Unud 160 1508351530 Tesis Jatropha
Transcript of Unud 160 1508351530 Tesis Jatropha
-
1
TESIS
ANALISIS KERAGAMAN GENETIK JARAK PAGAR
(Jatropha curcas L.) DENGAN METODE
INTER SIMPLE SEQUENCE REPEATS (ISSR)
KADEK YUNIARI SURYATINI
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI PERTANIAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
-
2
TESIS
ANALISIS KERAGAMAN GENETIK JARAK PAGAR
(Jatropha curcas L.) DENGAN METODE
INTER SIMPLE SEQUENCE REPEATS (ISSR)
KADEK YUNIARI SURYATINI
NIM 0890861009
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI PERTANIAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
-
3
ANALISIS KERAGAMAN GENETIK JARAK PAGAR
(Jatropha curcas L.) DENGAN METODE
INTER SIMPLE SEQUENCE REPEATS (ISSR)
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
pada Program Magister, Program Studi Bioteknologi Pertanian,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI PERTANIAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
-
4
LEMBAR PENGESAHAN
TESIS INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL 18 Juli 2011
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. Ir. I. G. P. Wirawan, M.Sc Ir. Made Pharmawati, M.Sc. Ph.D
NIP. 19580627 198503 1 005 NIP.19680707 199303 2 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Bioteknologi Pertanian Direktur
Program Pascasarjana Program Pascasarjana
Universitas Udayana Universitas Udayana
Dr. G.N. Alit Susanta Wirya, SP. M.Agr Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi,
Sp.S(K)
NIP. 19680115 199403 1 001 NIP. 19590215 198510 2 001
-
5
Lembar Penetapan Panitia Penguji Tesis
Tesis ini Telah Diuji pada
Tanggal 18 Juli 2011
Panitia Penguji Tesis, Berdasarkan SK Rektor
Universitas Udayana No.1289/UN.14.4/HK/2011 Tanggal 11 Juli 2011
Ketua : Prof. Dr. Ir. I. G. P. Wirawan, M.Sc
Sekretaris : Ir. Made Pharmawati, M.Sc, Ph.D
Anggota : Prof. Dr. Ir. I Nyoman Wijaya, MS
: Dr. Ir. I. Gede Ketut Susrama, M.Sc
: Prof. Dr. Dra. Made Sritamin, MS
-
6
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
atas asung wara nugraha Nya, tesis ini dapat diselesaikan. Tesis merupakan
salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi Strata dua (S2) di Universitas
Udayana.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan, dan arahan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan kepada :
1. Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp. P.
D(KHOM), atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis
untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di
Universitas Udayana. Ucapan terimakasih ini juga ditujukan kepada
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh
Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp. S(K).
2. Dr. G. N. Alit Susanta W., SP., M.Agr selaku ketua program studi
Bioteknologi Pertanian, Program Pascasarjana Universitas Udayana serta
sebagai pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan
motivasi. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada para staf dosen
pengajar yang telah memberikan pengajaran dan bimbingan kepada
penulis selama menjalani studi.
3. Prof. Dr. Ir. I. G. P. Wirawan, M.Sc selaku pembimbing I yang telah
memberikan fasilitas, tempat penelitian, bimbingan, dan motivasi kepada
penulis.
4. Ir. Made Pharmawati, M.Sc. Ph.D selaku dosen pembimbing II yang
dengan sabar memberikan bimbingan, motivasi, dan fasilitas penelitian
kepada penulis.
5. Prof Prof. Dr. Ir. I Nyoman Wijaya, MS, Dr. Ir. I. Gede Ketut Susrama,
M.Sc, dan Prof. Dr. Dra. Made Sritamin, MS selaku dosen penguji yang
memberikan saran dan revisi dalam penyusunan tesis ini.
-
7
6. Orang tuaku, Bapak I. W.Githa S. (alm) yang selalu memberikan
inspirasi kepada penulis dan Ibu N. K. Tirtawati, Bapak I. M. Subagia
dan Mamak N. W. Candri, suamiku I. M. Astra Gunawan, ST dan anakku
tersayang Gde Mahesa Githa Paramastra. Keluarga besar terutama Mb
Ayu dan Wi Be. Kedua adikku, Agus dan Ngurah. Keponakan, Surya,
Sumo, Diah, Aby, Mangde, dan Nanda, serta keluarga besar Noja yang
telah memberikan doa, motivasi, dan dukungan material kepada penulis
hingga penyusunan tesis ini bisa diselesaikan.
7. Teman teman seperjuangan dalam perkuliahan dan penelitian terutama
Sari, Pak Candra, Thina, Mb Amy, Arta, dan Indri. Terimakasih untuk
motivasi dan kerjasamanya.
8. Terimakasih penulis sampaikan kepada Mb mang Handayani, Nanik,
Gustra, Gus Eka, Dedik Combo, Weda, Linda, Nanang, Meta, Anggun,
dan Thea atas bantuannya.
9. Rus kecil, Merry, Putri, Sugik, Dedek untuk motivasi dan bantuannya.
10. Semua pihak yang telah mendukung saya dalam perkuliahan dan
penyusunan tesis ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa memberikan berkat dan anugerah
yang melimpah kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
penyusunan tesis ini. Atas segala kekurangannya, penulis mohon maaf. Semoga
tesis ini memberikan manfaat bagi pembaca.
Denpasar, Juli 2011
Penulis
-
8
ABSTRAK
ANALISIS KERAGAMAN GENETIK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)
DENGAN METODE INTER SIMPLE SEQUENCE REPEATS (ISSR)
Jarak pagar (J. curcas L.) adalah penghasil biodiesel yang potensial untuk
dikembangkan. Hambatan dalam pengembangan tanaman jarak pagar adalah
terbatasnya informasi tentang keragaman genetik. Salah satu metode yang
digunakan untuk mengetahui keragaman genetik adalah dengan marka ISSR.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik J. curcas L. dengan
metode Inter Simple Sequence Repeats (ISSR). Sampel diambil dari Tejakula (34
m dpl), Sangsit (52 m dpl), Sukasada (78 m dpl), Gitgit (1278 m dpl), dan
Pancasari (1252 m dpl). Tiga primer (UBC 828, UBC 885, dan UBC 890)
menghasilkan 12 16 pola pita dengan kisaran ukuran 280 1650 bp.
Polimorfisme yang diperoleh sangat tinggi (masing masing primer sebesar 100
%) dan nilai keinformatifan primer (PIC) berada pada kisaran 0,85 0,92. Hasil
analisis kelompok dengan UPGMA (MEGA 5.05) menunjukkan bahwa J. curcas
L. terbagi dalam dua kelompok, dan hanya J. curcas L. asal Pancasari membentuk
kelompok sendiri.
Kata kunci : keragaman genetik, Jatropha curcas L., ISSR, polimorfisme
-
9
ABSTRACT
GENETIC DIVERSITY ANALYSIS OF Jatropha curcas L. BASED ON
INTER SIMPLE SEQUENCE REPEATS (ISSR)
Jatropha curcas L. is a potensial source of biodiesel, however, it needs to
be explored. At the present time, one of the problems of the J. curcas L. is that
there is little information about its genetic diversity. One method to detect genetic
diversity is using molecular marker such as ISSR. The objectives of this research
were to identify J. curcas L. based on Inter Simple Sequence Repeats (ISSR)
marker. The samples were obtained from Tejakula (34 m asl), Sangsit (52 m asl),
Sukasada (78 m asl), Gitgit (1278 m asl), and Pancasari (1252 m asl). Three
primers (UBC 828, UBC 885, and UBC 890) yielding 12 16 band pattern of the
size 280 1650 bp. A high level of polymorphism (each 100 % per primer) was
found with ISSR marker and Polymorphic Information Content (PIC) range from
0,85 0,92. Result of cluster analysis with UPGMA (MEGA 5.05), indicated that
Jatropha curcas L. plant clustered into two main group. However, samples from
Pancasari were grouped together.
Keywords : genetic diversity, Jatropha curcas L., ISSR, polymorphism
-
10
RINGKASAN
Kadek Yuniari Suryatini. Analisis Keragaman Genetik Jarak Pagar
(Jatropha curcas L.) dengan Metode Inter Simple Sequence Repeats (ISSR).
Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. I Gede Putu Wirawan, M.Sc dan Ir. Made
Pharmawati, M.Sc. Ph.D.
Pertambahan jumlah penduduk yang disertai dengan peningkatan
kesejahteraan masyarakat menyebabkan meningkatnya kebutuhan sarana
transportasi dan industri. Hal ini tentu saja menyebabkan kebutuhan bahan bakar
cair juga semakin meningkat (Hambali et al., 2007). Fakta diatas membuka
peluang penggunaan energi terbarukan seperti biodiesel dan mengurangi
penggunaan bahan bakar fosil.
Ketergantungan Indonesia terhadap minyak bumi sudah saatnya dikurangi,
bahkan dihilangkan (Prihandana dan Hendroko, 2006). Untuk mengatasinya
diperlukan langkah-langkah strategis melalui pengembangan alternatif sumber-
sumber energi yang baru dan terbarukan (renewable energy) (Astarini et al.,
2008) yaitu sumber energi alternatif berbahan baku minyak nabati. Biodiesel
merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai
minyak diesel/solar, bersifat ramah lingkungan, dapat diperbaharui, serta mampu
mengeliminasi emisi gas buang dan efek rumah kaca (Hambali et al., 2007).
Salah satu minyak nabati yang sangat prospektif untuk dimanfaatkan
sebagai bahan baku biodiesel adalah biji jarak pagar (J. curcas L.)(Hambali et al.,
2007). Permasalahan yang dihadapi sehubungan dengan pengembangan jarak
pagar yaitu belum adanya kultivar unggul dan teknik budidaya yang memadai
(Dwimahyani, 2005). Untuk itu perlu dilakukan perbaikan dan perbanyakan
genetik yang cepat (Syah, 2006).
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui keragaman genetik jarak
pagar pada beberapa ketinggian tempat yang terdapat di Bali bagian utara
berdasarkan analisis Inter Simple Sequence Repeats (ISSR). Penelitian
dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian Jurusan Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Udayana dan Laboratorium Biomarine Universitas
-
11
Udayana mulai bulan November 2010 sampai dengan Mei 2011. Prosedur
penelitian meliputi pengambilan sampel daun jarak pagar pada beberapa
ketinggian tempat yang berbeda di Bali bagian utara (Tejakula berada pada
ketinggian 34 m dpl, Sangsit : 52 m dpl, Sukasada : 78 m dpl, Gitgit : 1278 m dpl,
dan Pancasari : 1252 m dpl), isolasi DNA genomik, elektroforesis hasil isolasi
DNA genomik, amplifikasi DNA template dengan metode PCR ISSR,
elektroforesis produk PCR ISSR, dan analisis data PCR ISSR.
Berdasarkan hasil amplifikasi DNA dengan PCR ISSR menggunakan
tujuh primer, didapatkan hanya tiga primer (UBC 828, UBC 885, dan UBC 890)
yang mampu mengamplifikasi DNA dalam reaksi PCR ISSR. Hasil
elektroforesis produk amplifikasi DNA menghasilkan 12 16 pola pita DNA
dengan kisaran ukuran 280 1650 bp. Polimorfisme yang diperoleh sangat tinggi
(masing masing primer sebesar 100 %). Nilai keinformatifan primer (PIC)
berada pada kisaran 0,85 0,92, yang berarti primer tersebut mampu mendeteksi
polimorfisme dalam suatu populasi sebesar 85 92 %. Hasil analisis kelompok
dengan UPGMA (MEGA 5.05) menunjukkan bahwa jarak pagar dibagi dalam
dua kelompok, dan hanya jarak pagar asal Pancasari yang membentuk kelompok
sendiri.
