Tugas Terstruktur Mata Kuliah Limnologi Review Jurnal Plankton Perairan Sungai Betta Ady Gunawan
-
Upload
betta-ady-gunawan -
Category
Documents
-
view
549 -
download
7
Transcript of Tugas Terstruktur Mata Kuliah Limnologi Review Jurnal Plankton Perairan Sungai Betta Ady Gunawan
TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH LIMNOLOGI
REVIEW JURNAL“DAMPAK –DAMPAK YANG TERJADI AKIBAT KELIMPAHAN PLANKTON
YANG HIDUP DI PERAIRAN SUNGAI”
Oleh :
Betta Ady GunawanB1J009023
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2012
TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH LIMNOLOGI
REVIEW JURNAL“DAMPAK –DAMPAK YANG TERJADI AKIBAT KELIMPAHAN PLANKTON
YANG HIDUP DI PERAIRAN SUNGAI”
Oleh :
Betta Ady GunawanB1J009023
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2012
TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH LIMNOLOGI
REVIEW JURNAL“DAMPAK –DAMPAK YANG TERJADI AKIBAT KELIMPAHAN PLANKTON
YANG HIDUP DI PERAIRAN SUNGAI”
Oleh :
Betta Ady GunawanB1J009023
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2012
I. PENDAHULUAN
Sungai adalah perairan air tawar yang sumbernya berasal dari pegunungan yang
mengalir dari hulu ke hilir. Sungai menjadi sarana pemanfaatan sumber daya alam bagi
manusia untuk membantu kelangsungan hidup manusia yang memakai sungai sebagai
kebutuhan akan airnya yang bermanfaat bagi masyarakat. Manfaat sungai bagi kehidupan
manusia adalah sebagai sarana mata pencaharian bagi nelayan atau masyarakat yang gemar
memancing ikan untuk dimakan, sungai bisa menjadi kebutuhan untuk menjaga kesehatan
seperti tempat untuk mandi, tidak hanya itu sungai digunakan manusia untuk
membersihkan diri, mencuci, sebagai tempat buang air. Sarana lain sungai juga sebagai
tempat wisata tergantung pengelolaan kota setempat. Sungai dapat menjadi obyek wisata
karena didukung prasarana dan sarana yang memadai. Misalnya sebagai tempat
pemancingan, tempat olah raga seperti cano, arung jeram, renang dan lain-lain.
Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Namun
demikian, air akan berdampak negatif apabila tidak tersedia dalam kondisi yang benar,
baik kualitas maupun kuantitasnya (Warlina, 2004). Penurunan kualitas air sungai tidak
hanya terjadi di daerah hilir, tetapi juga di daerah hulu. Alih guna lahan hutan menjadi
lahan pertanian dan pemukiman merupakan faktor utama penyebab terjadinya penurunan
kualitas air sungai di daerah hulu. Pemantauan kualitas perairan umumnya dilakukan
dengan menggunakan parameter fisik atau kimia, tetapi akhir-akhir ini pemantauan dengan
biota lebih diperhatikan. Hal ini disebabkan karena biota bersentuhan langsung dengan
perairan dalam kurun waktu yang lama, sedang sifat-sifat fisik dan kimia cenderung
menginformasikan keadaan perairan pada waktu pengukuran saja. (Astirin dan Setyawan,
2000).
Sungai juga sebagai tempat berkembangbiak makhluk hidup lain seperti ikan,
moluska, reptile, amphibi, mamalia, dan plankton serta mikroorganisme lain. Plankton
adalah organisme yang hidup melayang atau mengambang di dalam air. Kemampuan
geraknya, kalaupun ada, sangat terbatas hingga organisme tersebut selalu terbawa oleh arus
(Nontji, 2002). Secara umum, plankton dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar
yaitu fitoplankton (plankton tumbuhan atau plankton nabati) dan zooplankton (plankton
hewani). Fitoplankton dapat ditemukan di seluruh masa air mulai dari permukaan perairan
sampai kedalaman dengan intensitas cahaya yang masih memungkinkan terjadinya
fotosintesis. Sedangkan zooplankton dapat ditemukan hampir diseluruh wilayah perairan
karena zooplankton memilik alat gerak.
Plankton merupakan salah satu biota yang dapat memberikan informasi mengenai
tingkat pencemaran suatu perairan. Adanya limbah di perairan dapat mengakibatkan
perubahan struktur dan fungsi komunitas plankton akibat terjadinya toleransi dan
kompetensi. Rosenberg dalam Suwondo dan Alpusari, (2004) menyebutkan bahwa
beberapa organisme plankton bersifat toleran dan mempunyai respon yang berbeda
terhadap perubahan kualitas perairan. Kelimpahan plankton misalnya dari Zooplankton
dapat terjadi oleh Cyanobacteria (Anabaena, Aphanizomenon, Nodularia, Oscillatoria,
Gloeotrichia), dan Copepoda . Fitoplankton dapat terjadi pada family (Bacillariophyceae,
Cyanophyceae, Chlorophyta, Dinophyceae , Chrysophyta, dan Xanthophyceae).
