Unud 160 1508351530 Tesis Jatropha

download Unud 160 1508351530 Tesis Jatropha

of 64

Transcript of Unud 160 1508351530 Tesis Jatropha

  • 1

    TESIS

    ANALISIS KERAGAMAN GENETIK JARAK PAGAR

    (Jatropha curcas L.) DENGAN METODE

    INTER SIMPLE SEQUENCE REPEATS (ISSR)

    KADEK YUNIARI SURYATINI

    PROGRAM MAGISTER

    PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI PERTANIAN

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR

    2011

  • 2

    TESIS

    ANALISIS KERAGAMAN GENETIK JARAK PAGAR

    (Jatropha curcas L.) DENGAN METODE

    INTER SIMPLE SEQUENCE REPEATS (ISSR)

    KADEK YUNIARI SURYATINI

    NIM 0890861009

    PROGRAM MAGISTER

    PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI PERTANIAN

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR

    2011

  • 3

    ANALISIS KERAGAMAN GENETIK JARAK PAGAR

    (Jatropha curcas L.) DENGAN METODE

    INTER SIMPLE SEQUENCE REPEATS (ISSR)

    Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

    pada Program Magister, Program Studi Bioteknologi Pertanian,

    Program Pascasarjana Universitas Udayana

    PROGRAM MAGISTER

    PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI PERTANIAN

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR

    2011

  • 4

    LEMBAR PENGESAHAN

    TESIS INI TELAH DISETUJUI

    TANGGAL 18 Juli 2011

    Pembimbing I, Pembimbing II,

    Prof. Dr. Ir. I. G. P. Wirawan, M.Sc Ir. Made Pharmawati, M.Sc. Ph.D

    NIP. 19580627 198503 1 005 NIP.19680707 199303 2 001

    Mengetahui,

    Ketua Program Studi Bioteknologi Pertanian Direktur

    Program Pascasarjana Program Pascasarjana

    Universitas Udayana Universitas Udayana

    Dr. G.N. Alit Susanta Wirya, SP. M.Agr Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi,

    Sp.S(K)

    NIP. 19680115 199403 1 001 NIP. 19590215 198510 2 001

  • 5

    Lembar Penetapan Panitia Penguji Tesis

    Tesis ini Telah Diuji pada

    Tanggal 18 Juli 2011

    Panitia Penguji Tesis, Berdasarkan SK Rektor

    Universitas Udayana No.1289/UN.14.4/HK/2011 Tanggal 11 Juli 2011

    Ketua : Prof. Dr. Ir. I. G. P. Wirawan, M.Sc

    Sekretaris : Ir. Made Pharmawati, M.Sc, Ph.D

    Anggota : Prof. Dr. Ir. I Nyoman Wijaya, MS

    : Dr. Ir. I. Gede Ketut Susrama, M.Sc

    : Prof. Dr. Dra. Made Sritamin, MS

  • 6

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa

    atas asung wara nugraha Nya, tesis ini dapat diselesaikan. Tesis merupakan

    salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi Strata dua (S2) di Universitas

    Udayana.

    Dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan,

    bimbingan, dan arahan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

    menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan kepada :

    1. Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp. P.

    D(KHOM), atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis

    untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di

    Universitas Udayana. Ucapan terimakasih ini juga ditujukan kepada

    Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh

    Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp. S(K).

    2. Dr. G. N. Alit Susanta W., SP., M.Agr selaku ketua program studi

    Bioteknologi Pertanian, Program Pascasarjana Universitas Udayana serta

    sebagai pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan

    motivasi. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada para staf dosen

    pengajar yang telah memberikan pengajaran dan bimbingan kepada

    penulis selama menjalani studi.

    3. Prof. Dr. Ir. I. G. P. Wirawan, M.Sc selaku pembimbing I yang telah

    memberikan fasilitas, tempat penelitian, bimbingan, dan motivasi kepada

    penulis.

    4. Ir. Made Pharmawati, M.Sc. Ph.D selaku dosen pembimbing II yang

    dengan sabar memberikan bimbingan, motivasi, dan fasilitas penelitian

    kepada penulis.

    5. Prof Prof. Dr. Ir. I Nyoman Wijaya, MS, Dr. Ir. I. Gede Ketut Susrama,

    M.Sc, dan Prof. Dr. Dra. Made Sritamin, MS selaku dosen penguji yang

    memberikan saran dan revisi dalam penyusunan tesis ini.

  • 7

    6. Orang tuaku, Bapak I. W.Githa S. (alm) yang selalu memberikan

    inspirasi kepada penulis dan Ibu N. K. Tirtawati, Bapak I. M. Subagia

    dan Mamak N. W. Candri, suamiku I. M. Astra Gunawan, ST dan anakku

    tersayang Gde Mahesa Githa Paramastra. Keluarga besar terutama Mb

    Ayu dan Wi Be. Kedua adikku, Agus dan Ngurah. Keponakan, Surya,

    Sumo, Diah, Aby, Mangde, dan Nanda, serta keluarga besar Noja yang

    telah memberikan doa, motivasi, dan dukungan material kepada penulis

    hingga penyusunan tesis ini bisa diselesaikan.

    7. Teman teman seperjuangan dalam perkuliahan dan penelitian terutama

    Sari, Pak Candra, Thina, Mb Amy, Arta, dan Indri. Terimakasih untuk

    motivasi dan kerjasamanya.

    8. Terimakasih penulis sampaikan kepada Mb mang Handayani, Nanik,

    Gustra, Gus Eka, Dedik Combo, Weda, Linda, Nanang, Meta, Anggun,

    dan Thea atas bantuannya.

    9. Rus kecil, Merry, Putri, Sugik, Dedek untuk motivasi dan bantuannya.

    10. Semua pihak yang telah mendukung saya dalam perkuliahan dan

    penyusunan tesis ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

    Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa memberikan berkat dan anugerah

    yang melimpah kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian

    penyusunan tesis ini. Atas segala kekurangannya, penulis mohon maaf. Semoga

    tesis ini memberikan manfaat bagi pembaca.

    Denpasar, Juli 2011

    Penulis

  • 8

    ABSTRAK

    ANALISIS KERAGAMAN GENETIK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

    DENGAN METODE INTER SIMPLE SEQUENCE REPEATS (ISSR)

    Jarak pagar (J. curcas L.) adalah penghasil biodiesel yang potensial untuk

    dikembangkan. Hambatan dalam pengembangan tanaman jarak pagar adalah

    terbatasnya informasi tentang keragaman genetik. Salah satu metode yang

    digunakan untuk mengetahui keragaman genetik adalah dengan marka ISSR.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik J. curcas L. dengan

    metode Inter Simple Sequence Repeats (ISSR). Sampel diambil dari Tejakula (34

    m dpl), Sangsit (52 m dpl), Sukasada (78 m dpl), Gitgit (1278 m dpl), dan

    Pancasari (1252 m dpl). Tiga primer (UBC 828, UBC 885, dan UBC 890)

    menghasilkan 12 16 pola pita dengan kisaran ukuran 280 1650 bp.

    Polimorfisme yang diperoleh sangat tinggi (masing masing primer sebesar 100

    %) dan nilai keinformatifan primer (PIC) berada pada kisaran 0,85 0,92. Hasil

    analisis kelompok dengan UPGMA (MEGA 5.05) menunjukkan bahwa J. curcas

    L. terbagi dalam dua kelompok, dan hanya J. curcas L. asal Pancasari membentuk

    kelompok sendiri.

    Kata kunci : keragaman genetik, Jatropha curcas L., ISSR, polimorfisme

  • 9

    ABSTRACT

    GENETIC DIVERSITY ANALYSIS OF Jatropha curcas L. BASED ON

    INTER SIMPLE SEQUENCE REPEATS (ISSR)

    Jatropha curcas L. is a potensial source of biodiesel, however, it needs to

    be explored. At the present time, one of the problems of the J. curcas L. is that

    there is little information about its genetic diversity. One method to detect genetic

    diversity is using molecular marker such as ISSR. The objectives of this research

    were to identify J. curcas L. based on Inter Simple Sequence Repeats (ISSR)

    marker. The samples were obtained from Tejakula (34 m asl), Sangsit (52 m asl),

    Sukasada (78 m asl), Gitgit (1278 m asl), and Pancasari (1252 m asl). Three

    primers (UBC 828, UBC 885, and UBC 890) yielding 12 16 band pattern of the

    size 280 1650 bp. A high level of polymorphism (each 100 % per primer) was

    found with ISSR marker and Polymorphic Information Content (PIC) range from

    0,85 0,92. Result of cluster analysis with UPGMA (MEGA 5.05), indicated that

    Jatropha curcas L. plant clustered into two main group. However, samples from

    Pancasari were grouped together.

    Keywords : genetic diversity, Jatropha curcas L., ISSR, polymorphism

  • 10

    RINGKASAN

    Kadek Yuniari Suryatini. Analisis Keragaman Genetik Jarak Pagar

    (Jatropha curcas L.) dengan Metode Inter Simple Sequence Repeats (ISSR).

    Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. I Gede Putu Wirawan, M.Sc dan Ir. Made

    Pharmawati, M.Sc. Ph.D.

    Pertambahan jumlah penduduk yang disertai dengan peningkatan

    kesejahteraan masyarakat menyebabkan meningkatnya kebutuhan sarana

    transportasi dan industri. Hal ini tentu saja menyebabkan kebutuhan bahan bakar

    cair juga semakin meningkat (Hambali et al., 2007). Fakta diatas membuka

    peluang penggunaan energi terbarukan seperti biodiesel dan mengurangi

    penggunaan bahan bakar fosil.

    Ketergantungan Indonesia terhadap minyak bumi sudah saatnya dikurangi,

    bahkan dihilangkan (Prihandana dan Hendroko, 2006). Untuk mengatasinya

    diperlukan langkah-langkah strategis melalui pengembangan alternatif sumber-

    sumber energi yang baru dan terbarukan (renewable energy) (Astarini et al.,

    2008) yaitu sumber energi alternatif berbahan baku minyak nabati. Biodiesel

    merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai

    minyak diesel/solar, bersifat ramah lingkungan, dapat diperbaharui, serta mampu

    mengeliminasi emisi gas buang dan efek rumah kaca (Hambali et al., 2007).

    Salah satu minyak nabati yang sangat prospektif untuk dimanfaatkan

    sebagai bahan baku biodiesel adalah biji jarak pagar (J. curcas L.)(Hambali et al.,

    2007). Permasalahan yang dihadapi sehubungan dengan pengembangan jarak

    pagar yaitu belum adanya kultivar unggul dan teknik budidaya yang memadai

    (Dwimahyani, 2005). Untuk itu perlu dilakukan perbaikan dan perbanyakan

    genetik yang cepat (Syah, 2006).

    Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui keragaman genetik jarak

    pagar pada beberapa ketinggian tempat yang terdapat di Bali bagian utara

    berdasarkan analisis Inter Simple Sequence Repeats (ISSR). Penelitian

    dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian Jurusan Agroekoteknologi

    Fakultas Pertanian Universitas Udayana dan Laboratorium Biomarine Universitas

  • 11

    Udayana mulai bulan November 2010 sampai dengan Mei 2011. Prosedur

    penelitian meliputi pengambilan sampel daun jarak pagar pada beberapa

    ketinggian tempat yang berbeda di Bali bagian utara (Tejakula berada pada

    ketinggian 34 m dpl, Sangsit : 52 m dpl, Sukasada : 78 m dpl, Gitgit : 1278 m dpl,

    dan Pancasari : 1252 m dpl), isolasi DNA genomik, elektroforesis hasil isolasi

    DNA genomik, amplifikasi DNA template dengan metode PCR ISSR,

    elektroforesis produk PCR ISSR, dan analisis data PCR ISSR.