-
12
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL .......................................................................................................... i
PRASYARAT GELAR.................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ............................................................... iv
UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................. viii
RINGKASAN................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 6
2.1 Biologi Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) ................................................ 6
2.1.1 Klasifikasi Jarak Pagar (J. curcas L.) .......................................... 6
2.1.2 Morfologi Jarak Pagar (J. curcas L.) ........................................... 6
2.2 Penyebaran Jarak Pagar (J. curcas L.) ................................................ 8
2.3 Syarat Tumbuh Jarak Pagar (J. curcas L.)........................ ........................ 9
2.4 Keragaman Genetik Tanaman... ................ 10
2.5 Polymerase Chain Reaction (PCR) ......................................................... 10
2.5.1 Prinsip Dasar PCR ....................................................................... 10
2.5.2 Pelaksanaan PCR ......................................................................... 11
-
13
2.5.3 Keunggulan PCR ......................................................................... 12
2.6 Inter Simple Sequense Repeats (ISSR) .................................................... 13
2.7 Elektroforesis Gel Agarosa ..................................................................... 14
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ............ 16
3.1 Kerangka Konsep Penelitian ................................................................... 16
3.2 Hipotesis ................................................................................................ 16
BAB IV METODE PENELITIAN .............................................................. 17
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 17
4.2 Penentuan Sumber Data ......................................................................... 18
4.3 Bahan dan Alat Penelitian ...................................................................... 18
4.4 Isolasi DNA Genomik Jarak Pagar (J. curcas L) .................................... 19
4.5 Elektroforesis Gel Agarosa DNA Template . .......................................... 19
4.6 Amplifikasi DNA dengan PCR - ISSR . ................................................. 19
4.7 Analisis Data PCR ISSR . .................................................................... 19
BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................... 23
5.1 Identifikasi Tempat Tumbuhnya Jarak Pagar (J. curcas L) .................... 23
5.2 Analisis Polimorfisme Jarak Pagar (J. curcas L) ................................... 23
5.3 Analisis Hubungan Kekrabatan Jarak Pagar (Jatropha curcas L) ........... 27
BAB VI PEMBAHASAN ........................................................................... 30
6.1 Identifikasi Tempat Tumbuhnya Jarak Pagar (J. curcas L) .................... 30
6.2 Analisis Polimorfisme Jarak Pagar (J. curcas L) ................................... 31
6.3 Analisis Hubungan Kekrabatan Jarak Pagar (J. curcas L) ...................... 34
-
14
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 39
7.1 Simpulan ................................................................................................. 39
7.2 Saran ....................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA .......... 41
LAMPIRAN .................................................................................................. 46
-
15
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Persentase polimorfisme dan PIC dari primer UBC 828, UBC 885, dan
UBC 890 berdasarkan pola pita DNA yang dihasilkan dari 15 tanaman jarak pagar
...................................................................................................................... 24
-
16
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Produk amplifikasi DNA jarak pagar menggunakan primer UBC 828
dengan marker (DNA ladder 100 bp). Lajur paling kiri adalah marker, angka
secara berurutan adalah jarak pagar asal Tejakula 1, Tejakula 2, Tejakula 3,
Sangsit 1, Sangsit 2, Sangsit 3, Sukasada 1, Sukasada 2, Gitgit 1, Gitgit 2, Gitgit
3, Pancasari 1, Pancasai 2, dan Pancasai 3
...................................................................................................................... 25
Gambar 4.2 Produk amplifikasi DNA jarak pagar menggunakan primer UBC 885
dengan marker (DNA ladder 100 bp). Lajur paling kiri adalah marker, angka
secara berurutan adalah jarak pagar asal Tejakula 1, Tejakula 2, Tejakula 3,
Sangsit 1, Sangsit 2, Sangsit 3, Sukasada 1, Sukasada 2, Gitgit 1, Gitgit 2, Gitgit
3, Pancasari 1, Pancasai 2, dan Pancasai 3
...................................................................................................................... 26
Gambar 4.3 Produk amplifikasi DNA jarak pagar menggunakan primer UBC 890
dengan marker (DNA ladder 100 bp). Lajur paling kiri adalah marker, angka
secara berurutan adalah jarak pagar asal Tejakula 1, Tejakula 2, Tejakula 3,
Sangsit 1, Sangsit 2, Sangsit 3, Sukasada 1, Sukasada 2, Gitgit 1, Gitgit 2, Gitgit
3, Pancasari 1, Pancasai 2, dan Pancasai 3
...................................................................................................................... 27
Gambar 4.4 Dendrogram 15 tanaman jarak pagar hasil analisis kelompok
berdasarkan pola pita DNA dari tiga primer ISSR dengan metode UPGMA. Skala
menunjukkan panjang cabang. Angka angka pada garpu merupakan persentase
tingkat kepercayaan pengelompokan dengan analisis bootstrap 500 kali dengan
program MEGA 5.05.
...................................................................................................................... 29
-
17
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data jarak genetik J. curcas L. .................................................. 45
Lampiran 2. Hasil scoring pita DNA yang diamplifikasi dengan primer UBC 828
...................................................................................................................... 46
Lampiran 2. Hasil scoring pita DNA yang diamplifikasi dengan primer UBC 885
...................................................................................................................... 47
Lampiran 2. Hasil scoring pita DNA yang diamplifikasi dengan primer UBC 890
...................................................................................................................... 48
-
18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertambahan jumlah penduduk yang disertai dengan peningkatan
kesejahteraan masyarakat menyebabkan meningkatnya kebutuhan sarana
transportasi dan industri. Hal ini tentu saja menyebabkan kebutuhan bahan bakar
cair juga semakin meningkat (Hambali et al., 2007). Tingginya tingkat
penggunaan energi nasional dengan bahan dasar fosil fuel dan lonjakan
peningkatan harga bahan bakar minyak di tingkat dunia yang akhir-akhir ini
mencapai USD 90 per barel sangat memprihatinkan (Suryana, 2007). Dalam
kurun waktu 10 15 tahun ke depan diperkirakan cadangan minyak bumi
Indonesia akan habis. Perkiraan ini terbukti dengan seringnya terjadi kelangkaan
Bahan Bakar Minyak (BBM) di beberapa daerah di Indonesia (Syah, 2006 dan
Hambali et al., 2007). Fakta di atas membuka peluang penggunaan energi
terbarukan seperti biodiesel dan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.
Selain semakin menipisnya jumlah cadangan bahan bakar fosil, alasan
penting lain untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil adalah harga yang
terus melambung, beban subsidi yang semakin membengkak dan masalah
kerusakan lingkungan (Syah, 2006). Giwangkara (2006) menambahkan, dari
percobaan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), campuran solar
dan minyak nabati (biodiesel) memiliki nilai cetane (oktan pada bensin) lebih
tinggi daripada solar murni. Solar yang dicampur dengan minyak nabati
-
19
menghasilkan pembakaran yang lebih sempurna daripada solar murni sehingga
emisi lebih aman bagi lingkungan.
Ketergantungan Indonesia terhadap minyak bumi sudah saatnya dikurangi,
bahkan dihilangkan (Prihandana dan Hendroko, 2006). Untuk mengatasinya
diperlukan langkah-langkah strategis melalui pengembangan alternatif sumber-
sumber energi yang baru dan terbarukan (renewable energy) (Astarini et al.,
2008) yaitu sumber energi alternatif berbahan baku minyak nabati (Hambali et al.,
2007).
Biodiesel merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat
menyerupai minyak diesel/solar. Biodiesel dapat digunakan baik secara murni
maupun dicampur dengan petrodiesel tanpa terjadi perubahan pada mesin diesel
kendaraan atau mesin lain yang menggunakannya. Penggunaan biodiesel sebagai
sumber energi semakin menuntut untuk direalisasikan sebab selain merupakan
solusi menghadapi kelangkaan energi fosil pada masa mendatang, biodiesel juga
bersifat ramah lingkungan, dapat diperbaharui, serta mampu mengeliminasi emisi
gas buang dan efek rumah kaca (Hambali et al., 2007).
Salah satu minyak nabati yang sangat prospektif untuk dimanfaatkan
sebagai bahan baku biodiesel adalah biji jarak pagar (Jatropha curcas L.)
(Hambali et al., 2007). Pemanfaatan minyak jarak pagar sebagai bahan biodiesel
merupakan alternatif yang ideal untuk mengurangi tekanan permintaan bahan
bakar minyak dan penghematan penggunaan cadangan devisa (Istiana dan
Sadikin, 2008).
-
20
Salah satu keunggulan jarak pagar dapat digunakan sebagai bahan baku
energi terbarukan karena tersebar luas di kawasan tropis dan subtropis (Syah,
2006), minyak jarak pagar tidak termasuk dalam kategori minyak makan (edible
oil) sehingga pemanfaatannya sebagai biodiesel tidak akan mengganggu
penyediaan kebutuhan minyak makan nasional, kebutuhan industri oleokimia, dan
ekspor Crude Palm Oil (CPO) serta dapat beradaptasi pada kondisi kering dan
pada lahan marginal (Hambali et al., 2007).
Permasalahan yang dihadapi sehubungan dengan pengembangan jarak
pagar yaitu belum adanya kultivar unggul dan teknik budidaya yang memadai
(Dwimahyani, 2005). Untuk itu perlu dilakukan perbaikan dan perbanyakan
genetik dengan cepat (Syah, 2006).
Dalam pemuliaan tanaman, keragaman dalam populasi tanaman
mempunyai arti yang sangat penting (Mangoendidjojo, 2003) untuk
pengembangan sumber genetik yang diperlukan dalam pemuliaan tanaman
(Karsinah, 2002). Tingkat keragaman individu dalam populasi menggambarkan
status keberadaan spesies tersebut di alam. Populasi dengan keragaman genetik
yang tinggi mempunyai peluang hidup yang lebih baik karena mempunyai
kemampuan yang lebih baik untuk beradaptasi dengan lingkungannya (Anwar,
1985).
Penelitian keragaman genetik jarak pagar aksesi Jawa Timur dan Sulawesi
yang merupakan koleksi kebun percobaan Asembagus telah dilakukan dengan
menggunakan metode Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD)
(Ariwidiantari, 2009). Evaluasi keragaman genetik jarak pagar di daerah lainnya
-
21
perlu dilakukan termasuk di Bali. Oleh karena itu dilakukan penelitian keragaman
genetik jarak pagar yang terdapat di Bali bagian utara berdasarkan analisis Inter
Simple Sequence Repeats (ISSR).
ISSR melibatkan penggunaan sekuen mikrosatelit sebagai primer dalam
reaksi PCR untuk menghasilkan marka multilokus. ISSR merupakan metode yang
sederhana dan cepat, yang mengkombinasikan keuntungan SSR (Simple Sequence
Repeats) dan AFLP (Amplified Fragment Length Polymorphism) dan
keuniversalan RAPD. Marka ISSR sangat polimorfik dan berguna untuk
mempelajari keragaman genetik, filogeni, tagging gen, pemetaan genom, dan
biologi evolusi (Astarini, 2009).
