8/3/2019 A1 Glaukoma
1/22
TUGAS TERSTRUKTUR
MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB) III
ASUHAN KEPERAWATANPADA PASIEN DENGAN GLAUKOMA
Disusun oleh:
Astria Putri Utami G1D008009
Irwan Sigit Pradipta G1D008010
Dani Indriyani G1D008015
Anne Diana Putri G1D008016
Gina Tri Ayu Ramadhan G1D008017
Dwi Seyo Rini G1D008029
Ferra Febriani G1D008036
Rizki Rahadianto G1D008057
Endang Sulistyowati G1D008058
Kelompok: 1 (Satu)
Kelas: A1
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2011
8/3/2019 A1 Glaukoma
2/22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakangMata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk
kehidupan manusia. Terlebih lebih dengan majunya teknologi, indra
penglihatan yang baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan.
Apalagi dengan sempitnya lapangan kerja, hanya orang-orang yang sempurna
dengan segala indranya saja yang mendapat kesempatan kerja termasuk
matanya.mata merupakan anggota badan yang sangat peka. Trauma seperti
debu sekecil apapun yang masuk kedalam mata, sudah cukup untuk
menimbulkangangguan yang hebat, apabila keadaan ini diabaikan, dapat
menimbulkan penyakit yang sangat gawat. Salah satu penyakitnya yaitu
glaukoma.
Berdasarkan survei WHO pada tahun 2000, dari sekitar 45 juta
penderita kebutaan 16% diantaranya disebabkan karena glaukoma, dan sekitar
0,2 % kebutaan di Indonesia disebabkan oleh penyakit ini. Sedangkan survei
Departemen Kesehatan RI 1982-1996 melaporkan bahwa galukoma
menyumbang 0,4 5 atau sekitar 840.000 orang dari 210 juta penduduk
penyebab kebutaan. Kondisi ini semakin diperparah dengan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat yang rendah akan bahaya penyakit ini.
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga di Indonesia.
Terdapat sejumlah 0,40 % penderita glaucoma di Indonesia yang
mengakibatkan kebutaan pada 0,16 % penduduk. Prevalensi penyakit mata
utama di Indonesia adalah kelainan refraksi 24,72 %, pterigium 8,79 %,
katarak 7,40 %, konjungtivitis 1,74 %, parut kornea 0,34 %, glaucoma 0,40 %,retinopati 0,17 %, strabismus 0,12 %. Prevalensi dan penyebab buta kedua
mata adalah lensa 1,02 %, glaucoma dan saraf kedua 0,16 %, kelainan refraksi
0,11 %, retina 0,09 %, kornea 0,06 %, lain-lain 0,03 %, prevalensi total 1,47
% (Ilyas, 2004).
8/3/2019 A1 Glaukoma
3/22
Diperkirakan di Amerika serikat ada 2 juta orang yang menderita
glaucoma. Di antara mereka, hampir setengahnya mengalami gangguan
penglihatan, dan hamper 70.000 benar-benar buta, bertambah sebanyak 5500
orang buta tiap tahun. Untuk itu kali ini penulis memusatkan pada pencegahan
dan penatalaksanaan Glaukoma (Smeltzer, 2001).
B. Rumusan masalaha. Apakah definisi glaukoma ?
b. Bagaimana etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis pada glaukoma?c. Bagaimana penatalaksanaan glaukoma ?d. Bagaimana asuhan keperawatan dengan glaukoma?
8/3/2019 A1 Glaukoma
4/22
BAB II
PEMBAHASAN
A. DefinisiGlaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau
kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita
glaukoma (Ilyas, 2006). Glaukoma adalah suatu keadaan tekanan
intraokuler/tekanan dalam bola mata relatif cukup besar untuk menyebabkan
kerusakan papil saraf optik dan menyebabkan kelainan lapang pandang (RS
Mata dr. YAP, 2009). Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan
gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil
saraf optik dengan defek lapang pandangan mata (Ilyas, 2006).
B. Klasifikasi GlaukomaMenurut Ilyas (2003) klasifikasi dari glaukoma adalah sebagai berikut :
a. Glaukoma primer1. Glaukoma sudut terbuka
Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi
kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara
lambat. Disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai
pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh
8/3/2019 A1 Glaukoma
5/22
perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem, dan
saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala
awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO
dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat
dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.
2. Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit)Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis
menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan
trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir ke saluran
schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan
vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang
mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yangtiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat,
penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan
dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan
nyeri yang hebat.
b. Glaukoma sekunder
Dimana glaukoma timbul akibat kelainan didalam bola mata, yang dapat
disebabkan (kelainan lensa, katarak immature, hipermatur dan dislokasi
lensa; kelainan uvea, uveitis anterior; trauma, hifema, inkarserasi iris;
pasca bedah, blokade pupil, goniosinekia). Terjadi dari peradangan mata ,
perubahan pembuluh darah dan trauma .
c. Glaukoma kongenitalGlaukona kongenital adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak
normal. Tekanan bola mata yang normal dinyatakan dengan tekanan air
raksa yaitu antara 15-20 mmHg. Glaucoma yang terjadi sejak lahir, ini
terdapat lebih jarang dari pada glaukoma pada orang dewasa. Glaukoma
kongenital biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di
dalam mata tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata
meningkat terus dan menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan
mata berair dan berkabut dan peka terhadap cahaya.
8/3/2019 A1 Glaukoma
6/22
d. Glaukoma absolutMerupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah
terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan
fungsi lanjut .Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata
dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu
dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan
penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa
neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat
timbulnya glaukoma hemoragik. Pengobatan glaukoma absolut dapat
dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau
melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan
memberikan rasa sakit.
C. EtiologiPenyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokuler ini
disebabkan oleh :
y Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliaryy Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di
celah pupil
D. Manifestasi KlinisPasien dengan glaukoma primer sudut terbuka (glaukoma kronik sudut
terbuka) dapat tidak memberikan gejala sampai kerusakan penglihatan yang
berat terjadi, sehingga dikatakan sebagai pencuri penglihatan. Berbeda pada
glaukoma akut sudut tertutup, peningkatan tekanan TIO berjalan cepat dan
memberikan gejala mata merah, nyeri dan gangguan penglihatan.
1. Peningkatan TIO Normal TIO berkisar 10-21 mmHg (rata-rata 16 mmHg).
Tingginya TIO menyebabkan kerusakan saraf optik tergantung beberapa
faktor, meliputi tingginya TIO dan apakah glaukoma dalam tahap awal
atau lanjut. Secara umum, TIO dalam rentang 20-30 mmHg biasanya
menyebabkan kerusakan dalam tahunan. TIO yang tinggi 40-50 mmHg
8/3/2019 A1 Glaukoma
7/22
dapat menyebabkan kehilangan penglihatan yang cepat dan mencetuskan
oklusi pembuluh darah retina
2. Halo sekitar cahaya dan kornea yang keruhKornea akan tetap jernih dengan terus berlangsungnya pergantian
cairan oleh sel-sel endotel. Jika tekanan meningkat dengan cepat
(glaukoma akut sudut tertutup), kornea menjadi penuh air, menimbulkan
halo di sekitar cahaya.
3. Nyeri, bukan karakteristik dari glaukoma primer sudut terbuka.4. Penyempitan lapang pandang
Tekanan yang tinggi pada serabut saraf dan iskemia kronis pada
saraf optik menimbulkan kerusakan dari serabut saraf retina yang biasanya
menghasilkan kehilangan lapang pandang (skotoma). Pada glaukomastadium akhir kehilangan lapang penglihatan terjadi sangat berat (tunnel
vision), meski visus pasien masih 6/6.
5. Perubahan pada diskus optikKenaikan TIO berakibat kerusakan optik berupa penggaungan dan
degenerasi papil saraf optik.
6. Oklusi vena7. Pembesaran mata
Pada dewasa pembesaran yang signifikan tidak begitu tampak.
Pada anak-anak dapat terjadi pembesaran dari mata (buftalmus).
8/3/2019 A1 Glaukoma
8/22
E. PatofisiologiAqueus humor secara kontinue diproduksi oleh badan silier (sel epitelprosesus
ciliary bilik mata belakang untuk memberikan nutrien pada lensa.Aqueua humor mengalir
melalui jaring-jaring trabekuler, pupil, bilik matadepan, trabekuler mesh work dan kanal
schlem. Tekana intra okuler (TIO) dipertahankan dalam batas 10-21 mmhg tergantung
keseimbangan antara produksi dan pegeluaran (aliran) AqH di bilik mata depan.
