tugas askep endkrin
-
Upload
adelwaise-nac-leadren -
Category
Documents
-
view
14 -
download
6
description
Transcript of tugas askep endkrin
MAKALAH SISTEM ENDOKRIN I
ASUHAN KEPERAWATAN
DIABETES INSIPIDUS
PEMBIMBING:
Ns. Heni Ekawati, S.Kep.,M.Kes
Disusun Oleh :
1. Amin Falahuddin P. (12.02.01.1054 )
2. Edi Tulus T. (12.02.01.1062 )
3. Dyah Ratna S. (12.02.01.1061 )
4. Nur Aini (12.02.01.1083 )
5. Wiwik Indarwati (12.02.01.1101 )
FAKULTAS S1 KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN
TA : 2012-2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa
melimpahkan taufiq serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah “ Asuhan Keperawatan Pada Klien Diabetes Insipidus “ untuk memenuhi
tugas mata kuliyah sistem endokrin 1
Makalah ini disusun berdasarkan bekal ilmu pengetahuan sebatas yang
penulis miliki, sehingga tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan dari beberapa
pihak akan sulit bagi penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu,
ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yth:
1. Drs. H. Budi Utomo Amd. Kep., M. Kes selaku Ketua Stikes
Muhammadiyah Lamongan.
2. Arifal Aris S.Kep,Ns,M.Kes selaku kaprodi S-1 Keperawatan Stikes
Muhammadiyah Lamongan.
3. Ns. Heni Ekawati, S.kep.,M.Kes. selaku guru pembimbing mata
pelajaran SISTEM ENDOKRIN I.
4. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis cantumkan, yang telah turut
mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan kemampuan penulis dalam membahas dan memaparkan. Oleh karena
itu, segala sesuatu dan koreksi lebih lanjut sangat penulis harapkan dari semua
pembaca.
Harapan penulis semoga makalah ini memenuhi tugas mata kuliah
SISTEM ENDOKRIN I, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya
Lamongan, ........... 2014
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................2
1.4 Manfaat............................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian.........................................................................................3
2.2 Etiologi.............................................................................................3
2.3 Klasifikasi .......................................................................................5
2.4 Manifestasi Klisis.............................................................................6
2.5 Patofisiologi.....................................................................................7
2.6 Pathway............................................................................................9
2.7 Komplikasi.......................................................................................10
2.8 Obat – obat.......................................................................................10
2.9 Penatalaksanaan keperawatan..........................................................10
BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian........................................................................................11
3.2 Diagnosa...........................................................................................17
3.3 Perencanaan......................................................................................17
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan......................................................................................21
4.2 Saran.................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Diabetes insipidus adalah gangguan kelenjar hipofisis posterior yang
ditandai dengan kekurangan hormon antidiuretik (ADH), atau vasopresin. Haus
yang sangat (polidipsia) dan volume urin besar merupakan ciri gangguan ADH.
Mungkin karena sebab sekunder seperti trauma kepela, tumor otak, atau bedah
ablasi atau iridiasi dari kelenjar hipofisis. Hal ini dapat terjadi karena karena
infeksi sistem saraf pusat ( meningitis, ensefalitis, dan tuberkolosis ) atau tumor.
Penyebab lain diabetes insipidus adalh kegaglan tubulus ginjal untuk menaggapi
ADH, bentuk nephrogenik mungkin berhubungan dengan hipokalemia,
hiperkalsemia, dan berbagai obat-obatan misalnya, lithium, demeclocycline
(Declomycin) (Smeltzer et al, 2004)
Diabetes insipidus dapat terjadi pada setiap usia sesudah bayi, diabetes
insipidus nephrogenic warisan biasanya terjadi segera setelah lahir . Warisan
diabetes insipidus nephrogenic adalah terpaut pada kromosom x, karena itu pada
laki-laki hanya terpengaruh secara klinis, sedangkan perempuan adalah pembawa.
Warisan central diabetes insipidus sangat langka dan dapat menunjukkan pola
negatif atau resesif dominan. Prevalensi diabetes insipidus ini terdapat 1 kasus per
25.000 penduduk, presentasi antara laki-laki dan wanita sama (Bardesono, 2011).
Dengan adanya pengertian diatas, kita akan membahas tentang Asuhan
Keperawatan pada klien diabetes insipidus untuk mengetahui perawatan lebih
lanjut mengenai penyakit ini.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian diabetes insipidus?
