membentuk persendian lutut dengan Os Femur.
Pada bagian ujungnya terdapat tonjolan yang disebut Os Maleolus Lateralis atau
mata kaki luar. Os Tarsalia dihubungkan dengan tungkai bawah oleh sendi
pergelangan kaki terdiri dari tulang-tulang kecil yaitu yang banyaknya lima buah
yaitu: a) Tialus (tulang locat), b) Calcaneus (tulang tumit), c) Navicular (tulang
bentuk kapal), d) Os Kobideum (tulang bentuk dadu), e) Kunaiformi (tiga buah):
Lateralis, Intermedialis, Medialis.
73
Metatarsalia terdiri dari tulang-tulang pendek yang banyaknya lima buah, yang
masing-masing berhubungan dengan tarsus dan falangus dengan perantaraan
persendian.
Falangus merupakan tulang-tulang pipa pendek yang masing-masing terdiri dari
tiga ruas kecuali ibu jari yang banyaknya dua ruas.
Gambar 2.16
Tulang Coxae (Syaefudin, 1997 : 28)
Gambar 2.17
Tulang Femur, Tibia dan Fibula (Syaefuddin, 1997 :28)
Apabila seorang pelompat jauh memiliki otot panjang tidak menutup
kemungkinan lebih besar kekuatan otot yang dimiliki. Panjang otot sama
74
pentingnya dengan panjang tulang, semakin panjang otot semakin panjang
tulangnya, dimungkinkan besar pula kekuatannya. Bahwa besar kecilnya otot
benar-benar berpengaruh terhadap kekuatan otot yang kenyataannya apabila pelari
yang memiliki tulang yang panjang tetapi tidak didukung otot yang panjang dan
tidak memiliki kekuatan otot yang besar, makin besar serabut otot seseorang
makin kuat pula otot tersebut dan makin panjang ukuran otot, makin kuat pula
mereka. Panjang tungkai juga merupakan keuntungan kekuatan, karena dengan
panjang tungkai dan exsplosif yang baik tidak menutup kemungkinan semakin
panjang otot yang dimiliki, karena besar kecilnya otot benar-benar berpengaruh
terhadap kekuatan otot tersebut. Makin panjang otot makin kuat pula untuk
bergerak.
Tulang yang panjang akan menghasilkan kekuatan yang besar sedangkan
tulang yang pendek dan tidak didukung otot yang panjang, tidak akan
menghasilkan kekuatan yang besar, otot yang panjang dan langsing dapat terjadi
gerakan yang luwes dan cepat. Sedangkan otot yang pendek tidak didukung tulang
yang panjang terjadi gerakan yang lambat dan sempit. Sehingga panjang tungkai
sangat diperlukan bagi seorang pelari.
Bentuk tubuh yang ideal sesuai dengan cabang olahraga yang dipelajari
merupakan salah satu syarat yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi
olahraga. Sajoto (1988:11) menyatakan salah satu aspek untuk mencapai prestasi
dalam olahraga adalah aspek biologis yang meliputi struktur dan postur tubuh,
yaitu: 1) ukuran tinggi badan dan panjang tungkai, 2) ukuran besar, lebar dan
berat badan, 3) somatotype (bentuk tubuh). Tungkai manusia terbagi atas tiga
75
segmen yaitu: tungkai atas, tungkai bawah, dan telapak kaki. Rasio panjang
tungkai dan tinggi badan secara biomekanika diduga dapat meningkatkan prestasi
prestasi lompat jauh gaya jongkok.
Berdasarkan hal diatas, panjang tungkai dan tinggi badan merupakan salah
satu aspek yang dapat mendukung kemampuan seseorang dalam usaha
meningkatkan prestasi lompat jauh. Hal itu terkait dengan kemampuan seseorang
untuk dapat melakukan tolakan yang maksimal. Rangkaian gerak berupa tolakan
dihasilkan oleh sistem pengungkit yang melibatkan sendi, tulang dan otot-otot
sebagai tenaga penggerak.