    Berdasarkan hasil amplifikasi DNA dengan PCR ISSR menggunakan

    tujuh primer, didapatkan hanya tiga primer (UBC 828, UBC 885, dan UBC 890)

    yang mampu mengamplifikasi DNA dalam reaksi PCR ISSR. Hasil

    elektroforesis produk amplifikasi DNA menghasilkan 12 16 pola pita DNA

    dengan kisaran ukuran 280 1650 bp. Polimorfisme yang diperoleh sangat tinggi

    (masing masing primer sebesar 100 %). Nilai keinformatifan primer (PIC)

    berada pada kisaran 0,85 0,92, yang berarti primer tersebut mampu mendeteksi

    polimorfisme dalam suatu populasi sebesar 85 92 %. Hasil analisis kelompok

    dengan UPGMA (MEGA 5.05) menunjukkan bahwa jarak pagar dibagi dalam

    dua kelompok, dan hanya jarak pagar asal Pancasari yang membentuk kelompok

    sendiri.

  • 12

    DAFTAR ISI

    Halaman

    JUDUL .......................................................................................................... i

    PRASYARAT GELAR.................................................................................. ii

    LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii

    PENETAPAN PANITIA PENGUJI ............................................................... iv

    UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................... v

    ABSTRAK .................................................................................................... vii

    ABSTRACT .................................................................................................. viii

    RINGKASAN................................................................................................ ix

    DAFTAR ISI ................................................................................................. xi

    DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv

    DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

    BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 4

    1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 5

    1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 5

    BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 6

    2.1 Biologi Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) ................................................ 6

    2.1.1 Klasifikasi Jarak Pagar (J. curcas L.) .......................................... 6

    2.1.2 Morfologi Jarak Pagar (J. curcas L.) ........................................... 6

    2.2 Penyebaran Jarak Pagar (J. curcas L.) ................................................ 8

    2.3 Syarat Tumbuh Jarak Pagar (J. curcas L.)........................ ........................ 9

    2.4 Keragaman Genetik Tanaman... ................ 10

    2.5 Polymerase Chain Reaction (PCR) ......................................................... 10

    2.5.1 Prinsip Dasar PCR ....................................................................... 10

    2.5.2 Pelaksanaan PCR ......................................................................... 11

  • 13

    2.5.3 Keunggulan PCR ......................................................................... 12

    2.6 Inter Simple Sequense Repeats (ISSR) .................................................... 13

    2.7 Elektroforesis Gel Agarosa ..................................................................... 14

    BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ............ 16

    3.1 Kerangka Konsep Penelitian ................................................................... 16

    3.2 Hipotesis ................................................................................................ 16

    BAB IV METODE PENELITIAN .............................................................. 17

    4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 17

    4.2 Penentuan Sumber Data ......................................................................... 18

    4.3 Bahan dan Alat Penelitian ...................................................................... 18

    4.4 Isolasi DNA Genomik Jarak Pagar (J. curcas L) .................................... 19

    4.5 Elektroforesis Gel Agarosa DNA Template . .......................................... 19

    4.6 Amplifikasi DNA dengan PCR - ISSR . ................................................. 19

    4.7 Analisis Data PCR ISSR . .................................................................... 19

    BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................... 23

    5.1 Identifikasi Tempat Tumbuhnya Jarak Pagar (J. curcas L) .................... 23

    5.2 Analisis Polimorfisme Jarak Pagar (J. curcas L) ................................... 23

    5.3 Analisis Hubungan Kekrabatan Jarak Pagar (Jatropha curcas L) ........... 27

    BAB VI PEMBAHASAN ........................................................................... 30

    6.1 Identifikasi Tempat Tumbuhnya Jarak Pagar (J. curcas L) .................... 30

    6.2 Analisis Polimorfisme Jarak Pagar (J. curcas L) ................................... 31

    6.3 Analisis Hubungan Kekrabatan Jarak Pagar (J. curcas L) ...................... 34

  • 14

    BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 39

    7.1 Simpulan ................................................................................................. 39

    7.2 Saran ....................................................................................................... 40

    DAFTAR PUSTAKA .......... 41

    LAMPIRAN .................................................................................................. 46

  • 15

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 4.1 Persentase polimorfisme dan PIC dari primer UBC 828, UBC 885, dan

    UBC 890 berdasarkan pola pita DNA yang dihasilkan dari 15 tanaman jarak pagar

    ...................................................................................................................... 24

  • 16

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 4.1 Produk amplifikasi DNA jarak pagar menggunakan primer UBC 828

    dengan marker (DNA ladder 100 bp). Lajur paling kiri adalah marker, angka

    secara berurutan adalah jarak pagar asal Tejakula 1, Tejakula 2, Tejakula 3,

    Sangsit 1, Sangsit 2, Sangsit 3, Sukasada 1, Sukasada 2, Gitgit 1, Gitgit 2, Gitgit

    3, Pancasari 1, Pancasai 2, dan Pancasai 3

    ...................................................................................................................... 25

    Gambar 4.2 Produk amplifikasi DNA jarak pagar menggunakan primer UBC 885

    dengan marker (DNA ladder 100 bp). Lajur paling kiri adalah marker, angka

    secara berurutan adalah jarak pagar asal Tejakula 1, Tejakula 2, Tejakula 3,

    Sangsit 1, Sangsit 2, Sangsit 3, Sukasada 1, Sukasada 2, Gitgit 1, Gitgit 2, Gitgit

    3, Pancasari 1, Pancasai 2, dan Pancasai 3

    ...................................................................................................................... 26

    Gambar 4.3 Produk amplifikasi DNA jarak pagar menggunakan primer UBC 890

    dengan marker (DNA ladder 100 bp). Lajur paling kiri adalah marker, angka

    secara berurutan adalah jarak pagar asal Tejakula 1, Tejakula 2, Tejakula 3,

    Sangsit 1, Sangsit 2, Sangsit 3, Sukasada 1, Sukasada 2, Gitgit 1, Gitgit 2, Gitgit

    3, Pancasari 1, Pancasai 2, dan Pancasai 3

    ...................................................................................................................... 27

    Gambar 4.4 Dendrogram 15 tanaman jarak pagar hasil analisis kelompok

    berdasarkan pola pita DNA dari tiga primer ISSR dengan metode UPGMA. Skala

    menunjukkan panjang cabang. Angka angka pada garpu merupakan persentase

    tingkat kepercayaan pengelompokan dengan analisis bootstrap 500 kali dengan

    program MEGA 5.05.

    ...................................................................................................................... 29

  • 17

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Data jarak genetik J. curcas L. .................................................. 45

    Lampiran 2. Hasil scoring pita DNA yang diamplifikasi dengan primer UBC 828

    ...................................................................................................................... 46

    Lampiran 2. Hasil scoring pita DNA yang diamplifikasi dengan primer UBC 885

    ...................................................................................................................... 47

    Lampiran 2. Hasil scoring pita DNA yang diamplifikasi dengan primer UBC 890

    ...................................................................................................................... 48

  • 18

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pertambahan jumlah penduduk yang disertai dengan peningkatan

    kesejahteraan masyarakat menyebabkan meningkatnya kebutuhan sarana

    transportasi dan industri. Hal ini tentu saja menyebabkan kebutuhan bahan bakar

    cair juga semakin meningkat (Hambali et al., 2007). Tingginya tingkat

    penggunaan energi nasional dengan bahan dasar fosil fuel dan lonjakan

    peningkatan harga bahan bakar minyak di tingkat dunia yang akhir-akhir ini

    mencapai USD 90 per barel sangat memprihatinkan (Suryana, 2007). Dalam

    kurun waktu 10 15 tahun ke depan diperkirakan cadangan minyak bumi

    Indonesia akan habis. Perkiraan ini terbukti dengan seringnya terjadi kelangkaan

    Bahan Bakar Minyak (BBM) di beberapa daerah di Indonesia (Syah, 2006 dan

    Hambali et al., 2007). Fakta di atas membuka peluang penggunaan energi

    terbarukan seperti biodiesel dan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.

    Selain semakin menipisnya jumlah cadangan bahan bakar fosil, alasan

    penting lain untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil adalah harga yang

    terus melambung, beban subsidi yang semakin membengkak dan masalah

    kerusakan lingkungan (Syah, 2006). Giwangkara (2006) menambahkan, dari

    percobaan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), campuran solar

    dan minyak nabati (biodiesel) memiliki nilai cetane (oktan pada bensin) lebih

    tinggi daripada solar murni. Solar yang dicampur dengan minyak nabati

  • 19

    menghasilkan pembakaran yang lebih sempurna daripada solar murni sehingga

    emisi lebih aman bagi lingkungan.

    Ketergantungan Indonesia terhadap minyak bumi sudah saatnya dikurangi,

    bahkan dihilangkan (Prihandana dan Hendroko, 2006). Untuk mengatasinya

    diperlukan langkah-langkah strategis melalui pengembangan alternatif sumber-

    sumber energi yang baru dan terbarukan (renewable energy) (Astarini et al.,

    2008) yaitu sumber energi alternatif berbahan baku minyak nabati (Hambali et al.,

    2007).

    Biodiesel merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat

    menyerupai minyak diesel/solar. Biodiesel dapat digunakan baik secara murni

    maupun dicampur dengan petrodiesel tanpa terjadi perubahan pada mesin diesel

    kendaraan atau mesin lain yang menggunakannya. Penggunaan biodiesel sebagai

    sumber energi semakin menuntut untuk direalisasikan sebab selain merupakan

    solusi menghadapi kelangkaan energi fosil pada masa mendatang, biodiesel juga

    bersifat ramah lingkungan, dapat diperbaharui, serta mampu mengeliminasi emisi

    gas buang dan efek rumah kaca (Hambali et al., 2007).

    Salah satu minyak nabati yang sangat prospektif untuk dimanfaatkan

    sebagai bahan baku biodiesel adalah biji jarak pagar (Jatropha curcas L.)

    (Hambali et al., 2007). Pemanfaatan minyak jarak pagar sebagai bahan biodiesel

    merupakan alternatif yang ideal untuk mengurangi tekanan permintaan bahan

    bakar minyak dan penghematan penggunaan cadangan devisa (Istiana dan

    Sadikin, 2008).

  • 20

    Salah satu keunggulan jarak pagar dapat digunakan sebagai bahan baku

    energi terbarukan karena tersebar luas di kawasan tropis dan subtropis (Syah,

    2006), minyak jarak pagar tidak termasuk dalam kategori minyak makan (edible

    oil) sehingga pemanfaatannya sebagai biodiesel tidak akan mengganggu

    penyediaan kebutuhan minyak makan nasional, kebutuhan industri oleokimia, dan

    ekspor Crude Palm Oil (CPO) serta dapat beradaptasi pada kondisi kering dan

    pada lahan marginal (Hambali et al., 2007).

    Permasalahan yang dihadapi sehubungan dengan pengembangan jarak

    pagar yaitu belum adanya kultivar unggul dan teknik budidaya yang memadai

    (Dwimahyani, 2005). Untuk itu perlu dilakukan perbaikan dan perbanyakan

    genetik dengan cepat (Syah, 2006).

    Dalam pemuliaan tanaman, keragaman dalam populasi tanaman

    mempunyai arti yang sangat penting (Mangoendidjojo, 2003) untuk

    pengembangan sumber genetik yang diperlukan dalam pemuliaan tanaman

    (Karsinah, 2002). Tingkat keragaman individu dalam populasi menggambarkan

    status keberadaan spesies tersebut di alam. Populasi dengan keragaman genetik

    yang tinggi mempunyai peluang hidup yang lebih baik karena mempunyai

    kemampuan yang lebih baik untuk beradaptasi dengan lingkungannya (Anwar,

    1985).

    Penelitian keragaman genetik jarak pagar aksesi Jawa Timur dan Sulawesi

    yang merupakan koleksi kebun percobaan Asembagus telah dilakukan dengan

    menggunakan metode Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD)

    (Ariwidiantari, 2009). Evaluasi keragaman genetik jarak pagar di daerah lainnya

  • 21

    perlu dilakukan termasuk di Bali. Oleh karena itu dilakukan penelitian keragaman

    genetik jarak pagar yang terdapat di Bali bagian utara berdasarkan analisis Inter

    Simple Sequence Repeats (ISSR).