ISSR memiliki reproduksibilitas tinggi karena penggunaan primer yang
lebih panjang (16 25 basa nukleotida) dibandingkan primer RAPD (10 basa
nukleotida), yang memungkinkan penggunaan suhu annealing yang tinggi (45
60o C). ISSR kebanyakan tersegregasi sebagai marka dominan mengikuti
penurunan sifat mendel (Astarini, 2009).
Berdasarkan berbagai fakta tersebut maka perlu dilakukan penelitian
keragaman genetik jarak pagar pada beberapa ketinggian tempat di Bali bagian
utara agar diperoleh informasi sebagai modal dasar untuk pemuliaan tanaman.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah keragaman genetik jarak pagar pada beberapa ketinggian
tempat yang berbeda di Bali bagian utara berdasarkan analisis Inter Simple
Sequence Repeats (ISSR)?
-
22
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik jarak pagar pada
beberapa ketinggian tempat yang berbeda di Bali bagian utara berdasarkan
analisis Inter Simple Sequence Repeats (ISSR).
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dengan mengidentifikasi keragaman genetik
jarak pagar tersebut antara lain :
1. Tersedianya informasi mengenai keragaman genetik jarak pagar pada
beberapa ketinggian tempat yang terdapat di Bali bagian utara.
2. Inventarisasi plasma nutfah jarak pagar pada beberapa ketinggian tempat
yang terdapat di Bali bagian utara dalam bentuk data molekuler. Informasi
ini bermanfaat dalam usaha program pemuliaan melalui perakitan kultivar
unggul yang dilakukan secara konvensional maupun modern dengan
bioteknologi.
-
23
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Biologi Jarak Pagar (J. curcas L.)
2.1.1 Klasifikasi Jarak Pagar (J. curcas L.)
Jarak pagar merupakan jenis tanaman yang tahan terhadap kekeringan
sehingga tahan hidup di daerah dengan curah hujan rendah. Klasifikasi jarak pagar
sebagai berikut (Prihandana dan Hendroko, 2006) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Jatropha
Spesies : Jatropha curcas L.
2.1.2 Morfologi Jarak Pagar (J. curcas L.)
Tanaman jarak pagar berupa perdu dengan tinggi 1 7 m, bercabang tidak
teratur. Batangnya berkayu, silindris, dan bila terluka mengeluarkan getah. Bagian
bagian jarak pagar (Hambali et al., 2007) antara lain :
(a) Daun. Daun tanaman jarak pagar adalah daun tunggal berlekuk dan bersudut 3
atau 5. Daun tersebar di sepanjang batang. Permukaan atas dan bawah daun
berwarna hijau dengan bagian bawah lebih pucat dibanding permukaan atas.
Daunnya lebar dan berbentuk jantung atau bulat telur melebar dengan panjang 5
-
24
15 cm. Helai daunnya bertoreh, berlekuk, dan ujungnya meruncing. Tulang daun
menjari dengan jumlah 5 7 tulang daun utama. Panjang tangkai daun antara 4
15 cm,
(b) Bunga. Bunga tanaman jarak pagar adalah bunga majemuk berbentuk malai,
berwarna kuning kehijauan, berkelamin tunggal, dan berumah satu. Bunga betina
4 5 kali lebih banyak dari bunga jantan. Bunga jantan maupun bunga betina
tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan yang tumbuh di ujung batang atau
ketiak daun. Bunganya mempunyai 5 kelopak berbentuk bulat telur dengan
panjang kurang lebih 4 mm. Benang sari mengumpul pada pangkal dan berwarna
kuning. Bunganya mempunyai 5 mahkota berwarna keunguan. Setiap tandan
terdapat lebih dari 15 bunga. Jarak termasuk tanaman monoecious dan bunganya
uniseksual. Kadangkala muncul bunga hermaprodit yang berbentuk cawan
berwarna hijau kekuningan,
(c) Buah. Buah tanaman jarak pagar berupa buah kotak berbentuk bulat telur
dengan diameter 2 4 cm. Panjang buah 2 cm dengan ketebalan sekitar 1 cm.
Buah berwarna hijau ketika muda serta abu abu kecoklatan atau kehitaman
ketika masak. Buah jarak terbagi menjadi 3 ruang, masing masing ruang berisi 1
biji sehingga dalam setiap buah terdapat 3 biji. Biji berbentuk bulat lonjong dan
berwarna coklat kehitaman. Biji inilah yang banyak mengandung minyak dengan
rendemen sekitar 30 50 % dan mengandung toksin sehingga tidak dapat
dimakan.
-
25
2.2 Penyebaran Jarak Pagar (J. curcas L.)
Jarak pagar berasal dari Meksiko, Amerika Tengah (Syufri, 2007). Genus
Jatropha dari famili Euphorbiaceae ini memiliki kira-kira 175 spesies di dunia
(Punia, 2007). Tanaman dari famili Euphorbiaceae ini banyak ditemukan di
Afrika Tengah dan Selatan, Asia Tenggara dan India. Awalnya tanaman ini
kemungkinan didistribusikan oleh pelaut Portugis dari Karibia melalui pulau Cape
Verde dan Guinea Bissau ke negara lain di Afrika dan Asia (Syah, 2006).
Jarak pagar menyebar pula ke manca negara. Jarak pagar disebut
pinoncillo di Mexico dengan berbagai nama lokal : Cuauixtli, Kusekeey, Axti, dan
Codice florentino- pignon dInde, pourghcre (Perancis), Physic nut, Purging nut
(Inggris), Purgueira (Portugis), Fagiola dIndia (Italia), Purgeernoot (Belanda),
PurgiernuB, brechnuB (Jerman), dand barri, habel meluk (Arab), kadam (Nepal),
yu-lu-tzu (Cina), sabudam (Thailand), tubang bakod (Philipina), kpoti (Togo),
tabanani (Senegal), mupuluka (Angola), butuje (Nigeria), makaen (Tanzania),
mundubi-assu (Brazil), tempate (Costa Rica), tartago (Puerto Rico), pinol (Peru),
pinon (Guatemala) dan di India dengan berbagai nama lokal : kananaeranda,
parvataranda, jangliarandi, safed arand, bagbherenda, jamalgota, ratanjota, telgu,
kadala manakku, bongalibhotora, dan jahazigoba (Prihandana dan Hendroko,
2006).
Menurut Prihandana dan Hendroko (2006), jarak pagar tumbuh menyebar
di berbagai daerah di Indonesia. Terbukti dengan adanya berbagai nama daerah
seperti nawaih nawas (Nangroe Aceh Darussalam), jirak (Sumatra Barat), jarak
kosta, jarak kusta, jarak budeg, dan kalake pagar (Sunda), jarak gundul, jarak cina,
-
26
jarak iri, dan jarak pager (Jawa), kalekhe paghar (Madura), jarak pageh (Bali),
lulu nau, lulu ai fula, paku luba, paku lunat, dan jarak pageh (Nusa Tenggara),
paku kase (Timor), kuman nema (Alor), lulunan (Roti), jarak kosta, jarak
wolanda, tondoutomene, dan bindalo (Sulawesi), bintalo (Gorontalo), balacai
(Manado), peleng kaliki (Bugis), tangang-tangang kali atau tangang-tangang
kanjoli (Makassar), muun mav, ai hua kamala, ai kamala, ai hua kamaalo, jai
huakamalo, balacai, dan kadoto (Maluku), malate dan makamale (Seram), balacai
(Halmahera), serta balacai hisa (Ternate atau Tidore).
2.3 Syarat Tumbuh Jarak Pagar (J. curcas L.)
Jarak pagar tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian sekitar 500 m di
atas permukaan laut. Curah hujan yang sesuai untuk tanaman jarak pagar adalah
625 mm/tahun, namun tanaman ini dapat tumbuh pada daerah dengan curah hujan
antara 300 2389 mm/tahun (Hambali et al., 2007). Pertumbuhan jarak pagar
sangat cepat. Waktu yang paling baik untuk menanam jarak pagar adalah pada
musim panas atau sebelum musim hujan (Syah, 2006).
Tanaman jarak pagar mempunyai sistem perakaran yang mampu menahan
air dan tanah sehingga tahan terhadap kekeringan serta berfungsi sebagai tanaman
penahan erosi. Jarak pagar dapat tumbuh pada berbagai ragam tekstur dan jenis
tanah, baik tanah berbatu, tanah berpasir, maupun tanah berlempung atau tanah
liat. Di samping itu, jarak pagar juga dapat beradaptasi pada tanah yang kurang
subur atau tanah bergaram, memiliki drainase baik, tidak tergenang, dan pH antara
5 6,5 (Hambali et al., 2007).
-
27
Kisaran suhu yang sesuai untuk bertanam jarak adalah 20 26o C. Pada
daerah dengan suhu terlalu tinggi (di atas 35o C) atau terlalu rendah (di bawah 15
o
C) akan menghambat pertumbuhan serta mengurangi kadar minyak dalam biji dan
mengubah komposisinya (Hambali et al., 2007).
2.4 Keragaman Genetik Tanaman
Semua proses biokimia yang menentukan bentuk dan fungsi (fenotipe)
tumbuhan merupakan hasil dari informasi yang disandi dalam urutan DNA
genom dan dari interaksi antara informasi tersebut dengan lingkungan (Salisbury
dan Ross, 1995). Selain faktor faktor eksternal, misalnya temperatur dan
kualitas cahaya, fenotipe juga dipengaruhi faktor faktor internal, misalnya
hormon dan enzim (Elfrod dan Stansfield, 2007).
Keragaman genetik memainkan peran yang sangat penting dalam
adaptabilitas suatu spesies karena ketika lingkungan suatu spesies berubah, variasi
gen yang kecil diperlukan agar spesies dapat bertahan hidup dan beradaptasi
(Salisbury dan Ross, 1995). Spesies yang memiliki derajat keragaman genetik
yang tinggi pada populasinya akan memiliki lebih banyak variasi alel yang dapat
diseleksi (Elfrod dan Stansfield, 2007).
2.5 Polymerase Chain Reaction (PCR)
2.5.1 Prinsip Dasar PCR
Reaksi Berantai Polimerase (Polymerase Chain Reaction / PCR) adalah
metode amplifikasi suatu sekuen DNA tertentu. PCR merupakan cara yang
sensitif, selektif, dan sangat cepat untuk memperbanyak sekuen DNA yang
diinginkan (Murray et al., 2009).
-
28
Empat komponen utama pada proses PCR adalah (1) DNA cetakan, yaitu
fragmen DNA yang akan dilipatgandakan, (2) Oligonukleotida primer, yaitu suatu
sekuen oligonukleotida pendek (15 25 basa nukleotida) yang digunakan untuk
mengawali sintesis rantai DNA. Primer yang digunakan dalam PCR ada dua yaitu
oligonukleotida yang mempunyai sekuen yang identik dengan salah satu rantai
DNA cetakan pada ujung 5 fosfat dan oligonukleotida yang identik dengan
sekuen pada ujung 3 OH rantai DNA cetakan yang lain, (3)
Deoksiribonukleotida trifosfat (dNTP), yang terdiri atas dATP, dCTP, dGTP,
dTTP, dan (4) Enzim DNA polimerase yaitu enzim yang berfungsi sebagai katalis
dalam reaksi sintesis rantai DNA. Komponen lainnya yang juga berperan penting
adalah senyawa buffer (Yuwono, 2006).
