UAV
-
Upload
zulhidayat-ay -
Category
Documents
-
view
6 -
download
0
description
Transcript of UAV
Zulhidayat AY0804105010012
Sistem Indra Jarak Jauh
Unmanned Aerial Vehicle (UAV)
I. PENDAHULUAN
Penggunaan UAV (Unmanned Aerial Vehicle) dewasa ini sangat luas digunakan
misalnya untuk pencarian korban bencana alam, penginderaan jauh, memonitoring kawasan
perhutani dan daerah perbatasan, bahkan untuk daerah dengan permukaan yang tidak rata dan
dengan kontur ketinggian yang berbeda-beda dapat dilakukan oleh UAV. UAV juga dapat
dilakukan untuk misi kemiliteran yang berbahaya seperti untuk menyusup dan mengintai
daerah musuh yang tidak bisa dijangkau sekalipun UAV juga digunakan dalam aplikasi sipil,
seperti pemadam kebakaran atau pekerjaan keamanan nonmiliter, seperti pengawasan dari
pipa.
Singkatan UAV telah diperluas dalam beberapa kasus untuk UAV (sistem kendaraan
tak berawak). Federal Aviation Administration telah mengadopsi sistem kelas generik
pesawat tak berawak- UAS (Unmanned Aircraft System) awalnya diperkenalkan oleh
Angkatan Laut AS untuk mencerminkan kenyataan bahwa ini bukan hanya pesawat, tetapi
sistem, termasuk stasiun tanah dan elemen lainnya.
Bentuk UAV yang sangat kecil dan relatif murah biaya operasionalnya membuat
banyak pertimbangan utama mengapa banyak pihak menggunakannya. Akan tetapi, dengan
bentuk UAV yang demikian membuat UAV rentan terhadap gangguan angin terutama pada
saat melakukan landing. Oleh karena itu, dibuatlah sistem kontrol autolanding pada UAV
dengan memberikan kontroler PID Fuzzy agar kendaraan ini dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik. Kontroler PID Fuzzy sebenarnya merupakan kontroler PID yang setiap
parameternya dituning dengan menggunakan logika fuzzy, dimana kontroler PID adalah
gabungan dari kontroler Proporsional, Integral, dan Differensial dengan setiap kelebihan yang
dimiliki oleh setiap kontroler. Pada kondisi operasi tertentu (seperti misalnya sering terjadi
pada gangguan proses atau parameter proses yang berubah-ubah), parameter kontrol ini harus
sering di-tuned agar kinerjanya tetap baik. Pada aplikasi ini, fuzzy berfungsi menghitung
parameter kontrol PID berdasarkan kondisi sinyal error (sebagai input dari Fuzzy). Selain itu
dengan adanya algoritma fuzzy ini bisa menutupi kekurangan dari aksi kontrol PID.
1
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. UAV (Unmanned Aerial Vehicle)
UAV (Unmanned Aerial Vehicle) merupakan sebuah kendaraan udara tanpa awak
yang dikendalikan atau tanpa seorang pilot (autopilot). Autolanding Pada UAV (Unmanned
Aerial Vehicle) Menggunakan Kontroler PID-Fuzzy Autopilot merupakan suatu sistem yang
dapat memandu gerak terbang pesawat tanpa adanya campur tangan dari manusia. Dengan
adanya sistem ini seorang pilot tidak harus mengontrol secara penuh gerakan pesawat tanpa
harus berada di dalamnya.