Cyanobacteria/Cyanophyta atau alga hijau biru merupakan kelompok alga
prokariotik. Organisme tersebut memiliki peran sebagai produsen dan penghasil senyawa
nitrogen di perairan. Beberapa Cyanobacteria juga diketahui dapat memproduksi toksin
(racun). Selain menghasilkan toksin, Cyanobacteria mampu menghasilkan senyawa yang
bermanfaat bagi mahluk hidup lain, antara lain protein dan senyawa lain untuk obat-
obatan. Organisme tersebut bersifat kosmopolit, tidak hanya ditemukan di habitat akuatik
melainkan juga ditemukan di habitat terestrial (Wiadnyana, et al. 1997). Cyanobacteria ada
yang hidup sebagai plankton dan ada pula yang hidup sebagai bentos [Omori, et al. 1984].
Spesies-spesies yang bersifat planktonik umumnya merupakan spesies-spesies yang
mengakibatkan terjadinya ledakan populasi (blooming) [Yamaji, 1984], akibat eutrofikasi
(pengayaan nutrisi). Eutrofikasi biasanya disebabkan oleh proses alamiah atau akibat
pencemaran.
Zooplankton lainnya yang memberi peran penting adanya dampak melimpahnya
plankton di sungai adalah Copepoda. Copepoda merupakan metazoan yang melimpah yang
memainkan peran penting dalam transfer karbon dari produsen ke daerah trofik yang lebih
tinggi tingkat ekosistem pada sebagian besar perairan. Copepoda adalah konsumen utama
bagi fitoplankton dan mangsa utama larva ikan dan juvenile yang menghubungkan pelagis
dan jarring-jaring makanan. Copepoda digunakan sebagai spesies indicator untuk perairan
dengan kualitas yang berbeda (Dahms, et al. 2012).
II. PEMBAHASAN
Kelimpahan plankton dapat mengakibatkan meledaknya populasi suatu organisme
plankton di suatu perairan sungai. Meledaknya populasi plankton ini dapat memberikan
dampak negative pada suatu perairan sungai karena adanya populasi plankton yang
menimbulkan racun atau toksik pada sungai yang dapat mengganggu organisme
didalamnya serta manusia sebagai konsumen karena kebutuhan pribadi dan aktifitas
tertentu. Di Taiwan mempunyai Daerah Aliran Sungai yang bernama Sungai Lanyang yang
ditumbuhi banyak keragaman plankton, khususnya pada jenis Copepoda. Sungai Lanyang
dibedakan 3 jenis perairan di muara Lanyang : Perairan bagian mulut sungai, perairan air
laut, dan perairan air campuran. Jumlah curah hujan dalam drainase dan muara Sungai
Lanyang dipengaruhi oleh pergeseran arus musiman. Walaupun menjadi sungai pasang
surut terbesar di timurlaut Taiwan sistem hidrologi dan keadaan faktor biologisnya relatif
sedikit. Misalnya terdapat informasi tentang Zooplankton, Copepoda.
Komunitas Copepoda dianalisis menggunakan Plymouth Routine In Multivariate
Ecology Research (PRIMER), untuk mengurangi heteroscedasticity diamati menggunakan
data kelimpahan, kesamaan antara koefisien sampel dihitung menggunakan kesamaan
Bray-Curtis, koefisien korelasi dihitung dengan paket computer SPSS, Mann-Whitney U-
test untuk membandingkan spatial dan musiman suhu permukaan, ANOVA, indeks Sannon
Wiener (keragaman), indeks kemerataan juga digunakan dalam penelitian jurnal ini. Suhu
permukaan yang tinggi pada tahun kedua 2004-2—5 menunjukkan CHL lebih rendah yaitu
(0,84 ± 0,25 mg / L) temperature (19,4 ± 4.45°C), nilai dari stasiun hilir (2,35 ± 1,90 mg /
L untuk CHL dan 25,5 ± 4,11 ° C. Genera total kelimpahan Copepoda adalah 28 spesies
dan 21 marga yang teridentifikasi di bagian sungai, muara, laut bagian sungai Lanyang.