2.5.2 Pelaksanaan PCR
Reaksi pelipatgandaan suatu fragmen DNA dimulai dengan melakukan
denaturasi DNA template (cetakan) sehingga rantai DNA yang berantai ganda
(double stranded) akan terpisah menjadi rantai tunggal (single stranded).
Denaturasi DNA dilakukan dengan menggunakan panas (950C) selama 1 2
menit, kemudian suhu diturunkan menjadi 550C sehingga primer akan menempel
(annealing) pada cetakan yang telah terpisah menjadi rantai tunggal. Proses
annealing biasanya dilakukan selama 1 2 menit. Setelah dilakukan annealing
oligonukleotida primer dengan DNA cetakan , suhu inkubasi dinaikkan menjadi
720C selama 1,5 menit. Pada suhu ini DNA polimerase akan melakukan proses
polimerasi rantai DNA yang baru berdasarkan informasi yang ada pada DNA
cetakan. Setelah terjadi polimerisasi, rantai DNA yang baru akan membentuk
-
29
jembatan hidrogen dengan DNA cetakan. DNA rantai ganda yang terbentuk
dengan adanya ikatan hidrogen antara rantai DNA cetakan dengan rantai DNA
baru hasil polimerisasi selanjutnya akan didenaturasi lagi dengan menaikkan suhu
inkubasi menjadi 950C. Rantai DNA yang baru tersebut selanjutnya akan
berfungsi sebagai cetakan bagi reaksi polimerisasi berikutnya (Yuwono, 2006).
2.5.3 Keunggulan PCR
Keunggulan PCR yaitu (1) Polimerase DNA dapat diarahkan untuk
sintesis wilayah DNA tertentu. Teknik PCR sebenarnya mengeksploitasi berbagai
sifat alami replikasi DNA. Dalam proses tersebut, polimerase DNA
menggunakan DNA berserat tunggal sebagai cetakan untuk mensintesis serat baru
yang komplementer. Cetakan berserat tunggal dapat diperoleh dengan mudah di
laboratorium melalui pemanasan DNA berserat ganda pendek untuk memulai
(prime) proses sintesis. Posisi awal dan akhir sintesis DNA pada PCR dapat
ditentukan dengan menyediakan suatu oligonukleotida sebagai primer yang
menempel secara komplementer pada cetakan sesuai dengan keinginan peneliti
dan (2) PCR menghasilkan amplifikasi wilayah DNA tertentu. Serat DNA dapat
berfungsi sebagai cetakan untuk mensintesis bila primer oligonukleotida
disediakan untuk masing masing serat. Sepasang primer dapat dipilih yang
membatasi flanking wilayah dari DNA yang ingin diperbanyak sehingga serat
DNA yang baru disintesis dimulai dari posisi primer, membentang sampai
melewati posisi primer dari serat lainnya (Mahardika, 2003).
Dengan demikian, tempat ikatan primer baru akan dibuat pada serat yang
baru disintesis. Campuran reaksi kemudian dipanaskan lagi untuk memisahkan
-
30
serat awal dengan yang baru dan berperan sebagai cetakan untuk siklus berikut
yang meliputi : penempelan primer, sintesis serat DNA, dan pemisahan serat.
Hasilnya adalah setelah n siklus, campuran reaksi mengandung sebanyak 2n
molekul DNA serat ganda yang merupakan salinan dari urutan DNA dari kedua
primer (Mahardika, 2003).
2.6 Inter Simple Sequence Repeats (ISSR)
Marka Inter Simple Seguence Repeats (ISSR) menggunakan Simple
Seguence Repeats sebagai primer dengan atau tanpa penambahan sekuen anchor
pada ujung 3 atau 5. Sekuen anchor berfungsi untuk menyesuaikan annealing
primer ke situs target DNA cetakan yang diapit oleh sekuen anchor yang
komplementer. Amplifikasi terjadi jika dua mikrosatelit sekuen berulang yang
sama, dalam orientasi terbalik, berlokasi cukup dekat satu sama lain sehingga
memungkinkan sekuen diantaranya untuk teramplifikasi (Pharmawati, 2009).
Marka ISSR dihasilkan oleh amplifikasi DNA dengan PCR yang
menggunakan primer tunggal. Primer disusun dari sekuen mikrosatelit yang
biasanya dijaga pada ujung 3 atau 5 oleh dua atau empat nukleotida. Marka
ISSR merupakan metode yang cepat, sederhana, murah, dan mempunyai
reproduksibilitas tinggi dengan penggunaan primer yang panjang dan kekuatan
yang tinggi dicapai dengan suhu annealing (Gurcan et al., 2009).
ISSR dapat digunakan untuk tiap spesies karena tidak memerlukan
informasi sekuen genom yang diuji. Pembentukan primer yang digunakan dalam
analisis ISSR berdasarkan motif SSR (di-, tri-, tetra-, atau penta nuleotida) yang
ditemukan pada lokus lokus mikrosatelit. PCR selanjutnya mengamplifikasi
-
31
sekuen diantara dua Simple Seguence Repeats (ISSR). ISSR umumnya digunakan
untuk membedakan kultivar (Pharmawati, 2009).
Marka ISSR terbukti potensial digunakan untuk mendeteksi keragaman
baik pada tingkat intraspecies maupun pada tingkat interspecies, antara lain :
ISSR digunakan untuk membentuk hubungan kekerabatan Grevillea, tanaman asli
Australia (Pharmawati et al., 2004), penentuan kekerabatan strawberry (Fragaria
x ananassa Duch) yang diambil dari Fruit Breeding Departmens, Research
Institute of Pomology and Floriculture, Polandia (Kuras et al., 2004), keragaman
genetik gandum di Cina Barat (Hou et al., 2005), keragaman genetik jarak pagar
di India dan Meksiko (Basha dan Sujatha, 2007), serta variasi genetik Vigna
umbellata, tanaman leguminosae di daerah tropis yang dikoleksi dari Meghalaya
State, India (Muthusamy et al., 2008).
2.7 Elektroforesis Gel Agarosa
Elektroforesis merupakan teknik pemisahan suatu molekul selular
berdasarkan atas ukurannya dengan menggunakan medan listrik yang dialirkan
pada suatu medium yang mengandung sampel yang akan dipisahkan. Teknik ini
digunakan dengan memanfaatkan muatan listrik yang ada pada makromolekul
(Yuwono, 2005).
Elektroforesis gel agarosa tidak hanya digunakan untuk metode analisis,
tetapi secara rutin digunakan untuk persiapan memurnikan fragmen fragmen
DNA tertentu. Gel ini tersusun atas agarosa dan digunakan untuk memisahkan
fragmen fragmen DNA yang ukurannya memiliki rentang beberapa ratus hingga
sekitar 20.000 kb. Agarosa bersifat tidak toksik, kompleks berupa bubuk yang
-
32
terdiri dari campuran polimer dengan dua unit dasar galaktosa, agarosa, dan
agaropektin (Bintang, 2010).
Molekul DNA bermuatan negatif di dalam medan listrik bergerak melalui
gel pada kecepatan yang berbeda tergantung ukurannya yaitu molekul DNA yang
kecil dengan mudah melewati gel sehingga bergerak lebih cepat dibandingkan
molekul yang lebih besar. Keuntungan khusus yang diperoleh menggunakan gel
agarosa adalah pita DNA dapat dideteksi dengan kepekaan yang tinggi (Bintang,
2010). Teknik ini merupakan teknik sederhana, cepat, dan dapat memisahkan
molekul yang diinginkan dari matriksnya yang tidak dapat dilakukan oleh
prosedur lainnya (Sudjadi, 2008).
-
33
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Jarak pagar (J. curcas L.) adalah salah satu tanaman penghasil bahan
bakar nabati (biodiesel) potensial dan mulai marak dikembangkan di beberapa
wilayah di Indonesia (Anonim, 2008). Tanaman jarak pagar selama ini belum
ditanam secara intensif, meskipun tanaman tersebut sebelum Indonesia merdeka
telah dimanfaatkan sebagai sumber energi rumah tangga alternatif. Sebagai
hasilnya, sekarang ini jarak pagar tumbuh liar di berbagai daerah khususnya pada
lahan marginal (Anonim, 2005). Selanjutnya dijelaskan oleh Delita et al. (2008),
hambatan teknis dalam pengembangan tanaman jarak pagar adalah belum
tersedianya klon atau varietas unggul.
Untuk mendapatkan kultivar unggul tanaman jarak pagar sebagai
penghasil minyak dengan karakteristik hasil tinggi dan beradaptasi baik pada
lahan marginal maka perlu dilakukan karakterisasi genetik (Anonim, 2005) yang
berpotensi untuk menjadi kultivar unggul yang menghasilkan kandungan minyak
yang tinggi (Delita et al., 2008).
Berdasarkan hal tersebut diatas maka disusun kerangka konsep penelitian
seperti pada Gambar 3.1.
-
34
Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian
3.2 Hipotesis
Terdapat polimorfisme jarak pagar pada beberapa ketinggian tempat
berbeda di Bali bagian utara (Tejakula, Sangsit, Sukasada, Gitgit, dan Pancasari)
yang disebabkan oleh keragaman genetik dan lingkungan.
Analisis molekuler dengan PCR-
ISSR
Diketahui
Keragaman genetik
Hubungan kekerabatan
Keragaman genetik berdasarkan
karakteristik molekuler
Program pemuliaan tanaman
Populasi jarak pagar (J. curcas L.)
di Tejakula, Sangsit, Sukasada,
Gitgit, dan Pancasari
Isolasi DNA genomik
-
35
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian Jurusan
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana dan Laboratorium
Biomarine Universitas Udayana. Pengambilan sampel dilakukan di lima lokasi
(Tejakula, Sangsit, Sukasada, Gitgit, dan Pancasari) di kabupaten Buleleng.
Penelitian dilakukan mulai bulan November 2010 sampai dengan Mei 2011.
4.2 Penentuan Sumber Data
Populasi dalam penelitian ini adalah tanaman jarak pagar yang terdapat
pada beberapa ketinggian tempat berbeda di Bali bagian utara. Pengambilan
sampel tanaman dengan metode area sampling. Lokasi pengambilan tanaman
dikelompokkan kedalam dua zone yaitu wilayah dengan ketinggian 200 m dpl
(dataran rendah) dan wilayah dengan ketinggian 1000 m dpl (dataran tinggi).
Sampel diambil di lima lokasi di kabupaten Buleleng yaitu Tejakula, Sangsit,
Sukasada, Gitgit, dan Pancasari. Informasi keberadaan tanaman jarak pagar dari
Dinas Perkebunan Provinsi Bali serta informasi dari masyarakat.