UAV pertama dikenalkan pada Perang Dunia ke 1 pada tahun 1917 yang dibawa oleh
militer Amerika Serikat. UAV juga dikenal sebagai kendaraan jarak jauh yang dikemudikan
atau RPV (Remotely Piloted Vehicle) dimana sebagian besar fungsinya yaitu pada misi
kemiliteran. Untuk membedakan UAV dari rudal, sebuah UAV didefinisikan sebagai
kendaraan, dapat digunakan kembali dan mampu dikendalikan, penerbangan berkelanjutan,
bertingkat dan didukung oleh jet atau mesin yang saling berhubungan. Oleh karena itu, rudal
jelajah tidak dianggap UAV, karena seperti banyak peluru kendali lain, kendaraan itu sendiri
adalah senjata yang tidak digunakan kembali, meskipun juga tak berawak dan dalam
beberapa kasus jarak jauh juga dipandu. penggunaan UAV dewasa ini sangat luas digunakan
misalnya untuk pencarian korban bencana alam, penginderaan jauh, memonitoring kawasan
perhutani dan daerah perbatasan, bahkan untuk daerah dengan permukaan yang tidak rata dan
dengan kontur ketinggian yang berbeda-beda dapat dilakukan oleh UAV. UAV juga dapat
dilakukan untuk misi kemiliteran yang berbahaya seperti untuk menyusup dan mengintai
daerah musuh yang tidak bisa dijangkau sekalipun UAV juga digunakan dalam aplikasi sipil,
seperti pemadam kebakaran atau pekerjaan keamanan nonmiliter, seperti pengawasan dari
pipa.
B. Autolanding
Autolanding yang dimaksud disini adalah gerakan landing secara autopilot. Autopilot
merupakan suatu sistem yang dapat memandu gerak terbang pesawat tanpa adanya campur
tangan dari manusia. Dengan adanya sistem ini seorang pilot tidak harus mengontrol secara
penuh gerakan pesawat tanpa harus berada di dalamnya.
Sistem autopilot adalah suatu sistem kontrol gerakan pesawat terbang yang mengatur
gerakan pesawat terbang agar tetap pada jalur yang sudah ditentukan sehingga pesawat dapat
bergerak dari suatu tempat ke tempat lain dengan aman secara otomatis, Suatu sistem
2
autopilot yang dirancang dengan baik dan terintegrasi dengan tepat dengan sistem kontrol
yang tepat dapat menghasilkan respon yang baik. Dengan autopilot gerakan pesawat dapat
dilakukan secara otomatis mulai dari take-off (autotak-eoff) sampai landing (autolanding)
pada ketinggian tertentu. Akan tetapi autopilot tergantung dari jenis pesawat dan sistem
pengaturannya. Pada sistem autolanding merupakan sistem pengaturan yang kompleks. Oleh
karenanya pada Tugas Akhir yang diatur adalah sistem pengaturan sudut pitch.
C. Gerak Dasar Pesawat
Gerak dasar pesawat terbang dikendalikan oleh kontrol permukaan pesawat terbang.
Kontrol permukaan pada pesawat terbang terdiri dari aileron, rudder, dan elevator. Aileron
adalah kontrol permukaaan yang mengontrol gerak guling (rolling) pesawat. Aileron terletak
pada sayap pesawat. Rudder adalah kontrol permukaan yang dapat membelokkan hidung
pesawat ke kanan atau ke kiri. Rudder tersambung di bagian belakang dari vertical stabilizer.
Selama penerbangan rudder digunakan untuk menggerakkan ujung depan pesawat pesawat
ke kanan dan ke kiri. Rudder digunakan bersama dengan aileron untuk belok selama
penerbangan Sedangkan elevator adalah kontrol permukaan yang mengatur gerak naik turun
pesawat. Elevator terpasang di bagian belakang horizontal stabilizer yang digunakan untuk
menggerakkan badan pesawat naik maupun turun selama pesawat berada di udara.