    ISSR melibatkan penggunaan sekuen mikrosatelit sebagai primer dalam

    reaksi PCR untuk menghasilkan marka multilokus. ISSR merupakan metode yang

    sederhana dan cepat, yang mengkombinasikan keuntungan SSR (Simple Sequence

    Repeats) dan AFLP (Amplified Fragment Length Polymorphism) dan

    keuniversalan RAPD. Marka ISSR sangat polimorfik dan berguna untuk

    mempelajari keragaman genetik, filogeni, tagging gen, pemetaan genom, dan

    biologi evolusi (Astarini, 2009).

    ISSR memiliki reproduksibilitas tinggi karena penggunaan primer yang

    lebih panjang (16 25 basa nukleotida) dibandingkan primer RAPD (10 basa

    nukleotida), yang memungkinkan penggunaan suhu annealing yang tinggi (45

    60o C). ISSR kebanyakan tersegregasi sebagai marka dominan mengikuti

    penurunan sifat mendel (Astarini, 2009).

    Berdasarkan berbagai fakta tersebut maka perlu dilakukan penelitian

    keragaman genetik jarak pagar pada beberapa ketinggian tempat di Bali bagian

    utara agar diperoleh informasi sebagai modal dasar untuk pemuliaan tanaman.

    1.2 Rumusan Masalah

    Bagaimanakah keragaman genetik jarak pagar pada beberapa ketinggian

    tempat yang berbeda di Bali bagian utara berdasarkan analisis Inter Simple

    Sequence Repeats (ISSR)?

  • 22

    1.3 Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik jarak pagar pada

    beberapa ketinggian tempat yang berbeda di Bali bagian utara berdasarkan

    analisis Inter Simple Sequence Repeats (ISSR).

    1.4 Manfaat Penelitian

    Manfaat yang dapat diperoleh dengan mengidentifikasi keragaman genetik

    jarak pagar tersebut antara lain :

    1. Tersedianya informasi mengenai keragaman genetik jarak pagar pada

    beberapa ketinggian tempat yang terdapat di Bali bagian utara.

    2. Inventarisasi plasma nutfah jarak pagar pada beberapa ketinggian tempat

    yang terdapat di Bali bagian utara dalam bentuk data molekuler. Informasi

    ini bermanfaat dalam usaha program pemuliaan melalui perakitan kultivar

    unggul yang dilakukan secara konvensional maupun modern dengan

    bioteknologi.

  • 23

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Biologi Jarak Pagar (J. curcas L.)

    2.1.1 Klasifikasi Jarak Pagar (J. curcas L.)

    Jarak pagar merupakan jenis tanaman yang tahan terhadap kekeringan

    sehingga tahan hidup di daerah dengan curah hujan rendah. Klasifikasi jarak pagar

    sebagai berikut (Prihandana dan Hendroko, 2006) :

    Kingdom : Plantae

    Divisi : Spermatophyta

    Subdivisi : Angiospermae

    Kelas : Dicotyledonae

    Ordo : Euphorbiales

    Famili : Euphorbiaceae

    Genus : Jatropha

    Spesies : Jatropha curcas L.

    2.1.2 Morfologi Jarak Pagar (J. curcas L.)

    Tanaman jarak pagar berupa perdu dengan tinggi 1 7 m, bercabang tidak

    teratur. Batangnya berkayu, silindris, dan bila terluka mengeluarkan getah. Bagian

    bagian jarak pagar (Hambali et al., 2007) antara lain :

    (a) Daun. Daun tanaman jarak pagar adalah daun tunggal berlekuk dan bersudut 3

    atau 5. Daun tersebar di sepanjang batang. Permukaan atas dan bawah daun

    berwarna hijau dengan bagian bawah lebih pucat dibanding permukaan atas.

    Daunnya lebar dan berbentuk jantung atau bulat telur melebar dengan panjang 5

  • 24

    15 cm. Helai daunnya bertoreh, berlekuk, dan ujungnya meruncing. Tulang daun

    menjari dengan jumlah 5 7 tulang daun utama. Panjang tangkai daun antara 4

    15 cm,

    (b) Bunga. Bunga tanaman jarak pagar adalah bunga majemuk berbentuk malai,

    berwarna kuning kehijauan, berkelamin tunggal, dan berumah satu. Bunga betina

    4 5 kali lebih banyak dari bunga jantan. Bunga jantan maupun bunga betina

    tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan yang tumbuh di ujung batang atau

    ketiak daun. Bunganya mempunyai 5 kelopak berbentuk bulat telur dengan

    panjang kurang lebih 4 mm. Benang sari mengumpul pada pangkal dan berwarna

    kuning. Bunganya mempunyai 5 mahkota berwarna keunguan. Setiap tandan

    terdapat lebih dari 15 bunga. Jarak termasuk tanaman monoecious dan bunganya

    uniseksual. Kadangkala muncul bunga hermaprodit yang berbentuk cawan

    berwarna hijau kekuningan,

    (c) Buah. Buah tanaman jarak pagar berupa buah kotak berbentuk bulat telur

    dengan diameter 2 4 cm. Panjang buah 2 cm dengan ketebalan sekitar 1 cm.

    Buah berwarna hijau ketika muda serta abu abu kecoklatan atau kehitaman

    ketika masak. Buah jarak terbagi menjadi 3 ruang, masing masing ruang berisi 1

    biji sehingga dalam setiap buah terdapat 3 biji. Biji berbentuk bulat lonjong dan

    berwarna coklat kehitaman. Biji inilah yang banyak mengandung minyak dengan

    rendemen sekitar 30 50 % dan mengandung toksin sehingga tidak dapat

    dimakan.

  • 25

    2.2 Penyebaran Jarak Pagar (J. curcas L.)

    Jarak pagar berasal dari Meksiko, Amerika Tengah (Syufri, 2007). Genus

    Jatropha dari famili Euphorbiaceae ini memiliki kira-kira 175 spesies di dunia

    (Punia, 2007). Tanaman dari famili Euphorbiaceae ini banyak ditemukan di

    Afrika Tengah dan Selatan, Asia Tenggara dan India. Awalnya tanaman ini

    kemungkinan didistribusikan oleh pelaut Portugis dari Karibia melalui pulau Cape

    Verde dan Guinea Bissau ke negara lain di Afrika dan Asia (Syah, 2006).

    Jarak pagar menyebar pula ke manca negara. Jarak pagar disebut

    pinoncillo di Mexico dengan berbagai nama lokal : Cuauixtli, Kusekeey, Axti, dan

    Codice florentino- pignon dInde, pourghcre (Perancis), Physic nut, Purging nut

    (Inggris), Purgueira (Portugis), Fagiola dIndia (Italia), Purgeernoot (Belanda),

    PurgiernuB, brechnuB (Jerman), dand barri, habel meluk (Arab), kadam (Nepal),

    yu-lu-tzu (Cina), sabudam (Thailand), tubang bakod (Philipina), kpoti (Togo),

    tabanani (Senegal), mupuluka (Angola), butuje (Nigeria), makaen (Tanzania),

    mundubi-assu (Brazil), tempate (Costa Rica), tartago (Puerto Rico), pinol (Peru),

    pinon (Guatemala) dan di India dengan berbagai nama lokal : kananaeranda,

    parvataranda, jangliarandi, safed arand, bagbherenda, jamalgota, ratanjota, telgu,

    kadala manakku, bongalibhotora, dan jahazigoba (Prihandana dan Hendroko,

    2006).

    Menurut Prihandana dan Hendroko (2006), jarak pagar tumbuh menyebar

    di berbagai daerah di Indonesia. Terbukti dengan adanya berbagai nama daerah

    seperti nawaih nawas (Nangroe Aceh Darussalam), jirak (Sumatra Barat), jarak

    kosta, jarak kusta, jarak budeg, dan kalake pagar (Sunda), jarak gundul, jarak cina,

  • 26

    jarak iri, dan jarak pager (Jawa), kalekhe paghar (Madura), jarak pageh (Bali),

    lulu nau, lulu ai fula, paku luba, paku lunat, dan jarak pageh (Nusa Tenggara),

    paku kase (Timor), kuman nema (Alor), lulunan (Roti), jarak kosta, jarak

    wolanda, tondoutomene, dan bindalo (Sulawesi), bintalo (Gorontalo), balacai

    (Manado), peleng kaliki (Bugis), tangang-tangang kali atau tangang-tangang

    kanjoli (Makassar), muun mav, ai hua kamala, ai kamala, ai hua kamaalo, jai

    huakamalo, balacai, dan kadoto (Maluku), malate dan makamale (Seram), balacai

    (Halmahera), serta balacai hisa (Ternate atau Tidore).

    2.3 Syarat Tumbuh Jarak Pagar (J. curcas L.)

    Jarak pagar tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian sekitar 500 m di

    atas permukaan laut. Curah hujan yang sesuai untuk tanaman jarak pagar adalah

    625 mm/tahun, namun tanaman ini dapat tumbuh pada daerah dengan curah hujan

    antara 300 2389 mm/tahun (Hambali et al., 2007). Pertumbuhan jarak pagar

    sangat cepat. Waktu yang paling baik untuk menanam jarak pagar adalah pada

    musim panas atau sebelum musim hujan (Syah, 2006).

    Tanaman jarak pagar mempunyai sistem perakaran yang mampu menahan

    air dan tanah sehingga tahan terhadap kekeringan serta berfungsi sebagai tanaman

    penahan erosi. Jarak pagar dapat tumbuh pada berbagai ragam tekstur dan jenis

    tanah, baik tanah berbatu, tanah berpasir, maupun tanah berlempung atau tanah

    liat. Di samping itu, jarak pagar juga dapat beradaptasi pada tanah yang kurang

    subur atau tanah bergaram, memiliki drainase baik, tidak tergenang, dan pH antara

    5 6,5 (Hambali et al., 2007).

  • 27

    Kisaran suhu yang sesuai untuk bertanam jarak adalah 20 26o C. Pada

    daerah dengan suhu terlalu tinggi (di atas 35o C) atau terlalu rendah (di bawah 15

    o

    C) akan menghambat pertumbuhan serta mengurangi kadar minyak dalam biji dan

    mengubah komposisinya (Hambali et al., 2007).

    2.4 Keragaman Genetik Tanaman

    Semua proses biokimia yang menentukan bentuk dan fungsi (fenotipe)

    tumbuhan merupakan hasil dari informasi yang disandi dalam urutan DNA

    genom dan dari interaksi antara informasi tersebut dengan lingkungan (Salisbury

    dan Ross, 1995). Selain faktor faktor eksternal, misalnya temperatur dan

    kualitas cahaya, fenotipe juga dipengaruhi faktor faktor internal, misalnya

    hormon dan enzim (Elfrod dan Stansfield, 2007).

    Keragaman genetik memainkan peran yang sangat penting dalam

    adaptabilitas suatu spesies karena ketika lingkungan suatu spesies berubah, variasi

    gen yang kecil diperlukan agar spesies dapat bertahan hidup dan beradaptasi

    (Salisbury dan Ross, 1995). Spesies yang memiliki derajat keragaman genetik

    yang tinggi pada populasinya akan memiliki lebih banyak variasi alel yang dapat

    diseleksi (Elfrod dan Stansfield, 2007).

    2.5 Polymerase Chain Reaction (PCR)

    2.5.1 Prinsip Dasar PCR

    Reaksi Berantai Polimerase (Polymerase Chain Reaction / PCR) adalah

    metode amplifikasi suatu sekuen DNA tertentu. PCR merupakan cara yang

    sensitif, selektif, dan sangat cepat untuk memperbanyak sekuen DNA yang

    diinginkan (Murray et al., 2009).