4.3 Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun jarak pagar yang
diambil dari lima lokasi di kabupaten Buleleng yaitu Tejakula, Sangsit, Sukasada,
Gitgit, dan Pancasari. Bahan kimia yang dipakai antara lain : CTAB
(cetyltrimethyl ammonium bromide), EDTA (ethylene diamine tetraacetic acid),
Tris-HCl, merkaptoetanol, PVP (polyvinylpyrrolidone), kloroform, isoamyl
-
36
alkohol, etanol 70 %, ddH2O, RNA-se, agarosa, Taq DNA Polymerase (KAPA
Biosystem), Taq DNA Polymerase buffer (KAPA Biosystem), dNTPs (KAPA
Biosystem), MgCl2, DNA ladder 100 bp (Invitrogen), loading blue, ethidium
bromida, primer yang digunakan adalah jenis UBC (University of British
Columbia) antara lain : UBC 811 (5GAG AGA GAG AGA GAG AC 3), UBC
814 (5CTC TCT CTC TCT CTC TA 3), UBC 815 (5CTC TCT CTC TCT CTC
TG 3), UBC 824 (5TCT CTC TCT CTC TCT CG 3), UBC 828 (5TGT GTG
TGT GTG TGT GA 3), UBC 885 (5ACT CGT ACT AGA GAG AGA GAG
AG 3), dan UBC 890 (5AGC ATC AGC GTG TGT GTG TGT GT 3).
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : mesin elektroforesis,
TaKaRa PCR Thermal Cycler, freezer 20o, UV transiluminator, kamera Nikon
D90, autoclaf, micro pipet, kotak es, termometer, timbangan digital, tabung
eppendorf, tabung erlenmeyer, falcon tube, vortex, penangas air, micro sentrifuge,
microwave, mortar pestle, kertas parafilm, Global Positioning System (GPS
Garmin seri e- trex).
4.4 Isolasi DNA Jarak Pagar
Isolasi DNA jarak pagar berdasarkan protokol isolasi DNA dari Doyle dan
Doyle (1989) dengan modifikasi. Sampel daun dari masing masing individu
diambil sebanyak 0,1 gram yang sudah dibekukan pada -20o
C dan digerus sampai
halus kemudian dimasukkan ke dalam tabung eppendorf. Selanjutnya sampel
disuspensikan dalam 1,5 ml buffer ekstraksi hangat (600C) yang mengandung 1,5
% CTAB (w/v), 75 mM Tris-HCl pH 8, 1,05 M NaCl, 15mM Na2EDTA, dan
ditambahkan 2 % -merkaptoetanol, 1 % PVP. Suspensi ini diinkubasi pada suhu
-
37
600C selama 30 menit dalam penangas air. Selama inkubasi tabung eppendorf
dibolak balik secara kontinyu kemudian disentrifugasi pada kecepatan putar
14.000 rpm selama 10 menit. Supernatan yang dihasilkan dipindahkan ke dalam
tabung eppendorf baru. Selanjutnya supernatan ditambahkan campuran kloroform
: isoamylalkohol (24 : 1) dengan volume yang sama dengan supernatan, kemudian
disentrifugasi pada kecepatan putar 14.000 rpm selama 5 menit. Supernatan yang
dihasilkan dipindah ke tabung eppendorf baru dan ditambahkan 1 ml isopropanol
dingin (- 200C). Campuran ini diinkubasi pada suhu - 20
0C selama 30 menit dan
disentrifugasi pada kecepatan putar 14.000 selama 3 menit. Pelet DNA yang
diperoleh dicuci dengan etanol 70 %, kemudian disentrifugasi pada kecepatan
putar 14.000 selama 3 menit. Cairan pencuci dibuang. Tahap tersebut diulangi dua
kali dan pelet DNA yang dihasilkan dikeringanginkan selama 5 menit.
Selanjutnya pelet DNA ditambah dengan 100 l ddH2O. Pelet DNA ditambahkan
RNA-se sebanyak 3 l dan diinkubasi pada suhu 370C selama 30 menit.
Selanjutnya DNA disimpan pada suhu -200C.
4.5. Elektroforesis Gel Agarosa DNA Template
Untuk mengetahui kualitas DNA hasil isolasi, DNA dielektroforesis
dengan gel agarosa 0,8 % dalam bufer TAE (40mM Tris asetat pH 7,9 dan 2
mM Na2EDTA). Agarosa 0,4 gram ditambahkan 50 ml 1X TAE dimasukkan ke
dalam tabung erlenmeyer kemudian dipanaskan pada microwave selama 1 menit.
Sisir pembuat sumur pada gel dipasang. Gel dituang dalam cetakan gel, kemudian
ditunggu sampai mengental dan sisir dicabut sehingga terlihat sumur gel. Gel
dimasukkan dalam tangki elektroforesis yang telah berisi buffer 1X TAE.
-
38
Sebanyak 5 l sampel dicampur dengan loading blue diatas kertas parafilm.
Mesin elektroforesis dialiri listrik pada tegangan 100 volt selama 40 menit.
Pewarnaan dilakukan dengan cara merendam gel dalam ethidium bromida selama
30 menit. Pengamatan DNA dilakukan di bawah lampu UV dan dilakukan
pemotretan.
4.6. Amplifikasi DNA dengan PCR-ISSR
Amplifikasi DNA dengan PCR ISSR dilakukan berdasarkan penelitian
Pharmawati et al. (2004). PCR dilakukan pada total volume 20 l campuran yang
mengandung 12 l master mix (terdiri dari 2 l dNTPmix yang mengandung
dATP, dTTP, dGTP, dan dCTP ; 2 l Taq buffer polymerase ; 1,5 l MgCl2 ; 0,2
l Taq polymerase ; 1 l glicerol ; 2,3 ddH2O), 8 l primer, dan 3 l DNA.
Program amplifikasi yang digunakan pada PCR ISSR sebagai berikut :
1) denaturasi awal pada suhu 940
C selama 5 menit sebanyak satu siklus; 2)
denaturasi suhu 940
C selama 1 menit , annealing pada suhu 400
C selama 1,5
menit, dan extention (perpanjangan) pada suhu 720 C selama 2 menit sebanyak 45
siklus siklus; 3) perpanjangan akhir pada suhu 720 C selama 7 menit sebanyak
satu siklus.
Produk PCR ISSR diperiksa dengan elektroforesis dalam bufer TAE
menggunakan 2 % gel agarosa yang diwarnai dengan ethidium bromida.
Elektroforesis dilakukan pada 100 V selama 40 menit dan pola ISSR diamati
dengan UV transiluminator (Sambrook et al., 1989). Sebagai size marker
digunakan DNA ladder 100 bp.
-
39
4.6. Analisis Data PCR ISSR
Untuk menentukan keragaman genetik, produk PCR ISSR diskor
berdasarkan muncul tidaknya pita DNA. Pita yang muncul pada gel diasumsikan
sebagai alel ISSR. Keragaman alel ISSR ditentukan dari perbedaan migrasi alel
pada gel dari masing- masing individu sampel. Berdasarkan ada atau tidaknya pita
ISSR, profil pita diterjemahkan kedalam data biner. Pita yang muncul diberi kode
A (ada) dan tidak ada (T). Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan
metode Unweighted Pair Group Method Arithmetic (UPGMA) melalui program
MEGA 5.05. Analisis nilai bootstrap dengan UPGMA pada 500 replikasi untuk
mengetahui pengelompokan tanaman jarak pagar yang diuji.
Pengukuran pita DNA ditentukan berdasarkan standar ladder
menggunakan kertas grafik semilogaritma. Jarak pita diukur dari bagian paling
bawah sumur sampai bagian paling bawah pita.
Untuk menentukan tingkat keinformatifan primer, dilakukan penghitungan
Polymorphic Information Content (PIC). PIC dihitung dengan rumus PIC = 1
2, dimana Pij adalah frekuensi pola j yang dihasilkan oleh primer i yang
kemudian dijumlahkan untuk keseluruhan pola pola yang dihasilkan primer.
-
40
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Identifikasi Tempat Tumbuhnya Jarak Pagar (J. curcas L.)
Dalam penelitian ini diambil masing-masing tiga tanaman jarak pagar
yang tumbuh pada satu lokasi dan dilakukan pengukuran ketinggian tempat
tumbuhnya tanaman. Daun yang diambil berupa daun yang masih muda pada
pucuk tanaman. Berdasarkan pengukuran ketinggian tempat diperoleh hasil
sebagai berikut : jarak pagar di Tejakula tumbuh pada ketinggian 34 m dpl,
Sangsit (52 m dpl), Sukasada (78 m dpl), Gitgit (1278 m dpl), dan Pancasari
(1252 m dpl).
5.2. Analisis Polimorfisme Jarak Pagar (J. curcas L.)
Pada penelitian ini telah dicoba tujuh primer pada sampel daun jarak pagar
dalam reaksi PCR ISSR. Tiga dari tujuh primer (UBC 828, UBC 885, dan UBC
890) dapat mengamplifikasi fragmen DNA pada semua sampel sedangkan empat
primer lainnya (UBC 811, UBC 814, UBC 815, dan UBC 824) gagal
mengamplifikasi fragmen DNA.
Hasil amplifikasi fragmen DNA menggunakan tiga primer ISSR (UBC
828, UBC 885 dan UBC 890) pada 15 sampel daun tanaman jarak pagar
menghasilkan produk PCR yang dapat dibaca dan diskor sehingga hasilnya dapat
dianalisis. Data genotipik yang diperoleh dari pemotretan gel hasil amplifikasi
DNA dalam reaksi PCR ISSR adalah berupa pita DNA dengan ukuran tertentu.
Setiap pita pada gel mempresentasikan fragmen DNA pada masing masing
-
41
individu tanaman. Total jumlah pita DNA yang dihasilkan yaitu 183 dengan
ukuran 280 1650 bp.
Persentase polimorfisme dan Polymorphic Information Content (PIC) dari
tiga primer yang digunakan dalam reaksi PCR ISSR pada 15 sampel jarak pagar
disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Persentase polimorfisme dan PIC dari primer UBC 828, UBC 885, dan
UBC 890 berdasarkan pola pita DNA yang dihasilkan dari 15 tanaman
jarak pagar.
Primer Ukuran
pita
(bp)
Jumlah
pita alel
Jumlah
pita DNA
Jumlah
pita
polimorfis
Persentase
polimorfisme PIC
UBC 828 340 1600 16 53 53 100 0,92
UBC 885 280 1450 12 65 65 100 0,85
UBC 890 370 1650 16 65 65 100 0,92
Amplifikasi primer UBC 828 menghasilkan 53 fragmen DNA dengan
kisaran ukuran 340 1600 bp yang berada dalam 16 pola pita. Semua fragmen
(100 %) adalah polimorfis (Gambar 4.1). Tingkat keinformatifan dari primer ini
sebesar 0,92.
-
42
Gambar 4.1. Produk amplifikasi DNA jarak pagar menggunakan primer UBC 828
dengan marker (DNA ladder 100 bp). Lajur paling kiri adalah marker,
angka secara berurutan adalah jarak pagar asal Tejakula 1, Tejakula 2,
Tejakula 3, Sangsit 1, Sangsit 2, Sangsit 3, Sukasada 1, Sukasada 2,
Sukasada 3, Gitgit 1, Gitgit 2, Gitgit 3, Pancasari 1, Pancasari 2, dan
Pancasari 3.
Amplifikasi primer UBC 885 menghasilkan 65 fragmen DNA dengan
kisaran ukuran 280 1450 bp yang berada dalam 12 pola pita. Semua pita (100
%) adalah polimorfis (Gambar 4.2). Tingkat keinformatifan dari primer ini
sebesar 0,85.