Tinggi Badan
Barry Jhonson (1986:34) menyatakan penampilan pria dan wanita di
pengaruhi oleh usia, tinggi badan dan struktur badan. Tinggi badan menentukan
keberhasilan dalam sejumlah cabang olahraga, termasuk cabang atletik nomor
lompat jauh gaya jongkok. Atlet yang memiliki tinggi badan lebih tinggi akan
lebih menguntungkan, yaitu jangkauan akan menjadi luas. Atlet yang memiliki
sifat dan karakteristik tinggi badan yang ideal dimungkinkan akan mempunyai
keuntungan secara mekanik.
Dalam pemilihan cabang olahraga tidak terlepas dari postur yang dimiliki
atlet, postur dikatakan baik apabila:
3. Bagian atau segmen tersusun rapi.
4. Tidak ada ketegangan pada persendian, tulang, ligamen dan otot di
sekelilingnya.
76
Postur mempunyai kaitan dengan proporsi tubuh yang khas menurut cabang
olahraganya sebagai berikut:
1. Kaki mengarah kedalam atau inversi saat berdiri dalam sikap sedia,
dengan lutut agak ditekuk dan badan membungkuk, stabilitasnya
lebih besar dan lebih mudah bergerak.
2. Sebaiknya kaki yang mengarah keluar atau eversi (duck feet),
mempunyai kemampuan di air untuk menyisir keluar.
3. Badan dengan ruas tulang belakang bagian pinggang yang agak
melengkung (sway back) atau tenggeng, disebabkan oleh karena
pelvis condong ke depan. Postur ini cocok untuk peloncat,
pesenam, sprinter dan lompat jauh.
c. Hubungan Panjang Lengan dengan Lompat Jauh.
Panjang lengan adalah komponen kondisi fisik yang terdapat pada anggota
badan yang terdiri dari pergelangan tangan sampai bahu. Gerakan pada lengan
mengayun memberi keseimbangan pada gerakan kedua tungkai. Jadi bila lengan
itu semakin panjang menimbulkan gerakan yang cepat dan luas, sehingga
kecepatan liniernya semakin besar. Sehingga mendukung gerakan kedepan saat
berlari. atlet yang punya postur tubuh panjang, dimana tulang lengan yang
panjang dapat menimbulkan gerakan lengan yang cepat dan luas. Gerakan ayunan
tangan (panjang lengan) pada gerakan lari dan melompat adalah merupakan gerak
rotasi atau berputar, jika semakin besar kekuatan dan power yang dihasilkan maka
semakin capat putaran lengan dan bila lengan itu semakin panjang (radius) makin
besar pula kecepatan liniernya. maksudnya adalah jarak yang ditempuh bisa
77
berupa busur yang kecil atau satu lingkaran penuh, kebanyakan gerakan segmen-
segmen tubuh mengayun pada satu titik yang tetap. (Sudarminto 1992 : 92).
d. Hubungan Kekuatan Otot Perut dengan Kemampuan Lompat
Jauh
Kekuatan merupakan faktor utama untuk menciptakan prestasi yang
optimal, dengan kekuatan seorang pelari dapat berlari lebih cepat karena dia
memiliki kekuatan. Demikian pula seorang pelompat jauh dapat melompat lebih
jauh karena sumbangan dari kekuatan. Kekuatan adalah kemampuan otot untuk
melakukan kontraksi guna membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan.
Kekuatan otot perut merupakan kontraksi otot-otot diperut ketika
seseorang melakukan lompatan. Menurut pendapat para ahli kekuatan otot perut
akan memberikan sumbangan yang besar untuk menghasilkan lompatan yang
jauh, karena ketika seseorang melompat otot perut akan berkontraksi untuk
memberikan dorongan, makin kuat otot perut seseorang makin jauh pula
lompatannya.
e. Hubungan Power Otot Tungkai dengan Kemampuan Lompat Jauh
Power otot tungkai adalah suatu kemampuan otot tungkai untuk
melakukan aktivitas secara cepat dan kuat untuk menghasilkan tenaga. Power otot
tungkai merupakan kombinasi dari kecepatan maksimal dan kekuatan maksimal.
power ini harus ditunjukkan oleh perpindahan tubuh melintasi udara, dimana otot-
otot harus mengeluarkan kekuatan dengan kecepatan yang tinggi, agar dapat
membawa tubuh atau obyek pada saat pelaksanaan gerak untuk dapat mencapai
suatu jarak.