Peningaktan TIO akan menekan aliran darah ke syaraf optik dan retina sehingga dapat
merusak serabut syaraf optik menjadi iskemik dan mati.Selanjutnya menyebabkan
kesrusakan jaringan yang dimula dari perifir menuju ke fovea sentralis. Hal ini
menyebabkan penurunan lapang pandang yang dimulai dari daerah nasal atas dan sisa
terakhir pada temporal ( Waluyo ,2010 ).
8/3/2019 A1 Glaukoma
9/22
F. Pathway
Tekanan intra okuler
meningkat
Menekan syaraf
optickdan retina
Serabut syaraf iskemik
Kemungkinan,kenyataan
kehilangan penglihatan
Gangguan lapang
pandang
Kerusakan jaringan
perifer menuju ke foveasentralis
Ansietas b/d faktor
fisilogis, perubahan
status kesehatan, adanya
nyeri,
kemungkinan/kenyataan
Nyeri b/d peningkatan
tekanan intra okuler (TIO)
yang ditandai dengan mual
dan muntah
Gangguan persepsi
sensori penglihatan b/d
gangguan penerimaan,
gangguan status organditandai dengan
kehilangan lapang
Kurang pengetahuan
(kebutuhan belajar)
tentang kondisi,prognosis, dan
pengobatan b/d kurang
terpajan/tak mengenal
sumber
8/3/2019 A1 Glaukoma
10/22
G. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang1. Penilaian dugaan glaukoma memerlukan pemeriksaan slit lamp lengkap
yaitu:
a. Mengukur tekanan ocular dengan tonometer. Tekanan normal sebesar15,5 mmHg. Batasnya ditentukan sebagai 2 standar deviasi di atas dan
di bawah rata-rata (11-21 mmHg). Pada glaukoma sudut terbuka
kronis, tekanan ini biasanya sebesar 22-40 mmHg. Pada glaukoma
sudut tertutup, tekanan meningkat hingga diatas 60 mmHg.
b. Memeriksa sudut iridokornea dengan lensa gonioskopi untukmengkonfirmasi adanya sudut terbuka.
c. Menyingkirkan penyakit mata lainnya yang dapat menyebabkanglaukoma sekunder.
d. Memeriksa lempeng optik dan menentukan apakah mengalami cupping patologis. Cupping merupakan ciri normal lempeng optik. Lempeng
dinilai dengan memperkirakan rasio vertikal mangkuk terhadap
lempeng sebagai suatu keseluruhan (rasio mangkuk terhadap lempeng,
cup to ratio). Pada mata normal, ratio ini biasanya tidak lebih besar
dari 0,4. Namun terdapat kisaran angka yang cukup besar (0-0,8) dan
ukuran manguk optik berkaitan dengan ukuran lempeng optik. Pada
glaukoma kronis, akson yang memasuki papil saraf mati. Mangkuk
sentral meluas dan pinggir serabut saraf menjadi lebih tipis. Papil saraf
optik menjadi atrofi. Rasio mangkuk terhadap lempeng pada bidang
vertikal lebih besar dari 0,4 dan mangkuk menjadi lebih dalam. Jika
mangkuk dalam namun ratio mangkuk terhadap lempeng lebih kecil
dari 0,4 maka kemungkinan bukan glaukmakronis kecuali bila
lempengan sangat kecil. Takik pada pinggir lempeng yang menandai
hilangnya akson fokal juga merupakan tanda kerusakan glaukomatosa.
2. Tes lapang pandang digunakan untuk menegakkan adanya pulau-pulaulapang pandang yang menghilang(skotomata) dan mengamati pasien untuk
menentukan apakah kerusakan visual bersifat progresif.
8/3/2019 A1 Glaukoma
11/22
3. Pada glaukoma sudut tertutup penilaian yang dihasilkan pada pemeriksaanadalah tajam penglihatan berkurang, mata terlijat merah, kornea berawan,
dan pupil oval, terfiksasi dan terdilatasi ( James dkk, 2006).
H. KomplikasiMenurut Elizabeth (2009) komplikasi glaukoma terdiri dari :
1. Kebutaan dapat terjadi pada semua jenis glaukoma. Glaukoma penutupansudut akut adalah suatu kedaruratan medis.
2. Agen topikal yang digunakan untuk mengobati glaukoma dapat memilikiefek sistemik yang merugikan, terutama pada lansia. Efek ini dapat berupa
perburukan kondisi jantung, pernapasan, atau neurologis.