2. Apa etiologi diabetes insipidus?
3. Apa saja jenis atau klasifikasi diabetes insipidus ?
4. Apa tanda / manifestasi klinis diabetes insipidus ?
5. Bagaimana patofisiologi diabetes insipidus?
1
6. Bagaimana pathway dari diaetes insipidus ?
7. Apa komplikasi diabetes insipidus ?
8. Obat apa saja yang diberikan pada pasien diabetes insipidus ?
9. Bagaimana manajemen keperawatan yang diberikan pada pasien diabetes
insipidus ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien diabetes insipidus ?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian diabetes insipidus.
2. Untuk mengetahui etiologi diabetes insipidus.
3. Untuk mengetahui klasifikasi diabetes insipidus.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis diabetes insipidus.
5. Untuk mengetahui patofisisologi dari diabetes insipidus.
6. Untuk mengetahui pathway dari diabetes insipidus
7. Untuk mengetahui komplikasi diabetes insipidus
8. Untuk mengetahui obat-obat yang diberikan pada diabetes insipidus
9. Untuk mengetahui manajemen keperawatan pada pasien diabetes
insipidus
10. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada klien diabetes
insipidus
1.4 MANFAAT
1. Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai
mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang
konsep medis dan asuhan keperawatan diabetes insipidus.
2. Bagi Pembaca
Diharapkan bagi pembaca dapat mengetahui tentang konsep medis
dan asuhan keperawatn pada klien diabetes insipidus.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 DEFINISI DIABETES INSIPIDUS
Diabetes insipidus merupakan keadaan patologis dimana terjadi pengeluaran
urine yang sangat banyak dan encer dengan plasma dalam keadaan terkonsentrasi.
(Medicine at a Glance, Patrick Davey. 2006)
Diabetes insipidus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan poliuria
polidipsi yang disebabkan oleh defisiensi ADH. (Asuhan Keperawatan Klien
dengan Gangguan Sistem Persarafan, Fransisca B. Batticaca. 2008)
Diabetes insipidus adalah suatu sindrom poliuria yang terjadi akibat
ketidakmampuan tubuh memekatatkan urine sehingga menghemat air akibat
ketiadaan efek vasopresin. (Patofisiologi : Buku Saku, Corwin, Elizabeth J. 2009).
Diabetes insipidus adalah suatu sindrom poliuria yang terjadi akibat
ketidakmampuan tubuh memekatkan urin sehingga menghemat air akibat
ketiadaan efek vasopresin. (Patofisiologi Penyakit : Penghantar Menuju
Kedokteran klinis, Stephen J. Mcphee, william.2010 )
Dari pengertian diatas dapat isimpulkan diabetes insipidus adalah kelainan di
mana terjadi peningkatan output urin abnormal, asupan cairan dan sering haus
yang diakibatkan penurunan fungsi ADH.
2.2 ETIOLAGI DIABETES INSIPIDUS
2.2.1 Diabetes insipidus sentral penyebabnya antara lain:
a) Bentuk idiopatik
Bentuk non familiar
Bentuk familiar
b) Pascahipofisektomi
c) Trauma
Fraktur dasar tulang tengkorak
d) Tumor
Karsinoma metastasi
Kraniofaringiomak
3
Kista suprasela
Pinealoma: tumor kelenjar pineal
e) Granuloma
Sarkoid
Tuberculosi
Sifilisf.
f) Infeksi
Meningitis
Ensefalitis
g) Vascular
Thrombosis atau perdarahan serebral
Aneurisma serebra
Post-partum necrosis (Sheehan’s syndromh.
h) Histiocytosis
Granuloma eosinifilik
Penyakit schuller-christan
2.2.2 Diabetes insipidus nefrogenik, penyebabnya antara lain:
a) Gagal ginjal kronik
Penyakit ginjal polikistik
Medullary cystic diases
Pielonefritis
Obstruksi ureteral
Gagal gnjal lanjut
b) Ganguan elektrolit
Hipokalemia
Hiperkalsemiac.
c) Obat-obatan
Litium
Demeklosikllin
Asetoheksam
Tolazamid
Glikurid
4
Propoksifen
Amfolarisin
Vinblastin
Kolksin
d) Penyakit sickle cell
e) Ganguan diet
Intake air yang berlebhan
Penurunan intake NaCl
Penurunan intake protein
f) Lain-lain
Multiple myeloma
Amiloidosis
Penyakit sjogren’s
Sarkoidosis. ( Stephen J. Mcphee, William.,2010 ).