2072
1500
600
Pita DNA
-
43
171
Gambar 4.2. Produk amplifikasi DNA jarak pagar menggunakan primer UBC 885
dengan marker ( DNA ladder 100 bp). Lajur paling kiri adalah marker,
angka secara berurutan adalah jarak pagar asal Tejakula 1, Tejakula 2,
Tejakula 3, Sangsit 1, Sangsit 2, Sangsit 3, Sukasada 1, Sukasada 2,
Sukasada 3, Gitgit 1, Gitgit 2, Gitgit 3, Pancasari 1, Pancasari 2, dan
Pancasari 3.
Amplifikasi primer UBC 890 menghasilkan 65 fragmen DNA dengan
kisaran ukuran 370 - 1650 bp yang berada dalam 16 pola pita. Semua pita (100 %)
adalah polimorfis (Gambar 4.3). Tingkat keinformatifan dari primer ini sebesar
0,92.
2072
600
1500
Pita DNA
-
44
Gambar 4.3. Produk amplifikasi DNA jarak pagar menggunakan primer UBC 890
dengan marker ( DNA ladder 100 bp). Lajur paling kiri adalah marker,
angka secara berurutan adalah jarak pagar asal Tejakula 1, Tejakula 2,
Tejakula 3, Sangsit 1, Sangsit 2, Sangsit 3, Sukasada 1, Sukasada 2,
Sukasada 3, Gitgit 1, Gitgit 2, Gitgit 3, Pancasari 1, Pancasari 2, dan
Pancasari 3.
5.3 Analisis Hubungan Kekerabatan Jarak Pagar ( J. curcas L.)
Berdasarkan profil pita DNA hasil amplifikasi menggunakan tiga primer,
ditentukan matrik kesamaan untuk menentukan hubungan kekerabatan 15
tanaman jarak pagar. Masing masing genotip membentuk kelompok dengan
jarak genetik tertentu. Jarak genetik menunjukkan dekat atau tidaknya hubungan
kekerabatan dari genotip genotip yang diamati.
Hasil analisis kelompok (Gambar 4.4 dan Lampiran 1) menunjukkan 15
tanaman jarak pagar dibagi dalam dua kelompok (I dan II) dan masing masing
terdiri atas dua subkelompok (A dan B) yang berada pada jarak genetik 0,045
0,568.
2072
1500
600
Pita DNA
-
45
Subkelompok IA terdiri dari tanaman jarak pagar asal Sukasada 1,
Sukasada 2, Sangsit 1, Tejakula 1, Sukasada 3, Tejakula 2, Gitgit 1, Gitgit 2.
Subkelompok IB terdiri dari jarak pagar asal Sangsit 2 dan Sangsit 3.
Subkelompok IIA terdiri dari jarak pagar asal Tejakula 3 dan Gitgit 3, sedangkan
subkelompok IIB terdiri dari jarak pagar asal Pancasari 1, Pancasari 2, dan
Pancasari 3.
Jarak pagar asal Sukasada 1 dan Sukasada 2 lebih dekat dengan Sangsit 1
pada jarak genetik 0,114. Tanaman jarak pagar asal Sukasada 3 lebih dekat
dengan Tejakula 1 (jarak genetik 0,136) dibandingkan dengan Tejakula 2 (jarak
genetik 0,205). Dua tanaman jarak pagar asal Sangsit (Sangsit 2 dan Sangsit 3)
dekat dengan Gitgit 2 pada jarak genetik 0,432 0,477. Tanaman jarak pagar asal
Gitgit 1 lebih dekat dengan Tejakula 2 pada jarak genetik 0,159 dibandingkan
dengan Gitgit 2 (jarak genetik 0,318). Tanaman jarak pagar asal Pancasari 1 lebih
dekat dengan Tejakula 3 pada jarak genetik 0,182 dibandingkan dengan Gitgit 3
(jarak genetik 0,386).
-
46
B
Sukasada 1
Sukasada 2
Sangsit 1
Tejakula 1
Sukasada 3
Tejakula 2
Gitgit 1
Gitgit 2
Sangsit 2
Sangsit 3
Tejakula 3
Gitgit 3
Pancasari 1
Pancasari 2
Pancasari 3
98
82
33
46
41
17
55
52
35
83
55
0.00.10.20.30.40.5
Gambar 4.4. Dendrogram 15 tanaman jarak pagar hasil analisis kelompok
berdasarkan pola pita DNA dari tiga primer ISSR dengan metode UPGMA. Skala
menunjukkan panjang cabang. Angka angka pada garpu merupakan persentase
tingkat kepercayaan pengelompokan dengan analisis bootstrap 500 kali dengan
program MEGA 5.05.
A
B
A
I
II
-
47
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Identifikasi Tempat Tumbuhnya Jarak Pagar ( J. curcas L.)
Tempat pengambilan sampel tanaman jarak pagar dibedakan berdasarkan
ketinggian tempat. Data yang diperoleh menunjukkan perbedaan ketinggian
tempat tumbuhnya tanaman. Jarak pagar di Tejakula tumbuh pada ketinggian 34
m dpl, Sangsit (52 m dpl), Sukasada (78 m dpl), Gitgit (1278 m dpl), dan
Pancasari (1252 m dpl). Kisaran perbedaan ketinggian tempat (34 1278 m dpl)
menunjukkan jarak pagar mampu tumbuh pada berbagai ketinggian tempat.
Menurut Hambali et al. (2007), jarak pagar merupakan tanaman tahunan
yang cocok tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 300 m dpl, namun
sebaran tumbuh dapat mencapai ketinggian 1000 m dpl. Mahmud et al. (2008)
menambahkan jarak pagar bahkan bisa tumbuh pada ketinggian 1700 m dpl.
Prihandana dan Hendroko (2006) menyatakan jarak pagar akan tumbuh
dan berproduksi optimal jika ditanam di lahan kering dataran rendah yang
beriklim kering. Jarak pagar dapat tumbuh di lahan marginal yang miskin hara,
tetapi dengan drainase dan aerasi yang baik. Selanjutnya dikemukakan oleh
Mahmud et al. (2008), jarak pagar tidak tahan cuaca yang sangat dingin dan tidak
sensitif dengan panjang hari.
Daya adaptasi tanaman jarak pagar bisa dilihat dari kemampuannya
bertahan hidup di daerah yang mengalami musim kemarau panjang yaitu dengan
cara meranggaskan daunnya. Selain meranggaskan daunnya, adaptasi jarak pagar
pada musim kering dapat dilihat dari kemampuannya menyimpan cadangan air
-
48
pada akar dan daunnya. Hal itulah yang menyebabkan penyebaran tanaman sangat
luas karena bisa tumbuh dengan optimal di wilayah yang kering (Anonim, 2008).
6.2 Analisis Polimorfisme Jarak Pagar (J. curcas L.)
Isolasi DNA genomik jarak pagar dengan bufer ekstraksi CTAB
menghasilkan fragmen tunggal DNA yang relatif sama. Ardiana (2009)
menyatakan bahwa ekstraksi untuk mendapatkan DNA berkualitas tinggi
merupakan suatu kaidah dasar yang harus dipenuhi dalam studi molekuler.
Marka molekuler merupakan teknik yang efektif dalam analisis genetik
(Yunus, 2007) karena sifat genetik cenderung stabil pada perubahan lingkungan
dan tidak dipengaruhi oleh umur sehingga penanda genetik dapat memberikan
informasi yang relatif lebih akurat (Julisaniah et al., 2008).
Marka Inter Simple Seguence Repeats (ISSR) adalah teknik pendeteksian
genetik polimorfisme DNA tanpa perlu lebih dulu mengetahui susunan basa dari
genomik tanaman diantara susunan basa yang berulang yang membentang pada
utas DNA (Wahyuni et al., 2004). ISSR menggunakan primer tunggal yang
panjang dan kekuatan yang tinggi dicapai dengan suhu annealing (Gurcan et al.,
2009). Amplifikasi terjadi jika dua mikrosatelit sekuen berulang yang sama,
dalam orientasi terbalik, berlokasi cukup dekat satu sama lain sehingga
memungkinkan sekuen diantaranya untuk teramplifikasi (Pharmawati, 2009).
Amplifikasi DNA jarak pagar menggunakan tiga primer (UBC 828, UBC
885, dan UBC 890) menghasilkan 183 pita DNA. Karsinah (2002) menyatakan
pita DNA merupakan hasil berpasangannya nukleotida primer dengan nukleotida
genom tanaman. Dalam penelitian ini, pita yang dihasilkan tidak selalu
-
49
memperoleh intensitas pita yang sama. Hasil elektroforesis memperlihatkan pita
pita yang jelas dan redup. Menurut Poerba dan Martanti (2008), jumlah dan
intensitas pita DNA yang dihasilkan sangat tergantung pada kemampuan primer
mengenali urutan DNA komplementernya pada cetakan DNA yang digunakan.
Intensitas pita DNA hasil amplifikasi pada setiap primer dipengaruhi oleh
kemurnian dan konsentrasi cetakan DNA. Cetakan DNA yang mengandung
senyawa senyawa seperti polisakarida dan senyawa fenolik sering menghasilkan
pita DNA amplifikasi yang redup (Poerba dan Martanti, 2008). Demikian pula
apabila konsentrasi DNA terlalu rendah akan menghasilkan fragmen sebagai pita
yang sangat tipis pada gel atau bahkan pita tidak terlihat secara visual. Sebaliknya,
konsentrasi DNA yang terlalu tinggi akan menyebabkan fragmen terlihat tebal
sehingga sulit dibedakan antara satu pita dengan pita lainnya (Haris et al., 2003).
Selain hal tersebut diatas, adanya pita pita DNA yang bervariasi dalam
intensitasnya ini dapat terjadi karena jumlah kopi yang diamplifikasi mewakili
suatu pita tidak sama. Ada yang berulang cukup banyak sehingga terlihat sebagai
pita DNA yang sangat jelas dan ada yang jumlah kopinya hanya beberapa saja dan
tidak cukup banyak untuk dapat terlihat sebagai pita yang jelas sehingga terlihat
tipis dan samar (Roslim et al., 2003).
Dalam penelitian ini, dari tiga primer dihasilkan 12 16 pola pita.
Menurut Wahyuni et al. (2004), marka ISSR akan mengamplifikasi kurang dari
20 pola pita. Pola pita yang teramplifikasi tersebut adalah pola pita utama (mayor
band) yang ditandai oleh penampakan pita yang jelas dan tebal serta pola pita
-
50
tidak utama (minor band) yang penampilan pitanya lebih tipis dan kadang kurang
jelas.
Dalam penelitian ini diperoleh pita DNA yang berukuran 280 1650 bp.
Berdasarkan hasil penelitian Singh et al. (2009) dengan menggunakan marka
ISSR pada amplifikasi DNA jarak pagar di India, diperoleh pita DNA yang
berukuran 200 - 2500 bp. Innis dan Gelfand (1990) menjelaskan, ukuran pita
DNA yang berbeda ini disebabkan perbedaan panjang situs DNA pada tanaman
yang dapat diperpanjang oleh primer. Semakin lebar jarak antar situs primer
dengan yang lain pada cetakan DNA akan dihasilkan DNA baru yang panjang
dengan bobot molekul tinggi.
Polimorfisme ditandai dengan ada dan tidak adanya pita pada suatu sampel
serta perbedaan ukuran pita yang dihasilkan setiap sampel. Pada penelitian ini,
polimorfisme jarak pagar pada tingkat molekuler sangat tinggi yaitu sebesar 100
%. Menurut McGregor et al. (2000), polimorfisme merupakan gambaran
amplifikasi yang diperoleh dari perbedaan fragmen DNA yang diobservasi dan
diskor sebagai ada atau tidaknya perbedaan sekuen sehingga menunjukkan ada
tidaknya variasi.