3.
Sinelia anterior periferIris perifer melekat pada jalinan trabekel dan menghambat aliran mata
keluar.
4. KatarakLensa kadang-kadang melekat membengkak, dan bisa terjadi katarak.
Lensa yang membengkak mendorong iris lebih jauh kedepan yang akan
menambah hambatan pupil dan pada gilirannya akan menambah derajat
hambatan sudut.
5. Atrofi retina dan saraf optikDaya tahan saraf mata terhadap tekanan intraokular yang tinggi adalah
buruk. Terjadi gaung glaukoma pada pupil optik dan atrofi retina, terutama
pada lapisan sel-sel ganglion.
I. PenatalaksanaanGlaukoma bukanlah penyakit yang dapat disembuhkan, glaukomadapat dicegah
untuk menghambat kerusakan lanjut dari lapang pandangan danrusaknya saraf penglihat.
Tujuan penatalaksanaan adalah menurunkan TIO ketingkat yang konsisten dengan
mempertahankan penglihatan, penatalaksanaan berbeda-beda tergantung klasifikasi penyakit
dan respons terhadap terapi ( Harnawartiaj, 2008) :
8/3/2019 A1 Glaukoma
12/22
1. Terapi obat.a. Aseta Zolamit (diamox, glaupakx) 500 mg oral.2)
b. Pilokarpin Hcl 2-6 % 1 tts / jam.2. Bedah lazer.
Penembakan lazer untuk memperbaiki aliran humor aqueus danmenurunkan TIO.
3. Bedah konfensional.4. Iredektomi perifer atau lateral dilakukan untuk mengangkat sebagian irisunutk
memungkinkan aliran humor aqueus Dari kornea posterior keanterior. Trabekulektomi
(prosedur filtrasi) dilakukan untuk menciptakansaluran balu melalui sclera
8/3/2019 A1 Glaukoma
13/22
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian1. Data demografi, yang meliputi : Umur, glaukoma primer terjadi pada
individu berumur kurang lebih 40 tahun. Ras, kulit hitam mengalami
kebutaan akibat glaukoma paling sedikit 5 kali dari kulit putih. Pekerjaan,
terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata
2. Aktivitas/IstirahatPerubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan
3. Makanan/CairanMual, muntah (glaukoma akut)
4. Nyeri/Kenyamanan:Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis). Nyeri tiba-
tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala
(glaukoma akut).
5. Neurosensori :Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar
sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut).
6. Riwayat keluargaApakah keluarga mengalami glaukoma, DM,
7. Riwayat pasien: mengalami trauma atau pembedahan mata atau pernahmendapat terapi kortikosteroid jangka panjang. Apakah ada riwayat
penggunaan obat misalnya antidepresan trisiklik, anthihistamin
(menyebabkan dilatasi pupil yang akhirnya dapat menyebabkan AngleClosume Glaucoma), fenotiasin, inhibitor monoamine oksidase (MAO),
antikolinergik, antispasmotik, dan anti Parkinson.
8/3/2019 A1 Glaukoma
14/22
8. Pemeriksaan Fisika. Pemeriksaan dengan oftalmoskop untuk mengkaji kerusakan saraf
optikus, untuk mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus.
Diskus optikus menjadi lebih luas dan dalam pada glaukoma akut
primer, karena anterior dangkal, Aqueus humor keruh dan pembuluh
darah menjalar keluar dari iris.
b. Pemeriksaan lapang pandang perifer : Pada keadaan akut lapang pandang cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan
menurun secara bertahap.
c. Pemeriksaan melalui inspeksiUntuk mengetahui adanya inflamasi mata, sklera kemerahan, kornea
keruh, dilatasi pupil, sedang yang gagal bereaksi terhadap cahaya.d. Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25
mmHg)
e. Pengukuran gonioskopi : Membantu membedakan sudut terbuka darisudut tertutup glaukoma.
f. Tes Provokatif : digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIOnormal atau hanya meningkat ringan.
g. Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM (Brunner & Suddart.2002).
B. Diagnosa1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang
ditandai dengan mual dan muntah.
2. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan, gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang
pandang progresif.