Gambar 1 Kontrol Permukaan Pesawat
D. Landing Pesawat
Proses pendaratan (landing) pada pesawat yaitu, alignment, glide-slope tracking, flare
manoeuvre, touchdown, dan taxiing. Pada fase alignment, pesawat terbang bergerak lurus
sejajar dengan perpanjangan garis landasan pada ketinggian konstan. Dan pada fase glide-
slope tracking, pesawat terbang mengikuti lintasan garis lurus menurun dengan sudut konstan
dengan tetap menjaga posisi pesawat tepat lurus di atas sumbu landasan. Ketika pesawat
3
terbang telah mendekati landasan, sudut kemiringan di perkecil sampai 00 (nol derajat)
sehingga lintasan menurun bukan lagi berupa garis lurus, tapi berbentuk menyerupai kurva
eksponensial turun, fase ini disebut dengan flare manoeuvre.
E. RANCANG BANGUN PROTOTIPE
Gambar 2 Blok Diagram Proses
Sesuai dengan blok diagram pada Gambar 2 proses pengolahan citra dilakukan secara
sequencial. Berikut dijelaskan proses dari kerja sistem tersebut.
Input frame
Masukan sistem berupa video yang terdiri dari banyak frame.
Resize ukuran
Proses yang kedua adalah melakukan pengecilan ukuran atau resize dari setiap frame
video yang masuk. Proses ini diperlukan untuk mendapatkan resolusi citra yang sesuai
dengan literatur yang sudah ada dimana dalam literature tersebut nilai resolusi dari
citra yang digunakan adalah 640x480 piksel sehingga dalam pengolahannya dapat
maksimal.
Cloning citra
4
Proses yang ketiga adalah penggandaan citra atau disebut cloning sehingga
didapatkan dua buah citra yang sama bentuk dan ukurannya (selanjutnya disebut citra
‘a’ dan ‘b’).
Invert Citra
Proses inversi dilakukan terhadap citra ‘a’ hasil penggandaan dari proses sebelumnya
untuk mengubah citra tersebut menjadi citra negatif, sehingga akan tampak jelas
perubahan warna yang terjadi dari garis yang berwarna putih pada citra RGB menjadi
warna hitam pada citra negatif.
Preprocessing citra
Proses ini berfungsi untuk mengubah citra RGB ‘a’ menjadi IplImage sekaligus
mendeklarasikan pointer untuk citra. Kemudian citra RGB diubah menjadi citra HSV
agar garis lebih mudah dideteksi.
Thresholding
Proses dilakukan terhadap citra ‘b’, sehingga dihasilkan citra hasil threshold dengan
batas yang telah ditentukan.
Menentukan Region of Interest
Proses ini berfungsi untuk menentukan area seleksi dari citra yang akan di deteksi.
Proses dilakukan terhadap citra ‘a’ dengan membuat area kotak berwarna merah, area
didalam kotak tersebut yang siap untuk diseleksi.
Menentukan koordinat dan deteksi garis citra
Pada proses ini dilakukan penentuan koordinat tengah dari citra hasil thresholding.
Memasukkan hasil dalam satu frame
Proses ini merupakan proses terakhir, citra hasil deteksi dan dari proses ROI
digabungkan kedalam satu frame. Dari frame tersebut diperoleh gambar hasil deteksi
dan nilai dari koordinat tengah garis.
Rancangan perangkat lunak
Rancangan perangkat lunak dalam sistem ini terdapat dalam proses pengolahan citra.
Perangkat lunak menerima masukan berupa gambar dari kamera dan memproses nya.Dalam
penelitian ini rancangan perangkat lunak dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian
preprocessing image, deteksi titik tengah dan tepi dengan blob, serta Region of Interest.
5
Preprocessing Image
Proses awal yang dilakukan adalah pengambilan citra oleh handycam sebagai masukan.
Kemudian mengubah tipe masukan pada kamera menjadi IplImage sekaligus deklasrasi
pointer untuk citra. Proses berikutnya adalah membuat citra RGB. Setelah itu proses
berikutnya adalah melakukan konversi dari citra RGB ke HSV. Pada proses ini dicari nilai
batas atas dan batas bawah nilai HSV untuk membedakan warna yang akan di threshold..