Keragaman genetik jarak pagar pada populasi memberikan gambaran
kondisi jarak pagar di alam. Analisis PCR ISSR untuk menentukan keragaman
genetik yaitu dengan melihat ada atau tidaknya pita-pita DNA pada berat molekul
tertentu yang dapat diamplifikasi oleh suatu primer pada suatu individu tertentu.
Menurut Nuryani (2003), jumlah pita polimorfis dalam analisis keragaman
genetik sangat menentukan tingkat keragaman genetik suatu populasi. Perbedaan
-
51
jumlah dan polimorfisme pita DNA yang dihasilkan mengambarkan kompleksitas
genom tanaman yang diamati.
Tingkat keinformatifan primer (PIC) yang digunakan dalam penelitian ini
berkisar dari 0,85 0,92. Hal ini mengindikasikan primer tersebut mampu
mendeteksi polimorfisme dalam suatu populasi sebesar 85 92 %. Menurut
Anderson et al. (1993), semakin besar nilai PIC suatu primer maka primer
tersebut semakin bagus digunakan sebagai penanda molekuler. PIC mengacu pada
nilai suatu penanda untuk mendeteksi polimorfisme dalam populasi. PIC
tergantung dari banyaknya frekuensi dan distribusi alel yang ditemukan.
6.3 Analisis Hubungan Kekerabatan Jarak Pagar ( J. curcas L.)
Analisis hubungan kekerabatan pada 15 tanaman jarak pagar menunjukkan
sampel tanaman terbagi dalam dua kelompok. Subkelompok IA terdiri atas jarak
pagar asal Sukasada 1, Sukasada 2, Sangsit 1, Tejakula 1, Sukasada 3, Tejakula 2,
Gitgit 1, dan Gitgit 2 yang berada pada jarak genetik 0,045 0,273. Subkelompok
IB terdiri atas jarak pagar Sangsit 2 dan Sangsit 3 (jarak genetik 0,091).
Kelompok II terdiri atas jarak pagar asal Tejakula 3 dan Gitgit 3 (jarak genetik
0,205) yang membentuk kelompok dengan jarak pagar asal Pancasari (jarak
genetik 0,091 0,114).
Nilai bootstrap dari pengelompokan jarak pagar yang diuji berada dalam
kisaran 17 98 %. Untuk mendapatkan hasil pengelompokan yang lebih baik
dengan nilai bootstrap yang tinggi, perlu pengujian dengan menggunakan primer
yang lebih banyak karena menurut Holmes (2005), semakin tinggi nilai bootstrap
maka akan semakin baik. Kartikaningrum et al. (2002) menambahkan, secara
-
52
teoritis meningkatnya keakuratan pengelompokan disebabkan oleh semakin
banyaknya data yang digunakan. Pada umumnya ketepatan perkiraan
pengelompokan akan meningkat apabila jumlah lokus yang terdeteksi dalam
analisis meningkat.
Hasil analisis dendrogram tersebut memperlihatkan populasi jarak pagar
yang berasal dari Pancasari mengelompok menjadi satu kelompok berdasarkan
lokasi tempat tumbuhnya tanaman. Tanaman jarak pagar asal Tejakula, Sangsit,
Sukasada, dan Gitgit tidak mengelompok berdasarkan lokasi tetapi menyebar.
Menurut Indriani (2000), genotipe genotipe yang berasal dari satu wilayah
cenderung mengelompok pada jarak genetik yang kecil. Hal ini disebabkan
adanya kisaran geografi yang rendah, secara genetika lebih seragam dibandingkan
dengan populasi yang tersebar luas.
Berdasarkan pengelompokan tersebut mengindikasikan jarak pagar asal
Pancasari berasal dari induk yang terbatas atau sama sehingga sampel tanaman
asal Pancasari memiliki keragaman genetik lebih rendah dibandingkan dengan
jarak pagar asal Tejakula, Sangsit, Sukasada, dan Gitgit. Menurut Mansyah
(2003), besarnya perbedaan jarak genetik dalam populasi dapat disebabkan oleh
beberapa faktor seperti faktor isolasi oleh jarak, geografi, ekologi, dan reproduksi.
Apabila hal ini terjadi maka akan muncul jenis baru yang mampu beradaptasi
pada lingkungannya secara alami dan jangka panjang.
Berdasarkan teori Vavilov yang salah satunya mengemukakan bahwa
wilayah yang memiliki keanekaragaman genetik yang besar sebagai pusat asal
(Mukerjee, 1987 dalam Indriani, 2000). Untuk tanaman jarak pagar sudah lama
-
53
dikenal masyarakat di berbagai daerah di Indonesia, yaitu sejak diperkenalkan
oleh bangsa Jepang sejak tahun 1942 (Hambali et al., 2007). Jarak pagar berasal
dari Meksiko, Amerika Tengah (Syufri, 2007). Tanaman dari famili
Euphorbiaceae ini banyak ditemukan di Afrika Tengah dan Selatan, Asia
Tenggara, dan India (Syah, 2006). Awalnya tanaman ini diduga didistribusikan ke
Afrika dan Asia oleh para penjelajah Portugis dan Spanyol berdasarkan bukti
bukti nama setempat (nama lokal/daerah) (Syah, 2006). Pada mulanya penyebaran
jarak pagar di Asia dimulai pada dua titik wilayah yaitu Malaka dan Filipina
(Heller, 1996). Pada daerah asalnya, tanaman tentunya mempunyai keragaman
genetik yang lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya (Indriani, 2000).
Tanaman jarak pagar asal Tejakula dan Gitgit terpisah dalam dua
kelompok. Pola pengelompokan pada kelompok I lebih heterogen. Fenomena
yang menarik dari hasil pengelompokan tersebut adalah mengelompoknya
individu dari lokasi yang berlainan ke dalam satu kelompok. Menurut Poerba dan
Martanti (2008), hal tersebut mengindikasikan adanya keragaman genetik yang
disebabkan oleh rekombinasi genetik. Karuniawan et al. (2008) menambahkan,
populasi dari habitat yang sama belum tentu memiliki hubungan kekerabatan yang
lebih dekat. Hubungan kekerabatan yang dekat, terdapat juga pada genotipe
genotipe yang berbeda asalnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan
atau adanya interaksi genotip dengan lingkungan. Mansyah (2003) juga
menyatakan, populasi tanaman yang diuji mempunyai tingkat umur yang
bervariasi atau generasi penanaman yang berbeda sehingga menimbulkan
keragaman genetik.
-
54
Keragaman genetik merupakan variasi genetik yang dimiliki oleh individu
dalam suatu populasi yang menempati suatu ekosistem. Keragaman menempati
posisi kunci dalam program pemuliaan karena genetik optimalisasi atau
maksimalisasi perolehan genetik akan sifat sifat tertentu, dapat dicapai apabila
ada cukup informasi untuk melakukan seleksi gen terhadap sifat yang diinginkan
(Irwanto, 2007).
Suryanto (2008) menyatakan keragaman genetik dapat terjadi karena
adanya perubahan nukleotida penyusun DNA. Perubahan ini mungkin dapat
mempengaruhi fenotip suatu organisme yang dapat dipantau dengan mata
telanjang atau mempengaruhi reaksi individu terhadap lingkungan tertentu. Secara
umum keragaman genetik dari suatu populasi dapat terjadi karena adanya mutasi,
rekombinasi, atau migrasi gen dari satu tempat ke tempat lain.
Perbanyakan tanaman jarak pagar dapat dilakukan secara generatif
maupun vegetatif (Hambali et al., 2007). Tanaman yang dibiakkan secara
vegetatif akan mempunyai keseragaman secara genetik karena dikembangkan dari
induk yang sama. Cara pembiakan ini dapat melestarikan sifat sifat yang
dimiliki oleh suatu tanaman, tetapi adanya interaksi antara genetik dan lingkungan
menyebabkan perubahan perubahan secara fisik yang dapat bersifat sementara
atau permanen. Perubahan yang bersifat permanen disebabkan karena terjadinya
perubahan pada material genetiknya (Mangoendidjojo, 2008).
Menurut Julisaniah et al. (2008), informasi hubungan genetik diantara
individu di dalam dan diantara spesies mempunyai kegunaan penting bagi
perbaikan tanaman. Dalam program pemuliaan tanaman, pendugaan hubungan
-
55
genetik sangat berguna untuk mengelola plasma nutfah, identifikasi kultifar,
membantu seleksi tetua untuk persilangan, serta mengurangi jumlah individu yang
dibutuhkan untuk pengambilan sampel dengan kisaran keragaman genetik yang
luas.
-
56
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan :
1. Berdasarkan hasil amplifikasi DNA jarak pagar (J. curcas L.)
menggunakan tiga primer ISSR (UBC 828, UBC 885, dan UBC 890),
menunjukkan adanya keragaman genetik jarak pagar pada beberapa
ketinggian tempat di Bali bagian utara (Tejakula, Sangsit, Sukasada,
Gitgit, dan Pancasari) yang berada pada jarak genetik 0,045 0,568.
2. Berdasarkan hasil analisis kelompok 15 sampel tanaman jarak pagar
dapat dibagi menjadi dua kelompok utama (kelompok I terdiri dari jarak
pagar asal Sukasada 1, Sukasada 2, Sangsit 1, Tejakula 1, Sukasada 3,
Tejakula 2, Gitgit 1, Gitgit 2, Sangsit 2, dan Sangsit 3 ; kelompok II terdiri
dari jarak pagar asal Tejakula 3, Gitgit 3, Pancasari 1, Pancasari 2, dan
Pancasari 3). Jarak pagar asal Tejakula, Sangsit, Sukasada, dan Gitgit tidak
mengelompok berdasarkan lokasi, dan hanya jarak pagar asal Pancasari
membentuk kelompok sendiri berdasarkan lokasi.
3. Berdasarkan nilai jarak genetik, diperoleh keragaman genetik tertinggi
pada tanaman jarak pagar asal Sangsit yang berada pada jarak genetik
0,091 0,364.
-
57
7.2 Saran
1. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang optimal perlu dilakukan penelitian
serupa dengan jumlah sampel dan jumlah primer yang lebih banyak pada
lokasi yang berbeda.
2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme terjadinya
keragaman genetik pada jarak pagar di Bali.
-
58
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Menghijaukan Pantai Memanen Minyak.
http://wwwfaperta.ugm.ac.id/jatropha.
Anonim. 2008. Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Info Tek Jarak Pagar 39 (10) :
37 40. http://www.perkebunan.litbang.litbang.deptan.go.id.
Anderson, J.A., Churchill, G. A., Autrique, J. E., Tanksley, S. D., dan Sorrells, M.
E. 1993. Optimizing Parental Selection for Genetic Linkage Maps.
Jurnal Genome 36 : 181 186.
Anwar, A. 1985. Ringkasan Biologi. Ganesa Exact. Bandung.
Ariwidiantari, P.P.S. 2009. Studi Kekerabatan Aksesi Jarak Pagar (Jatropha
curcas L.) dengan Teknik Random Amplified Polymorphic DNA
(RAPD). Skripsi Jurusan Biologi. F.MIPA. UNUD. Denpasar.