2.3 Klasifikasi
1. Dibetes insipidus neurogenik
Dibetes insipidus neurogenik atau sentral merupakan respon ADH
yang tidak adekuat terhadap osmolaritas plasma dan terjadi ketika
terdapat lesi organik pada hipotalamus, pedikulus infundibilaris atau
hipofisis posterio yang secara parsial atau total menyekat sintesis,
transportasi atau pelepasan ADH. Ada banyak lesi organi yang dapat
menyebbkan diabetes insipidus dan lesi tersebut meliputi tumor otak ,
hifofissektomi, aneurisma, trombosis, fraktur kranium, infeksi, serta
gangguan imunologi.pada keadaan ini terjadi tiga fase yaitu :
a. Kehilagan progresif jaringan saraf dan peningkatan diuresis
b. Dieuresis normal
c. Poliuri dan polidipsi
2. Diabetes insipidus nefrogenik
Diabetes insipidus nefrogenik umumnya berhubungan dengan
gangguan dan obat-obatan yang merusak tubulus renal atau yang
menghambat pembentukkan cAMP dalam tubulus tersebut sehingga
5
aktivasi seccond messengger tiak terjadi. Gangguan yang menyebabkan
diabetes insipidus nefrogenik meliputi pieloneffritis, amiloidosis, uropati
destruktif, penyakit polikistik, dan penyakit ginjal instrinsik.
3. Diabetes insipidus psikogenik
Diabetes insipidus psikogenik disebabkan oleh asupan cairan yang
ekstrim dan mungkin bersifat idiopatik atau berhubungan dngan dengan
psikosis atau sarkoidosis. (kowalak, jennefer P., 2011).
2.4 Manifestasi Klinis Daibetes Insipidus
1. Polidipsia (tanda utama) : asupan cairan 5-20 literhari
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler
menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah
dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor
haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu
minum (polidipsia). Asupan cairan 5-20 liter /hari
2. Poliuria
Akibat tidak terdapat vasopresin yang merupakan pengatur salran
air, melalui aquaporin, tempat direabsorpsi. Akibatnya konsentrasi urin
meningkat dan osmolalitas serum menurun.
3. Nokturia
Akibat sering kencing pada malam hari sehingga menyebabkan
gangguan tidur dan rasa lelah
4. Berat jenis urin rendah
5. Demam
6. Perubahan tingkat kesadaran
7. Hipotensi
8. Sakit kepala dan gangguan elektrolit dan dehidrasi
9. Rasa penuh pda abdomen , anoreksia, dan penurunan berat badan akibat
konsumsi cairan yang terus menerus. (kowalak, jennefer P., 2011).
2.5 Patofisiologi
6
Suatu keadaan yang ditandai dengan berkemih berlebihan (poliuria) akibat
ketidakmampuan ginjal menyerap air dengan benar dari urine, disebabkan oleh
defisiensi ADH (Anti Deuretik Hormon). Keadaan ini terjadi oleh beberapa
proses, termasuk trauma kepala, tumor, penyakit peradangan hipotalamus dan
hipofisis serta tindakan bedah yang mengenai hipotalamus dan hipofisis. Penyakit
ini juga dapat timbul spontan tanpa penyakit yang mendasari.
Secara patogenesis diabetes insipidus dibagi menjadi dua jenis, yaiu
diabetes insipidus sentral dan diabetes insipidus nefrogenik :
1. Diabetes insipidus sentral
Diabates tipe ini disebabkan oleh kegagalan pelepasan ADH yang
secara fisiologi dapat merupakan kegagalan sintesis atau penyimpanan.
Secara antomis, kelainan ini terjadi akibat kerusakan nukleus supraoptik,
paraventrikuer dan filiformishipotalamus yang menyintesis ADH. Selain itu,
DIS (Diabetes Insipidus Sentral) juga timbul karena gangguan pengangkutan
ADH akibat kerusakan pada akson traktus supraoptikohipofisis posterior di
mana ADH disimpan untuk sewaktu-waktu dilepaskan ke dalam sirkulasi jika
dibutuhkan.
Secara biokimiawi, DIS terjadi karena tidak adanya sintesis ADH, atau
sintesis ADH yang tidak memenuhi kebutuhan, atau kuantitatif cukup tapi
bukan merupakan ADH yang dapat berfungsi sebagaimana ADH normal.