78
Upaya dalam meningkatkan unsur power dapat dilakukan dengan cara : a)
meningkatkan kekuatan tanpa mengabaikan kecepatan atau menitik beratkan pada
kekuatan; b) meningkatkan kecepatan tanpa mengabaikan kekuatan atau menitik
beratkan pada kecepatan; c) meningkatkan kedua-duanya sekaligus, kekuatan dan
kecepatan dilatih secara simultan.
Power otot tungkai adalah gabungan dari kekuatan dan kecepatan merupakan
aspek penting pada olahraga yang banyak menggunakan tungkai khususnya
cabang lompat jauh, power otot tungkai banyak memberikan sumbangan untuk
seseorang dapat melompat dengan jauh terutama pada saat tolakan, otot-otot
tungkai akan berkontraksi memberikan dorongan yang besar.
f. Hubungan Kecepatan Lari dengan Lompat Jauh
kecepatan lari dalam lompat jauh sangat penting untuk menambah
kejauhan lompatan, yang artinya semakin cepat kecepatan lari maka semakin jauh
lompatan yang dihasilkan dan sebaliknya semakin pelan kecepatan larinya maka
akan semakin pendek lompatan yang dihasilkan. Gerak lari terjadi karena adanya
gerak mencengkram dari kaki. Tubuh terdorong kedepan karena adanya gaya
reaksi dari tanah yang melawan gaya aksi yang ditimbulkan oleh tolakan kaki
pada tanah kearah belakang ( Hukum Newton ke 3 ).
Pada gerak lari ada tiga tahap penting yang perlu mendapat perhatian
adalah : mula-mula pelari harus melakukan awalan sedini mungkin dan sekuat
mungkin, kemudian mengubah kecepatan gerak ( Hukum Newton 1 ). Oleh karena
itu efesiensi gerak lari terletak pada memelihara kecepatan gerak setelah
kecepatan maksimal dapat tercapai.
79
Untuk memelihara kecepatan lari, pelari harus memperhatikan setiap
kemiringan tubuhnya, sedemikian sehingga proyeksi titik berat badan, jatuh tepat
pada tumpuan kaki depan dengan tanah. Kemiringan tubuh dimaksudkan juga
agar dapat mengurangi gaya hambatan dari udara.
Aip Syarifuddin ( 1992 : 10 ) menyatakan bahwa menurut hasil
penelitaian, kemiringan tubuh kedepan berkisar 20 derajat dan 70 derajat dengan
sumbu vertikal merupakan sikap yang paling efektif dalam gerak lari.
Gerak ayunan lengan berfungsi untuk menambah kecepatan lari,
sedangkan posisi gerak yang antaginistik antara lengan dan kaki berfungsi untuk
memelihara dan mempertahankan keseimbangan selama berlari.
g. Hubungan Koordinasi Mata Kaki dengan Lompat Jauh
Koordinasi adalah suatu kemampuan biomotorik yang sangat kompleks.
Koordinasi erat hubungannya dengan keterampilan teknik dasar, kekuatan, daya
tahan, dan fleksibilitas dan sangat penting untuk mempelajari dan
menyempurnakan teknik dan taktik. Koordinasi mata-kaki adalah satu unsur yang
penting untuk keterampilan gerak motorik. Tingkat koordinasi baik atau tidaknya
koordinasi gerak seseorang tercermin dalam kemampuan setiap pelari untuk
melakukan suatu gerakan secara mulus, tetap efisien. Pelari dengan koordinasi
yang baik bukan hanya melakukan suatu keterampilan secara baik sehingga
gerakannya menjadi efisien dan efektif.
80
h. Hubungan Fleksibilitas Togok dengan Lompat Jauh
Menurut Setiawan (1991: 67) fleksibilitas adalah kemampuan seseorang
dapat melakukan gerak dengan ruang gerak seluas-luasnya dalam persendian.
Fleksibilitas yaitu kapasitas melakukan pergerakan dengan jangkauan yang
seluas-luasnya (Bompa:1994: 317).