Ardiana, D.W. 2009. Teknik Isolasi DNA Genom Tanaman Pepaya dan Jeruk
dengan Menggunakan Modifikasi Bufer CTAB. Buletin Teknik
Pertanian 14 (1) : 12 16.
Astarini, I.A. 2008. Pengembangan Klon Unggul Jarak Pagar (Jatropha curcas
L.) Tahan Kering dengan Pendekatan Molekuler. Proposal Penelitian.
Tidak Dipublikasikan.
Astarini, I.A. 2009. Aplikasi Marka Molekuler untuk Peningkatan Kualitas
Produksi Kembang Kol (Brassica oleraceae var. botrytis). Editor :
Wirawan, I.G.P., Supartana, P., dan Juliasih, S. M. Penerbit Universitas
Udayana. Denpasar.
Basha, S.D. dan Sujatha, M. 2007. Inter and Intra population Variability of
Jatropha curcas (L.) Characterized by RAPD and ISSR Markers and
Development of Population specific SCAR markers. Euphytica 156 :
375 386.
Bintang, M. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Delita, K., Efriani, M. dan Ummi, K. 2008. Korelasi Aktivitas Nitrat Reduktase
dan Pertumbuhan Beberapa Genotipe Tanaman Jarak Pagar (Jatropha
curcas Linn.) yang Diperlakukan dengan Zat Pengatur tumbuh 2,4-D.
Jurnal Akta Agrosia 11 (1) : 80 86.
Doyle, J.J dan J. L. Doyle. 1989. Isolation of Plant DNA from Fresh Tissue.
Focus 12 (1) : 13 15.
-
59
Dwimahyani, I. 2005. Pemuliaan Mutasi Jarak Pagar (Jatropha curcas L.).
P3TIR-BATAN. http://www.ristek.go.id/index.php?mod=News&conf=v&id=972
Elfrod, S. dan Stansfield, W. 2007. Genetika. Edisi Keempat. Penerjemah :
Damaring, T. W. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Giwangkara, E.G. 2006. Jarak Pagar Lebih Fleksibel dari Kelapa Sawit. http://persembahanku.wordpress.com/2006/07/29/jarak-pagar-lebih-fleksibel-dari-kelapa-sawit/.
Gurcan, K., Mehlenbacher, S.A., dan Cristofori, V. 2009. Inter Simple Sequence
Repeats (ISSR) Markers in Hazelnut. International Society for
Horticultural Science.
http://www.actahort.org/members/showpdf?booknrarnr=845_19
Hambali, E., Ani, S., Dadang, Hariyadi, Hasim, H., Iman, K.R., Mira, R., Ihsanur,
M., Prayoga, S., Soekisman, T., Tatang, H.S., Theresia, P., Tirto, P., dan
Wahyu, P. 2007. Jarak Pagar : Tanaman Penghasil Biodiesel. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Haris, N., Aswidinoor, H., Nurita, T. M., dan Purwantara, A. 2003. Jurnal Menara
Perkebunan 71 (1) : 1 15.
Heller, J. 1996. Physic Nut (Jatropha curcas L.) : Promoting Concervation and
Use of Underutilized and Neglected Crops. Institut of Plant Genetic and
Crops Plant Research. International Plant Genetic Resources Institut.
Rome.
Hou, C., Yong.,Yan, Z., Wei, Y., dan Zheng, Y. 2005. Genetic Diversity in Barley
from West China Based on RAPD and ISSR Analysis. Barley Genetic
Newsletter 35 : 9 22.
Holmes, S. 2005. Bootstraping Phylogenetic Trees : Theory and Methods.
Stanford. USA.
Innis, M.A. dan Gelfand, D.H. 1990. PCR Protocol : A Guide to Methods and
Applications. Academic Press. San Diego.
Indriani, F. C. 2000. Keragaman Genetik Plasma Nutfah Kenaf (Hibiscus
cannabinus L.) dan beberapa Spesies yang Sekerabat Berdasarkan
Analisis Isozim. Tesis. Fakultas Pertanian. Program Pasca Sarjana.
Universitas Brawijaya. Malang.
Irwanto. 2007. Analisis Vegetasi untuk Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung
Pulau Marsegu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku. Tesis.
-
60
Program Studi Ilmu Kehutanan. Jurusan Ilmu ilmu Pertanian. Sekolah
Pasca Sarjana. UGM. Yogyakarta.
Istiana, H. dan Sadikin, I. 2008. Cara Pengujian Media Tumbuh Pada Pembibitan
Tanaman Jarak Pagar. Buletin Teknik Pertanian 13 (1)
http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/bt131085.pdf
.
Julisaniah, N.I., Sulistyowati, L., dan Sugiharto, A.N. 2008. Analisis Kekerabatan
Mentimun (Cucumis sativus L.) menggunakan Metode RAPD PCR dan
Isozim. Jurnal Biodiversitas 9 (2) : 99 102.
Karsinah, Sudarsono, Setyobudi, L., dan Aswindinnoor. 2002. Keragaman
Genetik Plasma Nutfah Jeruk berdasarkan Analisis Penanda RAPD.
Jurnal Bioteknologi Pertanian 7 (1) : 8 16.
Karuniawan, A., Sahala, B., dan Ismail, A. 2008. Keanekaragaman Genetik
Mucuna Berdasarkan Karakter Morfologi dan komponen Hasil. Jurnal
Zuriat 19 (1) : 41 59.
Kuras, A., Korbin, M., dan Zueawicz, E. 2004. Comparison of Suitability of
RAPD and ISSR Techniques for Determination of Strawberry (Fragaria
x ananassa Duch.) Relationship. Plant Cell, Tissue and Organ Culture 79
: 189 193.
Kartikaningrum, S., Hermiati, N., Baihaki, A., Murdaningsih, H. K., dan Nurita,
T. M. 2002. Kekerabatan antar Genus Anggrek Sub Tribe Sarchantinae
Berdasarkan Data Fenotip dan Pola Pita DNA. Jurnal Zuriat 13 (1) : 1
10.
McGregor, C.E., C.A. Lambert, M.M. Grylic, J.H. Louw, and L. Warnich. 2000.
A comparison assessment of DNA finger printing technique (RAPD,
ISSR, AFLP, and SSR) in tetraploid potato (Solanum tuberosum L.)
germplasma. Euphytica 113 : 135 144.
Mahardika, I.G.N.K. 2003. Polymerase Chain Reaction. Laboratorium Virologi.
Fakultas Kedokteran Hewan.Universitas Udayana. Denpasar.
Mahmud, Z., Allorerung, D., dan Rivaie, A.A. 2008. Teknik Budidaya Jarak
Pagar (Jatropha curcas L.). Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Departemen
Pertanian. Bogor.
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar Dasar Pemuliaan Tanaman. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
-
61
Mansyah, E., Baihaki, A., Setiamiharja, R., Darsa, J. S., dan Sobir. 2003. Analisis
Variabilitas Genetik Manggis (Garcinia mangostana L.) di Jawa dan
Sumatra Barat Menggunakan Teknik RAPD. Jurnal Zuriat 14 (1) : 35
44.
Murray, R.K., Granner, D.K., dan Rodwell, V.W. 2006. Biokimia Harper.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Muthusamy, S., Kanagarajan, S., dan Ponnusamy, S. 2008. Efficiency of RAPD
and ISSR Marker System in Accessing Genetic Variation of Rice Bean
(Vigna umbellata) Landraces. Electronic Journal of Biotechnology 11
(3) : 1 8.
Nuryani, D. 2003. Analisis Keseragaman Genetik Tanaman Teh (Camellia
sinensis (L) O. Kuntze) Asal Kultur Jaringan, Setek, dan Biji dengan
Teknik RAPD. Skripsi. Jurusan Kimia. F.MIPA. IPB. Bogor.
Pharmawati, M., Yan, G., and McFarlane, I.J. 2004. Application of RAPD and
ISSR Marker to Analyse Molecular Relationship in Grevillea (Proteace).
Australian Systematic Botani 17 : 49 61 .
Pharmawati, M. 2009. Marka Molekuler Berbasis DNA untuk Penentuan
Hubungan Kekerabatan Tumbuhan. Editor : Wirawan, I.G.P., Supartana,
P., dan Juliasih, S. M. Penerbit Universitas Udayana. Denpasar.
Poerba, Y. S. dan Martanti, D. 2008. Keragaman Genetik Berdasarkan Marka
Random Amplified Polymorphic DNA pada Amorphopallus muelleri
Blume di Jawa. Jurnal Biodiversitas 9 (4) : 245 249.
Punia, M. S. 2007. Cultivation and Use of Jatropha for Biodiesel Production in
India. Paper Biodiesel Production in India.
Prihandana, R. dan Hendroko, R. 2006. Petunjuk Budi Daya Jarak Pagar. PT
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Roslim, D. I., Hartana, A., dan Suharsono. 2003. Hubungan Genetika Populasi
Kelapa Dalam Banyuwangi, Lubuk Pakam, dan Paslatan berdasarkan
Analisis RAPD. Jurnal Natur Indonesia 6 (1) : 5 10.
Salisbury, F.B dan Ross, C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. Penerjemah :
Diah R Lukman dan Sumaryono. Penerbit ITB. Bandung.
Singh, P., Singh, S., Mishra, S.P., dan Bhatia, S. K. 2009. Jurnal Genes, Genomes,
and Genomic 4(1) : 1 8.
Sudjadi. 2008. Bioteknologi Kesehatan. Kanisius. Yogyakarta.
-
62
Suryana, A. 2007. Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Mendukung
Ketahanan Pangan dan Pengembangan Bioenergi di Indonesia. Prosiding
Ekspose dan Seminar Nasional Hasil Penelitan dan Pengkajian
Teknologi Pertanian Mendukung PENAS XII, Palembang, 10-11 Juli
2007.
Suryanto, D. 2003. Melihat Keanekaragaman Organisme Melalui Beberapa
Teknik Genetika Molekuler. Digital Library. PS Bioteknologi. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatra Utara.
Syufri, A. 2007. Bertanam Jarak Pagar. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
Sumatra Barat.
Syah, A.N.A. 2006. Biodiesel Jarak Pagar : Bahan Bakar Alternatif yang Ramah
Lingkungan. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.
Wahyuni, S., Xu, D. H., Bermawiel, N., Tsunematsu, H., dan Ban, T. 2004.
Skrining ISSR Primer Studi Pendahuluan Kekerabatan antar Jahe Merah,
Jahe Emprit, dan Jahe Besar. Buletin TRO 15 (1).
Yunus, A. 2007. Identifikasi Keragaman Genetik Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)
Berdasarkan Penanda Isozim. Jurnal Biodiversitas 8 (3) : 249 252.
Yuwono, T., 2005. Biologi Molekuler. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Yuwono, T., 2006. Teori dan Aplikasi Polymerase Chain Reaction. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
-
63
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 1 Juni 1978 di kabupaten Klungkung,
Provinsi Bali. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara, dari
pasangan Bapak Drs. I. W. Githa Suryadiantha (alm) dan Ibu N. K. Tirtawati.
Pada tahun 2002, penulis menyelesaikan pendidikan jenjang S1 di Jurusan
Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Udayana. Tahun 2008, penulis mengikuti
jenjang pendidikan S2 pada Program Studi Bioteknologi Pertanian Program
Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar Bali.
-
64