Diabetes insipidus yang diakibatkan oleh kerusakan osmoreseptor yang
terdapat pada hipotalamus anterior dan disebut Verney’s osmoreceptor cells
yang berada di luar sawar darah otak, juga termasuk dalam DIS
2. Diabetes insipidus nefrogenik
Pada diabetes insipidus yang tidak respon terhadap ADH eksogen
digunakan istilah Diabetes Insipidus Nefrogenik (DIN). Secara fisiologis,
DIN dapat disebabkan oleh:
1. Kegagalan pembentukan dan pemeliharaan gradient osmotik dalam
medula renalis.
2. Kegagalan utilisasi gradient pada keadaan saat ADH berada dalam jumlah
yang cukup dan berfungsi norma
7
Secara normal, permeabilitas tubulus distal dan collecting duct terhadap
air akan ditingkatkan oleh ADH yang kemudian dapat berdifusi secara pasif
akibat adanya perbedaan konsentrasi. Maka jika terdapat ADH dalam
sirkulasi, bisa terjadi difusi pasif yang kemudian air keluar dari tubulus distal
sehinggaterjadi keseimbangan osmotik antara isi tubulus dan korteks yang
isotonis. Sejumlah kecil urin yang isotonis memasuki collecting duct dan
melewati medula yang hipertonis karena ADH juga mengakibatkan
keseimbangan osmotik antara collecting duct dan jaringan interstisial medula,
maka air secara progresif akan direabsorbsi kembali sehingga terbentuk urin
yang terkonsentrasi .
Pada kegagalan sekresi ADH, struktur tubulus distal tidak permeabel
terhadap air, sehingga saat urin yang hipotonis melewati tubulus distal, ion
natrium akan lebih banyak dikeluarkan yang berakibat penurunan osmolalitas
atau kekentalan urin. Kemudian, urin yang sangat hipotonis memasuki
collecting duct yang juga relatif tidak permeabel (karena ADH menurun)
sehingga memungkinkan ekskresi sejumlah besar urin .
Gambaran klinis kedua penyakit ini serupa yang menyebabkan ekskresi
sejumlah besar urin encer dengan berat jenis rendah. Natrium dan osmolalitas
serum meningkat akibat hilangnya air bebas dalam jumlah besar melalui
ginjal, sehingga pasien merasa haus dan mengalami polidipsia. Pasien yang
dapat minum biasanya dapat mengompensasi pengeluaran urin,. Pasien yang
kesadarannya berkurang, tidak dapat turun dari dari tempat tidur atau terbatas
kemampuannya memperoleh air dapat mengalami dehidrasi dan mengancam
nyawa ( Stephen J. Mcphee, William.,2010 ).
8
TumorTrauma kepalaGagal ginjalTindakan bedah yang mengenai Hipotalamus dan hipofisis
Penurunan produksi ADH
Diabetes insipidus
Gangguan reabsobsi air diginjal
Penurunan osmolitas urin dan terjadi penigkatan osmlitas plasma
Gangguan eliminasi urin.
Poliuria
Polidipsia
Rangsangan pada pusat rasa haus dihipotalamus
Rangsangan osmoreceptor
Output yang berlebihan
Cairan kurang dari kebutuhan
Sering kecing pada malam dan siang hari
Sering terbangun dari tidur
Gangguan pola tidur
Urin encer, jumlah urin, osmolitas , dll.