  • 28

    Empat komponen utama pada proses PCR adalah (1) DNA cetakan, yaitu

    fragmen DNA yang akan dilipatgandakan, (2) Oligonukleotida primer, yaitu suatu

    sekuen oligonukleotida pendek (15 25 basa nukleotida) yang digunakan untuk

    mengawali sintesis rantai DNA. Primer yang digunakan dalam PCR ada dua yaitu

    oligonukleotida yang mempunyai sekuen yang identik dengan salah satu rantai

    DNA cetakan pada ujung 5 fosfat dan oligonukleotida yang identik dengan

    sekuen pada ujung 3 OH rantai DNA cetakan yang lain, (3)

    Deoksiribonukleotida trifosfat (dNTP), yang terdiri atas dATP, dCTP, dGTP,

    dTTP, dan (4) Enzim DNA polimerase yaitu enzim yang berfungsi sebagai katalis

    dalam reaksi sintesis rantai DNA. Komponen lainnya yang juga berperan penting

    adalah senyawa buffer (Yuwono, 2006).

    2.5.2 Pelaksanaan PCR

    Reaksi pelipatgandaan suatu fragmen DNA dimulai dengan melakukan

    denaturasi DNA template (cetakan) sehingga rantai DNA yang berantai ganda

    (double stranded) akan terpisah menjadi rantai tunggal (single stranded).

    Denaturasi DNA dilakukan dengan menggunakan panas (950C) selama 1 2

    menit, kemudian suhu diturunkan menjadi 550C sehingga primer akan menempel

    (annealing) pada cetakan yang telah terpisah menjadi rantai tunggal. Proses

    annealing biasanya dilakukan selama 1 2 menit. Setelah dilakukan annealing

    oligonukleotida primer dengan DNA cetakan , suhu inkubasi dinaikkan menjadi

    720C selama 1,5 menit. Pada suhu ini DNA polimerase akan melakukan proses

    polimerasi rantai DNA yang baru berdasarkan informasi yang ada pada DNA

    cetakan. Setelah terjadi polimerisasi, rantai DNA yang baru akan membentuk

  • 29

    jembatan hidrogen dengan DNA cetakan. DNA rantai ganda yang terbentuk

    dengan adanya ikatan hidrogen antara rantai DNA cetakan dengan rantai DNA

    baru hasil polimerisasi selanjutnya akan didenaturasi lagi dengan menaikkan suhu

    inkubasi menjadi 950C. Rantai DNA yang baru tersebut selanjutnya akan

    berfungsi sebagai cetakan bagi reaksi polimerisasi berikutnya (Yuwono, 2006).

    2.5.3 Keunggulan PCR

    Keunggulan PCR yaitu (1) Polimerase DNA dapat diarahkan untuk

    sintesis wilayah DNA tertentu. Teknik PCR sebenarnya mengeksploitasi berbagai

    sifat alami replikasi DNA. Dalam proses tersebut, polimerase DNA

    menggunakan DNA berserat tunggal sebagai cetakan untuk mensintesis serat baru

    yang komplementer. Cetakan berserat tunggal dapat diperoleh dengan mudah di

    laboratorium melalui pemanasan DNA berserat ganda pendek untuk memulai

    (prime) proses sintesis. Posisi awal dan akhir sintesis DNA pada PCR dapat

    ditentukan dengan menyediakan suatu oligonukleotida sebagai primer yang

    menempel secara komplementer pada cetakan sesuai dengan keinginan peneliti

    dan (2) PCR menghasilkan amplifikasi wilayah DNA tertentu. Serat DNA dapat

    berfungsi sebagai cetakan untuk mensintesis bila primer oligonukleotida

    disediakan untuk masing masing serat. Sepasang primer dapat dipilih yang

    membatasi flanking wilayah dari DNA yang ingin diperbanyak sehingga serat

    DNA yang baru disintesis dimulai dari posisi primer, membentang sampai

    melewati posisi primer dari serat lainnya (Mahardika, 2003).

    Dengan demikian, tempat ikatan primer baru akan dibuat pada serat yang

    baru disintesis. Campuran reaksi kemudian dipanaskan lagi untuk memisahkan

  • 30

    serat awal dengan yang baru dan berperan sebagai cetakan untuk siklus berikut

    yang meliputi : penempelan primer, sintesis serat DNA, dan pemisahan serat.

    Hasilnya adalah setelah n siklus, campuran reaksi mengandung sebanyak 2n

    molekul DNA serat ganda yang merupakan salinan dari urutan DNA dari kedua

    primer (Mahardika, 2003).

    2.6 Inter Simple Sequence Repeats (ISSR)

    Marka Inter Simple Seguence Repeats (ISSR) menggunakan Simple

    Seguence Repeats sebagai primer dengan atau tanpa penambahan sekuen anchor

    pada ujung 3 atau 5. Sekuen anchor berfungsi untuk menyesuaikan annealing

    primer ke situs target DNA cetakan yang diapit oleh sekuen anchor yang

    komplementer. Amplifikasi terjadi jika dua mikrosatelit sekuen berulang yang

    sama, dalam orientasi terbalik, berlokasi cukup dekat satu sama lain sehingga

    memungkinkan sekuen diantaranya untuk teramplifikasi (Pharmawati, 2009).

    Marka ISSR dihasilkan oleh amplifikasi DNA dengan PCR yang

    menggunakan primer tunggal. Primer disusun dari sekuen mikrosatelit yang

    biasanya dijaga pada ujung 3 atau 5 oleh dua atau empat nukleotida. Marka

    ISSR merupakan metode yang cepat, sederhana, murah, dan mempunyai

    reproduksibilitas tinggi dengan penggunaan primer yang panjang dan kekuatan

    yang tinggi dicapai dengan suhu annealing (Gurcan et al., 2009).

    ISSR dapat digunakan untuk tiap spesies karena tidak memerlukan

    informasi sekuen genom yang diuji. Pembentukan primer yang digunakan dalam

    analisis ISSR berdasarkan motif SSR (di-, tri-, tetra-, atau penta nuleotida) yang

    ditemukan pada lokus lokus mikrosatelit. PCR selanjutnya mengamplifikasi

  • 31

    sekuen diantara dua Simple Seguence Repeats (ISSR). ISSR umumnya digunakan

    untuk membedakan kultivar (Pharmawati, 2009).

    Marka ISSR terbukti potensial digunakan untuk mendeteksi keragaman

    baik pada tingkat intraspecies maupun pada tingkat interspecies, antara lain :

    ISSR digunakan untuk membentuk hubungan kekerabatan Grevillea, tanaman asli

    Australia (Pharmawati et al., 2004), penentuan kekerabatan strawberry (Fragaria

    x ananassa Duch) yang diambil dari Fruit Breeding Departmens, Research

    Institute of Pomology and Floriculture, Polandia (Kuras et al., 2004), keragaman

    genetik gandum di Cina Barat (Hou et al., 2005), keragaman genetik jarak pagar

    di India dan Meksiko (Basha dan Sujatha, 2007), serta variasi genetik Vigna

    umbellata, tanaman leguminosae di daerah tropis yang dikoleksi dari Meghalaya

    State, India (Muthusamy et al., 2008).

    2.7 Elektroforesis Gel Agarosa

    Elektroforesis merupakan teknik pemisahan suatu molekul selular

    berdasarkan atas ukurannya dengan menggunakan medan listrik yang dialirkan

    pada suatu medium yang mengandung sampel yang akan dipisahkan. Teknik ini

    digunakan dengan memanfaatkan muatan listrik yang ada pada makromolekul

    (Yuwono, 2005).

    Elektroforesis gel agarosa tidak hanya digunakan untuk metode analisis,

    tetapi secara rutin digunakan untuk persiapan memurnikan fragmen fragmen

    DNA tertentu. Gel ini tersusun atas agarosa dan digunakan untuk memisahkan

    fragmen fragmen DNA yang ukurannya memiliki rentang beberapa ratus hingga

    sekitar 20.000 kb. Agarosa bersifat tidak toksik, kompleks berupa bubuk yang

  • 32

    terdiri dari campuran polimer dengan dua unit dasar galaktosa, agarosa, dan

    agaropektin (Bintang, 2010).

    Molekul DNA bermuatan negatif di dalam medan listrik bergerak melalui

    gel pada kecepatan yang berbeda tergantung ukurannya yaitu molekul DNA yang

    kecil dengan mudah melewati gel sehingga bergerak lebih cepat dibandingkan

    molekul yang lebih besar. Keuntungan khusus yang diperoleh menggunakan gel

    agarosa adalah pita DNA dapat dideteksi dengan kepekaan yang tinggi (Bintang,

    2010). Teknik ini merupakan teknik sederhana, cepat, dan dapat memisahkan

    molekul yang diinginkan dari matriksnya yang tidak dapat dilakukan oleh

    prosedur lainnya (Sudjadi, 2008).

  • 33

    BAB III

    KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

    3.1 Kerangka Konsep Penelitian

    Jarak pagar (J. curcas L.) adalah salah satu tanaman penghasil bahan

    bakar nabati (biodiesel) potensial dan mulai marak dikembangkan di beberapa

    wilayah di Indonesia (Anonim, 2008). Tanaman jarak pagar selama ini belum

    ditanam secara intensif, meskipun tanaman tersebut sebelum Indonesia merdeka

    telah dimanfaatkan sebagai sumber energi rumah tangga alternatif. Sebagai

    hasilnya, sekarang ini jarak pagar tumbuh liar di berbagai daerah khususnya pada

    lahan marginal (Anonim, 2005). Selanjutnya dijelaskan oleh Delita et al. (2008),

    hambatan teknis dalam pengembangan tanaman jarak pagar adalah belum

    tersedianya klon atau varietas unggul.

    Untuk mendapatkan kultivar unggul tanaman jarak pagar sebagai

    penghasil minyak dengan karakteristik hasil tinggi dan beradaptasi baik pada

    lahan marginal maka perlu dilakukan karakterisasi genetik (Anonim, 2005) yang

    berpotensi untuk menjadi kultivar unggul yang menghasilkan kandungan minyak

    yang tinggi (Delita et al., 2008).

    Berdasarkan hal tersebut diatas maka disusun kerangka konsep penelitian

    seperti pada Gambar 3.1.

  • 34

    Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian

    3.2 Hipotesis

    Terdapat polimorfisme jarak pagar pada beberapa ketinggian tempat

    berbeda di Bali bagian utara (Tejakula, Sangsit, Sukasada, Gitgit, dan Pancasari)

    yang disebabkan oleh keragaman genetik dan lingkungan.

    Analisis molekuler dengan PCR-

    ISSR

    Diketahui

    Keragaman genetik

    Hubungan kekerabatan

    Keragaman genetik berdasarkan

    karakteristik molekuler

    Program pemuliaan tanaman

    Populasi jarak pagar (J. curcas L.)

    di Tejakula, Sangsit, Sukasada,

    Gitgit, dan Pancasari

    Isolasi DNA genomik

  • 35

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian Jurusan

    Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana dan Laboratorium

    Biomarine Universitas Udayana. Pengambilan sampel dilakukan di lima lokasi

    (Tejakula, Sangsit, Sukasada, Gitgit, dan Pancasari) di kabupaten Buleleng.

    Penelitian dilakukan mulai bulan November 2010 sampai dengan Mei 2011.

    4.2 Penentuan Sumber Data

    Populasi dalam penelitian ini adalah tanaman jarak pagar yang terdapat

    pada beberapa ketinggian tempat berbeda di Bali bagian utara. Pengambilan

    sampel tanaman dengan metode area sampling. Lokasi pengambilan tanaman

    dikelompokkan kedalam dua zone yaitu wilayah dengan ketinggian 200 m dpl

    (dataran rendah) dan wilayah dengan ketinggian 1000 m dpl (dataran tinggi).

    Sampel diambil di lima lokasi di kabupaten Buleleng yaitu Tejakula, Sangsit,

    Sukasada, Gitgit, dan Pancasari. Informasi keberadaan tanaman jarak pagar dari

    Dinas Perkebunan Provinsi Bali serta informasi dari masyarakat.