3. Ansietas berhubungan dengan faktor fisilogis, perubahan statuskesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan
ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang
perubahan kejadian hidup
8/3/2019 A1 Glaukoma
15/22
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, danpengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/tak mengenal sumber,
kurang mengingat, salah interpretasi ditandai dengan pertanyaan,
pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi
komplikasi yang dapat dicegah
C. IntervensiNo Diagnosa Tujuan Kriteia hasil Intervensi
1 Nyeri
berhubungan
dengan
peningkatantekanan intra
okuler (TIO)
yang ditandai
dengan mual
dan muntah
Nyeri hilang
atau berkurang
a. Pasien
mendemonstrasikan
pengetahuan akan
penilaian nyeri b. Pasien mengatakan
nyeri
berkurang/hilang
c. Ekspresi wajah
rileks
a. Kaji tipe intensitasdan lokasi nyeri
b. Kaji tingkatan nyeriuntuk menentukandosis analgesik
c. Anjurkan istirahatditempat tidur dalam
ruangan yang tenang
d. Atur sikap fowler 30atau dalam posisi
nyaman.
e. Hindari mual, muntahkarena ini akan
meningkatkan TIO
f. Alihkan perhatian pada hal-hal ya
menyenangkan
g. Berikan analgesiksesuai anjuran
2 Gangguan
persepsi
sensori
penglihatan
berhubungan
Penggunaan
penglihatan
yang optimal
a. Pasien akanberpartisipasi dalam
program
pengobatan
b. Pasien akan
a. Pastikan derajat/tipekehilangan
penglihatan
b. Dorongmengekspresikan
8/3/2019 A1 Glaukoma
16/22
dengan
gangguan
penerimaan,
gangguan
status organ
ditandai
dengan
kehilangan
lapang pandang
progresif.
mempertahankan
lapang ketajaman
penglihatan tanpa
kehilangan lebih
lanjut
perasaan te
kehilangan /
kemungkinan
kehilangan
penglihatan
c. Tunjukkan pemberiantetes mata, contoh
menghitung tetesan,
menikuti jadwal, tidak
salah dosis
d. Lakukan tindakanuntuk membantu
pasien menan
keterbatasan
penglihatan, conto
kurangi
kekacauan,atur
perabot, inga
memutar kepala ke
subjek yang terlihat;
perbaiki sinar suram
dan masalah
penglihatan malam
e. Kolaborasi obat sesuaidengan indikasi
3 Ansietas
berhubungan
dengan faktor
fisilogis,
perubahan
status
kesehatan,
Cemas hilang
atau berkurang
a. Pasien tampakrileks dan
melaporkan ansitas
menurun sampai
tingkat dapat
diatasi
b. Pasien
a. Kaji tingkat ansitas,derajat pengalaman
nyeri/timbulnya
gejala tiba-tiba dan
pengetahuan kondisi
saat ini
b. Berikan informasi
8/3/2019 A1 Glaukoma
17/22
adanya nyeri,
kemungkinan/k
enyataan
kehilangan
penglihatan
ditandai
dengan
ketakutan,
ragu-ragu,
menyatakan
masalah
tentangperubahan
kejadian hidup
menunjukkan
ketrampilan
pemecahan
masalah
c. Pasienmenggunakan
sumber secara
efektif
yang akurat dan
jujur. Diskusi
kemungkinan bahwa
pengawasan
pengobatan
mencegah
kehilangan
penglihatan
tambahan
c. Dorong pasien untukmengakui masalah
danmengekspresikan
perasaan
d. Identifikasisumber/orang yang
menolong
4 Kurang
pengetahuan
(kebutuhan
belajar)
tentang
kondisi,
prognosis, dan
pengobatan
berhubungan
dengan kurang
terpajan/tak
mengenal
sumber,
kurang
mengingat,
Klien
mengetahui
tentang
kondisi,progno
sis dan
pengobatannya
a. pasien menyatakanpemahaman
kondisi, prognosis,
dan pengobatan
b. Mengidentifikasihubungan antar
gejala/tanda
dengan proses
penyakit
c. Melakukan prosedur dengan
benar dan
menjelaskan alasan
tindakan
a. Diskusikan perlunyamenggunakan
identifikasi
b. Tunjukkan tehnikyang benar
pemberian tetes mata
c. Izinkan pasienmengulang tindakan
d. Kaji pentingnyamempertahankan
jadwal obat, conto
tetes mata
e. Diskusikan obat yangharus dihindari,
contoh midriatik,
8/3/2019 A1 Glaukoma
18/22
salah
interpretasi
ditandai
dengan
pertanyaan,
pernyataan
salah persepsi,
tak akurat
mengikuti
instruksi,
terjadi
komplikasiyang dapat
dicegah
kelebihan pemakaian
steroid topical
f. Identifikasi efeksamping/reaksi
merugikan dari
pengobatan
(penurunan nafsu
makan, mual/muntah,
kelemahan,
jantung tak teratu
dll.