Penurunan vasopresin
2.6 Pathway
9
2.7 Komplikasi
1. Pelebaran traktus urinarius
2. Dehidrasi berat
3. Syok dan gagal ginjal jika memamang dehidrasi berat.
4. Hyperosmolality
5. Cyrculatory collaps
6. Kehilangan kesadaran
7. Kerusakan sistem saraf pusat
2.8 Obat-Obat Diabetes Insipidus
1. Hidroklorotiazid dengan suplemen kalium untuk diabetes insipidus
sentral dan nefrogenik
2. Preparat akueus vasopresin yang disuntikkan subkutan beberapa kali
sehari dan bekerja efektif hanya selama 2-6 jam
3. Dsmopresin asetat (DDAVP) dapat diberikan peroral, melalui semprotan
nasal agar obat tersebut diabsropsi melalui membran mukosa atau
suntikan subkutan dan intravena
4. Klorpropamid untuk mengurangi rasa haus pada pasien dengan
hipernatremia yang berkelanjutan
2.9 Penatalaksanaan keperawatan
1. Memantau tanda-tanda vital pasien
2. Memantau intake dan output pasien
3. Memberikan kondisi atau suasana yang tenng dan nyaman untuk pasien
4. Memberikan cairan secara arenteral
5. Memberikan edukasi pada klien dan kelurga klien tentang diabetes
insipidus
6. Mengurangi rasa cemas dan kuatir klien tentang penyakitnya
10
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Biodata : meliputi nama, umur jenis kelamin, tanggal lahir, tempat
tinggal.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama: pada klien diabetes insipidus biasanya mengalami
poldipsi, poliuri, nokturia
b. Riwayat Kesehatan sekarang : pada klien diabetes melitus datang
kerumah sakit dengan keluhan demam, polidipsi, poliuria, BB turun
dan lemas
c. Riwayat Kesehatan Dahulu : kaji apakah klien punya penyakit gagal
ginjal atau pasien pernah mengalami cidera kepala
d. Riwayat Kesehatan Keluarga: kaji adakah penyakit keturunan /
familiar
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum pasien :
Pada pasien diabetes insipidus biasanya pasien nampak lemas, lemas.
b. Tingkat kesadaran :
Pada paisen diabetes insipidus tingkat kesadarannya menurun
(compus mentis dengan GCS : 4-5-6 )
c. TTV :
TD : <120/80 mmHg (hipotensi )
S : >37,5 ℃ (subfebris)
N : >100 kali/menit (takikardi)
RR : >20 x/menit (takipnea )
4. Pemeriksaan fisik head toe to
Kepala
o Inspeksi : Bentuk kepala, simetris kiri dan kanan, keadaan
rambut dan hygiene kepala , Warna rambut.
o Palpasi : Ada atau tidaknya benjolan
11
Muka
o Inspeksi : Struktur muka simetris kiri dan kanan, ekspresi
wajah,pada klien diabetes insipidus wajah terlihat
pucat
o Palpasi : Adakah nyeri tekan, adakah benjolan pada muka
atau tidak
Mata : Periksa konjungtiva, sclera, pupil,reflek cahaya, fungsi
penglihatan
Hidung dan sinus : Kebersihaan hidung, ada / tidak pernafasan cuping
hidung,ada/tidak polip hidung, adanya deviasi septum
Telinga : Bentuk simetris / asimetris, kebersihan telingga,
ada/tidaknya serum,fungsi pendengaran
Mulut : Kaji keadan gigi,ada atau tidak peradangan pada gusi,pada
pasien diabetes insipidus mukosa bibir kering ,dan periksa kebersihan
lidah, dan periksa adakah nyeri saat menelan atau tidak.
Leher : Ada/tidak pembesaran JVP, ada/tidak pembesaran kelenjar
limfe/kelenjar tyroid
Thorax dan pernapasan
o Inspeksi :
- Bentuk dada simetris ki/kanan,
- irama pernapasan mengikuti
- gerakan dada,
- Frekuensi pernapasan >20 x/m
- Tipe pernapasan : Normal
o Palpasi
- Ada atau Tidak ada nyeri tekan
o Auskultasi
- Kaji bunyi Suara napas normalnya vesikuler
- Kaji ada atau tidak Bunyi tambahan
o Perkusi
- Suara perkusi dada normal : Sonor
12
Jantung
o Inspeksi
- Nampak atau tidak nampak ictus cordis
o Palpasi
- Teraba atau tidak teraba denyut apek 3 jari dibawah papilla
mammae pada intra kostalis.
o Perkus
- Teraba atau tidak teraba pembesaran jantung
o Auskultasi
- Bunyi jantung I dan II murni
- Ada atau tidak Bunyi tambahan .
Abdomen
o Inspeksi
- Ada atau tidak pembesaran pada abdomen
- Ada atau tidak ada bekas luka pada abdomen
o Palpasi
- Palpasi pada setip regio dan raba adanya pembesaran atau tidak
dan adanya nyeri tekan atau tidak
o Auskultasi
- Peristaltik normal 5-15 x/menit,
o Perkusi
- Normal suara perkusi adalah Tympani.
Genitalia : dilakukakan pemeriksaan karena pada pasien diabetes
insipidus sering kecing dan resiko terjadinya kelecetan pada genitalia
lebih besar.