    4.3 Bahan dan Alat Penelitian

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun jarak pagar yang

    diambil dari lima lokasi di kabupaten Buleleng yaitu Tejakula, Sangsit, Sukasada,

    Gitgit, dan Pancasari. Bahan kimia yang dipakai antara lain : CTAB

    (cetyltrimethyl ammonium bromide), EDTA (ethylene diamine tetraacetic acid),

    Tris-HCl, merkaptoetanol, PVP (polyvinylpyrrolidone), kloroform, isoamyl

  • 36

    alkohol, etanol 70 %, ddH2O, RNA-se, agarosa, Taq DNA Polymerase (KAPA

    Biosystem), Taq DNA Polymerase buffer (KAPA Biosystem), dNTPs (KAPA

    Biosystem), MgCl2, DNA ladder 100 bp (Invitrogen), loading blue, ethidium

    bromida, primer yang digunakan adalah jenis UBC (University of British

    Columbia) antara lain : UBC 811 (5GAG AGA GAG AGA GAG AC 3), UBC

    814 (5CTC TCT CTC TCT CTC TA 3), UBC 815 (5CTC TCT CTC TCT CTC

    TG 3), UBC 824 (5TCT CTC TCT CTC TCT CG 3), UBC 828 (5TGT GTG

    TGT GTG TGT GA 3), UBC 885 (5ACT CGT ACT AGA GAG AGA GAG

    AG 3), dan UBC 890 (5AGC ATC AGC GTG TGT GTG TGT GT 3).

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : mesin elektroforesis,

    TaKaRa PCR Thermal Cycler, freezer 20o, UV transiluminator, kamera Nikon

    D90, autoclaf, micro pipet, kotak es, termometer, timbangan digital, tabung

    eppendorf, tabung erlenmeyer, falcon tube, vortex, penangas air, micro sentrifuge,

    microwave, mortar pestle, kertas parafilm, Global Positioning System (GPS

    Garmin seri e- trex).

    4.4 Isolasi DNA Jarak Pagar

    Isolasi DNA jarak pagar berdasarkan protokol isolasi DNA dari Doyle dan

    Doyle (1989) dengan modifikasi. Sampel daun dari masing masing individu

    diambil sebanyak 0,1 gram yang sudah dibekukan pada -20o

    C dan digerus sampai

    halus kemudian dimasukkan ke dalam tabung eppendorf. Selanjutnya sampel

    disuspensikan dalam 1,5 ml buffer ekstraksi hangat (600C) yang mengandung 1,5

    % CTAB (w/v), 75 mM Tris-HCl pH 8, 1,05 M NaCl, 15mM Na2EDTA, dan

    ditambahkan 2 % -merkaptoetanol, 1 % PVP. Suspensi ini diinkubasi pada suhu

  • 37

    600C selama 30 menit dalam penangas air. Selama inkubasi tabung eppendorf

    dibolak balik secara kontinyu kemudian disentrifugasi pada kecepatan putar

    14.000 rpm selama 10 menit. Supernatan yang dihasilkan dipindahkan ke dalam

    tabung eppendorf baru. Selanjutnya supernatan ditambahkan campuran kloroform

    : isoamylalkohol (24 : 1) dengan volume yang sama dengan supernatan, kemudian

    disentrifugasi pada kecepatan putar 14.000 rpm selama 5 menit. Supernatan yang

    dihasilkan dipindah ke tabung eppendorf baru dan ditambahkan 1 ml isopropanol

    dingin (- 200C). Campuran ini diinkubasi pada suhu - 20

    0C selama 30 menit dan

    disentrifugasi pada kecepatan putar 14.000 selama 3 menit. Pelet DNA yang

    diperoleh dicuci dengan etanol 70 %, kemudian disentrifugasi pada kecepatan

    putar 14.000 selama 3 menit. Cairan pencuci dibuang. Tahap tersebut diulangi dua

    kali dan pelet DNA yang dihasilkan dikeringanginkan selama 5 menit.

    Selanjutnya pelet DNA ditambah dengan 100 l ddH2O. Pelet DNA ditambahkan

    RNA-se sebanyak 3 l dan diinkubasi pada suhu 370C selama 30 menit.

    Selanjutnya DNA disimpan pada suhu -200C.

    4.5. Elektroforesis Gel Agarosa DNA Template

    Untuk mengetahui kualitas DNA hasil isolasi, DNA dielektroforesis

    dengan gel agarosa 0,8 % dalam bufer TAE (40mM Tris asetat pH 7,9 dan 2

    mM Na2EDTA). Agarosa 0,4 gram ditambahkan 50 ml 1X TAE dimasukkan ke

    dalam tabung erlenmeyer kemudian dipanaskan pada microwave selama 1 menit.

    Sisir pembuat sumur pada gel dipasang. Gel dituang dalam cetakan gel, kemudian

    ditunggu sampai mengental dan sisir dicabut sehingga terlihat sumur gel. Gel

    dimasukkan dalam tangki elektroforesis yang telah berisi buffer 1X TAE.

  • 38

    Sebanyak 5 l sampel dicampur dengan loading blue diatas kertas parafilm.

    Mesin elektroforesis dialiri listrik pada tegangan 100 volt selama 40 menit.

    Pewarnaan dilakukan dengan cara merendam gel dalam ethidium bromida selama

    30 menit. Pengamatan DNA dilakukan di bawah lampu UV dan dilakukan

    pemotretan.

    4.6. Amplifikasi DNA dengan PCR-ISSR

    Amplifikasi DNA dengan PCR ISSR dilakukan berdasarkan penelitian

    Pharmawati et al. (2004). PCR dilakukan pada total volume 20 l campuran yang

    mengandung 12 l master mix (terdiri dari 2 l dNTPmix yang mengandung

    dATP, dTTP, dGTP, dan dCTP ; 2 l Taq buffer polymerase ; 1,5 l MgCl2 ; 0,2

    l Taq polymerase ; 1 l glicerol ; 2,3 ddH2O), 8 l primer, dan 3 l DNA.

    Program amplifikasi yang digunakan pada PCR ISSR sebagai berikut :

    1) denaturasi awal pada suhu 940

    C selama 5 menit sebanyak satu siklus; 2)

    denaturasi suhu 940

    C selama 1 menit , annealing pada suhu 400

    C selama 1,5

    menit, dan extention (perpanjangan) pada suhu 720 C selama 2 menit sebanyak 45

    siklus siklus; 3) perpanjangan akhir pada suhu 720 C selama 7 menit sebanyak

    satu siklus.

    Produk PCR ISSR diperiksa dengan elektroforesis dalam bufer TAE

    menggunakan 2 % gel agarosa yang diwarnai dengan ethidium bromida.

    Elektroforesis dilakukan pada 100 V selama 40 menit dan pola ISSR diamati

    dengan UV transiluminator (Sambrook et al., 1989). Sebagai size marker

    digunakan DNA ladder 100 bp.

  • 39

    4.6. Analisis Data PCR ISSR

    Untuk menentukan keragaman genetik, produk PCR ISSR diskor

    berdasarkan muncul tidaknya pita DNA. Pita yang muncul pada gel diasumsikan

    sebagai alel ISSR. Keragaman alel ISSR ditentukan dari perbedaan migrasi alel

    pada gel dari masing- masing individu sampel. Berdasarkan ada atau tidaknya pita

    ISSR, profil pita diterjemahkan kedalam data biner. Pita yang muncul diberi kode

    A (ada) dan tidak ada (T). Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan

    metode Unweighted Pair Group Method Arithmetic (UPGMA) melalui program

    MEGA 5.05. Analisis nilai bootstrap dengan UPGMA pada 500 replikasi untuk

    mengetahui pengelompokan tanaman jarak pagar yang diuji.

    Pengukuran pita DNA ditentukan berdasarkan standar ladder

    menggunakan kertas grafik semilogaritma. Jarak pita diukur dari bagian paling

    bawah sumur sampai bagian paling bawah pita.

    Untuk menentukan tingkat keinformatifan primer, dilakukan penghitungan

    Polymorphic Information Content (PIC). PIC dihitung dengan rumus PIC = 1

    2, dimana Pij adalah frekuensi pola j yang dihasilkan oleh primer i yang

    kemudian dijumlahkan untuk keseluruhan pola pola yang dihasilkan primer.

  • 40

    BAB V

    HASIL PENELITIAN

    5.1 Identifikasi Tempat Tumbuhnya Jarak Pagar (J. curcas L.)

    Dalam penelitian ini diambil masing-masing tiga tanaman jarak pagar

    yang tumbuh pada satu lokasi dan dilakukan pengukuran ketinggian tempat

    tumbuhnya tanaman. Daun yang diambil berupa daun yang masih muda pada

    pucuk tanaman. Berdasarkan pengukuran ketinggian tempat diperoleh hasil

    sebagai berikut : jarak pagar di Tejakula tumbuh pada ketinggian 34 m dpl,

    Sangsit (52 m dpl), Sukasada (78 m dpl), Gitgit (1278 m dpl), dan Pancasari

    (1252 m dpl).

    5.2. Analisis Polimorfisme Jarak Pagar (J. curcas L.)

    Pada penelitian ini telah dicoba tujuh primer pada sampel daun jarak pagar

    dalam reaksi PCR ISSR. Tiga dari tujuh primer (UBC 828, UBC 885, dan UBC

    890) dapat mengamplifikasi fragmen DNA pada semua sampel sedangkan empat

    primer lainnya (UBC 811, UBC 814, UBC 815, dan UBC 824) gagal

    mengamplifikasi fragmen DNA.

    Hasil amplifikasi fragmen DNA menggunakan tiga primer ISSR (UBC

    828, UBC 885 dan UBC 890) pada 15 sampel daun tanaman jarak pagar

    menghasilkan produk PCR yang dapat dibaca dan diskor sehingga hasilnya dapat

    dianalisis. Data genotipik yang diperoleh dari pemotretan gel hasil amplifikasi

    DNA dalam reaksi PCR ISSR adalah berupa pita DNA dengan ukuran tertentu.

    Setiap pita pada gel mempresentasikan fragmen DNA pada masing masing

  • 41

    individu tanaman. Total jumlah pita DNA yang dihasilkan yaitu 183 dengan

    ukuran 280 1650 bp.

    Persentase polimorfisme dan Polymorphic Information Content (PIC) dari

    tiga primer yang digunakan dalam reaksi PCR ISSR pada 15 sampel jarak pagar

    disajikan pada Tabel 4.1.

    Tabel 4.1 Persentase polimorfisme dan PIC dari primer UBC 828, UBC 885, dan

    UBC 890 berdasarkan pola pita DNA yang dihasilkan dari 15 tanaman

    jarak pagar.

    Primer Ukuran

    pita

    (bp)

    Jumlah

    pita alel

    Jumlah

    pita DNA

    Jumlah

    pita

    polimorfis

    Persentase

    polimorfisme PIC

    UBC 828 340 1600 16 53 53 100 0,92

    UBC 885 280 1450 12 65 65 100 0,85

    UBC 890 370 1650 16 65 65 100 0,92

    Amplifikasi primer UBC 828 menghasilkan 53 fragmen DNA dengan

    kisaran ukuran 340 1600 bp yang berada dalam 16 pola pita. Semua fragmen

    (100 %) adalah polimorfis (Gambar 4.1). Tingkat keinformatifan dari primer ini

    sebesar 0,92.

  • 42

    Gambar 4.1. Produk amplifikasi DNA jarak pagar menggunakan primer UBC 828

    dengan marker (DNA ladder 100 bp). Lajur paling kiri adalah marker,

    angka secara berurutan adalah jarak pagar asal Tejakula 1, Tejakula 2,

    Tejakula 3, Sangsit 1, Sangsit 2, Sangsit 3, Sukasada 1, Sukasada 2,

    Sukasada 3, Gitgit 1, Gitgit 2, Gitgit 3, Pancasari 1, Pancasari 2, dan

    Pancasari 3.

    Amplifikasi primer UBC 885 menghasilkan 65 fragmen DNA dengan

    kisaran ukuran 280 1450 bp yang berada dalam 12 pola pita. Semua pita (100

    %) adalah polimorfis (Gambar 4.2). Tingkat keinformatifan dari primer ini

    sebesar 0,85.