Atlet lompat jauh yang memiliki kelentukan togok yang baik, akan dapat
mengarahkan tenaga yang lebih besar pada saat melakukan tolakan. Ini
disebabkan, dengan fleksibilitas togok yang baik, maka atlet lompat jauh akan
dapat melakukan gerakan secara elastis dan luwes pada saat melakukan long
jump. Dengan demikian untuk mendapatkan lompatan yang baik dan jauh, maka
fleksibilitas togok sudutnya harus tinggi.
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang menarik yang memiliki relevansi yang dekat
dengan penelitian ini antara lain:
1. Luh Eka Laba (2014), meneliti tentang Faktor Fisik Dominan Penentu
Kemampuan Jump Shoot Bolabasket (Analisis Faktor Anthropometri dan
Kemampuan Fisik pada Atlet Basket Mahasiswa Undiksha). Sampel yang
digunaka dalam penelitian ini adalah mahasiswa putra pembinaan prestasi
bolabasket di Undiksha yang berjumlah 300 mahasiswa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari variabel tinggi badan, berat badan, power otot
tungkai, power otot lengan, koordinasi mata tangan, dan fleksibilitas
togok, menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan berpengaruh
terhadap jump shoot bolabasket adalah koordinasi mata tangan
81
2. Kasih (2007: xvii), penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) ada perbedaan
pengaruh latihan beban leg-press, back squat dan leg-press ditambah
rintangan terhadap prestasi lompat jauh. (2) ada perbedaan prestasi lompat
jauh antara mahasiswa rasio antropometri yang besar dan mahasiswa rasio
antropometri yang kecil. (3) ada interaksi antara latihan beban dengan
rasio anthropometrik terhadap lompat jauh.
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran yang akan dikemukakan dalam penelitian ini,
berdasarkan pada teori yang benar dan berkaitan dengan variabel yang menjadi
obyek dalam penelitian ini. Selain kerangka berpikir tersebut juga merupakan
dasar pemikiran dari penelitian yang akan dikembangkan dalam penelitian ini.
Adapun kerangka berpikir yang dikemukakan sebagai berikut:
Ada dua faktor yang dapat pendukung prestasi, yaitu faktor eksternal dan
faktor internal.Faktor ekstenal yaitu fasilitas latihan dan kompetisi, dan situasi-
kondisi latihan dan kompetisi.Sedangkan faktor internalnya adalah anthropometri,
kondisi fisik, psikologik, taktik dan teknik. Dari banyaknya sumber yang
menjelaskan faktor- faktor yang mendukung prestasi lompat jauh penulis sangat
tertarik untuk melakukan penelitian ini adalah anthropometri dan kondisi fisik.
Anthropometri dan kondisi fisik merupakan unsur yang penting dalam menunjang
penampilan atlet lompat jauh dalam suatu pertandingan. Setiap nomor lompat jauh
harus didukung dengan kondisi fisik yang prima. Penting nya kondisi fisik bagi
saat bertanding baik secara teoritis maupun secara empiris tidak dapat disangkal
lagi. Unsur anthropometri yang berpengaruh antara lain panjang telapak kaki,
82
rasio panjang tungkai dan tinggi badan, panjang lengan. Unsur kondisi fisik yang
berpengaruh pada olahraga atletik antara lain kecepatan, power otot tungkai,
power otot perut, koordinasi mata-kaki dan fleksibilitas togok.