Ekstremitas : turgor kulit kering , ektermitas atas dan bawah
menurun / lemas.
5. Pola kesehatan fungsional
a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
o Kaji persepsi pasien tentang kesehatan diri
o Kaji pengetahuan dan persepsi pasien tentang penyakitnya
13
o Kaji kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan (apa yang
dilakukan pasien bila sakit, kemana pasien biasa berobat bila sakit)
b. Pola nutrisi dan metabolic
o Pada pasien diabetes insipidus mengalami anoreksi, dan mual
muntah dan rasa penug dalam abdomen
o Pada pasien diabetes insipidus jga mengalami banyak minum
( polidipsia )
c. Pola eliminasi
o Pada pasien diabetes insipidus mengalami poliuria dengan
karakteristik encer ( 4- 30 liter ) dengan berat jenis 1.010,
osmolalitas urin 50-150 mosmol/L
d. Pola aktivitas dan latihan
o Kaji adakah keluhan Kesulitan dalam aktifitas baik itu mandi,
makan ,dalm bermai
o Kaji adakah Keluhan nyeri pada daerah abdomen setelah
melakukan aktifitas
o Kaji apakah mudah merasa kelelahan
e. Pola istirahat tidur
o Pada apsien diabetes insipidus mengalami kesulitan dalam hal tidur
mudah terbangun karena selalu ingin buang air kecil
f. Pola persepsi sensori dan kognitif
o Kaji keluhan yang berkenaan dengan kemampuan sensasi (seperti
pengelihatan, pendengaran, penghidu, pengecapan, sensasi
perabaan
o Kaji kemampuan kognitif klien (kemampuan mengingat / memory,
bicara dan memahami pesan yang diterima, pengambilan keputusan
yang bersifat sederhana
g. Pola hubungan dengan orang lain
o Kaji bagaimana hubungan pasien dengan orang lain (keluarga,
tenaga kesehatan, pasien lain), apakah keadaan penyakitnya
mempengaruhi hubungan tersebut)
14
h. Pola reproduksi / seksual
o Bagaimana pemahaman keluarga pasien/ pasien terhadap fungsi
seksual
o Kaji jenis kelamin anakyang dapat berhuungan dengan terjadinya
penyakit apendixitis
i. Pola persepsi diri dan konsep diri
o Kaji persepsi keluarga (hal yang dipikirkan keluarga saat ini,
harapan keluaga setelah anak menjalani perawatan, perubahan
yang dirasa setelah sakit)
o Kaji bagaimana persepsi klien/keluaga terhadap tubuhnya, adakah
pengaruh penyakit yang dialami terhadap persepsi klien tersebut)
j. Pola mekanisme koping
o Kaji bagaimana upaya keluarga klien dan klien dalam menghadapi
masalah penyakitnya sekarang
k. Pola nilai kepercayaan / keyakinan
o Kaji bagaimana keluraga klien/klien menjalankan kegiatan agama
atau kepercayaan.
o Kaji adakah keyakinan / kebudayaan yang dianut kelurga
pasien/pasien bertentangan dengan kesehatan
6. Pemeriksaan Penunjang
1) Fluid deprivation menurut martin Goldberg:
Sebelum pengujian dimulai, pasien diminta untuk mengosongkan
kandung kencingnya kemudian ditimbang berat badannya, diperiksa
volum dan jenis atau osmolalitas urin oertama. Pada saat ini pasien
diambil sampel plasma untuk diukur osmolallitasnya. Pasien diminta
buang air kecil sesering mungkin paling sedikit setiap jam. Pasien
ditimbang setiap jam bila dieresis lebih dari 300ml/jam atau setiap 3 jam
bila dieresis kurang dari 300ml/jam. Setiap sampel urin sebaiknya
diperiksa osmolalitasnya dalam keadaan segar atau kalau hal ini tidak
mungkin dilakukan semua sampel harus disimpan dalam botol yang
tertutup rapat serta disipan dalam lemari es. Pengujian dihentikan setelah
15
16 jam atau berat badan menurun 3-4% tergantung mana yang terjadi
lebih dahulu.