    2072

    1500

    600

    Pita DNA

  • 43

    171

    Gambar 4.2. Produk amplifikasi DNA jarak pagar menggunakan primer UBC 885

    dengan marker ( DNA ladder 100 bp). Lajur paling kiri adalah marker,

    angka secara berurutan adalah jarak pagar asal Tejakula 1, Tejakula 2,

    Tejakula 3, Sangsit 1, Sangsit 2, Sangsit 3, Sukasada 1, Sukasada 2,

    Sukasada 3, Gitgit 1, Gitgit 2, Gitgit 3, Pancasari 1, Pancasari 2, dan

    Pancasari 3.

    Amplifikasi primer UBC 890 menghasilkan 65 fragmen DNA dengan

    kisaran ukuran 370 - 1650 bp yang berada dalam 16 pola pita. Semua pita (100 %)

    adalah polimorfis (Gambar 4.3). Tingkat keinformatifan dari primer ini sebesar

    0,92.

    2072

    600

    1500

    Pita DNA

  • 44

    Gambar 4.3. Produk amplifikasi DNA jarak pagar menggunakan primer UBC 890

    dengan marker ( DNA ladder 100 bp). Lajur paling kiri adalah marker,

    angka secara berurutan adalah jarak pagar asal Tejakula 1, Tejakula 2,

    Tejakula 3, Sangsit 1, Sangsit 2, Sangsit 3, Sukasada 1, Sukasada 2,

    Sukasada 3, Gitgit 1, Gitgit 2, Gitgit 3, Pancasari 1, Pancasari 2, dan

    Pancasari 3.

    5.3 Analisis Hubungan Kekerabatan Jarak Pagar ( J. curcas L.)

    Berdasarkan profil pita DNA hasil amplifikasi menggunakan tiga primer,

    ditentukan matrik kesamaan untuk menentukan hubungan kekerabatan 15

    tanaman jarak pagar. Masing masing genotip membentuk kelompok dengan

    jarak genetik tertentu. Jarak genetik menunjukkan dekat atau tidaknya hubungan

    kekerabatan dari genotip genotip yang diamati.

    Hasil analisis kelompok (Gambar 4.4 dan Lampiran 1) menunjukkan 15

    tanaman jarak pagar dibagi dalam dua kelompok (I dan II) dan masing masing

    terdiri atas dua subkelompok (A dan B) yang berada pada jarak genetik 0,045

    0,568.

    2072

    1500

    600

    Pita DNA

  • 45

    Subkelompok IA terdiri dari tanaman jarak pagar asal Sukasada 1,

    Sukasada 2, Sangsit 1, Tejakula 1, Sukasada 3, Tejakula 2, Gitgit 1, Gitgit 2.

    Subkelompok IB terdiri dari jarak pagar asal Sangsit 2 dan Sangsit 3.

    Subkelompok IIA terdiri dari jarak pagar asal Tejakula 3 dan Gitgit 3, sedangkan

    subkelompok IIB terdiri dari jarak pagar asal Pancasari 1, Pancasari 2, dan

    Pancasari 3.

    Jarak pagar asal Sukasada 1 dan Sukasada 2 lebih dekat dengan Sangsit 1

    pada jarak genetik 0,114. Tanaman jarak pagar asal Sukasada 3 lebih dekat

    dengan Tejakula 1 (jarak genetik 0,136) dibandingkan dengan Tejakula 2 (jarak

    genetik 0,205). Dua tanaman jarak pagar asal Sangsit (Sangsit 2 dan Sangsit 3)

    dekat dengan Gitgit 2 pada jarak genetik 0,432 0,477. Tanaman jarak pagar asal

    Gitgit 1 lebih dekat dengan Tejakula 2 pada jarak genetik 0,159 dibandingkan

    dengan Gitgit 2 (jarak genetik 0,318). Tanaman jarak pagar asal Pancasari 1 lebih

    dekat dengan Tejakula 3 pada jarak genetik 0,182 dibandingkan dengan Gitgit 3

    (jarak genetik 0,386).

  • 46

    B

    Sukasada 1

    Sukasada 2

    Sangsit 1

    Tejakula 1

    Sukasada 3

    Tejakula 2

    Gitgit 1

    Gitgit 2

    Sangsit 2

    Sangsit 3

    Tejakula 3

    Gitgit 3

    Pancasari 1

    Pancasari 2

    Pancasari 3

    98

    82

    33

    46

    41

    17

    55

    52

    35

    83

    55

    0.00.10.20.30.40.5

    Gambar 4.4. Dendrogram 15 tanaman jarak pagar hasil analisis kelompok

    berdasarkan pola pita DNA dari tiga primer ISSR dengan metode UPGMA. Skala

    menunjukkan panjang cabang. Angka angka pada garpu merupakan persentase

    tingkat kepercayaan pengelompokan dengan analisis bootstrap 500 kali dengan

    program MEGA 5.05.

    A

    B

    A

    I

    II

  • 47

    BAB VI

    PEMBAHASAN

    6.1 Identifikasi Tempat Tumbuhnya Jarak Pagar ( J. curcas L.)

    Tempat pengambilan sampel tanaman jarak pagar dibedakan berdasarkan

    ketinggian tempat. Data yang diperoleh menunjukkan perbedaan ketinggian

    tempat tumbuhnya tanaman. Jarak pagar di Tejakula tumbuh pada ketinggian 34

    m dpl, Sangsit (52 m dpl), Sukasada (78 m dpl), Gitgit (1278 m dpl), dan

    Pancasari (1252 m dpl). Kisaran perbedaan ketinggian tempat (34 1278 m dpl)

    menunjukkan jarak pagar mampu tumbuh pada berbagai ketinggian tempat.

    Menurut Hambali et al. (2007), jarak pagar merupakan tanaman tahunan

    yang cocok tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 300 m dpl, namun

    sebaran tumbuh dapat mencapai ketinggian 1000 m dpl. Mahmud et al. (2008)

    menambahkan jarak pagar bahkan bisa tumbuh pada ketinggian 1700 m dpl.

    Prihandana dan Hendroko (2006) menyatakan jarak pagar akan tumbuh

    dan berproduksi optimal jika ditanam di lahan kering dataran rendah yang

    beriklim kering. Jarak pagar dapat tumbuh di lahan marginal yang miskin hara,

    tetapi dengan drainase dan aerasi yang baik. Selanjutnya dikemukakan oleh

    Mahmud et al. (2008), jarak pagar tidak tahan cuaca yang sangat dingin dan tidak

    sensitif dengan panjang hari.

    Daya adaptasi tanaman jarak pagar bisa dilihat dari kemampuannya

    bertahan hidup di daerah yang mengalami musim kemarau panjang yaitu dengan

    cara meranggaskan daunnya. Selain meranggaskan daunnya, adaptasi jarak pagar

    pada musim kering dapat dilihat dari kemampuannya menyimpan cadangan air

  • 48

    pada akar dan daunnya. Hal itulah yang menyebabkan penyebaran tanaman sangat

    luas karena bisa tumbuh dengan optimal di wilayah yang kering (Anonim, 2008).

    6.2 Analisis Polimorfisme Jarak Pagar (J. curcas L.)

    Isolasi DNA genomik jarak pagar dengan bufer ekstraksi CTAB

    menghasilkan fragmen tunggal DNA yang relatif sama. Ardiana (2009)

    menyatakan bahwa ekstraksi untuk mendapatkan DNA berkualitas tinggi

    merupakan suatu kaidah dasar yang harus dipenuhi dalam studi molekuler.

    Marka molekuler merupakan teknik yang efektif dalam analisis genetik

    (Yunus, 2007) karena sifat genetik cenderung stabil pada perubahan lingkungan

    dan tidak dipengaruhi oleh umur sehingga penanda genetik dapat memberikan

    informasi yang relatif lebih akurat (Julisaniah et al., 2008).

    Marka Inter Simple Seguence Repeats (ISSR) adalah teknik pendeteksian

    genetik polimorfisme DNA tanpa perlu lebih dulu mengetahui susunan basa dari

    genomik tanaman diantara susunan basa yang berulang yang membentang pada

    utas DNA (Wahyuni et al., 2004). ISSR menggunakan primer tunggal yang

    panjang dan kekuatan yang tinggi dicapai dengan suhu annealing (Gurcan et al.,

    2009). Amplifikasi terjadi jika dua mikrosatelit sekuen berulang yang sama,

    dalam orientasi terbalik, berlokasi cukup dekat satu sama lain sehingga

    memungkinkan sekuen diantaranya untuk teramplifikasi (Pharmawati, 2009).

    Amplifikasi DNA jarak pagar menggunakan tiga primer (UBC 828, UBC

    885, dan UBC 890) menghasilkan 183 pita DNA. Karsinah (2002) menyatakan

    pita DNA merupakan hasil berpasangannya nukleotida primer dengan nukleotida

    genom tanaman. Dalam penelitian ini, pita yang dihasilkan tidak selalu

  • 49

    memperoleh intensitas pita yang sama. Hasil elektroforesis memperlihatkan pita

    pita yang jelas dan redup. Menurut Poerba dan Martanti (2008), jumlah dan

    intensitas pita DNA yang dihasilkan sangat tergantung pada kemampuan primer

    mengenali urutan DNA komplementernya pada cetakan DNA yang digunakan.

    Intensitas pita DNA hasil amplifikasi pada setiap primer dipengaruhi oleh

    kemurnian dan konsentrasi cetakan DNA. Cetakan DNA yang mengandung

    senyawa senyawa seperti polisakarida dan senyawa fenolik sering menghasilkan

    pita DNA amplifikasi yang redup (Poerba dan Martanti, 2008). Demikian pula

    apabila konsentrasi DNA terlalu rendah akan menghasilkan fragmen sebagai pita

    yang sangat tipis pada gel atau bahkan pita tidak terlihat secara visual. Sebaliknya,

    konsentrasi DNA yang terlalu tinggi akan menyebabkan fragmen terlihat tebal

    sehingga sulit dibedakan antara satu pita dengan pita lainnya (Haris et al., 2003).

    Selain hal tersebut diatas, adanya pita pita DNA yang bervariasi dalam

    intensitasnya ini dapat terjadi karena jumlah kopi yang diamplifikasi mewakili

    suatu pita tidak sama. Ada yang berulang cukup banyak sehingga terlihat sebagai

    pita DNA yang sangat jelas dan ada yang jumlah kopinya hanya beberapa saja dan

    tidak cukup banyak untuk dapat terlihat sebagai pita yang jelas sehingga terlihat

    tipis dan samar (Roslim et al., 2003).

    Dalam penelitian ini, dari tiga primer dihasilkan 12 16 pola pita.

    Menurut Wahyuni et al. (2004), marka ISSR akan mengamplifikasi kurang dari

    20 pola pita. Pola pita yang teramplifikasi tersebut adalah pola pita utama (mayor

    band) yang ditandai oleh penampakan pita yang jelas dan tebal serta pola pita

  • 50

    tidak utama (minor band) yang penampilan pitanya lebih tipis dan kadang kurang

    jelas.

    Dalam penelitian ini diperoleh pita DNA yang berukuran 280 1650 bp.

    Berdasarkan hasil penelitian Singh et al. (2009) dengan menggunakan marka

    ISSR pada amplifikasi DNA jarak pagar di India, diperoleh pita DNA yang

    berukuran 200 - 2500 bp. Innis dan Gelfand (1990) menjelaskan, ukuran pita

    DNA yang berbeda ini disebabkan perbedaan panjang situs DNA pada tanaman

    yang dapat diperpanjang oleh primer. Semakin lebar jarak antar situs primer

    dengan yang lain pada cetakan DNA akan dihasilkan DNA baru yang panjang

    dengan bobot molekul tinggi.