Setelah itu dilakukan proses thresholding untuk mendapatkan citra biner, sehingga terlihat
daerah yang termasuk objek dan background. Objek dalam hal ini adalah garis putih pada
landasan sedangkan background adalah landasan itu sendiri.Diagram alir pada preprocessing
image ini ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 3 Diagram Alir Preproccessing Image
6
Deteksi garis
Proses pada deteksi tepi setelah citra dari landasan berhasil dipisah antara garis putih dengan
latar belakang nya adalah pencarian titik tengah pada garis landasan. Diagram alir dari proses
ditunjukkan pada Gambar 3. Proses dimulai dengan deklarasi variable, fungsi, dan pointer.
Kemudian dibuat citra 8 bit 1 channel atau grayscale, selanjutnya proses memasukkan nilai
terkini dalam garis. Kemudian dibuat variable untuk mengisi nilai tersebut, variable yang
dibuat mewakili dua titik koordinat x dan y serta lebar (width) dan tinggi (height). Proses
selanjtnya mencari nilai piksel dari citra. Apabila terdeteksi dan memiliki luas area melebihi
100 piksel proses akan dilanjutkan.
Region of Interest
Sebuah citra dapat dianggap mengandung sub citra yang kadang kala disebut region of
interest ( ROI), atau daerah. Daerah yang dimaksud adalah bagian dari sebuah citra dimana
memungkinkan diproses untuk menekan blur sementara bagian lain diproses untuk
meningkatkan penampilan warna. Pada system ini fungsi ROI untuk mendeteksi garis yang
masuk pada area tersebut. Sehingga apabila terdapat citra garis yang berada diluar ROI maka
proses pendeteksi tidak dilakukan
Gambar 4 Citra dengan ROI
Pada citra yang ditunjukkan pada Gambar 3 sebuah ROI didefinisikan di bagian sudut kanan
atas dari sebuah citra. Metode ini berguna salah satunya untuk memotong sebuah objek dari
citra, atau jika diinginkan untuk proses template matching dengan sub-citra.
Landasan pacu
7
Perancangan landasan pacu dibuat menyerupai landasan pesawat terbang yang memiliki
Preceision Approach Instrument. Oleh sebab itu pola pembuatan garis pada landasan
mengacu pada standard FAA tersebut, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4. Garis
landasan dibuat berwarna putih dengan ukuran dan panjang lintasan yang telah ditentukan
menyerupai landasan pesawat terbang.
Gambar 5 Pola Garis Landasan Precision Approach Instrument
Penggunaan landasan pacu pada penelitian ini sebagai objek dalam pengambilan data video
terbang. Landasan pacu (runway) dibuat menyerupai landasan asli untuk pesawat terbang
seperti yang ditunjukkan Gambar 5. Pembuatan garis landasan menggunakan kertas berwarna
putih dengan ukuran panjang dan lebar ± 29,5 x 5 centimeter. Lokasi landasan pacu berada di
arah timur laut Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto (STTA) berada di daerah
Maguwoharjo, Sleman.
Gambar 6 Pola Garis Pada Landasan
Panjang dan lebar lintasan beraspal kurang lebih 68 meter dan 5,25 meter. Panjang garis pada
landasan dibuat sepanjang kurang lebih 20 meter. Pola garis disusun menyerupai landasan
8
pada pesawat terbang sesuai dengan standar dari FAA (Federal Aviation Administration)
dengan skala 1:40.
DAFTAR PUSTAKA
S.A, Muhammad, H. Agus, S. Raden. Purwarupa Sistem Pendeteksi Garis Landasan Pacu pada Pesawat Terbang. 2012.UGM. Yogyakarta. IJEIS, Vol.2, No.2, October 2012, pp.199 ~208 ISSN: 2088-3714 Mulyani, A. Katjuk, S. Joko. Autolanding Pada UAV (Unmanned Aerial Vehicle) Menggunakan Kontroler PID-Fuzzy.2012. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Surabaya. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5
9