2) Hickey Hare atau Carter-Robbins test
Cairan NaCl hipertonis diberikan intravena dan akan menunjukkan
bagaimana respon osmoreseptor dan daya pembuatan ADH. Caranya
(williams) :
a. Infuse dengan dextrose dan air sampai terjadi dieresis 5 ml/menit
(biasanya 8-10 ml/menit).
b. Infuse diganti dengan NaCl 2,5 % dengan jumlah 0,25
ml/menit/kgbb. Dipertahankan selama 45 menit.
c. Urin ditampung selama 15 menit.
*Penilaian : kalau normal dieresis akan menurun secara mencolok.
*Perhatian : pemeriksaan ini cukup berbahaya.
3) Uji nikotin
Produksi vasopressin oleh sel hipotalamus langsung dirangsang
oleh nikotin. Obat yang dipakai adalah Nikotin Salisilat secara intravena.
Akibat sampingnya adalah mual dan muntah.
*Penilaian : kalau normal dieresis akan menurun secara mencolok.
*Perhatian : pemeriksaan ini cukup berbahaya.
4) Uji Vasopresin
Pemeriksaan ini untuk membuktikan bahwa ginjal dapat
memberikan respons terhadap ADH. Obat yang dipakai adalah pitresin.
a. Untuk intravena diberikan pitresin dalam akua 5 ml unit/menit dalam
infus lambat selama 1 jam.
b. Untuk pemberian intramuscular diberikan vasopressin tanat dalam
minyak
Apapun pemeriksaannya, prinsipnya adalah untuk mengetahui
volume, berat jenis, atau konsentrasi urin. Sedangkan untuk mengetahui
jenisnya, dapat dengan memberikan vasopresin sintetis, pada Diabetes
Insipidus Sentral akan terjadi penurunan jumlah urin, dan pada Diabetes
Insipidus Nefrogenik tidak terjadi apa-apa.
16
3.2 Diagnosa keperawatan
1. Cairan kurang dari kebutuhan b.d pengeluaran cairan yang berlebihan
2. Perubahan eliminasi urine b.d. penurunan produksi ADH.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering
terbangun akibat nokturia
3.3 Rencana Keperawatan
No
DxTujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
3 x 24 jam,
diharapkan volume
cairan terpenuhi.
Dengan Kh :
K : Klien dapat
mengetahui tingkat
dehidrasi yang di
deritanya berhubungan
pengeluaran airan yang
berlebihan.
A : Klien merasa segar
dan tidak lemas
P : Klien dapat memilih
makanan yang bergizi
dan yang
menghasilkan energi
yang baik untuk
tubuhnya
- P : TTv pasien mulai
O :
-Pantau TTV .
-Kaji status
dehidrasi klien.
N : catat intake
dan outpu
cairan pasien
E : ajarkan pada
klien dan
keluarga klien
untuk
memberikan
makanan yang
banyak gizi
dan seratnya
C : kolaborasi
dengan dokter
dalam
pemasngan
infus glukosa
1.–untuk
mengetahui
perubahan TTV
pasien
-Memantau
perubhan tingkt
dehidrasi pasien
2. Menegetahui
kebutuhan cairan
pasien dan untuk
mengetahui
banyaknya
pengeluaran
cairan
3. Untuk
menyemibang
kan energi dalam
tubuh
4. Memenuhi
kebutuhan cairan
pasien
17
normal.
- nadi : 60-100x/menit
- TD : 120/80 mmHg
- Suhu : 37,5℃.
- RR : 12-24x/menit
A : BB pasien meningkat
5-10 %
B : - HB normal : lk (14-
18) , wnt dws (12-
16 )
- Bilirubin direk: 0,08
mg/dl. (n= 0,1 - 0,3
mg/dl)
- Bilirubin total: 0,01
mg/dl. (n= 0,3 – 1
mg/dl)
- SGOT: 38 U/L. (n= 0
- 25 IU/L)
- SGPT: 18 U/L. (n= 0
- 25 IU/L)
C : turgor kulit kembali
normal ( <2 detik ),
Mukosa bibir lembab
D : klieng mau makan
dengan porsi sedikit
demi sedikit
2 Setelah dilakukan
tindakan keperawatn
selama 3x24 jam
gangguan eliminasi urin
teratasi. Dengan Kh :
O : kaji
karakteristik
urine meliputi
frekuensi,
konsistensi,
bau, volume
1. Untuk mengetahui
perubahan
karakteristik urin
2. Untuk
mengidentifikasi
gangguan
18
K : pasien mengetahui
proses terjadinya
perubahan eliminasi
urin.