    Polimorfisme ditandai dengan ada dan tidak adanya pita pada suatu sampel

    serta perbedaan ukuran pita yang dihasilkan setiap sampel. Pada penelitian ini,

    polimorfisme jarak pagar pada tingkat molekuler sangat tinggi yaitu sebesar 100

    %. Menurut McGregor et al. (2000), polimorfisme merupakan gambaran

    amplifikasi yang diperoleh dari perbedaan fragmen DNA yang diobservasi dan

    diskor sebagai ada atau tidaknya perbedaan sekuen sehingga menunjukkan ada

    tidaknya variasi.

    Keragaman genetik jarak pagar pada populasi memberikan gambaran

    kondisi jarak pagar di alam. Analisis PCR ISSR untuk menentukan keragaman

    genetik yaitu dengan melihat ada atau tidaknya pita-pita DNA pada berat molekul

    tertentu yang dapat diamplifikasi oleh suatu primer pada suatu individu tertentu.

    Menurut Nuryani (2003), jumlah pita polimorfis dalam analisis keragaman

    genetik sangat menentukan tingkat keragaman genetik suatu populasi. Perbedaan

  • 51

    jumlah dan polimorfisme pita DNA yang dihasilkan mengambarkan kompleksitas

    genom tanaman yang diamati.

    Tingkat keinformatifan primer (PIC) yang digunakan dalam penelitian ini

    berkisar dari 0,85 0,92. Hal ini mengindikasikan primer tersebut mampu

    mendeteksi polimorfisme dalam suatu populasi sebesar 85 92 %. Menurut

    Anderson et al. (1993), semakin besar nilai PIC suatu primer maka primer

    tersebut semakin bagus digunakan sebagai penanda molekuler. PIC mengacu pada

    nilai suatu penanda untuk mendeteksi polimorfisme dalam populasi. PIC

    tergantung dari banyaknya frekuensi dan distribusi alel yang ditemukan.

    6.3 Analisis Hubungan Kekerabatan Jarak Pagar ( J. curcas L.)

    Analisis hubungan kekerabatan pada 15 tanaman jarak pagar menunjukkan

    sampel tanaman terbagi dalam dua kelompok. Subkelompok IA terdiri atas jarak

    pagar asal Sukasada 1, Sukasada 2, Sangsit 1, Tejakula 1, Sukasada 3, Tejakula 2,

    Gitgit 1, dan Gitgit 2 yang berada pada jarak genetik 0,045 0,273. Subkelompok

    IB terdiri atas jarak pagar Sangsit 2 dan Sangsit 3 (jarak genetik 0,091).

    Kelompok II terdiri atas jarak pagar asal Tejakula 3 dan Gitgit 3 (jarak genetik

    0,205) yang membentuk kelompok dengan jarak pagar asal Pancasari (jarak

    genetik 0,091 0,114).

    Nilai bootstrap dari pengelompokan jarak pagar yang diuji berada dalam

    kisaran 17 98 %. Untuk mendapatkan hasil pengelompokan yang lebih baik

    dengan nilai bootstrap yang tinggi, perlu pengujian dengan menggunakan primer

    yang lebih banyak karena menurut Holmes (2005), semakin tinggi nilai bootstrap

    maka akan semakin baik. Kartikaningrum et al. (2002) menambahkan, secara

  • 52

    teoritis meningkatnya keakuratan pengelompokan disebabkan oleh semakin

    banyaknya data yang digunakan. Pada umumnya ketepatan perkiraan

    pengelompokan akan meningkat apabila jumlah lokus yang terdeteksi dalam

    analisis meningkat.

    Hasil analisis dendrogram tersebut memperlihatkan populasi jarak pagar

    yang berasal dari Pancasari mengelompok menjadi satu kelompok berdasarkan

    lokasi tempat tumbuhnya tanaman. Tanaman jarak pagar asal Tejakula, Sangsit,

    Sukasada, dan Gitgit tidak mengelompok berdasarkan lokasi tetapi menyebar.

    Menurut Indriani (2000), genotipe genotipe yang berasal dari satu wilayah

    cenderung mengelompok pada jarak genetik yang kecil. Hal ini disebabkan

    adanya kisaran geografi yang rendah, secara genetika lebih seragam dibandingkan

    dengan populasi yang tersebar luas.

    Berdasarkan pengelompokan tersebut mengindikasikan jarak pagar asal

    Pancasari berasal dari induk yang terbatas atau sama sehingga sampel tanaman

    asal Pancasari memiliki keragaman genetik lebih rendah dibandingkan dengan

    jarak pagar asal Tejakula, Sangsit, Sukasada, dan Gitgit. Menurut Mansyah

    (2003), besarnya perbedaan jarak genetik dalam populasi dapat disebabkan oleh

    beberapa faktor seperti faktor isolasi oleh jarak, geografi, ekologi, dan reproduksi.

    Apabila hal ini terjadi maka akan muncul jenis baru yang mampu beradaptasi

    pada lingkungannya secara alami dan jangka panjang.

    Berdasarkan teori Vavilov yang salah satunya mengemukakan bahwa

    wilayah yang memiliki keanekaragaman genetik yang besar sebagai pusat asal

    (Mukerjee, 1987 dalam Indriani, 2000). Untuk tanaman jarak pagar sudah lama

  • 53

    dikenal masyarakat di berbagai daerah di Indonesia, yaitu sejak diperkenalkan

    oleh bangsa Jepang sejak tahun 1942 (Hambali et al., 2007). Jarak pagar berasal

    dari Meksiko, Amerika Tengah (Syufri, 2007). Tanaman dari famili

    Euphorbiaceae ini banyak ditemukan di Afrika Tengah dan Selatan, Asia

    Tenggara, dan India (Syah, 2006). Awalnya tanaman ini diduga didistribusikan ke

    Afrika dan Asia oleh para penjelajah Portugis dan Spanyol berdasarkan bukti

    bukti nama setempat (nama lokal/daerah) (Syah, 2006). Pada mulanya penyebaran

    jarak pagar di Asia dimulai pada dua titik wilayah yaitu Malaka dan Filipina

    (Heller, 1996). Pada daerah asalnya, tanaman tentunya mempunyai keragaman

    genetik yang lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya (Indriani, 2000).

    Tanaman jarak pagar asal Tejakula dan Gitgit terpisah dalam dua

    kelompok. Pola pengelompokan pada kelompok I lebih heterogen. Fenomena

    yang menarik dari hasil pengelompokan tersebut adalah mengelompoknya

    individu dari lokasi yang berlainan ke dalam satu kelompok. Menurut Poerba dan

    Martanti (2008), hal tersebut mengindikasikan adanya keragaman genetik yang

    disebabkan oleh rekombinasi genetik. Karuniawan et al. (2008) menambahkan,

    populasi dari habitat yang sama belum tentu memiliki hubungan kekerabatan yang

    lebih dekat. Hubungan kekerabatan yang dekat, terdapat juga pada genotipe

    genotipe yang berbeda asalnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan

    atau adanya interaksi genotip dengan lingkungan. Mansyah (2003) juga

    menyatakan, populasi tanaman yang diuji mempunyai tingkat umur yang

    bervariasi atau generasi penanaman yang berbeda sehingga menimbulkan

    keragaman genetik.

  • 54

    Keragaman genetik merupakan variasi genetik yang dimiliki oleh individu

    dalam suatu populasi yang menempati suatu ekosistem. Keragaman menempati

    posisi kunci dalam program pemuliaan karena genetik optimalisasi atau

    maksimalisasi perolehan genetik akan sifat sifat tertentu, dapat dicapai apabila

    ada cukup informasi untuk melakukan seleksi gen terhadap sifat yang diinginkan

    (Irwanto, 2007).

    Suryanto (2008) menyatakan keragaman genetik dapat terjadi karena

    adanya perubahan nukleotida penyusun DNA. Perubahan ini mungkin dapat

    mempengaruhi fenotip suatu organisme yang dapat dipantau dengan mata

    telanjang atau mempengaruhi reaksi individu terhadap lingkungan tertentu. Secara

    umum keragaman genetik dari suatu populasi dapat terjadi karena adanya mutasi,

    rekombinasi, atau migrasi gen dari satu tempat ke tempat lain.

    Perbanyakan tanaman jarak pagar dapat dilakukan secara generatif

    maupun vegetatif (Hambali et al., 2007). Tanaman yang dibiakkan secara

    vegetatif akan mempunyai keseragaman secara genetik karena dikembangkan dari

    induk yang sama. Cara pembiakan ini dapat melestarikan sifat sifat yang

    dimiliki oleh suatu tanaman, tetapi adanya interaksi antara genetik dan lingkungan

    menyebabkan perubahan perubahan secara fisik yang dapat bersifat sementara

    atau permanen. Perubahan yang bersifat permanen disebabkan karena terjadinya

    perubahan pada material genetiknya (Mangoendidjojo, 2008).

    Menurut Julisaniah et al. (2008), informasi hubungan genetik diantara

    individu di dalam dan diantara spesies mempunyai kegunaan penting bagi

    perbaikan tanaman. Dalam program pemuliaan tanaman, pendugaan hubungan

  • 55

    genetik sangat berguna untuk mengelola plasma nutfah, identifikasi kultifar,

    membantu seleksi tetua untuk persilangan, serta mengurangi jumlah individu yang

    dibutuhkan untuk pengambilan sampel dengan kisaran keragaman genetik yang

    luas.

  • 56

    BAB VII

    SIMPULAN DAN SARAN

    7.1 Simpulan

    Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan :

    1. Berdasarkan hasil amplifikasi DNA jarak pagar (J. curcas L.)

    menggunakan tiga primer ISSR (UBC 828, UBC 885, dan UBC 890),

    menunjukkan adanya keragaman genetik jarak pagar pada beberapa

    ketinggian tempat di Bali bagian utara (Tejakula, Sangsit, Sukasada,

    Gitgit, dan Pancasari) yang berada pada jarak genetik 0,045 0,568.

    2. Berdasarkan hasil analisis kelompok 15 sampel tanaman jarak pagar

    dapat dibagi menjadi dua kelompok utama (kelompok I terdiri dari jarak

    pagar asal Sukasada 1, Sukasada 2, Sangsit 1, Tejakula 1, Sukasada 3,

    Tejakula 2, Gitgit 1, Gitgit 2, Sangsit 2, dan Sangsit 3 ; kelompok II terdiri

    dari jarak pagar asal Tejakula 3, Gitgit 3, Pancasari 1, Pancasari 2, dan

    Pancasari 3). Jarak pagar asal Tejakula, Sangsit, Sukasada, dan Gitgit tidak

    mengelompok berdasarkan lokasi, dan hanya jarak pagar asal Pancasari

    membentuk kelompok sendiri berdasarkan lokasi.

    3. Berdasarkan nilai jarak genetik, diperoleh keragaman genetik tertinggi

    pada tanaman jarak pagar asal Sangsit yang berada pada jarak genetik

    0,091 0,364.

  • 57

    7.2 Saran

    1. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang optimal perlu dilakukan penelitian

    serupa dengan jumlah sampel dan jumlah primer yang lebih banyak pada

    lokasi yang berbeda.

    2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme terjadinya

    keragaman genetik pada jarak pagar di Bali.

  • 58

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2005. Menghijaukan Pantai Memanen Minyak.

    http://wwwfaperta.ugm.ac.id/jatropha.

    Anonim. 2008. Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Info Tek Jarak Pagar 39 (10) :

    37 40. http://www.perkebunan.litbang.litbang.deptan.go.id.

    Anderson, J.A., Churchill, G. A., Autrique, J. E., Tanksley, S. D., dan Sorrells, M.

    E. 1993. Optimizing Parental Selection for Genetic Linkage Maps.

    Jurnal Genome 36 : 181 186.

    Anwar, A. 1985. Ringkasan Biologi. Ganesa Exact. Bandung.

    Ariwidiantari, P.P.S. 2009. Studi Kekerabatan Aksesi Jarak Pagar (Jatropha

    curcas L.) dengan Teknik Random Amplified Polymorphic DNA

    (RAPD). Skripsi Jurusan Biologi. F.MIPA. UNUD. Denpasar.