Dalam olahraga lompat jauh, panjang telapak kaki berperan penting
dimana Telapak kaki yang panjang memungkinkan memiliki tolakan kaki yang
lebih jauh dan panjang, sehingga hal ini akan mempengaruhi lompatan yang
dilakukan. Lain halnya dengan atlet lompat jauh yang memiliki telapak kaki
pendek akan memiliki jangkauan dan tolakan yang pendek juga, sehingga hasil
lompatannya juga tidak maksimal dibandingkan dengan pelompat yang memilki
telapak kaki yang panjang. Keuntungan memiliki telapak kaki yang panjang
bahwa telapak kaki yang panjang akan menguntungkan tolakan kaki pada saat
melakukan tolakan, itu mengacu pada prinsip kerja pengungkit yang bekerja
berdasarkan asas-asas momen yaitu sebagai pengungkit anatomi. Pengungkit ialah
suatu batang yang kaku yang dapat berputar pada titik yang tetap bila gaya
digunakan untuk mengatasi beban. Bila pengungkit bergerak, berarti pengungkit
melakukan dua fungsi penting, yaitu: pengungkit digunakan untuk mengatasi
beban yang lebih besar dari pada gaya, atau untuk memperbesar jarak bergeraknya
beban dengan gaya yang lebih besar dari pada beban. Bila tidak bergerak, berarti
pengaruh putaran (momen) dari gaya sama dengan pengaruh putaran (momen)
dari beban dan pengungkit dalam keadaan seimbang.
Rasio panjang tungkai dan tinggi mempunyai peran atlet yang memiliki
sifat dan karakteristik tinggi badan yang ideal dimungkinkan akan mempunyai
keuntungan secara mekanik. Panjang tungkai dan tinggi badan berperan
83
merupakan salah satu aspek yang dapat mendukung kemampuan seseorang dalam
usaha meningkatkan prestasi lompat jauh. Hal itu terkait dengan kemampuan
seseorang untuk dapat melakukan tolakan yang maksimal. Rangkaian gerak
berupa tolakan dihasilkan oleh sistem pengungkit yang melibatkan sendi, tulang
dan otot-otot sebagai tenaga penggerak.
Panjang lengan Gerakan pada lengan mengayun memberi keseimbangan
pada gerakan kedua tungkai. Jadi bila lengan itu semakin panjang menimbulkan
gerakan yang cepat dan luas, sehingga kecepatan liniernya semakin besar.
Sehingga mendukung gerakan kedepan saat berlari.
Kecepatan lari dalam lompat jauh sangat penting untuk menambah
kejauhan lompatan, yang artinya semakin cepat kecepatan lari maka semakin jauh
lompatan yang dihasilkan dan sebaliknya semakin pelan kecepatan larinya maka
akan semakin pendek lompatan yang dihasilkan. Seperti yang diterangkan dalam
hukum newton II ( total gaya yang bekerja pada suatu benda menghasilkan
percepatan yang berbanding lurus) semakin besar gaya yang dikeluarkan oleh
seorang atlit, maka akan semakin besar percepatannya dan reaksi akan semakin
besar jika memberikan tolakan yang kuat pula.
Power otot tungkai berperan banyak memberikan sumbangan untuk
seseorang dapat melompat dengan jauh terutama pada saat tolakan, otot-otot
tungkai akan berkontraksi memberikan dorongan yang besar.
Power otot perut, kekuatan otot perut akan memberikan sumbangan yang
besar untuk menghasilkan lompatan yang jauh, karena ketika seseorang melompat
84
otot perut akan berkontraksi untuk memberikan dorongan, makin kuat otot perut
seseorang makin jauh pula lompatannya
Koordinasi mata-kaki adalah satu unsur yang penting untuk keterampilan
gerak motorik. Tingkat koordinasi baik atau tidaknya koordinasi gerak seseorang
tercermin dalam kemampuan setiap pelari untuk melakukan suatu gerakan secara
mulus, tetap efisien.
Fleksibilitas togok Atlet lompat jauh yang memiliki kelentukan togok
yang baik, akan dapat mengarahkan tenaga yang lebih besar pada saat melakukan
tolakan. Ini disebabkan, dengan fleksibilitas togok yang baik, maka atlet lompat
jauh akan dapat melakukan gerakan secara elastis dan luwes pada saat melakukan
long jump. Dengan demikian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah terjadi
keterkaitan antara variabel terikat dengan variabel bebas
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori yang dibangun di atas, maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: Faktor antropometri : panjang telapak kaki,
rasio panjang tungkai dan tinggi badan, panjang lengan, dan faktor kondisi fisik :
kecepatan, power otot tungkai, power otot perut, koordinasi mata-kaki,
fleksibilitas togok merupakan faktor-faktor yang menentukan pencapaian prestasi
lompat jauh.
Top Related