A : pasien merasa lebih
santai dan tenang
P : pasien dan kelurga
paisen mampu
melakukan
pengidentifikasian
perubhan urin
P : - Karakteristik urine
meliputi warna
(kuning ), berat jenis
(1001-1005 ) ,
jumlah, bau normal
osmololaritas normal
(osmolalitas urin 50-
150 mosmol/L (n=
300-450 mosmol/L)
-Pola eliminasi
urin normal(0,5-1
cc/kg BB/jam)
dan warna
N : Catat waktu
terakhir klien
eliminasi urin
E : ajarkan pada
keluarga klien
untuk
mengidenfikas
i perubahan
urin
C : kolaborasi
dalam
melakukan
uji lab
terhadap
urin
elliminsi urin
3. Untuk membantu
dokter dalam
mengidentifikasi
perubahan urin
4. Untuk mengetahui
osmololitas urin
3 Seteah diakukan tindakan
keperawatan diharapkan
pola tidur pasien tidak
terganggu. Dengan Kh :
k : Pasien mengetahui
penyebab terjadinya
ganguan tidur
A : Pasien merasa dapat
istirahat dengan
O : kaji pola
kebiasaan
tidur dan
BAK klien
pada malm
hari
N : bantu klien
untuk
meminimali
1.Untuk
mengetahui
perubahan
pola tidur klien
trganggu atau
lebih membaik
2.Memudahkan
klien untuk
tidur kembali
19
adekuat
P : pasien dapat mengerti
dan memahami
pentingny tidur
P : -klien tidak sering
terbangun di malam
hari akibat ingin
berkemih dan ingin
minum.
- klien tidak
mengalami kesulitan
untuk tertidur/tetap
tidur
sir susah
kembali
tidur
E : Jelaskan
pentingnya
tidur yang
adekuat
selama sakit.
C : - kolaborasi
dalam
pemasangan
kateter
- kolaborasi
dengan
dokter dalam
pemberian
obat
klorpropamid
setelah
terbangun dari
tidur
3.Menambah
pengetahuan
klien tentang
manfaat tidur
4.Mengurangi /
mencegah
pasien bolak
balik ke kamar
mandi
- obat
klorpropamid
untuk
mengurangi
rasa ingin
minum terus
menerus.
20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Diabetes insipidus adalah suatu sindrom poliuria yang terjadi akibat
ketidakmampuan tubuh memekatatkan urine sehingga menghemat air akibat
ketiadaan efek vasopresin. ( Patofisiologi : Buku Saku, Corwin, Elizabeth J.
2009).
1. Penyebab :
1.Tumor otak
2. Gagal ginjal
3. Trauma kepala
4. Tindakan bedah pada hipotalamus dan hipofisis
2. Gejala :
1. Polidipsia (tanda utama) : asupan cairan 5-20 literhari
2. Poliuria
3. Nokturia yng menyebabkan gangguan tidur dan rasa lelah
4. Berat jenis urin rendah
5. Demam
6. Perubahan tingkat kesadaran
7. Hipotensi
8. Sakit kepala dan gangguan elektrolit dan dehidrasi
9. Rasa penuh pda abdomen , anoreksia, dan penurunan berat badan
akibat konsumsi cairan yang terus menerus. (kowalak, jennefer P.,
2011).
3. Diagnosa keperawatan :
21
1. Cairan kurang dari kebutuhan b.d pengeluaran cairan yang berlebihan
2. Perubahan eliminasi urine b.d. penurunan produksi ADH.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun akibat
nokturia
4.2 Saran
Penulis menyadari asuhan keperawatan ini masih banyak kekurangan
dan kelemahannya, baik dari segi bahasa, pengolahan, maupun dalam
penyusunan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan sarannya yang
membangun demi tercapai suatu kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan
dalam memenuhi kesempurnaan makalah ini.
22
DAFTAR PUSTAKA
Rumahorho, Hoyma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Endokrin. Jakarta. EGC
Silbernagl, Stefan . 2006 . Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi . Jakarta . EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009 . Patofisiologi : Buku Saku . Jakarta . EGC
Stephen J. Mcphee, William . 2010 . Patofiologi Penyakit : Penghantar Menuju
Kedokteran Klinis . Jakarta . EGC
Kowalak, Jennifer P . 2011 . Buku Ajar Patofisiologi . Jakarta . EGC
Rumahorho, Hoyma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Endokrin. Jakarta. EGC
23