    Ardiana, D.W. 2009. Teknik Isolasi DNA Genom Tanaman Pepaya dan Jeruk

    dengan Menggunakan Modifikasi Bufer CTAB. Buletin Teknik

    Pertanian 14 (1) : 12 16.

    Astarini, I.A. 2008. Pengembangan Klon Unggul Jarak Pagar (Jatropha curcas

    L.) Tahan Kering dengan Pendekatan Molekuler. Proposal Penelitian.

    Tidak Dipublikasikan.

    Astarini, I.A. 2009. Aplikasi Marka Molekuler untuk Peningkatan Kualitas

    Produksi Kembang Kol (Brassica oleraceae var. botrytis). Editor :

    Wirawan, I.G.P., Supartana, P., dan Juliasih, S. M. Penerbit Universitas

    Udayana. Denpasar.

    Basha, S.D. dan Sujatha, M. 2007. Inter and Intra population Variability of

    Jatropha curcas (L.) Characterized by RAPD and ISSR Markers and

    Development of Population specific SCAR markers. Euphytica 156 :

    375 386.

    Bintang, M. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Penerbit Erlangga. Jakarta.

    Delita, K., Efriani, M. dan Ummi, K. 2008. Korelasi Aktivitas Nitrat Reduktase

    dan Pertumbuhan Beberapa Genotipe Tanaman Jarak Pagar (Jatropha

    curcas Linn.) yang Diperlakukan dengan Zat Pengatur tumbuh 2,4-D.

    Jurnal Akta Agrosia 11 (1) : 80 86.

    Doyle, J.J dan J. L. Doyle. 1989. Isolation of Plant DNA from Fresh Tissue.

    Focus 12 (1) : 13 15.

  • 59

    Dwimahyani, I. 2005. Pemuliaan Mutasi Jarak Pagar (Jatropha curcas L.).

    P3TIR-BATAN. http://www.ristek.go.id/index.php?mod=News&conf=v&id=972

    Elfrod, S. dan Stansfield, W. 2007. Genetika. Edisi Keempat. Penerjemah :

    Damaring, T. W. Penerbit Erlangga. Jakarta.

    Giwangkara, E.G. 2006. Jarak Pagar Lebih Fleksibel dari Kelapa Sawit. http://persembahanku.wordpress.com/2006/07/29/jarak-pagar-lebih-fleksibel-dari-kelapa-sawit/.

    Gurcan, K., Mehlenbacher, S.A., dan Cristofori, V. 2009. Inter Simple Sequence

    Repeats (ISSR) Markers in Hazelnut. International Society for

    Horticultural Science.

    http://www.actahort.org/members/showpdf?booknrarnr=845_19

    Hambali, E., Ani, S., Dadang, Hariyadi, Hasim, H., Iman, K.R., Mira, R., Ihsanur,

    M., Prayoga, S., Soekisman, T., Tatang, H.S., Theresia, P., Tirto, P., dan

    Wahyu, P. 2007. Jarak Pagar : Tanaman Penghasil Biodiesel. Penebar

    Swadaya. Jakarta.

    Haris, N., Aswidinoor, H., Nurita, T. M., dan Purwantara, A. 2003. Jurnal Menara

    Perkebunan 71 (1) : 1 15.

    Heller, J. 1996. Physic Nut (Jatropha curcas L.) : Promoting Concervation and

    Use of Underutilized and Neglected Crops. Institut of Plant Genetic and

    Crops Plant Research. International Plant Genetic Resources Institut.

    Rome.

    Hou, C., Yong.,Yan, Z., Wei, Y., dan Zheng, Y. 2005. Genetic Diversity in Barley

    from West China Based on RAPD and ISSR Analysis. Barley Genetic

    Newsletter 35 : 9 22.

    Holmes, S. 2005. Bootstraping Phylogenetic Trees : Theory and Methods.

    Stanford. USA.

    Innis, M.A. dan Gelfand, D.H. 1990. PCR Protocol : A Guide to Methods and

    Applications. Academic Press. San Diego.

    Indriani, F. C. 2000. Keragaman Genetik Plasma Nutfah Kenaf (Hibiscus

    cannabinus L.) dan beberapa Spesies yang Sekerabat Berdasarkan

    Analisis Isozim. Tesis. Fakultas Pertanian. Program Pasca Sarjana.

    Universitas Brawijaya. Malang.

    Irwanto. 2007. Analisis Vegetasi untuk Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung

    Pulau Marsegu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku. Tesis.

  • 60

    Program Studi Ilmu Kehutanan. Jurusan Ilmu ilmu Pertanian. Sekolah

    Pasca Sarjana. UGM. Yogyakarta.

    Istiana, H. dan Sadikin, I. 2008. Cara Pengujian Media Tumbuh Pada Pembibitan

    Tanaman Jarak Pagar. Buletin Teknik Pertanian 13 (1)

    http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/bt131085.pdf

    .

    Julisaniah, N.I., Sulistyowati, L., dan Sugiharto, A.N. 2008. Analisis Kekerabatan

    Mentimun (Cucumis sativus L.) menggunakan Metode RAPD PCR dan

    Isozim. Jurnal Biodiversitas 9 (2) : 99 102.

    Karsinah, Sudarsono, Setyobudi, L., dan Aswindinnoor. 2002. Keragaman

    Genetik Plasma Nutfah Jeruk berdasarkan Analisis Penanda RAPD.

    Jurnal Bioteknologi Pertanian 7 (1) : 8 16.

    Karuniawan, A., Sahala, B., dan Ismail, A. 2008. Keanekaragaman Genetik

    Mucuna Berdasarkan Karakter Morfologi dan komponen Hasil. Jurnal

    Zuriat 19 (1) : 41 59.

    Kuras, A., Korbin, M., dan Zueawicz, E. 2004. Comparison of Suitability of

    RAPD and ISSR Techniques for Determination of Strawberry (Fragaria

    x ananassa Duch.) Relationship. Plant Cell, Tissue and Organ Culture 79

    : 189 193.

    Kartikaningrum, S., Hermiati, N., Baihaki, A., Murdaningsih, H. K., dan Nurita,

    T. M. 2002. Kekerabatan antar Genus Anggrek Sub Tribe Sarchantinae

    Berdasarkan Data Fenotip dan Pola Pita DNA. Jurnal Zuriat 13 (1) : 1

    10.

    McGregor, C.E., C.A. Lambert, M.M. Grylic, J.H. Louw, and L. Warnich. 2000.

    A comparison assessment of DNA finger printing technique (RAPD,

    ISSR, AFLP, and SSR) in tetraploid potato (Solanum tuberosum L.)

    germplasma. Euphytica 113 : 135 144.

    Mahardika, I.G.N.K. 2003. Polymerase Chain Reaction. Laboratorium Virologi.

    Fakultas Kedokteran Hewan.Universitas Udayana. Denpasar.

    Mahmud, Z., Allorerung, D., dan Rivaie, A.A. 2008. Teknik Budidaya Jarak

    Pagar (Jatropha curcas L.). Badan Penelitian dan Pengembangan

    Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Departemen

    Pertanian. Bogor.

    Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar Dasar Pemuliaan Tanaman. Penerbit Kanisius.

    Yogyakarta.

  • 61

    Mansyah, E., Baihaki, A., Setiamiharja, R., Darsa, J. S., dan Sobir. 2003. Analisis

    Variabilitas Genetik Manggis (Garcinia mangostana L.) di Jawa dan

    Sumatra Barat Menggunakan Teknik RAPD. Jurnal Zuriat 14 (1) : 35

    44.

    Murray, R.K., Granner, D.K., dan Rodwell, V.W. 2006. Biokimia Harper.

    Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

    Muthusamy, S., Kanagarajan, S., dan Ponnusamy, S. 2008. Efficiency of RAPD

    and ISSR Marker System in Accessing Genetic Variation of Rice Bean

    (Vigna umbellata) Landraces. Electronic Journal of Biotechnology 11

    (3) : 1 8.

    Nuryani, D. 2003. Analisis Keseragaman Genetik Tanaman Teh (Camellia

    sinensis (L) O. Kuntze) Asal Kultur Jaringan, Setek, dan Biji dengan

    Teknik RAPD. Skripsi. Jurusan Kimia. F.MIPA. IPB. Bogor.

    Pharmawati, M., Yan, G., and McFarlane, I.J. 2004. Application of RAPD and

    ISSR Marker to Analyse Molecular Relationship in Grevillea (Proteace).

    Australian Systematic Botani 17 : 49 61 .

    Pharmawati, M. 2009. Marka Molekuler Berbasis DNA untuk Penentuan

    Hubungan Kekerabatan Tumbuhan. Editor : Wirawan, I.G.P., Supartana,

    P., dan Juliasih, S. M. Penerbit Universitas Udayana. Denpasar.

    Poerba, Y. S. dan Martanti, D. 2008. Keragaman Genetik Berdasarkan Marka

    Random Amplified Polymorphic DNA pada Amorphopallus muelleri

    Blume di Jawa. Jurnal Biodiversitas 9 (4) : 245 249.

    Punia, M. S. 2007. Cultivation and Use of Jatropha for Biodiesel Production in

    India. Paper Biodiesel Production in India.

    Prihandana, R. dan Hendroko, R. 2006. Petunjuk Budi Daya Jarak Pagar. PT

    Agromedia Pustaka. Jakarta.

    Roslim, D. I., Hartana, A., dan Suharsono. 2003. Hubungan Genetika Populasi

    Kelapa Dalam Banyuwangi, Lubuk Pakam, dan Paslatan berdasarkan

    Analisis RAPD. Jurnal Natur Indonesia 6 (1) : 5 10.

    Salisbury, F.B dan Ross, C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. Penerjemah :

    Diah R Lukman dan Sumaryono. Penerbit ITB. Bandung.

    Singh, P., Singh, S., Mishra, S.P., dan Bhatia, S. K. 2009. Jurnal Genes, Genomes,

    and Genomic 4(1) : 1 8.

    Sudjadi. 2008. Bioteknologi Kesehatan. Kanisius. Yogyakarta.

  • 62

    Suryana, A. 2007. Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Mendukung

    Ketahanan Pangan dan Pengembangan Bioenergi di Indonesia. Prosiding

    Ekspose dan Seminar Nasional Hasil Penelitan dan Pengkajian

    Teknologi Pertanian Mendukung PENAS XII, Palembang, 10-11 Juli

    2007.

    Suryanto, D. 2003. Melihat Keanekaragaman Organisme Melalui Beberapa

    Teknik Genetika Molekuler. Digital Library. PS Bioteknologi. Fakultas

    Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatra Utara.

    Syufri, A. 2007. Bertanam Jarak Pagar. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.

    Sumatra Barat.

    Syah, A.N.A. 2006. Biodiesel Jarak Pagar : Bahan Bakar Alternatif yang Ramah

    Lingkungan. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.

    Wahyuni, S., Xu, D. H., Bermawiel, N., Tsunematsu, H., dan Ban, T. 2004.

    Skrining ISSR Primer Studi Pendahuluan Kekerabatan antar Jahe Merah,

    Jahe Emprit, dan Jahe Besar. Buletin TRO 15 (1).

    Yunus, A. 2007. Identifikasi Keragaman Genetik Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)

    Berdasarkan Penanda Isozim. Jurnal Biodiversitas 8 (3) : 249 252.

    Yuwono, T., 2005. Biologi Molekuler. Penerbit Erlangga. Jakarta.

    Yuwono, T., 2006. Teori dan Aplikasi Polymerase Chain Reaction. Penerbit Andi.

    Yogyakarta.

  • 63

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan pada tanggal 1 Juni 1978 di kabupaten Klungkung,

    Provinsi Bali. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara, dari

    pasangan Bapak Drs. I. W. Githa Suryadiantha (alm) dan Ibu N. K. Tirtawati.

    Pada tahun 2002, penulis menyelesaikan pendidikan jenjang S1 di Jurusan

    Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Udayana. Tahun 2008, penulis mengikuti

    jenjang pendidikan S2 pada Program Studi Bioteknologi Pertanian Program

    Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar Bali.

  • 64