Poecilostonatoida tercatan di muara dan di stasiun Bridge. Apocyclops Borneoensis tercatat
paling tertinggi (6,67 %). Faktor-faktor yang mempengeruhi kelimpahan plankton di
Sungai Lanyang adalah dipengaruhi oleh turbulensi dan umumnya menunjukan biomassa
rendah. Faktor lain dikarenakan sedimentasi dan limpasan di Sungai Lanyang yang
mempengaruhi berkurangnya Copepoda. Kompetisi dan predasi juga mempengaruhi dalam
mengatur peran plankton didalam sungai. Kelimpahan zooplankton di Muara Sungai
Lanyang dipengaruhi oleh intrusi air laut dan jumlah kelompok zooplankton dipengaruhi
oleh suhu air karena sebagai pengaruh musiman. Di muara sungai di temukannya
Copepoda mewakili zooplankton yang dominan. Aliran sungai dan gerakan pasang surut
mendorong komunitas sungai dan laut membentuk keragaman dan kepadatan komunitas
zooplankton.
Kelimpahan plankton juga terjadi di Sungai Calabar, Nigeria. Dimana sungai ini
sebagai kegiatan rekreasi untuk masyarakat Nigeria. Calabar merupakan daerah tempat
wisata internasional di Negara Nigeria. Calabar mempunyai obyek wisata perairan yang
mengandalkan Air Sungai. Sumber daya alam yang melimpah mendukung adanya
pembuatan tempat rekreasi yang didukung oleh pemerintah setempat untuk dikelola dan
dijadikan obyek wisata seperti tempat perendaman, olahraga; berenang, surfing, kano non
olahraga yaitu memancing, jalan-jalan, tempat mengamati burung dan tempat piknik. 20
juta perahu dikerahkan untuk mendukung dan diproyeksikan untuk tahun 2000. Sekitar 80
juta orang Amerika berpartisipasi untuk bersenang-senang di tempat ini. Tingginya
kebutuhan dasar tempat rekreasi ini maka banyak peneliti meneliti kualitas air ditempat ini
dengan parameter mikrobiologi dan mengamati kualitas air yang dipengaruhi oleh
zooplankton maupun fitoplankton. Hal ini juga bermanfaat untuk mengontrol dan
meminimalkan efek kesehatan masyarakat yang dapat merugikan kesehatan masyarakat
sebagai pemakai fasilitas ini. Bakteri yang menimbulkan efek tidak baik seperti
Escherichia coli, Feses Streptococci, Coliform tahan panas Klebsiella, Total Koliform
Salmonella dan Enterovirus.
Dampak yang terjadi atas kelimpahan plankton dari genera Cyanobacteria
(Anabaena, Aphanizomenon, Nodularia, Oscillatoria, Gloeotrichia). Menurut Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO), menyatakan bahwa banyak penyakit yang disebabkan oleh
organisme yang hidup di sungai Calabar yang dapat menyebabkan penyakit kulit seperti
alergi, iritasi dari berbagai tingkat keparahan. Gejala yang ditimbulkan berupa sakit perut,
mual, muntah, diare, sakit tenggorokan, batuk kering, demam, pusing, kelelahan dan lain-
lain. Kelimpahan relative zooplankton adalah larva Polychaeta (7,07%), Cyclopoida
(5,43%), Cladocera (5,43%); Arthropoda (4,89%); Ostracoda (3.26%); Rotifera (2.72%);
Malacostraca (1.09%); (3,26%); Rotifera (2,72%); Malacostraca (1,09%); dan
Foraminiferida (1,09%). Sebanyak 331 fitoplankton terkumpulkan. Hasil yang paling
melimpah adalah Bacillariophyceae (212 atau 64,05 %), kemudian diikuti Cyanophyceae
(42 atau 12,69%). Fitoplankton lainnya taksa ini di daerah penelitian adalah Chlorophyta
(40 atau 12,08%); Dinophyceae (16 atau 4.83%); Chrysophyta (12 atau 3,63%) dan
terakhir Xanthophyceae (9 atau 2,72%). Kekayaan spesies fitoplankton dan zooplankton
berjumlah 54,55% dari kekayaan spesies zooplankton. Suhu dari hasil pengukuran disemua
stasiun sekitar 28,7 oC, suhu sangat bervariasi kerena dipengaruhi oleh beberapa variable
seperti letak geografis, shading, sumber air, panas pembuangan, kedalaman dan ukuran
badan air. pH dapat dipengaruhi oleh umur geologi dan bahan kimia yang terbuang ke
dalam sungai.
Kelimpahan plankton juga di alami di Sungai Darling, Australia. Meledaknya
populasi di air tawar cyanobacteria seperti Anabaena circinalis terjadi pada musim panas
dari empat musim. Cyanobacteria yang lain adalah Aphanizomenon, Planktolyngbya dan
Merismopedia juga terjadi pada periode musim panas. Manajemen yang dilakukan dapat
bermanfaat seperti menekan pertumbuhan dan perkembangan Cyanobacteria, mengurangi
kekeruhan. Sampel plankton didapatkan didasar sungai. Spesies Dolichospermum
circinalis diketahui menghasilkan senyawa saxitixin neurotoxin yang merupakan resiko
bagi pengguna air minum untuk di konsumsi manusia dan bagi perusahaan air minum serta
bagi pemancing. Cara pengambilan sampel dilakukan dari dasar permukaan air sedalam 25
cm kemudian sampel diawetkan dengan yodium Lugol. Fitoplamkton diidentifikasi sampai
tingkat genus menggunakan kunci-kunci Prescott. Taksa yang beracun di identifikasi
sampai tingkat spesies. Sampel dianalisis menggunakan Nephelometer HACH lalu
dikalibrasi. Kemudian dibekukan di pendingin laboratorium, terus melakukan uji pH,
Oksigen terlarut, Suhu dan penetrasi cahaya.