g. Dorong pasienmembuat perubahan
yang perlu untuk pola
hidup
h. Dorong menghindariaktivitas,seperti
mengangkat
berat/men doro
menggunakan baju
ketat dan sempit.
i. Diskusikan pertimbangan d
cairan adekuat dan
makanan berserat.
j. Tekankanpemeriksaan rutin.
k. Nasehatkan pasuntuk melaporkan
dengan cepat nyeri
mata hebat,
inflamasi,
8/3/2019 A1 Glaukoma
19/22
peningkatan
fotofobia,
peningkatan
lakrimasi, perubahan
lapang pandang,
penglihatan kab
kilatan sinar/partikel
ditengah lapang
pandang
l. Anjurkan anggotakeluarga memeriksa
secara teratur tandaglaukoma.
8/3/2019 A1 Glaukoma
20/22
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulany Glaukoma adalah suatu keadaan tekanan intraokuler/tekanan dalam bola
mata relatif cukup besar untuk menyebabkan kerusakan papil saraf optik
dan menyebabkan kelainan lapang pandang (RS Mata dr. YAP, 2009).
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik
berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik
dengan defek lapang pandangan mata (Ilyas, 2006).
y Diagnosa yang dapat ditegakkan dalam kasus pasien dengan glaukoma ada4, yaitu :
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okuler (TIO)yang ditandai dengan mual dan muntah.
b. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguanpenerimaan, gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang
pandang progresif.
c. Ansietas berhubungan dengan faktor fisilogis, perubahan statuskesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan
penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah
tentang perubahan kejadian hidup
d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis,dan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/tak mengenal
sumber, kurang mengingat, salah interpretasi ditandai dengan
pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi,
terjadi komplikasi yang dapat dicegah
8/3/2019 A1 Glaukoma
21/22
B. SaranHendaknya jika mengalami tanda gejala glaukoma, secara cepat
lakukanlah pemeriksaan dini agar glaukoma dapat segera ditangani dan tidak
berkelanjutan. Kewaspadaan terhadap glaukoma juga seharusnya lebih
diperhatikan dan ditingkatkan, dengan cara melakukan pemeriksaan berkala
minimal 2 kali setahun, terutama bagi mereka yang memiliki resiko terkena
glaucoma.
8/3/2019 A1 Glaukoma
22/22
DAFTAR PUSTAKA
Bruce James, Chris Chew dan Anthony Bron. (2006). Lecture Notes Oftalmologi,Edisi 9. Erlangga
Brunner & Suddart. (2002).Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth. J. (2009)Buku saku Patofisiologi, Edisi 3. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed 3. Jakarta:
EGC.
Harnawatiaj. (2008).Konjungtivitis. Dalam
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/09/konjugtivitis/.Diperoleh tanggal13Desember 2011
Ilyas, S. (2006).Ilmu Penyakit Mata Ed 3. 205-216. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Khaw, T., Shah, P., Elkington, AR. (2005). ABC of Eyes 4th
Edition. 52-59.
London: BMJ Publishing Group.
RS Mata dr. YAP. Diagnosis dan Penanganan Glaukoma.
http://www.rsmyap.com (diakses 15 Desember 2011).
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan
Medikal
Vaughan, Daniel G, MD, Asbury, Taylor, MD, dan Riordan-Eva, Paul, FRCS,
FRCOphth. Editor; Diana Susanto. Oftalmologi Umum. EGC. Jakarta.
2009. hal; 12 dan 212-229
Waluyo, Sunaryo joko. (2009).Askep Glaukoma. Dalam http://askep
akper.blogspot.com/2009/08/askep-glaukoma.html.Diperoleh tanggal13 Desember
2011