Dampak yang terjadi saat awal musim panas konsentrasi Cyanobacteria didominasi
oleh genus Aphanocapsa dan Oscillatoria sebanyak 7000 sel/mL. Kelimpahan A. circinalis
terjadi selama bulan November dan desember 2006 mencapai kepadatan 40.000 sel/ML.
Tahun 2007 mencapai densitas sel 20.000 sel/mL. Meningkatnya debit air sungai menjadi
tanda kelimpahan A. circinalis. Faktor-faktor yang mempengaruhi ini adalah akibat debit
air yang bertambah, fosfor, anorganik seperti nitrogen.
Hasil yang dicapai adalah pertumbuhan cyanobacteria di Sungai Lanyang dapat
dikurangi dengan cara aliran arus sungai diatur kecepatan dan debit air sungai. Musim
panas juga mempengaruhi perkembangan Blooming A. circinalis. Nutrisi yang melimpah
menyebabkan pertumbuhan plankton menjadi melimpah. Jika dikurangi debit air dan
mengurangi aliran arus maka dampak kelimbahan lankton dapat teratasi.
III. KESIMPULAN
Dampak akibat meledaknya populasi plankton dapat mengakibatkan munculnya
racun atau toksik pada sungai yang dapat mengganggu organisme didalamnya serta
manusia sebagai konsumen karena kebutuhan pribadi dan aktifitas tertentu. Genera total
kelimpahan Copepoda adalah 28 spesies dan 21 marga yang teridentifikasi di bagian
sungai, muara, laut bagian sungai Lanyang. Cyanobacteria Kelimpahan plankton di Sungai
Calabar menimbulkan penyakit yang disebabkan oleh organisme yang hidup di sungai
Calabar yang dapat menyebabkan penyakit kulit seperti alergi, iritasi dari berbagai tingkat
keparahan. Gejala yang ditimbulkan berupa sakit perut, mual, muntah, diare, sakit
tenggorokan, batuk kering, demam, pusing, kelelahan dan lain-lain. Di Sungai Darling,
Australia, Spesies Dolichospermum circinalis menghasilkan senyawa saxitixin neurotoxin
yang merupakan resiko bagi pengguna air minum untuk di konsumsi manusia dan bagi
perusahaan air minum serta bagi para pemancing.
DAFTAR PUSTAKA
Astirin, O.P dan A.D. Setyawan, 2000. Biodiversitas Plankton di Waduk PenampungBanjir Jabung, Kabupaten Lamongan dan Tuban. Biodiversitas 1: 65 – 71
Dahms, H.U. et al. 2012. Biodiversity of Planktonic Copepods in the Lanyang River(Northeastern Taiwan), a Typical Watershed of Oceania. Green Life ScienceDepartment, College of Convergence, Sangmyung University, Seoul, South Korea.Zoological Studies 51(2): 160-174 (2012)
M. Omori, T. Ikeda, 1984. Methods in marine zooplankton ecology, John Wiley & Sons,New York.
Mitrovic, S. M. et al. 2011. Use of flow management to mitigate cyanobacterial blooms inthe Lower Darling River, Australia. Department of Environmental Sciences,University of Technology, Sydney. Australia.
N.N. Wiadnyana, D. P. Praseno, 1997. Berkala Perikanan Terubuk, XXIII (1997) p.15.
Nontji, A. 2002. Laut Nusantara -cet.3-. Djambatan: Jakarta.
Suwondo., E. F. D dan M. Alpusari. 2004. Kualitas Biologi Perairan Sungai Senapelan,Sago dan Sail di Kota Pekanbaru Berdasarkan Bioindikator Plankton Dan Bentos.Jurnal Biogenesis Vol. 1 No.1: 15-20
Uttah, E.C. et al. 2008. Bio-survey of Plankton as indicators of water quality forrecreational activities in Calabar River, Nigeria. Department of BiologicalSciences, Cross River University of Technology, Calabar, Nigeria.
Warlina, L. 2004. Pencemaran Air: Sumber Dampak dan Penanggulangannya.www.abdul.student.umm.ac.id. Diakses tanggal: 25 Mei 2012
Yamaji I., 1984. Illustration of the marine plankton of Japan, Hoikusha Publishing Co.LTD, Japan